PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMAHAMI ISI BACAAN : Studi pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Kelas XI di SMAN Kota Serang.

(1)

Halaman

KATA PENGANTAR………. i

UCAPAN TERIMA KASIH ……… iii

ABSTRAK ……….……….. vi

DAFTAR ISI ……… vii

DAFTAR GAMBAR ………... ix

DAFTAR TABEL ……… x

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ………. 1

B. Rumusan Masalah dan Pertanyaan Penelitian………. 5

C. Tujuan Penelitian ………..………. 6

D. Manfaat Penelitian ………. 7

E. Definisi Operasional ………... 8

BAB II LANDASAN TEORITIS A. Hakikat Pembelajaran Bahasa Indonesia ……… 10

B. Hakikat Metode Inquiry dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia 36 C. Hakikat Memahami Isi Bacaan……… 63 BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian ………...………... B. Prosedur Penelitian ………... C. Langkah Pengembangan Model………...……….. D. Teknik Pengumpulan Data ……….…………... E. Teknik Analisis Data ………..………... F. Hasil Studi Pendahuluan………

78 78 79 82 88 88


(2)

A. Hasil Penelitian tentang Kondisi Memahami Isi Bacaan dan Potensi yang Dimiliki oleh Siswa Kelas XI SMAN di Kota Serang

93

B. Disain Model ………. 97

C. Uji Coba Model ………….. ………. 105

D. Pembahasan Hasil Penelitian ……….. ………. 114 BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Simpulan ………...………. 128

B. Rekomendasi ……….. 129

DAFTAR PUSTAKA BIOGRAFI PENULIS LAMPIRAN-LAMPIRAN


(3)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Membaca merupakan suatu keterampilan berbahasa untuk memahami pesan yang tersurat maupun yang tersirat. Anthony (1971) mengatakan bahwa membaca adalah suatu kegiatan untuk menyelesaikan masalah, melibatkan kegiatan penarikan dan penafsiran makna dari suatu teks. Pendapat senada disampaikan oleh Finochiaro (1974) yang mempunyai pandangan terhadap konsep membaca. Membaca sudah menjadi kegiatan keseharian siswa yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan akademis di sekolah. Jenis membaca yang dilakukan siswa di sekolah adalah membaca pemahaman. Pemahaman menurut (Jhon P. 1978) merujuk pada suatu proses yang kompleks untuk memperoleh makna baik dalam bahasa tulis maupun lisan. Lebih jauh lagi beliau mengatakan bahwa membaca pemahaman melibatkan proses khusus memahami dan menentukan tingkatan makna dari suatu bacaan. Untuk mencapai tingkat pemahaman yang sempurna, siswa harus menguasai aspek bahasa yaitu kosakata. Kata atau kata-kata yang ada dalam bacaan harus dipahami maknanya baik makna leksikal maupun makna struktural. Dengan memahami makna kata, siswa akan mudah memahami isi bacaan. Ada hubungan yang kuat antara perkembangan kosakata dengan membaca pemahaman (Robinson, 1963). Senada dengan itu (Wilkin, 1974) mengatakan bahwa penguasaan bahasa mensyaratkan pula kosakata dan tata bahasa. Guru yang mengajar keterampilan membaca pemahaman sebaiknya memperhatikan


(4)

2

kosakata sebagai aspek bahasa yang juga harus diajarkan. Pandangan lain disampaikan oleh Goodman (1988: 12) yang menjelaskan bahwa membaca merupakan proses reseptif. Proses tersebut merupakan proses psikolinguistik yang dimulai dari pengenalan struktur permukaan bahasa yang disandikan oleh penulis sampai pada konstruksi rnakna teks itu. Dengan dernikian, dalam kegiatan membaca terdapat interaksi yang esensial antara bahasa dan pikiran. Pembaca yang baik dapat merekonstruksi makna teks yang dibacanya. Dalam merekonstruksi teks tersebut, pembaca yang baik dapat menggunakan waktu seefisien mungkin.

Membaca akan memperluas wawasan seseorang, membawanya ke alam berpikir yang lebih maju dan dapat menyikapi hidup dengan cerdas. Belajar membaca dan membaca untuk belajar merupakan suatu bagian yang penting dari setiap program membaca. Sedangkan membaca dengan senang hati merupakan hal yang menentukan apakah seseorang akan membaca dan melanjutkan membaca sepanjang hidupnya. Cara yang bisa dilakukan para pendidik ialah menyediakan waktu khusus (tertentu) untuk membaca dengan senang hati tanpa terpaksa. Dengan menyediakan waktu tertentu sepanjang hari di sekolah untuk membaca dengan senang hati, berarti pendidik (guru) telah berusaha meningkatkan minat baca siswa.

Setiap orang yang membaca sebuah wacana selalu berusaha untuk memahami isi wacana tersebut dan kemudian membuat interpretasi terhadap isi bacaan dengan pengetahuan yang dimiliki sebelumnya. Ada beberapa manfaat yang dapat diperoleh dengan membuat interpretasi tersebut, antara


(5)

lain dapat menambah atau memperkaya pengetahuan, memperkuat pendapatnya, dapat pula mengubah pemikiran atau segala apa yang telah diketahui sebelum membaca wacana tersebut. Oleh karena itu, tujuan membaca sebuah wacana pada umumnya dibagi atas dua bagian, yaitu pertama, untuk memahami wacana dan kedua, menilai isi wacana.

Untuk mempermudah memahami isi bacaan diperlukan teknik membaca yang tepat. Membaca pemahaman merupakan jenis membaca yang bertujuan untuk memahami isi bacaan secara komprehensif yaitu kemampuan memaknai yang tersurat maupun yang tersirat dari berbagai macam tuturan tertulis yang dibacanya.

Dengan pengertian yang paling umum, kemampuan membaca yang baik bercirikan: (1) kemampuan memahami atau menangkap isi bacaan secara komprehensif, (2) kemampuan menilai bacaan secara kritis, dan (3) kemampuan memanfaatkan bacaan itu secara kreatif untuk memecahkan masalah-masalah kehidupan di masa yang akan datang.

Dalam pelaksanaan pembelajaran membaca, guru seringkali dihadapkan pada siswa yang mengalami kesulitan, baik yang berkenaan dengan hubungan bunyi huruf, suku kata, kata, kalimat sederhana, maupun ketidakmampuan siswa memahami isi bacaan. Hal tersebut disebabkan karena adanya berbagai masalah dalam pembelajaran bahasa Indonesia, seperti yang dikemukakan oleh Sulistyoningsih (2009: ii). Dalam penelitiannya, dia menyatakan bahwa :

“Kenyataan di lapangan menunjukkan masih banyak siswa yang


(6)

4

tersebut meliputi: (1) pada tahap prabaca, siswa mengalami kesulitan dalam mengaktifkan skemata yang dimiliki serta mengajukan pertanyaan dari penjelasan guru (2) pada tahap saat baca, siswa mengalami kesulitan dalam memahami bacaan baik dari isi maupun maknanya (3) pada tahap pascabaca siswa mengalami kesulitan dalam menyimpulkan isi bacaan untuk mendapatkan ide-ide pokok sebagai hasil membaca pemahaman yang dituangkan dalam bentuk tulisan”.

