BAB VII RENCANA PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR CIPTA KARYA - DOCRPIJM 1503025564Bab VII FIX RPIJM Kota Depok 20152019

BAB VII RENCANA PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR CIPTA KARYA

7.1 Sektor Pengembangan Kawasan Permukiman (PKP)

7.1.1 Kondisi Eksisting dan Isu Strategis Sektor PKP

  Berbagai isu strategis nasional yang berpengaruh terhadap pengembangan permukiman saat ini adalah :

  1. Mengimplementasikan konsepsi pembangunan berkelanjutan serta mitigasi dan adaptasi terhadap perubahan iklim.

  2. Percepatan pencapaian target MDGs 2020 yaitu penurunan proporsi rumah tangga kumuh perkotaan.

  3. Perlunya dukungan terhadap pelaksanaan Program-Program Directive Presiden yang tertuang dalam MP3EI dan MP3KI.

  4. Percepatan pembangunan di wilayah timur Indonesia (Provinsi NTT, Provinsi Papua, dan Provinsi Papua Barat) untuk mengatasi kesenjangan.

  5. Meminimalisir penyebab dan dampak bencana sekecil mungkin.

  6. Meningkatnya urbanisasi yang berimplikasi terhadap proporsi penduduk perkotaan yang

bertambah, tingginya kemiskinan penduduk perkotaan, dan bertambahnya kawasan kumuh.

  7. Belum optimalnya pemanfaatan Infrastruktur Permukiman yang sudah dibangun.

  8. Perlunya kerjasama lintas sektor untuk mendukung sinergitas dalam pengembangan kawasan permukiman.

  9. Belum optimalnya peran pemerintah daerah dalam mendukung pembangunan permukiman.

  Ditopang oleh belum optimalnya kapasitas kelembagaan dan kualitas sumber daya manusia serta perangkat organisasi penyelenggara dalam memenuhi standar pelayanan minimal di bidang pembangunan perumahan dan permukiman.

  

Tabel 7. 1 Isu Strategis Pengembangan Permukiman di Kota Depok

No. Isu Strategis

  1. Pertumbuhan penduduk yang tinggi yang didominasi oleh faktor migrasi akibat kedekatan lokasi dengan ibukota Negara.

  2. Angka kekurangan rumah yang cukup tinggi yang diperkirakan mencapai 353.122 unit pada tahun 2030.

  No. Isu Strategis

  3. Dalam 20 tahun kedepan penduduk kota Depok 2 kali saat ini atau 3,8 juta jiwa (prediksi RTRW 2012

  • – 2032). Kebutuhan lahan perumahan tahun 2032 tidak akan tertampung, karena diperlukan 11.949 Ha sampai tahun 2032 sementara luas kota Depok 20.029 Ha.

  4. Kecenderungan timbulnya permukiman padat dan kumuh pada kawasan yang lebih dulu berkembang, serta munculnya permukiman illegal di bantaran sungai, situ, rel dan tegangan tinggi

  5. Belum terpadunya infrastruktur antar kawasan permukiman, dan belum adanya sinkronisasi pengembangan kawasan baru dengan pengembangan infrastruktur kota

  6. Perangkat daerah yang menangani permukiman pada tidak sebanding dibandingkan dengan persoalan yang dihadapi

  Pengembangan permukiman baik di perkotaan maupun di perdesaan pada hakekatnya adalah

untuk mewujudkan kondisi perkotaan/perdesaan yang sehat dan layak huni (liveble), aman, nyaman,

dan berkelanjutan sehingga dapat meningkatkan taraf kesejahteraan masyarakatnya. Perkembangan

permukiman di Kota Depok terkait erat dengan kedekatan geografis dengan DKI Jakarta, serta

pesatnya pembangunan dan perkembangan kota yang mengarah pada kegiatan perdagangan dan

jasa. Kondisi ini menjadi magnet yang menyebabkan tingginya pertumbuhan penduduk Kota Depok

yang mencapai 3,6 % per tahun. Dengan sendirinya kebutuhan akan perumahan pun meningkat.

Tingginya kebutuhan perumahan dan permukiman ini yang tidak sejalan dengan kemampuan

menyediakan kawasan-kawasan permukiman yang tertata dan penyediaan prasarana sarana

pendukung yang memadai dampak pada tumbuhnya kantong-kantong permukiman kumuh, terutama

di pusat kota atau wilayah strategis lainnya.

  • 100 200 300 400 500

  

Gambar 7. 1 Grafik Sebaran RTLH di Kecamatan se-Kota Depok

  600 516

  235 104

  156 104

  7

  26 275

  26 111

  8 Jumlah RTLH Berdasarkan pendataan kawasan kumuh perkotaan pada tahun 2014 yang melibatkan Badan

Keswadayaan Masyarakat (BKM), teridentifikasi lokasi permukiman kumuh perkotaan di 11 kelurahan

dengan total luas sebesar 132,72 Ha. Sebaran lokasi kawasan kumuh tersebut dapat dilihat pada Tabel

7.2.

  Tabel 7. 2 Lokasi Kawasan Permukiman Kumuh Perkotaan di Kota Depok WIlayah Luas Total Luas No Kecamatan Nama Kelurahan (RW) (Ha) (Ha)

  19 4,00 21 6,64

  1 Sukmajaya Abadi Jaya 25,08 28 9,29 29 5,16 9 4,59 13 6,99

  2 Pancoran Mas Depok 14 4,98 42,83 19 13,06 20 13,21

  3 Pancoran Mas Depok Jaya 14 2,83 2,83

  4 Beji Kemiri Muka 3 1,38 1,38 1 2,02

  5 Beji Pondok Cina 3,35 5 1,33 1 4,96

  6 Cinere Cinere 2 4,60 12,13 8 2,57 3 1,59

  7 Cinere Gandul 3,55 5 1,96 9 2,02 10 3,28

  Bojong Pondok

  8 Cipayung 8,53

  Terong 11 1,66 12 1,57 6 5,46

  9 Cipayung Cipayung Jaya 8,45 8 2,99

  10 Cimanggis Cisalak Pasar 6 3,08 3,08 2 3,48

  11 Tapos Sukamaju Baru 3 8,66 21,51 4 9,38 TOTAL 132,72

   Sumber : Hasil Analisis dan Survei Lapangan, 2014 Untuk merumuskan alternatif pemecahan dan rekomendasi penanganan yang tepat perlu

dilakukan identifikasi terhadap permasalahan dan tantangan pengembangan permukiman. Tabel

  

berikut merangkum rumusan permasalahan dan tantangan pengembangan permukiman di Kota

Depok.

