BAB VII RENCANA PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR CIPTA KARYA - DOCRPIJM 1536554034BAB 7 RPIJM

RPIJM BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN JEMBRANA 2015-2019

BAB VII
RENCANA PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR CIPTA KARYA

7.1. Sektor Pengembangan Permukiman
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan
Kawasan Permukiman, didefinisikan sebagai bagian dari lingkungan hunian yang terdiri
atas lebih dari stu satuan perumahan yang mempunyai prasarana, sarana, utilitas umum,
serta mempunyai penunjang kegiatan fungsi lain di kawasan perkotaan atau perdesaan.
Kegiatan pengembangan permukiman terdiri dari pengembangan permukiman kawasan
perkotaan dan kawasan perdesaan. Pengembangan permukiman kawasan perkotaan
terdiri dari pengembangan kawasan permukiman baru dan peningkatan kualitas
permukiman kumuh, sedangkan untuk pengembangan kawasan perdesaan terdiri dari
pengembangan kawasan permukiman perdesaan, kawasan pusat pertubuhan, serta desa
tertinggal.
Arahan kebijakan pengembangan permukiman mengacu pada amanat peraturan
perundangan, antara lain:
1) Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka
Panjang Nasional
Arahan RPJMN Tahap 3 (2015 – 2019) menyatakan bahwa pemenuhan kebutuhan

hunian yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana pendukung bagi seluruh
masyarakat terus meningkat, sehingga kondisi tersebut mendorong terwujudnya kota
tanpa permukiman kumuh pada awal tahapan RPJMN berikutnya.
2) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan
Permukiman.
Pada pasal 4 mengamanatkan bahwa ruang lingkup penyelenggaraan perumahan dan
kawasan permukiman juga mencakup penyelenggaraan peruahan (butir c),
penyelenggaraan kawasan permukiman (butir d), pemeliharaan dan perbaikan
(butir e), serta pencegahan dan peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh dan
permukiman kumuh (butir f).
KABUPATEN JEMBRANA 2017

VII-1

RPIJM BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN JEMBRANA 2015-2019

3) Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2011 tentang Rumah Susun.
Pada pasal 15 mengamanatkan bahwa pembangunan rumah susun umum, rumah
susun khusus, dan rumah susun Negara merupakan tanggung jawab pemerintah.
4) Peraturan Presiden Nomor 15 Tahun 2010 tentang Percepatan Penanggulangan

Kemiskinan.
Peraturan ini menetapkan salah satunya terkait dengan penanggulangan kemiskinan
yang diimplementasikan dengan penanggulangan kawasan kumuh.
5) Peraturan Menteri Pekerjan Umm Nomor 14/PRT/M/2010 tentang Standar Pelayanan
Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Tata Ruang.
Peraturan ini menetapkan target berkurangnya luas permukiman kumuh di kawasan
perkotaan sebesar 10 % pada tahun 2014.
Terkait dengan tugas dan wewenang pemerintah dalam pengembangan
permukiman maka Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 mengamanatkan tugas dan
wewenang sebagai berikut:
Tugas Pemerintah Pusat, meliputi:
a) Merumuskan dan menetapkan kebijakan dan strategi nasional di bidang
perumahan dan kawasan permukiman.
b) Merumuskan dan menetapkan kebijakan nasional tentang penyediaan Kasiba dan
Lisiba.
c) Mengawasi pelaksanaan kebijakan dan strategi nasional di bidang perumahan dan
kawasan permukiman.
d) Menelenggarakan fungsi operasionalisasi dan koordinasi pelaksanaan kebijakan
nasional penyediaan rumah dan pengembangan lingkungan hunian dan kawasan
permukiman.

e) Memfasilitasi pelaksanaan kebijakan dan strategi pada tingkat nasional.
Tugas Pemerintah Provinsi, meliputi:
a) Merumuskan dan menetapkan kebijakan dan strategi pada tingkat provinsi di
bidang perumahan dan kawasan permukiman dengan berpedoman pada kebijakan
nasional.
b) Merumuskan dan menetapkan kebijakan penyediaan Kasiba dan Lisiba lintas
kabupaten/kota.

KABUPATEN JEMBRANA 2017

VII-2

RPIJM BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN JEMBRANA 2015-2019

c) Mengawasi pelaksanaan kebijakan dan strategi nasional pada tingkat provinsi di
bidang perumahan dan kawasan permukiman.
d) Menyelenggarakan fungsi opersionalisasi dan koordinasi pelaksanaan kebijakan
provinsi penyediaan rumah, perumahan, permukiman, lingkungan hunian dan
kawasan permukiman.
e) Menyusun rencana pembangunan dan pengembangan perumahan dan kawasan

permukiman lintas kabupaten/kota.
f) Memfasilitasi pengelolaan prasarana, sarana, dan utilitas umum perumahan dan
kawasan permukiman pada tingkat provinsi.
g) Memfasilitasi penyediaan perumahan dan kawasan permukiman bagi masyarakat,
terutama bagi MBR.
h) Memfasilitasi pelaksanaan kebijakan dan strategi pada timgkat provinsi.
Tugas Pemerintah Kabupaten/Kota, meliputi:
a) Menyusun dan melaksanakan kebijakan dan strategi pada tingkat kabupaten/kota
di bidang perumahan dan kawasan permukiman dengan berpedoman pada
kebijakan dan strategi nasional dan provinsi.
b) Menyusun dan merencanakan pembangunan dan pengembangan perumahan dan
kawasan permukiman pada tingkat kabupaten/kota.
c) Menyelenggarakan fungsi operasionalisasi dan koordinasi terhadap kelaksanaan
kebijakan kabupaten/kota dalam penyediaan rumah, perumahan, permukiman,
lingkungan hunian, dan kawasan permukiman.
d) Melaksanakan pengawasan dan pengendalian terhadap pelaksanaan peraturan
perundang-undangan, kebijakan, strategi, serta program di bidang perumahan dan
kawasan permukiman pada tingkat kabupaten/kota.
e) Melaksanakan kebijakan dan strategi pada tingkat kabupaten/kota.
f) Melaksanakan peraturan perundang-undangan serta kebijakan dan strategi

penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat kabupaten/
kota.
g) Melaksanakan peningkatan kualitas perumahan dan permukiman.
h) Melaksanakan kebijakan dan strategi provinsi dalam penyelenggaraan perumahan
dan kawasan permukiman berpedoman pada kebijakan nasional.
i) Melaksanakan pengelolaan prasarana, sarana, dan utilitas umum perumahan dan
kawasan permukiman.
KABUPATEN JEMBRANA 2017

VII-3

RPIJM BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN JEMBRANA 2015-2019

j) Mengawasi pelaksanaan kebijakan dan strategi nasional dan provinsi di bidang
perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat kabupaten.
k) Menetapkan lokasi Kasiba dan Lisiba.
7.1.1 Isu Strategis Pengembangan Permukiman
Beberapa isu strategis pengembangan kawasan perkotaan di Kabupaten
Jembrana adalah sebagai berikut :
1) Perda RTRWK Jembrana mengarahkan sistem perkotaan Kabupaten Jembrana

sebagai berikut:
a. PKW (Pusat Kegiatan Wilayah): Kawasan Perkotaan Negara
b. PKLp (Pusat Kegiatan Lokal Promosi): Kawasan Perkotaan Gilimanuk
c. PPK (Pusat Pelayanan Kawasan): Kawasan Perkotaan Melaya, Kawasan
Perkotaan

