PENGARUH MOTIVASI BELAJAR SISWA DAN KEGIATAN EKSTRAKURIKULER TERHADAP PRESTASI BELAJAR PENDIDIKAN JASMANI.
vii
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK……… i
KATA PENGANTAR………. iii
UCAPAN TERIMA KASIH………... iv
DAFTAR ISI……… vii
DAFTAR TABEL……… ix
DAFTAR GAMBAR……… xi
DAFTAR LAMPIRAN……… xii
BAB I PENDAHULUAN………. 1
A. Latar Belakang masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ……… ... 10
C. Tujuan Penelitian ... 10
D. Asumsi ... 12
E. Hipotesis ... 13
F. Metode Penelitian ... 14
G. . Definisi Operasional………... 17
BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 19
A. Hakikat Pendidikan Jasmani ... 19
1. Pandangan Tradisional ... 22
2. Pandangan Modern ... 23
3. Pandangan Indonesia ... 24
B. Prestasi Belajar……….. 26
1. Pengertian Belajar ... 26
2. Prinsip dan Ciri Belajar ... 28
3. Pengertian Prestasi Belajar ... 31
4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar……….. 33
a. Faktor Intern………... 33
1) Kecerdasan/intelegensi………... 33
2) Bakat………... 34
3) Minat……… 35
4) Motivasi……….. 36
b. Faktor Ekstern………. 38
1) Keadaan Keluarga……….. 38
2) Keadaan Sekolah……… 39
3) Lingkungan Masyarakat………. 40
C. Kegiatan Ekstrakurikuler……….….. 41
1. Pengertian Kegiatan Ekstrakurikuler ... 41
2. Fungsi Kegiatan Ekstrakurikuler ... 43
3. Prinsip Kegiatan Ekstrakurikuler ... 43
(2)
viii
5. Format Kegiatan Ekstrakurikuler ... 45
D. Motivasi Belajar Siswa ... 46
1. Pengertian Motivasi... 46
2. Pentingnya Motivasi Belajar Siswa... 48
3. Peran Guru Dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa ... 52
E. Penelitian terdahulu yang Relevan dengan Masalah Penelitian……… 55
BAB III METODE PENELITIAN ... 59
A. Metode Penelitian ... 59
B. Desain Penelitian ... 65
C. Populasi dan Sampel ... 67
D. Definisi Operasional dan Variabel ... 70
1. Definisi Operasional ... 70
2. Variabel Penelitian ... 71
E. Instrumen Penelitian………...……… 72
F. Uji Validitas dan Reliabilitas Angket………... 77
G. Prosedur Pengolahan Data………... 86
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 88
A. Pengolahan Data……… 88
1. Deskripsi Data………... 88
a. Deskripsi Data Prestasi Belajar Siswa dengan Satu Kriteria 88
b. Deskripsi Data Prestasi Belajar Siswa dengan Dua Kriteria 89
2. Uji Normalitas dan Homogenitas………. 90
a. Uji Normalitas……… 90
b. Uji Homogenitas………... 95
3. Pengaruh Motivasi Belajar Siswa Terhadap Prestasi Belajar Pendidikan Jasmani……….. 97
4. Pengaruh Kegiatan Ekstrakurikuler Terhadap Trestasi Belajar Pendidikan Jasmani……….. 99
5. Pengaruh Motivasi Belajar Siswa dan Kegiatan Ekstrakurikuler Terhadap Prestasi Belajar Pendidikan Jasmani………... 102
B. Pembahasan.……….. 112
1. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar………... 115
a. Faktor Intern………... 116
b. Faktor Ekstern………... 120
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 124
A. Kesimpulan……… ... 124
B. Saran……….. 126
DAFTAR PUSTAKA ... 128
LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 131
(3)
ix
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1.1. Rekapitulasi Ketuntasan Belajar Siswa Mata Pelajaran Pendidikan
Jasmani………. 2
3.1. Faktorial Prestasi Belajar 1 X 4………. 66
3.2. Faktorial Motivasi Belajar 2 X 2 ……… 67
3.3. Tabel Populasi dan sampel Penelitian………. 70
3.4. Kisi-kisi Uji Coba Angket Untuk Motivasi Belajar Siswa…..….. 75
3.5. Skor Alternatif Jawaban ………..………….. 77
3.6. Hasil Uji Validitas Instrumen………. 81
3.7. Hasil Uji Validitas Instrumen (lanjutan)……… 82
3.8. Hasil Uji Reliabilitas Instrumen………. 83
3.9. Hasil Uji Reliabilitas Instrumen (lanjutan)……… 84
4.1. Deskripsi Data Prestasi Belajar Siswa dengan Satu Kriteria……. 88
4.2. Deskripsi Data Prestasi Belajar Siswa dengan Kriteria Gabungan 89 4.3. Hasil Uji Normalitas Pestasi Belajar dengan Satu Kriteria……… 91
4.4. Keputusan Hasil Uji Normalitas Pestasi Belajar Satu Kriteria….. 92
4.5. Hasil Uji Normalitas Pestasi Belajar dengan Dua Kriteria………. 93
4.6. Keputusan Hasil Uji Normalitas Pestasi Belajar Dua Kriteria…… 94
4.7. Hasil Uji Homogenitas Pestasi Belajar dengan Satu Kriteria…….. 96
4.8. Hasil Uji Homogenitas Pestasi Belajar dengan dua Kriteria……… 96
(4)
x
4.10. Independent Sample T-Test Pengaruh Motivasi Belajar Terhadap
Prestasi Belajar Pendidikan Jasmani………... 98 4.11. Perbedaan Rata-rata Prestasi Belajar Ditinjau dari Kegiatan
Ekstrakurikuler……… 100 4.12. Independent Sample T-Test Pengaruh Kegiatan Ekstrakurikuler
Terhadap Prestasi Belajar Pendidikan Jasmani……….. 101 4.13 Perbedaan Rata-rata Prestasi Belajar Pendidikan Jasmani Kriteria
Gabungan……….. 103 4.14. Hasil Uji Statistik One-Way Anova untuk Pengaruh Motivasi Belajar dan Kegiatan Ekstrakurikuler Terhadap Prestasi Belajar……….. 105 4.15. Hasil Uji Post Hoc Test Multiple Comparisons HSD Tukey……... 107 4.16. Uji Homogeneous subset………... 108 4.17. Hasil uji Test of Between-Subject effect………. 109
(5)
xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1.1. Desain Penelitian Ex Post Facto……...………. 16 3.1. Desain Penelitian Ex Post Facto……...………. 65 4.1. Perbedaan Rata-rata Prestasi Belajar Ditinjau dari Motivasi…………. 97 4.2. Perbedaan Rata-rata Prestasi Belajar Ditinjau dari Kegiatan
Ekstrakurikuler………... 100 4.3. Perbedaan Rata-rata Prestasi Belajar Ditinjau dari Kriteria Gabungan 103 4..4. Interaksi Variabel Prediktor ……… 111
(6)
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
A. Izin Penelitian……… ... 131
B. Angket Uji Coba ... 134
C. Angket Motivasi Belajar Siswa ... 139
D. Hasil Uji Validitas Instrumen ... 143
E. Hasil Uji Reliabilitas Instrumen ... 145
F. Rekapitulasi skor motivasi belajar, Nilai Raport, dan Keikutsertaan kegiatan ekstrakurikuler... 146
G. Uji Normalitas Data ... 149
H. Uji Homogenitas Data………161
I. Analisis Data Independent Sample T-Test ………...……..162
J. Analisis DataOne-Way Anova……….….`164
K. Foto-foto Bukti Kegiatan Ekstrakurikuler Kecabangan Olahraga di SMK Negeri 1 Cidaun Kabupaten Cianjur………..167
(7)
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Berdasarkan Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) No. 20 Tahun 2003 pasal 1.1, menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Kemudian pasal 1.20, menyatakan bahwa pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.
Perkembangan dunia pendidikan dari tahun ke tahun mengalami perubahan seiring dengan tantangan dalam menyiapkan sumber daya manusia yang berkualitas dan mampu bersaing di era global. Salah satu permasalahan yang dihadapi oleh bangsa kita adalah masih rendahnya kualitas pendidikan pada setiap jenjang. Banyak hal yang telah dilakukan untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional antara lain melalui berbagai pelatihan dan peningkatan kualitas guru, penyempurnaan kurikulum, pengadaan buku dan alat pembelajaran serta perbaikan sarana dan prasarana pendidikan.
Namun demikian mutu pendidikan yang dicapai belum seperti apa yang diharapkan. Perbaikan yang telah dilakukan pemerintah tidak akan ada artinya jika tanpa dukungan dari guru, orang tua, siswa, dan masyarakat. Berbicara tentang
(8)
mutu pendidikan tidak akan lepas dengan proses belajar mengajar. Di mana dalam proses belajar mengajar guru harus mampu menjalankan tugas dan peranannya.
SMK Negeri 1 Cidaun Kabupaten Cianjur sebagai salah satu SMK yang mempunyai 4 program keahlian yaitu Nautika Kapal Penangkapan Ikan (NKPi), Agribisnis Hasil Perikanan (AHP), Teknologi Pengolahan Hasil Pertanian (AHP), Administrasi Perkantoran (AP). Di SMK Negeri 1 Cidaun Kabupaten Cianjur sendiri prestasi belajar Pendidikan Jasmani secara umum belum sesuai dengan yang diharapkan. Siswa masih menemui kesulitan-kesulitan dalam menyelesaikan ketuntasan belajar Pendidikan Jasmani secara langsung, dengan kata lain siswa harus menempuh proses remedial untuk ketuntasan pembelajarannya. Hal ini terlihat dari observasi awal yang dilakukan oleh peneliti di SMK Negeri 1 Cidaun yang menunjukkan data sebagai berikut:
Tabel 1.1
Rekapitulasi Ketuntasan Belajar Siswa Mata Pelajaran Pendidikan Jasmani Kelas Tuntas Tepat Waktu Tuntas dengan Remedial Jumlah
X 135 25 160
XI 95 25 120
XII 88 15 103
Jumlah 318 65 383
Sumber : SMK Negeri 1 Cidaun
Jadi hanya terdapat 83,03% siswa yang tuntas tepat waktu dan 16,97% tuntas dengan remedial. Remedial ini terjadi disebabkan oleh persentase kehadiran
(9)
siswa yang kurang sesuai dengan yang diharapkan, sehingga siswa harus diberi tugas tambahan sebagai pengganti absensi kehadiran siswa yang kurang.
Keberhasilan seorang siswa dalam belajar dapat dilihat dari prestasi belajar siswa yang bersangkutan. Di dalam pendidikan jasmani siswa akan dinilai keberhasilannya melalui tes hasil belajar digabung dengan nilai persentase kehadiran siswa. Hasil yang diharapkan adalah prestasi belajar yang baik karena setiap orang menginginkan prestasi yang tinggi, baik siswa, guru, sekolah, maupun orang tua hingga masyarakat. Namun antara siswa satu dengan siswa yang lainnya berbeda dalam pencapaian prestasi belajar. Ada yang mampu mencapai prestasi yang tinggi, namun ada juga siswa yang rendah prestasi belajarnya, ada yang bisa tuntas tepat waktu dan ada pula tuntas setelah proses remedial. Sedangkan prestasi belajar yang tinggi hanya bisa dicapai jika tuntas tanpa proses remedial.
Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal mewajibkan pembelajaran pendidikan jasmani sebagai pelajaran wajib seperti yang tercantum dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Namun untuk memenuhi kekurangan dalam pembelajaran ini, sekolah biasanya mengadakan kegiatan olahraga di luar jam pelajaran yang biasanya disebut dengan kegiatan ekstrakurikuler.
