PENERAPAN METODE OUTBOUND PADA PELATIHAN SPIRITUAL TEAM BONDING DALAM MENINGKATKAN BUDAYA KERJA KARYAWAN : Studi Deskriptif di Lembaga Pelatihan “Daarut Tauhiid Training Center “ Yayasan Daarut Tauhiid Bandung.
PENERAPAN METODE OUTBOUND PADA PELATIHAN SPIRITUAL
TEAM BONDING DALAM MENINGKATKAN BUDAYA KERJA
KARYAWAN
(Studi Deskriptif di Lembaga Pelatihan “Daarut Tauhiid Training Center “ Yayasan Daarut Tauhiid Bandung)
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Jurusan Pendidikan Luar Sekolah
Disusun Oleh
Nani Sintiawati 0906037
JURUSAN PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG 2013
(2)
PENERAPAN METODE OUTBOUND PADA PELATIHAN SPIRITUAL
TEAM BONDING DALAM MENINGKATKAN BUDAYA KERJA
KARYAWAN
(Studi Deskriptif di Lembaga Pelatihan “Daarut Tauhiid Training Center “ Yayasan Daarut Tauhiid Bandung)
Oleh Nani Sintiawati
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Ilmu Pendidikan
© Nani Sintiawati 2013 Universitas Pendidikan Indonesia
Agustus 2013
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.
(3)
(4)
ABSTRAK
PENERAPAN METODE OUTBOUND PADA PELATIHAN SPIRITUAL TEAM
BONDING DALAM MENINGKATKAN BUDAYA KERJA KARYAWAN
(Studi Deskriptif di Lembaga Pelatihan “Daarut Tauhiid Training Center “ Yayasan Daarut Tauhiid Bandung)
Metode outbound merupakan bagian dari experiential learning, dimana
experiential learning atau belajar dari pengalaman merupakan kajian dari ilmu
pendidikan luar sekolah bagi orang dewasa, yang dapat berbentuk sebuah pelatihan. Peserta yang terlibat pada pelatihan spiritual team bonding ini adalah karyawan yang bekerja dan aktif di perusahaan Adira Finance, yang memerlukan upaya pembenahan dalam konteks peningkatan budaya kerja serta kesadaran spiritual pribadinya. Penelitian ini bertujuan untuk 1) Memperoleh gambaran kondisi awal budaya kerja karyawan sebelum mengikuti pelatihan spiritual team
bonding? 2) Memperoleh gambaran penerapan metode outbound pada pelatihan spiritual team bonding? 3) Memperoleh gambaran faktor pendukung dan
penghambat penerapan metode outbound pada pelatihan spiritual team bonding? 4) Memperoleh gambaran perubahan budaya kerja yang terjadi setelah mengikuti pelatihan spiritual team bonding?. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif, dengan subyek penelitian sebanyak enam orang. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, wawancara dan triangulasi. Penelitian dilakukan di Daarut Tauhiid Training Center Bandung dilaksanakan selama tiga bulan dari bulan April sampai Juni 2013. Hasil penelitian diperolah data mengenai: 1) Karyawan masih memiliki budaya kerja yang kurang baik seperti kehadiran yang masih kurang, keterlambatan dalam bekerja, jarang menerima lembur. 2) Pemilihan metode yang dirasa tepat dalam pencapaian tujuan membelajarkan orang dewasa, yaitu untuk memecahkan dan merenungi permasalahan dalam bekerjanya dengan kemampuan psikomotor berupa aktivitas outbound. 3) Program yang dimiliki lembaga mempunyai kekhasan dalam aspek spiritualnya, sedangkan penghambatnya yaitu evaluasi penyelenggaraan yang masih dilakukan oleh pihak mitra lembaga. 4) Karyawan telah dapat berpikir kreatif seperti membuat memo pengingat, memberikan senyum sapa kepada klien, selain itu karyawan telah dapat datang lebih pagi dan selalu hadir dalam pertemuan rapat setiap minggu. Kesimpulan dari penelitian ini adalah hasil dari penerapan metode
outbound dalam pembelajaran pelatihan cukup mampu membuat suatu perubahan
bagi peserta belajar untuk perusahaan,melalui langkah-langkah pembelajaran dengan melibatkan psikomotorik peserta belajar dalam rangka mewujudkan eksistensi perusahaan untuk pembangunan nasional.
(5)
ABSTRACT
Outbound Implementation Method In Spiritual Training Team Bonding In Improving Employe Work Culture
( Descriptive Study on the Training Institute " Daarut Tauhiid Training Center " Daarut Tauhiid Foundation Bandung )
Outbound methods are part of the experiential learning, where experiential learning or learning from experience is the study of the science of non-formal education for adults, who may take the form of a training. Participants who engaged in spiritual training team is bonding and active employees working in the company Adira Finance, which requires reform efforts in the context of improving workplace culture and personal spiritual awareness. This study aims to 1) To obtain an initial culture conditions of employment prior spiritual training team bonding ? 2) To obtain an application on the outbound method of spiritual training team bonding? 3) To obtain an application enabling and inhibiting factors in spiritual training methods outbound team bonding ? 4) Getting a picture of the changes that occurred after the work culture of spiritual training team bonding ?. The method used in this research is descriptive method with qualitative approach , the research subjects as many as six people. The data collection techniques used were observation , interviews and triangulation. The study was conducted in Bandung Daarut Tauhiid Training Center held three months from April to June 2013. The results obtained data on: 1) Employees still have a poor working culture like presence that is still lacking , the delay in the work, rarely receive overtime. 2) Selection of method is appropriate in achieving the goals membelajarkan adults , which is to solve problems and reflect on the workings of the psychomotor skills in the form of outbound activity. 3) Program which is owned institutions have a quirk in its spiritual aspect, while inhibiting the evaluation of which is still done by the partner institutions. 4) Employees have been able to think creatively like making memo reminder, giving a smile to greet clients, in addition to the employees have been able to come in early and always attended the meetings every week. The conclusion of this study is the result of the application of training methods in teaching outbound quite capable of making a change for the participants to learn the company, through the steps of learning by involving participants psychomotor learning in order to realize the existence of the company for national development.
(6)
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN
PERNYATAAN..………. i
UCAPAN TERIMA KASIH……… ii
ABSTRAK………... iv
DAFTAR ISI………... v
DAFTAR TABEL……… viii
DAFTAR GAMBAR……… ix
DAFTAR LAMPIRAN……… x
BAB I PENDAHULUAN……… 1
A. Latar Belakang Penelitian………... 1
B. Identifikasi dan Perumusan Masalah………... 5
C. Tujuan Penelitian………... 6
D. Manfaat / Signifikansi Penelitian……….. 7
E. Struktur Organisasi Skripsi………... 7
BAB II KAJIAN PUSTAKA………... 8
A. Konsep Pendidikan Nonformal………... 8
1. Pengertian Pendidikan Nonformal……….. 8
2. Karakteristik Pendidikan Nonformal………... 9
3. Cakupan Pendidikan Nonformal………... 11
4. 10 Patokan Dikmas dalam Pendidikan Nonformal……… 13
B. Konsep Pelatihan……….. 16
1. Pengertian Pelatihan……… 16
2. Landasan Pelatihan………... 17
3. Sasaran dan Tujuan Pelatihan………... 18
4. Manajemen Pelatihan………... 19
5. Komponen-komponen Pelatihan………... 22
6. Metode Pelatihan………. 23
(7)
b. Tahapan Outbound dengan Experiential Learning……… 27
c. Peranan Fasilitator Pelatihan………. 31
d. Manfaat Outbound……… 32
C. Konsep Budaya Kerja……… 33
1. Pengertian Budaya………... 33
2. Budaya Organisasi……….. 34
3. Pengertian Kinerja………... 35
4. Indikator Budaya Kerja……… 37
5. Unsur-unsur Budaya Kerja………... 39
6. Manfaat Budaya Kerja………... 41
7. Outbound dalam Upaya Membangun Budaya Kerja…………... 43
BAB III METODE PENELITIAN………... 46
A. Lokasi dan Subjek Penelitian………... 46
1. Lokasi Penelitian……… 46
2. Subjek Penelitian……… 46
B. Desain Penelitian……….. 48
1. Tahap Pra-Lapangan……… 48
2. Tahap Pekerjaan Lapangan……….. 49
3. Tahap Analisis Data………. 49
4. Tahap Penulisan Laporan………... 49
C. Metode Penelitian………. 50
D. Definisi Operasional………. 51
E. Instrumen Penelitian………. 53
1. Wawancara………... 54
2. Observasi………. 54
F. Teknik Pengumpulan Data……… 54
1. Observasi……… 55
2. Wawancara………... 56
3. Studi Dokumentasi……… 57
4. Triangulasi Data……… 57
(8)
1. Data Reduction (Reduksi Data)………. 59
2. Data Display (Penyajian Data)……….. 59
3. Conclusion Drawing verification………... 59
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN………... 61
A. Gambaran Lokasi Penelitian ………... 61
B. Gambaran Umum Program Pelatihan Spritual Team Bonding………... 65
C. Deskripsi Hasil Penelitian……….. 69
D. Pembahasan Hasil Penelitian……….. 116
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN………. 136
A. Kesimpulan………... 136
B. Saran………... 140
(9)
BAB I
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian
Perubahan lingkungan pada saat ini berkembang dengan sangat kompleks dan cepat, hal tersebut ditandai oleh faktor-faktor seperti globalisasi, perkembangan teknologi, dan penyebaran teknologi. Seperti yang diungkapkan oleh Marwansyah (2012: 2) Faktor-faktor seperti globalisasi dan teknologi telah menimbulkan perubahan dan mempengaruhi berbagai aspek kehidupan masyarakat di seluruh dunia, termasuk Indonesia. Perubahan lingkungan yang kompleks dan dinamis itu akan mempengaruhi kemampuan organisasi untuk berkompetisi dan mempertahankan daya saingnya. Kemampuan ini pada gilirannya akan sangat ditentukan oleh mutu sumber daya manusia yang dimiliki.