Pengambengan,

Kawasan

Perkotaan

Mendoyo,

Kawasan

Perkotaan Yeh Embang, Kawasan Perkotaan Pekutatan
2) Kawasan Perkotaan Negara dalam sistem perkotaan nasional dan Sistem
Perkotaan Provinsi Bali berfungsi sebagai Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) untuk
Wilayah Bali bagian Barat, telah tumbuh menjadi kota mandiri yang terus

berkembang didukung fungsi-fungsi pelayanan wilayah yang dimilikinya.
Wilayah yang telah di tetapkan sebagai Kawasan Perkotaan meliputi wilayah
Kelurahan Lelateng, Kelurahan Loloan Barat, Kelurahan Banjar Tengah, dan
Kelurahan Baler Bale Agung di Kecamatan Negara; dan wilayah Kelurahan
Loloan Timur, Kelurahan Sangkar Agung, Desa Budeng, Kelurahan Dauhwaru,
Kelurahan Pendem, Desa Batu Agung, dan Desa Dangin Tukadaya di
Kecamatan Jembrana;

3) Fungsi Kawasan Pengambengan sebagai Kawasan Industri dan Kawasan
Minapolitan berbasis perikanan dan jasa pesisir diperkirakan akan mendorong
percepatan perkembangan kawasan perkotaan Pengambengan sehingga butuh
antisipasi rencana pengembangan permukiman dan infrastruktur perkotaan.
Kawasan Perkotaan Pengambengan berpotensi menjadi pusat kegiatan perikanan
nasional dengan keberadaan Pelabuhan Samudera. Deliniasi Kawasan Perkotaan
pengambengan mencakup sebagian wilayah Desa Baluk, Desa Tegal Badeng
Barat, Desa Tegal Badeng Timur, Desa Cupel dan Desa Pengambengan, di
Kecamatan Negara seluas 625 Ha;
KABUPATEN JEMBRANA 2017

VII-4


RPIJM BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN JEMBRANA 2015-2019

4) Arah perkembangan Kawasan Perkotaan Negara dengan Kawasan Perkotaan
Mendoyo, dan Kawasan Perkotaan Pengambengan yang relatif dekat, dengan
kecenderungan aktivitas perkotaan yang tinggi diperkirakan akan mengalami
kecenderungan menyatu;
5) Kawasan Perkotaan Gilimanuk dengan jasa pelayanan Pelabuhan merupakan
Kota Transit yang makin ramai terlebih dengan wacana akan dibangunnya
Bandara Internasional baru di Bali Utara. Deliniasi Kawasan perkotaan adalah
Kelurahan Gilimanuk
6) Kota-kota yang berfungsi sebagai pusat pelayanan kawasan (PPK) lainnya
diperkirakan akan mengalami perluasan (ekstensifikasi) secara alami, meliputi:
a. Kawasan Perkotaan Melaya mencakup kawasan perkotaan Desa Melaya, di
Kecamatan Melaya;
b. Kawasan Perkotaan Mendoyo mencakup Kelurahan Tegalcangkring dan
kawasan perkotaan Desa Pergung, di Kecamatan Mendoyo;
c. Kawasan Perkotaan Yeh Embang mencakup Kawasan Perkotaan Desa Yeh
Embang Kauh, Kawasan Perkotaan Desa Yeh Embang dan Kawasan
Perkotaan Desa Yeh Embang Kangin, di Kecamatan Mendoyo;

d. Kawasan Perkotaan Pekutatan mencakup kawasan perkotaan Desa Pekutatan
dan Kawasan Perkotaan Desa Pulukan, di Kecamatan Pekutatan;
7) Berdasarkan kawasan perkotaan dalam Raperda RTRWK Jembrana tersebut,
maka dapat diketahui bahwa luas kawasan perkotaan di Kabupaten Jembrana
adalah 6.050,87 Ha atau 7,19 % dari luas wilayah Kabupaten Jembrana;
8) Terdapat rencana pengembangan jalan bebas hambatan Gilimanuk–Negara,
Negara–Pekutatan, Pekutatan-Soka yang akan melintasi kawasan perkotaan;
9) Terdapat rencana pengembangan Jaringan crossover listrik Jawa Bali dan
lintasan Jaringan SUTET yang akan melintasi kawasan perkotaan;
10) Menurunnya sediaan air baku, belum meratanya pelayanan air minum, sediaan
listrik, dan sarana wilayah lainnya;
11) Pelayanan air minum oleh PDAM untuk kawasan perkotaan di Kabupaten
Jembrana tahun 2007 adalah sebesar 79,33% dan kawasan perdesaan 36,67%.
Dari 72 desa/kelurahan yang ada di Kabupaten Jembrana, 53 desa belum
terlayani air minum;

KABUPATEN JEMBRANA 2017

VII-5


RPIJM BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN JEMBRANA 2015-2019

12) Belum tersedianya pengolahan limbah kawasan perkotaan maupun kawasan
industri secara terpadu; dan
13) Tingginya potensi rawan bencana seperti genangan, banjir dan abrasi pantai.
7.1.2 Kondisi Eksisting Pengembangan Permukiman
Kondisi eksisting pengembangan permukiman hingga tahun 2012 pada
tingkat nasional mencakup 180 dokumen SPPIP, 108 dokumen RPKPP, untuk di
perkotaan meliputi 500 kawasan kumuh di perkotaan yang tertangani, 385 unit
RSH yang terbangun. Sedangkan di perdesaan adalah 416 kawasan perdesaan
potensial terbangun infrastrukturnya, 29 kawasan rawan bencana di perdesaan
terbangun infrastrukturnya, 108 kawasan perbatasan dan pulau kecil di perdesaan
yang terbangun infrastrukturnya, 237 desa dengan komoditas unggulan yang
tertangani

infrastrukturnya,

dan

15.362


desa

tertinggal

yang tertangani

infrastrukturnya.
Kondisi eksisting pengembangan permukiman Kabupaten Jembrana terkait
kawasan permukiman dan infrastruktur perkotaan adalah:
a. Kawasan Perkotaan Gilimanuk dengan keberadaan Pelabuhan Gilimanuknya
merupakan pintu gerbang Pulau Bali dari Pulau jawa
b. Keberadaan permukiman tradisional Bali sebagai pendukung kelestarian
budaya dan kekhasan wajah permukiman kawasan perkotaan tersebar diseluruh
kawasan Perkotaan Kabupaten Jembrana
c. Keberadaan permukiman Kampung Bugis berupa rumah panggung sebagai
salah satu kultur yang hidup dan berkembang bersandingan dengan kehidupan
masyarakat adat Bali sebagai salah satu potensi pengembangan wisata arsitektur
kota
d. Kuatnya budaya kepemilikan lahan dan rumah pribadi bagi orang Bali
e. Kuatnya kepranataan sosial tradisional Bali (awig-awig adat) di Kabupaten
Jembrana dalam pengembangan dan pemeliharaan lingkungan perumahan dan
permukiman.
f. Pendanaan perumahan dan Infrastruktur permukiman terus diupayakan melalui
Dana Pemerintah (APBN maupun APBD Daerah) maupun perbankan
g. Potensi berkembangnya kawasan perkotaan baru di Kawasan Pengambengan
dengan keberadaan Pelabuhan Perikanan skala besar dan perkembangan
kegiatan industri pengolahan ikan
KABUPATEN JEMBRANA 2017

