Karakteristik Penderita Demam Tifoif dengan Hasil Pemeriksaan Darah Lengkap dan Uji Widal di RSIA Puri Bunda Periode Oktober 2013 - Januari 2014.

KARAKTERISTIK PENDERITA DEMAM TIFOIF DENGAN HASIL
PEMERIKSAAN DARAH LENGKAP DAN UJI WIDAL DI RSIA PURI BUNDA
PERIODE OKTOBER 2013 - JANUARI 2014
Ni Nyoman Loka Natari1, I Wayan Putu Sutirta Yasa2, A.A. Wiradewi Lestari2
1Mahasiswa

Fakultas Kedokteran Universitas Udayana, Jalan PB Sudirman Denpasar,
Patologi Klinik Rumah SakitUmum Pusat Sanglah / Fakultas Kedokteran
Universitas Udayana
Email :lokanatari@yahoo.com
ABSTRAK
Demam tifoid adalah life-threating systemic infection yang disebabkan oleh bakteri gram
negatif Salmonella typhi. Berdasarkan World Health Organization (WHO), demam tifoid
didefinisikan apabila penderita menderita demam (>38oC) setidaknya selama 3 hari, dengan
tes konfirmasi labroratorium kultur positif Salmonella typhi. Pemeriksaan darah lengkap
(DL) ditujukan pada semua pasien dengan keluhan awal demam dan merupakan salah satu
skrining yang paling sering dilakukan dalam tes laboratorium. Untuk laboratorium yang
memiliki keterbatasan sarana mikrobiologi klinik, maka uji widal dapat dilakukan. Metode
penelitian ini adalah studi deskriptif, non-eksperimental. Pengambilan data dilakukan
secara retrospektif dari 70 sampel darah pasien yang diduga demam tifoid melalui gejala
klinis dan pemeriksaan fisik yang dilakukan oleh dokter di RSIA Puri Bunda pada Oktober

2013-Januari 2014. Dari 30 (100%) pasien yang positif demam tifoid, sebanyak 16
(53,33%) pasien ditemukan kelainan pada nilai leukosit, 7 (23,33%) pasien menunjukkan
kelainan pada nilai hemoglobin, 5 (16,67%) pasien menunjukkan kelainan pada nilai
eritrosit, 3(10%) pasien menunjukkan kelainan pada nilai trombosit, dan 2(6,67%) pasien
menunjukkan kelainan pada nilai hematokrit. Sedangkan pada hasil uji widal, nilai positif
tertinggi pada antigen BH titer 1:320 yaitu sebanyak 20 (28,6%) penderita, diikuti oleh
antigen CO titer 1:320 sebanyak 11 (15,7%) penderita, antigen O titer 1:320 sebanyak 4
(5,7%) penderita, antigen H titer 1:320 sebanyak 3 (4,3%) penderita, dan berturut-turut
antigen CH titer 1:320, antigen AO titer 1:320, dan antigen BO titer 1:320 masing-masing
sebanyak 1 (1,4%) penderita.
Kata Kunci : Salmonella typhi, Salmonella parathypi, Darah Lengkap, Demam Tifoid, Uji
Widal
2Laboratorium

!1

CHARACTERISTIC OF PATIENTS WITH TYPHOID FEVER EXAMINATION
RESULTS OF COMPLETE BLOOD COUNT AND WIDAL TEST IN RSIA PURI
BUNDA ON THE PERIOD OCTOBER 2013 - JANUARY 2014
Ni Nyoman Loka Natari1, I Wayan Putu Sutirta Yasa2, A.A. Wiradewi Lestari2