Pendapat di atas memberikan penjelasan bahwa kesulitan siswa dalam memahami isi bacaan dipengaruhi oleh tiga faktor, yaitu (1) metode yang digunakan guru saat pembelajaran berlangsung, (2) kemampuan siswa dalam memaknai isi bacaan serta (3) bahan bacaanya itu sendiri

Terkait ketiga hal tersebut, Sumardi (1998: 34) berpendapat sebagai berikut:

1) guru lebih banyak menekankan teori dan pengetahuan bahasa daripada mengemukakan keterampilan berbahasa.

2) bahan pembelajaran tidak relevan dengan kebutuhan siswa untuk berkomunikasi, baik secara lisan maupun tertulis, tetapi banyak berkisar pada pembahasan unsur bahasa, seperti fonologi, morfologi, sintaksis dan kurang menekankan keterampilan menggunakan unsur-unsur tersebut.

3) proses belajar mengajar lebih banyak didominasi oleh guru, kurang memberikan kesempatam kepada siswa untuk mengembangkan potensinya.

4) struktur berbahasa tercerai berai, kurang interaktif, serta kurang menekankan aspek kebermaknaan keterampilan berbahasa secara komprehensif.

Pendapat tersebut memberikan gambaran pada kita bahwa pembelajaran membaca harus dikemas dengan metode dan pendekatan yang mampu memotivasi siswa untuk melakukan aktivitas. Bahan ajar harus dirancang lebih aplikatif sehingga tidak terkesan teoritis. Hal terpenting lainnya, guru harus lebih selektif dalam memilih bahan bacaan yang sesuai dengan kebutuhan siswa.


(7)

Dengan mengacu pada berbagai hasil kajian di atas, pembelajaran bahasa Indonesia yang terkait meningkatkan pemahaman terhadap isi bacaan harus dikemas dengan metode dan pendekatan yang mampu menarik minat siswa untuk lebih aktif dan kreatif dalam memahami makna dari bacaan yang telah dibacanya. Penelitian yang dilakukan penulis akan mengimplementasikan metode inquiry dalam pembelajaran bahasa Indonesia. Hal ini dimaksudkan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam memahami isi bacaan. Dengan model inquiry yang dikembangkan dalam penelitian ini, siswa diarahkan untuk lebih memahami isi bacaan melalui kegiatan pembelajaran yang menuntut aktivitas siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Aktivitas siswa meliputi kegiatan eksplorasi terhadap bahan bacaan, serta melakukan interpretasi terhadap isi bacaan tersebut, dengan menggunakan berbagai sumber belajar yang tersedia

Bertitik tolak dari latar belakang di atas, maka penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian, yang akan penulis tuangkan dalam bentuk tesis dengan judul “Pengembangan Model Pembelajaran Inquiry untuk

Meningkatkan Kemampuan Memahami Isi Bacaan” (Studi pada Mata

Pelajaran Bahasa Indonesia Kelas XI di SMAN Kota Serang)

B. Rumusan Masalah dan Pertanyaan Penelitian 1. Rumusan Masalah

Dari uraian latar belakang masalah di atas, maka penulis merumuskan masalah penelitian sebagai berikut : “Model Pembelajaran Inquiry yang


(8)

6

Bagaimanakah untuk Meningkatkan Kemampuan Memahami Isi Bacaan pada Siswa Kelas XI di SMAN Kota Serang?”

2. Pertanyaan Penelitian

Mengingat masih luasnya masalah di atas, maka penulis merinci ke dalam beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut :

a. bagaimana kondisi dan potensi yang dimiliki oleh siswa kelas XI di SMAN Kota Serang dalam memahami isi bacaan saat ini?

b. bagaimana model disain pengembangan pembelajaran inquiry dalam mata pelajaran bahasa Indonesia untuk meningkatkan kemampuan memahami isi bacaan pada siswa kelas XI di SMAN Kota Serang?

c. bagaimana proses mengimplementasikan metode pembelajaran inquiry dalam meningkatkan kemampuan memahami isi bacaan pada mata pelajaran bahasa Indonesia siswa kelas XI di SMAN Kota Serang ?

d. bagaimana disain model evaluasi pembelajaran pada mata pelajaran bahasa Indonesia dengan menggunakan metode inquiry untuk meningkatkan kemampuan memahami isi bacaan siswa kelas XI di SMAN Kota Serang? e. bagaimana pengaruh penerapan metode pembelajaran inquiry terhadap

peningkatan kemampuan memahami isi bacaan dalam mata pelajaran bahasa Indonesia, siswa kelas XI di SMAN Kota Serang?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui kondisi mamahami isi bacaan dan potensi yang dimiliki oleh siswa kelas XI di SMAN Kota Serang saat ini.


(9)

2. Mengembangkan model disain pembelajaran inquiry dalam mata pelajaran bahasa Indonesia untuk meningkatkan kemampuan memahami isi bacaan pada siswa kelas XI di SMAN Kota Serang.

3. Untuk mengimplementasi metode pembelajaran inquiry dalam meningkatkan kemampuan memahami isi bacaan pada mata pelajaran bahasa Indonesia siswa kelas XI di SMAN Kota Serang.

4. Untuk mengetahui model evaluasi pembelajaran pada mata pelajaran bahasa Indonesia dengan menggunakan metode inquiry untuk meningkatkan kemampuan memahami isi bacaan siswa kelas XI di SMAN Kota Serang.

5. Untuk mengetahui pengaruh penerapan metode pembelajaran inquiry terhadap peningkatan kemampuan memahami isi bacaan dalam mata pelajaran bahasa Indonesia, siswa kelas XI di SMAN Kota Serang.

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis

Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan bahan bacaan tentang metode inquiry yang diimplementasikan dalam mata pelajaran bahasa Indonesia yang dapat dijadikan kajian, bagi guru bahasa Indonesia khususnya dan pembaca pada umumnya. Berbagai kajian teoritis serta berbagai data hasil uji coba yang ada dalam hasil penelitian ini akan memberikan penguatan serta memberikan tambahan pengetahuan dalam pembelajaran bahasa Indonesia untuk meningkatkan kemampuan memahami isi bacaan pada siswa SMA.


(10)

8

2. Manfaat Praktis

Secara praktis, melalui penelitian ini akan mengembangkan suatu model pembelajaran bahasa Indonesia dengan menggunakan metode pembelajaran inquiry untuk meningkatkan kemampuan mamahami isi bacaan siswa kelas XI di SMAN Kota Serang. Dalam penelitian ini model pembelajaran yang dikembangkan meliputi model perencanaan pembelajaran, model pelaksanaan pembelajaran, model evaluasi yang dikembangkan serta pengaruhnya terhadap kemampuan memahami isi bacaan siswa kelas XI di SMAN Kota Serang.

