SIKAP PEMILIH DALAM PEMILIHAN PILWALI ULANG SURABAYA ( Studi Deskriptif Kuantitatif Tentang Sikap Pemilih Dalam Pemilihan Pilwali Ulang di Kelurahan Wiyung Surabaya Pasca Pemberitaan ).

(1)

SIKAP PEMILIH DALAM PEMILIHAN PILWALI ULANG SURABAYA

( Studi Deskriptif Kuantitatif Tentang Sikap Pemilih dalam pemilihan Pilwali Ulang

di Kelurahan Wiyung Surabaya Pasca Pemberitaan )

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana

Pada Fakultas Ilmu Sosial dan Politik “Veteran” Jawa Timur

Oleh :

Ferdiansyah Yusuf

NPM. 0643010163

YAYASAN KESEJAHTERAAN PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL“VETERAN”

JAWA TIMUR FAKULTAS ILMU SOSIAL

DAN ILMU POLITIK PROGRAM

STUDI ILMU KOMUNIKASI

SURABAYA


(2)

Oleh:

FERDIANSYAH YUSUF

NPM. 0643010163

Telah di pertahankan dihadapan dan diterima oleh Tim Penguji Skripsi

Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Pembangunan Nasional “VETERAN” Jawa Timur

Pada Tanggal 02 DESEMBER 2010

Menyetujui,

PEMBIMBING

TIM

PENGUJI

1.

Ketua

Drs. Kusnarto, M.si

Dra. Sumardjijati, MSi

NIP. 195 808 011 984 021 001

NIP. 196 203 231 993 092 001

2.

Sekretaris

Drs. Kusnarto M Si

NIP. 195 808 011 984 021 001

3.

Anggota

Dra. Dyva Claretta, MSi

NPT.

366

019

400

251

Mengetahui

DEKAN

Dra. Ec. Hj. Suparwati, M Si

NIP. 195 507 181 983 022 001


(3)

SIKAP PEMILIH DALAM PEMILIHAN PILWALI ULANG SURABAYA

( Studi Deskriptif Kuantitatif Tentang Sikap Pemilih dalam pemilihan Pilwali Ulang

di Kelurahan Wiyung Surabaya Pasca Pemberitaan )

Oleh:

FERDIANSYAH YUSUF

NPM. 0643010163

Telah di pertahankan dihadapan dan diterima oleh Tim Penguji Skripsi

Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Pembangunan Nasional “VETERAN” Jawa Timur

Pada Tanggal 02 DESEMBER 2010

Menyetujui,

PEMBIMBING

TIM

PENGUJI

Ketua

1.

Drs. Kusnarto, M.si

Dra. Sumardjijati, MSi

NIP. 195 808 011 984 021 001

NIP. 196 203 231 993 092 001

Sekretaris

2.

Dra. Dyva Claretta, MSi

NIP. 366 019 400 251

Anggota

3.

Drs. Kusnarto, M.Si

NIP. 195 808 011 984 021 001

Mengetahui

DEKAN

Dra. Ec. Hj. Suparwati, M Si

NIP. 195 507 181 983 022 001


(4)

Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas

skripsi yang berjudul SIKAP PEMILIH DALAM PEMILIHAN PILWALI ULANG

SURABAYA ( Studi Deskriptif Kuantitatif Tentang Sikap Pemilih dalam pemilihan

Pilwali Ulang di Kelurahan Wiyung Surabaya Pasca Pemberitaan )

Skripsi merupakan syarat utama dalm proses kelulusan khususnya pada jurusan

ilmu komunikasi dan merupakan prasyarat untuk mencapai tingkat kelulusan Sarjana.

Tidak dipungkiri, bahwa penulis banyak mendapatkan bantuan, petunjuk serta

bimbingan yang besar pengaruhnya. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis ingin

menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar – besarnya kepada yang terhormat :

1.

Dra Ec. Hj Suparwati, M Si, Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas

Pembangunan Nasional “VETERAN” Jawa Timur

2.

Drs Kusnarto, M.Si, sebagai dosen pembimbing utama untuk penyusunan skripsi

ini.

3.

Juwito, S.Sos, MSi, Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial

dan Politik.

4.

Dosen – dosen Ilmu Komunikasi yang telah memberikan ilmunya kepada penulis

untuk dapat menuntaskan tugas terakhir ini.


(5)

iv

Penulis sadar bahwa masih terdapat kekurangan dan kelemahan, dalam skripsi ini.

Untuk itu, penulis memohon bantuan serta kerjasamanya apabila menemukan suatu

kesalahan yang terjadi untuk dapat diperbaiki sebagai sarana untuk penunjang pendidikan

di kemudian hari.

Wassalamualaiku Wr.Wb

Surabaya 06 Desember 2010


(6)

HALAMAN JUDUL...

i

HALAMAN PERSETUJUAN DAN

PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI...

ii

KATA PENGANTAR...

iii

DAFTAR ISI...

v

DAFTAR TABEL ...

x

DAFTAR GAMBAR ...

xii

DAFTAR LAMPIRAN ...

xiii

ABSTRAKSI ...

xiv

BAB I PENDAHULUAN...

1

1.1.

Latar Belakang Masalah...

1

1.2.

Perumusan Masalah...

13

1.3.

Tujuan Penelitian...

13

1.4.

Kegunaan Penelitian...

13

BAB II KAJIAN PUSTAKA...

16

2.1.

Landasan Teori...

16

2.2.

Definisi Media Massa...

17

2.2.1.

Peran Media Massa... 17

2.2.2.Surat Kabar Sebagai Media Komunikasi Massa ... 19

2.3.3Pembaca Surat Kabar Sebagai Khalayak ...

22


(7)

2.2.4

Berita Di Media Cetak ... 23

2.2.5

Televisi sebagai media komunikasi massa... 27

2.2.5.1 Fungsi televisi sebagai media massa... 27

2.5.5.2 Berita televisi ...

29

2.2.6.

Media Online...

31

2.2.6.1. Internet sebagai media massa...

33

2.3.

Konsep Sikap...

34

2.4. Komunikasi Politik ... 38

2.5. Tentang Pilwali... 40

2.6. Teori S-O-R ... 41

2.7. Kerangka Berpikir ... 43

BAB III METODE PENELITIAN ...

48

3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 48

3.1.2. Sikap Pemilih Dalam Pemilihan Pilwali Ulang di

Kelurahan Wiyung pasca Pemberitaan... 48

3.1.3. Populasi, Sampel dan Teknik Penarikan Sampel...

54

3.1.3.1 Populasi oleh Sampel...

54

3.1.3.2Sampel dan Teknik Penarikan Sampel ...

55

3.2. Teknik Pengumpulan Data ...

57

3.3. Metode Analisis Data ...

58

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

... 60

4.1.

Gambaran Umum Obyek Penelitian ... 60

4.1.1 Kecamatan dan Kelurahan Wiyung ... 60


(8)

4.3.1.1 Karakteristik Responden ... ... 66

4.3.1.2 Usia Responden ... 67

4.3.1.3

Pendidikan

Responden ... 68

4.3.1.4 Pekerjaan Responden ... ... 70

4.4

Sikap Pemilih dalam pemilihan Pilwali Ulang di Kelurahan

Wiyung Surabaya Pasca Pemberitaan di Media ...

71

4.4.1 Aspek Kognitif ... 71

4.4.1.1

Melalui pemberitaan Pemilihan Pilwali Ulang Surabaya

dapat membuat masyarakat tahu akan

pentingnya Pelaksanaan Pilwali Ulang Surabaya ...72

4.4.1.2

Melalui pemberitaan anda memahami

Tentang adanya Pelaksanaan Pilwali

Ulang Surabaya ...

74

4.4.1.3

Melalui Pemberitaan anda mengetahui

kapan dilaksankannya Pemilihan

Ulang Surabaya ...

75

4.4.1.4

Melalui pemberitaan anda juga

mengetahui dampak yang akan

ditimbulkan oleh pelaksanaan Pilwali

Ulang

Surabaya ... 76

4.4.1.5

Aspek

Kognitif

 

Pemilih dalam pemilihan Pilwali

Ulang di Kelurahan Wiyung Surabaya Pasca

Pemberitaan...

77

4.4.2 Aspek Afektif ...

78


(9)

4.4.2.1

Dengan Adanya pemberitaan Pilwali Ulang

Surabaya Anda merasa tertarik..

80

4.4.2.2

Anda merasa tertarik untuk mengikuti perkembangan

mengenai Pemilihan Pilwali Ulang Surabaya

...

81

4.4.2.3

Setelah melihat pemberitaan Pilwali Ulang Surabaya

anda merasa tertarik untuk mengetahui

lebih jelas bagaimana pelaksanaan Pilwali Ulang

Surabaya ...

82

4.4.2.4

Apakah anda merasa khawatir mengenai dampak

yang akan ditimbulkan dari pemberitaan Pilwali

Ulang

Surabaya... 83

4.4.2.5

Aspek

Afektif

 

Pemilih dalam pemilihan Pilwali

Ulang di Kelurahan Wiyung Surabaya Pasca

Pemberitaan...

84

4.4.3

Aspek Konatif ...

85

4.4.3.1

Apakah Dengan adanya pemberitaan tentang

pemilihan Pilwali Ulang Surabaya anda bisa

menerimanya...

86

4.4.3.2

Apakah perubahan pilihan anda pada Pemilihan

Pilwali Ulang Surabaya 2010 Pasca

Pemberitaan di Media Cetak ... 87

4.4.3.3

Apakah perubahan pilihan anda pada Pemilihan

Pilwali Ulang Surabaya 2010 Pasca

Pemberitaan

Media

Elektronik ... 89

4.4.3.4

Apakah perubahan pilihan anda pada Pemilihan

Pilwali Ulang Surabaya 2010 Pasca

Pemberitaan

Media

Online ... 90


(10)

  ix

4.5.

Aspek Komulatif Sikap Pemilih

dalam pemilihan Pilwali Ulang di Kelurahan Wiyung

Surabaya Pasca Pemberitaan...

92

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

95

5.2 Saran ... 96

DAFTAR PUSTAKA... 97

LAMPIRAN... 99


(11)

x   

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 4.3.1 Karakteristik Responden ... 66

Tabel 4.4.1.1 Melalui pemberitaan Pemilihan Pilwali Ulang Surabaya

dapat membuat masyarakat tahu akan pentingnya

Pelaksanaan Pilwali Ulang Surabaya ...

72

Tabel 4.4.1.2 Melalui pemberitaan anda memahami tentang

adanya Pelaksanaan Pilwali Ulang Surabaya ...

74

Tabel 4.4.1.3 Melalui Pemberitaan anda mengetahui

kapan dilaksankannya Pemilihan Ulang Surabaya ...

75

Tabel 4.4.1.4 Melalui pemberitaan anda juga

mengetahui

dampak

yang

akan ditimbulkan oleh

pelaksanaan

Pilwali

Ulang

Surabaya ... 76

Tabel 4.4.2.1 Dengan Adanya pemberitaan Pilwali Ulang


(12)

xi   

Tabel 4.4.2.3 Setelah melihat pemberitaan Pilwali Ulang Surabaya

anda

merasa

tertarik

untuk mengetahui lebih jelas

bagaimana pelaksanaan Pilwali Ulang Surabaya ... 82

Tabel 4.4.2.4 Apakah anda merasa khawatir mengenai dampak yang

akan ditimbulkan dari pemberitaan Pilwali Ulang

Surabaya

Pasca

Pemberitaan...

83

Tabel 4.4.3.1 Dengan adanya pemberitaan tentang pemilihan Pilwali Ulang

Surabaya anda bisa menerimanya...

86

Tabel 4.4.3.2 Apakah perubahan pilihan anda pada Pemilihan Pilwali

Ulang Surabaya 2010 Pasca Pemberitaan di Media Cetak ... 87

Tabel 4.4.3.3 Apakah perubahan pilihan anda pada Pemilihan Pilwali

Ulang Surabaya 2010 Pasca Pemberitaan di

  

Media Elektronik ... 89

Tabel 4.4.3.4 Apakah Apakah perubahan pilihan anda pada Pemilihan

Pilwali Ulang Surabaya 2010 Pasca Pemberitaan di Media Online... 90

Tabel 4.5

Aspek Komulatif Sikap Pemilih

dalam pemilihan Pilwali Ulang di Kelurahan Wiyung

Surabaya

Pasca

Pemberitaan...

92


(13)

xii   

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1

Teori S-O-R ...

