Efektivitas Komunikasi Antarpribadi Dan Motivasi Belajar Siswa (Studi Korelasional Pengaruh Pengaruh Efektivitas Komunikasi Antarpribadi Dalam Bimbingan Konseling Terhadap Motivasi Belajar Siswa/I Sma Yayasan Perguruan Sutomo I Medan)

(1)

EFEKTIVITAS KOMUNIKASI ANTARPRIBADI DAN MOTIVASI BELAJAR SISWA

(Studi Korelasional Pengaruh Efektivitas Komunikasi Antarpribadi dalam Bimbingan Konseling terhadap Motivasi Belajar Siswa/I SMA Yayasan

Perguruan Sutomo I Medan)

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Program Strata 1 (S1) pada Departemen Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu

Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara

David Edward 110904041

DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

i

LEM BAR PERSET U J U AN

Skripsi ini disetujui untuk dipertahankan oleh:

Nama : DAVID EDWARD

NIM : 110904041

Departemen : ILMU KOMUNIKASI

Judul : EFEKTIVITAS KOMUNIKASI ANTARPRIBADI DAN

MOTIVASI BELAJAR SISWA

(Studi Korelasional Pengaruh Pengaruh Efektivitas Komunikasi Antarpribadi dalam Bimbingan Konseling terhadap Motivasi Belajar Siswa/I SMA Yayasan Perguruan Sutomo I Medan)

Medan, Juli 2015

Dosen Pembimbing Ketua Departemen Ilmu Komunikasi

Drs. Mukti Sitompul M.Si Dra. Fatma Wardy Lubis,M.A NIP. 195307161981121001 NIP. 1962082819870122001

Dekan FISIP USU

Prof. Dr. Badaruddin, M.Si NIP. 196805251992031002


(3)

ii

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri, semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk telah saya cantumkan sumbernya dengan benar. Jika di kemudian hari saya terbukti melakukan pelanggaran (plagiat) maka saya

bersedia diproses sesuai dengan hukum yang berlaku.

Nama : DAVID EDWARD

NIM : 110904041

Tanda Tangan : ……….


(4)

iii

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kepada Tuhan Yesus Kristus yang senantiasa menjadi sumber kekuatan bagi peneliti disepanjang proses penulisan skripsi ini. Atas berkat dan kasih-Nya, peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Efektivitas Komunikasi Antarpribadi dan Motivasi Belajar Siswa (Studi Korelasional Pengaruh Efektivitas Komunikasi Antarpribadi dalam Bimbingan Konseling terhadap Motivasi Belajar Siswa/I SMA Yayasan Perguruan Sutomo I Medan)”. Penulisan skripsi ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

Peneliti menyadari bahwa masih banyak kekurangan dan juga masih jauh dari kesempurnaan di dalam proses penyelesaian skripsi ini, karena itu peneliti sangat mengharapkan kritik dan saran untuk perbaikan sehingga skripsi ini dapat menjadi lebih baik.

Peneliti mengucapkan ucapan terima kasih secara khusus kepada kedua orang tua peneliti, yang sangat saya cintai dan sayangi yaitu Bapak Judika Lumbantoruan dan Ibu Tionar Simatupang yang senantiasa mendoakan dan memberikan kasih sayangnya yang tidak akan tergantikan serta semangat yang luar biasa kepada peneliti. Terima kasih untuk setiap kata-kata dan dukungan yang diberikan kepada peneliti dan kesediaan yang tulus untuk mendengarkan keluh kesah peneliti hingga saat ini. Peneliti juga mengucapkan terima kasih kepada abang dan adik-adik yang peneliti sayangi dan cintai Erick Lumbantoruan, Martha Lumbantoruan, Joice Lumbantrouan, dan Okta Lumbantoruan yang juga senantiasa mendoakan dan mendukung peneliti selama penulisan skripsi ini. Peneliti sangat bersyukur memiliki abang dan adik-adik yang luar biasa dan yang selalu membuat peneliti untuk tersenyum dan semangat di dalam hidup ini.

Tanpa dipungkiri penulisan skripsi ini juga tidak terlepas dari bantuan dan doa-doa dari berbagai pihak serta orang-orang dalam hidup peneliti, karena itu peneliti juga mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Badaruddin, M.Si, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara serta seluruh jajarannya.


(5)

iv

2. Ibu Dra. Fatma Wardy Lubis, M.A, selaku Ketua Departemen Ilmu

Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Dra. Dayana, M.Si, selaku Sekretaris Departemen Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Prof. Dr. Suwardi Lubis, MS selaku Dosen Pembimbing Akademik Peneliti.

5. Bapak Drs. Mukti Stitompul, M.Si, selaku dosen pembimbing skripsi, terima kasih atas waktu, tenaga dan semua pikiran serta masukan yang telah diberikan dengan sabar untuk mengarahkan saya dalam penyusunan skripsi ini.

6. Para dosen dan staff di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara khususnya dari Departemen Ilmu Komunikasi atas ilmu dan pengalaman hidup yang dibagikan selama masa perkuliahaan.

7. Seluruh staff Departemen Ilmu Komunikasi dan Bagian Pendidikan yang telah membantu dalam proses administrasi.

8. Bapak Ir. Khoe Tjok Jien selaku Kepala Sekolah Yayasan Perguruan Sutomo I Medan yang telah memberikan kesempatan bagi peneliti untuk melakukan penelitian.

9. Konselor bimbingan konseling Yayasan Perguruan Sutomo I Medan (Kak Erika) yang telah membantu di dalam proses pengambilan data sepanjang pelaksanaan penelitian ini.

10.Achava Zephan, Kak Rebekka Purba selaku kakak rohani peneliti yang sudah banyak memberikan doa, dukungan dan semangat, serta saudara-saudariku di dalam Kristus, Rittar Samosir, Neni Waruwu, Sondang Tamba, Davit Sebayang, Hans Siahaan, terima kasih telah menjadi saudara-saudari yang baik di dalam hidup peneliti.

11.Adik-adik rohani peneliti Abbie Jensina, Hanna Tinambunan dan Vera Siringo-ringo buat doa, dukungan dan semangat kepada peneliti.

12.Sahabat-sahabat peneliti Tampomas FC, Bang Swandi Hutapea, Bang Christian Manurung, Bang Iman Hutapea, Hans Siahaan, dan Bastian Siahaan yang telah memberikan semangat dan doa kepada peneliti.


(6)

v

13.Sahabat-sahabat dan teman-teman IMKR Medan (Bang Febri Napitupulu, Bang Taufik, Agustinus Tampubolon, Ganda Hutabarat, Michael Panjaitan, Bowi, Kahfi, Andi, dan yang lainnya yang tidak dapat peneliti sebutkan satu per satu)

14.Tim Pengurus Pelayanan UKM KMK USU UP PEMA FISIP periode 2014

dan 2015 (Kak Meriau, Kak Santiur, Kak Yolanda, Melin, Samuel, Sri dan yang lainnya yang tidak dapat peneliti sebutkan satu per satu).

15.Komisi Peralatan UKM KMK USU dan Tim Inventaris yang tidak dapat peneliti sebutkan satu per satu, yang telah mendoakan dan memberikan semangat kepada peneliti.

16.Seluruh Teman dan Keluarga yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang sudah banyak memberikan dukungan kepada peneliti, kiranya Allah yang membalas dengan segala berkat-Nya.

Akhir kata, segala puji, hormat, dan kemuliaan hanyalah milik Allah saja yang sudah banyak berperan dalam kehidupan peneliti dan memberikan kepercayaan dala segala hal. Peneliti berharap, penelitian ini dapat bermanfaat serta memberikan inspirasi bagi pendidikan di Indonesia di masa yang akan datang.

Medan, Juli 2015 Peneliti


(7)

vi ABSTRAK

Penelitian ini berjudul Efektivitas Komunikasi Antarpribadi dan Motivasi Belajar Siswa/I. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui sejauhmana Pengaruh Efektivitas Komunikasi Antarpribadi dalam Bimbingan Konseling terhadap Motivasi Belajar Siswa/I SMA Yayasan Perguruan Sutomo I Medan. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah: teori komunikasi, komunikasi antarpribadi, bimbingan konseling, dan motivasi belajar. Metode yang digunakan adalah metode korelasional, yaitu metode yang digunakan untuk meneliti hubungan antara variabel-variabel. Populasi dalam penelitian ini yaitu berjumlah 514 orang. Untuk menghitung jumlah sampel penelitian, digunakan rumus Taro Yamane dengan presisi 10% dengan tingkat kepercayaan 90%. Berdasarkan perhitaungan rumus tersebut maka, diperoleh sampel sebanyak 84 orang. Teknik pengumpulan data menggunakan studi lapangan melalui kuesioner dan penelitian kepustakaan melalui literatur, sumber bacaan dan teori-teori.

Berdasarkan skala Guilford, hasil 0.51 berada pada skala 0.40-0.70 yang menunjukkan hubungan yang cukup berarti. Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan rumus Tata Jenjang Spearman (Spearman’s Rho Rank-Order Correlation) diperoleh koefisien korelasi sebesar 0.51 (Ha diterima), yaitu terdapat hubungan antara Efektivitas Komunikasi Antarpribadi dalam Bimbingan Konseling dan Motivasi Belajar Siswa/I Yayasan Perguruan Sutomo I Medan. Selanjutnya, untuk menguji tingkat signifikasi pengaruh pengaruh variabel X terhadap Y digunakan rumus �����, dimana �ℎ����� > ������ atau 5.37 > 1.99 yang berarti Efektivitas Komunikasi Antarpribadi dalam Bimbingan Konseling mempengaruhi Motivasi Belajar Siswa/I Yayasan Perguruan Sutomo I Medan sebesar 26.01%. Hasil ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara Efektivitas Komunikasi Antarpribadi dalam Bimbingan Konseling terhadap Motivasi Belajar Siswa/I Yayasan Perguruan Sutomo I Medan.


(8)

vii ABSTRACT

This research title is The Effectiveness of Interpersonal Communication and Student’s Study Motivation. The purpose is to determine how far the effect of Interpersonal Communication’s Effectiveness in Counseling Guidance to Student’s Study Motivation in School Institution Sutomo I Medan. The theory used in this study is: communication theory, interpersonal communication, counseling guidance, and study’s motivation. The method used is correlation method, which method used to examine the relationship between variables. The population in this research are 514 people. To calculate the sample size of the study, used Taro Yamane formula with precision of 10% with confidance level of 90% . Based on a sample calculate formula, obtained a sample of 84 people. The technique of data collection is field research through questionnaries and library research through literature, reading sources and theories.

Based on Guilford Scale, the result 0.51 are in scale 0.40-0.70 which means significant relationship. Based on the result of calculation using Tata Study Spearman (Spearman’s Rho Rank-Order Correlation) obatained a correlation coefficient 0.51 (Hyphotesis accepted). ����� formula is used to test the significance of influence of variable X to Y, where ������ > ������ or 5.37 > 1.99, which means the effectiveness of Interpersonal Communication in Counseling Guidance affects Student’s Study Motivation in School Institution Sutomo I Medan at 26.01%.

These results indicate that there’s a significant influence between the the effectiveness of Interpersonal Communication in Counseling Guidance affects Student’s Study Motivation in School Institution Sutomo I Medan.