  

Tabel 7. 3 Identifikasi Permasalahan dan Tantangan Pengembangan Permukiman Kota Depok

No.

  Aspek Pengembangan Permukiman Permasalahan yang Dihadapi Tantangan Pengembangan Alternatif Solusi

  1. Aspek Teknis Kebutuhan lahan perumahan tahun 2030 tidak akan tertampung, karena diperlukan 11.949 Ha sd tahun 2030 (luas kota Depok 20.029 Ha)

  Belum teridentifikasinya lokasi untuk menunjang penyiapan perumahan secara vertikal

  Menyiapkan perumahan vertikal Masih terdapat kawasan kumuh dan permukiman illegal (bantaran sungai, situ, rel dan tegangan tinggi)

  Percepatan peningkatan penyediaan infrastruktur permukiman yang berkualitas untuk mengimbangi tingginya laju pertumbuhan penduduk akibat migrasi

  Penanganan diutamakan di kawasan-kawasan prioritas

  Berkembangnya perumahan cluster (town house) skala kecil dan sedang yang tidak didukung oleh sarpras lingkungan sekitar yang memadai

  Menyediakan aturan yang lengkap untuk membatasi pembangunan atau dikeluarkannya ijin perumahan kluster

  Pembatasan luas kavling efektif yang diijinkan untuk perumahan

  Perumahan yang dibangun di lahan cekungan dan/atau melanggar sempadan

  Sebagian besar perumahan telah berdiri pada saat Kota Depok terbentuk

  Tidak menerbitkan ijin lokasi untuk pendirian perumahan di daerah cekungan

  Terjadinya percampuran fungsi antara perumahan dan industri

  Penegakan aturan sesuai arahan tata ruang

  No. Aspek Pengembangan Permukiman Permasalahan yang Dihadapi Tantangan Pengembangan Alternatif Solusi

  2. Aspek Kelembagaan Banyak kasus serah terima infrastruktur dan fasos fasum perumahan yang belum tuntas

  Pengembang yang tidak mentaati aturan Menginventarisir dan menyelesaikan kasus

  Penanganan permukiman pada organisasi perangkat daerah tidak sebanding dengan persoalan yang dihadapi (ditangani di tingkat seksi)

  Merubah struktur organisasi dan meningkatkan level organisasi yang menangani permukiman

  3. Aspek Pembiayaan Keterbatasan anggaran pemerintah daerah untuk perbaikan infrastruktur permukiman

  Pengembangan sumber pendanaan pengembangan permukiman yang layak huni

  Mendorong pembiayaan dari masyarakat dan dunia usaha (CSR), dan memfokuskan penanganan pada kawasan prioritas

  4. Aspek Peran Serta Masyarakat/Swasta

  Belum berjalannya kerjasama dengan swasta

  Menyiapkan regulasi dan melakukan MOU dengan pengembang

  5. Aspek Lingkungan Permukiman

  Infrastruktur di sebagian perumahan/permukiman belum memadai, danbanyak yang belum terintegrasi antar kawasan

  Menyiapkan regulasi, rekomendasi teknis, pengawasan dan pengendalian, serta pembinaan kepada pengembang

  Penanganan kawasan kumuh menjadi salah satu program prioritas RPJMD Kota Depok

sehingga setiap tahunnya selalu dialokasikan anggaran untuk penanganannya. Meskipun demikian,

penanganan yang dilakukan belum mengintegrasikan seluruh aspek kekumuhan. Penanganan yang

dilakukan umumnya berupa peningkatan kualitas jalan lingkungan dan pembangunan drainase

lingkungan. Rehabilitasi rumah tidak layak huni, meskipun menjadi prioritas dalam RPJMD, tidak

  

dilakukan dalam konteks penanganan kumuh. Sedangkan penanganan sector air limbah dan air minum

belum menyentuh lokasi kawasan kumuh.

  Dok. SPPIP

  Tersebar

  5. Perbaikan rumah tidak layak huni 670 unit 13.400

  Kel. Depok Dok. SPPIP

  4. Penataan dan Peremajaan Kawasan Situ Rawa Besar 1 kaw 8.600

  1 TB 13.300 Kel. Abadijaya Dok. SPPIP dan RPKPP

  3. Pembangunan Rusunawa untuk MBR

  2. Penanganan Kawasan Kumuh 2 kaw 7.800 Kel. Sukamaju Baru dan Kel. Cipayung

  7.1.2 Sasaran Program Matriks sasaran program sektor pengembangan kawasan permukiman dapat dilihat pada Tabel 7.4.

  Kel. Sukamaju Baru dan Kel. Cipayung Dok. SPPIP

  1. Penyusunan DED Kawasan Kumuh 2 kaw 1.000

  

Tabel 7. 5 Usulan dan Prioritas Program Infrastruktur Permukiman

No Program/Kegiatan Vol Sat Biaya (Rpx Juta) Lokasi Kriteria Kesiapan

  7.1.3 Usulan Kebutuhan Program Setelah melalui tahapan analisis kebutuhan untuk mengisi kesenjangan antara kondisi

eksisting dengan kebutuhan maka disusun usulan program dan kegiatan pembangunan permukiman

di Kota Depok berdasarkan skala prioritas untuk 5 tahun ke depan. Secara rinci rumusan usulan

program dan kegiatan pengembangan permukiman di Kota Depok dapat dilihat pada Tabel 7.5.

