SIKAP MASYARAKAT SURABAYA TERHADAP PEMBERITAAN PENCOBLOSAN ULANG PILWALI SURABAYA (STUDI DESKRIPTIF KUANTITATIF SIKAP MASYARAKAT SURABAYA TERHADAP PEMBERITAAN PENCOBLOSAN ULANG PEMILIHAN WALIKOTA SURABAYA DI JAWA POS).
SIKAP MASYARAKAT SURABAYA TERHADAP PEMBERITAAN
PENCOBLOSAN ULANG PILWALI SURABAYA
(STUDI DESKRIPTIF KUANTITATIF SIKAP MASYARAKAT SURABAYA
TERHADAP PEMBERITAAN PENCOBLOSAN ULANG PEMILIHAN
WALIKOTA SURABAYA DI JAWA POS)
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pada
Program Studi Ilmu Komunikasi FISIP UPN “Veteran” Jatim.
SKRIPSI
OLEH :
MAULIA OKVIANTI
NPM. 0743010107
YAYASAN PENDIDIKAN KESEJAHTERAAN DAN PERUMAHAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI
SURABAYA
2010
Judul Penelitian
: SIKAP MASYARAKAT SURABAYA TERHADAP
PEMBERITAAN PENCOBLOSAN ULANG PILWALI
SURABAYA (STUDI DESKRIPTIF KUANTITATIF
SIKAP MASYARAKAT SURABAYA TERHADAP
PEMBERITAAN
PENCOBLOSAN
ULANG
PEMILIHAN WALIKOTA SURABAYA DI JAWA
POS).
Nama Mahasiswa
: Maulia Okvianti
NPM
: 0743010107
Program Studi
: Ilmu Komunikasi
Fakultas
: Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Menyetujui,
Pembimbing Utama:
Tim Penguji :
1. Ketua
Drs. Syaifuddin Zuhri, M.Si
NPT. 3 7006 94 00351
Juwito, S.Sos, M.Si
NPT. 3 6704 95 00361
2. Sekertaris
Drs. Syaifuddin Zuhri, M.Si
NPT. 3 7006 94 00351
3. Anggota
Dra Diana Amelia, M.Si
NPT. 19630907 199103 2001
Mengetahui,
DEKAN
Dra. Ec. Hj Suparwati, M.Si
NIP. 030 203 679
SIKAP MASYARAKAT SURABAYA TERHADAP PEMBERITAAN
PENCOBLOSAN ULANG PILWALI SURABAYA
(STUDI DESKRIPTIF KUANTITATIF SIKAP MASYARAKAT
SURABAYA TERHADAP PEMBERITAAN PENCOBLOSAN ULANG
PEMILIHAN WALIKOTA SURABAYA DI JAWA POS)
Oleh:
MAULIA OKVIANTI
NPM: 0743010107
Telah dipertahankan dihadapan dan diterima oleh Tim Penguji Skripsi
Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Pembangunan Nasional ”Veteran” Jawa Timur Pada tanggal 12
November 2010
Pembimbing Utama:
Tim Penguji :
1. Ketua
Drs. Syaifuddin Zuhri, M.Si
NPT. 3 7006 94 00351
Juwito, S.Sos, M.Si
NPT. 3 6704 95 00361
2. Sekertaris
Drs. Syaifuddin Zuhri, M.Si
NPT. 3 7006 94 00351
3. Anggota
Dra Diana Amelia, M.Si
NPT. 19630907 199103 2001
Mengetahui,
DEKAN
Dra. Ec. Hj Suparwati, M.Si
NIP. 030 203 679
SIKAP MASYARAKAT SURABAYA TERHADAP PEMBERITAAN PENCOBLOSAN
ULANG PILWALI SURABAYA
(STUDI DESKRIPTIF KUANTITATIF SIKAP MASYARAKAT SURABAYA
TERHADAP PEMBERITAAN PENCOBLOSAN ULANG PEMILIHAN WALIKOTA
SURABAYA DI JAWA POS)
Disusun Oleh:
MAULIA OKVIANTI
NPM: 0743010107
Telah disetujui untuk mengikuti Ujian Skripsi
Menyetujui,
Dosen Pembimbing :
Drs. Syaifuddin Zuhri, M.Si
NPT. 3 7006 94 00351
Mengetahui,
DEKAN
Dra. Ec. Hj Suparwati, M.Si
NIP. 030 203 679
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur atas kehadirat Allah SWT, penulis panjatkan karena dengan
limpahan rahmat, karunia serta hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
penyusunan skripsi yang berjudul “SIKAP MASYARAKAT SURABAYA
TERHADAP
PEMBERITAAN
PENCOBLOSAN
ULANG
PILWALI
SURABAYA (Studi Deskriptif Sikap Masyarakat Surabaya Terhadap
Pemberitaan Pencoblosan Ulang Pilwali Surabaya di Jawa Pos)”. Dalam proses
penyelesaian Skripsi ini, penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada Bapak
Saifuddin Zuhri, selaku dosen pembimbing penulis atas segala bantuan dan masukan
terkait penyusunan Skripsi ini mulai dari awal hingga terselesainya skripsi ini.
Tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1.
Allah SWT atas segala rahmat dan hidayahnya yang diberikan kepada penulis
dan keluarga.
2.
Rasulullah Muhammad SAW untuk inspirasi serta tuntunan yang senantiasa
mengilhami penulis dalam rangka “perjuangan” memaknai hidup.
3.
Prof. DR. Ir. Teguh Soedarto, MP, selaku Rektor UPN “Veteran” Jatim.
4.
Dra. Ec. Hj. Suparwati, M.Si, sebagai Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik (FISIP) UPN “Veteran” Jatim.
5.
Juwito, S.Sos, M.Si, sebagai Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi FISIP
UPN “Veteran” Jatim.
6.
Drs. Syaifuddin Zuhri, M.Si sebagai Sekretaris Program Studi Ilmu
Komunikasi FISIP UPN “Veteran” Jatim.
iv
7.
Seluruh Dosen Program Studi Ilmu Komunikasi maupun Staf Karyawan FISIP
hingga UPN “Veteran” Jatim pada umumnya.
8.
Terima kasih yang tak terkira untuk bapak dan ibu atas doa dan restunya.
9.
Teman – teman terbaikku, Resky, Inne, Namira dan Dwi untuk saran dan
masukannya. Terima kasih sudah membantu penulis dalam mencari responden.
Juga untuk partner penulis, Edy Kurniawan atas semangat, doa, inspirasi dan
dukungannya.
10.
Seluruh pihak yang tak dapat penulis sebutkan atas keterbatasan halaman ini,
untuk segala bentuk bantuan yang diberikan, penulis ucapkan terima kasih.
Akhir kata, penulis menyadari bahwa laporan ini jauh dari kesempurnaan. Oleh
sebab itu, kritik maupun saran selalu penulis harapkan demi tercapainya hal terbaik
dari proposal skripsi ini. Besar harapan penulis, semoga laporan ini dapat
memberikan manfaat sekaligus menambah pengetahuan bagi berbagai pihak. Amin.
Surabaya, Oktober 2010
Penulis
v
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ......................................................................................
i
HALAMAN PERSETUJUAN UJIAN SKRIPSI ............................................
ii
KATA PENGANTAR ....................................................................................
iv
DAFTAR ISI ...................................................................................................
vi
DAFTAR TABEL ...........................................................................................
ix
DAFTAR GAMBAR .....................................................................................
xi
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................
xii
ABSTRAKSI ..................................................................................................
xiii
BAB I
BAB II
PENDAHULUAN ........................................................................
1
1.1.
Latar Belakang ..................................................................
1
1.2.
Perumusan Masalah ..........................................................
10
1.3.
Tujuan Penelitian ..............................................................
10
1.4.
Manfaat Penelitian ...........................................................
11
LANDASAN TEORI ...................................................................
12
2.1. Landasan Teori........................................................................
12
2.1.1. Media Massa ..............................................................
12
2.1.2. Media dan Konstruksi realitas ....................................
13
2.1.3. Surat Kabar Sebagai media Komunikasi massa .........
15
2.1.4. Pengertian Pers ...........................................................
19
2.1.5. Fungsi Pers .................................................................
vi
20
BAB III
2.1.6. Berita ..........................................................................
22
2.1.7. Sikap............................................................................
28
2.1.8. Masyarakat Sebagai Khalayak Media ........................
31
2.1.9. Pemilihan Walikota (Pilwali) .....................................
33
2.1.10. Pencoblosan Ulang Pemilihan Walikota (Pilwali)....
34
2.1.11. Teori S-O-R ..............................................................
36
2.2. Kerangka Berfikir ................................................................
39
METODE PENELITIAN ...........................................................
43
3.1.
Definisi Operasional Variabel............................................
43
3.1.1. Sikap dan Pengukuran Variabel ..............................
44
3.1.2. Masyarakat sebagai Khalayak Media Massa ..........
53
3.1.3. Pemberitaan pencoblosan Ulang ..............................
53
3.1.4. Pemilihan Walikota .................................................
56
Populasi, Sampel dan Teknik Penarikan Sampel ..............
57
3.2.1. Populasi ...................................................................
57
3.2.2. Sampel dan Teknik Penarikan Sampel.....................
58
3.3 .
Teknik Pengumpulan Data.................................................
60
3.4.
Metode Analisis Data.........................................................
60
HASIL DAN PEMBAHASAN .....................................................
62
4.1.
Gambaran Umum Jawa Pos ..............................................
62
4.2.
Penyajian Data dan Analisa ..............................................
vii
65
3.2.
BAB IV
4.2.1. Identitas Responden .................................................
66
4.2.2. Frekuensi dan Durasi membaca ...............................
68
4.2.3. Sikap Masyarakat Surabaya Terhadap Pemberitaan
Pencoblosan Ulang Pilwali Surabaya ......................
71
4.2.3.1 Aspek Kognitif ...........................................
71
4.2.3.2 Aspek Afektif .............................................
83
4.2.3.3 Aspek Konatif .............................................
92
4.2.4 Sikap Masyarakat Keseluruhan ..............................
98
KESIMPULAN DAN SARAN .....................................................
101
5.1
Kesimpulan .......................................................................
101
5.2
Saran ..................................................................................
102
DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................
103
LAMPIRAN
105
BAB V
............................................................................................
viii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1
Jumlah Sampel di 5 kecamatan dan 2 kelurahan ………...……….. 52
Tabel 4.1
Jenis Kelamin responden ……………………………….………… 66
Tabel 4.2
Usia responden ………………………………………….………… 67
Tabel 4.3
Pekerjaan Responden ………………………..…………….……… 68
Tabel 4.4
Frekuensi Membaca Pemberitaan Pencoblosan Ulang ……………. 69
Tabel 4.5
Durasi Responden Dalam Membaca Pemberitaan Pencoblosan
Ulang ………………………………………………………………. 70
Tabel 4.6
Aspek Kognitif Responden Mengetahui Tentang Pencoblosan
Ulang Pilwali Surabaya …………………………………………… 72
Tabel 4.7
Aspek Kognitif Responden Mengetahui Kapan Pencoblosan
Ulang Dilaksanakan……………………………………………….. 74
Tabel 4.8
Aspek Kognitif Responden Mengetahui Didaerah Mana
Diselenggarakan Pencoblosan Ulang ……………………………… 75
Tabel 4.9
Aspek Kognitif Responden Mengetahui Kontroversi Pelaksanaan
Pencoblosan Ulang ………………………………………………… 76
Tabel 4.10
Aspek Kognitif Responden Mengetahui Kecurangan –
kecurangan Yang Terjadi Selama Pilwali …………………….…… 78
Tabel 4.11
Aspek Kognitif Responden Mengetahui Dampak Dari
Diadakannya Pencoblosan Ulang ……………….………………… 80
Tabel 4.12
Aspek Kognitif Responden ……………...………………………… 82
Tabel 4.13
Aspek Afektif Responden Merasa kecewa dengan
diselenggarakan pencoblosan ulang ..……………………………… 83
Tabel 4.14
Aspek Afektif Responden merasa sayang dengan banyaknya
dana APBD yang digunakan untuk pencoblosan ulang …………… 85
Tabel 4.15
Aspek Afektif responden merasa bersimpati terhadap salah satu
pasangan calon walikota / wakil walikota ………………………… 86
ix
x
Tabel 4.16
Aspek Afektif Responden merasa tertarik untuk mengikuti
perkembangan berita mengenai pencoblosan ulang …….………… 88
Tabel 4.17
Aspek Afektif Responden merasa yakin bahwa kecurangan –
kecurangan telah terbukti ………………………………………..… 89
Tabel 4.18
Aspek Afektif Responden …………………………………….…… 91
Tabel 4.19
Aspek Konatif Responden Mendukung putusan MK untuk
diselenggarakan pencoblosan ulang ……………………………..… 92
Tabel 4.20
Aspek Konatif Responden melakukan pencobosan ulang ………… 93
Tabel 4.21
Aspek Konatif Responden mengalihkan dukungan kepada
pasangan calon walikota / wakil walikota ………………………… 94
Tabel 4.22
Aspek Konatif Responden mencari informasi apakah calon
pilihannya adalah orang yang tepat untuk memimpin Surabaya ..… 96
Tabel 4.23
Aspek Konatif Responden ………………………………………… 97
Tabel 4.24
Sikap Masyarakat Keseluruhan …………………………………… 99
xx
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1
Model Teori S-O-R ………………………………………………... 37
Gambar 2.2
Kerangka Berpikir ……………………………………………….… 40
xi
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN :
Lampiran 1 : Kuesioner
Lampiran 2 : Hasil Jawaban Responden ...................................................................... 105
Lampiran 3 : Jawa Pos edisi 9 Juni 2010 ..................................................................... 117
Lampiran 4 : Jawa Pos edisi 2 Juli 2010 ...................................................................... 119
Lampiran 5 : Jawa Pos edisi 3 Juli 2010 ...................................................................... 120
Lampiran 6 : Jawa Pos edisi 7 Juli 2010 ...................................................................... 121
Lampiran 7 : Jawa Pos edisi 23 Juli 2010 .................................................................... 122
Lampiran 8 : Jawa Pos edisi 27 Juli 2010 .................................................................... 124
Lampiran 9 : Jawa Pos edisi 31 Juli 2010 .................................................................... 125
Lampiran 10 : Jawa Pos edisi 31 Juli 2010 ................................................................. 127
Lampiran 11 : Jawa Pos edisi 1 Agustus 2010 ............................................................. 128
Lampiran 12 : Surat Ijin Penelitian .............................................................................. 130
xii
ABSTRAKSI
SIKAP MASYARAKAT SURABAYA TERHADAP PEMBERITAAN
PENCOBLOSAN ULANG PILWALI SURABAYA (Studi deskriptif kuantitatif
Sikap Masyarakat Surabaya Terhadap Pemberitaan Pencoblosan Ulang Pemilihan
walikota Surabaya di Jawa Pos).