E. Definisi Operasional.

1. Model inquiry dalam konteks pembelajaran bahasa Indonesia untuk meningkatkan kemampuan memahami isi bacaan adalah rangkaian kegiatan pembalajaran bahasa Indonesia yang menekankan pada aktivitas belajar siswa (student centered) di mana pada proses ini guru bertindak sebagai fasilitator. Aktivitas siswa yang dimaksud dalam model ini meliputi proses eksplorasi terhadap bahan bacaan, melakukan interpretasi terhadap bahan-bahan yang telah diajarkan melalui proses eksplorasi serta melakukan re-kreasi ke dalam bentuk karya tulis.

2. Memahami isi bacaan tidak akan pernah terlepas dari proses membaca dan bahan bacaan itu sendiri. Membaca adalah proses untuk memperoleh pengertian dari kombinasi beberapa huruf dan kata. Menurut Juel (1980 : 80) mengartikan bahwa membaca adalah proses untuk mengenal kata dan memadukan arti kata dalam kalimat dan struktur bacaan. Membaca juga


(11)

diartikan kegiatan menelusuri, memahami hingga mengeksplorasi rangkaian huruf-huruf dalam tulisan atau bacaan bahkan gambar. Bacaan adalah berupa buku dan atau sebagainya untuk dibaca atau diartikan sebagai penafsiran sebuah kalimat. Memahami isi bacaan berarti mengerti secara keseluruhan melalui proses penelaahan suatu makna dari runtutan kalimat yang tersusun dari kata-kata yang saling berhubungan dalam suatu bacaan.

Proses memahami isi bacaan dalam penelitian ini merupakan rangkaian proses yang berawal dari proses eksplorasi. Pada tahapan ini sejauh mana upaya siswa dalam melakukan pencarian informasi terkait bahan bacaan dengan menggunakan berbagai sumber belajar yang tersedia. Hasil eksplorasi siswa diarahkan untuk mampu melakukan interpretasi terhadap bahan bacaan tersebut. Ketepatan dalam memberikan interpretasi merupakan indikator dari keberhasilan proses ini. Rangkaian kegiatan terakhir dari proses memahami isi bacaan adalah proses re-kreasi. Indikator keberhasilan dari kegiatan ini adalah kemampuan mengelola berbagai informasi hasil eksplorasi dan interpretasi terhadap bahan bacaan yang dituangkan ke dalam bentuk karya tulis yang berhubungan dengan bahan bacaan yang telah dipelajarinya.


(12)

78

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Untuk mengembangkan model pembelajaran Inquiry untuk meningkatkan kemampuan memahami isi bacaan penelitian ini menggunakan metode Research and Development (R&D). Menurut Nana Syaodih Sukmadinata, (2008:164), “Penelitian dan Pengembangan atau Research and Development (R&D) adalah sebuah strategi atau metode penelitian yang cukup ampuh untuk memperbaiki praktik”. Pendapat senada diungkapkan oleh Sugiono yang mengatakan :

“Metode Penelitian dan Pengembangan atau dalam bahasa Inggrisnya Research and Development adalah metode penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu, dan menguji keefektifan produk tersebut ” (Sugiyono, 2008 :297).

Alasan penggunaan metode ini karena menurut peneliti memiliki keunggulan dilihat dari prosedur kerjanya yang sistematik dan bersifat siklus. Hal ini didasarkan pada langkah-langkah penelitian dalam proses penelitian yang mengarah pada siklus, dan didasarkan pada setiap langkah yang akan dilalui atau dilakukan, selalu mengacu pada langkah sebelumnya yang sudah diperbaiki sehingga akhirnya diperoleh suatu model pembelajaran yang efektif dan adaptabel.

B. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian merujuk pada teori Borg dan Gall, yang mengemukakan 10 langkah yang harus ditempuh dalam penelitian dan pengembangan, yaitu :


(13)

1. penelitian dan pengumpulan data (research and information collecting). pengukuran kebutuhan, studi literatur, penelitian dalam skala kecil, dan pertimbangan-pertimbangan dari segi nilai.

2. planning (perencanaaan), menyusun rencana penelitian, meliputi kemampuan-kemampuan yang diperlukan dalam pelaksanaan penelitian, rumusan tujuan yang hendak dicapai dengan penelitian tersebut, disain atau langkah-langkah penelitian, kemungkinan pengujian dalam lingkup terbatas.

3. pengembangan draft produk (develop preliminary form of product), pengembangan bahan pembelajaran, proses pembelajaran dan instrument evaluasi.

4. uji coba lapangan awal (preliminary field testing) ,uji coba di lapangan pada 1 sampai 3 sekolah, dengan 6 sampai 12 subjek uji coba (guru). Selama uji coba diadakan pengamatan, wawancara dan penyebaran angket.

5. merevisi hasil uji coba (main product revision), memperbaiki atau menyempurnakan hasil uji coba.

6. uji coba lapangan (main field testing), dilakukan uji coba yang lebih luas pada 5 sampai dengan 15 sekolah dengan 30 sampai 100 orang subjek uji coba. data kuantitatif penampilan guru sebelum dan sesudah menggunakan model yang dicobakan dikumpulkan. hasil-hasil pengumpulan data dievaluasi dan kalau mungkin dibandingkan dengan kelompok pembanding.

7. penyempurnaan produk hasil uji lapangan (operational produc trevision), menyempurnakan produk hasil uji lapangan.

8. uji pelaksanan lapangan (operational field testing), dilaksanakan pada 10 sampai 30 sekolah melibatkan 40 sampai 200 subjek. Pengujian dilakukan melalui angket, wawancara, dan observasi dan analisis hasilnya.

9. penyempurnaan produk akhir (final product revision), penyempurnaan didasarkan masukan dari uji pelaksanaan lapangan.

10. desiminasi dan implementasi (dissemination and implementation), melaporkan hasilnya dalam pertemuan profesional dan dalam jurnal. Bekerjasama dengan penerbit untuk penerbitan. memonitor penyebaran untuk pengontrolan kualitas, (Borg and Gall dalam Nana Syaodih, 2008:169-170)

C. Langkah Pengembangan Model

Dari sepuluh langkah penelitian Research and Development yang dikembangkan oleh Borg and Gall di atas, penulis dalam penelitian ini menyederhanakan langkah-langkah penelitian. Hal ini dilakukan karena berbagai


(14)

80

aspek pertimbangan, diantaranya waktu dan biaya, model penyederhanaan dalam penelitian dan pengembangan yang penulis lakukan adalah sebagai berikut :

1. Studi Awal (Pendahuluan)

Pada langkah ini dilakukan studi tentang pembelajaran bahasa Indonesia pada siswa kelas XI di SMAN Kota Serang, terutama pada kompetensi Dasar Memahami Isi Bacaan yang selama ini dilaksanakan guru bahasa Indonesia di kelas.

