3 ARAHAN KEBIJAKAN DAN RENCANA STRATEGIS INFRASTRUKTUR BIDANG CIPTA KARYA

  Tahun 2019 - 2023

3 ARAHAN KEBIJAKAN DAN RENCANA STRATEGIS

INFRASTRUKTUR BIDANG CIPTA KARYA

3.1 Arahan Pembangunan Bidang Cipta Karya dan Arahan Penataan Ruang

3.1.1 Arahan Pembangunan Bidang Cipta Karya

  Peraturan Presiden Republik Indonesia No. 2 Tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2015-2019 mengamanatkan beberapa hal terkait dengan pembangunan infrastruktur Bidang Cipta Karya, antara lain : tercapainya pengentasan permukiman kumuh perkotaan menjadi 0%, tercapainya 100% pelayanan air minum bagi seluruh penduduk Indonesia, serta meningkatnya akses penduduk terhadap sanitasi layak (air limbah domestik, sampah, dan drainase lingkungan) menjadi 100% pada tingkat kebutuhan dasar.

  Adapun berdasarkan Restra Ditjen Cipta Karya 2015-2019 dalam pelaksanaan pembangunan infrastruktur keciptakaryaan, Ditjen Cipta Karya menggunakan tiga strategi pendekatan yaitu membangun sistem, memfasilitasi Pemerintah Daerah Provinsi, Kota dan Kabupaten, serta memberdayakan masyarakat melalui program-program pemberdayaan masyarakat. Dalam membangun sistem, Ditjen Cipta Karya memberikan dukungan pembangunan infrastruktur dengan memprioritaskan sistem infastruktur Provinsi/Kabupaten/Kota. Dalam hal fasilitasi Pemerintah Daerah, bentuk dukungan yang diberikan adalah fasilitasi kepada Pemerintah Daerah dalam penguatan kelembagaan, keuangan, termasuk pembinaan teknis terhadap tugas dekonsentrasi dan pembantuan. Untuk pemberdayaan masyarakat, bentuk dukungan yang diberikan adalah pembangunan infrastruktur keciptakaryaan melalui program-program pemberdayaan masyarakat.

  Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 15 Tahun 2015 tentang Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, tugas Ditjen Cipta Karya adalah menyelenggarakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang pengembangan kawasan permukiman, pembinaan penataan bangunan, pengembangan sistem penyediaan air minum, pengembangan sistem pengelolaan air limbah dan drainase lingkungan serta persampahan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

  Tahun 2019 - 2023

3.1.1.1 Kebijakan dan Strategi Pembangunan dan Pengembangan Permukiman

  Kebijakan dan strategi pembangunan dan pengembangan kawasan permukiman ditetapkan dengan mempertimbangkan kebutuhan pencapaian target berdasarkan prinsip pembangunan permukiman serta peran pemerintah dalam pembangunan permukiman. Kebijakan dan strategi pembangunan dan pengembangan permukiman meliputi kebijakan umum terkait pengaturan, pembinaan dan pengawasan (Tur-Bin-Was) yang berlaku untuk semua tipologi permukiman serta kebijakan khusus meliputi pelaksanaan pembangunan pada tipologi permukiman perkotaan, perdesaan dan kawasan permukiman khusus. Kebijakan dan strategi tersebut dibagi menjadi 4 (empat) bagian yaitu:

  a. Kebijakan dan Strategi Umum Pembangunan dan Pengembangan Permukiman;

  b. Kebikajan dan Strategi Implementasi Pembangunan dan Pengembangan Permukiman Perkotaan;

  c. Kebijakan dan Strategi Implementasi Pembangunan dan Pengembangan Permukiman Perdesaan; dan

  d. Kebijakan dan Strategi Implementasi Pembangunan dan Pengembangan Permukiman Khusus.

  Kebijakan dan Strategi Umum Pembangunan dan Pengembangan Permukiman Kebijakan 1: Penyusunan dan penyiapan landasan penyelenggaraan kawasan permukiman.

  Strategi pelaksanaan kebijakan ini adalah: Menyiapkan peraturan perundang-undangan (PP, Peraturan Menteri, dan lain sebagainya) dan Pedoman Pembangunan dan Pengembangan Permukiman (NSPK) sebagai landasan penyelenggaraan kawasan permukiman. Landasan penyelenggaraan kawasan permukiman ini antara lain juga meliputi:

   Regulasi dan aturan main yang harus tersedia sebagai acuan bagi Pemerintah dan terutama pemerintah daerah dalam penyelenggaraan kawasan permukiman;

   Landasan kebijakan jangka panjang daerah sebagai dasar bagi pemerintah daerah dalam menyelenggarakan peningkatan kualitas permukiman kumuh, yaitu RPJPD, RTRW, dan RP3KP serta RKP Kumuh Perkotaan;

   SK Kepala Daerah mengenai penetapan lokasi kumuh;

   Menyusun Pedoman Teknis Penanganan Kawasan Permukiman.

  Kebijakan 2: Peningkatan kapasitas kelembagaan untuk penanganan permukiman.

  Strategi pelaksanaan kebijakan ini adalah: Melakukan peningkatan dan penguatan kelembagaan dan SDM penyelenggara dan pengelola permukiman (pemerintah, lembaga masyarakat, dan

  Tahun 2019 - 2023 dan pengembangan kawasan permukiman membutuhkan dukungan seluruh pelaku yang berjalan dalam sistem yang disepakati bersama. Terkait aspek kelembagaan ini, maka akan dibutuhkan:

   Kesepahaman bersama antarpelaku;

   Komitmen dari seluruh pelaku;

   Kemitraan antar pelaku: antar bidang pembangunan, kemitraan antara pemerintah pusat dengan daerah, kemitraan antara pemerintah

  • – dunia usaha – masyarakat, kemitraan dengan lembaga donor, kemitraan dengan praktisi, dan kemitraan dengan pelaku lainnya.

  Dalam hal ini, upaya membangun dan memperkuat kapasitas pemerintah daerah dilakukan agar pemerintah daerah mampu menjalankan perannya sebagai nakhoda yang menentukan keberhasilan pembangunan dan pengembangan kawasan permukiman. Peningkatan kapasitas Pemda dilakukan kepada:

   Kepala daerah yang memiliki visi dan kemampuan menjalankan visinya;

   Seluruh SKPD terkait dalam penyelenggaraan kawasan permukiman yang memiliki pengetahuan dan mampu berinovasi

  Kebijakan 3: Pengelolaan sistem informasi nasional yang terintegrasi dengan sistem informasi daerah.

