PROPOSAL PTK PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (TCL) UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA PADA MATA PELAJARAN BASIS DATA KELAS XI JURUSAN RE

(1)

PROPOSAL PENELITIAN

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN

CONTEXTUAL

TEACHING AND LEARNING

(TCL) UNTUK

MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA PADA MATA

PELAJARAN BASIS DATA KELAS XI JURUSAN REKAYASA

PERANGKAT LUNAK DI SMK NEGERI 1 PURBALINGGA

Disusun oleh :

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

JUNI, 2014

1. Aulia Oktaviana 5302412002

2. Syihabuddin 5302412009

3. Setiyowati 5302412014

4. Vidya Rizqiyani 5302412016


(2)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... 1

DAFTAR ISI ... 2

BAB I PENDAHULUAN ... 4

1.1 Latar Belakang Masalah ... 4

1.2 Rumusan Masalah ... 6

1.3 Tujuan Penelitian ... 6

1.4 Manfaat Penelitian ... 6

BAB II LANDASAN TEORI ... 8

2.1 Kajian Teori ... 8

2.1.1 Belajar ... 8

2.1.1.1 Pengertian Belajar ... 8

2.1.1.2 Prinsip-prinsip Belajar ... 8

2.1.1.3 Sumber Belajar ... 10

2.1.1.1 Pembelajaran ... 11

2.1.1.1 Basis Data ... 12

2.1.2 Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) ... 12

2.2 Hipotesis Tindakan ... 20

BAB III METODE PENELITIAN ... 21

3.1 Jenis Penelitian ... 21

3.2 Setting Penelitian ... 21

3.2.1 Tempat Penelitian ... 21

3.2.1 Lokasi Penelitian ... 21


(3)

3.3 Rancangan Tindakan Penelitian ... 22

3.3.1 Perencanaan ... 23

3.3.2 Implementasi Tindakan ... 23

3.3.3 Observasi ... 24

3.3.4 Analisis ... 24

3.3.5 Siklus Tindakan ... 24

3.4 Indikator Capaian ... 25

3.5 Data ... 25

3.5.1 Sumber Data ... 25

3.5.2 Jenis Data ... 25

3.6 Instrumen yang Digunakan ... 25

3.7 Teknik Pengumpulan Data ... 26

3.8 Teknik Analisis Data ... 27

LAMPIRAN ... 29

Lampiran 1 BIODATA PENELITI ... 30

Lampiran 2 RANCANGAN ANGGARAN PENELITIAN ... 35

Lampiran 3 JADWAL PENELITIAN ... 36


(4)

BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang Masalah

Pendidikan yang mampu mendukung pembangunan di masa mendatang adalah pendidikan yang mampun mengembangkan potensi siswa sehingga yang bersangkutan mampu menghadapi dan memecahkan problema kehidupan yang dihadapinya. Pendidikan harus menyentuk nurani maupun potensi siswa. Konsep pendidikan tersebut terasa semakin penting ketika seseorang harus memasuki kehidupan di masyarakat dan dunia kerja, karena yang bersangkutan harus mampu menerapkan apa yang dipelajari di sekolah untuk mengatasi problema yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari.

Pendidikan di SMK mengisyaratkan bahwa siswa sudah terlatik dalam mengatasi problema yang dihadapi sehari-hari. Hal ini diwujudkan dalam hal pelaksanaan pembelajaran praktek yang bersifat individual. Dengan pelaksanaan praktek individual ini maka siswa secara tidak langsung belajar untuk mengatasi permasalahan. Hal ini terjadi karena pelaksanaan praktek, baik dinilai proses maupun hasilnya sangat bergantung pada kreativitas siswa.

Sehingga pembelajaran di SMK, khususnya program produktif sangat menuntut tugas sebagai motivator dan inspirator siswa. Dengan posisi ini, maka guru dituntut pula untuk melaksanakan proses pembelajaran secara variatif. Guru yang melaksanakan proses pembelajaran monoton akan ditinggal siswa. Karena proses pembelajaran seperti ini hanya akan membuat suasana pembelajaran menjadi kaku dan membosankan. Para pendidik seharusnya menerapkan metode pembelajaran yang dapat membuat siswa menjadi lebih akif dan kreatif, sehingga siswa menjadi vocal, inisiatif dan terbiasa untuk bergerak cepat dalam menghadapi berbagai permasalahan yang ada saat terjun di dunia kerja. Apalagi dengan tujuan dari SMK yaitu menciptakan lulusan yang kompeten dalam bidangnya dan diharapkan langsung dapat bekerja ataupun menciptakan lapangan pekerjaan ketika lulus ataupun sebelumnya.


(5)

Untuk itu sangat diperlukan sebuah formula berupa metode pembelajaran yang aktif dan kreatif untuk membangkitkan antusias siswa dalam menerima materi pembelajaran, sehingga kegiatan belajar mengajar menjadi lebih interaktif. Yaitu dengan adanya pemberian use case atau permasalahan dalam kehidupan sehari-hari yang berkaitan dengan materi yang diajarkan, sehingga siswa tidak hanya belajar dengan teori tetapi juga akan belajar dari kondisi nyata dalam kehidupan. Dengan kondisi ruang kelas seperti yang diilustrasikan tadi, maka jelas siswa akan tertantang untuk berfikir kritis dalam mengaitkan permasalahan yang dihadapinya dengan teori pembelajaran yang didapatnya. Kemudian disini juga siswa bisa merasa lebih nyaman karena merasa dilibatkan secara aktif dalam pembelajaaran dan harapannya selalu siap untuk menerima materi pelajaran.

Secara psikologi, ketika siswa siap dan nyaman dalam menerima materi pembelajaran maka proses penerimaan materi atau tranfer ilmu dari seorang guru kepada siswanya akan berjalan dengan baik. Ini artinya siswa menjadi lebih paham dengan materi yang diajarkan. Dan pemahaman yang didapat siswa tersebut jelas akan mempengaruhi hasil belajar mengajarnya, baik berupa nilai yang mencapai KKM ataupun pengetahuan itu sendiri yang akan dipraktekan siswa ketika sudah memasuki dunia kerja.

Dari berbagai metode pembelajaran yang ada, peneliti melihat bahwa cara yang bisa membuat siswa menjadi aktif dan kreatif serta membiasakan siswa berfikir cepat dalam pemecahan masalah adalah metode pembelajaran Contextual Teaching And Learning (TCL). Metode pembelajaran ini bekerja dengan cara memberikan siswa berbagai masalah (use case) yang biasa terjadi di dunia nyata namun tetap berkaitan dengan materi pembelajaran. Dan disini siswa dituntut untuk berpikir kritis dalam menganalisa, memberikan alternative solusi dan penerapannya dengan proses pengerjaan secara individu maupun kelompok.

Berdasarkan uraian tersebut, peneliti akan melakukan penelitian dengan

judul “Penerapan Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL)

Untuk Meningkatkan Pemahaman Siswa Pada Mata Pelajaran Basis Data Kelas


(6)

1.2Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :

1. Apakah model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) dapat

meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi Basis Data pada kelas XI jurusan Rekayasa Perangkat Lunak di SMK Negeri 1 Purbalingga?

2. Apakah model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) dapat

meningkatkan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran? 1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan utama dilakukannya kegiatan penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui apakah model pembelajaran Contextual Teaching and

Learning (CTL) dapat meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi Basis Data pada kelas XI jurusan Rekayasa Perangkat Lunak di SMK Negeri 1 Purbalingga

2. Untuk mengetahui apakah model pembelajaran Contextual Teaching and

Learning (CTL) dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian yang dilakukan adalah :

1. Memberikan referensi kepada guru untuk mengembangkan kreatifitas

pembelajaran yang efektif dan efisien dalam memecahkan masalah yang timbul pada pembelajaran di kelas khususnya untuk mata pelajaran basis data

2. Meningkatkan kinerja guru yang lebih profesional dan penuh inovasi dengan

menerapkan model pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan karakteristik materi pembelajaran

3. Sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan model pembelajaran yang akan diterapkan sehingga dapat memberikan pemahaman siswa terhadap materi belajar


(7)

4. Memotivasi semua elemen sekolah untuk mengedepankan kepentingan siswa dalam pencapaian tujuan belajar di sekolah, tidak hanya mementingkan pencapaian pelaksanaan kompetensi


(8)

BAB II

LANDASAN TEORI 2.1Kajian Teori

2.1.1 Belajar

2.1.1.1Pengertian Belajar

Belajar dapat terjadi dengan sendirinya, dalam arti tanpa bantuan orang lain, tetapi ada kalanya memerlukan bimbingan sekalipun akhirnya yang belajar adalah pelajar itu sendiri. Deskripsi inilah yang disebut belajar.

