PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR RASIONAL SISWA KELAS IV PADA MATERI PERPINDAHAN ENERGI PANAS (Penelitian Kuasi Eksperimen Terhadap Siswa Kelas IV SDN Tegalsari dan SDN Pamulihan Kecamatan Situraja

(1)

ENERGI PANAS

(Penelitian Kuasi Eksperimen Terhadap Siswa Kelas IV SDN Tegalsari dan SDN Pamulihan Kecamatan Situraja Kabupaten Sumedang)

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi sebagian dari syarat memperoleh gelar sarjana pada program studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh

TIKA NURKANTI 0903243

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR KAMPUS SUMEDANG

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2013


(2)

TIKA NURKANTI

PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR RASIONAL

SISWA KELAS IV PADA MATERI PERPINDAHAN ENERGI PANAS

(Penelitian Kuasi Eksperimen di Kelas IV SDN Tegalsari dan SDN Pamulihan Kecamatan Situraja Kabupaten Sumedang)

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH:

PEMBIMBING I,

DIAH GUSRAYANI, M.Pd NIP: 197808222005012003

PEMBIMBING II,

REGINA LICHTERIA P, MPfis NIP: 197801232009122003

MENGETAHUI,

KETUA PROGRAM STUDI PGSD S1 KELAS UPI KAMPUS SUMEDANG

RIANA IRAWATI, M.Si NIP. 198011252005012002


(3)

SISWA KELAS IV PADA MATERI PERPINDAHAN ENERGI PANAS

(Penelitian Kuasi Eksperimen terhadap Siswa Kelas IV SDN Tegalsari dan SDN Pamulihan Kecamatan Situraja Kabupaten Sumedang)

TIKA NURKANTI 0903243

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH:

MENGETAHUI,

KETUA PROGRAM STUDI PGSD S1 KELAS UPI KAMPUS SUMEDANG

Riana Irawati, M.Si NIP.198011252005012002 PENGUJI I,

Diah Gusrayani, M.Pd NIP.197808222005012003

PENGUJI II,

Regina Lichteria P, M.PFis NIP.197801232009122003

PENGUJI III,

Drs. Yedi Kurniadi NIP.195910221989031003


(4)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi dengan judul “Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) dalam Meningkatkan

Kemampuan Berpikir Rasional Siswa Kelas IV pada Materi Perpindahan Energi Panas (Penelitian Kuasi Eksperimen di Kelas IV SDN Tegalsari dan SDN Pamulihan Kecamatan Situraja Kabupaten Sumedang)” beserta isinya adalah benar karya saya sendiri, dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan keilmuan yang berlaku dalam masyarakat pendidikan.

Atas pernyataan ini, saya siap menanggung resiko/sanksi yang dijatuhkan kepada saya, apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini, atau ada klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.

Sumedang, Juni 2013 Yang membuat pernyataan

Tika Nurkanti NIM.0903243


(5)

i

UCAPAN TERIMAKASIH... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Pentingnya Penelitian ... 6

E. Manfaat Penelitian ... 6

F. Batasan Istilah ... 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 9

A. Hakikat Pembelajaran IPA ... 9

B. Prinsip Pembelajaran IPA ... 11

C. Pembelajaran IPA di SD ... 12

D. Pembelajaran Kontekstual (CTL) dan Teori yang Mendukung ... 12

1. Pengertian Pembelajaran Kontekstual (CTL) ... 12

2. Tahapan Pembelajaran CTL ... 13

3. Karakteristik CTL ... 14

4. Asas CTL ... 16

5. Perbedaan Pembelajaran CTL dan Konvensional ... 17

6. Kelebihan dan Kekurangan CTL ... 18

7. Teori belajar yang Mendukung ... 19

E. Materi Perpindahan Energi Panas ... 20

F. Kemampuan Berpikir Rasional Siswa ... 23

G. Hasil Penelitian yang Relevan ... 27

H. Hipotesis Penelitian ... 28

BAB III METODE PENELITIAN ... 29

A. Paradigma Penelitian ... 29

B. Metode dan Desain Penelitian ... 30

C. Lokasi Penelitian ... 31

D. Populasi dan Sampel Penelitian ... 31

E. Instrumen Penelitian... 33

F. Variabel Penelitian ... 39

G. Prosedur Penelitian... 39

H. Bahan Ajar dan Pengembangannya ... 41

I. Teknik Pengolahan dan Analisis Data ... 42

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 47

A. Pengujian Prasyarat Analisis ... 47

1. Data Hasil Pretes ... 47


(6)

ii

3. Analisis Perbedaan Peningkatan Kemampuan Berpikir Rasional

Siswa ... 54

4. Observasi Kinerja Guru... 56

5. Observasi Aktivitas Siswa... 57

B. Hasil Penelitian ... 58

1. Gambaran Pembelajaran Konvensional ... 58

2. Gambaran Pembelajaran Eksperimen ... 60

3. Perbedaan Kemampuan Berpikir Rasional Siswa di Kelas Kontrol Dan kelas eksperimen ... 62

C. Temuan dan Pembahasan ... 65

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 71

A. Kesimpulan ... 71

B. Saran ... 72

DAFTAR PUSTAKA ... 74

LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 77


(7)

iii

2.3 Rubrik Penskoran Tes Kemampuan Berpikir Rasional ... 27

3.1 Daftar Popuasi Penelitian ... 32

3.2 Validitas Butir Soal ... 34

3.3 Uji Korelasi Pearson Product Moment ... 35

3.4 Interpretasi Nilai r ... 36

3.5 Tingkat Kesukaran Butir Soal ... 37

3.6 Daya Pembeda Butir Soal ... 38

3.7 SK, KD, Mata Pelajaran dan Sub Materi Pokok ... 42

3.8 Klasifikasi Gain Ternormalisasi ... 46

4.1 Uji Normalitas Data Pretes Kemampuan Berpikir Rasional ... 48

4.2 Uji Homogenitas Data Pretes Kemampuan Berpikir Rasional ... 49

4.3 Uji Perbedaan Rata-rata Data Pretes Kemampuan Berpikir Rasional .. 50

4.4 Uji Normalitas Data Postes Kemampuan Berpikir Rasional ... 52

4.5 Uji Homogenitas Data Postes Kemampuan Berpikir Rasional ... 53

4.6 Uji Perbedaan Rata-rata Data Postes Kemampuan Berpikir Rasional .. 54

4.7 Data Perhitungan N-Gain Kelas Kontrol dan Eksperimen ... 55

4.8 Nilai Observasi Kinerja Guru... 56

4.9 Hasil uji-t Nilai Pretes dan Postes Kelompok Kontrol... 59

4.10 Hasil uji-t Nilai Pretes dan Postes Kelompok Eksperimen ... 61

4.11 Uji Normalitas Nilai N-Gain ... 62


(8)

iv

DAFTAR GAMBAR

2.1 Contoh Perpindahan Panas Secara Konduksi ... 21

2.2 Contoh Perpindahan Panas Secara Konveksi ... 22

2.3 Contoh Perpindahan Panas Secara Radisi ... 22

3.1 Paradigma Penelitian ... 29

3.2 Gambar Desain Penelitian ... 30


(9)

v

LAMPIRAN C INSTRUMEN NONTES ... 108

LAMPIRAN D HASIL UJI COBA INSTRUMEN ... 129

LAMPIRAN E ANALISIS DATA HASIL PENELITIAN ... 134

LAMPIRAN F TABEL STATISTIK ... 155

LAMPIRAN GSURAT-SURAT ... 160

LAMPIRAN H LEMBAR MONITORING ... 166


(10)

1 BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Saat ini era globalisasi semakin menantang, Ilmu pengetahuan pun semakin berkembang begitu pesat, persaingan begitu kuat, sehingga menuntut kualitas sumber daya manusia yang harus selalu mampu menghadapi semua tantangan permasalahan zaman, baik permasalahan yang berdampak positif maupun permasalahan yang berdampak negatif. Dengan kata lain, manusia dituntut untuk bisa berpikir inovatif agar dapat menyelesaikan permasalahan zaman, sehingga menjadi manusia yang selalu siap menghadapi perubahan.

Dalam masalah ini, tentu saja pendidikan sangat berperan penting untuk bisa mewujudkannya, karena dunia pendidikan merupakan pencetak generasi bangsa, dalam artian pendidikan harus mampu melahirkan generasi bangsa yang siap menghadapi setiap perubahan.

Menurut UU Sisdiknas No 20 tahun 2003 definisi Pndidikan adalah sebagai berikut.

