PERKEMBANGAN AGAMA ISLAM DI KABUPATEN MANDAILING NATAL (1821-1915).

(1)

PERKEMBANGAN AGAMA ISLAM DI KABUPATEN

MANDAILING NATAL (1821-1915)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Syarat-syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh:

MUKRIZAL NIM. 3102121017

JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH

FAKULTAS ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN


(2)

(3)

(4)

(5)

ABSTRAK

Mukrizal, Nim.3102121017, ‘‘Perkembangan agama Islam di Kabupaten Mandailing Natal (1821-1915)” Jurusan Pendidikan Sejarah, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Medan.

Judul skripsi ini adalah Tinjauan Historis terhadap Perkembangan agama Islam di Mandailing Natal dan penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejarah perkembangan agama Islam di Mandailing Natal.

Untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penyusunan skripsi ini digunakan metode penelitian Kepustakaan (Library Research) dan data pembatu yaitu dengan penelitian lapangan (Field Research) dengan pendekatan deskriptif Kualitatif, dimana data diperoleh dari kepustakaan dan lapangan yang berhubungan dengan permasalahan penelitian dan menganalisis data secara sistematisdan objektif berdasarkan bukti-bukti yang ada, baik melalui sumber-sumber lain dari Buku, Dokumen, arsip dan literatur lain yang mendukung. Data juga diperoleh dari hasil wawancara dengan para tokoh yang mengetahui tentang perkembangan agama Islam di Mandailing Natal, baik masarakat setempat, para ulama-ulama atau dan sebagainya yang mengetahui tentang islam di Mandailing Natal.

Dari hasil penelitian, peneliti dapat hasil mengenai bagaimana awal masuknya agama Islam di Mandailing Natal, pola dan sistem penyebar islam menyebarkannya kepada masyarakat setempat dan masuknya agama Islam, mempengaruhi kehidupan sosial, politik, ekonomi budaya dan teradisi masyarakat setempat.

Hasil penelitian kepustakaan maupun penelitian di lapangan, menunjukkan bahwa agama Islam pertama kali diperkenalkan oleh para syekh yang berasal dari Minangkabau, Sumatera Barat pada masa perang paderi, dan jalur masuknya orang luar ke Mandailing adalah dari pantai barat Sumatera yaitu di pelabuhan Natal, dari Natallah awal masuknya Islam di Mandailing Natal dan akhirnya menyebar keseluruh Mandailing Natal. Dengan masuknya agama Islam di Mandailing Natal maka islam tidak hanya menjadi idetitas formal etnis, melainkan Islam telah tumbuh dan mengakar kedalam semua aspek kehidupan, baik dalam kehidupan sosial, budaya, politik, pendidikan dan pemerintahan. Dengan masuknya dan diterimanya Islam sebagai keyakinan, masyarakat Mandailing menjadi berubah dalam banyak hal, semisal sistem siosial dan politik serta budaya yang diwarisi secara perlahan termodifikasi dan mengikut pada perinsip-perinsip dan aturan-aturan Islam.


(6)

KATA PENGANTAR

Puji & Syukur kepada Allah SWT, atas segala rahmat dan hidayahnya sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi dengan judul : “Perkembangan agama Islam di Kabupaten Mandailing Natal (1821-1912). Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Program Pendidikan Sejarah-Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Medan.

Penulis menyadari dalam penulisan skripsi ini banyak pihak yang telah memberikan bantuan baik saran, kritik, dorongan dengan maksud untuk mendapatkan hasil yang lebih baik agar skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Maka dalam kesempatan ini peneliti menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

 Bapak Prof.Dr. Ibnu Hajar,M.Si, selaku Rektor Universitas Negeri Medan  Bapak Drs. H. Restu,M.S, Dekan Fakultas Ilmu Sosial beserta stafnya.

 Ibu Dra. Lukitaningsih,M.Hum selaku Ketua Jurusan Pendidikan Sejarah dan Pembimbing Skripsi yang telah banyak memberikan waktu untuk mengarahkan dan membantu peneliti sehingga penulisan skripsi ini bisa diselesaikan.

 Ibu Dra. Hafnita S.D Lubis,M.Si selaku Sekretaris Jurusan Pendidikan Sejarah dan juga sebagai dosen penguji yang telah banyak membantu dan memberikan saran dan keritikan terhadab peneliti agar semua berjalan dengan lancar.

 Bapak Dr. Ichwan Azhari, M.Si selaku Dosen pembimbing Akademik (PA)

 Ibu Dra. Flores Tanjung selaku Dosen Penguji

 Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Pendidikan Sejarah Unimed yang selama ini telah banyak memberikan ilmu pengetahuan dan sangat sabar membingbing penulis selama perkuliahan.