43

Gambar 2

Bagan Kerangka Berpikir ...

47


(14)

xiii   

Lampiran 1 Kuesioner ...

99

Lampiran 2 Surat Keterangan ...

102

Lampiran 3 Hasil Rekapitulasi Kuesioner ...

104


(15)

 

ABSTRAKSI

FERDIANSYAH YUSUF. 0643010163, SIKAP PEMILIH DALAM

PEMILIHAN PILWALI ULANG SURABAYA ( Studi Deskriptif Kuantitatif

Tentang Sikap Pemilih Dalam Pemilihan Pilwali Ulang di Kelurahan Wiyung

Surabaya Pasca Pemberitaan )

Tujuan dalam penelitian ini adalah Untuk mengetahui Sikap pemilih

Dalam Pilwali Ulang di Kelurahan Wiyung Surabaya Pasca Pemberitaan.

Landasan teori yang digunakan di penelitian ini adalah Teori media Cetak,

Teori media Elektronik, Teori media Online, Teori Komunikasi politik dan

stimulus-Organism-Respons , stimulus nya adalah Pemberitaan Pilwali Ulang

Surabaya, organism nya adalah masyarakat Masyarakat Kelurahan Wiyung

Surabaya yang mempunyai hak pilih, kemudian membentuk response berupa

Sikap Pemilih Dalam Pemilihan Pilwali Ulang Surabaya.

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

diskriptif kuantitatif, populasi penelitian ini adalah masyarakat Kelurahan Wiyung

Surabaya yang berumur 17 tahun yang keatas yang mempunyai hak pilih untuk

memilih pada pemilihan Pilwali Ulang Surabaya, teknik sampling yang di

gunakan di penelitian ini adalah Incidental sampling

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa secara keseluruhan (masyarakat

Kelurahan Wiyung yang menjadi responden memberikan respon Sikap Yang

Positif terhadap Pelaksanaan Pemilihan Pilwali Ulang di Surabaya Pasca

Pemberitaan. Dan sesuai dengan hasil pengolahan data kuesioner menunjukan

bahwa sebagian besar masyarakat Kelurahan Wiyung Merubah Pilihannya pada

Pilwali Ulang Surabaya dikarenakan pengaruh Pemberitaan dari media Cetak

yaitu yang memberitakan tentang Berita Pilwali Ulang Surabaya secara kontinue

atau terus menerus dan mendetail baik itu pelaksanaan, dan hasil dari pelaksanaa

Pilwali Ulang Surabaya Tersebut.

Kata Kunci : Pilwali Ulang Surabaya di KelurahanWiyung, Media Cetak,

Penelitian, Sikap

  xiv  


(16)

1 1.1 Latar Belakang Masalah

Dewasa ini dalam perkembangan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi membawa dampak yang sangat besar sekali bagi kehidupan masyarakat dunia. Penggunaan media massa untuk penyampaian pesan dipengaruhi oleh perkembangan teknologi komunikasi yang ada, sehingga timbul komunikasi melalui media massa.

Komunikasi massa adalah komunikasi yang sangat mengandalkan pada ketepatan jumlah pesan yang disampaikan dalam waktu yang singkat. Pada masa sekarang ini, komunikasi memberikan informasi, gagasan dan sikap pada khalayak yang beragam dan besar jumlahnya dengan menggunakan media. Hal ini yang mempengaruhi perkembangan media massa yang menguntungkan.

Salah satu media yang besar digemari adalah Koran karena mempunyai beberapa kelebihan dibandingkan dengan yang lain. Yaitu dapat dibaca berulang kali dan menjangkau khalayak luas karena harganya yang relatif murah. Untuk memberikan pelayanan informasi pada masyarakat, pers diharapkan mampu mencerdaskan masyarakat melalui muatan informasi yang memiliki kebenaran, kepentingan, dan manfaat untuk masyarakat. Pada sebuah wacana informasi tidak lagi semata- mata berita akan realitas sosial, tetapi biasa disebut juga realitas media dengan


(17)

  2

berbagai pertimbangan. Dalam konteks komunikasi informasi adalah proses kesinambungan hidup. Secara ekstrim para ahli komunikasi bahkan menyamakan informasi dengan udara yang sangat dibutuhkan manusia untuk hidup. (Effendi, 2002: 54-56)

Dalam perkembangannya Media massa mempunyai dua pengertian, yakni dalam pengertian luas dan dalam pengertian sempit. Media massa dalam pengertian luas meliputi segala penerbitan, bahkan termasuk media massa elektronik, siaran radio dan televisi. Sedangkan pengertian sempit hanya terbatas pada media cetak, yakni surat kabar, majalah dan buletin. Masing-masing bentuk media tersebut memiliki kelebihan dan kekurangan dalam menjalankan fungsinya untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan informasi. Media massa cetak termasuk didalamnya surat kabar,majalah dan tabloid sekarang banyak diterbitkan dengan berbagai macam tema untuk berbagai segmen khalayak ( Effendy,1989 :145 ).

Salah satu bentuk media massa cetak yang saat ini juga mengalami perkembangan yang sangat cepat adalah surat kabar. Djafar Assegaff dalam bukunya “Jurnalistik Masa Kini” menyatakan surat kabar adalah :

Surat kabar adalah penerbitan berupa lembaran-lembaran yang berisi berita - berita karangan-karangan dan iklan yang dicetak dan terbit secara tetap dan periodic dan dijual untuk umum (Assegaff,1991:140)

Tanpa berita,surat kabar mungkin akan ditinggalkan oleh masyarakat dan berpaling ke media massa lainnya. Muatan berita di surat


(18)

kabar sekitar 60-70 persen (Koesworo, Margontoro, Viko, 1994:72). Surat kabar cukup mudah didapatkan dan didokumentasikan sebagai referensi pencarian informasi, sehingga berita menjadi muatan yang sangat penting bagi media cetak. Berita-berita yang disajikan media cetak pada umumnya seputar peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam masyarakat atau bahkan didalam pemerintahan, sehingga masyarakat mengetahui informasi-informasi yang terjadi disekitarnya dan didalam pemerintahan. Dalam hal ini dibutuhkan kejujuran dari pihak pers dalam menyampaikan berita-berita yang akan disampaikan kepada khalayak agar masyarakat mengetahui kejadian yang sebenarnya (Nurudin, 2003:67)

Surat kabar dalam memuat dan menampilkan berita-berita selain berasal dari wilayah Nasional juga berasal dari wilayah lokal, hal ini disebabkan perkembangan media cetak dalam arus informasi kini telah mengalami kemajuan pesat, karena surat kabar sendiri berkeinginan mengangkat taraf kehidupan masyarakat dalam menambah wawasan informasi dalam penyajian bentuk berita yang aktual.    

Sistem media massa di indonesia merupakan sub sistem dari sistem politik yang ada. Artinya bahwa sistem media massa berada di bawah sistem politik dan harus mengikuti kemana sistem politik itu berarah. Hal ini menyebabkan hubungan antara pers dan penguasa mempunyai kecenderungan yang bersifat paternalistik, seperti halnya Pilwali Ulang Surabaya 2010 sehingga perkembangan media di satu pihak mengikuti arus sistem politik yang ada.


(19)

  4

Kondisi pada kehidupan sosial, politik, budaya di indonesia mengalami perubahan yang dinamis dari massa ke massa. Hal itu merupakan imbas dari demokrasi yang diterapkan. Perubahan tersebut diantaranya tidak terlepas dari keterkaitan erat antara peran yang dimainkan oleh pemerintah yang berkuasa, pers dan masyarakat. Sebagai institusi, pers dalam perkembangannya secara dominan tidak lepas dari pengaruh kekuasaan di luar institusinya, seperti kekuasaan ekonomi, politik dimana pers tersebut berada. Sistem pers indonesia di masa lampau adalah sistem otoritarian, melalui sejarah dapat diketahui bahwa pers disalahgunakan dalam pemerintahan orde lama dan orde baru sebagai aktor dan sarana untuk melegitimasikan kekuasaannya atas masyarakat.

Seiring dengan runtuhnya orde baru dan bergulirnya era reformasi, pers mendapat kebebasan dalam pemberitaannya serta bebas menjalankan fungsi dan perannya tanpa khawatir dengan segala bentuk tindakan represif dari pemerintah. Upaya untuk mewujudkan kebebasan pers ini sangat penting, karena pers merupakan alat yang digunakan oleh masyarakat untuk menyatakan berbagai pikirannya. Dengan demikian diharapkan pers dapat mengabdi pada masyarakat dan membantu terciptanya kebebasan yang lain.

Berbicara mengenai politik, peristiwa Pilwali ulang surabaya yang berlangsung pada 1 Agustus 2010 merupakan momen yang sangat representatif dan mutakhir dalam konteks tersebut. Pelaksanaan Pilwali mengandung parameter sebagai bentuk penerapan demokrasi di Indonesia,


(20)

dan secara representatif dapat mewakili kondisi sosial, politik, dan budaya dewasa ini.

Pilwali Ulang Surabaya adalah potret demokrasi saat ini. Kota Surabaya merupakan kota terpadat di seluruh Jawa Timur, dengan luas wilayah 374,36 km persegi yang dihuni penduduk kurang lebih 3.282.156 jiwa dengan jumlah pemilih tetap sebanyak 2.460.320 jiwa. Jadilah kota Surabaya sebagai wilayah terpadat kedua di Indonesia setelah Jakarta.

Data terakhir yang dipegang KPU (Komisi pemilihan Umum), ada 448.217 orang dalam DPT (Daftar Pemilih Tetap). Terdiri atas Kecamatan Rungkut 70.525 orang,Kecamatan Sukolilo 76.564 orang, Kecamatan Bulak 25.414 orang, Kecamatan Semampir 140.344 orang, Kecamatan Krembangan 88.723 orang, Kelurahan Putat Jaya 34.723 orang, Kelurahan Wiyung 12.094 orang. (www.KPUSurabaya.com)

Sesuai dengan putusan Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia Tanggal 25 Mei 2010, Nomor : 31/PHPU. D-VIII/2010. Yang memerintahkan Komisi Pemilihan Umum (KPU) Surabaya untuk mengadakan pencoblosan ulang di lima kecamatan dan dua kelurahan, lima kecamatan itu adalah Kecamatan Bulak, Kecamatan Semampir, Kecamatan Krembangan, Kecamatan Rumgkut, Kecamatan Sukolilo. Dua Kelurahan yang harus melakukan pencoblosan ulang adalah Kelurahan Putat Jaya dan Kelurahan Wiyung. Mahkamah Konstitusi juga meminta dilakukan penghitungan ulang surat suara di seluruh kotak suara, kecuali di wilayah tempat dilangsungkannya pencoblosan ulang. Dalam surat itu,


(21)

  6

surat suara coblos tembus simetris (Coblosan lebih dari satu tapi tidak mengenai gambar pasangan calon lainnya) dinyatakan sah. Mahkamah Konstitusi juga memerintahkan KPU (Komisi Pemilihan Umum) agar melaporkan hasil pencoblosan ulang dan penghitungan ulang surat suara selambat-lambatnya 60 hari setelah putusan dibacakan.

Dalam putusannya, MK memang menilai terjadi pelanggaran-pelanggaran yang bersifat sistematis, terstruktur dan masif, terutama berdasarkan pertemuan di Rumah Makan Mutiara yang dihadiri 5 camat dan sekitar 40 lurah. Dari sanalah MK berkeyakinan telah terjadi mobilisasi PNS, khususnya camat dan lurah untuk memenangkan pasangan Risma-Bambang.

   Komisi Pemilihan Umum (KPU) Surabaya akhirnya

mengumumkan jadwal coblos dan hitung ulang secara resmi. Yakni, Minggu, 1 Agustus 2010. Ketua KPU Surabaya Eko Sasmito mengatakan, penetapan jadwal itu berdasar surat dari Mahkamah Konstitusi (MK) Nomor 31/PHPU.D-VIII/2010 yang menginstruksikan KPU untuk segera melaksanakan pencoblosan dan penghitungan ulang.

Ketua KPU Surabaya Eko Sasmito menjelaskan, keputusan itu sudah melalui berbagai pertimbangan. Di antaranya, surat KPU pusat, hasil konsultasi ke MK, serta pertimbangan anggaran. Hari pemungutan suara juga harus hari libur atau diliburkan. ''Karena pencoblosan ulang terbatas di lima kecamatan dan dua kelurahan, "ujarnya.


