BAB VII RENCANA PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR CIPTA KARYA - DOCRPIJM 1503025564Bab VII FIX RPIJM Kota Depok 20152019
BAB VII RENCANA PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR CIPTA KARYA
7.1 Sektor Pengembangan Kawasan Permukiman (PKP)
7.1.1 Kondisi Eksisting dan Isu Strategis Sektor PKP
Berbagai isu strategis nasional yang berpengaruh terhadap pengembangan permukiman saat ini adalah :
1. Mengimplementasikan konsepsi pembangunan berkelanjutan serta mitigasi dan adaptasi terhadap perubahan iklim.
2. Percepatan pencapaian target MDGs 2020 yaitu penurunan proporsi rumah tangga kumuh perkotaan.
3. Perlunya dukungan terhadap pelaksanaan Program-Program Directive Presiden yang tertuang dalam MP3EI dan MP3KI.
4. Percepatan pembangunan di wilayah timur Indonesia (Provinsi NTT, Provinsi Papua, dan Provinsi Papua Barat) untuk mengatasi kesenjangan.
5. Meminimalisir penyebab dan dampak bencana sekecil mungkin.
6. Meningkatnya urbanisasi yang berimplikasi terhadap proporsi penduduk perkotaan yang
bertambah, tingginya kemiskinan penduduk perkotaan, dan bertambahnya kawasan kumuh.
7. Belum optimalnya pemanfaatan Infrastruktur Permukiman yang sudah dibangun.
8. Perlunya kerjasama lintas sektor untuk mendukung sinergitas dalam pengembangan kawasan permukiman.
9. Belum optimalnya peran pemerintah daerah dalam mendukung pembangunan permukiman.
Ditopang oleh belum optimalnya kapasitas kelembagaan dan kualitas sumber daya manusia serta perangkat organisasi penyelenggara dalam memenuhi standar pelayanan minimal di bidang pembangunan perumahan dan permukiman.
Tabel 7. 1 Isu Strategis Pengembangan Permukiman di Kota Depok
No. Isu Strategis1. Pertumbuhan penduduk yang tinggi yang didominasi oleh faktor migrasi akibat kedekatan lokasi dengan ibukota Negara.
2. Angka kekurangan rumah yang cukup tinggi yang diperkirakan mencapai 353.122 unit pada tahun 2030.
No. Isu Strategis
3. Dalam 20 tahun kedepan penduduk kota Depok 2 kali saat ini atau 3,8 juta jiwa (prediksi RTRW 2012
- – 2032). Kebutuhan lahan perumahan tahun 2032 tidak akan tertampung, karena diperlukan 11.949 Ha sampai tahun 2032 sementara luas kota Depok 20.029 Ha.
4. Kecenderungan timbulnya permukiman padat dan kumuh pada kawasan yang lebih dulu berkembang, serta munculnya permukiman illegal di bantaran sungai, situ, rel dan tegangan tinggi
5. Belum terpadunya infrastruktur antar kawasan permukiman, dan belum adanya sinkronisasi pengembangan kawasan baru dengan pengembangan infrastruktur kota
6. Perangkat daerah yang menangani permukiman pada tidak sebanding dibandingkan dengan persoalan yang dihadapi
Pengembangan permukiman baik di perkotaan maupun di perdesaan pada hakekatnya adalah
untuk mewujudkan kondisi perkotaan/perdesaan yang sehat dan layak huni (liveble), aman, nyaman,
dan berkelanjutan sehingga dapat meningkatkan taraf kesejahteraan masyarakatnya. Perkembangan
permukiman di Kota Depok terkait erat dengan kedekatan geografis dengan DKI Jakarta, serta
pesatnya pembangunan dan perkembangan kota yang mengarah pada kegiatan perdagangan dan
jasa. Kondisi ini menjadi magnet yang menyebabkan tingginya pertumbuhan penduduk Kota Depok
yang mencapai 3,6 % per tahun. Dengan sendirinya kebutuhan akan perumahan pun meningkat.
Tingginya kebutuhan perumahan dan permukiman ini yang tidak sejalan dengan kemampuan
menyediakan kawasan-kawasan permukiman yang tertata dan penyediaan prasarana sarana
pendukung yang memadai dampak pada tumbuhnya kantong-kantong permukiman kumuh, terutama
di pusat kota atau wilayah strategis lainnya.- 100 200 300 400 500
Gambar 7. 1 Grafik Sebaran RTLH di Kecamatan se-Kota Depok
600 516
235 104
156 104
7
26 275
26 111
8 Jumlah RTLH Berdasarkan pendataan kawasan kumuh perkotaan pada tahun 2014 yang melibatkan Badan
Keswadayaan Masyarakat (BKM), teridentifikasi lokasi permukiman kumuh perkotaan di 11 kelurahan
dengan total luas sebesar 132,72 Ha. Sebaran lokasi kawasan kumuh tersebut dapat dilihat pada Tabel
7.2.Tabel 7. 2 Lokasi Kawasan Permukiman Kumuh Perkotaan di Kota Depok WIlayah Luas Total Luas No Kecamatan Nama Kelurahan (RW) (Ha) (Ha)
19 4,00 21 6,64
1 Sukmajaya Abadi Jaya 25,08 28 9,29 29 5,16 9 4,59 13 6,99
2 Pancoran Mas Depok 14 4,98 42,83 19 13,06 20 13,21
3 Pancoran Mas Depok Jaya 14 2,83 2,83
4 Beji Kemiri Muka 3 1,38 1,38 1 2,02
5 Beji Pondok Cina 3,35 5 1,33 1 4,96
6 Cinere Cinere 2 4,60 12,13 8 2,57 3 1,59
7 Cinere Gandul 3,55 5 1,96 9 2,02 10 3,28
Bojong Pondok
8 Cipayung 8,53
Terong 11 1,66 12 1,57 6 5,46
9 Cipayung Cipayung Jaya 8,45 8 2,99
10 Cimanggis Cisalak Pasar 6 3,08 3,08 2 3,48
11 Tapos Sukamaju Baru 3 8,66 21,51 4 9,38 TOTAL 132,72
Sumber : Hasil Analisis dan Survei Lapangan, 2014 Untuk merumuskan alternatif pemecahan dan rekomendasi penanganan yang tepat perlu
dilakukan identifikasi terhadap permasalahan dan tantangan pengembangan permukiman. Tabel
berikut merangkum rumusan permasalahan dan tantangan pengembangan permukiman di Kota
Depok.
