PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN M-APOS UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI STRATEGIS DAN KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA.

(1)

Kurnia Putri Sepdikasari Dirgantoro, 2014

PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN M-APOS UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI STRATEGIS DAN KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN M-APOS UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI STRATEGIS DAN

KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA

(Studi Kuasi Eksperimen pada Siswa Kelas VII Sebuah SMP Swasta di Bandung)

TESIS

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat dalam Memperoleh Gelar Magister Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika

Oleh:

KURNIA PUTRI SEPDIKASARI DIRGANTORO 1201333

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA SEKOLAH PASCA SARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG


(2)

Kurnia Putri Sepdikasari Dirgantoro, 2014

PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN M-APOS UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI STRATEGIS DAN KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 2014

PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN M-APOS UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI STRATEGIS DAN

KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA

(Studi Kuasi Eksperimen pada Siswa Kelas VII Sebuah SMP Swasta di Bandung)

Oleh

Kurnia Putri Sepdikasari Dirgantoro S.Pd UPI Bandung, 2010

Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) pada Fakultas Pendidikan Matematika dan IPA

© Kurnia Putri Sepdikasari Dirgantoro 2014 Universitas Pendidikan Indonesia

Juni 2014


(3)

Kurnia Putri Sepdikasari Dirgantoro, 2014

PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN M-APOS UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI STRATEGIS DAN KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.

LEMBAR PENGESAHAN Tesis dengan Judul

PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN M-APOS UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI STRATEGIS DAN

KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA

(STUDI KUASI EKSPERIMEN PADA SISWA KELAS VII SEBUAH SMP SWASTA DI BANDUNG)

Oleh:

Kurnia Putri Sepdikasari Dirgantoro 1201333

Telah Disetujui dan Disahkan Oleh:

Pembimbing I,

Dr. Kusnandi , M.Si. NIP. 196903301993031002

Pembimbing II,

Dr. Elah Nurlaelah, M.Si. NIP.196411231991032002

Mengetahui


(4)

Kurnia Putri Sepdikasari Dirgantoro, 2014

PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN M-APOS UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI STRATEGIS DAN KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Turmudi, M.Sc., M.Ed., Ph.D


(5)

Kurnia Putri Sepdikasari Dirgantoro, 2014

PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN M-APOS UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI STRATEGIS DAN KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu ABSTRAK

Kurnia Putri Sepdikasari Dirgantoro (2014), Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan M-APOS untuk Meningkatkan Kompetensi Strategis dan Kemandirian Belajar Siswa (Studi Kuasi Eksperimen pada Siswa Kelas VII Sebuah SMP Swasta di Bandung).

Penelitian ini merupakan studi kuasi eksperimen yang difokuskan pada peningkatan kompetensi strategis dan kemandirian belajar siswa SMP dengan menerapkan pendekatan M-APOS dalam pembelajaran matematika. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII sebuah SMP Swasta di Bandung dengan sampel kelas eksperimen adalah kelas VII D dan sampel kelas kontrol adalah kelas VII A yang dipilih secara acak. Data penelitian ini dikumpulkan melalui tes kompetensi strategis, skala kemandirian belajar dan lembar observasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa peningkatan kompetensi strategis dan kemandirian belajar siswa yang memperoleh pembelajaran dengan pendekatan M-APOS lebih baik daripada siswa yang memperoleh pembelajaran secara konvensional; terdapat asosiasi yang signifikan di kelas M-APOS serta tidak terdapat asosiasi yang signifikan di kelas konvensional antara kompetensi strategis dan kemandirian belajar siswa.


(6)

Kurnia Putri Sepdikasari Dirgantoro, 2014

PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN M-APOS UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI STRATEGIS DAN KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu ABSTRACT

Kurnia Putri Sepdikasari Dirgantoro (2014), Learning Mathematics with M-APOS Approach to Enhance Student’s Strategic Competence and Self Regulated Learning (Quasi-Experimental Study in Class VII a Private SMP in Bandung).

This study was a quasi-experimental study that focused on improving strategic competence and self regulated learning of SMP students by applying the M-APOS approach in teaching mathematics. The population of this study was a private SMP class VII in Bandung with a particular class VII D as a sample of the experiment class and class VII A as a sample control class, randomly selected. The data was collected through a strategic competency test, self regulated learning scale and observation sheets. The results showed that increased strategic competence and independence of learning of students who received M-APOS learning approach were better than students who received conventional learning; there was a significant association in the class M-APOS and there was no significant association between the conventional class strategic competence and independence of student learning.


(7)

Kurnia Putri Sepdikasari Dirgantoro, 2014

PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN M-APOS UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI STRATEGIS DAN KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR ISI

PERNYATAAN ... i

ABSTRAK ... ii

KATA PENGANTAR ... iv

UCAPAN TERIMA KASIH ... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR DIAGRAM ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 10

C. Tujuan Penelitian ... 10

D. Manfaat Penelitian ... 11

E. Definisi Operasional ... 11

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 13

A. Kompetensi Strategis ... 13

B. Kemandirian Belajar ... 16

C. Pendekatan M-APOS ... 20

D. Teori Belajar yang Mendukung ... 24

E. Hasil Penelitian yang Relevan ... 29

F. Kerangka Berpikir ... 30

G. Hipotesis Penelitian ... 32

BAB III METODE PENELITIAN ... 33

A. Metode dan Desain Penelitian ... 33

B. Populasi dan Sampel Penelitian ... 34

C. Instrumen Penelitian ... 35


(8)

Kurnia Putri Sepdikasari Dirgantoro, 2014

PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN M-APOS UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI STRATEGIS DAN KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

E. Analisis Data ... 43

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 48

A. Hasil Penelitian... 48

1. Analisis Hasil Kompetensi Strategis Siswa ... 48

2. Analisis Hasil Kemandirian Belajar Siswa ... 54

3. Analisis Asosiasi antara Kompetensi Strategis dan Kemandirian Belajar Siswa ... 61

4. Analisis Hasil Lembar Observasi ... 65

B. Pembahasan Hasil Penelitian ... 68

1. Kompetensi Strategis Siswa ... 68

2. Kemandirian Belajar Siswa ... 72

3. Asosiasi antara Kompetensi Strategis dan Kemandirian Belajar Siswa ... 76

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 77

A. Kesimpulan ... 77

B. Saran ... 77

DAFTAR PUSTAKA ... 81


(9)

Kurnia Putri Sepdikasari Dirgantoro, 2014

PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN M-APOS UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI STRATEGIS DAN KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR TABEL

Tabel

3.1. Interpretasi Koefisien Validitas Butir Soal ... 36

3.2. Validitas Tes Kompetensi Strategis ... 37

3.3. Interpretasi Koefisien Reliabilitas ... 37

3.4. Reliabilitas Tes Kompetensi Strategis ... 37

3.5. Interpretasi Daya Pembeda Butir Soal ... 38

3.6. Daya Pembeda Tes Kompetensi Strategis ... 38

3.7. Interpretasi Indeks Kesukaran Butir Soal ... 39

3.8. Indeks Kesukaran Tes Kompetensi Strategis ... 39

3.9. Skor Setiap Item Skala Kemandirian Belajar ... 41

3.10. Kriteria Gain Ternormalisasi ... 44

3.11. Klasifikasi Derajat Asosisasi ... 47

4.1. Statistik Deskriptif Skor Kompetensi Strategis Siswa ... 49

4.2. Klasifikasi Siswa Berdasarkan KKM ... 50

4.3. Klasifikasi Siswa Berdasarkan N-Gain Kompetensi Strategis ... 50

4.4. Hasil Uji Normalitas Skor Pretes, Postes dan N-Gain Kompetensi Strategis ... 52

4.5. Hasil Uji Perbedaan Rata-Rata Skor Pretes, Postes dan N-Gain Kompetensi Strategis ... 53

4.6. Statistik Deskriptif Skor Kemandirian Belajar Siswa ... 54

4.7. Kriteria Kualifikasi dan Data Siswa Hasil Penggolongan Kemandirian Belajar ... 55

4.8. Klasifikasi Siswa Berdasarkan N-Gain Kemandirian Belajar ... 57

4.9. Hasil Uji Normalitas Skor Awal, Akhir dan N-Gain Kemandirian Belajar ... 58

4.10. Hasil Uji Homogenitas Skor Awal, Akhir dan N-Gain Kemandirian Belajar ... 58

4.11. Hasil Uji Perbedaan Rata-Rata Skor Awal, Akhir dan N-Gain Kemandirian Belajar ... 59


(10)

Kurnia Putri Sepdikasari Dirgantoro, 2014

PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN M-APOS UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI STRATEGIS DAN KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

4.12. Rata-Rata Skor Akhir Kemandirian Belajar untuk Setiap Indikator ... 60 4.13. Kriteria Kualifikasi Kompetensi Strategis dan Kemandirian Belajar .... 62 4.14. Banyaknya Siswa Berdasarkan Kualifikasi Kompetensi Strategis dan

Kemandirian Belajar ... 62 4.15. Hasil Uji Chi-Kuadrat ... 64 4.16. Hasil Perhitungan Koefisien Kontingensi ... 64


(11)

Kurnia Putri Sepdikasari Dirgantoro, 2014

PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN M-APOS UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI STRATEGIS DAN KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR GAMBAR

Gambar

2.1. Siklus Kemandirian Belajar ... 18

2.2. Proses Belajar dalam Pandangan Konstruktivisme ... 27

3.1. Desain Nonequivalent Control Group ... 34


(12)

Kurnia Putri Sepdikasari Dirgantoro, 2014

PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN M-APOS UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI STRATEGIS DAN KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR DIAGRAM

Diagram

4.1. Skor N-Gain Kemandirian Belajar Kelas M-APOS dan Kelas


(13)

Kurnia Putri Sepdikasari Dirgantoro, 2014

PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN M-APOS UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI STRATEGIS DAN KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

A. INSTRUMEN PENELITIAN ... 86

A.1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ... 87

A.2. Lembar Kerja Tugas (LKT) ... 119

A.3. Lembar Kerja Diskusi (LKD) ... 165

A.4. Latihan Soal ... 189

A.5. Tugas ... 201

A.6. Kisi-kisi Soal Tes Kompetensi Strategi ... 213

A.7. Soal Tes Kompetensi Strategis ... 215

A.8. Alternatif Jawaban Tes Kompetensi Strategis ... 216

A.9. Kisi-Kisi Skala Kemandirian Belajar ... 218

A.10. Skala Kemandirian Belajar ... 219

A.11. Lembar Observasi ... 225

B. ANALISIS HASIL UJI COBA ... 229

B.1. Hasil Uji Coba Tes Kompetensi Strategis ... 230

B.2. Penskoran Skala Kemandirian Belajar ... 234

B.3. Hasil Uji Coba Skala Kemandirian Belajar ... 235

C. ANALISIS DATA HASIL PENELITIAN ... 242

C.1. Data Skor Pretes, Postes dan N-Gain Kompetensi Strategis ... 243

C.2. Data Skor Awal, Akhir dan N-Gain Kemandirian Belajar ... 245

C.3. Pengolahan Data dan Uji Statistik Data Kompetensi Strategis ... 251

C.4. Pengolahan Data dan Uji Statistik Data Kemandirian Belajar ... 255

C.5. Pengolahan Data dan Uji Asosisasi antara Kompetensi Strategis dan Kemandirian Belajar Siswa ... 260