Alasan memilih penelitian ini adalah pemilihan walikota periode 2010 –
2015 berdampak besar terhadap masyarakat Surabaya. Apalagi dalam pilwali kali
ini, banyak pihak yang berseteru mulai dari KPU, anggota DPRD, asisten sekkota
dan mendagri. Permasalahan ini menyita perhatian khalayak dan menjadi topik
hangat di media massa. Jawa Pos memuat pemberitaan mengenai pilwali dalam
porsi pemberitaan yang besar dan disertai dengan interakstif pilwali yang dapat
mempengaruhi sikap mastarakat dalam menanggapi pemberitaan ini.
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui
sikap masyarakat Suarabaya terhadap pemberitaan pencoblosan ulang Pilwali
Surabaya di Jawa Pos, baik sikap kognitif, afektif dan konatif.
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan
menggunakan instrumen penelitian berupa kuesioner dengan purposive sampling,
yakni sampel yang telah ditentukan karakteristiknya oleh peneliti sesuai dengan
tujuan dan permasalahan penelitian. Jumlah responden dalam penelitian ini
sebanyak 100 orang.
Hasil dalam penelitian ini secara keseluruhan adalah sikap responden pada
kategori positif sebesar 46 persen, netral 41 persen dan negatif 13 persen. Sikap
pada kategori positif menunjukkan bahwa meski sebagian besar responden
kecewa, mereka tetap mendukung diselenggarakan pencoblosan ulang. Mereka
membuktikannya dengan menggunakan hak pilih pada saat pencoblosan ulang.
Kata kunci : Sikap, Masyarakat Surabaya, Pencoblosan Ulang, Pilwali Surabaya
xiii
ABSTRACTION
Attitude Surabaya’s society toward report repeatedly electrion of Surabaya’s Vote
Mayor (Study description quantitative attitude Surabaya’s society toward report
repeatedly electrion of Surabaya’s Vote Mayor in Jawa Pos )
The reason searcher to choose this research is Surabaya’s vote mayor
period 2010 – 2015 have the big impact to Surabaya’s society. In this vote, there
are many institustions to be enemy. Such as DPRD Surabaya, KPU, Sekkota and
many more. This problem got big attention from audience and to be hot issue in
mass media. Jawa Pos presented report about Surabaya’s vote mayor with big
portion with special column “Interaktif Pilwali”, in which can influence their
attitude after read this report.
The goal want to reach of this research is to know how the attitude
Surabaya’s society toward report repeatedly election of Surabaya’s vote mayor,
kind of cognitive, affective and conative attitude.
Method that used in this research is used questionnare as research’s
instrument with purposive sampling, namely that the sample after was specified
characteristic by searcher concordant with goal and problems. The number of
respondent in this research are 100 people.
Result in this research entirely are for respondent’s attitude in positive
amount 46 percent, netral 41 percent and negative 13 percent. Attitude in positive
category means that although some respondent disappointed, they still give
support to take care of vote repeatedly. They was evidenced with use right vote at
vote repeteadly.
Key word: Attitude, Surabaya’s society, election repeteadly, Surabaya’s vote
mayor.
xiv
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Masalah
Masyarakat
membutuhkan
informasi
untuk
memenuhi
kebutuhan
hidupnya yang beragam. Masyarakat cenderung kritis dalam menerima informasi.
Informasi yang dibutuhkan terus meningkat, masing – masing orang mempuyai
proporsi yang berbeda – beda akan informasi sesuai dengan kebutuhan mereka.
Sehingga informasi memiliki peranan penting dalam pemenuhan kehidupan
masyarakat yang selalu berkembang cepat. Dalam proses penyampaian informasi
tidak lepas dari proses komunikasi. Dalam proses komunikasi membutuhkan
sarana atau media yang dibutuhkan untuk menyampaikan informasi. Jika
pemilihan medianya tepat maka diharapkan informasi yang disampaikan dapat
diterima dengan baik oleh masyarakat. Pesan – pesan dan efek dari informasi
tersebut dapat tercapai sesuai dengan yang diharapkan. Proses komunikasi bersifat
persuasif, yang bertujuan untuk menimbulkan adanya kesadaran, kerelaan disertai
dengan perasaan segan seseorang untuk mengubah. Selain bersifat persuasif,
proses komunikasi juga bersifat informatif, untuk memberikan informasi atas
permasalahan – permasalahan yang sedang terjadi untuk diketahui khalayak.
Salah satu alat komunikasi yang bersifat informatif adalah media massa.
Media massa adalah salah satu sarana untuk memenuhi kebutuhan
informasi. Media massa dalam kajian komunikasi massa sering dipahami sebagai
2
perangkat – perangkat yang diorganisir untuk berkomunikasi secara terbuka dan
pada situasi yang berjarak kepada khalayak luas dalam waktu yang singkat ( Mc
Quail,2002:17). Media massa adalah media yang mampu menjangkau
komunikannya secara luas, dalam jumlah besar dengan waktu yang bersamaan.
Hal tersebut berkaitan dengan dengan kekuasaan media massa yang mampu
menyebarkan pesan secara luas dan mencakup kawasan yang tidak bisa dijangkau
oleh komunikatornya. Menurut Jay Black dan Frederick C. Whitney (1988),
media massa memiliki fungsi antara lain : to inform (menginformasikan), to
persuade (membujuk), to entertain (memberi hiburan) dan transmission of the
culture (transmisi budaya).
Media massa menyajikan informasi atau berita dari berbagai peristiwa dan
kejadian yang sedang berkembang di masyarakat. Berita yang dihadirkan telah
melalui proses seleksi dan harus mengandung nilai berita. Melalui berita – berita
dari media massa, masyarakat mendapatkan informasi tentang suatu peristiwa
diluar lingkungannya. Pemberitaan di media massa dapat mempengaruhi sikap
masyarakat dalam merespon suatu peristiwa.
Secara umum , media massa terdiri dari media elektronik dan media cetak.
Media elektronik terdiri dari tv , radio dan film. Media elektronik memiliki
kelebihan dalam hal kecepatan penyampaian informasi. Sedangkan media cetak
adalah suatu media yang statis dengan mengutamakan pesan – pesan visual.
Media cetak lebih detail, terperinci dan bisa didokumentasikan.
3
Media cetak sebagai bagian dari media massa merupakan salah satu
sumber utama pembaca untuk mendapatkan informasi. Bentuk media cetak itu
sendiri bermacam – macam diantaranya adalah surat kabar. Surat kabar
didefinisikan sebagai penerbitan yang berisi lembaran dan berisi berita – berita,
karangan – karangan, iklan yang dicetak, serta terbit secara periodik dan dijual
untuk umum. (Assegaf,1991:141).
Surat kabar sebagai bagian dari media massa dapat menjadi instrumen
untuk mempengaruhi kesadaran masyarakat. Sesuatu yang sebenarnya tidak
berarti, dapat menjadi berita melalui penciptaan berbagai cerita dan data – data
yang disajikan oleh media massa, sekalipun data – data tersebut telah tercampur
dengan opini wartawan.
Media massa menawarkan beragam informasi untuk masyarakat. Melalui
media massa, masyarakat dapat mengetahui berita – berita terbaru yang sedang
berkembang hangat. Salah satu berita yang tengah menjadi topik di media massa
adalah berita mengenai sengketa pemilihan walikota (pilwali) Surabaya.
Kasus sengketa pilwali Surabaya ini yang mengharuskan diadakan
pencoblosan ulang bermula dari diselenggarakannya pemilihan walikota Surabaya
periode 2010 – 2015 pada 2 Juni 2010. Pilwali ini diikuti oleh 5 pasangan calon,
yaitu Sutadi – Mazlan (Dimas), Fandi utomo – Yulius Bustami (FuYu), Arif
afandi – Adies Kadir (CaCak), Tri Rismaharini – Bambang Dwi hartono (Ridho)
dan Fitradjaja Purnama – Naen Soeryono (Fitra-Naen).
4
Setelah melalui proses perhitungan dari 31 kecamatan, Komisi Pemilihan
Umum (KPU) merilis hasil perolehan suara pada pilwali kali ini. Urutan teratas
ditempati pasangan Tri Rismaharini dan Bambang Dwi Hartono dengan 358.187
suara (38,52%), disusul Arif Afandi – Adies Kadir dengan 327.516 (35,23%),
Fandi utomo – Yulius Bustami dengan 129.172 (13,89%), Sutadi – Mazlan
dengan 61.648 (6,63%) dan Fitradjaja Purnama – Naen Soeryono dengan 53.110
suara (5,71%) (Jawa Pos, 8 Juni 2010).
Berdasarkan hasil rekapitulasi tersebut, pada 8 Juni 2010 Komisi
Pemilihan Umum (KPU) menetapkan pasangan no.4 Tri Rismaharini dan
Bambang Dwi Hartono (Ridho) sebagai walikota dan wakil walikota terpilih.
Penetapan tersebut berdasarkan keputusan pleno KPU yang mengacu pada
beberapa peraturan, antara lain pasal 107 UU 32/2004 tentang pemerintahan
daerah dan pasal 47 peraturan KPU. Juga berita acara penetapan bertanggal 7 Juni
2010 serta sertifikat rekapitulasi dan rincian perolehan suara di KPU pada 7 Juni
2010 (Jawa Pos, 9 Juni 2010).
Namun pihak pasangan Arif Afandi dan Adies Kadir (CaCak) tidak puas
dengan hasil tersebut. Mereka meminta diadakan pemilu ulang karena menengarai
adanya berbagai kecurangan yang dilakukan pasangan Risma-Bambang, seperti
pembukaan kotak suara di kecamatan Sukomanunggal dan Pakal (Jawa Pos, 8
Juni 2010), konsumsi roti bermerek Risma untuk KPPS Tegalsari (Jawa Pos, 20
Juni 2010) dan adanya pertemuan untuk menggalang dukungan dengan para
camat dan lurah di Rumah Makan Mutiara (Jawa Pos,23 Juni 2010).
5
Tim CaCak melayangkan gugatannya mengenai kecurangan – kecurangan
tersebut ke Mahkamah Konstitusi (MK) untuk ditindak lanjuti. Setelah diproses
hampir 2 minggu, pada 30 Juni 2010 Mahkamah Konstitusi (MK) mengeluarkan
putusan bahwa akan diadakan coblos ulang di 5 kecamatan dan 2 kelurahan yang
meliputi kecamatan Bulak (25.414), Semampir (140.344), Krembangan (88.553),
Rungkut (70.525), Sukolilo (76.564), Kelurahan Wiyung (12.094) dan Putat Jaya
(34.723). Serta perhitungan ulang di 26 kecamatan lainnya pada 1 Agustus 2010
(Jawa pos, 2 Juli 2010).
Keputusan tersebut ditentang oleh para anggota DPRD Surabaya.
Sebagian anggota dan ketua DPRD Surabaya menolak pencoblosan ulang
diselenggarakan pada 1 agustus 2010. Mereka beranggapan bahwa KPU belum
siap, tidak ada koordinasi dengan PPK dan pengajuan anggaran untuk
pencoblosan ulang yang belum disetujui dewan. Padahal berdasarkan SK
Mendagri menyatakan bahwa anggaran untuk pencoblosan ulang ini berasal dari
APBD 2010 dengan kategori perihal khusus yang tidak membutuhkan persetujuan
dewan. Apalagi anggaran tersebut diambilkan dari anggaran pilwali yang
dialokasikan Rp 65 M. Pada pemilihan 2 Juni 2010 lalu hanya menghabiskan Rp
35 M. Sedangkan anggaran yang dibutuhkan untuk pencoblosan dan hitung ulang
adalah Rp 9,7 M. Jadi anggaran Rp 65 M masih cukup.
6
Meski terjadi konflik dalam penentuan tanggal, pihak KPU tetap akan
melaksanakan pencoblosan ulang pada 1 Agusutus 2010. Keputusan ini didukung
oleh wakil ketua DPRD Surabaya, asisten II sekkota, kepolisian dan mendagri.
Terhitung
2 minggu sebelum pencoblosan, KPU telah mempersiapkan
pencoblosan ulang, mulai dari memberikan pengarahan dan sosialisasi kepada
seluruh PPK di Hotel Equator pada 21 Juli 2010, persiapan logistik sudah matang,
kotak suara telah dikirimkan di 5 kecamatan dan 2 kelurahan, surat suara yang
segera didistribusikan dan anggaran yang disetujui oleh Kemendagri (Jawa Pos,
23 Juli 2010).
Penyelenggaraan pencoblolsan ulang tersebut menuai reaksi dari
masyarakat, terutama masyarakat dan anggota pps (panitia pemungutan suara)
yang wilayahnya terkena pencoblosan ulang. Mereka kecewa dan merasa difitnah
karena dituding berbuat curang pada coblosan 2 Juni lalu. Padahal mereka sudah
bekerja sesuai dengan instruksi dari KPU. Banyak warga yang apatis melihat
ketidakadilan tersebut. Dikhawatirkan dengan adanya pencoblosan ulang ini
angka golput rawan naik akibat minimnya partisipasi masyarakat.
