PERAN ORANG TUA DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI ANAK MELALUI METODE BERCAKAP-CAKAP PADA KELUARGA ANAK USIA DINI DI WILAYAH KELURAHAN BOJONGHERANG RW 10 CIANJUR.

(1)

PADA KELUARGA ANAK USIA DINI

DI WILAYAH KELURAHAN BOJONGHERANG RW 10 CIANJUR

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Pada Jurusan Pendidikan Luar Sekolah

Oleh :

AYU SRI UTAMI 1003193

JURUSAN PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA


(2)

PERAN ORANG TUA DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI ANAK MELALUI METODE BERCAKAP-CAKAP

PADA KELUARGA ANAK USIA DINI

DI WILAYAH KELURAHAN BOJONGHERANG RW 10 CIANJUR

Oleh Ayu Sri Utami

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Ilmu Pendidikan Jurusan Pendidikan Luar Sekolah

© Ayu Sri Utami 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

Agustus 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(3)

1003193

PERAN ORANG TUA DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI ANAK MELALUI METODE BERCAKAP-CAKAP

PADA KELUARGA ANAK USIA DINI

DI WILAYAH KELURAHAN BOJONGHERANG RW 10 CIANJUR

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING :

Pembimbing I

Prof. Dr. Hj. Ihat Hatimah, M. Pd. NIP. 19540402 198001 2 001

Pembimbing II

Dr. Asep Saepudin, M. Pd. NIP. 19700930 200801 1 004

Mengetahui

Ketua Jurusan Pendidikan Luar Sekolah

Dr. Jajat S. Ardiwinata, M. Pd. NIP. 19590826 198603 1 003


(4)

ABSTRAK

Ayu Sri Utami: “PERAN ORANG TUA DALAM MENINGKATKAN

KEMAMPUAN KOMUNIKASI ANAK MELALUI METODE BERCAKAP-CAKAP PADA KELUARGA ANAK USIA DINI DI WILAYAH

KELURAHAN BOJONGHERANG RW 10 CIANJUR”.

Latar belakang masalah dalam penelitian ini adalah betapa pentingnya peran orang tua bagi anak dalam meningkatan kemampuan komunikasi. Orang tua sebagai dasar yang paling pertama dan utama pada pendidikan anak harus dapat menjadi contoh yang baik bagi pertumbuhan dan perkembangan anak. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tentang: 1) Kemampuan komunikasi anak pada keluarga anak usia dini di wilayah Kelurahan Bojongherang RW 10 Cianjur; 2) Proses bimbingan yang dilakukan orang tua melalui metode bercakap-cakap dalam meningkatkan kemampuan komunikasi anak; 3) Peningkatan komunikasi anak melalui metode bercakap-cakap pada keluarga anak usia dini; 4) Faktor-faktor penghambat dan pendukung kemampuan komunikasi anak melalui metode bercakap-cakap pada keluarga anak usia dini di wilayah Kelurahan Bojongherang RW 10 Cianjur.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, metode yang digunakan dalam penilitian ini adalah metode deskriptif, bertujuan mengumpulkan informasi aktual secara terperinci dan melukiskan gejala yang ada, mengidentifikasikan masalah, memeriksa kondisi dan praktik-praktik yang berlaku. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara dan observasi. Subjek penelitian dalam penelitian ini berjumlah 3 responden, yaitu 3 orang tua dan anak dari keluarga di wilayah Kelurahan Bojongherang RW 10 Cianjur.

Berdasarkan pengolahan data dan pembahasan, diperoleh hasil penelitian mengenai: 1) Kemampuan komunikasi anak yang sudah cukup baik; 2) Orang tua dapat berperan sebagai fasilitator dan motivator bagi anak dalam meningkatkan kemampuan bahasa anak; 3) Melalui metode bercakap-cakap kemampuan komunikasi anak dapat meningkat; 4) faktor penghambat dan pendukung kemampuan komunikasi anak melalui metode bercakap-cakap diantaranya adalah adanya faktor internal seperti kesehatan anak, psikologis anak, serta faktor eksternal dari lingkungan sekolah dan masyarakat sekitar anak.

Kesimpulan penelitian, bahwa orang tua mepunyai peran yang cukup besar dalam pendidikan keluarga terutama dalam peningkatan kemampuan komunikasi anak dalam masa tumbuh kembang anak sejak usia dini. Hal tersebut dapat dilakukan dengan cara menjadi fasilitator dan motivator bagi anak sehingga anak dapat meningkatkan kemampuan bahasa yang ada dalam diri anak.


(5)

Ayu Sri Utami, 2013

ABSTRACT

Ayu Sri Utami : " PARENT ROLE IN IMPROVING COMMUNICATION SKILLS THROUGH CHILD METHOD conversing EARLY AGE CHILDREN IN FAMILIES IN THE VILLAGE BOJONGHERANG CIANJUR RW 10 " .

Background of the problem in this study is the importance of the role of parents for children in improving communication skills . Parents as the first and most basic primary education for children in need can be a good example for the growth and development of children . The purpose of this study is to find out: 1 ) The ability to communicate on the child's early childhood families in the Village area of Cianjur Bojongherang RW 10 ; 2 ) The process of counseling the parents through the method of conversing in improving children's communication skills ; 3 ) Increasing children's communication through the method of conversing on early childhood family ; 4 ) the factors inhibiting and supporting children's communication skills through a method of conversing on early childhood family in the village Bojongherang RW 10 Cianjur .

This study used a qualitative approach , the method used in this research is descriptive method , aimed at collecting information and describe in detail the actual existing symptoms , identify problems , examine the conditions and practices that apply . Data collection techniques used were interviews and observation . Research subjects in this study were 3 respondents , namely 3 parents and children of families in the village Bojongherang RW 10 Cianjur . Based on the data processing and discussion , the result of research on : 1 ) the child's communication skills are good enough ; 2 ) Parents can act as a facilitator and motivator for children to improve children's language skills ; 3 ) Through the method of conversing children's communication skills can increased ; 4 ) factors inhibiting and supporting children's communication skills through methods such conversation is the existence of internal factors such as child health , psychological , as well as external factors of the environment around the child's school and community .

Studies conclusion , that parents mepunyai considerable role in family education , especially in improving children's communication skills in the future development of the child from an early age . This can be done by a facilitator and motivator for the child so that the child can improve existing language skills in the child .


(6)

DAFTAR ISI

ABSTRAK

KATA PENGANTAR ……….. i

UCAPAN TERIMA KASIH ……… ii

DAFTAR ISI ………. iii

DAFTAR TABEL ………. iv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ………. 1

B. Identifikasi Masalah ………. 6

C. Rumusan Masalah ………. 7

D. Tujuan Penelitian ……….. 8

E. Metode Penelitian ………. 8

F. Manfaat Penelitian ………... 9

G. Organisasi Skripsi ………. 9

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pendidikan Anak Usia Dini Sebagai Program Pendidikan Luar Sekolah ……….. 11

1. Konsep Pendidikan Luar Sekolah ……….. 11

2. Konsep Pendidikan Anak Usia Dini ……….. 16

3. Pentingnya Pendidikan Anak Usia Dini ……… 18

4. Prinsip Pendidikan Anak Usia Dini ……… 20

B. Keluarga ……… 21

1. Konsep Keluarga ……… 21

2. Fungsi Keluarga ………. 25

3. Keluarga Sebagai Lingkungan Pendidikan……….. 28

4. Peran Anggota Keluarga dalam Pendidikan Anak ……… 30


(7)

6. Alat Pendidikan yang dapat digunakan dalam Keluarga ……... 34

C. Komunikasi ………. 37

1. Hakekat Komunikasi……….. 38

2. Unsur-unsur Komunikasi……… 39

3. Jenis-jenis Komunikasi……….. 40

4. Hambatan dalam Komunikasi Lisan yang Efektif ……… 41

D. KonsepMetode Bercakap-cakap Bagi Anak Usia Dini ……… 43

1. Definisi Metode Bercakap-cakap ……… 43

2. Manfaat Metode Bercakap-cakap ………... 45

3. Tujuan Metode Bercakap-cakap ………. 46

4. Kelebihan dan Kelemahan Metode Bercakap-cakap …………. 47

BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitian ……… 48

B. Desain Penelitian ……….. 49

C. Metode Penelitian dan Justufikasi ……… 50

D. Definisi Operasional ………. 51

E. Instrumen Penelitian ………. 53

F. Proses Pengembangan Instrumen ………. 54

G. Teknik Pengumpulan Data ………... 54

H. Teknik Analisis Data ………...55

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ………. 59

1. Gambaran Umum Daerah Penelitian ……….. 59

2. Profil Keluarga Dalam Penelitian ………... 62

3. Kondisi Subjek Penelitian ………... 63

4. Fungsi Orang Tua ………... 65

5. Penggunaan Metode Bercakap-cakap Pada Keluarga Anak Usia Dini ………. 69

6. Peran Orang Tua ……… 73


(8)