D. UNSUR-UNSUR PENUNJANG PENELITIAN ... 262

D.1. Dokumentasi Penelitian ... 263


(14)

1

Kurnia Putri Sepdikasari Dirgantoro, 2014

PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN M-APOS UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI STRATEGIS DAN KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Seiring dengan bertambah pesatnya kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan, masalah dalam kehidupan manusia pun semakin bertambah. Setiap hari manusia tidak akan lepas dari berbagai permasalahan yang harus diatasinya. Dan disadari bahwa untuk memprediksi kesulitan apa yang akan siswa hadapi dalam kehidupan profesional mereka nantinya adalah hal yang sukar. Di dalam dunia kerja, siswa akan berhadapan dengan berbagai jenis masalah yang sulit diperkirakan dan menuntut mereka untuk dapat menyelesaikannya. Oleh sebab itu, siswa perlu diajarkan sejak dini tentang bagaimana caranya mengatasi dan menyelesaikan suatu permasalahan. Di sinilah diperlukannya peran pendidikan. Undang-Undang No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Bab II Pasal 3 mengemukakan,

Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Sejalan dengan Undang-Undang tersebut, Sumarmo (2004) menyatakan bahwa pada dasarnya, pendidikan merupakan suatu proses guna membantu manusia dalam mengembangkan segenap potensi yang dimilikinya agar siap menghadapi segala permasalahan dan perubahan zaman dengan sikap terbuka namun tetap mempertahankan identitas dirinya. Hudojo (2005) pun menyatakan bahwa pada hakekatnya, pendidikan merupakan suatu proses berkesinambungan bagi manusia untuk dapat menanggulangi masalah-masalah yang muncul di sepanjang hidupnya. Oleh sebab itu, siswa perlu dilatih sungguh-sungguh dan dibiasakan untuk berpikir secara mandiri.


(15)

2

Kurnia Putri Sepdikasari Dirgantoro, 2014

PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN M-APOS UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI STRATEGIS DAN KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Sekolah sebagai salah satu lembaga pendidikan merupakan wahana bagi siswa untuk mengembangkan kemampuan dan potensi yang dimilikinya. Di sekolah, siswa diajarkan berbagai mata pelajaran yang nantinya diharapkan dapat membantu mereka dalam kehidupan kesehariannya. Salah satu pelajaran yang diajarkan adalah matematika. Sepintas, matematika terlihat hanya sebagai mata pelajaran yang hanya berhubungan dengan angka dan perhitungan saja. Namun, matematika sebenarnya merupakan mata pelajaran yang dianggap memegang peranan penting dalam proses mengembangkan daya pikir siswa. Melalui matematika, siswa dilatih untuk dapat membangun proses berpikir secara kritis, logis, kreatif, analitis, dan sistematis yang nantinya akan berguna untuk memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari. Suryadi (2005) menyatakan bahwa terdapat berbagai permasalahan dalam kehidupan sehari-hari yang dapat dilihat melalui cara pandang matematika dan kemudian dapat diselesaikan dengan menggunakan prinsip-prinsip matematika. Selanjutnya, Suryadi (2007) juga menyatakan bahwa banyak kemampuan yang secara langsung maupun tidak langsung dapat dikembangkan melalui matematika. Substansi dari pengembangan tersebut pada dasarnya berfokus pada peningkatan kemampuan berpikir matematis yang dapat diterapkan dalam menghadapi permasalahan dalam dunia kerja.

Sejalan dengan pernyataan Suryadi, beberapa penelitian telah dilakukan untuk melihat pengaruh matematika dalam dunia kerja.Studi yang dilakukan oleh Pollack (Wahyudin, 2008) menghasilkan temuan bahwa para pengusaha menginginkan orang-orang yang memiliki: (1) kemampuan membangun masalah, bukan hanya menanggapi masalah yang sudah teridentifikasi; (2) pengetahuan

mengenai beraneka ragam cara dan teknik untuk mengatasi masalah; (3) pemahaman tentang ciri-ciri matematika yang mendasari suatu masalah; (4) kemampuan bekerja sama dengan orang lain untuk mencapai pemecahan

masalah; (5) kemampuan untuk mengenali bagaimana cara matematika bekerja pada masalah, baik masalah yang biasa maupun yang kompleks; (6) kesiapan untuk situasi-situasi masalah terbuka, tidak hanya untuk masalah yang dihadirkan dalam bentuk yang tersusun baik; dan (7) keyakinan tentang nilai dan kebergunaan matematika.


(16)

3

Kurnia Putri Sepdikasari Dirgantoro, 2014

PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN M-APOS UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI STRATEGIS DAN KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Hal ini didukung oleh pernyataan National Research Council (1989) yang mengemukakan bahwa keberhasilan dalam mempelajari matematika untuk seorang pelajar dapat membuka pintu karir yang cemerlang baginya di kemudian hari. Pada masa kini dan masa yang akan datang, di era komunikasi dan teknologi yang semakin canggih, dunia kerja lebih membutuhkan para pekerja cerdas yang mengandalkan otak daripada pekerja yang mengandalkan otot. Dibutuhkan para pekerja yang telah siap untuk mampu mencerna ide-ide baru, mampu menyesuaikan diri terhadap perubahan, mampu menangani ketidakpastian yang terjadi, mampu menemukan keteraturan, dan mampu memecahkan masalah tidak lazim yang muncul.

Pentingnya kemampuan dasar matematika dalam dunia kerja juga dapat dilihat dari hasil survei lapangan yang termuat dalam Laporan Departemen Pendidikan Amerika Serikat dalam Mathematics Equal Opportunity (Sudrajat, 2008). Pekerja tamatan sekolah menengah dengan kemampuan matematika tinggi mempunyai karir yang lebih baik dalam dunia kerja daripada pekerja tamatan sekolah menengah dengan kemampuan matematika sedang atau rendah. Selain itu, angka pengangguran tamatan sekolah menengah dengan kemampuan matematika tinggi juga lebih kecil dibandingkan dengan angka pengangguran tamatan yang kemampuan matematikanya rendah.

Kemudian, National Council of Teachers of Mahematics (2000) menyatakan bahwa matematika diperlukan untuk dunia kerja, yaitu dalam mencerdaskan masyarakat untuk dapat mengembangkan cara berpikir dan memecahkan masalah dalam dunia kerja profesional. Di Indonesia, Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No: Kep. 244/MEN/V/2007 menyatakan bahwa kompetensi kunci yang diperlukan tenaga kerja meliputi: mengumpulkan, mengorganisir dan menganalisa informasi; mengkomunikasikan ide-ide dan informasi; merencanakan dan mengorganisir aktivitas-aktivitas; bekerja dengan orang lain dan kelompok; menggunakan ide-ide dan teknik matematika;

memecahkan masalah; dan menggunakan teknologi.

Berdasarkan data-data tersebut dapat dilihat bahwa kemampuan pemecahan masalah merupakan kemampuan penting yang perlu dikembangkan


(17)

4

Kurnia Putri Sepdikasari Dirgantoro, 2014

PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN M-APOS UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI STRATEGIS DAN KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

untuk memenuhi tuntutan dunia kerja, baik di masa kini maupun di masa yang akan datang dan bahwa matematika dinilai memiliki kontribusi secara langsung dalam membantu siswa mengembangkan kemampuan tersebut. Sehingga pada akhirnya siswa memiliki kesiapan diri dalam menghadapi berbagai permasalahan yang akan muncul dalam dunia kerja mereka nantinya.

Masalah yang dijumpai dalam kehidupan profesional biasanya merupakan masalah yang bersifat nonrutin. Masalah nonrutin merupakan masalah di mana siswa tidak langsung tahu metode penyelesaian yang dapat digunakan untuk memecahkannya (Kilpatrick, Swafford and Findell, 2001). Dalam menyelesaikan permasalahan nonrutin, siswa perlu terlebih dahulu memahami masalah, kemudian menghubungkannya dengan pengetahuan yang telah mereka miliki sebelum mereka dapat menerapkan konsep matematis untuk dapat menyelesaikannya. Kemampuan dalam merumuskan, merepresentasikan, dan menyelesaikan masalah disebut kompetensi strategis (Kilpatrick, Swafford and Findell, 2001).

Kompetensi strategis nampak hampir serupa dengan pemecahan masalah matematis. Perbedaannya, dalam pandangan ini kompetensi strategis adalah “pemecahan masalah sebagai konteks” (Stanic and Kilpatrick dalam Posamentier, 2009). Hal ini dimaksudkan untuk menghubungkan matematika dengan situasi dunia nyata secara langsung. Dengan demikian, kompetensi strategis dikembangkan untuk memecahkan masalah yang muncul dalam keseharian siswa. Perbedaan lainnya adalah bahwa kompetensi strategis lebih menekankan pada kemampuan berstrategi, yaitu kemampuan untuk menentukan strategi yang paling efektif dalam memecahkan suatu masalah matematis (Meyer dalam Graf, 2009). Ini berarti, kompetensi strategis dapat memberikan dampak pada kemampuan siswa dalam memecahkan masalah. Ketika tingkat kompetensi strategis yang dimiliki siswa semakin tinggi maka kemampuan siswa dalam menyelesaikan masalah pun akan semakin baik. Hal ini dapat membantu siswa mempersiapkan diri dalam menghadapi permasalahan yang akan terjadi dalam dunia kerja mereka nantinya. Oleh karena itu, kompetensi strategis merupakan salah satu kecakapan matematis yang penting dan perlu mendapat perhatian.


(18)

5

Kurnia Putri Sepdikasari Dirgantoro, 2014

PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN M-APOS UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI STRATEGIS DAN KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Pada kenyataan saat ini, kompetensi strategis siswa masih belum berkembang secara optimal. Hal ini berdampak pada kemampuan siswa dalam pemecahan masalah.Survei yang dilakukan oleh Suryadi, dkk (Yulianti, 2010) di kota Bandung, Yogya, dan Malang pun mendukung hal tersebut. Sebagian besar siswa mengalami kesulitan dalam memecahkan masalah yang diajukan. Sejalan dengan hal tersebut, penulis pun menjumpai hal yang sama ketika mengajar selama empat tahun di salah satu Sekolah Menengah Pertama (SMP) swasta di Bandung. Walaupun sekolah ini tergolong ke dalam sekolah kluster atas, namun ditemukan masih banyak siswa yang mengalami kesulitan apabila berhadapan dengan permasalahan matematika yang bersifat nonrutin yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari. Siswa cenderung lebih terampil dalam menyelesaikan soal matematika, tetapi kurang terampil dalam memecahkan permasalahan matematika. Walaupun siswa tahu konteks materi yang sedang dibicarakan, namun siswa masih mengalami kesulitan khususnya dalam memahami permasalahan yang diberikan. Peneliti mengadakan studi pendahuluan untuk melihat perbandingan hasil pekerjaan siswa dalam pengerjaan soal rutin dan soal nonrutin dalam bentuk permasalahan matematis. Studi pendahuluan ini dilakukan kepada 22 siswa kelas VII tahun pelajaran 2012-2013 di SMP tersebut.