(22)

Sebagaimana diberitakan, MK menginstruksikan KPU untuk mengadakan coblos ulang di lima kecamatan dan dua kelurahan. Yaitu, Kecamatan Rungkut, Sukolilo, Semampir, Krembangan, dan Bulak serta Kelurahan Putat Jaya dan Wiyung. Selain itu, KPU diminta menghitung ulang surat suara di 26 kecamatan lain. Lebih lanjut Eko menjelaskan, 1 Agustus dipilih karena KPU berharap pergantian kepemimpinan di Surabaya tidak mengalami penundaan yang berakibat pada kekosongan kekuasaan. Selain itu, banyak pihak yang mendesak KPU segera menetapkan jadwal pencoblosan ulang. ''Kalau bisa cepat, kenapa tidak?" katanya.Lantas, bagaimana penghitungan ulang di 26 kecamatan? Menurut Eko, proses tersebut akan dilaksanakan di masing-masing kecamatan pada 1 Agustus. Eksekutornya adalah kelompok penyelenggara pemungutan suara (KPPS), panitia pemungutan suara (PPS), dan panitia pemilihan kecamatan (PPK). Untuk penunjukan petugas KPPS, KPU akan menggunakan KPPS lama. Yaitu, sebanyak tiga orang dengan memprioritaskan petugas KPPS nomor 1, 2, dan 3. Sebelumnya, anggota KPPS berjumlah enam orang. Namun, KPU berpendapat bahwa tiga anggota saja cukup untuk mengurusi penghitungan ulang. Dia menjelaskan, alasan dilaksanakannya penghitungan ulang di tingkat kecamatan adalah kotak suara saat ini berada di kecamatan. ''Perintah dari KPU pusat menyatakan, jika kotak suara masih di kecamatan, penghitungan ulang dilaksanakan di lokasi itu saja," jelasnya.

Tahapan Coblos dan Hitung Ulang


(23)

  8

b. 1 Agustus 2010 : Pemungutan suara ulang di lima kecamatan dan dua kelurahan serta penghitungan suara di KPPS

c. 1-2 Agustus 2010 : Penghitungan suara ulang di 26 kecamatan oleh KPPS, PPS, dan PPK di PPK

d. 2-4 Agustus 2010 : Rekapitulasi hasil pemungutan dan penghitungan ulang oleh KPPS, PPS, dan PPK di PPK

e. 5-7 Agustus 2010 : Rekapitulasi penghitungan suara hasil coblos dan hitung ulang di KPU

f. 7-10 Agustus : Penyampaian hasil rekapitulasi pemungutan dan penghitungan suara ulang

Sumber: KPU Surabaya

Berdasarkan konteks di atas, peneliti menempatkan media massa khususnya media cetak sebagai saluran informasi berita mempunyai peranan penting. Surat kabar sabagai bagian dari media massa dapat menjadi instrumen untuk mempengaruhi kesadaran masyarakat. Sesuatu yang sebenarnya tidak berarti dapat menjadi berarti melalui penciptaan data-data yang disajikan media cetak, sekalipun data tersebut hanya merupakan rekaan imajiner dari sang penulis berita atau sumber berita. Hal seperti ini sering terjadi di tengah-tengah masyarakat yang masih kuat dihadapi budaya isu dan intrik, dimana berita dianggap sebagai kenyataan dan kebenaran. Pada intinya berita yang ada dalam sebuah surat kabar bisa mengarahkan kesadaran masyarakat. ( Winarko, 2001:1 )

Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah Teori S – O – R. Dimana pesan yang diterima oleh komunikan akan mengakibatkan efek. Dimana Masyarakat Wiyung sebagai penerima rangsangan dan respons


(24)

dari pemberitaan di Jawa Pos mengenai pelaksanaan Pilwali Ulang Surabaya 2010. Maka masyarakat akan menganggap bahwa permasalahan yang berkaitan dengan Pilwali Ulang Surabaya 2010 merupakan permasalahan yang patut mendapat perhatian dari seluruh lapisan masyrakat.

Alasan peneliti mengambil Kelurahan Wiyung sebagai Responden dari penelitian dikarenakan pada Pilwali Surabaya yang pertama dulu lebih dari setengah warga kelurahan Wiyung tidak dapat menggunakan hak pilihnya dalam memilih pemimpin mereka pada Pilwali Surabaya tanggal 2 Juni 2010 dikarenakan banyak warga wiyung yang tidak mendapatkan dan tidak diberikan Surat Model C 6 – KWK (Untuk Pemilih), banyaknya warga yang tidak mendapatkan atau menerima kartu undangan pemilih disebabkan karena anggota KPPS yang dibentuk oleh PPK (Panitia Pemilihan Kecamatan) Wiyung untuk menjadi anggota TPS yang berada di depan kantor Kecamatan yang berjumlah 20 TPS berasal dari orang Independent (orang luar dari warga Wiyung), Umumnya undangan format C-6 itu dikirim RT atau RW yang jadi KPPS kepada warga setempat. Selain itu pada pemilihan Pilwali 2 Juni 2010 TPS (tempat pemungutan suara) yang biasanya berada di wilayah RT masing-masing seperti pada pemilihan Presiden lalu berubah, seluruh TPS yang berjumlah 20 TPS berada di satu tempat saja yaitu di depan kantor Kecamatan, hal ini pula yang menyebabkan warga mengeluh karena merasa tempat TPS terlalu jauh, karena warga harus menempuh jarak sekitar 1,5 kilometer untuk


(25)

  10

sampai ketempat TPS yang berada di kantor Kecamatan Wiyung dan mencoblos dalam pilwali 2 Juni.

Disamping itu pula ada permasalahan external antara Warga kelurahan Wiyung dengan Pemerintah Kota Surabaya yang saat itu masih di Pimpin oleh pak Bambang.DH, yang mana pada Pilwali Surabaya 2 Juni 2010 ini menjadi wakil dari salah satu kandidat pasangan calon No. urut 4. Permasalahan yang terjadi antara Warga Kelurahan wiyung adalah dikarenakan tidak adanya tanggapan dari pemerintah kota Surabaya khususnya Wali Kota Surabaya waktu itu atas permasalahan banjir yang melanda kelurahan Wiyung setiap tahunnya dikarenakan penataan pengembang perumahan Graha Famili yang tidak tepat dan saluran air yang melewati permukiman warga tidak kuat mengalirkan debit air kiriman dari kawasan perumahan. Sehingga ketika musim penghujan tiba maka air hujan dari perumahan Graha Famili akan mengalir ke rumah-rumah warga wiyung melalui sungai Brantas hilir yang menyebabkan banjir sekitar 15 cm ketika hujan lebat dan 10 cm ketika hujan biasa saja. Hal itulah yang menyebabkan pada Pilwali putaran pertama tanggal 2 Juni 2010 banyak masyarakat Kelurahan Wiyung yang tidak melakukan pencoblosan karena kecewa atas sikap pemerintah Kota Surabaya yang tidak becus dan kurang tanggap terhadap rakyat kecil Khususnya warga Wiyung dan lebih memperhatikan keuntungan semata yang diperoleh pihak Pemerintah Kota Surabaya dari manajemen pihak Perumahan Graha Famili atas pembangunan perumahan Graha Famili yang letaknya tepat


(26)

berada di atas perkampungan Warga Wiyung yang lahannya dulu merupakan tanah milik warga Kelurahan Wiyung namun sudah dibeli oleh pihak Graha famili pada saat itu.

Dilain itu juga terjadi kecurangan yang dilakukan salah satu pasangan, yaitu pasangan No 4 Risma-Bambang dengan memberikan makanan ringan berupa roti bagi warga wiyung yang mau mencoblos pasangan No urut 4 yaitu pasangan Risma-bambang. Dan adanya pengkondisian yang dilakukan oleh salah satu kandidat pasangan No urut 4 pasangan Risma-Bambang dengan memberikan kemudahan pada warga Wiyung yang mau memberikan Hak pilihnya kepada pasangan No urut 4 pasangan Risma-Bambang dengan sistem antar-jemput menggunakan kendaraan mengingat lokasi pencoblosan yang jauh dari permukiman warga. Dan berusaha mempengaruhi warga yang ingin mencoblos ke TPS untuk memilih pasangan No.Urut 4 dengan cara menempatkan salah satu anggota tim pemenangan yang menggunakan atribut partai dimana pada hari pencoblosan dilarang memakai segala macam atribut partai yang fungsinya untuk mempengaruhi pemilih untuk memilih salah satu pasangan calon terpilih di pintu masuk TPS.

Selain permasalahan tersebut terjadi perubahan yang sangat Signifikan pada Pemilihan Pilwali Ulang Surabaya pada perolehan surat suara salah satu kandidat, yaitu pasangan No. Urut 3 Arif-Adies mendapatkan 2.352 suara pada Pilwali Ulang 1 Agustus 2010, atau selisih 94 suara dari pasangan No.Urut 4 Risma-Bambang yang mendapatkan


(27)

  12

2.258 suara pada Pilwali Ulang 1 Agustus 2010. Mengingat pada Pilwali 1 pada 2 Juni 2010 yang lalu pasangan No.Urut 4 Risma-Bambang unggul jauh di Kelurahan Wiyung dengan mendapatkan 1.840 suara diikuti pasangan No.Urut 3 Arif-Adies sebesar 1.189 atau selisih 651 suara. Dikarenakan kelurahan Wiyung merupakan tempat kandidat Cawali pasangan No.Urut 4 Tri Risma Harini tinggal, yang semula dimenangkanya, kini harus rela kalah tipis dari pesaing beratnya pasangan Arief-Adies. ( Sumber Jawa Pos 3 Agustus 2010 ).

Populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat Kelurahan Wiyung Surabaya yang berusia 17 tahun keatas karena mempunyai hak pilih untuk memilih pada pemilihan Pilwali Ulang Surabaya. Teknik penarikan sampel dengan cara (Incidental Sampling) mengambil sampel di area penelitian pada subjek penelitian yang dapat dijumpai sewaktu-waktu. Menurut teori ini efek yang ditimbulkan adalah reaksi khusus terhadap stimulus khusus, sehingga seseorang dapat mengharapkan dan memperkirakan kesesuaian antara pesan dan reaksi komunikan. Penelitian ini menggunakan Teori S – O – R. Dimana teori ini menjelaskan tentang pengaruh yang terjadi pada pihak penerima sebagai akibat dari ilmu komunikasi ( McQuail, 1994:234 ). Akibat atau pengaruh yang terjadi merupakan suatu reaksi tertentu dari rangsangan tertentu. Artinya stimulus dan dalam bentuk apa pengaruh atau stimulus tersebut tergantung dari isi pesan yang ditampilkan.


(28)

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuaraikan di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

Bagaimana Sikap pemilih Dalam pemilihan Pilwali Ulang di Kelurahan Wiyung Surabaya Pasca Pemberitaan.

1.3 Tujuan Penelitian

Sesuai dengan perumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah :

Untuk mengetahui Sikap pemilih Dalam Pilwali Ulang di Kelurahan Wiyung Surabaya Pasca Pemberitaan.

1.4 KegunaanPenelitian 1. Secara Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wacana dan memberikan informasi serta sumbangan pemikiran bagi pengembangan ilmu komunikasi kedepannya dan dapat dimanfaatkan sebagai masukan atau tambahan bahan refrensi penelitian komunikasi selanjutnya.

2. Secara praktis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan kepada masyarakat tentang Pilwali Surabaya 2010. Sehingga masyarakat dapat memilih dan menentukan mana Cawali dan Cawawali yang baik dan mampu dalam membangun Kota Surabaya ke depan.