VII-6

RPIJM BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN JEMBRANA 2015-2019

h. Potensi pengembangan kawasan permukiman oleh developer/ pengembang
khususnya pada kawasan sekitar sungai dan sekitar pantai yang memiliki
panorama alami yang indah
i. Jalan utama sebagian besar kawasan perkotaan merupakan arus lalu lintas
regional dan antar wilayah
Kondisi eksisting pengembangan permukiman Kabupaten Jembrana terkait
dengan capaian dalam penediaan kawasan permukiman yang layak huni bila dilihat
dari peraturan di tingkat
7.1.3 Permasalahan dan Tantangan Pengembangan Permukiman
Untuk pembangunan prasarana dan sarana dasar permukiman, permasalahan
utama yang dihadapi adalah rendahnya akses terhadap air minum dan sanitasi (air
limbah, pengelolaan persampahan, dan drainase). Secara umum, faktor-faktor yang
diidentifikasi menyebabkan terjadinya kondisi ini antara lain:
a. Belum memadainya perangkat peraturan;
b. Terbatasnya penyedia layanan yang kredibel dan profesional;
c. Belum optimalnya sistem perencanaan;
d. Terbatasnya pendanaan;
e. Perubahan peruntukan dari perumahan menjadi permukiman;
f. Melambungnya harga tanah sesudah prasarana terbangun. Hal ini menyebabkan
investor memperkecil luas lahan pengembangan bahkan terkadang tidak jadi
membangun perumahan di kawasan tersebut.
g. Mahalnya harga tanah mengakibatkan terjadinya pembangunan kawasan
perumahan dalam skala kecil oleh pengembang (hanya beberapa unit rumah
dalam satu perumahan).
h. Perumahan yang telah terbangun hanya sebagai investasi, tidak ditempati.

7.1.4 Tantangan Daerah
Tantangan daerah dalam rencana pengembangan permukiman adalah
bagaimana mewujudkan wilayah yang berfungsi sebagai lingkungan hunian dan
tempat kegiatan yang mendukung perikehidupan dan penghidupan yang terencana,
menyeluruh, terpadu, dan berkelanjutan sesuai dengan rencana tata ruang
kabupaten.
KABUPATEN JEMBRANA 2017

VII-7

RPIJM BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN JEMBRANA 2015-2019

7.1.4 Usulan Program dan Kegiatan
Program-program sektor Pengembangan Permukiman yang diusulkan untuk
menjadi prioritas penanganan di Kabupaten Jembrana meliputi Pengembangan
Kawasan Permukiman Perkotaan berupa peningkatan infrastruktur permukiman
kumuh perkotaan, dan penembangan Kawasan Permukiman Perdesaan diantaranya:
infrasturktur kawasan permukiman perdesaan potensial (agropolitan/minapolitan),
infrastruktur kawasan permukiman rawan bencana, infrastruktur pendukung
kegiatan ekonomi dan social (PISEW), infrastruktur infrastruktur perdesaan PPIP,
serta infrastruktur perdesaan RIS PNPM.
Kriteria kesiapan (Readiness Criteria) dalam pengembangan permukiman
dalam mendukung pelaksanaan kegiatan diantaranya: ada rencana kegiatan rinci
yang diuraikan secara jelas, indicator kinerja sesuai dengan yang ditetapkan dalam
Renstra Kabupaten Jembrana maupun Renstra SKPD (Dinas PU Kabupaten
Jembrana), kesiapan lahan, tersedia DED, tersedia dokumen perencanaan berbasis
kawasan (SPPIP, RPKPP, Masterplan Kawasan Agropolitas dan Masterplan
Kawasan Minapolitan, dan KSK), tersedia Dana Daerah untuk Urusan Bersama
(DDUB) dan dada daerah untuk pembiayaan komponen kegiatan sehingga system
bisa berfungsi (dana operasional), ada unit Teknis sebagai pelaksana, serta
kesiapan daerah untuk pengelolaan hasil kegiatan pasca konstruksi.
7.2. Penataan Bangunan dan Lingkungan
7.2.1 Arahan Kebijakan dan Lingkup Kegiatan Penataan Bangunan dan
Lingkungan
Penataan bangunan dan lingkungan merupakan serangkaian kegiatan yang
diperlukan sebagai bagian dari upaya pengendalian pemanfaatan ruang terutama
untuk mewujudkan lingkungan binaan, baik diperkotaan maupun diperdesaan,
khususnya wujud fisik bangunan gedung dan lingkungannya.
Di dalam materi rencana tata bangunan dan lingkungan pada Peraturan Menteri
Pekerjaan Umum dijelaskan mengenai Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan
pada wilayah kabupaten/kota yang meliputi:
a.

Kawasan baru berkembang cepat;

b.

Kawasan terbangun;

c.

Kawasan dilestarikan;

KABUPATEN JEMBRANA 2017

VII-8

RPIJM BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN JEMBRANA 2015-2019

d.

Kawasan rawan bencana;

e.

Kawasan gabungan atau campuran dari keempat jenis kawasan diatas.

7.2.2 Isu Strategis PBL
Penataan Bangunan dan Lingkungan sangat diperlukan sebagai upaya
pengendalian pemanfaatan ruang untuk mewujudkan lingkungan binaan khususnya
fisik bangunan dan lingkungannya.
Isu strategis penataan bangunan dan lingkungan yang dihadapi oleh Kabupaten
Jembrana diantaranya:
a. Perlunya dokumen pengendalian pemanfaatan ruang melalui RTBL untuk
kawasan strategis Provinsi dan Kawasan Strategis Kabupaten yang sudah
ditetapkan dalam Perda RTRW,
b. Tingginya frekwensi kejadian kebakaran di perkotaan, potensi kebakaran pada
pusat kegiatan (Pelabuhan penyeberangan Gilimanuk dan pelabuhan perikanan
PPN Pengambengan),
c. Pemenuhan kebutuhan ruang terbuka hijau publik dan ruang terbuka hijau
(RTH) di perkotaan,
d. Revitalisasi dan pelestarian lingkungan permukiman tradisional dan bangunan
bersejarah berpotensi wisata untuk menunjang tumbuh kembangnya ekonomi
lokal (permukiman tradisional masyarakat Bugis di Kelurahan Loloan Barat
dan Kelurahan Loloan Timur, serta pusat kota lama/ Puri Negara.
e. Peningkatan kualitas lingkungan dalam rangka pemenuhan standar pelayanan
minimal,
f. Pelibatan peran masyarakat dan swasta dalam penataan bangunan dan
lingkungan diantaranya pengendalian bentuk bangunan ber-core budaya (style
Bali) di sepanjang coridor jalan di Kota Negara.
g. Tertib pembangunan dan keandalan bangunan gedung (keselamatan, kesehatan,
kenyamanan dan kemudahan),
h. Pengendalian penyelenggaraan bangunan gedung dengan perda bangunan
gedung,
i. Tantangan untuk mewuudkan bangunan gedung yang fungsional, tertib, andal
dan mengacu pada isu lingkungan/keberlanjutan,
j. Tertib dalam penyelenggaraan dan pengelolaan aset gedung,
KABUPATEN JEMBRANA 2017