Belajar dan pembelajaran merupakan kegiatan yang tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan manusia. Dengan belajar manusia dapat mengembangkan potensi yang dimilikinya. Tanpa belajar manusia tidak mungkin dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhannya.

Menurut Winkel (Psikologi Pengajaran, 2005;59) belajar adalah suatu aktivitas mental dan psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan, dan nilai sikap. Perubahan itu relatif konstan dan berbekas.

Sedangkan menurut Ngalim Purwanto (1998) mengatakan bahwa belajar merupakan perubahan tingkah laku yang terjadi melalui latihan dan pengalaman, perubahan harus relatif mantap menyangkut berbagai aspek.

Dari beberapa rumusan dan definisi belajar tersebut diatas, istilah yang terdapat pada semua definisi adalah perubahan dan pengalaman. Dengan demikian, belajar adalah suatu proses yang menimbulkan atau merubah perilaku, pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan nilai sikap melalui latihan atau pengalaman.

2.1.1.2Prinsip-prinsip Belajar

Prinsip-prinsip belajar adalah hal-hal yang sangat penting yang harus ada dalam suatu proses belajar dan pembelajaran. Jika prinsip tersebut diabaikan, maka dapat dipastikan pencapaian hasil belajar tidak optimal. Prinsip-prinsip yang terkait dengan proses belajar adalah sebagai berikut :


(9)

1. Kesiapan belajar

Faktor kesiapan baik fisik maupun psikologis merupakan kondisi awal suatu kegiatan belajar. Kondisi fisik yang tidak kondusif, misalnya sakit dan kondisi psikologis yang kurang baik misalnya gelisah, tertekan, tidak menguntungkan bagi kelancaran belajar.

2. Perhatian

Perhatian adalah pemusatan tenaga psikis tertuju pada suatu objek. Belajar sebagai suatu aktifitas kompleks sangat membutuhkan perhatian dari siswa yang belajar.

3. Motivasi

Motivasi adalah motif yang mudah menjadi aktif saat orang melakukan suatu aktivitas. Siswa harus memiliki motivasi dalam belajar sehinga tujuan belajar akan tercapai.

4. Keaktifan siswa

Yang melakukan kegiatan belajar adalah siswa, oleh karena itu siswa harus aktif tidak boleh pasif. Dengan bantuan guru siswa harus mampu mencari, menemukan dan menggunakan pengetahuan yang dimilikinya.

5. Keterlibatan langsung siswa

Dalam kegiatan belajar dan pembelajaran, siswa harus terlibat langsung sehingga mereka akan mudah memahami dan mengingat apa yang telah mereka pelajari.

6. Pengulangan belajar

Materi pelajaran ada yang mudah dan ada yang sukar. Untuk mempelajarinya siswa perlu membaca, berfikir, mengingat dan mengadakan latihan. Dengan latihan berarti siswa mengulang materi yang telah dipelajari sehingga materi tersebut makin mudah diingat. Dengan pengulangan sehinga makin mudah direproduksi.


(10)

7. Materi pelajaran yang merangsang dan menantang

Keberhasilan belajar sangat dipengaruhi oleh rasa ingin tahu anak terhadap persoalan. Materi pembelajaran yang merangsang dan menantang dapat membuat siswa menjadi aktif sehingga meningkatkan motivasi belajar.

8. Balikan dan penguatan terhadap siswa

Balikan adalah masukan yang sangat penting baik bagi siswa maupun guru, siswa mengetahui sejauh mana kemampuannya dalam suatu hal, dimana letak kekuatan dan kelemahannya. Untuk merealisasikan balikan ini guru hendaknya memberitahukan kemajuan belajar siswa. Penguatan adalah suatu tindakan yang menyenangkan dari guru terhadap siswa yang telah berhasil melakukan suatu perbutan. Dengan penguatan, diharapkan siswa akan mengulangi lagi perbuatan yang sudah baik itu.

2.1.1.3Sumber Belajar

Menurut asosiasi Teknologi Komunikasi Pendidikan (AECT), sumber belajar adalah semua sumber (baik berupa data, orang atau benda) yang dapat digunakan untuk memberikan fasilitas (kemudahan) belajar bagi siswa. (Rahadi, 2003;6)

Sumber belajar meliputi :

1. Pesan. Yaitu informasi atau ajaran yang akan disampaikan oleh komponen belajar lain yang dapat berupa ide, fakta, ajaran, nilai, dan data.

2. Orang. Yaitu manusia yang berperan sebagai pencari penyimpan, pengolah dan penyaji pesan.

3. Bahan. Yaitu perangkat lunak yang mengandung pesan-pesan belajar yang biasanya disajikan menggunakan peralatan tertentu. Contohnya : buku teks, film, slide, dan lain-lain.

4. Alat. Yaitu perangkat kerasa yang digunakan untuk menyajikan pesan yang tersimpan dalam bahan. Contohnya : OHP, tape recorder, proyektor slide, CD interaktif, dan lain-lain.


(11)

5. Teknik. Adalah prosedur atau langkah-langkah tertentu yang disiapkan dalam menggunakan bahan, alat, lingkungan, dan orang yang menyampaikan pesan. Misalnya : demonstrasi, diskusi, praktikum, dan lain-lain.

6. Latar belakang atau lingkungan. Yaitu situasi di sekitar terjadinya proses belajar menajar dimana pelajar menerima pesan. Lingkungan dibedakan menjadi dua yaitu, lingkungan fisik dan non fisik. Contoh lingkungan fisik : gedung sekolah, perpustakaan, laboratorium, dan lain-lain. Contoh lingkungan non fisik : tata ruang belajar, ventilasi udara, cuaca, kebisingan, lingkungan belajar. (Rahadi, 2003;6-7)

Ditinjau dari tipe atau asal usulnya, sumber belajar dapat dibedakan menjadi dua, yaitu :

1. Sumber belajar yang dirancang, yaitu sumber belajar yang memang sengaja dibuat untuk tujuan pembelajaran. Sumber belajar semacam ini sering disebut bahan pembelajaran. Contohnya adalah buku pelajaran, modul, program audio, program slide, transparansi.

2. Sumber belajar yang sudah tersedia dan tinggal dimanfaatkan, yaitu sumber belajar yang tidak secara khusus dirancang untuk keperluan-keperluan pembelajaran, namun dapat ditemukan, dipilih dan dimanfaatkan untuk keperluan pembelajran. Contohnya : pejabat pemerintah, tenaga ahli, pemuka agama, olahragawan, museum, dan lain-lain.

Wujud interaksi antara siswa dengan sumber belajar dapat bermacam-macam. Cara belajar dengan mendengarkan ceramah guru memang merupakan salah satu wujud interaksi tersebut. Namun belajar hanya akan efektif jika siswa diberikan banyak kesempatan untuk melakukan sesuatu, melalui multi metode dan multi media.

2.1.1.4Pembelajaran

Max Darsono (2004;24) berpendapat pengertian pembelajaran secara umum adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh guru sedemikian rupa sehingga tingkah laku siswa berubah kearah yang lebih baik. Sedangkan pengertian pembelajaran


(12)

secara khusus adalah usaha guru untuk membentuk tingkah laku yang diinginkan dengan menyediakan lingkungan (stimulus) agar dapat terjadi hubungan stimulus dan respon (tingkah laku yang diinginkan).

Untuk mewujudkan belajar dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran, seorang guru perlu memilih dan menetapkan prosedur, metode, dan teknik pembelajaran yang dianggap paling tepat dan efektif sebagai pegangan dalam pembelajran. Selain itu penggunaan media pembelajaran yang bervariatif juga salah satu faktor lain yang mendukung keberhasilan dalam mencapai tujuan pembelajaran.