Keywords: Effectiveness of Interpersonal Communication, Study Motivation, Counseling


(9)

viii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

KATA PENGANTAR ... v

HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ... viii

ABSTRAK ... ix

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 6

1.3 Pembatasan Masalah ... 6

1.4 Tujuan Penelitian ... 6

1.5 Manfaat Penelitian ... 7

BAB II URAIAN TEORITIS 2.1 Kerangka Teori... 8

2.1.1 Komunikasi ... 8

2.1.2 Komunikasi Antarpribadi ... 13

2.1.3 Bimbingan Konseling ... 20

2.1.4 Motivasi ... 22

2.1.5 Motivasi Belajar ... 25

2.2 Kerangka Konsep ... 27

2.3 Variabel Penelitian ... 28

2.4 Operasionalisasi Variabel ... 28

2.5 Defenisi Operasional ... 29

2.6 Hipotesis ... 32

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Deskripsi Lokasi Penelitian ... 33

3.1.1 Gambaran Umum Yayasan Perguruan Sutomo I Medan ... 33

3.1.2 Sejarah Yayasan Perguruan Sutomo I Medan ... 33

3.1.3 Logo, Visi – Misi Yayasan Perguruan Sutomo I Medan ... 34

3.1.4 Bimbingan Konseling Yayasan Perguruan Sutomo I Medan ... 34

3.1.5 Tugas dan Tanggung jawab Konselor Sekolah ... 35

3.2 Metode Penelitian ... 36

3.3 Populasi dan Sampel ... 36

3.3.1 Populasi ... 36

3.3.2 Sampel ... 36


(10)

ix

3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 38

3.5 Teknik Analisis Data ... 38

3.6 Proses Pengolahan Data ... 41

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Tahapan Pelaksanaan Penelitian ... 42

4.2 Analisis Tabel Tunggal ... 42

4.2.1 Karakteristik Responden ... 42

4.2.2 Efektivitas Komunikasi Antarpribadi ... 44

4.2.3 Motivasi Belajar ... 64

4.3 Analisis Tabel Silang ... 81

4.4 Uji Hipotesis ... 89

4.5 Pembahasan ... 92

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 97

5.2 Saran ... 98 DAFTAR PUSTAKA


(11)

x

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

2.1 Operasional Variabel 29

4.1 Usia 43

4.2 Jenis Kelamin 43

4.3 Jurusan 44

4.4 Keterbukaan konselor kepada siswa/i mengenai pengalaman Pribadinya 45

4.5 Keterbukaan konselor dalam mengungkapkan pikiran dan perasaan konselor yang sebenarnya kepada siswa/i 46

4.6 Keterbukaan konselor mengungkapkan pikiran dan perasaannya sebenarnya berkaitan dengan tingkah laku siswa/i 47

4.7 Sikap empati konselor dalam memaklumi keluhan siswa/i mengenai kesulitan dalam mengerjakan ulangan dan tugas/PR 48

4.8 Sikap empati konselor dalam memaklumi keluhan siswa/i terkait masalah proses belajar siswa/i 49

4.9 Sikap empati konselor dalam mengkritik cara belajar Siswa 50

4.10 Sikap empati konselor dalam memposisikan dirinya sebagaimana dengan cara pandang siswa/i 51

4.11 Peran konselor membentuk pikiran siswa/i tentang pentingnya belajar 52

4.12 Peran konselor dalam menyadarkan siswa/i tentang manfaat belajar 53

4.13 Dukungan konselor untuk menyakinkan potensi yang dimiliki oleh siswa/i 54

4.14 Kemampuan konselor dalam memberi ketenangan untuk meringankan beban perasaan siswa/i mengenai kesulitan belajar 55

4.15 Sikap konselor untuk bersedia mendengarkan pandangan siswa/i yang berlawanan dengannya 56


(12)

xi

4.16 Kemampuan konselor yang mendukung menciptakan

suasana belajar yang nyaman bagi siswa/i di sekolah 56 4.17 Rasa nyaman yang diperoleh siswa disaat berkomunikasi

dengan konselor 58

4.18 Sikap konselor untuk menghargai siswa/i yang datang

mengikuti kegiatan bimbingan konseling 59

4.19 Sikap konselor dalam memberikan pujian kepada siswa/i 60 4.20 Sikap konselor dalam menghargai klien yang mengikuti

konseling sebagai siswa ketika berkomunikasi 61 4.21 Sikap konselor untuk tidak memancing perdebatan

disaat berkomunikasi dengan siswa/i 62

4.22 Sikap konselor untuk membantu memberikan solusi

terhadap masalah yang dialami oleh siswa/i 63 4.23 Tingkat konsentrasi siswa/i yang mengikuti konseling

dalam proses belajar 64

4.24 Perhatian siswa/i untuk memperhatikan pelajaran terlepas

siapapun guru yang mengajar 65

4.25 Frekuensi siswa/i untuk mencari sumber belajar pada

waktu senggang di luar jam sekolah 66

4.26 Ketekunan siswa/i untuk mengerjakan tugas dan pekerjaan

rumah tepat waktu 67

4.27 Kesadaran siswa/i mengenai pentingnya belajar 68 4.28 Kesadaran siswa/i mengenai manfaat belajar bagi dirinya 69 4.29 Kesadaran siswa/i mengenai pentingnya mengikuti

setiap pembelajaran di sekolah 70

4.30 Dorongan siswa/i untuk melakukan kegiatan belajar demi

meraih cita-cita 71

4.31 Frekuensi aktivitas belajar siswa/i yang dilakukan di rumah

agar dapat memahami setiap materi pelajaran 71 4.32 Frekuensi siswa/i untuk menyediakan waktu khusus untuk


(13)

xii

4.33 Kemandirian siswa/i untuk mengerjakan tugas dengan

usahanya sendiri 73

4.34 Kepercayaan diri siswa/i mengenai keyakinan pada potensi

yang ada pada dirinya 74

4.35 Kepercayaan diri siswa/i untuk berusaha mengembangkan

potensi yang ia miliki 75

4.36 Frekuensi siswa/i untuk bertanya kepada orang lain

mengenai pelajaran yang belum dimengerti 76

4.37 Dorongan belajar siswa/i untuk berusaha lebih keras walapun

telah memperoleh nilai yang tinggi 77

4.38 Frekuensi siswa/i dalam memperhatikan catatan yang

diberikan guru untuk perbaikan tugas atau PR 78

4.39 Usaha siswa/i untuk tidak jenuh dalam belajar 79

4.40 Ketertarikan siswa/i untuk belajar yang didukung oleh

suasana belajar yang nyaman 80

4.41 Hubungan antara Kemampuan Konselor dalam Membentuk

Pikiran Siswa/i akan Pentingnya Belajar dengan Kesadaran

Siswa/i akan Pentingnya Belajar 81

4.42 Hubungan antara Kemampuan Konselor dalam Membentuk

Pikiran Siswa/i akan Manfaat Belajar dengan Kesadaran

Siswa/i akan Manfaat Belajar bagi Dirinya 83

4.43 Hubungan kemampuan konselor menyakinkan kemampuan

yang dimiliki siswa/i dengan usaha siswa/i untuk

mengembangkan kemampuan atau potensi yang ia miliki 85 4.44 Hubungan antara suasana belajar yang nyaman yang

diciptakan melalui bimbingan konseling dan ketertarikan


(14)

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

- Kuesioner - Foltron Cobol

- Tabel Data Mentah Komunikasi Antarpribadi dan Motivasi Belajar Siswa - Tabel r Spearman

- Tabel Distribusi t - Surat Izin Penelitian - Biodata Peneliti


(15)

vi ABSTRAK

Penelitian ini berjudul Efektivitas Komunikasi Antarpribadi dan Motivasi Belajar Siswa/I. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui sejauhmana Pengaruh Efektivitas Komunikasi Antarpribadi dalam Bimbingan Konseling terhadap Motivasi Belajar Siswa/I SMA Yayasan Perguruan Sutomo I Medan. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah: teori komunikasi, komunikasi antarpribadi, bimbingan konseling, dan motivasi belajar. Metode yang digunakan adalah metode korelasional, yaitu metode yang digunakan untuk meneliti hubungan antara variabel-variabel. Populasi dalam penelitian ini yaitu berjumlah 514 orang. Untuk menghitung jumlah sampel penelitian, digunakan rumus Taro Yamane dengan presisi 10% dengan tingkat kepercayaan 90%. Berdasarkan perhitaungan rumus tersebut maka, diperoleh sampel sebanyak 84 orang. Teknik pengumpulan data menggunakan studi lapangan melalui kuesioner dan penelitian kepustakaan melalui literatur, sumber bacaan dan teori-teori.

Berdasarkan skala Guilford, hasil 0.51 berada pada skala 0.40-0.70 yang menunjukkan hubungan yang cukup berarti. Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan rumus Tata Jenjang Spearman (Spearman’s Rho Rank-Order Correlation) diperoleh koefisien korelasi sebesar 0.51 (Ha diterima), yaitu terdapat hubungan antara Efektivitas Komunikasi Antarpribadi dalam Bimbingan Konseling dan Motivasi Belajar Siswa/I Yayasan Perguruan Sutomo I Medan. Selanjutnya, untuk menguji tingkat signifikasi pengaruh pengaruh variabel X terhadap Y digunakan rumus �����, dimana �ℎ����� > ������ atau 5.37 > 1.99 yang berarti Efektivitas Komunikasi Antarpribadi dalam Bimbingan Konseling mempengaruhi Motivasi Belajar Siswa/I Yayasan Perguruan Sutomo I Medan sebesar 26.01%. Hasil ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara Efektivitas Komunikasi Antarpribadi dalam Bimbingan Konseling terhadap Motivasi Belajar Siswa/I Yayasan Perguruan Sutomo I Medan.


(16)

vii ABSTRACT

This research title is The Effectiveness of Interpersonal Communication and Student’s Study Motivation. The purpose is to determine how far the effect of Interpersonal Communication’s Effectiveness in Counseling Guidance to Student’s Study Motivation in School Institution Sutomo I Medan. The theory used in this study is: communication theory, interpersonal communication, counseling guidance, and study’s motivation. The method used is correlation method, which method used to examine the relationship between variables. The population in this research are 514 people. To calculate the sample size of the study, used Taro Yamane formula with precision of 10% with confidance level of 90% . Based on a sample calculate formula, obtained a sample of 84 people. The technique of data collection is field research through questionnaries and library research through literature, reading sources and theories.

Based on Guilford Scale, the result 0.51 are in scale 0.40-0.70 which means significant relationship. Based on the result of calculation using Tata Study Spearman (Spearman’s Rho Rank-Order Correlation) obatained a correlation coefficient 0.51 (Hyphotesis accepted). ����� formula is used to test the significance of influence of variable X to Y, where ������ > ������ or 5.37 > 1.99, which means the effectiveness of Interpersonal Communication in Counseling Guidance affects Student’s Study Motivation in School Institution Sutomo I Medan at 26.01%.

These results indicate that there’s a significant influence between the the effectiveness of Interpersonal Communication in Counseling Guidance affects Student’s Study Motivation in School Institution Sutomo I Medan.

Keywords: Effectiveness of Interpersonal Communication, Study Motivation, Counseling


(17)

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Manusia pada dasarnya tidak akan pernah lepas dari aktivitas komunikasi. Komunikasi memegang peranan penting dalam suatu interaksi sosial, baik dalam hubungan interpersonal, kelompok, organisasi, bahkan masyarakat. Orang yang tidak pernah berkomunikasi dengan manusia, bisa dipastikan akan tersesat, karena ia tidak berkesempatan menata dirinya dalam suatu lingkungan sosial. Komunikasilah yang memungkinkan individu membangun suatu kerangka rujukan dan menggunakannya sebagai panduan untuk menafsirkan situasi apapun yang ia hadapi (Mulyana, 2007:6).

Demikian pula komunikasi mengambil banyak peran di dalam dunia pendidikan. Disetiap proses pembelajaran bagi peserta didik maupun pengajaran yang dilakukan oleh tenaga pengajar atau guru, komunikasi sebagai dasar di dalam penyampaian ide dan gagasan. Berbagai bentuk komunikasi yang terjadi serta dengan konteks dan fungsi yang berbeda-beda untuk mencapai tujuan dari pendidikan tersebut. Seperti contoh, komunikasi organisasi di antara guru dan staff di dalam aktivitas administrasi sekolah, komunikasi kelompok di antara guru dan siswa di dalam proses belajar dan mengajar, serta komunikasi antarpribadi di antara guru dan siswa, guru BK dan siswa, maupun seorang siswa dengan siswa lainnya yang berada di dalam lingkungan sekolah. Edgar Dalle (1946) menyatakan pendidikan merupakan usaha sadar yang dilakukan oleh keluarga, masyarakat, dan pemerintah melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan latihan, yang berlangsung di sekolah dan di luar sekolah sepanjang hayat untuk mempersiapkan peserta didik agar dapat melakukan peranan dalam berbagai lingkungan secara tetap untuk masa yang akan datang (http:/www.dharmasanjaya. blogdetik.com/2013/03/19/pengertian pendidikan).

Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal yang secara sistematik melaksanakan program pengajaran, bimbingan, dan latihan dalam membantu siswa agar mampu mengembangkan potensinya, baik menyangkut aspek moral-sprital, intelektual, emosional, maupun sosial. Para peserta didik memandang sekolah sebagai lembaga yang dapat mewujudkan cita-cita mereka. Sementara


(18)

Universitas Sumatera Utara orang tua menaruh harapan kepada sekolah untuk dapat mendidik anak agar menjadi orang yang pintar, terampil, dan berakhlak mulia. Hurlock (1986) mengemukakan bahwa sekolah merupakan faktor penentu bagi perkembangan kepribadian anak (siswa), baik dalam cara berpikir, bersikap, maupun cara berperilaku. Hal senada juga dikemukakan oleh Havighurst (1961) bahwa sekolah mempunyai peranan atau tanggung jawab penting dalam membantu para siswa mencapai tugas perkembangannya. Sehubungan dengan hal ini, sekolah seyogianya berupaya menciptakan iklim yang kondusif, atau kondisi yang dapat memfasilitasi siswa (yang berusia remaja) untuk mecapai tugas perkembangannya (Yusuf, Nurihsan, 2005:2-3).

Proses perkembangan pada masa remaja lazimnya berlangsung selama kurang lebih 11 tahun, mulai usia 11 tahun sampai dengan usia 21 tahun. Masa perkembangan remaja yang panjang ini dikenal sebagai masa yang penuh kesukaran dan persoalan, bukan saja bagi si remaja sendiri melainkan juga para orang tua, guru, dan masyarakat sekitar. Hal tersebut dapat dikarenakan individu remaja sedang berada pada masa transisi yaitu masa peralihan di antara masa kanak-kanak dan dewasa. Sehubungan dengan ini, hampir dapat dipastikan bahwa segala sesuatu yang sedang dialami atau dalam keadaan transisi dari suatu keadaan ke keadaan lainnya selalu menimbulkan gejolak, goncangan, dan benturan yang kadang-kadang berakibat sangat buruk (Syah, 2010:51).

Menurut Syamsu dan Juntika (2005) bahwa dalam seluruh proses pendidikan, belajar merupakan kegiatan inti. Pendidikan itu sendiri dapat diartikan sebagai bantuan perkembangan melalui kegiatan belajar. Secara psikologis belajar dapat diartikan sebagai proses memperoleh perubahan tingkah laku baik dalam kogntif, afektif, maupun psikomotorik, untuk memperoleh respon yang diperlukan dalam interaksi dengan lingkungan secara efisien (Yusuf, Nurihsan, 2005:222). Berbagai metode maupun cara dilakukan guna mencapai perkembangan positif peserta didik seperti pemberian materi mata pelajaran, tugas dan latihan, serta mengadakan tes atau ujian. Namun, semua hal tersebut membuat guru aktif dan sesungguhnya sebagian besar merupakan faktor penentu dalam proses belajar. Hal tersebut sebagian besar ditujukan untuk memaksa siswa


(19)

Universitas Sumatera Utara belajar. Walaupun demikian, siswa acap dipandang masih lambat, sulit memahami, bahkan kurang tertarik untuk belajar (Sukardi, 1988:21).

Pada dasarnya, anak memerlukan motivasi di dalam kegiatan belajarnya. Pentingnya motivasi dalam belajar, karena keberadaannya sangat berarti bagi perbuatan belajar atau seluruh aktivitas dalam belajar (Uno, 2008:23). Wlodkowsi (1985) menjelaskan motivasi sebagai suatu kondisi yang menyebabkan atau menimbulkan perilaku tertentu, dan yang memberi arah (direction) serta ketahanan (persistene) (Siregar,Nara, 2010:49). Motif merupakan suatu tenaga potensial untuk terjadinya perilaku atau tindakan, sedangkan motivasi merupakan proses pengerahan dan penguatan motif itu untuk diaktualisasikan dalam perbuatan nyata. Dalam kaitannya dengan perilaku, maka motif dalam motivasi itu tidak terpisah, sehingga pada gilirannya konsep motivasi telah mencakup motif dan penguatannya. Tidak terkecuali dalam belajar, motivasi memiliki peranan penting dalam belajar dan pembelajaran, antara lain dalam menentukan hal-hal yang dapat dijadikan penguat belajar, memperjelas tujuan belajar yang hendak dicapai, menentukkan ragam kendali terhadap rangsangan belajar dan menentukkan ketekunan belajar (Uno, 2008:27).

Motivasi belajar dapat timbul karena faktor intrinsik, berupa hasrat dan keinginan berhasil dan dorongan kebutuhan belajar, serta harapan akan cita-cita. Sedangkan faktor ekstrinsiknya adalah adanya penghargaan, lingkungan belajar yang kondusif dan mendukung, dan kegiatan belajar yang menarik. Namun, harus dipahami bahwa, kedua faktor tersebut disebabkan oleh rangsangan tertentu, sehingga seseorang berkeinginan untuk melakukan aktivitas belajar yang lebih giat dan semangat (Uno, 2008:23).

Komunikasi interpersonal adalah bentuk komunikasi yang sering sekali dipakai di dalam mendukung proses pengajaran maupun pembelajaran di setiap lembaga pendidikan. Komunikasi interpersonal juga lebih efektif untuk memotivasi peserta didik secara personal agar dapat memahami dirinya dan dapat mengembangkan potensi yang ada di dalam dirinya. Hardjana (2007:85) mengemukakan bahwa komunikasi interpersonal (interpersonal communication) atau komunikasi antarpribadi adalah interaksi tatap muka antar dua atau beberapa orang, dimana pengirim dapat menyampaikan pesan secara langsung, dan


(20)

Universitas Sumatera Utara penerima dapat menanggapi secara langsung pula. Dibandingkan dengan bentuk komunikasi lainnya, komunikasi antarpribadi mempunyai peranan yang cukup besar untuk mengubah sikap. Hal itu karena komunikasi ini merupakan proses penggunaan informasi secara bersama (sharing proses) (Wiryanto, 2004:37). Komunikasi secara interpersonal atau komunikasi antarpribadi merupakan bentuk komunikasi yang juga terdapat pada metode pengembangan potensi siswa/i yang melibatkan konselor dan siswa/i dalam pertemuan tatap muka. Metode tersebut lazimnya disebut dengan bimbingan konseling.

Bimbingan konseling adalah salah satu metode yang telah lama ada dan yang pada saat ini berkembang pesat dalam dunia pendidikan guna membantu siswa atau peserta didik untuk mengembangankan potensi dasar yang dimiliki siswa, yang tidak sekedar memberikan ilmu pengetahuan sesuai kurikulum (Sukardi, 1988:20).

Rochman Natawidjaja (1987) mengartikan bimbingan sebagai proses pemberian bantuan kepada individu yang dilakukan secara berkesinambungan, supaya individu tersebut dapat memahami dirinya, sehingga dia sanggup mengarahkan dirinya dan dapat bertindak secara wajar, sesuai dengan tuntutan dan keadaan lingkungan sekolah, keluarga, masyarakat, dan kehidupan pada umumnya. Sedangkan Robinson (1950) mengartikan konseling adalah semua bentuk hubungan antara dua orang, dimana seorang, yaitu klien dibantu untuk lebih mampu menyesuaikan diri secara efektif terhadap dirinya sendiri dan lingkungan sekitarnya (Hallen, 2005:5,10). Hubungan dalam konseling bersifat interpersonal, terjadi dalam bentuk wawancara secara tatap muka antara konselor dengan klien. Hubungan itu, melainkan melibatkan semua unsur kepribadian yang meliputi pikiran, perasaan, pengalaman, nilai-nilai, kebutuhan, harapan dan lain-lain.

Salah satu lembaga pendidikan formal yang berada di Kota Medan adalah Yayasan Perguruan Sutomo I Medan (PG-SD-SMP-SMA), sekolah ini telah memiliki akreditasi serta prestasi akademik siswa yang baik, bahkan masyarakat Kota Medan juga memberikan perhatian khusus kepada sekolah ini sebagai sekolah yang unggul dalam prestasi akademiknya. Hal tersebut dapat dibuktikan dari berbagai prestasi-prestasi yang telah diraih oleh siswa-siswi Yayasan


(21)

Universitas Sumatera Utara Perguruan Sutomo I Medan dalam ajang kompetisi akademik tingkat lokal dan nasional. Di dalam perjalanannya, sekolah ini telah beberapa kali memenangkan medali dan penghargaan dalam olimpiade-olimpiade ilmiah dengan meraihkan medali emas (gold medal), medali perak (silver medal) dan medali perunggu (bronze medal) pada Olimpiade Siswa Nasional (OSN) yang diadakan di kota Yogyakarta, Balikpapan, Pekanbaru, Jakarta, Semarang, Surabaya, Makasar, Jakarta, Medan dalam beberapa kategori-kategori serta olimpiade lainnya pada tingkat nasional dan internasional. Namun tidak semua siswa/i tersebut memiliki motivasi dan prestasi akademik yang sama. Terdapat siswa/i yang memiliki motivasi yang kuat untuk melakukan aktivitas belajarnya dan juga terdapat siswa/i yang dipandang masih belum memiliki motivasi yang kuat untuk belajar serta mengalami berbagai kesulitan dalam proses pembelajarannya.

Terlepas dari bentuk atau metode pengajaran yang ada dan yang telah lama diterapkan di dalam mendukung pengembangan potensi siswa/i Yayasan Perguruan Sutomo I Medan, yayasan ini juga memberikan salah satu fasilitas bimbingan konseling guna membantu proses pengembangan potensi siswa/i yaitu melalui pertemuan tatap muka (percakapan) bersama konselor yang professional. Komunikasi cukup banyak mengambil peran di dalam seluruh proses pertemuan tatap muka tersebut diantara siswa/i dan konselor atau yang disebut dengan bimbingan konseling. Tanpa dapat dipungkiri setiap interaksi yang terdapat pada bimbingan konseling tersebut, tidak terlepas dari berbagai bentuk komunikasi yang dipakai termasuk komunikasi antarpribadi. Fasilitas bimbingan konseling ini diperuntukan bagi seluruh siswa Yayasan Perguruan Sutomo I Medan guna mendukung program pengembangan siswa/i tersebut. Adapun konselor yang profesional tersebut merupakan seorang ahli dalam konseling yang memiliki latar pendidikan dari jurusan psikologi, sehingga kredibilitas serta pengalamannya tidak diragukan lagi di dalam menangani klien (siswa) yang datang menemuinya.

Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti tertarik untuk meneliti sejauhmana pengaruh efektivitas komunikasi antarpribadi dalam bimbingan konseling terhadap motivasi belajar siswa-siswi Yayasan Perguruan Sutomo I Medan khususnya pada tingkat SMA (Sekolah Menengah Atas).


(22)

Universitas Sumatera Utara 1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka adapun yang menjadi rumusan masalah di dalam penelitian ini yaitu: “Sejauhmana pengaruh efektivitas komunikasi antarpribadi dalam bimbingan konseling di Yayasan Perguruan Sutomo I Medan terhadap motivasi belajar siswa/i Yayasan Perguruan Sutomo I Medan?

1.3 Pembatasan Masalah

Agar penelitian ini terarah dan tidak menimbulkan kerancuan yang dikarenakan luasnya pembahasan juga keterbatasan peneliti dalam hal kemampuan dan pengetahuan, maka diperlukan pembatasan masalah. Adapun pembatasan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Yang dimaksud dengan efektivitas komunikasi antarpribadi sebagai variabel (X) dalam penelitian ini dibatasi pada keterbukaan (openness), empati (empathy), dukungan (supportiveness), sikap positif (positiveness), dan kesetaraan/kesamaan (equality) yang terdapat pada kegiatan bimbingan konseling.