8. Faktor Penghambat dan Pendukung Perkembangan Komunikasi

Anak Usia Dini ………. 80

9. Observasi Komunikasi Anak Usia Dini………. 84

B. Pembahasan ……….. 88

1. Peran Orang Tua ……… 88

2. Metode Bercakap-cakap ……… 90

3. Perkembangan Komunikasi Anak………. 91

4. Penghambat dan Pendukung Perkembangan Komunikasi Anak Usia Dini ………. 92

BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ……….. 95

B. Saran ……….... 97

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(9)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan suatu keharusan bagi manusia karena pada hakekatnya manusia lahir dalam keadaan tidak berdaya, dan tidak langsung dapat berdiri sendiri, dapat memelihara dirinya sendiri. Manusia pada saat lahir sepenuhnya memerlukan bantuan orang tuanya. Karena itu pendidikan merupakan bimbingan orang dewasa mutlak diperlukan manusia.

Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan, proses, cara, perbuatan mendidik. Pedidikan menurut UNESCO, “Education as organized and sustained communication

designed to bring about leaning” (pendidikan adalah sebagai komunikasi yang terorgnisasi dan berkelanjutan yang dirancang untuk menumbuhkan belajar) Simkins (Djuju Sudjana, 2001:24).

Kleis (Djuju Sudjana, 2001:25) memberi batasan umum bahwa pendidikan adalah sejumlah pengalaman yang dengan pengalaman itu, seeorang atau kelompok orang dapat memahami sesuatu yang sebelumnya tidak mereka pahami. Pengalaman itu terjadi karena adanya interaksi antara seseorang atau kelompok dengan lingkungannya.

Pendidikan merupakan usaha manusia untuk meningkatkan kesejahteraan hidupnya, yang berlangsung sepanjang hayat. Henderson (Uyoh Sadulloh, 2007:4) mengemukakan bahwa pendidikan merupakan suatu proses pertumbuhan dan perkembangan, sebagai hasil interaksi individu dengan lingkungan sosial dan lingkungan fisik, berlangsung sepanjang hayat sejak manusia lahir.

Dalam Undang-Undang RI No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dikatakan bahwa:

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual


(10)

2

keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.

Abad ke-21 yang baru kita masuki disebut sebagai abad yang dilandasi oleh konsep Universal Giftedness adalah abad yang memiliki kemungkinan menciptakan peradaban yang dihuni oleh masyarakat yang terdiri dari atas individu-individu yang memiliki unlimited capacity dalam mencapai perwujudan sifat yang baik maupun kecerdasan dan ketekunan dalam mengatasi masalah.

Bila mengamati sistem pendidikan negara tetangga, maka perlu diakui bahwa tetangga kita jauh lebih siap memasuki milenium ketiga. Peserta didiknya bukan hanya mengalami enjoy dalam pembelajarannya, melainkan juga excited. Enjoyment itu membawa rasa puas, kebaikan, toleransi serta tanggung jawab, sedangkan excitement membawa motivasi belajar, peningkatan rasa ingin tahu.

Sistem pendidikan di Indonesia terbagi menjadi tiga jalur, sesuai dengan UU no 20 tahun 2003 pasal 13 ayat 1 yang menjelaskan bahwa jalur pendidikan terdiri atas pendidikan formal, pendidikan non formal, dan informal yang dapat saling melengkapi dan memperkaya.

Pendidikan formal dilakukan dalam lingkungan persekolahan, peserta didik datang ke sekolah dan melakukan proses kegiatan belajar mengajar sesuai dengan jadwal di sekolah. Pendidikan nonformal mencakup seluruh kegiatan pendidikan di luar ranah persekolahan, seperti pendidikan kesetaraan, kecakapan hidup, kursus, pelatihan, pendidikan anak usia dini, dan satuan PLS lainnya. Sedangkan pendidikan informal adalah pendidikan yang dilaksanakan dalam lingkungan keluarga atau masyarakat.

Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional no 20 tahun 2003 pasal 10 ayat 4 bahwa pendidikan keluarga merupakan bagian dari jalur pendidikan luar sekolah yang diselenggarakan dalam keluarga dan yang memberikan keyakinan agama, nilai budaya, nilai moral dan keterampilan.


(11)

Pendidikan keluarga (orang tua) sebagai salah satu satuan PLS menurut Sudjana (2001:54) mengungkapkan bahwa pendidikan kehidupan keluarga (Family Life Education) muncul dalam dunia pendidikan yang didasarkan atas dua fenomena. Pertama, kehidupan keluarga berpengaruh pada kehidupan masyarakat, berbangsa dan bernegara. Kedua, keadaan dan perubahan yang terjadi di lingkungan mempunyai pengaruh pula terhadap kehidupan keluarga. Kedua fenomena diatas menunjukkan bahwa kehidupan keluarga senantiasa berhadapan dengan berbagai permasalahan yang berkembang di lingkungan sekitar, sehingga kedua hal tersebut saling berkaitan.

Orang tua merupakan lingkungan pertama dan utama bagi proses perkembangan seorang individu sekaligus merupakan peletak dasar kepribadian anak. Pendidikan anak diperoleh terutama melalui interaksi antara orang tua dengan anak.

Robandi (2007:15) menyatakan bahwa disebut sebagai lembaga pertama karena pada umumnya setiap anak dilahirkan dan kemudian dibesarkan pada awal pertama dalam lingkungan keluarga. Kemudian disebut sebagai lembaga utama bagi anak, karena keberhasilan pendidikan dalam keluarga ketika anak berada dalam usia dini atau sering disebut masa golden age, karena itulah keluarga di pandang sebagai lembaga pertama dan utama bagi anak.

Setiap anak dilahirkan dengan membawa potensi, keunikan dan kecerdasan tersendiri, dari berjuta-juta anak yang telah lahir ke dunia tidak akan ada satupun anak yang memiliki persamaan dengan anak lainnya. Anak yang lahir membawa potensi, keunikan dan kecerdasan yang di turunkan dari kedua orangtuanya, dipengaruhi oleh gen dari orang-orang yang memiliki garis keturunan diatasnya serta dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Namun potensi tersebut tidak akan mencapai perkembangan secara optimal tanpa adanya stimulasi (rangsangan) yang maksimal.

Rangsangan yang bersifat fisik/biologis tentunya terkait dengan pemberian gizi yang seimbang, kesehatan dan aspek-aspek lainnya yang terkait dengan hardware (perangkat keras), sedangkan rangsangan nonfisik khususnya rangsangan pendidikan merupakan rangsangan yan g tak kalah pentingnya


(12)

4

yang menekankan pada aspek intelektual, emosional, spiritual dan aspek-aspek lainnya yang terkait dengan software (perangkat lunak) dalam rangka melejitkan potensi diri.

Pendidikan anak usia dini, pada hakekatnya adalah pendidikan yang diselenggarakan dengan tujuan untuk memfasilitasi pertumbuhan dan perkembangan anak secara menyeluruh atau menekankan pada pengembangan seluruh aspek kepribaadian anak. Pendidikan anak usia dini memberi kesempatan untuk mengembangkan kepribadian anak, oleh karena itu pendidikan untuk anak usia dini perlu menyediakan berbagai kegiatan yang dapat mengembangkan berbagai aspek perkembangan yang meliputi aspek kognitif, bahasa, sosial, emosi, fisik dan motorik. Anderson (Heny Djoehaeni & Rudiyanto, 2008:2).

Pentingnya pendidikan anak usia dini telah menjadi perhatian internasional. Dalam pertemuan Forum Pendidikan Dunia Tahun 2000 di Dakar-senegal, dihasilkan enam kesepakatan sebagai Kerangka Aksi Pendidikan untuk Semua (The Dakar Framework for Action Education for All). Salah satu butir kesepakatan tersebut adalah untuk memperluas dan memperbaiki keseluruhan perawatan dan pendidikan anak usia dini, terutama bagi mereka yang sangat rawan dan kurang beruntung.