2.1.1.5Basis Data

Database atau basis data adalah kumpulan data yang disimpan secara sistematis di dalam komputer dan dapat diolah atau dimanipulasi menggunakan perangkat lunak (program aplikasi) untuk menghasilkan informasi. Pendefinisian basis data meliputi spesifikasi berupa tipe data, struktur, dan juga batasan-batasan data yang akan disimpan. Basis data merupakan aspek yang sangat penting dalam sistem informasi dimana basis data merupakan gudang penyimpanan data yang akan diolah lebih lanjut. Basis data menjadi penting karena dapat menghidari duplikasi data, hubungan antar data yang tidak jelas, organisasi data, dan juga update yang rumit.

2.1.2 Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL)

Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah sistem pembelajaran yang cocok dengan kinerja otak, untuk menyusun pola-pola yang mewujudkan makna, dengan cara menghubungkan muatan akademis dengan konteks kehidupan sehari-hari peserta didik. Hal ini penting diterapkan agar informasi yang diterima tidak hanya disimpan dalam memori jangka pendek, yang mudah dilupakan, tetapi dapat disimpan dalam memori jangka panjang sehingga akan dihayati dan diterapkan dalam tugas pekerjaan.

CTL disebut pendekatan kontektual karena konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata


(13)

siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota masyarakat.

Dari pengertian konsep CTL tersebut ada tiga hal yang harus dipahami. Pertama, CTL menekankan kepada proses keterlibatan siswa untuk menemukan materi, artinya proses belajar diorientasikan pada proses pengalaman secara langsung. Proses belajar dalam konteks CTL tidak mengharapkan agar siswa hanya menerima materi pembelajaran, akan tetapi proses mencari dan menemukan sendiri pengetahuannya.

Kedua, CTL mendorong agar siswa dapat menemukan hubungan antara materi yang dipelajari dengan situasi kehidupan nyata, artinya siswa dituntut untuk dapat menangkap hubungan antara pengalaman belajar dengan kehidupan nyata. Hal ini sangat penting, sebab dengan dapat mengorelasikan materi yang ditemukan dengan kehidupan nyata, bukan saja bagi siswa materi itu akan bermakna secara fungsional, akan tetapi materi yang dipelajarinya akan tertanam erat dalam memori siswa, sehingga tidak akan mudah dilupakan.

Ketiga, CTL mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan, artinya CTL bukan hanya mengharapkan siswa dapat memahami materi yang dipelajarinya, akan tetapi bagaimana materi pelajaran itu dapat mewarnai perilakunya dalam kehidupan sehari-hari. Materi pelajaran dalam konteks CTL bukan untuk ditumpuk di otak dan kemudian dilupakan, akan tetapi sebagai bekal mereka dalam mengarungi kehidupan nyata.

Kurikulum dan pengajaran yang didasarkan pada strategi pembelajaran kontekstual harus disusun untuk mendorong lima bentuk pembelajaran penting, yaitu :

1. Mengaitkan

Belajar dalam konteks pengalaman hidup, atau mengaitkan. Guru menggunakan strategi ini ketika ia mengkaitkan konsep baru dengan sesuatu yang sudah dikenal siswa. Jadi dengan demikian, mengaitkan apa yang sudah


(14)

diketahui siswa dengan informasi baru. Kurikulum yang berupaya untuk menempatkan pembelajaran dalam konteks pengalaman hidup harus bisa membuat siswa memperhatian kejadian sehari-hari yang mereka lihat, peristiwa yang terjadi di sekitar, atau kondisi-kondisi tertentu, lalu mengubungkan informasi yang telah mereka peroleh dengan pelajaran kemudian berusaha untuk menemukan pemecahan masalah terhadap permasalahan tersebut.

2. Mengalami

Belajar dalam konteks eksplorasi, mengalami. Mengalami merupakan inti belajar kontekstual dimana mengaitkan berarti menghubungkan informasi baru dengan pengalaman maupun pengetahuan sebelumnya. Belajar dapat terjadi lebih cepat ketika siswa dapat memanipulasi peralatan dan bahan-bahan dan untuk melakukan bentuk-bentuk penelitian aktif.

3. Menerapkan

Menerapkan konsep-konsep dan informasi dalam konteks yang bermanfaat bagi diri siswa. Siswa menerapkan suatu konsep ketika ia melakukan kegiatan pemecahan masalah. Guru dapat memotivasi siswa dengan memberikam latihan yang realistik dan relevan.

4. Kerjasama

Belajar dalam konteks berbagi, merespons, dan berkomunikasi dengan siswa lain adalah strategi pengajaran utama dalam pengajaran kontekstual. Siswa yang bekerja secara individu sering tidak membantu kemajuan yang signifikan. Sebaliknya, siswa yang bekerja secara kelompok sering dapat mengatasi masalah yang komplek dengan sedikit bantuan. Pengalaman bekerja sama tidak hanya membantu siswa mempelajari materi, juga konsisten dengan dunia nyata. Seorang karyawan yang dapat berkomunikasi secara efektif, yang dapat berbagi informasi dengan baik, dan yang dapat bekerja dengan nyaman dalam sebuah tim tentunya sangat dihargai di tempat kerja. Oleh karena itu, sangat penting untuk mendorong siswa mengembangkan keterampilan bekerja sama ini.


(15)

5. Mentrasfer

Belajar dalam konteks pengetahuan yang ada, atau mentransfer, menggunakan dan membangun atas apa yang telah dipelajari siswa. Peran guru membuat bermacam-macam pengalaman belajar dengan fokus pada pemahaman bukan hafalan.

Menurut Nurhadi (2002: 10) sebuah kelas dikatakan menggunakan pendekatan kontekstual, jika menerapkan tujuh komponen utama contextual teaching and learning berikut, yaitu:

1. Konstruktivistik (constructivism) : mengembangkan pemikiran bahwa siswa akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri, menemukan sendiri, dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya.

2. Menemukan (inquiry) : melaksanakan sejauh mungkin kegiatan inquiry untuk semua topik.

3. Bertanya (questioning) : mengembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya.

4. Masyarakat belajar (learning community) : menciptakan masyarakat belajar dengan membentuk kelompok-kelompok belajar.

5. Pemodelan (modelling) : menghadirkan model sebagai contoh pembelajaran. 6. Refleksi (reflection) : melakukan refleksi di akhir pertemuan.

7. Penilaian yang riil (authentic assessment) : melakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara.

Beberapa perbedaan penting antara pendekatan kontekstual berorientasi constructivism dengan pendekatan konvensional berorientasi behaviorism, yaitu dapat dilihat pada tabel berikut :

No. Pendekatan Kontekstual Pendekatan Konvensional

1. Siswa secara aktif terlibat dalam

proses pembelajaran.

Siswa adalah penerima informasi secara pasif.

2. Siswa belajar dari teman melalui kerja kelompok, diskusi, saling mengoreksi.


(16)

3. Pembelajaran dikaitkan dengan kehidupan yang nyata dan atau masalah yang disimulasikan.

Pembelajaran sangat abstrak.

4. Perilaku dibangun atas kesadaran diri. Perilaku dibangun atas kebiasaan

5. Keterampilan dikembangkan atas

dasar pemahaman

Keterampilan dikembangkan atas dasar latihan.

6. Hadiah untuk perilaku baik adalah

kepuasan diri.

Hadiah untuk perilaku baik adalah pujian atau nilai (angka) rapor.

7. Seseorang tidak melakukan yang jelek

karena dia sadar hal itu keliru dan merugikan.

Seseorang tidak melakukan yang jelek karena dia takut dengan hukuman.

8. Bahasa diajarkan dengan pendekatan

komunikatif, yakni siswa diajak

menggunakan bahasa dalam konteks nyata.

Bahasa diajarkan dengan pendekatan struktural : rumus diterangkan sampai paham, kemudian dilatihkan.

9. Pemahaman rumus dikembangkan atas

dasar skema yang sudah ada dalam diri siswa.

Rumus itu ada di luar diri siswa, yang harus diterangkan, diterima, dihafalkan, dan dilatihkan.

10. Pemahaman rumus itu relatif berbeda antara siswa yang satu dengan yang lainnya, sesuai dengan skemata siswa (on going process development).