2. Yang dimaksud dengan motivasi belajar dalam penelitian ini dibatasi pada perhatian (attention), relevansi (relevance), kepercayaan diri (self-confidence), serta kepuasan siswa (satisfication).

3. Objek penelitian ini adalah siswa/i Yayasan Perguruan Sutomo I Medan tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA) yang pernah mengikuti kegiatan bimbingan konseling.

4. Penelitian ini dilakukan dari bulan April 2015 sampai dengan Juni 2015.

1.4 Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini yaitu:

1. Untuk mengetahui efektivitas komunikasi antarpribadi di dalam

bimbingan konseling yang terdapat di Yayasan Perguruan Sutomo I Medan pada tingkat SMA.


(23)

Universitas Sumatera Utara 2. Untuk mengetahui peningkatan motivasi belajar siswa/i SMA Yayasan

Perguruan Sutomo I Medan yang telah mengikuti kegiatan bimbingan konseling.

3. Untuk mengetahui sejauhmana pengaruh efektivitas komunikasi

antarpribadi dalam bimbingan konseling terhadap motivasi belajar siswa/i Yayasan Perguruan Sutomo I Medan pada tingkat SMA.

1.5 Manfaat Penelitian

Adapun yang menjadi manfaat di dalam penelitian ini yaitu:

1. Secara Akademis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi positif terhadap pengetahuan dalam bidang komunikasi sebagai bahan penelitian, dan sumber bacaan bagi mahasiswa FISIP USU umumnya, dan mahasiswa Departemen Ilmu Komunikasi Khususnya.

2. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi lembaga-lembaga pendidikan lainnya untuk mendukung metode pengembangan potensi siswa/i, khususnya Yayasan Perguruan Sutomo I medan.

3. Secara Teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memperluas wawasan peneliti di bidang komunikasi interpersonal, baik itu secara teori maupun praktiknya.


(24)

8 BAB II

URAIAN TEORITIS 2.1 Kerangka Teori

Teori merupakan jantung utama dalam penelitian kuantitatif yang harus diuji kebenarannya dalam suatu topik penelitian. Seorang peneliti kuantitatif harus memilih dan menentukkan teori yang sesuai dengan permasalahan yang diteliti. Kejelasan landasan berpikir untuk memecahkan teori atau menyoroti masalah sangat diperlukan dalam penelitian. Untuk itu perlu disusun kerangka teori yang memuat pokok-pokok pikiran yang menggambarkan dari sudut mana masalah penelitian akan disoroti (Nawawi, 1995:39).

Kerlinger menyatakan bahwa teori adalah himpunan konstruksi (konsep), definisi, dan preposisi yang mengemukakan pandangan sistematis tentang gejala dengan menjabarkan relasi diantara variabel, Untuk menjelaskan dan meramalkan gejala tersebut (Rakhmat, 1985:8). Dalam penelitian ini, teori yang dianggap relevan adalah komunikasi, komunikasi interpersonal, bimbingan konseling, motivasi, dan motivasi belajar.

2.1.1 Komunikasi

2.1.1.1 Pengertian Komunikasi

Istilah Komunikasi atau dalam bahasa inggris communication berasal dari kata Latin communicatio, dan bersumber dari kata communis yang berarti sama. Sama disini maksudnya adalah sama makna.

Jadi, kalau dua orang terlibat dalam komunikasi, misalnya dalam bentuk percakapan, maka komunikasi akan terjadi atau berlangsung selama ada kesamaan makna mengenai apa yang dipercakapkan. Kesamaan bahasa yang dipergunakan dalam percakapan itu belum tentu menimbulkan kesanmaan makna yang dibawakan oleh bahasa itu. Jelas bahwa percakapan kedua orang tadi dapat dikatakan komunikatif apabila kedua-duanya, selain mengerti bahasa yang dipergunakan, juga mengerti makna dari bahan yang dipercakapkan.

Pentingnya komunikasi bagi kehidupan sosial, budaya, pendidikan, dan politik sudah disadari oleh para cendekiawan sejak Aristoteles yang hidup ratusan tahun sebelum Masehi. Akan tetapi, studi Aristoteles hanya berkisar pada retorika


(25)

Universitas Sumatera Utara dalam lingkungan kecil. Baru pada pertengahan abad ke-20 ketika dunia dirasakan semakin kecil akibat revolusi industri dan revolusi teknologi elektronik, seteleh ditemukan kapal api, pesawat terbang, listrik, telepon, surat kabar, film, radio, televisi, dan sebagainya maka para cendekiawan pada abad sekarang menyadari pentingnya komunikasi ditingkatkan dari pengetahuan (knowledge) menjadi ilmu (science).

Berbicara tentang definisi ilmu komunikasi, tidak ada definisi yang benar atau salah. Seperti juga model atau teori, definisi harus dilihat dari kemanfaatnya untuk menjelaskan fenomena yang didefinisikan dan mengevaluasinya (Mulyana, Deddy, 2005:41-42).

Menurut Djajusman (1985), para pakar telah merumuskan komunikasi dengan caranya sendiri. Seperti terlihat dalam thayer (1963) misalnya telah menemukan 25 artian komunikasi yang berbeda satu sama lain. Bahkan Stappers (1966) menemukan 34 definisi, Battinghaus (1966) 50 rumusan, Dance (1970) berhasil mengumpulkan 98 buah. Dengan demikian nampak bahwa definisi komunikasi begitu banyak untuk itu dibutuhkan suatu cara dalam memandangnya dari sudut tertentu (Liliweri, 1991:4).

Menurut Carl I. Hovland, ilmu komunikasi adalah: upaya yang sistematis untuk merumuskan secara tegar asas-asas penyampaian informasi serta pembentukan pendapat dan sikap.

Di masa perkembangan ilmu komunikasi saat ini, para peminat komunikasi sering sekali mengutip paradigma yang dikemukakan oleh Harold Lasswell, yang juga dikenal sebagai Bapak Ilmu Komunikasi. Lasswell cara menggambarkan mengenai arti komunikasi yaitu dengan menjawab pertanyaan sebagai berikut: Who Says What In Which Channel To Whow With What Effect?

Paradigma Lasswell di atas menunjukkan bahwa komunikasi meliputi lima unsur sebagai jawaban dari pertanyaan yang diajukan itu, yakni:

- Komunikator (communicator, source, sender) - Pesan (Message)

- Media (channel, media)

- Komunikan (communicant, communicatee, receiver, recipient) - Efek (effect, impact, influence)


(26)

Universitas Sumatera Utara Jadi, berdasarkan paradigma Lasswell tersebut, komunikasi adalah proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media yang menimbulkan efek tertentu (Effendy, Uchjana, 2007:9-10).

2.1.1.2 Ruang Lingkup Komunikasi

Berdasarkan uraian diatas, untuk mengetahui secara lebih terperinci mengenai lingkup komunikasi ditinjau dari komponennya, bentuknya, sifatnya, metodenya, tekniknya, modelnya, bidangnya, dan sistemnya, maka dapat digambarkan sebagai berikut (Effendy, Uchjana, 2007:7-9):

1. Komponen Komunikasi

a. Komunikator (communicator) b. Pesan (message)

c. Media (media)

d. Komunikan (communicant) e. Efek (effect)

2. Proses Komunikasi a. Proses secara primer b. Proses secara sekunder 3. Bentuk Komunikasi

a. Komunikasi Pribadi (personal communication)

1) Komunikasi intrapribadi (personal communication) 2) Komunikasi antarpribadi (interpersonal communication) b. Komunikasi kelompok (group communication)

1) Komunikasi kelompok kecil (small group communication):

a) Ceramah

b) Diskusi c) Simposium

d) Forum

e) Seminar f) Curahsaran g) Dan lain-lain


(27)

Universitas Sumatera Utara 2) Komunikasi kelompok besar (large group communication/public

speaking)

c. Komunikasi Massa (mass communication) 1) Pers

2) Radio 3) Televisi 4) Film

5) Dan lain-lain d. Komunikasi media

1) Surat 2) Telepon 3) Pamflet 4) Poster 5) Spanduk 6) Dan lain-lain 4. Sifat Komunikasi

a. Tatap muka (face-to-face) b. Bermedia (mediated) c. Verbal (verbal)

1) Lisan (oral)

2) Tulisan/cetak (written/printed) d. Nonverbal (non-verbal)

1) Isyarat badaniah (gesturial) 2) Bergambar (pictorial) 5. Metode Komunikasi

a. Jurnalistik (journalism)

b. Hubungan Masyarakat (public relations) c. Periklanan (advertising)

d. Pameran (exposition) e. Publisitas (publicity) f. Propaganda


(28)

Universitas Sumatera Utara h. penerangan

6. Teknik Komunikasi

a. Komunikasi informatif (informative communication) b. Komunikasi persuasif (persuasive communication)

c. Komunikasi instruktif (intructive/coersive communication) d. Hubungan manusiawi (human relations)

7. Tujuan komunikasi

a. Perubahan sikap (attitude change) b. Perubahan pendapat (opinion change) c. Perubahan perilaku (behavior change) d. Perubahan sosial (social change) 8. Fungsi komunikasi

a. Menyampaikan informasi (to inform) b. Mendidik (to educate)

c. Menghibur (to entertain) d. Mempengaruhi (to influence) 9. Model Komunikasi

a. Komunikasi satu tahap (one step flow communication) b. Komunikasi dua tahap (two step flow communication) c. Komunikasi multi tahap (multi step flow communication) 10.Bidang Komunikasi

a. Komunikasi sosial (social communication)

b. Komunikasi manajemen/organisasional (management/organizational communication)

c. Komunikasi perusahaan (bussiness communication) d. Komunikasi politik (political communication)

e. Komunikasi internasional (international communication) f. Komunikasi antarbudaya (intercultural communication) g. Komunikasi pembangunan (developmental communication) h. Komunikasi lingkungan (enviromental communication) i. Komunikasi tradisional (traditional communication)


(29)

Universitas Sumatera Utara 2.1.2 Komunikasi Antarpribadi

2.1.2.1 Pengertian Komunikasi Antarpribadi

Komunikasi antarpribadi (interpersonal communication) adalah komunikasi antara orang-orang secara tatap-muka, yang memungkinkan setiap pesertanya menangkap reaksi orang lain secara langsung, baik secara verbal taupun nonverbal. Bentuk khusus dari komunikasi antarpribadi ini adalah komunikasi diadik (dyadic communication). Yang melibatkan hanya dua orang, seperti suami-istri, dua sejawat, dua sahabat dekat, guru-murid, dan sebagainya. Ciri-ciri komunikasi diadik adalah; pihak-pihak yang berkomunikasi mengirim dan menerima pesan secara simultan dan spontan, baik secara verbal ataupun nonverbal.

Komunikasi antarpribadi sangat potensial untuk mempengaruhi atau membujuk orang lain, karena kita dapat menggunakan kelima alat indra seperti sentuhan, pendengaran, penglihatan, dan lain-lain, untuk mempertinggi daya bujuk pesan kita (Mulyana, 2007:81).

Komunikasi antar pribadi sebenarnya merupakan satu proses sosial di mana orang-orang yang terlibat di dalamnya saling mempengaruhi. Sebagaimana diungkapkan oleh Devito (1976) bahwa, komunikasi antar pribadi merupakan pengiriman pesan-pesan dari seorang dan diterima oleh orang lain, atau sekelompok orang dengan efek dan umpan balik yang langsung.

Effendy (1986b) mengemukakan bahwa pada hakikatnya komunikasi antarpribadi adalah komunikasi antara komunikator dengan seorang komunikan. Komunikasi jenis ini dianggap paling efektif dalam upaya mengubah sikap, pendapat, atau perilaku seseorang, karena sifatnya yang dialogis berupa percakapan. Arus balik bersifat langsung. Komunikator mengetahui tanggapan komunikan ketika itu juga, pada saat komunikasi dilancarkan. Komunikator mengetahui pasti apakah komunikasi itu positif atau negatif, berhasil atau tidak. Jika tidak, ia dapat memberi kesempatan kepada komunikan untuk bertanya seluas-luasnya.