  132,72 Ha 1,38 Ha 3,35 Ha 9,7 Ha 9,7 Ha 9,7 Ha

  1 Kawasan Kumuh Perkotaan

  

Tabel 7. 4 Matriks Sasaran Program Sektor Pengembangan Kawasan Permukiman

No Uraian Sasaran Program Total Luas Kawasan Sasaran Pogram Ket Tahun I Tahun II Tahun III Tahun IV Tahun V

  Adapun untuk membiayai usulan program di atas diusulkan pembiayaan baik yang bersumber

dari APBD Kota Depok, APBD Provinsi Jawa Barat, APBN, maupun dari masyarakat. Usulan prioritas

kegiatan dan pembiayaan secara lebih rinci dapat dilihat pada Tabel 7.6.

  

Tabel 7. 6 Usulan Pembiayaan Pembangunan Permukiman Kota Depok

APBD APBN APBD Masy Swasta CSR Total Kota

  

No Kegiatan (Rp x Prov (Rp (Rp x (Rp x (Rp x (Rp x

(Rp x Juta x Juta) Juta) Juta) Juta) Juta) Juta)

  1. Penyusunan DED Kawasan 1.000 1.000 Kumuh

  2. Penanganan Kawasan 7.000 800 7.800 Kumuh

  3. Pembangunan Rusunawa 5.200 325 7.775 13.300 untuk MBR

  4. Penataan dan Peremajaan 8.000 600 8.600 Kawasan Situ Rawa Besar

  5. Perbaikan rumah tidak layak 5.000 4.000 4.400 13.400 huni

  

Tabel 7. 7 Matriks Usulan Kebutuhan Program Sektor Pengembangan Kawasan Permukiman

Rencana Program Luas No Kawasan Permukiman

  Ket Kawasan Tahun I Tahun II Tahun III Tahun IV Tahun V Kawasan Kumuh

  132,72 Ha

  Perkotaan

  1.Kawasan Kumuh Kel 1,38 Ha

  Kemiri Muka 2.Kawasan Kumuh Kel.

  3,35 Ha Pondok Cina

  I 3.Kawasan Kumuh Kel.

  3,55 Ha Gandul

  4.Kawasan Kumuh Kel 12,13 Ha

  Cinere 5.Kawasan Kumuh Kel.

  8,45 Ha Cipayung Jaya

  

Tabel 7. 8 Matriks Usulan Kebutuhan Pembiayaan Sektor Pengembangan Kawasan Permukiman

SUMBER PENDANAAN x Rp. 1.000,-

  VOL SEKTOR / PROGRAM / URAIAN APBN NO LOKASI SAT T.A. APBD APBD SWAST KEGIATAN BUMD MASY CSR PROV. KAB/KOTA A Rp. MURNI PHLN

  1

  2

  3

  4

  5

  

6

  7

  8

  9

  10

  11

  12

  13

  14 PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN KAWASAN PERMUKIMAN 183,502,500 4,725,000 - 93,515,000 - - - -

1 PEMBINAAN DAN PENGAWASAN PENGEMBANGAN PERMUKIMAN PENDAMPINGAN PENYUSUNAN PRODUK PENGATURAN TENTANG 1.a. KAWASAN PERMUKIMAN KUMUH

  Penyusunan Naskah Akademis Rencana Pengembangan dan Pembangunan Kota Depok 1 laporan

  2016 Perumahan dan Kawasan Permukiman 400,000 (RP3KP) FASILITASI PENINGKATAN KAPASITAS KELEMBAGAAN PENGEMBANGAN 1.b. PERMUKIMAN Bintek SDM pengelola Rusunawa Kota Depok org

  2016 5 2,500 org

  2017 5 2,500 org

  2018 5 2,500 org

  2019 5 2,500 org

  2019 5 2,500 1.c. PENDAMPINGAN PENYUSUNAN RENCANA KAWASAN PERMUKIMAN

  VII - 8

Bab VII Rencana Pembangunan Infrastruktur Cipta Karya

  SUMBER PENDANAAN x Rp. 1.000,-

  VOL SEKTOR / PROGRAM / URAIAN APBN NO LOKASI SAT T.A. APBD APBD SWAST KEGIATAN BUMD MASY CSR PROV. KAB/KOTA A Rp. MURNI PHLN

  1

  2

  3

  4

  5

  

6

  7

  8

  9

  10

  11

  12

  13

  14 Bantek Penyusunan Rencana Kawasan Kota Depok 1 laporan

  2016 Permukiman Kumuh Perkotaan (RKPKP) 800,000 Penyusunan Rencana Penataan Kota Depok

  1 laporan 2016 Permukiman Kumuh Prioritas

  350,000 Penyusunan Rencana Penataan Kel. Depok, 1 laporan

  2016 Permukiman Kumuh Kp. Lio Kec. Panmas 400,000

  Penyusunan DED Kawasan Kumuh Cipayung 2 paket

  2016 500,000 (RPKPP)

  Sukamaju 2017 Baru

  500,000 PENGAWASAN DAN EVALUASI BIDANG PENGEMBANGAN KAWASAN 1.d. PERMUKIMAN Pengawasan penanganan Kawasan 1 laporan

  2017 Kumuh 100,000 Pengawasan penanganan Kawasan

  1 laporan 2018 Kumuh

  100,000 Pengawasan penanganan Kawasan 1 laporan

  2019 Kumuh 100,000

PEMBANGUNAN DAN PENGEMBANGAN KAWASAN PERMUKIMAN

2 PERKOTAAN 2.a. PENINGKATAN KUALITAS KAWASAN PERMUKIMAN KUMUH

  Penanganan Kawasan Kumuh Kota Cipayung 3 paket

  2017 Depok (Implementasi RPKPP) 1,000,000 200,000 2018 3,000,000 300,000

  VII - 9

Bab VII Rencana Pembangunan Infrastruktur Cipta Karya

  VII - 10

  Beji 1 paket 345,000 2016

  2017

  Cipayung 1 paket

2,112,500

  Kel. Cipayung Jaya Kec.