Melihat fenomena tersebut, Jawa Pos berupaya menampung berbagai
reaksi dari masyarakat berkaitan dengan keputusan MK tersebut melalui kolom
interaktif pilwali. Reaksi dari masyarakat ada yang pro, mendukung keputusan
MK untuk dijalankan dengan sebaik – baiknya dalam rangka pembelajaran
demokrasi dan pembuktian tuduhan kecurangan – kecurangan. Maupun yang
kontra, menganggap MK tidak adil dalam mengeluarkan keputusan, putusan
7
dianggap memihak salah satu pasangan tertentu, menghujat dan memberi
dukungan pada pasangan – pasangan yang sedang bersengketa.
Pemberitaan di media dapat mempengaruhi sikap publik dan pembentukan
sikap masyarakat. Sikap adalah suatu kecenderungan bertindak, berpikir,
berpersepsi dan merasa dalam menghadapi objek, ide, situasi ataupun nilai. Sikap
disini bukan perilaku, tapi lebih merupakan kecenderungan untuk berperilaku
dengan cara tertentu terhadap objek sikap. Dapat dipahami bahwa manusia
dilingkupi dengan masalah yang mengharuskan untuk memiliki sikap. (Sobur,
2003:361)
Sikap dikatakan sebagai respon yang akan timbul bila individu dihadapkan
pada stimulus yang menghendaki timbulnya reaksi individu. Respon yang timbul
terjadi sangat evaluatif berarti bentuk respon yang dinyatakan sebagai sikap itu
didasari oleh proses evaluasi dalam diri individu yang memberikan kesimpulan
nilai terhadap stimulus dalam baik atau buruk, positif atau negatif, menyenangkan
atau tidak menyenangkan, suka atau tidak suka, yang kemudian mengkristal
sebagai potensi reaksi terhadap objek sikap (Azwar,2008:15).
Sikap memiliki tiga komponen yaitu komponen kognitif, afektif dan
konatif. Komponen kognitif adalah representasi apa yang dipercaya oleh individu
pemilik sikap. Komponen afektif merupakan perasaan yang menyangkut aspek
emosional. Sedangkan komponen konatif merupakan aspek kecenderungan
berperilaku tertentu sesuai dengan sikap yang dimiliki oleh seseorang
(Sobur,2003:360).
8
Komponen sikap dalam penelitian ini adalah bagaimana komponen
kognitif, afektif dan konatif masyarakat Surabaya terhadap pencoblosan ulang
pasca pemberitaan di Jawa pos. Dalam komponen kognitif, seberapa banyak
pengetahuan masyarakat terhadap pemberitaan “pencoblosan ulang”. Komponen
afektif terfokus pada bagaimana keadaan emosional masyarakat setelah membaca,
mengetahui dan memahami pemberitaan tersebut. Apakah mereka marah, kecewa,
simpati, optimis atau pesimis terhadap objek pemberitaan. Komponen konatif
merupakan kecenderungan untuk berpola perilaku tertentu. Mereka mulai
memunculkan respon/reaksi akibat terpaan pemberitaan. Dalam komponen ini,
masyarakat mulai menentukan sikap, apakah mereka menerima (setuju) atau
menolak.
Peneliti tertarik mengambil penelitian mengenai Sikap Masyarakat
Surabaya
Terhadap
Pemberitaan
Pencoblosan
Ulang
Pilwali
Surabaya
dikarenakan proses pemilihan walikota (pilwali) periode 2010 – 2015 berlangsung
panjang dan menyita perhatian khalayak. Hal ini disebabkan salah satu pasangan
calon (Cacak) tidak terima dengan hasil pilwali dan melayangkan gugatan ke
Mahkamah
konstitusi
(MK)
dengan
tuduhan
terjadi
kecurangan
yang
mengakibatkan diselenggarakan pencoblosan ulang. Kasus pilwali ini menjadi
topik hangat di berbagai media. Pemberitaan tentang pencoblosan ulang pemilihan
walikota (pilwali) Surabaya ini mendapat porsi pemberitaan yang cukup besar di
Jawa Pos, yaitu di halaman depan rubrik Metropolis dan ditambah dengan adanya
kolom interaktif pilwali. Dalam kolom interaktif pilwali, opini dari masyarakat
beragam. Ada yang mendukung untuk diselenggarakan pencoblosan ulang dan
9
tidak sedikit yang menolak dan menghujat bahwa salah satu pasangan calon tidak
siap kalah. Apalagi pemberitaan ini dihadirkan secara terus – menerus setiap
harinya. Pemberitaan seperti itu di surat kabar, terutama Jawa Pos sebagai media
nasional dapat mempengaruhi sikap publik dan pembentukan sikap masyarakat.
Oleh karena itu, objek sikap pada penelitian ini yang ingin diteliti adalah
bagaimana Sikap Masyarakat Surabaya Terhadap Pemberitaan Pencoblosan Ulang
Pilwali Surabaya di Jawa Pos. Peneliti ingin mengetahui bagaimana sikap atau
reaksi, baik sikap kognitif, afektif dan konatif dari masyarakat Surabaya dalam
menanggapi pemberitaan tentang sengketa pilwali Surabaya yang mengharuskan
diadakannya coblosan ulang di 5 kecamatan dan 2 kelurahan serta perhitungan
ulang di 26 kecamatan lainnya. Apakah sikap masyarakat Surabaya positif, negatif
atau netral. Sengketa pemilihan walikota ini terjadi di Surabaya. Oleh karena itu
peneliti menggunakan masyarakat Surabaya yang tinggal di wilayah kecamatan
Rungkut, Bulak, Semampir, Semolowaru, Krembangan, Kelurahan Wiyung dan
Putat Jaya, yang memiliki hak pilih dan telah terdaftar sebagai dpt (daftar pemilih
tetap) sebagai objek penelitian.
Peneliti menggunakan Jawa Pos sebagai pilihan media dalam penelitian
ini. Hal ini disebabkan Pemberitaan mengenai perkembangan pencoblosan ulang
pilwali Surabaya tersebut ditulis secara lengkap dan kontinu setiap harinya di
Jawa Pos. Mulai dari pencoblosan pada 2 Juni, rekapitulasi hasil, penetapan
pemenang pilwali oleh KPU, Cacak melayangkan gugatan ke MK, keluarnya
putusan MK yang mengharuskan coblosan ulang di 5 kecamatan dan 2 kelurahan,
kontroversi putusan MK dilihat dari sudut pandang kedua belah pihak (pihak
10
CaCak dan Ridho), Reaksi dari masyarakat dan adanya kolom interaktif pilwali
untuk menampung opini masyarakat terkait dengan keputusan MK tersebut.
Selain itu, Jawa Pos adalah koran dengan oplah terbesar di Surabaya. Berdasarkan
survei AC Nielsen tahun lalu menunjukkan pembaca Jawa Pos di Surabaya
berjumlah 1,4 juta orang dan pembaca Kompas di Surabaya ada 56 ribu orang
(www.temponline.com).
1.2
Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, penulis dapat merumuskan
permasalahan penelitian sebagai berikut :
“Bagaimana
Sikap
Masyarakat
Surabaya
Terhadap
Pemberitaan
Pencoblosan Ulang Pilwali Surabaya di Jawa Pos”.
1.3
Tujuan Penelitian
Berdasarkan pada latar belakang masalah dan perumusan masalah pada
penelitian ini, maka tujuan penelitian yang ingin dicapai dalam penelitian
ini adalah untuk mengetahui Sikap Masyarakat Surabaya Terhadap
Pemberitaan Pencoblosan Ulang Pilwali Surabaya di Jawa Pos, baik sikap
kognitif, afektif maupun konatif.
11
1.4
Manfaat Penelitian
Manfaat yang akan didapatkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Secara Teoritis
Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan atau
landasan pemikiran bagi pengembangan, penerapan teori – teori
penelitian di bidang ilmu komunikasi dengan keadaan nyata di lapangan
berkaitan dengan kajian masalah sikap masyarakat.
b. Secara Praktis
Dapat menjadi sumber informasi dan bisa menambah pengetahuan
untuk lebih memahami isi berita / informasi yang terkandung dalam
pemberitaan surat kabar. Juga untuk memberikan gambaran kepada
khalayak tentang bagaimana sikap masyarakat Surabaya terkait dengan
pemberitaan pencoblosan ulang pilwali Surabaya di Jawa Pos.
12
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1
Landasan Teori
2.1.1
Media Massa
Media massa adalah sarana untuk menyampaikan isi pesan atau informasi
yang bersifat umum, kepada sejumlah orang yang jumlahnya relatif besar,
perhatiannya terpusat pada isi pesan yang sama, yaitu pesan dari media massa dan
tidak dapat memberikan arus balik secara langsung pada saat itu juga (umpan
balik tertunda). Media massa harus diterbitkan atau disiarkan secara periodik, isi
pesan harus bersifat umum menyangkut semua permasalahannya, mengutamakan
aktualitas dan disajikan secara berkesinambungan. Media massa terbagi dalam
media cetak (surat kabar, majalah, buku, pamphlet, brosur), media elektronik
(radio, televisi dan film) dan media online yang kita kenal dengan internet
(Wahyudi,1996:35).
Fungsi media massa bagi seseorang adalah memenuhi berbagai kebutuhan
individual (Mc.Quail,1991:72), yang meliputi :
1. Informasi, seseorang menggunakan media massa untuk memenuhi
keingintahuan tentang sesuatu kejadian tertentu atau menambah
pengetahuan
tentang
kepentingannya.
hal
–
hal
yang
berhubungan
dengan
13
2. Hiburan, seseorang menggunakan media massa untuk memperoleh
hiburan atau melepaskan diri dari ketegangan dan kejenuhan
3. Integrasi dan Interaksi Sosial, seseorang menggunakan media massa
untuk menjalin hubungan sosial dengan orang lain (sebagai bahan
pembicaraan/conversational currency) atau menjalin kedekatan dengan
tokoh – tokoh dalam media massa.
4. Identitas Pribadi, seseorang menggunakan media massa untuk
menemukan penunjang nilai – nilai pribadi dan mengidentifikasikan
diri dengan nilai – nilai lain (dalam media).
2.1.2 Media dan Konstruksi realitas
Dalam pandangan konstruksionis, media dilihat bukanlah sekedar saluran
yang bebas. Media juga subyek yang menkonstruksikan realitas, lengkap dengan
pandangan, bias dan permihakannya. Media bukan hanya memilih peristiwa dan
menentukan sumber berita, melainkan juga berperan dalam mendefinisikan aktor
dan peristiwa. Lewat bahasa dan pemberitaan, media dapat membingkai dengan
bingkai tertentu yang pada akhirnya menentukan bagaimana khalayak harus
melihat dan memahami perisrtiwa dalam kacamata tertentu (Eriyanto,2000:24).
Isi media merupakan hasil para pekerja dalam mengkonstruksi berbagai
realitas yang dipilihnya untuk dijadikan sebagai sebuah berita, diantaranya realitas
politik. Berdasarkan sifat dan faktanya bahwa pekerja media massa menceritakan
peristiwa – peristiwa, maka dapat dikatakan bahwa seluruh isi media adalah
14
realitas yang dikonstruksi (Constructed Reality). Pembuatan berita dimedia pada
dasarnya tak lebih dari penyusunan realitas – realitas hingga membentuk sebuah
cerita (Sobur,2001:83).
Isi media pada hakikatnya adalah hasil konstruksi realitas dengan
menggunakan media sebagai perangkatnya. Sedangkan bahasa bukan hanya
sebagai alat realitas, namun juga menentukan relief seperti apa yang diciptakan
oleh bahasa tentang realitas. Akibatnya media massa memiliki peluang yang
sangat besar untuk mempengaruhi gambar yang dihasilkan dari realitas yang
dikonstruksikannya (Sobur,2001:88).
Setiap upaya “menceritakan” sebuah peristiwa, keadaan, benda atau
apapun. Pada hakikatnya adalah usaha mengkonstruksikan realitas. Begitu pula
dengan profesi wartawan. Pekerjaan utama wartawan adalah mengisahkan hasil
reportasenya kepada khalayak. Dengan demikian, mereka selalu terlibat dengan
usaha – usaha mengkonstruksikan realitas, yakni menyusun fakta yang
dikumpulkannya kedalam suatu bentuk laporan jurnalistik berupa berita (News),
karangan khas (Feature) atau gabungan keduanya (News Feature). Dengan
demikian berita pada dasarnya adalah realitas yang telah dikonstruksikan
(Constructed Reality) (Sobur,2001:88).
Pilihan kata dan cara penyajian suatu realitas turut menentukan bentuk
konstruksi realitas yang sekaligus menentukan makna yang muncul darinya.
Bahkan menurut Hamad, tidak hanya mampu mencerminkan realitas tetapi
sekaligus menciptakan realitas (Sobur,2001:90).
15
Dalam konstruksi realitas, bahasa dapat dikatakan sebagai unsur utama.
Bahasa merupakan instrumen pokok untuk menceritakan realitas. Sehingga dapat
dikatakan bahwa bahasa adalah alat konseptualisasi dan alat narasi media
(Sobur,2001:91).
2.1.3 Surat Kabar Sebagai Media Komunikasi Massa
Menurut Djagar Assegaf dalam bukunya ”Jurnalistik Masa Kini”
menyatakan bahwa surat kabar adalah penerbitan yang berupa lembaran yang
berisi berita – berita, karangan – karangan dan iklan, yang dicetak dan terbit
secara tetap atau periodic dan dijual untuk umum. ( Assegaf , 1991: 40 )
Surat kabar atau juga bisa disebut pers ( dalam arti sempit ) adalah salah
satu kekuatan sosial dan ekonomi yang cukup penting dalam masyarakat. Pers
memiliki fungsi utama yaitu menyiarkan informasi, mendidik, menghibur dan
mempengaruhi. (Effendi,1993:93).