2. Penyusunan Model

Pada langkah ini penulis menentukan model pembelajaran inquiry yang efektif untuk dilaksanakan dalam pembelajaran bahasa Indonesia khususnya dalam kerangka memahami isi bacaan. Langkah ini meliputi :

a. disain model pembelajaran inquiry untuk meningkatkan kemampuan memahami isi bacaan pada siswa kelas XI di SMAN Kota Serang.

b. model implementasi pembelajaran inquiry dalam meningkatkan kemampuan memahami isi bacaan pada siswa kelas XI di SMAN Kota Serang.

c. disain model evaluasi pembelajaran yang menggunakan metode inquiry untuk meningkatkan kemampuan memahami isi bacaan siswa kelas XI di SMAN Kota Serang

3. Uji Coba Model

Tahap ini merupakan tahapan uji coba dari model yang telah ditentukan pada langkah sebelumnya, revisi dan validasi model akhir hingga diperoleh model final. Secara visual langkah penelitian dan pengembangan yang akan penulis lakukan dalam pengembangan model pembelajaran inquiry adalah sebagai berikut


(15)

Gambar 3.1.

Langkah Pengembangan Model Pembelajaran Inquiry untuk Meningkatkan Kemampuan Memahami Isi Bacaan STUDI AWAL (PENDAHULUAN ) PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN

UJI COBA MODEL PEMBELAJARAN

INQUIRY

STUDI LITERATUR

• Teori tentang metode pembelajaran

• Hasil penelitian terdahulu

DISAIN MODEL

• Penyusunan draft awal model

UJI COBA TERBATAS

•Persiapan model

•Persiapan fasilitas penunjang •Implementasi •Evaluasi •Penyempurnaan STUDI LAPANGAN • Kondisi pembelajaran bahasa Indonesia di SMA Kota Serang

• Minat membaca siswa SMA di kota Serang

• Sumber belajar

Model yang sudah diuji coba oleh

guru Hasil studi literatur

dan studi lapangan

Desain model

pembelajaran inquiry yang sudah diperbaiki dan siap

diimplementasikan

UJI COBA LEBIH LUAS

• Persiapan model hasil

penyempurnaan

• Implementasi

• Evaluasi akhir

• Revisi akhir

• Validasi model final


(16)

82

D. Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data yang lengkap dan akurat, tentang kondisi pola pelaksanaan pembelajaran bahasa Indonesia di SMA Kota Serang saat ini, terutama pada kompetensi dasar memahami isi bacaan, serta untuk melihat pengaruh dari model pembelajaran inquiry yang dikembangkan, maka dalam penelitian ini penulis menggunakan beberapa teknik pengumpulan data. Beberapa teknik yang digunakan adalah sebagai berikut.

1. Studi Dokumenter

Metode studi dokumenter ini penulis gunakan untuk menggali informasi tentang struktur kurikulum SMA, terutama pada mata pelajaran bahasa Indonesia kelas XI. Menurut Nana Syaodih Sukmadinata, (2008:221), ”Studi Dokumenter (Documentary Study) merupakan suatu teknik pengumpulan data dengan menghimpun dan menganalisis dokumen-dokumen, baik dokumen tertulis, gambar, maupun elektronik”.

Teknik pengumpulan data ini digunakan untuk melengkapi data awal, terutama dalam penyusunan studi pendahuluan, untuk maksud tersebut, penulis melakukan studi dokumenter terhadap perangkat administrasi guru bahasa Indonesia SMA yang mengajar di kelas XI, seperti Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Silabus mata pelajaran bahasa Indonesia, daftar nilai siswa serta perangkat pendukung pembelajaran lainnya.

2. Angket

Angket ini digunakan untuk menjaring data tentang kondisi memahami isi bacaan dan potensi yang dimiliki oleh siswa kelas XI di SMAN Kota Serang . Mengenai angket ini, Nana Syaodih Sukmadinata, (2008:219) berpendapat :


(17)

”Angket atau kuesioner (questionnary) merupakan suatu teknik atau cara pengumpulan data secara tidak langsung (peneliti tidak langsung bertanya jawab dengan responden). Instrumen atau alat pengumpulan datanya juga disebut angket berisi sejumlah pertanyaan atau pernyataan yang harus dijawab atau direspon oleh responden”.

Untuk memperoleh data seperti yang disebutkan di atas, disusun kisi-kisi sebagai berikut .

TABEL 3.1

KISI-KISI INSTRUMEN PENELITIAN MEMAHAMI ISI BACAAN

N

o Aspek yang diamati

Rincian data yang akan diamati Jumla h item Nomor pertanyaan dan atau pernyatan 1 Potensi minat baca a.Kebiasaan

membaca

b.Jenis bahan bacaan c.Fakor-faktor yang mempengaruhi minat baca 4 3 3 1,2,3,4 5,6,7 8,9,10

2 Proses memahami isi bacan dalam konteks pembelajaran bahasa Indonesia

a.Model pembelajaran yang sering dilakukan

b.Motivasi

c.Dukungan bahan bacaan

4

3 3

11, 12, 13, 14

15, 16, 17 1, 19, 20

3 Upaya meningkatkan kemampuan memahami isi bacaan dalam kontek pembelajaran bahasa Indonesia Upaya guru Upaya siswa Upaya sekolah 3 3 4

21, 22, 23 24, 25, 26 27, 28. 29, 30

3. Observasi

Observasi merupakan kegiatan yang dilakukan oleh penulis untuk mengamati kegiatan guru dan siswa kelas XI di SMAN Kota Serang dalam upaya meningkatkan kemampuan memahami isi bacaan. Menurut Nana Syaodih,


(18)

84

(2008:220), ” observasi (observation) atau pengamatan merupakan suatu teknik atau cara pengumpulan data dengan jalan mengadakan pengamatan terhadap kegiatan yang sedang berlangsung”.

4. Tes

Tes dilakukan untuk mengetahui tingkat kemampuan siswa dalam memahami isi bacaan. Jenis tes yang dilakukan adalah tes tertulis, di mana pada setiap langkah pembelajaran diadakan tes. Adapun jenis tes yang dimaksud adalah sebagai berikut :

a. pretes dan postes

Pretes dilakukan sebelum siswa mengikuti pembelajaran bahasa Indonesia untuk meningkatkan kemampuan memahami isi bacaan, pretes ini dilakukan untuk mengukur kemampuan awal siswa sebelum pembelajaran dilaksanakan. Postes dilakukan pada akhir pembelajaran, hal ini untuk mengukur tingkat kemampuan siswa dalam memahami isi bacaan.

Bentuk soal yang digunakan dalam pretes dan postes ini adalah pilihan ganda dengan 5 (lima) pilihan jawaban. Jenis soal untuk kedua tes ini adalah dibuat sama persis dan jumlah soalnya adalah 20 item soal. Adapun kisi-kisi untuk soal pretes dan postes ini adalah sebagai berikut.