  Strategi pelaksanaan kebijakan ini adalah: Membangun dan mengelola sistem informasi nasional yang terintegrasi dengan sistem informasi daerah dan dimutakhirkan secara berkala. Sistem informasi ini akan dimanfaatkan untuk:

   Mengukur perkembangan pencapaian target setiap tahun;

   Pertukaran informasi yang dapat digunakan oleh seluruh pelaku, baik di tingkat pusat maupun daerah;  Menjadi sistem informasi komunikasi sebagai alat pengembangan pengetahuan dalam rangka pemberdayaan masyarakat dan pemerintah daerah, serta sebagai sarana berbagi informasi ketersediaan sumberdaya di antara pelaku.

  Kebijakan 4: Pengawasan secara berkala penyelenggaraan kawasan permukiman di pusat dan daerah.

  Strategi untuk melaksanakan kebijakan ini adalah sebagai berikut:

  1. Melakukan pengendalian perencanaan melalui monitoring perencanaan dan pemrograman;

  2. Melakukan pengawasan (pemantauan, evaluasi, pelaporan) pembangunan untuk menjamin

  Tahun 2019 - 2023

  Kebijakan dan Strategi Implementasi Pembangunan dan Pengembangan Permukiman Perkotaan Kebijakan 1: Penanganan permukiman kumuh perkotaan terkait dengan upaya penurunan kumuh perkotaan menjadi 0% melalui upaya peningkatan kualitas lingkungan dan pelayanan prasarana dan sarana dasar permukiman dengan pendekatan kegiatan fisik maupun non-fisik.

  Strategi untuk melaksanakan kebijakan ini adalah:

  1. Penanganan komprehensif terhadap 30 kabupaten/kota prioritas kementerian sebagai best practice penanganan permukiman kumuh yang diharapkan menjadi model penanganan komprehensif yang dapat direplikasi dan diterapkan di kota-kota lainnya.

  2. Penanganan permukiman kumuh terhadap kabupaten/kota lainnya dengan tujuan pemenuhan standar pelayanan perkotaan disesuaikan dengan kebutuhan yang diajukan oleh kabupaten/kota.

  Kebijakan 2: Pengembangan permukiman baru dan perkotaan layak huni terkait dengan upaya pemenuhan Standar Pelayanan Perkotaan (SPP) dan Inkubasi Kota Baru.

  Strategi untuk melaksanakan kebijakan ini adalah:

  1. Pemenuhan SPP bagi kawasan permukiman perkotaan yang mengacu pada rencana kawasan permukiman;

  2. Perintisan/inkubasi Kota Baru sebagai best practice kota publik berkelanjutan, meliputi kegiatan pemenuhan SPP, penerapan pendekatan Kota Hijau, dan penerapan Kota Cerdas Berdaya Saing.

  Kebijakan dan Strategi Implementasi Pembangunan dan Pengembangan Permukiman Perdesaan Kebijakan 1: Percepatan peningkatan pelayanan sarana dan prasarana dasar permukiman perdesaan.

  Adapun strategi dalam mengimplementasikan kebijakan ini adalah: Menyediakan sarana dan prasarana permukiman sesuai dengan SPM Perdesaan. Sarana dan prasarana dasar permukiman ini meliputi penyediaan air minum, pembangunan jalan lingkungan dan drainase lingkungan, penyediaan pelayanan pengeolaan persampahan serta peningkatan akses sanitasi yang layak bagi masyarakat di kawasan perdesaan. Penyediaan ini dilakukan dengan pendekatan pemberdayaan masyarakat dan dilakukan berdasarkan rencana aksi yang telah disusun sebelumnya.

  Kebijakan 2: Pembangunan dan pengembangan kawasan permukiman yang berkualitas yang mendukung peningkatan produktivitas kawasan perdesaan.

  Tahun 2019 - 2023

  1. Menyediakan sarana, prasarana dan fasilitas umum permukiman yang memenuhi SPM, baik melalui pengembangan dan pembangunan kawasan transmigrasi maupun kawasan non- transmigrasi.

  2. Menyediakan sarana dan prasarana pendukung kegiatan produksi di kawasan perdesaan sesuai dengan komoditas unggulannya. Sarana dan prasarana pendukung kegiatan produksi ini antara lain berupa terminal agro, pasar agro untuk kawasan agropolitan, atau dermaga, tambatan perahu dan tempat pelelangan ikan (TPI) pada kawasan permukiman pesisir/minapolitan.

  3. Menyediakan sarana dan prasarana pendukung peningkatan konektivitas kegiatan antar desa maupun antar desa-kota. Sarana dan prasarana ini antara lain berupa jalan usaha tani dan jalan poros desa.

  Kebijakan dan Strategi Implementasi Pembangunan dan Pengembangan Permukiman Khusus Kebijakan 1: Pembangunan dan pengembangan kawasan permukiman yang berkualitas untuk mendukung pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat yang tinggal di kawasan perbatasan.

  Strategi untuk melaksanakan kebijakan ini adalah sebagai berikut:

  1. Menyediakan sarana dan prasarana pendukung meningkatnya produktivitas kawasan perbatasan berbasis komoditi unggulan, terutama di 10 PKSN.Sarana dan prasarana pendukung kegiatan produksi ini untuk PKSN non-perkotaanantara lain berupa terminal agro, pasar agro untuk kawasan agropolitan, atau dermaga, tambatan perahu dan tempat pelelangan ikan (TPI) pada kawasan permukiman pesisir/minapolitan. Selain itu disediakan pula sarana dan prasarana pendukung peningkatan konektivitas kegiatan antardesa dalam kecamatan, berupa jalan usaha tani dan jalan poros desa.Sementara untuk PKSN Perkotaan seperti Sabang dan Jayapura, sarana dan prasarana yang disediakan memenuhi Standar Pelayanan Perkotaan dan sesuai dengan sektor yang dikembangkan di kota tersebut.

  2. Menyediakan sarana prasarana pendukung kegiatan perbatasan seperti pos perbatasan negara yang memenuhi standar internasional di PKSN.Ketentuan mengenai sarana prasarana pendukung kegiatan perbatasan mengacu pada Permendagri No. 18 Tahun 2007 tentang Standardisasi Sarana, Prasarana, dan Pelayanan Lintas Batas Antar Negara.

  Kebijakan 2: Percepatan penyediaan sarana dan prasarana permukiman perbatasan memenuhi SPM.

  Strategi untuk melaksanakan kebijakan ini adalah menyediakan sarana dan prasarana permukiman

  Tahun 2019 - 2023 permukiman ini meliputi penyediaan air minum, pembangunan jalan lingkungan dan drainase lingkungan, penyediaan pelayanan pengelolaan persampahan serta peningkatan akses sanitasi yang layak bagi masyarakat.