 Umak saya Nurkasiah Nasution yang paling tercinta dan almarhum ayah saya Sah Minan Lubis yang tidak sempat melihat saya sarjana tapi umak dan ayah telah banyak mengorbankan segalanya kepada saya dan mengajarkan saya bangaimana caranya menjalani hidup dan mensukurinya, untuk umak dan ayah I LOVE YOU selamanya.

 Terimakasih juga kepada narasumber-narasumber saya yang telah melancarkan dan memudahkan penelitian saya terutama pada bapak pemimpin pesantren Mustafawiyah, kepala BAPEDA, kepala Kementerian agama Mandailing Natal, kepela desa Purbabaru dan semua yang terlibat

 Kepada abang Suandi Lubis, dan keluarga, Kakak Usnani Lubis dan keluarga, abang Pausan Lubis, Abag Madi Lubis, dan Adk ku yang bandel Sah yudi Lubis, saya


(7)

sayang kalian semua, terimakasih atas semua dukungan kalian aku tidak akan melupakan jasa-jasa kalian semua.

 Buat sahabat ku siswanto dan halomoan lubis terimakasih telah membantu saya melaksanakan penelitian.

 Sahabat-sahabatku : Dekati zega , Ramces F.sihombing, Rasyid Habibi, Ikhsan Batubara, Rio agus saputra, Ika sapinri, Ayu irma putri, Julianita Tanjung, Monatia Sari, Reni Lajira, serta semua teman- teman kelas B Reguler 2010 yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu dalam kesempatan ini.

 Kepada sahabat-sahabat ku Rustam, Herman, Ihsan, Agus salim, Ikhlas Muhardi potar dan semua yang mendukung saya.

Terimakasih atas bantuannya, Semoga Allah SWT melindungi Saudara/I semuanya, Amin yarobbal alamin.

Medan, Juli 2014 Penulis,

Mukrizal


(8)

DAFTAR ISI

BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 6

C. Pembatasan Masalah ... D. Perumusan Masalah ... 6

E. Tujuan Penelitian... 7

F. Manfaat Penelitian ... 7

BAB II : KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA KONSEPTUAL A. Kerangka konseptual... 8

B. Kerangka Berfikir ... 13

BAB III : METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian ... 15

B. Lokasi Penelitian ... 16

C. Sumber Data ... 16

D. Tekhnik Pengumpulan Data... 18

E. Tekhnik Pengolahan Data ... 19

BAB IV : PEMBAHASAN A. Seting lokasi penelitian ... 21

B. Sejarah kabupaten Mandailing Natal...25

B.1. Asal mula nama Mandailing Natal...25

B.2. Asal usul Marga-marga di Mandailing...28

B.3. Sistem adat dan sitem Sosial...28

B.4. Sistem pemerintahan...31

B.5. Sistem kepercayaan...33

B.6. Arsitektur tradisional Mandailing...34


(9)

C. Masuk dan berkembangnya agama Islam di Kabupaten Mandailing

Natal...45

D. Pola dan sistem penyebaran agama Islam di Kabupaten Mandailing Natal...54

D.1. Dengan pendekatan Sosial...54

D.2. Pernikahan atau perkawinan...55

D.3. Pendidikan ...55

E. Bukti-bukti Peninggalan agama Islam di Mandailing Natal...56

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 62

B. Saran ... 65

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(10)

DAFTAR PUSTAKA

Aguston Budi,Dkk. 2013. Para Gubernur Sumatera utara kajian Sejarah, Sosial, dan Budaya, Medan: USU press

Darmawijaya. 2010. Kesultanan Islam Nusantara, Jakarta timur: Pustaka Al- kautsar Harahap Basyral Hamidy. 2004. Madina yang Madani, Panyabungan: Pemerintahan

Daerah Kabupaten Mandailing Natal

Nasution Ahma.---Sejarah masuknya Islam ke Kabupaten Tapanuli Selatan.--- Nurani Cut. 2002. Pemukiman Suku Batak Mandailing, Gajah Mada University Press

Pulungan Abbas. 2008. perkembangan islam di Mandailing, Bandung: Citapustaka Media Perintis

Pulungan Abbas. 2000. Islam dan Perkembangannya di Mandailing, Sumatera Utara, ---- Parlindungan Mangaraja Onggang. 1964. Tuanku RAO, Tandjung Pengharapan.

Rangkuti Ayyub. 2007. Pengislaman secara masal terhadap penduduk Mandailing Dan sekitarnya oleh tentara Pandri, Koran Madina Madani.