Rumus adalah kebenaran absolut (sama untuk semua orang). Hanya ada 2 kemungkinan, yaitu pemahaman rumus yang salah atau pemahaman rumus yang benar.

11. Siswa menggunakan kemampuan

berpikir kritis, terlibat penuh dalam

mengupayakan terjadinya proses

pembelajaran efektif, ikut bertanggung

jawab atas terjadinya proses

pembelajaran yang efektif.

Siswa secara pasif menerima rumus

atau kaidah (membaca, mencatat,

mendengarkan, menghafal), tanpa

memberikan konstribusi ide dalam proses pembelajaran.


(17)

12. Pengetahuan yang dimiliki siswa cara

memberi arti dan memahami

pengalamannya.

Pengetahuan adalah penangkapan

terhadap serangkaian fakta, konsep atau hukum yang berada di luar diri manusia. 13. Karena pengetahuan itu dikonstruksi

dikembangkan oleh manusia sendiri, sementara manusia selalu mengalami peristiwa baru, maka pengetahuan itu selalu berkembang dan tidak pernah stabil (tentative & incomplete).

Kebenaran bersifat absolut dan

pengetahuan bersifat final.

14. Siswa diminta bertanggung jawab

memonitor dan mengembangkan

pembelajaran mereka sendiri.

Guru adalah penentu jalannya proses pembelajaran.

15. Penghargaan terhadap pengalaman

siswa sangat diutamakan

Pembelajaran tidak memperhatikan

pengalaman siswa. 16. Hasil belajar diukur dengan berbagai

cara: proses bekerja, hasil karya, penampilan, rekaman, tes, dll.

Hasil belajar diukur hanya dengan tes.

17. Pembelajaran terjadi diberbagai

tempat, konteks, dan setting.

Pembelajaran hanya terjadi dalam kelas.

18. Penyesalan adalah hukuman dari

perilaku jelek.

Sanksi adalah hukuman dari perilaku jelek.

19. Perilaku baik berdasar motivasi

instrinsik.

Perilaku baik berdasar motivasi

ekstrinsik. 20. Seseorang berperilaku baik karena dia

yakin itulah yang terbaik dan

bermanfaat

Seseorang berperilaku baik karena terbiasa. Kebiasaan ini dibangun dengan hadiah yang menyenangkan.

Adapun dalam model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) memiliki beberapa kelebihan dan kekurangan. Berikut kelebihan yang dimiliki model pembelajaran tersebut antara lain :


(18)

Pertama, pembelajaran menjadi lebih bermakna dan riil. Artinya siswa dituntut untuk dapat menangkap hubungan antara pengalaman belajar di sekolah dengan kehidupan nyata. Hal ini sangat penting, sebab dengan dapat mengorelasikan materi yang ditemukan dengan kehidupan nyata, bukan saja bagi siswa materi itu akan berfungsi secara fungsional, akan tetapi materi yang dipelajarinya akan tertanam erat dalam memori siswa, sehingga tidak akan mudah dilupakan.

Kedua, Pembelajaran lebih produktif dan mampu menumbuhkan penguatan konsep kepada siswa karena metode pembelajaran CTL menganut aliran

konstruktivisme, dimana seorang siswa dituntun untuk menemukan

pengetahuannya sendiri. Melalui landasan filosofis konstruktivisme siswa diharapkan belajar melalui ”mengalami” bukan ”menghafal”.

Sedangkan kelemahan yang dimiliki antara lain: Pertama, guru lebih intensif dalam membimbing. Karena dalam metode ini guru tidak lagi berperan sebagai pusat informasi. Tugas guru adalah mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja bersama untuk menemukan pengetahuan dan ketrampilan yang baru bagi siswa. Siswa dipandang sebagai individu yang sedang berkembang. Kemampuan belajar seseorang akan dipengaruhi oleh tingkat perkembangan dan keluasan pengalaman yang dimilikinya. Dengan demikian, peran guru bukanlah sebagai instruktur atau ”penguasa” yang memaksa kehendak melainkan guru adalah pembimbing siswa agar mereka dapat belajar sesuai dengan tahap perkembangannya.

Kedua, guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan atau menerapkan sendiri ide-ide dan mengajak siswa agar dengan menyadari dan dengan sadar menggunakan strategi-strategi mereka sendiri untuk belajar. Namun dalam konteks ini tentunya guru memerlukan perhatian dan bimbingan yang ekstra terhadap siswa agar tujuan pembelajaran sesuai dengan apa yang diterapkan semula.


(19)

Pembelajaran berbasis konstekstual dengan sendirinya akan membawa implikasi-implikasi tertentu ketika guru menerapkannya di dalam kelas. Menurut Zahorik (Nurhadi, 2002: 7) terdapat lima elemen penting yang harus diperhatikan oleh guru dalam praktek pembelajaran kontekstual, yaitu:

1. Pengaktifan pengetahuan yang sudah ada (activating knowledge)

2. Pemerolehan pengetahuan baru (acquiring knowledge), yaitu dengan cara memperlajari secara keseluruhan terlebih dahulu, kemudian memperhatikan detailnya.

3. Pemahaman pengetahuan (understanding knowledge), yaitu dengan cara menyusun konsep sementara atau hipotesis, melakukan sharing kepada orang lain agar mendapat tanggapan atau validasi dan atas dasar tanggapan itu konsep tersebut direvisi atau dikembangkan.

4. Mempraktekkan pengetahuan dan pengalaman tersebut (applying knowledge).

5. Melakukan refleksi (reflecting knowledge) terhadap strategi pengembangan pengetahuan tersebut.

Berkaitan dengan proses pembelajaran kontekstual, sistem evaluasi yang digunakan adalah penilaian autentik, yaitu evaluasi kemampuan siswa dalam konteks dunia yang sebenarnya, penilaian kinerja (performance), penilaian portofolio (kumpulan hasil kerja siswa), observasi sistematik (dampak kegiatan pembelajaran terhadap sikap siswa), dan jurnal (buku tanggapan). Menurut Enoh (2004: 23) dijelaskan bahwa evaluasi dalam pembelajaran kontekstual dilakukan tidak terbatas pada evaluasi hasil (ulangan harian, cawu, tetapi juga berupa kuis, tugas kelompok, tugas individu, dan ulangan akhir semester) tetapi juga dapat dilakukan evaluasi proses. Dengan demikian akan diketahui kecepatan belajar siswa, walau akhirnya akan dibandingan dengan standar yang harus dicapai. Adapun metode penilaian yang digunakan dalam pembelajaran pendekatan kontekstual adalah :

1. Diskusi : kemampuan siswa berbicara, mengemukakan ide, dan sebagainya.


(20)

3. Paper & Pencil Test : berbagai jenis tes dengan tingkat pemikiran yang tinggi.

4. Observasi : menilai sikap dan perilaku siswa.

5. Demonstrasi : kemampuan mentransformasikan ide-ide ke dalam sesuatu yang konkret dan dapat diamati melalui penglihatan, pendengaran, seni, drama pergerakan, dan atau musik.

2.2Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kerangka teori di atas, maka dirumuskan hipotesis penelitian

ini adalah “Metode Contextual Teaching and Learning (CTL) dapat

meningkatkan pemahaman siswa pada mata pelajaran Basis Data kelas XI jurusan Rekayasa Perangkat Lunak di SMK Negeri 1 Purbalingga”.


(21)

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1Jenis Penelitian

Jenis penelitian in menggunakan penelitian tindakan kelas yaitu penelitian yang memang dilakukan karena adanya permasalahan-permasalahan yang ada di dalam kelas. Sedangkan pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini ditempuh dengan prosedur yang diadaptasi dari model penelitian tindakan (action research) yang dikembangkan oleh Kember dan Kelly (1992), dengan jumlah siklus yang akan dilaksanakan sebanyak 2 siklus.

3.2Setting Penelitian 3.2.1 Tempat Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan pada siswa kelas XI jurusan Rekayasa Perangkat Lunak di SMK Negeri 1 Purbalingga tahun angkatan 2014/2015. Objek penelitian ini adalah 40 siswa heterogen dalam hal asal daerah dan jenis kelamin, tetapi dalam hal kemampuan akademis hampir homogen.