  Kebijakan 3: Pembangunan dan pengembangan kawasan permukiman yang memiliki ketahanan terhadap bencana.

  Strategi untuk melaksanakan kebijakan ini adalah sebagai berikut:

  1. Mengurangi ancaman bencana melalui pembangunan dan pengembangan permukiman pada lokasi yang aman sesuai RTRW dan mitigasi. Dalam hal ini pembangunan dan pengembangan permukiman dilakukan dengan didasarkan pada analisis risiko bencana dan melakukan mitigasi yang diperlukan.

  2. Mengurangi kerentanan fisik (bangunan dan PSU). Langkah yang dilakukan adalah dengan menerapkan standar bangunan dan lingkungan yang sesuai dengan tipe bahaya; melakukan penataan bangunan dan lingkungan untuk memperkecil ancaman dan meningkatkan ketahanan; atau melakukan pemindahan lokasi permukiman yang berisiko tinggi ke kawasan yang aman dari bencana.

  3. Meningkatkan kapasitas (peraturan, masyarakat, lembaga). Langkah yang dilakukan adalah menyediakan NSPK untuk berbagai tipe bencana sesuai karakteristik ancaman bencana; meningkatkan pengetahuan dan kemampuan pemerintah daerah mengenai pembangunan tanggap bencana serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan masyarakat agar menjadi masyarakat tangguh bencana.

  4. Meningkatkan kualitas/rehabilitasi permukiman di kawasan pasca bencana. Pelaksanaan penanganan pasca bencana dimulai dari masa tanggap darurat melalui pemulihan kondisi serta rehabilitasi dan rekonstruksi

3.1.1.2 Kebijakan dan Strategi Pembinaan Penataan Bangunan

  Dalam mendukung Gerakan 100-0-100 yang dicanangkan oleh Direktorat Jenderal Cipta Karya, maka bidang Penataan Bangunan dan Lingkungan memfokuskan kegiatan pada upaya revitalisasi kawasan tematik perkotaan. Dalam mewujudkan kegiatan revitalitasi kawasan tematik perkotaan, didukung oleh tiga komponen utama, yaitu: penyusunan dan impelementasi NSPK, fasilitasi pemerintah daerah, dan pemberdayaan masyarakat. Kegiatan revitalisasi kawasan tematik perkotaan sebagai agenda utama bidang penataan bangunan dan lingkungan memiliki tujuan untuk mencapai perwujudan sustainable city dan juga menggiatkan urban economic development.

  Tahun 2019 - 2023 Kebijakan utama dalam bidang penataan bangunan dan lingkungan ialah “Penyelenggaraan Penataan Bangunan dan Lingkungan yang Andal dan Berkelanjutan”. Kebijakan utama tersebut dapat ditempuh melalui beberapa strategi dan strategi operasional sebagai berikut:

  Kebijakan 1: Memberikan dukungan pembangunan sistem penataan bangunan dan lingkungan dalam mewujudkan kawasan perkotaan yang berkelanjutan.

  1. Mendorong penyusunan Rencana Tata Bangunan dam Lingkungan (RTBL) untuk mensinergiskan kepentingan berbagai sektor dalam penataan kawasan;

  2. Mendukung kegiatan Penataan Bangunan dan Lingkungan melalui revitalisasi kawasan tematik perkotaan;

  3. Meningkatkan aspek kualitas perencanaan terkait Penataan Bangunan dan Lingkungan;

  4. Mendukung penyelenggaraan Penataan Bangunan dan Lingkungan yang tertib, andal serta ramah lingkungan.

  Kebijakan 2: Melakukan fasilitasi kepada daerah dalam penguatan kelembagaan, keuangan, dan kemitraan termasuk pembinaan teknis.

  1. Meningkatkan pendampingan penyusunan Peraturan Daerah tentang Bangunan Gedung oleh Pemerintah kepada Pemerintah Daerah;

  2. Meningkatkan pendampingan penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) oleh Pemerintah kepada Penyelenggara (Pemerintah Daerah, Swasta, atau Masyarakat);

  3. Meningkatkan pendampingan penyusunan Peraturan Walikota/Bupati tentang Izin Mendirikan Bangunan (IMB) dan Sertifikat Laik Fungsi (SLF) oleh Pemerintah kepada Pemerintah Daerah;

  4. Memberikan pendampingan untuk implementasi peraturan Daerah Bangunan Gedung terutama untuk pendataan bangunan gedung, penyusunan Harga Satuan Bangunan Gedung;

  5. Mendorong kapasitas dan kompetensi aparatur Pemerintah, Pemerintah Daerah;

  6. Memperkuat peran dan fungsi Dinas/Instansi Pemerintah Daerah Provinsi dan Kabupaten/ Kota di bidang Penataan Bangunan dan Lingkungan;

  7. Mendorong pembentukan dan peningkatan kelembagaan bidang Penataan Bangunan dan Lingkungan;

  8. Memberdayakan aparatur Pemerintah dan Pemerintah Daerah terkait hak, kewajiban, dan peran dalam Penataan Bangunan dan Lingkungan;

  9. Memberdayakan aparatur Pemerintah dan Pemerintah Daerah terkait hak, kewajiban, dan

  Tahun 2019 - 2023 10. Meningkatkan pemberdayaan dalam pengelolaan Rumah Negara.

  Kebijakan 3: Memberikan dukungan penataan bangunan dan lingkungan melalui kegiatan pemberdayaan masyarakat.

  1. Mendorong partisipasi masyarakat dan dunia usaha dalam bidang Penataan Bangunan dan Lingkungan;

  2. Mendorong kerjasama bidang Penataan Bangunan dengan masyarakat dan pelaku peduli lingkungan;

  3. Membentuk jejaring dan wadah komunikasi antara pemerintah, masyarakat, swasta, dan ahli profesi secara nasional dan profesional;

  4. Membentuk kontribusi signifikan dalam kegiatan penyebarluasan informasi dan sosialisasi program Penataan Bangunan dan Lingkungan serta revitalisasi;

  5. Membangun jaringan informasi yang mandiri dalam mendukung pembangunan bidang Keciptakaryaan;

  6. Memberikan layanan atas informasi/produk lainnya yang diperlukan perencana, pelaksana, pengusaha, asosiasi profesi, pemerintah, masyarakat maupun kalangan akademis terkait bidang Keciptakaryaan;

  7. Membuat contoh Ruang Terbuka Hijau (RTH) dalam rangka menonton film revolusi mental sesuai arahan Nawa Cita Presiden Republik Indonesia.