Rahmat Imdadun.2003.Islam Pribumi, Jakarta: Penerbit Erlangga Sjamsuddin Heluis. 2012. Metodologi Sejarah. Yokyakarta : LKiS Sugiono. 2009. Metod penelitian pendidikan, Bandung: Alfabeta


(11)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Mandailing adalah nama sebuah wilayah terletak di bagian paling selatan dan bagian barat wilayah propinsi Sumatera Utara, berbatasan sengan propinsi Sumatera Barat. Mandailing terletak 00 13’30”-01 20’24’’ lintang utara dan 98 50’30’’-99 57’19’’ bujur timur dengan batas wilayah: sebelah utara barbatasan daerah kabupaten Tapanuli selatan (kecamatan Batang Angkola, Barumun, Padang sidimpuan Barat, Sosopan, dan Kecamatan Siais). Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Tapanili selatan (kecamatan Sosa) dan Kabupaten Pasaman Propinsi Sumatera Barat. Sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten pasaman Peropisnsi Sumatera Barat dan sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Batang Natal dan Kecamatan Natal Kabupaten Mandailing Natal (Madina). (Pulungan, 2008:41)

Sebelum wilayah Mandailing menjadi kabupaten 1998, masih termasuk dalam wilayah Kabupaten Tapanuli Selatan. Berdirinya Kabupaten Mandailing Natal dan terpisah dari Kabupaten sebelumnya merupakan perjuangan yang panjang dilakukan oleh bangsa ( suku ) Mandailing sejak masa Kolonial Belanda. Perjuangan ini dimulai dari keinginan adanya suatu pemerintahan tersendiri yang mencerminkan identitas social, budaya, dan politik serta agama yang di anut oleh suku bangsa Mandailing. Jika dilihat pada latar sejarah, bahwa sekitar Sembilan abad yang lalu telah muncul nama Mandailing dan telah dikenal oleh dunia luar. Pada zaman Majapahit, daerah ini telah di kenal sebagai bagian dari Nusantara. Hal ini terungkap pada syair ke-13 Ztanza pertama di dalam buku Negarakartagama karya pujangga Majapahit Mpu Prapanca yang terbit tahun 1395 (Harahap, 1997:25).


(12)

Islam turun dalam konteks di mana banyak sekali terjadi penindasan eksploisasi atas manusia. Ketika islam turu suku Quraisy dominana ekonomi dan politik. Karena itu, ketika islam turun mereka mengaggap Islam sebagai ancaman terhadap posisi mereka yang dominan tersebut. M. Imdadun Rahmad Setelah Islam turun dan berkembang di Madinah, barulah Islam menyebar keseluruh dunia termasuk di Nusantara. Sumatera adalah daerah pertama yang mendapat pengaruh Islam di Nusantara. Kesultanan Perlak dan Kesultanan Samudera pasai adalah kesultanan Islam yang pertama lahir di Nusantara. Kharisma kesultanan Perlak dan Kesultanan Samudera Pasai mulai memudar ketika munculnya Kesultanan Malaka di semenanjung Melayu pada awal abad ke-15 pada masa keemasannya, kesultanan Malaka tampil sebagai kesultanan Islam terbesar di Asia tenggara. (Darmawijaya. 2010:03)

Wilayah Mandailing berada di bagian pedalaman, namun di bagian barat berhubungan langsung dengan pesisir pantai barat Sumatera, di pesisir barat ini terdapat pelabuhan atau Bandar Natal yang dapat menghubungkan dunia luar. Kontak dengan dunia luar dilakukan melalui pelabuhan ini sejak berabad – abatd yang lalu. Juga pintu gerbang bagi masuknya gagasan – gagasan baru dan menjadi pintu masuk nya agama Islam kewilayah pedalaman Mandailing. Posisi pelabuhan Natal menjadi Strategis untuk pemasaran hasil- hasil bumi seperti rempah – rempah yang sejak abad ke-7/8 Masehi telah lama dilakukan di bagian – bagian pantai kepulauan Nusantara, terutama di selat Malaka. Dengan demikian, apabila dihubungkan dengan letak Bandar/ pelabuhan di bagian pantai barat sumatera melalui dari Samudera Pasai (Aceh), kemudian Barus, Sibolga, Natal dan Padang Pariaman (Sumatera Barat), seluruhnya berada di pantai bagian barat Sumatera. Maka teori jalur perdagangan yang di pakai dalam analisis sejarah masuknya agama Islam di Nusantara, menjadi lebih kuat bahwa agama Islam juga telah masuk di daerah Natal, kemudian di perkenalkan oleh pedagang Muslim sampai kepedalaman wilayah Mandailing.(Pulungan, 2008:41)


(13)