Bagi anak, bermain adalah suatu kegiatan yang serius, tetapi mengasyikan. Melalui aktivitas bermain, berbagai pekerjaannya terwujud. Bermain adalah aktivitas yang dipilih sendiri oleh anak, karena menyenangkan bukan karena akan memperoleh hadiah atas pujian. Selama pertumbuhan anak, minat dan permainan anak selalu terkait dengan perkembangan kemampuannya, setelah koordinasi dasar kaki, tangan, dan bagian badan yang terkait sudah agak mantap maka anak sudah mulai mampu merancang berbagai alternatif perbuatan yang lain, demikian pula dengan perkembangan bahasanya.

Menurut Mc Carthy (Conny Semiawan, 2008:50) menemukan adanya hubungan yang pararel antara perkembangan bahasa dan perkembangan motorik seseorang. Namun, perkembangan bahasa terutama pembicaraannya, juga sangat dipengaruhi oleh kehidupan emosinya. Seorang anak yang cepat


(13)

berbicara adalah anak yang merasa dirinya aman dan cerdas. Meskipun itu tidak berarti bahwa anak-anak yang perkembangan bicaranya lamban adalah anak tidak cerdas.

Gagasan tentang periode sensitif perkembangan bahasa sangat masuk akal dan sangat menarik bagi Maria Montessori (George S. Morrison, 2012:197), yang meyakini adanya dua periode sensitif semacam ini. Yang pertama dimulai pada saat lahir dan berlangsung hingga sekitar tiga tahun. Pada periode ini, anak secara tidak sadar menyerap bahasa dari lingkungan sekitarnya. Periode kedua dimulai pada usia tiga tahun dan berlangsung hingga sekitar delapan tahun. Pada periode ini, anak merupakan partisipan aktif dalam perkembangan bahasa mereka dan mereka belajar menggunakan kekuatan komunikasi mereka.

Bahasa merupakan alat untuk berkomunikasi, dapat digunakan untuk berfikir, mengekspresikan perasaan dan melalui bahasa dapat menerima pikiran dan perasaan orang lain. Anak belajar bahasa sejak masa bayi sebelum belajar berbicara mereka berkomunikasi melalui tangisan, senyuman dan gerakan badan. Pengembangan kemampuan berbahasa bagi anak usia dini bertujuan agar anak mampu berkomunikasi secara lisan dengan lingkungannya. Lingkungan yang dimaksud adalah lingkungan disekitar anak antara lain teman sebaya, teman bermain, orang dewasa, baik yang ada di sekolah, di rumah, maupun dengan tetangga di sekitar tempat tinggalnya. Dalam mengembangkan kemampuan berkomunikasi orang tua dapat memilih berbagai strategi dan metode yang dilakukan. Metode bercakap-cakap merupakan salah satu metode yang banyak dipergunakan untuk anak usia dini. Metode bercakap-cakap merupakan komunikasi lisan yang dapat dilakukan antara anak dan orang tua serta antara anak dan anak maupun antara anak dengan gurunya. Komunikasi adalah suatu kegiatan yang pasti terjadi dalam kehidupan keluarga.

Kegiatan-kegiatan yang dapat dilakukan dalam mengembangkan kemampuan komunikasi anak usia dini adalah kegiatan yang dapat menstimulasi kemampuan mendengarkan, berbicara, bercerita, membaca, dan


(14)

6

menulis dini. Metode bercakap-cakap merupakan salah satu pemberian pengalaman belajar bagi anak usia dini dengan percakapan secara langsung dengan anak.

Masa keemasan ini terjadi sekali dalam seumur hidup, dari anak berusia 0-8 tahun. Usia ini sangat penting karena pertumbuhan otak anak akan mencapai 50% dari kapasitas otak seutuhnya. Pada masa ini pula ada suatu masa dimana anak cerdas berbahasa apabila tidak distimulasi dengan baik kemampuan berbahasa anak tidak akan berkembang secara optimal.

Periode usia 0-6 tahun merupakan periode yang menakjubkan bagi anak untuk berkomunikasi. Pada usia ini anak sering mengucapkan kata-kata yang aneh yang kadang tidak diajarkan oleh orang tua atau guru tetapi ia mendapatkan dari lingkungannya. Untuk itu orang tua perlu memahami dan menguasai bagaimana mengembangkan bahasa anak usia dini agar bahasa anak berkembang secara optimal. Tentunya dalam mengembangkan bahasa untuk anak usia dini memerlukan stimulasi yang tepat dan cara belajar yg menyenangkan bagi anak.

Orang tua dapat berkomunikasi setiap saat bersama anak dengan menggunakan metode bercakap-cakap, tiga keluarga yang bertempat tinggal di wilayah kelurahan Bojongherang selalu menggunakan metode bercakap-cakap dimana keluarga tersebut memiliki anak usia dini.

Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis tertarik untuk meneliti mengenai “Peran Orang Tua dalam Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Anak Melalui Metode Bercakap-Cakap pada keluarga Anak Usia Dini di wilayah kelurahan Bojongherang RW 10 Cianjur”, dimana penelitian ini dilakukan khusus pada orang tua yang memiliki anak usia dini.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka di identifikasikan masalah sebagai berikut :


(15)

2. Anak yang mendapatkan kebebasan dalam mengungkapkan keinginannya, pendapatnya, anak suka bercerita dari lingkungan keluarga, atau guru cenderung lebih cepat dalam perkembangan komunikasinya.

3. Anak cenderung menjadi pendiam apabila berada di dalam kelas.

4. Anak dapat menyerap seluruh kosakata yang didengarnya baik dari lingkungan rumah, sekolah, maupun lingkungan sekitarnya yang dapat diucapkan oleh anak kapan pun.

5. Terkadang anak belum mengetahui arti kata dari kata yang diucapkannya.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah yang telah diuraikan diatas, peneliti dapat merumuskan masalah yaitu “ Bagaimana Peran Orang Tua dalam Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Anak Melalui Metode Bercakap-Cakap pada keluarga Anak Usia Dini di wilayah kelurahan Bojongherang RW 10 Cianjur”.

Mengingat luasnya permasalahan tersebut, maka peneliti membatasi masalah penelitian dalam bentuk pertanyaan penelitian sebagai berikut : 1. Bagaimana kemampuan komunikasi anak pada keluarga anak usia dini di

wilayah kelurahan Bojongherang RW 10 Cianjur?

2. Bagaimana proses bimbingan yang dilakukan orang tua melalui metode bercakap-cakap dalam meningkatkan kemampuan komunikasi anak pada keluarga anak usia dini di wilayah kelurahan Bojongherang RW 10 Cianjur?

3. Bagaimana peningkatan komunikasi anak melalui metode bercakap-cakap pada keluarga anak usia dini di wilayah kelurahan Bojongherang RW 10 Cianjur ?

4. Apa saja faktor-faktor pendukung serta penghambat kemampuan komunikasi anak melalui metode bercakap-cakap pada keluarga anak usia dini di wilayah kelurahan Bojongherang RW 10 Cianjur ?


(16)

8

D. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peran orang tua dalam meningkatkan kemampuan komunikasi anak melalui metode bercakap-cakap pada keluarga anak usia dini di wilayah kelurahan Bojongherang RW 10 Cianjur, serta tujuan yang lainnya diantaranya adalah sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui kemampuan komunikasi anak pada keluarga anak usia

dini di wilayah kelurahan Bojongherang RW 10 Cianjur.

2. Untuk mengetahui proses yang dilakukan orang tua melalui metode bercakap-cakap dalam meningkatkan kemampuan komunikasi anak pada keluarga anak usia dini di wilayah kelurahan Bojongherang RW 10 Cianjur.

3. Untuk mengetahui peningkatan komunikasi anak melalui metode bercakap-cakap pada keluarga anak usia dini di wilayah kelurahan Bojongherang RW 10 Cianjur.

4. Untuk mengetahui faktor-faktor pendukung serta penghambat kemampuan komunikasi anak melalui metode bercakap-cakap pada keluarga anak usia dini di wilayah kelurahan Bojongherang RW 10 Cianjur.

E. Metode penelitian

Metode yang akan digunakan oleh peneliti adalah metode deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Adapun teknik pengumpulan data dengan cara wawancara dan observasi.

1. Wawancara merupakan suatu teknik pengumpulan data dengan jalan mengadakan komunikas dengan sumber data. Komunikasi tersebut dilakukan dengan dialog (tanya jawab) secara lisan, baik langsung maupun tidak langsung.

