PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI WRITING SISWA (Studi Mata Pelajaran Bahasa Inggris di kelas XI IPA SMAN 1 Petir kabupaten Serang).

(1)

DAFTAR ISI

Halaman

Persetujuan Pembimbing ……… i

Pernyataan ………. iii

Kata Pengantar ………... iv

Ucapan Terima Kasih ... viii

Abstraksi ... ix

Daftar Isi ... xi

Daftar Tabel ... xii

Daftar Bagan ... xiii

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ……… 1

B. Rumusan Masalah dan Pertanyaan Penelitian ……… 11

C. Tujuan penelitian ……… 12

D. Manfaat Penelitian ……… 12

E. Hipotesa Penelitian ……….. 13

F. Definisi Operasional ……… 13

BAB II. LANDASAN TEORITIK .……….…….. 17

A. Pengertian Contextual Teaching and Learning ... 17

B. Prinsip –Prinsip Pembelajaran kontekstual (CTL) ………… 21

C. Teori belajar yang mendasari CTL ………... 28

D. Mata Pelajaran Bahasa Inggris untuk SMA ... 31

E. Ketrampilan menulis (writing) ……….. 35

BAB III. METODE PENELITIAN ... 41

A. Metode Penelitian ……….…. 41

B. Lokasi, Populasi dan Sampel penelitian ... 46


(2)

2. Populasi dan Sampel... 46

D. Instrumen Penelitian dan tehnik pengumpulan data... 47

E. Tehnik analisis data ... 49

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 50

A. Hasil studi pendahuluan... ... 50

1. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 50

2. Deskripsi Keadaan Guru SMAN 1 Petir ... 51

3. Proses belajar mengajar pembelajaran bahasa Inggris.... 52

B. Hasil Penelitian ... 54

1. Perbedaan Rata-Rata Pretes dan Postes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 55

2. Uji Normalitas Nilai Pretes dan Postes ... 56

3. Uji Homogenitas Nilai Pretes dan Postes ... 59

4. Uji

t

hitung ... 62

C. Pembahasan ... 65

1. Pembelajaran di Kelas XI IPA 4 (Kelas Eksperimen) ... 65

2. Pembelajaran di Kelas XI.IPA 2 (Kelas Kontrol) ... 70

3. Pandangan Siswa Terhadap Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) ... 73

4. Pandangan Guru Terhadap Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) ………... 80

D. Faktor-faktor yang mempengaruhi keefektifan Model Pembelajaran CTL untuk meningkatkan kompetensi menulis 82 BAB IV. SIMPULAN DAN REKOMENDASI ... 84

A. Kesimpulan ... 84

B. Rekomendasi ………. 85

Daftar Pustaka ... 87


(3)

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Silabus bahasa Inggris ………...15

Tabel 4. 1. Nilai tertinggi, terendah dan rata-rata (Ke dan Kk) ………. 55

Tabel 4. 2. Hasil uji normalitas distribusi pretest (Kelas kontrol) ………….…. 57

Tabel 4.3. Hasil uji normalitas distribusi postes (kelas kontrol)... 58

Tabel 4.4. Hasil uji normalitas distribusi pretest (kelas eksperimen)……... 58

Tabel 4.5. Hasil uji normalitas distribusi postest (kelas eksperimen)……….….. 59

Tabel 4.6. Hasil uji homogenitas pretest kontrol-ekperimen………... 60

Tabel 4.7. Hasil uji homogenitas postest kontrol-eksperimen………....… 61

Tabel 4.8. Uji hipotesis pretest ………....…… 63

Tabel 4.9. Uji hipotesis postes ………….. ... 64

Tabel 4.10. Gain skor hasil pretest dan postest kelas kontrol dan kelas eksperimen ……….…….. 65

Tabel 4.11.Hasil pretest dan postest kelas eksperimen ... 69

Tabel 4.12.Hasil pretest dan postest kelas kontrol ………...72-73 Tabel 4.13. Minat belajar peserta didik terhadap pelajaran bahasa Inggris...73

Tabel 4.14 Minat peserta didik terhadap keterampilan menulis ... 75

Tabel 4.15.Penerimaan peserta didik terhadapmodel Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL)...78


(4)

DAFTAR BAGAN

Bagan 2.1 Hakekat written text... 39 Bagan 3.1 Desain penelitian ... 42 Bagan 3.2 Langkah-langkah penelitian ... 45


(5)

(6)

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Sebagai manusia yang diberi keistimewaan di muka bumi ini, manusia diberi tugas oleh Allah SWT untuk mengolah alam dan seisinya. Mengolah alam dan seisinya diperlukan ilmu dan kecerdasan. Untuk mencapai ilmu dan kecerdasan diperlukan pendidikan yang berkesinambungan seumur hidup.

Sejalan dengan amanat UUD 1945, pendidikan bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa kemudian dijabarkan dalam sebuah sistem pendidikan nasional yang bertujuan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertakwa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan ketrampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri, serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan. Sistem pendidikan nasional juga berfungsi untuk mengembangkan kemampuan serta meningkatkan mutu kehidupan dan martabat manusia Indonesia dalam rangka mewujudkan tujuan nasional.

Sadulloh (2004: 1) mengemukakan bahwa pendidikan merupakan kegiatan yang hanya dilakukan manusia dengan lapangan yang sangat luas, yang mencakup semua pengalaman serta pemikiran manusia tentang pendidikan. Pendidikan sebagai suatu praktik dalam kehidupan, seperti halnya dengan kegiatan-kegiatan lain , seperti kegiatan ekonomi, kegiatan hukum, kegiatan agama dan lain-lain.

Salah satu aspek yang menjadi fokus dalam sistem pendidikan nasional adalah upaya untuk menciptakan insan warga negara yang memiliki pengetahuan,


(7)

penguasaan tehnologi dan ketrampilan yang memadai , di samping secara terus menerus berusaha untuk membekali peserta didik dengan keimanan, ketakwaan dan budi pekerti, serta pengembangan kepribadian yang baik dan beraklaq mulia.

Mengingat pentingnya peran pendidikan dalam menjawab tantangan kehidupan manusia, maka sangat beralasan apabila proses peningkatan kualitas sumber daya manusia menjadi agenda utama yang dianggap berat dan pelaksanaan dalam jangka waktu relative panjang. Pendidikan bukan investasi tunai yang dalam waktu singkat dapat terlihat hasilnya, namun butuh waktu yang lama untuk melihat keberhasilannya. Oleh karena itu dibutuhkan perencanaan yang matang dan berkesinambungan dalam pelaksanaan pendidikan yang ideal. Salah satu hal yang berpengaruh terhadap pendidikan yang ideal yaitu kurikulum.

Zais (1976) menjabarkan bahwa kurikulum dibagi menjadi 2 cara yakni sebagai indikasi sebuah rencana untuk mendidik peserta didik dan untuk identifikasi sebuah bidang studi. “ …. Curriculum ordinarily is used by specialist in the field in two ways : (1) to indicate, roughly, a plan for the education of learners , and (2) to identify a field of study ..”

