ANALISIS PENGUKURAN KINERJA LEMBAGA BERBASIS BALANCED SCORECARD DI DOMPET PEDULI UMMAT DAARUT TAUHIID BANDUNG.
No. Daftar : 329/UN.40.7.D1/LT.2013
ANALISIS PENGUKURAN KINERJA LEMBAGA BERBASIS BALANCED SCORECARD
DI DOMPET PEDULI UMMAT DAARUT TAUHIID BANDUNG
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi pada Program Studi Manajemen
Universitas Pendidikan Indonesia
Sukmalinto NIM. 0607718
PROGRAM STUDI MANAJEMEN
FAKULTAS PENDIDIKAN EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
(2)
Sukmalinto, 2013
Analisis Pengukuran Kinerja
Lembaga Berbasis
Balanced
Scorecard
di Dompet Peduli Ummat
Daarut Tauhiid Bandung
Oleh Sukmalinto
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Pendidikan Ekonomi dan Bisnis
© Sukmalinto 2013 Universitas Pendidikan Indonesia
Agustus 2013
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.
(3)
LEMBAR PENGESAHAN
ANALISIS PENGUKURAN KINERJA LEMBAGA BERBASIS BALANCED SCORECARD
DI DOMPET PEDULI UMMAT DAARUT TAUHIID BANDUNG
SUKMALINTO 0607718
Skripsi ini telah disetujui dan disahkan oleh:
Dosen Pembimbing
Askolani, SE. MM NIP. 19750704 200312 1 001
Mengetahui,
Ketua Program Studi Manajemen
Dr. Vanessa Gaffar, SE. Ak. MBA NIP. 19740307 200212 2 001
(4)
Sukmalinto, 2013
LEMBAR PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan skripsi yang berjudul “Analisis Pengukuran Kinerja Lembaga Berbasis Balanced Scorecard di Dompet Peduli Ummat Daarut Tauhiid Bandung” ini beserta seluruh isinya
adalah benar-benar karya saya sendiri dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika yang berlaku dalam masyarakat keilmuan.
Atas pernyataan ini, saya siap menanggung resiko ataupun sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian hari ditemukan adanya pelanggaran atas etika keilmuan dalam karya saya ini atau ada klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.
Bandung, Agustus 2013 Pembuat pernyataan
Sukmalinto NIM. 0607718
(5)
ABSTRAK
Sukmalinto (0607718), Analisis Pengukuran Kinerja Lembaga Berbasis Balanced Scorecard di Dompet Peduli Ummat Daarut Tauhiid Bandung, dibawah bimbingan Askolani, SE., MM.
Dalam menghadapi tantangan perekonomian global, masyarakat sering dilanda oleh krisis ekonomi yang berdampak pada perekonomian masyarakat itu sendiri. Dampak tersebut berupa kemiskinan yang menjadi masalah setiap tahunnya untuk dicari dan diupayakan solusinya. Salah satu solusi yang diperintahkan dalam Islam adalah perintah zakat, infak, dan sedekah (ZIS). Dengan adanya ZIS ini muncul lembaga-lembaga pengelola ZIS yang dikenal dengan Lembaga Amil Zakat (LAZ), namun perlu diperhatikan perihal kinerja lembaga tersebut agar masyarakat percaya dalam menitipkan dana ZIS untuk disampaikan kepada yang berhak. Berdasarkan hasil observasi penulis terhadap LAZ Dompet Peduli Ummat Daarut Tauhiid Bandung, terdapat ketidakstabilan kinerja pada lembaga tersebut bahkan mengalami penurunan dengan melihat penghimpunan dan penyaluran dana lembaga. Salah satu metode yang digunakan dalam pengukuran kinerja lembaga adalah Balanced Scorecard dengan mengukur kinerja dari empat perspektif, yaitu: perspektif keuangan, perspektif pelanggan, perspektif proses bisnis internal, dan perspektif pertumbuhan dan pembelajaran.
Berdasarkan permasalahan tersebut maka diadakan penelitian mengenai analisis Pengukuran Kinerja Lembaga Berbasis Balanced Scorecard di Dompet Peduli Ummat Daarut Tauhiid Bandung. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui implementasi konsep pengukuran kinerja lembaga berbasis balanced scorecard, penentuan indikator kinerja utama lembaga dalam balanced scorecard, kinerja lembaga, dan hubungan antar perspektif dalam balanced scorecard di Dompet Peduli Ummat Daarut Tauhiid Bandung.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode penelitian deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif dan ditunjang oleh studi literatur. Teknik pengumpulan data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah observasi (observation), wawancara (interview), dan studi dokumentasi (study documentation).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa implementasi konsep balanced scorecard belum dilaksanakan sepenuhnya terutama pada perspektif pelanggan dan perspektif proses bisnis internal. Hal ini berpengaruh terhadap kinerja lembaga secara keseluruhan. Oleh karenanya, penulis menyarankan untuk menambah indikator-indikator kinerja yang dibutuhkan oleh lembaga ke dalam balanced scorecard sehingga keterkaitan antar perspektif kinerja dapat terukur berbanding lurus. Hal ini akan memudahkan dalam meningkatkan kinerja lembaga.
(6)
Sukmalinto, 2013
ABSTRACT
Sukmalinto (0607718), The Analysis of Institution Performance Measurement Based on Balanced Scorecard at Dompet Peduli Ummat Daarut
Tauhiid Bandung, under guidance of Askolani, SE., MM.
In the face of global economic challenges, people are often hit by the economic crisis affecting the economy of the community itself. The impact of poverty is an issue every year to look for and sought a solution. One solution is commanded in Islam is zakat, infak, and sedekah orders (ZIS). The presence of ZIS, management institutions of ZIS appeared who known as Lembaga Amil Zakat (LAZ), however need to be considered regarding the performance of these institutions so that the public believes the ZIS funds entrusted to be delivered to the beneficiary. Based on the observation of the researcher to LAZ Dompet Peduli Ummat Daarut Tauhiid Bandung, there is instability in the performance of these institutions has decreased even by looking at the collection and disbursement of funds of the institution. One method of used in measuring institution performance is Balanced Scorecard with measure performance from four perspectives, that is: financial perspective, customer perspective, internal business process perspectives, and learning and growth perspective.
Based on these problems then conducted research on the analysis of Performance Measurement Based on Balanced Scorecard at Dompet Peduli Ummat Daarut Tauhiid Bandung. The purpose of this study is to know the implementation of the concept of institution performance measurement based on balanced scorecard, determination of key performance indicators of institution on balanced scorecard, institution performance, and the relationship between the perspective of the balanced scorecard at Dompet Peduli Ummat Daarut Tauhiid Bandung.
The method used in this research is to use the method descriptive study using a qualitative approach and supported by the literature. Data collection techniques used in this study is the observation, interviews, and study documentation.
The results showed that the implementation of the balanced scorecard concept has not been fully implemented, especially in the customer perspective and the internal business process perspective. This affects the overall performance of the institution. Therefore, researchers suggested to add the performance indicators required by the institution to the balanced scorecard so that the relationship between perspectives performance can be measured directly proportional. This will facilitate in improving institution performance.
(7)
DAFTAR ISI
ABSTRAK ... i
ABSTRACT ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR ISI ... vii
DAFTAR TABEL ... x
DAFTAR GRAFIK ... xi
DAFTAR GAMBAR ... xii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang Penelitian ... 1
1.2 Fokus Penelitian ... 6
1.3 Rumusan Masalah ... 7
1.4 Tujuan Penelitian ... 7
1.5 Manfaat Penelitian ... 8
BAB II STUDI KEPUSTAKAAN ... 9
2.1 Kinerja ... 9
2.1.1 Konsep Kinerja... 9
2.1.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja ... 11
2.1.3 Indikator Kinerja ... 13
2.2 Pengukuran Kinerja ... 15
2.2.1 Konsep Pengukuran Kinerja ... 16
2.2.2 Aspek-Aspek Utama Dalam Pengukuran Kinerja ... 17
2.2.3 Hambatan Sistem Pengukuran Kinerja ... 18
2.2.4 Model Sistem Pengukuran Kinerja ... 20
2.3 Balanced Scorecard ... 21
2.3.1 Konsep Balanced Scorecard ... 26
2.3.2 Balanced Scorecard Sebagai Sebuah Sistem Manajemen ... 29
2.3.3 Empat Perspektif Dalam Balanced Scorecard ... 33
2.3.3.1 Perspektif Keuangan ... 35
2.3.3.2 Perspektif Pelanggan ... 38
2.3.3.1 Perspektif Proses Bisnis Internal ... 41
2.3.3.1 Perspektif Pertumbuhan dan Pembelajaran ... 42
(8)
Sukmalinto, 2013
BAB III METOGOLOGI PENELITIAN ... 47
3.1 Objek Penelitian ... 47
3.2 Metode Penelitian... 48
3.3 Instrumen Penelitian ... 52
3.4 Sampel Sumber Data ... 54
3.5 Teknik Pengumpulan Data ... 57
3.6 Rancangan Analisis Data dan Uji Keabsahan Data ... 64
3.6.1 Rancangan Analisis Data ... 64
3.6.2 Uji Keabsahan Data ... 67
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 71
4.1 Hasil Penelitian ... 71
4.1.1 Tinjauan Umum Objek Penelitian ... 71
4.1.1.1 Profil Lembaga ... 71
4.1.1.2 Landasan Hukum ... 73
4.1.1.3 Visi, Misi, dan Motto ... 73
4.1.1.4 Susunan Kepengurusan ... 78
4.1.1.5 Alamat Kantor ... 79
4.1.1.6 Nomor Rekening ... 81
4.1.1.7 Program-Program Umum ... 81
4.1.2 Gambaran Umum Proses Pengukuran Kinerja DPU DT Bandung ... 82