Kegiatan ekstrakurikuler merupakan suatu kegiatan di luar jam pelajaran, jadi sifatnya tidak terlalu dibatasi oleh waktu seperti halnya dalam intrakurikuler yang hanya 2 jam pelajaran saja dalam se-minggu. Artinya seorang guru atau pelatih bisa mengembangkan kegiatan secara menyeluruh dan terperinci, misalnya
(10)
dalam pengembangan permainan bola voli, sepak bola dan cabang olahraga lainnya, baik itu cabang olahraga yang menjadi bagian dari kompetensi dasar pada kurikulum pendidikan jasmani maupun cabang olahraga yang tidak menjadi kompetensi dasar pada kurikulum pendidikan jasmani. Guru atau pelatih bisa lebih banyak menjelaskan mengenai teknik, taktik, dan strategi serta berbagai komponen mengenai pembinaan kondisi fisik, atau bahkan sampai peraturan-peraturannya secara mendetail dan terperinci.
Sehingga memungkinkan berpengaruh kepada perkembangan kesehatan jasmani bagi siswa yang mengikutinya. Hal itu dikarenakan siswa mendapatkan pengetahuan dan tugas gerak yang lebih banyak daripada yang diajarkan di sekolah. Faktor prestasi juga sangat berpengaruh karena prestasi belajar merupakan seluruh kecakapan hasil yang dicapai (achievement) dan diperoleh melalui hasil belajar yang dinyatakan dengan nilai-nilai prestasi belajar berdasarkan nilai raport.
Selain itu kegiatan ekstrakurikuler kecabangan olahraga juga memungkinkan siswa untuk dapat meningkatkan minatnya terhadap suatu kecabangan olahraga, sehingga pada akhirnya dapat meningkatkan motivasi dan prestasi mereka dalam pembelajaran pendidikan jasmani di sekolahnya. Hal tersebut bukanlah tanpa alasan, ini dikarenakan oleh fungsi kegiatan ekstrakurikuler itu sendiri, seperti yang diungkapkan oleh techonly13 (2009: 2-3):
a. Pengembangan, yaitu fungsi kegiatan ekstrakurikuler untuk mengembangkan kemampuan dan kreatifitas peserta didik sesuai dengan potensi, bakat dan minat mereka.
b. Sosial, yaitu fungsi kegiatan ekstrakurikuler untuk mengembangkan kemampuan dan rasa tanggung jawab sosial peserta didik.
(11)
c. Rekreatif, yaitu fungsi kegiatan ekstrakurikuler untuk mengembangkan suasana rileks, mengembirakan dan menyenangkan bagi peserta didik yang menunjang proses perkembangan.
d. Persiapan karir, yaitu fungsi kegiatan ekstrakurikuler untuk mengembangkan kesiapan karir peserta didik.
Oleh karena itu penulis berpendapat bahwa, banyak keuntungan yang bisa didapat dari kegiatan ekstrakurikuler kecabangan olahraga di antaranya yaitu untuk pengembangan diri siswa baik dari sisi akademis maupun non akademis, dan nilai sikap. Semua bakat dan minat siswa bisa disalurkan dan dikembangkan melalui kegiatan ekstrakurikuler, sehingga kemampuan atau bakat tidak hanya dijadikan hobi, melainkan bisa membuahkan prestasi.
Kegiatan ekstrakurikuler kecabangan olahraga di sekolah pada dasarnya semua cabang olahraga bisa menjadi bagian kegiatan ekstrakurikuler, akan tetapi cabang olahraga yang menjadi bagian dari kegiatan ekstrakurikuler biasanya yaitu cabang olahraga yang cukup populer dan banyak digemari oleh siswa serta didukung oleh ketersediaan SDM dan sarana prasarana di sekolah, seperti halnya di SMK Negeri 1 Cidaun Kabupaten Cianjur terdapat 4 cabang olahraga yang menjadi bagian dari kegiatan ekstrakurikuler di antaranya yaitu: Sepak Bola/Futsal, Bola Voli, Bola Basket, dan Seni Bela Diri Pencak Silat.
Cabang olahraga yang menjadi bagian dalam kegiatan ekstrakurikuler di SMKN 1 Cidaun Kabupaten Cianjur tersebut merupakan cabang olahraga yang cukup populer dan banyak digemari oleh siswa serta didukung oleh ketersediaan SDM dan sarana prasarana di sekolah. Selain itu cabang olahraga tersebut merupakan salah satu Sub Kompetensi yang terdapat di dalam kurikulum pendidikan jasmani.
(12)
Oleh karena itu dengan mengikuti kegiatan ekstrakurikuler ini, siswa akan mendapat jam belajar lebih banyak, sehingga diharapkan siswa yang berperan aktif dalam kegiatan ekstrakurikuler ini akan lebih memahami dan menguasai cabang olahraga yang dijadikan sebagai kegiatan ekstrakurikuler dan tambahan proses pembelajaran bagi siswa tersebut.
Proses belajar yang terjadi pada individu memang merupakan sesuatu yang penting, karena melalui belajar individu mengenal lingkungannya dan menyesuaikan diri dengan lingkungan di sekitarnya. Mengenai belajar pada prinsipnya mempunyai tujuan yang sama yaitu seperti yang dikemukakan ridwan (2008) yakni “setiap orang yang melakukan proses belajar akan mengalami suatu perubahan dalam dirinya”. Dengan belajar, maka akan terjadi suatu perubahan yaitu dari yang tidak tahu menjadi tahu, dari yang tidak mengerti menjadi mengerti, dari yang tidak mampu menjadi mampu.
Tujuan belajar di atas menunjang siswa untuk berprestasi pada bidang studi di sekolahnya. Prestasi belajar diartikan sebagai gambaran keberhasilan seseorang dalam upaya mengoptimalisasikan kemampuan yang dimilikinya melalui suatu kegiatan yang diikutinya. Hal ini sejalan dengan definisi prestasi belajar menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah “Penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan oleh guru”.
Makmun (1998:111-112) mengemukakan tentang prestasi belajar dapat dimanifestasikan ke dalam bentuk perubahan perilaku belajar berupa:
(13)
a. Pertambahan ilmu pengetahuan yang berupa fakta-fakta, informasi, prinsip-prinsip atau kaidah-kaidah, prosedur-prosedur atau pola kerja atau teori sistem nilai.
b. Penguasaan pola-pola perilaku kognitif, perilaku afektif dan perilaku psikomotor.
c. Perubahan dalam sikap-sikap kepribadian.
Jadi prestasi belajar dapat diartikan sebagai gambaran keberhasilan seseorang dalam mewujudkan kemampuan yang dimilikinya. Prestasi belajar tersebut dapat berupa perubahan perilaku, perubahan dalam pola kepribadian dan nilai atau angka-angka sebagai wujud konkrit yang dapat dilihat seperti halnya dalam laporan hasil prestasi belajar siswa (raport). Prinsip belajar tuntas yang berlaku pada saat sekarang ini merupakan gambaran awal dari prestasi belajar minimal yang harus dicapai oleh siswa pada tiap semesternya yakni dengan adanya Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) untuk setiap mata pelajaran, begitu pula dengan pelajaran Pendidikan Jasmani.
Dengan demikian siswa dituntut untuk mendapatkan nilai sama atau lebih dari KKM sebelum siswa tersebut bisa diyatakan tuntas belajarnya untuk tiap semesternya, misalnya saja di SMK Negeri 1 Cidaun Kabupaten Cianjur KKM untuk pelajaran Pendidikan Jasmani semester 1 kelas X yaitu 71 maka, siswa harus dapat mencapai nilai minimal 71 untuk dinyatakan tuntas dalam pelajaran Pendidikan Jasmani di SMK Negeri 1 Cidaun Kabupaten Cianjur.
KKM tersebut muncul tidak begitu saja, KKM muncul berdasarkan in-take siswa dari SMP sebelumnya, ketersediaan sarana prasarana dan guru yang ada di sekolah pada saat itu, serta bobot materi (Kompetensi Dasar dan Sub Kompetensi) yang diberikan terhadap siswa.
(14)
Sedangkan prestasi belajar itu sendiri dipengaruhi oleh beberapa faktor, di antaranya adalah faktor fisiologis dan faktor psikologis. Yang termasuk faktor fisiologis adalah kesehatan siswa dan yang termasuk faktor psikologis salah satunya adalah motivasi siswa untuk mencapai prestasi.
Motivasi merupakan dorongan dari dalam diri seseorang, motivasi dapat disebabkan oleh adanya sesuatu yang dapat membuat seseorang tersebut berbuat sesuai dengan kehendaknya. Hal ini sejalan dengan pendapat Purwanto (1990:73) yang mengemukakan:
Motivasi yaitu suatu usaha yang disadari untuk menggerakkan, mengarahkan, dan menjaga tingkah laku seseorang agar ia terdorong untuk bertindak melakukan sesuatu sehingga mancapai hasil atau tujuan tertentu.
Motivasi untuk menampilkan suatu perilaku dilandasi oleh adanya keinginan untuk mencapai atau memuaskan suatu kebutuhan.
Motivasi untuk melakukan sesuatu dapat datang dari diri sendiri, yang dikenal sebagai motivasi intrinsik, serta dapat pula datang dari lingkungan yang disebut motivasi ekstrinsik. Dengan adanya motivasi yang merupakan dorongan bagi siswa untuk belajar, maka siswa tersebut diharapkan bisa belajar dengan baik supaya mendapatkan hasil yang memuaskan.
Seberapa kuat motivasi yang dimiliki individu akan banyak menentukan terhadap kualitas perilaku yang ditampilkannya, baik dalam konteks belajar, bekerja maupun dalam kehidupan lainnya. Kajian tentang motivasi telah sejak lama memiliki daya tarik tersendiri bagi kalangan pendidik, manajer, dan peneliti, terutama dikaitkan dengan kepentingan upaya pencapaian kinerja (prestasi)
(15)
seseorang. Begitu pula dengan prestasi belajar siswa di sekolahnya, faktor motivasi pada siswa bisa saja terkait dengan kegiatan tambahan yang diikuti oleh siswa itu sendiri, sehingga bisa saja ada keterkaitan antara ketiga faktor tersebut dan saling mempengaruhi satu sama lain.
Maka dari itu, berdasarkan penjelasan yang telah dikemukakan di atas, penulis ingin mengetahui dampak kegiatan ekstrakurikuler kecabangan olahraga akan berpengaruh terhadap pemahaman belajar yang diberikan oleh guru melalui proses pembelajaran yang nantinya mengarah kepada prestasi belajar siswa itu sendiri. Di sisi lain, motivasi yang merupakan dorongan bagi seseorang agar melakukan sesuatu untuk mencapai tujuan tertentu, juga bisa berdampak terhadap hasil pembelajaran yang ingin dicapai. Dengan demikian, penulis bermaksud untuk mengetahui seberapa besar pengaruh motivasi belajar siswa dan kegiatan ekstrakurikuler terhadap prestasi belajar pendidikan jasmani.
Untuk mencapai tujuan tersebut maka, penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai pengaruh motivasi belajar siswa dan kegiatan ekstrakurikuler kecabangan olahraga terhadap prestasi belajar pendidikan jasmani di kalangan siswa SMK, khususnya di SMK Negeri 1 Cidaun Kabupaten Cianjur. Pemilihan subjek SMK Negeri 1 Cidaun didasarkan pada analisis sementara, bahwa kajian mengenai aspek pembelajaran masih sangat jarang dilakukan, baik itu mata pelajaran Pendidikan Jasmani sendiri maupun mata pelajaran lainnya, mengingat keberadaan SMK Negeri 1 Cidaun ini terletak di daerah terpencil di kawasan Cianjur bagian Selatan yakni di kawasan pesisir laut selatan yang berjarak + 145 km dari pusat pemerintahan kabupaten Cianjur.