Kurikulum berfungsi juga sebagai seperangkat peraturan untuk mengembangkan potensi dari siswa. Hal ini menjelaskan bahwa kurikulum bukan hanya sebagai perencanaan atau bidang studi, namun juga seperangkat peraturan.

Hamalik (2008:91) menjelaskan tentang pengertian kurikulum:“Kurikulum adalah rencana tertulis tentang kemampuan yang harus dimiliki berdasarkan standar nasional, materi yang perlu dipelajari dan pengalaman belajar yang harus dijalani


(8)

menentukan tingkat pencapaian kemampuan peserta didik, serta seperangkat peraturan yang berkenaan dengan pengalaman belajar peserta didik dalam mengembangkan potensi dirinya pada satuan pendidikan tertentu”

Tahun 2006 kurikulum pendidikan yang baru, mulai diberlakukan. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang sedang diujicobakan itu dijadikan sebagai pengganti Kurikulum Nasional 2004 atau yang sering dikenal dengan istilah Kurikulum KBK (Kurikulum Berbasis Kompetensi). Landasan filosofis diberlakukannya Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) adalah untuk lebih merespon tuntutan reformasi, globalisasi, dan otonomi daerah .

Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) adalah kurikulum pendidikan yang menjadikan kompetensi sebagai acuan pencapaian tujuan pendidikan ( Competency-Based Curriculum). Kemampuan dan keterampilan yang hendak dicapai oleh peserta didik menjadi tujuan utama dari kurikulum ini. Kurikulum ini kemudian diganti dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), jenjang pendidikan dasar dan menengah dikembangkan oleh Sekolah dan Komite Sekolah, berpedoman pada Standar Kompetensi Lulusan (SKL) dan Standar Isi (SI) serta panduan penyusunan kurikulum yang dibuat oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP).

BSNP (2006: 4-6) menyatakan kurikulum dikembangkan berdasarkan prinsip-prinsip berikut :

1. Berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik dan lingkungannya

2. Beragam dan terpadu

3. Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni 4. Relevan dengan kebutuhan kehidupan


(9)

5. Menyeluruh dan berkesinambungan 6. Belajar sepanjang hayat

7. Seimbang antara kepentingan nasional dan kepentingan daerah.

Ke-khas-an yang dimiliki oleh Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), adalah kurikulum yang bersifat desentralisasi. Artinya pusat (Badan Standar Nasional Pendidikan/BSNP) hanya menekankan pada Standar Isi (SI) dan Standar Kompetensi Lulusan (SKL) yang tertuang dalam Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar saja (SK/KD), sekolah sebagai pelaksana diberikan kewenangan penuh untuk mengembangkan kurikulum tersebut. Kurikulum KTSP, seorang guru diberikan kebebasan mengeksplorasi potensi yang ada di dalam dirinya, sehingga menghasilkan pembelajaran yang efektif dan efisien. Hasil-hasil pengajaran dan pembelajaran berbagai bidang studi terbukti selalu kurang memuaskan berbagai pihak (yang berkepentingan – stakeholder). Hal tersebut setidak-tidaknya disebabkan oleh tiga hal. Pertama, perkembangan kebutuhan dan aktivitas berbagai bidang kehidupan selalu meninggalkan proses/hasil kerja lembaga pendidikan atau melaju lebih dahulu dari pada proses pengajaran dan pembelajaran sehingga hasil-hasil pengajaran dan pembelajaran tidak cocok/pas dengan kenyataan kehidupan yang diarungi oleh siswa. Kedua, pandangan-pandangan dan temuan-temuan kajian (yang baru) dari berbagai bidang tentang pembelajaran dan pengajaran membuat paradigma, falsafah, dan metodologi pembelajaran yang ada sekarang tidak memadai atau tidak cocok lagi. Ketiga, berbagai permasalahan dan kenyataan negatif tentang hasil pengajaran dan pembelajaran menuntut diupayakannya pembaharuan paradigma, falsafah, dan metodologi pengajaran dan pembelajaran. Dengan demikian, diharapkan mutu dan hasil pembelajaran dapat makin baik dan


(10)

meningkat. Untuk memperbaiki dan meningkatkan mutu proses dan hasil pembelajaran di samping juga menyelaraskan dan menyerasikan proses pembelajaran dengan pandangan-pandangan dan temuan-temuan baru di pelbagai bidang falsafah dan metodologi pembelajaran senantiasa dimutakhirkan, diperbaharui, dan dikembangkan oleh berbagai kalangan khususnya kalangan pendidikan-pengajaran-pembelajaran. Oleh karena itu, falsafah dan metodologi pembelajaran silih berganti dipertimbangkan, digunakan atau diterapkan dalam proses pembelajaran dan pengajaran. Lebih-lebih dalam arus globalisasi yang deras sekarang ini, falsafah dan metodologi pembelajaran sangat cepat berubah dan berganti, bahkan bermunculan secara serempak, satu falsafah dan metodologi pembelajaran dengan cepat dirasakan usang dan ditinggalkan, kemudian diganti (dengan cepat pula) dengan dan dimunculkan satu falsafah dan metodologi pembelajaran yang lain, malahan sering diumumkan atau dipopulerkan secara serentak beberapa falsafah dan metodologi pembelajaran.

Tidak mengherankan, dalam beberapa tahun terakhir ini di Indonesia telah berkelebatan (muncul, populer, surut, tenggelam) berbagai falsafah dan metodologi pembelajaran yang dipandang baru-mutakhir meskipun akar-akar atau sumber-sumber pandangannya sebenarnya sudah ada sebelumnya, malah jauh sebelumnya.

Saryono (1996) mengungkapkan beberapa di antaranya (yang banyak dibicarakan, didiskusikan, dan dicobakan oleh pelbagai kalangan pembelajaran dan sekolah) dapat dikemukakan di sini, yaitu pembelajaran konstruktivis, pembelajaran kooperatif, pembelajaran terpadu, pembelajaran aktif, pembelajaran kontekstual


(11)

(contextual teaching and learning /CTL), pembelajaran berbasis projek (project based learning), pembelajaran berbasis masalah (problem based learning), pembelajaran interaksi dinamis, dan pembelajaran kuantum (quantum learning).

Mengacu pada teori Piaget, maka peserta didik yang berada pada jenjang pendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA) kisaran diatas usia antara 11 – 14 tahun ke atas, berarti termasuk kategori tingkat operasional formal (formal operations). Pada periode ini anak sudah dapat menggunakan operasi-operasi konkret dan yang lebih kompleks. Dewasa ini, peserta didik tidak hanya membutuhkan pendidikan formal di bangku sekolah, namun butuh pendidikan yang nantinya bermanfaat bagi masa depannya. Mereka perlu sesuatu yang membuat pendidikan yang mereka dapatkan menjadi bermakna bagi kehidupan, sehingga muncul model pembelajaran kontekstual (contextual teaching and learning /CTL) yang sesuai untuk jenjang SMA.