Tabel 7. 3 Identifikasi Permasalahan dan Tantangan Pengembangan Permukiman Kota Depok
No.Aspek Pengembangan Permukiman Permasalahan yang Dihadapi Tantangan Pengembangan Alternatif Solusi
1. Aspek Teknis Kebutuhan lahan perumahan tahun 2030 tidak akan tertampung, karena diperlukan 11.949 Ha sd tahun 2030 (luas kota Depok 20.029 Ha)
Belum teridentifikasinya lokasi untuk menunjang penyiapan perumahan secara vertikal
Menyiapkan perumahan vertikal Masih terdapat kawasan kumuh dan permukiman illegal (bantaran sungai, situ, rel dan tegangan tinggi)
Percepatan peningkatan penyediaan infrastruktur permukiman yang berkualitas untuk mengimbangi tingginya laju pertumbuhan penduduk akibat migrasi
Penanganan diutamakan di kawasan-kawasan prioritas
Berkembangnya perumahan cluster (town house) skala kecil dan sedang yang tidak didukung oleh sarpras lingkungan sekitar yang memadai
Menyediakan aturan yang lengkap untuk membatasi pembangunan atau dikeluarkannya ijin perumahan kluster
Pembatasan luas kavling efektif yang diijinkan untuk perumahan
Perumahan yang dibangun di lahan cekungan dan/atau melanggar sempadan
Sebagian besar perumahan telah berdiri pada saat Kota Depok terbentuk
Tidak menerbitkan ijin lokasi untuk pendirian perumahan di daerah cekungan
Terjadinya percampuran fungsi antara perumahan dan industri
Penegakan aturan sesuai arahan tata ruang
No. Aspek Pengembangan Permukiman Permasalahan yang Dihadapi Tantangan Pengembangan Alternatif Solusi
2. Aspek Kelembagaan Banyak kasus serah terima infrastruktur dan fasos fasum perumahan yang belum tuntas
Pengembang yang tidak mentaati aturan Menginventarisir dan menyelesaikan kasus
Penanganan permukiman pada organisasi perangkat daerah tidak sebanding dengan persoalan yang dihadapi (ditangani di tingkat seksi)
Merubah struktur organisasi dan meningkatkan level organisasi yang menangani permukiman
3. Aspek Pembiayaan Keterbatasan anggaran pemerintah daerah untuk perbaikan infrastruktur permukiman
Pengembangan sumber pendanaan pengembangan permukiman yang layak huni
Mendorong pembiayaan dari masyarakat dan dunia usaha (CSR), dan memfokuskan penanganan pada kawasan prioritas
4. Aspek Peran Serta Masyarakat/Swasta
Belum berjalannya kerjasama dengan swasta
Menyiapkan regulasi dan melakukan MOU dengan pengembang
5. Aspek Lingkungan Permukiman
Infrastruktur di sebagian perumahan/permukiman belum memadai, danbanyak yang belum terintegrasi antar kawasan
Menyiapkan regulasi, rekomendasi teknis, pengawasan dan pengendalian, serta pembinaan kepada pengembang
Penanganan kawasan kumuh menjadi salah satu program prioritas RPJMD Kota Depok
sehingga setiap tahunnya selalu dialokasikan anggaran untuk penanganannya. Meskipun demikian,
penanganan yang dilakukan belum mengintegrasikan seluruh aspek kekumuhan. Penanganan yang
dilakukan umumnya berupa peningkatan kualitas jalan lingkungan dan pembangunan drainase
lingkungan. Rehabilitasi rumah tidak layak huni, meskipun menjadi prioritas dalam RPJMD, tidak
dilakukan dalam konteks penanganan kumuh. Sedangkan penanganan sector air limbah dan air minum