(19)

TABEL 3.2

KISI-KISI SOAL PRETES DAN POSTES

No Standar Kompetensi

Kompetensi

Dasar Indikator Kriteria

Soal nomor

1 Mengungkap kan informasi dalam bentuk rangkuman/ ringkasan, notulen rapat, dan karya ilmiah

Menulis rangkuman atau

ringkasan isi buku Menandai kata-kata penting dari bacaan Mendaftar pokok-pokok pikiran dalam buku Membuat ringkasan dari seluruh isi buku Mudah Sedang Sukar 1,2,3, 7,8,10 5, 15

2 Mengungkap kan fikiran dan informasi melalui kegiatan menulis berbagai jenis

paragrap dan makalah

Menyususn paragraph deduktif dan induktif sesuai dengan cirri-ciri paragraph deduktif dan induktif Menentukan ciri-ciri paragraph deduktif Menentukan ciri-ciri paragraf induktif Menentukan pokok-pokok isi berita. Menentukan hal-hal yang berkaitan dengan isi berita Sedang Sedang Sedang Sukar 6 9 4, 17 14, 16

3 Memahani pembacaan cerpen

Mengidentifi-kasi alur, penokohan, dan latar dalam cerpen yang dibacakan Mengidentifik asi penokohan cerpen dengan baik. Mengidentifik asi latar cerpen dengan baik. Mengidentifik asi alur cerpen dengan baik Sedang Sedang Sukar 12. 13 11, 18 19, 20


(20)

86

b. Tes Eksplorasi

Tes eksplorasi dilakukan saat seluruh siswa selesai melakukan penggalian berbagai hal yang terkait wacana yang sedang dipelajarinya. Jenis tes yang diberikan saat siswa selesai melakukan eksplorasi ini adalah penugasan, berupa pembuatan rangkuman dari wacana yang dipelajarinya.

Untuk mengukur keberhasilan proses eksplorasi ini, disusun kriteria penilaian terhadap hasil kerja siswa sebagai berikut :

TABEL 3.3

KRITERIA PENILAIAN TES EKSPLORASI

No Aspek yang dinilai Bobot Perolehan Nilai

1 Kesesuaian rangkuman

dengan isi wacana 4

2 Tata tulis rangkuman 2 3 Penggunaan aspek

kebahasaan 2

4 Pembuatan Kesimpulan 2

Jumlah 10

c. Tes Interpretasi

Proses ketiga dari model inquiry yang dikembangkan dalam penelitian ini adalah interpretasi. Pada tahapan ini siswa diarahkan untuk mampu memberikan interpretasi terhadap wacana yang telah dipelajarinya. Bentuk penilaian yang dilakukan adalah penilaian terhadap proses diskusi kelompok yang dilakukan oleh siswa di dalam kelas. Topik diskusi dipilih sesuai dengan wacana. Kriteria penilaian untuk tes ini adalah sebagai berikut :


(21)

TABEL 3.4

KRITERIA PENILAIAN TES INTERPRETASI

No Aspek yang dinilai Skor

maksimum Perolehan Nilai

1 Pemaparan materi diskusi 3 2

Penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar

2 3 Mempertahankan pendapat 2 4 Menjawab pertanyaan yang

diajukan peserta diskusi 1 5 Menghargai pendapat

peserta lain 1

6 Mengikuti aturan diskusi 1

Jumlah 10

d. Tes Re-kreasi

Proses terakhir dari model inquiry yang dikembangkan dalam penelitian ini adalah re-kreasi. Pada tahapan ini siswa diarahkan untuk mampu mengelola semua informasi yang sudah didapatkannya sejak melakukan orientasi, eksplorasi sampai pada kegiatan interpretasi. Seluruh informasi ini harus dituangkan ke dalam suatu produk berupa karya tulis ilmiah. Bentuk penilaian dilakukan terhadap karya tulis dengan kriteria penilaian sebagai berikut :

TABEL 3.5

KRITERIA PENILAIAN TES RE-KREASI

No Aspek yang dinilai Bobot Perolehan Nilai

1 Kesesuaian isi dengan tema

karya tulis ilmiah 3

2 Tata tulis karya tulis ilmiah 2 3 Penggunaan aspek

kebahasaan 2

4 Pemaparan isi karya tulis

ilmiah 3


(22)

88

E. Teknik Analisis Data

Data dari hasil isian angket responden tentang kondisi memahami isi bacaan dan potensi yang dimiliki oleh siswa kelas XI di SMAN Kota Serang ini, dianalisis dengan menggunakan Skala Likert. Menurut Sugiyono (2008:93), ”Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial”.

Dalam penelitian ini, agar data dapat dianalisis, maka setiap item jawaban diberi skor, berupa angka. Untuk tujuan tersebut penulis menggunakan skor penilaian sebagai berikut :

a. Poin jawaban empat (4) didefinisikan sebagai predikat selalu b. Poin jawaban tiga (3) didefinisikan sebagai predikat sering

c. Poin jawaban dua (2) didefinisikan sebagai predikat kadang-kadang d. Poin jawaban satu (1) didefinisikan sebagai predikat tidak pernah

Untuk data yang terkait hasil belajar, yang berupa data kuantitatif yang diperoleh dari hasil pretes dan postes . Pengolahan data dilakukan terhadap skor yang diperoleh siswa dengan melakukan konversi terhadap nilai dalam skala 1-10. Konversi skor terhadap skala nilai akan merubah normalitas data, seperti yang diungkapkan oleh Endi Nugraha (1993:20) bahwa dalam meneliti suatu perlakuan, data yang diperoleh jangan diubah ke sistem nilai lain dengan menggunakan skala sigma.

F. Hasil Studi Pendahuluan

Pendidikan bahasa Indonesia merupakan salah satu aspek penting yang perlu diajarkan kepada para siswa di sekolah. Tidak mengherankan apabila mata


(23)

pelajaran ini kemudian diberikan sejak masih di bangku SD hingga lulus SMA. Kemudian diharapkan siswa mampu menguasai, memahami dan dapat mengimplementasikan keterampilan berbahasa. Seperti membaca, menyimak, menulis, dan berbicara dalam kehidupan sehari-hari. Kemudian pada saat SMP dan SMA siswa juga mulai dikenalkan pada dunia kesastraan. Pembelajaran dititikberatkan berbagai apresiasi sastra. Kualitas berbahasa Indonesia para siswa yang telah lulus SMA tidak sesuai dengan yang diharapkan, yaitu untuk dapat berkomunikasi menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Hal ini masih terlihat dampaknya pada saat mereka mulai mengenyam pendidikan di perguruan tinggi. Kesalahan dalam berbahasa Indonesia baik secara lisan apalagi tulisan masih saja tampak nyata, seolah-olah fungsi dari pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah tidak terlihat maksimal.

Berdasarkan hasil observasi yang penulis lakukan pada SMA di Kota Serang, pembelajaran bahasa Indonesia cenderung konvensional, bersifat hafalan, penuh jejalan teori linguistik yang rumit, serta tidak ramah terhadap upaya mengembangkan kemampuan berbahasa siswa. Hal ini khususnya dalam kemampuan membaca dan menulis. Pola semacam itu hanya membuat siswa merasa jenuh untuk belajar bahasa Indonesia. Pada umumnya para siswa menempatkan mata pelajaran bahasa pada urutan terakhir dalam pilihan para siswa, yaitu setelah pelajaran-pelajaran eksakta dan beberapa ilmu sosial lainnya. Jarang siswa yang menempatkan pelajaran ini sebagai mata pelajaran favorit. Hal ini semakin terlihat dengan rendahnya minat siswa untuk mempelajarinya dibandingkan dengan mata pelajaran lain. Penulis menyoroti masalah ini setelah melihat adanya metode pengajaran bahasa yang telah gagal mengembangkan


(24)

90

keterampilan dan kreativitas para siswa dalam berbahasa. Hal ini disebabkan karena pengajarannya yang bersifat formal akademis, dan bukan untuk melatih kebiasaan berbahasa para siswa itu sendiri.