Wawancara ini dilakukan kepada orang tua yang memiliki anak usia dini di wilayah kelurahan Bojongherang RW 10 Cianjur.

2. Observasi atau pengamatan merupakan suatu teknik atau cara mengumpulkan data dengan jalan mengadakan pengamatan terhadap kegiatan yang sedang berlangsung.


(17)

F. Manfaat Penelitian

Sesuai dengan permasalahan, pertanyaan dan tujuan penelitian diatas maka dapat dirumuskan kegunaan penelitian ini sebagai berikut :

1. Kegunaan Teoritik

a. Memberikan kajian, informasi dan ilmu pengetahuan kepada masyarakat mengenai peran orang tua dalam meningkatkan kemampuan komunikasi anak usia dini melalui metode bercakap-cakap.

b. Memberikan kajian, informasi dan ilmu pengetahuan yang dapat bermanfaat bagi orang tua khususnya orang tua di kelompok bermain dalam meningkatkan kemampuan komunikasi anak usia dini melalui metode bercakap-cakap.

c. Sebagai bahan pemikiran lebih lanjut bagi para praktisi pendidikan khususnya PLS untuk dapat menciptakan suatu bentuk pendidikan yang relevan dalam pendidikan non formal.

2. Kegunaan Praktis

a. Sebagai acuan penggunaan metode bercakap-cakap dalam pembelajaran antara anak dengan orang tua, maupun anak dengan anak.

b. Sebagai bahan masukan bagi praktisi, khususnya orang tua dan guru dalam meningkatkan perkembangan bahasa anak sehingga anak dapat tumbuh dan berkembang secara maksimal.

G. Struktur Organisasi Skripsi

BAB I PENDAHULUAN menguraikan Latar Belakang Penelitian, Identifikasi dan Perumusan Masalah, Tujuan penelitian, Metode Penelitian, Manfaat/Signifikasi Penelitian, Struktur Organisasi


(18)

10

BAB III Metode Penelitian berisi penjabaran yang rinci mengenai metode penelitian

BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan BAB V Kesimpulan dan Saran.


(19)

BAB III

METODE PENELITIAN

Prosedur penelitian yaitu langkah-langkah yang dipakai untuk mengumpulkan data guna menjawab pertanyaan penelitian yang diajukan di dalam penelitian ini, dengan pembahasannya tentang lokasi dan subjek populasi/sampel penelitian, desain penelitian (tahap persiapan, tahap pelaksanaandan tahap pelaporan) dan justifikasi, definisi operasional, instrument penelitian, proses pengembangan instrument, teknik pengumpulan data dan alasan rasionalnya , dan analisis data.

A. Lokasi dan Subjek Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada orang tua yang mempunyai anak usia dini dalam wilayah Kelurahan Bojongherang RW 10 Kecamatan Cianjur. Peneliti mengambil subjek penelitian terhadap 3 orang tua dari keluarga yang berbeda khususnya keluarga yang memiliki anak usia dini.

Penentuan subjek penelitian dilakukan secara purvosive, yaitu pemilihan subjek penelitian tesebut bersifat selektif dengan maksud atau tujuan tertentu dimana peneliti memilih responden yang dianggap dapat mewakili dan terpercaya untuk menjadi sumber data yang mantap dan berdasarkan pertimbangan untuk menemukan jawaban mengenai bagaimana peran orang tua dalam meningkatkan kemampuan komunikasi anak melalui metode bercakap-cakap.

Penentuan keluarga sebagai subjek penelitian tersebut didasarkan atas : 1. Keluarga yang memiliki anak usia dini dengan rentang usia 4 - ≤ 5 tahun. 2. Keluarga yang menerapkan metode bercakap-cakap dalam

mengembangkan kemampuan komunikasi anak.

3. Keluarga yang bertempat tinggal di wilayah Kelurahan Bojongherang RW 10 Cianjur.


(20)

49

B. DesainPenelitian

Pelaksanaan penelitian ini dilaksanakan dalam beberapa tahap yaitu sebagai berikut:

1. TahapPersiapan

Tahap persiapan merupakan tahap awal dalam melakukan penelitian. Langkah yang dilakukan pada tahap ini yaitu penyusunan proposal yang berisi rancangan penelitian, pada langkah ini peneliti dibimbing oleh dosen pendamping yang kemudian disetujui dan selanjutnya dapat dikembangkan oleh penulis baik sesuai dengan teori maupun metode penelitian yang digunakan.

Setelah proposal disetujui, berdasarkan masalah yang ditemukan maka penulis memilih orang tua yang tinggal di wilayah Kelurahan Bojongherang RW 10 Kecamatan Cianjur untuk menjadi responden dalam penelitian ini, keluarga yang diteliti terbagi dari 3 keluarga yang berbeda yaitu keluarga 1 adalah keluarga yang memiliki ayah atau ibu yang bekerja dengan anak, keluarga 2 adalah keluarga inti yang terdiri dari ayah, ibu, dan anak dengan ayah yang bekerja sedangkan ibu menjadi ibu rumah tanggaelu, sedangkan keluarga 3 adalah keluarga yang memiliki ayah atau ibu saja (single parent) dengan anak.

Pada tahap persiapan ini juga penulis mempersiapkan lembar pedoman wawancara dan pedoman observasi serta mempersiapkan surat izin penelitian dari instansi terkait demi kelancaran penelitian penulis selanjutnya.

2. TahapPelaksanaan

Tahap pelaksanaan adalah tahap penggalian informasi data secara mendalam dari pihak-pihak yang terkait. Dengan pegangan pedoman wawancara dan pedoman observasi yang dibuat pada tahap persiapan penulis mengenal objek lebih dalam. Dalam pedoman wawancara dan pedoman observasi peneliti menggunakan pertanyaan-pertanyaan dan panduan observasi yang sesuai dengan tujuan dan pertanyaan penelitian


(21)

yang disetujui oleh dosen pembimbing. Setelah data yang diperlukan terkumpul maka dilaksanakanlah analisis data.

3. TahapPelaporan

Pada tahap pelaporan ini penulis melakukan kegiatan triangulasi data yang merupakan pengecekan atau pemeriksaan dari data yang diperoleh agar memperoleh keabsahan data. Hal ini dilakukan dengan mengecek kebenaran informasi yang didapat dari informan kepada orang lain atau pihak-pihak yang ada kaitannya dengan informan. Tujuannya yaitu untuk membandingkan informasi yang didapat agar ada jaminan tentang kebenarannya. Pada tahap ini juga dilakukan perbandingan antara hasil observasi dengan wawancara serta membandingkannya dengan informasi yang didapatkan dari orang lain yang dekat dengan responden.

Penulis menyusun laporan hasil pengumpulan data yaitu hasil observasi dan wawancara. Setelah penyusunan laporan ini maka didapatkan hasil penelitian dalam menyusun laporan mengenai hal-hal yang berhubungan dengan maksud dan tujuan penelitian yang kemudian disusun secara sistematis berdasarkan prosedur pelaporan.

C. MetodePenelitian dan Justifikasi 1. MetodePenelitian

Metode yang akan digunakan pada penelitian ini adalah metode deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Metode deskriptif yaitu metode yang digunakan untuk menggambarkan keadaan yang sedang berlangsung dan bersifat aktual dan memaparkan suatu fenomena tentang suatu masalah. Penggunaan metode deskriptif pada prinsipnya mempunyai tujuan untuk memecahkan dan menganalisa masalah-masalah atau fenomena yang ada pada saat itu.

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif menurut Lexy J. Moeleong (2005: 6) adalah :


(22)

51

Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dll., secara holistik dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dikarenakan penulis ingin meneliti masalah dalam peran orang tua dalam meningkatkan kemampuan komunikasi anak melalui metode bercakap-cakap pada keluarga anak usia. Gejala sosial sering tidak bisa dipahami berdasarkan apa yang diucapkan dan yang dilakukan orang. Setiap ucapan dan tindakan orang sering mempunyai makna tertentu dan untuk memahami makna dibalik data yang tampak diperlukan pendekatan kualitatif sebagai teknik yang tepat. Keikutsertaan langsung dalam penelitian merupakan fenomena yang penulis anggap menarik, dengan dibantu oleh teknik pengumpulan wawancara mendalam dan observasi partisipatif berperan serta untuk ikut merasakan apa yang dirasakan oleh orang tersebut, memahami dan mendalami perasaan orang lain mengenai suatu hal yang belum dipahami penulis sebelumnya.