VII-9

RPIJM BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN JEMBRANA 2015-2019

k. Realisasi PAKET sesuai dengan komitmen keikutsertaan dalam Replikasi
P2KP,
l. Keberlanjutan dan sinergi program penanggulangan kemiskinan.
Kebijakan penataan ruang wilayah Kabupaten Jembrana

dikembangkan

untuk mewujudkan tujuan penataan ruang wilayah, meliputi:
a. pemantapan fungsi wilayah sebagai pusat pengembangan Bali Bagian Barat;
b. peningkatan jangkauan pelayanan sistem jaringan prasarana wilayah untuk
mendukung peningkatan produktivitas dan pemerataan pelayanan kepada
masyarakat;
c. pemantapan wilayah yang hijau dan lestari sebagai penyangga pelestarian
lingkungan Pulau Bali;
d. pemantapan

wilayah

sebagai

pusat

kegiatan

pertanian,

industri

dan

pendayagunaan sumber daya pesisir dan kelautan dengan konsep agropolitan
dan minapolitan;
e. pengembangan kepariwisataan berwawasan lingkungan yang terintegrasi
dengan pertanian dan potensi sumber daya pesisir dan kelautan; dan
Kebijakan Pemerintah Kabupaten Jembrana dalam penataan gedung dan
lingkungan yaitu untuk:
a. Mewujudkan pemanfaatan ruang daerah yang serasi dan optimal sesuai dengan
kebutuhan dan kemampuan daya dukung lingkungan serta sesuai dengan
kebijaksanaan pembangunan nasional dan daerah yang berkelanjutan.
b. Mewujudkan daya dukung lingkungan yang berkelanjutan dalam pengelolaan
kawasan, untuk menjamin tetap berlangsungnya konservasi air dan tanah,
mejamin tersedianya air tanah dan permukaan serta penanggulangan banjir.
c. Mengembangkan perekonomian wilayah yang produktif, efektif dan efisien
berdasarkan karakteristik wilayah, bagi terciptanya kesejahteraan masyarakat
yang berkeadilan dan pembangunan yang berkelanjutan.
Strategi pemanfaatan ruang daerah merupakan pelaksanaan kebijakan
penataan ruang daerah yang meliputi:
a. Mendorong terselenggaranya pengembangan kawasan yang berdasarkan atas
keterpaduan antar perkotaan dan perdesaan sebagai satu kesatuan wilayah
perencanaan;
b. Mendorong terselenggaranya pembangunan kawasan yang dapat menjamin tetap
berlangsungnya konservasi air dan tanah, menjamin tersedianya air tanah dan air
KABUPATEN JEMBRANA 2017

VII-10

RPIJM BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN JEMBRANA 2015-2019

permukaan serta penanggulangan banjir dengan mempertimbangkan daya
dukung lingkungan yang berkelanjutan dalam pengelolaan kawasan;
c. Mendorong pengembangan perekonomian wilayah yang produktif, efektif dan
efisien berdasarkan karakteristik wilayah bagi terciptanya kesejahteraan
masyarakat dan pembangunan yang berkelanjutan.

7.2.2 Kondisi Eksisting
Kondisi eksisting Penataan Bangunan dan Lingkungan di Kabupaten
Jembrana, yang mencakup kondisi terkait peraturan daerah diantaranya sudah
ditetapkannya RTRW Kabupaten Jembrana melalui Perda Kabupaten Jembrana
Nomor 11 Tahun 2012, serta Perbup tentang RTBL Kawasan Pelabuhan Gilimanuk
(Perbup Nomor 50 Tahun 2012). Selain itu sudah dimilikinya Perda Bangunan,
serta

Perbup tentang RISPK. Kabupaten Jembrana juga sudah mempunyai

beberapa RTBL diantaranya RTBL Kawasan Gilimanuk, RTBL Kawasan Industri
Pengambengan, RTBL Rambutsiwi dan RTBL Kawasan Delodberawah. Beberapa
Perbup terkait dengan RTBL sedang dalam proses revisi, namun beberapa yang
masih relevan dan sejalan dengan RTRW masih diterapkan sampai dengan saat ini.
Kondisi penataan gedung dan lingkungan pada Kabupaten Jembrana selama
ini telah dilaksanakan dengan proses perijinan seperti: Ijin Prinsip, IMB dengan
sudah adanya Perda Nomor 6 tahun 2003 tentang Retribusi Pelayanan Persetujuan
prinsip dan Perda Nomor 3 Tahun 2004 tentang Bangunan.
Pada Tahun 2008 Pemerintah Kabupaten Jembrana melaksanakan kegiatan
pemberdayaan

masyarakat

perkotaan

melalui

Program

Penanggulangan

Kemiskinan Perkotaan (P2KP) Replikasi pada 24 adat/pakraman dari 64 Desa
adat/pakraman yang ada di Kabupaten Jembrana.
7.2.3. Permasalahan dan Tantangan Sektor Penataan Bangunan dan Lingkungan
Permasalahan dan tantangan Penataan Bangunan dan Lingkungan yang
dihadapi Kabupaten Jembrana diantaranya:
a. masih kurang diperhatikannya kebutuhan sarana sistem roteksi kebakaran;
b. belum siapnya landasan hukum dan landasan operasional dalam penyiapan
infrastruktur guna pengembangan lingkungan permukiman,
c. menurunnya fungsi kawasan dan terjadi degradasi kawasan kegiatan ekonomi
utama kota, kawasan tradisional bersejarah serta heritage;
KABUPATEN JEMBRANA 2017

VII-11

RPIJM BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN JEMBRANA 2015-2019

d. terbatasnya APBD dalam rangka mendukung peningkatan kualitas lingkungan
pemenuhan SPM.
e. Masih lemahnya pengaturan bangunan gedung,
f. Kurang terdatanya aset daerah yang mendukung program penataan RTH,
g. Masih kurang diperhatikannya kebutuhan sarana lingkungan hijau/terbuka, serta
sarana olahraga,,
h. Terbatasnya aparatur dan SDM penataan ruang.

7.3

Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM)

7.3.1 Arahan Kebijakan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM)
Penyelenggaraan pengembangan SPAM adalah kegiatan merencanakan,
melaksanakan konstruksi, mengelola, memelihara, merehabilitasi, memantau
dan/atau mengevaluasi sistem fisik (teknik) dan non fisik penyediaan air minum.
Penyelenggara pengembangan SPAM adalah badan usaha milik negara (BUMN)/
badan usaha milik daerah (BUMD), koperasi, badan usaha swasta, dan/atau
kelompok masyarakat yang melakukan penyelenggaraan pengembangan sistem
penyedian air minum. Penyelengaraan SPAM dapat melibatkan peran serta
masyarakatdalam pengelolaan SPAM berupa pemeliharaan, perlindungan sumber
air baku, penertiban sambungan liar, dan sosialisasi dalam penyelenggaraan
SPAM.
Pelayanan air minum merupakan komponen yang strategis dalam
pembangunan dan merupakan salah satu entry point dalam penanggulangan
kemiskinan. Pengembangan dan pelayanan air minum adalah untuk meningkatkan
pelayanan air minum di perdesaan maupun perkotaan, khususnya bagi masyarakat
miskin dikawasan rawan air dan meningkatkan keikutsertaan swasta dalam
investasi pembangunan prasarana dan sarana air minum di perkotaan.
Penyusunan

rencana

program

investasi

infrastruktur

Sub

bidang

Pengembangan Air Minum harus memperhatikan Rencana Induk Pengembangan
Sistem Penyediaan Air Minum (RI-SPAM), sebagai acuan/pedoman dalam
perencanaan dan pelaksanaan pengembangan air minum pada suatu daerah.
Pemerintah Kabupaten Jembrana saat ini sedang menyusun Master Plan Air
Minum Kabupaten Jembrana sehingga diharapkan dapat menjadi acuan/pedoman
dalam penyediaan air minum di kawasan perkotan dan perdesaan.
KABUPATEN JEMBRANA 2017