(16)
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan di atas, bahwa prestasi belajar tidaklah datang dengan begitu saja tanpa ada dorongan atau motivasi dan kegiatan tambahan penunjang pembelajaran seperti kegiatan ekstrakurikuler kecabangan olahraga untuk mata pelajaran Pendidikan Jasmani. Dengan adanya motivasi belajar dan kegiatan tambahan penunjang pembelajaran diharapkan supaya dapat meningkatkan pencapaian prestasi belajar yang akan didapat oleh siswa. Dari rumusan masalah yang telah dikemukakan, maka tersusun pertanyaan penelitian sebagai berikut:
1. Apakah terdapat pengaruh motivasi belajar siswa terhadap prestasi belajar Pendidikan Jasmani di kalangan siswa SMK Negeri 1 Cidaun?
2. Apakah terdapat pengaruh kegiatan ekstrakurikuler terhadap prestasi belajar Pendidikan Jasmani di kalangan siswa SMK Negeri 1 Cidaun? 3. Apakah terdapat pengaruh motivasi belajar siswa dan kegiatan
ekstrakurikuler terhadap prestasi belajar Pendidikan Jasmani di kalangan siswa SMK Negeri 1 Cidaun?
C. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah yang penulis ajukan maka penelitian ini tidak lain bertujuan untuk menggambarkan seberapa besar pengaruh dari motivasi belajar siswa dalam pembelajaran Pendidikan Jasmani dan kegiatan ekstrakurikuler kecabangan olahraga terhadap pretasi belajar di kalangan siswa SMK Negeri 1 Cidaun kabupaten Cianjur pada umumnya. Sedangkan tujuan khusus dari penelitian ini adalah:
(17)
1. Untuk mengungkap perbedaan pengaruh dari motivasi belajar siswa terhadap prestasi belajar Pendidikan Jasmani di kalangan siswa SMK Negeri 1 Cidaun.
2. Untuk mengungkap perbedaan pengaruh dari kegiatan ekstrakurikuler terhadap prestasi belajar Pendidikan Jasmani di kalangan siswa SMK Negeri 1 Cidaun.
3. Untuk mengungkap perbedaan pengaruh dari motivasi belajar siswa dan kegiatan ekstrakurikuler terhadap prestasi belajar Pendidikan Jasmani di kalangan siswa SMK Negeri 1 Cidaun.
Adapun hasil dari penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti sendiri akan bermanfaat bagi peneliti dalam penyelesaian studi pada khususnya dan dunia pendidikan pada umumnya. Beberapa manfaat yang dapat disumbangkan untuk dunia pendidikan antara lain yaitu:
1. Dapat dijadikan sumbangan keilmuan yang berarti di dunia pendidikan serta menjadi suatu informasi dalam usaha pengembangan dalam bidang pedidikan pada umumnya dan pengembangan pendidikan jasmani dan olahraga pada khususnya.
2. Sebagai bahan masukan bagi pihak-pihak yang terkait dalam upaya meningkatkan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran pendidikan jasmani dan olahraga, baik di kalangan pendidik dan tenaga kependidikan serta di kalangan pengambil kebijakan.
3. Diharapkan menjadi bahan informasi dan referensi dalam rangka pengembangan ilmu pendidikan, khususnya pendidikan jasmani dan
(18)
peneliti-peneliti lain yang hendak meneliti hal-hal lain yang berhubungan dengan kegiatan pembelajaran pendidikan jasmani.
D. Asumsi
Asumsi atau anggapan dasar diperlukan penulis sebagai pegangan dalam proses penelitian dan sebagai titik tolak dari semua proses yang akan dikerjakan. Arikunto (2002:58) menyatakan bahwa yang dimaksud dengan anggapan dasar atau postulat adalah “sebuah titik tolak pemikiran yang kebenarannya diterima oleh penyelidik”. Hal ini berarti bahwa setiap penyelidik dapat merumuskan postulat yang berbeda.
Adapun asumsi yang dipakai sebagai titik tolak landasan berpikir dalam penelitian ini yaitu salah satu faktor yang mempengaruhi prestasi belajar adalah motivasi siswa tersebut untuk mencapai hasil yang maksimal. Motivasi mendorong timbulnya tingkah laku, tanpa motivasi tidak akan timbul suatu perbuatan misalnya belajar, dengan adanya motivasi maka siswa akan sungguh-sungguh untuk melakukan kegiatan belajarnya.
Motivasi merupakan dorongan bagi siswa untuk melakukan belajar, dorongan tersebut bisa dari diri sendiri misalnya keinginan untuk meniru orang yang berprestasi di sekolahnya dan ada dari luar/lingkungan misalnya dorongan dari orang tua supaya berprestasi, agar prestasi atau hasil belajarnya menjadi lebih baik. Hal ini sejalan dengan pendapat Sardiman (2004:86) yang mengemukakan bahwa “dengan adanya usaha yang tekun dan terutama didasari adanya motivasi, maka seseorang yang belajar itu akan dapat melahirkan prestasi yang baik”.
(19)
Di sisi lain kegiatan ektrakurikuler olahraga selain merupakan kegiatan untuk mengisi waktu luang, juga akan berpengaruh terhadap kondisi fisik siswa dan pemahaman belajar yang diberikan oleh guru melalui proses belajar mengajar yang nantinya mengarah kepada pencapaian hasil prestasi belajar siswa itu sendiri. Hal ini sejalan dengan pendapat Rusyan (1990:25) yang mengemukakan bahwa:
Kondisi badan saat belajar sangat berpengaruh dalam belajar. Badan yang lemah dan lelah akan menyebabkan perhatian tak mungkin terkonsentrasi, badan yang kurang vitamin akan menyebabkan kegiatan belajar tidak bergairah, badan yang sakit tak mungkin melakukan kegiatan belajar yang sempurna. Oleh karena itu faktor fisiologis yaitu kondisi badan sangat menentukan sukses tidaknya belajar anda.
Dengan demikian sejalan dengan adanya motivasi belajar yang tinggi dan didukung dengan partisipasi siswa dalam kegiatan ekstrakurikuler kecabangan olahraga diharapkan siswa akan mempunyai nilai lebih baik dibandingkan dengan siswa yang motivasi belajarnya rendah dan tidak berpartisipasi dalam kegiatan ekstrakurikuler kecabangan olahraga. Maka dari itu dengan penelitian ini akan tergambar pengaruh motivasi belajar dan kegiatan ekstrakurikuler siswa SMK terhadap prestasi belajar Pendidikan Jasmani.
E. Hipotesis
Suatu hipotesis memegang peranan penting dalam suatu penelitian untuk menjelaskan permasalahan yang harus dicapai pemecahannya. Arikunto (2002:64) mengemukakan bahwa “Hipotesis dapat diartikan sebagai suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data
(20)
yang terkumpul”. Sesuai dengan permasalahan yang penulis teliti, maka penulis mengajukan hipotesis penelitian sebagai berikut:
1. Motivasi belajar siswa berpengaruh secara signifikan terhadap prestasi belajar Pendidikan Jasmani di kalangan siswa SMK Negeri 1 Cidaun. 2. Kegiatan ekstrakurikuler kecabangan olahraga berpengaruh secara
signifikan terhadap prestasi belajar Pendidikan Jasmani di kalangan siswa SMK Negeri 1 Cidaun.
3. Motivasi belajar siswa dan kegiatan ekstrakurikuler kecabangan olahraga berpengaruh secara signifikan terhadap prestasi belajar Pendidikan Jasmani di kalangan siswa SMK Negeri 1 Cidaun.
F. Metode Penelitian
Metode sangat diperlukan dalam sebuah penelitian, maka dari itu penggunaan metode yang tepat dalam suatu penelitian ilmiah akan menentukan tercapainya tujuan pemecahan masalah dalam penelitian. Dalam suatu penelitian diperlukan metode tertentu agar data dapat terkumpul untuk keberhasilan penelitian. Mengenai jenis dan bentuk metode yang digunakan dalam sebuah penelitian biasanya disesuaikan dengan tujuan yang ingin dicapai dalam sebuah penelitian tersebut. Seperti diungkapkan Arikunto (1997:136) bahwa “Metode penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data penelitiannya”. Jadi jelaslah bahwa suatu metode sangat diperlukan sekali untuk pengumpulan data guna tercapainya suatu tujuan dalam sebuah penelitian.
(21)
Penggunaan metode penelitian tergantung kepada permasalahan yang akan dibahas, dengan kata lain harus dilihat dari efektivitasnya, efisiennya, dan relevansinya metode penelitian tersebut. Suatu metode dikatakan efektif apabila selama pelaksanaan dapat terlihat adanya perubahan positif menuju tujuan yang diharapkan, dan suatu metode dapat dikatakan efisien apabila penggunaan waktu, fasilitas, biaya dan tenaga dapat dilaksanakan sehemat mungkin serta dapat mencapai hasil yang maksimal. Metode dikatakan relevan apabila waktu penggunaan hasil pengolahan dengan tujuan yang hendak dicapai tidak terjadi penyimpangan.
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode penelitian Ex Post Facto. Sugiyono (1999:7) mengemukakan bahwa “penelitian ex post facto adalah suatu penelitian yang dilakukan untuk meneliti peristiwa yang telah terjadi dan kemudian melihat ke belakang mengenai faktor-faktor yang dapat menimbulkan kejadian tersebut”. Adapun Sukardi (2003:174) menjelaskan bahwa “penelitian Ex post Facto merupakan penelitian dimana rangkaian variabel-variabel bebas telah terjadi, ketika peneliti mulai melakukan pengamatan terhadap variabel terikat”.
Dalam suatu penelitian perlu adanya desain penelitian, yang gunanya untuk memudahkan dan menunjang penelitian supaya lebih terarah. Selanjutnya penelitian ini menggunakan desain penelitian ex post facto, dengan metode yang menitik beratkan pada penelitian komparatif. Mengenai hal ini, M. Natsir (1999:68) menyatakan “Penelitian komparatif adalah sejenis penelitian deskriptif yang ingin mencari jawaban secara mendasar tentang sebab akibat, dengan menganalisa faktor-faktor penyebab terjadinya ataupun munculnya suatu
(22)
fenomena tertentu.” Pada desain ini, sampel dibagi menjadi dua kelompok yakni kelompok yang seolah-olah diberikan perlakuan dan satu kelompok tidak melakukan perlakuan dan berfungsi sebagai kelompok kontrol atau pembanding. Untuk memperjelas tentang desain penelitian ex post facto yang dimaksud dapat dilihat pada gambar 3.1 berikut:
Gambar 1.1
Desain Penelitian Ex Post Facto
Keterangan:
A1 : Kelompok Siswa Motivasi Belajar Tinggi A2 : Kelompok Siswa Motivasi Belajar Rendah B1 : Kelompok Siswa yang Ikut Ekstrakurikuler B2 : Kelompok Siswa yang Tidak Ikut Ekstrakurikuler C : Prestasi Belajar Kelompok Pendidikan Jasmani
A1 C
A2 C
B1 C
(23)
G. Definisi operasional
Untuk menghindari salah penafsiran tentang suatu istilah sehingga menimbulkan kekeliruan dan mengaburkan pengertian yang dimaksud, maka penulis jelaskan secara singkat pengertian-pengertian dari istilah-istilah yang digunakan dalam penelitian ini. Adapun istilah-istilah tersebut adalah sebagai berikut:
1. Prestasi belajar
Menurut S. Nasution (1996:17) prestasi belajar adalah:
Kesempurnaan yang dicapai seseorang dalam berfikir, merasa dan berbuat. Prestasi belajar dikatakan sempurna apabila memenuhi tiga aspek yakni: kognitif, affektif dan psikomotor, sebaliknya dikatakan prestasi kurang memuaskan jika seseorang belum mampu memenuhi target dalam ketiga kriteria tersebut.