Letak wilayah Mandailing yang berbatasan langsung dengan wilayah Minagkabau (Sumatera Barat) memberikan andil yang besar terhadap peroses Islamisasi di bagian pedalaman Mandailing, Angkola (Tapanuli selatan), dan sampai ke perbatasan Tapanuli bagian Utara (Batak toba). Pengembangan islam di wilayah ini selalu di kaitkan dengan perang pantry di Minagkabau Sumatera Barat tahun 1821-1837. Orang Mandailing menyebutnya dengan Ugamo Padori atau agama Bonjol karena pengembangan agama Islam ini dilakukan oleh lasykar perang pandri dari bonjol Minangkabau. Kedatangan lasykar pandri dari Minagkabau ini oleh sebagian meliatnya sebagai agresi perang untuk menduduki wilayah Mandailing menjadi wilayah teritorialnya, dan sebagian melihatnya sebagai perluasan pengembangan agama Islam. Prsepsi pertama muncul dari kalangan pemerintahan tradisional/adat yang telah berjalan selama ini, dan prsepsi yang kedua muncul dari masyarakat kebanyakan yang menerima agama Islam dengan damai. Pemikiran terhadap kedatangan lasykar pandri ke Mandailing sebagai agresi perang, karena para pemerintahan adat di daerah ini merasa ketakutan terjadinya perubahan atau pergeseran kekuasaan dari system pemerintahan tradisional kepada system pemerintahan berdasarkan Syria’at Islam. ( Abbas Pulungan. 2008: 42). Begitu juga yg di jelaskan dalam buku yang di tulis oleh (Bassam Tibi.1999:15) tentang beberapa peneliti agama yang berorientasi pada sosiologi cenderung kearah reduksionisme yang menolak otonomi persil agama-agama dengan tanpa ragu menempatkan agama itu sebagai system budaya dalam suatu hubungan kausal dengan level perkrmbangan dari masyarakat masing-masing. Isi agama yang selalu di samakan dengan pola-pola budaya, menurut Geertz memiliki aspek ganda : isi agama memberikan pada berbagai realitas social dan pisikologis bagi para penganut-penganutnya, yang dengan demikian mendapatkan “suatu bentuk konseptual yang obyektif.

Masyarakat Mandailing mayoritas memeluk agama Islam. Sementara agama lain masih dianggap asing dalam kehidupan mereka. Jika diamati secara mendalam ada 3 alasan


(14)

mengapa agama Islam dengan cepat berkembang dan menyatu dengan kehidupan masyarakat dan yang berakar adalah mazhab Syafiiyah. Pertama islam yang di bawa pandri adalah pengakuan takluk dari raja-raja adat. Kedua para ulama yang mengemban tugas menyiarkan agama Islam pada periode berikutnya berasal dari etnis Mandailing atau Tapanuli selatan yang sudah belajar Islam di Makkah dan daerah timur tengah lainnya. Paham keislaman mereka adalah syafii dan bersifat moderat terhadap kehidupan sosilal budaya setempat. Bersamaan dengan itu mendirikan perguruan-perguruan (Madrasah) Islam pada waktu itu termasuk suatu kebutuhan dalam masyarakat . ketiga, paham keislaman yang berkembang di masyarakat lebih dulu dipengaruhi oleh sufisme yang mempunyai jaringan-jaringan dengan luar, dan belakangan paham modern yang dikembangkan oleh Muhammadiyah dari sumatera Barat di sebagian daerah kurang dapat di terima masyarakat, khususnya sebelum pemberontakan PRRI 1958-1651 (Pulungan, 2008:94)

Pondok pesatren adalah merupakan lembaga pendidikan dan pengajaran agama Islam dimana didalamnyaterjadi interaksi aktif antara kyai atau ustadz sebagai guru dan para santri sebagai murid dengan mengambil tempat di masjid/musolla atau beranda masjid/ musolla, ruang kelas, atau emper asrama (pondok) untuk mengaji dan membahas buku-buku teks keagamaan karya ulama masalalu. Maka dari itu pengembangan agama Islam di Mandailing juga dipengaruhi oleh pesatren yang bernama/Madrasah Mustothafawiyah di purba baru mandailing. Pesantren ini adalah pesantren terbesar dan tertua, yang didirikan oleh Syekh Musthafa Husein pada tahun 1915. Dalam perkembangannya pesantren ini telah memberikan peranan yang besar terhadap pendidikan Islam di Tapanuli selatan. (Pulungan, 2008:120-121). Dan walaupun setelah Indonesia merdeka telah berkembang jenis-jenis pendidikan Islam formal dan bentuk madrasah dan pada tingkat tinggi IAIN, namun secara luas sisi dominan yang dipegang oleh pesantren ini sebagian di sebabkan oleh susksesnya lembaga tersebut menghasilkan sejumlah besar’ ulama’ yang berkualitas tinggi yang di jiwai oleh