Mengapa memilih contextual teaching and learning /CTL ? Kusnandar (2007) menjabarkan tentang dipilihnya pembelajaran kontektual sebagai pembelajaran yang dianggap mampu menciptakan siswa produktif dan inovatif adalah dengan alasan sebagai berikut : (a) sejauh ini pendidikan kita masih didominasi oleh pandangan bahwa pengetahuan sebagai perangkat fakta-fakta yang harus dihapal.kelas masih berfokus pada guru sebagai sumber utama pengetahuan, kemudian ceramah menjadi pilihan utama strategi belajar. Untuk itu, diperlukan sebuah strategi belajar “baru”yang lebih memberdayakan peserta didik. Sebuah strategi belajar yang tidak mengharuskan siswa menghapal fakta-fakta, tetapi sebuah strategi yang mendorong siswa mengkontruksi pengetahuan di benak


(12)

mereka sendiri. (b) Melalui landasan filosofi konstruktivisme, CTL dipromosikan menjadi alternative strategi belajar yang baru. Melalui CTL, siswa diharapkan belajar melalui “mengalami” bukan “menghapal”

Pendekatan pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and Learning/CTL) merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Hal tersebut yang melatar belakangi peneliti untuk menggunakan model pembelajaran Contextual teaching and learning sebab denganContextual Teaching and Learning (CTL), materi bahasa Inggris khususnya ketrampilan menulis (writing) yang dipelajari siswa tidak hanya sekedar menjadi sesuatu yang dianggap sebagai formalitas, melainkan ada sesuatu yang dilatih dalam situasi nyata dan terlibat dalam berbagai kegiatan pembelajaran, seperti , belajar berkelompok (discussion), menemukan (Inquiry), bertanya (Questioning), masyarakat belajar (Learning Community), permodelan (Modeling), dan refleksi (Reflection) sehingga materi yang diberikan menjadi lebih bermakna.

Dalam proses pembelajaran bahasa Inggris dibutuhkan salah satu pendekatan yang dapat meningkatkan keterampilan berbahasa. Bahasa Inggris adalah salah satu bahasa asing yang wajib di berikan di kelas XI. Setiap minggu dan setiap kelas mendapatkan dua kali pertemuan, sekali pertemuan terdiri dua jam pelajaran. Empat keterampilan bahasa yang di berikan di kelas yakni membaca (reading), menulis (writing), menyimak (listening), dan berbicara (speaking). Membaca (reading) : jika seseorang mampu membaca suatu artikel / bacaan dan


(13)

mengerti serta mampu mencerna maksud dari bacaan tersebut, maka hal itu menunjukkan bahwa ia juga mampu menangkap dan mengerti maksud lawan bicaranya saat berbicara dengan orang lain. Menulis (writing) : jika seseorang mampu menulis sesuatu / ide pikirannya dengan baik ( mampu menuangkan ide-idenya yang cemerlang lewat tulisan), hal tersebut menunjukkan bahwa ia juga mampu berkomunikasi dengan baik. Mendengarkan (listening) : jika seseorang mampu mendengarkan dengan baik dan menangkap maksud / inti dari apa yang ia dengar maka secara otomatis ia juga akan menangkap maksud lawan bicaranya saat ia berkomunikas. Berbicara (speaking) : jika seseorang mampu berbicara / mengungkapkan ide-idenya secara lisan, lancar dan sopan maka ia juga akan dapat berkomunikasi dengan orang lain dengan baik pula.

Keterampilan di atas adalah satu kesatuan namun bisa dipilah-pilah. Hal inilah yang memicu penulis ingin membuat sebuah penelitian tentang bahasa Inggris khususnya untuk keterampilan menulis/writing. Menulis merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang harus di miliki oleh orang yang menggunakan bahasa atau yang mempelajari suatu bahasa. Keterampilan menulis ini merupakan ketrampilan bahasa yang paling sulit dikuasai baik oleh orang yang telah menggunakan suatu bahasa dalam kehidupan sehari-hari maupun bagi orang yang sedang belajar suatu bahasa.

Menurut Faris (Sundari,2008:115) Konteks kiat berbahasa (language art) menulis merupakan kegiatan yang paling komplek untuk dipelajari siswa. Mengajarkan menulis juga merupakan tugas paling sulit. Hal ini dikarenakan


(14)

menulis berkembang dalam berbagai arah atau kecenderungan. Menulis terkadang berkembang secara berkesinambungan, kadang-kadang tidak dapat dikenali, dan kadang-kadang juga menunjukkan perkembangan yang mengejutkan atau luar biasa.

Dalam dunia pendidikan , menulis (writing) merupakan suatu tuntutan keterampilan yang harus dikuasai oleh manusia sebagai bahasa tulis. Oleh karena itu, sejak dini pengajaran bahasa selalu harus berdasarkan pada keterampilan bahasa dimana salah satunya adalah menulis (writing).

Di SMAN 1 Petir sendiri Bahasa Inggris dianggap pelajaran yang termasuk susah. Petir adalah sebuah kecamatan yang kebanyakan masyarakatnya adalah masyarakat yang berpikiran sederhana. Mereka tidak terlalu memikirkan pentingnya bahasa Inggris dalam kehidupannya, sehingga hal ini berpengaruh terhadap pelajaran bahasa Inggris. Perlu usaha lebih untuk membuka wawasan mereka agar mereka “open minded” terhadap pelajaran bahasa Inggris. Bahasa Inggris dianggap sulit oleh sebagian besar siswa kelas XI di SMAN 1 Petir Kabupaten Serang, sebab pada dasarnya mereka tidak menguasai pilar-pilar/ilmu yang paling dasar untuk belajar bahasa Inggris. Bahasa Inggris adalah bahasa internasional atau bisa dikatakan bahasa penghubung antar bangsa-bangsa.

Penulis menganggap keterampilan menulis (writing) adalah keterampilan yang di anggap paling susah di antara keterampilan-keterampilan berbahasa yang lain. Indikatornya adalah nilai evaluasi siswa kelas XI di SMAN 1 Petir tergolong rendah dan apabila ada pelajaran menulis (writing) minat siswa rendah .


(15)

Bagaimana menyikapi agar peserta didik mau dan menyukai untuk mata pelajaran bahasa Inggris khususnya untuk keterampilan menulis (writing) ? Apakah model pembelajaran yang digunakan dalam mengajar sangat monoton? Apakah pembelajaran lebih didominasi oleh guru (teacher centered/teacher oriented), sehingga membosankan? Semuanya perlu ada pendekatan-pendekatan yang dapat memotivasi siswa (peserta didik) dalam belajar bahasa Inggris.