Prestasi belajar yang dimaksud dalam konteks penelitian ini adalah nilai akademik siswa dalam mata pelajaran pendidikan jasmani yang terdapat di dalam laporan hasil belajar siswa (raport).
2. Kegiatan Ekstrakurikuler
techonly13 (2009) mengemukakan bahwa:
Kegiatan Ekstrakurikuler adalah kegiatan pendidikan di luar mata pelajaran dan pelayanan konseling untuk membantu pengembangan peserta didik sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat, dan minat mereka melalui kegiatan yang secara khusus diselenggarakan oleh pendidik dan atau tenaga kependidikan yang berkemampuan dan berkewenangan di sekolah/ madrasah.
(24)
Kegiatan ekstrakurikuler yang dimaksud dalam penelitian ini adalah ekstrakurikuler kecabangan olahraga yang terselenggara secara resmi di sekolah untuk mengembangkan minat dan bakat siswa dalam kecabangan olahraga tersebut.
3. Motivasi Belajar
Sardiman (2004:75) mengemukakan bahwa motivasi belajar adalah:
Keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan yang memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat tercapai.
Motivasi belajar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah keseluruhan daya penggerak pada diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar siswa terhadap pembelajaran pendidikan jasmani di sekolah.
(25)
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Metode sangat diperlukan dalam sebuah penelitian, maka dari itu penggunaan metode yang tepat dalam suatu penelitian ilmiah akan menentukan tercapainya tujuan pemecahan masalah dalam penelitian. Dalam suatu penelitian diperlukan metode tertentu agar data dapat terkumpul untuk keberhasilan penelitian. Mengenai jenis dan bentuk metode yang digunakan dalam sebuah penelitian biasanya disesuaikan dengan tujuan yang ingin dicapai dalam sebuah penelitian tersebut. Seperti diungkapkan Arikunto (1997:136) bahwa “Metode penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data penelitiannya”. Jadi jelaslah bahwa suatu metode sangat diperlukan sekali untuk pengumpulan data guna tercapainya suatu tujuan dalam sebuah penelitian.
Penggunaan metode penelitian tergantung kepada permasalahan yang akan dibahas, dengan kata lain harus dilihat dari efektivitasnya, efisiennya, dan relevansinya metode penelitian tersebut. Suatu metode dikatakan efektif apabila selama pelaksanaan dapat terlihat adanya perubahan positif menuju tujuan yang diharapkan, dan suatu metode dapat dikatakan efisien apabila penggunaan waktu, fasilitas, biaya dan tenaga dapat dilaksanakan sehemat mungkin serta dapat mencapai hasil yang maksimal. Metode dikatakan relevan apabila waktu penggunaan hasil pengolahan dengan tujuan yang hendak dicapai tidak terjadi penyimpangan.
(26)
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode penelitian Ex Post Facto.
Sugiyono (1999:7) mengemukakan bahwa “penelitian ex post facto adalah suatu penelitian yang dilakukan untuk meneliti peristiwa yang telah terjadi dan kemudian melihat ke belakang untuk mengenai faktor-faktor yang dapat menimbulkan kejadian tersebut”. Adapun Sukardi (2003:174) menjelaskan bahwa “penelitian Ex post Facto
merupakan penelitian dimana rangkaian variabel-variabel bebas telah terjadi, ketika peneliti mulai melakukan pengamatan terhadap variabel terikat”.
Ciri utama dalam penelitian ex post facto dapat dijelaskan oleh Natsir (1999:73) sebagai berikut “sifat penelitian ex post facto yaitu tidak ada kontrol terhadap variabel. Variabel dilihat sebagaimana adanya.” Hal ini lebih lanjut diterangkan Arikunto (2002:237) yaitu,”pada penelitian ini, peneliti tidak memulai prosesnya dari awal, tetapi langsung mengambil hasil.”
Furchan (2002:383) menguraikan bahwa penelitian ex post facto adalah penelitian yang dilakukan sesudah perbedaan-perbedaan dalam variable bebas terjadi karena perkembangan suatu kejadian secara alami. Penelitian ex post facto
merupakan penelitian yang variable-variabel bebasnya telah terjadi perlakuan atau
treatment tidak dilakukan pada saat penelitian berlangsung, sehingga penelitian ini
biasanya dipisahkan dengan penelitian eksperimen. Peneliti ingin melacak kembali, jika dimungkinkan, apa yang menjadi faktor penyebab terjadinya sesuatu. Peneliti dalam ex post facto tidak dapat melakukan manipulasi atau treatment terhadap variable-variabel bebasnya, hal ini menunjukan bahwa perubahan dalam
(27)
variabel-variabelnya sudah terjadi. Kerlinger (1964:360) mendefinisikan metode penelitian ex
post facto sebagai:
That research in which the independent variable or variable have already occurred and in which the researcher starts with the observation of a dependent variable or variables in retrospect for their possible relations to, and effects on, the dependent variable or variables.
Pendapat Kerlingler di atas dapat diartikan bahwa penelitian ex post facto
merupakan suatu penelitian dimana variabel atau variabel bebas tersebut telah terjadi, dan peneliti memulai dengan mengobservasi hubungan yang terlihat, atau adanya dampak terhadap suatu variabel atau variabel terikat.
Terdapat kelemahan-kelemahan dan keunggulan dari metode ex post facto ini, Furchan (1982;383-384) mengatakan bahwa terdapat kelemahan dan keunggulan dalam melaksanakan penelitian ex post facto, antara lain :
1. Kelemahan
a) Tidak adanya kontrol terhadap variabel bebas.
b) Kenyataan bahwa faktor penyebab bukanlah faktor tunggal, melainkan kombinasi dan interaksi anatar berbagai faktor dalam kondisi tertentu untuk menghasilkan efek yang disaksikan, menyebabkannya sangat kompleks.
c) Suatu gejala mungkin tidak hanya merupakan akibat dari sebab-sebab ganda, tetapi dapat pula disebabkan oleh suatu sebab pada kejadian tertentu dan oleh lain sebab pada kejadian lain.
(28)
d) Apabila saling hubungan antara dua variable telah ditemukan, mungkin sukar untuk menentukan mana yang sebab dan mana yang akibat.
e) Kenyataan bahwa dua atau lebih faktor saling berhubungan, tidaklah mesti memberi implikasi adanya hubungan sebab akibat.
f) Menggolongkan subjek-subjek kedalam kategori dikotomi (misalnya golongan ikut ekstrakurikuler dan golongan tidak ikut ekstrakurikuler) untuk tujuan perbandingan, menimbulkan persoalan-persoalan, karena kategori-kategori itu sifatnya kabur, bervariasi, dan tak mantap.
g) Studi komparatif dalam situasi alami tidak memungkinkan pemilihan subjek secara terkontrol.
2. Keunggulan
a) Apabila tidak selalu mungkin untuk memilih, mengontrol, dan memanipulasi faktor-faktor yang perlu untuk menyelidiki hubungan sebab akibat secra langsung.
b) Apabila pengontrolan terhadap semua variabel kecuali variabel bebas sangat tidak realistik dan dibuat-buat, yang mencegah interaksi normal dengan lain-lain variabel yang berpengaruh.
Dalam penelitian ini teknik yang digunakan untuk memudahkan menggali data di lapangan adalah dengan teknik angket untuk melihat gambaran motivasi sampel, sedangkan untuk melihat kegiatan ekstrakurikuler dan prestasi belajar pendidikan jasmani sampel diambil dari data nilai yang sudah ada di sekolah yakni pada buku nilai laporan hasil belajar siswa (raport).
(29)
Berkaitan dengan definisi angket, Sugiyono (2005:162) menjelaskan bahwa: “Angket merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya”. Dalam penelitian ini angket yang digunakan adalah angket tertutup yang artinya sudah disediakan jawabannya sehingga responden tinggal memilih. Selanjutnya Arikunto (2002:129) mengemukakan bahwa keuntungan dari angket adalah:
1. Tidak memerlukan hadirnya peneliti
2. Dapat dibagikan secara serentak kepada banyak responden
3. Dapat dijawab oleh responden menurut kecepatannya masing-masing, dan menurut waktu senggang responden
4. Dapat dibuat anonim sehingga responden bebas jujur dan tidak malu-malu menjawab
5. Dapat dibuat terstandar sehingga bagi semua responden dapat diberi pertanyaan yang benar-benar sama.
Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa metode penelitian ex post facto merupakan suatu cara yang menggunakan logika dasar yang sama dengan penelitian exsperimen yaitu jika X, maka Y, hanya saja dalam penelitian ini tidak ada manipulasi langsung terhadap variabel bebas (indevendent). Penulis beranggapan bahwa dengan metode ex post facto akan memperoleh informasi yang berkenaan dengan masalah yang hendak diungkap.
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode ex post facto dengan pendekatan static group comparison. Metode yang digunakan ini lebih mentitik beratkan pada penelitian komparatif. Mengenai hal ini, M. Nasir (1999:68)
(30)
menyatakan “Penelitian komparatif adalah sejenis penelitian deskriftif yang ingin mencari jawaban secara mendasar tentang sebab akibat, dengan menganalisa faktor-faktor penyebab terjadinya atau pun munculnya suatu fenomena tertentu”. Selanjutnya Arikunto (1997:237) menjelaskan bahwa, “Pada penelitian ini , peneliti tidak memulai prosesnya dari awal, tetapi langsung mengambil hasil”. Tujuan penelitian ex post facto adalah melihat akibat dari suatu fenomena dan menguji hubungan sebab akibat dari data-data setelah semua kejadian yang dikumpulkan telah selesai berlangsung.
Berdasarkan pernyataan di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa penelitian ex
post facto dapat digunakan untuk pemecahan suatu masalah dari suatu penyelidikan
yaitu mencari jawaban secara mendasar tentang sebab akibat, dengan menganalisa faktor-faktor penyebab terjadinya atau pun munculnya suatu fenomena tertentu dari data-data setelah semua kejadian yang dikumpulkan telah selesai berlangsung.
Oleh karena itu, penulis meyakini dengan menggunakan metode penelitian ex
post facto ini akan memperoleh informasi yang berkenaan dengan masalah yang
hendak diungkap. Dengan demikian metode penelitian ex post facto ini merupakan metode yang cocok untuk penelitian yang penulis laksanakan, yaitu untuk mengungkap pengaruh motivasi belajar dan kegiatan ekstrakurikuler siswa SMK terhadap prestasi belajar Pendidikan Jasmani di kalangan siswa SMK Negeri 1 Cidaun kabupaten Cianjur.
(31)
B. Desain Penelitian
Dalam suatu penelitian perlu adanya desain penelitian, yang gunanya untuk memudahkan dan menunjang penelitian supaya lebih terarah. Selanjutnya penelitian ini menggunakan desain penelitian ex post facto, dengan metode yang menitik beratkan pada penelitian komparatif. Mengenai hal ini, M. Natsir (1999:68) menyatakan “Penelitian komparatif adalah sejenis penelitian deskriftif yang ingin mencari jawaban secara mendasar tentang sebab akibat, dengan menganalisa faktor-faktor penyebab terjadinya ataupun munculnya suatu fenomena tertentu.” Pada desain ini, sampel dibagi menjadi dua kelompok yakni kelompok yang seolah-olah diberikan perlakuan dan satu kelompok tidak melakukan perlakuan dan berfungsi sebagai kelompok kontrol atau pembanding.