Media cetak terdiri dari majalah, tabloid dan surat kabar. Media cetak
memiliki kelebihan yang tidak ada pada media massa elektronik, yaitu pesan
dapat diulang kembali pada kesempatan lain dan dapat didokumentasikan. Selain
itu informasi yang disampaikan media cetak lebih mendalam dan lebih kuat daya
persuasinya, karena media cetak disajikan dalam bentuk tulisan yang
membutuhkan kemampuan pembaca untuk memahami dan menalar permasalahan
dalam informasi yang disajikan
16
Ciri – ciri surat kabar, yaitu (Onong Sudjana,1993 : 91):
1. Publisitas
Bahwa surat kabar diperuntukkan untuk umum. Semua berita harus
menyangkut
kepentingan
umum.
Dengan
demikian
jika
ada
sekumpulan informasi yang disebarkan melalui lembaran – lembaran
seperti koran tetapi diperuntukkan khusus untuk kalangan tertentu.
Maka tidak bisa disebut surat kabar.
2. Universalitas
Menunjukan bahwa surat kabar harus memuat aneka berita mengenai
kejadian – kejadian diseluruh dunia tentang aspek kehidupan. Untuk
memenuhi ciri ini maka perusahaan penerbitan surat kabar idealnya
melengkapi diri dengan wartawan – wartawan khusus di bidang –
bidang tertentu ( ekonomi , politik , sosial budaya , dsb ) di dalam
maupun di luar negeri.
3. Aktualitas
Laporan tercepat merujuk pada kekinian atau terbaru dan masih
hangat. Fakta dan peristiwa penting atau menarik setiap hari berganti
serta perlu untuk dilaporkan kepada khalayak. ( Erdinaya , 2004:106 ).
Tanpa mengesampingkan pentingnya kebenaran berita tersebut.
17
4. Periodesitas
Merujuk pada keteraturan terbitnya. Bisa harian , mingguan , bulanan.
Sifat periodesitas sangat penting dimiliki surat kabar. Bagi penerbit
surat kabar , selama ada dana dan tenaga terampil , tidak susah untuk
menerbitkan surat kabar secara periodik.
Wilbrum Schram dalam bukunya ” The Process and Effect of Massa
Communication ” ( Rahmadi, 1990:19 ) mengidentifikasikan tiga fungsi surat
kabar adalah :
1. Memberikan informasi yang objektif kepada pembaca mengenai apa
yang terjadi di dalam lingkungannya, negaranya dan apa yang terjadi
di dunia
2. Mengulas berita – berita dalam tajuk rencana dan membawa
perkembangan menjadi focus dan sorotan.
3. Menyediakan jalan bagi orang – orang yang akan menjual barang dan
jasa pemasangan iklan.
Menurut Rahmadi ( 1990:20 ), fungsi surat kabar adalah :
1. Fungsi Informasi, surat kabar memberi informasi yang objektif kepada
pembaca mengenai apa yang terjadi di lingkungannya, negaranya dan
apa yang terjadi di dunia. Surat kabar merupakan sumber informasi
terperinci dan interprestasi tentang masalah – masalah umum
18
2. Fungsi mendidik, surat kabar penting dalam mencerdaskan kehidupan
bangsa karena tidak sedikit banmtuan yang disampaikan dalam
menunjang pendidikan di masyarakat.
3. Fungsi
menghubungkan,
surat
kabar
menyelenggarakan
suatu
hubungan sosial antara warga Negara yang satu dengan warga Negara
yang lain.
4. Fungsi sebagai penyalur dan pembentuk pendapat umum, surat kabar
tidak hanya menyajikan berita atau informasi tetapi juga memuat
pikiran – pikiran, pandangan atau pendapat orang.
5. Fungsi kontrol sosial, kontrol sosial merupakan salah satu fungsi pers
yang sangat penting terutama di negara yang menerapkan sistem
pemerintahan yang demokratis. Kekuatan utama media massa sebagai
kontrol sosial terletak pada fungsinya sebagai pengawas lingkungan.
Pelaksanaan fungsi kontrol sosial oleh pers sebagian besar ditujukan
kepada pemerintah dan aparaturnya.
Selain itu terdapat tipe – tipe surat kabar berdasarkan beberapa kriteria.
Berdasarkan periode terbitnya adalah surat kabar mingguan dan surat kabar
harian. Berdasarkan waktu terbit adalah surat kabar ( harian ) pagi dan surat kabar
( harian ) sore. Sedangkan berdasarkan subjek utama yang dibahas terdapat surat
kabar umum, surat kabar ekonomi, surat kabar militer dan surat kabar khusus
yang ditujukan untuk kalangan tertentu seperti kalangan etnis atau profesi tertentu.
2.1.4
19
Pengertian Pers
Pers berasal dari perkataan Belanda pers yang artinya menekan atau
mengepres. Kata pers merupakan padanan dari kata press dalam bahasa inggris
yang juga berarti menekan atau mengepres. Jadi secara harfiah kata pers atau
press mengacu pada pengertian komunikasi yang dilakukan dengan perantara
barang cetakan. Tetapi, sekarang kata pers atau press ini digunakan untuk merujuk
semua kegiatan jurnalistik, terutama kegiatan yang berhubungan dengan
menghimpun berita, baik oleh wartawan media elektronik maupun oleh media
elektronik.
Terdapat dua pengertian mengenai pers, yaitu pers dalam arti sempit dan
pers dalam arti luas. Pers dalam arti kata sempit yaitu yang menyangkut kegiatan
komunikasi yang hanya dilakukan dengan perantaraan barang cetakan. Sedangkan
pers dalam arti kata luas adalah yang menyangkut kegiatan komunikasi baik yang
dilakukan dengan media cetak maupun media elektronik seperti radio, televisi
maupun internet (Kusumaningrat,2007:17).
2.1.5
20
Fungsi Pers
Menurut Sumadiria (2005:32-35) dalam buku Jurnalistik Indonesia
menjabarkan 5 fungsi dari pers, yaitu:
1. Fungsi Informasi, sebagai sarana untuk menyampaikan informasi
secepat – cepatnya kepada masyarakat yang seluas – luasnya yang
aktual, akurat, faktual dan bermanfaat.
2. Fungsi Edukasi, informasi yang disebarluaskan pers hendaknya dalam
kerangka mendidik. Dalam istilah sekarang pers harus mau dan
mampu memerankan dirinya sebagai guru pers.
3. Fungsi Hiburan, pers harus mampu memerankan dirinya sebagai
wahana hiburan yang menyenangkan sekaligus menyehatkan bagi
semua lapisan masyarakat.
4. Fungsi Kontrol Sosial, pers mengemban fungsi sebagai pengawas
pemerintah dan masyarakat. Pers akan senantiasa menyalahkan ketika
melihat penyimpangan dan ketidakadilan dalam suatu masyarakat atau
negara.
5. Fungsi Mediasi, pers mampu menjadi fasilitator atau mediator
menghubungkan tempat yang satu dengan yang lain, peristiwa yang
satu dengan peristiwa yang lain, atau orang yang satu dengan yang
lain.
21
Sedangkan menurut Kusumaningrat (2007:27-29) dalam Jurnalistik Teori
dan Praktek, terdapat 8 fungsi pers, yaitu:
1. Fungsi Infomatif, yaitu memberikan informasi atau berita yang
dianggap berguna dan penting bagi khayak ramai dengan cara teratur.
2. Fungsi Kontrol, pers harus memberitakan apa yang berjalan baik dan
tidak baik. Fungsi “watchdog” ini harus dilakukan dengan lebih aktif
oleh pers daripada oleh kelompok masyarakat lainnya.
3. Fungsi Interpretatif dan Direktif, yaitu memberikan interpretasi dan
bimbingan. Pers harus menceritakan kepada masyarakat tentang arti
suatu kejadian. Ini biasanya dilakukan pers melalui tajuk rencana atau
tulisan – tulisan latar belakang.
4. Fungsi Menghibur, para wartawan menuturkan kisah – kisah dunia
dengan hidup dan menarik.
5. Fungsi Regeneratif, yaitu menceritakan bagaimana sesuatu itu
dilakukan di masa lalu, bagaimana dunia ini dijalankan sekarang,
bagaimana sesuatu itu diselesaikan dan apa yang dianggap oleh dunia
itu benar atau salah. Jadi, pers membantu menyampaikan warisan
sosial kepada generasi baru.
6. Fungsi pengawalan hak – hak warga negara, yaitu mengawal dan
mengamankan hak – hak pribadi. Dalam beberapa hal rakyat
22
hendaknya diberi kesempatan untuk menulis dalam media untuk
melancarkan kritik – kritiknya terhadap segala sesuatu yang
berlangsung dalam kehidupan masyarakat, bahkan juga kadang –
kadang mengkritik medianya sendiri.
7. Fungsi Ekonomi, yaitu melayani sistem ekonomi melalui iklan.
Dengan menggunakan iklan, penawaran akan berjalan dari tangan ke
tangan dan barang produksi pun dapat dijual sehingga ekonomi dapat
berkembang.
8. Fungsi Swadaya, yaitu pers mempunyai kewajiban untuk memupuk
kewajibannya sendiri agar dapat membebaskan dirinnya dari pengaruh
– pengaruh serta tekanan – tekanan dalam bidang keuangan.
2.1.6
Berita
Banyak definisi yang dikemukakan para ahli mengenai definisi berita.
Menurut Paul De Massener dalam buku Here’s The News: Unesco Associate,
menyatakan news atau berita adalah sebuah informasi yang penting dan menarik
perhatian serta minat khalayak pendengar. Sedangkan Williard C. Bleyer menulis
dalam Newspaper Writing and Editing, berita adalah sesuatu yang termasa yang
dipilih oleh wartawan untuk dimuat dalam surat kabar karena menarik minat atau
mempunyai makna bagi pembaca surat kabar (Sumadiria,2005:64). Dari beberapa
definisi tersebut, dapat dibuat kesimpulan bahwa berita adalah laporan tercepat
mengenai fakta atau ide terbaru yang benar, menarik dan penting bagi sebagian
23
besar khalayak melalui media berkala seperti surat kabar, radio, televisi atau
media online internet.
Untuk membuat berita, paling tidak harus memenuhi dua syarat, yaitu
faktanya tidak boleh diputar sedemikian rupa sehingga kebenaran tinggal sedikit
saja, kedua bahwa berita itu bias menceritakan segala aspek secara lengkap.
Biasanya suatu media lebih menyukai peristiwa besar atau penting terjadi dalam
skala waktu yang sesuai dengan jadwal produksi normal, serta menyukai pula
peristiwa yang paling mudah diliput dan dilaporkan serta mudah dikenal dan
dipandang relevan (Djuroto,2002:48).
Faktor yang berkaitan dengan aliran lain adalah kedekatan media terhadap
peristiwa yang sesuai dengan harapan yang dimiliki khalayak, keinginan untuk
melanjutkan peristiwa yang sudah terjadi, yang dipandang layak diberitakan
keinginan
adanya
kesinambungan
diantara
berbagai
jenis
berita
(McQuail,1991:93).
Dalam upaya menarik perhatian pembaca perlu diperhatikan kriteria kriteria dalam berita, menurut Frank Luther Mott dalam bukunya News Survey of
Journalism terdapat 8 konsep tersebut, antara lain (Sumadiria,2005:71):
1. Berita sebagai laporan tercepat (news as timely report)
Konsep ini menitikberatkan pada segi “baru terjadinya” sebagai faktor
terpenting dari sebuah berita.
2. Berita sebagai rekaman (news as record)
Berita yang tercetak dalam surat kabar merupakan bahan dokumentasi.
24
3. Berita sebagai faktor objektif (news as objective facts)
Sebuah berita harus faktual dan objektif. Sebagai fakta, berita adalah
rekonstruksi peristiwa melalui prosedur jurnalistik yang sangat ketat
dan terukur. Dalam teori jurnalistik ditegaskan, fakta – fakta yang
disajikan media kepada khlayak sesungguhnya merupakan rencan
tangan kedua (second hand reality). Realitas tangan pertama adalah
fakta atau peristiwa itu sendiri (first reality)
4. Berita sebagai interpretasi (news as interpretation)
Dalam situasi kompleks yang menyangkut bidang politik, ekonomi,
atau ilmu pengetahuan, suatu fakta perlu dijelaskan agar pembaca
mengerti. Mereka perlu diberi penjelasan mengenai sebab – akibatnya,
latar belakangnya, akibatnya, situasinya dan hubungannya dengan hal
lainnya.
5. Berita sebagai sensasi (news as sensation)
Disini terdapat unsur subjektif, yakni bahwa sesuatu yang mengejutkan
dan yang menggetarkan atau mengharukan bagi pembaca yang satu
akan berlainan dengan pembaca yang lain.
6. Berita sebagai minat insani (news as human interest)
Disini menariknya berita bukan karena pentingnya peristiwa yang
dilaporkan, tetapi karena sifatnya menyentuh perasaan insani,
menimbulkan perasaan iba, terharu, gembira, prihatin dan sebagainya.
25
7. Berita sebagai ramalan (news as prediction)
Wartawan cenderung untuk menaruh perhatian kepada masa depan
daripada masa kini dan masa lalu. Sebabnya ialah karena minat
pembaca terutama terletak pada masa depan. Pada umunya yang kita
harapkan dari berita, disamping merupakan informasi mengenai
kejadian kini, juga ramalan yang masuk akal mengenai masa depan.
8. Berita sebagai gambar (news as picture)
Gambar – gambar yang disajikan dalam halaman surat kabar julahnya
semakin banyak. Ilustrasi halaman surat kabar, selain sifatnya semata –
mata hiburan juga mengandung niali berita. Banyak kejadian yang
melaporkan dalam bentuk gambar yang seringkali lebih efektif
daripada kalau diterangkan dengan kata – kata.