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Pembelajaran IPA merupakan komponen yang penting dalam pendidikan, IPA merupakan terjemahan dari kata Natural Science, yang artinya Ilmu Pengetahuan Alam, yang mempelajari semua peristiwa di alam. Tujuan pembelajaran IPA bukan hanya mentransfer pengetahuan dari guru kepada siswa, tetapi pembelajaran IPA akan membantu manusia untuk meningkatkan pemahaman dan kecerdasannya tentang alam semesta dan segala isinya. IPA membahas tentang gejala alam yang disusun secara sistematis yang didasarkan pada percobaan yang dilakukan manusia, dengan hasil percobaannya maka IPA banyak menghasilkan berbagai macam perkembangan teknologi, dengan berkembangnya teknologi ini menunjukkan bahwa sumber daya manusianya telah


(11)

menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi. Seperti yang dikemukakan Depdiknas (Trianto, 2012: 143),bahwa hakikat dan tujuan pembelajaran IPA adalah:

1. Kesadaran akan keindahan dan keteraturan alam untuk meningkatkan keyakinan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.

2. Pengetahuan, yaitu pengetahuan tentang dasar dari prinsip dan konsep, fakta yang ada di alam, hubungan saling ketergantungan, dan hubungan antara sains dan teknologi.

3. Keterampilan dan kemampuan untuk menangani peralatan, memecahkn masalah, dan melakukan observasi.

4. Sikap ilmiah antara lain kritis, sensitive, obyektif, jujur terbuka, benar, dan dapat bekerjasama.

5. Apresiatif terhadap sains dengan menikmati dan menyadari keindahan keteraturan perilaku serta penerapannya dalam teknologi.

Pengetahuan di atas sudah jelas maksudnya adalah pengetahuan tentang alam semesta beserta alam isinya. Jadi secara singkat IPA adalah pengetahuan yang diarahkan kepada siswa untuk mampu berpikir secara rasional tentang alam semesta beserta isinya.

Sementara itu, sering ditemukan masalah yaitu ditemukannya keadaan siswa yang mudah menyerah ketika mereka disuruh berpikir, mereka tidak menemukan jawaban dari suatu masalah, keluhan siswa kadang terdengar janggal, seperti ucapannya yang dilontarkan secara spontan misalnya “saya tidak pintar atau saya tidak bisa belajar IPA”. Selain itu terlalu sering siswa di sekolah asal menjawab apa yang terlintas di benaknya tanpa berpikir terlebih dahulu saat guru melontarkan sebuah pertanyaan. Saat menjawab pertanyaan tertulis pun kadang siswa menuliskan hal yang tidak tepat dalam memaparkan tulisan seperti kata „sesuatu‟ yang guru tidak ketahui sesuatu itu apa. Hal ini di antaranya disebabkan karena kapasitas berpikir siswa lemah, mereka lebih khawatir tugasnya tidak selesai daripada mengulangnya untuk meneliti apakah hasil pemikirannya telah benar atau belum, siswa malas untuk berpikir, semua itu disebabkan karena siswa menganggap berpikir adalah suatu kerja keras.

Proses belajar mengajar yang melatih siswa berpikir secara rasional ini memiliki beberapa kendala, salah satunya adalah terlalu dominannya peran guru di sekolah sebagai penyebar ilmu atau sumber ilmu (teacher centered) belum student centered, dan fokus pendidikan di sekolah lebih pada yang bersifat


(12)

3

menghafal atau pengetahuan faktual, pembelajaran menggunakan hal yang abstrak, siswa hanya dianggap sebagai sebuah gelas kosong yang akan diisi dengan ilmu oleh guru. Kendala lain yang sebenarnya sudah cukup klasik namun memang sulit dipecahkan, adalah sistem penilaian prestasi siswa yang lebih banyak didasarkan melalui tes-tes yang sifatnya menguji kemampuan kognitif tingkat rendah. Siswa yang dicap sebagai siswa yang pintar atau sukses adalah siswa yang nilai ulangannya besar. Ini merupakan masalah lama yang sampai sekarang masih merupakan problem yang cukup sulit untuk diperbaiki dalam dunia pendidikan yang berada di Indonesia.

Guru masih menggunakan metode konvensional dalam menerapkan pelajaran IPA meskipun guru sebenarnya memahami tentang beberapa teori metode pengajaran. Sehingga permasalahan yang muncul siswa kurang aktif atau siswa cenderung pasif dalam menerima pelajaran. Suasana kelas tampak ramai atau gaduh. Dalam proses pembelajaran yang berlangsung siswa merasa takut untuk mengajukan pertanyaan dan pendapat untuk menjawab pertanyaan baik dari guru maupun siswa lainnya.

Pada umumnya guru adalah orang yang merasa serba tahu dan menentukan segala hal yang dianggap penting bagi siswa, karena dalam pelaksa naan proses belajar mengajar guru cukup dengan mempelajari melalui buku yang kemudian disampaikan kepada siswa. Ini merupakan permasalahan karena siswa hanya dapat menerima materi dari guru, sehingga siswa hanya terdiam dan bersikap pasif atau tidak aktif selama pembelajaran berlangsung. Dalam proses pembelajaran, guru pada umumnya masih menerapkan metode tradisional. Pengajaran selama di kelas guru menggunakan metode ceramah dalam penyampaian materi pelajaran.

Dengan metode ceramah seperti yang dipaparkan di atas , menyebabkan siswa sulit untuk berpikir aktif, padahal sebenarnya kemampuan berpikir merupakan proses keterampilan yang bisa dilatihkan, artinya dengan menciptakan suasana pembelajaran yang kondusif akan merangsang siswa untuk meningkatkan kemampuan berpikir. Oleh karena itu perlu dikembangkan suatu model pembelajaran IPA yang dampaknya dapat meningkatkan kemampuan berpikir


(13)

rasional siswa, dan bisa melibatkan siswa secara aktif dalam kegiatan pembelajaran untuk menerapkan dan menemukan ide-idenya, karena dengan menemukan dengan sendirinya, anak akan lebih paham dan tidak akan lupa dengan pelajaran yang telah diberikan. Disini guru hanya memberikan umpan yang dapat membantu siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran, dan model yang bisa diberikan yaitu dengan pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL). CTL merupakan suatu model pembelajaran yang menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan mereka. Karena pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) berpusat pada siswa maka model ini dirasa akan cocok untuk digunakan dalam meningkatkan kemampuan berpikir rasional.

Pernyataan ini diperkuat oleh Sutardi dan Sudiro (2007: 99) mengatakan bahwa keunggulan pembelajaran kontekstual adalah:

1. Real world learning.

2. Mengutamakan pengalaman nyata. 3. Berpikir tingkat tinggi.

4. Berpusat pada siswa. 5. Siswa aktif, ktritis, kreatif.

6. Pengetahuan bermakna dalam pembelajaran. 7. Kegiatannya bukan mengajar tapi belajar.

Dari uraian di atas disebutkan bahwa salah satu kelebihan belajar kontekstual adalah siswa mampu berpikir tingkat tinggi, dan berpikir rasional yang akan dijadikan topik dalam penelitian ini merupakan salah satu level berpikir tingkat tinggi. Dalam konteks ini maka diambil pembelajaran dengan materi perpindahan energi panas, karenaenergi panas merupakan suatu energi yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia, karena begitu banyak kegiatan manusia yang berhubungan dengan energi panas. Begitu pula dengan kehidupan siswa, banyak pengalaman siswa dalam menjalani aktivitas kehidupannya dengan menggunakan energi panas dalam kehidupan sehari-hari, seperti menjemur pakaian, membuat api unggun, memasak, dan meraskan panasnya cahaya matahari. Hal di atas merupakan suatu modal yang dapat digunakan guru dalam


(14)

5

mengajarkan energi panas , pemanfaatan pengetahuan siswa dalam pembelajaran yang mereka peroleh dalam kehidupan sehari-hari akan menambah kemudahan guru dalam menyampaikan pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL), penulis menganggap merupakan pembelajaran yang tepat untuk mewujudkan hal ini.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diungkapkan diatas, maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah:

“Bagaimana pengaruh pembelajaran IPA dengan mnggunakan pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) terhadap kemampuan berpikir rasional siswa?”.

Dari rumusan masalah di atas, dapat duraikan menjadi pertanyaan-pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Apakah pembelajaran konvensional dapat meningkatkan kemampuan berpikir rasional siswa SD kelas IV pada materi perpindahan energi panas?

2. Apakah model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) dapat meningkatkan kemampuan bepikir rasional siswa siswa SD kelas IV pada materi perpindahan energi panas?

3. Apakah terdapat perbedaan peningkatan kemampuan berpikir rasional antara siswa yang mengikuti pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) dengan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional?

C. Tujuan Penelitian

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan berpikir rasional siswa. Tujuan umum ini dijabarkan lebih lanjut menjadi beberapa tujuan khusus yaitu:


(15)

1. Untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh pembelajaran konvensional dalam upaya peningkatan berpikir rasional siswa SD kelas IV pada materi perpindahan energi panas.

2. Untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh penggunaan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) dalam upaya peningkatan kemampuan berpikir rasional siswa SD kelas IV pada materi perpindahan energi panas.

3. Untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan peningkatan kemampuan berpikir rasional antara siswa yang mengikuti pembelajaran IPA dengan model Contextual Teaching and Learning (CTL) dan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional.

D. Pentingnya Penelitian

Pentingnya penelitian ini dilakukan agar guru dapat memperoleh informasi tentang pembelajaran IPA dengan menggunakam pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL), sebagai salah satu alternative untuk meningkatkan kemampuan berpikir rasional siswa dan dapat merubah kesadaran diri siswa dalam belajar IPA. Selain itu apabila ini berhasil, akan bermanfaat bagi pihak-pihak yang mendalami dunia pendidikan IPA.

E. Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini akan sangat bermanfaat bagi pihak-pihak yang memiliki kepentingan, diantaranya adalah:

1. Bagi penulis

Penulis dapat melihat ada atau tidaknya pengaruh pembelajaran IPA dengan menggunakan pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) terhadap peningkatan kemampuan berpikir rasional pada siswa SD kelas IV.

2. Bagi Guru

Dalam pembelajaran IPA guru dapat menggunakan pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) sebagai pembelajaran


(16)

7

alternative yang dapat menghadirkan nuansa baru, dan membuat siswa dapat berpikir aktif dalam pembelajaran IPA juga untuk mengurangi kejenuhan belajar siswa yang selama ini biasa dilakukan dengan pembelajaran konvensional.

3. Bagi sekolah

Bagi sekolah penelitian ini dapat meningkatkan kualitas mutu pendidikan di sekolah dan dapat membantu tercapainya tujuan pembelajaran yang sesuai dengan kurikulum sekolah.

4. Bagi peneliti lain

Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan bagi peniliti lain yang ingin mengkaji lebih mendalam berkenaan dengan pembelajaran IPA dengan menggunakan pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) di SD.

F. Batasan Istilah

1. Model pembelajaran kontekstual (CTL)

Suatu strategi pembelajaran yang menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan siswa (Sanjaya, 2006 : 253).

2. Kemampuan Berpikir Rasional

Kemampuan berpikir rasional adalah proses operasi kognitif pada diri individu dalam rangka memilih lalu menghubungkan berbagai fakta atau informasi dengan pengetahuan awal yang telah dimiliki, bukan kita mengajarkan berpikir tetapi siswa diajak untuk berpikir sementara guru hanya mengarahkan berpikir melalui kegiatan sehingga siswa dapat mengambil keputusan melalui tahapan: a) menyatakan masalah, b) menganalisis sesuatu, c) memikirkan pemecahan masalah yang kira-kira mungkin dapat dilaksanakan dan d) menguji kebenaran dan ketepatan atau disebut juga pengambilan keputusan atau pemecahan masalah, sehingga


(17)

hasil keputusannya benar-benar tepat sesuai dengan sistem logika atau menurut pikiran yang sehat, dalam arti dapat diterima oleh akal manusia.

3. Perpindahan Energi Panas

a. Perpindahan panas secara konduksi adalah perpindahan panas yang melalui zat perantara tanpa disertai perpindahan bagian-bagian zat perantara itu

b. Perpindahan panas secara konveksi adalah perpindahan panas melalui zat perantara yang disertai dengan perpindahan bagian-bagian zat perantara itu.

c. Perpindahan panas secara radiasi adalah perpindahan panas tanpa melalui zat perantara


(18)

29 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Paradigma Penelitian

Fokus dalam penelitian ini adalah usaha untuk meningkatkan kemampuan berpikir rasional siswa khususnya pada materi perpindahan energi panas. Beberapa komponen terkait dalam proses penelitian ini yaitu model pembelajaran CTL dengan tahapan-tahapan modelnya yang dikaitkan dengan indikator-indikator kemampuan berpikir rasional siswa, dan pada akhir pembelajaran diharapkn ada peningkatan yang signifikan pada kemampuan berpikir rasional siswa khususnya materi tentang perpindahan energi panas, komponen yang menyangkut penelitian ini ditunjukkan pada gambar berikut.

Gambar 3.1 Paradigma Penelitian

Kemampuan Berpikir Rasional Siswa

Indikator Kemampuan Berpikir Rasional Siswa

Model Pembelajaran CTL

Percobaan dengan LKS

Penguasaan Kemampuan Berpikir Rasional Siswa

Perpindahan Energi Panas Standar Kompetensi,

Kompetensi Dasar Sekolah Dasar


(19)

B. Metode dan Desain Penelitian 1. Metode Penelitian

Menurut karakteristiknya penelitian ini termasuk ke dalam penelitian kuasi eksperimen. Tujuannya untuk melihat sebab akibat melalui pemanipilasian variabel bebas yaitu suatu model pembelajaran CTL dan menguji perubahan yang diakibatkan oleh pemanipulasian tadi. Hasil dari pemanipulasian terhadap variabel bebas ini dapat dilihat dari terikatnya yaitu peningkatkan berpikir rasional siswa. Sampel pada metode penelitian ini tidak dipilih secara random. Penelitian ini menerapkan pretes dan postes pada kedua kelompok, kelompok eksperimen menggunakan pembelajaran CTL, sedangkan kelompok menggunakan pembelajaran konvensional.

2. Desain Penelitian

Adapun desain penelitian yang akan digunakan disini yaitu desain penelitian kelompok kontrol pretes-postes. Desain penelitian ini terdiri atas kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Pada kelompok eksperimen digunakan pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL), sedangkan pada kelompok kontrol digunakan pembelajaran yang konvensional.

Penelitian ini menggunakan desain kelompok kontrol tidak ekuivalen, menurut Sugiyono (2010: 79) desain penelitian yang digunakan adalah sebagai berikut.

0

1

0

2

0

3

0

4

Gambar 3.2 Desain Penelitian Keterangan:

01 : pretes kelas eksperimen 02 : postes kelas eksperimen 03 : pretes kelas kontrol 04 : postes kelas kontrol


(20)

31

C. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SDN Tegalsari yang terletak di Dusun Bunut 01, Desa Cijati Kecamatan Situraja, dan SDN Pamulihan yang terletak di Dusun Pamulihan Desa Wanakerta Kecamatan Situraja. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya alasan memakai kedua SDN ini tidak menggunakan teknik random tetapi ditentukan sendiri.

D. Populasi dan Sampel Penelitian

Maulana (2007: 25) menyatakan bahwa populasi adalah seluruh data yang menjadi perhatian dalam suatu ruang lingkup dan waktu tertentu. Sedangkan sampel adalah sebagai bagian dari populasi. Dalam sebuah penelitian eksperimen populasi dan sampel merupakan subjek penelitian yang akan dijadikan objek penelitian, tempat data diperoleh yang selanjutnya akan di olah sehingga menjadi sebuah kesimpulan yang relevan.

Populasi pada penelitian ini adalah seluruh siswa SDN yang berada di Kecamatan Situraja Kabupeten Sumedang. Dari SDN se-kecamatan ini dipilih 2 SDN yang akan dijadikan sampel penelitian sehingga ada dua SDN yang diteliti, dari SDN yang sudah dipilih ini diambil masing-masing satu kelas yaitu kelas IV, satu kelas dijadikan sebagai kelas kontrol dan satu kelas lagi dijadikan sebagai kelas eksperimen. Pada kelas kontrol dilaksanakan pembelajaran konvensional untuk mrngukur kemampuan berpikir rasional siswa dan pada kelas eksperimen dilaksanakan pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) yang juga sama untuk mengukur kemampuan berpikir rasional siswa.

Berdasarkan hasil penentuan SDN yang telah dilakukan sebelumnya, maka diperoleh SDN Tegalsari dan SDN Pamulihan yang dijadikan sampel penelitian ini, SDN Tegalsari sebagai kelas kontrol yang berjumlah 33 orang, sedangkan SDN Pamulihan sebagai kelas eksperimen yang berjumlah 30 orang. Data SDN dan jumlah siswa yang berada di Kecamatan Situraja dapat dilihat pada Tabel 3.1 beriku


(21)

Tabel 3.1

Data SD dan Jumlah Siswa yang Berada di Kecamatan Situraja kelas IV

No Nama SD Jumlah

Siswa

1. Neglasari 23

2. Cikadu 21

3. Tegalsari 33

4. Cijati 19

5. Warungketan 35

6. Jatisari 21

7. Sindangwangi 24

8. Sukasari 26

9. Bangbayang 23

10. Karangnangka 1 17 11. Karangnangka 2 19

12. Cijeler 1 19

13. Cijeler 2 19

14. Ambit 38

15. Sukatali 28

16. Sukajadi 41

17. Situraja 55

18. Babakanbandung 45

19. Malaka 33

20. Pamulihan 30

21. Pasirimpun 17

22. Pakemitan 26

23. Karangmulya 44

24. Cipelang 13


(22)

33

B. Instrumen Penelitian

Untuk pengumpulan dan pengolahan data tentang variabel-variabel yang diteliti, maka pada penelitian ini digunakan instrument sebagai berikut:

1. Tes yang terdiri pretes dan postes

Pretes diberikan pada kelompok kontrol dan eksperimen untuk mengukur kemampuan awal masing-masing kelompok dan diberikan sebelum pembelajaran dilakukan. Sedangkan postes digunakan untuk mengukur peningkatan kemampuan berpikir rasional siswa kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Untuk instrumen penelitian yang baik, maka harus memperhatikan kualitas dari instrument tersebut. Oleh karena itu untuk mendapatkan kualitas soal yang baik, harus diperhatikan kriteria yang harus dipenuhi, diantaranya dilihat daru bebetapa aspek hal berikut : kisi-kisi penulisan soal, perangkat soal dan kunci jawaban, validitas soal, reliabilitas soal, daya pembeda, dan indeks kesukaran, untuk mengetahui kriteria-kriteria ini, dibawah ini dipaparkan penjelasannya yaitu: a) Kisi-kisi Penulisan Soal

Menurut Wahyudin, dkk. (2006: 108) “Kisi-kisi adalah format atau matrik yang memuat informasi yang dapat dijadikan pedoman oleh penulis soal untuk merakit soal menjadi tes”. Dengan kisi-kisi soal ini penyusun soal dapat menentukan soal yang sesuai dengan tujuan pembelajaran yang di buat dalam rencana pembelajaran.

b) Perangkat Soal dan Kunci Jawaban

Perangkat soal dibuat harus disertakan dengan kunci jawabannya pula, hal ini dilakukan untuk mempermudah jika soal yang dibuat digunakan oleh orang lain. Selain itu soal juga harus mengacu kepada tujuan pembelajaran yang dibuat oleh kita, dengan demikian soal dan tujuan pembelajaran terjadi sinkronisasi. c) Validitas instrumen

Untuk menentukan tingkat atau kriteria validitas istrumen ini, maka digunakan koefisien korelasi. Tinggi rendahnya validitas istrumen mengukur sejauh mana data yang terkumpul dari gambaran validitas yang dibuat. Menurut Wahyudin, dkk (2006: 148) Koefisien korelasi ini dihitung dengan menggunakan jenis statistika product moment dengan angka kasar sebagai berikut:


(23)

= � −( ) ( )

� 2( ) 2 2( ) 2

(3.1)

Keterangan:

= koefisien korelasi antara x dan y N = banyaknya peserta tes

X = nilai hasil uji coba Y = nilai rata-rata harian

Selanjutnya untuk menafsirkan koefisien korelasi menurut Arifin (2010: 257) dapat menggunakan kriteria sebagai berikut:

0,81 – 1,00 = validitas sangat tinggi 0,61 – 0,80 = validitas tinggi

0,41 – 0,60 = cukup 0,21 – 0,40 = rendah 0,00 – 0,20 = sangat rendah

Berdasarkan hasil uji coba yang telah dilakukan diperoleh koefisien korelasi sebesar 0,78 dengan tafsiran tinggi. Jadi, dapat diinterpretasikan bahwa soal yang telah diujikan memiliki validitas tinggi dan instrumen layak untuk digunakan. Validitas tiap butir soal dapat dilihat pada tabel 3.2.

Tabel 3.2 Validitas Butir Soal

Nomor Soal Validitas Butir Soal

1. 0,31

2. 0,39

3. 0,45

4. 0,35

5. 0,53

6. 0,66

7. 0,66

8. 0,38

9. 0,65

10. 0,29

Untuk menguji signifikansi dengan menggunakan rumus

t

test atau

t

hitung.

t =

−2


(24)

35

Keterangan: r = nilai validitas n = jumlah siswa

Adapun kaidah pengujian untuk uji signifikansi sebagai berikut. Jika

t

hitung ≥ dari

t

tabel maka signifikan.

Jika

t

hitung < dari

t

tabel maka tidak signifikan.

t

tabel dari siswa yang berjumlah 35 adalah 1,69 Untuk hasil uji signifikansi dapat dilihat pada Tabel 3.3:

Tabel 3.3

Uji Korelasi Pearson Product Moment

Nomor Soal Validitas Butir Soal t hitung Tafsiran

1. 1,69 1.88 Signifikan

2. 1,69 2.45 Signifikan

3. 1,69 2.93 Signifikan

4. 1,69 2.15 Signifikan

5. 1,69 3.57 Signifikan

6. 1,69 5.08 Signifikan

7. 1,69 5.02 Signifikan

8. 1,69 2.37 Signifikan

9. 1,69 4.92 Signifikan

10. 1,69 1.75 Signifikan

d). Reliabilitas Instrumen

Reliabilitas tes berkenaan dengan pertanyaan, apakah suatu tes teliti dan dapat dipercaya sesai dengan kriteria yang telah ditetapkan (Arifin 2010: 258).


(25)

reliabilitasnya terlebih dahulu dihitung dengan menggunakan rumus product moment correlation untuk mencari koefisien korelasinya. Setelah diketahui koefisien korelasi kemudian dihitung reliabilitasnya dengan rumus berikut ini (Wahyudin, 2006:148).

r

tt

=

2 x rgg

1+ rgg

(3.3) Tolak ukur untuk menginterpretasikan derajat reliabilitas alat evaluasi dapat digunakan tolak ukur yang dibuat oleh J.P. Guilford 1956 (Suherman dan Sukjaya, 1990: 177) adalah sebagai berikut.

Tabel 3.4 Interpretasi Nilai r

Koefisien Korelasi Interpretasi 0,80 < ≤ 1,00 Reliabilitas sangat tinggi 0,60 < ≤ 0,80 Reliabilitas tinggi 0,40 < ≤ 0,60 Reliabilitas sedang 0,20 < ≤ 0,40 Reliabilitas rendah 0,00 < ≤ 0,20 Reliabilitas sangat rendah ≤ 0,00 Reliabilitas tidak valid

Berdasarkan hasil uji coba yang telah dilakukan, diperoleh koefisien korelasi sebesar 0,47 dengan tafsiran sedang.

e). Tingkat kesukaran

Perhitungan tingkat kesukaran soal adalah pengukuran seberapa besar derajat kesukaran suatu soal (Arifin 2010: 266). Untuk menghitung tingkat kesukaran soal bentuk objektif Untuk mengetahui tingkat kesukaran setiap butir soal, digunakan formula sebgaai berikut:

Untuk menghitung tingkat kesukaran soal objektif dapat digunakan dengan menggunakan rumus tingkat kesukaran (TK) seperti berikut (Arifin, 2010: 266):

TK =

(WI +WH )

(nL +nH )

X 100%

(3.4)

Keterangan:

WL = jumlah peserta didik yang menjawab salah dari kelompok bawah WH = jumlah peserta didik yang menjawab salah dari kelompok atas


(26)

37

nL = jumlah kelompok bawah nH = jumlah kelompok atas

Sebelum menggunakan rumus di atas, lembar jawaban peserta didik harus disusun dari skor tertinggi sampai skor terendah. Selain itu, untuk menentukan jumlah kelompok atas diambil 27% lembar jawaban dari atas dan untuk kelompok bawah mengambil 27% dari lembar jawaban dari bawah. Adapun kriteria penafsiran tingkat kesukaran soal adalah:

Kategori Tingkat Kesukaran Batasan Kriteria ≤ 27% Mudah 28% - 72% Sedang ≥ 73% Sukar

Berdasarkan hasil uji coba yang telah dilakukan, diperoleh tingkat kesukaran tiap butir soal sebagai berikut.

Table 3.5

Tingkat Kesukaran Butir Soal No. soal Tingkat kesukaran Tafsiran

1. 0,77143 Mudah

2. 0,88571 Mudah

3. 0,91429 Mudah

4. 0,57143 Sedang

5. 0,48571 Sedang

6. 0,25714 Sukar

7. 0,11429 Sukar

8. 0,42857 Sedang

9. 0,25171 Sukar

10. 0,32381 Sedang

f). Daya Pembeda

Perhitungan daya pembeda adalah pengukuran sejauh mana suatu butir soal mampu membedakan peserta didik yang sudah menguasai komptensi dengan peserta didik yang belum atau kurang menguasai kompetensi berdasarkan kriteria tertentu (Arifin 2010: 273).

Untuk menghitung daya pembeda setiap butir soal menurut Wahyudin, dkk. (2006: 96) dapat digunakan rumus sebagai berikut:


(27)

DP = �− � ( 3.5) Keterangan:

DP = Daya Pembeda

WL = Jumlah peserta didik yang gagal dari kelompok bawah WH = Jumlah peserta yang gagal dari kelompok atas

N =27% x N

Untuk menginterprestasikan koefisien daya pembeda tersebut dapat digunakan kriteria yang dikembangkan menurut Wahyudin, dkk. (2006: 96) yaitu sebagai berikut:

0,00 – 0,20 = rendah 0,21 – 0,40 = cukup 0,41 – 0,70 = baik

0,71 – 0,1,00 = baik sekali

Berdasarkan hasil uji coba yang telah dilakukan, diperoleh daya pembeda tiap butir soal sebagai berikut.