3.2.2 Lokasi Penelitian

Penelitian ini akan dilaksakan di SMK Negeri 1 Purbalingga, Jl.Mayjend Sungkono, Purbalingga, Jawa Tengah, (0281) 891550.

3.2.3 Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan selama 3 (tiga) bulan, yaitu pada bulan Januari sampai dengan bulan Maret 2015, tepatnya pada semester genap tahun pelajaran 2014/2015. Waktu penelitian ini sesuai dengan program pembelajaran Kompetensi Kejuruan Rekayasa Perangkat Lunak yang telah ditetapkan pada Kurikulum Program Studi Keahlian Rekayasa Perangkat Lunak (RPL) SMK Negeri 1 Purbalingga semester genap tahun pelajaran 2014/2015 dengan kompetensi dasar yang diajarkan saat itu adalah Basis Data.


(22)

3.3Rancangan Tindakan Penelitian

Penelitian ini direncanakan terdiri atas 2 siklus, dimana proses pelaksanaan dari siklus pertama maupun siklus kedua relatif sama. Pelaksanaan siklus kedua didasarkan evaluasi siklus pertama yang kemudian diisi dengan berbagai perbaikan dari proses pelaksanaan siklus pertama. Setiap siklus dilaksanakan sesuai dengan apa yang telah didesain terhadap faktor yang diteliti. Untuk melihat tingkat "pemahaman awal" siswa terhadap mata pelajaran Basis Data, dilakukan tes diagnosis yang berfungsi sebagai evaluasi awal (initial evaluation).

Sedangkan observasi awal dilakukan untuk mengetahui apakah tindakan yang akan diberikan tepat dalam rangka meningkatkan keaktifan dan kreatifitas siswa terhadap mata pelajaran Basis Data, sehingga dari data tersebut juga akan didapat pemahaman awal yang dimiliki siswa terhadap mata pelajaran Basis Data. Prosedur tersebut dapat digambarkan dengan gambar di bawah ini :

Berdasarkan evaluasi dan observasi awal maka dalam proses refleksi, ditetapkan bentuk tindakan untuk penguatan pemahaman siswa terhadap mata

pelajaran Basis Data dengan menggunakan Model Pembelajaran Contextual

Teaching And Learning (TCL). Pemilihan Model Pembelajaran Contextual Teaching And Learning (TCL) dengan pertimbangan metode tersebut mampu mempercepat proses pemahaman dan juga maltih siswa berfikir cepat untuk


(23)

melakukan penyelesaian masalah. Berpedoman pada refleksi awal maka dilaksanakanlah penelitian tindakan kelas ini dengan prosedur : (1) Perencanaan (planning), (2) Implementasi tindakan (action), (3) Observasi (observation), (4) Evaluasi dan refleksi (reflection) dan (5) Siklus kedua dalam setiap siklus. Secara lebih rinci prosedur penelitian tindakan untuk siklus pertama dapat dijabarkan sebagai berikut :

3.3.1 Perencanaan

Kegiatan perancangan merupakan kegiatan awal yang dilakukan dalam tahap pelaksanaan penelitian tindakan kelas, dimana didalamnya terdapat beberapa kegiatan yang dilakukan, diantaranya :

a. Membuat rancangan pembelajaran berdasarkan silabus kurikulum yang

berlaku.

b. Membuat skenario pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran

Contextual Teaching And Learning (TCL) sebagai metode pengajaran mata pelajaran Basis Data.

c. Mempersiapkan fasilitas dan sarana pendukung yang diperlukan di kelas.

d. Membuat lembar observasi yang berfungsi untuk melihat bagaimana kondisi

pembelajaran di kelas ketika rencana pembelajaran tersebut diaplikasikan. e. Membuat alat evaluasi, dengan tujuan untuk mengetahui apakah siswa telah

memahami materi mata pelajaran Basis Data. 3.3.2 Implementasi Tindakan

Tahap implementasi tindakan merupakan kegiatan kedua setelah perencanaan pada penelitian tindakan kelas. Di dalamnya berisi kegiatan pelaksanaan rencana pembelajaran yang telah direncanakan dari model pembelajaran Contextual Teaching And Learning (TCL) pada tahap sebelumnya.

Tahap ini juga merupakan upaya perbaikan implementasi skenario tindakan dalam situasi aktual, dimana proses pelaksanaan yang kurang baik akan diperbaiki

sehingga pada tahap selanjutnya planning yang telah disepakati dapat

diimplementasikan secara maksimal dan hasilnya sesuai harapan. Pelaksanaan tindakan ini diikuti dengan observasi dan interpretasi.


(24)

3.3.3 Observasi

Tahap observasi merupakan kegiatan penilaian dalam rangka mengevaluasi pelaksanaan tindakan beserta pengaruhnya yang meliputi evaluasi mutu, jumlah dan waktu dari setiap tindakan. Penilaian ini berupa catatan khusus dari guru atau peneliti dengan panduan lembar observasi dan langkah-langkah pembelajaran yang berfungsi sehingga acuan dalam rangka perbaikan tindakan pada siklus selanjutnya. Di dalam pelaksanaan observasi, peneliti atau guru sebaiknya melakukan diskusi balikan (review discussion) agar hasil observasi lebih bermanfaat.

3.3.4 Analisis

Data yang didapatkan dalam tahap observasi kemudian dikumpulkan serta dianalisis dalam tahap ini. Berdasarkan hasil observasi, guru atau peneliti dapat merefleksi diri dengan melihat data observasi apakah kegiatan pembelajaran yang dilakukan telah dapat meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi dalam mata pelajaran Basis Data.

Hasil analisis data yang dilaksanakan dalam tahap ini digunakan sebagai acuan untuk merencanakan siklus berikutnya.

3.3.5 Siklus Tindakan

Siklus tindakan merupakan kegiatan pembuatan rencana tindakan yang akan dilaksanakan pada siklus II dengan melihat berbagai kelebihan dan kekurangan dari pelaksanaan siklus sebelumnya. Meskipun dengan beberapa pertimbangan dari siklus sebelumnya, pelaksaannya tetap tidak jauh berbeda dari pelaksanaan siklus pertama. Perbedaannya hanya terletak pada sasaran kegiatan, yaitu untuk melakukan perbaikan tindakan siklus sebelumya.

Berikut langkah-langkah operasional siklus tindakan kedua :

1. Perencanaan

2. Tindakan

3. Pengamatan


(25)

Hasil refleksi ini merupakan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan pada siklus pertama. Melalui siklus kedua ini diharapkan target sasaran dapat tercapai. 3.4Indikator Capaian

Dalam menentukan tingkat keberhasilan pada akhir penelitian yang dilaksanakan, peneliti telah menentukan beberapa aspek yang perlu dicapai. Setiap siklus, aspek tersebut akan dievaluasi tentang peningkatan kualitas maupun kuantitas pencapaian, baik dalam hal indikator aktifitas maupun nilai hasil belajar. Secara rinci, aspek-aspek tersebut antara lain :

1. Meningkatnya nilai dengan rata-rata 25 %. 2. Meningkatnya aktivitas belajar siswa

3. Meningkatnya pemahaman siswa terhadap mata pelajaran Basis Data

4. Meningkatnya hasil belajar siswa berupa nilai terhadap mata pelajaran Basis Data

3.5Data

3.5.1 Sumber Data

Sumber data penelitian ini adalah siswa kelas XI jurusan Rekayasa Perangkat Lunak SMK Negeri 1 Purbalingga dan seluruh anggota tim peneliti. 3.5.2 Jenis Data

Jenis data yang didapatkan adalah data kuantitatif dan kualitatif yang terdiri atas :

1. Hasil belajar mata pelajaran Basis Data pada siklus I dan siklus II

2. Rencana pembelajaran yang dibuat bersama oleh tim peneliti pada siklus I dan siklus II

3. Data observasi aktivitas belajar pada siklus I dan siklus II 3.6Instrumen yang Digunakan

Dalam melaksanakan penelitian, peneliti menggunakan beberapa instrumen penelitian, yaitu :


(26)

1. Tes

Tes merupakan seperangkat rangsangan yang diberikan seseorang dengan maksud untuk mendapatkan jawaban yang dapat dijadikan dasar bagi penetapan skor angka. Dalam penelitian ini, jenis tes yang digunakan adalah tes praktek, dimana siswa akan diberikan sebuah use case atau kasus kemudian di analisa dan diberikan solusi permasalahan. Kemudian dari solusi tersebut akan dibuat sebuah aplikasi sistem yang mana dalam pembuatannya menggabungkan beberapa pengetahuan dari materi yang telah didapat siswa dalam mata pelajaran basis data. Untuk mendapatkan hasil tes yang baik, maka peneliti akan membuat kisi-kisi yang disesuaikan dengan kurikulum materi terkait. Dengan pembuatan kisi-kisi ini maka para siswa memiliki acuan belajar dan peneliti juga tidak akan melenceng jauh dalam menyusun soal.