  Kec. Cinere 1 paket 887,500 2017

  

3,032,500

2018 Kel. Gandul

  2019 Kel. Cinere Kec.Cinere 1 paket

  Panmas 1 paket 707,500

  Kel. Depok Jaya Kec.

  Panmas 1 paket 9,707,500 1,000,000 2019

  Kp Lio Kel. Depok Kec.

  Sukmajaya 1 paket 5,270,000 1,000,000 2018

  Kel. Abadijaya Kec.

  Beji 1 paket 837,500 2016

  Kel. Pondok Cina Kec.

  2017 Kel. Kemiri Muka Kec.

  1

  8

  2

  3

  4

  5

  

6

  7

  9

  1,000,000 2016

1,132,500

  10

  11

  12

  13

  14 Penataan infrastruktur kawasan kumuh Kel. Bojong Pd Terong

  Kec. Cipayung 1 paket

Bab VII Rencana Pembangunan Infrastruktur Cipta Karya NO SEKTOR / PROGRAM / URAIAN KEGIATAN LOKASI VOL SAT SUMBER PENDANAAN x Rp. 1.000,- T.A. APBN APBD PROV. APBD KAB/KOTA BUMD SWAST A MASY CSR Rp. MURNI PHLN

  SUMBER PENDANAAN x Rp. 1.000,-

  VOL SEKTOR / PROGRAM / URAIAN APBN NO LOKASI SAT T.A. APBD APBD SWAST KEGIATAN BUMD MASY CSR PROV. KAB/KOTA A Rp. MURNI PHLN

  1

  2

  3

  4

  5

  

6

  7

  8

  9

  10

  11

  12

  13

  14 Kel. Cisalak Pasar Kec, 1 paket

  2017 770,000 Cimanggis Kel.

  Sukamaju 1 paket 2018

Baru Kec. 4,377,500 1,000,000

  Tapos Kel. Pondok Penataan Jalan Lingkungan Kawasan Cina Kec. 3 paket

  2016 Kumuh 900,000 Beji

  Kel. Kemiri Muka Kec.

  2016 900,000 Beji Kel.

  P2WKSS Cimpaeun 5 paket 2016 1,250,000

  Kec. Tapos 2017 1,250,000 2018 1,250,000 2019 1,250,000 2019 1,250,000

  2.b. PERMUKIMAN KEMBALI KAWASAN PERMUKIMAN KUMUH

  VII - 11

Bab VII Rencana Pembangunan Infrastruktur Cipta Karya

  SUMBER PENDANAAN x Rp. 1.000,-

  VOL SEKTOR / PROGRAM / URAIAN APBN NO LOKASI SAT T.A. APBD APBD SWAST KEGIATAN BUMD MASY CSR PROV. KAB/KOTA A Rp. MURNI PHLN

  1

  2

  3

  4

  5

  

6

  7

  8

  9

  10

  11

  12

  13

  14

  3 RUSUNAWA BESERTA INFRASTRUKTUR PENDUKUNGNYA 3a. RUSUNAWA BESERTA INFRASTRUKTUR PENDUKUNGNYA Pembebasan lahan Rusunawa Abadijaya Kel.

  1 Ha 2017 Abadijaya

  70,000,000 DED pembangunan Rusunawa Abadijaya Kel. 1 paket 2018 Abadijaya 1,350,000

  Amdal pembangunan Rusunawa Kel. 1 paket 2019 Abadijaya Abadijaya

  450,000 Pembangunan Rusunawa Abadijaya Kel.

  3 TB 2019 Abadijaya 45,000,000

  Kec. Sukmajaya Instalasi listrik unit

  2019

  1 50,000 Prasarana air limbah unit

  2019 1 300,000 Pembangunan Instalasi Hydran unit

  2019 Rusunawa

  1 200,000 Pembangunan pos jaga Rusunawa unit

  2019

  1 25,000 Penataan parkir m2

  2019

1,000 250,000

Taman m2

  2019

300 75,000

Mesjid 200 m2

  2019 400,000 Rusunawa Kel. Cilangkap

  VII - 12

Bab VII Rencana Pembangunan Infrastruktur Cipta Karya

  SUMBER PENDANAAN x Rp. 1.000,-

  VOL SEKTOR / PROGRAM / URAIAN APBN NO LOKASI SAT T.A. APBD APBD SWAST KEGIATAN BUMD MASY CSR PROV. KAB/KOTA A Rp. MURNI PHLN

  1

  2

  3

  4

  5

  

6

  7

  8

  9

  10

  11

  12

  13

  14 Pembangunan hidran Rusunawa unit 2018

  1 200,000 Pembangunan pos jaga Rusunawa unit

  2018

  2 50,000 Kel.