Tabel 3.6

Daya pembeda Butir Soal

No soal Daya

Pembeda Tafsiran

1. 0,22 Cukup

2. 0,56 Baik

3. 0,33 Cukup

4. 0,50 Baik

5. 0,67 Baik

6. 0,78 Baik sekali

7. 0,33 Cukup

8. 0,33 Cukup

9. 0,59 Baik


(28)

39

Setelah berkonsultasi dengan pihak ahli, terdapat kesimpulan, bahwa semua soal boleh digunakan, meskipun terdapat soal yang validitasnya rendah tetapi semuanya signifikan setelah memakai uji t sehingga menurut kriteria validitasnya valid, selain itu apabila terlalu banyak soal yang dibuang maka tidak akan bisa mengukur indikator kemampuan berpikir rasional pada anak. Sehingga semua soal dari no satu sampai no sepuluh dipergunakan untuk pretes dan postes.

2. Non tes

Instrument non tes yang akan digunkan dalam penelitian ini yaitu: angket lembar observasi, penjelasan dari instrument non tes ini yaitu:

a) Lembar Observasi

Dalam penelitian ini digunakan lembar observasi berupa lembar observasi kinerja guru dan aktivitas siswa. Lembar observasi yang digunakan dalam penelitian ini berupa format observasi berupa check list. Format observasi ini berisikan serangkaian daftar kejadian penting yang akan diamati. Ketika pengamatan berlangsung, peneliti secara objektif memilih dengan cepat dan memberi tanda cek pada daftar kejadian.

F. Variabel Penelitian

Variabel merupakan subjek atau titik perhatian dari suatu penelitian. Variabel dirinci bertujuan agar bisa melihat dengan jelas kelompok-kelompok apa yang akan dieksperimentasi dan luaran-luaran apa yang ingin di ukur (Creswell, 2010:236).

Dalam penelitian ini yang menjadi objek penelitian adalah pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) yaitu sebagai variabel bebasnya, dan kemampuan berpikir rasional siswa sebagai variabel terikatnya.

G. Prosedur Penelitian

Secara umum penelitian ini dalam beberapa kegiatan yang harus dilakukan, yaitu tahap Persiapan, tahap Pelaksanaan, tahap Analisis Data, dan tahap Pembuatan Kesimpulan. Bagan alur prosedur penelitian ini akan disajikan sebagai berikut:


(29)

Gambar 3.3 Prosedur Penelitian

PENELITIAN PENELITIAN HASIL PENELITIAN

Studi Pendahuluan

Masalah dan Alternatif Pemecahannya

Pemilihan Sampel

Studi literatur: model pembelajaran CTL, kemampuan berpikir rasional, perpindahan energi panas.

Penyusunan perangkat pembelajaran berupa RPP dan menyiapkan alat dan bahan.

Penyusunan instrumen tes Kemampuan berpikir rasional, lembar observasi.

Validasi, uji coba, revisi dan penetapaninstrumen

Pretes Kemampuan Berpikir Rasional

Pembelajaran dengan menggunakan

model CTL

Analisis data hasil penelitian (data kualitatif

dan data kuantitatif) Observasi

keterlaksanaan

model CTL Pembahasan dan Kesimpulan

Menginterpretasikan hasil dalam bentuk laporan penelitian

Postes Kemampuan Berpikir Rasional


(30)

41

1. Tahap Persiapan

Kegiatan pertama yang dilakukan mencakup beberapa kegiatan yaitu identifikasi awal yang mencakup observasi ke sekolah dan wawancara dengan pihak sekolah, mengurus perizinan penelitian, dan pemilihan secara acak siswa kelas IV yang berada di Kecamatan Situraja sebanyak dua kelas untuk dijadikan kelas eksperimen dan kelas kontrol. Selanjutnya melakukan analisis terhadap aspek-aspek dalam pengembangan perangkat pembelajaran seperti LKS, penyusunan instrumen dan uji coba instrumen, revisi perangkat pembelajaran. 2. Tahap Pelaksanaan

Pada tahap ini, kegiatan awal yang akan dilaksanakan adalah pemberian pretes kemampuan berpikir rasional kepada setiap siswa di kedua kelas, hal ini dilakukan untuk mengukur kemampuan awal kedua kelas tersebut.

Selanjutnya melakukan pembelajaran sesuai dengan jadwal dan materi yang telah ditentukan. Pada saat pembelajaran, aktivitas pembelajaran akan diobservasi oleh observer.

Pada akhir pembelajaran dilaksanakan tes kemampuan berpikir rasional siswa mengenai materi perpindahan energi panas. Selanjutnya kegiatan terakhir siswa disuruh melakukan pengisian lembar observasi untuk kelas eksperimen. 3. Tahap Analisis Data

Analisis data yang dilakukan adalah pengolahan data kuantitatif dan data kualitatif berupa hasil pretes dan postes kemampuan berpikir rasional siswa mengenai materi perpindahan energi panas dari kedua kelas. Kemudian pengolahan data kualitatif berupa lembar observasi.

a. 4. Tahap Pembuatan Kesimpulan

Pada tahap ini dilaksanakan penyimpulan terhadap penelitian yang telah dilakukan berdasarkan rumusan hipotesis yang telah dirumuskan.

H. Bahan Ajar dan Pengembangannya

Bahan ajar yang akan digunakan dalam penelitian ini yaitu menggunakan Lembar Kerja Siswa (LKS) untuk kelas eksperimen dan untuk kelas kontrol yaitu menggunakan buku paket yang ada di sekolah.


(31)

Adapun materi pokok yang akan diajarkan adalah energi panas dengan sub materi perpindahan energi panas. Secara lengkapnya kompetensi dasar, materi pokok, dan sub materi pokok disajikan pada tabel di bawah ini;

Tabel 3.7

Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar, Materi Pokok, dan Sub Materi Pokok

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar Materi Pokok

Sub Materi Pokok 8. memahami berbagai

bentuk energi dan cara penggunannya dalam kehidupan sehari-hari.

8.1 mendeskripsikan energi panas dan bunyi yang terdapat di lingkungan sekitar serta sifat-sifatnya.

Energi panas

Perpindahan energi

panas

I. Teknik Pengolahan dan Analisis Data

Data yang diperoleh dari hasil penelitian terbagi dalam dua kelompok, yaitu data kuantitatif dan kualitatif. Data kuantitatif diperoleh dari hasil pretes dan postes. Adapun daa kualitatif diperoleh dari hasil observasi.

1. Data kuantitatif

Kelompok data kuantitatif ini dimulai dengan menganalisis hasil pretes untuk mengetahui kemampuan awal antara siswa kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol sama atau tidak, dilakukan uji kesamaan dua rerata pretes, sebelum menggunakan uji kesamaan dua rerata pretes tersebut harus diperiksa normalitas dan homogenitas data pretes kedua keompok tersebut.

a. Uji normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Untuk menguji normalitas data yang terkumpul akan dilakukan uji normalitas dengan test of normality dari kolmogorof-smirnow dengan menggunakan SPSS Versi 16 for Windows. Rumusan hipotesis pengujian normalitas data, yaitu:


(32)

43

�1 : data sampel berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal Uji normalitas akan dilakukan dengan α (taraf signifikasi) sebesar 5% (0,05). Jika nilai signifikasi ≥ 0,05 maka �0 diterima. Jika nilai signifikan < 0,05 maka �0 ditolak. Jika kedua data kelas berdistribusi normal, maka dilanjutkan dengan pengujian homogenitas data dengan menggunakan SPSS 16. Adapun cara melakukan uji normalitas menggunakan SPSS 16.0 for Windows langkah-lanhkahnya sebagai berikut:

1) Buka SPSS lalu masuk ke variable view, masukkan nama di baris kesatu dengan nama kelompok yang diteliti.

2) Ganti label di kolom kelima yaitu 1 sebagai kelas eksperimen, dan 2 sebagai kelas kontrol.

3) Ganti nama baris kedua dengan pretes.

4) Klik ke data view, masukan angka 1 di dalam kolom pertama sebanyak siswa kelas eksperimen dan angka 2 di kolom pertama sebanyak kelas kontrol.

5) Masukkan nilai hasil pretes di kolom kedua.

6) Klik analyze descriptive statistics eksplore pretes di dependent list, siswa yang diteliti di factor list plots, normality test with plots continue lalu ok.