Untuk memperjelas tentang desain penelitian ex post facto yang dimaksud dapat dilihat pada gambar 3.1 berikut:
Gambar 3.1
Desain Penelitian Ex Post Facto
A1 C A2 C B1 C B2 C
(32)
Keterangan:
A1 : Kelompok Siswa Motivasi Belajar Tinggi A2 : Kelompok Siswa Motivasi Belajar Rendah B1 : Kelompok Siswa yang Ikut Ekstrakurikuler B2 : Kelompok Siswa yang Tidak Ikut Ekstrakurikuler C : Prestasi Belajar Kelompok Pendidikan Jasmani
Mengacu pada hal tersebut di atas, maka rancangan desain penelitian diatas dapat digambarkan dalam model faktorial 1 X 2, yaitu sebagai berikut:
1. Model Faktorial 1 X 2
Tabel 3.1
Faktorial Prestasi Belajar 1 X 4
Variabel Terikat Variabel Bebas
A1 A2 B1 B2
C CA1 CA2 CB1 CB2
Keterangan:
CA1: Prestasi belajar siswa motivasi belajar tinggi CA2: Prestasi belajar siswa motivasi belajar rendah CB1: Prestasi belajar siswa ikut kegiatan ekstrakurikuler CB2: Prestasi belajar siswa tidak ikut kegiatan ekstrakurikule
(33)
Tabel 3.2
Faktorial Motivasi Belajar 2 X 2
Variabel Teikat Variabel Bebas
B1 B2
C A1 CA1B1 CA1B2
A2 CA2B1 CA2B2 Keterangan:
CA1B1: Prestasi belajar siswa motivasi tinggi ikut ekstrakurikuler CA1B2: Prestasi belajar siswa motivasi tinggi tidak ikut ekstrakurikuler CA2B1: Prestasi belajar siswa motivasi rendah ikut ekstrakurikuler CA2B2: Prestasi belajar siswa motivasi rendah tidak ikut ekstrakurikuler
C. Populasi dan Sampel
Populasi adalah sekumpulan objek yang memiliki karakteristik tertentu, sebagaimana dikemukakan oleh Purwanto (1990:5) bahwa “Populasi adalah seluruh data yang menjadi perhatian kita dalam suatu ruang lingkup dan waktu yang kita tentukan”. Sedangkan Menurut Nawawi (1993:141) adalah:
Keseluruhan obyek penelitian yang dapat terdiri dari manusia, benda-benda, hewan, tumbuh-tumbuhan, gejala-gejala, nilai tes atau peristiwa-peristiwa sebagai sumber data yang memiliki karakteristik tertentu di dalam suatu penelitian.
Adapun menurut Riduwan (2010:54) “Populasi merupakan objek atau subjek yang berada pada suatu wilayah dan memenuhi syarat-syarat tertentu berkaitan dengan masalah penelitian”.
(34)
Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah seluruh siswa SMK Negeri 1 Cidaun Kab. Cianjur yang berjumlah 383 siwa pada tahun ajararan 2009-2010. Ada sekitar 120 orang yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler kecabangan olahraga yakni 40 orang siswa untuk cabang bola voli, 30 siswa mengikuti cabang sepak bola, 20 siswa mengikuti cabang bola basket, 30 siswa mengikuti cabang pencak silat. Untuk memudahkan proses penelitian, maka penulis mengambil sebagian dari populasi untuk dijadikan sampel.
Sampel menurut Sugiyono (2005:91) adalah “sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut”. Sedangkan menurut Riduwan (2010:56) “sampel adalah bagian dari populasi yang mempunyai ciri-ciri atau keadaan tertentu yang akan diteliti”. Dengan kata lain sampel harus representatif dalam arti segala karakteristik populasi tercermin pula dalam sampel yang diambil. Untuk menentukan sampel dalam penelitian ini yaitu dengan mengacu pada rumus dari Taro Yamane (Riduwan; 2010:65) sebagai berikut:
. 1
Dimana : n = Jumlah sampel N = Jumlah populasi
d2= Presisi yang diharapkan Total populasi adalah 383 siswa
. , = , = , = 79,3 ≈ 80 responden
Jika merujuk pada rumus di atas, maka dengan populasi siswa SMK Negeri 1 Cidaun Kabupaten Cianjur saat ini adalah 383 siswa dan 120 siswa mengikuti
(35)
kegiatan ekstra kurikuler kecabangan olahraga, lalu peneliti menginginkan presisi sebesar 10%, maka teknik penarikan sampel yang representatif adalah dengan menggunakan teknik Probably Sampling yakni Proportionate Stratified Random
Sampling.
Dari jumlah sampel tersebut kemudian untuk mencari sampel berstrata menggunakan rumus:
.
Dimana : ni = Jumlah sampel meurut sratum n = Jumlah sampel seluruhnya Ni = Jumlah populasi menurut sratum N = Jumlah populasi seluruhnya Jumlah sampel sebanyak 80 siswa
Kemudian dicari sampel berstrata dengan rumus ni = (Ni : N) n a) Siswa yang ikut ekstrakurikuler kecabangan olahraga
120 : 383 x 80 = 25,1 ≈ 25 responden
b) Siswa yang tidak ikut ekstrakurikuler kecabangan olahraga 263 : 383 x 80 = 54,9 ≈ 55 responden
Dengan demikian dibutuhkan sekitar 80 responden siswa dengan spesifikasi 55 responden dari 263 siswa yang tidak mengikuti kegiatan ekstra kurikuler kecabangan olahraga dan 25 responden dari 120 siswa yang mengikuti kegiatan ekstra kurikuler kecabangan olahraga. Berikut adalah tabel 3.3, tabel populasi dan sampel penelitian ini:
(36)
Tabel 3.3
Tabel Populasi dan sampel Penelitian
Siswa SMK Negeri 1 Cidaun Populasi Sampel
Total siswa 383 80
Tidak ikut ekstra kurikuler 263 55
Ikut ekstrakurikuler kecabangan olahraga 120 25
D. Definisi Operasional dan Variabel
1. Definisi Operasional
a. Prestasi Belajar
Prestasi belajar yang dimaksud dalam konteks penelitian ini adalah nilai akademik siswa dalam mata pelajaran pendidikan jasmani yang terdapat di dalam laporan hasil belajar siswa (raport).
b. Kegiatan Ekstrakurikuler
Kegiatan ekstrakurikuler yang dimaksud dalam penelitian ini adalah ekstrakurikuler kecabangan olahraga yang terselenggara secara resmi di sekolah untuk mengembangkan minat dan bakat siswa dalam kecabangan olahraga tersebut.
(37)
c. Motivasi Belajar
Motivasi belajar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah keseluruhan daya penggerak pada diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar siswa terhadap pembelajaran pendidikan jasmani di sekolah.
2. Variabel Penelitian
Pada penelitian ini penulis menetapkan variabel-variabel yang akan dikaji dan diberi batasan-batasan terhadap kemungkinan terjadinya penafsiran suatu istilah yang menyebabkan kekeliruan pendapat dan dapat mengaburkan (menjadi bias) akan pengertian yang sebenarnya.
Variabel-variabel tersebut terdiri dari variabel bebas (independent) dan variabel terikat (dependent). Variable bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya dan timbulnya variabel terikat. Pada penelitian ini yang menjadi variabel bebas adalah motivasi belajar siswa dan kegiatan ekstrakurikuler. Sedangkan variabel terikat adalah merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas. Pada penelitian ini yang menjadi variabel terikatnya adalah prestasi belajar pendidikan jasmani siswa dan juga motivasi belajar siswa.
Secara rinci dapat diidentifikasikan variabel-variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Variabel bebas
Dalam penelitian ini yang menjadi variabel bebasnya atau variabel yang berperan sebagai faktor yang mempengaruhi adalah motivasi belajar siswa, dalam
(38)
hal ini motivasi belajar siswa terhadap pembelajaran pendidikan jasmani. Satu lagi yaitu kegiatan ekstrakurikuler, dalam hal ini ekstrakurikuler kecabangan olahraga, dan siswa dikelompokan menjadi dua yaitu kelompok siswa yang ikut ekstrakurikuler dan kelompok siswa yang tidak ikut ekstrakurikuler.
b. Variabel terikat
Dalam penelitian ini variabel terikatnya atau variabel yang terpengaruh adalah prestasi belajar siswa, dalam hal ini prestasi siswa pada pembelajaran pendidikan jasmani yang tertuang dalam nilai laporan hasil belajar (raport) siswa pada semester genap pada jenjang pendidikan yang sedang ditempuh siswa pada saat itu. Disisi lain motivasi siswa juga bisa berubah fungsi menjadi variabel terikat yang terpengaruh oleh variabel bebas kegiatan ekstrakurikuler.
E. Instrumen Penelitian
Untuk mengumpulkan data yang diperoleh dalam penelitian ini perlu menggunakan alat ukur seperti yang dikemukakan oleh Nurhasan (2000:2) sebagai berikut: “Dalam proses pengukuran membutuhkan alat ukur, dengan alat ini kita akan mendapat data yang merupakan hasil pengukuran”.
Untuk memperoleh data yang akurat dalam sebuah penelitian tentunya diperlukan sebuah alat yang disebut instrumen. Mengenai instrumen ini, Arikunto (1997:138) menerangkan sebagai berikut:
Berbicara tentang jenis-jenis metode dan instrumen pengumpulan data sebenarnya tidak ubahnya dengan berbicara masalah evaluasi. Mengevaluasi tidak lain adalah memperoleh data tentang status sesuatu dibandingkan dengan
(39)
standar atau ukuran yang telah ditentukan, karena mengevaluasi juga adalah mengadakan pengukuran”.
Oleh karena itu alat atau instrumen dalam sebuah penelitian mutlak harus ada sebagai bahan untuk pemecahan masalah penelitian yang hendak diteliti. Secara garis besar mengenai alat atau instrumen ini Arikunto (1997:138) menggolongkannya ke dalam dua macam yaitu tes dan non tes. Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan atau alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan, inteligensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok. Non tes adalah dengan mengamati sampel yang diteliti sesuai dengan kebutuhan penelitian sehingga diperoleh data yang diinginkan.
Adapun alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan angket untuk mengukur tingkat motivasi belajar siswa, sedangkan untuk kegiatan ekstra kurikuler dan prestasi belajar dapat dilihat dari nilai raport siswa tersebut.
Jenis angket yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah angket tertutup, yakni angket tersebut telah tersusun atas pernyataan yang tegas, teratur, kongkrit, lengkap dan responden menjawab hanya sesuai dengan alternatif jawaban yang telah tersedia.
Berkaitan dengan langkah-langkah penyusunan angket, maka penulis melakukan langkah-langkahnya sebagai berikut:
1. Melakukan Spesifikasi Data
Dalam melakukan spesifikasi data ini dimaksudkan untuk menjabarkan ruang lingkup masalah yang akan diukur dengan terperinci. Untuk memperoleh
(40)
data tersebut, terlebih dahulu penulis mengungkapkan tentang komponen-komponen motivasi belajar siswa. Motivasi belajar menurut Sardiman (2004:75) adalah “keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar”.