1Medical

Student of Medical Faculty Udayana University, PB Sudirman Street Denpasar,
Sanglah Hospital /Medical Faculty Udayana University
Email : lokanatari@yahoo.com
ABSTRACT
Typhoid fever is a life-threating systemic infection caused by gram-negative bacteria
Salmonella typhi. Based on the World Health Organization (WHO), typhoid fever is
defined if the patient has a fever (> 38oC) for at least 3 days, with confirmation of positive
labroratorium culture test of Salmonella typhi. Complete blood count (DL) aimed for
screening at all patients with initial complaints of fever. For laboratories who have limited
means of clinical microbiology, the widal test can be done. This research method is a
descriptive study, non-experimental. Data were collected retrospectively from 70 blood
samples patient suspected typhoid fever through clinical symptoms and physical
examination by doctors in RSIA Puri Bunda in October 2013-January 2014. Of the 30
(100%) positive patients with typhoid fever,16 ( 53.33%) patients were found abnormalities
in leukocytes value, 7 (23.33%) patients showed abnormalities in hemoglobin value, 5
(16.67%) patients showed abnormalities in the value of the erythrocyte, 3 (10%) patients
showed abnormalities in value platelets, and 2 (6.67%) patients showed abnormalities in
hematocrit values. While from widal test found that the highest positive values in BH

antigen titer of 1: 320 were 20 (28.6%) patients, followed by CO antigen titer of 1: 320 by
11 (15.7%) patients, the O antigen titer of 1: 320 4 (5.7%) patients, the H antigen titer of 1:
320 for 3 (4.3%) patients, and CH antigen titer of 1: 320, AO antigen titer of 1: 320, and
BO antigen titer of 1 : 320 respectively of 1 (1.4%) patients.
Keywords: Salmonella typhi, Salmonella parathypi, the CBC, Typhoid Fever, Widal Test
2LaboratoryPathologyClinic

!2

biakan kuman, uji serologis, dan
pemeriksaan kuman secara molekuler.
Pemeriksaan darah lengkap (DL)
ditujukan pada semua pasien dengan
keluhan awal demam dan merupakan
salah satu skrining yang paling sering
dilakukan dalam tes laboratorium.
Pemeriksaan darah lengkap menguji
sejumlah parameter yang berbeda,
termasuk jumlah, jenis, persentase,
konsentrasi, dan kualitas sel-sel darah.

Pemeriksaan darah lengkap dilakukan
menggunakan automated hematology
analyzer, yang dapat memberikan hasil
dalam waktu singkat 7 . Pada pasien
dengan dugaan demam tifoid,
pemeriksaan darah lengkap menunjukkan
hasil yang tidak spesifik. Pada tahap awal
hemoglobin masih menunjukkan nilai
normal, tapi akan menurun seiring dengan
perjalanan penyakit. Hitung sel darah
putih atau WBC count menunjukkan nilai
normal pada kebanyakan kasus.
Leukopenia menjadi syarat penting pada
demam tifoid dan telah dilaporkan pada
20-25% kasus. Differentialcount biasanya
tidak spesifik kecuali menunjukkan
adanya eosinopenia. Eosinopenia muncul
pada 70-80% kasus. Hitung trombosit
dapat normal pada tahap awal dan akan
turun pada beberapa kasus di minggu

kedua perjalanan penyakit. 11 Secara
keseluruhan prevalensi trombositopenia
pada kasus demam tifoid berkisar 10-15%
kasus.11
Konfirmasi diagnosis demam
tifoid dilakukan dengan mengisolasi
Salmonella typhi dari darah, feses, urin,
atau spesimen klinis lainnya, termasuk
diantaranya sumsum tulang belakang.5
Isolasi Salmonella typhi dari darah

PENDAHULUAN
Deman tifoid atau yang lebih
dikenal dengan nama tifus merupakan
penyakit yang sering diderita oleh
masyarakat di negara berkembang di
seluruh dunia. Demam tifoid adalah lifethreating systemic infection yang
disebabkan oleh bakteri gram negatif
Salmonella typhi.1,2 Penularan demam
tifoid melalui kontaminasi makanan dan

air.
Terdapat 16 juta kasus baru
demam tifoid, dengan 600.000 kematian
tiap tahunnya. Antara 1-5% penderita
dengan demam tifoid tipe akut dilaporkan
menjadi pasien karier kronis.1 Studi
populasi terbaru dari Asia Selatan
menyebutkan insiden tertinggi demam
tifoid terjadi pada anak umur dibawah 5
tahun, dengan tingkat komplikasi dan
hospitalisasi yang tinggi. 2
Diagnosis penderita terduga
demam tifoid dilakukan berdasarkan
gejala klinis dan pemeriksaan penunjang
yang dilakukan. Gejala awal yang
diperlihatkan penderita seperti demam,
anoreksia, letargi, malaise, sakit kepala,
batuk-batuk, rasa tidak nyaman pada
daerah abdomen (abdominal discomfort),
dan konstipasi. 5 Berdasarkan World