3.1.1.3 Kebijakan dan Strategi Sistem Penyediaan Air Minum

  Sesuai dengan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 13/PRT/M/2013 tentang Kebijakan dan Strategi Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum (KSNP-SPAM), maka kebijakan dan strategi pengembangan air minum adalah:

  Kebijakan 1. Peningkatan akses aman air minum bagi seluruh masyarakat di perkotaan dan perdesaan melalui jaringan perpipaan dan bukan jaringan perpipaan terlindungi.

  1. Mengembangkan SPAM dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan minimal untuk memperluas jangkauan pelayanan air minum terutama untuk masyarakat berpenghasilan rendah; 2. Mengembangkan SPAM dalam rangka mendukung pertumbuhan ekonomi.

  3. Meningkatkan dan memperluas akses air minum yang aman melalui SPAM bukan jaringan perpipaan terlindungi dan berkelanjutan;

  Tahun 2019 - 2023

  5. Menurunkan tingkat kehilangan air;

  6. Mengembangkan sistem informasi dan pendataan dalam rangka pemantauan dan evaluasi kinerja pelayanan air minum.

  Kebijakan 2. Peningkatan kemampuan pendanaan operator dan pengembangan alternatif sumber pembiayaan.

  1. Meningkatkan kemampuan finansial internal Penyelenggara SPAM;

  2. Meningkatkan komitmen Pemerintah dan Pemerintah Daerah dalam pendanaan pengembangan SPAM;

  3. Mengembangkan pola pembiayaan melalui Corporate Social Responsibility (CSR);

  4. Meningkatkan pendanaan melalui perolehan dana non-pemerintah, seperti pinjaman dan hibah dalam dan luar negeri, pinjaman perbankan, pinjaman non-perbankan, dan obligasi perusahaan; 5. Meningkatkan sinergitas antara BUMN-BUMD dalam percepatan pengembangan SPAM.

  Kebijakan 3. Peningkatan kapasitas kelembagaan penyelenggaraan pengembangan SPAM.

  1. Memperkuat kapasitas Sumber Daya Manusia (SDM) di tingkat pusat dan daerah dalam pengembangan SPAM;

  2. Memperkuat peran dan fungsi dinas/instansi di tingkat Provinsi dan Kabupaten/Kota dalam pengembangan SPAM;

  3. Mendorong komitmen Pemda untuk lebih memprioritaskan Pengembangan SPAM;

  4. Menerapkan prinsip Good Corporate Governance untuk Penyelenggara/operator SPAM;

  5. Mengembangkan kapasitas SDM dengan pola Center of Excellent;

  6. Mengembangkan manajemen aset SPAM dalam rangka meningkatkan efisiensi dan efektivitas pengelolaan;

  7. Mengembangkan kapasitas Pemerintah Daerah dalam pelaksanaan SPAM Regional.

  Kebijakan 4. Pengembangan dan penerapan NSPK di pusat dan di daerah.

  1. Melengkapi produk peraturan perundangan dalam penyelenggaraan pengembangan SPAM;

  2. Menerapkan NSPK yang telah tersedia; 3. Menyelenggarakan pengembangan SPAM sesuai dengan kaidah teknis.

  Kebijakan 5. Peningkatan penyediaan air baku untuk air minum secara berkelanjutan.

  Tahun 2019 - 2023

  3. Menerapkan teknologi tepat guna dalam pengembangan SPAM pada daerah dengan keterbatasan kualitas air baku;

   Kebijakan dan Strategi Pengelolaan Drainase Lingkungan.

   Kebijakan dan Strategi Pengelolaan Persampahan; dan

   Kebijakan dan Strategi Pengelolaan Air Limbah;

  Kebijakan dan strategi pengembangan penyehatan lingkugan permukiman, sesuai dengan tugas dan fungsinya dibagi menjadi sebagai berikut:

  Kebijakan dan strategi penyelenggaraan kegiatan penyehatan lingkungan permukiman diarahkan dengan memperhatikan tugas, fungsi dan tanggung jawab Direktorat Pengembangan Penyehatan Lingkungan Permukiman berdasarkan Permen PUPR No.15/PRT/M/2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. Adapun tugas Direktorat Pengembangan PLP adalah melaksanakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan produk pengaturan, pembinaan dan pengawasan (Tur-Bin-Was) serta fasilitasi pembangunan sistem pengelolaan air limbah, sistem pengelolaan persampahan, dan drainase lingkungan sebagai stimulus bagi pemerintah daerah.

  4. Menyusun rencana implementasi prinsip pembangunan berkelanjutan dalam pengelolaan SPAM.

  2. Memasarkan hasil inovasi teknologi;

  2. Meningkatkan upaya penyediaan air baku untuk air minum;

  1. Mendorong penelitian untuk menciptakan teknologi bidang air minum;

  Kebijakan 7. Pengembangan inovasi teknologi SPAM

  1. Meningkatkan kepedulian masyarakat dalam penyelenggaraan pengembangan SPAM; 2. Menciptakan iklim yang kondusif untuk investasi badan usaha dan koperasi.

  Kebijakan 6. Peningkatan peran dan kemitraan badan usaha dan masyarakat.

  4. Meningkatkan efisiensi dan efektifitas pemanfaatan air baku melalui sistem regional.

  3. Meningkatkan efisiensi dan efektifitas pengelolaan sumber daya air melalui pendekatan berbasis wilayah sungai.

3.1.1.4 Kebijakan dan Strategi Pengembangan Penyehatan Lingkungan Permukiman

  Tahun 2019 - 2023

  Kebijakan dan Strategi Pengelolaan Air Limbah Kebijakan 1. Pengembangan sistem pengelolaan air limbah sistem setempat dan terpusat

  Kebijakan ini diarahkan untuk meningkatkan akses prasarana dan sarana air limbah melalui sistem setempat dan terpusat. Strategi dalam pengembangan sistem pengelolaan air limbah sistem setempat dan terpusat adalah sebagai berikut:

  1. Pembangunan infrastruktur air limbah sistem setempat melalui hibah dan DAK sanitasi;

  2. Penerapan kriteria infrastruktur air limbah layak dalam pengajuan Izin Mendirikan Bangunan (IMB);

  3. Pembangunan dan rehabilitasi Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) terintegrasi dengan program Layanan Lumpur Tinja Terjadwal (LLTT);

  4. Pembangunan infrastruktur air limbah sistem terpusat skala komunal, kawasan dan kota melalui dana APBN;

  5. Peningkatan kapasitas dan skala penanganan sistem pengelolaan air limbah skala komunal dan kawasan;

  6. Peningkatan teknologi pada sistem pengelolaan air limbah terpusat.

  Kebijakan 2. Peningkatkan peran masyarakat dan dunia usaha/swasta dalam pembangunan air limbah permukiman.