Contoh soal nonrutin:

Pada sebuah taman berbentuk persegi panjang dengan ukuran 18 m 20 m terdapat sebuah kolam berukuran 12 m 12 m. Jika di sekeliling kolam diberi jalan dengan lebar 1,5 m dan selebihnya adalah taman rumput, hitunglah luas taman rumput tersebut.

Contoh soal rutin:


(19)

6

Kurnia Putri Sepdikasari Dirgantoro, 2014

PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN M-APOS UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI STRATEGIS DAN KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Dari 22 siswa yang diteliti, tidak ada seorang pun yang dapat menjawab dengan benar untuk soal dalam bentuk permasalahan matematis. Dari sampel tersebut, 18 menjawab dengan benar sampai pada menghitung luas taman dan luas kolam, tetapi kemudian mereka mengalami kesalahan dalam menghitung luas taman rumput dikarenakan di sekeliling kolam terdapat jalan. Mereka tidak memahami bagaimana menghitung luas taman rumput. Dan dari seluruh sampel, hanya satu orang siswa yang mengkonstrusi sketsa taman tersebut, sedangkan yang lainnya tidak.

Dalam pengerjaan soal rutin di mana gambar diberikan, dari 22 sampel siswa yang diteliti tersebut, empat orang siswa menjawab dengan benar dan memberikan hasil yang benar dalam menghitung luas daerah yang berwarna hijau. Lima orang salah menjawab dikarenakan menghitung panjang sisi persegi besar 13,5 m yang seharusnya 15 m. Tiga orang salah menjawab dikarenakan salah dalam pengurangan. Mereka mengurangkan luas persegi panjang dengan luas persegi kecil kemudian mengurangkan kembali dengan luas persegi besar. Enam orang melakukan kesalahan dengan mengurangkan luas persegi panjang dengan luas persegi kecil kemudian mengurangkan kembali dengan (1,5 m 1,5 m). Dan empat siswa lainnya memberikan jawaban yang tidak jelas.

Dari hasil pengerjaan siswa di atas, dapat dilihat bahwa siswa mengalami kesulitan mempersepsi konsep geometri dalam mengerjakan soal yang sebenarnya sama tetapi dengan konteks yang berbeda. Dalam mengerjakan soal rutin, siswa dapat langsung mengerjakannya walaupun masih terdapat beberapa kesalahan


(20)

7

Kurnia Putri Sepdikasari Dirgantoro, 2014

PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN M-APOS UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI STRATEGIS DAN KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

perhitungan. Namun terlihat bahwa siswa mengalami kesulitan dalam mengerjakan soal nonrutin berbentuk pemecahan masalah karena siswa belum sepenuhnya paham mengenai strategi yang diperlukan dalam pemecahan masalah. Melalui hal ini dapat disimpulkan bahwa kompetensi strategis siswa di sekolah tersebut belum optimal. Pada akhirnya, perkembangan kompetensi strategis siswa yang tidak optimal akan berdampak pada rendahnya hasil belajar.

Belajar sebagai proses kognitif siswa dapat dipengaruhi oleh banyak faktor, baik faktor dari dalam maupun dari luar diri siswa. Ruseffendi (2006) menyatakan bahwa faktor dari dalam diri siswa yang dapat mempengaruhi belajar siswa di antaranya adalah kecerdasan, kesiapan, bakat, kemauan belajar, serta minat siswa. Sedangkan faktor dari luar diri siswa meliputi model penyajian materi pelajaran, pribadi dan sikap guru, suasana pengajaran, kompetensi guru, serta kondisi masyarakat luas. Sejalan dengan hal tesebut, Long (Kerlin dalam Sumarmo, 2006) memandang bahwa pada waktu belajar, siswa dipengaruhi oleh beberapa faktor. Beberapa faktor tersebut di antaranya adalah keadaan individu, pengetahuan sebelumnya, sikap, pandangan individu, konten, topik dan cara penyajian. Satu sub-faktor penting dari keadaan individu yang mempengaruhi belajar siswa adalah kemandirian belajar (self-regulated learning).

Kemandirian belajar merupakan kemampuan siswa untuk mengatur dirinya sendiri dalam kegiatan belajar, atas inisiatifnya sendiri dan bertanggung jawab, tanpa selalu tergantung pada orang lain. Kemandirian belajar tidak termasuk kemampuan akademik atau bakat siswa yang dapat diwarisi oleh siswa secara genetik, melainkan siklus pengarahan diri yang rekursif dan dapat diajarkan (Sumarmo, 2006).

Kemandirian belajar perlu diajarkan dan dilatih kepada siswa sejak dini karena ketika tingkat kemandirian belajar siswa tinggi maka siswa tersebut dapat memantau dan mengarahkan kegiatan belajarnya secara maksimal. Yang (Hargis, 2000) menemukan bahwa siswa dengan tingkat kemandirian belajar yang tinggi cenderung belajar lebih baik di bawah pengaturan dirinya sendiri; dapat memantau, mengevaluasi atau mengatur belajarnya secara efektif; menghemat waktu dalam menyelesaikan tugasnya; serta mampu mengelola belajar dan waktu


(21)

8

Kurnia Putri Sepdikasari Dirgantoro, 2014

PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN M-APOS UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI STRATEGIS DAN KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

secara efisien. Penelitian Samuelsson (2011) juga memberikan bukti bahwa kemandirian belajar memiliki hubungan yang kuat dengan prestasi siswa dalam matematika. Ini berarti, kemandirian belajar merupakan salah satu faktor penting yang memiliki pengaruh terhadap keberhasilan belajar siswa.

Pada kenyataannya, beberapa hasil penelitian yang dirangkum oleh De Corte, Verschaffel, dan Op’T Eynde (Izzati, 2012) menunjukkan adanya kelemahan-kelemahan mendasar pada komponen-komponen keterampilan kemandirian belajar siswa. Pengalaman peneliti selama mengajar pun mendukung hasil penelitian tersebut. Masih banyak siswa yang belum termotivasi untuk belajar sendiri. Siswa cenderung menunggu gurunya memberikan informasi, tidak mau mengerjakan latihan-latihan soal atas inisiatif sendiri melainkan baru mengerjakan ketika sudah ditugaskan oleh guru. Dalam pengerjaan tugas pun, terkadang didapati siswa yang mengerjakan tugas hanya karena takut dihukum oleh guru apabila tidak mengerjakannya. Atau, hanya sekedar untuk memperoleh nilai yang baik. Hal lain yang juga nampak adalah pasifnya siswa selama kegiatan pembelajaran, bahkan ketika siswa tidak mengerti. Siswa cenderung diam dan enggan bertanya pada guru mengenai konsep yang belum dipahaminya. Selain itu, masih banyak siswa yang merasa kurang percaya diri terhadap jawabannya ketika mengerjakan soal. Banyak siswa yang setelah mengerjakan soal kemudian segera menyamakan jawabannya dengan siswa lain tanpa melakukan cek terlebih dahulu. Juga ketika siswa menemukan soal yang cukup sulit, siswa cenderung tidak berusaha untuk mencari pemecahannya melainkan langsung bertanya pada guru atau bahkan langsung mencontek pekerjaan temannya. Hal ini menunjukkan bahwa kemandirian siswa dalam belajar masih kurang.

NCTM (Wahyudin, 2008) mengemukakan bahwa aspek afektif dan kognitif memiliki peranan dalam pembelajaran matematika. Aspek-aspek tersebut secara simultan memiliki pengaruh yang kuat bagi siswa dalam pencapaian prestasi belajarnya. Adapun dalam penelitian ini aspek kognitif yang hendak diteliti adalah kompetensi strategis sedangkan aspek afektifnya adalah kemandirian belajar siswa. Karena kedua aspek tersebut memiliki pengaruh


(22)

9

Kurnia Putri Sepdikasari Dirgantoro, 2014

PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN M-APOS UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI STRATEGIS DAN KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

terhadap pencapaian belajar siswa, maka penting untuk dilihat apakah terdapat asosiasi antara kompetensi strategis dan kemandirian belajar siswa.

Rendahnya kompetensi strategis dan kemandirian belajar siswa dapat disebabkan oleh beberapa faktor, salah satunya adalah kegiatan pembelajaran di kelas. Kajian Sumarmo (2006) menemukan bahwa pembelajaran inovatif yang membuka peluang bagi siswa untuk dapat belajar dengan aktif akan mendorong tumbuhnya kemandirian belajar siswa. Kajian Samuelsson (2010) juga memperoleh bukti bahwa pengajaran yang berbeda dapat memberikan dampak yang berbeda pada prestasi siswa dan bahwa pilihan pendekatan pembelajaran dapat membuat perbedaan penting dalam belajar siswa. Ini berarti metode pengajaran dalam matematika menjadi suatu hal yang patut diperhatikan oleh guru dalam pengembangan kompetensi strategis dan kemandirian belajar siswa. Untuk itu perlu diadakan pengkajian terhadap proses pembelajaran di sekolah.

Proses pembelajaran di sekolah pada saat ini umumnya masih menerapkan pembelajaran konvensional yang menggunakan metode ekspositori di mana peran guru lebih dominan dibandingkan peran siswa. Suryadi (2005) menyatakan bahwa pembelajaran konvensional yang sering digunakan guru matematika pada umumnya sangat mirip dengan pembelajaran langsung. Hasil kajian yang dilakukan Brophy dan Good (Suryadi, 2005) menyimpulkan bahwa pendekatan langsung (direct instruction) merupakan cara yang paling efektif untuk mengembangkan keterampilan prosedural seperti keterampilan melakukan perhitungan. Walaupun terdapat bukti kuat yang menyatakan bahwa pembelajaran langsung sangat efektif dalam meningkatkan kemampuan berpikir matematika tingkat rendah, yaitu yang bersifat prosedural, namun belum ada bukti yang meyakinkan bahwa pembelajaran langsung juga efektif untuk meningkatkan kemampuan berpikir matematika tingkat tinggi. Studi yang dilakukan oleh Peterson dan Fennema (Suryadi, 2005)juga menemukan bahwa aktivitas tertentu yang dilakukan melalui pembelajaran langsung lebih cocok untuk meningkatkan kemampuan berpikir tingkat rendah, sementara tipe aktivitas belajar lainnya yang dikembangkan melalui pembelajaran tidak langsung lebih berhasil dalam meningkatkan kemampuan berpikir matematik tingkat tinggi pada siswa.