4.1.3 Kondisi Kinerja Dalam Perspektif Keuangan DPU DT Bandung ... 87
4.1.4 Kondisi Kinerja Dalam Perspektif Pelanggan DPU DT Bandung ... 90
4.1.5 Kondisi Kinerja Dalam Perspektif Proses Bisnis Internal DPU DT Bandung ... 93
4.1.6 Kondisi Kinerja Dalam Perspektif Pertumbuhan dan Pembelajaran DPU DT Bandung ... 100
4.2 Pembahsan Hasil Penelitian ... 105
4.2.1 Dinamika Perkembangan di DPU DT Bandung ... 105
4.2.2 Analisis Proses Pengukuran Kinerja DPU DT Bandung ... 108
4.2.3 Analisis Kinerja Dalam Perspektif Keuangan DPU DT Bandung ... 112
4.2.4 Analisis Kinerja Dalam Perspektif Pelanggan DPU DT Bandung ... 114
4.2.5 Analisis Kinerja Dalam Perspektif Proses Bisnis Internal DPU DT Bandung ... 116
4.2.6 Analisis Kinerja Dalam Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan DPU DT Bandung ... 119
(9)
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 122
5.1 Kesimpulan ... 122
5.2 Saran ... 123
(10)
Sukmalinto, 2013
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Daftar Lembaga Amil Zakat (LAZ) Kota Bandung Tahun
2012 ... 3
Tabel 1.2 Data Penghimpunan dan Penyaluran Dana ZIS DPU DT Bandung Tahun 2008 – 2012 ... 5
Tabel 2.1 Definisi Para Ahli Mengenai Kinerja ... 10
Tabel 2.2 Penentuan KPI Organisasi Nonprofit ... 14
Tabel 2.3 Ukuran Generik Scorecard ... 34
Tabel 2.4 Mengukur Tema Keuangan Strategis ... 36
Tabel 2.5 Penelitian Terdahulu Mengenai Pengukuran Kinerja Berbasis Balanced Scorecard ... 45
Tabel 4.1 Sasaran DPU DT Bandung Tahun 2013 ... 84
Tabel 4.2 Rencana Keuangan DPU DT Bandung Periode Januari – April 2013 ... 88
Tabel 4.3 Realisasi Keuangan DPU DT Bandung Periode Januari – April 2013 ... 89
Tabel 4.4 Rencana Pelanggan DPU DT Bandung Periode Januari – April 2013 ... 92
Tabel 4.5 Realisasi Pelanggan DPU DT Bandung Periode Januari – April 2013 ... 92
Tabel 4.6 Rencana Proses Bisnis Internal DPU DT Bandung Periode Januari - April 2013 ... 96
Tabel 4.7 Realisasi Proses Bisnis Internal DPU DT Bandung Periode Januari - April 2013 ... 98
Tabel 4.8 Rencana Pertumbuhan dan Pembelajaran DPU DT Bandung Periode Januari - April 2013 ... 102
Tabel 4.9 Realisasi Pertumbuhan dan Pembelajaran DPU DT Bandung Periode Januari - April 2013 ... 103
Tabel 4.10 Nilai Balanced Scorecard DPU DT Bandung Tahun 2013 ... 109
Tabel 4.11 Nilai Keuangan DPU DT Bandung Periode Januari - April 2013 ... 113
Tabel 4.12 Nilai Pelanggan DPU DT Bandung Periode Januari - April 2013 ... 115
Tabel 4.13 Nilai Proses Bisnis Internal DPU DT Bandung Periode Januari – April 2013 ... 117
Tabel 4.14 Nilai Pertumbuhan dan Pembelajaran DPU DT Bandung Periode Januari - April 2013 ... 119
(11)
DAFTAR GRAFIK
Grafik 1.1 Data Penghimpunan dan Penyaluran Dana ZIS DPU DT Bandung
Tahun 2008 – 2012 ... 5 Grafik 4.1 Kinerja DPU DT Bandung Periode Januari - April 2013 ... 110 Grafik 4.2 Kinerja Dalam Perspektif Keuangan DPU DT Bandung
Periode Januari - April 2013 ... 113 Grafik 4.3 Kinerja Dalam Perspektif Pelanggan DPU DT Bandung
Periode Januari - April 2013 ... 116 Grafik 4.4 Kinerja Dalam Perspektif Proses Bisnis Internal DPU DT
Bandung Periode Januari - April 2013 ... 118 Grafik 4.5 Kinerja Dalam Perspektif Pertumbuhan dan Pembelajaran DPU
(12)
Sukmalinto, 2013
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja ... 11 Gambar 2.2 Balanced Scorecard Memberi Kerangka Kerja Untuk
Penerjemahan Strategi ke Dalam Kerangka Operasional ... 25 Gambar 2.3 Bagan Balanced Scorecard; Translating Strategy into Action ... 28 Gambar 2.4 Balanced Scorecard Sebagai Suatu Kerangka Kerja
Tindakan
Strategis ... 29 Gambar 2.5 Bagan Balanced Scorecard: menuntut score di empat
pespektif
secara seimbang ... 34 Gambar 2.6 Perspektif Pelanggan – Ukuran Utama ... 39 Gambar 2.7 Proposisi Nilai Pelanggan ... 40 Gambar 2.8 Perspektif Proses Bisnis Internal – Model Rantai Nilai
Generik ... 41 Gambar 2.9 Kerangka Kerja Ukuran Pembelajaran dan Pertumbuhan ... 44 Gambar 3.1 Situasi Sosial ... 56
(13)
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat Keputusan Pengangkatan Pembimbing Lampiran 2 Surat Penelitian
Lampiran 3 Pedoman Observasi Lampiran 4 Pedoman Wawancara
Lampiran 5 Pedoman Studi Dokumentasi
Lampiran 6 Draft Balanced Scorecard DPU DT Bandung Lampiran 7 Struktur Organisasi DPU DT Bandung Lampiran 8 Foto Dokumentasi
Lampiran 9 Kartu Bimbingan Lampiran 10 Riwayat Hidup
(14)
Sukmalinto, 2013
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penelitian
Berdasarkan perkataan Ketua Badan Kependudukan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) dalam Diskusi dua mingguan Pimpinan BKKBN dengan Jurnalis dan sosialisasi lomba karya tulis bagi jurnalis, penulis media cetak, online dan radio di kantor BKKBN, Jakarta, Senin 25/02/2013 yang lalu bahwa penduduk Indonesia pada tahun 2013 diperkirakan berjumlah 250 juta jiwa, dan menurut Badan Pusat Statistik 28,59 juta diantaranya adalah penduduk miskin.
Masalah kemiskinan merupakan salah satu permasalahan yang cukup serius, hampir setiap tahunnya masih menjadi suatu permasalahan yang terus dicari dan diupayakan solusinya agar jumlahnya berkurang dan kalau bisa ditiadakan dari Negara ini. Pada September 2012 lalu jumlah kemiskinan menurun sejumlah 0,54 juta jiwa, hal ini patut disyukuri walau penurunannya tidak terlalu signifikan, namun hal ini masih harus tetap diupayakan untuk terus ditekan jumlahnya agar tercipta rakyat Indonesia yang makmur.
Masalah kemiskinan memanglah tanggung jawab Negara sebagai mana yang tercantum dalam Undang-undang 1945 pasal 34 ayat 1 yang mengatakan bahwa, fakir, miskin dan anak-anak terlantar dipelihara oleh negara. Namun, hal ini bukan berati menjadi tanggung jawab Negara seutuhnya, pada hakikatnya manusia adalah mahluk sosial yang saling membutuhkan dan saling tolong menolong, dalam islam hal ini dikenal dengan hablum minannas (hubungan antar
(15)
2
sesama manusia). Pertanyaannya adalah bagaimana kita sebagai manusia yang katanya makhluk sosial apalagi khususnya umat islam dalam mengoptimalkan potensi yang ada guna membantu pemerintah mengurangi jumlah penduduk miskin? Ajaran Nabi Muhammad SAW menurunkan perintah zakat, infak dan sedekah (ZIS) sebagai solusinya. ZIS inilah yang merupakan implementasi hubungan manusia dalam kehidupan manusia yang lainnya sebagai bagian dari ibadah dan sekaligus rasa kepedulian kepada sesama. Tujuan dari ZIS adalah supaya terjadinya pemerataan ekonomi dimana harta benda tidak hanya dikuasai oleh orang-orang yang sudah kaya saja.
Dewasa ini sudah banyak ditemukan lembaga-lembaga yang berkiprah dalam pengelolaan ZIS, baik formal maupun informal. Namun, dengan banyakya lembaga-lembaga ZIS belum dirasa optimal, karena kurangnya pemahaman dan aturan bagi para dermawan untuk menyalurkan sebagaian hartanya melalui amalan ZIS ini. Disamping itu pula banyak oknum-oknum masyarakat yang melakukan modus penipuan yang bertopeng lembaga ZIS demi meraup harta kekayaan dengan mudah dan cepat, sehingga hal ini membuat para dermawan khawatir dan tidak percaya. Seperti hal nya contoh kasus yang sempat beredar pada tahun 2010 tentang penipuan berkedok sedekah Ustadz Yusuf Mansur dimana penipuan ini berupa brosur/selebaran program sedekah berantai, contoh kasus ini dikutip dari Blogsite Ikhsan Permadi, sehingga para dermawan lebih memilih lembaga-lembaga yang sudah ada badan hukumnya dibanding degan lembaga yang masih belum berbadan hukum.
(16)
3
Sukmalinto, 2013
Berdasarkan wawancara kepada Bapak Dedi Zulkarnaen selaku Seksi Bimas Islam Departemen Agama (Depag) Kota Bandung pada tanggal 23 Mei 2013, permasalahan yang terjadi pada Lembaga Amil Zakat (LAZ) adalah dalam hal pendataan. Depag selaku badan pemerintah yang berwenang untuk mengawasi LAZ kesulitan dalam pengumpulan data karena data ZIS yang ada di LAZ tersebut belum tersusun dengan baik. Bahkan, sering terjadi penurunan data dana yang terhimpun secara drastis, namun dalam realisasinya terlihat normal. Sehingga banyak data yang tidak valid dalam pendataan Depag.
Berikut adalah daftar lembaga-lembaga amil zakat yang terdata resmi di Depag Kota Bandung:
Tabel 1.1 Daftar Lembaga Amil Zakat (LAZ) Kota Bandung
Tahun 2012
No. Nama LAZ Alamat
1. Dompet Peduli Ummat Daarut Tauhiid Jl. Geger kalong Girang No.32 Bandung
2. Dompet Dhuafa Republika Bandung Jl. Pasir Kaliki No.143 Bandung
3. Pondok Zakat Assalam Jl. Sasakgantung No.16 Bandung
4. BM. Hidayatullah Jl. Palad Jaya Raya No.36 Cikutra
Bandung
5. Rumah Yatim Jl. Terusan Jakarta No.241 Antapani
Bandung
6. Pusat Zakat Umat Jl. Perintis Kemerdekaan No.2-4
Bandung
7. Rumah Zakat Jl. Turangga No.25 c Bandung
8. Rumah Amal Salman ITB Jl. Ganesha No.7 Bandung
9. PKPU Bandung Jl. Gatot Subroto No. 46 B Bandung
10. Mujahidin Jl. Sancang No.6 Burangrang
Lengkong Bandung
(17)
4
Tabel 1.1 di atas menunjukkan daftar LAZ Kota Bandung yang terdata resmi di DEPAG Kota Bandung. Meskipun hanya 10 yang terdaftar, kemungkinan masih ada yang belum terdaftar. Masyarakat hendaknya dapat memilih dengan bijak dalam menentukan LAZ yang amanah. Daftar ini bisa menjadi prioritas untuk masyarakat dalam menyalurkan dana ZISnya.