Health Organization (WHO), demam
tifoid didefinisikan apabila penderita
menderita demam (>38oC) setidaknya
selama 3 hari, dengan tes konfirmasi
labroratorium kultur positif Salmonella
typhi.4 Pemeriksaan laboratorium yang
menunjang diagnosis demam tifoid
diantaranya pemeriksaan darah lengkap,
pemeriksaan bakteriologis dengan isolasi

!3

merupakan metode pilihan dan gold
standar untuk diagnosis laboratorium.1
Namun, ketersediaan fasilitas kultur
mikrobiologis biasanya terbatas pada
daerah-daerah endemis demam tifoid, dan
hasil kultur menunjukkan negatif apabila
pasien telah mendapatkan terapi
antibiotik. 1

Untuk laboratorium yang
memiliki keterbatasan sarana
mikrobiologi klinik, maka uji widal dapat
dilakukan.6 Prinsip kerja uji widal adalah
adanya proses aglutinasi yang terjadi
antara antibodi dengan antigen pada
permukaan spesimen tertentu yang
menyebabkan spesimen tersebut saling
bergumpal atau beraglutinasi.7 Uji widal
dinyatakan positif (+) apabila terjadi
aglutinasi antara serum pasien dan
suspensi pembawa antigen Salmonella
typhi. Yang perlu diperhatikan adalah uji
widal memiliki sensitifitas dan
spesifisitas yang rendah. Uji widal dapat
memperlihatkan hasil negatif sampai 30%
dari pembuktian positif dengan
menggunakan uji kultur, sehingga hasil
uji widal negatif bukan berarti dapat
dipastikan tidak terjadi infeksi Salmonella

typhi.
Berdasarkan hal tersebut, demam
tifoid akan terdiagnosis lebih baik apabila
gejala klinis dan pemeriksaan penunjang
saling mendukung satu sama lain.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
karakteristik penderita demam tifoid
dengan hasil pemeriksaan darah lengkap
dan uji widal di RSIA Puri Bunda.
MATERI DAN METODE

dengan data diambil secara retrospektif
dari RSIA Puri Bunda sebanyak 70
sampel darah yang berasal dari pasien
yang diduga menderita demam tifoid
berdasarkan gejala klinis dan
pemeriksaan fisik oleh dokter di RSIA
Puri Bunda pada Oktober 2013-Januari
2014.
Sampel darah pasien diperiksa darah

lengkap dan uji widal. Langkah kerja
pemeriksaan darah lengkap dan uji widal
dilakukan sebagai berikut.
Langkah kerja pemeriksaan darah
lengkap :
1. Pemeriksaan Darah Lengkap
Dengan menggunakan syringe
5 mL, sampel darah pasien
diambil dari pembuluh vena
pasien dan dipindahkan
kedalam tabung yang berisi
antikoagulan EDTA kemudian
segera ditransfer ke dalam
laboratorium untuk diperiksa
dengan menggunakan alat
automated hematology
analyzer.
Langkah kerja uji widal :
2. Uji Widal7,17
Uji widal dilakukan dengan

metode slide secara kualitatif
dan kuantitatif. Pada uji widal
slide secara kualitatif, 1 tetes
undilution serum pasien untuk
8 suspesi pembawa antigen
diteteskan diatas slide yang
telah diberi lingkaran