D. Definisi Operasional

Untuk menghindari kesalahpahaman dalam menginterpretasikan istilah-istilah yang digunakan didalam penelitian ini, maka diuraikan dalam penjelasan:

1. Peran Orang Tua

Menurut Norcholis Madjid dalam Jeffy (2011:58) peran orangtua adalah peran tingkah laku, tauladan atau teladan, dan pola-pola hubungannya dengan anak yang dijiwai dan disemangati oleh nilai-nilai keagamaan menyeluruh. Peran orangtua menurut Stainback dan susan dalam Jeffy (2011;58) antara lain :

a. Peran sebagai fasilitator, orangtua bertanggung jawab menyediakan diri untuk terlibat dalam membantu belajar anak di rumah,


(23)

mengembangkan keterampilan belajar yang baik, memajukan pendidikan dalam keluarga dan menyediakan sarana alat belajar seperti tempat belajar, penerang yang cukup, buku-buku pelajaran dan alat-alat tulis.

b. Peran sebagai motivator, orangtua akan memberikan motivasi kepada anak dengan cara meningkatkan motivasi dalam mengerjakan tugas rumah, mempersiapkan anak untuk menghadapi ulangan, mengendalikan stress yang berkaitan dengan sekolah, mendorong anak untuk terlibat dalam kegiatan-kegiatan sekolah dan memberi penghargaan terhadap prestasi belajar anak dengan memberikan hadiah maupun kata-kata pujian.

2. Komunikasi

Komunikasi menurut Onong Uchjana Effendy (1993:22) adalah proses penyampaian pikiran atau perasaan oleh seseorang kepada orang lain. Pikiran tersebut bisa merupakan informasi, gagasan, opini, dll yang muncul dari pikirannya sendiri.

3. Metode Bercakap-cakap

Metode bercakap-cakap menurut Moeslihatoen (Nurbiana Dhieni & Nany Kusniaty, 2011:217) mengatakan bercakap-cakap merupakan salah satu bentuk komunikasi antarpribadi. Berkomunikasi merupakan proses dua arah. Untuk terjadinya komunikasi dalam percakapan diperlukan keterampilan mendengar dan keterampilan berbicara Untuk bercakap-cakap secara efektif, belajar mendengarkan dan belajar berbicara sama pentingnya.

4. AnakUsiaDini

“Anak Usia Dini adalah anak usia 0-6 tahun yang merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan yang sangat berpengaruh bagi kehidupan


(24)

53

sangat rawan bagi seseorang, yaitu pada usia ini pendidikan akan sangat berpengaruh yaitu sebagai pondasi bagi anak untuk memasuki usia selanjutnya dan masa yang akan datang. Anak usia dini pada penelitian ini yaitu anak yang bertempat tinggal di lingkungan kelurahan Bojongherang RW 10 Kecamatan Cianjur, dengan rentang usai dari 4 sampai 5 tahun.

5. Keluarga

Keluarga menurut Undang-Undang No. 10 Tahun 1992 adalah “unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari suami, istri dan anaknya, atau

ayah dan anaknya, ibu dan anaknya”.

Keluarga dalam penelitian ini adalah 3 Keluarga, yaitu keluarga 1 adalah keluarga inti yang memiliki ayah dan ibu yang bekerja dengan anak. Keluarga 2 adalah keluarga inti yang terdiri dari ayah, ibu, dan anak dengan ayah yang bekerja sedangkan ibu menjadi ibu rumah tangga. Keluarga 3 adalah keluarga inti namun kedua orang tuanya telah bercerai yang ada hanya ibu (single parent) dengan anak.

E. InstrumenPenelitian

Dalam penelitian kualitatif yang menjadi instrument atau alat penelitian adalah peneliti itu sendiri. Peneliti kualitatif sebagai human instrumen,berfungsi menetapkan fokus penelitian, memilih informan sebagai sumber data, dan membuat kesimpulan atas temuannya.

Dalam penelitian kualitatif segala sesuatu yang akan dicari dari objek penelitian belum jelas dan pasti masalahnya, sumber datanya, serta hasil yang diharapkan belum jelas. Rancangan penelitian masih bersifat sementara dan akan berkembang setelah peneliti memasuki objek penelitian. Selain itu dalam memandang realitas, penelitian kualitatif berasaumsu bahwa realitas itu bersifat holistik, dinamis, dan tidak dapat dipisah-pisahkan, sehingga variabelnya akan muncul lebih dari satu. Dengan demikian dalam penelitian kulaitatif ini belum dapat dikembangkan instrument penelitian sebelum


(25)

reasearcher is key instrument”. Jadi peneliti adalah merupakan instrumen kunci dalam penelitian kualitatif.

Berdasarkan pernyataan tersebut dapat dipahami bahwa dalam penelitian kualitatif instrumen utamanya adalah peneliti sendiri, namun selanjutnya setelah fokus penelitian menjadi jelas, maka kemungkinan akan dikembangkan instrumen penelitian sederhana, yang diharapkan dapat melengkapi data dan membandingkan dengan data yang telah ditemukan melalui observasi partisipatif dan wawancara. Peneliti terjun langsung kelapangan dan melakukan pengumpulan data, menganalisis data serta membuat kesimpulan.

F. Proses Pengembangan Istrumen

Dalam proses pengembangan instrumen, peneliti melakukan beberapa tahapan, yaitu:

1. Membuat kisi-kisi penelitian

2. Menjabarkan kisi-kisi penelitian ke dalam pedoman wawancara dan pedoman observasi

3. Mengkonsultasikan kepada pembimbing tentang pedoman wawancara dan observasi

4. Melakukan penelitian lapangan.

G. TeknikPengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu:

1. Wawancara (Interview)

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara (interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan pewawancara. Maksud mengadakan wawancara, seperti ditegaskan oleh Lincoln dan Guba dalam buku Lexy J. Moloeng (2005:186), antara lain: mengkonstruksi mengenai orang, kejadian, organisasi, perasaan, motivasi, tuntutan, kepedulian, dan lain-lain


(26)

55

kebulatan; merekonstruksi kebulatan-kebulatan demikian demikian sebagai yang dialami masa lalu; memproyeksikan kebulatan-kebulatan demikian sebagai yang diharapkan untuk dialami pada masa yang akan datang; memverifikasi, mengubah, dan memperluas informasiyang diperoleh dari orang lain, baik manusia maupun bukan manusia (triangulasi); dan memverifikasi, mengubah dan memperluas konstruksi yang dikembangkan oleh peneliti sebagai pengecekan anggota.

Penggunaan teknik wawancara karena dalam proses pengumpulan data peneliti melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti, dan juga apabila penenliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yan diteliti lebih mendalam dan jumlah respondennya relatif sedikit. Dalam wawancara ini terdapat dua jenis wawancara yakni, wawancara terstuktur dan wawancara tidak terstruktur (terbuka), dan dapat dilakukan melalui komunikasi langsung (tatap muka) antara pihak penanya (interviewer) dengan pihak yang ditanya atau penjawab (interview), maupun dengan menggunakan komunikasi tidak langsung, melalui penggunaan media telepon.

2. Pengamatan (Observation)

Teknik pengumpulan data dengan observasi digunakan karena penelitian berkenaan dengan proses kerja dan responden yang akan diamati tidak terlalu besar. Jika dalam wawancara selalu berkomunikasi dengan orang, maka observasi tidak terbatas pada orang, melainkan juga pada obyek-obyek alam yang lain.

H. TeknikAnalisis Data

1. Data Reduction (Reduksi Data)

Menurut Sugiyono (2012:339) reduksi data merupakan proses berfikir sensitif yang memerlukan kecerdasan dan keluasan dan kedalaman wawasan yang tinggi. Bagi peneliti yang baru melakukan reduksi data, mereka dapat mendiskusikan penelitiannya kepada teman atau orang lain


(27)

yang dipandang ahli. Melalui diskusi tersebut, maka wawasan peneliti akan berkembang, sehingga dapat meredukasi data-data yang memiliki nilai temuan dan pengembangan teori yang signifikan.

Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak, untuk itu maka perlu dicatat secara teliti dan rinci. Seperti yang dikemukakan, makin lama peneliti ke lapangan, maka jumlah data akan makin banyak, kompleks dan rumit. Untuk itu perlu segera dilakukan analisis data melalui reduksi data. Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya dan membuang yang tidak perlu. Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas, dan mencarinya bila diperlukan

Dalam mereduksi data, setiap peneliti akan dipandu oleh tujuan yanga akan dicapai. Temuan merupakan tujuan utama dari penelitian kualitatif. Oleh karena itu, jika peneliti melakukan penelitian kemudia menemukan segala sessuatu yang dipandang asing, tidak dikenal dan belum memiliki pola, maka itula yang harus dijadikan perhatian peneliti dalam melakukan reduksi data.

2. Data Display (Penyajian Data)

Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah mendisplaykan data. Jika dalam penelitian kuantitatif penyajian data ini dapat dilakukan dalam bentuk tabel, grafik, phie chard, pictogram dan sejenisnya. Melalui penyajian data tersebut, maka data akan terorganisasikan, tersusun dalam pola hubungan, sehingga akan semakin mudah difahami.

Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart dan sejenisnya. Dalam hal ini Miles dan Huberman dalam buku Sugiyono (2012:341)

menyatakan bahwa “the most frequent form of display data for qualitative


(28)

57

digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif.

Fenomena sosial bersifat kompleks dan dinamis, sehingga apa yang ditemukan pada saat memasuki lapangan dan setelah berlangsung agak lama dilapangan akan mengalami perkembangan data. Untuk itu maka peneliti harus selalu menguji apa yang telah ditemukan pada saat memasuki lapangan yang masih bersifat hipotetik itu berkembang atau tidak. Bila setelah lama memasuki lapangan ternyata hipotesis yang dirumuskan selalu didukung oleh data pada saat dikumpulkan di lapangan, maka hipotesis tersebut terbukti, dan akan berkembang menjadi teori yang grounded. Teori grounded dalam Sugiyono (2012:342) adalah teori yang ditemukan secara induktif, berdasarkan data-data yang ditemukan di lapangan, dan selanjutnya diuji melalui pengumpulan data yang terus-menerus.

Bila pola-pola yang ditemukan telah didukung oleh data selama penelitian, maka pola tersebut sudah menjadi pola yang baku yang tidak lagi berubah. Pola tersebut selanjutnya disajikan pada laporan akhir penelitian.

3. Conclusion Drawing/ Verification

Langkah ke tiga dalam analisis data kualitatif menurut Miles dan Huberman dalam Sugiyono (2012:345) adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti kembali ke lapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel.

Dengan demikian kesimpulan kualitatif mungkin dapat terjawab rumusan masalah yang dirumuskan sejak awal, tetapi mungkin juga tidak,


(29)

karena seperti telah dikemukakan bahwa masalah dan rumusan masalah dalam penelitian kualitatif masih bersifat sementara dan akan berkembang setelah penelitian berada di lapangan.

Kesimpulan dalam penelitian kualitatif yang diharapkan adalah merupakan temuan baru yang sebelumnya belum pernah ada. Temuan dapat berupa deskripsi atau gambaran suatu obyek yang sebelumnya masih remang-remang atau gelap sehingga setelah diteliti menjadi jelas, dapat berupa hubungan kausal atau interaktif, hipotesis atau teori.


(30)

95

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Dari pembahasan yang penulis uraikan pada bab terdahulu, dapat ditarik dan dimuat dalam bab terakhir ini. Kesimpulan ini penulis lakukan juga untuk memudahkan pembahasan dan untuk memperoleh intisari dari skripsi ini, adapun kesimpulan dari penelitian yang telah dilakukan oleh penulis di wilayah Kelurahan Bojongherang RW 10 Cianjur adalah sebagai berikut: 1. Kemampuan komunikasi anak pada keluarga anak usia dini di wilayah

kelurahan Bojongherang RW 10 Cianjur

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dalam hal peningkatan kemampuan komunikasi, anak sudah mampu mengungkapkan keinginan, dan memberikan pendapat kepada orang tua dan memahami perintah yang diberikan oleh orang tua, dalam mengungkapkan keinginannya terkadang anak mempunyai beberapa sifat dan karakteristik yang berbeda-beda dalam penyampaian keinginannya, dalam memberikan pendapat anak menyampaikannya dengan bahasa yang dipahami anak, dan dalam memahami perintah anak dapat memahami dan menjalankan 2 perintah yang diberikan oleh orang tua.

2. Peran orang tua dalam meningkatkan kemampuan komunikasi anak melalui metode bercakap-cakap.

Peran orang tua disini adalah untuk meningkatkan kemampuan komunikasi anak dengan menjadi fasilitator dan motivator. Orang tua dapat menjadi fasilitator bagi anak dengan memfasilitasi kebutuhan anak selama proses pertumbuhan dan perkembangan anak, fasilitas yang dapat diberikan oleh orang tua diantaranya berbagai kebutuhan anak seperti mainan yang dapat mendidik anak. Orang tua dapat memotivasi anak


(31)

dengan memberi dukungan, dorongan dan pujian kepada anak agar tumbuh rasa kepercayaan diri anak.

3. Peningkatan kemampuan komunikasi anak setelah menggunakan metode bercakap-cakap pada keluarga anak usia dini di wilayah kelurahan Bojongherang RW 10 Cianjur

Kebersamaan orang tua dan anak selama berada di rumah menjadi kunci keberhasilan penggunaan metode bercakap-cakap dapat terlaksana dengan baik, karena dengan banyaknya intensitas waktu orang tua bersama anak menjadikan proses percakapan yang baik antara anak dengan orang tuanya khususnya ibu. Peningkatan kemampuan komunikasi anak dapat dilakukan dengan menggunakan metode bercakap-cakap, metode bercakap-cakap merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan oleh orang tua bersama anak di rumah, kapanpun anak dan orang tua dapat bersama.

Metode bercakap-cakap dapat digunakan dalam meningkatkan kemampuan berkomunikasi anak dengan cara orang tua melakukan percakapan tentang segala hal yang disukai anak dengan bagitu anak akan merespon percakapan orang tua. Peningkatan kemampuan komunikasi anak dapat terlihat dengan bertambahnya kosakata yang didapatkan oleh anak selama percakapan berlangsung, anak lebih aktif dalam menjawab pertanyaan dan bertanya kepada orang tua tentang sesuatu yang belum dipahami oleh anak.

4. Faktor-faktor pendukung serta penghambat kemampuan komunikasi anak melalui metode bercakap-cakap pada keluarga anak usia dini di wilayah kelurahan Bojongherang RW 10 Cianjur

Faktor-faktor yang dapat menjadi penghambat dan pendukung dalam meningkatkan kemampuan komunikasi anak usia dini terdiri dari 2 faktor yaitu faktor internal serta faktor eksternal. Faktor internal yang dapat mempengaruhi kemampuan berkomunikasi anak diantara adalah keluarga sebagai tempat tumbuh kembang anak dimana orang tua memberikan perhatian kepada anak, melalui metode bercakap-cakap orang tua dapat


(32)

97

berkomunikasi dengan anak tentang berbagai hal, kesehatan anak serta faktor psikologis anak dalam kesiapan menerima sesuatu yang baru bagi dirinya.

Faktor eksternal yang dapat mempengaruhi kemampuan berkomunikasi anak dapat dipengaruhi oleh lingkungan anak itu sendiri, baik lingkungan sekolah dimana anak mengikuti proses kegiatan yang berada di luar rumahnya seperti berinteraksi dengan guru dan teman-teman sekolahnya, lingkungan tetangga/masyarakat sekitar dimana anak dapat bersosialisasi dengan tetangga rumah dan masyarakat sekitar serta dari lingkungan bermain anak bersama teman-temannya.

B. Saran

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan kiranya penulis mengemukakan beberapa hal yang mungkin dapat dijadikan masukan bagi orang tua dan juga bagi penulis untuk bahan perbaikan dan saran. Saran yang ingin penulis ajukan untuk bahan perbaikan kea rah yang lebih baik.

1. Bagi orang tua : orang tua dapat memahami berbagai hal tentang perkembangan komunikasi anak. Orang tua yang dapat mengajak anak untuk bercakap-cakap adalah orang tua yang aktif dalam membawa suasana percakapan anak kearah percakapan yang menarik bagi anak, ada pula cara khusus orang tua dalam memberikan media yang menarik bagi anak agar proses yang dilakukan tidak membosankan bagi anak.