  Rehabilitasi Rusunawa Cilangkap, TB 2017

  1 1,000,000 Kec. Tapos

4 KESWADAYAAN MASYARAKAT 4.a. KESWADAYAAN MASYARAKAT

  Perbaikan Rumah Tidak Layak Huni 670 unit 2016 500,000 880,000 2017 3,000,000 1,000,000 880,000 2018 1,000,000 880,000 2019 2,000,000 1,500,000 880,000 2019 880,000

  Penataan Lingkungan Permukiman Kota Depok 5 paket 2016

20,000,000

2017

20,000,000

2018

20,000,000

2019

20,000,000

  VII - 13

Bab VII Rencana Pembangunan Infrastruktur Cipta Karya

  VII - 14

  9

  2019

  14

20,000,000

  13

  12

  11

  10

  8

  1

  7

  

6

  5

  4

  3

  2

Bab VII Rencana Pembangunan Infrastruktur Cipta Karya NO SEKTOR / PROGRAM / URAIAN KEGIATAN LOKASI VOL SAT SUMBER PENDANAAN x Rp. 1.000,- T.A. APBN APBD PROV. APBD KAB/KOTA BUMD SWAST A MASY CSR Rp. MURNI PHLN

7.2 Sektor Penataan Bangunan dan Lingkungan (PBL)

7.2.1 Kondisi Eksisting dan Isu Strategis Sektor PBL

  Perumusan isu strategis Bidang PBL, dapat dari dari Agenda Nasional dan Agenda

Internasional yang mempengaruhi sektor PBL. Untuk Agenda Nasional, salah satunya adalah Program

PNPM Mandiri, yaitu Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri, sebagai wujud kerangka

kebijakan yang menjadi dasar acuan pelaksanaan program-program penanggulangan kemiskinan

berbasis pemberdayaan masyarakat. Agenda nasional lainnya adalah pemenuhan Standar Pelayanan

Minimal (SPM) bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang, khususnya untuk sektor PBL yang

mengamanatkan terlayaninya masyarakat dalam pengurusan IMB di kabupaten/kota dan tersedianya

pedoman Harga Standar Bangunan Gedung Negara (HSBGN) di kabupaten/kota.

  Agenda internasional yang terkait diantaranya adalah pencapaian MDG’s 2015, khususnya

tujuan 7 yaitu memastikan kelestarian lingkungan hidup. Target MDGs yang terkait bidang Cipta Karya

adalah target 7C, yaitu menurunkan hingga separuhnya proporsi penduduk tanpa akses terhadap air

minum layak dan sanitasi layak pada 2015, serta target 7D, yaitu mencapai peningkatan yang signifikan

dalam kehidupan penduduk miskin di permukiman kumuh pada tahun 2020.

  Agenda internasional lainnya adalah isu Pemanasan Global (Global Warming). Pemanasan

global yang disebabkan bertambahnya karbondioksida (CO2) sebagai akibat konsumsi energi yang

berlebihan mengakibatkan naiknya suhu permukaan global hingga 6.4 °C antara tahun 1990 dan 2100,

serta meningkatnnya tinggi muka laut di seluruh dunia hingga mencapai 10-25 cm selama abad ke-20.

Kondisi ini memberikan dampak bagi kawasan-kawasan yang berada di pesisir pantai, yaitu munculnya

bencana alam seperti banjir, kebakaran serta dampak sosial lainnya.

  Agenda Habitat juga merupakan salah satu Agenda Internasional yang juga mempengaruhi isu

strategis sektor PBL. Konferensi Habitat I yang telah diselenggarakan di Vancouver, Canada, pada 31

Mei-11 Juni 1976, sebagai dasar terbentuknya UN Habitat pada tahun 1978, yaitu sebagai lembaga

PBB yang mengurusi permasalahan perumahan dan permukiman serta pembangunan perkotaan.

  Konferensi Habitat II yang dilaksanakan di lstanbul, Turki, pada 3 - 14 Juni 1996 dengan dua

tema pokok, yaitu "Adequate Shelter for All" dan "Sustainable Human Settlements Development in an

Urbanizing World", sebagai kerangka dalam penyediaan perumahan dan permukiman yang layak bagi

masyarakat.

  Dari agenda-agenda tersebut maka isu strategis tingkat nasional untuk bidang PBL dapat dirumuskan adalah sebagai berikut :

1. Penataan Lingkungan Permukiman a.

  Pengendalian pemanfaatan ruang melalui RTBL; b.

  PBL mengatasi tingginya frekuensi kejadian kebakaran di perkotaan; c.

  

Pemenuhan kebutuhan ruang terbuka publik dan ruang terbuka hijau (RTH) di perkotaan;

d.

  Revitalisasi dan pelestarian lingkungan permukiman tradisional dan bangunan bersejarah berpotensi wisata untuk menunjang tumbuh kembangnya ekonomi lokal; e.

  

Peningkatan kualitas lingkungan dalam rangka pemenuhan Standar Pelayanan Minimal;

f. Pelibatan pemerintah daerah dan swasta serta masyarakat dalam penataan bangunan dan lingkungan.

  2. Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara a.

  Tertib pembangunan dan keandalan bangunan gedung (keselamatan, kesehatan, kenyamanan dan kemudahan); b.

  Pengendalian penyelenggaraan bangunan gedung dengan perda bangunan gedung di kab/kota; c.

  Tantangan untuk mewujudkan bangunan gedung yang fungsional, tertib, andal dan mengacu pada isu lingkungan/ berkelanjutan; d.

  Tertib dalam penyelenggaraan dan pengelolaan aset gedung dan rumah negara; e.

Peningkatan kualitas pelayanan publik dalam pengelolaan gedung dan rumah Negara.

  3. Pemberdayaan Komunitas dalam Penanggulangan Kemiskinan a.

  Jumlah masyarakat miskin pada tahun 2012 sebesar 29,13 juta orang atau sekitar 11,96% dari total penduduk Indonesia; b.

  Realisasi DDUB tidak sesuai dengan komitmen awal termasuk sharing in-cash sesuai MoU PAKET; c.

  Keberlanjutan dan sinergi program bersama pemerintah daerah dalam penanggulangan kemiskinan.

  Isu strategis Penataan Bangunan dan Lingkungan di Kota Depok selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 7.9.

  Tabel 7. 9 Isu Strategis Sektor PBL Kota Depok

  No Kegiatan Sektor PBL Isu Strategis Sektor PBL

  1. Penataan Lingkungan Permukiman a.

  Perwal RTBL masih sangat terbatas, dan perwal yang sudah ada belum digunakan sebagai sebagai alat pengendalian pengembangan bangunan gedung dan lingkungan di kawasan cepat tumbuh b.