(23)

10

Kurnia Putri Sepdikasari Dirgantoro, 2014

PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN M-APOS UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI STRATEGIS DAN KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Berdasarkan hasil kajian dan penelitian tersebut maka guru perlu mengupayakan suatu pembelajaran yang dapat mendorong siswa lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran sehingga belajar bermakna pada siswa dapat tercapai. Belajar bermakna adalah kondisi di mana siswa tidak sekedar hafal dan dapat mengerjakan tugasnya dengan benar, namun siswa sadar dan tahu mengapa rumus, aturan atau prinsip matematika tersebut digunakannya (Sumarmo, 2004). Salah satu pendekatan pembelajaran yang dirasa sesuai untuk mencapai belajar bermakna adalah pendekatan M-APOS.

Hasil penelitian Nurlaelah (2009) dalam mengimplementasikan pembelajaran ini menunjukkan bahwa daya matematik dan capaian kreativitas mahasiswa calon guru yang belajar dengan pendekatan M-APOS secara umum lebih baik dibandingkan dengan pendekatan ekspositori. Mahasiswa yang belajar dengan pendekatan M-APOS lebih aktif dan siap belajar dibandingkan dengan mahasiswa yang belajar dengan pendekatan ekspositori. Merujuk pada keberhasilan tersebut, penulis tertarik untuk melaksanakan penelitian guna mengetahui sejauh mana pendekatan M-APOS dapat meningkatkan kompetensi strategis dan kemandirian belajar siswa di tingkat yang lebih rendah, yaitu di tingkat SMP. Oleh karena itu, penulis memberi judul penelitian ini “Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan M-APOS untuk Meningkatkan Kompetensi Strategis dan Kemandirian Belajar Siswa (Studi Kuasi Eksperimen pada Siswa Kelas VII Sebuah SMP Swasta di Bandung)”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut.

1. Apakah peningkatan kompetensi strategis siswa yang memperoleh pembelajaran dengan pendekatan M-APOS lebih baik daripada siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional?

2. Apakah peningkatan kemandirian belajar siswa yang memperoleh pembelajaran dengan pendekatan M-APOS lebih baik daripada siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional?


(24)

11

Kurnia Putri Sepdikasari Dirgantoro, 2014

PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN M-APOS UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI STRATEGIS DAN KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3. Apakah terdapat asosiasi antara kompetensi strategis dan kemandirian belajar siswa?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dipaparkan di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menelaah:

1. peningkatan kompetensi strategis siswa yang memperoleh pembelajaran dengan pendekatan M-APOS dibandingkan dengan siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional;

2. peningkatan kemandirian belajar siswa yang memperoleh pembelajaran dengan pendekatan M-APOS dibandingkan dengan siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional; serta

3. asosiasi antara kompetensi strategis dan kemandirian belajar siswa.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, baik secara teoritis maupun secara praktis sebagai berikut.

1. Manfaat teroritis

Penelitian ini secara teoritis dapat dijadikan sebagai referensi dalam pembelajaran matematika, khususnya mengenai peningkatan kompetensi strategis dan kemandirian belajar siswa dengan menggunakan pendekatan M-APOS.

2. Manfaat praktis

a. Bagi siswa, pembelajaran matematika dengan menggunakan pendekatan M-APOS diharapkan dapat memotivasi siswa untuk lebih aktif dalam pembelajaran sehingga mampu meningkatkan kompetensi strategis dan kemandirian belajar siswa.

b. Bagi guru, sebagai salah satu masukan untuk memilih dan mengembangkan alternatif pembelajaran yang sesuai untuk meningkatkan kompetensi strategis dan kemandirian belajar siswa.


(25)

12

Kurnia Putri Sepdikasari Dirgantoro, 2014

PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN M-APOS UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI STRATEGIS DAN KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

c. Bagi peneliti, sebagai sarana dalam menerapkan metode ilmiah guna menghadapi permasalahan yang berkaitan dengan proses pembelajaran matematika.

E. Definisi Operasional

Menghindari terjadinya kerancuan makna atau munculnya kesalahan dalam persepsi, berikut dikemukakan definisi operasional yang digunakan dalam penelitian ini.

1. Kompetensi strategis dalam penelitian ini mencakup kemampuan siswa dalam: (a) memahami masalah, yaitu mampu menerjemahkannya ke dalam unsur-unsur yang diketahui dan ditanyakan dari permasalahan; (b) memilih informasi yang relevan dan mengabaikan hal-hal yang tidak relevan dari permasalahan; (c) menyajikan masalah secara matematis dalam berbagai bentuk, seperti grafik, gambar, simbol-simbol, persamaan dan sebagainya; (d) memilih dan mengembangkan metode yang efektif untuk menyelesaikan masalah; (e) menemukan solusi dari permasalahan yang diberikan; serta (f) menafsirkan jawaban. (Kilpatrick, Swafford and Findell, 2001)

2. Kemandirian belajar merupakan kemampuan siswa untuk mengatur dirinya sendiri dalam kegiatan belajarnya yang meliputi indikator: inisiatif belajar; mendiagnosis kebutuhan belajar; menetapkan tujuan/target belajar; memonitor, mengatur dan mengontrol belajar; memandang kesulitan sebagai tantangan; mencari dan memanfaatkan sumber yang relevan; memilih dan menerapkan strategi belajar yang tepat; mengevaluasi proses dan hasil belajar; serta konsep diri. (Sumarmo, 2006)

3. Pendekatan M-APOS adalah modifikasi dari pendekatan pembelajaran ACE (activities, class discussion, exercises) yang berdasarkan teori APOS. Untuk menerapkan teori APOS dalam pembelajaran matematika, digunakan pendekatan pembelajaran dengan siklus ACE yang meliputi tiga fase yaitu fase aktivitas, fase diskusi kelas dan fase latihan soal. Jika dalam pendekatan ACE, fase aktivitas merupakan kegiatan pembelajaran di laboratorium komputer, maka dalam pendekatan M-APOS kegiatan tersebut diganti dengan


(26)

13

Kurnia Putri Sepdikasari Dirgantoro, 2014

PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN M-APOS UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI STRATEGIS DAN KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

aktivitas tugas resitasi yang diberikan sebelum kegiatan pembelajaran di kelas dilaksanakan. (Nurlalelah, 2009).

4. Pembelajaran konvensional dalam penelitian ini adalah pembelajaran klasikal yang menggunakan pendekatan ekspositori. Guru memulai kegiatan pembelajarannya dengan membahas pekerjaan rumah (PR) yang sulit, menjelaskan materi, memberikan contoh soal yang berkaitan dengan materi, selanjutnya memberikan latihan soal, dan pada akhir pembelajaran memberikan tugas atau PR pada siswa. Sedangkan siswa mendengarkan penjelasan guru, mencatat, bertanya jika tidak mengerti dan mengerjakan latihan soal serta PR yang diberikan oleh guru.


(27)

33

Kurnia Putri Sepdikasari Dirgantoro, 2014

PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN M-APOS UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI STRATEGIS DAN KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode dan Desain Penelitian

Metode penelitian yang sebaiknya digunakan adalah metode penelitian eksperimen karena metode inilah yang paling mendekati metode ilmiah. Selain itu, metode eksperimen dirasakan sebagai metode yang paling sesuai dengan penelitian ini, yaitu dapat melihat pengaruh perlakukan tertentu (pendekatan M-APOS) terhadap yang lain (kompetensi strategis dan kemandirian belajar siswa) dalam kondisi yang terkendalikan (Sugiyono, 2013). Namun dalam pelaksanaannya sangatlah sulit untuk dapat menggunakan eksperimen murni karena dalam metode eksperimen murni sampel yang diambil haruslah sampel acak. Artinya, sampel yang diambil harus dipilih secara individual barulah kemudian dikelompokkan. Oleh karena keterbatasan peneliti maka dalam penelitian ini, metode eksperimen yang digunakan adalah metode kuasi eksperimen. Dalam metode kuasi eksperimen, sampel dipilih secara acak namun tetap berkelompok.

Desain penelitian yang digunakan adalah nonequivalent control group

design (Cohen, Manion and Morrison, 2007; Sugiyono, 2008), yaitu desain kuasi

eksperimen dengan pretes dan postes, serta mempunyai kelompok eksperimen dan kontrol. Kelompok eksperimen adalah kelompok yang memperoleh perlakukan khusus, sedangkan kelompok kontrol adalah kelompok yang memperoleh perlakukan pada umumnya. Dalam penelitian ini, kelompok eksperimen adalah kelas yang pembelajaran matematikanya menggunakan pendekatan M-APOS. Sementara itu, kelompok kontrol adalah kelas dengan pembelajaran matematika secara konvensional. Pemberian pretes, postes serta skala kemandirian belajar di awal dan di akhir penelitian bertujuan untuk mengetahui peningkatan kompetensi strategis dan kemandirian belajar siswa. Adapun desain penelitian tersebut dapat digambarkan sebagai berikut.


(28)

34

Kurnia Putri Sepdikasari Dirgantoro, 2014

PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN M-APOS UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI STRATEGIS DAN KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Gambar 3.1. Desain Nonequivalent Control Group

Keterangan:

O: Pretes atau postes kompetensi strategis dan pengisian skala kemandirian belajar X: Pembelajaran matematika dengan pendekatan M-APOS

B. Populasi dan Sampel Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di kelas VII SMP Santo Aloysius 2 Bandung, maka yang menjadi subyek populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII tahun pelajaran 2013-2014 di SMP tersebut. Pemilihan siswa kelas VII ini didasarkan pada keefektifan pembelajaran. Kelas VII di SMP Santo Aloysius 2 Bandung terdiri dari lima kelas, yaitu VII A, VII B, VII C, VII D dan VII E dengan rata-rata banyak siswa 22 orang.

Berdasarkan desain penelitian yang telah dibahas sebelumnya, maka dalam penelitian ini digunakan dua kelas sebagai sampel. Satu kelas sebagai kelas eksperimen yaitu kelas yang mendapat pembelajaran matematika dengan pendekatan M-APOS, dan kelas lainnya sebagai kelas kontrol yaitu kelas dengan pembelajaran konvensional. Untuk itu dilakukan pengambilan sampel secara acak, yaitu mengambil dua kelas dari lima kelas VII yang ada di SMP Santo Aloysius 2 Bandung dan diperoleh kelas VII A dan VII D sebagai sampel. Dari kedua kelas tersebut selanjutnya dipilih secara acak untuk kelompok kontrol dan eksperimen. Didapatilah kelas VII A sebagai kelas kontrol dan kelas VII D sebagai kelas eksperimen.