2. Bagi pengambil kebijakan baik itu pemerintah maupun praktisi-praktisi terutama yang bergerak di bidang PLS agar lebih memperhatikan dan berupaya untuk terjun secara langsung pada lingkungan masyarakat bawah, dengan begitu diharapkan akan mengerti permasalahan yang sebenar-benarnya yang menjadi kebutuhan di masyarakat kita.


(33)

DAFTAR PUSTAKA

Bahan Ajar Diklat Tenaga PAUD Nonformal Tingkat Dasar. Bandung:Direktorat PTK PNF Ditjen PMPTK Departemen Pendidikan Nasional.

DEPDIKBUD. (1994). Garis-garis Besar Program Kegiatan Belajar TK. Dhieni, N dkk. (2011). Metode Pengembangan Bahasa. Jakarta: Universitas

Terbuka.

Direktorat PADU. (2003). Pedoman Sosialisasi PADU. Jakarta: Dirjen PLS. Djamarah, S. (2004). Pola Komunikasi Orang Tua dan Anak dalam Keluarga

Sebuah Perspektif Pendidikan Islam. Jakarta: Rineka Cipta.

Djoehaeni, H & Rudiyanto. (2008). Bahan Ajar 10 Konsep Dasar PAUD. Bahan Ajar Diklat Tenaga PAUD Nonformal Tingkat Dasar. Bandung:

Direktorat PTK PNF Ditjen PMPTK Departemen Pendidikan Nasional. Jeffy. (2011). Peran Orang Tua dalam Keluarga Islam. Bandung: Alfabeta. Masitoh. (2008). Bahan Ajar 19 Pengembangan Bahasa untuk AUD. Bahan Ajar

Diklat Tenaga PAUD Nonformal Tingkat Dasar. Bandung: Direktorat PTK PNF Ditjen PMPTK Departemen Pendidikan Nasional.

Moleong, L. (2007). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Morrison, G. (2012). Dasar-Dasar Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD). Jakarta: Indeks.

Pramudia, J. ((2008). Bahan Ajar 29 Komunikasi Efektif dalam Penyelenggaraan PAUD (Peningkatan Keterampilan Sosial dan Komunikasi Tenaga

Pendidik PAUD) Nonformal. Bandung: Direktorat PTK PNF Ditjen PMPTK Departemen Pendidikan Nasional.

Purwanto, Ngalim (1995). Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis. Jakarta: PT Remaja Rosdakarya Bandung.

Putra, N & Dwilestari, N. (2012). Penelitian Kualitatif PAUD: Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada.

Rakhmat, J. (2000). Psikologi Komunikasi. Bandung: Remaja Rosda Karya. Robandi. (2007). Orang Tua dan Keluarga. Yogyakarta : Andi.


(34)

Sadulloh, U. Robandi, B & Muharam, A. (2007). Pedagogik. Bandung: Cipta Utama.

Semiawan, C. (2008). Belajar dan Pembelajaran Prasekolah dan Sekolah Dasar. Jakarta: Indeks.

Soelaeman, M.I. (1994). Pendidikan dalam Keluarga. Bandung: Alfabeta.

Solehudin, M. (2000). Konsep Dasar Pendidikan Prasekolah. Bandung: FIP UPI. Sudjana, D. (2001). Pendidikan Luar Sekolah: Wawasan, Sejarah Perkembangan,

Falsafah, Teori Pendukung, Azas. Bandung: Falah.

Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R dan D. Bandung: Alfabeta.

Uchyana, O. (1993). Ilmu Komunikasi: Teori dan Praktek. Bandung: Remaja Rosda Karya.

Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (SISDIKNAS). Jakarta: Sinar Grafika.

Uno, H. (2009). Mengelola Kecerdasan dalam Pembelajaran. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Wahyudin, U. (2008). Bahan Ajar 9 Landasan PAUD. Bahan Ajar Diklat Tenaga PAUD Nonformal Tingkat Dasar. Bandung: Direktorat PTK PNF Ditjen PMPTK Departemen Pendidikan Nasional.

Yulindrasari, H. (2008). Bahan Ajar 15 Perkembangan Bahasa. Bahan Ajar Diklat Tenaga PAUD Nonformal Tingkat Dasar. Bandung: Direktorat PTK PNF Ditjen PMPTK Departemen Pendidikan Nasional.


(1)

karena seperti telah dikemukakan bahwa masalah dan rumusan masalah dalam penelitian kualitatif masih bersifat sementara dan akan berkembang setelah penelitian berada di lapangan.

Kesimpulan dalam penelitian kualitatif yang diharapkan adalah merupakan temuan baru yang sebelumnya belum pernah ada. Temuan dapat berupa deskripsi atau gambaran suatu obyek yang sebelumnya masih remang-remang atau gelap sehingga setelah diteliti menjadi jelas, dapat berupa hubungan kausal atau interaktif, hipotesis atau teori.


(2)

95

Ayu Sri Utami, 2013

Peran Orang Tua Dalam Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Anak Melalui Metode Bercakap-Cakap Pada Keluarga Anak Usia Dini Di Wilayah Kelurahan Bojongherang RW 10 Cianjur

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Dari pembahasan yang penulis uraikan pada bab terdahulu, dapat ditarik dan dimuat dalam bab terakhir ini. Kesimpulan ini penulis lakukan juga untuk memudahkan pembahasan dan untuk memperoleh intisari dari skripsi ini, adapun kesimpulan dari penelitian yang telah dilakukan oleh penulis di wilayah Kelurahan Bojongherang RW 10 Cianjur adalah sebagai berikut: 1. Kemampuan komunikasi anak pada keluarga anak usia dini di wilayah

kelurahan Bojongherang RW 10 Cianjur

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dalam hal peningkatan kemampuan komunikasi, anak sudah mampu mengungkapkan keinginan, dan memberikan pendapat kepada orang tua dan memahami perintah yang diberikan oleh orang tua, dalam mengungkapkan keinginannya terkadang anak mempunyai beberapa sifat dan karakteristik yang berbeda-beda dalam penyampaian keinginannya, dalam memberikan pendapat anak menyampaikannya dengan bahasa yang dipahami anak, dan dalam memahami perintah anak dapat memahami dan menjalankan 2 perintah yang diberikan oleh orang tua.

2. Peran orang tua dalam meningkatkan kemampuan komunikasi anak melalui metode bercakap-cakap.

Peran orang tua disini adalah untuk meningkatkan kemampuan komunikasi anak dengan menjadi fasilitator dan motivator. Orang tua dapat menjadi fasilitator bagi anak dengan memfasilitasi kebutuhan anak selama proses pertumbuhan dan perkembangan anak, fasilitas yang dapat diberikan oleh orang tua diantaranya berbagai kebutuhan anak seperti mainan yang dapat mendidik anak. Orang tua dapat memotivasi anak


(3)

dengan memberi dukungan, dorongan dan pujian kepada anak agar tumbuh rasa kepercayaan diri anak.

3. Peningkatan kemampuan komunikasi anak setelah menggunakan metode bercakap-cakap pada keluarga anak usia dini di wilayah kelurahan Bojongherang RW 10 Cianjur

Kebersamaan orang tua dan anak selama berada di rumah menjadi kunci keberhasilan penggunaan metode bercakap-cakap dapat terlaksana dengan baik, karena dengan banyaknya intensitas waktu orang tua bersama anak menjadikan proses percakapan yang baik antara anak dengan orang tuanya khususnya ibu. Peningkatan kemampuan komunikasi anak dapat dilakukan dengan menggunakan metode bercakap-cakap, metode bercakap-cakap merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan oleh orang tua bersama anak di rumah, kapanpun anak dan orang tua dapat bersama.

Metode bercakap-cakap dapat digunakan dalam meningkatkan kemampuan berkomunikasi anak dengan cara orang tua melakukan percakapan tentang segala hal yang disukai anak dengan bagitu anak akan merespon percakapan orang tua. Peningkatan kemampuan komunikasi anak dapat terlihat dengan bertambahnya kosakata yang didapatkan oleh anak selama percakapan berlangsung, anak lebih aktif dalam menjawab pertanyaan dan bertanya kepada orang tua tentang sesuatu yang belum dipahami oleh anak.