Pembangunan nasional pada hakekatnya adalah membangun manusia seutuhnya, melalui pendidikan hal tersebut dapat terarah dengan baik seperti yang tertuang dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional secara umum dikutip dari (UU Sisdiknas, 2003: 5) sebagai berikut :
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Pendidikan yang terencana dan terarah tersebut di selenggarakan pada tiga jalur layanan pendidikan yang telah diatur sedemikian rupa, sesuai dengan UU Sisdiknas, dalam Bab 1 Pasal 1, tentang pembagian jalur pendidikan di Indonesia yaitu :
Pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi, sedangkan pendidikan nonformal adalah jalur pendidikan pendidikan di luar pendidikan formal yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang, dan yang ketiga pendidikan informal adalah jalur pendidikan keluarga dan lingkungan.
(10)
Dalam penyelenggaraannya melalui tiga jalur pendidikan, merupakan suatu proses pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat dalam memenuhi kebutuhan pendidikan masyarakat. Pada dasarnya, pendidikan nonformal bertujuan memenuhi kebutuhan peserta didik untuk kehidupan kini dan masa depannya, yang dapat diterapkan langsung di kehidupan lingkungannya dengan wujud keterampilan. Kegiatan belajar bagi pendidikan nonformal dilakukan di lingkungan masyarakat dan lembaga, juga dapat dilakukan di dalam satuan pendidikan non formal seperti Sanggar Kegiatan Belajar (SKB), pusat latihan dan sebagainya. Dilihat dari penyelenggaraannya pendidikan nonformal terbagi atas satuan pendidikan dan jenis pendidikan, sesuai dengan UU Sisdiknas No 20 Tahun 2003 Pasal 26 tentang Pendidikan Nonformal menyatakan bahwa Satuan Pendidikan Nonformal terdiri atas lembaga kursus, lembaga pelatihan, kelompok belajar, pusat kegiatan belajar masyarakat, dan majelis taklim, serta satuan pendidikan yang sejenis.
Dalam satuan pendidikan nonformal, kursus dan pelatihan diselenggarakan bagi masyarakat yang memerlukan bekal pengetahuan, keterampilan, kecakapan hidup, dan sikap untuk mengembangkan diri, mengembangkan profesi, bekerja, usaha mandiri, dan atau melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi. Hal tersebut tercantum dalam UU Sisdiknas No 20 Tahun 2003 Pasal 26. Sebagai salah satu satuan pendidikan non formal, pelatihan mempunyai pengertian yang diungkapkan oleh Simamora (Kamil, 2010: 4) bahwa pelatihan adalah “serangkaian aktivitas yang dirancang untuk meningkatkan keahlian-keahlian, pengetahuan, pengalaman, ataupun perubahan sikap seorang individu”. Sedangkan tujuan dari pelatihan yang di ungkapkan oleh Dale S. Beach (1975) dalam (Kamil, 2010: 10) adalah “the objective of training is to achive a change in the behavior of those trained (Tujuan pelatihan adalah untuk memperoleh
perubahan dalam tingkah laku mereka yang dilatih)”. Dapat disimpulkan bahwa tujuan menurut Dale disini lebih menekankan pada perubahan tingkah laku seorang yang dilatih.
Menurut Artasasmita (1985: 21-22) Pelatihan dapat memberikan manfaat pengetahuan, sikap dan keterampilan mengenai suatu pekerjaan, kemudian
(11)
3
memberikan dasar yang lebih luas bagi pendidikan lanjutan, menambah pemahaman terhadap wawasan suatu pekerjaan, serta dapat menghasilkan efisiensi dan efektivitas dalam mengerjakan suatu pekerjaan. Dengan manfaat-manfaat seperti diatas, program pelatihan dapat menjadi alternatif dalam upaya pemecahan masalah yang menyangkut pembangunan sumber daya manusia yang terintegritas, karena pelatihan adalah suatu upaya penyempurnaan dan perbaikan nilai-nilai menjadi suatu nilai baru menuju pembangunan nasional. Mengutip pendapat dari Triguno (1996: 7) bahwa sumber daya manusia memerlukan pembenahan dalam pengembangan sumber daya manusia agar mampu memberikan kualitas kerja yang baik bagi pembangunan nasional.
Dalam Seminar KORPRI (Triguno, 1996: 3) Budaya kerja merupakan salah satu komponen kualitas manusia yang sangat melekat dengan identitas bangsa dan menjadi tolak ukur dalam pembangunan. Budaya kerja tidak akan muncul begitu saja, akan tetapi harus diupayakan dengan sungguh-sungguh melalui suatu proses yang terkendali dengan melibatkan sumber daya manusia dalam seperangkat sistem, alat-alat dan teknik pendukung. Triguno (1996: 31) juga mengungkapkan apa yang terkandung dalam budaya kerja adalah strategi untuk mencapai keberhasilan masa depan dalam membangun sumber daya manusia dan organisasi melalui pelatihan alami. Dengan hal tersebut maka pelatihan dapat dikatakan penting bagi organisasi atau perusahaan maupun lembaga apapun dalam upaya pembenahan dan pengembangan sumber daya manusia bagi pambangunan nasional.
Lembaga pelatihan merupakan satuan pendidikan nonformal yang mewadahi kebutuhan pendidikan dan pelatihan masyarakat. Salah satu lembaga yang mempunyai program pelatihan adalah lembaga pelatihan manajemen qolbu, sekarang lebih dikenal dengan nama Daarut Tauhid Training Center (DTTC). Pelatihan yang diselenggarakan oleh DTTC meliputi pengembangan sumber daya manusia dalam menyelenggarakan pelatihan, pendidikan, pembinaan dan konsultasi berbasis manajemen qolbu. Program pelatihan yang dilaksanakan oleh DTTC meliputi pelatihan manajemen qolbu dewasa dan pelatihan manajemen qolbu remaja. Pelatihan manajemen qolbu dewasa saat ini telah diminati oleh
(12)
masyarakat, perusahaan swasta, maupun perusahaan non-swasta, karena program pelatihan yang di kemas oleh DTTC tidak hanya dilakukan di dalam ruangan/kelas, tetapi juga melalui proses pembelajaran di luar ruangan atau di alam terbuka yaitu melalui kegiatan outbound, sebagai proses pembelajaran dari pengalaman (Experiential learning) serta mempunyai ciri khas dalam konteks spiritual.
Beberapa perusahaan swasta maupun non swasta akan memerlukan penyelenggaraan pelatihan dalam peningkatan kinerja bagi karyawan perusahaannya, begitupula dengan perusahaan swasta Adira Finance yang bekerja sama dengan lembaga DTTC. Kebutuhan akan peningkatan kinerja serta kesadaran spiritual bagi karyawan dirasakan oleh Adira Finance dalam memenuhi kualitas budaya kerja perusahaannya. Keragaman sumber daya manusia pada perusahaan mengakibatkan perbedaan cara kerja, motivasi kerja, serta kebiasaan para karyawannya, sehingga dalam bekerja karyawan sering dihadapkan dengan permasalahan kurangnya motivasi dalam bekerja, adanya pelanggaran peraturan perusahaan yang telah ditetapkan, kemudian karyawan belum sepenuhnya memiliki kebiasaan-kebiasaan yang sesuai dengan visi-misi perusahaan. Hal tersebut dirasa perusahaan menjadi hambatan dalam peningkatan dan pengembangan budaya kerja karyawannya. Budaya kerja merupakan kebiasaan yang telah membudaya pada diri juga organisasi tercermin dari perilaku terwujud dalam bekerja sehari-hari, sehingga diperlukan sebuah kesadaran penuh pada diri masing-masing dalam kehidupan selama bekerja. Maka dari itu perusahaan berusaha memperbaiki keadaan budaya kerja karyawannya dengan proses pembelajaran yang dirasa mampu merubah budaya kerja karyawannya dalam mewujudkan kualitas kerja yang baik bagi perusahaan, proses pembelajaran yang melibatkan seluruh rangkaian aktifitas serta kesadaran spiritual para karyawannya, sehingga karyawan mempunyai pengalaman yang nyata dalam mengaplikasikan hasil pelatihan tersebut dengan tema pelatihan yang mereka butuhkan yaitu “Spiritual team bonding”.
Dari hasil identifikasi, bahwa program pelatihan yang disajikan oleh lembaga DTTC merupakan program pelatihan yang pada saat ini dibutuhkan oleh
(13)
5
perusahaan swasta seperti Adira Finance karena dengan variasi proses pembelajaran yang dilakukan mencakup proses pembelajaran yang jarang dilakukan oleh lembaga pelatihan lainnya dengan konteks spiritualnya. Perusahaan merasa tertarik dengan kekhasan yang dimiliki oleh lembaga DTTC dalam upaya perbaikan karyawan melalui kegiatan fisik, yang mengarah kepada kegiatan keakraban dan komunikasi diantara karyawan sehingga diharapkan memunculkan kebiasaan dan perilaku yang baik setelah pelatihan untuk keseharian bekerjanya.
Berdasarkan hal tersebut, peneliti merasa tertarik dalam mengkaji lebih dalam mengenai penerapan metode outbound pada pelatihan spiritual team bonding dalam meningkatkan budaya kerja karyawan (Studi Deskriptif di Lembaga Pelatihan “Daarut Tauhiid Training Center” Yayasan Daarut Tauhiid Bandung).
B. Identifikasi dan Perumusan Masalah 1. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah dan hasil observasi lapangan, maka teridentifikasi masalah dalam penelitian ini sebagai berikut :
a. Meningkatnya kebutuhan kinerja karyawan seperti penyesuaian kebiasaan dalam bekerja, motivasi dalam bekerja, serta penghayatan nilai-nilai dan kebutuhan spiritual dalam meningkatkan budaya kerjanya di dalam perusahaan. b. Perbedaan budaya kerja antar karyawan mengakibatkan kurangnya keseimbangan budaya kerja karyawan, sehingga dibutuhkan kegiatan yang mendekatkan komunikasi dan keakraban.
c. Mayoritas karyawan belum menyesuaikan kebiasaan-kebiasaan yang dimilikinya selama bekerja, karyawan belum memiliki kesadaran pengaplikasian nilai dalam bekerja terhadap perusahaan, dimana nilai-nilai tersebut menjadi nilai-nilai dasar produktifitas, serta karyawan belum dapat mematuhi peraturan sepenuhnya yang telah ditetapkan perusahaan.
d. Pembelajaran dikemas dengan aktifitas fisik seperti outbound, karena metode pembelajaran yang klasikal dirasa kurang.