  Arah kebijakan ini adalah untuk meningkatkan peran masyarakat dan dunia usaha/swasta dalam pembangunan air limbah permukiman yang diterapkan melalui strategi sebagai berikut:

  1. Peningkatkan pemahaman masyarakat terhadap pentingnya pengelolaan air limbah permukiman melalui pemicuan;

  2. Pelaksanaan pembangunan infrastruktur air limbah berbasis masyarakat;

  3. Peningkatan kerjasama dengan dunia usaha/swasta dalam pengelolaan air limbah permukiman.

  Kebijakan 3. Pengembangan peraturan perundangan penyelenggaraan pengelolaan air limbah permukiman.

  Arah kebijakan ini adalah untuk melengkapi perangkat peraturan perundangan terkait penyelenggaraan pengelolaan air limbah permukiman. Strategi dalam pengembangan perangkat peraturan perundangan, antara lain:

  1. Penyusunan peraturan perundangan penyelenggaraan pengelolaan air limbah permukiman;

  2. Penyebarluasan informasi peraturan perundangan terkait penyelenggaraan pengelolaan air

  Tahun 2019 - 2023 3. Penerapan peraturan perundangan.

  Arah kebijakan ini adalah untuk meningkatkan alokasi dana pembangunan prasarana dan sarana air limbah permukiman dalam rangka mempercepat pencapaian akses universal air limbah. Strategi dalam peningkatan kapasitas pembiayaan, antara lain:

  1. Meningkatkan pemahaman masyarakat akan 3R (Reduce-Reuse-Recycle);

  Arah kebijakan ini dimaksudkan untuk mengurangi volume sampah yang harus diangkut dan dibuang ke TPA dan memanfaatkan semaksimal mungkin material yang dapat di daur ulang. Adapun strategi yang diterapkan dalam rangka pengurangan sampah dari sumber adalah sebagai berikut:

  Kebijakan dan Strategi Pengelolaan Persampahan Kebijakan 1. Pengurangan sampah semaksimal mungkin dimulai dari sumbernya.

  3. Peningkatan kemitraan dalam penyelenggaraan pembangunan air limbah permukiman.

  2. Pembiayaan bersama pemerintah pusat dan daerah dalam mengembangkan sistem air limbah perkotaan dengan proporsi pembagian yang disepakati bersama;

  1. Mendorong berbagai alternatif sumber pembiayaan untuk penyelenggaraan air limbah permukiman;

  Kebijakan 5. Peningkatan dan pengembangan alternatif sumber pendanaan pembangunan prasarana dan sarana air limbah pemukiman.

  Kebijakan 4. Penguatan kelembagaan pengelolaan air limbah permukiman.

  5. Peningkatan kesadaran pemangku kepentingan terhadap pengelolaan air limbah permukiman.

  4. Peningkatkan koordinasi dan kerjasama antar lembaga;

  3. Peningkatan kapasitas sumber daya manusia (SDM) pengelola air limbah permukiman;

  2. Mendorong pembentukan dan perkuatan institusi pengelola air limbah permukiman di daerah;

  1. Fasilitasi pembentukan dan perkuatan kelembagaan pengelola air limbah permukiman ditingkat masyarakat;

  Kebijakan ini diarahkan untuk memperkuat fungsi regulator dan operator dalam penye- lenggaraan pengelolaan air limbah permukiman. Strategi dalam penguatan kelembagaan adalah sebagai berikut:

  2. Mengembangkan dan menerapkan sistem insentif dan disinsentif dalam pelaksanaan 3R; 3. Mendorong koordinasi lintas sektor terutama perindustrian dan perdagangan.

  Tahun 2019 - 2023 Kebijakan 2. Peningkatan cakupan pelayanan dan kualitas pengelolaan. Arah kebijakan ini dimaksudkan untuk meningkatkan cakupan pelayanan air limbah dan kualitas pengelolaan sehingga dapat mecapai target akses universal bidang persampahan. Adapun strategi yang diterapkan untuk meningkatkan cakupan pelayan serta kualitas pengelolaan persampahan yaitu:

  1. Meningkatkan pemanfaatan prasarana dan sarana persampahan;

  2. Meningkatkan kapasitas sarana persampahan sesuai sasaran pelayanan;

  3. Meningkatkan kapasitas sarana persampahan sesuai sasaran pelayanan;

  4. Meningkatkan kualitas pengelolaan TPA ke arah sanitary landfill;

  5. Mengembangkan Pengelolaan TPA Regional; 6. Menerapkan teknologi penanganan persampahan tepat guna dan berwawasan lingkungan.

  Kebijakan 3. Peningkatan peran aktif masyarakat sebagai mitra pengelolaan.

  Arah kebijakan peningkatan peran aktif masyarakat dimaksudkan untuk menggalang potensi dari masyarakat agar dapat berpartisipasi secara langsung dalam pembangunan sektor persampahan. Adapun strategi yang diterapkan dalam rangka meningkatkan peran aktif masyarakat yaitu :

  1. Meningkatkan pemahaman tentang pengelolaan sampah sejak dini melalui pendidikan bagi anak usia sekolah;

  2. Menyebarluaskan pemahaman tentang pengelolaan persampahan kepada masyarakat umum;

  3. Meningkatkan pembinaan masyarakat khususnya kaum perempuan dalam pengelolaan sampah;

  4. Mendorong pelaksanaan pengelolaan sampah berbasis masyarakat.

  Kebijakan 4. Pengembangan kelembagaan, peraturan dan perundangan.

  Untuk operasionalisasi kebijakan tersebut maka strategi yang ditetapkan adalah sebagai berikut:

  1. Meningkatkan status dan kapasitas institusi pengelola;

  2. Meningkatkan kinerja institusi pengelola persampahan;

  3. Memisahkan fungsi / unit regulator dan operator;

  4. Meningkatkan kerjasama dan koordinasi dengan pemangku kepentingan lain;

  5. Meningkatkan kualitas SDM; 6. Mendorong pengelolaan kolektif atas penyelenggaraan persampahan kala regional.

  Tahun 2019 - 2023 Kebijakan 5. Pengembangan alternatif sumber pembiayaan. Untuk operasionalisasi kebijakan tersebut maka beberapa strategi yang ditetapkan yaitu:

  2. Penyiapan prioritas optimalisasi drainase lingkungan;

  3. Melakukan perkuatan kapasitas institusi pengelola; 4. Peningkatan kapasitas SDM Pemda.

  2. Meningkatkan kinerja institusi pengelola;

  1. Mendorong pembentukan institusi pengelola drainase;

  Untuk operasionalisasi kebijakan tersebut maka beberapa strategi yang ditetapkan yaitu:

  Kebijakan 3. Peningkatan kapasitas kelembagaan pengelola prasarana dan sarana drainase dan peran serta masyarakat.