2. Lembar Penilaian Proses Belajar

Lembar penilaian proses belajar dipergunakan untuk menilai peserta didik dalam ulangan harian. Lembar penilaian ini berupa format-format penilaian proses belajar mengajar.

3. Lembar Observasi

Lembar observasi digunakan untuk pengamatan kegiatan masing-masing siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Dalam penyusunan lembar observasi dilakukan langkah-langkah sebagai berikut : (1) Menentukan indikator-indikator penilaian terhadap kegiatan siswa yang diamati selama proses pembelajaran berlangsung, dan (2) Merancang lembar observasi yang akan digunakan.

3.7Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data hasil belajar dalam penelitian ini yaitu dengan menggunakan teknik tes dalam bentuk tes praktek dengan pelaksanaan pada akhir siklus I dan akhir siklus II. Untuk data hasil pengamatan dikumpulkan dengan teknik pengamatan (observasi). Observasi memungkinkan untuk mengetahui kesesuaian antara harapan dan kenyataan dari penelitian tindakan kelas. Observasi ini dilaksanakan secara komprehesif dalam kelas.


(27)

Aspek-aspek dalam pengamatan meliputi : (1) Perilaku siswa saat belajar, (2) Kegiatan diskusi siswa, dan (3) Partisipasi siswa dalam presentasi dan diskusi. Sehingga dapat diketuhui secara jelas bagaimana aktifitas siswa selama proses pembelajaran.

3.8Teknik Analisis Data

Adapun data dan informasi yang dianalisis oleh peneliti adalah dalam bentuk hasil tes (setelah proses pembelajaran) dan non-tes (selama proses pembelajaran).

1. Untuk tahap pertama analisis test yang diperoleh setelah pembelajaran dilakukan dengan memberikan penilaian berupa pencapaian kompetensi dengan nilai “kompeten” dan “tidak kompeten”. Artinya, jika siswa mampu menyelesaikan dan melaksanakan tes dengan tepat maka akan mendapatkan nilai kompeten. Sedangkan untuk siswa yang belum mampu menyelesaikan dan melaksanakan tes dengan tepat maka akan mendapatkan nilai “tidak kompeten”. Selanjutnya hasil test dituangkan dalam bentuk table untuk mengetahui perkembangan dan perbandingan hasil perolehan test siswa setiap siklusnya.

2. Sedangkan data dan informasi yang diperoleh melalui non test dilakukan dengan cara sebagai berikut :

Aktivitas Belajar Siswa

Kriteria yang digunakan untuk menentukan aktivitas belajar siswa adalah menggunakan persentase dalam setiap aspek kategori dengan rumus :

Hasil persentase ditafsirkan dengan berpedoman pada klasifikasi:

100 % = seluruh jumlah siswa atau baik sekali

75 % – 99 % = sebagian besar jumlah siswa baik

51% – 74% = lebih dari setengah jumlah siswa atau cukup

Persentase = � � �� �� �


(28)

50 % = setengah dari jumlah siswa atau sedang

25 % – 49 % = kurang dari setengah jumlah siswa atau kurang


(29)

(30)

Lampiran 1

BIODATA PENELITI

a. Nama : Aulia Oktaviana

b. Tempat, Tanggal Lahir : Tegal, 9 Oktober 1994

c. Jenis Kelamin : Perempuan

d. Alamat Rumah : Jl. Raya Selatan Banjaran, RT 04/01 Tembok

Banjaran, Kec. Adiwerna, Kab. Tegal, 52194

e. Email / No.HP : [email protected] / 085786261841

f. Pangkat/Gol/NIM : 5302412002

g. Jabatan Struktural : Mahasiswa

h. Jabatan Fungsional : Mahasiswa

i. Fakultas / Program Studi : Teknik / Pendidikan TIK

j. Perguruan Tinggi : Universitas Negeri Semarang

k. Bidang Keahlian : Komputer

l. Waktu Penelitian : 6 jam / minggu

m. Peranan dalam Penelitian : Perencanaan, pelaksanaan, refleksi, tindak lanjut, pengumpulan dan analisis data serta pembuatan laporan akhir

Riwayat Pendidikan :

1. SD : SD Negeri 3 Tembok Banjaran

2. SMP : SMP Negeri 1 Adiwerna

3. SMA : SMK Negeri 1 Slawi

Riwayat Organisasi :

1. Dewan Kerja Daerah Jawa Tengah masa bakti 2008-2013

2. Dewan Kerja Daerah Jawa Tengah masa bakti 2013-2018

3. Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Teknik kabinet Inspiratif tahun 2013 Semarang, 9 Juni 2014 Ketua,


(31)

BIODATA PENELITI II

a. Nama : Syihabuddin

b. Tempat, Tanggal Lahir : Cirebon, 10 September 1993

c. Jenis Kelamin : Laki-laki

d. Alamat Rumah : Jl. Argasela VIII No.02 RT 02/02 Kecamatan

Dukupuntang, Kab.Cirebon

e. Email / No.HP : [email protected] / 089672833444

f. Pangkat/Gol/NIM : 5302412009

g. Jabatan Struktural : Mahasiswa

h. Jabatan Fungsional : Mahasiswa

i. Fakultas / Program Studi : Teknik / Pendidikan TIK

j. Perguruan Tinggi : Universitas Negeri Semarang

k. Bidang Keahlian : Komputer

l. Waktu Penelitian : 4 jam / minggu

m. Peranan dalam Penelitian : Perencanaan, pengamat, refleksi pengumpulan dan analisis data serta pembuatan laporan kemajuan

Riwayat Pendidikan :

1. SD : SD Negeri 1 Kepundun

2. SMP : SMP Negeri 1 Palimanan

3. SMA : SMA Negeri 1 Sumber

Riwayat Organisasi :

1. Kelompok Studi Ekonomi Unnes

2. Koperasi Mahasiswa Unnes (KOPMA)

Semarang, 9 Juni 2014 Anggota I,


(32)

BIODATA PENELITI III

a. Nama : Setiyowati

b. Tempat, Tanggal Lahir : Purbalingga, 06 Maret 1995

c. Jenis Kelamin : Perempuan

d. Alamat Rumah : Desa Pasunggingan, RT 01/01 Kecamatan

Pengadegan, Kab. Purbalingga

e. Email / No.HP : [email protected] / 087731244405

f. Pangkat/Gol/NIM : 5302412014

g. Jabatan Struktural : Mahasiswa

h. Jabatan Fungsional : Mahasiswa

i. Fakultas / Program Studi : Teknik / Pendidikan TIK

j. Perguruan Tinggi : Universitas Negeri Semarang

k. Bidang Keahlian : Komputer

l. Waktu Penelitian : 4 jam / minggu

m. Peranan dalam Penelitian : Perencanaan, pengamat, refleksi, pengumpulan dan analisis data serta pembuatan laporan kemajuan

Riwayat Pendidikan :

1. SD : SD Negeri 2 Pasunggingan

2. SMP : SMP Negeri 3 Bukateja

3. SMA : SMK Negeri 1 Purbalingga

Riwayat Organisasi :

1. PMR SMP Negeri 3 Bukateja

2. PMR SMK Negeri 1 Bukateja

3. Guslat Teknik Racana Wijaya Unnes

Semarang, 9 Juni 2014 Anggota II,


(33)