belum menyentuh lokasi kawasan kumuh.Dok. SPPIP
Tersebar
5. Perbaikan rumah tidak layak huni 670 unit 13.400
Kel. Depok Dok. SPPIP
4. Penataan dan Peremajaan Kawasan Situ Rawa Besar 1 kaw 8.600
1 TB 13.300 Kel. Abadijaya Dok. SPPIP dan RPKPP
3. Pembangunan Rusunawa untuk MBR
2. Penanganan Kawasan Kumuh 2 kaw 7.800 Kel. Sukamaju Baru dan Kel. Cipayung
7.1.2 Sasaran Program Matriks sasaran program sektor pengembangan kawasan permukiman dapat dilihat pada Tabel 7.4.
Kel. Sukamaju Baru dan Kel. Cipayung Dok. SPPIP
1. Penyusunan DED Kawasan Kumuh 2 kaw 1.000
Tabel 7. 5 Usulan dan Prioritas Program Infrastruktur Permukiman
No Program/Kegiatan Vol Sat Biaya (Rpx Juta) Lokasi Kriteria Kesiapan7.1.3 Usulan Kebutuhan Program Setelah melalui tahapan analisis kebutuhan untuk mengisi kesenjangan antara kondisi
eksisting dengan kebutuhan maka disusun usulan program dan kegiatan pembangunan permukiman
di Kota Depok berdasarkan skala prioritas untuk 5 tahun ke depan. Secara rinci rumusan usulan
program dan kegiatan pengembangan permukiman di Kota Depok dapat dilihat pada Tabel 7.5.132,72 Ha 1,38 Ha 3,35 Ha 9,7 Ha 9,7 Ha 9,7 Ha
1 Kawasan Kumuh Perkotaan
Tabel 7. 4 Matriks Sasaran Program Sektor Pengembangan Kawasan Permukiman
No Uraian Sasaran Program Total Luas Kawasan Sasaran Pogram Ket Tahun I Tahun II Tahun III Tahun IV Tahun VAdapun untuk membiayai usulan program di atas diusulkan pembiayaan baik yang bersumber
dari APBD Kota Depok, APBD Provinsi Jawa Barat, APBN, maupun dari masyarakat. Usulan prioritas
kegiatan dan pembiayaan secara lebih rinci dapat dilihat pada Tabel 7.6.
Tabel 7. 6 Usulan Pembiayaan Pembangunan Permukiman Kota Depok
APBD APBN APBD Masy Swasta CSR Total Kota
No Kegiatan (Rp x Prov (Rp (Rp x (Rp x (Rp x (Rp x
(Rp x Juta x Juta) Juta) Juta) Juta) Juta) Juta)1. Penyusunan DED Kawasan 1.000 1.000 Kumuh
2. Penanganan Kawasan 7.000 800 7.800 Kumuh
3. Pembangunan Rusunawa 5.200 325 7.775 13.300 untuk MBR
4. Penataan dan Peremajaan 8.000 600 8.600 Kawasan Situ Rawa Besar
5. Perbaikan rumah tidak layak 5.000 4.000 4.400 13.400 huni
Tabel 7. 7 Matriks Usulan Kebutuhan Program Sektor Pengembangan Kawasan Permukiman
Rencana Program Luas No Kawasan PermukimanKet Kawasan Tahun I Tahun II Tahun III Tahun IV Tahun V Kawasan Kumuh
132,72 Ha
Perkotaan
1.Kawasan Kumuh Kel 1,38 Ha
Kemiri Muka 2.Kawasan Kumuh Kel.
3,35 Ha Pondok Cina
I 3.Kawasan Kumuh Kel.
3,55 Ha Gandul
4.Kawasan Kumuh Kel 12,13 Ha
Cinere 5.Kawasan Kumuh Kel.
8,45 Ha Cipayung Jaya
Tabel 7. 8 Matriks Usulan Kebutuhan Pembiayaan Sektor Pengembangan Kawasan Permukiman
SUMBER PENDANAAN x Rp. 1.000,-VOL SEKTOR / PROGRAM / URAIAN APBN NO LOKASI SAT T.A. APBD APBD SWAST KEGIATAN BUMD MASY CSR PROV. KAB/KOTA A Rp. MURNI PHLN
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14 PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN KAWASAN PERMUKIMAN 183,502,500 4,725,000 - 93,515,000 - - - -
1 PEMBINAAN DAN PENGAWASAN PENGEMBANGAN PERMUKIMAN PENDAMPINGAN PENYUSUNAN PRODUK PENGATURAN TENTANG 1.a. KAWASAN PERMUKIMAN KUMUH
Penyusunan Naskah Akademis Rencana Pengembangan dan Pembangunan Kota Depok 1 laporan
2016 Perumahan dan Kawasan Permukiman 400,000 (RP3KP) FASILITASI PENINGKATAN KAPASITAS KELEMBAGAAN PENGEMBANGAN 1.b. PERMUKIMAN Bintek SDM pengelola Rusunawa Kota Depok org
2016 5 2,500 org
2017 5 2,500 org
2018 5 2,500 org
2019 5 2,500 org
2019 5 2,500 1.c. PENDAMPINGAN PENYUSUNAN RENCANA KAWASAN PERMUKIMAN
VII - 8
Bab VII Rencana Pembangunan Infrastruktur Cipta Karya
SUMBER PENDANAAN x Rp. 1.000,-
VOL SEKTOR / PROGRAM / URAIAN APBN NO LOKASI SAT T.A. APBD APBD SWAST KEGIATAN BUMD MASY CSR PROV. KAB/KOTA A Rp. MURNI PHLN
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14 Bantek Penyusunan Rencana Kawasan Kota Depok 1 laporan
2016 Permukiman Kumuh Perkotaan (RKPKP) 800,000 Penyusunan Rencana Penataan Kota Depok
1 laporan 2016 Permukiman Kumuh Prioritas
350,000 Penyusunan Rencana Penataan Kel. Depok, 1 laporan
2016 Permukiman Kumuh Kp. Lio Kec. Panmas 400,000
Penyusunan DED Kawasan Kumuh Cipayung 2 paket
2016 500,000 (RPKPP)
Sukamaju 2017 Baru
500,000 PENGAWASAN DAN EVALUASI BIDANG PENGEMBANGAN KAWASAN 1.d. PERMUKIMAN Pengawasan penanganan Kawasan 1 laporan
2017 Kumuh 100,000 Pengawasan penanganan Kawasan
1 laporan 2018 Kumuh
100,000 Pengawasan penanganan Kawasan 1 laporan
2019 Kumuh 100,000
PEMBANGUNAN DAN PENGEMBANGAN KAWASAN PERMUKIMAN
2 PERKOTAAN 2.a. PENINGKATAN KUALITAS KAWASAN PERMUKIMAN KUMUH
Penanganan Kawasan Kumuh Kota Cipayung 3 paket
2017 Depok (Implementasi RPKPP) 1,000,000 200,000 2018 3,000,000 300,000
VII - 9
Bab VII Rencana Pembangunan Infrastruktur Cipta Karya
VII - 10
Beji 1 paket 345,000 2016
2017
Cipayung 1 paket
2,112,500
Kel. Cipayung Jaya Kec.