Banyak siswa yang termasuk kelas kontrol adalah 23 siswa sedangkan kelas eksperimen 21 siswa. Kriteria siswa yang menjadi subyek dalam penelitian ini adalah siswa yang mengikuti 14 tatap muka pembelajaran yang terdiri atas pretes, dua belas pertemuan pembelajaran dan postes. Dikarenakan terdapat seorang siswa kelas kontrol yang tidak mengikuti pretes maka banyaknya sampel penelitian ini menjadi 22 siswa kelas kontrol dan 21 siswa kelas eksperimen.

O X O


(29)

35

Kurnia Putri Sepdikasari Dirgantoro, 2014

PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN M-APOS UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI STRATEGIS DAN KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu C. Instrumen Penelitian

Sebagai upaya untuk mendapatkan data dan informasi yang lengkap mengenai hal-hal yang ingin diteliti dan dikaji dalam penelitian ini, maka dibuatlah seperangkat instrumen meliputi instrumen tes dan instrumen nontes. Instrumen-instrumen tersebut digunakan untuk mengumpulkan data, baik data kualitatif maupun data kuantitatif. Adapun dalam penelitian ini akan digunakan 3 macam instrumen, yaitu tes kompetensi strategis, skala kemandirian belajar siswa, dan lembar observasi. Uraiannya dijelaskan sebagai berikut.

1. Tes Kompetensi Strategis

Tes kompetensi strategis digunakan untuk mengukur kompetensi strategis siswa. Penyusunan tes kompetensi strategis ini diawali dengan membuat kisi-kisi soal sebagai gambaran menyeluruh mengenai soal yang akan dibuat. Kisi-kisi soal mencakup nomor soal, soal, indikator kompetensi strategis yang diukur, serta skor untuk tiap nomor.

Tes kompetensi strategis yang disusun digunakan selama pretes dan postes. Hasil pretes digunakan untuk mengukur kompetensi strategis siswa sebelum kegiatan pembelajaran diberikan. Hasil postes digunakan untuk mengukur kompetensi strategis siswa setelah kegiatan pembelajaran diberikan. Sedangkan hasil postes dan pretes digunakan bersama untuk mengetahui kualitas peningkatan kompetensi strategis siswa, baik pada kelas kontrol maupun kelas eksperimen. Soal kompetensi strategis disusun dalam bentuk uraian (tes subyektif). Kelebihan tes dalam bentuk uraian adalah mampu memperlihatkan cara berpikir siswa, bagaimana siswa dapat mengekspresikan dan mengaitkan ide matematika yang mereka miliki kemudian menuliskannya untuk menyelesaikan permasalahan yang diberikan. Penyusunan soal dalam bentuk uraian juga dapat menghindari terjadinya bias dari hasil evaluasi karena jawaban yang diberikan bukan berdasarkan tebak-tebakan.

Penyusunan tes kompetensi strategis merujuk pada indikator kompetensi strategis yang meliputi: memahami masalah; memilih informasi yang relevan dan mengabaikan hal-hal yang tidak relevan dari permasalahan; menyajikan masalah secara matematis dalam berbagai bentuk, seperti grafik,


(30)

36

Kurnia Putri Sepdikasari Dirgantoro, 2014

PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN M-APOS UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI STRATEGIS DAN KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

gambar, simbol-simbol, persamaan dan sebagainya; memilih dan mengembangkan metode yang efektif untuk menyelesaikan masalah; menemukan solusi dari permasalahan yang diberikan; serta menafsirkan jawaban.

Sebuah tes dikatakan baik sebagai alat pengukur apabila memenuhi persyaratan yang diperlukan. Oleh karena itu, sebelum digunakan dalam penelitian ini, soal tes kompetensi strategis dikonsultasikan terlebih dahulu kepada dosen pembimbing. Setelah dosen pembimbing memberikan persetujuan, selanjutnya soal tes diujicobakan pada siswa di luar sampel penelitian yang pernah mempelajari materi Segiempat, yaitu pada siswa kelas VIII C SMP Santo Aloysius 2 Bandung sebanyak 20 siswa. Data yang diperoleh dari hasil uji coba kemudian diolah dengan menggunakan bantuan

software AnatesV4 tipe uraian untuk mengetahui validitas butir soal,

reliabilitas tes, daya pembeda, dan indeks kesukaran butir soal. a. Validitas

Ruseffendi (1991) menyatakan bahwa suatu alat evaluasi dapat dikatakan valid apabila dapat mengukur apa yang seharusnya diukur. Untuk menghitung koefisien validitas tes yang berbentuk uraian digunakan rumus korelasi Product Moment Pearson. Koefisien validitas butir soal dapat dicari dengan cara menghitung koefisien korelasi antara skor butir soal tersebut dengan skor total. Semakin besar koefisien korelasi maka dapat diartikan makin tinggi derajat kevalidannya (Ruseffendi, 1991). Hasil perhitungan koefisien korelasi dapat diinterpretasikan dengan menggunakan klasifikasi berikut (Guilford dalam Suherman, 2003).

Tabel 3.1. Interpretasi Koefisien Validitas Butir Soal

Koefisien Validitas Interpretasi

Validitas sangat tinggi Validitas tinggi

Validitas sedang Validitas rendah Validitas sangat rendah Tidak valid


(31)

37

Kurnia Putri Sepdikasari Dirgantoro, 2014

PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN M-APOS UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI STRATEGIS DAN KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Berikut disajikan tabel sebagai hasil perhitungan validitas tiap butir soal.

Tabel 3.2. Validitas Tes Kompetensi Strategis

Butir Soal Interpretasi

1 0,815 Tinggi

2 0,771 Tinggi

3 0,754 Tinggi

b. Reliabilitas

Suatu alat evaluasi disebut reliabel jika hasil dari dua kali atau lebih pengevaluasian dengan dua atau lebih alat evaluasi yang ekuivalen pada masing-masing pengetesan akan sama (Ruseffendi, 1998). Istilah sama di sini dimaksudkan tidak tepat sama, tetapi mengalami perubahan yang tak berarti (tidak signifikan) dan bisa diabaikan (Suherman, 2003). Untuk mencari koefisien reliabilitas pada soal uraian digunakan rumus Cronbach Alpha (Suherman, 2003). Adapun Guilford (Suherman, 2003) menyatakan bahwa kriteria untuk menginterpretasikan koefisien reliabilitas adalah sebagai berikut.

Tabel 3.3. Interpretasi Koefisien Reliabilitas Koefisien reliabilitas r11 Interpretasi

0,90 ≤ r11≤ 1,00 Reliabilitas sangat tinggi

0,70 ≤ r11 < 0,90 Reliabilitas tinggi

0,40 ≤ r11 < 0,70 Reliabilitas sedang

0,20 ≤ r11 < 0,40 Reliabilitas rendah

r11≤ 0,20 Reliabilitas sangat rendah

Hasil perhitungan reliabilitas tes kompetensi strategis dapat dilihat dalam Tabel 3.4 berikut.

Tabel 3.4. Reliabilitas Tes Kompetensi Strategis Interpretasi

0,610 Sedang

c. Daya Pembeda

Daya pembeda dari sebuah butir soal menyatakan seberapa jauh kemampuan butir soal tersebut mampu membedakan antara siswa yang


(32)

38

Kurnia Putri Sepdikasari Dirgantoro, 2014

PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN M-APOS UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI STRATEGIS DAN KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan rendah. Daya pembeda soal dapat dihitung dengan menggunakan rumus:

Keterangan:

= rata-rata kelompok atas = rata-rata kelompok bawah

= skor maksimum ideal (Suherman, 2003)

Adapun untuk menginterpretasikan daya pembeda soal menggunakan kriteria berikut (Suherman, 2003).

Tabel 3.5. Interpretasi Daya Pembeda Butir Soal

Daya Pembeda Interpretasi

0,70 DP 1,00 Sangat baik

0,40 DP 0,70 Baik

0,20 DP 0,40 Cukup

0,00 DP 0,20 Jelek

DP 0,00 Sangat jelek

Berikut ini merupakan tabel yang memperlihatkan hasil analisis daya pembeda tiap butir soal.

Tabel 3.6. Daya Pembeda Tes Kompetensi Strategis

Butir Soal DP Interpretasi

1 0,52 Baik

2 0,68 Baik

3 0,72 Sangat Baik

d. Tingkat Kesukaran

Derajat atau tingkat kesukaran suatu butir soal dinyatakan dengan bilangan yang disebut indeks kesukaran (difficulty index). Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah atau terlalu sukar bagi siswa. Untuk mencari indeks kesukaran (IK) digunakan rumus:

Keterangan:

= rata-rata skor jawaban soal ke-i = skor maksimum ideal soal ke-i (Suherman, 2003)


(33)

39

Kurnia Putri Sepdikasari Dirgantoro, 2014

PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN M-APOS UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI STRATEGIS DAN KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Untuk menginterpretasi indeks kesukaran digunakan kriteria sebagai berikut (Suherman, 2003).

Tabel 3.7. Interpretasi Indeks Kesukaran Butir Soal

Daya Pembeda Interpretasi

IK = 0,00 Soal terlalu sukar 0,00 < IK 0,30 Soal sukar 0,30 < IK 0,70 Soal sedang 0,70 < IK < 1,00 Soal mudah IK = 1,00 Soal terlalu mudah

Tabel 3.8 di bawah ini menyajikan hasil analisis tingkat kesukaran tiap butir soal pada tes kompetensi strategis.

Tabel 3.8. Indeks Kesukaran Tes Kompetensi Strategis

Butir Soal DP Interpretasi

1 0,64 Soal sedang

2 0,66 Soal sedang

3 0,60 Soal sedang

Berdasarkan keempat kriteria di atas terlihat bahwa instrumen tes kompetensi strategis cukup layak untuk digunakan dalam penelitian. Adapun hasil perhitungan dengan bantuan software AnatesV4 dapat dilihat dalam lampiran B.1.

2. Skala Kemandirian Belajar

Kemandirian belajar siswa dalam matematika dijaring melalui skala kemandirian belajar berdasarkan sembilan indikator kemandirian belajar, yaitu: (1) inisiatif belajar; (2) mendiagnosis kebutuhan belajar; (3) menetapkan tujuan/target belajar; (4) memonitor, mengatur dan mengontrol belajar; (5) memandang kesulitan sebagai tantangan; (6) mencari dan memanfaatkan sumber yang relevan; (7) memilih dan menerapkan strategi belajar yang tepat; (8) mengevaluasi proses dan hasil belajar; serta (9) konsep diri (Sumarmo, 2006).