Sedangkan Dean C. Barnlund (1968) mengemukakan bahwa komunikasi antar pribadi biasanya dihubungkan dengan pertemuan antara dua orang, atau tiga orang atau mungkin empat orang yang yang terjadi secara sangat spontan dan


(30)

Universitas Sumatera Utara tidak berstruktur. Dan Tan (1981) mengemukakan bahwa komunikasi antar pribadi (interpersonal communication) adalah komunikasi tatap muka antara dua orang atau lebih (Liliweri, 1991:12).

2.1.2.2 Ciri-ciri Komunikasi Antarpribadi

Adapun ciri-ciri komunikasi antarpribadi dapat diuraikan (Liliweri, 1991:13-14):

1. Komunikasi antarpribadi biasanya terjadi secara spontan dan sambil lalu.

2. Komunikasi antar pribadi tidak mempunyai tujuan terlebih dahulu. 3. Komunikasi antar pribadi terjadi secara kebetulan di antara peserta yang

tidak mempunyai identitas yang jelas.

4. Komunikasi antar pribadi mempunyai akibat yang disengaja maupun yang tidak disengaja.

5. Komunikasi antar pribadi seringkali berlangsung berbalas-balasan.

6. Komunikasi antar pribadi menghendaki paling sedikit melibatkan hubungan dua orang dengan suasana yang bebas, bervariasi, adanya keterpengaruhan.

7. Komunikasi antarpribadi tidak dikatakan tidak sukses jika tidak membuahkan hasil.

8. Komunikasi antarpribadi menggunakan lambang-lambang bermakna.

2.1.2.3 Sifat Komunikasi Antarpribadi

Ada tujuh sifat yang menunjukkan bahwa suatu komunikasi antara dua orang merupakan komunikasi antar pribadi dan bukan komunikasi lainnya yang terangkum dari pendapat-pendapat Reardon (1987), Effendy (1986a), Porter dan Samovar (1982). Sifat-sifat komunikasi antar pribadiadalah (Liliweri, 1991:31-42);

1. Komunikasi antar pribadi melibatkan di dalamnya perilaku verbal maupun non verbal


(31)

Universitas Sumatera Utara Dalam komunikasi, tanda-tanda verbal diwakili dalam penyebutan kata-kata, pengungkapannya baik baik yang lisan maupun tertulis. Sedangkan tanda-tanda nonverbal terlihat dalam ekspresi wajah, gerakan tangan, ataupun seperti gerakan mata. Dan hal ini setiap saat dilakukan oleh siapa saja tanpa terkecuali. Gofman (1971) , De Lozier (1976), dan Little John (1978); merinci perilaku verbal tersebut atas; (1) bahasa jarak atau proksemik; (2) dan bahasa gerak anggota tubuh atau kinesik; dan ke (3) perilaku yang terletak antara verbal dan non verbal yang disebut dengan paralinguistik.

2. Komunikasi antar pribadi melibatkan perilaku yang spontan, scripted dan contrived.

Bentuk perilaku yang pertama adalah yang bersifat spontan. Perilaku seperti ini dalam suatu komunikasiantar pribadi dilakukan secara tiba-tiba, serta merta untuk menjawab sesuatu rangsangan dari luar tanpa berpikir lebih dahulu. Dalam hal demikian maka reaksi dari emosi yang terpenting.

Bentuk perilaku yang kedua adalah bersifat scripted. Reaksi dari emosi terhadap pesan yang diterima jika pada taraf yang terus menerus membangkitkan suatu kebiasaan kita untuk belajar, dan akhirnya perilaku ini dilakukan karena dorongan faktor kebiasaan.

Bentuk ketiga dari perilaku komunikasi antar pribadi adalah contrivied. Perilaku ini merupakan perilaku yang sebagian besar didasarkan pada pertimbangan kognitif. Dalam hal ini, seseorang berperilaku karena ia berpendapat, atau percaya bahwa apa yang dilakukan benar-benar rasional, masuk akal sesuai dengan pikiran, pendapat dan kepercayaan dan keyakinannya.

3. Komunikasi antar pribadi sebagai suatu proses yang berkembang

Sifat yang ketiga dari komunikasi antar pribadi adalah sifat yang terlihat sebagai suatu proses yang berkembang, gambaran mana


(32)

Universitas Sumatera Utara menunjukkan bahwa komunikasi antar pribadi sebenarnya tidaklah statis melainkan dinamis.

4. Komunikasi antar pribadi harus menghasilkan umpan balik, mempunyai interaksi, dan koherensi.

Suatu komunikasi antar pribadi harus ditandai dengan umpan balik. Umpan balik mengacu pada respons verbal maupun non verbal. Seandainya kita berbicara dengan orang lain, dan yang diharapkan adalah jawabannya sehingga kita mengetahui pikirannya, perasaannya dan melaksanakan apa yang kita maksudkan, dan jika harapan-harapan terpenuhi, maka dapat disimpulkan komunikasi antar pribadi telah berhasil karena umpan baliknya membuat kita bersama menajdi saling mengerti.

Umpan balik saja tidaklah cukup bahkan komunikasi antar pribadi juga melibatkan beberapa tingkat dari interaksi antara peserta komunikasi. Umpan balik tidak mungkin ada jika tidak ada interaksi atau kegiatan yang menyertainya.

Adanya interaksi menunjukkan bahwa komunikasi antar pribadi harus menghasilkan suatu keterpengaruhan tertentu. Tanpa adanya pengaruh sebaliknya interaksi juga tidak ada manfaatnya. Karena interaksi dalam komunikasi antar pribadi mengandalkan suatu perubahan sikap, pendapat dan pikiran, perasaan dan minat maupun tindakan tertentu.

Selain umpan balik dan interaksi maka hasil komunikasi antar pribadi lainnya adalah koherensi. Yang dimaksud dengan koherensi yaitu adanya suatu benang merah yang terjalin antara pesan-pesan verbal maupun nonverbal yang terungkap sebelumnya dengan yang baru saja diungkapkan.

5. Komunikasi antar pribadi biasanya diatur dengan tata aturan yang bersifat intrinsik dan ekstrinsik

Yang dimaksud dengan tata aturan intrinsik adalah suatu standart dari perilaku yang dikembangkan oleh seorang sebagai panduan bagaimana mereka melaksanakan komunikasi. Tata aturan intrinsik


(33)

Universitas Sumatera Utara biasanya disepakati di antara peserta komunikasi antar pribadi untuk meneruskan atau menghentikan tema-tema percakapan, perilaku verbal dan non verbal berikutnya.

Sedangkan yang dimaksud dengan tata aturan ekstrinsik yaitu adanya standar atau tata aturan lain yang ditimbulkan karena adanya pengaruh pihak ketiga atau pengaruh situasi dan kondisi sehingga komunikasi harus diperbaiki atau dihentikan. Dalam komunikasi antar pribadi selalu mempunyai hambatan sosial. Hamabtan itu datang dari pihak yang ketiga atau situasi yang menyebabkan aturan pertemuan komunikasi antara dua orang harus ditunda atau dihentikan.

6. Komunikasi antar pribadi menunjukkan adanya suatu tindakan

Sifat keenam dari komunikasi antar pribadi adalah harus adanya sesuatu yang dibuat oleh mereka yang terlibat dalam proses komunikasi itu. Jadi kedua pihak harus sama-sama mempunyai kegiatan, aksi tertentu sehingga tanda bahwa mereka memang berkomunikasi.

7. Komunikasi antar pribadi merupakan persuasi antar manusia

Sifat terakhir dari komunikasi antar pribadi yang penting adalah adanya: persuasi. Komunikasi antar pribadi melibatkan usaha yang bersifat persuasif, karena untuk mencapai sukses harus dikenal latar belakang psikologis, sosiologis seseorang. Daripadanya seseorang komunikator menyiapkan pesan yang baik sehingga mampu mengena keadaan, lapangan psikologis dan sosiologis komunikan. Artinya memanfaatkan pengetahuan, pendapat, perasaan serta kebiasaan seseorang dari mana pesan itu perlu disesuaikan agar dapat diterima.

2.1.2.4 Efektivitas Komunikasi Antarpribadi

Devito mengemukakan bahwa dalam hal ini terdapat 5 (lima) karakteristik efektivitas komunikasi antarpribadi yaitu (Devito, 1986:228-231): 1. Keterbukaan(openness)


(34)

Universitas Sumatera Utara Pada hakikatnya setiap manusia, suka berkomunikasi dengan orang lain, karena itu tiap-tiap orang selalu berusaha agar mereka lebih dekat satu sama lainnya. Faktor kedekatan bisa menyatukan dua orang yang erat. Kedekatan antarpribadi mengakibatkan seseorang bisa dan mampu menyatakan pendapat-pendapatnya dengan bebas dan terbuka. Ada tiga aspek keterbukaan dalam komunikasi antarpribadi yaitu:

a. Komunkator harus terbuka dengan komunikannya, hal ini tidak berarti komunikator harus membuka tentang semua riwayat hidupnya, memang hal ini menarik tetapi dapat mengganggu kelancara hubungan komunikasi yang efektif. Pembukaan diri komunikator terhadap komunikannya, harus didasari kesediaan dari komunikator itu sendiri dalam taraf yang patut dan wajar.

b. Kesediaan komunikator bersikap jujur terhadap stimuli yang ditangkapnya. Bila ingin komunikan bereaksi terhadap ucapan komunikator, maka komunikator harus dapat memperlihatkan keterbukaan dengan cara bereaksi secara spontan terhadap orang lain.

c. Kepemilikan perasaan dan pemikiran dimana komunikator mengakui

bahwa perasaan dan pemikiran yang diungkapkan adalah miliknya dan bertanggung jawab atas hal tersebut.

2. Empati (empathy)

Kemampuan memproyeksikan diri kepada peranan orang lain maupun mencoba merasakan dalam cara yang sama dengan perasaan orang lain. Dengan kerangka empati ini maka seseorang akan memahami posisinya dengan begitu tidak akan memberikan penilaian pada perilaku atau sikap orang lain sebagai perilaku salah atau benar. Ada beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mencapai empati. Pertama, menahan godaan untuk mengevaluasi, menilai, menafsirkan, dan mengkritik. Kedua, semakin banyak seseorang mengenal seseorang yang lain, seperti keinginannya, pengalamannya, kemampuannya, ketakutannya, dan sebagainya, maka seseorang itu semakin mampu melihat apa yang dilihat orang lain itu dan merasakan seperti apa yang dirasakannya. Ketiga, mencoba merasakan apa yang sedang dirasakan orang lain dari sudut pandangnya. Hal yang perlu dilakukan untuk melihat lebih dekat


(35)

Universitas Sumatera Utara dunia orang lain sama dengan apa yang dilihat orang itu adalah dengan memainkan peran orang tersebut dalam pikirannya.

3. Dukungan (supportiveness)

Hubungan interpersonal yang efektif adalah hubungan dimana terdapat sikap mendukung. Suatu konsep yang dirumuskan oleh Jack Gibb, komunikasi yang terbuka dan empatik tidak dapat berlangsung dalam suasana yang tidak mendukung. Kita memperlihatkan sikap mendukung dengan bersikap (1) deskriptif, bukan evaluatif, (2) spontan, bukan strategi, dan (3) provisional, bukan sangat yakin.

4. Sikap positif (postiveness)

Dalam komunikasi interpersonal kualitas ini paling sedikitnya terdapat tiga aspek perbedaan atau unsur, yaitu komunikasi interpersonal akan berhasil jika terdapat perhatian yang positif terhadap diri seseorang, komunikasi interpersonal akan terpelihara baik jika suatu perasaan positif terhadap orang lain itu dikomunikasikan, suatu perasaan positif dalam situasi umum sangat penting untuk mengefektifkan interaksi.

5. Kesetaraan/kesamaan (equality)

Dalam setiap situasi, barangkali terjadi ketidaksetaraan. Salah seorang mungkin lebih pandai, lebih kaya, lebih tampan atau cantik, atau lebih atletis daripada yang lain. Tidak pernah ada dua orang yang benar-benar setara dalam segala hal. Terlepas dari ketidaksetaraan ini, komunikasi interpersonal akan lebih efektif bila suasananya setara. Artinya, harus ada pengakuan secara diam-diam kedua pihak sama-sama bernilai dan berharga, dan bahwa masing-masing pihak mempunyai sesuatu yang penting untuk dibagikan.