Setelah mengetahui lembaga-lembaga ZIS yang resmi, hal yang menjadi pertanyaan apakah LAZ yang sudah resmi ini sudah optimal atau belum dalam pengelolaan kinerja lembaganya? Pengelolaan kinerja lembaga ini sangat berkaitan dengan tingkat keamanahan LAZ dalam penyaluran dananya untuk disampaikan kepada yang berhak menerima (mustahik).
Dari permasalahan-permasalahan yang sudah dikemukakan diatas, penulis tertarik membidik lembaga Dompet Peduli Umat Daarut Tauhiid Bandung (DPU DT Bandung) yang beralamatkan di Jl. Gegerkalong Girang No.32 Bandung sebagai objek penelitian. Sebagai pertimbangannya, penulis membidik objek lemabaga DPU DT Bandung ini karena DPU DT Bandung adalah lembaga pengelolaan ZIS yang sudah berbadan hukum sesuai dengan Undang-Undang RI No.38 tahun 1999 tentang pengelolaan zakat , SK Menteri Agama RI no.410 tahun 2004 tentang Legalitas DPU DT sebagai Laznas, SK Gubernur Jawa Barat no.541.12/Kep.846-Yansos/2002 tentang pengukuhan DPU DT sebagai Lazda, SK Pengurus Yayasan DT no.09/SK/C/YYS-DT/VIII/08 tentang perubahan Organisasi DPU DT, Akta Notaris: Dr. Wiratni Ahmadi, SH.No. 17, Tanggal 22 April 2004, dalam pelaksanaan pengelolaan Zakat, Infak dan Sedekahnya menggunakan balanced scorecard dalam pengukuran kinerja karyawannya dan
(18)
5
Sukmalinto, 2013
sudah bersertifikat ISO 9001:2008. Selain itu, menurut Bapak Dedi dalam pengumpulan data dana ZIS di DPU DT sangat mudah didapatkan karena sistem manajemen lembaganya sudah baik.
Namun disisi lain, DPU DT Bandung perlu memperbaiki kinerjanya secara berkesinambungan karena dana yang dihimpun dan disalurkan masih belum stabil dari beberapa tahun kebelakang. Seperti terlihat dalam data berikut:
Tabel 1.2 Data Penghimpunan dan Penyaluran Dana ZIS DPU DT Bandung
Tahun 2008 – 2012
TAHUN Dana yang Dihimpun (Rp) Dana yang Disalurkan (Rp)
2008 1.637.888.375 1.637.888.375
2009 649.637.725 649.637.725
2010 1.932.045.740 1.932.045.740
2011 884.652.987 884.652.987
2012 745.988.346 745.988.346
Sumber: Diolah dari Depag Kota Bandung, 2013
Dari data diatas dapat digambarkan pertumbuhan kinerja DPU DT Bandung melalui grafik berikut:
Grafik 1.1 Data Penghimpunan dan Penyaluran Dana ZIS DPU DT Bandung
(19)
6
Sumber: Diolah dari Depag Kota Bandung, 2013
Dari Tabel 1.2 dan Grafik 1.1 diatas menunjukkan bahwa penghimpunan dan penyaluran dana yang dilakukan oleh DPU DT Bandung belum stabil. Pada tahun 2009 mengalami penurunan yang drastis sehingga perlu adanya peningkatan kinerja. Sedangkan pada tahun 2010 kembali naik drastis diatas dana yang dihimpun dan disalurkan pada tahun 2008. Namun, pada tahun 2011 kembali mengalami penurunan, bahkan di tahun 2012 juga mengalami penurunan.
Dari data ini dapat dikatakan bahwa kinerja DPU DT Bandung mengalami penurunan yang signifikan melihat penghimpunan dan penyaluran dana ZIS dua tahun kebelakang. Hal ini perlu diteliti penyebab penurunannya berdasarkan kinerja lembaga tersebut. Maka dari itu disini penulis mengangkat skripsi yang berjudul “Analisis Pengukuran Kinerja Lembaga Berbasis Balanced
Scorecard di Dompet Peduli Ummat Daarut Tauhiid Bandung.”
1.2 Fokus Penelitian
Dari beberapa masalah yang telah dikemukakan pada bagian latar belakang, dimulai dari jumlah penduduk miskin yang berada di Indonesia, kurang optimalnya potensi zakat, kurang fahamnya para muzakki (orang yang berzakat) atau para dermawan akan ilmu ZIS, dan aturan pelaksanaan ibadah ZIS, kehawatiran para dermawan akan penipuan yang bertopeng ZIS, sampai kinerja Lemabaga Pengelolaan ZIS itu sendiri.
(20)
7
Sukmalinto, 2013
Disini penulis akan memfokuskan penelitian pada implementasi balanced scorecard yang digunakan dalam pengukuran kinerja lembaganya di DPU DT Bandung.
1.3 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka penulis merumuskan permasalahan yaitu:
1. Bagaimana implementasi konsep pengukuran kinerja lembaga berbasis balanced scorecard di DPU DT Bandung?
2. Bagaimana penentuan indikator kinerja utama lembaga dalam balanced scorecard di DPU DT Bandung?
3. Bagaimana kinerja lembaga DPU DT Bandung?
4. Bagaimana hubungan antar perspektif dalam balanced scorecard di DPU DT Bandung?
5. Adakah nilai lebih dalam implementasi pengukuran kinerja lembaga berbasis balanced scorecard di DPU DT Bandung?
1.4 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui implementasi konsep pengukuran kinerja lembaga berbasis balanced scorecard di DPU DT Bandung.
2. Untuk mengetahui penentuan indikator kinerja utama lembaga dalam balanced scorecard di DPU DT Bandung.
(21)
8
3. Untuk mengetahui kinerja lembaga DPU DT Bandung.
4. Untuk mengetahui hubungan antar perspektif dalam balanced scorecard di DPU DT Bandung.
5. Untuk mengetahui nilai lebih dalam implementasi pengukuran kinerja lembaga berbasis balanced scorecard di DPU DT Bandung.
1.5 Manfaat Penelitian
Setelah selesainya penelitian yang telah dilaksanakan diharapkan penelitian ini mempunyai kegunaan sebagai berikut:
a. Manfaat Teoritis (keilmuan)
Mengembangkan ilmu pengetahuan manajemen agar terus berupaya menyiapkan, menyempurnakan dan mencari strategi-strategi baru yang tepat dan terencana dengan baik untuk menjadikan lembaga-lembaga mampu bertahan dan adaptif dalam menyesuaikan dengan perkembangan zaman. b. Manfaat Praktis (guna laksana)
1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan saran alternatif tentang implementasi balanced scorecard yang lebih baik dan dapat berpengaruh pada peningkatan kinerja karyawan yang pada akhirnya dapat tercapainya tujuan organisasi yang diharapkan.
2. Dapat diterapakan di lembaga-lembaga ZIS lainnya baik yang belum berbadan hukum, sedang berproses berbadan hukum, maupun yang telah berbadan hukum untuk meningkatkan dan terus mengembangan
(22)
potensi-9
Sukmalinto, 2013
potensi kinerja lembaga yang dikelolanya untuk mendulang prestasi yang sangat unggul serta bermanfaat bagi umat.
(23)
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Objek Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Dompet Peduli Ummat Daarut Tauhiid Bandung, yang berada di Jl. Gegerkalong Girang No.32 Bandung (40154), Jawa Barat, Indonesia. Telp./ Fax. 022- 2021862, 2021861, 70775632- 70017002. Website: www.dpu-online.com dan e-mail: [email protected].
Dompet Peduli Ummat (DPU DT) merupakan lembaga nirlaba milik masyarakat yang bergerak di bidang penghimpunan (fundraising) dan pendayagunaan dana ZIS (Zakat, Infak, dan Sedekah) serta dana lainnya yang halal dan legal dari perorangan, kelompok, perusahaan atau lembaga. Didirikan pada 16 Juni 1999 oleh KH. Abdullah Gymnastiar (Aa Gym) sebagai bagian dari Yayasan Daarut Tauhiid dengan tekad menjadi LAZ yang Amanah, Profesional dan Akuntabel.
Berawal dari Rapat Pengurus Yayasan bahwa perlu ada peningkatan kinerja Badan Pengelola Zakat, Infak dan Sedekah (ZIS) secara profesional. Untuk itu, diperlukan juga strategi-strategi baru yang efektif dan efisien dalam mengelola dana yang dihimpun dari ZIS, sehingga pada gilirannya dapat menjadi suatu kekuatan ekonomi masyarakat. Berangkat dari hal ini, maka Yayasan Daarut Tauhiid memutuskan untuk mendirikan Dompet Peduli Ummat (DPU). Maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian di DPU DT Bandung dengan judul
(24)
48
Sukmalinto, 2013
“Analisis Pengukuran Kinerja lembaga Berbasis Balanced Scorecard di Dompet Peduli Ummat Daarut Tauhiid Bandung”.
3.2 Metode Penelitian
Riduwan (2012:1) berpendapat bahwa “penelitian ialah suatu cara ilmiah untuk memecahkan suatu masalah dan untuk menembus batas-batas ketidaktahuan
manusia.” Dan secara umum Sukmadinata (2011:5) menjelaskan bahwa
“penelitian diartikan sebagai suatu proses pengumpulan dan analisis data yang
dilakukan secara sistematis dan logis untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu.” Adapun menurut Sugiyono (2012:3), “secara umum metode penelitian diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan
tertentu.”
Jadi, metode penelitian merupakan serangkaian cara atau strategi yang digunakan dalam pelaksanaan kegiatan penelitian yang dilandasi oleh asumsi-asumsi dasar, pertanyaan, dan permasalahan yang dihadapi dengan mengacu pada tujuan yang telah dirumuskan.
Berdasarkan judul penelitian, maka metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif.