Berdasarkan hasil observasi di SMAN 1 Petir, dapat dikatakan bahwa, mata pelajaran bahasa Inggris saat ini adalah :

1. Pembelajaran bahasa Inggris khususnya menulis (writing) masih bersifat teacher centered, di mana dalam pembelajaran guru masih mendominasi, dengan metode ceramah

2. Dalam memberikan tugas menulis (writing), guru cenderung terfokus pada menulis sekedarnya yang berkaitan dengan materi yang sesuai dengan yang ada di lembar kerja siswa. Hal ini menyebabkan dalam pembelajaran kurang terbuka dalam memotivasi siswa untuk berinovasi sesuai tuntutan kurikulum. 3. Waktu belajar siswa sebagian besar dipergunakan untuk mengerjakan buku

tugas, mendengar ceramah, dan mengisi latihan yang membosankan (melalui kerja individual) baik menggunakan modul atau soal dari guru.

4. Guru hanya memberikan tumpukan informasi kepada siswa, terkait dengan pokok bahasan yang diajarkan, sehingga siswa tidak mengetahui manfaat menulis (writing).


(16)

5. Pembelajaran hanya terjadi dalam kelas. Hal ini terkesan pelajaran bahasa Inggris untuk keterampilan menulis (writing) sangat membosankan dan sangat formalitas.

6. Penilaian yang dikembangkan oleh guru lebih banyak berorientasi pada aplikasi tes formal dengan konsentrasi pengukuran hanya pada aspek kognitif saja.

Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis terdorong untuk melakukan penelitian dengan judul ” Penerapan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) untuk meningkatkan kompetensi menulis (writing)”.

B. RUMUSAN PERMASALAHAN

Atas dasar uraian diatas, permasalahan yang ingin diteliti dalam penelitian ini adalah Model pembelajaran contextual teaching and learning (CTL) yang bagaimana yang bisa meningkatkan kompetensi menulis/writing pada siswa kelas XI IPA di SMAN 1 Petir? Dari rumusan permasalahan tersebut, muncul beberapa pertanyaan permasalahan sebagai berikut :

1. Bagaimana gambaran kondisi pembelajaran bahasa Inggris saat ini? 2. Sejauh mana Model pembelajaran contextual teaching and learning

(CTL) dapat meningkatkan keterampilan menulis (writing) siswa kelas XI IPA di SMAN 1 Petir?

3. Faktor – faktor apa yang mempengaruhi keefektifan model pembelajaran contextual teaching and learning (CTL) untuk meningkatkan kompetensi menulis (writing) siswa kelas XI IPA di SMAN 1 Petir?


(17)

C. TUJUAN PENELITIAN

Berdasarkan rumusan permasalahan yang sudah diuraikan, maka tujuan penelitian ini adalah

1. Mendeskripsikan gambaran kondisi pembelajaran bahasa Inggris selama ini di SMAN 1 Petir.

2. Memperoleh gambaran hasil belajar siswa di SMAN 1 Petir dengan menggunakan pembelajaran contextual teaching and learning (CTL) dengan siswa yang menggunakan pembelajaran konvensional.

3. Mendeskripsikan faktor-faktor yang mempengaruhi keefektifan model pembelajaran contextual teaching and learning (CTL) untuk meningkatkan kompetensi menulis (writing) siswa kelas XI IPA di SMAN 1 Petir .

D. MANFAAT /KEGUNAAN PENELITIAN

Penulis mengharapkan penelitian ini dapat :

1. Bagi kepala sekolah : sebagai masukan untuk mengambil kebijakan yang berkaitan dengan model pembelajaran yang tepat bagi pelajaran bahasa Inggris khususnya untuk ketrampilan menulis.

2. Bagi peneliti bidang sejenis : diharapkan hasil penelitian ini menjadi dasar masukkan dalam mengembangkan penelitian selanjutnya.

3. Bagi peserta didik : menambah wawasannya melalui pemanfaatan model pengembangan CTL.


(18)

E. HIPOTESIS PENELITIAN

Hipotesis yaitu jawaban sementara dari suatu permasalahan yang harus dibuktikan kebenarannya secara empiris. Sugiyono (2008) menjabarkan hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan asalah penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan. Dikatakan sementara, karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data. Jadi hipotesis juga dapat dinyatakan sebagai jawaban teoritis terhadap rumusan masalah penelitian, belum jawaban yang empirik.

Dalam penelitian ini hipotesis yang digunakan adalah sebagai berikut “Adanya perbedaan hasil belajar yang signifikan antara siswa yang mendapatkan pendekatan model pembelajaran CTL dalam proses belajar mengajar dengan siswa yang tidak mendapatkan pendekatan model pembelajaran CTL dalam proses belajar mengajar”.

F. DEFINISI OPERASIONAL

Definisi operasional dimaksudkan untuk menghindari interpretasi yang berbeda terhadap persoalan yang dikaji. Untuk menghindari terjadinya perbedaan interpretasi, maka perlu penjelasan istilah-istilah yang terkandung dalam judul penelitian ini.

1. Model pembelajaran

Model pembelajaran adalah bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru di kelas. Pada dasarnya,


(19)

guru diperbolehkan memilih salah satu model pembelajaran yang dianggap efektif untuk mencapai tujuan pembelajarannya.

2. Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL)

Pendekatan pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and Learning/CTL) merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Tujuh prinsip pembelajaran yang harus dikembangkan oleh guru adalah 1) konstruktifisme 2) menemukan 3) bertanya 4) masyarakat 5) permodelan 6) refleksi 7) penilaian sebenarnya

3. Pembelajaran Bahasa Inggris

Bahasa Inggris merupakan alat untuk berkomunikasi secara lisan dan tulis. Berkomunikasi adalah memahami dan mengungkapkan informasi, pikiran, perasaan, dan mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi, dan budaya. Kemampuan berkomunikasi dalam pengertian yang utuh adalah kemampuan berwacana, yakni kemampuan memahami dan/atau menghasilkan teks lisan dan/atau tulis yang direalisasikan dalam empat keterampilan berbahasa, yaitu mendengarkan, berbicara, membaca dan menulis. Keempat keterampilan inilah yang digunakan untuk menanggapi atau menciptakan wacana dalam kehidupan bermasyarakat.


(20)

mengembangkan keterampilan-keterampilan tersebut agar lulusan mampu berkomunikasi dan berwacana dalam bahasa Inggris pada tingkat literasi tertentu. (Depdiknas,2006)

Pembelajaran bahasa Inggris terdiri empat keterampilan bahasa yang satu dengan yang lain tak dapat dipisahkan. Empat keterampilan tersebut adalah membaca (reading), menulis (writing), mendengarkan (listening) dan berbicara (speaking).