(29)

16

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Landasan Teori 2.2. Definisi Media Massa

Komunikasi massa merupakan proses komunikasi melalui media massa modern, dengan kata lain komunikasi dapat diartikan sebagai suatu proses dimana komunikator secara professional menggunakan media massa dalam menyebarkan pesannya untuk mempengaruhi khalayak banyak. Komunikasi massa menyiarkan informasi, gagasan, dan sikap kepada komunikan yang beragam pada jumlah banyak dengan menggunakan media. (Effendi, 2003:79-80)

Media massa merupakan sumber kekuatan sebagai alat kontrolmanajemen dan inovasi dalam masyarakat yang dapat didayagunakan sebagai pengganti kekuatan atau sumber daya yang lain. Media merupakan lokasi (forum) yang semakin berperan untuk menampilkan peristiwa – peristiwa kehidupan masyarakat, baik yang bertaraf nasional maupun internasional. Media seringkali berperan sebagai wahana pengembangan kebudayaan bukan saja dalam pengertian pengembangan bentuk seni dan simbol, tetapi juga dalam pengertian pengembangan tata cara, mode, gaya hidup dan norma – norma. Media telah menjadi sumber dominan bukan saja bagi individu untuk memperoleh gambaran dan citra realitas sosial tetapi juga bagi masyarakat


(30)

dan kelompok secara kolektif. Media menyuguhkan nilai – nilai dan penilaian normatif yang dibaurkan dengan berita dan hiburan. (Mc. Quail, 2005:3)

Secara garis besar media massa dapat dibedakan menjadi dua, yakni media massa cetak dan media massa elektronik. Media massa cetak maupun elektronik merupakan media massa yang banyak digunakan oleh masyarakat di berbagai lapisan sosial, terutama di masyarakat kota. Keberadaan media massa seperti halnya pers, radio, televisi, film, dan lain – lain, tidak terlepas kaitannya dengan perubahan – perubahan yang terjadi dalam masyarakat. Media massa dapat menjadi jembatan yang menghubungkan komunikator dengan komunikan yang melintasi jarak, waktu, bahkan lapisan sosial dalam masyarakat. (Sugiharti, 200:3)

Media komunikasi massa bersifat tidak langsung dan oleh karenanya perencanaan, pengolahan, dan penyampaian pesan baik itu bersifat informasi, edukasi, persuasi, dan hiburan kepada khalayak dibuat sedemikian rupa sehingga mencapai sasaran yang dikehendaki. Komunikasi massa bersifat satu arah (one way Traffic). Begitu pesan disebarkan komunikator, tidak diketahuinya apakah pesan itu diterima, dimengerti, atau dilakukan oleh komunikan. (Effendi, 2003:314)

2.2.1. Peran Media Massa

Media massa adalah institusi yang berperan sebagai agent of change, yaitu sebagai institusi pelopor perubahan. Ini adalah paradigma


(31)

  18

utama media massa. Dalam menjalankan paradigmanya, peran media massa adalah (Bungin, 2006:85)

1. Sebagai institusi pencerahan, yaitu perannya sebagai media edukasi. Media massa menjadi media yang setiap saat mendidik masyarakat supaya cerdas, terbuka pikirannya dan menjadi masyarakat yang maju. 2. Selain itu media massa juga menjadi media informasi, yaitu media

yang setiap saat menyampaikan informasi kepada masyarakat. Dengan informasi yang terbuka, jujur, dan benar disampaikan media massa kepada masyarakat, maka masyarakat akan menjadi masyarakat yang kaya dengan informasi, masyrakat yang terbuka dengan informasi, sebaliknya pula masyarakat akan menjadi masyarakat informatif, masyarakat yang dapat menyampaikan informasi dengan jujur kepada media massa. Selain itu, informasi yang banyak dimiliki oleh masyarakat, menjadikan masyarakat sebagai masyarakat dunia yang dapat berpartisipasi dengan berbagai kemampuannya.

3. Terakhir, media massa sebagai media hiburan. Sebagai agent of change, media massa juga menjadi institusi budaya, yaitu institusi yang setiap saat menjadi corong kebudayaan, katalisator perkembangan kebudayaan. Sebagai agent of change yang dimaksud adalah juga mendorong agar perkembangan budaya itu bermanfaat bagi manusia bermoral dan masyarakat sakinah. Dengan demikian media massa juga berperan untuk mencegah berkembangnya budaya – budaya yang justru merusak peradaban manusia dan masyarakatnya.


(32)

2.2.2. Surat Kabar Sebagai Media Komunikasi massa

Komunikasi massa merupakan proses komunikasi melalui media massa modern, dengan kata lain komunikasi dapat diartikan sebagai sutau proses dimanakomunikator secara potensial menggunakan media massa dalam menyebarkan pesannya untuk mempengaruhi khalayak banyak. Komunikasi massa menyiarkan informasi, gagasan, dan sikap kepada komunikan yang beragam pada jumlah banyak dengan menggunakan media.(Effendi, 2000:79-80)

Berbagai media yang baik media elektronik ataupun media massa juga memiliki peranan dalam kehidupan manusia diantaranya adalah sebagai berikut :

1. Media massa memberikan dan membantu kita mengetahui secara jelas ikhwal tentang dunia dan sekelilingnya kemudian menyimpannya dalam ingatan kita.

2. Media massa membantu menyusun agenda (jadwal) kehidupan setiap hari.

3. Media massa berfungsi membantu untuk berhubungan dengan berbagai kelompok masyarakat lain diluar masyarakat kita.

4. Media massa membantu mensosialisasikan pribadi manusia.

5. Media massa digunakan untuk membujuk khalayak yang mencari keuntungan dan pesan - pesan yang diterimanya


(33)

  20

6. Media massa sebagai media hiburan, sebangian besar melakukan fungsi sebagai media yang memberikan hiburan bagi khalayak.

Media komuniksai massa bersifat tidak langsung dan oleh karenanya perencanaan, pengolahan, dan penyampaian pesan baik itu bersifat informasi, edukasi, persuasi, dan hiburan kepada khalayak dibuat semakin rupa hingga mencapai sasaran yang dikehendaki. Komuniksai massa bersifat satu arah (one way traffic). Begitu pesan disebarkan komunikator, tidak hanya diketahui apakah pesan diterima, dimengerti, atau dilakukan oleh komunikan.

Bila dikaitkan dengan fungsi komuniksai massa maka surat kabar merupakan salah satu media massa yang juga turut andil sebagai penyampai informasi yang akurat kepada khalayak pembacanya. Swat kabar berfungsi untuk menyiarkan infonnasi, medidik, menghibur, dan mempemgaruhi pembaca. Adapun salah satu hal yang dipertimbangkan masyarakat dalam memilih surat kabar adalah dari bobot pemberitan, selian menyajikan berita surat kabar juga menyajikan dalam bentuk artike iklan dan sebagainya apabila dilihat secara umum semua bentuk informasi tersebut dapat dilihat berdasarkan scal cakupan (politik, ekonomi, budaya, dan lain-lain), berdasarkan jarak (intemasional, nasional, regional), dan berdasarkan isi kedalaman analisis.

Menurut Agee (et. Al), secara kontemporer surat kabar memiliki tiga fungsi utama yaitu, to inform (menginformasikan kepada pembaca secara objectif tentang apa yang terjadi dalam suatu komunitas ,


(34)

negara an dunia), to comment (mengomentari berita yang disampaikan dan mengembangkannya ke dalam focus berita), dan to provide (menyediakan keperluan informasi bagi pembaca yang membutuhkan barang dan jasa melalui pemasangan iklan media). (Ardianto dan Lukiati, 2004 : 98)

Salah satu media komunikasi massa dalam bentuk media cetak adalah surat kabar. Dengan sendirinya didalam surat kabar terkandung sifat-sifat komuniksi massa. Hal ini dapat diketahui dari batasan atau kriteria standar surat kabar. Berikut ini batasan surat kabar dari Dja'far H. Assegaf, 1991 : 140

"Surat kabar adalah penerbitan yang berupa lembaran yang berisi berita-berita, karangan-karangan, iklan yang dicetak dan diterbitkan secara tetap, periodic dan dijual untuk umum".

Surat kabar yang dimaksudkan dalam penelitan ini adalah surat kabar yang terbit setiap hari atau sering disebut dengan surat kabar harian.

Menurut Denis McQuail (1991: 9-10) Surat kabar merupakan media cetak yang bersifat individualisme, orientasi pada kenyataan kegunaan, sekuritas dan kecocokan dengan tuntutan kebutuhan kelas sosial baru yaitu kebutuhan usahawan kota dan professional. Sedangkan menurut Majadikara (2004 : 11) pengertian surat kabar adalah suatu kumpulan media informasi yang dibuat (diproduksi) dan disampaikan pada khalayak sasaran (pembaca) melalui tulisan (cetakan) dan seringkali disertai gambar sehingga dapat dilihat pembaca.


(35)

  22

2.2.3 Pembaca Surat Kabar Sebagai Khalayak

Pembaca merupakan sasaran komunikasi massa mealui media cetak koran. Komunikasi dapat efektif, apabila pembaca terpikat perhatiannya, tertarik minatnya, dan mengerti apa yang ingin disampaikan oleh komunikator.

Pembaca menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai orang yang membaca. Pembaca koran berarti orang yang membaca koran. Pembaca koran dapat di segmen-segmen demografis ataupun secara geografis, psikografis dan dari segi kebijakan editorial. Pembaca disini diartikan akan menjadi pembaca dari media massa cetak (surat kabar) yang bersangkutan dimana pmbaca tersebut heterogen, anonim, dan banyak sekali jumlahnya, serta berasal dari semua lapisan sosial dan sosiologi komunikasi massa.(Sutaryo, 2005: 114 )

Koran tidak hanya ,di Indonesia, di Negara luar umumnya dibaca oleh masyarakat kalangan menengah keatas. Ini berarti pembaca koran rata-rata cukup berpendidikan dengan tingkat pendidikan menengah keatas.( Kasali, 1992: 112)

Dengan demikian untuk memenuhi sebangian kebutuhannya, khalayak bebas memilih dan menggunakan sejumlah media besar isinya atau sumber-sumber rujukan lainnya (reinformance) nilai, sikap, dan pengalamnya terhadap suatu objek tertentu. Berkaitan dengan jenis medium dan isi yang dipilih, konsep khalayak sebagai pembaca koran memiliki kecenderungan untuk mengolah informasi yang diperoleh.


(36)

Memperhatikan hal diatas, maka dalam penelitian ini difokuskan pada khlayak pembaca koran yang juga merupakan khalayak yang memilih pada pemilihan Pilwali Ulang Surabaya. Diharapkan dengan adanya pemberitaan Pilwali Ulang Surabaya di media massa Jawa Pos, para pemilih dapat memberikan respon terhadap pemberitaan tersebut.

2.2.4 Berita Di Media Cetak

Berita berasal dari bahasa sansekerta, yakni Vrit yang dalam bahasa inggris disebut Write, arti sebenarnya ialah ada atau terjadi. Sebagian ada yang menyebut dengan Vritta dalam bahasa Indonesia keinudian menjadi berita atau warta. Menurut kamus besar Bahasa Indonesia kemudian menjadi berita atau warta. Menurut kamus bahasa Indonesia karangan W.J.S Poerwodarminto, "Berita" berarti kabar atau warta. Sedangkan pada kamus terbitan Balai Pustaka, arti berita diperjelas menjadi laporan " laporan mengenai kejadian atau peristiwa yang terjadi. (Djuroto, 2003: 1)

Menurut Dean M. Lyle Spenser dalam Iskandar muda (2005 : 21) menyatakan bahwa berita dapat didefinisikan sebagai setiap fakta yang akurat atau suatu ide yang dapat menarik perhatian bagi sejumlah besar pembaca.

Berita adalah laporan yang tepat waktu mengenai fakta atau opini yang memiliki daya tank atau hal yang penting atau kedua-duanya bagi


(37)

  24

masyarakat 'luas. (Iskandar muds, 2005 : 22)

Masih banyak para ahli di bidang jurnalistik lain yang memberikan pengertian tentng berita, namun hampir semuanya sependapat bahwa unsur-unsur yang dikandung dalam suatu berita meliputi cakupan dai kedua pendapat diatas. Cakupan tersebut dapat dicatat bahwa kata —kata seperti fakta, akurat, ide, tepat waktu, menarik, penting, opini dan jumlah pembaca/pendengar/penonton merupakan hal-hal yang pen didapat perhatian. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa "Berita adalah suatu fakta atau ide atau opini aktual menarik dan akurat serta dianggap penting bagi sejumlah pembaca, pendengar maupun penonton".

Jadi walaupun ada fakta tetapi jika tidak dinilai penting, aktual dan menarik oleh sejumlah besar orang, maka hal tesebut masih belum bisa diangkat menjadi sebuah bangian bahan berita. Atau sebaliknya, apabila unsur-unsur diatas tidak dapat pada data yang akan dikemas dalam penulisan berita, tetapi seorang redaktur tetap menyajikannya, maka konsekuensinya yang akan diterima nantinya tidak adanya ketertarikan pembaca/pendengar/penonton terhadap berita tersebut.

Sedangkan menurut Sumadiria (2005: 1-2) berita adalah tuisan yang berisi opini seseorang yang mengupas tuntas sesuatu masalah tertentu ang bersi fat aktual atau kontrovesial dengan tujuan untuk memberitahukan (informatin, mempengaruhi menyakinlcan (persuasif argumentatifi atau menghibur khalayak pembaca (rekreatif).