(14)
2. Perumusan Masalah
Dari uraian yang dipaparkan pada identifikasi masalah, penulis membatasi permasalahan penelitian terkait dengan penerapan metode outbound dalam pelatihan spiritual team bonding. Untuk memperjelas lingkup penelitian, maka penulis merumuskan ke beberapa bentuk pertanyaan menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu:
a. Bagaimana kondisi budaya kerja karyawan sebelum mengikuti pelatihan
spiritual team bonding?
b. Bagaimana penerapan metode outbound pada pelatihan spiritual team bonding dalam meningkatkan budaya kerja karyawan?
c. Apa saja faktor pendukung dan penghambat penerapan metode outbound pada pelatihan spiritual team bonding dalam meningkatkan budaya kerja karyawan? d. Bagaimana perubahan budaya kerja yang terjadi pada karyawan setelah
mengikuti pelatihan spiritual team bonding?
C. Tujuan Penelitian
Secara umum, tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran penerapan metode outbound pada pelatihan spiritual team bonding dalam meningkatkan budaya kerja karyawan. Secara Khusus, tujuan penelitian yang ingin dicapai adalah :
1. Untuk memperoleh gambaran kondisi budaya kerja karyawan sebelum mengikuti pelatihan spiritual team bonding.
2. Untuk mendeskripsikan penerapan metode outbound pada pelatihan spiritual
team bonding dalam meningkatkan budaya kerja karyawan.
3. Untuk mendeskripsikan faktor pendukung dan penghambat penerapan metode
outbond pada pelatihan spiritual team bonding dalam meningkatkan budaya
kerja karyawan.
4. Untuk memperoleh gambaran perubahan budaya kerja yang terjadi pada karyawan setelah mengikuti pelatihan spiritual team bonding?
(15)
7
D. Manfaat / Signifikansi Penelitian
Dari penelitian ini, peneliti berharap dapat memberikan manfaat sebagai berikut :
1. Secara Konseptual, penelitian ini dapat bermanfaat bagi pengembangan konsep pengelola pelatihan mengenai prinsip-prinsip metode pelatihan, dalam meningkatkan budaya kerja.
2. Secara Praktis bagi penyelenggara pelatihan, temuan ini dapat dijadikan bahan referensi dan informasi untuk pengembangan penerapan strategi dalam metode pelatihan yang efektif di lembaga pelatihan.
3. Sebagai bahan referensi apabila ada pihak yang berminat meneliti lebih lanjut terhadap bidang yang sama.
4. Bagi peneliti, manfaat penelitian ini untuk menguatkan pengetahuan, wawasan serta keterampilan mengimplementasikan teori dalam pengaplikasian inovasi metode pelatihan di lembaga pelatihan.
E. Struktur Organisasi Skripsi
Dalam penyusunan skripsi ini, peneliti menyajikan sistematika penulisan skripsi sebagai berikut :
BAB I, Pendahuluan, membahas tentang latar belakang masalah, identifikasi dan
perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian serta sistematika organisasi skripsi.
BAB II, Kajian Pustaka, sebagai landasan konsepsi penelitian ini, mencakup
konsep pendidikan nonformal dalam program pelatihan, konsep pelatihan, dan konsep budaya kerja
BAB III, Metodologi Penelitian, membahas mengenai lokasi dan subjek
penelitian, desain penelitian, metode penelitian, instrumen penelitian, proses pengembangan instrumen, teknik pengumpul data, triangulasi data, analisis data.
BAB IV, Hasil penelitian meliputi: gambaran lokasi penelitian, gambaran umum
program pelatihan, gambaran subjek penelitian, deskripsi hasil penelitian dan pembahasan hasil penelitian.
BAB V, Kesimpulan dan Saran, membahas kesimpulan hasil penelitian dan
(16)
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Lokasi dan Subjek Penelitian 1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Daarut Tauhiid Training Center (DTTC Bandung), yang berlokasi di Jalan Geger Kalong Girang Baru No 4 Bandung 40154. Lokasi penelitian ini dipilih karena Daarut Tauhiid Training Center (DTTC) Bandung merupakan lembaga penyelenggara pelatihan berbasis spiritual yang merupakan bagian dari pendidikan nonformal. Hal tersebut melatar belakangi lembaga swasta seperti ADIRA Finance dalam menyelenggarakan pelatihan spiritual team
bonding bagi karyawan. 2. Subjek Penelitian
Subjek penelitian merupakan beberapa individu yang dijadikan sebagai sampel dalam sebuah penelitian. Subjek penelitian sesuatu baik orang, benda atau lembaga (organisasi) yang sifat keadaannya akan diteliti, dengan kata lain subjek penelitian merupakan sesuatu yang di dalam dirinya melekat suatu objek penelitian. Subjek penelitian dalam penelitian kualitatif dinamakan sebagai nara sumber, atau partisipan, informan, teman, dan guru dalam penelitian.
Subjek penelitian yang dijadikan sumber data dalam penerapan metode
outbound pada pelatihan spiritual team bonding dalam meningkatkan budaya
kerja karyawan yaitu peserta outbound pelatihan spiritual team bonding yang terdiri dari karyawan ADIRA finance. Sumber yang diperlukan dalam memenuhi data adalah sebanyak dua orang selaku peserta pelatihan, kemudian peneliti mengadakan triangulasi data dengan satu orang narasumber atau trainer, satu orang selaku ketua penyelenggara pelatihan spiritual team bonding, satu orang atasan karyawan atau peserta pelatihan, dan satu orang rekan kerja karyawan dalam perusahaan.
Pemilihan enam orang sumber data dalam penelitian ini dikarenakan pada apa yang dikemukakan oleh Moleong (2013) bahwa dalam penelitian kualitatif tidak menggunakan populasi, karena penelitian kualitatif berangkat dari kasus tertentu
(17)
47
yang ada pada situasi sosial tertentu dan hasil kajiannya tidak akan diberlakukan ke populasi, tetapi di transferkan ke tempat lain pada situasi sosial yang memiliki kesamaan dengan situasi sosial pada kasus yang dipelajari. Dalam penelitian kualitatif peneliti sebagai human instrument harus berinteraksi dengan sumber data, dengan demikian peneliti kualitatif harus mengenal betul orang yang memberikan data. Maka dari itu pemilihan enam orang sumber data dalam penelitian ini sudah dipertimbangkan dengan alasan sumber data memiliki data yang diperlukan dalam penelitian ini.
Penentuan subjek dalam penelitian ini berdasarkan pada purposive sample yang bertujuan sesuai dengan tujuan penelitian yaitu pemilihan subjek penelitian dimaksudkan pada maksud tertentu dan pemilihan informan yang diambil oleh peneliti dengan alasan bahwa informan tersebut dianggap dapat dipercaya oleh peneliti dengan maksud menggali serta mendapatkan informasi data yang diperlukan untuk menemukan jawaban penelitian mengenai penerapan metode
outbound pada pelatihan spiritual team bonding dalam meningkatkan budaya
kerja karyawan, yaitu para lulusan peserta pelatihan yang terdaftar pada perusahaan ADIRA Finance, aktif dalam melaksanakan tugas dan fungsinya sebagai karyawan. Demikian pula dengan informan sumber belajar, yaitu trainer yang mengarahkan dan membimbing para peserta pelatihan, dan informan manajer program, dimana merupakan manajer content program pada penyelenggaraan pelatihan spiritual team bonding, atasan peserta pelatihan yang memantau perkembangan bekerja para karyawan/peserta pelatihan, serta rekan kerja peserta pelatihan dalam keseharian bekerja.
Dari lulusan atau peserta pelatihan spiritual team bonding, peneliti menggali data dan informasi mengenai kondisi pengetahuan dan sikapnya pada saat sebelum dan sesudah mengikuti pelatihan, dari manajer program, data dan informasi yang digali yaitu berhubungan dengan sejarah lembaga, latar belakang dalam penyelenggaraan program pelatihan serta faktor pendukung dan penghambat dalam penyelanggaraan pelatihan serta manfaat yang diambil pada
(18)
penerapan metode outbound pada pelatihan spiritual team bonding, dari narasumber atau trainer, data yang ingin diperoleh adalah data-data mengenai penerapan metode pelatihan, materi yang disampaikan, dan evaluasi belajar yang dilakukan terhadap peserta pelatihan, dan faktor pendukung dan penghambat dalam penerapan metode outbound pada pelatihan serta manfaat yang diambil pada penyelenggaraan pelatihan spiritual team bonding. Dari atasan dan rekan kerja peserta pelatihan data yang akan digali yaitu mengenai kondisi awal dan akhir budaya kerja peserta pelatihan sebelum mengikuti pelatihan spiritual team
bonding.
B. Desain Penelitian
Desain penelitian disini adalah rancangan peneliti dari awal sampai akhir penelitian, yaitu memberikan gambaran mengenai tahap perancangan penelitian, pelaksanaan penelitian, pengumpulan data, analisis data hingga penulisan laporan penelitian.
Adapun tahapan-tahapan yang harus dilakukan oleh peneliti dalam menjawab pertanyaan penelitian, yaitu ada empat tahap yang harus dilakukan oleh peneliti, sesuai yang dikemukakan oleh Moleong (2013: 127) yaitu:
1. Tahap Pra-Lapangan
Pada aktivitas pertama yang dilakukan oleh peneliti adalah melakukan observasi langsung ke lokasi penelitian yang berlokasi di Jalan Geger Kalong Girang Baru No 4 Bandung 40154. Hal tersebut dilakukan peneliti dikarenakan agar memperoleh gambaran mengenai pokok permasalahan yang ada di lokasi, yang akan dijadikan lokasi penelitian. Selanjutnya peneliti melakukan perizinan kepada pihak-pihak terkait mulai dari instansi lembaga pendidikan yang sedang ditempuh, kemudian pihak lembaga Daarut Tauhiid Training Center dan manajer program lembaga, peneliti menjelaskan maksud dan tujuan dilakukannya penelitian ini. Kemudian peneliti melakukan wawancara dengan manajer program, setelah itu peneliti mengkaji dan menganalisis apakah fokus permasalahan yang di
(19)
49
dapatkan dari hasil wawancara berkaitan dengan disiplin ilmu yang peneliti kaji atau tidak.