Adapun komponen motivasi belajar tersebut terdiri dari motivasi intrinsik dan ekstrinsik. Motivasi intrinsik antara lain keinginan untuk melakukan kegiatan belajar, keinginan yang kuat untuk berprestasi, keinginan untuk lebih baik dari teman dan ketekunan mengerjakan tugas-tugas yang diberikan. Sedangkan motivasi ekstrinsik antara lain dorongan dari guru, dorongan dari orang tua, sarana/fasilitas yang ada di sekolah dan dorongan dari teman/saudara.
Mengacu pada komponen motivasi siswa tersebut, maka berikut ini adalah rincian dimensi, indikator dan butir soal yang dipakai untuk memperoleh informasi berkaitan dengan motivasi siswa: Kisi-kisi spesifikasi data instrument motivasi belajar pendidikan jasmani ini peneliti mengadopsi dari kisi-kisi motivasi belajar siswa (Riduwan; 2010: 79), lalu dimodifikasi dengan merubah pernyataan dan sistem penilaiannya.
(41)
Tabel 3.4
Kisi-kisi Uji Coba Angket Untuk Motivasi Belajar Siswa
No Dimensi Indikator Item + Item - Jumlah
1 Ketekunan dalam belajar
• Kehadiran di sekolah
• Mengikuti PBM di Kelas
• Belajar di Rumah
1,3,5 6,8 10,12,14 2,4 7,9 11,13,15 5 4 6 2 Ulet dalam menghadapi kesulitan
• Sikap terhadap kesulitan
• Usaha mengatasi kesulitan 16,18,20 22 17,19,21 23 6 2 3 Minat dan ketajaman perhatian dalam belajar
• Kebiasaan dalam mengikuti pelajaran
• Semangat dalam mengikuti pelajaran 24,26 28,30 25,27 29,31 4 4
4 Berprestasi dalam belajar
• Keinginan untuk berprestasi
• Kualifikasi hasil
32,33 35,37 34 36,38 3 4
5 Mandiri dalam Belajar
• Penyelesaian tugas/PR
• Menggunakan kesempatan di luar sekolah 39,41 43,45 40,42 44,46 4 4
2. Penyusunan Angket
Variasi-variasi yang telah dirumuskan kedalam bentuk kisi-kisi tersebut, selanjutnya dijadikan penyusunan butir-butir pertanyaan. Butir pertanyaan dibuat dalam bentuk pernyataan-pernyataan dengan kemungkinan jawaban yang telah tersedia. Responden hanya dituntut untuk memilih salah satu dari lima alternatif jawaban yang sesuai dengan diri responden.
(42)
Selanjutnya langkah-langkah penyusunan angket dalam penalitian ini, penulis berpedoman pada pendapat Arikunto (1997:141) bahwa:
a. Membuat kata pengantar seperlunya sebagai pembuka yang sifatnya luas dan menarik, maka penulis menghindari kata-kata yang egosentris dan kurang halus
b. Memandang perlu membuat petunjuk ringkas, supaya responden dengan mudah menjawab pernyataan
c. menyusun item dan kalimat yang sederhana, tetapi jelas dan tidak mengandung arti rangkap dan tidak samara-samar sifatnya
d. Membuat pernyataan yang sesuai dengan keadaan kemampuan intelektual para responden (subjek riset)
e. Membuat item, yaitu singkat, sederhana, jelas sehingga tidak menuntut waktu, tenaga, pikiran para responden
f. Menghindari kata-kata yang berlebihan, kata-kata yang sangat emosional dan kurang sopan yang mungkin bisa menyinggung perasaan responden
g. Membuat item yang tertutup, agar responden lebih tertarik
h. Tidak membuat kuesioner yang terlampau panjang dan bertele-tele.
Setelah dibuat soal untuk angket motivasi, maka selanjutnya diuji cobakan kepada responden yang memiliki karakteristik yang sama dengan sampel yang hendak diteliti. Data dari hasil uji coba tersebut lalu diolah dan dianalisis untuk mengetahui derajat validitas dan reliabilitasnya.
Menetapkan patokan yang diberikan pada setiap butir pertanyaan sebagai berikut:
a. Untuk pernyataan positif dimulai dari SS=5, S=4, TB=3, KS=2, TS=1 b. Untuk pernyataan negatif dimulai dari SS=1, S=2, TB=3, KS=4, TS=5
(43)
Tabel 3.5
Skor Alternatif Jawaban
Selanjutnya kisi-kisi tersebut dibuat soal yang berupa angket dan disebarkan untuk di uji cobakan kepada sampel yang bukan sebenarnya tetapi memiliki karakteristik yang sama dengan sampel yang akan diteliti. Setelah dilakukan penghitungan dan di dapat validitas dan reliabilitasnya kemudian angket tersebut disebarkan kepada sampel yang sebenarnya.
F. Uji Validitas dan Reliabilitas Angket
Setelah menyusun instrumen penelitian berupa angket, maka dilaksanakanlah uji coba angket, pelaksanaan uji coba angket pada tanggal 13-15 mei 2010 kepada 30 orang responden (siswa SMK Negeri 1 Cidaun), selanjutnya penulis menentukan tingkat validitas dan reliabilitas terhadap setiap butir pernyataan dari responden. Mengenai validitas ini Arikunto (2002:145) mengemukakan bahwa:
Alternatif Jawaban Skor Jawaban
Positif Negatif
Sangat Sesuai (SS) Sesuai (S)
Ragu-ragu (R) Kurang Sesuai (KS) Tidak Sesuai (TS)
5 4 3 2 1
1 2 3 4 5
(44)
Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila dapat mengungkap data dari variable yang diteliti secara tepat. Tinggi rendahnya validitas instrumen menunjukkan sejauh mana data yang terkumpul tidak menyimpang dari gambaran tentang validitas yang dimaksud.
Adapun langkah-langkah yang ditempuh penulis dalam mencari validitas adalah sebagai berikut:
1. Memberikan skor pada masing-masing pernyataan.
2. Menjumlahkan skor pada seluruh jumlah butir pernyataan.
3. Merangking skor responden dari skor yang tertinggi sampai yang terendah.
4. Menetapkan 50% responden kelompok atas (kelompok yang memperoleh skor tinggi).
5. Menetapkan 50% responden kelompok bawah (kelompok yang memperoleh skor rendah).
6. Mencari skor rata-rata dari setiap butir penyataan, baik untuk kelompok atas maupun kelompok bawah dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
X =
n X
∑
Keterangan: X = Nilai rata-rata untuk kelompok atas dan kelompok bawah
Σ X = Jumlah skor
(45)
7. Mencari simpangan baku dari setiap butir pernyataan baik untuk kelompok atas maupun untuk kelompok bawah dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
S = 1 ) ( 2 − − ∑ n X Xi
Keterangan: S = Simpangan baku
X = Skor rata-rata
n = Jumlah sampel
8. Mencari simpangan baku gabungan untuk setiap butir pernyataan antara kelompok atas dan kelompok bawah dengan menggunakan rumus sebagai berikut: Sgab = 2 ) ( ) 1 ( ) 1 ( 2 1 2 2 2 2 1 1 − + − + − n n s n s n
Keterangan: Sgab = Simpangan baku gabungan
n1 = Banyaknya responden kelompok atas
n2 = Banyaknya responden kelompok bawah
S1 = Simpangan baku kelompok atas
(46)
9. Mencari nilai t-hitung untuk tiap butir pernyataan dengan menggunakan rumus:
t =
2 1
2 1
1 1
n n Sgab
X X
+ −
Keterangan: t = Nilai t-hitung setiap butir tes
1
X = Nilai rata-rata kelompok atas
2
X = Nilai rata-rata kelompok bawah Sgab = Simpangan baku gabungan
n1 = Banyaknya responden kelompok atas n2 = Banyaknya responden kelompok bawah
Setelah nilai diketahui, maka selanjutnya membandingkan nilai t-hitung yang telah dicari dengan t-table dalam taraf signifikansi α0,05 atau tingkat kepercayaan 95% dengan derajat kesahihan = n1+n2-2, yaitu 15+15-2 = 28, maka nilai t-tabel menunjukan nilai 1,701.
Sebuah butir tes dikatakan valid apabila setelah dilakukan pendekatan signifikansi yaitu jika t-hitung lebih besar dari atau sama dengan t-tabel, maka butir pernyataan tersebut dapat digunakan sebagai tes dalam pengumpulan data. Tetapi jika sebaliknya t-hitung lebih kecil dari t-tabel, maka butir pernyataan tersebut tidak dapat digunakan kembali dalam pengambilan data karena tidak sinifikansi pada tingkat kepercayaan tertentu.
(47)
Jumlah butir tes yang penulis siapkan dalam uji coba ini adalah sebanyak 46 pernyataan. Berdasarkan hasil penghitungan, maka diperoleh butir tes yang valid sebagai berikut:
Tabel 3.6
Hasil Uji Validitas Instrumen
No t-hitung t-tabel Keterangan 1 1,821 1,701 Valid 2 0,192 1,701 Tidak Valid 3 0,553 1,701 Tidak Valid 4 -0,902 1,701 Tidak Valid 5 0,273 1,701 Tidak Valid 6 1,023 1,701 Tidak Valid 7 1,900 1,701 Valid 8 -0,594 1,701 Tidak Valid 9 2,409 1,701 Valid 10 2,045 1,701 Valid 11 -2,123 1,701 Tidak Valid 12 1,863 1,701 Valid 13 2,537 1,701 Valid 14 0,000 1,701 Tidak Valid 15 3,119 1,701 Valid 16 2,596 1,701 Valid 17 3,501 1,701 Valid 18 2,782 1,701 Valid 19 3,527 1,701 Valid 20 2,284 1,701 Valid 21 1,709 1,701 Valid 22 1,731 1,701 Valid 23 1,989 1,701 Valid 24 0,000 1,701 Tidak Valid 25 2,640 1,701 Valid 26 1,704 1,701 Valid 27 1,879 1,701 Valid 28 2,538 1,701 Valid 29 1,966 1,701 Valid 30 0,000 1,701 Tidak Valid 31 2,899 1,701 Valid 32 0,000 1,701 Tidak Valid 33 -0,812 1,701 Tidak Valid
(48)
Tabel 3.7
Hasil Uji Validitas Instrumen (lanjutan)
No t-hitung t-tabel Keterangan 34 1,997 1,701 Valid 35 0,200 1,701 Tidak Valid 36 1,748 1,701 Valid 37 1,780 1,701 Valid 38 1,971 1,701 Valid 39 -0,387 1,701 Tidak Valid 40 1,982 1,701 Valid 41 -0,849 1,701 Tidak Valid 42 3,131 1,701 Valid 43 0,280 1,701 Tidak Valid 44 2,479 1,701 Valid 45 2,280 1,701 Valid 46 2,601 1,701 Valid
Berdasarkan hasil penghitungan analisis validitas instrumen dari setiap butir pernyataan yang berjumlah 46 butir, diperoleh 30 butir soal yang valid, artinya butir pernyataan tersebut dapat digunakan sebagai alat pengumpul data pada tes motivasi belajar. Selanjutnya butir soal yang valid tersebut akan digunakan sebagai alat tes motivasi belajar yang hendak penulis teliti kepada sampel yang sebenarnya yaitu sebanyak 30 butir pernyataan.
Setelah menghitung kadar validitas dari setiap butir pernyataan, maka selanjutnya menentukan reliabilitas, yang langkah-langkahnya sebagai berikut:
1. Membagi soal yang valid menjadi dua bagian yaitu soal yang bernomor ganjil dan soal yang bernomor genap.
2. Skor dari butir-butir soal yang bernomor ganjil dikelompokan menjadi variable X dan skor dari butir-butir soal genap dijadikan variable Y.