Kec. Cinere 1 paket 887,500 2017
3,032,500
2018 Kel. Gandul2019 Kel. Cinere Kec.Cinere 1 paket
Panmas 1 paket 707,500
Kel. Depok Jaya Kec.
Panmas 1 paket 9,707,500 1,000,000 2019
Kp Lio Kel. Depok Kec.
Sukmajaya 1 paket 5,270,000 1,000,000 2018
Kel. Abadijaya Kec.
Beji 1 paket 837,500 2016
Kel. Pondok Cina Kec.
2017 Kel. Kemiri Muka Kec.
1
8
2
3
4
5
6
7
9
1,000,000 2016
1,132,500
10
11
12
13
14 Penataan infrastruktur kawasan kumuh Kel. Bojong Pd Terong
Kec. Cipayung 1 paket
Bab VII Rencana Pembangunan Infrastruktur Cipta Karya NO SEKTOR / PROGRAM / URAIAN KEGIATAN LOKASI VOL SAT SUMBER PENDANAAN x Rp. 1.000,- T.A. APBN APBD PROV. APBD KAB/KOTA BUMD SWAST A MASY CSR Rp. MURNI PHLN
SUMBER PENDANAAN x Rp. 1.000,-
VOL SEKTOR / PROGRAM / URAIAN APBN NO LOKASI SAT T.A. APBD APBD SWAST KEGIATAN BUMD MASY CSR PROV. KAB/KOTA A Rp. MURNI PHLN
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14 Kel. Cisalak Pasar Kec, 1 paket
2017 770,000 Cimanggis Kel.
Sukamaju 1 paket 2018
Baru Kec. 4,377,500 1,000,000
Tapos Kel. Pondok Penataan Jalan Lingkungan Kawasan Cina Kec. 3 paket
2016 Kumuh 900,000 Beji
Kel. Kemiri Muka Kec.
2016 900,000 Beji Kel.
P2WKSS Cimpaeun 5 paket 2016 1,250,000
Kec. Tapos 2017 1,250,000 2018 1,250,000 2019 1,250,000 2019 1,250,000
2.b. PERMUKIMAN KEMBALI KAWASAN PERMUKIMAN KUMUH
VII - 11
Bab VII Rencana Pembangunan Infrastruktur Cipta Karya
SUMBER PENDANAAN x Rp. 1.000,-
VOL SEKTOR / PROGRAM / URAIAN APBN NO LOKASI SAT T.A. APBD APBD SWAST KEGIATAN BUMD MASY CSR PROV. KAB/KOTA A Rp. MURNI PHLN
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
3 RUSUNAWA BESERTA INFRASTRUKTUR PENDUKUNGNYA 3a. RUSUNAWA BESERTA INFRASTRUKTUR PENDUKUNGNYA Pembebasan lahan Rusunawa Abadijaya Kel.
1 Ha 2017 Abadijaya
70,000,000 DED pembangunan Rusunawa Abadijaya Kel. 1 paket 2018 Abadijaya 1,350,000
Amdal pembangunan Rusunawa Kel. 1 paket 2019 Abadijaya Abadijaya
450,000 Pembangunan Rusunawa Abadijaya Kel.
3 TB 2019 Abadijaya 45,000,000
Kec. Sukmajaya Instalasi listrik unit
2019
1 50,000 Prasarana air limbah unit
2019 1 300,000 Pembangunan Instalasi Hydran unit
2019 Rusunawa
1 200,000 Pembangunan pos jaga Rusunawa unit
2019
1 25,000 Penataan parkir m2
2019
1,000 250,000
Taman m22019
300 75,000
Mesjid 200 m22019 400,000 Rusunawa Kel. Cilangkap
VII - 12
Bab VII Rencana Pembangunan Infrastruktur Cipta Karya
SUMBER PENDANAAN x Rp. 1.000,-
VOL SEKTOR / PROGRAM / URAIAN APBN NO LOKASI SAT T.A. APBD APBD SWAST KEGIATAN BUMD MASY CSR PROV. KAB/KOTA A Rp. MURNI PHLN
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14 Pembangunan hidran Rusunawa unit 2018
1 200,000 Pembangunan pos jaga Rusunawa unit
2018
2 50,000 Kel.