4. Keterampilan menulis/writing.

Keterampilan menulis/writing merupakan hasil berpikir yang dituangkan dalam bentuk tulisan. Mengungkap makna secara tertulis dalam wacana lisan interpersonal dan transaksional secara formal maupun informal, dalam bentun recount, narrative, procedure, descriptive, news item, report, analytical exposition, hortatory exposition, spoof, explanation, discussion, review, dalam konteks kehidupan nyata sehari-hari. Berikut adalah silabus bahasa Inggris untuk keterampilan menulis (writing) kelas XI program IPA/IPS semester 2

Tabel 1.1

Silabus bahasa Inggris untuk keterampilan menulis (writing) kelas XI

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

Menulis

12.Mengungkapkan makna teks fungsional pendek dan essei sederhana berbentuk narrative, recount dan hortatory exposition dalam konteks

12.1. Mengungkap makna dalam teks monolog yang menggunakan ragam bahasa lisan secara akurat, lancer dan berterima dalam konteks kehidupan sehari-hari dlm teks berbentuk; narrative, recount dan hortatory exposition


(21)

Sumber : Depdiknas 2006

Dalam silabus tersebut digambarkan bahwa peserta didik diharapkan menuliskan/menghasilkan teks berbentuk narrative, recount dan hortatory exposition. Pada kenyataannya sebelum menulis siswa harus memahami dulu generic structure, selanjutnya setelah mereka mengetahui generic structure-nya bisa membedakan jenis teks yang ada di dalam SK/KD


(22)

BAB III

METODE PENELITIAN

Dalam metodologi penelitian ini peneliti menguraikan suatu kajian sub-sub bahasan yang berkaitan dengan kegiatan penelitian di lapangan, baik dalam rangka persiapan maupun pelaksanaannya. Adapun sub-sub bahasan yang dimaksud adalah sebagai berikut :

A. Metode penelitian

Penelitian ini menggunakan penelitian eksperimen . Menurut Ary (Syamsudin,2007) pada umumnya penelitian eksperimen mempunyai tiga karakter yang penting yaitu : variabel bebas yang dimanipulasi, variabel lain yang mungkin berpengaruh dikontrol agar tetap konstan, efek atau pengaruh manipulasi variabel bebas dan variable terikat diamati secara langsung oleh peneliti.

Menurut Sugiyono (2008) metode eksperimen ini sebagai bagian dari metode kuantitatif yang mempunyai ciri khas tersendiri, terutama dengan adanya kelompok control.

Sugiyono (2008) juga menjabarkan tentang beberapa bentuk desain Eksperimen yaitu : Pre-Experimental Design, True Experimental Design, Factorial Experimental Design, dan Quasi Experimental Design. Apabila digambarkan sebagai berikut:


(23)

bagan 3.1

Macam-macam Metode Eksperimen menurut Sugiyono (2008)

Macam-macam design Eksperimen

Pre-Experimental

True-Experimental

Factorial Experimental

Quasi-Experimental

Nonequivalent Control Group Design

Time-Series Design Pretest-Control Group Design

Posttest Only Control Design

Intec-Group Comparisn One-group Pretest-Posttest


(24)

Desain penelitian ini menggunakan desain True-Experiment (ekperimen murni) dengan desain sebagai berikut :

R = kelompok eksperimen dan kontrol diambil secara random. O1 & O3 = Tes awal/pretest .

O2 & O4 = Tes akhir/postest . X = Perlakuan/treatment.

Sugiyono (2008) menjabarkan dalam desain ini terdapat dua kelompok yang dipilih secara random, kemudian diberi pretest untuk mengetahui keadaan awal adakah perbedaan antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.

Masalah yang sering timbul dalam pembelajaran bahasa Inggris adalah siswa sering merasakan kesulitan dan tidak bisa mengaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari, sehingga peneliti menggunakan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) untuk mengatasi masalah tersebut. Oleh karena itu tujuan penelitian ini adalah untuk memperbaiki dan meningkatkan mutu pembelajaran, serta mengkaji, merefleksi secara kritis tentang keadaan, problematika, dan pelaksanaan kegiatan belajar siswa. Lebih jauh Penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan ada atau tidaknya perbedaan hasil belajar antara siswa yang mengikuti pembelajaran bahasa Inggris dengan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL), dengan siswa yang melakukan pembelajaran dengan pendekatan konvensional, yang biasa dilakukan di SMAN 1 Petir.

R O1 X O2


(25)

Langkah-langkah penelitian dapat dijabarkan sebagai berikut :

1. Setelah mempertimbangkan dan melihat beberapa karakter kelas untuk memilih kelas eksperimen (Ke) dan kelas kontrol (Kk), maka dipilih kelas XI IPA 4 sebagai kelas eksperimen (Ke) dan kelas XI IPA 2 sebagai kelas kontrol (Kk) , pada kedua kelas tersebut diadakan pre-test (T1) terhadap kelas eksperimen (Ke) untuk mendapatkan hasi pre-test eksperimen (T1 e) dan terhadap kelas kontrol (Kk) untuk mendapatkan hasi pre-test Kontrol (T1 k).

2. Melakukan percobaan terhadap kelas eksperimen (Ke) pada kelas XI IPA 4, yaitu memberikan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) dalam pelajaran Bahasa Inggris. Pembelajaran Bahasa Inggris diberikan oleh guru yang mengajar dikelas tersebut dan diamati oleh peneliti.

3. Untuk kelas kontrol (Kk) yaitu kelas XI IPA 2, diberikan pembelajaran dengan materi yang sama, akan tetapi pendekatan pembelajaran yang digunakan di kelas kontrol (Kk) adalah pendekatan konvensional atau pembelajaran tanpa perlakuan. Pembelajaran diberikan oleh guru yang mengajar di kelas tersebut dan diamati oleh peneliti

4. Mengadakan pos-test (T2) baik pada kelas eksperimen (Ke) untuk mendapatkan T2.e, maupun pada kelas kontrol (Kk) untuk mendapatkan T2.k.

5. Menghitung perbedaan rata-rata T1 dan T2, baik pada Ke maupun Kk.

6. Menghitung perbedaan rata-rata antara T2 e dan T2 k untuk mengetahui pendekatan mana yang lebih efektif, dengan cara melakukan uji signifikansi dari perbedaan rata-rata antara T2 e dan T2 k.


(26)

Bagan 3.2 Langkah-langkah penelitian

B. Lokasi, Populasi dan Sampel Penelitian 1. Lokasi penelitian

Lokasi penelitian diadakan di SMAN 1 Petir Jl. Raya Baros-Petir KM 12 Kec. Petir. Alasan yang paling mendasar kenapa memilih SMAN 1 Petir sebab peneliti adalah pengajar di SMA tersebut sehingga paham tentang masyarakat Petir, pada umumnya adalah

Kelas XI IPA

Kk (XI IPA 2)

Ke (XI IPA 4)

T1 k /Pre - Test

T2 k/Pos-Test

T1 e/Pre-Test

Pendekatan CTL berupa belajar di luar kelas, diberi kesempatan mengeksplorasi potensinya

Pendekatan Konvensional berupa belajar di dalam kelas, ceramah

T2 e/Pos- Test

Hasil dan kesimpulan

Angket, observasi & interview


(27)

masyarakat yang unik. Karena letak geografisnya yang berada di kecamatan dan tidak begitu jauh dari kota, menyebabkan masyarakatnya mempunyai karakter perpaduan antara gaya hidup pedesaan dan perkotaan. Menurut penngamatan peneliti, seperti pada umumnya karakter masyarakat pedesaan rasa kekeluargaan mereka begitu kental, namun di sisi lain karakter kehidupan perkotaan yakni mengagung-agungkan tehnologi sudah merambah di kehidupan mereka sehari-hari.