Suyatna (2002:14) menjelaskan bahwa “penelitian deskriptif mencakup segala macam penelitian yang tidak termasuk penelitian historis dan eksperiment.” Dan beliau pun menegaskan pula bahwa “tujuan penelitian deskriptif adalah untuk memberikan (mendeskripsikan), yakni membuat gambaran secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat populasi
(25)
49
atau daerah tertentu.” Sejalan dengan pendapat tersebut, Sukmadinata (2011:18) menyebutkan bahwa:
Penelitian deskriptif ditujukan untuk mendeskripsikan suatu keadaan atau fenomena-fenomena apa adanya. Dalam studi ini peneliti tidak melakukan manipulasi atau memberikan perlakuan-perlakuan tertentu terhadap objek penelitian, semua kegiatan atau peristiwa berjalan seperti apa adanya.
Metode deskriptif ini dimaksudkan untuk memperoleh informasi secara faktual dan alami di Dompet Peduli Ummat Daarut Tauhiid Bandung, dengan cara mengidentifikasi gejala-gejala serta masalah-masalah yang terjadi di lingkungan organisasi tersebut, serta mendeskripsikan implementasi pengukuran kinerjanya berbasis balanced scorecard dengan keempat perspektif didalamnya tanpa diberikan perlakuan tertentu oleh peneliti.
Berdasarkan pada metode penelitian yakni deskriptif, maka pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini ialah pendekatan kualitatif. Secara singkatnya Bogdan dan Taylor (Moleong, 2012:4) mendefinisikan pendekatan kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Dan Sukmadinata (2011:60) mendefinisikan bahwa:
Penelitian kualitatif (qualitative research) adalah suatu penelitian yang ditunjukan untuk mendeskripsikan dan menganalisis fenomena, peristiwa, aktivitas sosial, sikap, kepercayaan, persepsi, pemikiran orang secara individual maupun kelompok.
Sedangkan Sugiyono (2012:15) berpendapat yakni:
Pendekatan kualitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, pengambilan sampel sumber data dilakukan secara purposive dan snowball, teknik pengumpulan dengan triangulasi (gabungan),
(26)
50
Sukmalinto, 2013
analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari pada generalisasi.
Dan lebih jelasnya Moleong (2012:6) mensintesiskan bahwa:
Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain-lain., secara holistik, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah.
Adapun Nasution (1996:5) menjelaskan bahwa “penelitian kualitatif pada hakekatnya ialah mengamati orang dalam lingkungan hidupnya, berinteraksi dengan mereka, berusaha memahami bahasa dan tafsiran mereka tentang dunia
sekitarnya.” Bahkan masih menurut Nasution (1996:9), penelitian kualitatif disebut juga penelitian naturalistic. Disebut kualitatif karena sifat data yang dikumpulkan yang bercorak kualitatif, bukan kuantitatif, karena tidak menggunakan alat-alat pengukur. Disebut naturalistic, karena situasi lapangan penelitian bersifat natural atau wajar, sebagaimana adanya, tanpa dimanipulasi, diatur dengan eksperimen atau tes.
Nasution (1996:19) pun mengemukakan bahwa ada 16 ciri penelitian kualitatif, yakni:
1. Penelitian dilakukan dalam natural setting, 2. Peneliti sebagai human instrument,
3. Sangat deskriptif,
4. Mementingkan proses maupun produk, 5. Mencari makna,
6. Mengutamakan data first hand, 7. Melakukan triangulasi,
(27)
51
8. Menonjolkan konteks,
9. Peneliti berkedudukan sama dengan orang yang diteliti, 10. Mengutamakan pandangan emic,
11. Mengadakan verifikasi, antara lain melalui kasus negative, 12. Melakukan purposive sampling,
13. Melakukan audit trail,
14. Melakukan partisipasi tanpa mengganggu (unobtrusive), 15. Mengadakan analisis sejak awal,
16. Disain yang emergent.
Artinya, penelitian dengan menggunakan pendekatan kualitatif ini dimaksudkan bahwa peneliti melakukan penelitian langsung ke lapangan untuk memperoleh data secara menyeluruh (holistic) dari sumber data yang diamati secara faktual atau alamiah, baik dengan cara mengamati gejala dan permasalahan yang ada, maupun mengamati kejadian dan perilaku sosial. Lalu dilakukan analisis data supaya menghasilkan informasi yang dibutuhkan dengan berpegang pada teori dan konsep yang telah dikaji sebelumnya.
Jadi, penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif dalam menganalisis implementasi pengukuran kinerja lembaga berbasis balanced scorecard di Dompet Peduli Ummat Daarut Tauhiid Bandung. Peneliti pun mengamati hal-hal lain yang berkaitan dengan implementasi balanced scorecard tersebut, seperti karyawan, sarana prasarana, dan lain-lain.
(28)
52
Sukmalinto, 2013
3.3 Instrumen Penelitian
Dalam penelitian kulitatif, yang menjadi instrumen utama dalam penelitian adalah peneliti itu sendiri yang disebut human instrument. Hal ini sebagaimana diungkapkan oleh Nasution (1996:9) bahwa “peneliti dalam penelitian naturalistik adalah sebagai instrumen penelitian. Peneliti adalah key instrument atau alat
penelitian utama.” Bahkan Nasution (1996:55) menegaskan bahwa:
Dalam penelitian naturalistic tidak ada pilihan lain daripada menjadikan manusia sebagai instrumen penelitian utama. Alasannya ialah bahwa segala sesuatu belum mempunyai bentuk yang pasti. Masalah, fokus penelitian, prosedur penelitian, data yang akan dikumpulkan, hipotesis yang digunakan, bahkan hasil yang diharapkan, itu semuanya tidak dapat ditentukan secara pasti dan jelas sebelumnya. Segala sesuatu masih perlu dikembangkan sepanjang penelitian itu. Dalam keadaan yang serba tak pasti dan jelas itu tidak ada pilihan lain dan hanya peneliti itu sendiri satu-satunya alat yang dapat menghadapinya.
Selanjutnya Sugiyono (2012:306) menambahkan tentang fungsi dari human instrument, yakni:
Peneliti kualitatif sebagai human instrument, berfungsi menetapkan fokus penelitian, memilih informan sebagai sumber data, melakukan pengumpulan data, analisis data, menafsirkan data dan membuat kesimpulan atas temuannya.
Di samping itu, Nasution (1996:55-56) menyebutkan bahwa peneliti sebagai instrumen penelitian mempunyai ciri-ciri sebagai berikut.
1. Peneliti sebagai alat, peka dan dapat bereaksi terhadap segala stimulus dari lingkungan yang harus diperkirakannya bermakna atau tidak bagi penelitian. 2. Peneliti sebagai alat, dapat menyesuaikan diri terhadap semua aspek keadaan
(29)
53
3. Tiap situasi merupakan keseluruhan. Tidak ada suatu instrumen berupa tes atau angket yang dapat menangkap keseluruhan situasi, kecuali manusia. 4. Suatu situasi yang melibatkan interaksi manusia, tidak dapat difahami dengan
pengetahuan semata. Untuk memahaminya kita perlu sering merasakannya, menyelaminya berdasarkan penghayatan kita.
5. Peneliti sebagai instrumen dapat segera menganalisis data yang diperoleh. Ia dapat menafsirkannya, melahirkan hipotesis dengan segera untuk menentukan arah pengamatan, untuk men-test hipotesis yang timbul seketika.
6. Hanya manusia sebagai instrument dapat mengambil kesimpulan berdasarkan data yang dikumpulkan pada suatu saat dan segera menggunakannya sebagai balikan untuk memperoleh penegasan, perubahan, perbaikan, atau penolakan. 7. Manusia sebagai instrumen, dapat memperhatikan respon yang aneh atau
menyimpang. Respon yang lain daripada yang lain, bahkan yang bertentangan dipakai untuk mempertinggi tingkat kepercayaan dan pemahaman mengenai aspek yang diteliti.
Selanjutnya, Satori dan Komariah (2009:67) mengungkapkan bahwa kekuatan peneliti sebagai human instrument adalah sebagai berikut.
1. Kekuatan akan pemahaman metodologi kualitatif dan wawasan bidang profesinya.
2. Kekuatan dari sisi personality.
3. Kekuatan dari sisi kemampuan hubungan sosial (Human Relation). 4. Kekuatan dari sisi keterampilan berkomunikasi.
(30)
54
Sukmalinto, 2013
Jadi sangat jelas bahwa peneliti dalam penelitian kualitatif sebagaimana yang telah diungkapkan oleh beberapa ahli di atas, merupakan unsur utama karena dari awal perencanaan, penyususnan, proses penelitian, sampai pada tahap akhir pelaporan, penelitilah yang berperan penting dalam memahami metodologi kualitatif yang digunakan serta proses terlaksananya sebuah penelitian. Peneliti pula yang secara aktif terjun langsung melakukan pengamatan dan wawancara kepada pihak terkait dengan berbekal wawasan yang telah peneliti persiapkan terlebih dahulu.
Di samping itu, hanya manusia yang dapat merasakan, memahami, menafsirkan, dan mengungkap makna yang tersirat baik dari kata-kata, perilaku, mimik, maupun isyarat dari responden. Bahkan alat-alat seperti rekaman atau kamera pun akan dapat berfungsi apabila digunakan oleh peneliti guna memperkuat data yang diperoleh.
3.4 Sampel Sumber Data
Dalam penelitian kualitatif berbeda dengan penelitian kuantitatif yang menggunakan istilah populasi dan sampel, karena dalam penelitian kualitatif istilah subjek populasi atau sampel penelitian disebut dengan sumber data. Sebagaimana Arikunto (2010:172) menjelaskan bahwa:
Sumber data dalam penelitian adalah subjek darimana data dapat diperoleh. Apabila peneliti menggunakan kuesioner atau wawancara dalam pengumpulan datanya, maka sumber data disebut responden, yaitu orang yang merespon atau menjawab pertanyaan peneliti, baik pertanyaan tertulis maupun lisan. Apabila peneliti menggunakan teknik observasi, maka sumber data bisa berupa benda, gerak, atau proses sesuatu. Apabila peneliti menggunakan dokumentasi, maka dokumen atau catatanlah yang menjadi
(31)
55
sumber data, sedangkan isi catatan adalah subjek penelitian atau varibel penelitian.
Oleh karena itu, dilihat dari sumber data di atas maka Arikunto (2010:172) menyimpulkan sumber data itu dapat di klasifikasikan ke dalam tiga tingkatan, yakni.