Salah satu unsur penting dalam berita yang dimuat oleh media massa
adalah memiliki nilai berita (News Value). Terdapat 10 kriteria umum nilai berita,
yaitu (Sumadiria,2005:80):
1. Keluarbiasaan
Berita adalah sesuatu yang luar biasa. Dalam pandangan jurnalistik,
berita bukanlah suatu perisiwa biasa. Kalangan praktisi
PENCOBLOSAN ULANG PILWALI SURABAYA
(STUDI DESKRIPTIF KUANTITATIF SIKAP MASYARAKAT SURABAYA
TERHADAP PEMBERITAAN PENCOBLOSAN ULANG PEMILIHAN
WALIKOTA SURABAYA DI JAWA POS)
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pada
Program Studi Ilmu Komunikasi FISIP UPN “Veteran” Jatim.
SKRIPSI
OLEH :
MAULIA OKVIANTI
NPM. 0743010107
YAYASAN PENDIDIKAN KESEJAHTERAAN DAN PERUMAHAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI
SURABAYA
2010
Judul Penelitian
: SIKAP MASYARAKAT SURABAYA TERHADAP
PEMBERITAAN PENCOBLOSAN ULANG PILWALI
SURABAYA (STUDI DESKRIPTIF KUANTITATIF
SIKAP MASYARAKAT SURABAYA TERHADAP
PEMBERITAAN
PENCOBLOSAN
ULANG
PEMILIHAN WALIKOTA SURABAYA DI JAWA
POS).
Nama Mahasiswa
: Maulia Okvianti
NPM
: 0743010107
Program Studi
: Ilmu Komunikasi
Fakultas
: Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Menyetujui,
Pembimbing Utama:
Tim Penguji :
1. Ketua
Drs. Syaifuddin Zuhri, M.Si
NPT. 3 7006 94 00351
Juwito, S.Sos, M.Si
NPT. 3 6704 95 00361
2. Sekertaris
Drs. Syaifuddin Zuhri, M.Si
NPT. 3 7006 94 00351
3. Anggota
Dra Diana Amelia, M.Si
NPT. 19630907 199103 2001
Mengetahui,
DEKAN
Dra. Ec. Hj Suparwati, M.Si
NIP. 030 203 679
SIKAP MASYARAKAT SURABAYA TERHADAP PEMBERITAAN
PENCOBLOSAN ULANG PILWALI SURABAYA
(STUDI DESKRIPTIF KUANTITATIF SIKAP MASYARAKAT
SURABAYA TERHADAP PEMBERITAAN PENCOBLOSAN ULANG
PEMILIHAN WALIKOTA SURABAYA DI JAWA POS)
Oleh:
MAULIA OKVIANTI
NPM: 0743010107
Telah dipertahankan dihadapan dan diterima oleh Tim Penguji Skripsi
Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Pembangunan Nasional ”Veteran” Jawa Timur Pada tanggal 12
November 2010
Pembimbing Utama:
Tim Penguji :
1. Ketua
Drs. Syaifuddin Zuhri, M.Si
NPT. 3 7006 94 00351
Juwito, S.Sos, M.Si
NPT. 3 6704 95 00361
2. Sekertaris
Drs. Syaifuddin Zuhri, M.Si
NPT. 3 7006 94 00351
3. Anggota
Dra Diana Amelia, M.Si
NPT. 19630907 199103 2001
Mengetahui,
DEKAN
Dra. Ec. Hj Suparwati, M.Si
NIP. 030 203 679
SIKAP MASYARAKAT SURABAYA TERHADAP PEMBERITAAN PENCOBLOSAN
ULANG PILWALI SURABAYA
(STUDI DESKRIPTIF KUANTITATIF SIKAP MASYARAKAT SURABAYA
TERHADAP PEMBERITAAN PENCOBLOSAN ULANG PEMILIHAN WALIKOTA
SURABAYA DI JAWA POS)
Disusun Oleh:
MAULIA OKVIANTI
NPM: 0743010107
Telah disetujui untuk mengikuti Ujian Skripsi
Menyetujui,
Dosen Pembimbing :
Drs. Syaifuddin Zuhri, M.Si
NPT. 3 7006 94 00351
Mengetahui,
DEKAN
Dra. Ec. Hj Suparwati, M.Si
NIP. 030 203 679
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur atas kehadirat Allah SWT, penulis panjatkan karena dengan
limpahan rahmat, karunia serta hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
penyusunan skripsi yang berjudul “SIKAP MASYARAKAT SURABAYA
TERHADAP
PEMBERITAAN
PENCOBLOSAN
ULANG
PILWALI
SURABAYA (Studi Deskriptif Sikap Masyarakat Surabaya Terhadap
Pemberitaan Pencoblosan Ulang Pilwali Surabaya di Jawa Pos)”. Dalam proses
penyelesaian Skripsi ini, penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada Bapak
Saifuddin Zuhri, selaku dosen pembimbing penulis atas segala bantuan dan masukan
terkait penyusunan Skripsi ini mulai dari awal hingga terselesainya skripsi ini.
Tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1.
Allah SWT atas segala rahmat dan hidayahnya yang diberikan kepada penulis
dan keluarga.
2.
Rasulullah Muhammad SAW untuk inspirasi serta tuntunan yang senantiasa
mengilhami penulis dalam rangka “perjuangan” memaknai hidup.
3.
Prof. DR. Ir. Teguh Soedarto, MP, selaku Rektor UPN “Veteran” Jatim.
4.
Dra. Ec. Hj. Suparwati, M.Si, sebagai Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik (FISIP) UPN “Veteran” Jatim.
5.
Juwito, S.Sos, M.Si, sebagai Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi FISIP
UPN “Veteran” Jatim.
6.
Drs. Syaifuddin Zuhri, M.Si sebagai Sekretaris Program Studi Ilmu
Komunikasi FISIP UPN “Veteran” Jatim.
iv
7.
Seluruh Dosen Program Studi Ilmu Komunikasi maupun Staf Karyawan FISIP
hingga UPN “Veteran” Jatim pada umumnya.
8.
Terima kasih yang tak terkira untuk bapak dan ibu atas doa dan restunya.
9.
Teman – teman terbaikku, Resky, Inne, Namira dan Dwi untuk saran dan
masukannya. Terima kasih sudah membantu penulis dalam mencari responden.
Juga untuk partner penulis, Edy Kurniawan atas semangat, doa, inspirasi dan
dukungannya.
10.
Seluruh pihak yang tak dapat penulis sebutkan atas keterbatasan halaman ini,
untuk segala bentuk bantuan yang diberikan, penulis ucapkan terima kasih.
Akhir kata, penulis menyadari bahwa laporan ini jauh dari kesempurnaan. Oleh
sebab itu, kritik maupun saran selalu penulis harapkan demi tercapainya hal terbaik
dari proposal skripsi ini. Besar harapan penulis, semoga laporan ini dapat
memberikan manfaat sekaligus menambah pengetahuan bagi berbagai pihak. Amin.
Surabaya, Oktober 2010
Penulis
v
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ......................................................................................
i
HALAMAN PERSETUJUAN UJIAN SKRIPSI ............................................
ii
KATA PENGANTAR ....................................................................................
iv
DAFTAR ISI ...................................................................................................
vi
DAFTAR TABEL ...........................................................................................
ix
DAFTAR GAMBAR .....................................................................................
xi
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................
xii
ABSTRAKSI ..................................................................................................
xiii
BAB I
BAB II
PENDAHULUAN ........................................................................
1
1.1.
Latar Belakang ..................................................................
1
1.2.
Perumusan Masalah ..........................................................
10
1.3.
Tujuan Penelitian ..............................................................
10
1.4.
Manfaat Penelitian ...........................................................
11
LANDASAN TEORI ...................................................................
12
2.1. Landasan Teori........................................................................
12
2.1.1. Media Massa ..............................................................
12
2.1.2. Media dan Konstruksi realitas ....................................
13
2.1.3. Surat Kabar Sebagai media Komunikasi massa .........
15
2.1.4. Pengertian Pers ...........................................................
19
2.1.5. Fungsi Pers .................................................................
vi
20
BAB III
2.1.6. Berita ..........................................................................
22
2.1.7. Sikap............................................................................
28
2.1.8. Masyarakat Sebagai Khalayak Media ........................
31
2.1.9. Pemilihan Walikota (Pilwali) .....................................
33
2.1.10. Pencoblosan Ulang Pemilihan Walikota (Pilwali)....
34
2.1.11. Teori S-O-R ..............................................................
36
2.2. Kerangka Berfikir ................................................................
39
METODE PENELITIAN ...........................................................
43
3.1.
Definisi Operasional Variabel............................................
43
3.1.1. Sikap dan Pengukuran Variabel ..............................
44
3.1.2. Masyarakat sebagai Khalayak Media Massa ..........
53
3.1.3. Pemberitaan pencoblosan Ulang ..............................
53
3.1.4. Pemilihan Walikota .................................................
56
Populasi, Sampel dan Teknik Penarikan Sampel ..............
57
3.2.1. Populasi ...................................................................
57
3.2.2. Sampel dan Teknik Penarikan Sampel.....................
58
3.3 .
Teknik Pengumpulan Data.................................................
60
3.4.
Metode Analisis Data.........................................................
60
HASIL DAN PEMBAHASAN .....................................................
62
4.1.
Gambaran Umum Jawa Pos ..............................................
62
4.2.
Penyajian Data dan Analisa ..............................................
vii
65
3.2.
BAB IV
4.2.1. Identitas Responden .................................................
66
4.2.2. Frekuensi dan Durasi membaca ...............................
68
4.2.3. Sikap Masyarakat Surabaya Terhadap Pemberitaan
Pencoblosan Ulang Pilwali Surabaya ......................
71
4.2.3.1 Aspek Kognitif ...........................................
71
4.2.3.2 Aspek Afektif .............................................
83
4.2.3.3 Aspek Konatif .............................................
92
4.2.4 Sikap Masyarakat Keseluruhan ..............................
98
KESIMPULAN DAN SARAN .....................................................
101
5.1
Kesimpulan .......................................................................
101
5.2
Saran ..................................................................................
102
DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................
103
LAMPIRAN
105
BAB V
............................................................................................
viii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1
Jumlah Sampel di 5 kecamatan dan 2 kelurahan ………...……….. 52
Tabel 4.1
Jenis Kelamin responden ……………………………….………… 66
Tabel 4.2
Usia responden ………………………………………….………… 67
Tabel 4.3
Pekerjaan Responden ………………………..…………….……… 68
Tabel 4.4
Frekuensi Membaca Pemberitaan Pencoblosan Ulang ……………. 69
Tabel 4.5
Durasi Responden Dalam Membaca Pemberitaan Pencoblosan
Ulang ………………………………………………………………. 70
Tabel 4.6
Aspek Kognitif Responden Mengetahui Tentang Pencoblosan
Ulang Pilwali Surabaya …………………………………………… 72
Tabel 4.7
Aspek Kognitif Responden Mengetahui Kapan Pencoblosan
Ulang Dilaksanakan……………………………………………….. 74
Tabel 4.8
Aspek Kognitif Responden Mengetahui Didaerah Mana
Diselenggarakan Pencoblosan Ulang ……………………………… 75
Tabel 4.9
Aspek Kognitif Responden Mengetahui Kontroversi Pelaksanaan
Pencoblosan Ulang ………………………………………………… 76
Tabel 4.10
Aspek Kognitif Responden Mengetahui Kecurangan –
kecurangan Yang Terjadi Selama Pilwali …………………….…… 78
Tabel 4.11
Aspek Kognitif Responden Mengetahui Dampak Dari
Diadakannya Pencoblosan Ulang ……………….………………… 80
Tabel 4.12
Aspek Kognitif Responden ……………...………………………… 82
Tabel 4.13
Aspek Afektif Responden Merasa kecewa dengan
diselenggarakan pencoblosan ulang ..……………………………… 83
Tabel 4.14
Aspek Afektif Responden merasa sayang dengan banyaknya
dana APBD yang digunakan untuk pencoblosan ulang …………… 85
Tabel 4.15
Aspek Afektif responden merasa bersimpati terhadap salah satu
pasangan calon walikota / wakil walikota ………………………… 86
ix
x
Tabel 4.16
Aspek Afektif Responden merasa tertarik untuk mengikuti
perkembangan berita mengenai pencoblosan ulang …….………… 88
Tabel 4.17
Aspek Afektif Responden merasa yakin bahwa kecurangan –
kecurangan telah terbukti ………………………………………..… 89
Tabel 4.18
Aspek Afektif Responden …………………………………….…… 91
Tabel 4.19
Aspek Konatif Responden Mendukung putusan MK untuk
diselenggarakan pencoblosan ulang ……………………………..… 92
Tabel 4.20
Aspek Konatif Responden melakukan pencobosan ulang ………… 93
Tabel 4.21
Aspek Konatif Responden mengalihkan dukungan kepada
pasangan calon walikota / wakil walikota ………………………… 94
Tabel 4.22
Aspek Konatif Responden mencari informasi apakah calon
pilihannya adalah orang yang tepat untuk memimpin Surabaya ..… 96
Tabel 4.23
Aspek Konatif Responden ………………………………………… 97
Tabel 4.24
Sikap Masyarakat Keseluruhan …………………………………… 99
xx
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1
Model Teori S-O-R ………………………………………………... 37
Gambar 2.2
Kerangka Berpikir ……………………………………………….… 40
xi
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN :
Lampiran 1 : Kuesioner
Lampiran 2 : Hasil Jawaban Responden ...................................................................... 105
Lampiran 3 : Jawa Pos edisi 9 Juni 2010 ..................................................................... 117
Lampiran 4 : Jawa Pos edisi 2 Juli 2010 ...................................................................... 119
Lampiran 5 : Jawa Pos edisi 3 Juli 2010 ...................................................................... 120
Lampiran 6 : Jawa Pos edisi 7 Juli 2010 ...................................................................... 121
Lampiran 7 : Jawa Pos edisi 23 Juli 2010 .................................................................... 122
Lampiran 8 : Jawa Pos edisi 27 Juli 2010 .................................................................... 124
Lampiran 9 : Jawa Pos edisi 31 Juli 2010 .................................................................... 125
Lampiran 10 : Jawa Pos edisi 31 Juli 2010 ................................................................. 127
Lampiran 11 : Jawa Pos edisi 1 Agustus 2010 ............................................................. 128
Lampiran 12 : Surat Ijin Penelitian .............................................................................. 130
xii
ABSTRAKSI
SIKAP MASYARAKAT SURABAYA TERHADAP PEMBERITAAN
PENCOBLOSAN ULANG PILWALI SURABAYA (Studi deskriptif kuantitatif
Sikap Masyarakat Surabaya Terhadap Pemberitaan Pencoblosan Ulang Pemilihan
walikota Surabaya di Jawa Pos).