VII-12

RPIJM BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN JEMBRANA 2015-2019

7.3.2 Isu

Strategis,

Kondisi

Eksisting,

Permasalahan,

dan

Tantangan

Pengembangan SPAM
Sistem penyediaan air bersih Kabupaten Jembrana dikelola oleh Perusahaan
Daerah Air Minum Tirta Amertha Jati Kabupaten Jembrana sejak tahun 1992,
secara garis besar, pengelolaan sistem air bersih di Kabupaten Jembrana dibagi
menjadi 4 unit wilayah pelayanan.
Sistem penyediaan air bersih Kabupaten Jembrana meliputi pelayanan
PDAM dan NON PDAM, untuk pengelolaan air bersih NON PDAM dilakukan
oleh desa dan kelompok-kelompok atau ada yang bersifat individu. Cakupan
pelayanan PDAM Kabupaten Jembrana terdiri dari 4 unit pelayanan yang tersebar
pada masing-masing wilayah Kecamatan, yaitu:
1. Kecamatan Negara jumlah sambungan 7.752 unit.
2. Kecamatan Mendoyo jumlah sambungan 3.214 unit.
3. Kecamatan Pekutatan jumlah sambungan 1.049 unit.
4. Kecamatan

Melaya

KABUPATEN JEMBRANA 2017

jumlah

sambungan

3.720

unit

VII-13

RPIJM BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN JEMBRANA 2015-2019

5.
Gambar 7.1:
PETA JARINGAN PDAM KOTA NEGARA

KABUPATEN JEMBRANA 2017

VII-14

RPIJM BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN JEMBRANA 2015-2019

Gambar 7.2:
PETA JARINGAN PDAM KECAMATAN MELAYA

KABUPATEN JEMBRANA 2017

VII-15

RPIJM BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN JEMBRANA 2015-2019

Gambar 7.3
PETA JARINGAN PDAM KEC. PEKUTATAN

KABUPATEN JEMBRANA 2017

VII-16

RPIJM BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN JEMBRANA 2015-2019

Gambar 7.4
PETA JARINGAN PDAM KEC. MENDOYO

KABUPATEN JEMBRANA 2017

VII-17

RPIJM BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN JEMBRANA 2015-2019

Sumber air baku yang dikelola dalam sistem penyediaan air bersih Kabupaten
Jembrana terdiri dari 22 unit sumur bor, 5 unit air permukaan, dan 3 unit mata air
dengan kapasitas keseluruhan sumber 306 l/dt, kapasitas terpasang 276 l/dt,
kapasitas produksi 191 l/dt.
Penggunaan air bersih paling banyak adalah untuk kebutuhan rumah tangga.
Selain untuk kebutuhan rumah tangga, seperti minum, mandi, dan mencuci, air
bersih juga digunakan oleh golongan lain seperti untuk perusahaan niaga, sosial,
dinas/ instansi, dan industri.
Permasalahan dan tantangan yang sering dihadapi dalam penyediaan sarana air
minum di Kabupaten Jembrana, antara lain:
1) Tingkat pertumbuhan cakupan pelayanan air minum system perpipaan belum
seimbang dengan tingkat perkembangan penduduk.
2) Perkembangan pest SPAM non-perpipaan terlindungi masih memerlukan
pembinan,
3) Pelayanan air minum pada system perpipaan masih terbatas dan mahal
4) Ketersediaan data yang akurat terhadap cakupan dan akses air minum
masyarakat belum memadai,
5) Penyelengaraan SPAM masih kesulitan dalam masalah pendanaan untuk
pengembangan, maupun operasional dan pemeliharaan.
6) Kawasan permukiman belum terlayani jaringan perpipaan PDAM;
7) Minat masyarakat perdesaan untuk berlangganan PDAM masih kurang;
8) Sumber mata air yang ada belum dikelola secara optimal;
9) Sebagian daerah tidak tersedia sumber mata air (daerah rawan air);
10) Perilaku masyarakat dalam menggunakan air baku non PDAM masih boros, air
yang dipergunakan untuk kepentingan umum dan rumah tangga masih belum
memakai stop kran.
Sistem prasarana yang diusulkan, meliputi:
a. Sistem Non Perpipaan
Sistem Non Perpipaan, pada kawasan; perdesaan dan kawasan rawan air minum
dengan didukung mesin pompa dan bak penampungan serta mobil tangki air
sebagai pemasok air saat warga mengalami krisis air minum, pada saat musim
kemarau tiba.

KABUPATEN JEMBRANA 2017

VII-18

RPIJM BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN JEMBRANA 2015-2019

b. Sistem Perpipaan
Sistem Perpipaan, penambahan jaringan perpipaan pada kawasan permukiman
yang telah ada.
c. Pembiayaan Proyek Penyediaan Pengelolaan
Untuk mewujudkan pembangunan pada Sub Bidang Pengembangan Air Minum
di Kabupaten Jembrana didukung pendanaan dari banyak sumber baik dari
pemerintah, swasta maupun masyarakat.
Tabel 7.5:
DATA KARATERISTIK WILAYAH PELAYANAN PDAM
KABUPATEN JEMBRANA TAHUN 2012

No
A

Uraian

Volume

Wilayah Pelayanan
1 Luas Wilayah

841,80

Km2

2 Jumlah Penduduk Kab. Jembrana

261.638,00

Jiwa

3 Jumlah Penduduk Administrasi

112.118,00

Jiwa

a

Kota

48.292

Jiwa (43.08%)

b

Pedesaan

63.826

Jiwa (56.93%)

4 Jml. Pnddk. Dlm Pelayanan PDAM

226.916

a

Kota

85.425

Jiwa (37.65%)

b

Pedesaan

141.491

Jiwa (62.36%)

5 Kepadatan Penduduk

311,00

/Jiwa/Km2

a

Kecamatan Melaya

255,00

/Jiwa/Km2

b

Kecamatan Negara

615,00

/Jiwa/Km2

c

Kecamatan Jembrana

549,00

/Jiwa/Km3

c

Kecamatan Mendoyo

191,00

/Jiwa/Km2

d

Kecamatan Pekuattan

197,00

/Jiwa/Km2

4,00

/Jiwa/Rt

6 Rata-rata Jiwa/RT

KABUPATEN JEMBRANA 2017

VII-19

RPIJM BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN JEMBRANA 2015-2019

B

Karateristik Pelayanan
1

2

3

4

5

6

Cakupan Pelayanan

49,41

%

a

45,11

%

56,53

%

± 472

L/dt

Kapasitas Produksi yg dikelola oleh
PDAM

211,00

L/dt

a

Mata Air

19,00

l/dt ( 9,01 % )

b

Air Permukaan

9,00

l/dt ( 4,27 % )

c

Sumur Dalam

176,00

l/dt ( 83,42 % )

d

IPA

7,00

Pedesaan

b Perkotaan
Kebutuhan Air Bersih masyarakat
Kabupaten Jembrana

Jumlah Sambungan

18.873,00

l/dt ( 3,32 %)
Unit
Sambungan

a

Perpompaan

16.172,00

85,69%

b

Pedesaan

2.701,00

14,31%

c Rata-rata Pemakaian
Klsifikasi Pelanggan

18,63

m3/bln/samb

a

Sosial

289,00

1,53%

b

Rumah Tangga

17.338,00

91,87%

c

Instansi Pemerintah

594,00

3,15%

d

Niaga

636,00

3,37%

e

Industri

15,00

0,08%

1,00

0,01%

f Pelabuhan
Harga Air dan Biaya Operasional
a

Tarif Dasar

Rp.