Materi yang diajarkan di SMA masih di sekitar imbuhan, masalah ejaan, subjek-predikat, gaya bahasa, kohesi dan koherensi paragraf, peribahasa, serta pola kalimat yang sudah pernah diterima di tingkat pendidikan sebelumnya. Pelajaran bahasa Indonesia yang dirasakan siswa begitu monoton, dan secara umum kegiatan pembelajaran masih berpusat pada guru.

Tidak adanya antusiasme yang tinggi dari para siswa, telah membuat pelajaran ini menjadi pelajaran yang kurang penting dibanding dengan pelajaran lain. Minat siswa baik yang menyangkut minat baca, maupun minat untuk mengikuti pelajaran bahasa Indonesia semakin tampak menurun. Padahal, bila kebiasaan menulis sukses diterapkan sejak SMP maka seharusnya saat SMA siswa telah dapat mengungkapkan gagasan secara kreatif. Baik dalam bentuk deskripsi, narasi, maupun eksposisi yang diperlihatkan melalui pemuatan tulisan mereka berupa Surat Pembaca di berbagai surat kabar. Dengan demikian apresiasi dari pembelajaran bahasa Indonesia menjadi jelas tampak praktiknya dalam kehidupan sehari-hari. Bila diberikan bobot yang besar pada penguasaan praktik membaca, menulis, dan apresiasi sastra dapat membuat para siswa mempunyai kemampuan menulis jauh lebih baik. Hal ini sangat berguna sekali dalam melatih memanfaatkan kesempatan dan kebebasan mereka untuk mengungkapkan pendapat secara tertulis, tanpa beban dan tanpa perasaan takut salah.

Dengan melihat pada kondisi yang ada seperti telah disebutkan di atas terlihat adanya kelemahan dalam pengajaran bahasa Indonesia di sekolah. KBM


(25)

belum sepenuhnya menekankan pada kemampuan berbahasa, namun lebih pada penguasaan materi. Hal ini terlihat dari porsi materi yang tercantum dalam buku paket lebih banyak diberikan dan diutamakan oleh para guru bahasa Indonesia. Pelatihan berbahasa yang sifatnya lisan ataupun praktik hanya memiliki porsi yang jauh lebih sedikit. Padahal kemampuan berbahasa tidak didasarkan atas penguasaan materi bahasa saja, tetapi juga perlu latihan dalam praktik kehidupan sehari-hari.

Kondisi di atas tidak bisa terlepas dari peran guru bahasa Indonesia, mengingat guru merupakan tokoh sentral dalam pengajaran. Peranan penting guru juga dikemukakan oleh Harras (1994). Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di beberapa negara berkembang, termasuk Indonesia, dilaporkan bahwa guru merupakan faktor determinan penyebab rendahnya mutu pendidikan di suatu sekolah. Begitu pula penelitian yang dilakukan International Association for the Evaluation of Education Achievement menunjukkan bahwa adanya pengaruh yang signifikan antara tingkat penguasaan guru terhadap bahan yang diajarkan dengan pencapaian prestasi para siswanya Sarwiji (1996) dalam penelitiannya tentang kesiapan guru bahasa Indonesia, menemukan bahwa kemampuan mereka masih kurang. Kekurangan itu, antara lain, pada pemahaman tujuan pengajaran, kemampuan mengembangkan program pengajaran, dan penyusunan serta penyelenggaraan tes hasil belajar. Guru bahasa Indonesia juga harus memperhatikan prinsip-prinsip pembelajaran bahasa yang langsung berhubungan dengan aspek pembelajaran menulis, kosakata, berbicara, membaca, dan kebahasaan. Guru juga harus selalu melakukan refleksi agar tujuan bersama dalam berbahasa Indonesia dapat tercapai.


(26)

92

Selain hal tersebut, siswa dan guru memerlukan bahan bacaan yang mendukung pengembangan minat baca, menulis dan apresiasi sastra. Untuk itu, diperlukan buku-buku bacaan dan majalah sastra yang berhubungan dengan pengayaan bahan pengajaran bahasa Indonesia. Kurangnya buku-buku pegangan bagi guru, terutama karya-karya sastra mutakhir (terbaru) dan buku acuan yang representatif merupakan kendala tersendiri bagi para guru. Koleksi buku di perpustakaan yang tidak memadai juga merupakan salah satu hambatan bagi guru dan siswa dalam proses pembelajaran di sekolah. Hasil pengamatan pada SMA di Kota Serang, perpustakaan sekolah hanya berisi buku paket yang membuat siswa malas mengembangkan minat baca.


(27)

128

BAB V

SIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Simpulan

Hasil penelitian dan pengembangan Model Pembelajaran inquiry untuk Meningkatkan Kemampuan Memahami Isi Bacaan” (Studi pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Siswa Kelas XI di SMAN Kota Serang), diperoleh beberapa simpulan sebagai berikut :

1. secara umum kondisi dan potensi memahani isi bacaan siswa kelas XI di SMAN Kota Serang relatif rendah, yaitu 49,78 %.Nilai ini jauh dari harapan. Membaca bagi mereka belum menjadi kegiatan yang menarik. Sebagian besar dari siswa akan melakukan kegiatan membaca buku terkait materi pelajaran ketika ada tugas dari guru. Kegiatan membaca buku yang terkait materi pelajaran hanya dilakukan oleh sebagian siswa di sekolah, dan sebagian kecil lainnya dilakukan di rumah.

2. model disain pembelajaran inquiry untuk meningkatkan kemampuan memahami isi bacaan pada siswa kelas XI di SMAN Kota Serang yang dikembangkan dalam penelitian ini secara garis besar terdiri atas tiga komponen utama, yaitu (1) input, (2) proses dan (3) output. Komponen input atau masukan adalah berbagai hal yang terkait pembelajaran bahasa Indonesia di SMA, terutama untuk kelas XI. Komponen proses adalah pembelajaran inquiry itu sendiri, mulai dari persiapan sampai pada tahapan evaluasi hasil belajar. Komponen output merupakan hasil akhir


(28)

129

dari proses pembelajaran bahasa Indonesia dengan mengimplementasikan model pembelajaran inquiry. Output atau keluaran yang diharapkan dari penerapan model ini adalah meningkatnya pemahaman siswa kelas XI terhadap isi bacaan yang dipelajarinya.