Effendy (1986) mengemukakan bahwa pada hakikatnya komunikasi antarpribadi adalah komunikasi antara komunikator dan seorang komunikan atau lebih. Komunikasi jenis ini dianggap paling efektif dalam upaya mengubah sikap, pendapat, atau perilaku seseorang, karena sifatnya yang dialogis berupa percakapan yang arus baliknya bersifat langsung. Komunikator mengetahui tanggapan komunikan ketika itu juga, pada saat komunikasi dilancarkan. Komunikator mengetahui pasti apakah komunikasi itu positif atau


(36)

Universitas Sumatera Utara negatif, berhasil atau tidak. Jika tidak, ia dapat memberi kesempatan kepada komunikan untuk bertanya seluas-luasnya (Liliweri, 1991:12-13).

2.1.3 Bimbingan Konseling

2.1.3.1 Pengertian Bimbingan Konseling

Secara etimologis kata bimbingan merupakan terjemahan dari kata “Guidance” berasal dari kata kerja “to guide” mempunyai arti “menunjukkan, membimbing, menuntun, ataupun membantu”. Sesuai dengan istilahnya, maka secara umum bimbingan dapat diartikan sebagai bantuan atau tuntunan. Namun, meskipun demikian tidak berarti semua bentuk bantuan atau tuntunan adalah bimbingan. Bantuan dalam pengertian bimbingan menurut terminologi bimbingan dan konseling haruslah memenuhi syarat-syarat tertentu sebagaimana dikemukakan dibawah ini.

Definisi bimbingan yang pertama dikemukakan dalam Year’s Book of Education 1995, yang menyatakan: “Bimbingan adalah suatu proses membantu individu melalui usahanya sendiri untuk menemukan dan mengembangkan kemampuannya agar memperoleh kebahagiaan pribadi dan kemanfaatan sosial.

Sedangkan DR. Rachman Natawidjaja (1998:7) menyatakan: “Bimbingan adalah suatu proses pemberian bantuan kepada individu yang dilakukan secara berkesinambungan, supaya individu tersebut dapat memahami dirinya, sehingga ia sanggup mengarahkan dirinya dan dapat bertindak secara wajar, sesuai tuntutan dan keadaan lingkungan sekolah, keluarga dan masyarakat, serta kehidupan umumnya. Dengan demikian ia dapat mengecap kebahagiaan hidup dan dapat memberikan sumbangan yang berarti bagi kehidupan masyarakat umumnya. Bimbingan membantu individu mencapai perkembangan diri secara optimal sebagai makhluk sosial (Hallen, 2005:2-5).

Istilah konseling berasal dari bahasa inggris “to counsel” yang secara etimologis berarti “to give advice” (Homby, 1958: 246), atau memberi saran dan nasihat. Di samping itu, istilah bimbingan selalu dirangkaikan dengan istilah konseling. Hal ini disebabkan karena bimbingan dan konseling itu merupakan suatu kegiatan yang integral. Konseling merupakan salah satu teknik dalam pelayanan bimbingan di antara beberapa teknik lainnya, namun konseling


(37)

Universitas Sumatera Utara sebagaimana dikatakan Schmuller adalah “the heart of guidance program” (Dewa Ketut Sukardi; 1984:1).

Rogers (1942) memperjelas arti konseling sebagai berikut: “konseling adalah serangkaian hubungan langsung dengan individu yang bertujuan untuk membantu dia dalam mengubah sikap dan tingkah lakunya.

F. Robinson dalam bukunya Principles and Preseduress in Student Counseling (1950) menyatakan bahwa konseling merupakan salah satu teknik dalam pelayanan bimbingan di mana proses pemberian bantuan itu berlangsung melalui wawancara dalam serangkaian pertemuan langsung dan tatap muka antara guru pembimbing/konselor dengan klien; dengan tujuan agar klien itu mampu memperoleh pemahaman lebih baik terhadap dirinya, mampu memecahkan masalah yang dihadapinya dan mampu mengarahkan dirinya untuk mengembangkan potensi yang dimiliki ke arah perkembangan yang optimal, sehingga ia dapat mencapai kebahagiaan pribadi dan kemanfaatan sosial (Hallen, 2005:2-10).

Konseling merupakan pelayanan terpenting dalam program bimbingan. Layanan ini memfasilitasi siswa untuk memperoleh bantuan pribadi secara langsung, baik secara tatap muka (face to face) maupun melalui media (telepon atau internet) dalam memperoleh (a) pemahaman dan kemampuan untuk mengembangkan kematangan dirinya (aspek potensi kemampuan, emosi, sosial, dan moral-spritual), dan (b) menanggulangi masalah dan kesulitan yang dihadapinya, baik menyangkut aspek pribadi, sosial, belajar, maupun karir (Yusuf, Nurihsan, 2005:21).

2.1.3.2 Tujuan Bimbingan Konseling

Menurut Prayitno (1997:31), ada tiga tujuan pelayanan bimbingan konseling yang diberikan kepada siswa, yaitu:

1. Bimbingan dalam rangka menemukan pribadi, dimaksudkan agar peserta didik mengenal kekuatan dan kelemahan dirinya sendiri serta menerimanya secara positif dan dinamis sebagai modal pengembangan diri lebih lanjut.

2. Bimbingan dalam rangka mengenal lingkungan dimaksudkan agar peserta didik mengenal lingkungannya secara obyektif, baik lingkungan sosial dan


(38)

Universitas Sumatera Utara ekonomi, lingkungan budaya yang sangat sarat dengan nilai-nilai dan norma-norma, maupun lingkungan fisik dan menerima berbagai kondisi lingkungan itu secara positif dan dinamis.

3. Bimbingan dalam rangka merencanakan masa depan dimaksudkan agar peserta didik mampu mempertimbangkan dan mengambil keputusan tentang masa depan dirinya, baik yang menyangkut bidang pendidikan, bidang karir maupun bidang budaya, keluarga dan masyarakat.

2.1.4 Motivasi

2.1.4.1 Pengertian Motivasi

Motivasi berasal dari bahasa Latin “movere”, yang memiliki arti yaitu menggerakkan. Berdasarkan pengertian ini, makna motivasi menjadi berkembang. Wlodkowsi (1985) menejelaskan motivasi sebagai suatu kondisi yang menyebabkan atau menimbulkan perilaku tertentu, dan yang memberi arah (direction) serta ketahanan (persistence). Sedangkan Imron (1996) menjelaskan, bahwa motivasi berasal dari bahasa inggris motivation, yang berarti dorongan pengalasan dan motivasi. Kata kerjanya adalah to motivate yang berarti mendorong, menyebabkan, dan merangsang. Motive sendiri berarti alasan, sebab dan daya penggerak (Echols, 1984 dalam Imron, 1996). Suryabrata (1984) mengemukakan bahwa motif adalah keadaan dalam diri seseorang yang mendorong individu tersebut untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu guna mencapai tujuan yang diinginkan.

Kata “motif”, diartikan sebagai daya upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Motif dapat dikatakan sebagai daya penggerak dari dalam dan di dalam subjek untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi mencapai suatu tujuan. Berawal dari kata “motif” itu, maka motivasi dapat diartikan sebagai daya penggerak yang telah menjadi aktif pada saat-saat tertentu, terutama bila kebutuhan untuk mencapai tujuan sangat dirasakan/mendesak (Sardiman, 2000:71).

Motivasi juga dapat dijelasakan sebagai tujuan yang ingin dicapai melalui perilaku tertentu (Cropley, 1985). Demikian juga, Winkels (1987) mengemukakan bahwa motif adalah adanya daya penggerak dalam diri seseorang untuk


(39)

Universitas Sumatera Utara melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi mencapai suatu tujuan (Siregar, Nara, 2010:49).

Menurut Mc. Donald, motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya “feeling” dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan. Dari pengertian yang dikemukakan oleh Mc. Donald ini mengandung tiga elemen penting, yaitu (Sardiman, 2000:72):

1. Bahwa motivasi itu mengawali terjadinya perubahan energi pada diri setiap individu manusia. Perkembangan motivasi akan membawa beberapa perubahan energi di dalam sistem “neurophysiological” yang ada pada organisme manusia. Karena menyangkut perubahan energi manusia (walaupun motivasi itu muncul dari dalam diri manusia), penampakannya akan menyangkut kegiatan fisik manusia.

2. Motivasi ditandai dengan munculnya, rasa/feeling dan afeksi seseorang. Dalam hal ini motivasi relevan dengan persoalan-persoalan kejiwaan, afeksi dan emosi yang dapat menemukan tingkah laku manusia.

3. Motivasi akan dirangsang karena adanya tujuan. Jadi motivasi dalam hal ini sebenarnya merupakan respon dari suatu aksi, yakni tujuan. Motivasi memang muncul dari dalam diri manusia, tetapi kemunculannya karena terangsang/terdorong oleh adanya unsur lain, dalam hal ini adalah tujuan. Ames dan Ames (1984) menjelasakan motivasi dari pandangan kognitif, menurut pandangan ini, motivasi didefinisikan sebagai perspektif yang dimiliki seseorang mengenai dirinya sendiri dan lingkungannya (Siregar & Nara, 2010:50).

2.1.4.2 Perspektif Motivasi

Terdapat empat perspektif untuk memperjelas pandangan mengenai motivasi yaitu perspektif: ilmu perilaku, humanistik, kognitif, dan sosial. Perspektif psikologis yang berbeda menjelaskan motivasi dalam cara berbeda, sebagai berikut (Santrock, 2011:200-202):


(40)

Universitas Sumatera Utara Perspektif ilmu perilaku menekankan penghargaan dan hukuman ekternal sebagai kunci dalam menentukan motivasi seorang siswa. Insentif (incentives) adalah stimulus atau kejadian positif atau negatif yang dapat memotivasi perilaku seorang siswa. Pendukung dari penggunaan insentif menekankan bahwa insentif dapat menambah minat atau rangsangan kepada kelas serta mengarahkan perhatian pada perilaku yang tepat dan menjauhi perilaku yang tidak tepat.

• Perspektif Humanistik

Perspektif humanistik menekankan kapasitas siswa untuk pertumbuhan pribadi, kebebasan untuk memilih nasib mereka sendiri, dan kualitas-kualitas positif (seperti bersikap sensitif kepada orang lain). Perspektif ini diasosiasikan secara dekat dengan keyakinan Abraham Maslow (1995, 1971) bahwa kebutuhan dasar tertentu harus dipenuhi sebelum kebutuhan yang lebih tinggi dapat dipuaskan.

• Perspektif Kognitif

Menurut perspektif kognitif mengenai motivasi, pemikiran siswa mengarahkan mereka sendiri. Perspektif ini menekankan pada gagasan-gagasan seperti motivasi internal siswa untuk berprestasi, atribusi mereka (persepsi mengenai penyebab keberhasilan atau kegagalan, khususnya persepsi bahwa usaha merupakan faktor penting dalam prestasi), dan keyakinan bahwa mereka dapat mengontrol lingkungannya secara efektif. Perspektif kognitif juga menekankan pentingnya penetapan tujuan, perencanaan, dan pemantauan kemajuan menuju suatu sasaran.

• Perspektif sosial

Perspektif sosial menjelaskan mengenai motivasi, dengan menekankan pada kebutuhan akan afiliasi atau hubungan. Kebutuhan akan afiliasi atau hubungan adalah motif untuk terhubung secara aman dengan orang lain. Siswa yang berada di sekolah dengan hubungan interpersonal yang penuh perhatian dan dukungan, mempunyai sikap dan nilai akademis yang lebih positif dan merasa lebih puas terhadap sekolah.