(38)

Sebuah berita menjadi menarikuntuk dibaca, didengar dan ditonton, jika berita tersebut memiliki nilai atau bobot yang berbeda antara satu dan yang lainnya. Nilai berita tersebut sangat tergantung pada pertimbangan seperti berikut :

a. Timeliness

Time liness berarti waktu yang tepat, artinya memiliki berita yang akan disajikan hams sesuai dengan waktu yang dibutuhkan oleh masyarakat pemirsa dan pembaca.

b. Promiximity

Promiximity artinya kedekatan. Kedekatan disini rnaknanya sangat bervariasi yakni dapat berarti dekat dilihat dari segi lokasi, pertali an, ras, profesi, kepercayaan, kebudayaan, maupun kepentingan yang terkait lainnya.

c. Prominance

Prominence artinya adalah orang yang terkemuka. Semakin seseorang itu terkenal maka akan semakin menjadi bahan yang menarik pula.

d. Conseqence

Consequence atinya konsekuensi atau akibat. Pengertian yaitu, segala tindakan atau kebijakan, peraturan, perundangan dan lain


(39)

-  26

lainnya yang dapat berakibat merugikan atau menyenangkan orang banyak merupakan bahan berita yang menarik.

e. C o n f l i c t

Conflict ( konflik ) memiliki nilai berita yang sangat tinggi karena konflik adalah bangian dan kehidupan. Disisi lain berita adalah sangat berhubungan dengan peristiwa kehidupan.

f. Development

Development (Pernerintah) merupakan materi berita yang cukup menarik apabila reporter yang bersangkutan mampu mengulasnya dengan baik.

g. Disaster and crime

Disaster ( bencana) dan Crime ( kejahatan ) adalah dua peristiwa berita yang pasti akan memdapatkan tempat bagi para pemirsa

Dalam penelitian ini, peneliti ingin mencari tahu apakah media dapat mempengaruhi sikap pemilih pada Pilwali Ulang di Kelurahan Wiyung Surabaya Pasca Pemberitaan Pemilihan Pilwali Ulang di Media. Karena dalam hal ini baik media cetak maupun elektronik berperan sebagi media edukasi dan media informasi bagi masyarakat sebagai khalayak, yang artinya bahwa media massa berperan sebagai media yang setiap saat mendidik masyarakat supaya lebih cerdas dan terbuka pikirannya akan berbagai informasi seperti halnya informasi tentang Pilwali Ulang


(40)

Surabaya. Diharapkan media massa dapat menjadi media yang dapat menyalurkan berbagai informasi penting dan jujur kepada masyarakat tentang Pilwali Ulang Surabaya sehingga pada akhirnya masyarakat Surabaya dapat menentukan mana calon pasangan pada Pilwali Ulang Surabaya yang memang dirasa cocok dan mampu yang sesuai dengan pilihan dan kehendak rakyat Surabaya.

2.2.5 Televisi Sebagai Media Komunikasi Massa

Televisi disini merupakan media dari jaringan komunikasi yang dimiliki komunikasi massa, yakni berlangsung satu arah, komunikatornya melembaga, pesannya bersifat umum dan sasarannya menimbulkan keserempakan serta sifat komunikasinya heterogen. (Elvinaro,2004 ; 7).

2.2.5.1 Fungsi Televisi Sebagai Media Massa

Seperti halnya media massa yang lainnya televisi mempunyai beberapa fungsi pokok, yakni fungsi penerangan, pendidikan dan hiburan. (Elvinaro, 2004 ; 18)

1. Fungsi Penerangan

Pada fungsi ini media televisi dianggap sebagai media yang mampu menyiarkan informasi yang sangat memuaskan. Hal ini disebabkan dua faktor yang terdapat pada media massa audio visual yaitu :

Immediacy yang mencakup pengertian langsung dan dekat. Televisi sanggup menghadirkan peristiwa secara langsung dan penonton


(41)

  28

merasa hadir di tempat kejadian. Seolah-olah penonton menyaksikan dari jarak yang amat dekat.

Realism mengandung makna kenyataan. Dalam menyajikan

informasi televisi menampilkannya sesuai dengan kenyataan yang ada. Pemirsa dapat melihat sendiri dan mendengar kejadian yang ditampilkan melalui gambar-gambar faktual dan komentar yang kesemuanya realistis.

2. Fungsi Pendidikan

Sesuai dengan makna pendidikan, yakni meningkatkan pengetahuan dan penalaran masyarakat, televisi dapat meningkatkan pengetahuan masyarakat melalui acara yang disiarkan yang mengandung muatan pendidikan. Televisi juga dapat menyiarkan acara yang secara implisit mengandung pendidikan, seperti acara kuis, dialog khusus dan lain sebagainya.

3. Fungsi Hiburan

Acara-acara hiburan hampir menjadi acara yang mendominasi televisi siaran. Hal ini sewajarnya karena tampilan gambar yang hidup dan suara yang bagaikan kenyataan. Kebanyakan pemirsa lebih memilih menonton televisi karena tawaran hiburan yang disajikan dan kenyataan hiburan televisi lebih murah dan bervariasi dibandingkan harus mengeluarkan biaya banyak untuk hiburan diluar.

Khusus media televisi, terdapat karakter yang sangat spesifik dan tak dimiliki oleh media lainnya, yaitu :


(42)

a. Pesan hadir secara “utuh” (original, credible) b. Citra bergerak (colour and motion picture) c. Bahasa gambar (universal)

Pesan hadir secara “utuh”, artinya sumber-sumber informasi baik berupa manusia, alam, benda, dan lain sebagainya. Serta isi pesan hadir secara cepat dan begitu dekat (immediacy) ke khalayak penonton dalam wujud aslinya (realism). Penonton dapat melihat sendiri wujud sumber informasi serta mendengar sendiri isi pesannya, sehingga dapat menumbuhkan tingkat kepercayaan yang tinggi. Disinilah keunggulan medium televisi.

2.2.5.2

Berita

 

Televisi

 

Untuk memenuhi kebutuhan khalayak pemirsa, televisi menyajikan berbagai bentuk informasi, khususnya dalam bentuk berita. Yang penyajiannya diusahakan mampu menarik minat pemirsa yang menjadi sasaran utamanya.

Menurut Mitchel V. Charnley definisi berita adalah laporan yang tepat waktu mengenai fakta atau opini yang memiliki daya tarik atau hal penting atau kedua-duanya bagi masyarakat luas. (Iskandar Muda, 2005 ; 22)

Berita meliputi peristiwa apa yang nyata terjadi, hal yang akan terjadi, atau apa yang menjadi pemikiran orang (Sumadiria, 2005 ; 64).


(43)

  30

Berita dalam bahasa inggris disebut News yang berasal dari New atau baru dan dijamakan menjadi suatu yang baru dalam arti bahwa peristiwa itu belum pernah terjadi sebelumnya setidaknya jarang terjadi atau mengandung informasi yang baru tentang suatu hal.peristiwa yang jarang terjadi tidak saja mengandung sifat baru tetapi juga unik.

Pada berita elektonik, dengan kemampuan teknologinya fenomena berita kini diubah dari laporan peristiwa yang telah terjadi atau baru terjadi ditentukan oleh sejauh mana ia dibutuhkan dan dicari khalayak. Untuk itu berita haruslah memiliki nilai atau bobot yang berbeda antara satu dengan lainnya. Adapun hal-hal yang dapat menentukan nilai sebuah berita (News Value) antara lain meliputi :

1. Significance (penting)

Bersifat dapat mempengaruhi dan menyangkut hajat masyarakat luas.

2. Magnitude (besaran)

Jumlah atau angka yang besar mempunyai daya tarik dan menimbulkan dampak tertentu.

3. Time concern (tepat waktu, baru, actual)

Sesuatu yang masih hangat karena baru saja terjadi, atau sedang berlangsung.


(44)

4. Proximity (kedekatan)

Unsur-unsur yang menimbulkan daya tarik karena “dekat” dengan khalayak, antara lain tempat kejadian, wawasan local dan hubungan emosional.

5. Prominence (kemasyuran)

Nama-nama besar yang sudah dikenal masyarakat memberi bobot lebih dan menjadi daya tarik.

6. Human Interest (sentuhan manusiawi)

Hal-hal yang menggugah rasa kemanusiaan, tidak hanya tentang manusia tetapi juga tentang alam.

2.2.6 Media Online

Media Online adalah media massa yang dapat ditemukan di internet. Sebagai media massa, media Online juga mengaidahkan kaidah – kaidah dalam jurnalistik dalam sistem kerjanya. Sebetulnya tidak ada perbedaan yang terlalu signifikan. Perbedaan yang paling mencolok adalah mediumnya. Berikut ini adalah cirri – ciri yang membedakan media online dengan media cetak yaitu :

1. Tidak ada pembatasan panjang naskah, karena halaman web bisa menampung naskah yang sepanjang apapun.


(45)

  32

2. Prosedur naskah sama saja pada media cetak yaitu harus diedit dahulu oleh reaksi namun beberapa sejumlah media memperbolehkan wartawan meng-upload sendiri tulisan mereka.

3. Walaupun sudah naik cetak namun masih bisa diedit dengan leluasa, tetapi biasanya hanya mengedit masalah teknis saja, seperti salah ketik. 4. Layouter hanya bekerja sekali saja pada awal pembuatan situs, berbeda dengan media cetak yang mengharuskan layouter bekerja untuk setiap edisinya.

5. Bisa terbit kapan saja, tidak ada batasan waktu

6. Setelah di-upload sudah bisa dibaca oleh semua orang diseluruh dunia

yang memiliki akses internet

(http://jonru.multiply.com/journal/item/128) diakses pada 18-02-2010

pukul 01.20 WIB

Selain perbedaan media online dengan media cetak diatas, terdapat juga karakteristik – karakteristik media online yaitu :

1. Real Time

Berita dan peristiwa langsung dipublikasikan pada saat kejadian berlangsug. Mekanismenya lebih leluasa, tanpa dikekakng oleh periodisasi maupn jadwal penerbitan.

2. Multimedia

Jurnalistik online mampu menyajikan bentuk dan isi publikasi yang lebih kaya dibandingkan media massa tradisional. Jurnalisme online


(46)

dapat memasukkan halaman multimedia seperti teks, graphic, suara, music, motion video, animasi atau tiga dimensi.

3. Interaktif

Dengan memanfaatkan hyperlink yang terdapat pada web, karya jurnalisme online dapat meyajikan informasi yang terhubung dengan sumber – sumber lainnya. Sehingga pembaca dapat menikmati infomasi secara efisien dan efektif dan dapat mendapatkan pendalaman atau penjelasan yang lebi luas. Interaktif juga bisa memiliki kemampuan untuk membuat atau memilih pesan kita sendiri, menyediakan ruang dimana public dapat merespon, berinteraksi atau mengeditsuatu pesan. (

www.yayan.com/artikel/cyber-culture/karakteristik-journalisme-online-sebuah-pengenalan,html)

diakses pada tanggal 18-02-2010 pukul 01.45 WIB. 2.2.6.1 Internet sebagai media msssa

Kata media berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak dari kata medium yang secara harfiah berarti peralatan atau pengantar. Media merupakan wadah dari pesan yang oleh sumber atau penyalurnya ingin diteruskan kepada sasaran atau penerima pesan tersebut.

Dengan berkembangnya teknologi komunikasi yang kian pesat dan semakin beragan sajiannya. Orang tak hanya mendapatkan informasi melalui surat kabar , radio, televisi. Sejak tahun 1989 masyarakat dapat memperoleh informasi melalui internet (Yusuf Hadi, 1984 :49)


(47)

  34

Internet dua computer atau lebih yang saling berhubungan yang membentuk jaringan computer hingga melputi jutaan computer di dunia atau internsional, yang saling berinteraksi dan bertukar informasi, sedangkan dari segi ilmu pengetahuan internet merupakan sebuah perpustakaan besar yang didalamnya terdapat jutaan bahkan milyaran informasi atau data yang dapt berupa teks, grafik, audio, maupun animasi dalam bentuk media elektronik. Orang bisa berkunjung ke perpustakaan tersebut kapanpun dan dimanapun. Ari segi Komunikasi, internet adalah sarana yang efisien dan efektif untuk melakukan pertukaran informasi jarak jauh maupun dalam lingkungan perkantoran.