3. Kegiatan pembelajaran dengan megimplementasikan pembelajaran inquiry untuk meningkatkan kemampuan memahami isi bacaan dalam mata pelajaran bahasa Indonesia siswa kelas XI di SMAN Kota Serang yang dikembangkan dalam penelitian ini terdiri atas empat langkah, yaitu: orientasi, eksplorasi, interpretasi, dan re-kreasi.

4. model disain evaluasi yang digunakan terdiri atas beberapa jenis, yaitu : (1) pretes dan postes, (2) tugas mandiri dan (3) tes lisan.

5. hasil uji coba terbatas, yang dilakukan di SMA Negeri 3 Kota Serang menggunakan model pembelajaran inquiry yang dikembangkan dalam penelitian ini memberikan peningkatan nilai (gain) pretes-postes sebesar 2,55. Hasil uji coba lebih luas di SMAN 1 Kota Serang, peningkatan rata-rata gain pretes-postes adalah 5,03, sedangkan di SMAN 6 Kota Serang sebesar 3,15. Perbedaan nilai rata-rata peningkatan kemampuan memahami isi bacaan ini (gain) setidaknya dipengaruhi oleh tersedianya media dan sumber belajar yang sesuai dengan karakteristik materi pelajaran.

B. Rekomendasi

Mengacu pada data hasil penelitian dan pengembangan tentang Model Pembelajaran Inquiry untuk Meningkatkan Kemampuan Memahami Isi Bacaan


(29)

(Studi pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Siswa Kelas XI di SMAN Kota Serang), maka dalam kesempatan ini penulis memberikan rekomendasi kepada beberapa pihak.

1. Guru bahasa Indonesia

Guru bahasa Indonesia di SMA Kota Serang khususnya, dan di Indonesia pada umumnya hendaknya mampu mengemas pembelajaran bahasa Indonesia dengan berbagai metode dan pendekatan yang dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa terutama peningkatan kemampuan memahami isi bacaan 2. Sekolah

Pihak Sekolah, baik SMA Negeri maupun swasta di Kota Serang khususnya, serta umumnya SMA di Indonesia agar memfasilitasi serta menyiapkan infrastruktur yang menunjang untuk meningkatkan minat baca siswa dan kemampuan memahamai isi bacaan, mulai dari gedung perpustakaan yang refresentatif, jumlah dan jenis koleksi buku yang sesuai kebutuhan, fasilitas internet serta fasilitas-fasiltas penunjang lainnya.

3. Dinas Pendidikan

Pihak pemerintah dalam hal ini Dinas Pendidikan baik di tingkat Kabupaten, Kota maupun Provinsi senantiasa membantu sekolah dalam memfasilitasi pengadaan dan pengembangan sumber-sumber belajar yang akan meningkatkan minat baca siswa dan kemamampuan memahami isi bacaan. 4. Peneliti Selanjutnya

Data yang diperoleh dari hasil penelitian ini dapat dijadikan data awal (entry point) bagi peneliti selanjutnya yang akan melakukan penelitian sejenis dengan kajian pada mata pelajaran yang berbeda.


(1)

90

keterampilan dan kreativitas para siswa dalam berbahasa. Hal ini disebabkan karena pengajarannya yang bersifat formal akademis, dan bukan untuk melatih kebiasaan berbahasa para siswa itu sendiri.

Materi yang diajarkan di SMA masih di sekitar imbuhan, masalah ejaan, subjek-predikat, gaya bahasa, kohesi dan koherensi paragraf, peribahasa, serta pola kalimat yang sudah pernah diterima di tingkat pendidikan sebelumnya. Pelajaran bahasa Indonesia yang dirasakan siswa begitu monoton, dan secara umum kegiatan pembelajaran masih berpusat pada guru.

Tidak adanya antusiasme yang tinggi dari para siswa, telah membuat pelajaran ini menjadi pelajaran yang kurang penting dibanding dengan pelajaran lain. Minat siswa baik yang menyangkut minat baca, maupun minat untuk mengikuti pelajaran bahasa Indonesia semakin tampak menurun. Padahal, bila kebiasaan menulis sukses diterapkan sejak SMP maka seharusnya saat SMA siswa telah dapat mengungkapkan gagasan secara kreatif. Baik dalam bentuk deskripsi, narasi, maupun eksposisi yang diperlihatkan melalui pemuatan tulisan mereka berupa Surat Pembaca di berbagai surat kabar. Dengan demikian apresiasi dari pembelajaran bahasa Indonesia menjadi jelas tampak praktiknya dalam kehidupan sehari-hari. Bila diberikan bobot yang besar pada penguasaan praktik membaca, menulis, dan apresiasi sastra dapat membuat para siswa mempunyai kemampuan menulis jauh lebih baik. Hal ini sangat berguna sekali dalam melatih memanfaatkan kesempatan dan kebebasan mereka untuk mengungkapkan pendapat secara tertulis, tanpa beban dan tanpa perasaan takut salah.

Dengan melihat pada kondisi yang ada seperti telah disebutkan di atas terlihat adanya kelemahan dalam pengajaran bahasa Indonesia di sekolah. KBM


(2)

belum sepenuhnya menekankan pada kemampuan berbahasa, namun lebih pada penguasaan materi. Hal ini terlihat dari porsi materi yang tercantum dalam buku paket lebih banyak diberikan dan diutamakan oleh para guru bahasa Indonesia. Pelatihan berbahasa yang sifatnya lisan ataupun praktik hanya memiliki porsi yang jauh lebih sedikit. Padahal kemampuan berbahasa tidak didasarkan atas penguasaan materi bahasa saja, tetapi juga perlu latihan dalam praktik kehidupan sehari-hari.

Kondisi di atas tidak bisa terlepas dari peran guru bahasa Indonesia, mengingat guru merupakan tokoh sentral dalam pengajaran. Peranan penting guru juga dikemukakan oleh Harras (1994). Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di beberapa negara berkembang, termasuk Indonesia, dilaporkan bahwa guru merupakan faktor determinan penyebab rendahnya mutu pendidikan di suatu sekolah. Begitu pula penelitian yang dilakukan International Association for the

Evaluation of Education Achievement menunjukkan bahwa adanya pengaruh yang

signifikan antara tingkat penguasaan guru terhadap bahan yang diajarkan dengan pencapaian prestasi para siswanya Sarwiji (1996) dalam penelitiannya tentang kesiapan guru bahasa Indonesia, menemukan bahwa kemampuan mereka masih kurang. Kekurangan itu, antara lain, pada pemahaman tujuan pengajaran, kemampuan mengembangkan program pengajaran, dan penyusunan serta penyelenggaraan tes hasil belajar. Guru bahasa Indonesia juga harus memperhatikan prinsip-prinsip pembelajaran bahasa yang langsung berhubungan dengan aspek pembelajaran menulis, kosakata, berbicara, membaca, dan kebahasaan. Guru juga harus selalu melakukan refleksi agar tujuan bersama dalam berbahasa Indonesia dapat tercapai.