BIODATA PENELITI IV

a. Nama : Vidya Rizqiyani

b. Tempat, Tanggal Lahir : Brebes, 8 Desember 1994

c. Jenis Kelamin : Perempuan

d. Alamat Rumah : Jl. DR. Samratulangi No. 53 RT 03/07 Pasar

batang, Brebes

e. Email / No.HP : [email protected] / 085786620623

f. Pangkat/Gol/NIM : 5302412016

g. Jabatan Struktural : Mahasiswa

h. Jabatan Fungsional : Mahasiswa

i. Fakultas / Program Studi : Teknik / Pendidikan TIK

j. Perguruan Tinggi : Universitas Negeri Semarang

k. Bidang Keahlian : Komputer

l. Waktu Penelitian : 4 jam / minggu

n. Peranan dalam Penelitian : Perencanaan, pengamat, refleksi, pengumpulan dan analisis data serta pembuatan laporan kemajuan

Riwayat Pendidikan :

1. SD : MI Islamiyah

2. SMP : SMP Negeri 2 Brebes

3. SMA : SMA Negeri 2 Brebes

Riwayat Organisasi :

1. UKM Boga Unnes

2. KPMDB (Keluarga Pelajar Mahasiswa Daerah Brebes) Unnes

Semarang, 9 Juni 2014 Anggota III,


(34)

BIODATA PENELITI V

a. Nama : Agung Pambudi

b. Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 16 Juni 1994

c. Jenis Kelamin : Laki-laki

d. Alamat Rumah : Jl. Trebis No. 097 RT 10/04 Sidayu, Kecamatan

Binangun, Kab. Cilacap

e. Email / No.HP : [email protected] /

08988077057

f. Pangkat/Gol/NIM : 5302412022

g. Jabatan Struktural : Mahasiswa

h. Jabatan Fungsional : Mahasiswa

i. Fakultas / Program Studi : Teknik / Pendidikan TIK

j. Perguruan Tinggi : Universitas Negeri Semarang

k. Bidang Keahlian : Komputer dan Jaringan

l. Waktu Penelitian : 6 jam / minggu

m. Peranan dalam Penelitian : Perencanaan, pelaksanaan, refleksi, tindak lanjut, pengumpulan dan analisis data serta pembuatan laporan akhir

Riwayat Pendidikan :

1. SD : SD Negeri 02 Widarapayung Kulon

2. SMP : SMP Negeri 1 Binangun

3. SMA : SMA Negeri 1 Kroya

Riwayat Organisasi :

1. Himpunan Mahasiswa Profesi Teknik Elektro Unnes

2. Pramuka SMA Negeri 1 Kroya

3. PMR SMP Negeri 1 Binangun

Semarang, 9 Juni 2014 Anggota Plus,


(35)

Lampiran 2

RANCANGAN ANGGARAN PENELITIAN

No Uraian Vol Satuan Biaya Total

1. Honorarium Peneliti

a. Ketua

b. Anggota Plus

c. Anggota

d. Pembantu Teknis

1 1 3 2 org org org org

Rp 500.000 Rp 400.000 Rp 300.000 Rp 200.000

Rp 500.000 Rp 400.000 Rp 1.500.000 Rp 400.000 2. Operasional Penelitian

a. Bahan dan Peralatan

(ATK, dsb)

b. Sewa dan Perawatan

Alat c. Transportasi d. Humas 1 1 1 1 paket set ok ok

Rp 1.500.000 Rp 2.000.000 Rp 2.000.000 Rp 200.000

Rp 1.500.000 Rp 2.000.000 Rp 2.000.000 Rp 200.000 3. Lain-lain

a. Dokumentasi

b. Kenang-kenangan

untuk sekolah

c. Penelurusan Pustaka

d. Penyusunan Proposal

e. Penyusunan Laporan

f. Seminar g. Monitoring 1 2 2 3 3 2 2 paket buah ok buku buku ok ok

Rp 250.000 Rp 350.000 Rp 500.000 Rp 50.000 Rp 100.000 Rp 1.000.000 Rp 200.000

Rp 250.000 Rp 700.000 Rp 1.000.000 Rp 150.000 Rp 300.000 Rp 2.000.000 Rp 400.000


(36)

Lampiran 3

JADWAL PENELITIAN

No KEGIATAN Januari Februari Maret

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1. Pra Penelitian Tindakan

- Menyusun konsep pelaksanaan

- Menyepakati jadwal dan tugas

- Menyusun instrumen

- Seminar konsep pelaksanaan

V V V V 2. Siklus I

- Perencanaan

- Pelaksanaan tindakan

- Pengamatan / Observasi

- Refleksi / Evaluasi

V V V V V V

3. Terapi Ulang V

4. Siklus II

- Perencanaan

- Pelaksanaan tindakan

- Pengamatan / Observasi

- Refleksi / Evaluasi

V V V V V V

5. Penyusunan Laporan

- Menyusun konsep seminar

- Seminar hasil penelitian

- Perbaikan laporan

- Penggandaan dan pengiriman

hasil

V V

V V


(37)

DAFTAR PUSTAKA

Comara, Hero Sultoni. 2012. Proposal Penelitian Tindakan Kelas (PTK). http://herosultonicomara.blogspot.com (7 Juni 2014, pukul 8.15 WIB)

Ekocin. 2011. Pembelajaran Contextual Teacher and Learning.

http://ekocin.wordpress.com (7 Juni 2014, pukul 9.33 WIB)

Harianto, Arif. 2013. Proposal PTK SMK 2. http://arifharianto.wordpress.com (diakses : 7 Juni 2014, pada 8.11 WIB)

Hasnawati. 2006. Pendekatan Contextual Teaching Learning Hubungannya

Dengan Evaluasi Pembelajaran. Jurnal Ekonomi & Pendidikan, Volume 3 Nomor 1, April 2006 Hal 53 – 62

Hudson, Clemente Charles & Whisler, Vesta R. Contextual Teaching and Learning for Practitioners. Systemics, Cybernetics And Informatics Journal Volume 6 Number 4 Page 54 – 58

Nadhirin, Arif Luqman. 2010. Model Pembelajaran Contextual Teaching.

http://nadhirin.blogspot.com (7 Juni 2014, pukul 9.07 WB)

Sabil, Husni. 2011. Penerapan Pembelajaran Contextual Teaching & Learning (CTL) Pada Materi Ruang Dimensi Tiga menggunakan Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah (MPBM) Siswa Program Studi Pendidikan Matematika FKIP UNJA. Edumatica Journal Volume 01 Nomor 01, April 2011 Hal 44 – 56

Smith, Bettye P. 2010. Instructional Strategies in Family and Consumer Sciences: Implementing the Contextual Teaching and Learning Pedagogical Model. Journal of Family & Consumer Sciences Education, 28(1), 2010 Page 23 – 38

Zulfikar, Agus. 2012. Penerapan Model Pembelajaran Contextual Teaching Learning CTL untuk Meningkatkan Hasil Belajar Pada Mata Pelajaran Dasar Elektronika Siswa Kelas X Jurusan Teknik Audio Video (TAV) di


(38)

SMK Negeri 1 Pangkatan Kabupaten Labuhan Batu. http://digilib.unimed.ac.id (7 Juni 2014 pukul 9.26 WIB)

2013. Pengertian dan Konsep Sistem Basis Data.


(1)

BIODATA PENELITI IV

a. Nama : Vidya Rizqiyani

b. Tempat, Tanggal Lahir : Brebes, 8 Desember 1994 c. Jenis Kelamin : Perempuan

d. Alamat Rumah : Jl. DR. Samratulangi No. 53 RT 03/07 Pasar batang, Brebes

e. Email / No.HP : [email protected] / 085786620623 f. Pangkat/Gol/NIM : 5302412016

g. Jabatan Struktural : Mahasiswa h. Jabatan Fungsional : Mahasiswa

i. Fakultas / Program Studi : Teknik / Pendidikan TIK j. Perguruan Tinggi : Universitas Negeri Semarang k. Bidang Keahlian : Komputer

l. Waktu Penelitian : 4 jam / minggu

n. Peranan dalam Penelitian : Perencanaan, pengamat, refleksi, pengumpulan dan analisis data serta pembuatan laporan kemajuan

Riwayat Pendidikan :

1. SD : MI Islamiyah

2. SMP : SMP Negeri 2 Brebes

3. SMA : SMA Negeri 2 Brebes

Riwayat Organisasi : 1. UKM Boga Unnes

2. KPMDB (Keluarga Pelajar Mahasiswa Daerah Brebes) Unnes

Semarang, 9 Juni 2014 Anggota III,


(2)