2. Tahap Pekerjaan Lapangan
Pada aktivitas ini, peneliti berusaha menimbang dan memilih data yang akan dijadikan fokus masalah penelitian, serta pemilihan narasumber dan metode pada penelitian ini. Apa saja yang akan dilakukan oleh peneliti, siapa yang akan dijadikan subjek penelitian, dan siapa saja yang akan dijadikan narasumber. Setelah peneliti menentukan subjek penelitian, pada tahap pelaksanaan lapangan ini maka peneliti menyusun instrumen penelitian, kemudian mengumpulkan data yang ada di lapangan, serta membuat penyimpulan hasil data yang diperoleh dari lapangan.
3. Tahap Analisis Data
Pada tahap analisis data, peneliti menganalisis hasil data dan informasi yang ada di lapangan, karena tahap ini merupakan tahap yang menentukan dalam mencari jawaban atas permasalahan penelitian. Model yang dipakai dalam teknik analisis data disini adalah metode analisis deskriptif, metode yang digunakam dalam usaha mencari dan mengumpulkan data, menyusun, menggunakan serta menafsirkan data yang sudah ada untuk menguraikan secara lengkap, teratur dan teliti terhadap suatu objek penelitian. Kegiatan analisis data ini dimulai dengan mengumpulkan data dan informasi yang dihasilkan dari wawancara, obsevasi, pengamatan, dokumen resmi. Kemudian data yang terkumpul diolah sesuai dengan kaidah relevansi pengolahan data dalam penelitian kualitatif.
4. Tahap Penulisan Laporan
Pada tahap penulisan laporan ini, peneliti menyajikan keseluruhan tahapan kegiatan selama penelitian. Pada tahap ini peneliti mengumpulkan data yang telah terkumpul selama proses penelitian berlangsung. Analisis data dilakukan secara terus menerus selama proses penelitian sampai pada data dan informasi yang diperlukan terkumpul. Pengolahan data berupa laporan awal atas perbandingan laporan data empirik dengan teoritik, dan pengolahan data terakhir dilakukan
(20)
setelah data yang dikumpulkan telah lengkap dan terkumpul. Tahap penulisan laporan merupakan tahap akhir penyusunan hasil penelitian. Setelah itu peneliti berkonsultasi dengan pembimbing dan disetujui untuk diujikan. Kemudian laporan penelitian disajikan sesuai dengan outline yang berlaku di lingkungan Universitas.
C. Metode Penelitian
Menurut Mardalis (1999) metode penelitian ilmiah merupakan “metode disini diartikan sebagai suatu cara atau teknis yang dilakukan dalam proses penelitian. Sedangkan penelitian itu sendiri diartikan sebagai upaya dalam bidang ilmu pengetahuan yang dijalankan untuk memperoleh fakta-fakta dan prinsip-prinsip dengan sabar, hati- hati dan sistematis untuk mewujudkan kebenaran”.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif, menurut Mardalis yaitu metode penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan apa-apa yang saat ini berlaku. Didalamnya terdapat upaya mendeskripsikan, mencatat, analisis dan menginterpretasikan kondisi- kondisi yang sekarang ini terjadi atau ada. Dengan kata lain penelitian deskriptif bertujuan untuk memperoleh informasi- informasi mengenai keadaan saat ini, dan melihat kaitan antara variabel-variabel yang ada. Penelitian ini tidak menguji hipotesa, melainkan hanya mendeskripsikan informasi apa adanya sesuai dengan variabel- variabel yang di teliti. Sedangkan pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif.
Peneliti menggunakan pendekatan kualitatif merujuk pada apa yang diungkapkan Moleong (2013: 6) bahwa:
Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dll., secara holistik, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode ilmiah.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif karena peneliti ingin mengetahui dan memahami suatu penerapan metode outbound pada pelatihan
(21)
51
spiritual team bonding dalam meningkatkan budaya kerja kerja karyawan. Masalah yang akan dikemukakan dalam penelitian ini yang pertama adalah kondisi budaya kerja karyawan sebelum mengikuti pelatihan spiritual team
bonding. Kedua, penerapan metode outbond pada pelatihan spiritual team bonding dalam meningkatkan budaya kerja karyawan. Ketiga, faktor pendukung
dan penghambat penerapan metode outbond pada pelatihan spiritual team bonding dalam meningkatkan budaya kerja karyawan. Keempat, perubahan budaya kerja yang terjadi pada karyawan setelah mengikuti pelatihan spiritual team bonding.
Metode disini diartikan sebagai suatu cara atau teknis yang dilakukan dalam proses penelitian. Maka dalam hal ini, metode penelitian digunakan dengan tujuan untuk mendapatkan suatu data yang mengandung makna dalam memecahkan suatu permasalahan penelitian.
D. Definisi Operasional
Untuk menjaga terjadinya kekeliruan dalam menafsirkan istilah-istilah dari pembahasan penelitian, maka peneliti memberikan batasan istilah definisi agar sesuai dengan apa yang dimaksud, yaitu sebagai berikut:
1. Penerapan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Media Belajar (2010), dalam Pengertian Penerapan. Penerapan adalah perbuatan menerapkan. Sedangkan menurut beberapa ahli berpendapat bahwa, penerapan adalah suatu perbuatan mempraktekkan suatu teori, metode, dan hal lain untuk mencapai tujuan tertentu dan untuk suatu kepentingan yang diinginkan oleh suatu kelompok atau golongan, yang telah terencana dan tersusun sebelumnya. (Diakses tanggal 15/08/2013) [Online]. Penerapan dalam penelitian ini adalah kegiatan mempraktekkan suatu metode pada proses pembelajaran pelatihan dalam meningkatkan pengetahuan serta perubahan sikap untuk mencapai tujuan kepentingan organisasi.
2. Metode menurut Wiliyanto (2012) dalam Definisi Metode dan Organisasi
Menurut Para Ahli, Hardjana mengungkapkan bahwa metode adalah cara yang sudah dipikirkan masak-masak dan dilakukan dengan mengikuti
(22)
langkah-langkah tertentu guna mencapai tujuan yang hendak dicapai. (Diakses
tanggal 15/08/2013) [Online]. Metode pada penelitian ini adalah sebuah
metode pelatihan berupa kegiatan fisik yang melibatkan aktifitas peserta pelatihan atau lebih dikenal dengan kegiatan outbound.
3. Outbound yang dikemukakan oleh Hann (1941) adalah merupakan metode
pelatihan dengan memanfaatkan tantangan di alam terbuka hal tersebut diungkapkan Susanta (2010: 6). Outbound pada penelitian disini merupakan bagian dari salah satu metode dalam pelatihan karena dalam proses pembelajaran. Konsep outbound yang dipakai dalam penelitian ini adalah konsep spiritual team bonding dalam upaya meningkatkan budaya kerja karyawan.
4. Pelatihan menurut Goldstein dan Gressner (Kamil, 2010: 6) mengemukakan bahwa pelatihan adalah usaha sistematis untuk menguasai keterampilan peraturan, konsep ataupun cara berperilaku yang berdampak pada peningkatan kinerja. Hal tersebut dapat disimpulkan kembali bahwa pelatihan merupakan kegiatan usaha proses belajar diluar sistem pendidikan yang berlaku, dalam rangka meningkatkan pengetahuan maupun keterampilan seorang individu sebagai upaya menuju perubahan sikap kearah yang lebih baik. Pelatihan pada penelitian ini adalah penyelenggaraan pelatihan spiritual team bonding yang dikemas melalui metode outbound dalam meningkatkan budaya kerja karyawaan ADIRA Finance.
5. Spiritual Team Bonding merupakan sebuah konsep pelatihan yang melibatkan
aktifitas kelompok dalam melakukan aktifitas fisik berbasis spiritual yang diterapkan dalam pelatihan di lembaga DTTC Bandung pada pelatihan karyawan ADIRA Finance.
6. Budaya Kerja menurut Triguno (1996: 3) adalah suatu falsafah yang didasari oleh pandangan hidup sebagai nilai-nilai yang menjadi sifat, kebiasaan dan kekuatan pendorong, membudaya dalam kehidupan suatu kelompok masyarakat atau organisasi, kemudian tercermin dari sikap perilaku,
(23)
53
kepercayaan, cita-cita, pendapat dan tindakan yang terwujud sebagai kerja atau bekerja. Budaya kerja dalam penelitian ini adalah adalah seperangkat nilai-nilai yang telah dianut dan dipakai di kehidupan dunia kerja dalam upaya meningkatkan nilai-nilai, kebiasaan, dan peraturan kerja dalam organisasi. 7. Karyawan adalah sesorang yang ditugaskan sebagai pekerja dari sebuah
perusahaan untuk melakukan operasional perusahaan dan dia bekerja untuk digaji. Maka dari seorang karyawan akan memerlukan suatu proses pelatihan dalam meningkatkan kinerjanya untuk memenuhi kebutuhan dalam pekerjaannya. Karyawan dalam penelitian ini adalah peserta outbound pada pelatihan spiritual team bonding.
E. Instrumen Penelitian
Dalam penelitian kualitatif, Sugiyono (2013: 60) menyatakan “the researcher
is the key instrument”. Peneliti adalah merupakan instrumen kunci dalam penelitian kualitatif. Instrument terlampir.
Maksud pernyataan diatas adalah bahwa yang menjadi instrumen utama dalam penelitian kualitatif adalah peneliti sendiri, namun selanjutnya setelah fokus penelitian menjadi jelas, maka kemungkinan akan dikembangkan instrumen penelitian sederhana yang diharapkan dapat melengkapi data dan membandingkan dengan data yang telah ditemukan melalui observasi dan wawancara. Nasution (1988) dalam (Sugiyono, 2013: 60) mengungkapkan bahwa peneliti disini berperan sebagai alat peka terhadap segala stimulus dari lingkungan bagi pemaknaan penelitian, peneliti berperan sebagai pengumpul data, analisis, penafsir data, dan pada akhir penelitian menjadi pelopor penelitiannya.