1.600,00

/m3

b

Biaya Operasional rata-rata (Biaya

Rp.

3.460,00

/m3

- Biaya Sumber

Rp.

624,00

18,03%

- Biaya Pengolahan

Rp.

444,00

12,83%

- Biaya Trndis

Rp.

324,00

9,36%

Operasional + Biaya Penyusutan)

KABUPATEN JEMBRANA 2017

VII-20

RPIJM BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN JEMBRANA 2015-2019

- Biaya Umum & Adm

Rp.

1.399,00

40,43%

- Biaya Penyusutan + Amortisasi

Rp.

669,00

19,34%

c

Pendapatan (Harga Air)/m3 terjual

Rp.

3.124,00

d

Tarif Dasar Ideal (Permendagri Nomor

Rp.

/m3

2.700,00

/m3

Panjang Jaringan (m )

721.358,00

Km

a

76.069,00

]Km

b Pipa Distribusi
Kepadatan Jaringan (Panjang Pipa

645.289,00

Km

Distribusi / Jumlah Sambungan)

35

Samb/Km

23 Tahun 2006)
7

8

C

D

Pipa Transmisi

Data Penunjang
1

Rata-rata Hari Hujan

7,60

Hari/bulan

2

Rata-rata Curah Hujan

5,23

mm/bulan

3

Kapasitas Ekplorasi Air Tanah (ABT)

4

Kapasitas Mata Air

5

Estimasi Aliran Andal di Muara Sungai

101,33

m3/dt

0,11

m3/dt

600,00

L/dt

Kelembagaan
1 Peraturan Daerah No. 4 Tahun 2001
tentang perubahan pertama atas
Peraturan Kabupaten Daerah tingkat II
Jembrana No. 15 tahun 1991tentang
pendirian Perusahaan Daerah Air
Minum Kabupaten Daerah Tingkat II
Jembrana.

2 Peraturan Daerah No. 9 tahun 2012
tentang Perusahaan Daerah Air Minum
Tirta Amertha Jati Kabupaten Jembrana

KABUPATEN JEMBRANA 2017

VII-21

RPIJM BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN JEMBRANA 2015-2019

7.4 Penyehatan Lingkungan Permukiman
7.4.1 Air Limbah
Semua program/kegiatan pada Sub Bidang Air Limbah bertujuan untuk
mencapai kondisi masyarakat hidup sehat dan sejahtera dalam lingkungan yang
bebas dari pencemaran air limbah permukiman.
Air limbah yang dimaksud adalah air limbah permukiman (municipal
wasterwater) yang terdiri atas air limbah domestik (rumah tangga) yang berasal
dari air sisa mandi, cuci, dapur dan tinja manusia dari lingkungan permukiman
serta air limbah industri rumah tangga yang tidak mengandung Bahan Beracun dan
Berbahaya (B3). Air limbah ini perlu dikelola agar tidak menimbulkan dampak
seperti mencemari air permukaan dan air tanah, disamping sangat beresiko
menimbulkan penyakit, seperti: diare, thypus, kolera dan lain-lain.
Kebijakan Pemerintah Kabupaten Jembrana dalam pengelolaan air limbah
diharapkan dapat menciptakan tingkat kesejahteraan masyarakat yang lebih baik
dari kondisi saat ini, seperti: peningkatan prasarana dan sarana dasar permukiman
sehingga menjadikan perumahan yang layak huni.
Sasaran pengelolaan prasarana dan sarana air limbah di Kabupaten Jembrana
ditekankan pada pengelolaan air limbah pemukiman yang terdiri atas air limbah
domestic (rumah tangga) yang berasal dari air sisa mandi, cuci, dapur dan tinja
manusia dari lingkungan permukiman serta air limbah industri rumah tangga yang
tidak mengandung bahan beracun dan berbahaya
Sistem pengelolaan air limbah di Kabupaten Jembrana dilakukan dengan
sistem setempat-setempat dan sebagian besar dilaksanakan secara individu.
Berdasarkan data yang diperoleh dari sumber Bali Membangun 2009 Bahwa di
Kabupaten Jembrana pada tahun 2008 sarana yang sudah tersedia adalah mandi
kakus 850 unit, mandi cuci 4 unit, jamban keluarga 42.388 unit dan SPAL 19.280
unit.
Di Kabupaten Jembrana saat ini terdapat 1 (satu) buah instalasi pengolahan
limbah tinja (IPLT) yang berada di Desa Peh di Kota Negara. Sedangkan truk tinja
sebagian diusahakan oleh swasta dan sebagian lagi diusahakan oleh Kantor LHKP
Kabupaten Jembrana.

KABUPATEN JEMBRANA 2017

VII-22

RPIJM BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN JEMBRANA 2015-2019

Permasalahan dan Tantangan Pengelolaan Air Limbah
Permasalahan yang sering dihadapi adalah adanya persepsi dari sebagian
masyarakat bahwa sarana sanitasi air limbah yang belum menjadi kebutuhan yang
mendesak sehingga masyarakat masih membuang air limbahnya kesaluran atau
sungai karena keterbatasan ekonomi yang belum mampu menyediakan sarana
sanitasi sendiri.
Untuk menurunkan tingkat pencemaran tersebut dengan mempertahankan
kondisi perairan yang ada agar tidak tercemar lebih tinggi lagi sehingga dapat
mencegah penyebaran penyakit untuk melindungi masyarakat dari gangguan
kesehatan.
Di Kabupaten Jembranan masih minimnya fasilitas pengolahan lumpur tinja
(TPLT) sehingga pelayanan penyedotan lumpur tinja pada Kabupaten Jembrana
ada yang dilakukan oleh pihak swasta yang limbahnya dibuang pada tempat-tempat
tertentu seperti sungai sehingga pemantauannya akan menjadi sulit. Permasalahan
yang sering dihadapi adalah adanya persepsi dari sebagian masyarakat bahwa
sarana sanitasi air limbah yang belum menjadi kebutuhan yang mendesak sehingga
masyarakat masih membuang air limbahnya kesaluran atau sungai karena
keterbatasan ekonomi yang belum mampu menyediakan sarana sanitasi sendiri.
Untuk menurunkan tingkat pencemaran tersebut dengan mempertahankan
kondisi perairan yang ada agar tidak tercemar lebih tinggi lagi sehingga dapat
mencegah penyebaran penyakit untuk melindungi masyarakat dari gangguan
kesehatan.
Di Kabupaten Jembranan masih minimnya fasilitas pengolahan lumpur tinja
(TPLT) sehingga pelayanan penyedotan lumpur tinja pada Kabupaten Jembrana
ada yang dilakukan oleh pihak swasta yang limbahnya dibuang pada tempat-tempat
tertentu seperti sungai sehingga pemantauannya akan menjadi sulit.
Sistem sarana dan prasaran air limbah di Kabupaten Jembrana yag diusulkan antara
lain:
 Pengembangan sanitasi lingkungan yang berbasis masyarakat, yang diharapkan
masyarakat turut berperan aktif dalam meningkatkan kualitas kesehatan
lingkungan
 Peningkatan sarana sanitasi yang menggunakan system pengolahan air limbah
setempat baik secara individu maupun komunal
KABUPATEN JEMBRANA 2017