Skala kemandirian belajar siswa dalam penelitian ini terdiri dari pernyataan-pernyataan yang harus direspon oleh siswa untuk mengetahui apakah siswa telah memenuhi kesembilan indikator kemandirian belajar yang


(34)

40

Kurnia Putri Sepdikasari Dirgantoro, 2014

PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN M-APOS UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI STRATEGIS DAN KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

telah diuraikan di atas. Butir skala kemandirian belajar yang disusun terdiri dari 40 item pernyataan yang dinyatakan dalam bentuk kegiatan, dilengkapi dengan empat pilihan jawaban, yaitu jarang sekali (Js), jarang (Jr), sering (Sr) dan sangat sering (Ss). Sebelum digunakan dalam penelitian, skala kemandirian belajar juga dikonsultasikan terlebih dahulu kepada dosen pembimbing. Setelah dosen pembimbing memberikan persetujuan, selanjutnya soal tes diujicobakan terlebih dahulu untuk menghitung skor setiap pilihan jawaban, validitas setiap item pernyataan dan reliabilitas instrumen. Instrumen ini diujicobakan pada siswa di luar sampel penelitian yang setingkat dengan subyek penelitian, yaitu kepada 22 orang siswa kelas VII E SMP Santo Aloysius 2 Bandung.

Setelah diketahui banyaknya frekuensi pemilih untuk masing-masing pilihan jawaban per ítem pernyataan maka dilakukanlah perhitungan untuk memberikan skor pada setiap pilihan jawaban tersebut. Artinya, pemberian skor pada skala kemandirian belajar ini ditentukan berdasarkan sebaran jawaban siswa. Hal ini menyebabkan skor Js, Jr, Sr dan Ss dari setiap pernyataan dapat berbeda-beda.

Langkah selanjutnya setelah skor pilihan jawaban setiap ítem diketahui maka rekapituasi data skala kemandirian belajar siswa dihitung validitas dan reliabilitasnya. Berdasarkan perhitungan dengan bantuan software AnatesV4 tipe uraian diperoleh hasil bahwa reliabilitas skala kemandirian belajar adalah 0,66. Nilai ini termasuk dalam kategori sedang (Suherman, 2003). Selanjutnya diperoleh pula hasil bahwa dari 40 item pernyataan terdapat 6 pernyataan yang tidak valid, yaitu pernyataan nomor 3, 8, 13, 16, 27, dan 38. Keenam pernyataan tersebut tersebar dalam indikator kemandirian belajar yang berbeda. Item yang tidak valid selanjutnya tidak dipergunakan dalam penelitian sehingga hanya 34 item pernyataan yang digunakan dalam penelitian ini. Selanjutnya dihitung kembali validitas dan reliabilitasnya, diperoleh nilai reliabilitas sebesar 0,73. Nilai ini termasuk dalam kategori tinggi (Suherman, 2003). Hasil perhitungan dengan bantuan software


(35)

41

Kurnia Putri Sepdikasari Dirgantoro, 2014

PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN M-APOS UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI STRATEGIS DAN KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

AnatesV4 disajikan dalam lampiranB.3. Berikut tabel yang menyajikan hasil pemberian skor setiap ítem pernyataan yang digunakan dalam penelitian.

Tabel 3.9. Skor Setiap Item Skala Kemandirian Belajar No. Item

Skor Respon Siswa Pada

Kategori No.

Item

Skor Respon Siswa Pada Kategori

Js Jr Sr Ss Js Jr Sr Ss

1 (+) 1 2 3 5 18 (+) 1 3 4 5

2 ( ) 5 3 2 1 19 ( ) 4 3 2 1

3 (+) 1 3 4 5 20 (+) 1 2 3 5

4 ( ) 4 3 2 1 21 ( ) 7 5 3 1

5 ( ) 6 4 2 1 22 (+) 1 2 3 5

6 (+) 1 3 4 5 23 (+) 1 2 3 4

7 (+) 1 4 5 7 24 (+) 1 3 4 6

8 (+) 1 1 4 5 25 ( ) 5 4 2 1

9 (+) 1 3 4 5 26 ( ) 4 3 2 1

10 ( ) 7 4 3 1 27 (+) 1 2 4 6

11 (+) 1 2 3 4 28 ( ) 5 3 2 1

12 ( ) 6 4 3 1 29 ( ) 5 3 2 1

13 (+) 1 2 4 6 30 (+) 1 2 4 6

14 ( ) 4 3 2 1 31 (+) 1 3 4 6

15 ( ) 4 3 2 1 32 ( ) 4 3 2 1

16 ( ) 5 3 2 1 33 ( ) 5 4 2 1

17 (+) 1 2 3 5 34 ( ) 6 4 2 1

3. Lembar Observasi

Lembar observasi merupakan daftar isian yang diisi oleh observer selama pembelajaran berlangsung di kelas, digunakan untuk mengamati secara langsung aktivitas pembelajaran yang dilakukan oleh guru dan siswa sehingga diketahui gambaran umum dari pembelajaran yang terjadi. Observasi yang dilakukan dalam penelitian ini digunakan untuk mengukur apakah pembelajaran yang dilaksanakan di kelas eksperimen sudah sesuai dengan pendekatan M-APOS.

Penelitian ini menggunakan dua jenis lembar observasi, yaitu lembar observasi aktivitas guru dan lembar observasi aktivitas siswa. Lembar observasi aktivitas guru betujuan untuk melihat apakah guru telah melaksanakan kegiatan pembelajaran sesuai dengan langkah-langkah yang


(36)

42

Kurnia Putri Sepdikasari Dirgantoro, 2014

PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN M-APOS UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI STRATEGIS DAN KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

telah ditentukan sebelumnya. Sedangkan lembar observasi aktifitas siswa digunakan untuk melihat apakah siswa mengikuti kegiatan pembelajaran dengan baik dan maksimal atau tidak. Selain itu, lembar observasi siswa juga digunakan untuk melihat perkembangan kompetensi strategis siswa yang mencakup indikator: memahami masalah sebelum menyelesaikannya, memilih informasi yang relevan, menyajikan masalah secara matematis dalam berbagai bentuk, memilih dan mengembangkan metode yang efektif untuk menyelesaikan masalah, menemukan solusi dari permasalahan yang diberikan, serta menafsirkan jawaban berdasarkan solusi yang telah diperoleh.

Dengan menggunakan lembar observasi, sikap guru dalam mengajar, keaktifan siswa, serta interaksi yang terjadi antara siswa dengan guru maupun siswa dengan siswa lainnya dapat diamati.

D. Prosedur Penelitian

Secara umum, penelitian yang akan dilaksanakan ini terdiri dari empat tahap, yaitu tahap persiapan, pelaksanaan, analisis data dan pembuatan kesimpulan. Uraiannya akan dijelaskan sebagai berikut.

1. Tahap Persiapan.

a. Mengidentifikasi dan merumuskan masalah yang akan diteliti. b. Melakukan studi literatur yang berkaitan dengan permasalahan. c. Menyusun proposal penelitian yang kemudian diseminarkan. d. Memilih materi yang akan digunakan dalam penelitian.

e. Membuat bahan ajar penelitian yang meliputi Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), LKT (Lembar Kerja Tugas), dan LKD (Lembar Kerja Diskusi), latihan soal serta membuat instrumen penelitian.

f. Judgement bahan ajar dan instrumen penelitian oleh dosen pembimbing.

g. Mengajukan permohonan ijin pada pihak-pihak yang terkait. h. Melakukan uji coba instrumen penelitian.


(37)

43

Kurnia Putri Sepdikasari Dirgantoro, 2014

PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN M-APOS UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI STRATEGIS DAN KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 2. Tahap Pelaksanaan.

a. Memberikan tes awal (pretes) kompetensi strategis dan skala kemandirian belajar kepada kelas eksperimen dan kelas kontrol.

b. Melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan yang berbeda pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Pada kelas eksperimen pembelajaran dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan M-APOS, sedangkan pada kelas kontrol pembelajaran yang dilaksanakan adalah pembelajaran konvensional yang rutin dilakukan di sekolah.

c. Melaksanakan observasi pada kelas eksperimen.

d. Memberikan tes akhir (postes) kompetensi strategis dan skala kemandirian belajar kepada kelas eksperimen dan kelas kontrol sebagai evaluasi hasil pembelajaran.

3. Tahap Analisis Data.

a. Mengumpulkan hasil data dari kelas eksperimen dan kelas kontrol.

b. Mengolah dan menganalisis hasil data yang diperoleh yang bertujuan untuk menjawab rumusan masalah dalam penelitian ini.

4. Tahap Pembuatan Kesimpulan.

Pada tahap ini peneliti membuat kesimpulan hasil penelitian berdasarkan hipotesis yang telah dirumuskan.

E. Analisis Data

Analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini digunakan untuk menjawab rumusan masalah dan menguji hipotesis penelitian yang telah dipaparkan sebelumnya. Guna melakukan analisis maka seluruh data yang diperlukan dalam penelitian ini dikumpulkan terlebih dahulu. Pengumpulan data tersebut dilakukan dengan memberikan tes (pretes dan postes), pengisian skala kemandirian belajar, dan observasi. Setelah seluruh data yang dibutuhkan telah terkumpul selanjutnya data tersebut dikelompokkan ke dalam jenis kualitatif dan kuantitatif. Data kuantitatif meliputi data hasil tes (pretes dan postes) dan data


(38)

44

Kurnia Putri Sepdikasari Dirgantoro, 2014

PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN M-APOS UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI STRATEGIS DAN KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

hasil pengisian skala kemandirian belajar yang telah diubah skalanya, sedangkan data kualitatif meliputi data hasil observasi. Penjelasannya adalah sebagai berikut. 1. Teknik Analisis Hasil Kompetensi Strategis dan Kemandirian Belajar

Pengolahan dan analisis data hasil tes kompetensi strategis serta skala kemandirian belajar dilakukan dengan menggunakan uji statistik terhadap data awal, akhir dan mutu dari peningkatan (gain ternormalisasi) kompetensi strategis siswa dan kemandirian belajar siswa.

Meltzer (2002) menyatakan bahwa gain ternormalisasi merupakan gain absolut dibagi dengan gain maksimum yang mungkin (ideal), dan dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut.

Gain ternormalisasi =

pretes skor

maksimum skor

pretes skor

postes skor

Adapun kriteria gain ternormalisasi menurut Hake (1998) adalah sebagai berikut. Tabel 3.10 Kriteria Gain Ternormalisasi

Gain ternormalisasi Kriteria g 0,70 Tinggi 0,70 g 0,30 Sedang

0,30 g Rendah

Analisis data hasil tes dan skala kemandirian belajar dilakukan untuk memperoleh jawaban terhadap rumusan masalah yang telah dikemukakan sebelumnya. Adapun langkah–langkah dalam melakukan uji statistik dapat dilihat dalam gambar berikut.