(15)

semangat untuk menyebar luaskan untuk memantapkan keimanan orang-orang islam, pesantren juga mendidik guru-guru madrasah, guru-guru lembaga pengajian, dan para khotib jum’at. Intinya pesantren bertugas menyebarkan agama Islam kepada masyarakat luas. Hal inilah yang melatar belakangi penulis tertarik untuk membahas tentang Perkembangan Agama Islam di Mandailing Natal, ini sangat menarik untuk dibahas dimana agama Islam adalah agama mayoritas atau agama yang paling banyak di anut oleh masyarakat Mandailing, maka dari itu yang mau di bahas penulis disini adalah bagaimana proses Sejarah Perkembangan agama Islam itu sendiri di Mandailing.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka masalah yang dapat di identifikasi adalah, 1. Latar belakang masuknya Islam di Mandailing Natal

2. Proses perkembangan agama Islam di Mandailing Natal 3. Bukti-bukti peninggalan Islam di Mandailing Natal C. Rumusan Masalah

Yang menjadi rumusan masalah adalah:

1. Bagaimana peroses Sejarah masuk dan berkembannya Islam di Mandailing natal? 2. Bagaimana pola dan sistem penyiaran dan pengembangan yang di lakukan ummat

Islam di daerah Mandailing Natal?

3. Apakah bukti-bukti peninggalan Islam di Mandailing Natal.?

E. Tujuan Penelitian


(16)

1. Memperoleh gambaran tentang masuk dan perkembangan Islam di Kabupaten Mandailing Natal.

2. Memperoleh gambaran pola dan sistem penyebaran agama Islam di KabupatenMandailing Natal.

3. Mengetahui bukti-bukti peninggalan agama Islam di Kabupaten Mandailing Natal. F. Manfaat Penelitian

Penelitian ini bermanfaat untuk ;

1. Melalui penelitian ini, penulis barharap sipembaca nantinya dapat memahami bagaimana peruses pengislaman pada masyarakat Kabupaten Mandailing Natal. 2. Menambah wawasan bagi penulis dan pembaca mengenai penyebaran Islam di

Nusantara khususnya di Kabupaten Mandailing Natal.

3. Agar sipembaca dapat mengetahui peninggalan-peninggalan Islam di Kabupaten Mandailing Natal.

4. Menjadi penelitian studi selanjutnya bagi peneliti yang ingin mempertajam dan mengkaji ulang permasalahan yang sama

5. Menambah referensi perpustakaan, terutama bagi jurusan pendidikan sejarah Unimed, Medan.


(17)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang dilakukan dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Islam pertama kali diperkenalkan melalui Islam Minangkabau yang lebih dahulu menganut Islam dibagian pantai barat Sumatera, dimana kedudukan pelabuhan Natal sebagai jalur perhubungan dagang dengan dunia luar, disamping pelabuhan ini pula menjadi jalur keluar bagi orang Mandailing pergi merantau kenegara jiran Kedah, Malaka pada abad ke- 19 masehi. Kemudian, Islamisasi yang terjasi di Mandailing pertama kali dilakukan oleh Pandri dari Tanah Datar Minangkabau, pada waktu itu dilakukan oleh lasykar yang dipinpin Tuanku Imam Bonjol dari jalur perbatasan Minangkabau dengan Mandailing.

2. Terdapat jaringan-jaringan kekerabatan antara pengembang agama Islam yang datang dari Minangkabau dengan penduduk setempat. Bagi pengembang Islam periode awal, melakukan pendekatan kepada masyarakat melalui struktur kekrabatan, yaitu, kepada mereka diberikan marga Mandailing, semisal kalau ditempat/desa itu yang menjad raja pamusuk (keturunan pembuka kampung pertama) Marga Nasution, maka marga yang diberikan harus diberikan marga yang lain dan kepadanya diberikan diberikan perempuan untuk menjadi istri dari marga Nasution. Apabila terjadi perkawinan, maka posisi pendatang ini adalah sebagai anak boru dari huta/kampung yang bersangkutan. Demikian sebaliknya, jika marga yang diberikan kepada mereka sama dengan marga raja huta (penduduk asli), maka posisinya adalah sebagai kahanggi, yaitu mereka masuk dalam anggota keluarga pendiri huta/kampung. Hal yang demikian, cukup banyak ditemukan diwilayah Mandailing apabila di telusuri lebih


(18)

jauh tentang silsilahketurunan ulama dan pemuka agama. Di Mandailing julu, mereka banyak memakai marga Lubis karena yang menjadi raja-raja adat di wilayah ini adalah keturunan dari marga tersebut. Sedangkan Mandailing jae/godang, para ulama dan pemuka agama kebanyakannya memakai marga Nasution, karena raja-raja adat di wilayah tersebut adalah dari keturunan marga ini.