Rehabilitasi Rusunawa Cilangkap, TB 2017
1 1,000,000 Kec. Tapos
4 KESWADAYAAN MASYARAKAT 4.a. KESWADAYAAN MASYARAKAT
Perbaikan Rumah Tidak Layak Huni 670 unit 2016 500,000 880,000 2017 3,000,000 1,000,000 880,000 2018 1,000,000 880,000 2019 2,000,000 1,500,000 880,000 2019 880,000
Penataan Lingkungan Permukiman Kota Depok 5 paket 2016
20,000,000
201720,000,000
201820,000,000
201920,000,000
VII - 13
Bab VII Rencana Pembangunan Infrastruktur Cipta Karya
VII - 14
9
2019
14
20,000,000
13
12
11
10
8
1
7
6
5
4
3
2
Bab VII Rencana Pembangunan Infrastruktur Cipta Karya NO SEKTOR / PROGRAM / URAIAN KEGIATAN LOKASI VOL SAT SUMBER PENDANAAN x Rp. 1.000,- T.A. APBN APBD PROV. APBD KAB/KOTA BUMD SWAST A MASY CSR Rp. MURNI PHLN
7.2 Sektor Penataan Bangunan dan Lingkungan (PBL)
7.2.1 Kondisi Eksisting dan Isu Strategis Sektor PBL
Perumusan isu strategis Bidang PBL, dapat dari dari Agenda Nasional dan Agenda
Internasional yang mempengaruhi sektor PBL. Untuk Agenda Nasional, salah satunya adalah Program
PNPM Mandiri, yaitu Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri, sebagai wujud kerangka
kebijakan yang menjadi dasar acuan pelaksanaan program-program penanggulangan kemiskinan
berbasis pemberdayaan masyarakat. Agenda nasional lainnya adalah pemenuhan Standar Pelayanan
Minimal (SPM) bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang, khususnya untuk sektor PBL yang
mengamanatkan terlayaninya masyarakat dalam pengurusan IMB di kabupaten/kota dan tersedianya
pedoman Harga Standar Bangunan Gedung Negara (HSBGN) di kabupaten/kota.Agenda internasional yang terkait diantaranya adalah pencapaian MDG’s 2015, khususnya
tujuan 7 yaitu memastikan kelestarian lingkungan hidup. Target MDGs yang terkait bidang Cipta Karya
adalah target 7C, yaitu menurunkan hingga separuhnya proporsi penduduk tanpa akses terhadap air
minum layak dan sanitasi layak pada 2015, serta target 7D, yaitu mencapai peningkatan yang signifikan
dalam kehidupan penduduk miskin di permukiman kumuh pada tahun 2020.Agenda internasional lainnya adalah isu Pemanasan Global (Global Warming). Pemanasan
global yang disebabkan bertambahnya karbondioksida (CO2) sebagai akibat konsumsi energi yang
berlebihan mengakibatkan naiknya suhu permukaan global hingga 6.4 °C antara tahun 1990 dan 2100,
serta meningkatnnya tinggi muka laut di seluruh dunia hingga mencapai 10-25 cm selama abad ke-20.
Kondisi ini memberikan dampak bagi kawasan-kawasan yang berada di pesisir pantai, yaitu munculnya
bencana alam seperti banjir, kebakaran serta dampak sosial lainnya.Agenda Habitat juga merupakan salah satu Agenda Internasional yang juga mempengaruhi isu
strategis sektor PBL. Konferensi Habitat I yang telah diselenggarakan di Vancouver, Canada, pada 31
Mei-11 Juni 1976, sebagai dasar terbentuknya UN Habitat pada tahun 1978, yaitu sebagai lembaga
PBB yang mengurusi permasalahan perumahan dan permukiman serta pembangunan perkotaan.Konferensi Habitat II yang dilaksanakan di lstanbul, Turki, pada 3 - 14 Juni 1996 dengan dua
tema pokok, yaitu "Adequate Shelter for All" dan "Sustainable Human Settlements Development in an
Urbanizing World", sebagai kerangka dalam penyediaan perumahan dan permukiman yang layak bagi
masyarakat.Dari agenda-agenda tersebut maka isu strategis tingkat nasional untuk bidang PBL dapat dirumuskan adalah sebagai berikut :
1. Penataan Lingkungan Permukiman a.
Pengendalian pemanfaatan ruang melalui RTBL; b.
PBL mengatasi tingginya frekuensi kejadian kebakaran di perkotaan; c.
Pemenuhan kebutuhan ruang terbuka publik dan ruang terbuka hijau (RTH) di perkotaan;
d.Revitalisasi dan pelestarian lingkungan permukiman tradisional dan bangunan bersejarah berpotensi wisata untuk menunjang tumbuh kembangnya ekonomi lokal; e.
Peningkatan kualitas lingkungan dalam rangka pemenuhan Standar Pelayanan Minimal;
f. Pelibatan pemerintah daerah dan swasta serta masyarakat dalam penataan bangunan dan lingkungan.2. Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara a.
Tertib pembangunan dan keandalan bangunan gedung (keselamatan, kesehatan, kenyamanan dan kemudahan); b.
Pengendalian penyelenggaraan bangunan gedung dengan perda bangunan gedung di kab/kota; c.
Tantangan untuk mewujudkan bangunan gedung yang fungsional, tertib, andal dan mengacu pada isu lingkungan/ berkelanjutan; d.
Tertib dalam penyelenggaraan dan pengelolaan aset gedung dan rumah negara; e.
Peningkatan kualitas pelayanan publik dalam pengelolaan gedung dan rumah Negara.
3. Pemberdayaan Komunitas dalam Penanggulangan Kemiskinan a.
Jumlah masyarakat miskin pada tahun 2012 sebesar 29,13 juta orang atau sekitar 11,96% dari total penduduk Indonesia; b.
Realisasi DDUB tidak sesuai dengan komitmen awal termasuk sharing in-cash sesuai MoU PAKET; c.
Keberlanjutan dan sinergi program bersama pemerintah daerah dalam penanggulangan kemiskinan.
Isu strategis Penataan Bangunan dan Lingkungan di Kota Depok selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 7.9.
Tabel 7. 9 Isu Strategis Sektor PBL Kota Depok
No Kegiatan Sektor PBL Isu Strategis Sektor PBL
1. Penataan Lingkungan Permukiman a.
Perwal RTBL masih sangat terbatas, dan perwal yang sudah ada belum digunakan sebagai sebagai alat pengendalian pengembangan bangunan gedung dan lingkungan di kawasan cepat tumbuh b.
Kawasan bersejarah yang ada belum ditangani secara khusus sebagai aset pariwisata c.