Alasan memilih penelitian ini adalah pemilihan walikota periode 2010 –
2015 berdampak besar terhadap masyarakat Surabaya. Apalagi dalam pilwali kali
ini, banyak pihak yang berseteru mulai dari KPU, anggota DPRD, asisten sekkota
dan mendagri. Permasalahan ini menyita perhatian khalayak dan menjadi topik
hangat di media massa. Jawa Pos memuat pemberitaan mengenai pilwali dalam
porsi pemberitaan yang besar dan disertai dengan interakstif pilwali yang dapat
mempengaruhi sikap mastarakat dalam menanggapi pemberitaan ini.
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui
sikap masyarakat Suarabaya terhadap pemberitaan pencoblosan ulang Pilwali
Surabaya di Jawa Pos, baik sikap kognitif, afektif dan konatif.
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan
menggunakan instrumen penelitian berupa kuesioner dengan purposive sampling,
yakni sampel yang telah ditentukan karakteristiknya oleh peneliti sesuai dengan
tujuan dan permasalahan penelitian. Jumlah responden dalam penelitian ini
sebanyak 100 orang.
Hasil dalam penelitian ini secara keseluruhan adalah sikap responden pada
kategori positif sebesar 46 persen, netral 41 persen dan negatif 13 persen. Sikap
pada kategori positif menunjukkan bahwa meski sebagian besar responden
kecewa, mereka tetap mendukung diselenggarakan pencoblosan ulang. Mereka
membuktikannya dengan menggunakan hak pilih pada saat pencoblosan ulang.
Kata kunci : Sikap, Masyarakat Surabaya, Pencoblosan Ulang, Pilwali Surabaya
xiii
ABSTRACTION
Attitude Surabaya’s society toward report repeatedly electrion of Surabaya’s Vote
Mayor (Study description quantitative attitude Surabaya’s society toward report
repeatedly electrion of Surabaya’s Vote Mayor in Jawa Pos )
The reason searcher to choose this research is Surabaya’s vote mayor
period 2010 – 2015 have the big impact to Surabaya’s society. In this vote, there
are many institustions to be enemy. Such as DPRD Surabaya, KPU, Sekkota and
many more. This problem got big attention from audience and to be hot issue in
mass media. Jawa Pos presented report about Surabaya’s vote mayor with big
portion with special column “Interaktif Pilwali”, in which can influence their
attitude after read this report.
The goal want to reach of this research is to know how the attitude
Surabaya’s society toward report repeatedly election of Surabaya’s vote mayor,
kind of cognitive, affective and conative attitude.
Method that used in this research is used questionnare as research’s
instrument with purposive sampling, namely that the sample after was specified
characteristic by searcher concordant with goal and problems. The number of
respondent in this research are 100 people.
Result in this research entirely are for respondent’s attitude in positive
amount 46 percent, netral 41 percent and negative 13 percent. Attitude in positive
category means that although some respondent disappointed, they still give
support to take care of vote repeatedly. They was evidenced with use right vote at
vote repeteadly.
Key word: Attitude, Surabaya’s society, election repeteadly, Surabaya’s vote
mayor.
xiv
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Masalah
Masyarakat
membutuhkan
informasi
untuk
memenuhi
kebutuhan
hidupnya yang beragam. Masyarakat cenderung kritis dalam menerima informasi.
Informasi yang dibutuhkan terus meningkat, masing – masing orang mempuyai
proporsi yang berbeda – beda akan informasi sesuai dengan kebutuhan mereka.
Sehingga informasi memiliki peranan penting dalam pemenuhan kehidupan
masyarakat yang selalu berkembang cepat. Dalam proses penyampaian informasi
tidak lepas dari proses komunikasi. Dalam proses komunikasi membutuhkan
sarana atau media yang dibutuhkan untuk menyampaikan informasi. Jika
pemilihan medianya tepat maka diharapkan informasi yang disampaikan dapat
diterima dengan baik oleh masyarakat. Pesan – pesan dan efek dari informasi
tersebut dapat tercapai sesuai dengan yang diharapkan. Proses komunikasi bersifat
persuasif, yang bertujuan untuk menimbulkan adanya kesadaran, kerelaan disertai
dengan perasaan segan seseorang untuk mengubah. Selain bersifat persuasif,
proses komunikasi juga bersifat informatif, untuk memberikan informasi atas
permasalahan – permasalahan yang sedang terjadi untuk diketahui khalayak.
Salah satu alat komunikasi yang bersifat informatif adalah media massa.
Media massa adalah salah satu sarana untuk memenuhi kebutuhan
informasi. Media massa dalam kajian komunikasi massa sering dipahami sebagai
2
perangkat – perangkat yang diorganisir untuk berkomunikasi secara terbuka dan
pada situasi yang berjarak kepada khalayak luas dalam waktu yang singkat ( Mc
Quail,2002:17). Media massa adalah media yang mampu menjangkau
komunikannya secara luas, dalam jumlah besar dengan waktu yang bersamaan.
Hal tersebut berkaitan dengan dengan kekuasaan media massa yang mampu
menyebarkan pesan secara luas dan mencakup kawasan yang tidak bisa dijangkau
oleh komunikatornya. Menurut Jay Black dan Frederick C. Whitney (1988),
media massa memiliki fungsi antara lain : to inform (menginformasikan), to
persuade (membujuk), to entertain (memberi hiburan) dan transmission of the
culture (transmisi budaya).
Media massa menyajikan informasi atau berita dari berbagai peristiwa dan
kejadian yang sedang berkembang di masyarakat. Berita yang dihadirkan telah
melalui proses seleksi dan harus mengandung nilai berita. Melalui berita – berita
dari media massa, masyarakat mendapatkan informasi tentang suatu peristiwa
diluar lingkungannya. Pemberitaan di media massa dapat mempengaruhi sikap
masyarakat dalam merespon suatu peristiwa.
Secara umum , media massa terdiri dari media elektronik dan media cetak.
Media elektronik terdiri dari tv , radio dan film. Media elektronik memiliki
kelebihan dalam hal kecepatan penyampaian informasi. Sedangkan media cetak
adalah suatu media yang statis dengan mengutamakan pesan – pesan visual.
Media cetak lebih detail, terperinci dan bisa didokumentasikan.
3
Media cetak sebagai bagian dari media massa merupakan salah satu
sumber utama pembaca untuk mendapatkan informasi. Bentuk media cetak itu
sendiri bermacam – macam diantaranya adalah surat kabar. Surat kabar
didefinisikan sebagai penerbitan yang berisi lembaran dan berisi berita – berita,
karangan – karangan, iklan yang dicetak, serta terbit secara periodik dan dijual
untuk umum. (Assegaf,1991:141).
Surat kabar sebagai bagian dari media massa dapat menjadi instrumen
untuk mempengaruhi kesadaran masyarakat. Sesuatu yang sebenarnya tidak
berarti, dapat menjadi berita melalui penciptaan berbagai cerita dan data – data
yang disajikan oleh media massa, sekalipun data – data tersebut telah tercampur
dengan opini wartawan.
Media massa menawarkan beragam informasi untuk masyarakat. Melalui
media massa, masyarakat dapat mengetahui berita – berita terbaru yang sedang
berkembang hangat. Salah satu berita yang tengah menjadi topik di media massa
adalah berita mengenai sengketa pemilihan walikota (pilwali) Surabaya.
Kasus sengketa pilwali Surabaya ini yang mengharuskan diadakan
pencoblosan ulang bermula dari diselenggarakannya pemilihan walikota Surabaya
periode 2010 – 2015 pada 2 Juni 2010. Pilwali ini diikuti oleh 5 pasangan calon,
yaitu Sutadi – Mazlan (Dimas), Fandi utomo – Yulius Bustami (FuYu), Arif
afandi – Adies Kadir (CaCak), Tri Rismaharini – Bambang Dwi hartono (Ridho)
dan Fitradjaja Purnama – Naen Soeryono (Fitra-Naen).
4
Setelah melalui proses perhitungan dari 31 kecamatan, Komisi Pemilihan
Umum (KPU) merilis hasil perolehan suara pada pilwali kali ini. Urutan teratas
ditempati pasangan Tri Rismaharini dan Bambang Dwi Hartono dengan 358.187
suara (38,52%), disusul Arif Afandi – Adies Kadir dengan 327.516 (35,23%),
Fandi utomo – Yulius Bustami dengan 129.172 (13,89%), Sutadi – Mazlan
dengan 61.648 (6,63%) dan Fitradjaja Purnama – Naen Soeryono dengan 53.110
suara (5,71%) (Jawa Pos, 8 Juni 2010).
Berdasarkan hasil rekapitulasi tersebut, pada 8 Juni 2010 Komisi
Pemilihan Umum (KPU) menetapkan pasangan no.4 Tri Rismaharini dan
Bambang Dwi Hartono (Ridho) sebagai walikota dan wakil walikota terpilih.
Penetapan tersebut berdasarkan keputusan pleno KPU yang mengacu pada
beberapa peraturan, antara lain pasal 107 UU 32/2004 tentang pemerintahan
daerah dan pasal 47 peraturan KPU. Juga berita acara penetapan bertanggal 7 Juni
2010 serta sertifikat rekapitulasi dan rincian perolehan suara di KPU pada 7 Juni
2010 (Jawa Pos, 9 Juni 2010).
Namun pihak pasangan Arif Afandi dan Adies Kadir (CaCak) tidak puas
dengan hasil tersebut. Mereka meminta diadakan pemilu ulang karena menengarai
adanya berbagai kecurangan yang dilakukan pasangan Risma-Bambang, seperti
pembukaan kotak suara di kecamatan Sukomanunggal dan Pakal (Jawa Pos, 8
Juni 2010), konsumsi roti bermerek Risma untuk KPPS Tegalsari (Jawa Pos, 20
Juni 2010) dan adanya pertemuan untuk menggalang dukungan dengan para
camat dan lurah di Rumah Makan Mutiara (Jawa Pos,23 Juni 2010).
5
Tim CaCak melayangkan gugatannya mengenai kecurangan – kecurangan
tersebut ke Mahkamah Konstitusi (MK) untuk ditindak lanjuti. Setelah diproses
hampir 2 minggu, pada 30 Juni 2010 Mahkamah Konstitusi (MK) mengeluarkan
putusan bahwa akan diadakan coblos ulang di 5 kecamatan dan 2 kelurahan yang
meliputi kecamatan Bulak (25.414), Semampir (140.344), Krembangan (88.553),
Rungkut (70.525), Sukolilo (76.564), Kelurahan Wiyung (12.094) dan Putat Jaya
(34.723). Serta perhitungan ulang di 26 kecamatan lainnya pada 1 Agustus 2010
(Jawa pos, 2 Juli 2010).
Keputusan tersebut ditentang oleh para anggota DPRD Surabaya.
Sebagian anggota dan ketua DPRD Surabaya menolak pencoblosan ulang
diselenggarakan pada 1 agustus 2010. Mereka beranggapan bahwa KPU belum
siap, tidak ada koordinasi dengan PPK dan pengajuan anggaran untuk
pencoblosan ulang yang belum disetujui dewan. Padahal berdasarkan SK
Mendagri menyatakan bahwa anggaran untuk pencoblosan ulang ini berasal dari
APBD 2010 dengan kategori perihal khusus yang tidak membutuhkan persetujuan
dewan. Apalagi anggaran tersebut diambilkan dari anggaran pilwali yang
dialokasikan Rp 65 M. Pada pemilihan 2 Juni 2010 lalu hanya menghabiskan Rp
35 M. Sedangkan anggaran yang dibutuhkan untuk pencoblosan dan hitung ulang
adalah Rp 9,7 M. Jadi anggaran Rp 65 M masih cukup.
6
Meski terjadi konflik dalam penentuan tanggal, pihak KPU tetap akan
melaksanakan pencoblosan ulang pada 1 Agusutus 2010. Keputusan ini didukung
oleh wakil ketua DPRD Surabaya, asisten II sekkota, kepolisian dan mendagri.
Terhitung
2 minggu sebelum pencoblosan, KPU telah mempersiapkan
pencoblosan ulang, mulai dari memberikan pengarahan dan sosialisasi kepada
seluruh PPK di Hotel Equator pada 21 Juli 2010, persiapan logistik sudah matang,
kotak suara telah dikirimkan di 5 kecamatan dan 2 kelurahan, surat suara yang
segera didistribusikan dan anggaran yang disetujui oleh Kemendagri (Jawa Pos,
23 Juli 2010).
Penyelenggaraan pencoblolsan ulang tersebut menuai reaksi dari
masyarakat, terutama masyarakat dan anggota pps (panitia pemungutan suara)
yang wilayahnya terkena pencoblosan ulang. Mereka kecewa dan merasa difitnah
karena dituding berbuat curang pada coblosan 2 Juni lalu. Padahal mereka sudah
bekerja sesuai dengan instruksi dari KPU. Banyak warga yang apatis melihat
ketidakadilan tersebut. Dikhawatirkan dengan adanya pencoblosan ulang ini
angka golput rawan naik akibat minimnya partisipasi masyarakat.