3. Pada awal terjadi pengenalan agama Islam yang dilakukan Pandri dari Minangkabau adalah maminta pengakuan takluk dari raja-raja adat setempat. Oleh karena model ini lebih bersipat penaklukan dalam perluasan tritorial wilayah padri dari Minangkabau, maka setelah kekuatan padri di Minangkabau mengalami kekalahan dari Kolonial Belanda, dan kemudian belanda dapat menguasai wilayah Mandailing, akhirnya sebagian raja-raja adat di Mandailingberbalik mendukung belanda dan ikut serta melawan kekuatan Padri. Setelah Kolonial Belanda berkuasa di Mandailing, dilakukan pemulihan kembali pemerintahan adat dengan membatasi kewenangannya hanya yang berkaitan denganupacara-upacara adat saja, akhirnya sebagian besar raja-raja adat mulai memihak kepada masyarakat yang telah memeluk agama Islam sebelumnya. Dalam aspek pembinaan dan pengembangan Islam di Mandailing, terjalin antara pemuka agama/ ulama dengan kelompok-kelompok adat. Hal ini terjadi, karena para ulama mengembangkan agama Islam melalui pendekatan sosial dan secara perlahan kepercayaan dan tradisi yang telah berlaku sebelumnya dapat menyatu dan menyesuaikan dengan nilai-nilai agama Islam

Pengembangan dan penanaman ajaran Islam kepada masyarakat luas, dilakukan para ulama dan pemuka agama melalui kegiatan pendidikan dan pengajian. Hal ini terjadi, setelah orang Mandailing yang pergi haji dan menetap disan beberapa tahun, kemudian kembali kkampung halamannya di Mandailing. Sebelumnya perguruan/pendidikan Islam didirikan, para ulam yang aktif memberikan pengajian


(19)

dan dakwah Islamiyah kepada masyarakat, mulai mengajak untuk mendirikan lembaa pendidikan (Madrasah) untuk pembina dan menanamkan ajaran Islam di kalangan anak-anak. Madrasah yang pertama didirikan di Mandailing adalah Madrasah Islamiyah yang dibangun oleh Syekh Musthafa Husein di Tano Bato kayulaut tahun 1912, kemudian beliau pindah ke desa Purbabaru tahun1915, di tempat inilah dilanjutkan pendidikan Islam yang kemudian bernama Madrasah/ Pesantren Mustahafawiyah Purbabaru Mandailing. Setelah berdiri lembaga pendidikan Islam di Purbabaru, kemudian berdiri pula beberapa Madrasah Islamiyah di daerah lain antara tahun 1927 sampai 1935. Lembaga pendidikan Islam ini cukup besar peranannya dalam penyebaran dan pengembangan Islam di Mandailing.

B. Saran

Penelitian tentang sejarah dan perkembangan Islam di Mandailing Natal yang dilakukan ini harus disadari belum menyetuh pada akar yang sesungguhnya atau masih sangat sederhana, tapi setidaknya ini adalah sebagai batu loncatan awal apabiala ada orang-orang yang ingin mengkaji lebih lanjut yang ingin menggali lebuh dalam lagi tentang sejarah dan keberadaan Islam di Mandailing Natal. Masih banyak pertanyaan-pertanyaan yang belum terjawab tentang penelitian ini misalnya mengapa sulut ditemukan literatur dan kepustakaan tentang islam di Mandailing Natal, dan untuk menjawab pertanyaan ini peneliti yang ingin melanjutkan tentang hal ini mungkin harus dilakukan semacam penelitian dan kajian-kajian tentang masyarakat Mandailing, siapa saja yang ingin mengkaji tentang ini islam di Mandailing Natal maka yang bersangkutan atau peneliti harus ikut peduli terhadap masa depan Mandailing Natal itu sendiri

Catatan untuk para masyarakat Mandailing Natal secara kualitas, bahwa orang Mandailing termasuk yang banya sumberdaya manusianya (sdm-nya) jika dibanding dengn daerah lain di Indonesia. Potensi ini masih perlu di dikembangkan pada


(20)

masa-masa yang akan datang. Kekuatan suatau bangsa adalah terletak pada kualitas manusianya. Apabila masa dulu, banyak muncul ulama-ulama besar berasal dari Mandailing, maka dengan pendekatan sejarah dan logika yang jernih, bahwa ulama-ulama besar seperti masalalu itu harus diwarisi oleh generasi berikutnya. Insya Allah masarakat Mandailing masih bisa mendapatkan kejayaan di masa lalu dengan cara membekali para generasi muda Mandailing dengan ahlak yang baik, dimana dapat kita liat pada zama sekarang ini bahwa terjadi kerisis ahlak mulia di mana, di mana-mana terjadi pemerkosaan, perampokan, pencurian, pembunuhan, dal masih banyak lagi yang tidak mencerminkan ahlak mulia. Maka dari itu ini tugas kita semua pada umumnya pada masarakat seluruh Indonesia, dan khususnya pada masyarakat mandailing dan para pemerintahhan kabupaten Mandailing Natal, pasti masih banyak cara untuk menyelamatkan generasi Mandailing Natal kejalan yangbenar, contohnya dengan dengan menanamkan ajaran agama dalam keluarga, masyarakat, dan didalam pendidikan. Kita pernah mendapat julukan serambi Mekkah dan kenapa sekarang kita tidak mulai lagi, Insya Allah kita bisa.