Awalnya Internet dikenal sebagai wadah bagi para peneliti untuk saling bertukar informasi yang kemudian dimanfaatkan oleh perusahaan komersil sebagai sarana bisnis. Saat ini penguna internet tersebar di seluruh dunia dengan jumlah mencapai lebih dari 250 juta orang. (Daryanto, 2004:22)

2.3. Konsep Sikap

Secara histories istilah “sikap” (attitude) digunakan oleh Herbert Spencer pada tahun 1986 yang sering dipakai dalam menilai status mental seseorang dan juga pada saat itu istilah tersebut lebih ditunjukkan pada postur fisik atau posisi tubuh manusia, sedangkan pada tahun 1888 Lange menggunakan istilah sikap dalam bidang eksperimen mengenai respon untuk menggambarkan kesiapan subjek dalam menghadapi stimulus yang datang tiba-tiba (Azwar, 2002 : 4). Sikap memang mempunyai beberapa


(48)

definisi yang berbeda-beda dari beberapa pengamat. Ada 3 kerangka pemikiran dari beberapa ahli mengenai definisi dari sikap yang dapat disimpulkan sebagai berikut yaitu :

1. Keranga pemikiran menurut para ahli psikolog yaitu adalah suatu bentuk evaluasi atau reaksi perasaan.

2. Kerangka pemikiran menurut para ahli psikologi sosial dan psikologi kepribadian yang dimana konsep sikap lebih kompleks. Menurut kelompok ini sikap mempunyai makna kesiapan untuk bereaksi terhadap suatu obyek dengan cara-cara tertentu. Kesiapan disini terkait dengan kecenderungan potensial untuk bereaksi dengan cara tertentu apabila individu dihadapkan pada suatu stimulus yang menghendaki adanya respon.

3. Kerangka pemikiran yang ketiga berfikir bahwa sikap merupakan konstelasi komponen-komponen kognitif, afektif dan konatif yang saling berinteraksi dalam memahami, merasakan dan berperilaku terhadap suatu objek (Azwar, 2002 : 4)

Definisi sikap yang lainya adalah kecenderungan untuk bertindak, berpersepsi, berfikir dan merasa dalam menghadapi objek, situasi dan nilai (Rakhmat, 2005 : 39-40). Sikap manusia dapat berbentuk karena ada beberapa faktor yang mempengaruhinya. Menurut Azwar (2002 : 30-37) ada 6 faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap yaitu :

1. Pengalaman pribadi : apa yang telah kita alami akan ikut membentuk dan mempengaruhi penghayatan kita terhadap stimulus sosial.


(49)

  36

Tanggapan dapat menjadi salah satu dasar terbentuknya sikap. Untuk menjadi dasar pembentukan sikap pengalaman pribadi harus meninggalkan kesan yang kuat.

2. Orang lain yang dianggap penting : orang lain disekitar kita merupakan adalah satu diantara komponen sosial yang ikut mempengaruhi sikap kita. Seseorang yang kita anggap penting, seseorang yang kita harapkan persetujuannya bagi setiap gerak tingkah laku dan pendapat kita, seseorang yang tidak ingin kita kecewakan atau seseorang yang berarti khusus bagi kita akan banyak mempengaruhi pembentukan sikap kita.

3. Kebudayaan : kebudayaan dimana kita hidup dan dibesarkan mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan sikap kita.

4. Media massa : adanya informasi baru dari media massa mengenai sesuatu hal memberikan landasan kognitif baru bagi terbentuknya sikap terhadap hal tersebut. Pesan-pesan sugesif yang dibawa oleh informasi tersebut apabila cukup kuat memberikan dasar afektif dalam menilai sesuatu hal sehingga terbentuklah arah sikap.

5. Lembaga pendidikan dan lembaga agama : lembaga pendidikan dan lembaga agama sebagai suatu system yang mempunyai pengaruh dalam pembentukan sikap dikarenakan keduanya meletakkan dasar pengertian dan konsep moral dalam diri individu.

6. Faktor emosional dalam diri individu : sikap kadang-kadang terbentuk karena didasari oleh emosi.


(50)

Struktur sikap terdiri atas tiga komponen yang saling menunjang yaitu komponen kognitif, komponen afektif, dan komponen konatif. Dibawah ini akan diuraikan lebih lanjut ketiga komponen sikap tersebut. 1. Komponen kognitif

Komponen kognitif berisi kepercayaan seseorang mengenai apa yang berlaku atau apa yang benar bagi objek sikap. Kepercayaan terbentuk oleh apa yang telah kita lihat atau apa yang telah kita ketahui, kemudian terbentuk suatu ide atau gagasan mengenai sifat atau karakteristik umum suatu objek. Bila kepercayaan sudah terbentuk, maka akan menjadi dasar pengetahuan seseorang mengenai apa yang diharapkan dari objek tersebut.

2. Komponen afektif

Komponen afektif menyangkut masalah emosional subjektif seseorang terhadap suatu objek sikap. Komponen ini terbentuk oleh aspek perasaan terhadap objek. Komponen ini berkaitan dengan aspek emosional terhadap objek tersebut. Beban emosional inilah yang memberikan watak tertentu terhadap sikap yaitu watak mantap, tergerak dan termotivasi.

3. Komponen konatif

Komponen perilaku atau komponen konatif dalam struktur sikap menunjukkan bagaimana perilaku atau kecenderungan berperilaku yang ada dalam diri seseorang berkaitan dengan objek sikap yang


(51)

  38

dihadapinya. Kaitan ini didasari oleh asumsi bahwa kepercayaan dan perasaan banyak mempengaruhi perilaku.

Fungsi sikap menurut Severi dan Tankard (2005 : 197) adalah :

1. Fungsi Instrumental, penyelarasan atau kebermanfaatan sejumlah sikap dipegang kuat karena manusia berjuang keras untuk memaksimalkan penghargaan dalam lingkungan eksternal dan meminimalkan sanksi. 2. Fungsi Pertahanan Diri

Sejumlah sikap sipegang kuat karena manusia melindungi ego mereka dari hasrat mereka sendiri yang tidak dapat diterima atau dari pengetahuan tentang kekuatan-kekuatan yang mengancam dari luar. 3. Fungsi Ekspresi Diri

Sejumlah sikap dipegang kuat karena memungkinkan seseorang memberikan ekspresi positif pada nilai-nilai sentral dan pada jati diri. 4. Fungsi pengetahuan sejumlah sikap dipegang kuat karena memuaskan

kebutuhan akan pengetahuan atau member struktur dan makna pada sesuatu yang jika tanpanya dunia akan kacau.

2.4. Komunikasi Politik

Komunikasi adalah proses interaksi sosial yang digunakan orang untuk menyusun makna yang merupakan repreentasi mengenai mereka mengenai dunia (yang berdasarkan itu mereka bertindak) dan untuk bertukar citra itu melalui simbol-simbol.


(52)

Politik menurut Harold Laswell adalah siapa memperoleh apa, kapan dan bagaimana. Pembagian nilai-nilai oleh yang berwenang, kekuasaan dan pemenang kekuasaan, berpengaruh, tindakan yang diarahkan untuk mempertahankan dan atau memperluas tindakan lainnya.

Seperti juga komunikasi, politik adalah suatu proses yang melibatkan pembicaraan. Ini bukan pembicaraan dalam arti sempit seperti kata yang diucapkan, melainkan pembicaraan dalam arti yang lebih inklusif. Yang berarti segala cara orang bertukar simbol, kata-kata yang dituliskan dan diucapkan, gambar, gerakan, sikap tubuh, perangai dan pakaian.

Unsur penyampaian barangkali merupakan unsur komunikasi yang paling sering dijumpai dalam definisi komunikas. Seperti halnya definisi yang dikemukakan oleh Ithiel de Sola Pool, bahwa komunikasi adalah pengalihan informasi untuk memperoleh tanggapan. Sedangkan Shacter (1961) menulis bahwa komunikasi merupakan mekanisme untuk melaksanakan kekuasaan. Shacter menempatkan komunikasi sebagai unsur kontrol sosial atau untuk memepengaruhi perilaku, keyakinan, sikap terhadap orang lain.

Komunikasi politik merupakan jalan mengalirnya informasi melalui masyarakat dan melalui berbagai struktur yang ada dalam sistem politik. Dengan kata lain, fungsi komunikasi politik adalah fungsi struktur politik menyerap berbagai aspirasi, pandangan-pandangan dan


(53)

gagasan-  40

gagasan yang berkembang dalam masyarakat dan menyalurkan sebagai bahan dalam penentuan kebijaksanaan.

Fungsi komunikasi politik ini terutama dijalankan oleh media massa, baik cetak maupun elektronik. Dengan demikian media massa memiliki peranan yang sangat strategis dalam suatu sistem politik. Peranan media massa hanya sebatas penyaluran informasi timbal balik, akan tetapi juga berperan dalam membentuk opini publik,perilaku, sikap dan partisipasi politik di masyarakat.

2.5. Tentang Pilwali

Pilkada atau Pilwali merupakan sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat di wilayah provinsi dan kabupaten atau kota besar berdasarkan pancasila dan udang – undang dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 untuk memilih kepala daerah dan wakil kepala daerah. (pasal 1 ayat (1) PP No. 6/2005 tentang pemilihan, pengesahan, pengangkatan, dan pemberhentian kepala daerah dan wakil kepala daerah).

Kepala daerah dan wakil kepala daerah adalah gubernur dan wakil gubernur untuk provinsi, bupati dan wakil bupati untuk kabupaten, dan walikota dan wakil walikota untuk kota. (pasal 1 ayat (2) PP No. 6/2005 tentang pemilihan, pengesahan, pengangkatan, dan pemberhentian kepala daerah dan wakil kepala daerah).

Penetapan kepala daerah, pertama wakil kepala daerah yang memperoleh suara lebih dari 50% dari jumlah suara yang sah ditetapkan


(54)

sebagai pasangan calon terpilih. Kedua, pasangan calon yang memperoleh lebih dari 25% dari jumlah suara yang sah, pasangan calon dengan perolehan suara terbesar ditetapkan sebagai calon terpilih.

2.6. Teori S-O-R

Pada awalnya teori ini berasal dari psikologi kemudian menjadi teori komunikasi. Karena obyek material dari psikologi dan ilmu komunikasi adalah sama, yaitu manusia yang jiwanya meliputi komponen sikap, opini, kognitif, afektif, dan konatif.

Teori S-O-R sebagai singkatan dari Stimulus-Organisme-Response. Stimulus sendiri berarti pesan di antara dua unsur komunikasi yaitu komunikator dan komunikan. Komunikator memberikan pesan berupa tanda, lambang dan gambar kepada komunikan. Organisme berarti diri komunikan sebagai penerima pesan atau informasi dari komunikator. Setelah komunikan memberikan tanda, lambang maupun gambar, kemudian komunikan merespon dengan cara memperhatikan dan memahami pesan yang disampaikan. Selanjutnya response diartikan efek sebagai akhir dalam proses komunikasi yang menimbulkan perubahan kognitif, afektif dan konatif pada diri komunikan.

Menurut teori ini efek yang ditimbulkan adalah reaksi khusus terhadap stimulus khusus, sehingga seseorang dapat mengharapkan dan memperkirakan kesesuaian antara pesan dan reaksi komunikan. Selain itu teori menjelaskan tentang pengaruh yang terjadi pada pihak penerima


(55)

  42

sebagai akibat dari ilmu komunikasi ( McQuail, 1994:234 ). Akibat atau pengaruh yang terjadi merupakan suatu reaksi tertentu dari rangsangan tertentu. Artinya stimulus dan dalam bentuk apa pengaruh atau stimulus tersebut tergantung dari isi pesan yang ditampilkan.

Unsur-unsur dalam model ini adalah :

1. Pesan ( stimulus ) merupakan pesan yang disampaikan tersebut dapat berupa tanda dan lambang.

2. Komunikan ( Organisme ) merupakan keadaan komunikan di saat menerima pesan. Pesan yang disampaikan kepada komunikan oleh komunikator diterima sebagai informasi dan komunikan akan memperhatikan informasi yang disampaikan oleh komunikator. Perhatian di sini diartikan bahwa komunikan akan memperhatikan setiap pesan yang disampaikan melalui tanda dan lambang. Selanjutnya, komunikan mencoba untuk mengartikan dan memahami setiap pesan yang disampaikan oleh komunikator.