VII-23

RPIJM BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN JEMBRANA 2015-2019

Untuk mewujudkan pembangunan pada sub Bidang Air Limbah di Kabupaten
Jembrana perlu dukungan pendanaan dari berbagai sumber seperti dari pemerintah,
swasta maupun masyarakat.
7.4.2 Persampahan
Semua Program/Kegiatan Sub Bidang Persampahan bertujuan untuk
mencapai masyarakat hidup sehat dan sejahtera dalam lingkungan yang bersih dari
sampah, dan mengacu pada kebijakan dan strategi yang dituangkan dalam Rencana
strategis (Renstra) di Pusat maupun Provinsi dan sesuai dengan kebutuhan dan
prioritas pengembangan daerah.
Kebijakan Pemerintah Kabupaten Jembrana dalam pengelolaan persampahan
diarahkan pada pengelolaan prasarana persampahan yang dapat dipergunakan
untuk lintas wilayah, dengan didukung ketersediaan tempat pembuangan sementara
(TPS) dan tempat pembuangan akhir (TPA).
Pengembangan sistem prasarana pengelolaan persampahan di Kabupaten
Jembrana, meliputi:
a. Kerjasama antar wilayah kecamatan dalam penanggulangan masalah sampah,
terutama di wilayah perkotaan;
b. Penempatan tempat pembuangan akhir (TPA) sesuai dengan persyaratan teknis
dengan memperhatikan daya dukung lingkungan;
c. Pengembangan pengelolaan persampahan dengan teknologi ramah lingkungan.
Kondisi eksisting sektor persampahan di Kabupaten Jembrana, dimana
sumber utama timbunan sampah yaitu sampah domestik (rumah tangga) dan
sampah non domestik meliputi sampah intitusional (sekolah, kantor, dan lain-lain),
sampah komersial (pasar, toko, dan lain-lain), sampah aktivitas perkotaan
(penyapuan jalan, lapangan, dan lain-lain), sampah klinik, sampah industri, sampah
konstruksi, dan lain sebagainya. Sistem pengelolaan sampah di Kabupaten Negara
dikelola langsung oleh masyarakat secara perorangan atau berkelompok. Secara
perorangan sampahnya dikelola dengan cara membakar, menanam, ataupun
mengupah seseorang dengan peralatan angkutnya untuk membuang sampah ke
tempat penimbunan sampah yang telah disediakan.

KABUPATEN JEMBRANA 2017

VII-24

RPIJM BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN JEMBRANA 2015-2019

Tabel 7.6:
Volume Penanganan Sampah di Kab. Jembrana Tahun 2008-2012
No.

Tahun

Volume
Sampah
(M3)

Volume Sampah Yang
Ditangani
M3

%

Volume Sampah
Yang Belum
Ditangani
M3
%

1

2008

292.365

248.510

85

43.362

15

2

2009

246.289

201.845

85

44.444

15

3

2010

305.510

228.689

75

76.831

25

4

2011

298.869

230.364

77,08

68.505

22,92

5

2012

299.956

231.965

77,33

67,991

22,67

Sumber : LKPJ Bupati Jembrana, Tahun 2012

Untuk

kebutuhan

pengelolaan

sampah,

Kantor

Lingkungan

Hidup

Kebersihan Pertamanan Kab. Jembrana memiliki alat berat berupa buldoser
sebanyak 1 (satu) unit, Trek Loader sebanyak 1 (satu) serta armada truk yang
terdiri dari Truk Arm Rool sebanyak 6 (enam) unit, Truk Dump sebanyak 6 (enam)
unit dan gerobak sebanyak 16 (enam belas) buah. Jumlah sampah yang ditangani
dalam sehari yaitu sampah organik sejumlah 3.375 m³ dan sampah anorganik 1.125
m³. Volume total produksi sampah sehari di TPA berkisar antara 6-7 ton.
Prosentase pengelolaan sampah dan TPS per satuan penduduk dapat dilihat
pada tabel berikut:
Tabel 7.7:
Prosentase Pengelolaan Sampah dan TPS per Satuan Penduduk di
Kabupaten Jembrana Tahun 2008 - 2012
No.
1.

2.

Uraian
Persentase
Pengelolaan
Sampah
Tempat
Pembuangan
Sampah (TPS) per
satuan penduduk

2008
22,44

2009
86,68

Tahun
2010
76,22

0,15 %

89 %

78 %

2011
77,22

2012
77,35

78 %

78 %

Sumber : Kantor Lingkungan Hidup dan Kebersihan Pertamanan Kab. Jembrana, Tahun 2013

KABUPATEN JEMBRANA 2017

VII-25

RPIJM BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN JEMBRANA 2015-2019

Sistem pengelolaan persampahan adalah sampah rumah tangga dikumpulkan
terlebih dahulu oleh petugas gerobak menuju TPS atau Kontainer terdekat.
Kemudian sampah-sampah tersebut dengan menggunakan truk akan diangkut
menuju TPA.
Persentase rumah tangga bersanitasi dapat dilihat pada tabel 4.4 berikut:
Tabel 7.8:
Prosentase Rumah Tangga Bersanitasi
di Kabupaten Jembrana Tahun 2008 - 2012
Tahun
Rumah Tangga
Bersanitasi

2008
90 %

2009
91,29 %

2010
92,29 %

2011
93,29 %

2012
94,69 %

Sumber: Bappeda dan PM Kabupaten Jembrana, Tahun 2012

Permasalahan yang dihadapi oleh Pemerintah Kabupaten Jembrana dalam
pengelolaan persampahan, antara lain:
1. Produksi timbulan sampah belum semuanya dapat diangkut ke TPA;
2. Armada dan personil angkutan sampah yang terbatas;
3. Kapasitas TPA Peh yang sudah overload dan masih dengan metode
opendumping.
Usulan dan prioritas program pengolahan persampahan di Kabupaten Jembrana
ditekankan pada perencanaan kajian pengelolaan persampahan yang telah ada dan
hasil perencanaan DED TPA Sampah.
Biaya Pengelolaan persampahan di Kabupaten Jembrana selain dari APBD
Kabupaten Jembrana juga dari peran serta masyarakat yang membayar retribusi
sampah. Namun demikian,sangat diharapkan bantuan Pemerintah Pusat dan
Provinsi untuk mendukung peningkatan pelayanan persampahan diantaranya
peningkatan
pembangunan

TPA
TPS

Peh
di

dari

opendumping

masing-masing

menjadi

Kecamatan,

Controlled

landfill,

penambahan

armada

persampahan maupun bantuan teknis dalam pengelolaan persampahan.
7.4.3 Drainase
Semua program/kegiatan Sub Bidang Drainase bertujuan untuk mencapai
masyarakat hidup sehat dan sejahtera dalam lingkungan yang bebas dari genangan.