7) Setelah melakukan langkah-lagkah tersebut, lihat nilai sig. di Kolmogorov-smirnov apabila > α sampel tersebut berasal dari populasi yang terdistribusi normal, apabila < α sampel tersebut bukan berasal dari populasi yang berdistribusi tidak normal.

b. Uji homogenitas varians

Uji homogenitas varians ini dilakukan jika data berdistribusi normal, tetapi bila data tidak berdistribusi normal maka langkah selanjutnya dilakukan uji statistik nonparametrik. Uji homogenitas data digunakan untuk menguji homogen atau tidaknya data sampel yang diambil dari populasi yang sama. Untuk menganalisis homogenitas data, digunakan uji Levene’s test dalam SPSS 16. Rumusan hipotesis pengujian homogenitas, yaitu sebagai berikut:


(33)

�0 = data sampel berasal dari populasi yang mempunyai varians yang sama atau homogen.

�1= data sampel berasal dari populasi yang mempunyai varians tidak sama atau tidak homogen.

Taraf signifikansi pada uji Levene’s test dengan menggunakan taraf signifikansi 5%. (0,05). Kriteria pengambilan keputusannya adalah sebagai berikut:

Jika nilai signifikansi ≥ 0,05 maka �0 diterima. Jika nilai signifikasi < 0,05 maka �0 ditolak

Adapun cara melakukan uji homogenitas menggunakan SPSS 16.0 for Windows langkah-langkahnya sebagai berikut:

1) Buka SPSS lalu masuk ke variable view, masukkan nama di baris kesatu dengan nama kelompok yang diteliti.

2) Ganti label di kolom kelima yaitu sebagai kelas eksperimen, dan 2 baris kelas kontrol.

3) Ganti nama baris kedua dengan pretes.

4) Klik data view, masukkan angka 1 di kolom pertama sebanyak siswa kelas eksperimen dan angka 2 di kolom pertama sebanyak kelas kontrol. 5) Masukkan nilai hasil pretes di kolom kedua.

6) Klik analyze compare means independent-samples T-test pretes di test variable, siswa yang diteliti di groupening variabledefinr group, use specified values 1 di group 1, 2 di group 2 continue lalu ok.

7) Setelah melakukan langkah-langkah tersebut, lihat nilai sig. di Levene’s Test for Equality of Variances apabila > α variansi setiap sampel sama (homogen), apabila < α variansi seiap sampel tidak sama (tidak homogen).

c. Uji beda rata-rata

Bila syarat normalitas dan homogenitas telah terpenuhi, langkah selanjutnya yaitu uji beda rata-rata (uji-t). Uji independent sample t-test dilakukan dengan langkah-langkah dan kriteria sebagai berikut. Merumuskan


(34)

45

hipotesis pengujian kesamaan nilai rata-rata pretes atau nilai rata-rata postes kelas eksperimen dan kelas kontrol, yaitu sebagai berikut:

�0 : Kemampaun berpikir rasional siswa sama. �1 : Kemampuan berpikir rasional siswa tidak sama.

Menghitung uji beda dua rata-rata da pretes atau dua rata-rata postes dengan menggunakan taraf signifikasi 5% (0,05). Kriteria pengambilan keputusannya adalah sebagai berikut:

Jika nilai signifikasi ≥ 0,05 maka �0 diterima. Jika nilai signfikasi < 0,05 maka �0 ditolak.

Jika data dari kedua kelas normal tetapi tidak homogen, maka masih digunakan uji independent sampel t-test, akan tetepi untuk membaca hasil dari pengujiannya yaitu pada kolom Equal Variance Not Asumed (diasumsikan varians tidak sama). Jika salah satu atau kedua data kelas eksperimen dan kelas kontrol tidak berdistribusi normal, maka selanjutnya menggunakan uji non parametric Mean Whitney (uji U). adapun langkah-langkah untuk melalukan uji U adalah sebagai berikut.

1) Buka SPSS lalu masuk ke variable view, masukkan nama di baris kesatu dengan nama kelompok yang diteliti.

2) Pada kolom label isi dengan kelompok yang diteliti. 3) Ganti decimal pada kolom ke empat dengan angkadua.

4) Pada kolom value angka satu dan pada label tulis kelas eksperimen lanjut add, selanjutnya masukkan lagi pada kolom value angka dua dan pada label tulis kelas kontrol lanjut add. Klik data view, masukkan angka satu di kolam pertama sebanyak siswa kelas eksperimen, kemudian lanjutkan dengan angka dua sebanyak kelas kontrol.

5) Masukkan hasil pretes di kolom kedua.

6) Klik analyze nonparametric test → 2 independent sample mann whitney di ceklis lalu ok.

7) Setelah melakukan langkah-langkah tersebut, lihat nilai sig (2 tailed) pada label test statistic apabila lebih dari ≥ α maka kemampuan siswa sama, dab apabila < α maka kemampuan siswa berbeda.


(35)

d) Perhitungan Gain Ternormalisasi

Perhitungan gain ternormalisasi dilakukan untuk melihat peningkatan kemampuan berpikir rasional siswa. Adapun perhitungan gain ternormalisasi menggunakan formula sebagai berikut Meltzer (Maulana, 2007: 57):

gain = � � − � � �

� �� � − � � � (3.6) Interpretasi gain ternormalisasi tersebut disajikan dalam bentuk klasifikasi seperti pada tabel di bawah ini.

Tabel 3.8

Klasifikasi Gain Ternormalisasi

Gain Klasifikasi

g > 0,7 Gain tinggi

0,3 < g ≤ 0,7 Gain sedang

g ≤ 0,3 Gain rendah

Data indeks gain yang telah diperoleh kemudian dianalisis dengan langkah-langkah yang sama seperti pada analisis data pretes.

2. Data Kualitatif

Pengolahan data kualitatif yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah Lembar Observasi Kinerja Guru dan Aktivitas Siswa.

Lembar observasi ini akan dijadikan sebagai data pendukung dalam penelitian yang saya lakukan, lembar observasi ini bertujuan agar memudahkan dalam menginterpretasikannya, penyajian lembar observasi ini dibuat dalam bentuk tabel.


(36)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan dan pengolahan data hasil penelitian pada BAB IV, dapat disimpulkan mengenai pembelajaran IPA pada materi perpindahan energi panas dengan menggunakan pembelajaran CTL dan konvensional adalah sebagai berikut.

1. Pembelajaran IPA pada materi perpindahan energi panas dengan menggunakan pembelajaran konvensional dapat meningkatkan kemampuan berpikir rasionl siswa kelas IV. Terbukti Dari hasil pretes dan postes di kelas kontrol yaitu dengan nilai rata-rata pretes 35,3 dan rata-rata hasil postes 45,1, naik sebesar 9,8. Dari hasil perhitungan data pretes dan postes kelas kontrol dengan menggunakan uji-t � = 0,05 two tailed didapatkan nilai P-value (Sig.2-tailed) = 0,024. Hasil yang diperoleh P-value < �, maka �0 ditolak atau �1 diterima. Jadi, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran konvensional dapat meningkatkan kemampuan berpikir rasional siswa pada materi perpindahan energi panas.

2. Pembelajaran IPA pada materi perpindahan energi panas menggunakan pembelajaran CTL dapat meningkatkan kemampuan berpikir rasional siswa kelas IV. Terbukti dari hasil pretes dan postes di kelas eksperimen yaitu dengan nilai pretes 27,1 dan hasil postes 48,1 naik sebesar 21,0. Dari hasil perhitungan uji-t data pretes dan data postes kelas eksperimen dengan menggunakan � = 0,05 didapatkan nilai P-value (Sig.2-tailed) = 0,00. Hasil yang diperoleh P-value < �, maka �0 ditolak atau �2 diterima. Jadi, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran CTL dapat meningkatkan kemampuan berpikir rasional siswa pada materi perpidahan energi panas.

3. Terdapat perbedaan peningkatan kemampuan berpikir rasional antara siswa yang mengerjakan soal dengan menggunakan pembelajaran CTL dan siswa yang mengerjakan soal dengan menggunakan pembelajaran konvensional. Terbukti dari nilai kenaikan pada kelas kontrol yaitu 9,8 dengan nilai gain 0,1 dan nilai kenaikan kelas eksperimen yaitu 21,0 dengan nilai gain 0,3. Dari hasil perhitungan uji-u, didapatkan nilai P-value (Sig.2-tailed) =


(37)

menggunakan pembelajaran konvensional. Jadi, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran IPA pada Materi perpindahan energi panas menggunakan pembelajaran CTL lebih baik daripada pembelajaran konvensional untuk meningkatkan kemampuan berpikir rasional siswa kelas IV SD.

B. Saran

Berdasarkan hasil temuan dan pembahasan pada BAB IV, saran yang dapat diberikan untuk beberapa pihak di antaranya adalah sebagai berikut.

1. Bagi Guru IPA

Pembelajaran IPA dengan menggunakan pembelajaran CTL dapat meningkatkan kemampuan berpikir rasional siswa SD kelas IV pada materi perpindahan energi panas. Untuk itu, sebaiknya pembelajaran ini digunakan sebagai alternatif dalam melaksanakan pembelajaran, khususnya pembelajaran IPA di SD. Tidak hanya pada materi perpindahan energi panas, tetapi juga sebaiknya dilakukan untuk materi lainnya yang sejenis dalam IPA maupun di luar IPA.