(41)

Universitas Sumatera Utara 2.1.5 Motivasi Belajar

2.1.5.1 Pengetian Motivasi Belajar

Pengertian yang paling luas, dalam hal motivasi belajar adalah suatu nilai dan suatu dorongan untuk belajar. Wlodkowski dan Jaynes (2004) mengemukan bahwa motivasi belajar merupakan sikap yang tidak hanya sudi belajar tetapi juga menghargai dan menikmati aktivitas belajar serta menghargai dan menikmati hasil belajarnya. Motivasi belajar sebagai sebuah sistem pembimbing internal yang berusaha menjaga fokus seseorang anak tetap belajar serta berdiri sendiri dan bersaing melawan hal-hal lain dalam hidup sehari-hari (Wlodkowsi &Jaynes, 2004:11).

Motivasi dapat juga dikatakan serangkaian usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi tertentu, sehingga seseorang itu mau dan ingin melakukan sesuatu, dan bila ia tidak suka, maka akan berusaha untuk meniadakan atau mengelakkan perasaan tidak suka itu. Jadi motivasi itu dapat dirangsang oleh faktor dari luar tetapi motivasi itu adalah tumbuh di dalam diri seseorang. Dalam kegiatan belajar, maka motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan yang memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga dikatakan keseluruhan, karena pada umumnya ada beberapa motif yang bersama-sama menggerakkan siswa untuk belajar (Sardiman, 2000:73).

Secara umum, terdapat dua peranan penting motivasi dalam belajar, pertama, motivasi merupakan daya penggerak psikis dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, menjamin kelangsungan belajar demi mencapai satu tujuan. Kedua, motivasi memegang peranan penting dalam memberikan gairah, semangat dan rasa senang dalam belajar, sehingga siswa mempunyai energi yang banyak untuk melaksanakan kegiatan belajar (Siregar, Nara, 2010:51).

Motivasi dan belajar merupakan dua hal yang saling mempengaruhi. Belajar adalah perubahan tingkah laku secara relatif permanen dan secara potensial terjadi sebagai hasil dari praktik penguatan (reinforced practice) yang dilandasi tujuan untuk mencapai tujuan tertentu.


(42)

Universitas Sumatera Utara Motivasi belajar dapat timbul karena faktor intrinsik, berupa hasrat dan keingingan berhasil dan dorongan kebutuhan belajar, harapan akan cita-cita. Sedangkan faktor ekstrinsiknya adalah adanya penghargaan, lingkungan belajar yang kondusif dan mendukung, dan kegiatan belajar yang menarik. Namun, harus dipahami bahwa, kedua faktor tersebut disebabkan oleh rangsangan tertentu, sehingga seseorang berkeinginan untuk melakukan aktivitas belajar yang lebih giat dan semangat (Uno, Hamzah, 2008:23).

2.1.5.2 Jenis Motivasi Belajar

Menurut Frandsen (Dalam Sardiman, 2000:85), jenis-jenis motivasi dalam belajar terdiri atas:

a. Cognitive motives

Motif ini menunjuk pada gejala intrinsik, yakni menyangkut kepuasan individual. Kepuasan individual yang berada di dalam diri manusia dan biasanya berwujud proses dan produk mental. Jenis motif seperti ini adalah sangat primer dalam kegiatan belajar di sekolah, terutama yang berkaitan dengan pengembangan intelektual.

b. Self-expression

Penampilan diri adalah sebagian dari perilaku manusia. Yang penting kebutuhan individu itu tidak sekedar tahu mengapa dan bagaimana sesuatu itu terjadi, tetapi juga mampu membuat suatu kejadian. Untuk ini memang diperlukan kreativitas, penuh imajinasi. Jadi dalam hal ini seseorang itu ada keinginan untuk aktualisasi diri.

c. Self-enhancement

Melalui aktualisasi diri dan pengembangan kompetensi akan meningkatkan kemajuan diri seseorang. Ketinggian dan kemajuan diri ini menjadi salah satu keinginan bagi setiap individu. Dalam belajar dapat diciptakan suasana kompetensi yang sehat bagi anak didik untuk mencapai suatu prestasi.


(43)

Universitas Sumatera Utara 2.1.5.3 Prinsip Motivasi Belajar ARCS Model

Dari berbagai teori motivasi yang berkembang, Keller (1983) telah menyusun seperangkat prinsip-prinsip motivasi yang dapat diterapkan dalam proses pembelajaran, yang disebut sebagai ARCS model yaitu Attention (perhatian), Relevance (Relevansi), Confidance (kepercayaan diri), dan satisfication (kepuasan).

Attention (perhatian) yaitu dorongan rasa ingin tahu. Rasa ingin tahu seseorang muncul karena rangsangan melalui elemen-elemen baru, aneh, lain dengan yang sudah ada, dan kontradiktif/kompleks. Selain itu, perhatian menunjukkan adanya pemusatan energi psikis yang tertuju kepada suatu objek pelajaran atau dapat dikatakan sebagai banyak sedikitnya kesadaran yang menyertai aktivitas belajar. Relevance (relevansi) yaitu adanya hubungan yang ditunjukkan antara materi pembelajaran, kebutuhan dan kondisi siswa. Hal ini sangat penting bagi siswa yang belajar. Siswa di dalam proses belajar; memahami maksudnya, menangkap maksudnya, adalah tujuan akhir dari setiap belajar. Tanpa pemahaman, maka skill, pengetahuan dan sikap tidak akan bermakna. Confidance (kepercayaan diri), yaitu merasa diri kompeten atau mampu merupakan potensi untuk dapat berinteraksi dengan lingkungan. Motivasi akan meningkat sejalan dengan meningkatnya harapan untuk berhasil. Satisfication (kepuasan) merupakan keberhasilan dalam mencapai suatu tujuan akan menghasilkan kepuasan siswa, siswa akan termotivasi untuk terus berusaha mencapai tujuan yang serupa (Siregar & Nara, 2010:52-53).

2.2 Kerangka Konsep

Konsep adalah unsur penelitian yang terpenting dan merupakan definisi yang dipakai oleh para peneliti untuk menggambarkan secara abstrak suatu fenomena sosial ataupun fenomena alami. Konsep juga merupakan generalisasi dari sekelompok fenomena tertentu, sehingga dapat dipakai untuk menggambarkan berbagai fenomena yang sama (Singarimbun, 1982:17).

Teori-teori yang dijadikan landasan dalam kerangka teori harus dapat menghasilkan beberapa konsep. Kerangka konsep sebagai hasil pemikiran yang rasional merupakan uraian yang bersifat kritis dalam memperkirakan


(44)

Universitas Sumatera Utara kemungkinan hasil penelitian yang dicapai dalam mengantar penelitian pada rumusan hipotesis (Nawawi, 1995:33). Menurut Bungin, konsep adalah generalisasi dari sekelompok fenomena yang sama (Bungin, 2005:57). Agar konsep-konsep dapat diuji secara empiris, maka harus dioperasionalisasikan dengan mengubahnya menjadi variabel. Pengertian yang lebih konkret, sesungguhnya variabel itu adalah konsep dalam bentuk konkret atau konsep operasional.

Gambar Kerangka Konsep

2.3 Variabel Penelitian

Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini berdasarkan kerangka kerangka konsep adalah:

1. Variabel (X) / Independent Variabel

Variabel Bebas adalah segala gejala, faktor, atau unsur yang menentukkan atau mempengaruhi munculnya variabel kedua yang disebut variabel terikat (Nawawi, 2011:57). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah Efektivitas Komunikasi Antarpribadi.

2. Variabel Terikat (Y) / Dependent Variabel

Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel bebas (Bungin, 2011:72). Variabel terikat dalam penelitian ini adalah Motivasi Belajar Siswa.

2.4 Operasionalisasi Variabel

Berdasarkan kerangka teori dan kerangka konsep di atas, maka dibuat operasionalisasi variabel untuk mempermudah proses penelitian, yaitu sebagai berikut:

Efektivitas Komunikasi Antarpribadi dalam Bimbingan Konseling


(45)

Universitas Sumatera Utara Tabel 2.1

Operasional Variabel

Variabel Teoritis Operasional Variabel Variabel Bebas (X)

Efektivitas Komunikasi

a. Keterbukaan (opennes) b. Empati (empathy)

c. Dukungan (supportiveness) d. Sikap positif (positiveness) e. Kesetaraan (equality) Variabel Terikat (Y)

Motivasi Belajar

a. Perhatian (attention) b. Relevansi (relevance)

c. Kepercayaan diri (self-confidance) d. Kepuasan (satisfication)

Karakteristik Responden d. Usia

e. Jenis kelamin f. Jurusan

2.5 Definisi Operasional

Definisi operasional adalah penelitian yang memberitahukan bagaimana caranya untuk mengukur suatu variabel. Definisi operasional adalah suatu informasi ilmiah yang amat membantu peneliti yang ingin menggunakan variabel yang sama (Singarimbun, 1982:23). Maka, variabel-variabel dalam operasional didefinisikan sebagai berikut:

1. Variabel Bebas (X) yaitu Efektivitas Komunikasi Antarpribadi dalam Bimbingan Konseling, terdiri dari:

a. Keterbukaan Diri (openness), yaitu kemauan dari dalam diri konselor untuk bersikap terbuka atas pengalaman pribadinya, sikap konselor dalam hal kejujuran dan terus terang menanggapi apa yang diutarakan oleh siswa/i serta pikiran dan perasaan konselor yang berkaitan dengan tingkah laku klien (siswa/i).

b. Empati (empathy) yang dimasud dalam penelitian ini, yaitu: kemampuan konselor untuk mencoba merasakan pengalaman, pikiran, maupun kondisi batin yang dirasakan oleh siswa seperti, sikap konselor untuk mau


(46)

Universitas Sumatera Utara memaklumi keluhan-keluhan siswa/i tentang kesulitan dalam belajar, kemampuan menahan godaan untuk mengkritik siswa/i, dan mengerti alasan yang membuat siswa/i merasakan apa yang dirasakannya, dan kemauan konselor untuk memposisikan dirinya sebagaimana dengan cara pandang siswa/i.

c. Dukungan (supportiveness) yang dimaksud dalam penelitian ini, yaitu adanya kemampuan konselor untuk menjelaskan tentang pentingnya belajar serta manfaatnya, kemampuan konselor untuk meyakinkan kemampuan yang dimiliki siswa/i serta meringankan beban perasaannya, mendengar pandangan yang berlawanan dengan siswa/i, dan kemampuan konselor di dalam menciptakan suasana lingkungan belajar yang mendukung bagi siswa/i.

d. Sikap positif (positiveness) yang dimaksud dalam penelitian ini, yaitu adanya perasaan positif konselor ketika berkomunikasi dengan siswa/i seperti memberi rasa nyaman kepada siswa/i saat kegiatan bimbingan konseling maupun menghargai keberadaan siswa/i yang datang menemuinya, dan mampu memberikan pujian kepada siswa/i.

e. Kesetaraan (equality) yang dimaksud dalam penelitian ini, yaitu dalam berkomunikasi, konselor mau menghargai klien sebagai siswa/i, tidak merangsang perdebatan, dan memberi solusi terhadap masalah siswa/i. 2. Variabel Terikat (Y), yaitu Motivasi Belajar, terdiri dari:

a. Perhatian (attention), dalam penelitian ini merupakan minat dan dorongan rasa ingin tahu siswa/i, seperti seberapa besar siswa/i berkonsentrasi dalam proses belajar baik pada pelajaran yang mudah ataupun sulit, mencari sumber belajar diluar sekolah, dan ketekunan dalam mengerjakan tugas dan pekerjaan rumah (PR) yang diberikan dengan tepat waktu serta seberapa lama waktu belajar yang digunakan di luar jam sekolah.

b. Relevansi (relevance) dalam penelitian ini, mencakup kesadaran siswa/i atas pentingnya dan manfaat belajar, kesadaran siswa/i terhadap kebutuhan akan belajar, siswa/i memiliki semangat untuk mencapai harapan dan cita-cita masa depan.