Ketersediaan ruang terbuka publik dan RTH masih sangat kurang, dan terbatasnya lahan kota yang diperebutkan untuk berbagai fungsi.
No Kegiatan Sektor PBL Isu Strategis Sektor PBL d.
Penanganan permukiman kumuh mendapat perhatian bersama namun belum dpat menuntaskan kekumuhan di kawasan.
e.
Permukiman illegal (squatter) belum mendapat perhatian dan penanganan f.
Peran serta masyarakat dan swasta dalam penataan bangunan dan lingkungan
2.
a. Penyelenggaraan Bangunan Gedung Penyediaan data bangunan secara lengkap dan Rumah Negara berdasarkan fungsi dan kepemilikan ijin b.
Penertiban terhadap pelanggaran ijin (penegakan hukum) c.
Bangunan gedung dan rumah negara yang memenuhi persyaratan keselamatan, keamanan dan kenyamanan 3.
a. Pemberdayaan Komunitas dalam Pelaksanaan program penanggulangan kemiskinan
Penanggulangan Kemiskinan secara terpadu b.
Penguatan peran tim koordinasi penanggulangan kemiskinan daerah dan BKM yang ada
Pertambahan jumlah penduduk Kota Depok yang relatif tinggi didominasi oleh pertambahan
akibat migrasi penduduk. Hal ini disebabkan Kota Depok yang berbatasan langsung dengan Ibu Kota
Jakarta sehingga Depok dijadikan alternatif tempat tinggal maupun sebagai tempat usaha.Pertambahan jumlah penduduk ini perlu diikuti dengan penambahan perumahan dan
berbagai fasilitas untuk memenuhi kebutuhan ekonomi dan sosial masyarakat. Sebagai akibatnya alih
fungsi lahan menjadi lahan terbangun perlu ditata agar lingkungan tetap layak untuk dihuni dan
bangunan terbangun merupakan bangunan yang aman dan andal.Penataan bangunan dan lingkungan di Kota Depok saat ini belum cukup baik, karena di
beberapa lokasi masih terdapat pemukiman kumuh serta bangunan-bangunan liar/illegal khususnya
di sempadan sungai/saluran/situ, belum terpenuhinya kebutuhan ruang terbuka publik dan Ruang
Terbuka Hijau untuk konservasi lingkungan, belum dilaksanakannya pembangunan yang berdasarkan
Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan pada kawasan-kawasan cepat tumbuh, dan masih kurangnya
prasarana dan sarana pemadam kebakaran terutama untuk melayani permukiman padat. Luas RTH
eksisting Kota Depok dan rencana pengembangannya berdasarkan RTRW Kota Depok 2012-2032
dapat dilihat pada Tabel 7.10.
Tabel 7. 10 Luas RTH Eksisting Kota Depok dan Rencana Pengembangannya
Berdasarkan RTRW Kota Depok 2012-2032
NO Jenis Fasilitas RTH Eksisting (Ha) Prosentase (%) Rencana (Ha) Prosentase (%)A. RTH PUBLIK
5.84
0.56
37.12
0.19
55.12
2.14
13 RTH halaman perkantoran milik pemerintah 223.21 1.11 248.72
1.24 LUAS RTH PUBLIK 1,804.65
9.01 4,024.63
20.09 B. RTH PRIVAT
14 Pekarangan rumah tinggal 1,132.89 5.66 2,511.98
12.54
15 RTH Kawasan Perdagangan dan Jasa 45.36 0.23 111.56
16 RTH Kawasan Perkantoran
2.14
0.74
0.00
12.03
0.06
17 RTH Kawasan Industri
76.74
0.38
76.74
0.38 LUAS RTH PRIVAT 1,255.73
6.27 2,712.30
13.54 LUAS TOTAL RTH 3,060.38 15.28 6,736.93
33.64 LUAS KOTA DEPOK 20,029.00 Kawasan heritage di Kota Depok terdapat di Kawasan Depok Lama yang terletak di Kelurahan
Depok, Kecamatan Pancoran Mas. Kawasan heritage Depok Lama berada tidak jauh dari pusat kota.
Di kawasan ini dapat ditemui rumah hunian dan gereja bergaya arsitektur Indis (Indisch Stijl) yang
masih bertahan sampai sekarang. Selain di kawasan tersebut, beberapa bangunan kolonial lainnya
tersebar di beberapa lokasi seperti Gereja Immanuel dan jembatan Panus di Kec. Pancoran Mas,
bangunan bergaya arsitektur Belanda yang ada di depan Margo City, dan bekas rumah tuan tanah
Cimanggis. Meskipun demikian, keberadaan bangunan bersejarah ini belum dimanfaatkan untuk
12 RTH lapangan olahraga milik pemerintah
11 RTH Taman Pemakaman 164.71 0.82 429.02
2 RTH Hutan Kota 131.45 0.66 798.45
0.94
3.99
3 Kawasan Lindung Lainnya
7.60
0.04
7.60
0.04
4 Jalur hijau jalan
56.39 0.28 232.89
1.16
5 Sempadan rel kereta 101.64 0.51 101.64
0.51
6 Sempadan situ 187.62 0.94 187.62
7 Sempadan sungai 460.81 2.30 460.81
1 RTH Taman 318.50 1.59 1,170.00
2.30
8 Sempadan jalur pipa gas
27.88
0.14
27.88
0.14
9 Jalur hijau jaringan listrik tegangan tinggi
87.72
0.44
87.72
0.44
10 Lahan pertanian pangan berkelanjutan 0.00 0.00 217.17
1.08
pariwisata dan belum dilakukan penataan kawasan dan intervensi pemeliharaan terhadap bangunan-
bangunan tersebut.Kota Depok hingga saat ini belum tersedia data rinci mengenai jumlah bangunan berdasarkan
fungsi, dan kepemilikan ijin IMB karena pendataan yang dilakukan selama ini masih bersifat parsial.