Melihat fenomena tersebut, Jawa Pos berupaya menampung berbagai
reaksi dari masyarakat berkaitan dengan keputusan MK tersebut melalui kolom
interaktif pilwali. Reaksi dari masyarakat ada yang pro, mendukung keputusan
MK untuk dijalankan dengan sebaik – baiknya dalam rangka pembelajaran
demokrasi dan pembuktian tuduhan kecurangan – kecurangan. Maupun yang
kontra, menganggap MK tidak adil dalam mengeluarkan keputusan, putusan
7
dianggap memihak salah satu pasangan tertentu, menghujat dan memberi
dukungan pada pasangan – pasangan yang sedang bersengketa.
Pemberitaan di media dapat mempengaruhi sikap publik dan pembentukan
sikap masyarakat. Sikap adalah suatu kecenderungan bertindak, berpikir,
berpersepsi dan merasa dalam menghadapi objek, ide, situasi ataupun nilai. Sikap
disini bukan perilaku, tapi lebih merupakan kecenderungan untuk berperilaku
dengan cara tertentu terhadap objek sikap. Dapat dipahami bahwa manusia
dilingkupi dengan masalah yang mengharuskan untuk memiliki sikap. (Sobur,
2003:361)
Sikap dikatakan sebagai respon yang akan timbul bila individu dihadapkan
pada stimulus yang menghendaki timbulnya reaksi individu. Respon yang timbul
terjadi sangat evaluatif berarti bentuk respon yang dinyatakan sebagai sikap itu
didasari oleh proses evaluasi dalam diri individu yang memberikan kesimpulan
nilai terhadap stimulus dalam baik atau buruk, positif atau negatif, menyenangkan
atau tidak menyenangkan, suka atau tidak suka, yang kemudian mengkristal
sebagai potensi reaksi terhadap objek sikap (Azwar,2008:15).
Sikap memiliki tiga komponen yaitu komponen kognitif, afektif dan
konatif. Komponen kognitif adalah representasi apa yang dipercaya oleh individu
pemilik sikap. Komponen afektif merupakan perasaan yang menyangkut aspek
emosional. Sedangkan komponen konatif merupakan aspek kecenderungan
berperilaku tertentu sesuai dengan sikap yang dimiliki oleh seseorang
(Sobur,2003:360).
8
Komponen sikap dalam penelitian ini adalah bagaimana komponen
kognitif, afektif dan konatif masyarakat Surabaya terhadap pencoblosan ulang
pasca pemberitaan di Jawa pos. Dalam komponen kognitif, seberapa banyak
pengetahuan masyarakat terhadap pemberitaan “pencoblosan ulang”. Komponen
afektif terfokus pada bagaimana keadaan emosional masyarakat setelah membaca,
mengetahui dan memahami pemberitaan tersebut. Apakah mereka marah, kecewa,
simpati, optimis atau pesimis terhadap objek pemberitaan. Komponen konatif
merupakan kecenderungan untuk berpola perilaku tertentu. Mereka mulai
memunculkan respon/reaksi akibat terpaan pemberitaan. Dalam komponen ini,
masyarakat mulai menentukan sikap, apakah mereka menerima (setuju) atau
menolak.
Peneliti tertarik mengambil penelitian mengenai Sikap Masyarakat
Surabaya
Terhadap
Pemberitaan
Pencoblosan
Ulang
Pilwali
Surabaya
dikarenakan proses pemilihan walikota (pilwali) periode 2010 – 2015 berlangsung
panjang dan menyita perhatian khalayak. Hal ini disebabkan salah satu pasangan
calon (Cacak) tidak terima dengan hasil pilwali dan melayangkan gugatan ke
Mahkamah
konstitusi
(MK)
dengan
tuduhan
terjadi
kecurangan
yang
mengakibatkan diselenggarakan pencoblosan ulang. Kasus pilwali ini menjadi
topik hangat di berbagai media. Pemberitaan tentang pencoblosan ulang pemilihan
walikota (pilwali) Surabaya ini mendapat porsi pemberitaan yang cukup besar di
Jawa Pos, yaitu di halaman depan rubrik Metropolis dan ditambah dengan adanya
kolom interaktif pilwali. Dalam kolom interaktif pilwali, opini dari masyarakat
beragam. Ada yang mendukung untuk diselenggarakan pencoblosan ulang dan
9
tidak sedikit yang menolak dan menghujat bahwa salah satu pasangan calon tidak
siap kalah. Apalagi pemberitaan ini dihadirkan secara terus – menerus setiap
harinya. Pemberitaan seperti itu di surat kabar, terutama Jawa Pos sebagai media
nasional dapat mempengaruhi sikap publik dan pembentukan sikap masyarakat.
Oleh karena itu, objek sikap pada penelitian ini yang ingin diteliti adalah
bagaimana Sikap Masyarakat Surabaya Terhadap Pemberitaan Pencoblosan Ulang
Pilwali Surabaya di Jawa Pos. Peneliti ingin mengetahui bagaimana sikap atau
reaksi, baik sikap kognitif, afektif dan konatif dari masyarakat Surabaya dalam
menanggapi pemberitaan tentang sengketa pilwali Surabaya yang mengharuskan
diadakannya coblosan ulang di 5 kecamatan dan 2 kelurahan serta perhitungan
ulang di 26 kecamatan lainnya. Apakah sikap masyarakat Surabaya positif, negatif
atau netral. Sengketa pemilihan walikota ini terjadi di Surabaya. Oleh karena itu
peneliti menggunakan masyarakat Surabaya yang tinggal di wilayah kecamatan
Rungkut, Bulak, Semampir, Semolowaru, Krembangan, Kelurahan Wiyung dan
Putat Jaya, yang memiliki hak pilih dan telah terdaftar sebagai dpt (daftar pemilih
tetap) sebagai objek penelitian.
Peneliti menggunakan Jawa Pos sebagai pilihan media dalam penelitian
ini. Hal ini disebabkan Pemberitaan mengenai perkembangan pencoblosan ulang
pilwali Surabaya tersebut ditulis secara lengkap dan kontinu setiap harinya di
Jawa Pos. Mulai dari pencoblosan pada 2 Juni, rekapitulasi hasil, penetapan
pemenang pilwali oleh KPU, Cacak melayangkan gugatan ke MK, keluarnya
putusan MK yang mengharuskan coblosan ulang di 5 kecamatan dan 2 kelurahan,
kontroversi putusan MK dilihat dari sudut pandang kedua belah pihak (pihak
10
CaCak dan Ridho), Reaksi dari masyarakat dan adanya kolom interaktif pilwali
untuk menampung opini masyarakat terkait dengan keputusan MK tersebut.
Selain itu, Jawa Pos adalah koran dengan oplah terbesar di Surabaya. Berdasarkan
survei AC Nielsen tahun lalu menunjukkan pembaca Jawa Pos di Surabaya
berjumlah 1,4 juta orang dan pembaca Kompas di Surabaya ada 56 ribu orang
(www.temponline.com).
1.2
Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, penulis dapat merumuskan
permasalahan penelitian sebagai berikut :
“Bagaimana
Sikap
Masyarakat
Surabaya
Terhadap
Pemberitaan
Pencoblosan Ulang Pilwali Surabaya di Jawa Pos”.
1.3
Tujuan Penelitian
Berdasarkan pada latar belakang masalah dan perumusan masalah pada
penelitian ini, maka tujuan penelitian yang ingin dicapai dalam penelitian
ini adalah untuk mengetahui Sikap Masyarakat Surabaya Terhadap
Pemberitaan Pencoblosan Ulang Pilwali Surabaya di Jawa Pos, baik sikap
kognitif, afektif maupun konatif.
11
1.4
Manfaat Penelitian
Manfaat yang akan didapatkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Secara Teoritis
Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan atau
landasan pemikiran bagi pengembangan, penerapan teori – teori
penelitian di bidang ilmu komunikasi dengan keadaan nyata di lapangan
berkaitan dengan kajian masalah sikap masyarakat.
b. Secara Praktis
Dapat menjadi sumber informasi dan bisa menambah pengetahuan
untuk lebih memahami isi berita / informasi yang terkandung dalam
pemberitaan surat kabar. Juga untuk memberikan gambaran kepada
khalayak tentang bagaimana sikap masyarakat Surabaya terkait dengan
pemberitaan pencoblosan ulang pilwali Surabaya di Jawa Pos.
12
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1
Landasan Teori
2.1.1
Media Massa
Media massa adalah sarana untuk menyampaikan isi pesan atau informasi
yang bersifat umum, kepada sejumlah orang yang jumlahnya relatif besar,
perhatiannya terpusat pada isi pesan yang sama, yaitu pesan dari media massa dan
tidak dapat memberikan arus balik secara langsung pada saat itu juga (umpan
balik tertunda). Media massa harus diterbitkan atau disiarkan secara periodik, isi
pesan harus bersifat umum menyangkut semua permasalahannya, mengutamakan
aktualitas dan disajikan secara berkesinambungan. Media massa terbagi dalam
media cetak (surat kabar, majalah, buku, pamphlet, brosur), media elektronik
(radio, televisi dan film) dan media online yang kita kenal dengan internet
(Wahyudi,1996:35).
Fungsi media massa bagi seseorang adalah memenuhi berbagai kebutuhan
individual (Mc.Quail,1991:72), yang meliputi :
1. Informasi, seseorang menggunakan media massa untuk memenuhi
keingintahuan tentang sesuatu kejadian tertentu atau menambah
pengetahuan
tentang
kepentingannya.
hal
–
hal
yang
berhubungan
dengan
13
2. Hiburan, seseorang menggunakan media massa untuk memperoleh
hiburan atau melepaskan diri dari ketegangan dan kejenuhan
3. Integrasi dan Interaksi Sosial, seseorang menggunakan media massa
untuk menjalin hubungan sosial dengan orang lain (sebagai bahan
pembicaraan/conversational currency) atau menjalin kedekatan dengan
tokoh – tokoh dalam media massa.
4. Identitas Pribadi, seseorang menggunakan media massa untuk
menemukan penunjang nilai – nilai pribadi dan mengidentifikasikan
diri dengan nilai – nilai lain (dalam media).
2.1.2 Media dan Konstruksi realitas
Dalam pandangan konstruksionis, media dilihat bukanlah sekedar saluran
yang bebas. Media juga subyek yang menkonstruksikan realitas, lengkap dengan
pandangan, bias dan permihakannya. Media bukan hanya memilih peristiwa dan
menentukan sumber berita, melainkan juga berperan dalam mendefinisikan aktor
dan peristiwa. Lewat bahasa dan pemberitaan, media dapat membingkai dengan
bingkai tertentu yang pada akhirnya menentukan bagaimana khalayak harus
melihat dan memahami perisrtiwa dalam kacamata tertentu (Eriyanto,2000:24).
Isi media merupakan hasil para pekerja dalam mengkonstruksi berbagai
realitas yang dipilihnya untuk dijadikan sebagai sebuah berita, diantaranya realitas
politik. Berdasarkan sifat dan faktanya bahwa pekerja media massa menceritakan
peristiwa – peristiwa, maka dapat dikatakan bahwa seluruh isi media adalah
14
realitas yang dikonstruksi (Constructed Reality). Pembuatan berita dimedia pada
dasarnya tak lebih dari penyusunan realitas – realitas hingga membentuk sebuah
cerita (Sobur,2001:83).
Isi media pada hakikatnya adalah hasil konstruksi realitas dengan
menggunakan media sebagai perangkatnya. Sedangkan bahasa bukan hanya
sebagai alat realitas, namun juga menentukan relief seperti apa yang diciptakan
oleh bahasa tentang realitas. Akibatnya media massa memiliki peluang yang
sangat besar untuk mempengaruhi gambar yang dihasilkan dari realitas yang
dikonstruksikannya (Sobur,2001:88).
Setiap upaya “menceritakan” sebuah peristiwa, keadaan, benda atau
apapun. Pada hakikatnya adalah usaha mengkonstruksikan realitas. Begitu pula
dengan profesi wartawan. Pekerjaan utama wartawan adalah mengisahkan hasil
reportasenya kepada khalayak. Dengan demikian, mereka selalu terlibat dengan
usaha – usaha mengkonstruksikan realitas, yakni menyusun fakta yang
dikumpulkannya kedalam suatu bentuk laporan jurnalistik berupa berita (News),
karangan khas (Feature) atau gabungan keduanya (News Feature). Dengan
demikian berita pada dasarnya adalah realitas yang telah dikonstruksikan
(Constructed Reality) (Sobur,2001:88).
Pilihan kata dan cara penyajian suatu realitas turut menentukan bentuk
konstruksi realitas yang sekaligus menentukan makna yang muncul darinya.
Bahkan menurut Hamad, tidak hanya mampu mencerminkan realitas tetapi
sekaligus menciptakan realitas (Sobur,2001:90).
15
Dalam konstruksi realitas, bahasa dapat dikatakan sebagai unsur utama.
Bahasa merupakan instrumen pokok untuk menceritakan realitas. Sehingga dapat
dikatakan bahwa bahasa adalah alat konseptualisasi dan alat narasi media
(Sobur,2001:91).
2.1.3 Surat Kabar Sebagai Media Komunikasi Massa
Menurut Djagar Assegaf dalam bukunya ”Jurnalistik Masa Kini”
menyatakan bahwa surat kabar adalah penerbitan yang berupa lembaran yang
berisi berita – berita, karangan – karangan dan iklan, yang dicetak dan terbit
secara tetap atau periodic dan dijual untuk umum. ( Assegaf , 1991: 40 )
Surat kabar atau juga bisa disebut pers ( dalam arti sempit ) adalah salah
satu kekuatan sosial dan ekonomi yang cukup penting dalam masyarakat. Pers
memiliki fungsi utama yaitu menyiarkan informasi, mendidik, menghibur dan
mempengaruhi. (Effendi,1993:93).