(47)

Universitas Sumatera Utara c. Kepercayaan diri (self-confidance) dalam penelitian ini mencakup siswa/i memiliki tanggung jawab terhadap diri sendiri, yaitu siswa/i terdorong untuk belajar karena adanya keinginannya sendiri untuk memahami suatu materi belajar (kemandirian), memahami potensi yang dimiliki dan untuk dapat dikembangkan serta kemapuan untuk dapat bekerjasama dengan siswa/i lainnya.

d. Kepuasan (satisfication) dalam penelitian ini mencakup adanya rasa puas siswa/i akan nilai yang diperolehnya, siswa/i melakukan evaluasi terhadap proses belajarnya, semangat di dalam mengerjakan tujuan yang serupa serta adanya suasana belajar yang mendukung yang dirasakan oleh siswa/i. 3. Karakteristik Responden, yaitu terdiri dari:

a. Usia yaitu umur siswa/i SMA Yayasan Perguruan Sutomo I Medan yang menjadi responden dalam penelitian ini.

b. Jenis kelamin yaitu jenis kelamin siswa/i yang menjadi responden dalam penelitian ini.

c. Jurusan yaitu pilihan bidang studi (IPA/IPS) siswa/i SMA Yayasan Perguruan Sutomo I Medan yang menjadi responden dalam penelitian ini.


(48)

Universitas Sumatera Utara 2.6 Hipotesis

Hipotesis adalah sarana penelitian ilmiah yang penting dan tidak bisa ditinggalkan karena merupakan instrumen kerja dari teori (Singarimbun, 1982:21). Hipotesis merupakan pernyataan yang bersifat dugaan mengenai hubungan antara dua variabel atau lebih.

Hipotesis yang peneliti ajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Ho: Tidak terdapat pengaruh efektivitas komunikasi antarpribadi dalam bimbingan konseling terhadap motivasi belajar siswa/i Yayasan Perguruan Sutomo I Medan.

Ha: Terdapat pengaruh efektivitas komunikasi antarpribadi dalam

bimbingan konseling terhadap motivasi belajar siswa/i Yayasan Perguruan Sutomo I Medan.


(49)

33 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Deskripsi Lokasi Penelitian

3.1.1 Gambaran Umum Yayasan Perguruan Sutomo I Medan

Penelitian ini dilakukan di Yayasan Peguruan Sutomo I Medan yang berlokasi di Jalan Letkol Martinus Lubis No.7 Medan, Sumatera Utara.

3.1.2 Sejarah Yayasan Perguruan Sutomo I Medan

Pada tanggal 25 Februari 1958, tiga tokoh masyarakat masing-masing Soo Lean Tooi, Oei Moh Toan dan Kho Peng Huat (Hadi Kusuma) memprakarsai pembentukan suatu yayasan yang bergerak di bidang pendidikan. Niat ini timbul karena menyadari bahwa:

• Masyarakat Kota Medan saat itu membutuhkan sebuah wadah yang dapat menyelenggarakan pendidikan sesuai dengan sistem Pendidikan Nasional yang berazaskan Pancasila dan UUD 1945.

• Mereka berkeinginan berpartisipasi secara aktif untuk menunjang program pemerintah pada program pendidikan dalam usaha mencerdaskan kehidupan bangsa.

Dengan susunan Pengurus Yayasan Perguruan Sutomo pada saat itu:

• Penasehat : Soo Lean Tooi

• Ketua : Oei Moh Toan

• Bendahara : Tan Wee Beng (Begawan tantono)

• Pengawas Pendidikan : Kho Peng Huat (Hadi Kusuma)

• Pemeriksa ADM : Ng Khai Seng

Seiring dengan berjalannya waktu, Perguruan Sutomo telah banyak mengalami perubahan, begitu juga dengan susunan pengurus Yayasan Perguruan Sutomo. Para pendiri Yayasan Perguruan Sutomo dan Mantan Pengurus Yayasan Perguruan Sutomo sebagian besar telah mendahului kita.


(1)

Universitas Sumatera Utara

2 7 69 65 4,5 5,5 -1 1

2 8 51 60 84 21 63 3969

2 9 65 49 18 63,5 -45,5 2070,25

3 0 66 63 12 11,5 0,5 0,25

3 1 69 59 4,5 24 -19,5 380,25

3 2 65 55 18 39,5 -21,5 462,25

3 3 57 37 67,5 83 -15,5 240,25

3 4 63 56 32,5 35 -2,5 6,25

3 5 61 51 45,5 56,5 -11 121

3 6 54 53 79 50,5 28,5 812,25

3 7 61 55 45,5 39,5 6 36

3 8 60 45 51 77,5 -26,5 702,25

3 9 52 42 82,5 81,5 1 1

4 0 63 57 32,5 31 1,5 2,25

4 1 59 64 57,5 8 49,5 2450,25

4 2 64 58 25 27 -2 4

4 3 58 51 62,5 56,5 6 36

4 4 62 45 39,5 77,5 -38 1444

4 5 56 48 74,5 68,5 6 36

4 6 65 53 18 50,5 -32,5 1056,25

4 7 62 44 39,5 80 -40,5 1640,25

4 8 70 61 2 18 -16 256

4 9 63 61 32,5 18 14,5 210,25

5 0 63 62 32,5 15 17,5 306,25

5 1 56 48 74,5 68,5 6 36

5 2 56 51 74,5 56,5 18 324

5 3 66 67 12 3 9 81

5 4 57 51 67,5 56,5 11 121

5 5 68 53 7,5 50,5 -43 1849


(2)

Universitas Sumatera Utara

5 7 56 36 74,5 84 -9,5 90,25

5 8 60 51 51 56,5 -5,5 30,25

5 9 66 56 12 35 -23 529

6 0 62 55 39,5 39,5 0 0

6 1 61 54 45,5 45,5 0 0

6 2 62 45 39,5 77,5 -38 1444

6 3 63 50 32,5 60,5 -28 784

6 4 61 57 45,5 31 14,5 210,25

6 5 66 57 12 31 -19 361

6 6 56 60 74,5 21 53,5 2862,25

6 7 59 48 57,5 68,5 -11 121

6 8 56 55 74,5 39,5 35 1225

6 9 55 46 78 74,5 3,5 12,25

7 0 66 62 12 15 -3 9

7 1 67 42 9 81,5 -72,5 5256,25

7 2 57 54 67,5 45,5 22 484

7 3 63 54 32,5 45,5 -13 169

7 4 65 55 18 39,5 -21,5 462,25

7 5 61 64 45,5 8 37,5 1406,25

7 6 60 53 51 50,5 0,5 0,25

7 7 59 54 57,5 45,5 12 144

7 8 59 57 57,5 31 26,5 702,25

7 9 57 54 67,5 45,5 22 484

8 0 65 59 18 24 -6 36

8 1 59 48 57,5 68,5 -11 121

8 2 64 63 25 11,5 13,5 182,25

8 3 57 47 67,5 72,5 -5 25

8 4 61 58 45,5 27 18,5 342,25


(3)

(4)

(5)

Universitas Sumatera Utara BIODATA PENULIS

Nama Lengkap : David Edward Lumbantoruan

IDENTITAS PRIBADI

Nama Panggilan : David

Tempat, Tanggal Lahir : Batam, 18 Februari 1993

Umur : 21 tahun

Golongan Darah : O

Jenis Kelamin : Laki-laki

Agama : Kristen Protestan

Anak : 2 dari 5 bersaudara

Orang Tua

Ayah : Judika Lumbantoruan

Ibu : Tionar Simatupang

Saudara : Erick Robson Lumbantoruan

Martha Elizabeth Lumbantoruan Joice Vera Monika Lumbantoruan Okta Delima Lumbantoruan

Kebangsaan : Indonesia

Status Marital : Mahasiswa

Departemen : Ilmu Komunikasi

Alamat : Jl. Sei Padang, gg.Pribadi No. 16B, Kecamatan

Medan Selayang

No. Telepon / HP : - /

Email : David.kom2011@gmail.com

(2002-2007) SD Swasta Eben Haezer Batam, Kepulauan Riau

RIWAYAT PENDIDIKAN

(2007-2009) SMP Negeri 6 Batam, Kepulauan Riau (2009-2011) SMA Negeri 1 Batam, Kepulauan Riau


(6)

Universitas Sumatera Utara

(2011-2015) S1 Ilmu Komunikasi FISIP Universitas Sumatera Utara

1. Talkshow Pengenalan Jurnalistik dan Public Relations Ikatan Mahasiswa

Departemen Ilmu Komunikasi (IMAJINASI) FISIP USU 2012

PENDIDIKAN NON FORMAL / TRAINING – SEMINAR

2. Media and Company Visit (Deli TV & PT.Indofood) Ikatan Ikatan

Mahasiswa Departemen Ilmu Komunikasi (IMAJINASI) FISIP USU 2012

1. Pengurus (Kepala Divisi Kerohanian Kristen) Ikatan Mahasiswa

Kepulauan Riau (IMKR) Medan Periode 2013.

RIWAYAT KEORGANISASIAN DAN KEPANITIAAN

2. Pengurus (Bagian Peralatan) UKM KMK UP PEMA FISIP periode 2014

3. Pengurus (Bagian Peralatan) UKM KMK UP PEMA FISIP periode 2015

4. Panitia INISIASI Ikatan Mahasiswa Departemen Ilmu Komunikasi

(IMAJINASI) FISIP USU 2013

Praktek Kerja Lapangan Public Relations di Departemen 4L ( Legal, License, Land Dispute, Local Issue) PT. Toba Pulp Lestari, Tbk Desa Pangombusan, Kecamatan Parmaksian, Kabupaten Toba Samosir.


Dokumen yang terkait

Komunikasi Antarpribadi dan Motivasi Belajar (Studi Korelasional Pengaruh Komunikasi Antarpribadi Orang Tua Terhadap Motivasi Belajar Anak pada Siswa Kelas XI SMA Negeri 1 Kabanjahe)

2 46 109

Komunikasi Antarpribadi Guru-Siswa Dan Peningkatan Motivasi Belajar Siswa (Studi Kasus tantang Pengaruh Komunikasi Antarpribadi Guru-Siswa terhadap Peningkatan Motivasi Belajar Siswa SMK 1 TD Pardede Foundation)

14 103 130

Komunikasi Antar Pribadi Dan Motivasi Belajar (Studi Korelasional Pengaruh Komunikasi Antar Pribadi Guru BP Terhadap Motivasi Belajar Siswa Di SMK Negeri 7 Medan)

0 61 128

Komunikasi Antarpribadi Dan Pengembangan Kompetensi Belajar Siswa

3 63 150

Komunikasi Antarpribadi Dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa (Studi Kasus tentang Komunikasi Antarpribadi Guru – Siswa terhadap Peningkatan Motivasi Belajar Siswa SMK Negeri 8 Medan)

8 70 93

Komunikasi Positif Guru dan Motivasi Belajar Siswa (Studi Korelasional Antara Komunikasi Positif Guru dan Motivasi Belajar Siswa SMP Negeri 29 Medan)

0 38 109

Efektivitas Komunikasi Antarpribadi Dan Motivasi Belajar Siswa (Studi Korelasional Pengaruh Pengaruh Efektivitas Komunikasi Antarpribadi Dalam Bimbingan Konseling Terhadap Motivasi Belajar Siswa/I Sma Yayasan Perguruan Sutomo I Medan)

7 51 139

Komunikasi Antarpribadi dan Motivasi Belajar (Studi Korelasional Pengaruh Komunikasi Antarpribadi Orang Tua Terhadap Motivasi Belajar Anak pada Siswa Kelas XI SMA Negeri 1 Kabanjahe)

0 0 18

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah - Komunikasi Antarpribadi dan Motivasi Belajar (Studi Korelasional Pengaruh Komunikasi Antarpribadi Orang Tua Terhadap Motivasi Belajar Anak pada Siswa Kelas XI SMA Negeri 1 Kabanjahe)

0 0 7

KOMUNIKASI ANTARPRIBADI DAN MOTIVASI BELAJAR (Studi Korelasional Pengaruh Komunikasi Antarpribadi Orang Tua Terhadap Motivasi Belajar Anak Pada Siswa Kelas XI SMA Negeri 1 Kabanjahe) SKRIPSI

0 0 11