Berdasarkan laporan Dinas Tata Ruang Permukiman dalam LKPJ 2012 hanya 29,8% bangunan yang ada
di Kota Depok yang memiliki IMB. Penindakan terhadap pelanggaran izin baru mulai digiatkan. Selain
pelanggaran kepemilikian ijin, masih banyak pula pelanggaran terhadap garis sempadan bangunan
(GSB) sehingga mempengaruhi estetika kota. Penertiban dan pembongkaran terhadap pelanggaran
GSB mulai digalakkan pada tahun ini yang dimulai dari kawasan prioritas yaitu di Jalan Margonda Raya.
Sebagai petunjuk pelaksanaan bagi para penyelenggara dalam melaksanakan pembangunan
bangunan gedung dan rumah, setiap tahunnya Kota Depok mengeluarkan Standar Harga Satuan
Bangunan bagi pelaksanaan pembangunan untuk kepentingan umum. Di dalamnya diatur mengenai
standar harga satuan per m2, dan kriteria spesifikasi untuk bangunan gedung sederhana tidak
bertingkat dan bertingkat, dan klasifikasi tidak sederhana dan tidak sederhana tidak bertingkat.Penanganan kebakaran dan pencegahannya di Kota Depok diserahkan kepada Dinas
Pemadam Kebakaran. Pendataan keselamatan bangunan gedung dari bencana kebakaran telah
dilakukan tahun lalu, namun perlu terus dilakukan pengawasan dan pengendalian khususnya terhadap
pembangunan gedung baru agar kondisi keselamatan bangunan gedung baik dari segi material
bangunan maupun kelengkapan prasarana keselamatan seperti prasarana pemadam kebakaran dapat
terus terpantau. Meskipun di sebagian gedung milik pemda telah dilengkapi dengan hidran, hidran
sebagai prasarana pemadam kebakaran belum cukup tersedia di pemukiman maupun di jalan-jalan
utama. Pada tahun 2010 telah disusun regulasi Rencana Induk Sistem Proteksi Kebakaran (RISPK) Kota
Depok yang telah ditetapkan oleh Walikota Depok ke dalam Peraturan Walikota Depok Nomor 54
tahun 2011 tentang Rencana Induk Sistem Proteksi Kebakaran Kota Depok di Wilayah Kota Depok
tahun 2011- – 2020 yang ditetapkan pada tanggal30 Desember 2011 sehingga di masa yang akan
datang tersedia pedoman dan arahan yang lebih jelas terhadap penyediaan prasarana dan sarana
keselamatan bangunan gedung.
Masyarakat Kota Depok khususnya di kawasan-kawasan padat cukup aktif terlibat dalam
penanggulangan kebakaran. Saat ini telah terbentuk 52 Satuan Relawan Kebakaran (Satlakar) yang
tersebar di 52 Kelurahan. Meskipun demikian, partisipasi masyarakat ini belum didukung dengan
ketersediaan prasarana dan sarana penanggulangan kebakaran skala lingkungan yang dapat melayani
permukiman-permukiman padat secara cepat. Penataan lingkungan permukiman Kota Depok dapat
dilihat pada Tabel 7.11.Tabel 7. 11 Penataan Lingkungan Permukiman Kota Depok Kawasan Bersejarah RTH Pemenuhan SPM Dukungan Ketersediaan Nama Lokasi/ Luas % Luas %
Infrastruktur pelayanan HSBGN
kawasan Nama RTH RTH RTHIMB CK
IMB
Kawasan Jalan Taman
7 Ha 0,035% Tersedia Tersedia Depok lingkungan Hutan Raya, Lama Kec.
Pancoran Mas Taman
3 Ha 0,015% Lembah Gurame, Kel.
Depok Jaya Kec. Pancoran Mas Taman Lembah Mawar, Kel. Depok Jaya Taman Lembah Leli, Kel. Depok Jaya Taman Jalur 2,1 0,01% Proklamasi, Ha Kel. Mekarjaya dan Kel. Abadijaya Taman Jalur 1,8 0,009% Merdeka, Ha Kel. Mekarjaya dan Kel. Abadijaya Hutan UI, Kel. Beji Taman Wiladatika Cibubur, Kec. Cimanggis Dalam kegiatan penataan bangunan dan lingkungan terdapat beberapa permasalahan dan tantangan yang dihadapi permasalahan dan tantangan tersebut dirangkum dalam Tabel 7.12.
Tabel 7. 12 Identifikasi Permasalahan dan Tantangan Penataan Bangunan dan Lingkungan
Aspek Penataan Tantangan No. Bangunan Permasalahan yang Dihadapi Alternatif Solusi Pengembangan dan LingkunganI. Kegiatan Penataan Lingkungan Permukiman
1. Aspek Teknis a)
a)
a) Masih kurangnya Belum adanya Meningkatkan ketersediaan kesamaan pandangan koordinasi penanggulangan antara Dinas Pemadam
b) PDAM menyiapkan kebakaran terutama skala Kebakaran dan PDAM hidran kebakaran lingkungan untuk Kota Depok mengenai berdasarkan arahan melayani permukiman tanggung jawab RTBL dan usulan Dinas padat penyediaan hidran Damkar b) kebakaran.