Media cetak terdiri dari majalah, tabloid dan surat kabar. Media cetak
memiliki kelebihan yang tidak ada pada media massa elektronik, yaitu pesan
dapat diulang kembali pada kesempatan lain dan dapat didokumentasikan. Selain
itu informasi yang disampaikan media cetak lebih mendalam dan lebih kuat daya
persuasinya, karena media cetak disajikan dalam bentuk tulisan yang
membutuhkan kemampuan pembaca untuk memahami dan menalar permasalahan
dalam informasi yang disajikan
16
Ciri – ciri surat kabar, yaitu (Onong Sudjana,1993 : 91):
1. Publisitas
Bahwa surat kabar diperuntukkan untuk umum. Semua berita harus
menyangkut
kepentingan
umum.
Dengan
demikian
jika
ada
sekumpulan informasi yang disebarkan melalui lembaran – lembaran
seperti koran tetapi diperuntukkan khusus untuk kalangan tertentu.
Maka tidak bisa disebut surat kabar.
2. Universalitas
Menunjukan bahwa surat kabar harus memuat aneka berita mengenai
kejadian – kejadian diseluruh dunia tentang aspek kehidupan. Untuk
memenuhi ciri ini maka perusahaan penerbitan surat kabar idealnya
melengkapi diri dengan wartawan – wartawan khusus di bidang –
bidang tertentu ( ekonomi , politik , sosial budaya , dsb ) di dalam
maupun di luar negeri.
3. Aktualitas
Laporan tercepat merujuk pada kekinian atau terbaru dan masih
hangat. Fakta dan peristiwa penting atau menarik setiap hari berganti
serta perlu untuk dilaporkan kepada khalayak. ( Erdinaya , 2004:106 ).
Tanpa mengesampingkan pentingnya kebenaran berita tersebut.
17
4. Periodesitas
Merujuk pada keteraturan terbitnya. Bisa harian , mingguan , bulanan.
Sifat periodesitas sangat penting dimiliki surat kabar. Bagi penerbit
surat kabar , selama ada dana dan tenaga terampil , tidak susah untuk
menerbitkan surat kabar secara periodik.
Wilbrum Schram dalam bukunya ” The Process and Effect of Massa
Communication ” ( Rahmadi, 1990:19 ) mengidentifikasikan tiga fungsi surat
kabar adalah :
1. Memberikan informasi yang objektif kepada pembaca mengenai apa
yang terjadi di dalam lingkungannya, negaranya dan apa yang terjadi
di dunia
2. Mengulas berita – berita dalam tajuk rencana dan membawa
perkembangan menjadi focus dan sorotan.
3. Menyediakan jalan bagi orang – orang yang akan menjual barang dan
jasa pemasangan iklan.
Menurut Rahmadi ( 1990:20 ), fungsi surat kabar adalah :
1. Fungsi Informasi, surat kabar memberi informasi yang objektif kepada
pembaca mengenai apa yang terjadi di lingkungannya, negaranya dan
apa yang terjadi di dunia. Surat kabar merupakan sumber informasi
terperinci dan interprestasi tentang masalah – masalah umum
18
2. Fungsi mendidik, surat kabar penting dalam mencerdaskan kehidupan
bangsa karena tidak sedikit banmtuan yang disampaikan dalam
menunjang pendidikan di masyarakat.
3. Fungsi
menghubungkan,
surat
kabar
menyelenggarakan
suatu
hubungan sosial antara warga Negara yang satu dengan warga Negara
yang lain.
4. Fungsi sebagai penyalur dan pembentuk pendapat umum, surat kabar
tidak hanya menyajikan berita atau informasi tetapi juga memuat
pikiran – pikiran, pandangan atau pendapat orang.
5. Fungsi kontrol sosial, kontrol sosial merupakan salah satu fungsi pers
yang sangat penting terutama di negara yang menerapkan sistem
pemerintahan yang demokratis. Kekuatan utama media massa sebagai
kontrol sosial terletak pada fungsinya sebagai pengawas lingkungan.
Pelaksanaan fungsi kontrol sosial oleh pers sebagian besar ditujukan
kepada pemerintah dan aparaturnya.
Selain itu terdapat tipe – tipe surat kabar berdasarkan beberapa kriteria.
Berdasarkan periode terbitnya adalah surat kabar mingguan dan surat kabar
harian. Berdasarkan waktu terbit adalah surat kabar ( harian ) pagi dan surat kabar
( harian ) sore. Sedangkan berdasarkan subjek utama yang dibahas terdapat surat
kabar umum, surat kabar ekonomi, surat kabar militer dan surat kabar khusus
yang ditujukan untuk kalangan tertentu seperti kalangan etnis atau profesi tertentu.
2.1.4
19
Pengertian Pers
Pers berasal dari perkataan Belanda pers yang artinya menekan atau
mengepres. Kata pers merupakan padanan dari kata press dalam bahasa inggris
yang juga berarti menekan atau mengepres. Jadi secara harfiah kata pers atau
press mengacu pada pengertian komunikasi yang dilakukan dengan perantara
barang cetakan. Tetapi, sekarang kata pers atau press ini digunakan untuk merujuk
semua kegiatan jurnalistik, terutama kegiatan yang berhubungan dengan
menghimpun berita, baik oleh wartawan media elektronik maupun oleh media
elektronik.
Terdapat dua pengertian mengenai pers, yaitu pers dalam arti sempit dan
pers dalam arti luas. Pers dalam arti kata sempit yaitu yang menyangkut kegiatan
komunikasi yang hanya dilakukan dengan perantaraan barang cetakan. Sedangkan
pers dalam arti kata luas adalah yang menyangkut kegiatan komunikasi baik yang
dilakukan dengan media cetak maupun media elektronik seperti radio, televisi
maupun internet (Kusumaningrat,2007:17).
2.1.5
20
Fungsi Pers
Menurut Sumadiria (2005:32-35) dalam buku Jurnalistik Indonesia
menjabarkan 5 fungsi dari pers, yaitu:
1. Fungsi Informasi, sebagai sarana untuk menyampaikan informasi
secepat – cepatnya kepada masyarakat yang seluas – luasnya yang
aktual, akurat, faktual dan bermanfaat.
2. Fungsi Edukasi, informasi yang disebarluaskan pers hendaknya dalam
kerangka mendidik. Dalam istilah sekarang pers harus mau dan
mampu memerankan dirinya sebagai guru pers.
3. Fungsi Hiburan, pers harus mampu memerankan dirinya sebagai
wahana hiburan yang menyenangkan sekaligus menyehatkan bagi
semua lapisan masyarakat.
4. Fungsi Kontrol Sosial, pers mengemban fungsi sebagai pengawas
pemerintah dan masyarakat. Pers akan senantiasa menyalahkan ketika
melihat penyimpangan dan ketidakadilan dalam suatu masyarakat atau
negara.
5. Fungsi Mediasi, pers mampu menjadi fasilitator atau mediator
menghubungkan tempat yang satu dengan yang lain, peristiwa yang
satu dengan peristiwa yang lain, atau orang yang satu dengan yang
lain.
21
Sedangkan menurut Kusumaningrat (2007:27-29) dalam Jurnalistik Teori
dan Praktek, terdapat 8 fungsi pers, yaitu:
1. Fungsi Infomatif, yaitu memberikan informasi atau berita yang
dianggap berguna dan penting bagi khayak ramai dengan cara teratur.
2. Fungsi Kontrol, pers harus memberitakan apa yang berjalan baik dan
tidak baik. Fungsi “watchdog” ini harus dilakukan dengan lebih aktif
oleh pers daripada oleh kelompok masyarakat lainnya.
3. Fungsi Interpretatif dan Direktif, yaitu memberikan interpretasi dan
bimbingan. Pers harus menceritakan kepada masyarakat tentang arti
suatu kejadian. Ini biasanya dilakukan pers melalui tajuk rencana atau
tulisan – tulisan latar belakang.
4. Fungsi Menghibur, para wartawan menuturkan kisah – kisah dunia
dengan hidup dan menarik.
5. Fungsi Regeneratif, yaitu menceritakan bagaimana sesuatu itu
dilakukan di masa lalu, bagaimana dunia ini dijalankan sekarang,
bagaimana sesuatu itu diselesaikan dan apa yang dianggap oleh dunia
itu benar atau salah. Jadi, pers membantu menyampaikan warisan
sosial kepada generasi baru.
6. Fungsi pengawalan hak – hak warga negara, yaitu mengawal dan
mengamankan hak – hak pribadi. Dalam beberapa hal rakyat
22
hendaknya diberi kesempatan untuk menulis dalam media untuk
melancarkan kritik – kritiknya terhadap segala sesuatu yang
berlangsung dalam kehidupan masyarakat, bahkan juga kadang –
kadang mengkritik medianya sendiri.
7. Fungsi Ekonomi, yaitu melayani sistem ekonomi melalui iklan.
Dengan menggunakan iklan, penawaran akan berjalan dari tangan ke
tangan dan barang produksi pun dapat dijual sehingga ekonomi dapat
berkembang.
8. Fungsi Swadaya, yaitu pers mempunyai kewajiban untuk memupuk
kewajibannya sendiri agar dapat membebaskan dirinnya dari pengaruh
– pengaruh serta tekanan – tekanan dalam bidang keuangan.
2.1.6
Berita
Banyak definisi yang dikemukakan para ahli mengenai definisi berita.
Menurut Paul De Massener dalam buku Here’s The News: Unesco Associate,
menyatakan news atau berita adalah sebuah informasi yang penting dan menarik
perhatian serta minat khalayak pendengar. Sedangkan Williard C. Bleyer menulis
dalam Newspaper Writing and Editing, berita adalah sesuatu yang termasa yang
dipilih oleh wartawan untuk dimuat dalam surat kabar karena menarik minat atau
mempunyai makna bagi pembaca surat kabar (Sumadiria,2005:64). Dari beberapa
definisi tersebut, dapat dibuat kesimpulan bahwa berita adalah laporan tercepat
mengenai fakta atau ide terbaru yang benar, menarik dan penting bagi sebagian
23
besar khalayak melalui media berkala seperti surat kabar, radio, televisi atau
media online internet.
Untuk membuat berita, paling tidak harus memenuhi dua syarat, yaitu
faktanya tidak boleh diputar sedemikian rupa sehingga kebenaran tinggal sedikit
saja, kedua bahwa berita itu bias menceritakan segala aspek secara lengkap.
Biasanya suatu media lebih menyukai peristiwa besar atau penting terjadi dalam
skala waktu yang sesuai dengan jadwal produksi normal, serta menyukai pula
peristiwa yang paling mudah diliput dan dilaporkan serta mudah dikenal dan
dipandang relevan (Djuroto,2002:48).
Faktor yang berkaitan dengan aliran lain adalah kedekatan media terhadap
peristiwa yang sesuai dengan harapan yang dimiliki khalayak, keinginan untuk
melanjutkan peristiwa yang sudah terjadi, yang dipandang layak diberitakan
keinginan
adanya
kesinambungan
diantara
berbagai
jenis
berita
(McQuail,1991:93).
Dalam upaya menarik perhatian pembaca perlu diperhatikan kriteria kriteria dalam berita, menurut Frank Luther Mott dalam bukunya News Survey of
Journalism terdapat 8 konsep tersebut, antara lain (Sumadiria,2005:71):
1. Berita sebagai laporan tercepat (news as timely report)
Konsep ini menitikberatkan pada segi “baru terjadinya” sebagai faktor
terpenting dari sebuah berita.
2. Berita sebagai rekaman (news as record)
Berita yang tercetak dalam surat kabar merupakan bahan dokumentasi.
24
3. Berita sebagai faktor objektif (news as objective facts)
Sebuah berita harus faktual dan objektif. Sebagai fakta, berita adalah
rekonstruksi peristiwa melalui prosedur jurnalistik yang sangat ketat
dan terukur. Dalam teori jurnalistik ditegaskan, fakta – fakta yang
disajikan media kepada khlayak sesungguhnya merupakan rencan
tangan kedua (second hand reality). Realitas tangan pertama adalah
fakta atau peristiwa itu sendiri (first reality)
4. Berita sebagai interpretasi (news as interpretation)
Dalam situasi kompleks yang menyangkut bidang politik, ekonomi,
atau ilmu pengetahuan, suatu fakta perlu dijelaskan agar pembaca
mengerti. Mereka perlu diberi penjelasan mengenai sebab – akibatnya,
latar belakangnya, akibatnya, situasinya dan hubungannya dengan hal
lainnya.
5. Berita sebagai sensasi (news as sensation)
Disini terdapat unsur subjektif, yakni bahwa sesuatu yang mengejutkan
dan yang menggetarkan atau mengharukan bagi pembaca yang satu
akan berlainan dengan pembaca yang lain.
6. Berita sebagai minat insani (news as human interest)
Disini menariknya berita bukan karena pentingnya peristiwa yang
dilaporkan, tetapi karena sifatnya menyentuh perasaan insani,
menimbulkan perasaan iba, terharu, gembira, prihatin dan sebagainya.
25
7. Berita sebagai ramalan (news as prediction)
Wartawan cenderung untuk menaruh perhatian kepada masa depan
daripada masa kini dan masa lalu. Sebabnya ialah karena minat
pembaca terutama terletak pada masa depan. Pada umunya yang kita
harapkan dari berita, disamping merupakan informasi mengenai
kejadian kini, juga ramalan yang masuk akal mengenai masa depan.
8. Berita sebagai gambar (news as picture)
Gambar – gambar yang disajikan dalam halaman surat kabar julahnya
semakin banyak. Ilustrasi halaman surat kabar, selain sifatnya semata –
mata hiburan juga mengandung niali berita. Banyak kejadian yang
melaporkan dalam bentuk gambar yang seringkali lebih efektif
daripada kalau diterangkan dengan kata – kata.
Salah satu unsur penting dalam berita yang dimuat oleh media massa
adalah memiliki nilai berita (News Value). Terdapat 10 kriteria umum nilai berita,
yaitu (Sumadiria,2005:80):
1. Keluarbiasaan
Berita adalah sesuatu yang luar biasa. Dalam pandangan jurnalistik,
berita bukanlah suatu perisiwa biasa. Kalangan praktisi