4. Faktor-faktor pendukung serta penghambat kemampuan komunikasi anak melalui metode bercakap-cakap pada keluarga anak usia dini di wilayah kelurahan Bojongherang RW 10 Cianjur

Faktor-faktor yang dapat menjadi penghambat dan pendukung dalam meningkatkan kemampuan komunikasi anak usia dini terdiri dari 2 faktor yaitu faktor internal serta faktor eksternal. Faktor internal yang dapat mempengaruhi kemampuan berkomunikasi anak diantara adalah keluarga sebagai tempat tumbuh kembang anak dimana orang tua memberikan


(4)

97

Ayu Sri Utami, 2013

Peran Orang Tua Dalam Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Anak Melalui Metode Bercakap-Cakap Pada Keluarga Anak Usia Dini Di Wilayah Kelurahan Bojongherang RW 10 Cianjur

berkomunikasi dengan anak tentang berbagai hal, kesehatan anak serta faktor psikologis anak dalam kesiapan menerima sesuatu yang baru bagi dirinya.

Faktor eksternal yang dapat mempengaruhi kemampuan berkomunikasi anak dapat dipengaruhi oleh lingkungan anak itu sendiri, baik lingkungan sekolah dimana anak mengikuti proses kegiatan yang berada di luar rumahnya seperti berinteraksi dengan guru dan teman-teman sekolahnya, lingkungan tetangga/masyarakat sekitar dimana anak dapat bersosialisasi dengan tetangga rumah dan masyarakat sekitar serta dari lingkungan bermain anak bersama teman-temannya.

B. Saran

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan kiranya penulis mengemukakan beberapa hal yang mungkin dapat dijadikan masukan bagi orang tua dan juga bagi penulis untuk bahan perbaikan dan saran. Saran yang ingin penulis ajukan untuk bahan perbaikan kea rah yang lebih baik.

1. Bagi orang tua : orang tua dapat memahami berbagai hal tentang perkembangan komunikasi anak. Orang tua yang dapat mengajak anak untuk bercakap-cakap adalah orang tua yang aktif dalam membawa suasana percakapan anak kearah percakapan yang menarik bagi anak, ada pula cara khusus orang tua dalam memberikan media yang menarik bagi anak agar proses yang dilakukan tidak membosankan bagi anak.

2. Bagi pengambil kebijakan baik itu pemerintah maupun praktisi-praktisi terutama yang bergerak di bidang PLS agar lebih memperhatikan dan berupaya untuk terjun secara langsung pada lingkungan masyarakat bawah, dengan begitu diharapkan akan mengerti permasalahan yang sebenar-benarnya yang menjadi kebutuhan di masyarakat kita.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Bahan Ajar Diklat Tenaga PAUD Nonformal Tingkat Dasar. Bandung:Direktorat PTK PNF Ditjen PMPTK Departemen Pendidikan Nasional.

DEPDIKBUD. (1994). Garis-garis Besar Program Kegiatan Belajar TK. Dhieni, N dkk. (2011). Metode Pengembangan Bahasa. Jakarta: Universitas

Terbuka.

Direktorat PADU. (2003). Pedoman Sosialisasi PADU. Jakarta: Dirjen PLS. Djamarah, S. (2004). Pola Komunikasi Orang Tua dan Anak dalam Keluarga

Sebuah Perspektif Pendidikan Islam. Jakarta: Rineka Cipta.

Djoehaeni, H & Rudiyanto. (2008). Bahan Ajar 10 Konsep Dasar PAUD. Bahan Ajar Diklat Tenaga PAUD Nonformal Tingkat Dasar. Bandung:

Direktorat PTK PNF Ditjen PMPTK Departemen Pendidikan Nasional. Jeffy. (2011). Peran Orang Tua dalam Keluarga Islam. Bandung: Alfabeta. Masitoh. (2008). Bahan Ajar 19 Pengembangan Bahasa untuk AUD. Bahan Ajar

Diklat Tenaga PAUD Nonformal Tingkat Dasar. Bandung: Direktorat PTK PNF Ditjen PMPTK Departemen Pendidikan Nasional.

Moleong, L. (2007). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Morrison, G. (2012). Dasar-Dasar Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD). Jakarta: Indeks.

Pramudia, J. ((2008). Bahan Ajar 29 Komunikasi Efektif dalam Penyelenggaraan PAUD (Peningkatan Keterampilan Sosial dan Komunikasi Tenaga

Pendidik PAUD) Nonformal. Bandung: Direktorat PTK PNF Ditjen PMPTK Departemen Pendidikan Nasional.

Purwanto, Ngalim (1995). Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis. Jakarta: PT Remaja Rosdakarya Bandung.

Putra, N & Dwilestari, N. (2012). Penelitian Kualitatif PAUD: Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada.


(6)

Ayu Sri Utami, 2013

Peran Orang Tua Dalam Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Anak Melalui Metode Bercakap-Cakap Pada Keluarga Anak Usia Dini Di Wilayah Kelurahan Bojongherang RW 10 Cianjur Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

Sadulloh, U. Robandi, B & Muharam, A. (2007). Pedagogik. Bandung: Cipta Utama.

Semiawan, C. (2008). Belajar dan Pembelajaran Prasekolah dan Sekolah Dasar. Jakarta: Indeks.

Soelaeman, M.I. (1994). Pendidikan dalam Keluarga. Bandung: Alfabeta.

Solehudin, M. (2000). Konsep Dasar Pendidikan Prasekolah. Bandung: FIP UPI. Sudjana, D. (2001). Pendidikan Luar Sekolah: Wawasan, Sejarah Perkembangan,

Falsafah, Teori Pendukung, Azas. Bandung: Falah.

Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R dan D. Bandung: Alfabeta.

Uchyana, O. (1993). Ilmu Komunikasi: Teori dan Praktek. Bandung: Remaja Rosda Karya.

Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (SISDIKNAS). Jakarta: Sinar Grafika.

Uno, H. (2009). Mengelola Kecerdasan dalam Pembelajaran. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Wahyudin, U. (2008). Bahan Ajar 9 Landasan PAUD. Bahan Ajar Diklat Tenaga PAUD Nonformal Tingkat Dasar. Bandung: Direktorat PTK PNF Ditjen PMPTK Departemen Pendidikan Nasional.

Yulindrasari, H. (2008). Bahan Ajar 15 Perkembangan Bahasa. Bahan Ajar Diklat Tenaga PAUD Nonformal Tingkat Dasar. Bandung: Direktorat PTK PNF Ditjen PMPTK Departemen Pendidikan Nasional.


Dokumen yang terkait

Peran Orang Tua Dalam Implementasi Homeschooling Pada Anak Usia Dini

1 4 7

PERAN ORANG TUA DALAM PENDIDIKAN ANAK USIA DINI (Studi Kasus Pada Keluarga Muslim Pelaksana Homeschooling) Peran Orang Tua Dalam Pendidikan Anak Usia Dini (Studi Kasus Pada Keluarga Muslim Pelaksana Homeschooling).

0 6 17

PERAN ORANG TUA DALAM PENDIDIKAN ANAK USIA DINI (Studi Kasus Pada Keluarga Muslim Pelaksana Homeschooling) Peran Orang Tua Dalam Pendidikan Anak Usia Dini (Studi Kasus Pada Keluarga Muslim Pelaksana Homeschooling).

0 5 18

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBAHASA MELALUI METODE BERCAKAP-CAKAP ANAK KELOMPOK A UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBAHASA MELALUI METODE BERCAKAP-CAKAP ANAK KELOMPOK A DI BA AISYIYAH MENURAN, BAKI, SUKOHARJO TAHUN AJARAN 2010/2011.

0 0 13

MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBAHASA LISAN ANAK MELALUI METODE BERCAKAP-CAKAP BAGI ANAK KELOMPOK B Meningkatkan Kemampuan Berbahasa Lisan Anak Melalui Metode Bercakap-Cakap Bagi Anak Kelompok B TK Pertiwi Nangsri Manisrenggo Klaten Tahun Ajaran 2012/2013.

0 3 14

MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENGUKURAN ANAK USIA DINI MELALUI METODE BERMAIN PERAN.

1 2 26

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBAHASA LISAN MELALUI METODE BERCAKAP-CAKAP PADA ANAK Upaya Meningkatkan Kemampuan Berbahasa Lisan Melalui Metode Bercakap-cakap Pada Anak Kelompok B TK Aisyiyah 2 Gaden Tahun Pelajaran 2012/2013.

0 0 15

MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA ANAK USIA DINI MELALUI METODE BERCAKAP –CAKAP.

1 4 40

Metode Bercakap Cakap Bagi Anak Usia Din

0 0 6

PERAN ORANG TUA DALAM PENGEMBANGAN BAHASA ANAK USIA DINI

0 1 17