c) Belum tersedianya Memperkuat sarpras sarpras hidran kebakaran b) untuk satlakar
Revitalisasi kawasan di permukiman dan jalan bersejarah sulit d)
Menyusun RTBL dan
c) dilakukan karena melegalisasi RTBL yang Masih kurangnya landasan hukum dan terletak di pusat kota telah disusun operasional berupa RTBL (kaw perdagangan dan
e) Mengupayakan untuk pengembangan jasa) dan belum ada pemanfaatan lahan lingkungan insentif dari Pemda secara efisien untuk
d)
c) beberapa fungsi Belum ada dasar hukum Sumber daya lahan untuk melakukan terbatas dan f)
Menyusun Perda RTH revitalisasi kawasan diperebutkan untuk dan Perwa rencana bersejarah pembangunan berbagai induk RTH
e) sarpras Keterbatasan lahan untuk pengembangan ruang terbuka publik dan ruang terbuka hijau
2. Aspek Belum adanya keterpaduan Penetapan kawasan Penetapan lokasi kawasan Kelembagaa program dan kegiatan antar kumuh yang akan kumuh prioritas untuk n dinas dalam penanganan ditangani (SK Walikota) penanganan selama 5 kawasan kumuh dilakukan setahun tahun melalui SK Walikota sebelum intervensi fisik dilakukan sehingga program terpadu yang berkelanjutan tidak dapat direncanakan dengan baik
3. Aspek
a) Merumuskan program Mempersiapkan Masih terbatasnya anggaran yang
Pembiayaan /kegiatan terpadu secara program/kegiatan yang dialokasikan untuk baik agar dapat dapat didanai dari non penanganan kawasan memanfaatkan anggaran APBD dan CSR swasta kumuh.
b) Masih rendahnya anggaran CSR swasta yang
Aspek Penataan Tantangan No. Bangunan Permasalahan yang Dihadapi Alternatif Solusi Pengembangan dan Lingkungan
dialokasikan untuk sektor yang tersedia secara Memanfaatkan lahan PBL. efektif dan efisien fasum dan menata taman secara bertahap
4. Aspek Peran Masih kurangnya kesadaran Mengoptimalkan peran Serta masyarakat/swasta untuk BKM Masyarakat / terlibat dalam pembangunan
Menggalakkan program Swasta dan pemeliharaan
CSR infrastruktur lingkungan Meningkatkan sosialisasi / pembinaan masyarakat
5. Aspek Masih ada lingkungan Lahan privat milik pribadi Memperketat aturan dan Lingkungan permukiman terletak di (masyarakat / swasta) pengeluaran ijin Permukiman daerah cekungan dan khususnya di daerah sempadan sungai/situ cekungan dan sempadan sungai/ situ
Menyusutnya jumlah dan luas RTH privat di lingkungan Penerapan KDH dan KDB permukiman rendah pada lokasi yang berpotensi sebagai RTH
II. Kegiatan Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara
1. Aspek Teknis a) Mensinkronkan peran
Belum berjalannya mekanisme kontrol berbagai OPD dalam terhadap pengelolaan menghasilkan dan penyelenggaraan rekomendasi teknis terkait bangunan gedung keselamatan, kesehatan
(keselamatan, kesehatan, dan kemudahan kenyamanan dan kemudahan) b)
Masih kurang tertibnya pengadministrasian aset pemda
c) Belum adanya perangkat
untuk monitoring (soft
ware dan hard ware)
d) adanya Belum pengendalian alih fungsi lahan dan alih status, seperti bangunan rumah yang beralih fungsi menjadi pertokoan, atau perkantoran
No. Aspek Penataan Bangunan dan Lingkungan Permasalahan yang Dihadapi Tantangan Pengembangan Alternatif Solusi
1. Aspek Teknis Program penanggulangan kemiskinan masih didominasi pembangunan infrastruktur
Membentuk forum CSR
Belum terbentuk forum CSR di kota Depok
Swasta belum banyak terlibat dalam program penanggungan kemiskinan
4. Aspek Peran Serta Masyarakat/ Swasta
Memasukkan program penanggulangan kemiskinan ke dalam program CSR
Masih terbatas dan mengandalkan pada alokasi APBD kota
3. Aspek Pembiayaan
Memperkuat koordinasi dan mesinkironkan data
Masih lemahnya koordinasi lintas instansi dalam implementasi program
2. Aspek Kelembagaa n
Program diharapkan dapat efektif menekan jumlah kemiskinan
Memperketat ijin perubahan site plan dan dalam serah terima PSU dari pengembang
2. Aspek Kelembagaa n
Diperlukan lahan fasos fasum yang strategis agar dapat dimanfaatkan secara optimal
Lokasi lahan fasos fasum yang diserahkan pengembang tidak strategis
5. Aspek Lingkungan Permukiman
Cepatnya pertumbuhan bangunan Konsistensi dalam penegakan perda
Masih kurangnya kesadaran masyarakat/swasta dalam menaati aturan bangunan dan GSB.
4. Aspek Peran Serta Masyarakat/ Swasta
Memperkuat peran serta aparat kelurahan/ kecamatan / masyarakat
Mengutamakan upaya preventif untuk meminimalkan terjadinya pelanggaran.
Masih sangat terbatasnya anggaran yang dialokasikan untuk penertiban bangunan
3. Aspek Pembiayaan
Memperkuat koordinasi dan meningkatkan kualitas dan kuantitas SDM
Masih lemahnya koordinasi lintas instansi dalam penegakan aturan
III. Kegiatan Pemberdayaan Komunitas dan Penanggulangan Kemiskinan
Aspek Penataan Tantangan No. Bangunan Permasalahan yang Dihadapi Alternatif Solusi Pengembangan dan Lingkungan
5. Aspek Masih ada kendala
a) Melakukan perencanaan Sulit mendapat lahan hibah di kawasan
Lingkungan penyediaan lahan untuk secara terintegrasi dan miskin Permukiman infrastruktur lingkungan komprehensif per 5