  3. Pembangunan baru terutama di kawasan strategis perkotaan di kota metropolitan dan besar.

  1. Pengembangan kapasitas operasi dan pemeliharaan prasarana dan sarana sistem drainase yang terbangun;

  1. Mengembangkan sistem insentif dan iklim yang kondusif bagi dunia usaha/swasta; 2. Mendorong peningkatan pemulihan biaya persampahan.

  Untuk operasionalisasi kebijakan tersebut maka beberapa strategi yang ditetapkan yaitu:

  Kebijakan 2. Pemanfaatan sistem yang ada, peningkatan/pemeliharaan, pengembangan dan pembangunan baru.

  3. Meningkatkan koordinasi antar instansi terkait dalam pengelolaan drainase.

  2. Mengembangkan sistem drainase yang berwawasan lingkungan yang mendukung upaya konservasi air;

  1. Mendorong rencana induk sistem drainase yang terpadu antara sistem drainase lingkungan dengan sistem drainase utama serta pengaturan dan pengelolaan Sungai;

  Untuk operasionalisasi kebijakan tersebut maka beberapa strategi yang ditetapkan yaitu:

  Kebijakan dan Strategi Pengelolaan Drainase Lingkungan Kebijakan 1. Peningkatan keterpaduan penanganan pengendalian genangan berdasarkan keseimbangan tata air.

  Kebijakan 4. Penguatan peraturan dan perundangan pengelolaan drainase lingkungan.

  Tahun 2019 - 2023

  1. Menyiapkan peraturan dan produk hukum (NSPK) untuk penanganan drainase;

  2. Menyebarluaskan informasi terkait produk hokum (NSPK) pengelolaaan drainase lingkungan; 3. Mendorong penerapan sanksi hukum untuk pengelolaan drainase lingkungan.

  Kebijakan 5. Pengembangan alternatif sumber pembiayaan.

  Untuk operasionalisasi kebijakan tersebut maka beberapa strategi ditetapkan yaitu:

  1. Meningkatkan pemahaman masyarakat terhadap pentingnya pengelolaan drainase lingkungan;

  2. Mendorong pengelolaan drainase lingkungan berbasis masyarakat.

3.1.2 Arahan Penataan Ruang

3.1.2.1 Kebijakan dan strategi penataan ruang wilayah nasional

  Peningkatan kualitas dan jangkauan pelayanan jaringan prasarana transportasi, telekomunikasi, energi, dan sumberdaya air yang terpadu dan merata di seluruh wilayah nasional. Strategi untuk peningkatan akses pelayanan perkotaan dan pusat pertumbuhan ekonomi wilayah meliputi: a.

  Menjaga keterkaitan antar kawasan perkotaan, antarakawasan perkotaan dan kawasan perdesaan, serta antara kawasan perkotaan dan wilayah di sekitarnya; b.

  Mengembangkan pusat pertumbuhan baru di kawasan yang belum terlayani oleh pusat pertumbuhan; c.

  Mengendalikan perkembangan kota-kota pantai; dan d. Mendorong kawasan perkotaan dan pusat pertumbuhan agar lebih kompetitif dan lebih efektif dalam pengembangan wilayah di sekitarnya.

  Strategi untuk peningkatan kualitas dan jangkauan pelayanan jaringan prasarana meliputi: a.

  Meningkatkan kualitas jaringan prasarana dan mewujudkan keterpaduan pelayanan transportasi darat, laut, dan udara;

  Kebijakan dan strategi penataan ruang wilayah nasional meliputi kebijakan dan strategi pengembangan struktur ruang dan pola ruang. Kebijakan pengembangan struktur ruang meliputi: a.

  Peningkatan akses pelayanan perkotaan dan pusat pertumbuhan ekonomi wilayah yang merata dan berhierarki; dan b.

  Tahun 2019 - 2023 Mendorong pengembangan prasarana telekomunikas iterutama di kawasan b. terisolasi Meningkatkan jaringan energi untuk memanfaatkan energi terbarukan dan tak c. terbarukan secara optimal serta mewujudkan keterpaduan sistem penyediaan tenaga listrik Meningkatkan kualitas jaringan prasarana serta mewujudkan keterpaduan sistem d. jaringan sumber daya air;dan Meningkatkan jaringan transmisi dan distribusi minyak dangas bumi, serta mewujudkan e. sistem jaringan pipa minyak dan gas bumi nasional yang optimal.

  Kebijakan dan strategi pengembangan pola ruang meliputi: kebijakan dan strategi pengembangan kawasan lindung; a. kebijakan dan strategi pengembangan kawasan budi daya; dan b. kebijakan dan strategi pengembangan kawasan strategis nasional.

  c.

3.1.2.2 Rencana Struktur Ruang Wilayah Nasional

  Rencana struktur ruang wilayah nasional meliputi:

  1. Sistem Perkotaan Nasional Sistem perkotaan nasional terdiri atas PKN, PKW, dan PKL.PKN dan PKW merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Pemerintah ini. PKL ditetapkan dengan Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi berdasarkan usulan pemerintah kabupaten/kota, setelah dikonsultasikan dengan Menteri. PKN, PKW, dan PKL dapat berupa:

  Kawasan megapolitan; a. Kawasan metropolitan; b. Kawasan perkotaan besar; c. Kawasan perkotaan sedang; atau d. Kawasan perkotaan kecil.

  e.