(21)

Peta Kabupaten Mandailing Natal pada tahun 2013.


(1)

1. Memperoleh gambaran tentang masuk dan perkembangan Islam di Kabupaten Mandailing Natal.

2. Memperoleh gambaran pola dan sistem penyebaran agama Islam di KabupatenMandailing Natal.

3. Mengetahui bukti-bukti peninggalan agama Islam di Kabupaten Mandailing Natal. F. Manfaat Penelitian

Penelitian ini bermanfaat untuk ;

1. Melalui penelitian ini, penulis barharap sipembaca nantinya dapat memahami bagaimana peruses pengislaman pada masyarakat Kabupaten Mandailing Natal. 2. Menambah wawasan bagi penulis dan pembaca mengenai penyebaran Islam di

Nusantara khususnya di Kabupaten Mandailing Natal.

3. Agar sipembaca dapat mengetahui peninggalan-peninggalan Islam di Kabupaten Mandailing Natal.

4. Menjadi penelitian studi selanjutnya bagi peneliti yang ingin mempertajam dan mengkaji ulang permasalahan yang sama

5. Menambah referensi perpustakaan, terutama bagi jurusan pendidikan sejarah Unimed, Medan.


(2)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang dilakukan dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Islam pertama kali diperkenalkan melalui Islam Minangkabau yang lebih dahulu menganut Islam dibagian pantai barat Sumatera, dimana kedudukan pelabuhan Natal sebagai jalur perhubungan dagang dengan dunia luar, disamping pelabuhan ini pula menjadi jalur keluar bagi orang Mandailing pergi merantau kenegara jiran Kedah, Malaka pada abad ke- 19 masehi. Kemudian, Islamisasi yang terjasi di Mandailing pertama kali dilakukan oleh Pandri dari Tanah Datar Minangkabau, pada waktu itu dilakukan oleh lasykar yang dipinpin Tuanku Imam Bonjol dari jalur perbatasan Minangkabau dengan Mandailing.

2. Terdapat jaringan-jaringan kekerabatan antara pengembang agama Islam yang datang dari Minangkabau dengan penduduk setempat. Bagi pengembang Islam periode awal, melakukan pendekatan kepada masyarakat melalui struktur kekrabatan, yaitu, kepada mereka diberikan marga Mandailing, semisal kalau ditempat/desa itu yang menjad raja pamusuk (keturunan pembuka kampung pertama) Marga Nasution, maka marga yang diberikan harus diberikan marga yang lain dan kepadanya diberikan diberikan perempuan untuk menjadi istri dari marga Nasution. Apabila terjadi perkawinan, maka posisi pendatang ini adalah sebagai anak boru dari huta/kampung yang bersangkutan. Demikian sebaliknya, jika marga yang diberikan kepada mereka sama dengan marga raja huta (penduduk asli), maka posisinya adalah sebagai kahanggi, yaitu mereka masuk dalam anggota keluarga pendiri huta/kampung. Hal yang demikian, cukup banyak ditemukan diwilayah Mandailing apabila di telusuri lebih


(3)

jauh tentang silsilahketurunan ulama dan pemuka agama. Di Mandailing julu, mereka banyak memakai marga Lubis karena yang menjadi raja-raja adat di wilayah ini adalah keturunan dari marga tersebut. Sedangkan Mandailing jae/godang, para ulama dan pemuka agama kebanyakannya memakai marga Nasution, karena raja-raja adat di wilayah tersebut adalah dari keturunan marga ini.

3. Pada awal terjadi pengenalan agama Islam yang dilakukan Pandri dari Minangkabau adalah maminta pengakuan takluk dari raja-raja adat setempat. Oleh karena model ini lebih bersipat penaklukan dalam perluasan tritorial wilayah padri dari Minangkabau, maka setelah kekuatan padri di Minangkabau mengalami kekalahan dari Kolonial Belanda, dan kemudian belanda dapat menguasai wilayah Mandailing, akhirnya sebagian raja-raja adat di Mandailingberbalik mendukung belanda dan ikut serta melawan kekuatan Padri. Setelah Kolonial Belanda berkuasa di Mandailing, dilakukan pemulihan kembali pemerintahan adat dengan membatasi kewenangannya hanya yang berkaitan denganupacara-upacara adat saja, akhirnya sebagian besar raja-raja adat mulai memihak kepada masyarakat yang telah memeluk agama Islam sebelumnya. Dalam aspek pembinaan dan pengembangan Islam di Mandailing, terjalin antara pemuka agama/ ulama dengan kelompok-kelompok adat. Hal ini terjadi, karena para ulama mengembangkan agama Islam melalui pendekatan sosial dan secara perlahan kepercayaan dan tradisi yang telah berlaku sebelumnya dapat menyatu dan menyesuaikan dengan nilai-nilai agama Islam