Alasan yang kedua adalah SMAN 1 petir menjadi sekolah unggulan di subrayon selatan Kabupaten Serang. SMAN 1 Petir menjadi sekolah induk bagi SMA sekitar baik negeri maupun swasta,

2. Populasi dan Sampel

Populasi penelitian adalah siswa kelas XI IPA SMAN 1 Petir semester genap tahun pelajaran 2009/2010 sebanyak 121, dengan rincian sebagai berikut XI IPA 1 sejumlah 31 siswa, XI IPA 2 sejumlah 30 siswa, XI IPA 3 sejumlah 30 siswa, XI IPA 4 sejumlah 30.

Sugiyono (2007 ) menyatakan, “Simple Random Sampling dikatakan sederhana karena pengambilan anggota sampel dari populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu. Cara demikian dilakukan bila anggota populasi dianggap homogen”.

Sampel penelitian yaitu kelas XI IPA 2 dan XI IPA 4 dengan masing-masing jumlah siswa yang sama yaitu 30 siswa.

C. Instrument dan Tehnik Pengumpulan Data

Tehnik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara, angket, observasi , dokumentasi serta tes hasil belajar.


(28)

Sukmadinata (2008) menjelaskan tentang wawancara atau interview merupakan salah satu bentuk tehnik pengumpulan data yang banyak digunakan dalam penelitian deskriptif kualitatif dan deskriptif kuantitatif. Wawancara dilaksanakan secara lisan dalam pertemuan tatap muka secara individual. Maksudnya untuk mengetahui tanggapan dan persepsi siswa mengenai pembelajaran yang dilakukan dengan menggunakan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL). Dalam penelitian ini wawancara hanya digunakan untuk mendapatkan informasi mengenai sikap baik dari guru atau siswa apakah pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) telah digunakan dalam pembelajaran bahasa Inggris khsusnya untuk keterampilan menulis (writing), dan adakah efektivitas dari Contextual Teaching and Learning (CTL) dalam pembelajaran bahasa Inggris, tidak dijadikan sebagai alat pengumpulan data.

Tujuan wawancara adalah untuk mengetahui apa yang terkandung dalam hati dan pikiran orang lain, bagaimana pandangannya tentang hal-hal yang tidak kita ketahui melalui observasi. Tehnik ini akan peneliti tempuh dengan melakukan wawancara secara hati-hati dan mendalam berdasarkan instrument yang telah dipersiapkan dan bersifat terbuka dengan maksud pertanyaan data berkembang sesuai kebutuhan data yang diperlukan (Nasution,1996)

Angket atau questionnaire terhadap peserta didik dan guru hanya digunakan untuk mengetahui sikap peserta didik apakah model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) tersebut efektive atau tidak.

Observasi atau observation atau pengamatan merupakan suatu tehnik atau cara mengumpulkan data dengan jalan mengadakan pengamatan terhadap kegiatan yang sedang berlangsung. Dalam kegiatan observasi di kelas peneliti menggunakan pedoman observasi yang berbentuk format isian, dengan memberikan atau membubuhkan tanda check list (v) pada aspek yang muncul. Tujuan utama dari observasi adalah memantau proses, hasil dan


(29)

dampak perbaikan pembelajaran yang direncanakan dengan menggunakan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL)

Tes Hasil Belajar digunakan untuk mengumpulkan data mengenai peningkatan hasil belajar siswa dalam pembelajaran bahasa Inggris melalui pre-tes dan pos-tes, khususnya tentang penguasaan terhadap materi pelajaran yang diberikan dengan menggunakan model Contextual Teaching and Learning, karena peneliti meneliti kompetensi menulis (writing) Pre –tes dan pos-tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes mengarang. Data penelitian ini dikumpulkan dengan menggunakan instrument berupa tes kemampuan menulis berupa karangan dengan kriteria penilaian berdasarkan aspek :

1. Kemampuan mengorganisakan ide karangan. 2. Kemampuan menggunakan pilihan kata 3. Kemampuan menggunakan kalimat 4. Kemampuan menggunakan ejaan. D. Tehnik analisis data

Tehnik analisis atau pengolahan data sangat berhubungan erat dengan jenis data yang diperoleh, pertanyaan penelitian atau hipotesa dan tujuan penelitian. Tujuan penelitian dengan pertanyaan penelitian atau hipotesa walaupun rumusannya yang berbeda, tetapi memiliki sasaran yang sama. (Sukmadinata,2008), sedangkan menurut Sugiyono (2005) analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematika data yang diperoleh dari hasil wawancara , catatan lapangan, dokumentasi, dengan cara menggorganisasikan data kedalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami.


(30)

Analisis data dilaksanakan dengan analisis secara kualitatif dan kuantitatif. Penggunaan analisis kualitatif dilakukan pada hasil data studi pendahuluan , sedangkan penggunaan analisis secara kuantitatif pada uji perbedaan dua variable menggunakan t Tes.


(31)

BAB V

SIMPULAN DAN REKOMENDASI 1. Kesimpulan

Kesimpulan yang diperoleh setelah diadakan penelitian adalah

Pertama, banyak kendala yang dihadapi oleh seorang guru bahasa Inggris dalam mengajar seperti model pembelajaran konvensional yang digunakan, sumber belajar yang terbatas, pemikiran siswa tentang pembelajaran bahasa Inggris yang sulit. Dari keempat keterampilan yang ada dalam bahasa Inggris, keterampilan menulis/writing adalah keterampilan yang komplek permasalahannya. Sebab keterampilan menulis/writing dianggap paling sulit. Ada beberapa alasan mengapa keterampilan menulis/writing dianggap paling sulit, salah satunya karena keterampilan menulis/writing membutuhkan kemampuan kosakata /vocabularly, susunan kalimat /grammar dan ide.

Kedua, melalui penerapan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL), siswa kelas XI IPA SMAN 1 Petir antara kelas kontrol dan kelas eksperimen terdapat perbedaan yang sangat signifikan, Setelah dilakukan eksperimen, kelas eksperimen menunjukkan ada perbedaan hasil postes dari hasil pretes. Pada kelas eksperimen terlihat siswa menjadi aktif, minat belajar meningkat dibandingkan dengan guru menggunakan model konvensional.