KABUPATEN JEMBRANA 2017

VII-26

RPIJM BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN JEMBRANA 2015-2019

Pertumbuhan penduduk dan kepadatan penduduk diperkotaan yang cepat
menimbulkan tekanan terhadap ruang dan lingkungan untuk kebutuhan perumahan,
kawasan jasa perdagangan, industri yang selanjutnya menjadi kawasan terbangun.
Kawasan perkotaan yang terbangun memerlukan adanya dukungan prasarana dan
sarana perkotaan yang baik dan menjangkau kepada masyarakat berpenghasilan
menengah dan rendah.
Dalam penyusunan rencana program investasi infrastruktur Sub Bidang
Drainase ini mengacu pada Keputusan Menteri Pekerjaan Umum nomor
239/KPTS/1987 tentang Fungsi Utama Saluran Drainase sebagai drainase kota dan
fungsi utama sebagai pengendalian banjir. Selain itu harus memperhatikan
keterpaduan pelaksanaannya

dengan prasarana

dan sarana

kota lainnya

(persampahan, air limbah, perumahan dan tata bangunan serta jalan kota), sehingga
dapat meminimalkan biaya pelaksanaan, biaya operasional dan pemeliharaan.
Maksud dan tujuan dari rencana program investasi infrastruktur sub bidang
drainase di Kabupaten Jembrana adalah sebagai pedoman/penduan dalam
penanganan drainase perkotaan sehingga dapat melindungi kawasan kota Jembrana
dari kerusakan lingkungan yang merugikan, seperti: banjir/genangan air, limpasan
air hujan dari kawasan yang lebih tinggi dan lain-lain.
Penanganan drainase perlu memperhatikan fungsi drainase perkotaan sebagai
prasarana kota yang dilandaskan pada konsep drainase yang berwawasan
lingkungan. Berlainan dengan paradigma lama yang prinsipnya mengalirkan
limpasan air hujan ke badan air penerima secepatnya, tetapi prinsipnya agar air
hujan yang jatuh ditahan dulu agar lebih banyak yang meresap ke dalam tanah
melalui bangunan peresapan buatan/alamiah, seperti: kolam tandon, waduk, sumur
resapan, penataan landscape dan lain-lain.
Arah kebijakan Pemerintah Kabupaten Jembrana dalam pengelolaan drainase
perkotaan adalah melindungi kawasan perkotaan dari kerusakan lingkungan yang
merugikan, seperti banjir yang terjadi akibat buangan air hujan dari arah
perbukitan, limpasan air dari kawasan yang lebih tinggi maupun limpasan air hujan
di dalam kawasan perkotaan sendiri.
Untuk mendukung pengelolaan drainase perkotaan, Pemerintah Kabupaten
Jembrana telah membuat dokumen perencanaan berupa Penyusunan Kebijakan
KABUPATEN JEMBRANA 2017

VII-27

RPIJM BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN JEMBRANA 2015-2019

tentang Penyusunan Tata Ruang Rencana Induk Drainase Kota Jembrana pada
tahun 2009. Sehingga diharapkan dengan adanya dokumen perencanaan ini dapat
dijadikan acuan/pedoman dalam penanganan drainase perkotaan di Kota Jembrana
yang telah disesuaikan dengan kondisi lapangan saat ini.
Kondisi Eksisting, Isu Strategis, Permasalahan dan Usulan Drainase di
Kabupaten Jembrana
Perkembangan kawasan di beberapa wilayah Kabupaten Jembrana beberapa
tahun terakhir berkembang pesat. Perkembangan kawasan ini berdampak langsung
pada kebutuhan infrastruktur pendukungnya. Dampak yang sangat jelas yaitu
adanya genangan air di beberapa lokasi, hal ini salah satu akibat adanya perubahan
peruntukan lahan yang tidak lagi menyediakan areal yang cukup untuk penyerapan
air permukaan terutama yang berasal dari air hujan.
Drainase perkotaan adalah drainase di wilayah kota yang berfungsi untuk
mengendalikan kelebihan air permukaan sehingga tidak mengganggu masyarakat
maupun pengguna jalan serta dapat memberikan manfaat bagi kehidupan manusia.
Untuk mengatasi limpasan air hujan dan mengatasi genangan air di Kabupaten
Jembrana diperlukan suatu sistem drainase yang tertata baik dan mampu mengatasi
permasalahan drainase kota.
Saluran drainase utama masih memanfaatkan sungai dan dan saluran pengairan
yang saat ini berkembang menjadi saluran drainase.
Isu strategis drainase yang ditemui di Kabupaten Jembrana diantaranya:
 Aspek Teknis
Belum adanya masterplan drainase pada Kabupaten Jembrana sehingga
perencanaan teknis mengenai drainase belum maksimal dilaksanakan.
Saluran drainase pada kawasan kota Negara dulunya merupakan saluran irigasi,
karena berubahnya peruntukan lahan pada kota Negara menjadi permukiman
maka saluran berubah menjadi saluran drainase.
Kondisi drainase pada kota Negara saat ini belum optimal fungsinya karena
banyaknya endapan sehingga sulit digelontor saja tapi harus diangkat.

KABUPATEN JEMBRANA 2017

VII-28

RPIJM BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN JEMBRANA 2015-2019

 Aspek Kelembagaan
Dinas PU/Cipta Karya sebagai ujung tombak pembangunan dalam bidang
kecipta-karyaan masih sangat terbatas SDM untuk pemantauan, pengendalian
dan pemeliharaan jaringan drainase yang ada.
 Aspek Pendanaan, dimana sangat terbatasnya anggaran Pemerintah Daerah
Kabupaten Jembrana untuk peningkatan dan pemeliharaan jaringan drainase
perkotaan yang ada, dan masih mengandalkan bantuan pendanaan dari
Pemerintah Provinsi dan Pusat.
 Aspek Peran Serta Masyarakat
Peran serta masyarakat/pihak swasta dalam penanganan drainase masih terbatas
terutama pada lingkungan perumahan sendiri-sendiri. Sehingga diharapkan
semua

pemilik

kesepakatan/kesediaan

kepentingan/pemangku
untuk

aktif

dalam

kebijakan

melakukan

pembangunan

organisasi

pengelola/pemeliharaan saluran drainase perkotaan ini, seperti: lembaga
masyarakat (Karang taruna, PKK).
Permasalahan drainase yang dihadapi di Kabupaten Jembrana:
a. Dimensi saluran sudah tidak mampu lagi menampung air limpasan;
b. Penyempitan badan saluran;
c. Daerah resapan air berkurang karena permukaan tanah sebagian telah tertutup
material padat seperti : bangunan, jalan dan lain-lain;
d. Banyaknya sampah dan sedimentasi pada badan saluran;
e. Kurang memperhatikan elevasi saluran.
Sistem drainase perkotaan yang diusulkan yaitu dengan mengoptimalkan
drainase kota yang telah ada dengan melakukan perbaikan-perbaikan saluran yang
telah rusak, dimensi saluran yang telah disesuaikan dengan kondisi di lapangan,
pembuatan bak-bak kontrol dan memperhatikan elevasi saluran.
Selain itu peran serta masyarakat dalam menjaga drainase perkotaan antara
lain dengan kesadaran warga untuk tidak membuang sampah di badan saluran dan
memelihara dan membersihkan saluran yang ada disekitar secara berkala.

KABUPATEN JEMBRANA 2017

VII-29