Pengembangan dan penanaman ajaran Islam kepada masyarakat luas, dilakukan para ulama dan pemuka agama melalui kegiatan pendidikan dan pengajian. Hal ini terjadi, setelah orang Mandailing yang pergi haji dan menetap disan beberapa tahun, kemudian kembali kkampung halamannya di Mandailing. Sebelumnya perguruan/pendidikan Islam didirikan, para ulam yang aktif memberikan pengajian


(4)

dan dakwah Islamiyah kepada masyarakat, mulai mengajak untuk mendirikan lembaa pendidikan (Madrasah) untuk pembina dan menanamkan ajaran Islam di kalangan anak-anak. Madrasah yang pertama didirikan di Mandailing adalah Madrasah Islamiyah yang dibangun oleh Syekh Musthafa Husein di Tano Bato kayulaut tahun 1912, kemudian beliau pindah ke desa Purbabaru tahun1915, di tempat inilah dilanjutkan pendidikan Islam yang kemudian bernama Madrasah/ Pesantren Mustahafawiyah Purbabaru Mandailing. Setelah berdiri lembaga pendidikan Islam di Purbabaru, kemudian berdiri pula beberapa Madrasah Islamiyah di daerah lain antara tahun 1927 sampai 1935. Lembaga pendidikan Islam ini cukup besar peranannya dalam penyebaran dan pengembangan Islam di Mandailing.

B. Saran

Penelitian tentang sejarah dan perkembangan Islam di Mandailing Natal yang dilakukan ini harus disadari belum menyetuh pada akar yang sesungguhnya atau masih sangat sederhana, tapi setidaknya ini adalah sebagai batu loncatan awal apabiala ada orang-orang yang ingin mengkaji lebih lanjut yang ingin menggali lebuh dalam lagi tentang sejarah dan keberadaan Islam di Mandailing Natal. Masih banyak pertanyaan-pertanyaan yang belum terjawab tentang penelitian ini misalnya mengapa sulut ditemukan literatur dan kepustakaan tentang islam di Mandailing Natal, dan untuk menjawab pertanyaan ini peneliti yang ingin melanjutkan tentang hal ini mungkin harus dilakukan semacam penelitian dan kajian-kajian tentang masyarakat Mandailing, siapa saja yang ingin mengkaji tentang ini islam di Mandailing Natal maka yang bersangkutan atau peneliti harus ikut peduli terhadap masa depan Mandailing Natal itu sendiri

Catatan untuk para masyarakat Mandailing Natal secara kualitas, bahwa orang Mandailing termasuk yang banya sumberdaya manusianya (sdm-nya) jika dibanding dengn daerah lain di Indonesia. Potensi ini masih perlu di dikembangkan pada


(5)

masa-masa yang akan datang. Kekuatan suatau bangsa adalah terletak pada kualitas manusianya. Apabila masa dulu, banyak muncul ulama-ulama besar berasal dari Mandailing, maka dengan pendekatan sejarah dan logika yang jernih, bahwa ulama-ulama besar seperti masalalu itu harus diwarisi oleh generasi berikutnya. Insya Allah masarakat Mandailing masih bisa mendapatkan kejayaan di masa lalu dengan cara membekali para generasi muda Mandailing dengan ahlak yang baik, dimana dapat kita liat pada zama sekarang ini bahwa terjadi kerisis ahlak mulia di mana, di mana-mana terjadi pemerkosaan, perampokan, pencurian, pembunuhan, dal masih banyak lagi yang tidak mencerminkan ahlak mulia. Maka dari itu ini tugas kita semua pada umumnya pada masarakat seluruh Indonesia, dan khususnya pada masyarakat mandailing dan para pemerintahhan kabupaten Mandailing Natal, pasti masih banyak cara untuk menyelamatkan generasi Mandailing Natal kejalan yangbenar, contohnya dengan dengan menanamkan ajaran agama dalam keluarga, masyarakat, dan didalam pendidikan. Kita pernah mendapat julukan serambi Mekkah dan kenapa sekarang kita tidak mulai lagi, Insya Allah kita bisa.


(6)

Peta Kabupaten Mandailing Natal pada tahun 2013.