Ketiga, dengan menggunakan pendekatan CTL yang menghubungkan antara konsep dengan kehidupan nyata sehingga pengetahuan yang dimiliki peserta menjadi lebih bermakna. Pembelajaran akan sangat bermakna apabila siswa secara langsung atau tidak langsung berhubungan dengan pengalaman sehari-hari yang dialami oleh para


(32)

siswa. Di dalam model pembelajaran CTL ada prinsip masyarakat belajar, di sini dimaksudkan bahwa dengan berkelompok dan bekerja sama akan meningkatkan pengetahuan siswa. Di dalam kelompok, siswa bisa saling membantu jika ada kesulitan, saling bekerjasama, saling memberi dan saling mengisi.

Rekomendasi

Untuk guru :

Pertama, guru perlu memanfaatkan sumber dan fasilitas yang ada di sekolah misalnya perpustakaan, kebun, lapangan dan sebagainya.

Kedua, guru perlu melakukan terobosan baru untuk meningkatkan kemampuan siswa khususnya untuk pelajaran bahasa Inggris terutama keterampilan menulis / writing. Untuk kepala sekolah :

Hendaknya menekankan pada guru untuk memanfaatkan sumber dan fasilitas yang sudah ada dengan maksimal.

Untuk pengambil kebijakan/stake holder :

Bagi instansi terkait khususnya Dinas Pendidikan hendaknya terus melakukan upaya untuk dapat meningkatkan wawasan dan profesionalisme guru madrasah pada umumnya dan guru bahasa Inggris khususnya, sehingga peningkatan wawasan yang memadai seputar bidang studi yang diajarkan dan peningkatan wawasan dalam kapasitasnya sebagai guru. Dinas Pendidikan diharapkan terus memberikan kesempatan kepada guru-guru madrasah untuk melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi, agar mereka dapat mampu secara optimal dalam mengajar.


(33)

Untuk peneliti selanjutnya :

Dalam penelitian ini terdapat kelemahan dan kelebihan, kelemahannya yang ada pada penelitian hendaknya tidak dipergunakan, namun kelebihannya mohon dikembangkan menjadi model pembelajaran yang lebih inovatif agar bermanfaat bagi dunia pendidikan. Model pembelajaran kontekstual ini bisa digunakan dalam mata pelajaran yang lain misalnya sejarah, ekonomi, dan geografi.


(34)

DAFTAR PUSTAKA:

Bobbi De Porter. (2000). Quantum Teaching/Learning . Bandung : Kaifa .

Britton, james . (1979). The development of Writing Abilities (11-18). London: Macmillan Education

Byrne, Donn.(1988). Teaching Writing Skills. London and New York : Longman

Darmahusni . (2009). Modul Pendidikan dan Latihan Profesi Guru SMA Bahasa Inggris. Jakarta : UNJ

Depdiknas. (2002) .Pendekatan Kontekstual –Dit PLP.

Departemen pendidikan Nasional (- ). Sosialisasi KTSP : Pembelajaran berbasis Kontekstual 1. Jakarta : Depdikbud.

Departemen Pendidikan Nasional (2002). Kurikulum Berbasis Kompetensi, Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: Puskur

Departemen Pendidikan Nasional (2006). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: BSNP

Hamalik, Oemar. (2008). Manajemen Pengembangan Kurikulum. Bandung: Remaja RosdaKarya

Harmer, Jeremy. (1988). How to Teach Writing. England : Pearson Education Limited Johnson, Elaine B. (2002). Contextual Teaching and Learning: what it is and why it’s here to

stay. California: Corwin Press, Inc

Johnson, Elaine B. (2007). Contextual Teaching and Learning (terjemahan). Bandung : MLC Kusnandar. (2007). Guru Professional : Implementasi Kurikulum KTSP dan Sukses Dalam

Sertifikasi Guru. Jakarta : Raja Grafindo Persada,.

Leo, Sutanto. (2007). English For Academic Purpose :Essay Writing. Jogyakarta : Andi Mahfuddin,Azis. (2009). Profesionalisme Jabatan Guru di Era Globalisasi : Rizqi :

Bandung.

Muslich,Masnur. (2009). KTSP : Pembelajaran berbasis Kompetensi dan Kontekstual . Jakarta : Bumi Aksara.


(35)

Olive, Peter F. (1992). Developing The Curriculum, United stated : Harper Collins Publishers.

Pardiyono. (2007). Pasti Bisa! Teaching Genre-Based Writing, Yogyakarta : Andi, Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia tahun 2006 nomor 22,23 Rusman. (2008). Manajemen Kurikulum, Bandung : Mulia mandiri.

Sadulloh, Uyoh (2004). Pengantar Filsafat Pendidikan. Bandung : Alfabeta Sanjaya, wina (2008). Kurikulum dan pembelajaran. Jakarta : Kencana

Saryono,Joko. (1996). ”Pembelajaran Quantum Sebagai Model Pembelajaran Yang Menyenangkan ” pada seminar sosialisasi KTSP

Sugiyono. (2008). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta Sukmadinata, Nana Syaodih. (2008). Metode Penelitian Pendidikan- Bandung : Rosda

Karya.

Syamsudin. (2007). Metode Penelitian Pendidikan Bahasa, Bandung : Rosda Karya

Sundari,Nenden (2008) Teori Dan Implementasi Pendekatan Whole Language Dalam Pembelajaran Menulis- Bandung: Sonagar Press

Universitas Pendidikan Indonesia. 2008. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung : UPI Press

Zais, Robert S. (1976). Curriculum : Principles And Foundations. New York : Harper and Row.


(36)

(1)

BAB V

SIMPULAN DAN REKOMENDASI

1. Kesimpulan

Kesimpulan yang diperoleh setelah diadakan penelitian adalah

Pertama, banyak kendala yang dihadapi oleh seorang guru bahasa Inggris dalam mengajar seperti model pembelajaran konvensional yang digunakan, sumber belajar yang terbatas, pemikiran siswa tentang pembelajaran bahasa Inggris yang sulit. Dari keempat keterampilan yang ada dalam bahasa Inggris, keterampilan menulis/writing adalah keterampilan yang komplek permasalahannya. Sebab keterampilan menulis/writing dianggap paling sulit. Ada beberapa alasan mengapa keterampilan menulis/writing dianggap paling sulit, salah satunya karena keterampilan menulis/writing membutuhkan kemampuan kosakata /vocabularly, susunan kalimat

/grammar dan ide.

Kedua, melalui penerapan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL), siswa kelas XI IPA SMAN 1 Petir antara kelas kontrol dan kelas eksperimen terdapat perbedaan yang sangat signifikan, Setelah dilakukan eksperimen, kelas eksperimen menunjukkan ada perbedaan hasil postes dari hasil pretes. Pada kelas eksperimen terlihat siswa menjadi aktif, minat belajar meningkat dibandingkan dengan guru menggunakan model konvensional.