1. Person (orang), yaitu sumber data yang bisa memberikan jawaban lisan melalui wawancara atau jawaban tertulis melalui angket.
2. Place (tempat), yaitu sumber data yang menyajikan tampilan berupa keadaan diam (seperti: ruangan, wujud benda, dan lainnya) dan bergerak (seperti: aktivitas atau kegiatan, kinerja, dan lainnya).
3. Paper (simbol), yaitu sumber data yang menyajikan tanda-tanda berupa huruf, angka-angka, gambar, dan simbol lainnya.
Selain itu, Spradley (Sugiyono, 2012:297) menjelaskan dalam penelitian kualitatif tidak menggunakan istilah populasi, tetapi dinamakan situasi sosial (social situation) yang terdiri atas tiga elemen yaitu: tempat (place), pelaku (actors), dan aktivitas (activity) yang berinteraksi secara sinergis.
1. Place atau tempat dimana interaksi dalam situasi sosial berlangsung. 2. Actors, pelaku atau orang yang sedang memainkan peran tertentu.
3. Activity atau kegiatan yang dilakukan oleh actor dalam situasi sosial yang sedang berlangsung.
Kedua pendapat di atas pada intinya memiliki maksud yang sama, yakni penelitian kualitatif tidak menggunakan populasi atau sampel, karena subjek penelitian ini disebut dengan sumber data yang terangkum dalam social situation yang terdiri dari tiga elemen dan merupakan satu kesatuan utuh yang saling
(32)
56
Sukmalinto, 2013
berhubungan, sehingga tidak dapat dipastikan mana yang disebut dengan populasi atau sampel penelitian seperti dalam penelitian kuantitatif.
Sumber data yang peneliti jadikan sebagai subjek penelitian dan terangkum dalam social situation yang terdiri dari tiga elemen, yakni:
1. Lembaga Dompet Peduli Ummat Daarut Tauhiid Bandung sebagai tempat penelitian (place)
2. Direktur utama, manajer sekretariat lembaga, direktur bidang dan beberapa pihak terkait lainnya merupakan actors
3. Seluruh aktivitas karyawan yang tercover dalam implementasi pengukuran kinerja lembaga berbasis balanced scorecard yang merupakan aktifitas dalam social situation.
Dari ketiga elemen tersebut, peneliti visualisasikan dalam diagram berikut ini:
Place/tempat:
Actor/orang: Activity/aktifitas:
Gambar 3. 1. Situasi Sosial (Sugiyono, 2012:298) Social
situation DPU DT Bandung
Direktur utama, manajer sekretariat, direktur bidang dan pihak terkait lainnya.
Aktifitas karyawan melalui implementasi
(33)
57
3.5 Teknik Pengumpulan Data
Teknik yang digunakan dalam mengumpulkan data ialah teknik purposive sampling. Menurut Nasution (1996:29) bahwa:
sampling ialah pilihan peneliti aspek apa dari peristiwa apa dan siapa dijadikan fokus pada saat dan situasi tertentu dan karena itu dilakukan terus menerus sepanjang penelitian. Sampling bersifat purposif yakni bergantung pada tujuan fokus pada suatu saat.
Lebih jelasnya Sugiyono (2012:124) menyebutkan bahwa “purposive sampling adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu.”
Sedangkan Moleong (2012:224) menjelaskan bahwa “maksud sampling dalam penelitian kualitatif ialah menjaring sebanyak mungkin informasi dari berbagai macam sumber dan bangunannya (constructions)”
Oleh karena itu, teknik purposive sampling digunakan oleh peneliti guna mengumpulkan data dan informasi dari para informan dan sumber data lainnya dengan disesuaikan pada tujuan dan kebutuhan data-data yang ingin diperoleh.
Selanjutnya, jenis data yang akan dikumpulkan termasuk ke dalam data kualitatif, karena seperti telah dibahas sebelumnya bahwa dalam penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif.
Adapun definisi dari data kualitatif sebagaimana yang dijelaskan oleh Riduwan (2012:5) adalah “data yang berhubungan dengan kategorisasi, karakteristik berwujud pertanyaan atau berupa kata-kata.” Bahkan menurut beliau data kualitatif ini biasanya diperoleh melalui wawancara dan bersifat subjektif, yakni penafsiran dari data ini akan berbeda-beda apabila ditafsirkan oleh orang yang berbeda pula, karena dalam hal ini akan tergantung pada beberapa faktor yang memepengaruhi sudut pandang orang tersebut.
(34)
58
Sukmalinto, 2013
Membahas mengenai teknik pengumpulan data, karena metode dan pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif, maka pengumpulan data akan dilakukan pada natural setting (kondisi yang alamiah), sumber data primer, dan teknik pengumpulan data yang digunakan lebih banyak pada observasi berperanserta (participant observation) dan wawancara mendalam (in dept interview) dan dokumentasi (Sugiyono, 2012:309).
Jadi untuk memperoleh data yang dibutuhkan oleh peneliti, maka instrumen yang digunakan dalam penelitian pun beragam, yakni instrumen observasi, wawancara, studi dokumentasi, dan triangulasi/gabungan. Dan instrumen ini akan peneliti paparkan satu persatu sebagai berikut.
1. Observasi
Berbicara mengenai observasi, maka akan langsung tertuju pada pengamatan, karena dalam observasi ini peneliti dituntut untuk mengamati setiap kegiatan atau aktivitas serta situasi dan kondisi di lapangan. Namun, terkadang istilah observasi sering diidentikkan hanya pada satu indera yakni indera penglihatan (mata), padahal dalam pengamatan itu diperlukan kerjasama dari seluruh indera. Sebagaimana dipertegas oleh Suyatna (2002:20) yang
menyebutkan bahwa “teknik pengumpulan data dengan observasi tidak hanya terbatas pada penggunaan indera penglihatan saja, akan tetapi meliputi kegiatan pemusatan perhatian terhadap sesuatu obyek dengan menggunakan seluruh alat
indera.”
Dilihat dari asal muasalnya, teknik pengumpulan data dengan observasi menurut Nasution (1996:56) adalah:
(35)
59
Dasar semua ilmu pengetahuan. Para ilmuwan hanya dapat bekerja berdasarkan data, yaitu fakta mengenai dunia kenyataan yang diperoleh melalui observasi. Data itu dikumpulkan dengan berbagai alat, di antaranya alat yang sangat canggih, sehingga dapat diobservasi benda yang sekecil-kecilnya atau yang sejauh-jauhnya di jagat raya. Namun betapapun canggihnya alat yang digunakan, tujuannya satu, yakni mengumpulkan data melalui observasi.
Masih menurut Nasution (1996:66), bahwa cara kerja dari observasi
sebagai alat pengumpul data, “yakni dengan melihat dan mendengarkan.”
Sedangkan Hadi (Sugiyono, 2012:203) mengemukakan bahwa observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari pelbagai proses biologis dan psikologis. Dua di antara yang terpenting adalah proses-proses pengamatan dan ingatan. Bahkan Marshall (Sugiyono, 2012:3010) menyatakan bahwa through observation, the researcher learn about behavior and the meaning attached to those behavior. Melalui observasi, peneliti belajar tentang perilaku, dan makna dari perilaku tersebut.
Namun, observasi sebagai teknik pengumpulan data mempunyai ciri spesifik bila dibandingkan dengan teknik lainnya. Karena observasi tidak terbatas pada perilaku, kegiatan, dan proses kerja para responden, tetapi juga objek-objek lingkungan alam sekitar yang memang perlu dan dapat diamati, didengar, atau dirasakan oleh peneliti guna menambah bahan dalam pengumpulan data.
Maka dalam hal ini Faisal (Sugiyono, 2012:310) mengklasifikasikan observasi menjadi tiga bagian, yakni observasi berpartisipasi (participant observation), observasi yang secara terang-terangan dan tersamar (overt observation and covert observation), dan observasi yang tak berstruktur (unstructured observation). Selanjutnya, Spradley membagi observasi
(36)
60
Sukmalinto, 2013
berpartisipasi menjadi empat yaitu pasive participation, moderate participation, active participation, dan complete participation (Sugiyono, 2012:310).
Peneliti dalam penelitian ini berperan sebagai moderat participant observation. Menurut Sugiyono (2012:204), peneliti dalam konteks ini memiliki keterlibatan langsung dengan orang-orang yang sedang diamati sebagai sumber data penelitian, karena peneliti ikut serta dalam setiap kegiatan yang diselenggarakan dan dilakukan oleh para responden. Sehingga peneliti dapat dengan mudah melihat, menemukan, merasakan, dan memahami gejala-gejala yang terjadi di dalamnya.
Senada dengan pendapat di atas, Stainback (Sugiyono, 2012:311)
menyatakan bahwa “in participant observation, the researcher observes what people do, listent to what they say, and participates in their activities.”
Dalam pengumumpulan data melalui instrumen observasi ini, peneliti melakukan pengamatan untuk memperoleh dan mengumpulkan data dari tempat yang dijadikan objek penelitian, sumber data primer (actors), dan peneliti ikut terlibat langsung ke dalam kegiatan dan aktivitas yang dilakukan oleh para karyawan yang telah disusun dalam implementasi pengukuran kinerja lembaga berbasis balanced scorecard di DPU DT Bandung. Namun, tidak semua kegiatan yang diselenggarakan di sana diikuti secara keseluruhan oleh peneliti. Bahkan dalam prosesnya, peneliti melakukan pengamatan tidak hanya dengan mengandalkan panca indera saja, akan tetapi dibantu dengan alat tulis seperti: catatan lapangan dan alat-alat elektronik seperti: kamera digital dan video
(37)
61
rekaman. Maksudnya adalah untuk memperkuat hasil data yang nanti akan atau sudah dianalisis.
2. Wawancara
Definisi wawancara (interview) sebagaimana dikemukakan oleh Moleong (2012:186) adalah:
Percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara (interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu.
Senada dengan pendapat tersebut, Suyatna (2002:20) mendefinisikan
bahwa “interview adalah wawancara untuk memperoleh informasi/data dari obyek
yang diteliti dalam suatu penelitian.” Selain itu, Sugiyono (2012:194) berpendapat
bahwa “wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti
ingin melakukan studi pendahuluan ataupun ingin mengetahui hal-hal dari
responden yang lebih mendalam terkait permasalahan yang dihadapi.”