BIODATA PENELITI V

a. Nama : Agung Pambudi

b. Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 16 Juni 1994 c. Jenis Kelamin : Laki-laki

d. Alamat Rumah : Jl. Trebis No. 097 RT 10/04 Sidayu, Kecamatan Binangun, Kab. Cilacap

e. Email / No.HP : [email protected] / 08988077057

f. Pangkat/Gol/NIM : 5302412022 g. Jabatan Struktural : Mahasiswa h. Jabatan Fungsional : Mahasiswa

i. Fakultas / Program Studi : Teknik / Pendidikan TIK j. Perguruan Tinggi : Universitas Negeri Semarang k. Bidang Keahlian : Komputer dan Jaringan l. Waktu Penelitian : 6 jam / minggu

m. Peranan dalam Penelitian : Perencanaan, pelaksanaan, refleksi, tindak lanjut, pengumpulan dan analisis data serta pembuatan laporan akhir

Riwayat Pendidikan :

1. SD : SD Negeri 02 Widarapayung Kulon

2. SMP : SMP Negeri 1 Binangun

3. SMA : SMA Negeri 1 Kroya

Riwayat Organisasi :

1. Himpunan Mahasiswa Profesi Teknik Elektro Unnes 2. Pramuka SMA Negeri 1 Kroya

3. PMR SMP Negeri 1 Binangun

Semarang, 9 Juni 2014 Anggota Plus,


(3)

Lampiran 2

RANCANGAN ANGGARAN PENELITIAN

No Uraian Vol Satuan Biaya Total

1. Honorarium Peneliti a. Ketua

b. Anggota Plus c. Anggota

d. Pembantu Teknis

1 1 3 2 org org org org

Rp 500.000 Rp 400.000 Rp 300.000 Rp 200.000

Rp 500.000 Rp 400.000 Rp 1.500.000 Rp 400.000 2. Operasional Penelitian

a. Bahan dan Peralatan (ATK, dsb)

b. Sewa dan Perawatan Alat c. Transportasi d. Humas 1 1 1 1 paket set ok ok

Rp 1.500.000 Rp 2.000.000 Rp 2.000.000 Rp 200.000

Rp 1.500.000 Rp 2.000.000 Rp 2.000.000 Rp 200.000 3. Lain-lain

a. Dokumentasi b. Kenang-kenangan

untuk sekolah c. Penelurusan Pustaka d. Penyusunan Proposal e. Penyusunan Laporan f. Seminar g. Monitoring 1 2 2 3 3 2 2 paket buah ok buku buku ok ok

Rp 250.000 Rp 350.000 Rp 500.000 Rp 50.000 Rp 100.000 Rp 1.000.000 Rp 200.000

Rp 250.000 Rp 700.000 Rp 1.000.000 Rp 150.000 Rp 300.000 Rp 2.000.000 Rp 400.000


(4)

Lampiran 3

JADWAL PENELITIAN

No KEGIATAN Januari Februari Maret

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1. Pra Penelitian Tindakan

- Menyusun konsep pelaksanaan - Menyepakati jadwal dan tugas - Menyusun instrumen

- Seminar konsep pelaksanaan V V V V 2. Siklus I

- Perencanaan

- Pelaksanaan tindakan - Pengamatan / Observasi - Refleksi / Evaluasi

V V V

V V

V

3. Terapi Ulang V

4. Siklus II

- Perencanaan

- Pelaksanaan tindakan - Pengamatan / Observasi - Refleksi / Evaluasi

V V V

V V

V 5. Penyusunan Laporan

- Menyusun konsep seminar - Seminar hasil penelitian - Perbaikan laporan

- Penggandaan dan pengiriman hasil

V V V V


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Comara, Hero Sultoni. 2012. Proposal Penelitian Tindakan Kelas (PTK). http://herosultonicomara.blogspot.com (7 Juni 2014, pukul 8.15 WIB) Ekocin. 2011. Pembelajaran Contextual Teacher and Learning.

http://ekocin.wordpress.com (7 Juni 2014, pukul 9.33 WIB)

Harianto, Arif. 2013. Proposal PTK SMK 2. http://arifharianto.wordpress.com (diakses : 7 Juni 2014, pada 8.11 WIB)

Hasnawati. 2006. Pendekatan Contextual Teaching Learning Hubungannya Dengan Evaluasi Pembelajaran. Jurnal Ekonomi & Pendidikan, Volume 3 Nomor 1, April 2006 Hal 53 – 62

Hudson, Clemente Charles & Whisler, Vesta R. Contextual Teaching and Learning for Practitioners. Systemics, Cybernetics And Informatics Journal Volume 6 Number 4 Page 54 – 58

Nadhirin, Arif Luqman. 2010. Model Pembelajaran Contextual Teaching. http://nadhirin.blogspot.com (7 Juni 2014, pukul 9.07 WB)

Sabil, Husni. 2011. Penerapan Pembelajaran Contextual Teaching & Learning (CTL) Pada Materi Ruang Dimensi Tiga menggunakan Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah (MPBM) Siswa Program Studi Pendidikan Matematika FKIP UNJA. Edumatica Journal Volume 01 Nomor 01, April 2011 Hal 44 – 56

Smith, Bettye P. 2010. Instructional Strategies in Family and Consumer Sciences: Implementing the Contextual Teaching and Learning Pedagogical Model. Journal of Family & Consumer Sciences Education, 28(1), 2010 Page 23 – 38

Zulfikar, Agus. 2012. Penerapan Model Pembelajaran Contextual Teaching Learning CTL untuk Meningkatkan Hasil Belajar Pada Mata Pelajaran Dasar Elektronika Siswa Kelas X Jurusan Teknik Audio Video (TAV) di


(6)

SMK Negeri 1 Pangkatan Kabupaten Labuhan Batu. http://digilib.unimed.ac.id (7 Juni 2014 pukul 9.26 WIB)

2013. Pengertian dan Konsep Sistem Basis Data.


Dokumen yang terkait

Penerapan Pendekatan Pembelajaran Contextual Teaching And Learning (Ctl) Dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPS

0 5 205

Penerapan Strategi Contextual Teaching and Learning dalam Peningkatan Pemahaman Siswa Tentang Pelajaran Akidah Akhlak di SMPI Al-Hikmah Pondok Cabe

0 26 194

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING Penerapan Model Pembelajaran Contextual Teaching And Learning (Ctl) Dengan Pemanfaatan Gelas Plastik Bekas Untuk Meningkatkan Pemahaman Siswa Tentang Pemahaman Konsep Penjumlahan Dan Pengurangan Pada Aljab

0 3 16

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING Penerapan Model Pembelajaran Contextual Teaching And Learning (Ctl) Dengan Pemanfaatan Gelas Plastik Bekas Untuk Meningkatkan Pemahaman Siswa Tentang Pemahaman Konsep Penjumlahan Dan Pengurangan Pada Aljab

0 1 14

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING UNTUK Penerapan Strategi Pembelajaran Contextual Teaching And Learning Untuk Meningkatkan Kemampuan Memecahkan Masalah Matematika ( PTK Pada Siswa Kelas VIII SMP Muhammadiyah 7 Surakarta

0 0 16

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING UNTUK Penerapan Strategi Pembelajaran Contextual Teaching And Learning Untuk Meningkatkan Kemampuan Memecahkan Masalah Matematika ( PTK Pada Siswa Kelas VIII SMP Muhammadiyah 7 Surakarta

0 1 12

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING BERBASIS CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING UNTUK Penerapan Model Pembelajaran Problem Solving Berbasis Contextual Teaching And Learning Untuk Meningkatkan Keberanian dan Hasil Belajar Matematika ( PTK Pada Sisw

0 0 17

PENERAPAN PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP SISWA PADA PELAJARAN IPA MATERI POKOK GAYA.

0 3 34

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) BERBANTU MULTIMEDIA UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN RELASIONAL SISWA PADA MATA PELAJARAN TIK.

0 0 54

PENERAPAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING PADA MATA PELAJARAN IPA UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV SD 1 KARANGBENER

0 0 22