3.1.2.3 Arahan Rencana Tata Ruang Pulau Kalimantan

  RTR Kalimantan merupakan operasionalisasi dari RTRWN serta alat koordinasi dan sinkronisasi program pembangunan wilayah Pulau Kalimantan. Fungsi dari RTR Kalimantan ini adalah untuk penyusunan rencana pembangunan, perwujudan keterpaduan, keterkaitan dan kesimbangan perkembangan antarwilayah provinsi dan kabupaten/kota, seta keserasian antar sektor,

  Tahun 2019 - 2023 pemanfaatan ruang dan pengedalian pemanfaatan ruang, penentuan lokasi dan funsi ruang unuk investasi dan berfungsi sebagai penataan ruang wilayah provinsi dan kabupaten/kota. Strategi operasionalisasi perwujudan struktur ruang pulau Kalimantan terdiri atas strategi operasionalisasi perwujudan: sistem perkotaan nasional; a. sistem jaringan transportasi nasional; b. sistem jaringan energi nasional; c. sistem jaringan telekomunikasi nasional; dan d. sistem jaringan sumber daya air.

  e. Strategi operasionalisasi perwujudan pola ruang pulau Kalimantan terdiri atas strategi operasionalisasi perwujudan: kawasan lindung nasional; dan a. kawasan budi daya yang memiliki nilai strategis nasional.

  b. Strategi operasionalisasi perwujudan sistem perkotaan nasional sebagaimana dimaksud diatas meliputi: mengembangkan dan/atau meningkatkan fungsi PKN dan PKW sebagai pusat industri a. pengolahan hasil pertambangan mineral, batubara, serta minyak dan gas bumi yang didukung oleh pengelolaan limbah industri terpadu; mengembangkan dan/atau meningkatkan fungsi PKN dan PKW sebagai pusat industri b. pengolahan lanjut dan industri jasa hasil perkebunan kelapa sawit dan karet yang berdaya saing dan ramah lingkungan; mengembangkan dan/atau meningkatkan fungsi PKN dan PKW sebagai pusat industri c. pengolahan dan industri jasa hasil hutan yang berdaya saing dan ramah lingkungan; mengembangkan dan/atau meningkatkan fungsi PKN dan PKW sebagai pusat industri d. pengolahan dan industri jasa hasil pertanian tanaman pangan; mengembangkan dan/atau meningkatkan fungsi PKN dan PKW sebagai pusat industri e. pengolahan dan industri jasa hasil perikanan yang ramah lingkungan; mengembangkan dan/atau meningkatkan fungsi PKN, PKW, dan PKSN sebagai pusat f. pengembangan ekowisata dan wisata budaya;

  Tahun 2019 - 2023 mengembangkan dan meningkatkan fungsi PKSN sebagai pusat kegiatan pertahanan dan g. keamanan negara, pertumbuhan ekonomi, pintu gerbang internasional, serta simpul transportasi di kawasan perbatasan negara dengan Negara Malaysia; mengembangkan dan/atau meningkatkan fungsi pusat kegiatan ekonomi di PKN dan h. PKW yang berdekatan/menghadap badan air; mengembangkan dan/atau meningkatkan fungsi jaringan drainase di PKN dan PKW yang i. terintegrasi dengan sungai; menata PKN dan PKW yang adaptif terhadap ancaman bencana banjir; dan j. mengendalikan perkembangan fisik PKN dan PKW untuk kelestarian lahan pertanian k. pangan berkelanjutan dan kawasan berfungsi lindung.

  Pengembangan PKN dan PKW sebagai pusat industri pengolahan hasil pertambangan mineral, batubara, serta minyak dan gas bumi yang didukung oleh pengelolaan limbah industri terpadu sebagaimana dimaksud diatas meliputi: pusat industri hilir pengolahan hasil pertambangan mineral, batubara, serta minyak dan a. gas bumi di PKN Kawasan Perkotaan Balikpapan- Tenggarong-Samarinda-Bontang dan PKN Tarakan; dan pusat industri pengolahan hasil pertambangan mineral, batubara, serta minyak dan gas b. bumi di PKW Muara Teweh, PKW Tanjung Redeb, PKW Sangata, PKW/PKSN Nunukan, PKW Tanjung Selor, PKW Malinau, dan PKW Tanah Grogot.

  Pengembangan PKN dan PKW sebagai pusat industri pengolahan lanjut dan industri jasa hasil perkebunan kelapa sawit dan karet yang berdaya saing dan ramah lingkungan sebagaimana dimaksud diatas meliputi: pusat industri hilir pengolahan hasil perkebunan kelapa sawit dan karet di PKN a.

  Palangkaraya, PKN Banjarmasin, dan PKN Kawasan Perkotaan Balikpapan-Tenggarong- Samarinda-Bontang; dan pusat industri pengolahan hasil perkebunan kelapa sawit dan karet di PKW Singkawang, b.

  PKW Sambas, PKW Ketapang, PKW Putussibau, PKW/PKSN Entikong, PKW Sanggau, PKW Sintang, PKW Kuala Kapuas, PKW Pangkalan Bun, PKW Buntok, PKW Muara Teweh, PKW Sampit, PKW Amuntai, PKW Martapura, PKW Marabahan, PKW Kotabaru, PKW Sangata, PKW/PKSN Nunukan, PKW Tanjung Selor, PKW Tanah Grogot, PKW Sendawar, PKW Malinau, PKSN Simanggaris, PKSN Long Midang, dan PKSN Long Pahangai.

  Tahun 2019 - 2023 Pengembangan PKN dan PKW sebagai pusat industri pengolahan hasil hutan yang berdaya saing dan ramah lingkungan sebagaimana dimaksud diatas meliputi: a. pusat industri hilir pengolahan hasil hutan di PKN Palangkaraya dan PKN Kawasan Perkotaan Balikpapan-Tenggarong-Samarinda-Bontang; dan b. pusat pengolahan hasil hutan di PKW Ketapang, PKW Putussibau, PKW/PKSN Entikong, PKW Sanggau, PKW Sintang, PKW Kuala Kapuas, PKW Pangkalan Bun, PKW Buntok, PKW Muara Teweh, PKW Sampit, PKW Tanjung Redeb, PKW Sangata, PKW/PKSN Nunukan, PKW Tanjung Selor, PKW Malinau, PKW Tanlumbis, dan PKW Sendawar.

  Pengembangan PKN dan PKW sebagai pusat industri pengolahan dan industri jasa hasil pertanian tanaman pangan sebagaimana dimaksud diatas dilakukan di PKN Pontianak, PKN Palangkaraya, PKN Banjarmasin, PKW Mempawah, PKW Singkawang, PKW Sambas, PKW Ketapang, PKW/PKSN Entikong, PKW Sanggau, PKW Sintang, PKW Kuala Kapuas, PKW Pangkalan Bun, PKW Buntok, PKW Muara Teweh, PKW Sampit, PKW Amuntai, PKW Martapura, PKW Marabahan, dan PKW Kotabaru.