Jadi, sangat jelas bahwa wawancara akan sangat membantu peneliti dalam mengumpulkan data, khususnya data-data yang tidak dapat diperoleh melalui observasi dan instrumen lainnya.
Adapun wawancara menurut Esterberg (Sugiyono, 2012:319) terdiri atas tiga macam, yakni wawancara terstruktur, semi terstruktur, dan tidak terstruktur.
Dalam hal ini, peneliti melakukan wawancara dengan dua macam wawancara, yaitu wawancara terstruktur dan tidak terstruktur. Karena untuk pertanyaan yang berkaitan dengan perspektif dalam balanced scorecard, maka akan diberikan pertanyaan terstruktur supaya memperoleh data yang akurat. Sedangkan untuk memperoleh data yang lebih mendalam digunakan wawancara
(38)
62
Sukmalinto, 2013
tidak terstruktur, supaya para informan pun bisa mengemukakan pendapatnya sesuai dengan sudut pandang masing-masing.
Wawancara dilakukan untuk mengumpulkan informasi dari sumber data atau informan dengan bertanya langsung kepada beberapa pihak terkait, yakni direktur utama yang berperan sebagai pimpinan lembaga, manajer sekretariat yang dalam hal ini bertanggung jawab dalam teknis pelaksanaan balanced scorecard, direktur bidang, karyawan lainnya, serta pihak lain yang ada di dalamnya. Selama proses wawancara, peneliti tidak akan terlaku terfokus dalam kegiatan mencatat informasi yang dikemukakan oleh informan, karena hal itu dapat mengganggu suasana selama proses wawancara terjadi. Oleh karena itu, peneliti menggunakan alat bantu perekam suara atau video, tapi tetap menggunakan alat mencatat. Karena dimungkinkan ada hal-hal yang tidak dapat terekam suara maupun video, tetapi hal itu hanya dapat dirasakan atau diamati langsung oleh peneliti, seperti sikap, perilaku, mimik wajah atau suara dari para informan. Selanjutnya, hasil dari wawancara itu langsung peneliti tuangkan dalam bentuk tulisan atau berupa catatan lapangan dengan mendeskripsikan informasi yang telah diperoleh dari responden yang menghasilkan data atau bahan mentah.
Disamping itu, catatan dalam wawancara tetap diperlukan karena data yang dikumpulkan ada yang bersifat verbal dan non verbal. Sebagaimana dipertegas oleh Nasution (1996:69-70) yang menjelaskan tentang data yang bersifat verbal ini kaya akan informasi sehingga akan dengan mudah direkam melalui alat elektronik dan ditulis dalam catatan, sedangkan data non verbal biasanya berisi konteks yang berupa pesan-pesan yang dipengaruhi kebudayaan,
(39)
63
seperi isyarat yang disampaikan melalui gerak-gerik tubuh ataupun spontanitas-spontanitas dari para informan. Yang pada dasarnya kedua hal tersebut amat penting untuk memahami makna kata-kata atau ucapan dalam wawancara.
3. Studi Dokumentasi
Dalam studi dokumentasi, peneliti melakukan kajian-kajian pada dokumen-dokumen yang telah ada di lembaga tersebut. Menurut Sugiyono (2012:329) dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Biasanya dokumen ini berupa tulisan seperti catatan harian, sejarah kehidupan, ceritera, biografi, peraturan, kebijakan, dan lainnya; berupa gambar seperti foto, gambar hidup, sketsa, bagan, dan lainnya; atau berbentuk karya seperti karya seni baik berupa gambar, film, dan sebagainya. Sedangkan menurut Nasution (1996:85), dokumen itu terdiri atas dua hal yakni tulisan pribadi seperti buku harian, surat-surat, dan dokumen resmi.
Kajian ini dimaksudkan untuk menganalisis isi dari dokumen yang ada, sehingga dari hasil kajian ini akan menghasilkan informasi yang akan menunjang data yang dihasilkan dari observasi dan wawancara. Sehingga, data-data yang diperoleh nantinya bisa lebih kredibel.
Jadi peneliti akan mencari dokumen-dokumen yang berkaitan dengan sejarah lembaga, visi dan misi, struktur organisasi/kepengurusan, jumlah karyawan, program-program yang telah dibuat, khususnya program pengukuran kinerja lembaga berbasis balanced scorecard, serta dokumen lain yang diperlukan terkait dengan penelitian di DPU DT Bandung.
(40)
64
Sukmalinto, 2013 4. Triangulasi
Sugiyono (2012:330) mengartikan triangulasi “sebagai pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber
data yang telah ada.” Selain itu, Stainback (Sugiyono, 2012:330) menyatakan bahwa tujuan dari triangulasi bukan untuk mencari kebenaran tentang beberapa fenomena, tetapi lebih pada peningkatan pemahaman peneliti terhadap apa yang telah ditemukan. Jadi dalam hal ini, peneliti tidak hanya mengumpulkan data dari lapangan, akan tetapi melakukan kredibilitas data, yaitu mengecek kredibilitas data dari berbagai teknik pengumpulan data dan berbagai sumber data. Tujuannya untuk memahami lebih mendalam makna yang terkandung dari semua data yang telah diperoleh dari berbagai teknik dan sumber data terkait.
3.6 Rancangan Analisis Data dan Uji Keabsahan Data 3.6.1 Rancangan Analisis Data
Menurut Sugiyono (2012:336) “analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan sejak sebelum memasuki lapangan, selama di lapangan, dan setelah
selesai di lapangan.” Analisis data sangatlah diperlukan karena pada tahap ini peneliti akan mempelajari dan mengolah data-data dengan berbagai guna menemukan hal-hal yang diperlukan dalam penelitian. Sebagaimana dikemukakan oleh Nasution (1996:126) bahwa “analisis adalah proses menyusun data agar
(41)
65
dapat ditafsirkan”, sedangkan tafsiran atau interpretasi itu sendiri diartikan oleh
Nasution yakni “memberikan makna kepada analisis, menjelaskan pola atau
kategori, mencari hubungan antara berbagai konsep”.
Sedangkan Bogdan dan Biklen (Moleong, 2012:248) berpendapat bahwa analisis data kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mengsintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceriterakan kepada orang lain.
Senada dengan pendapat di atas, menurut Patton menjelaskan bahwa analisis data adalah proses mengatur urutan data, mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori, dan satuan uraian dasar. Sehingga, dalam hal ini Patton berbeda pendapat dengan Nasution yakni membedakan analisis data dengan penafsiran, karena menurut Patton bahwa penafsiran yaitu memberikan arti yang signifikan terhadap analisis, menjelaskan pola uraian, dan mencari hubungan di antara dimensi-dimensi uraian (Moleong, 2012:280).
Adapun menurut Moleong (2012:280) bahwa “analisis data ini adalah proses mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam pola, kategori, dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan
hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data.”
Jadi, dapat disimpulkan bahwa analisis data dalam penelitian kualitatif merupakan salah satu proses yang tidak boleh terpisahkan dengan tahap pengumpulan data. Tahap analisis data akan membantu peneliti guna menyusun
(42)
66
Sukmalinto, 2013
data-data yang telah diperoleh, kemudian data-data itu dikategorisasikan supaya peneliti dapat lebih mudah melakukan penafsiran atau interpretasi data. Sehingga, dapat dilihat bahwa analisis data ini telah terjadi mulai dari awal perumusan masalah, sebelum terjun ke lapangan dan akan terus berlangsung selama proses pengumpulan data sampai tahap akhir penelitian. Hal ini dipertegas dengan adanya pernyataan bahwa analisis adalah kegiatan yang kontinu dari awal sampai akhir penelitian. (Nasution, 1996:130)
Maka dalam hal ini, peneliti melakukan tahap-tahap analisis data penelitian sebagai berikut.
1. Reduksi Data
Peneliti mempelajari dan mengamati data-data yang telah terkumpul dari sumber data yang berada di lembaga DPU DT Bandung melalui berbagai teknik pengumpulan data, yang semua data tersebut masih berupa data mentah, kemudian data-data itu dirangkum dan disusun secara sistematik, supaya peneliti lebih mudah dalam mencari dan mengkaji data pokok dan dianggap penting supaya dapat disederhanakan dari sekian data yang abstrak dan banyak. Bahkan bisa dicari kembali data apabila masih dianggap perlu.
Selanjutnya, data yang telah dipilih tadi diklasifikasikan atau dikategorisasikan terlebih dahulu, salah satunya dengan cara pemberian kode pada data sesuai sumbernya masing-masing.
(43)
67
Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah mendisplay data, diantaranya dalam bentuk uraian singkat atau dalam teks naratif yang berupa deskripsi mengenai implementasi pengukuran kinerja lembaga berbasis balanced scorecard di DPU DT Bandung, mulai dari tujuan, program, proses, dan hasilnya pada kinerja lembaga tersebut. Bahkan ada pula dalam bentuk bagan, hubungan antar kategori, dan sebagainya.
3. Penarikan Kesimpulan dan Verifikasi
Data yang telah dikaji, kemudian dimaknai dengan cara penafsiran atau interpretasi dari peneliti sendiri dengan didukung oleh studi literatur yang telah dilakukan peneliti sebelumnya. Tahapan terakhir yakni berupa penarikan kesimpulan yakni untuk mengetahui hasil akhir dari asumsi-asumsi yang muncul selama penelitian di DPU DT Bandung. Hal ini dipertegas oleh Miles and Huberman (Sugiyono, 2012:345) yang menjelaskan bahwa dalam analisis data kualitatif diperlukan penarikan kesimpulan dan verifikasi.
3.6.2 Uji Keabsahan Data
Uji keabsahan data yang akan dilakukan adalah dengan cara uji kredibiltas data atau validitas internal yang mana perpanjangan pengamatan, meningkatkan ketekunan dalam mencari data, triangulasi, member check dan analisis kasus negatif itu lebih diutamakan. Kemudian dengan uji dependabilitas (reabilitas) data, uji transfermabilitas (validitas eksternal), dan uji konfimabilitas atau obyetivitas. (Sugiyono, 2013:402)
(44)
68
Sukmalinto, 2013
Untuk mencapai tingkat kredibilitas dan validitas, maka peneliti melakukan verifikasi terhadap data yang telah disimpulkan. Sebagaimana dikemukakan oleh Sugiyono (2012:363) bahwa “data yang valid adalah data yang tidak berbeda antara data yang dilaporkan oleh peneliti dengan data yang
sesungguhnya terjadi pada objek penelitian”.