3. Efek (Response) merupakan dampak dari komunikasi. Efek dari komunikasi adalah perubahan sikap yaitu sikap kognitif, afektif dan konatif. Efek kognitif merupakan efek yang ditimbulkan setelah adanya komunikasi. Efek kognitif berarti bahwa setiap informasi menjadi bahan pengetahuan bagi komunikan. ( Effendi, 2003:255 )

Jika unsur stimulus berupa pesan, unsur organisme berupa perhatian, pengertian dan penerimaan komunikan dan unsur respon berupa efek maka sangat tepat jika peneliti menggunakan teori S-O-R untuk


(56)

dipakai sebagai pijakan teori dalam penelitian. Teori S-O-R dapat digambarkan sebagai berikut :

   

Gambar 1 : Model Teori S-O-R ( Effendy, 2003 : 255 )

Menurut gambar ini model di atas menunjukan bahwa stimulus atau pesan yang disampaikan oleh komunikator kepada komunikan berupa ” Pemberitaan Pilwali Ulang Surabaya. Mungkin diterima atau mungkin saja terjadi penolakan. Dalam tahapan berikutnya bila komunikan menerima stimulus atau pesan yang disampaikan, maka akan memperhatikan. Proses selanjutnya komunikan tersebut mengerti dari pesan yang yang telah disampaikan. Dan proses terakhir adalah kesediaan diri komunikan untuk mengubah sikap yang menandakan keberhasilan dalam proses komunikasi. ( Effendy, 2003:256 )

2.7. Kerangka Berpikir

Surabaya merupakan kota Metropolitan, sehingga sudah dapat dipastikan berbagai permasalahan terjadi atau timbul di kota ini. Sebagai Kota terbesar ke 2 setelah Ibu Kota Jakarta, Surabaya akan segera melaksanakan Pilwali Ulang yang akan diselenggarakan pada 1 Agustus Stimulus

Organisme a. Perhatian b. Pengertian c. Penerimaan

Response ( Perubahan Sikap )

a. Kognitif b. Afektif c. Konatif


(57)

  44

2010, Hal ini dilakukan karena pada Pilwali Surabaya 2 Juni 2010 banyak terdapat kecurangan dan pelanggaran yang terjadi selama proses pemilihan walikota Surabaya tersebut. Sesuai dengan keputusan Mahkamah Kontitusi Tanggal 25 Mei 2010, Nomor : 31/PHPU. D-VIII/2010 Yang memerintahkan Komisi Pemilihan Umum (KPU) Surabaya untuk mengadakan pencoblosan ulang di lima kecamatan dan dua kelurahan, lima kecamatan itu adalah Kecamatan Bulak, Kecamatan Semampir, Kecamatan Krembangan, Kecamatan Rungkut, Kecamatan Sukolilo. Dua Kelurahan yang harus melakukan pencoblosan ulang adalah Kelurahan Putat Jaya dan Kelurahan Wiyung. Mahkamah Konstitusi juga meminta dilakukan penghitungan ulang surat suara di seluruh kotak suara, kecuali di wilayah tempat dilangsungkannya pencoblosan ulang. Dalam surat itu, surat suara coblos tembus simetris (Coblosan lebih dari satu tapi tidak mengenai gambar pasangan calon lainnya) dinyatakan sah. Mahkamah Konstitusi juga memerintahkan KPU (Komisi Pemilihan Umum) agar melaporkan hasil pencoblosan ulang dan penghitungan ulang surat suara selambat-lambatnya 60 hari setelah putusan dibacakan.

Dalam putusannya, MK memang menilai terjadi pelanggaran-pelanggaran yang bersifat sistematis, terstruktur dan masif, terutama berdasarkan pertemuan di Rumah Makan Mutiara yang dihadiri 5 camat dan sekitar 40 lurah. Dari sanalah MK berkeyakinan telah terjadi mobilisasi PNS, khususnya camat dan lurah untuk memenangkan pasangan Risma-Bambang.


(58)

Dan di dalam penelitian ini, peneliti ingin meneliti bagaimana Sikap pemilih dalam pemilihan Pilwali Ulang Kota Surabaya khususnya Di Kelurahan Wiyung Pasca pemberitaan, kenapa peneliti memilih Kelurahan Wiyung sebagai subjek penelitian dikarenakan pada Kelurahan Wiyung pada Pilwali Surabaya 2 Juni 2010 terjadi aksi pemboikotan yang dilakukan oleh seluruh RT & RW yang tidak bersedia menjadi panitia KPPS sebagaimana yang biasa mereka lakukan pada Pemilu Presiden Kemarin, Hal ini dikarenkan ada perselisihan antara Warga Kelurahan Wiyung dengan pihak Pemerintah Kota Surabaya yang belum terselesaikan yang pada saat itu masih dijabat oleh Bambang DH selaku Walikota Surabaya yang pada Pilwali Surabaya 2010 merupakan salah satu kandidat pasangan calon yang maju menjadi kandidat namun sebagai Wakil dari Tri Risma Harini. Dan Peneliti juga ingin mengetahui apa yang menyebabkan terjadinya perubahan perolehan surat suara yang sangat signifikan di Kelurahan Wiyung Pada Pemilihan Pilwali Ulang Surabaya, mengigat pada pemilihan Pilwali Ulang Surabaya di Kelurahan Wiyung terjadi perubahan perolehan suara yang sangat signifikan.

 Teori S-O-R singkatan dari Stimulus-Organisme-Response.

Stimulus sendiri berarti pesan diantara dua unsur komunikasi yaitu komunikator dan komunikan. Komunikator memberikan pasan berupa tanda, lambang, dan gambar kepada komunikan. Organisme berarti diri komunikan sebagai penerima pesan atau informasi dari komunikator. Setelah komunikan memberikan tanda, lambang maupun gambar,


(59)

  46

kemudian komunikan merespon dengan cara memperhatikan dan memahami pesan yang disampaikan. Selanjutnya response diartikan efek sebagai akhir dalam proses komunikasi yang menimbulkan perubahan kognitif, afektif dan konatif pada diri komunikan. Dampak atau pengaruh yang terjadi merupakan suatu reaksi tertentu dari rangsangan tertentu ( Rahmat, 2005:35 ). Dan definisi dari efek kognisi tersebut adalah perubahan pengetahuan.

Menurut teori ini efek yang ditimbulkan adalah reaksi khusus terhadap stimulus khusus, sehingga seseorang dapat mengharapkan dan memperkirakan kesesuaian antara pesan dan reaksi komunikan. Selain itu teori menjelaskan tentang pengaruh yang terjadi pada pihak penerima sebagai akibat dari ilmu komunikasi ( McQuail, 1994:234 ). Akibat atau pengaruh yang terjadi merupakan suatu reaksi tertentu dari rangsangan tertentu. Artinya stimulus dan dalam bentuk apa pengaruh atau stimulus tersebut tergantung dari isi pesan yang ditampilkan.

Dalam penelitian ini, peneliti ingin meneliti sikap pemilih dalam pemilihan Pilwali ulang di Kelurahan Wiyung Surabaya, karena stimuli dalam hal ini pesan akan diterima bila ada perhatian, pengertian, dan penerimaan dari khalayak yang menjadi obyek dalam penelitian ini. Selanjutnya setelah menerima pesan atau stimulus berikutnya akan terjadi perubahan sikap oleh khalayak tersebut.


(60)

Berdasarkan teori – teori yang telah dikemukakan di atas, maka kerangka berpikir yang digunakan sebagai acuan dalam penelitian adalah sebagai berikut :

Gambar 2 : Bagan kerangka berpikir Sikap Pemilih dalam pemilihan Pilwali Ulang di Kelurahan Wiyung Surabaya.

Stimulus: Pemberitaan Pilwali

Ulang Surabaya

Pesan

Organisme Masyarakat Kelurahan Wiyung Surabaya yang mempunyai hak pilih

a. Perhatian b. Pengertian c. Penerimaan 

Response

a. Efek Kognitif

b. Efek Afektif


(61)

48 BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

Definisi operasional di sini dimaksudkan untuk menjelaskan indikator dari variabel penelitian. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu menggunakan metode deskriptif yang bertujuan untuk menggambarkan, meringkaskan berbagai kondisi, berbagai situasi atau berbagai variabel yang terjadi pada masyarakat Surabaya yang mempunyai hak pilih yang menjadi obyek penelitian itu kemudian menarik ke permukaan sebagai suatu ciri atau gambaran tentang kondisi , situasi ataupun variabel tertentu (Bungin, 2001 : 48). Penelitian ini dipusatkan untuk mengetahui sikap pemilih pada pemilihan pilwali ulang di kelurahan wiyung surabaya. Untuk lebih mudah pengukurannya, maka dapat dioperasionalkan sebagai berikut :

3.1.2 Sikap Pemilih Dalam Pemilihan Pilwali Ulang di Kelurahan Wiyung Surabaya Pasca Pemberitaan

Sikap adalah kecenderungan untuk memberikan reaksi yang menyenangkan, tidak menyenangkan atau netral terhadap suatu obyek atau sebuah kumpulan obyek. Sikap relatif menetap, berbagai studi menunjukan bahwa sikap kelompok cenderung dipertahankan dan jarang mengalami perubahan. ( Rahmat, 2001:39 ).


(62)

Sikap pemilih pada pemilihan Pilwali Ulang Surabaya merupakan bentuk dari kecenderungan berfikir, merasa dan bertindak menghadapi obyek, situasi berupa pemberitaan di media massa. Sikap pemilih dapat dibedakan dalam 3 hal yaitu komponen kognitif, komponen afektif, dan komponen konatif.

1) Komponen kognitif yang tersusun atas dasar pengetahuan atau informasi yang dimiliki seseorang mengenai objek sikap dalam hal ini adalah sikap pemilih pada pemilihan Pilwali Ulang Surabaya pasca pemberitaan, yaitu :

a. Mengetahui pemberitaan Pemilihan Pilwali Ulang Surabaya.

b. Memahami pemberitaan mengenai Pemilihan Pilwali Ulang Surabaya.

c. Mengetahui kapan dilaksanakannya Pemilihan Pilwali Ulang Surabaya setelah melihat dan memahami pemberitaan mengenai pemilihan Pilwali Ulang Surabaya.

d. Mengetahui dampak yang ditimbulkan dari Pemilihan Pilwali Ulang Surabaya

Perhitungan dan pengkategoriannya sebagai berikut :

1. Skor tertinggidiperoleh dari banyaknya pertanyaan dikalikan dengan skor jawaban tertinggi responden, yaitu 4 x 4 = 16 2. Skor terendah diperolch dari banyaknya pertanyaan dikalikan


(63)

  50

Maka perhitungan interval skornya adalah sebagai berikut :

Range = Skor tertinggi - Skor terendah Jenjang yang diinginkan = 16 - 4

3 = 4

Jadi penentuan kategorinya adalah sebagai berikut : 1. Aspek Kognitif Negatif = 4 - 7

2. Aspek Kognitif Netral = 8 - 11 3. Aspek Kognitif Positif = 12 - 16

2) Komponen afektif yaitu berhubungan dengan perasaan seperti khawatir, ketakutan dan kecemasan seseorang mengenai obyek sikap dalam hal ini adalah Sikap pemilih pada Pemilihan Pilwali Ulang Surabaya Pasca Pemberitaan, yaitu :

a. Merasa tertarik dengan pemberitaan mengenai Pemilihan Pilwali Ulang Surabaya setelah membaca dan melihat pemberitaan mengenai Pemilihan Pilwali Ulang Surabaya.

b. Merasa tertarik dengan berita perkembangan Pemilihan Pilwali Ulang Surabaya setelah membaca, melihat dan memahami pemberitaan mengenai Pemilihan Pilwali Ulang Surabaya.


(64)

c. Merasa tertarik dengan berita Pemilihan Pilwali Ulang Surabaya setelah membaca pemberitaan mengenai Pemilihan Pilwali Ulang Surabaya.

d. Merasa khawatir dengan dampak yang ditimbulkan dari pemberitaan mengenai Pemilihan Pilwali Ulang Surabaya di

.

Maka perhitungan interval skornya adalah sebagai berikut : Range = Skor tertinggi - Skor terendah

Jenjang yang diinginkan = 16 - 4

3 = 4

Jadi penentuan kategorinya adalah sebagai berikut : 1. Aspek Kognitif Negatif = 4 - 7

2. Aspek Kognitif Netral = 8 - 11 3. Aspek Kognitif Positif = 12 - 16

3) Komponen konatif yaitu kecenderungan perubahan sikap atau perilaku seseorang pasca pemberitaan Pemilihan Pilwali Ulang Surabaya di Media Massa :

a. Dengan adanya pemberitaan tentang pemilihan Pilwali Ulang Surabaya anda bisa menerimanya.

b. Apakah perubahan pilihan anda pada Pemilihan Pilwali Ulang Surabaya pasca pemberitaan di Media Cetak.