2. Bagi Siswa

Melalui pembelajaran CTL diharapkan siswa mampu mengaplikasikan pembelajaran yang telah dilakukan untuk memecahkan masalah yang rutin dan tidak rutin dalam kehidupan sehari-hari.

3. Bagi Peneliti Lain

Bagi peneliti lain, diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi bandingan sekaligus landasan penelitian lanjutan yang berhubungan dengan model pembelajaran dan pengembangan materi tentang perpindahan energi panas.


(38)

4. Bagi Pihak Sekolah

Semua media untuk praktek IPA pada umumnya sudah tersedia dengan lengkap, namun semua ketersediaan itu tidak digunakan dengan maksimal, pada umumnya guru hanya memberikan materi lewat buku paket saja, sebaiknya pergunakan media yang sudah ada, jangan sampai media tersebut menjadi rusak, karena ada beberapa media yang telah mengalami perkaratan karena tidak pernah dipakai, padahal jika dipakai denan baik itu akan menjadikan ilmu yang baik untuk siswa, karena media akan menjadi salah satu faktor pendukung bagi terlaksananya pembelajaran dengan baik.

5. Bagi lembaga

Sesuai dengan tujuan UPI yaitu untuk menjunjung tinggi nilai pendidikan suatu bangsa, maka diharapkan agar pembuatan skripsi selalu mengarah kepada tujuan tersebut, sesuai dengan skripsi ini yaitu bertujuan untuk meningkatkan kemampuan berpikir rasional siswa kelas IV pada materi perpindahan energi panas dengan memberikan model pembelajaran CTL terbukti bahwa model pembelajaran tersebut dapat meningkatkan kemampuan berpikir rasional siswa.


(39)

74

Learning untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa dalam Konsep Energi Bunyi pada Siswa kelas IV SD Negeri 4 Sigong Kecamatan Lemahabang Kabupaten Cirebon. Program S1 PGSD UPI Kampus Sumedang. tidak diterbitkan.

Arifin, Z. (2010). Evaluasi Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Asy’ari, M. (2006). Penerapan Pendekatan Sains Teknologi Masyarakat dalam Pembelajaran Sains di Sekolah Dasar. Yogyakarta: Depdiknas

Asuti, Rini N. (2009). Peta Konsep Pada Pembelajaran Ipa Untuk Meningkatkan Keterampilan Berfikir Rasional Siswa Sd/Mi.[online].

Budningsih, A. (2005). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Bundu, P. (2006). Penilaian Keterampilan Proses dan Sikap Ilmiah dalam Pembelajaran Sains SD. Jakarta: Depdiknas.

Cresswell, John W. (2010). Research Design Pendekatan Kualitatif, Kuantitatifn dan Mixed. Edisi Ketiga. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Deni. (2012). Kemampuan Berpikir Rasional Siswa Kelas III Madrasah Ibtidaiyah dalam Pembelajaran Tematik. Repository.upi.edu. [online]

Harmi, S. (2012). Ilmu Pengetahuan Alam untuk Kelas IV SD dan MI. Solo: PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri.


(40)

75

Jayadinata, A. (2010). Ragam Model Pembelajaran di Sekolah Dasar. UPI PRESS.

Komalasari, K. (2011). Pembelajaran Kontekstual Konsep dan Aplikasi. Bandung: PT Refika Aditama.

Maulana. (2008). Dasar-dasar Keilmuan matematika. Subang: Royyan Press. .

Rianawaty, I. (2011). Berpikir Tingkat Tinggi (Higher Level Thinking. [online]. Rachminurahim, U. (2012). Skripsi. Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah untuk Meningkatkan Kemampuan Bepikir Rasional dan Prestasi Belajar Siswa. FPMIPA UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Rizal, S. (2009). Skripsi. Implementasi Model Pembelajaran (Contextual Teaching and Learning) untuk Meningkatkan Pemahaman Siswa Kelas IV SDN Kalapadua III Kecamatan Lemahsugih Kabupaten Majalengka pada Materi Perpindahan Energi Panas. Program S1 PGSD UPI Kampus Sumedang. tidak diterbitkan

Samatowa, U. (2006). Bagaimana Membelajarkan IPA di Sekolah Dasar. Jakarta: Depdiknas.

Sanjaya, W. (2006). Strategi Pembelajaran Berorientasi Proses Pendidikan. Edisi Pertama. Jakarta: Kencana Prenada Media.

Sidharta, A dan Darliana. (2005). Keterapilan Berpikir. [online]

Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Pendidikan Kuantitatif, Kualitatif, dan

R&D. Bandung: Alfabeta

Suherman, E. dan Sukjaya, Y. (1990). Petunjuk Praktis untuk Melaksanakan


(41)

Sri Handayani. (2002). Skripsi. Pengembangan Model Pembelajaran CLIS untuk Meningkatkan Keterampilam Berpikir Rasional Siswa Kelas III SD Pada Konsep Hewan dan Benda. Laporan Lembaga Penelitian Universitas Terbuka Semarang: tidak diterbitkan.

Sutardi dan Sudiro. (2007). Pembaharuan dalam PBM di SD. Bandung: UPI PRESS.

Suyono. dan Hariyanto. (2011). Belajar dan Pembelajaran Teori dan Konsep Dasar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Trianto. (2012). Model Pembelajaran Terpadu: Konsep, Strategi, dan Implementasinya dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Edisi Pertama. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Wahyono, Budi dan Nurachmandan, Setyo. (2008). Ilmu Pengetahuan Alam untuk SD/MI Kelas IV. Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional.

Wahyudin, dkk. (2006). Evaluasi Pembelajaran SD. Bandung: UPI PRESS.

Sumber Online

http://ejournal.uinmalang.ac.id/index.php/tarbiyah/article/download/1831/pdf [23 Januari 2013]

http://repository.upi.edu/operator/upload/s__fis_0800479__chapter2.pdf [23

januari 2013]

http://idarianawaty.blogspot.com/2011/08/berpikir-tingkat-tinggi-higher-order.html [5 Desember 2012]

http://www.p4tkipa.net/modul/Tahun2005/UMUM/Keterampilan%20Berpikir.pdf [10 April 2013]


(1)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan dan pengolahan data hasil penelitian pada BAB IV, dapat disimpulkan mengenai pembelajaran IPA pada materi perpindahan energi panas dengan menggunakan pembelajaran CTL dan konvensional adalah sebagai berikut.

1. Pembelajaran IPA pada materi perpindahan energi panas dengan menggunakan pembelajaran konvensional dapat meningkatkan kemampuan berpikir rasionl siswa kelas IV. Terbukti Dari hasil pretes dan postes di kelas kontrol yaitu dengan nilai rata-rata pretes 35,3 dan rata-rata hasil postes 45,1, naik sebesar 9,8. Dari hasil perhitungan data pretes dan postes kelas kontrol dengan menggunakan uji-t � = 0,05 two tailed didapatkan nilai P-value (Sig.2-tailed) = 0,024. Hasil yang diperoleh P-value < �, maka �0 ditolak atau �1 diterima. Jadi, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran konvensional dapat meningkatkan kemampuan berpikir rasional siswa pada materi perpindahan energi panas.

2. Pembelajaran IPA pada materi perpindahan energi panas menggunakan pembelajaran CTL dapat meningkatkan kemampuan berpikir rasional siswa kelas IV. Terbukti dari hasil pretes dan postes di kelas eksperimen yaitu dengan nilai pretes 27,1 dan hasil postes 48,1 naik sebesar 21,0. Dari hasil perhitungan uji-t data pretes dan data postes kelas eksperimen dengan menggunakan � = 0,05 didapatkan nilai P-value (Sig.2-tailed) = 0,00. Hasil yang diperoleh P-value < �, maka �0 ditolak atau �2 diterima. Jadi, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran CTL dapat meningkatkan kemampuan berpikir rasional siswa pada materi perpidahan energi panas.

3. Terdapat perbedaan peningkatan kemampuan berpikir rasional antara siswa yang mengerjakan soal dengan menggunakan pembelajaran CTL dan siswa yang mengerjakan soal dengan menggunakan pembelajaran konvensional. Terbukti dari nilai kenaikan pada kelas kontrol yaitu 9,8 dengan nilai gain 0,1 dan nilai kenaikan kelas eksperimen yaitu 21,0 dengan nilai gain 0,3. Dari hasil perhitungan uji-u, didapatkan nilai P-value (Sig.2-tailed) =


(2)

0,018. Karena P-value (Sig.2-tailed) nilainya lebih kecil dari nilai �, maka �0 ditolak dan �3 diterima. Ini berarti terdapat perbedaan peningkatan antara siswa yang mengerjakan soal dengan menggunakan pembelajaran CTL dan siswa yang mengerjakan soal dengan menggunakan pembelajaran konvensional. Jadi, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran IPA pada Materi perpindahan energi panas menggunakan pembelajaran CTL lebih baik daripada pembelajaran konvensional untuk meningkatkan kemampuan berpikir rasional siswa kelas IV SD.