(39)

45

Kurnia Putri Sepdikasari Dirgantoro, 2014

PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN M-APOS UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI STRATEGIS DAN KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Gambar 3.2. Analisis Data Hasil Tes dan Skala Kemandirian Belajar Analisis data dilakukan dengan menggunakan bantuan aplikasi Microsoft Office Excel dan software SPSS 20. Berikut disajikan pembahasan lebih lanjut mengenai uji statistik yang digunakan dalam menguji hipotesis yang telah disusun. Untuk mengetahui jenis uji perbedaan rata-rata yang digunakan maka terlebih dahulu data diuji normalitas dan homogenitasnya.

a. Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data tersebut berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Uji normalitas menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov karena jumlah data pada penelitian ini kurang dari 30 (Nugroho, 2005). Adapun taraf signifikansi yang digunakan adalah 5%. Hipotesis yang digunakan dalam uji normalitas adalah sebagai berikut.

H0 : data berdistribusi normal

H1 : data tidak berdistribusi normal

Kriteria pengujiannya adalah tolak H0 apabila nilai Sig. < taraf signifikansi

( ).


(40)

46

Kurnia Putri Sepdikasari Dirgantoro, 2014

PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN M-APOS UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI STRATEGIS DAN KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui apakah dua sampel yang diambil memiliki varians yang homogen atau tidak. Dalam uji homogenitas ini digunakan uji Levene dengan taraf signifikansi 5%.

Hipotesis yang digunakan dalam uji homogenitas varians adalah sebagai berikut.

H0 : data kelas eksperimen dan kelas kontrol memiliki varians yang

homogen

H1 : data kelas eksperimen dan kelas kontrol tidak memiliki varians yang

homogen

Adapun kriteria pengujiannya adalah tolak H0 apabila nilai Sig. < taraf

signifikansi ( ).

c. Uji Perbedaan Rata-Rata

Uji perbedaan rata-rata dimaksudkan untuk mengetahui apakah rerata data kelas eksperimen berbeda secara signifikan dengan rerata data kelas kontrol. Jika data berdistribusi normal dan variansnya homogen maka pengujiannya dilakukan dengan uji t. Sedangkan untuk data berdistribusi normal tetapi tidak memiliki varians yang homogen maka pengujiannya mengunakan uji t’. Dan untuk data yang tidak berdistribusi normal maka pengujiannya manggunakan uji non-parametrik yaitu menggunakan uji

Mann-Whitney.

Hipotesis yang digunakan dalam uji perbedaan rata-rata dua pihak adalah sebagai berikut.

H0 : tidak terdapat perbedaan rata-rata data kelas eksperimen dan kelas

kontrol

H1 : terdapat perbedaan rata-rata data kelas eksperimen dan kelas kontrol

Kriteria pengujiannya adalah tolak H0 apabila nilai Sig. (2-tailed) < taraf

signifikansi ( = 0,05).

Sedangkan hipotesis yang digunakan dalam uji perbedaan rata-rata satu pihak adalah sebagai berikut.


(41)

47

Kurnia Putri Sepdikasari Dirgantoro, 2014

PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN M-APOS UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI STRATEGIS DAN KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

H0 : tidak terdapat perbedaan rata-rata data kelas eksperimen dan kelas

kontrol

H1 : rata-rata data kelas eksperimen lebih besar daripada kelas kontrol

Kriteria pengujiannya adalah tolak H0 apabila nilai Sig. (1-tailed) < taraf

signifikansi ( = 0,05) di mana nilai Sig. (1-tailed) = nilai Sig. (2-tailed) (Uyanto: 2009).

2. Teknik Analisis Asosiasi antara Kompetensi Strategis dan Kemandirian Belajar Siswa melalui Pendekatan M-APOS

Asosiasi kontingensi dapat digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya asosisasi antara kompetensi strategis dan kemandirian belajar siswa. Sebelum melakukan perhitungan statistik kontingensi, data yang sudah diperoleh dari tes kompetensi strategis dan skala kemandirian belajar diubah ke dalam data yang berbentuk nominal (Sugiyono, 2008). Berdasarkan data yang telah diubah skalanya, disusunlah tabel kontingensi (Sudjana, 1996). Kemudian, untuk mengetahui signifikansi asosiasi tersebut digunakan uji Chi Kuadrat (Sudjana, 1996).

Adapun hipotesis yang digunakan adalah sebagai berikut.

H0 : tidak terdapat asosiasi yang signifikan antara kompetensi strategis dan

kemandirian belajar siswa

H1 : terdapat asosiasi yang signifikan antara kompetensi strategis dan

kemandirian belajar siswa

Kriteria pengujiannya adalah tolak H0 apabila nilai Asymp.Sig (2-sided) < taraf

signifikansi ( = 0,05).

Setelah signifikansi asosiasi telah diketahui, selanjutnya dihitung nilai koefisien kontingensi (C). Agar nilai C yang telah diperoleh dapat digunakan dalam menilai derajat asosiasi antara kompetensi strategis dan kemandirian belajar siswa, maka nilai C perlu dibandingkan dengan nilai C maksimum. Nilai C maksimum dapat dihitung dengan menggunakan rumus: di mana


(42)

48

Kurnia Putri Sepdikasari Dirgantoro, 2014

PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN M-APOS UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI STRATEGIS DAN KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

m adalah harga minimum antara banyak baris dan banyak kolom (Sudjana, 1996).

Klasifikasi derajat asosiasi diberikan pada Tabel 3.11 (Tandililing, 2011).

Tabel 3.11. Klasifikasi Derajat Asosiasi

Besarnya C Klasifikasi

Tidak terdapat asosiasi

Rendah sekali

Rendah Cukup Tinggi

Tinggi sekali

Sempurna

3. Analisis Data Observasi

Data observasi diperoleh dari pengisian lembar obeservasi oleh pengamat atau observer selama proses pembelajaran. Data yang diperoleh melalui lembar observasi dalam bentuk tabel dianalisis dan dipresentasikan dalam kalimat.


(1)

Kurnia Putri Sepdikasari Dirgantoro, 2014

PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN M-APOS UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI STRATEGIS DAN KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

kompetensi strategis mempengaruhi kemandirian belajar, ataukah kemandirian belajar mempengaruhi kompetensi strategis, ataukah kedua variabel tersebut saling mempengaruhi.

4. Untuk peneliti selanjutnya, penelitian terhadap pendekatan M-APOS dapat dilanjutkan terhadap karakteristik populasi yang berbeda, seperti pada siswa sekolah menengah di kelas lebih tinggi. Penelitian juga dapat dilanjutkan pada kompetensi serta disposisi matematis lainnya yang lebih luas.

5. Penelitian mengenai kompetensi strategis dan kemandirian belajar siswa perlu terus dilakukan dan dikembangkan mulai dari tingkat Sekolah Dasar hingga Perguruan Tinggi. Hal ini dikarenakan kompetensi strategis serta kemandirian belajar merupakan kemampuan penting yang dapat mempengaruhi prestasi dan pencapaian siswa dalam belajar matematika serta dalam mempersiapkan siswa memasuki dunia kerja profesional mereka nantinya.

Adapun hal-hal yang perlu dipertimbangkan yang dapat menjadi kendala pada pengimplementasian pendekatan M-APOS dalam pembelajaran matematika adalah sebagai berikut.

1. Pada tahap awal pengimplementasian, siswa belum terbiasa dalam mempelajari konsep baru secara mandiri. Sebelumnya siswa terbiasa melaksanakan pembelajaran secara konvensional di mana siswa hanya memperhatikan guru ketika menjelaskan dan memberi contoh soal, kemudian bertanya ketika tidak mengerti. Pada pembelajaran dengan pendekatan M-APOS, siswa tidak lagi memperoleh penjelasan dan contoh soal dari guru, melainkan harus mempelajari sendiri materi sehingga perlu waktu bagi siswa untuk bisa beradaptasi dengan pendekatan ini. Sehingga pada awal pertemuan, masih banyak siswa yang belum mengerti dan minta dijelaskan oleh guru. 2. Pembelajaran matematika dengan pendekatan M-APOS memerlukan suatu

modul atau bahan ajar dalam proses pembelajarannya, yaitu LKT, LKD dan latihan soal sehingga menuntut guru untuk mempersiapkan secara khusus bahan ajar dan mengevaluasinya. Guru pun dituntut untuk mempersiapkan diri dan fasilitas pendukung yang dapat mempengaruhi pelaksanaan pembelajaran.


(2)

Kurnia Putri Sepdikasari Dirgantoro, 2014

PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN M-APOS UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI STRATEGIS DAN KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Untuk membantu meminimalkan kendala yang terjadi dalam penerapan pendekatan M-APOS dalam pembelajaran matematika, penulis menyumbangkan beberapa masukan terkait dengan faktor kendala yang telah diuraikan sebelumnya yaitu sebagai berikut.

1. Karena pada tahap awal pengimplementasian beberapa siswa mungkin mengalami kesulitan dalam mengatur dan memantau diri sendiri dalam proses pembelajaran, guru memiliki peran yang penting untuk membantu siswa agar siswa dapat membiasakan diri. Guru dapat lebih memotivasi siswa dan meyakinkan siswa bahwa mereka memiliki kemampuan untuk dapat mengatur dan memantau diri sendiri dalam kegiatan pembelajaran. Guru pun perlu berlatih untuk dapat menggunakan dan mengelola waktu sebaik mungkin agar waktu yang relatif terbatas ketika proses pembelajaran dapat memberikan hasil yang maksimal untuk meningkatkan hasil belajar siswa.

2. Guru-guru yang tertarik dengan pendekatan M-APOS dapat membentuk suatu kelompok untuk menyusun bahan ajar bersama-sama. Dengan adanya kerja kelompok maka penyusunan modul atau bahan ajar dapat terasa lebih ringan. Melalui kegiatan ini guru-guru dapat saling memberi masukan sehingga mereka dapat mempersiapkan dirinya dengan maksimal dan dapat membuat bahan ajar yang sesuai yang dapat membantu siswa belajar secara optimal.


(3)

Kurnia Putri Sepdikasari Dirgantoro, 2014

PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN M-APOS UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI STRATEGIS DAN KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA

Asiala, M. et al. (1997). A Framework for Research and Curriculum Development in Undergraduate Mathematics Education. [Online]. Tersedia:

http://www.math.wisc.edu/~wilson/Courses/Math903/APOS-Overview.pdf. [4 Desember 2013].

Azwar, S. (2013). Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. ISBN: 979-9289-08-4.

Cohen, L., Manion, L., and Morrison, K. (2007). Research Methods in Education. New York: Routledge. ISBN: 0-203-02905-4.

Dahar, R. W. (1996). Teori-Teori Belajar. Jakarta: Erlangga.

Darr, C. & Fisher, J. (2004). Self-Regulated in The Mathematics Class. Paper presented at NZARE Conference, Turning the Kaleidoscope, Wellington,

24-26 November 2004. [Online]. Tersedia:

http://www.nzcer.org.nz/pdfs/13903.pdf. [28 Desember 2013].

Desmita. (2009). Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. ISBN: 979-692-950-3.