(3)

92

Selain hal tersebut, siswa dan guru memerlukan bahan bacaan yang mendukung pengembangan minat baca, menulis dan apresiasi sastra. Untuk itu, diperlukan buku-buku bacaan dan majalah sastra yang berhubungan dengan pengayaan bahan pengajaran bahasa Indonesia. Kurangnya buku-buku pegangan bagi guru, terutama karya-karya sastra mutakhir (terbaru) dan buku acuan yang representatif merupakan kendala tersendiri bagi para guru. Koleksi buku di perpustakaan yang tidak memadai juga merupakan salah satu hambatan bagi guru dan siswa dalam proses pembelajaran di sekolah. Hasil pengamatan pada SMA di Kota Serang, perpustakaan sekolah hanya berisi buku paket yang membuat siswa malas mengembangkan minat baca.


(4)

128

BAB V

SIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Simpulan

Hasil penelitian dan pengembangan Model Pembelajaran inquiry untuk Meningkatkan Kemampuan Memahami Isi Bacaan” (Studi pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Siswa Kelas XI di SMAN Kota Serang), diperoleh beberapa simpulan sebagai berikut :

1. secara umum kondisi dan potensi memahani isi bacaan siswa kelas XI di SMAN Kota Serang relatif rendah, yaitu 49,78 %.Nilai ini jauh dari harapan. Membaca bagi mereka belum menjadi kegiatan yang menarik. Sebagian besar dari siswa akan melakukan kegiatan membaca buku terkait materi pelajaran ketika ada tugas dari guru. Kegiatan membaca buku yang terkait materi pelajaran hanya dilakukan oleh sebagian siswa di sekolah, dan sebagian kecil lainnya dilakukan di rumah.

2. model disain pembelajaran inquiry untuk meningkatkan kemampuan memahami isi bacaan pada siswa kelas XI di SMAN Kota Serang yang dikembangkan dalam penelitian ini secara garis besar terdiri atas tiga komponen utama, yaitu (1) input, (2) proses dan (3) output. Komponen input atau masukan adalah berbagai hal yang terkait pembelajaran bahasa Indonesia di SMA, terutama untuk kelas XI. Komponen proses adalah pembelajaran inquiry itu sendiri, mulai dari persiapan sampai pada tahapan evaluasi hasil belajar. Komponen output merupakan hasil akhir


(5)

129

dari proses pembelajaran bahasa Indonesia dengan mengimplementasikan model pembelajaran inquiry. Output atau keluaran yang diharapkan dari penerapan model ini adalah meningkatnya pemahaman siswa kelas XI terhadap isi bacaan yang dipelajarinya.

3. Kegiatan pembelajaran dengan megimplementasikan pembelajaran inquiry untuk meningkatkan kemampuan memahami isi bacaan dalam mata pelajaran bahasa Indonesia siswa kelas XI di SMAN Kota Serang yang dikembangkan dalam penelitian ini terdiri atas empat langkah, yaitu: orientasi, eksplorasi, interpretasi, dan re-kreasi.

4. model disain evaluasi yang digunakan terdiri atas beberapa jenis, yaitu : (1) pretes dan postes, (2) tugas mandiri dan (3) tes lisan.

5. hasil uji coba terbatas, yang dilakukan di SMA Negeri 3 Kota Serang menggunakan model pembelajaran inquiry yang dikembangkan dalam penelitian ini memberikan peningkatan nilai (gain) pretes-postes sebesar 2,55. Hasil uji coba lebih luas di SMAN 1 Kota Serang, peningkatan rata-rata gain pretes-postes adalah 5,03, sedangkan di SMAN 6 Kota Serang sebesar 3,15. Perbedaan nilai rata-rata peningkatan kemampuan memahami isi bacaan ini (gain) setidaknya dipengaruhi oleh tersedianya media dan sumber belajar yang sesuai dengan karakteristik materi pelajaran.

B. Rekomendasi

Mengacu pada data hasil penelitian dan pengembangan tentang Model Pembelajaran Inquiry untuk Meningkatkan Kemampuan Memahami Isi Bacaan


(6)

(Studi pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Siswa Kelas XI di SMAN Kota Serang), maka dalam kesempatan ini penulis memberikan rekomendasi kepada beberapa pihak.

1. Guru bahasa Indonesia

Guru bahasa Indonesia di SMA Kota Serang khususnya, dan di Indonesia pada umumnya hendaknya mampu mengemas pembelajaran bahasa Indonesia dengan berbagai metode dan pendekatan yang dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa terutama peningkatan kemampuan memahami isi bacaan 2. Sekolah

Pihak Sekolah, baik SMA Negeri maupun swasta di Kota Serang khususnya, serta umumnya SMA di Indonesia agar memfasilitasi serta menyiapkan infrastruktur yang menunjang untuk meningkatkan minat baca siswa dan kemampuan memahamai isi bacaan, mulai dari gedung perpustakaan yang refresentatif, jumlah dan jenis koleksi buku yang sesuai kebutuhan, fasilitas internet serta fasilitas-fasiltas penunjang lainnya.

3. Dinas Pendidikan

Pihak pemerintah dalam hal ini Dinas Pendidikan baik di tingkat Kabupaten, Kota maupun Provinsi senantiasa membantu sekolah dalam memfasilitasi pengadaan dan pengembangan sumber-sumber belajar yang akan meningkatkan minat baca siswa dan kemamampuan memahami isi bacaan. 4. Peneliti Selanjutnya

Data yang diperoleh dari hasil penelitian ini dapat dijadikan data awal (entry point) bagi peneliti selanjutnya yang akan melakukan penelitian sejenis dengan kajian pada mata pelajaran yang berbeda.


Dokumen yang terkait

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN PKN KELAS XI SMAN 1 PERCUT SEI TUAN TAHUN PELAJARAN 2013-2014.

0 3 26

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA PADA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA.

0 2 43

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI LISAN: Studi Pengembangan Model Pembelajaran pada Mata Pelajaran Bahasa Arab di Madrasah Ibtidiyah di Kabupaten Lamongan.

0 25 76

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI WRITING SISWA (Studi Mata Pelajaran Bahasa Inggris di kelas XI IPA SMAN 1 Petir kabupaten Serang).

0 0 36

MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TUTOR SEBAYA DALAM MATA PELAJARAN MATEMATIKA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN (Penelitian dan Pengembangan pada SMP di Kota Serang).

0 1 65

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING SEBAGAI UPAYA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA (Penelitian dan Pengembangan pada Mata Pelajaran IPS di SMP Negeri Kota Serang.

0 0 73

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN SINEKTIK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN APRESIASI SASTRA PADA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA DI MADRASAH ALIYAH KABUPATEN LEBAK.

0 1 44

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN SOSIAL SISWA (Studi pada mata pelajaran IPS SMP Negeri di Kota Serang ).

0 0 93

PENGEMBANGAN MULTIMEDIA PEMBELAJARAN INTERAKTIF MATA PELAJARAN BAHASA INGGRIS UNTUK SMK KELAS XI.

0 5 177

Penggunaan strategi reading aloud untuk meningkatkan kemampuan memahami isi cerita mata pelajaran Bahasa Indonesia Kelas IV MI Maarif Pagerwojo Sidoarjo.

0 5 99