  Kawasan bersejarah yang ada belum ditangani secara khusus sebagai aset pariwisata c.

  Ketersediaan ruang terbuka publik dan RTH masih sangat kurang, dan terbatasnya lahan kota yang diperebutkan untuk berbagai fungsi.

  No Kegiatan Sektor PBL Isu Strategis Sektor PBL d.

  Penanganan permukiman kumuh mendapat perhatian bersama namun belum dpat menuntaskan kekumuhan di kawasan.

  e.

  Permukiman illegal (squatter) belum mendapat perhatian dan penanganan f.

  Peran serta masyarakat dan swasta dalam penataan bangunan dan lingkungan

  2.

  a. Penyelenggaraan Bangunan Gedung Penyediaan data bangunan secara lengkap dan Rumah Negara berdasarkan fungsi dan kepemilikan ijin b.

  Penertiban terhadap pelanggaran ijin (penegakan hukum) c.

  Bangunan gedung dan rumah negara yang memenuhi persyaratan keselamatan, keamanan dan kenyamanan 3.

  a. Pemberdayaan Komunitas dalam Pelaksanaan program penanggulangan kemiskinan

  Penanggulangan Kemiskinan secara terpadu b.

  Penguatan peran tim koordinasi penanggulangan kemiskinan daerah dan BKM yang ada

  Pertambahan jumlah penduduk Kota Depok yang relatif tinggi didominasi oleh pertambahan

akibat migrasi penduduk. Hal ini disebabkan Kota Depok yang berbatasan langsung dengan Ibu Kota

Jakarta sehingga Depok dijadikan alternatif tempat tinggal maupun sebagai tempat usaha.

  Pertambahan jumlah penduduk ini perlu diikuti dengan penambahan perumahan dan

berbagai fasilitas untuk memenuhi kebutuhan ekonomi dan sosial masyarakat. Sebagai akibatnya alih

fungsi lahan menjadi lahan terbangun perlu ditata agar lingkungan tetap layak untuk dihuni dan

bangunan terbangun merupakan bangunan yang aman dan andal.

  Penataan bangunan dan lingkungan di Kota Depok saat ini belum cukup baik, karena di

beberapa lokasi masih terdapat pemukiman kumuh serta bangunan-bangunan liar/illegal khususnya

di sempadan sungai/saluran/situ, belum terpenuhinya kebutuhan ruang terbuka publik dan Ruang

Terbuka Hijau untuk konservasi lingkungan, belum dilaksanakannya pembangunan yang berdasarkan

Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan pada kawasan-kawasan cepat tumbuh, dan masih kurangnya

prasarana dan sarana pemadam kebakaran terutama untuk melayani permukiman padat. Luas RTH

eksisting Kota Depok dan rencana pengembangannya berdasarkan RTRW Kota Depok 2012-2032

dapat dilihat pada Tabel 7.10.

  

Tabel 7. 10 Luas RTH Eksisting Kota Depok dan Rencana Pengembangannya

Berdasarkan RTRW Kota Depok 2012-2032

NO Jenis Fasilitas RTH Eksisting (Ha) Prosentase (%) Rencana (Ha) Prosentase (%)

A. RTH PUBLIK

  5.84

  0.56

  37.12

  0.19

  55.12

  2.14

  13 RTH halaman perkantoran milik pemerintah 223.21 1.11 248.72

  1.24 LUAS RTH PUBLIK 1,804.65

  9.01 4,024.63

  20.09 B. RTH PRIVAT

  14 Pekarangan rumah tinggal 1,132.89 5.66 2,511.98

  12.54

  15 RTH Kawasan Perdagangan dan Jasa 45.36 0.23 111.56

  16 RTH Kawasan Perkantoran

  2.14

  0.74

  0.00

  12.03

  0.06

  17 RTH Kawasan Industri

  76.74

  0.38

  76.74

  0.38 LUAS RTH PRIVAT 1,255.73

  6.27 2,712.30

  13.54 LUAS TOTAL RTH 3,060.38 15.28 6,736.93

  33.64 LUAS KOTA DEPOK 20,029.00 Kawasan heritage di Kota Depok terdapat di Kawasan Depok Lama yang terletak di Kelurahan

Depok, Kecamatan Pancoran Mas. Kawasan heritage Depok Lama berada tidak jauh dari pusat kota.

Di kawasan ini dapat ditemui rumah hunian dan gereja bergaya arsitektur Indis (Indisch Stijl) yang

masih bertahan sampai sekarang. Selain di kawasan tersebut, beberapa bangunan kolonial lainnya

tersebar di beberapa lokasi seperti Gereja Immanuel dan jembatan Panus di Kec. Pancoran Mas,

bangunan bergaya arsitektur Belanda yang ada di depan Margo City, dan bekas rumah tuan tanah

Cimanggis. Meskipun demikian, keberadaan bangunan bersejarah ini belum dimanfaatkan untuk

  12 RTH lapangan olahraga milik pemerintah

  11 RTH Taman Pemakaman 164.71 0.82 429.02

  2 RTH Hutan Kota 131.45 0.66 798.45

  0.94

  3.99

  3 Kawasan Lindung Lainnya

  7.60

  0.04

  7.60

  0.04

  4 Jalur hijau jalan

  56.39 0.28 232.89

  1.16

  5 Sempadan rel kereta 101.64 0.51 101.64

  0.51

  6 Sempadan situ 187.62 0.94 187.62

  7 Sempadan sungai 460.81 2.30 460.81

  1 RTH Taman 318.50 1.59 1,170.00

  2.30

  8 Sempadan jalur pipa gas

  27.88

  0.14

  27.88

  0.14

  9 Jalur hijau jaringan listrik tegangan tinggi

  87.72

  0.44

  87.72

  0.44

  10 Lahan pertanian pangan berkelanjutan 0.00 0.00 217.17

  1.08

  

pariwisata dan belum dilakukan penataan kawasan dan intervensi pemeliharaan terhadap bangunan-

bangunan tersebut.