Dalam tahap verifikasi, peneliti menggunakan tiga cara berikut ini. 1. Perpanjangan Pengamatan
Dalam penelitian ini pengamatan dilakukan oleh peneliti pada setiap moment kegiatan karyawan yang terjadi pada lembaga tersebut. Hal ini dilakukan untuk mencapai keabsahan data dan menangkap makna dari setiap peristiwa. 2. Triangulasi
Mathinson (Sugiyono, 2012:330) menjelaskan bahwa the value of triangulation lies in providing evidence-whether convergent, inconsistent, or contracdictory. Nilai dari teknik pengumpulan data dengan triangulasi adalah untuk mengetahui data yang diperoleh convergent (meluas), tidak konsisten, atau kontradiksi.
Di samping itu, Patton pun menegaskan bahwa dengan triangulasi data akan lebih meningkatkan kekuatan data, bila dibandingkan dengan satu pendekatan (Sugiyono, 2012:330).
Jelas sekali bahwa dengan triangulasi ini, akan memperkuat data-data lain bahkan apabila terdapat ketidakkonsistenan informasi dari sumber data, meluasnya data dari informan, serta adanya kontradiksi, akan dapat diverifikasi
(45)
69
dengan menggunakan triangulasi data ini. Jadi, data-data tersebut akan lebih valid dan kuat.
Menurut Sugiyono (2012:372) “triangulasi dalam pengujian kredibilitas ini diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara
dan berbagai waktu.” Oleh karena itu, Sugiyono (2012:373-374) membagi teknik triangulasi ke dalam tiga bagian yakni “triangulasi sumber, triangulasi teknik, dan
triangulasi waktu.” Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan triangulasi sumber
dan teknik.
Triangulasi sumber, digunakan peneliti untuk menguji kredibilitas data yang dilakukan dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber. Misalnya data tentang implementasi balanced scorecard, maka pengumpulan dan pengujian data yang diperoleh dapat dilakukan kepada direktur bidang, dan karyawan lain di level bawahnya.
3. Member check
Menurut Sugiyono (2012:375) “member check adalah proses pengecekan
data yang diperoleh peneliti kepada pemberi data”. Lebih lanjut Sugiyono
(2012:375-376) memperjelas bahwa “tujuan member check adalah untuk mengetahui seberapa jauh data yang diperoleh sesuai dengan apa yang diberikan oleh pemberi data. Apabila data yang ditemukan disepakati oleh para pemberi data berarti data tersebut valid, sehingga semakin kredibel/dipercaya, tetapi apabila data yang ditemukan peneliti melalui hasil penafsirannya tidak disepakati oleh pemberi data, maka peneliti perlu melakukan diskusi dengan pemberi data.
(46)
70
Sukmalinto, 2013
Ketika perbedaannya tajam, peneliti harus merubah temuannya dan menyesuaikan
dengan apa yang diberikan oleh pemberi data.”
Jadi, perpanjangan pengamatan, triangulasi, dan member check dilakukan untuk memverifikasi data hasil analisis dan kesimpulan, supaya data-data yang telah dikumpulkan dan dikaji itu dapat ditinjau ulang. Sehingga, apabila masih ditemukan data atau informasi yang dianggap keliru atau tidak sesuai dengan apa yang dimaksud oleh sumber data, maka bisa dilakukan klarifikasi. Bahkan ketika peneliti masih mebutuhkan penguatan data atau informasi untuk data yang telah diperoleh, maka dapat dilakukan penambahan data. Semua ini dimaksudkan guna penyempurnaan hasil analisis akhir dari penelitian.
(47)
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tentang analisis pengukuran kinerja lembaga berbasis balanced scorecard di Dompet Peduli Ummat Daarut Tauhiid (DPU DT) Bandung untuk mengetahui implementasinya, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut.
1. Secara umum implementasi balanced scorecard di DPU DT Bandung sudah cukup efektif yang dilakukan oleh semua pihak baik pimpinan maupun karyawan. Hal tersebut terlihat dari pelaksanaan pengukuran kinerja itu sendiri yang tercantum dalam sasaran lembaga tahunan dan laporan pencapaian sasaran lembaga bulanan, serta melakukan evaluasi yang dicantumkan dalam daftar tindakan laporan pencapaian sasaran lembaga. 2. Penentuan indikator kinerja utama dalam balanced scorecard DPU DT
Bandung yang digunakan dalam proses pengukuran kinerja lembaga masih kurang kuat dikarenakan masih ada indikator-indikator lain yang dibutuhkan oleh lembaga belum masuk kedalam indikator pengukuran terutama indikator pada perspektif pelanggan dan perspektif proses bisnis internal
3. Kinerja DPU DT Bandung secara keseluruhan cenderung stabil. Namun, jika dilihat dari keseluruhan aktivitas yang dilakukan bisa dikatakan meningkat. Hal ini juga disebabkan ada beberapa hal proses pengukuran yang tidak ter-input ke dalam laporan pencapaian sasaran karena kendala teknis.
(48)
123
Sukmalinto, 2013
4. Dampak dari kurangnya ketersediaan indikator pengukuran pada perpsektif pelanggan dan perspektif proses bisnis internal juga berpengaruh pada hubungan antar empat perspektif dalam balanced scorecard dimana belum memiliki keterkaitan secara menyeluruh sehingga nilai kinerja yang diperoleh pada perspektif tersebut belum menggambarkan kinerja yang sesungguhnya. 5. Dengan implementasi pengukuran kinerja lembaga berbasis balanced
scorecard pada DPU DT Bandung yang merupakan lembaga dakwah dan sosial menjadi nilai lebih tersendiri. Balanced scorecard dapat menjadi alat ukur kebermanfaatan untuk ummat yang mengandung nilai-nilai spiritual dengan harapan menjadi sarana ibadah baik bagi donatur, penerima manfaat, maupun karyawan lembaga sehingga dapat menjadi jalan untuk lebih dekat dengan Allah SWT.
5.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan hasil penelitian mengenai analisis pengukuran kinerja lembaga berbasis balanced scorecard di Dompet Peduli Ummat Daarut Tauhiid (DPU DT) Bandung, penulis mencoba mengajukan beberapa saran yang mungkin dapat dijadikan bahan pertimbangan dan masukan bagi pihak manajemen khususnya manajemen sumber daya manusia dalam menentukan kebijakan perusahaan di masa yang akan datang.
1. DPU DT Bandung hendaknya terus mengupayakan sosialisasi tentang konsep dan pengukuran kinerja balanced scorecard kepada semua lapisan karyawan agar pimpinan dan karyawan lebih memahami tentang konsep balanced
(49)
124
scorecard dan bagaimana balanced scorecard dapat diaplikasikan dengan baik. Dilain pihak setiap pimpinan dari level tertinggi hingga menengah sebaiknya mengkomunikasikan sasaran dan ukuran kinerja yang telah ditetapkan kepada para karyawan secara berkala sehingga dapat memahami dan mengetahui apa yang menjadi sasaran dan ukuran kinerja untuk selanjutnya turut berperan aktif dalam pencapaian sasaran dan ukuran kinerja tersebut.
2. DPU DT Bandung hendaknya melakukan penyempurnaan kembali dalam menentukan indikator-indikator yang digunakan dalam pengukuran kinerja terutama indikator pada persepktif pelanggan dan perspektif proses bisnis internal. Hal ini dapat mempengaruhi kinerja lembaga secara keseluruhan dan keterkaitan dengan persepktif lainnya.
3. Pimpinan lembaga hendaknya memperhatikan ketelitian besaran jumlah pada balanced scorecard baik yang direncanakan maupun yang telah direalisasikan agar tercantum nilai yang valid sehingga berdampak pada pengukuran kinerja yang dijadikan lembaga sebagai panduan untuk pencapaian visi.
4. Pimpinan lembaga hendaknya melakukan pengesahan terhadap dokumen-dokumen masuk yang tersimpan dalam Manual Sistem Informasi Manajemen dengan kontrol secara berkala sehingga dokumen-dokumen siap untuk diaudit pada waktunya dan dinyatakan kesahannya bagi karyawan yang hendak menggunakan untuk panduan kerja.
5. Penelitian ini merupakan penelitian awal mengenai analisis pengukuran kinerja lembaga berbasis balanced scorecard pada sebuah lembaga nirlaba,
(50)
125
Sukmalinto, 2013
karena itu masih banyak kekurangan pada penelitian ini. Untuk mendapatkan analisis pengukuran kinerja yang lebih baik sesuai dengan kompetensi utama lembaga, maka perlu melibatkan ahli manajemen mutu yang berpengalaman.
(51)
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Dharma, DR. Surya, MPA. (2010). Manajemen Kinerja Falsafah Teori dan Penerapannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Gaspersz, Vincent. (2003). Sistem Manajemen Kinerja Terintegrasi Balanced Scorecard Dengan Six Sigma Untuk Organisasi Bisnis dan Pemerintah. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Kaswan. (2012). Manajemen Sumber Daya Manusia untuk Keunggulan Bersaing Organisasi. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Kaplan, Robert S., dan Norton, David P. (2000). Balanced Scorecard Menerapkan Strategi Menjadi Aksi. Jakarta: Erlangga.
Luis, Suwardi. (2009). Step by Step in Cascading Balanced Scorecard to Functional Scorecards. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Mangkunegara, DR. A.A. Anwar Prabu, M.Si. (2009). Evaluasi Kinerja SDM. Bandung: PT. Refika Aditama.
Moeheriono, Prof. Dr., M.Si. (2009). Pengukuran Kinerja Berbasis Kompetensi. Bogor: Ghalia Indonesia.
Moleong, L. J. (2012). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Mulyadi. (2009). Sistem Terpadu Pengelolaan Kinerja Personel Berbasis Balanced Scorecard. Yogyakarta: UPP STIM YKPN.
Nasution, S. (1996). Metode Penelitian Naturalistik-Kualitatif. Bandung: Tarsito. Riduwan. (2012). Skala Pengukuran Variabel-Variabel Penelitian. Bandung:
Alfabeta.
Rivai, Prof. Dr. H. Veithzal, MBA. et al. (2008). Performance Appraisal Sistem yang Tepat untuk Menilai Kinerja Karyawan dan Meningkatkan Daya Saing Perusahaan Edisi Kedua. Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada.
Satori, D., dan Komariah, A. (2009). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.
(52)
127
Sukmalinto, 2013
Sedarmayanti, Prof. Dr. Hj., M.Pd., APU. (2010). Manajemen Sumber Daya Manusia Reformasi Birokrasi dan Manajemen Pegawai Negeri Sipil. Bandung: PT. Refika Aditama.
Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D). Bandung: Alfabeta.
Sukmadinata, N. S. (2011). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Suyatna, A. (2002). Pengantar Metodologi Penelitian Pendidikan dan Pengajaran Bahasa. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.
Wibowo, Prof. Dr., SE., M.Phil. (2009). Manajemen Kinerja. Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada.
Sumber Lain:
Marettini. (2009). Pengaruh Kinerja Divisi Maintenance Service Center Dalam Perspektif Balanced Scorecard Terhadap Pencapaian Target Anggaran Beban Operasional Dan Pemeliharaan Divisi Maintenance Service Center (MSC) : Studi Kasus Pada Divisi MSC PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk. Tesis Magister Pada Jurusan Manajemen Bisnis. UPI: tidak diterbitkan.
Mufti. A. (2013). Grafik Data Kemiskinan. [Online]. Tersedia: http://www.mdgsindonesia.org/official/images/filePDF/GRAFIK%20DAT A%20KEMISKINAN.pdf. [8 Mei 2013].
Muzaki. Lubis. (2010). Peran Lembaga Amil Zakat Dalam Mengelola Zakat Profesi / Penghasilan Guna Mengentaskan Kemiskinan. [Online]. Tersedia: http://zakylubismy.blogspot.com/2010/09/peran-lembaga-amil-zakat-dalam.html. [8 Mei 2013].
Permadi. Ikhsan. (2010). Penjelasan Penipuan Berkedok Sedekah dan Ustadz
Yusuf Mansur. [Online]. Tersedia:
http://ikhsanpermadi.blogspot.com/2010/12/penjelasan-penipuan-berkedok-sedekah.html. [8 Mei 2013].
Ranu. Selany. (2013). Jumlah Penduduk Indonesia Mengalami Sedikit Kenaikan Di Tahun 2013. Merdeka Online [Online]. Tersedia: http://www.merdekaonline.com/kategori/berita-2753-jumlah-penduduk-indonesia-mengalami-sedikit-kenaikan-di-tahun-2013.html. [8 Mei 2013].
(53)
128
Suyatman. (2012). Manajemen Strategik Dalam Transformasi IAIN Menjadi UIN : Studi Kasus Manajemen Strategik Dengan Pendekatan Balanced Scorecard Di UIN Sunan Gunung Djati Bandung. Disertasi Doktor Pada Jurusan Administrasi Pendidikan. UPI: tidak diterbitkan.
(1)
123
4. Dampak dari kurangnya ketersediaan indikator pengukuran pada perpsektif pelanggan dan perspektif proses bisnis internal juga berpengaruh pada hubungan antar empat perspektif dalam balanced scorecard dimana belum memiliki keterkaitan secara menyeluruh sehingga nilai kinerja yang diperoleh pada perspektif tersebut belum menggambarkan kinerja yang sesungguhnya. 5. Dengan implementasi pengukuran kinerja lembaga berbasis balanced
scorecard pada DPU DT Bandung yang merupakan lembaga dakwah dan sosial menjadi nilai lebih tersendiri. Balanced scorecard dapat menjadi alat ukur kebermanfaatan untuk ummat yang mengandung nilai-nilai spiritual dengan harapan menjadi sarana ibadah baik bagi donatur, penerima manfaat, maupun karyawan lembaga sehingga dapat menjadi jalan untuk lebih dekat dengan Allah SWT.
5.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan hasil penelitian mengenai analisis pengukuran kinerja lembaga berbasis balanced scorecard di Dompet Peduli Ummat Daarut Tauhiid (DPU DT) Bandung, penulis mencoba mengajukan beberapa saran yang mungkin dapat dijadikan bahan pertimbangan dan masukan bagi pihak manajemen khususnya manajemen sumber daya manusia dalam menentukan kebijakan perusahaan di masa yang akan datang.
1. DPU DT Bandung hendaknya terus mengupayakan sosialisasi tentang konsep dan pengukuran kinerja balanced scorecard kepada semua lapisan karyawan agar pimpinan dan karyawan lebih memahami tentang konsep balanced
(2)
scorecard dan bagaimana balanced scorecard dapat diaplikasikan dengan baik. Dilain pihak setiap pimpinan dari level tertinggi hingga menengah sebaiknya mengkomunikasikan sasaran dan ukuran kinerja yang telah ditetapkan kepada para karyawan secara berkala sehingga dapat memahami dan mengetahui apa yang menjadi sasaran dan ukuran kinerja untuk selanjutnya turut berperan aktif dalam pencapaian sasaran dan ukuran kinerja tersebut.
2. DPU DT Bandung hendaknya melakukan penyempurnaan kembali dalam menentukan indikator-indikator yang digunakan dalam pengukuran kinerja terutama indikator pada persepktif pelanggan dan perspektif proses bisnis internal. Hal ini dapat mempengaruhi kinerja lembaga secara keseluruhan dan keterkaitan dengan persepktif lainnya.
3. Pimpinan lembaga hendaknya memperhatikan ketelitian besaran jumlah pada balanced scorecard baik yang direncanakan maupun yang telah direalisasikan agar tercantum nilai yang valid sehingga berdampak pada pengukuran kinerja yang dijadikan lembaga sebagai panduan untuk pencapaian visi.
4. Pimpinan lembaga hendaknya melakukan pengesahan terhadap dokumen-dokumen masuk yang tersimpan dalam Manual Sistem Informasi Manajemen dengan kontrol secara berkala sehingga dokumen-dokumen siap untuk diaudit pada waktunya dan dinyatakan kesahannya bagi karyawan yang hendak menggunakan untuk panduan kerja.
5. Penelitian ini merupakan penelitian awal mengenai analisis pengukuran kinerja lembaga berbasis balanced scorecard pada sebuah lembaga nirlaba,
(3)
125
karena itu masih banyak kekurangan pada penelitian ini. Untuk mendapatkan analisis pengukuran kinerja yang lebih baik sesuai dengan kompetensi utama lembaga, maka perlu melibatkan ahli manajemen mutu yang berpengalaman.
(4)
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Dharma, DR. Surya, MPA. (2010). Manajemen Kinerja Falsafah Teori dan Penerapannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Gaspersz, Vincent. (2003). Sistem Manajemen Kinerja Terintegrasi Balanced Scorecard Dengan Six Sigma Untuk Organisasi Bisnis dan Pemerintah. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Kaswan. (2012). Manajemen Sumber Daya Manusia untuk Keunggulan Bersaing Organisasi. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Kaplan, Robert S., dan Norton, David P. (2000). Balanced Scorecard Menerapkan Strategi Menjadi Aksi. Jakarta: Erlangga.
Luis, Suwardi. (2009). Step by Step in Cascading Balanced Scorecard to Functional Scorecards. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Mangkunegara, DR. A.A. Anwar Prabu, M.Si. (2009). Evaluasi Kinerja SDM. Bandung: PT. Refika Aditama.
Moeheriono, Prof. Dr., M.Si. (2009). Pengukuran Kinerja Berbasis Kompetensi. Bogor: Ghalia Indonesia.
Moleong, L. J. (2012). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Mulyadi. (2009). Sistem Terpadu Pengelolaan Kinerja Personel Berbasis Balanced Scorecard. Yogyakarta: UPP STIM YKPN.
Nasution, S. (1996). Metode Penelitian Naturalistik-Kualitatif. Bandung: Tarsito. Riduwan. (2012). Skala Pengukuran Variabel-Variabel Penelitian. Bandung:
Alfabeta.
Rivai, Prof. Dr. H. Veithzal, MBA. et al. (2008). Performance Appraisal Sistem yang Tepat untuk Menilai Kinerja Karyawan dan Meningkatkan Daya Saing Perusahaan Edisi Kedua. Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada.
Satori, D., dan Komariah, A. (2009). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.
(5)
127
Sedarmayanti, Prof. Dr. Hj., M.Pd., APU. (2010). Manajemen Sumber Daya Manusia Reformasi Birokrasi dan Manajemen Pegawai Negeri Sipil. Bandung: PT. Refika Aditama.
Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D). Bandung: Alfabeta.
Sukmadinata, N. S. (2011). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Suyatna, A. (2002). Pengantar Metodologi Penelitian Pendidikan dan Pengajaran Bahasa. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.
Wibowo, Prof. Dr., SE., M.Phil. (2009). Manajemen Kinerja. Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada.
Sumber Lain:
Marettini. (2009). Pengaruh Kinerja Divisi Maintenance Service Center Dalam Perspektif Balanced Scorecard Terhadap Pencapaian Target Anggaran Beban Operasional Dan Pemeliharaan Divisi Maintenance Service Center (MSC) : Studi Kasus Pada Divisi MSC PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk. Tesis Magister Pada Jurusan Manajemen Bisnis. UPI: tidak diterbitkan.
Mufti. A. (2013). Grafik Data Kemiskinan. [Online]. Tersedia: http://www.mdgsindonesia.org/official/images/filePDF/GRAFIK%20DAT A%20KEMISKINAN.pdf. [8 Mei 2013].
Muzaki. Lubis. (2010). Peran Lembaga Amil Zakat Dalam Mengelola Zakat Profesi / Penghasilan Guna Mengentaskan Kemiskinan. [Online]. Tersedia: http://zakylubismy.blogspot.com/2010/09/peran-lembaga-amil-zakat-dalam.html. [8 Mei 2013].
Permadi. Ikhsan. (2010). Penjelasan Penipuan Berkedok Sedekah dan Ustadz
Yusuf Mansur. [Online]. Tersedia:
http://ikhsanpermadi.blogspot.com/2010/12/penjelasan-penipuan-berkedok-sedekah.html. [8 Mei 2013].
Ranu. Selany. (2013). Jumlah Penduduk Indonesia Mengalami Sedikit Kenaikan
Di Tahun 2013. Merdeka Online [Online]. Tersedia:
http://www.merdekaonline.com/kategori/berita-2753-jumlah-penduduk-indonesia-mengalami-sedikit-kenaikan-di-tahun-2013.html. [8 Mei 2013].
(6)
Suyatman. (2012). Manajemen Strategik Dalam Transformasi IAIN Menjadi UIN : Studi Kasus Manajemen Strategik Dengan Pendekatan Balanced Scorecard Di UIN Sunan Gunung Djati Bandung. Disertasi Doktor Pada Jurusan Administrasi Pendidikan. UPI: tidak diterbitkan.