Berdasarkan hal-hal yang telah diungkapkan diatas, maka peneliti berupaya menyelami dunia penelitian yang sedang diteliti. Dengan demikian data yang dihasilkan dapat memiliki tingkat kepercayaan dan keyakinan bagi peneliti, sehingga hasil penelitian yang diperoleh dapat memenuhi syarat-syarat penelitian kualitatif. Instrumen penelitian kualitatif disusun dalam lima macam, yaitu
(24)
pedoman wawancara untuk alumni peserta pelatihan, trainer, manajer program, atasan, dan rekan karyawan.
Berikut adalah instrumen yang digunakan oleh peneliti dalam melakukan penelitian ini yaitu:
1. Wawancara
Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data karena peneliti ingin mengetahui hal-hal dari subjek penelitian yang lebih mendalam. Dengan melakukan wawancara peneliti akan lebih mendalam mengetahui hal-hal yang lebih mendalam.
Wawancara tersebut digunakan dalam mengungkapkan kondisi budaya kerja karyawan sebelum mengikuti pelatihan, implementasi metode outbond pada pelatihan spiritual team bonding dalam meningkatkan budaya kerja, faktor pendukung dan penghambat penerapan metode outbound pada pelatihan spiritual
team bonding, dan perubahan budaya kerja yang terjadi pada karyawan setelah
mengikuti pelatihan. pada penelitian ini, peneliti menggunakan daftar pertanyaan-pertanyaan yang ditujukan kepada peserta pelatihan, trainer atau narasumber, manajer program pelatihan, atasan peserta pelatihan/karyawan, dan rekan kerja peserta pelatihan/karyawan. Instrumen terlampir.
2. Observasi
Teknik pengumpulan data observasi yang dilakukan dalam penelitian ini adalah observasi terus terang atau tersamar, karena peneliti melakukan pengumpulan data menyatakan terus terang kepada sumber data bahwa peneliti sedang melakukan penelitian, tetapi peneliti juga melakukan observasi tak berstruktur, maka peneliti hanya menyiapkan rambu-rambu pengamatan secara keseluruhan, dan sumber data hanya mengetahui bahwa peneliti sedang melakukan penelitian. Observasi ini dilakukan pada kegiatan outbound peserta pelatihan dan trainer saat pelatihan spiritual team bonding, untuk mengetahui kelengkapan sarana, metode, dan kelengkapan fasilitator yang membimbing
(25)
55
jalannya program pelatihan yang dilakukan oleh Lembaga Daarut Tauhiid Training Center. Instrumen terlampir.
F. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data (Sugiyono, 2013: 62). Dalam penelitian kualitatif, pengumpulan data dilakukan pada natural setting (kondisi yang alamiah). Adapun teknik pengumpulan data tersebut adalah observasi, wawancara, studi dokumentasi. Pada penelitian ini, peneliti memulai mengumpulkan data dengan melakukan wawancara dengan informan mengenai kondisi budaya kerja karyawan sebelum mengikuti pelatihan, kemudian melakukan observasi untuk melihat proses berlangsungnya pelatihan, setelah itu peneliti melakukan wawancara kembali tiga bulan setelah kegiatan pelatihan dilaksanakan untuk mendapatkan data mengenai perubahan yang terjadi pada karyawan setelah mengikuti pelatihan.
1. Observasi
Observasi menurut Nasution dalam Sugiyono (2013: 64) adalah dasar semua ilmu pengetahuan, para ilmuan hanya dapat bekerja berdasarkan data, yaitu fakta mengenai dunia kenyataan yang diperoleh melalui observasi. Melalui observasi, peneliti belajar tentang perilaku, dan makna dari perilaku tersebut Marshall dalam Sugiyono (2013: 64). Observasi pada penelitian ini dilakukan untuk memperoleh data mengenai kondisi objek penelitian, dan mengamati secara langsung lokasi pelatihan, sarana pelatihan, serta kegiatan inti outbound pada pelatihan spiritual
team bonding dalam meningkatkan budaya kerja karyawan.
Observasi di klasifikasikan menjadi tiga klasifikasi, Sanafiah Faisal dalam Sugitono (2013: 64) mengklasifikasikan observasi menjadi observasi berpartisipasi (participant observation), observasi yang secara terang-terangan dan tersamar (overt observation dan covert observation), dan observasi yang tak berstruktur (unstructured observation). Observasi yang dilakukan pada penelitian
(26)
ini adalah observasi berpartisipasi pasif, yang artinya peneliti datang di tempat kegiatan pelatihan yang diamati, tetapi tidak ikut terlibat dalam kegiatan tersebut.
Untuk memperoleh data yang kuat mengenai penerapan metode outbound pada pelatihan spiritual team bonding ini, peneliti mengamati langsung kegiatan pelatihan yang dilaksanakan dari awal pelatihan sampai dengan akhir pelatihan agar data yang diperoleh dapat lebih dipercaya dengan keadaan sebenarnya. Kegiatan observasi penelitian ini dilakukan di bulan kedua penelitian setelah peneliti melakukan studi pendahuluan ke lembaga Daarut Tauhiid Training Center, yaitu lembaga yang menyelenggarakan pelatihan tersebut. Alat yang digunakan pada observasi tidak hanya diri peneliti saja, tetapi juga dibantu dengan catatan lapangan, kamera untuk mendokumentasikan kegiatan outbound pada pelatihan spiritual team bonding. Melalui observasi, data yang diperoleh lebih obyektif sesuai dengan keadaan sesungguhnya, yaitu data dan informasi sesuai dengan tujuan penelitian.
2. Wawancara
Wawancara adalah teknik pengumpulan data yang tujuannya adalah menemukan permasalahan yang akan diteliti. Wawancara menurut Esterberg dalam Sugiyono (2013: 72) adalah pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu. Dalam penelitian ini wawancara dilakukan kepada pihak-pihak yang menjadi sumber utama dalam penelitian ini.
Wawancara dalam penelitian ini dilakukan untuk memperoleh data mengenai kondisi budaya kerja karyawan sebelum mengikuti pelatihan spiritual team
bonding, penerapan metode outbound pada pelatihan spiritual team bonding,
faktor pendukung dan penghambat, serta perubahan budaya kerja yang terjadi setelah pelatihan tersebut diselenggarakan. Materi yang tanyakan dalam wawancara adalah segala hal yang berkaitan dengan hasil pembelajaran pada program pelatihan spiritual team bonding.
(27)
57
Untuk memperoleh data yang kuat mengenai kondisi budaya kerja karyawan sebelum mengikuti pelatihan dan perubahan budaya kerja yang terjadi pada karyawan setelah mengikuti pelatihan, karena ini merupakan penelitian dengan pendekatan kualitatif, peneliti melakukan wawancara kepada tiga informan, yaitu karyawan sebagai peserta pelatihan, atasan kerja karyawan, dan rekan kerja karyawan yang tidak mengikuti pelatihan. Alasan memilih atasan karyawan sebagai informan adalah, karena atasan menilai keseharian bekerja semua karyawan di perusahaan sehingga informan dapat lebih mengetahui bagaimana budaya kerja karyawan dalam bekerja. Sedangkan rekan kerja karyawan dipilih untuk menjadi informan dengan alasan informan mengetahui keseharian peserta pelatihan selama bekerja dengan informan dalam bekerja sebagai teman bekerja.
Selanjutnya untuk memperoleh data perubahan budaya kerja yang terjadi pada karyawan setelah mengikuti pelatihan, peneliti juga memilih informan karyawan sebagai lulusan peserta pelatihan, atasan karyawan serta rekan karyawan. Wawancara dilakukan tiga bulan seteleh proses pelatihan berlangsung, supaya data yang diperoleh cukup kuat untuk menjawab pertanyaan penelitian. Ketiga informan dirasa cukup mewakili untuk memberikan data mengenai perubahan budaya kerja yang terjadi pada karyawan setelah mengikuti pelatihan, karena karyawan dapat memberikan data perubahan yang terjadi pada dirinya sendiri setelah mengikuti pelatihan, sedangkan atasan karyawan dapat memberikan data mengenai perubahan yang terjadi yang dirasakan oleh atasan karyawan selama atasan karyawan menilai dan memonitoring karyawan setelah mengikuti pelatihan. kemudian rekan kerja karyawan dapat memberikan data mengenai perubahan budaya kerja yang terjadi pada karyawan sebagai teman kerjanya setelah mengikuti pelatihan. Rekan kerja karyawan dapat melihat dari sikap juga perilaku karyawan selama rekan kerja karyawan berinteraksi dengan karyawan dalam bekerja sehari-hari di perusahaan.
(28)
3. Studi Dokumentasi
Studi Dokumentasi merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi dan wawancara dalam penelitian kualitatif (Sugiono, 2013: 82). Studi dokumentasi berbentuk gambar misalnya foto, gambar hidup, sketsa dan lain-lain. Penggunaan teknik dokumentasi ini dikarenakan agar hasil penelitian akan lebih kredibel/dapat dipercaya melalui berbgai dokumen yang dapat dipertanggungjawabkan selama peneliti berada di lapangan. Sasaran studi dokumentasi adalah dokumen yang berhubungan dengan penyelengaraan pelatihan spiritual team bonding.
4. Triangulasi Data
Sugiyono (2013: 83) mengungkapkan, pada teknik pengumpulan data,
triangulasi data diartikan sebagai “teknik pengumpulan data yang bersifat
menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang
telah ada”. Karena peneliti penggunakan teknik triangulasi data, maka sebenarnya peneliti mengumpulkan data yang sekaligus menguji kredibilitas data dengan berbagai teknik pengumpulan data dan berbagai sumber data.
Triangulasi teknik, berarti peneliti menggunakan teknik pengumpulan data yang berbeda-beda untuk mendapatkan data dari sumber yang sama. Peneliti menggunakan observasi partisipatif, wawancara mendalam, dan dokumentasi untuk sumber data yang sama secara serempak. Triangulasi sumber berarti untuk mendapatkan data dari sumber yang berbeda-beda dengan teknik yang sama (Sugiyono, 2013: 83). Tujuan triangulasi data disini adalah untuk mengetahui data yang diperoleh akan lebih konsisten, tuntas dan pasti. Pengumpulan data bermacam-macam dilakukan terus menerus karena data yang dihasilkan akan di deskripsikan, mana pandangan yang sama, berbeda dan spesifik berdasarkan sumber data, kemudian dianalisis sehingga menghasilkan suatu kesimpulan.