  Kota Depok hingga saat ini belum tersedia data rinci mengenai jumlah bangunan berdasarkan

fungsi, dan kepemilikan ijin IMB karena pendataan yang dilakukan selama ini masih bersifat parsial.

Berdasarkan laporan Dinas Tata Ruang Permukiman dalam LKPJ 2012 hanya 29,8% bangunan yang ada

di Kota Depok yang memiliki IMB. Penindakan terhadap pelanggaran izin baru mulai digiatkan. Selain

pelanggaran kepemilikian ijin, masih banyak pula pelanggaran terhadap garis sempadan bangunan

(GSB) sehingga mempengaruhi estetika kota. Penertiban dan pembongkaran terhadap pelanggaran

GSB mulai digalakkan pada tahun ini yang dimulai dari kawasan prioritas yaitu di Jalan Margonda Raya.

Sebagai petunjuk pelaksanaan bagi para penyelenggara dalam melaksanakan pembangunan

bangunan gedung dan rumah, setiap tahunnya Kota Depok mengeluarkan Standar Harga Satuan

Bangunan bagi pelaksanaan pembangunan untuk kepentingan umum. Di dalamnya diatur mengenai

standar harga satuan per m2, dan kriteria spesifikasi untuk bangunan gedung sederhana tidak

bertingkat dan bertingkat, dan klasifikasi tidak sederhana dan tidak sederhana tidak bertingkat.

  Penanganan kebakaran dan pencegahannya di Kota Depok diserahkan kepada Dinas

Pemadam Kebakaran. Pendataan keselamatan bangunan gedung dari bencana kebakaran telah

dilakukan tahun lalu, namun perlu terus dilakukan pengawasan dan pengendalian khususnya terhadap

pembangunan gedung baru agar kondisi keselamatan bangunan gedung baik dari segi material

bangunan maupun kelengkapan prasarana keselamatan seperti prasarana pemadam kebakaran dapat

terus terpantau. Meskipun di sebagian gedung milik pemda telah dilengkapi dengan hidran, hidran

sebagai prasarana pemadam kebakaran belum cukup tersedia di pemukiman maupun di jalan-jalan

utama. Pada tahun 2010 telah disusun regulasi Rencana Induk Sistem Proteksi Kebakaran (RISPK) Kota

Depok yang telah ditetapkan oleh Walikota Depok ke dalam Peraturan Walikota Depok Nomor 54

tahun 2011 tentang Rencana Induk Sistem Proteksi Kebakaran Kota Depok di Wilayah Kota Depok

tahun 2011

  • – 2020 yang ditetapkan pada tanggal30 Desember 2011 sehingga di masa yang akan

    datang tersedia pedoman dan arahan yang lebih jelas terhadap penyediaan prasarana dan sarana

    keselamatan bangunan gedung.

  Masyarakat Kota Depok khususnya di kawasan-kawasan padat cukup aktif terlibat dalam

penanggulangan kebakaran. Saat ini telah terbentuk 52 Satuan Relawan Kebakaran (Satlakar) yang

tersebar di 52 Kelurahan. Meskipun demikian, partisipasi masyarakat ini belum didukung dengan

ketersediaan prasarana dan sarana penanggulangan kebakaran skala lingkungan yang dapat melayani

permukiman-permukiman padat secara cepat. Penataan lingkungan permukiman Kota Depok dapat

dilihat pada Tabel 7.11.

  Tabel 7. 11 Penataan Lingkungan Permukiman Kota Depok Kawasan Bersejarah RTH Pemenuhan SPM Dukungan Ketersediaan Nama Lokasi/ Luas % Luas %

Infrastruktur pelayanan HSBGN

kawasan Nama RTH RTH RTH

IMB CK

  IMB

  Kawasan Jalan Taman

  7 Ha 0,035% Tersedia Tersedia Depok lingkungan Hutan Raya, Lama Kec.

  Pancoran Mas Taman

  3 Ha 0,015% Lembah Gurame, Kel.

  Depok Jaya Kec. Pancoran Mas Taman Lembah Mawar, Kel. Depok Jaya Taman Lembah Leli, Kel. Depok Jaya Taman Jalur 2,1 0,01% Proklamasi, Ha Kel. Mekarjaya dan Kel. Abadijaya Taman Jalur 1,8 0,009% Merdeka, Ha Kel. Mekarjaya dan Kel. Abadijaya Hutan UI, Kel. Beji Taman Wiladatika Cibubur, Kec. Cimanggis Dalam kegiatan penataan bangunan dan lingkungan terdapat beberapa permasalahan dan tantangan yang dihadapi permasalahan dan tantangan tersebut dirangkum dalam Tabel 7.12.

  

Tabel 7. 12 Identifikasi Permasalahan dan Tantangan Penataan Bangunan dan Lingkungan

Aspek Penataan Tantangan No. Bangunan Permasalahan yang Dihadapi Alternatif Solusi Pengembangan dan Lingkungan

I. Kegiatan Penataan Lingkungan Permukiman

  1. Aspek Teknis a)

  a)

  a) Masih kurangnya Belum adanya Meningkatkan ketersediaan kesamaan pandangan koordinasi penanggulangan antara Dinas Pemadam

  b) PDAM menyiapkan kebakaran terutama skala Kebakaran dan PDAM hidran kebakaran lingkungan untuk Kota Depok mengenai berdasarkan arahan melayani permukiman tanggung jawab RTBL dan usulan Dinas padat penyediaan hidran Damkar b) kebakaran.

  c) Belum tersedianya Memperkuat sarpras sarpras hidran kebakaran b) untuk satlakar

  Revitalisasi kawasan di permukiman dan jalan bersejarah sulit d)