  Pengembangan PKN dan PKW sebagai pusat industri pengolahan dan industri jasa hasil perikanan yang ramah lingkungan sebagaimana dimaksud diatas dilakukan di PKN Pontianak, PKN Palangkaraya, PKN Banjarmasin, PKN Kawasan Perkotaan Balikpapan-Tenggarong-Samarinda- Bontang, PKN Tarakan, PKW Mempawah, PKW Singkawang, PKW Sambas, PKW Ketapang, PKW Sanggau, PKW Sintang, PKW Pangkalan Bun, PKW Kuala Kapuas, PKW Martapura, PKW Marabahan, PKW Kotabaru, PKW Tanjung Redeb, PKW/PKSN Nunukan, PKW Tanjung Selor, dan PKW Sangata.

  Pengembangan PKN, PKW, dan PKSN sebagai pusat pengembangan ekowisata dan wisata budaya sebagaimana dimaksud diatas meliputi: a. pusat pengembangan ekowisata di PKN Pontianak, PKN Palangkaraya, PKN Banjarmasin, PKN Kawasan Perkotaan Balikpapan-Tenggarong- Samarinda-Bontang, PKW Putussibau, PKW Pangkalan Bun, PKW Buntok, PKW Kotabaru, PKW Tanjung Redeb, PKW Tanjung Selor, PKW Malinau, PKW Tanah Grogot, PKSN Nanga Badau, PKSN Long Midang, PKSN Long Pahangai, dan PKSN Long Nawang; dan b. pusat pengembangan wisata budaya di PKN Pontianak, PKN Palangkaraya, PKN Banjarmasin, PKN Kawasan Perkotaan Balikpapan-Tenggarong-Samarinda-Bontang, PKW Mempawah, PKW Putussibau, PKW Sintang, PKW Amuntai, PKW Sangata, PKW/PKSN Nunukan, dan PKW Sendawar.

  Tahun 2019 - 2023 Pengembangan dan peningkatan fungsi PKSN sebagai pusat kegiatan pertahanan dan keamanan negara, pertumbuhan ekonomi, pintu gerbang internasional, serta simpul transportasi di kawasan perbatasan negara dengan Negara Malaysia sebagaimana dimaksud diatas meliputi a. pengembangan baru PKSN dilakukan di PKSN Paloh-Aruk, PKSN Jagoibabang, PKSN Nanga Badau, PKSN Jasa, PKSN Simanggaris, PKSN Long Midang, PKSN Long Pahangai, dan PKSN Long Nawang; dan b. peningkatan fungsi PKSN dilakukan di PKSN Entikong dan PKSN Nunukan.

  Pengembangan pusat kegiatan ekonomi di PKN dan PKW yang berdekatan/menghadap badan air sebagaimana dimaksud diatas dilakukan di PKN Pontianak, PKN Palangkaraya, PKN Banjarmasin, PKN Kawasan Perkotaan Balikpapan-Tenggarong-Samarinda-Bontang, PKW Mempawah, PKW Sambas, PKW Ketapang, PKW Putussibau, PKW Sanggau, PKW Sintang, PKW Kuala Kapuas, PKW Pangkalan Bun, PKW Buntok, PKW Muara Teweh, PKW Sampit, PKW Martapura, PKW Marabahan, PKW Tanjung Redeb, PKW Sangata, PKW Tanjung Selor, dan PKW Tanah Grogot.

  Pengembangan jaringan drainase di PKN dan PKW yang terintegrasi dengan sungai sebagaimana dimaksud diatas meliputi pengembangan jaringan drainase di: a.

  PKN Pontianak yang terintegrasi dengan Sungai Kapuas; b. PKN Palangkaraya yang terintegrasi dengan Sungai Kahayan; c. PKN Banjarmasin yang terintegrasi dengan Sungai Barito; d. PKN Kawasan Perkotaan Balikpapan-Tenggarong-Samarinda-Bontang yang terintegrasi dengan e.

  Sungai Mahakam; f. PKW Mempawah yang terintegrasi dengan Sungai Mempawah; g. PKW Sambas yang terintegrasi dengan Sungai Sambas; h. PKW Ketapang yang terintegrasi dengan Sungai Pawan; i. PKW Putussibau dan PKW Sanggau yang terintegrasi dengan Sungai Kapuas; j. PKW Sintang yang terintegrasi dengan Sungai Melawi; k. PKW Kuala Kapuas yang terintegrasi dengan Sungai Kapuas dan Sungai Kahayan; l. PKW Pangkalan Bun yang terintegrasi dengan Sungai Lamandau; m. PKW Buntok, PKW Muara Teweh, PKW Martapura, dan PKW Marabahan yang terintegrasi dengan Sungai Barito; n.

  PKW Sampit yang terintegrasi dengan Sungai Mentaya;

  Tahun 2019 - 2023 PKW Sangata yang terintegrasi dengan Sungai Sangata; p. PKW Tanjung Selor yang terintegrasi dengan Sungai Kayan; dan q. PKW Tanah Grogot yang terintegrasi dengan Sungai Mahakam. r.

  Penataan kawasan perkotaan yang adaptif terhadap ancaman bencana banjir sebagaimana dimaksud diatas dilakukan di PKN Pontianak, PKN Palangkaraya, PKN Banjarmasin, PKN Kawasan Perkotaan Balikpapan-Tenggarong-Samarinda-Bontang, PKW Mempawah, PKW Sambas, PKW Ketapang, PKW Putussibau, PKW Sanggau, PKW Sintang, PKW Kuala Kapuas, PKW Pangkalan Bun, PKW Buntok, PKW Muara Teweh, PKW Sampit, PKW Martapura, PKW Marabahan, PKW Tanjung Redeb, PKW Sangata, PKW Tanjung Selor, dan PKW Tanah Grogot.

  Pengendalian perkembangan fisik PKN dan PKW untuk kelestarian lahan pertanian pangan berkelanjutan dan kawasan berfungsi lindung sebagaimana dimaksud diatas dilakukan di PKN Pontianak, PKN Palangkaraya, PKN Banjarmasin, PKN Kawasan Perkotaan Balikpapan-Tenggarong- Samarinda- Bontang, PKW Putussibau, dan PKW Malinau.

3.1.2.4 RTRW Provinsi Kalimantan Tengah

  RTRWP merupakan matra spasial dari Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) yang berfungsi sebagai penyelaras kebijakan penataan ruang nasional, Daerah, dan Kabupaten/Kota serta sebagai acuan bagi instansi Pemerintah, Pemerintah Daerah dan masyarakat untuk mengarahkan lokasi dan menyusun program pembangunan yang berkaitan dengan pemanfaatan ruang di Daerah. Kedudukan RTRWP adalah sebagai pedoman dalam :

   Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) dan rencana sektoral lainnya;