(49)
3. Mengkorelasikan antara skor butir soal yang bernomor ganjil dengan butir-butir soal yang bernomor genap, dengan menggunakan rumus teknik korelasi Pearson Product Moment.
rxy =
} ) ( }{ ) ( { ) )( ( 2 2 2 2 Y Y n X X n Y X XY n ∑ − ∑ ∑ − ∑ ∑ ∑ − ∑
Keterangan: rxy = Koefisien yang dicari
∑XY = Jumlah perkalian skor X dan Y
∑X2 = Jumlah skor X2
∑Y2 = Jumlah skor Y2
n = Jumlah sampel
Tabel 3.8
Hasil Uji Reliabilitas Instrumen
No Sampel
∑ Genap (X)
∑ Ganjil
(Y) X² Y² X.Y
1 65 69 4225 4761 4485
2 65 63 4225 3969 4095
3 64 65 4096 4225 4160
4 57 66 3249 4356 3762
5 61 60 3721 3600 3660
6 61 57 3721 3249 3477
7 64 57 4096 3249 3648
8 62 61 3844 3721 3782
9 60 58 3600 3364 3480
(50)
Tabel 3.9
Hasil Uji Reliabilitas Instrumen (lanjutan)
No Sampel
∑ Genap (X)
∑ Ganjil
(Y) X² Y² X.Y
11 61 55 3721 3025 3355
12 58 58 3364 3364 3364
13 60 58 3600 3364 3480
14 61 60 3721 3600 3660
15 60 56 3600 3136 3360
16 52 57 2704 3249 2964
17 59 52 3481 2704 3068
18 55 52 3025 2704 2860
19 53 52 2809 2704 2756
20 54 52 2916 2704 2808
21 52 52 2704 2704 2704
22 52 51 2704 2601 2652
23 46 51 2116 2601 2346
24 50 52 2500 2704 2600
25 51 45 2601 2025 2295
26 48 52 2304 2704 2496
27 49 44 2401 1936 2156
28 49 42 2401 1764 2058
29 45 44 2025 1936 1980
30 44 47 1936 2209 2068
∑ 1677 1647 94891 91713 93060
rxy =
} ) ( }{ ) ( { ) )( ( ) ( 2 2 2 2 Y Y n X X n Y X XY n ∑ − ∑ ∑ − ∑ ∑ ∑ − ∑ = } ) 1647 ( 91713 . 30 }{ ) 1677 ( 94891 . 30 { ) 1647 )( 1677 ( ) 93060 ( 30 2 2 − − − = ) 2712609 2751390 )( 2812329 2846730 ( 2762019 2791800 − − −
(51)
= ) 38781 )( 34401 ( 29781 = 1334105181 29781 = 40 , 36525 29781 = 0,815
4. Mencari reliabilitas koefisien seluruh perangkat item tes dengan menggunakan rumus Spearman Brown.
rii = xy xy r r + 1 ) ( 2
Keterangan: rii = Reliabilitas instrumen
rxy = Koefisien korelasi
rii = xy xy r r + 1 ) ( 2 = 815 , 0 1 ) 815 , 0 ( 2 + = 815 , 1 631 , 1 = 0,898
(52)
Dari hasil penghitungan diperoleh r-hitung = 0,898 sedangkan r-tabel Product Moment diketahui bahwa dengan n= 28 harga r 0,95 = 0,374. Dengan demikian maka r-hitung lebih besar dari r-tabel, hal ini menunjukan bahwa instrumen penelitian ini dapat dipercaya atau reliabel.
G. Prosedur Pengolahan Data
Setelah uji coba angket dilakukan, maka selanjutnya dilakukan pengujian validitas yaitu untuk mengetahui berapa banyak butir soal yang valid dan yang tidak validnya. Selanjutnya penulis melakukan uji reliabilitas terhadap butir soal yang valid yaitu untuk mengetahui angket tersebut reliabel. Setelah diketahui angket tersebut sudah valid dan reliabel maka langkah berikutnya adalah melakukan penyebaran angket pada 80 orang responden sampel penelitian pada tanggal 3-5 juni 2010 dan selanjtnya pengolahan data. Dari 80 responden, peneliti hanya menggunakan 27% kelompok atas dan 27% kelompok bawah yang dijadikan sebagai pembanding dalam uji perbedaan dua rata-rata, sehingga hanya 44 data responden saja yang diolah dalam menjawab rumusan masalah yang diajukan dalam penelitian ini. Selanjutnya dalam pengolahan data ini penulis menggunakan Program SPSS 16.
Sebelum teknik pengolahan data dilakukan, terlebih dahulu dilakukan pengujian persyaratan analisis yaitu dengan uji normalitas dan homogenitas data, uji ini dilakukan dengan program SPSS 16. Lalu menarik kesimpulan uji normalitas dan homogenitasnya.
(53)
Setelah dilakukan uji normalilitas dan homogenitas data, selanjutnya adalah menganalisis data penelitian sesuai dengan hasil uji normalitas dan homogenitas data. Peneliti akan menggunakan analisis statistik parametrik manakala data terdistribusi normal dan homogen, atau sebaliknya peneliti akan menggunakan teknik analisis statistik non-parametrik manakala data tidak terdistribusi normal dan tidak homogen. Dalam hal ini peneliti menggunakan program SPSS 16. Selanjutnya adalah menguji hipotesis penelitian dengan hasil analisis data, lalu menarik kesimpulan dari data yang sudah dianalisis dan diuji hipotesisnya.
(54)
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan analisis data dan pembahasan yang telah dilakukan pada bab sebelumnya, diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
1. Motivasi belajar siswa tidak berpengaruh secara signifikan terhadap prestasi belajar pendidikan jasmani. Artinya adalah bahwa peengaruh motivasi belajar siswa terhadap prestasi belajar Pendidikan Jasmani di kalangan siswa SMK Negeri 1 Cidaun menunjukkan pengaruh yang tidak nyata, yakni motivasi belajar siswa tidak secara signifikan berpengaruh terhadap prestasi belajar Pendidikan Jasmani.
Dalam penelitian ini terdapat perbedaan antara landasan teori dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti, hal ini bisa saja terjadi dikarenakan oleh beberapa faktor antara lain: 1. Metode penelitian yang kurang tepat dalam mengungkap pengaruh motivasi belajar siswa terhadap prestasi belajar pendidikan jasmani, 2. Terdapat ketakutan pada responden jika angket yang mereka isi akan berpengaruh terhadap penilaian prestasi belajar pada mata pelajaran Pendidikan Jasmani, padahal angket ini tidak akan merubah prestasi belajar yang telah mereka capai.
2. Kegiatan ekstrakurikuler kecabangan olahraga berpengaruh secara signifikan terhadap prestasi belajar pendidikan jasmani. Artinya yaitu pengaruh kegiatan ekstrakurikuler kecabangan olahraga terhadap prestasi
(55)
belajar Pendidikan Jasmani di kalangan siswa SMK Negeri 1 Cidaun Kabupaten Cianjur menunjukkan pengaruh yang nyata.
Dalam penelitian ini kegiatan ekstrakurikuler berfungsi sebagaimana mestinya sebagai kegiatan pendukung/penunjang pembelajaran di sekolah terhadap pencapaian prestasi belajar yang diinginkan dalam kegiatatan utamanya yakni pembelajaran Pendidikan Jasmani itu sendiri sebagai kegiatan intrakurikuler di sekolah. Dengan mengikuti kegiatan ekstrakurikuler kecabangan olahraga, maka prestasi belajar pendidikan jasmani pada kegiatan intrakurikulerpun akan lebih baik dibandingkan siswa yang tidak mengikuti kegiatan ekstrakurikuler.
3. Motivasi belajar siswa dan kegiatan ekstrakurikuler kecabangan olahraga berpengaruh signifikan terhadap prestasi belajar Pendidikan Jasmani di kalangan siswa SMK Negeri 1 Cidaun. Pengaruh motivasi belajar siswa dan kegiatan ekstrakurikuler terhadap prestasi belajar Pendidikan Jasmani di kalangan siswa SMK Negeri 1 Cidaun menunjukkan pengaruh yang nyata. Akan tetapi jika dikaji lebih mendalam lagi, ternyata pengaruh kegiatan ekstrakurikuler kecabangan olahraga lebih dominan dalam mempengaruhi prestasi belajar pendidikan jasmani.
Motivasi belajar dan kegiatan ekstrakurikuler kecabangan olahraga, keduanya memiliki peranan yang berbeda dalam meningkatkan prestasi belajar pendidikan jasmani di SMK Negeri 1 Cidaun kabupaten Cianjur. Dengan motivasi belajar yang tinggi dan mengikuti kegiatan ekstrakurikuler kecabangan olahraga yang ada di sekolah, maka dapat
(56)
dipastikan siswa tersebut memiliki motivasi yang lebih besar terhadap pembelajaran pendidikan jasmani di sekolah dan prestasinyapun cenderung akan lebih baik daripada siswa yang tidak mengikuti kegiatan ekstrakurikuler kecabangan olahraga di SMK Negeri 1 Cidaun Kabupaten Cianjur.
B. Saran
Sehubungan dengan penelitian yang penulis lakukan, maka penulis ingin mengemukakan beberapa saran sebagai berikut:
1. Bagi siswa/i SMKN 1 Cidaun yang berpartisipasi dalam kegiatan ekstrakurikuler kecabangan olahraga agar terus ditingkatkan partisipasi keaktifannya dalam kegiatan ekstrakurikuler kecabangan olahraga di sekolah, dan bagi siswa/i yang belum berpartisipasi dalam kegiatan ekstrakurikuler agar mau berpartisipasi dalam kegiatan ekstrakurikuler kecabangan olahraga, supaya pencapaian prestasi belajar pendidikan jasmani pada khususnya dan prestasi belajar keseluruhan pada umumnya dapat terwujud ke arah yang lebih baik, apalagi kalau ditunjang dengan motivasi belajar yang kuat untuk mencapai prestasi belajar secara optimal. 2. Bagi para guru pendidikan jasmani apabila ingin peserta didiknya
mendapatkan prestasi belajar yang lebih baik, senantiasa lebih ditingkatkan lagi dalam memberikan motivasi terhadap pembelajaran pendidikan jasmani, dan mendorong mereka untuk ikut berpartisipasi dan berperan aktif dalam kegiatan ekstrakurikuler kecabangan olahraga di sekolah, serta turut berperan dalam pembinaan kegiatan ekstrakurikuler
(57)
kecabangan olahraga dan dapat mengarahkan pembina ekstrakurikuler kecabangan olahraga yang tidak mempunyai latar belakang pendidikan di bidang pendidikan jasmani, kepelatihan olahraga, maupun ilmu keolahragaan lainnya, tentang pola pembinaan dalam kecabangan olahraga secara menyeluruh.
3. Bagi pihak sekolah dan para pengambil kebijakan dalam dunia pendidikan, apabila ingin peserta didik mempunyai prestasi belajar pendidikan jasmani yang optimal, maka sebaiknya sarana dan prasarana serta semua faktor pendukung pembelajaran pendidikan jasmani maupun kegiatan ekstrakurikuler kecabangan olahraga supaya dilengkapi, dan juga supaya menciptakan lingkungan yang kondusif untuk pembelajaran pendidikan jasmani maupun kegiatan ekstrakurikuler kecabangan olahraga.