Triangulasi yang dilakukan dalam penelitian ini adalah data yang diperoleh dari satu objek penelitian dibandingkan dengan subjek penelitian lainnya yaitu menggabungkan hasil observasi, wawancara, dan dokumentasi manajer program,
(29)
59
trainer, karyawan sebagai lulusan peserta pelatihan, atasan karyawan, rekan kerja karyawan mengenai penerapan metode outbound dalam meningkatkan budaya kerja karyawan.
G. Analisis Data
Sugiyono (2013: 88) mengemukakan analisis data kualitatif adalah “Proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, serta membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun
orang lain”.
Pendapat lain mengenai analisis data kualitatif Moleong (2013: 248),
menjelaskan bahwa “ Analisis data kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensistensiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang
dapat diceriterakan kepada orang lain”.
Pengolahan dan analisis data dalam penelitian ini yaitu dengan langkah-langkah yang dikemukakan oleh Sugiyono (2013: 92-99) sebagai berikut :
1. Data Reduction (Reduksi Data)
Reduksi Data diperoleh dari data yang terjadi di lapangan yang jumlahnya cukup banyak. Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya. Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya. Demikian pula dalam penelitian ini, peneliti merangkum dan memilah milih data yang diperoleh dari lapangan kemudian menyimpulkan data yang telah menjadi fokus pernasalahan penelitian.
(30)
2. Data Display (Penyajian Data)
Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah mendisplaykan data. Dalam penelitian kualitatif, penyajian data dapat dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart dan sejenisnya. Dalam hal ini Miles and Huberman dalam Sugiyono (2013: 95) menyatakan “the most frequent
form of display data for qualitative research data in the past has been narrative text”. Yang paling sering digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif.
Untuk menghindari hal-hal yang bersifat memihak atau tidak berdasar, maka peneliti akan melakukan klarifikasi data serta memberikan penggolongan kembali data sesuai dengan fokus permasalahan yang diajukan dalam pertanyaan penelitian yang dilakukan kepada sumber data.
3. Conclusion Drawing/ verification
Langkah ketiga dalam analisis data kualitatif menurut Miles and Huberman (Sugiyono, 2013: 99) adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan dalam penelitian kualitatif bersifat sementara, dengan demikian kesimpulan dalam penelitian kualitatif, mungkin dapat menjawab rumusan masalah yang dirumuskan sejak awal, tetapi mungkin juga tidak.
Penarikan kesimpulan pada penelitian ini merupakan penarikan kesimpulan secara menyeluruh selama peneliti menemukan data di lapangan. Kemudian kesimpulan yang ada senantiasa di verifikasi selama proses penelitian berlangsung, yaitu peninjauan ulang terhadap data yang telah diperoleh dari hasil lapangan bersama dengan sumber data di lapangan. Sumber data yang terlibat dalam penelitian ini adalah peserta pelatihan, narasumber dalam hal ini adalah
trainer, manajer program pelatihan, atasan peserta pelatihan, serta rekan kerja
(31)
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
Dalam bab ini peneliti akan mengemukakan kesimpulan dan saran berdasarkan temuan hasil penelitian dan uraian bab-bab sebelumnya mengenai
masalah yang diteliti yaitu: “Penerapan Metode Outbound Pada Pelatihan Spiritual Team Bonding Dalam Meningkatkan Budaya Kerja Karyawan.”
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data yang telah diungkapkan pada bab IV, peneliti dapat menyimpulkan hasil penelitian ini sebagai berikut:
1. Kondisi Budaya Kerja Karyawan Sebelum Mengikuti Pelatihan Spiritual
Team Bonding.
Karyawan atau peserta pelatihan di Daarut Tauhiid Training Center yang menjadi subyek penelitian masih belum memiliki budaya kerja yang baik dalam perusahaan, karyawan atau peserta pelatihan sudah memiliki penilaian yang cukup baik dalam hal kejujuran, contohnya saja karyawan telah dengan sadar bercerita kepada atasan mengenai ketidaknyamanannya dalam pekerjaannya, kemudian selalu transparansi mengenai keluhan semua klien. Kemudian karyawan telah dapat saling menghormati akan perbedaan keyakinan di perusahaan sesama rekan kerjanya, menghormati atasan sebagai pimpinannya. Hanya saja masih terdapat kekurangan dari karyawan seperti belum dapatnya karyawan bekerjasama tim dengan baik demi kepentingan bersama perusahaannya, karena karyawan masih memikirkan ego bekerja untuk kepentingan pribadi masing-masingnya.
Dalam budaya kerja, memaparkan bahwa nilai merupakan suatu proses penghayatan dari apa yang lebih benar atau kurang benar dan lainnya, Hal tersebut dapat disimpulkan karena karyawan masih belum dapat menunjukan kualitas pribadinya masing-masing dalam pekerjaan dan tanggung jawab atas tugas yang diberikannya.
(32)
2. Penerapan Metode Outbound Pada Pelatihan Spiritual Team Bonding Dalam Meningkatkan Budaya Kerja Karyawan
Temuan peneliti pada bab IV disini berupa kesejalanan konsep dalam menerapkan metode outbound pada kegiatan pelatihan yang dilakukan oleh lembaga pelatihan Daarut Tauhiid Training Center, karena setiap proses pembelajaran yang efektif tentunya memerlukan tahapan-tahapan dalam ketercapaian proses tersebut, yaitu meliputi tahapan pembentukan pengalaman (Experience), perenungan pengalaman (Reflect), pembentukan konsep (Form
Concept), dan pengujian konsep (Test Concept).
Pada tahapan pembentukan pengalaman, penyusunan kebutuhan pelatihan telah sesuai dengan tujuan pelatihan, kemudian urutan aktivitas dalam membangun pengalaman telah berurutan dengan baik sesuai dengan tujuan pelatihan. penyusunan kebutuhan pelatihan disini adalah mampunya peserta pelatihan melakukan permainan yang mengandung makna yang cukup bagi peserta pelatihan, mempresentasikan sebuah produk dengan hasil poin kelompoknya masing-masing dengan cara berfikir kreatif seperti membuat berbagai bentuk produk, serta peserta pelatihan mampu memahami arahan trainer dalam pelaksanaan kegiatan pelatihan untuk proses evaluasi pembelajaran. Kemudian peserta pelatihan telah mampu mengikuti urutan aktivitas secara berurutan yaitu melakukan renungan, melaksanakan kegiatan dalam bentuk fisik, kemudian melakukan refleksi pengalaman pembelajaran.
Pada tahapan perenungan pengalaman, dalam melaksanakan kegiatan
outbound pada pelatihan spiritual team bonding ini, para peserta pelatihan telah
dapat melalui tahapan renungan pengalaman, karena pada saat proses pembelajaran berlangsung berbagai pengalaman mereka kaitkan dengan pengalaman pada saat bekerja dapat mereka ungkapkan pada saat kegiatan pelatihan.
Pada tahapan pembentukan konsep dalam penerapan outbound ini telah mampu membentuk pengalaman baru para peserta pelatihan dalam proses
(33)
138
pembelajaran pelatihan. Peserta pelatihan telah melakukan kegiatan dengan memunculkan suatu pengalaman yang dikaitkan dengan pengalaman lama dalam aktifitas pekerjaannya di perusahaan. Kemudian peserta pelatihan dapat mengungkapkan dan merenungkan pengalaman lapangan yang telah dilakukan selama bekerja di perusahaan, serta dapat mengungkapkan pengalaman dalam bekerja ketika melakukan hal-hal yang dianggap tidak baik oleh perusahaan.
Pada tahapan pengujian konsep dalam penerapan outbound ini, peserta pelatihan telah mampu melewati pengujian konsep setelah proses pembelajaran berlangsung. Peserta pelatihan sama-sama merasakan kegiatan evaluasi yang dilakukan oleh trainer, peserta pelatihan dapat melakukan renungan setelah melakukan kegiatan, kemudian peserta pelatihan dapat mengungkapkan pengalaman selama melakukan kegiatan dalam mendapatkan point kelompoknya masing-masing, Renungan tersebut menyikapi hasil aktifitas dan membuat peserta pelatihan berniat menerapkan nilai-nilai yang baik. Nilai-nilai yang di diharapkan pada proses evaluasi pembelajaran kegiatan pelatihan, yaitu dapat mengaplikasikan nilai-nilai perusahaan yaitu nilai-nilai akan kerjasama,
leadership, dan tanggung jawab dengan melibatkan beberapa pihak diantaranya
fasilitator dan trainer. Adanya proses evaluasi pembelajaran setelah kegiatan pelatihan, peserta pelatihan mengatakan bahwa mereka merasa lebih termotivasi dalam menjalani pekerjaan, kemudian merasa lebih semangat dalam bekerjasama dengan teman di dalam pekerjaan.
Ketepatan penggunaan metode pada pelatihan spiritual team bonding dilihat dari tujuan pembelajaran, tujuan pemilihan metode pada kegiatan pelatihan ini telah memilih metode yang dirasa tepat dalam pencapaian tujuan membelajarkan orang dewasa, yaitu untuk memecahkan dan merenungi permasalahan dalam bekerjanya dengan kemampuan psikomotor berupa aktivitas outbound. Kedua, manusia adalah adanya tutor dan fasilitator yang terlibat dalam rangkaian pembelajaran pada pelatihan ini. Ketiga, waktu dalam pelaksanaan kegiatan pelatihan ini telah mempunyai waktu yang cukup dalam melaksanakan kegiatan
(34)
pelatihan dengan menggunakan outbound selama delapan jam latihan, untuk melakukan aktivitas kegiatan berupa tahapan-tahapan yang harus dilalui oleh peserta belajar.