B. Saran

Berdasarkan hasil temuan dan pembahasan pada BAB IV, saran yang dapat diberikan untuk beberapa pihak di antaranya adalah sebagai berikut.

1. Bagi Guru IPA

Pembelajaran IPA dengan menggunakan pembelajaran CTL dapat meningkatkan kemampuan berpikir rasional siswa SD kelas IV pada materi perpindahan energi panas. Untuk itu, sebaiknya pembelajaran ini digunakan sebagai alternatif dalam melaksanakan pembelajaran, khususnya pembelajaran IPA di SD. Tidak hanya pada materi perpindahan energi panas, tetapi juga sebaiknya dilakukan untuk materi lainnya yang sejenis dalam IPA maupun di luar IPA.

2. Bagi Siswa

Melalui pembelajaran CTL diharapkan siswa mampu mengaplikasikan pembelajaran yang telah dilakukan untuk memecahkan masalah yang rutin dan tidak rutin dalam kehidupan sehari-hari.

3. Bagi Peneliti Lain

Bagi peneliti lain, diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi bandingan sekaligus landasan penelitian lanjutan yang berhubungan dengan model pembelajaran dan pengembangan materi tentang perpindahan energi panas.


(3)

4. Bagi Pihak Sekolah

Semua media untuk praktek IPA pada umumnya sudah tersedia dengan lengkap, namun semua ketersediaan itu tidak digunakan dengan maksimal, pada umumnya guru hanya memberikan materi lewat buku paket saja, sebaiknya pergunakan media yang sudah ada, jangan sampai media tersebut menjadi rusak, karena ada beberapa media yang telah mengalami perkaratan karena tidak pernah dipakai, padahal jika dipakai denan baik itu akan menjadikan ilmu yang baik untuk siswa, karena media akan menjadi salah satu faktor pendukung bagi terlaksananya pembelajaran dengan baik.

5. Bagi lembaga

Sesuai dengan tujuan UPI yaitu untuk menjunjung tinggi nilai pendidikan suatu bangsa, maka diharapkan agar pembuatan skripsi selalu mengarah kepada tujuan tersebut, sesuai dengan skripsi ini yaitu bertujuan untuk meningkatkan kemampuan berpikir rasional siswa kelas IV pada materi perpindahan energi panas dengan memberikan model pembelajaran CTL terbukti bahwa model pembelajaran tersebut dapat meningkatkan kemampuan berpikir rasional siswa.


(4)

74

DAFTAR PUSTAKA

Alghanie, M. (2012). Skripsi. Penerapan Pendekatan Contextual Teaching and Learning untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa dalam Konsep Energi Bunyi pada Siswa kelas IV SD Negeri 4 Sigong Kecamatan Lemahabang Kabupaten Cirebon. Program S1 PGSD UPI Kampus Sumedang. tidak diterbitkan.

Arifin, Z. (2010). Evaluasi Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Asy’ari, M. (2006). Penerapan Pendekatan Sains Teknologi Masyarakat dalam Pembelajaran Sains di Sekolah Dasar. Yogyakarta: Depdiknas

Asuti, Rini N. (2009). Peta Konsep Pada Pembelajaran Ipa Untuk Meningkatkan Keterampilan Berfikir Rasional Siswa Sd/Mi.[online].

Budningsih, A. (2005). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Bundu, P. (2006). Penilaian Keterampilan Proses dan Sikap Ilmiah dalam Pembelajaran Sains SD. Jakarta: Depdiknas.

Cresswell, John W. (2010). Research Design Pendekatan Kualitatif, Kuantitatifn dan Mixed. Edisi Ketiga. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Deni. (2012). Kemampuan Berpikir Rasional Siswa Kelas III Madrasah Ibtidaiyah dalam Pembelajaran Tematik. Repository.upi.edu. [online]

Harmi, S. (2012). Ilmu Pengetahuan Alam untuk Kelas IV SD dan MI. Solo: PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri.


(5)

75

Jayadinata, A. (2010). Ragam Model Pembelajaran di Sekolah Dasar. UPI PRESS.

Komalasari, K. (2011). Pembelajaran Kontekstual Konsep dan Aplikasi. Bandung: PT Refika Aditama.

Maulana. (2008). Dasar-dasar Keilmuan matematika. Subang: Royyan Press. .

Rianawaty, I. (2011). Berpikir Tingkat Tinggi (Higher Level Thinking. [online]. Rachminurahim, U. (2012). Skripsi. Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah untuk Meningkatkan Kemampuan Bepikir Rasional dan Prestasi Belajar Siswa. FPMIPA UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Rizal, S. (2009). Skripsi. Implementasi Model Pembelajaran (Contextual Teaching and Learning) untuk Meningkatkan Pemahaman Siswa Kelas IV SDN Kalapadua III Kecamatan Lemahsugih Kabupaten Majalengka pada Materi Perpindahan Energi Panas. Program S1 PGSD UPI Kampus Sumedang. tidak diterbitkan

Samatowa, U. (2006). Bagaimana Membelajarkan IPA di Sekolah Dasar. Jakarta: Depdiknas.

Sanjaya, W. (2006). Strategi Pembelajaran Berorientasi Proses Pendidikan. Edisi Pertama. Jakarta: Kencana Prenada Media.

Sidharta, A dan Darliana. (2005). Keterapilan Berpikir. [online]

Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Pendidikan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta

Suherman, E. dan Sukjaya, Y. (1990). Petunjuk Praktis untuk Melaksanakan Evaluasi Pendidikan Matematika. Bandung: Wijaya Kusumah


(6)

76

Sri Handayani. (2002). Skripsi. Pengembangan Model Pembelajaran CLIS untuk Meningkatkan Keterampilam Berpikir Rasional Siswa Kelas III SD Pada Konsep Hewan dan Benda. Laporan Lembaga Penelitian Universitas Terbuka Semarang: tidak diterbitkan.

Sutardi dan Sudiro. (2007). Pembaharuan dalam PBM di SD. Bandung: UPI PRESS.

Suyono. dan Hariyanto. (2011). Belajar dan Pembelajaran Teori dan Konsep Dasar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Trianto. (2012). Model Pembelajaran Terpadu: Konsep, Strategi, dan Implementasinya dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Edisi Pertama. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Wahyono, Budi dan Nurachmandan, Setyo. (2008). Ilmu Pengetahuan Alam untuk SD/MI Kelas IV. Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional.

Wahyudin, dkk. (2006). Evaluasi Pembelajaran SD. Bandung: UPI PRESS.

Sumber Online

http://ejournal.uinmalang.ac.id/index.php/tarbiyah/article/download/1831/pdf [23 Januari 2013]

http://repository.upi.edu/operator/upload/s__fis_0800479__chapter2.pdf [23

januari 2013]

http://idarianawaty.blogspot.com/2011/08/berpikir-tingkat-tinggi-higher-order.html [5 Desember 2012]

http://www.p4tkipa.net/modul/Tahun2005/UMUM/Keterampilan%20Berpikir.pdf [10 April 2013]


Dokumen yang terkait

PENGEMBANGAN LKS IPA DENGAN PENDEKATAN PROBLEM BASED LEARNING PADA MATERI ENERGI PANAS DAN BUNYI KELAS IV SDN KANGEAN

1 13 27

PENGEMBANGAN LKS BERBASIS CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING PADA PEMBELAJARAN IPA MATERI DAUR AIR KELAS V SDN SEKARAN 01

10 92 313

PENERAPAN PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN PKn KELAS V C SDN 2 METRO TIMUR TAHUN PELAJARAN 2011/2012

0 10 55

PENERAPAN PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN PKn KELAS V C SDN 2 METRO TIMUR TAHUN PELAJARAN 2011/2012

0 7 53

PENERAPAN PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA KELAS IV SDN 1 TANJUNG KEMALA KECAMATAN PUGUNG TAHUN PELAJARAN 2013/2014

0 29 81

HUBUNGAN ANTARA AKTIVITAS DENGAN KECAKAPAN BERFIKIR RASIONAL SISWA PADA PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL)

0 0 7

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) KELAS III SDN 013 TALANG SEI LIMAU Suliyem SDN 013 Talang Sei Limau

0 0 11

MELALUI MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) SISWA KELAS IV SEMESTER II SD 6 HONGGOSOCO

0 0 24

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS IV SD 2 SINGOCANDI TAHUN AJARAN 20132014

0 0 21

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MATERI PECAHAN MELALUI MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING PADA SISWA KELAS IV SD 2 BACIN SKRIPSI

0 1 19