Penelitian ini menggunakan rancangan
studi deskriptif, non-eksperimental

!4

berwarna merah. Kemudian
ditambahkan 1 tetes 8 suspensi
pembawa antigen Salmonella
dimasing-masing lingkaran
dan dirotasikan selama 1
menit. Adanya aglutinasi
memberikan hasil kualitatif.
Untuk mengetahui titer dari
tiap antigen, maka
pemeriksaan harus diulang
dengan serum dilusi.
Sedangkan pada uji widal
slide secara kuantitatif,
sebanyak 80 µl, 40 µl, 20 µl,
10 µl, dan 5 µl serum pasien
untuk masing-masing 8
suspensi antigen diteteskan
pada slide uji widal yang telah
diisi lingkaran merah secara
terpisah. Pada setiap serum, 1
tetes dari tiap-tiap antigen
ditambahkan, kemudian
dicampurkan dan dirotasikan
selama 1 menit. Amati dan
catat aglutinasi yang terjadi
pada setiap lingkaran merah.
Pembacaan reaksi dilakukan
dibawah lampu neon 10 watt.

2014didapatkan 20 (28,6%)
sampel
darah pasien yang diduga menderita
demam tifoid.
Berdasarkan jumlah sampel
didapat distribusi karakteristik
berdasarkan jenis kelamin dan usia pasien
sebagai berikut.
Tabel 4.1. Distribusi karakteristik
penderita diduga demam tifoid pada
RSIA Puri Bunda bulan Oktober 2013Januari 2014 berdasarkan jenis
kelamin
Jenis kelamin

Frekuensi

Persentase

Laki-laki

34

48,6%

Perempuan

36

51,4%

Total

70

100%

Berdasarkan distribusi
karakteristik penderita menurut jenis
kelamin, didapatkan penderita berjenis
kelamin laki-laki sebanyak 34 (48,6%)
dan penderita perempuan sebanyak 36
(51,4%) orang dengan jumlah total
penderita sebanyak 70 (100%).
Tabel 4.2. Distribusi karakteristik
penderita diduga demam tifoid pada
RSIA Puri Bunda bulan Oktober 2013Januari 2014 berdasarkan usia
menurut Departemen Kesehatan RI
tahun 2009

HASIL
Terdapat 70 sampel darah yang diduga
menderita demam tifoid yang melakukan
pemeriksaan darah lengkap dan uji widal
di RSIA Puri Bunda pada bulan Oktober
2013-Januari 2014. Pada bulan Oktober
2013 didapatkan 14 (20%) sampel darah
pasien, bulan November 2013 didapatkan
25 (35,7%) sampel darah pasien, bulan
Desember 2013 didapatkan 11 (15,7%)
sampel darah pasien, dan bulan Januari

!5

Kelompok usia

Frekuens Persentase
i

Balita (0-5th)

40

57,2%

Kanak-kanak (6-11 14
tahun)

20%

Remaja Awal-Akhir 8
(12-25 tahun)

11,4%

Dewasa Awal-Akhir 8
(26-45 tahun)

11,4%

Lansia Awal-Akhir 0
(46-65 tahun )

0%

Usia Lanjut (66 0
tahun ke atas)

0%

Total

100%

70

Frekuensi

2

6,67%

Total

30

100%

Dari pemeriksaan darah lengkap
sebagai skrinning awal dan uji widal
sebagai penunjang diagnosis demam
tifoid, didapatkan kelainan pada nilai
eritrosit, leukosit, trombosit, hemoglobin,
dan hematokrit berdasarkan parameter
yang digunakan pada penelitian yang
dilakukan oleh Okafor, A.I13. Dari 30
(100%) pasien yang positif demam
tifoid, sebanyak 16 (53,33%) pasien
ditemukan kelainan pada nilai leukosit;
dengan leukopenia sebanyak 6 (37,5%)
dan leukositosis sebanyak 10 (62,5%)
pasien, 7 (23,33%) pasien menunjukkan
kelainan pada nilai hemoglobin, 5
(16,67%) pasien menunjukkan kelainan
pada nilai eritrosit, 3(10%) pasien
menunjukkan kelainan pada nilai
trombosit, dan 2(6,67%) pasien
menunjukkan kelainan pada nilai
hematokrit.
Berdasarkan hasil pemeriksaan uji
widal, didapatkan data hasil pemeriksaan
sebagai berikut.
Tabel 4. 4 Hasil uji widal penderita
diduga demam tifoid pada RSIA Puri
Bunda