  Menyusun RTBL dan

  c) dilakukan karena melegalisasi RTBL yang Masih kurangnya landasan hukum dan terletak di pusat kota telah disusun operasional berupa RTBL (kaw perdagangan dan

  e) Mengupayakan untuk pengembangan jasa) dan belum ada pemanfaatan lahan lingkungan insentif dari Pemda secara efisien untuk

  d)

  c) beberapa fungsi Belum ada dasar hukum Sumber daya lahan untuk melakukan terbatas dan f)

  Menyusun Perda RTH revitalisasi kawasan diperebutkan untuk dan Perwa rencana bersejarah pembangunan berbagai induk RTH

  e) sarpras Keterbatasan lahan untuk pengembangan ruang terbuka publik dan ruang terbuka hijau

  2. Aspek Belum adanya keterpaduan Penetapan kawasan Penetapan lokasi kawasan Kelembagaa program dan kegiatan antar kumuh yang akan kumuh prioritas untuk n dinas dalam penanganan ditangani (SK Walikota) penanganan selama 5 kawasan kumuh dilakukan setahun tahun melalui SK Walikota sebelum intervensi fisik dilakukan sehingga program terpadu yang berkelanjutan tidak dapat direncanakan dengan baik

  3. Aspek

  a) Merumuskan program Mempersiapkan Masih terbatasnya anggaran yang

  Pembiayaan /kegiatan terpadu secara program/kegiatan yang dialokasikan untuk baik agar dapat dapat didanai dari non penanganan kawasan memanfaatkan anggaran APBD dan CSR swasta kumuh.

  b) Masih rendahnya anggaran CSR swasta yang

  Aspek Penataan Tantangan No. Bangunan Permasalahan yang Dihadapi Alternatif Solusi Pengembangan dan Lingkungan

  dialokasikan untuk sektor yang tersedia secara Memanfaatkan lahan PBL. efektif dan efisien fasum dan menata taman secara bertahap

  4. Aspek Peran Masih kurangnya kesadaran Mengoptimalkan peran Serta masyarakat/swasta untuk BKM Masyarakat / terlibat dalam pembangunan

  Menggalakkan program Swasta dan pemeliharaan

  CSR infrastruktur lingkungan Meningkatkan sosialisasi / pembinaan masyarakat

  5. Aspek Masih ada lingkungan Lahan privat milik pribadi Memperketat aturan dan Lingkungan permukiman terletak di (masyarakat / swasta) pengeluaran ijin Permukiman daerah cekungan dan khususnya di daerah sempadan sungai/situ cekungan dan sempadan sungai/ situ

  Menyusutnya jumlah dan luas RTH privat di lingkungan Penerapan KDH dan KDB permukiman rendah pada lokasi yang berpotensi sebagai RTH

II. Kegiatan Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara

  1. Aspek Teknis a) Mensinkronkan peran

  Belum berjalannya mekanisme kontrol berbagai OPD dalam terhadap pengelolaan menghasilkan dan penyelenggaraan rekomendasi teknis terkait bangunan gedung keselamatan, kesehatan

  (keselamatan, kesehatan, dan kemudahan kenyamanan dan kemudahan) b)

  Masih kurang tertibnya pengadministrasian aset pemda

  c) Belum adanya perangkat

  untuk monitoring (soft

  ware dan hard ware)

  d) adanya Belum pengendalian alih fungsi lahan dan alih status, seperti bangunan rumah yang beralih fungsi menjadi pertokoan, atau perkantoran

  No. Aspek Penataan Bangunan dan Lingkungan Permasalahan yang Dihadapi Tantangan Pengembangan Alternatif Solusi

  1. Aspek Teknis Program penanggulangan kemiskinan masih didominasi pembangunan infrastruktur

  Membentuk forum CSR

  Belum terbentuk forum CSR di kota Depok

  Swasta belum banyak terlibat dalam program penanggungan kemiskinan

  4. Aspek Peran Serta Masyarakat/ Swasta

  Memasukkan program penanggulangan kemiskinan ke dalam program CSR

  Masih terbatas dan mengandalkan pada alokasi APBD kota

  3. Aspek Pembiayaan

  Memperkuat koordinasi dan mesinkironkan data

  Masih lemahnya koordinasi lintas instansi dalam implementasi program

  2. Aspek Kelembagaa n

  Program diharapkan dapat efektif menekan jumlah kemiskinan

  Memperketat ijin perubahan site plan dan dalam serah terima PSU dari pengembang

  2. Aspek Kelembagaa n

  Diperlukan lahan fasos fasum yang strategis agar dapat dimanfaatkan secara optimal

  Lokasi lahan fasos fasum yang diserahkan pengembang tidak strategis

  5. Aspek Lingkungan Permukiman

  Cepatnya pertumbuhan bangunan Konsistensi dalam penegakan perda

  Masih kurangnya kesadaran masyarakat/swasta dalam menaati aturan bangunan dan GSB.

  4. Aspek Peran Serta Masyarakat/ Swasta

  Memperkuat peran serta aparat kelurahan/ kecamatan / masyarakat

  Mengutamakan upaya preventif untuk meminimalkan terjadinya pelanggaran.

  Masih sangat terbatasnya anggaran yang dialokasikan untuk penertiban bangunan

  3. Aspek Pembiayaan

  Memperkuat koordinasi dan meningkatkan kualitas dan kuantitas SDM

  Masih lemahnya koordinasi lintas instansi dalam penegakan aturan

III. Kegiatan Pemberdayaan Komunitas dan Penanggulangan Kemiskinan

  Aspek Penataan Tantangan No. Bangunan Permasalahan yang Dihadapi Alternatif Solusi Pengembangan dan Lingkungan

  5. Aspek Masih ada kendala

  a) Melakukan perencanaan Sulit mendapat lahan hibah di kawasan

  Lingkungan penyediaan lahan untuk secara terintegrasi dan miskin Permukiman infrastruktur lingkungan komprehensif per 5