Ketiga, dengan menggunakan pendekatan CTL yang menghubungkan antara konsep dengan kehidupan nyata sehingga pengetahuan yang dimiliki peserta menjadi lebih bermakna. Pembelajaran akan sangat bermakna apabila siswa secara langsung atau tidak langsung berhubungan dengan pengalaman sehari-hari yang dialami oleh para


(2)

siswa. Di dalam model pembelajaran CTL ada prinsip masyarakat belajar, di sini dimaksudkan bahwa dengan berkelompok dan bekerja sama akan meningkatkan pengetahuan siswa. Di dalam kelompok, siswa bisa saling membantu jika ada kesulitan, saling bekerjasama, saling memberi dan saling mengisi.

Rekomendasi

Untuk guru :

Pertama, guru perlu memanfaatkan sumber dan fasilitas yang ada di sekolah misalnya perpustakaan, kebun, lapangan dan sebagainya.

Kedua, guru perlu melakukan terobosan baru untuk meningkatkan kemampuan siswa khususnya untuk pelajaran bahasa Inggris terutama keterampilan menulis / writing.

Untuk kepala sekolah :

Hendaknya menekankan pada guru untuk memanfaatkan sumber dan fasilitas yang sudah ada dengan maksimal.

Untuk pengambil kebijakan/stake holder :

Bagi instansi terkait khususnya Dinas Pendidikan hendaknya terus melakukan upaya untuk dapat meningkatkan wawasan dan profesionalisme guru madrasah pada umumnya dan guru bahasa Inggris khususnya, sehingga peningkatan wawasan yang memadai seputar bidang studi yang diajarkan dan peningkatan wawasan dalam kapasitasnya sebagai guru. Dinas Pendidikan diharapkan terus memberikan kesempatan kepada guru-guru madrasah untuk melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi, agar mereka dapat mampu secara optimal dalam mengajar.


(3)

Untuk peneliti selanjutnya :

Dalam penelitian ini terdapat kelemahan dan kelebihan, kelemahannya yang ada pada penelitian hendaknya tidak dipergunakan, namun kelebihannya mohon dikembangkan menjadi model pembelajaran yang lebih inovatif agar bermanfaat bagi dunia pendidikan. Model pembelajaran kontekstual ini bisa digunakan dalam mata pelajaran yang lain misalnya sejarah, ekonomi, dan geografi.


(4)

DAFTAR PUSTAKA:

Bobbi De Porter. (2000). Quantum Teaching/Learning . Bandung : Kaifa .

Britton, james . (1979). The development of Writing Abilities (11-18). London: Macmillan Education

Byrne, Donn.(1988). Teaching Writing Skills. London and New York : Longman

Darmahusni . (2009). Modul Pendidikan dan Latihan Profesi Guru SMA Bahasa Inggris. Jakarta : UNJ

Depdiknas. (2002) .Pendekatan Kontekstual –Dit PLP.

Departemen pendidikan Nasional (- ). Sosialisasi KTSP : Pembelajaran berbasis Kontekstual 1. Jakarta : Depdikbud.

Departemen Pendidikan Nasional (2002). Kurikulum Berbasis Kompetensi, Pendidikan

Dasar dan Menengah. Jakarta: Puskur

Departemen Pendidikan Nasional (2006). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, Pendidikan

Dasar dan Menengah. Jakarta: BSNP

Hamalik, Oemar. (2008). Manajemen Pengembangan Kurikulum. Bandung: Remaja RosdaKarya

Harmer, Jeremy. (1988). How to Teach Writing. England : Pearson Education Limited Johnson, Elaine B. (2002). Contextual Teaching and Learning: what it is and why it’s here to

stay. California: Corwin Press, Inc

Johnson, Elaine B. (2007). Contextual Teaching and Learning (terjemahan). Bandung : MLC Kusnandar. (2007). Guru Professional : Implementasi Kurikulum KTSP dan Sukses Dalam

Sertifikasi Guru. Jakarta : Raja Grafindo Persada,.

Leo, Sutanto. (2007). English For Academic Purpose :Essay Writing. Jogyakarta : Andi Mahfuddin,Azis. (2009). Profesionalisme Jabatan Guru di Era Globalisasi : Rizqi :

Bandung.

Muslich,Masnur. (2009). KTSP : Pembelajaran berbasis Kompetensi dan Kontekstual . Jakarta : Bumi Aksara.


(5)

Olive, Peter F. (1992). Developing The Curriculum, United stated : Harper Collins Publishers.

Pardiyono. (2007). Pasti Bisa! Teaching Genre-Based Writing, Yogyakarta : Andi, Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia tahun 2006 nomor 22,23 Rusman. (2008). Manajemen Kurikulum, Bandung : Mulia mandiri.

Sadulloh, Uyoh (2004). Pengantar Filsafat Pendidikan. Bandung : Alfabeta

Sanjaya, wina (2008). Kurikulum dan pembelajaran. Jakarta : Kencana

Saryono,Joko. (1996). ”Pembelajaran Quantum Sebagai Model Pembelajaran Yang

Menyenangkan ” pada seminar sosialisasi KTSP

Sugiyono. (2008). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta Sukmadinata, Nana Syaodih. (2008). Metode Penelitian Pendidikan- Bandung : Rosda

Karya.

Syamsudin. (2007). Metode Penelitian Pendidikan Bahasa, Bandung : Rosda Karya

Sundari,Nenden (2008) Teori Dan Implementasi Pendekatan Whole Language Dalam

Pembelajaran Menulis- Bandung: Sonagar Press

Universitas Pendidikan Indonesia. 2008. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung : UPI Press

Zais, Robert S. (1976). Curriculum : Principles And Foundations. New York : Harper and Row.


(6)

Dokumen yang terkait

Penerapan Pendekatan Pembelajaran Contextual Teaching And Learning (Ctl) Dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPS

0 5 205

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING(CTL) DALAM UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA MATA PELAJARAN EKONOMI KOMPETENSI DASAR PERSAMAAN AKUNTANSI DI KELAS XI IPS 1 SMA NEG

0 3 16

MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) Meningkatkan Keterampilan Berbicara Melalui Model Pembelajaran Contextual Teaching And Learning (CTL) Dalam Pelajaran Bahasa Indonesia Siswa Kelas IV SD

0 4 15

MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING ( CTL ) Meningkatkan Keterampilan Berbicara Melalui Model Pembelajaran Contextual Teaching And Learning (CTL) Dalam Pelajaran Bahasa Indonesia Siswa Kelas

0 3 11

PENERAPAN PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP SISWA PADA PELAJARAN IPA MATERI POKOK GAYA.

0 3 34

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMAHAMI ISI BACAAN : Studi pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Kelas XI di SMAN Kota Serang.

2 9 29

PROPOSAL PTK PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (TCL) UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA PADA MATA PELAJARAN BASIS DATA KELAS XI JURUSAN RE

0 6 38

PENERAPAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) PADA PEMBELAJARAN GEOGRAFI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS XI IPS 2 MAN 1 PALU

0 0 14

PENERAPAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING PADA MATA PELAJARAN IPA UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV SD 1 KARANGBENER

0 0 22

PENERAPAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS CERPEN SISWA KELAS XD

1 1 11