3. Faktor Pendukung Dan Penghambat Penerapan Metode Outbound Pada Pelatihan Spiritual Team Bonding Dalam Meningkatkan Budaya Kerja Karyawan
Penerapan metode outbound pada pelatihan ini dalam meningkatkan budaya kerja karyawan dilakukan dengan penyusunan program belajar, hal ini menjadi dukungan utama dalam menerapkan metode outbound pada pelatihan ini. Faktor Pendukung Penerapan Metode Outbound pada pelatihan ini adalah:
1) Program belajar yang memiliki kekhasan dalam aspek spiritualnya yang jarang dimiliki oleh lembaga pelatihan lainnya.
2) Trainer yang memiliki kompetensi di bidang kajian experiential learning, diakui adanya sertifikat experiential learning sebagai pengajar dan sebagai pengelola lembaga experiential learning karena pendekatan experiential
learning merupakan unsur terpenting dalam kegiatan outbound.
Namun dibalik itu terdapat pula faktor penghambat dalam penerapan metode
outbound tersebut sebagai berikut:
1) Dana dan tempat belajar yang masih dikelola oleh pihak mitra lembaga sehingga menyebabkan tidak maksimalnya pengadaan tempat dan sarana belajar dalam mencapai tujuan belajar.
2) Evaluasi penyelenggaraan yang dilakukan oleh mitra lembaga membuat lembaga tidak dapat dengan mudah membuat keputusan dalam tindak upaya tindak lanjut penyelenggaraan program.
4. Perubahan Budaya Kerja yang Terjadi Pada Karyawan Setelah Mengikuti Pelatihan Spiritual Team Bonding
Perubahan yang terjadi pada karyawan disini sudah mulai pada tahap pertama yaitu memiliki keinginan untuk berubah, kemudian karyawan sudah mulai menyusun perubahan yang akan dilakukan serta beberapa diantaranya sudah mulai
(35)
140
melaksanakan perubahan dalam pencapaian tujuan yang diharapkan oleh perusahaan, hal tersebut terlihat karena beberapa ciri seperti memulai memo pengingat dalam bekerja yang menunjukan adanya perubahan tersebut sudah mulai ada pada keseharian karyawan, tidak adanya konflik dalam keseharian bekerja, bersikap sabar dalam menghadapi klien, serta ramah tamah terhadap klien. Hal ini menunjukan bahwa pembelajaran dengan menggunakan strategi
experiential learning dengan menggunakan metode outbound merupakan salah
satu upaya pengembangan sumber daya manusia yang terintegrasi, karena telah mampu memberikan pengalaman belajar kepada peserta pelatihan dalam usahanya mencapai suatu perubahan yang lebih baik demi kelangsungan hidupnya juga perusahaan.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian tersebut diajukan rekomendasi untuk para pihak yang terkait diantaranya adalam sebagai berikut:
1. Karyawan
Karyawan merupakan seseorang yang bekerja di dalam perusahaan yang bertujuan meningkatkan citra dan produksi suatu perusahaan dalam upaya pembangunan nasional. Berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa karyawan pada perusahaan Adira masih memerlukan pembenahan secara terus menerus, karena kebiasaan yang di pengaruhi oleh perilaku individu dalam bekerja tidak akan selamanya dapat dikendalikan dengan mudah, karena perilaku itu muncul dari sikap yang dipengaruhi oleh faktor lingkungan bekerja serta faktor dalam diri individu tersebut. Dengan demikian karyawan setelah mengikuti pelatihan
spiritual team bonding ini diharapkan dapat lebih meningkatkan budaya kerjanya
serta mempertahankan prestasi dalam bekerja pada perusahaan untuk membangun perusahaan dalam tujuan pembangunan nasional.
2. Lembaga Pelatihan Daarut Tauhiid Training Center
Diharapkan lembaga dapat menambah fasilitator tetap untuk kegiatan pelatihan selanjutnya, kemudian lembaga pelatihan Daarut Tauhiid Training
(36)
Center (DTTC) harus dapat melakukan evaluasi penyelenggaraan pelatihan di dalam lembaga, sehingga dapat lebih bersikap tegas kepada mitra lembaga agar kesepakatan kegiatan evaluasi penyelenggara berada di dalam lembaga Daarut Tauhiid Training Center (DTTC), dan yang paling penting adalah pengelolaan dana belajar dalam hal penyediaan sarana dan prasarana pelatihan juga harus dikelola oleh pihak lembaga Daarut Tauhiid Training Center (DTTC). Karena sesuai dengan 10 patokan dikmas, bahwa pengelolaan pendidikan luar sekolah itu harus mencakup warga belajar, dana belajar, memiliki sumber belajar, tempat belajar, pamong belajar, ragi belajar, kelompok belajar, program belajar, dan hasil belajar.
3. Bagi Peneliti Selanjutnya
Penelitian ini mudah-mudahan bermanfaat sebagai referensi bagi para peneliti selanjutnya yang merasa tertarik untuk mengkaji lebih mengenai metode outbound di lembaga pelatihan. Peneliti selanjutnya diharapkan lebih mampu mengkaji mengenai berbagai metode pelatihan lainnya dalam upaya peningkatan budaya kerja lainnya sehingga menjadi lebih baik lagi yang dinilai berhubungan dengan penerapan metode pelatihan lainnya. Karena metode pembelajaran dalam pelatihan jika di gunakan dalam kondisi yang tepat sesuai dengan tujuan pembelajaran dalam pelatihan, maka metode pembelajaran akan sangat membantu dalam proses penyampaian pembelajaran.
(37)
DAFTAR PUSTAKA
Buku :
Abdulhak, I. 2000. Metodologi Pembelajaran Orang Dewasa. Bandung: Andira. Anchok, D. 2003. Outbound Management Training. Yogyakarta: UII Press. Azwar, S. 2012. Sikap Manusia teori dan Pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset.
Artasasmita, R. 1985. Pedoman Merancang Sistem Kursus dan Latihan. Bandung: IKIP Bandung.
Baharudin, Esa N.W. 2012. Teori Belajar dan Pembelajaran. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.
IKAPI. 2009. Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional. Bandung: Fokusmedia.
Kamil, M. 2009. Pendidikan Nonformal. Bandung: Alfabeta.
Kamil, M. 2010. Model Pendidikan dan Pelatihan (Konsep dan Aplikasi). Bandung: Alfabeta.
Koentjaraningrat. 2004. Kebudayaan Mentalitet dan Pembangunan. Jakarta: Gramedia.
Mardalis. 1999. Metode Penelitian (suatu pendekatan proposal). Jakarta: Bumi Aksara.
Marwansyah. 2012. Manajemen Sumber Daya Manusia. Bandung: Alfabeta Moleong, L.J. 2013. Metodologi Penelitian Kualitatif EDISI REVISI. Bandung:
Rosda.
(38)
Ndraha, T. 2005. Teori Budaya Organisasi. Jakarta: Rineka Cipta. Riani, L.A. 2011. Budaya Organisasi. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Rivai, V-Mulyadi, D. 2011. Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
Sudjana. 2004. Pendidikan Nonformal. Bandung: Falah Production. Sugiyono. 2013. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta. Susanta, A. 2010. Outbound Profesional. Yogyakarta: Andi Offset. Triguno. 1996. Budaya Kerja. Jakarta: PT Golden T Press.
Internet:
Admin. 2013. Pengertian Kebudayaan Menurut Para Ahli. In Google online [Online].
tersedia: http://www.blogpenerang.com/2013/04/pengertian-kebudayaan menurut-para-ahli.html). [25 Mei 2013].
Akhyadi. A.S. Program Pendidikan Luar Sekolah. Makalah Program Pendidikan
Luar Sekolah. In Google Online. [Online].
Tersedia:http://file.upi.edu/direktori/FIP/JUR._PEND_LUAR_SEKOLAH
/1.95709251984031-ADE_SADIKIN_AKHYADI/makalahprogrampendidikanluarsekolah.pdf Bie. 2011. Pelatihan Tenaga Kerja : Definisi, Tujuan, Manfaat dan Metode
Pelatihan Kerja. In Google online: Informasiku.com [Online].
Tersedia: http://www.informasiku.com/2011/04/pelatihan-tenaga-kerja-definisi-tujuan.html. [06 Mei 2013].
Eroy, A.R.E. 2010. Budaya Kerja. in Google Online [Online].
Tersedia: http://arozieleroy.wordpress.com/2010/07/13/budaya-kerja/. [06 Juni 2013].
(39)
144
Tersedia: http://hanakarlina.blogspot.com/2012/06/pengertian-karyawan.html. [16 Mei 2013].
Media Belajar. 2010. Pengertian Penerapan. In Google online [Online].
Tersedia:http://internetsebagaisumberbelajar.blogspot.com/2010/07/penger tian-penerapan.html
Muharrikah. 2012. Metode-metode pelatihan. In Google online [Online].
Tersedia:http://www.slideshare.net/Muharrikah/metodemetode-pelatihan. [06 Juni 2013].
Wiliyanto. D. 2012. Definisi Metode dan Organisasi Menurut Para Ahli. In Google Online [Online]. [15 Agustus. 2013].
Tersedia di: http://dimaswiliyanto.blogspot.com/2012/07/definisi-metode-dan-organisasi-menurut.html. [15 Agustus. 2013].
(1)
139
Nani Sintiawati, 2013
Penerapan Metode Outbound Pada Pelatihan Spiritual Team Bonding Dalam Meningkatkan Budaya
Kerja Karyawan (Studi Deskriptif di Lembaga Pelatihan “Daarut Tauhiid Training Center “ Yayasan
Daarut Tauhiid Bandung)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
pelatihan dengan menggunakan outbound selama delapan jam latihan, untuk melakukan aktivitas kegiatan berupa tahapan-tahapan yang harus dilalui oleh peserta belajar.
3. Faktor Pendukung Dan Penghambat Penerapan Metode Outbound Pada
Pelatihan Spiritual Team Bonding Dalam Meningkatkan Budaya Kerja Karyawan
Penerapan metode outbound pada pelatihan ini dalam meningkatkan budaya kerja karyawan dilakukan dengan penyusunan program belajar, hal ini menjadi dukungan utama dalam menerapkan metode outbound pada pelatihan ini. Faktor Pendukung Penerapan Metode Outbound pada pelatihan ini adalah:
1) Program belajar yang memiliki kekhasan dalam aspek spiritualnya yang jarang dimiliki oleh lembaga pelatihan lainnya.