4. Bagi peneliti selanjutnya, diharapkan agar dapat melanjutkan penelitian dengan cakupan yang lebih luas lagi ataupun lebih mendalam, karena penulis merasa masih banyak kekurangan dan keterbatasan dalam penelitian ini, misalnya saja dalam pengkajian kegiatan ekstrakurikuler kecabangan olahraga kontribusinya terhadap prestasi belajar secara keseluruhan atau terhadap kelulusan Ujian Nasional (UN) bukan hanya terhadap mata pelajaran Pendidikan Jasmani saja.
(1)
belajar Pendidikan Jasmani di kalangan siswa SMK Negeri 1 Cidaun Kabupaten Cianjur menunjukkan pengaruh yang nyata.
Dalam penelitian ini kegiatan ekstrakurikuler berfungsi sebagaimana mestinya sebagai kegiatan pendukung/penunjang pembelajaran di sekolah terhadap pencapaian prestasi belajar yang diinginkan dalam kegiatatan utamanya yakni pembelajaran Pendidikan Jasmani itu sendiri sebagai kegiatan intrakurikuler di sekolah. Dengan mengikuti kegiatan ekstrakurikuler kecabangan olahraga, maka prestasi belajar pendidikan jasmani pada kegiatan intrakurikulerpun akan lebih baik dibandingkan siswa yang tidak mengikuti kegiatan ekstrakurikuler.
3. Motivasi belajar siswa dan kegiatan ekstrakurikuler kecabangan olahraga berpengaruh signifikan terhadap prestasi belajar Pendidikan Jasmani di kalangan siswa SMK Negeri 1 Cidaun. Pengaruh motivasi belajar siswa dan kegiatan ekstrakurikuler terhadap prestasi belajar Pendidikan Jasmani di kalangan siswa SMK Negeri 1 Cidaun menunjukkan pengaruh yang nyata. Akan tetapi jika dikaji lebih mendalam lagi, ternyata pengaruh kegiatan ekstrakurikuler kecabangan olahraga lebih dominan dalam mempengaruhi prestasi belajar pendidikan jasmani.
Motivasi belajar dan kegiatan ekstrakurikuler kecabangan olahraga, keduanya memiliki peranan yang berbeda dalam meningkatkan prestasi belajar pendidikan jasmani di SMK Negeri 1 Cidaun kabupaten Cianjur. Dengan motivasi belajar yang tinggi dan mengikuti kegiatan ekstrakurikuler kecabangan olahraga yang ada di sekolah, maka dapat
(2)
dipastikan siswa tersebut memiliki motivasi yang lebih besar terhadap pembelajaran pendidikan jasmani di sekolah dan prestasinyapun cenderung akan lebih baik daripada siswa yang tidak mengikuti kegiatan ekstrakurikuler kecabangan olahraga di SMK Negeri 1 Cidaun Kabupaten Cianjur.
B. Saran
Sehubungan dengan penelitian yang penulis lakukan, maka penulis ingin mengemukakan beberapa saran sebagai berikut:
1. Bagi siswa/i SMKN 1 Cidaun yang berpartisipasi dalam kegiatan ekstrakurikuler kecabangan olahraga agar terus ditingkatkan partisipasi keaktifannya dalam kegiatan ekstrakurikuler kecabangan olahraga di sekolah, dan bagi siswa/i yang belum berpartisipasi dalam kegiatan ekstrakurikuler agar mau berpartisipasi dalam kegiatan ekstrakurikuler kecabangan olahraga, supaya pencapaian prestasi belajar pendidikan jasmani pada khususnya dan prestasi belajar keseluruhan pada umumnya dapat terwujud ke arah yang lebih baik, apalagi kalau ditunjang dengan motivasi belajar yang kuat untuk mencapai prestasi belajar secara optimal. 2. Bagi para guru pendidikan jasmani apabila ingin peserta didiknya
mendapatkan prestasi belajar yang lebih baik, senantiasa lebih ditingkatkan lagi dalam memberikan motivasi terhadap pembelajaran pendidikan jasmani, dan mendorong mereka untuk ikut berpartisipasi dan berperan aktif dalam kegiatan ekstrakurikuler kecabangan olahraga di sekolah, serta turut berperan dalam pembinaan kegiatan ekstrakurikuler
(3)
kecabangan olahraga dan dapat mengarahkan pembina ekstrakurikuler kecabangan olahraga yang tidak mempunyai latar belakang pendidikan di bidang pendidikan jasmani, kepelatihan olahraga, maupun ilmu keolahragaan lainnya, tentang pola pembinaan dalam kecabangan olahraga secara menyeluruh.
3. Bagi pihak sekolah dan para pengambil kebijakan dalam dunia pendidikan, apabila ingin peserta didik mempunyai prestasi belajar pendidikan jasmani yang optimal, maka sebaiknya sarana dan prasarana serta semua faktor pendukung pembelajaran pendidikan jasmani maupun kegiatan ekstrakurikuler kecabangan olahraga supaya dilengkapi, dan juga supaya menciptakan lingkungan yang kondusif untuk pembelajaran pendidikan jasmani maupun kegiatan ekstrakurikuler kecabangan olahraga.
4. Bagi peneliti selanjutnya, diharapkan agar dapat melanjutkan penelitian dengan cakupan yang lebih luas lagi ataupun lebih mendalam, karena penulis merasa masih banyak kekurangan dan keterbatasan dalam penelitian ini, misalnya saja dalam pengkajian kegiatan ekstrakurikuler kecabangan olahraga kontribusinya terhadap prestasi belajar secara keseluruhan atau terhadap kelulusan Ujian Nasional (UN) bukan hanya terhadap mata pelajaran Pendidikan Jasmani saja.
(4)
DAFTAR PUSTAKA
Achmad, Arief. (2007, Oktober). Membangun Motivasi Belajar Siswa.
re-searchengines.com. [online], 4 halaman. Tersedia:
http://re-searchengines.com/1007arief4.html. [5 februari 2010]
Arikunto, Suharsimi. (2002). Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktek. Yogyakarta: Rineka Cipta.
Arini, Ni Kadek. Sukiati, (2009) Pengaruh Tingkat Intelegensi Dan Motivasi Belajar Terhadap Prestasi Akademik Siswa Kelas II SMA Negeri 99 Jakarta. Jurnal. Universitatas Gunadarma. Jakarta.
Burton, Allen W. (1998). Movement Skill Assesment. Minesota: Human Kinetics. Cholik M, Toho., Rusli Lutan. (1996/1997). Pendidikan Jasmani dan Kesehatan.
Jakarta: Depdikbud Ditjen Dikti.
Depdiknas (2008). Pedoman KTSP. Jakarta: BSNP
Djamarah, Syaiful Bahri. (2002). Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Firmansyah, Helmi. (2009) Hubungan Motivasi Berprestasi Siswa Dengan Hasil Belajar Pendidikan Jasmani. Tesis. FPOK UPI. Bandung. Tidak diterbitkan
Furchan Arief. (1982). Pengantar Penelitian Pendidikan. Surabaya:Usaha Nasional.
Hamalik, Oemar. (1994). Pengembangan Kurikulum Dan Pembelajaran. Bandung: Trigenda Karya.
Hasbullah. (1994). Pedidikan dalam Keluarga. Bandung: Rosda Karya Kartono (1995).Kecerdasan dan Prestasi Belajar. Jakarta: Bumi Aksara.
Kerlinger, F,N. (1993). Foundation of Behavioral Reseach. Rinehart and Winston Inc. Terjemahan. Gajah Mada University Press.
Lahadi, Eki. (2009). Hubungan Ekstrakurikuler Olahraga dengan Hasil Belajar Pendidikan Jasmani di SMA Pasundan 2 Cimahi. Skripsi. FPOK UPI. Bandung: Tidak diterbitkan.
Mahendra, A. dan Ma’mun, A. (1998). Teori Belajar dan Pembelajaran Motorik. Bandung: Andira.
(5)
Marjono. (1972). Rekreasi Terarah Untuk Pemuda. Jakarta: Dirjen Olahraga Moch. Natzir. ( 1988). Metodologi Penelitia, cetakan 3. Jakarta : Ghalia
Indonesia.
Muhibbin. (1999). Kecerdasan dan Kesuksesan. Jakarta: Bumi Aksara Nasution. S (1996). Diktatik Asas-Asas Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.
Nawawi, Hadari. (1993). Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Neozonk. (2008, 10 februari). Teori Belajar. blogspot.com [online], 4 halaman. Tersedia: http://neozonk.blogspot.com. [12 februari 2010]
Nurhasan. (2002). Pengembangan Sistem Pembelajaran Modul Mata Kuliah Statistik. FPOK UPI Bandung.
Pamungkas, Dudi. (2009, 20 juli). Hakekat Pendidikan Jasmani. wordpress.com [online], 6 halaman. Tersedia: http://dudipamungkas.wordpress.com. [17 januari 2010]
Pasaribu. (1983). Proses Belajar Mengajar. Bandung: Tarsito.
Purwanto, M Ngalim. (1990). Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya. FPOK UPI Bandung.
Riduwan. (2010). Belajar Mudah Penelitian. Bandung: Alfabeta
Ridwan. (2008, 3 mei). Kegiatan Belajar Terhadap Prestasi Yang Dicapai.
wordpress.com. [online]. 8 halaman. Tersedia:
http://ridwan202.wordpress.com. [17 januari 2010]
Rusyan, Tabrani. (1990). Penuntun Belajar Yang Sukses. Jakarta: Nine Karya Jaya.
Sardiman. (2004). Interaksi&Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
Singer, Robert N.(1980). Motor Learning and Human Performance an Application to Motor Skills and Movement Behaviors. New York: MacMillan Publishing Co., Inc.
(6)
Sudjana. (2002). Metoda Statistika. Bandung: Tarsito
Sugiyono. (2005). Metode Penelitian Administrasi. Bandung: CV. ALFABETA. Sukardi,(2003), Metodologi Penelitian Pendidikan, Yogyakarta: Bumi Aksara. Surakhmad, Winarno. (1984). Pengantar Interaksi Mengajar-Belajar. Bandung:
Tarsito.
Suryabrata, S. (2006). Psikologi pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Sutikno. M.Sobri (2007). Peran Guru Dalam Membangkitkan Motivasi Belajar
Siswa. bruderfic.[online]. Tersedia: http://www.bruderfic.or.id/ h-129/p [5 februari 2010]
Sutjipto. (2006). Pengaruh Orientasi Sistem Pembelajaran Dan Motivasi Belajar
Terhadap Hasil Belajar Bahasa Dan Sastra Indonesia. Tesis. PPS TekPen FKIP Universitas Lampung. Lampung: diterbitkan http://
Sutjipto.wordpress.com/2008
Techonly13. (2009, 4 juli). Pengertian Kegiatan Ekstrakurikuler. wordpress.com [online], 3 halaman. Tersedia: http://techonly13.wordpress.com. [25 januari 2010]
Trihendradi, Cornelius. (2009). Step by Step SPSS 16 Analisis Data Statistik. Yogyakarta: Andi
Tuwu, Alimuddin. (1993). Pengantar Metode Penelitian. Jakarta: Universitas Indonesia.
Universitas Pendidikan Indonesia ( 2009 ). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung. UPI.
Umaran, Unun. (2006). Prestasi Belajar Ditinjau Dari Tingkat Kebugaran Jasmani Dan Motivasi Siswa (Studi Korelasional Pada Siswa Mu’allimien). Skripsi. FPOK UPI. Bandung: Tidak diterbitkan
Walgito, Bimo. ( 2004 ). Pengantar Psikologi Umum, Ed.4. Yogyakarta: Andi, WangMuba, (2009, 18 Februari). Teori-teori Motivasi. Wangmuba.com. [online],
11 halaman. Tersedia: http://wangmuba.com/2009/02/18/teori-teori-motivasi/. [5 februari 2010]