Sedangkan berdasarkan distribusi
karakteristik penderita menurut kelompok
usia, didapatkan penderita yang diduga
demam tifoid terbanyak berada pada
kelompok usia balita dengan jumlah 40
(57,2%) orang, disusul kemudian oleh
kelompok usia kanak-kanak sebanyak 14
(20%) orang, dan terakhir oleh kelompok
usia remaja awal-akhir sebanyak 8
(11,4%) orang dan dewasa awal-akhir
juga berjumlah 8 (11,4%) orang. Tidak
ditemukan penderita dengan kelompok
usia lansia awal-akhir dan usia lanjut.
Tingginya jumlah penderita kelompok
usia balita dikaitkan dengan keberadaan
rumah sakit Puri Bunda yang memang
mengkhususkan kepada kesehatan ibu
dan anak (RSIA), sehingga penderita
yang frekuensinya paling besar adalah
penderita anak-anak.
Berdasarkan hasil pemeriksaan
darah lengkap yang telah dikonfirmasi
dengan pemeriksaaan uji widal positif,
didapatkan data hasil pemeriksaan
sebagai berikut.
Tabel 4.3. Hasil pemeriksaan darah
lengkap penderita positif demam tifoid
pada RSIA Puri Bunda
Parameter DL

HCT

Bulan

Antigen
H

AH

BH

CH

O

1/3 1/3
20
20

1/3
20

1/3 1/3
20
20

2

4

AO

BO

CO

1 / 3 1 / 3 1/320
20
20

Persentase

RBC

5

16,67%

WBC

16

53,33%

PLT

3

10%

HGB

7

23,33%

Oktobe
r 2013
Novem
b e r
2013

!6

2

2
1

1

2
4

Desem
b e r
2013

6

Januari
2014

1

8

To t a l
70
(100%
)

3
0
(4, ( 0
3 % %)
)

20
(28
,6
%)

kemungkinan teradinya infeksi oleh
bakteri lain. Penelitian menyebutkan
bahwa adanya leukosistosis membuat
diagnosis demam tifoid menjadi tidak
memungkinkan, sedangkan leukopenia
mutlak terjadi pada 20-25% kasus demam
tifoid.11

3

1
(1,
4%
)

2

1

4
(5,
7%
)

1
(1,
4%
)

2
1
11
( 1 , (15,7
4 % %)
)

Sesuai dengan penelitian yang
dilakukan A.I Okafor, 2007
yang

Berdasarkan distribusi aglutinasi
titer antigen pada Tabel 4.4, didapatkan
maka jumlah pasien positif demam tifoid
adalah sebanyak 30 (42,85%) orang dari
70 (100%) total sampel yang didapat
selama periode Oktober 2013-Januari
2014. Pada bulan Oktober didapatkan
positif 6 (20%) orang, November
sebanyak 6 (20%)
orang, Desember
sebanyak 7 (23,33%) orang, dan Januari
sebanyak 11 (36,67%) orang. Hasil uji
widal postif tertinggi pada reaksi
aglutinasi antigen BH titer 1:320 yaitu
sebanyak 20 (28,6%) penderita, diikuti
oleh antigen CO titer 1:320 sebanyak 11
(15,7%) penderita, antigen O titer 1:320
sebanyak 4 (5,7%) penderita, antigen H
titer 1:320 sebanyak 3 (4,3%) penderita,
dan berturut-turut antigen CH titer 1:320,
antigen AO titer 1:320, dan antigen BO
titer 1:320 masing-masing sebanyak
1(1,4%)
penderita. Aglutinasi dengan
antigen AH titer 1:320 tidak ada yang
menunjukkan hasil positif (0%). Sisanya
terdeteksi dengan titer dibawah 1:320
atau tidak menunjukkan aglutinasi (hasil
negatif).

mengivestigasi perubahan hematologi
demam tifoid kronis dan berat di daerah
endemis Enugu Urban-Nigeria ditemukan
bahwa demam tifoid menyebabkan
leukopenia yang signifikan secara
statistik (p