2) Trainer yang memiliki kompetensi di bidang kajian experiential learning, diakui adanya sertifikat experiential learning sebagai pengajar dan sebagai pengelola lembaga experiential learning karena pendekatan experiential learning merupakan unsur terpenting dalam kegiatan outbound.
Namun dibalik itu terdapat pula faktor penghambat dalam penerapan metode outbound tersebut sebagai berikut:
1) Dana dan tempat belajar yang masih dikelola oleh pihak mitra lembaga sehingga menyebabkan tidak maksimalnya pengadaan tempat dan sarana belajar dalam mencapai tujuan belajar.
2) Evaluasi penyelenggaraan yang dilakukan oleh mitra lembaga membuat lembaga tidak dapat dengan mudah membuat keputusan dalam tindak upaya tindak lanjut penyelenggaraan program.
4. Perubahan Budaya Kerja yang Terjadi Pada Karyawan Setelah
Mengikuti Pelatihan Spiritual Team Bonding
Perubahan yang terjadi pada karyawan disini sudah mulai pada tahap pertama yaitu memiliki keinginan untuk berubah, kemudian karyawan sudah mulai menyusun perubahan yang akan dilakukan serta beberapa diantaranya sudah mulai
(2)
140
Nani Sintiawati, 2013
Penerapan Metode Outbound Pada Pelatihan Spiritual Team Bonding Dalam Meningkatkan Budaya
Kerja Karyawan (Studi Deskriptif di Lembaga Pelatihan “Daarut Tauhiid Training Center “ Yayasan
Daarut Tauhiid Bandung)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
melaksanakan perubahan dalam pencapaian tujuan yang diharapkan oleh perusahaan, hal tersebut terlihat karena beberapa ciri seperti memulai memo pengingat dalam bekerja yang menunjukan adanya perubahan tersebut sudah mulai ada pada keseharian karyawan, tidak adanya konflik dalam keseharian bekerja, bersikap sabar dalam menghadapi klien, serta ramah tamah terhadap klien. Hal ini menunjukan bahwa pembelajaran dengan menggunakan strategi experiential learning dengan menggunakan metode outbound merupakan salah satu upaya pengembangan sumber daya manusia yang terintegrasi, karena telah mampu memberikan pengalaman belajar kepada peserta pelatihan dalam usahanya mencapai suatu perubahan yang lebih baik demi kelangsungan hidupnya juga perusahaan.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian tersebut diajukan rekomendasi untuk para pihak yang terkait diantaranya adalam sebagai berikut:
1. Karyawan
Karyawan merupakan seseorang yang bekerja di dalam perusahaan yang bertujuan meningkatkan citra dan produksi suatu perusahaan dalam upaya pembangunan nasional. Berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa karyawan pada perusahaan Adira masih memerlukan pembenahan secara terus menerus, karena kebiasaan yang di pengaruhi oleh perilaku individu dalam bekerja tidak akan selamanya dapat dikendalikan dengan mudah, karena perilaku itu muncul dari sikap yang dipengaruhi oleh faktor lingkungan bekerja serta faktor dalam diri individu tersebut. Dengan demikian karyawan setelah mengikuti pelatihan spiritual team bonding ini diharapkan dapat lebih meningkatkan budaya kerjanya serta mempertahankan prestasi dalam bekerja pada perusahaan untuk membangun perusahaan dalam tujuan pembangunan nasional.
2. Lembaga Pelatihan Daarut Tauhiid Training Center
Diharapkan lembaga dapat menambah fasilitator tetap untuk kegiatan pelatihan selanjutnya, kemudian lembaga pelatihan Daarut Tauhiid Training
(3)
141
Nani Sintiawati, 2013
Penerapan Metode Outbound Pada Pelatihan Spiritual Team Bonding Dalam Meningkatkan Budaya
Kerja Karyawan (Studi Deskriptif di Lembaga Pelatihan “Daarut Tauhiid Training Center “ Yayasan
Daarut Tauhiid Bandung)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
Center (DTTC) harus dapat melakukan evaluasi penyelenggaraan pelatihan di dalam lembaga, sehingga dapat lebih bersikap tegas kepada mitra lembaga agar kesepakatan kegiatan evaluasi penyelenggara berada di dalam lembaga Daarut Tauhiid Training Center (DTTC), dan yang paling penting adalah pengelolaan dana belajar dalam hal penyediaan sarana dan prasarana pelatihan juga harus dikelola oleh pihak lembaga Daarut Tauhiid Training Center (DTTC). Karena sesuai dengan 10 patokan dikmas, bahwa pengelolaan pendidikan luar sekolah itu harus mencakup warga belajar, dana belajar, memiliki sumber belajar, tempat belajar, pamong belajar, ragi belajar, kelompok belajar, program belajar, dan hasil belajar.
3. Bagi Peneliti Selanjutnya
Penelitian ini mudah-mudahan bermanfaat sebagai referensi bagi para peneliti selanjutnya yang merasa tertarik untuk mengkaji lebih mengenai metode outbound di lembaga pelatihan. Peneliti selanjutnya diharapkan lebih mampu mengkaji mengenai berbagai metode pelatihan lainnya dalam upaya peningkatan budaya kerja lainnya sehingga menjadi lebih baik lagi yang dinilai berhubungan dengan penerapan metode pelatihan lainnya. Karena metode pembelajaran dalam pelatihan jika di gunakan dalam kondisi yang tepat sesuai dengan tujuan pembelajaran dalam pelatihan, maka metode pembelajaran akan sangat membantu dalam proses penyampaian pembelajaran.
(4)
Nani Sintiawati, 2013
Penerapan Metode Outbound Pada Pelatihan Spiritual Team Bonding Dalam Meningkatkan Budaya Kerja Karyawan (Studi Deskriptif di Lembaga Pelatihan “Daarut Tauhiid Training Center “ Yayasan Daarut Tauhiid Bandung)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu DAFTAR PUSTAKA
Buku :
Abdulhak, I. 2000. Metodologi Pembelajaran Orang Dewasa. Bandung: Andira. Anchok, D. 2003. Outbound Management Training. Yogyakarta: UII Press. Azwar, S. 2012. Sikap Manusia teori dan Pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset.
Artasasmita, R. 1985. Pedoman Merancang Sistem Kursus dan Latihan. Bandung: IKIP Bandung.
Baharudin, Esa N.W. 2012. Teori Belajar dan Pembelajaran. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.
IKAPI. 2009. Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional. Bandung: Fokusmedia.
Kamil, M. 2009. Pendidikan Nonformal. Bandung: Alfabeta.
Kamil, M. 2010. Model Pendidikan dan Pelatihan (Konsep dan Aplikasi). Bandung: Alfabeta.
Koentjaraningrat. 2004. Kebudayaan Mentalitet dan Pembangunan. Jakarta: Gramedia.
Mardalis. 1999. Metode Penelitian (suatu pendekatan proposal). Jakarta: Bumi Aksara.
Marwansyah. 2012. Manajemen Sumber Daya Manusia. Bandung: Alfabeta Moleong, L.J. 2013. Metodologi Penelitian Kualitatif EDISI REVISI. Bandung:
Rosda.
(5)
143
Nani Sintiawati, 2013
Penerapan Metode Outbound Pada Pelatihan Spiritual Team Bonding Dalam Meningkatkan Budaya Kerja Karyawan (Studi Deskriptif di Lembaga Pelatihan “Daarut Tauhiid Training Center “ Yayasan Daarut Tauhiid Bandung)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
Ndraha, T. 2005. Teori Budaya Organisasi. Jakarta: Rineka Cipta. Riani, L.A. 2011. Budaya Organisasi. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Rivai, V-Mulyadi, D. 2011. Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
Sudjana. 2004. Pendidikan Nonformal. Bandung: Falah Production. Sugiyono. 2013. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta. Susanta, A. 2010. Outbound Profesional. Yogyakarta: Andi Offset. Triguno. 1996. Budaya Kerja. Jakarta: PT Golden T Press.
Internet:
Admin. 2013. Pengertian Kebudayaan Menurut Para Ahli. In Google online [Online].
tersedia: http://www.blogpenerang.com/2013/04/pengertian-kebudayaan menurut-para-ahli.html). [25 Mei 2013].
Akhyadi. A.S. Program Pendidikan Luar Sekolah. Makalah Program Pendidikan Luar Sekolah. In Google Online. [Online].
Tersedia:http://file.upi.edu/direktori/FIP/JUR._PEND_LUAR_SEKOLAH
/1.95709251984031-ADE_SADIKIN_AKHYADI/makalahprogrampendidikanluarsekolah.pdf Bie. 2011. Pelatihan Tenaga Kerja : Definisi, Tujuan, Manfaat dan Metode
Pelatihan Kerja. In Google online: Informasiku.com [Online].
Tersedia: http://www.informasiku.com/2011/04/pelatihan-tenaga-kerja-definisi-tujuan.html. [06 Mei 2013].
Eroy, A.R.E. 2010. Budaya Kerja. in Google Online [Online].
Tersedia: http://arozieleroy.wordpress.com/2010/07/13/budaya-kerja/. [06 Juni 2013].
(6)
144
Nani Sintiawati, 2013
Penerapan Metode Outbound Pada Pelatihan Spiritual Team Bonding Dalam Meningkatkan Budaya Kerja Karyawan (Studi Deskriptif di Lembaga Pelatihan “Daarut Tauhiid Training Center “ Yayasan Daarut Tauhiid Bandung)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
Tersedia: http://hanakarlina.blogspot.com/2012/06/pengertian-karyawan.html. [16 Mei 2013].
Media Belajar. 2010. Pengertian Penerapan. In Google online [Online].
Tersedia:http://internetsebagaisumberbelajar.blogspot.com/2010/07/penger tian-penerapan.html
Muharrikah. 2012. Metode-metode pelatihan. In Google online [Online].
Tersedia:http://www.slideshare.net/Muharrikah/metodemetode-pelatihan. [06 Juni 2013].
Wiliyanto. D. 2012. Definisi Metode dan Organisasi Menurut Para Ahli. In Google Online [Online]. [15 Agustus. 2013].
Tersedia di: http://dimaswiliyanto.blogspot.com/2012/07/definisi-metode-dan-organisasi-menurut.html. [15 Agustus. 2013].