(65)

  52

c. Apakah perubahan pilihan anda pada Pemilihan Pilwali Ulang Surabaya pasca pemberitaan di Media Elektronik.

d. Apakah perubahan pilihan anda pada Pemilihan Pilwali Ulang Surabaya pasca pemberitaan di Media online.

Hasil dari penelitian ini dapat dihitung dengan 3 efek yaitu efek Kognitif, Afektif, Konatif maka perhitungan interval skornya adalah :

Range = Skor Tertinggi – Skor Terendah Jenjang yang diinginkan = 16 – 4

3 = 4

Jadi penentuan kategorinya adalah sebagai berikut : 1. Aspek Konatif Negatif = 4 – 7

2. Aspek Konatif Netral = 8 – 11 3. Aspek Konatif Positif = 12 – 16

Setelah Kognitif, Afektif dan Konatif telah selesai perhitungan komulatif interval kelasnya adalah sebagai berikut :

Range = Skor Tertinggi – Skor Terendah Jenjang yang diinginkan

= 48 – 12 3


(66)

Jadi pengkategoriannya adalah :

1. Kategori Negatif jika skor yang diperoleh 12 - 23 2. Kategori Netral jika skor yang diperoleh 24 - 35 3. Kategori Positif jika skor yang diperolh 36 - 48

Untuk mengetahui Sikap Pemilih di kelurahan Wiyung pasca pemberitaan Pilwali Ulang Surabaya diukur dengan alternatif pilihan yang dinyatakan dalam pernyataan untuk mengukur Efek Kognitif, Afektif, Konatif dinyatakan dalam bentuk skor. Dalam pemberian skor pernyataan sikap yang bersifat mendukung atau memihak pada obyek sikap atau favorable (Azwar, 1997:161).

Dalam penelitian ini digunakan skala likert. Yang dimaksud dengan skala likert adalah skala yang digunakan untuk mengukur bobot 1 sampai dengan 4. Dalam melakukan penskalaan dengan model ini responden diberi daftar pertanyaan mengenai sikap dan responden akan disediakan jawaban untuk dipilih. Sebagai pernyataan responden terhadap ketidaksetujuan terhadap pertanyaan dari kuesioner (Singarimbun, 1995:111). Jawaban dari kuesioner digolongkan menjadi empat jenis pilihan jawaban, yaitu :

1. Sangat Tidak Setuju (STS) ( memiliki skor l ). 2. Tidak Setuju (TS) ( memiliki skor 2 ). 3. Setuju (S) ( memiliki skor 3 ). 4. Sangat Setuju (SS) ( memiliki skor 4 ).


(1)

Jadi pengkategoriannya adalah sebagai berikut: Aspek sikap negatif : 12 – 23

Aspek sikap netral : 24 – 35 Aspek sikap positif : 36 – 48

Kemudian untuk mengetahui jumlah dan prosentase responden yang mempunyai kategori positif, netral dan negatif. Dapat dilihat pada tabel 20.

Tabel 20

Sikap Pemilih dalam pemilihan Pilwali Ulang di Kelurahan Wiyung Surabaya Pasca Pemberitaan secara keseluruhan

Sumber : data yang diolah pada lampiran

Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa 76 orang atau 76 % menyatakan mengetahui, tertarik dan mengubah pilihannya pada Pilwali ulang Surabaya karena pengaruh pemberitaan, dan 21 orang atau 21 % menyatakan Netral atau tidak mengambil keputusan pada pemberitaan dan pelaksanaan Pilwali Ulang Surabaya dan hanya sebatas tahu dan biasa saja responnya. Sedangkan 3 orang atau 3 % menyatakan negatif atau tidak setuju tentang adanya berita pelaksanaan Pilwali Ulang dan tidak setuju tentang adanya perubahan Pada Pilwali Ulang Surabaya karena

pemberitaan.

No Keterangan Frekuensi Prosentase

1 Positif 76 76%

2 Netral 21 21%

3 Negatif 3 3%


(2)

  94

Tabel 21

Jumlah Perolehan Pengaruh Pemberitaan apa yang mempengaruhi Perubahan Pilihan Pada Pilwali Ulang Surabaya di Kelurahan Wiyung

Surabaya

Sumber : data yang diolah pada lampiran

Dari data diatas maka dapat disimpulkan bahwa Sebanyak 72 orang atau 72 % perubahan Pilihan Pada Pilwali Ulang Surabaya dipengaruhi oleh Media Cetak, karena Pada intinya berita yang ada dalam sebuah surat kabar bisa mengarahkan kesadaran masyarakat. ( Winarko, 2001:1 ) dan 25 orang atau 25 % perubahan pilihan dikarenakan Media Elektronik, sedangkan 3 orang atau 3 % perubahan pilihan dikarenkan pengaruh Media Online yang kini berkembang dengan begitu pesatnya. No Keterangan Frekuensi Prosentase

1 Media Cetak 72 72 %

2 Media Elektronik 25 25 %

3 Media Online 3 3 %


(3)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dan berdasarkan pengolahan data yang telah dilakukan di penelitian ini, maka dapat disimpulkan sebagai berikut

Sikap Pemilih Dikelurahan Wiyung Pada Pemilihan Pilwali Ulang Surabaya sangat Positif, karena dengan adanya pemberitaan pelaksanaan Pilwali Ulang Surabaya masyarakat yang sebelumnya tidak tahu menjadi tahu dan mereka merasa tertarik mengikuti perkembangan dan pelaksanaan Pilwali Ulang Surabaya. Hasil tersebut dapat dilihat pada hasil tabel di Bab Sebelumnya,dan perubahan menunjukan bahwa sebagian besar masyarakat Kelurahan Wiyung Merubah Pilihannya pada Pilwali Ulang Surabaya dikarenakan pemberitaan dari media Cetak karena media cetak memberitakan tentang Berita Pilwali Ulang Surabaya secara kontinue atau terus menerus dan mendetail baik itu pelaksanaan, dan hasil dari pelaksanaa Pilwali Ulang Surabaya Tersebut. Karena Pada intinya berita yang ada dalam sebuah surat kabar bisa mengarahkan kesadaran masyarakat. ( Winarko, 2001:1 )

Dengan demikian dampat disimpulkan pemberitaan di media Cetak memiliki pengaruh besar terhadap masyarakat kelurahan wiyung yang


(4)

96

dapat mengubah sikap masyarakat terhadap isi berita yang dimuat atau ditayangkan oleh media Cetak.

5.2. Saran

Semoga Kedepannya Pelaksanaan Pilwali bisa berjalan dengan baik dan tidak menghabiskan uang rakyat, karena masih banyak rakyat miskin yang membutuhkan bantuan moral dan spiritual dari pemerintah dari pada pemerintah hanya meributkan masalah politik semata..

Selain itu media massa baik Cetak atau elektronik harus lebih aktif atau banyak memberikan berita mengenai masalah pilwali sehingga masyarakat mengetahui perkembangan atau hal-hal apa saja yang terjadi dengan Pilwali tentu saja berita yang disampaikan media massa harus fakta dan bisa dipertanggung jawab kan kebenaranya sehingga tidak menimbulkan kebohongan publik


(5)

Buku :

Effendy, 2002, Komunikasi Teori Dan Praktek. Bandung, PT. Citra Aditya Bhakti. Effendy, Onong Uchana, 2003. Ilmu Komunikasi Teori Dan Praktek, Bandung, PT.

Remaja Rosdakarya.

Mc. Quail, 2005, Teori Komunikasi Massa, Suatu pengantar, edisi kedua. Sugiharti, 2000, Komunikasi Massa, Penerbit Citra Media, Jakarta.

Bungin, Burhan, 2006, Metode Penelitian Kuantitatif, Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada

Azwar, Saifuddin, 2002, Sikap Manusia, Jogjakarta : Pustaka Pelajar.

Rakhmat, Jalaluddin, 2005, Psikologi Komunikasi, Bandung : PT Remaja Rosdakarya. Severin, Warner J dan James W. Tankard, 2005, Teori Komunikasi, Kencana, Jakarta. De Vito, Joseph A, Komunikasi Antar Manusia, Kuliah Dasar ( Edisi Kelima ), Jakarta

: Penerbit Professional Books, 1997.

De Vito, Joseph A, Interpersonal Communication Book ( Eight edition ), New York : Penerbit Hunter College of The City University of New York, 2006.

Liliweri, Alo, Komunikasi Antar Pribadi, Bandung : Penerbit PT. Citra Aditya Bakti, 2000.

Rakhmat , Jalaluddin, Metode Penelitian Komunikasi, Bandung : Penerbit Remaja Rosdakarya, 2006.

Mulyana, Dedy, 2004. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar, Bandung : Rosdakarya. West Richard dan Turner Lynn. H, 2008, Pengantar Teori Komunikasi Analisis dan


(6)

98

Non Buku :

www.KPUSurabaya.com

Sumber : Badan Pusat Statistik Surabaya 2009 Sumber : Data Panwascab Partai Demokrat 2010 Data Kecamatan dan Kelurahan Wiyung 2010


Dokumen yang terkait

Perilaku Pemilih Dalam Pemilihan Kepala Daerah (Studi : Perilaku Pemilih Masyarakat di Kelurahan Mangga Kecamatan Medan Tuntungan dalam Pemilihan Gubernur Sumatera Utara 2008)

0 39 77

SIKAP MASYARAKAT SURABAYA TENTANG PEMBERITAAN POLIGAMI DI JAWA POS (Studi Deskriptif Sikap Masyarakat Surabaya Tentang Pemberitaan Poligami Di Jawa Pos).

0 0 105

SIKAP MASYARAKAT SURABAYA TERHADAP PEMBERITAAN PENCOBLOSAN ULANG PILWALI SURABAYA (STUDI DESKRIPTIF KUANTITATIF SIKAP MASYARAKAT SURABAYA TERHADAP PEMBERITAAN PENCOBLOSAN ULANG PEMILIHAN WALIKOTA SURABAYA DI JAWA POS).

0 1 150

PENGETAHUAN MASYARAKAT SURABAYA MENGENAI BERITA PILWALI SURABAY 2010 DI JAWA POS (Studi Deskriptif Kuantitatif Tentang Tingkat Pengetahuan Masyarakat Surabaya Mengenai Berita Pilwali Surabaya 2010 di Jawa Pos).

0 0 82

PERILAKU MEMILIH PEMILIH PAN : DESKRIPSI PERILAKU MEMILIH PEMILIH PAN DALAM PILWALI 2005 DI KOTA SURABAYA Repository - UNAIR REPOSITORY

0 1 140

PENGETAHUAN MASYARAKAT SURABAYA MENGENAI BERITA PILWALI SURABAY 2010 DI JAWA POS (Studi Deskriptif Kuantitatif Tentang Tingkat Pengetahuan Masyarakat Surabaya Mengenai Berita Pilwali Surabaya 2010 di Jawa Pos)

0 0 28

SIKAP MASYARAKAT SURABAYA TERHADAP PEMBERITAAN PENCOBLOSAN ULANG PILWALI SURABAYA (STUDI DESKRIPTIF KUANTITATIF SIKAP MASYARAKAT SURABAYA TERHADAP PEMBERITAAN PENCOBLOSAN ULANG PEMILIHAN WALIKOTA SURABAYA DI JAWA POS)

0 1 26

SIKAP PEMILIH DALAM PEMILIHAN PILWALI ULANG SURABAYA ( Studi Deskriptif Kuantitatif Tentang Sikap Pemilih Dalam Pemilihan Pilwali Ulang di Kelurahan Wiyung Surabaya Pasca Pemberitaan )

0 0 28

SIKAP MASYARAKAT PASCA PEMBERITAAN VAKSIN PALSU (Studi Deskriptif Kuantitatif Sikap Masyarakat Surabaya Pasca Pemberitaan Vaksin Palsu di Media Massa)

0 0 12

SIKAP MASYARAKAT PASCA PEMBERITAAN VAKSIN PALSU (Studi Deskriptif Kuantitatif Sikap Masyarakat Surabaya Pasca Pemberitaan Vaksin Palsu di Media Massa)

0 0 9