Duckworth, K. et al. (2009). Self-Regulated Learning: A Literature Review. London: Centre for Research on the Wider Benefits of Learning Institute of Education. ISBN: 978-0-9559488-4-8.

Ekawati, M. (2010). Penerapan Model M-APOS dalam Pembelajaran Matematika untuk Meningkatkan Pemahaman Relasional Siswa. Skripsi pada FPMIPA UPI Bandung: Tidak diterbitkan.

Graf, E. A. (2009). Defining Mathematics Competency in the Service of Cognitively Based Assessment for Grades 6 Through 8. Educational

Testing Service. [Online]. Tersedia:

http://www.ets.org/research/contact.html. [29 November 2013]

Hake, R.R. (1998). Interactive Engagement Versus Traditional Methods: A Six-Thousand-Student Survey of Mechanics Test Data for Introductory Physics Courses. American Journal Physiscs Vol. 66, pp. 64-74.

Hargis, J. (2000). The Self-Regulated Learner Advantage: Learning Science on the Internet. Electronic Journal of Science Education Southwestern University. Volume 4, Number 4.

Hergenhahn, B. R. and Olson, M. H. (2008). Theories of Learning Seventh Edition. Dialihbahasakan oleh Tri Wibowo B. S. Jakarta: Kencana. ISBN 978-979-1486-54-5.

http://vygotsky.afraid.org

Hudojo, H. (2005). Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran Matematika. Malang: Universitas Negeri Malang. ISBN: 979-495-714-3.


(4)

Kurnia Putri Sepdikasari Dirgantoro, 2014

PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN M-APOS UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI STRATEGIS DAN KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Izzati, N. (2012). Peningkatan Kompetensi Strategis dan Kemandirian Belajar Siswa SMP melalui Pendekatan Pendidikan Matematika Realistik. Disertasi pada SPs UPI Bandung: Tidak diterbitkan.

Kilpatrick, J., Swafford, J., and Findell, B. (2001). Adding It Up: Helping Children Learn Mathematics. Washington, DC: National Academy Press. ISBN: 0-309-50524-0.

Meltzer, D. E. (2002). The Relationship Between Mathematics Preparation and Conceptual Learning Gains in Physics: A Possible “Hidden Variable” in Diagnostic Pretest Scores. American Journal Physics. 70 (12), pp. 1259-1268.

Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia. (2007). Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor: Kep. 244.MEN/V/2007. Tersedia: http://www.Ispmigas.com/standar/Boiler.pdf. [23 Desember 2013].

Montalvo, F. T. & Torres, M. C. G. (2004). Self-Regulated Learning: Current and Future Directions. Electronic Journal of Research in Educational Psychology Vol. 2, No. 1, pp. 1-34. ISSN: 1696-2095.

Mulyana, T. (2008). Pembelajaran Analitik Sintetik untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Kreatif Matematik Siswa Sekolah Menengah Atas. Disertasi pada SPs UPI Bandung: Tidak diterbitkan. National Council of Teachers of Mathematics. (2000). Principle and Standards

for School Mathematic. Virginia: NCTM.

National Research Council. (1989). Everybody Counts. A Report to the Nation on the Future of Mathematics Education. Washington, DC: National Academy Press. ISBN 0-309-03977-0.

Nugroho, B. A. (2005). Strategi Jitu Memilih Metode Statistika Penelitian dengan SPSS. Yogyakarta: Penerbit Andi. ISBN: 979-763-032-3.

Nurlaelah, E. (2009). Pencapaian Daya dan Kreativitas Matematik Mahasiswa Calon Guru melalui Pembelajaran Berdasarkan Teori Apos. Disertasi pada SPs UPI Bandung: Tidak diterbitkan.

Ostler, E. (2011). Teaching Adaptive and Strategic Reasoning Through Formula Derivation: Beyond Formal Semiotics. International Journal of mathematics Science Education©Technomathematics Reesearch Foundation Vol. 4, No. 2, pp. 16-26.

Pape et al. (2003). Developing Mathematical Thinking and Self-Regulated Learning: A Teaching Experiment in a Seventh-Grade Mathematics Classroom. Journal Educational Studies in Mathematics Vol. 53, Issue 3, pp. 179-202.


(5)

Kurnia Putri Sepdikasari Dirgantoro, 2014

PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN M-APOS UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI STRATEGIS DAN KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Posamentier, A. S. (2009). Problem Solving: Building Strategic Competence. Sadlier-Oxford, Professional Development Series Vol. 14. [Online].

Tersedia:

http://www.sadlier-oxford.com/prof_development/904691_ProbSolv_WP14.cfm [28 April 2014].

Ratnaningsih, N. (2007). Pengaruh Pembelajaran Kontekstual terhadap Kemampuan Berpikir Kritis dan Kreatif Matematik serta Kemandirian Belajar Siswa Sekolah Menengah Atas. Disertasi pada SPs UPI Bandung: Tidak diterbitkan.

Ruseffendi, E. T. (1991). Penilaian Pendidikan dan Hasil Belajar Siswa Khususnya Dalam Pengajaran Matematika untuk Guru dan Calon Guru. Diklat Kuliah. Bandung: Tidak diterbitkan.

______________. (1998). Dasar-Dasar Penelitian Pendidikan dan Bidang Non-Eksata Lainnya. Bandung: Tarsito.

______________. (2006). Pengantar kepada Membantu Guru Mengembangkan Kompetensinya dalam Pengajaran Matematika untuk Meningkatkan CBSA. Bandung: Tarsito.

Samuelsson, J. (2010). The Impact of Teaching Approaches on Students’

Mathematical Proficiency in Sweden. International Electric Journal of Mathematics Education (IEJME) Vol. 5, No.2. ISSN 1306-3030.

___________. (2011). Important Prerequisites to Educational Success in Mathematics in Lower Secondary School. International Journal for Mathematics Teaching and Learning. ISSN 1473-0111.

Sudjana. (1996). Metoda Statistika. Bandung: Tarsito.

Sudrajat. (2008). Peranan Matematika dalam Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. [Online]. Tersedia: http://pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2010/08/peranan_matematika_dlm_perkembangan_iptek. pdf. [31 Mei 2013].

Sugiyono. (2008). Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Penerbit Alfabeta. _______. (2013). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Penerbit Alfabeta. Suherman. (2003). Evaluasi Pembelajaran Matematika. Bandung: JICA FPMIPA

UPI.

Sumarmo. (2004). Pembelajaran Matematika untuk Mendukung Pelaksanaan Kurikulum Berbasis Kompetensi. Makalah pada Pertemuan MGMP Matematika di SMP Negeri 1 Tasikmalaya, 11 Februari 2004.

_______. (2006). Kemandirian Belajar: Apa, Mengapa dan Bagaimana Dikembangkan Pada Peserta Didik. Makalah pada Seminar Pendidikan Matematika di UNY.

Sunarto dan Hartono, A. (2002). Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: PT Asdi Mahasatya. ISBN: 979-518-826-7.


(6)

Kurnia Putri Sepdikasari Dirgantoro, 2014

PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN M-APOS UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI STRATEGIS DAN KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Suryadi, D. (2005). Penggunaan Pendekatan Pembelajaran Tidak Langsung Serta Pendekatan Gabungan Langsung dan Tidak Langsung dalam Rangka Meningkatkan Kemampuan Berpikir Matematik Tingkat Tinggi Siswa SLTP. Disertasi pada PPS UPI Bandung: Tidak diterbitkan.

. (2007). “Pendidikan Matematika”, dalam Ilmu dan Aplikasi Pendidikan. Bagian III: Pendidikan Disiplin Ilmu. Bandung: Imperial Bhakti Utama. ISBN: 978-979-16173-0-7.

. (2012). Membangun Budaya Baru dalam Berpikir Matematika. Bandung: Rizqi Press.

Tandililing, E. (2011). Peningkatan Pemahaman dan Komunikasi Matematis serta Kemandirian Belajar Siswa Sekolah Menengah Atas melalui Strategi PQ4R dan Bacaan Refutation Text. Disertasi pada SPs UPI Bandung: Tidak diterbitkan.

Uyanto, S. S. (2009). Pedoman Analisis Data dengan SPSS. Yogyakarta: Graha Ilmu. ISBN: 978-979-756-430-8.

Wahyudin. (2008). Pembelajaran dan Model-model Pembelajaran. FPMIPA UPI Bandung. Tidak dipublikasikan.

Widjajanti, D. B. (2011). Mengembangkan Kecakapan Matematis Mahasiswa Calon Guru Matematika melalui Strategi Perkuliahan Kolaboratif Berbasis Masalah. Prosiding Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan dan Penerapan MIPA, Fakultas MIPA, Universitas Negeri Yogyakarta, 14 Mei 2011.

Yerizon. (2010). Peningkatan Kemampuan Pembuktian dan Kemandirian Belajar Matematik Mahasiswa melalui Pendekatan M-APOS. Disertasi pada SPs UPI Bandung: Tidak diterbitkan.

Yulianti, K. (2010). Menghubungkan Ide-Ide Matematik melalui Kegiatan

Pemecahan Masalah. [Online]. Tersedia:

http://file.upi.edu/Direktori/FPMIPA/JUR._PEND._MATEMATIKA/198 207282005012-KARTIKA_YULIANTI/koneksi_dg_prob_solv_(upi).pdf. [29 November 2013].


Dokumen yang terkait

PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN METAKOGNITIF UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIK DAN KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA SMP.

0 9 9

IMPLEMENTASI TEORI BELAJAR APOS DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN SIKLUS ACE UNTUK MENINGKATKAN Implementasi Teori Belajar Apos Dengan Menggunakan Pendekatan Siklus Ace Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Matematika (PTK Pembelajaran Matematika Di Kelas VII

1 1 16

IMPLEMENTASI TEORI BELAJAR APOS DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN SIKLUS ACE UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP Implementasi Teori Belajar Apos Dengan Menggunakan Pendekatan Siklus Ace Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Matematika (PTK Pembelajaran Matemat

1 2 12

IMPLEMENTASI TEORI BELAJAR APOS DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN SIKLUS ACE UNTUK MENINGKATKAN Implementasi Teori Belajar Apos Dengan Menggunakan Pendekatan Siklus Ace Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Matematika (PTK Pembelajaran Matematika Di Kelas VIII

0 1 16

IMPLEMENTASI TEORI BELAJAR APOS DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN SIKLUS ACE UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP Implementasi Teori Belajar Apos Dengan Menggunakan Pendekatan Siklus Ace Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Matematika (PTK Pembelajaran Matemat

3 5 9

PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN METAPHORICAL THINKING UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP DAN KOMPETENSI STRATEGIS MATEMATIS SISWA SMP.

4 9 52

PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMBUKTIAN DAN KEMANDIRIAN BELAJAR MATEMATIK MAHASISWA MELALUI PENDEKATAN M-APOS.

0 0 51

PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMBUKTIAN DAN KEMANDIRIAN BELAJAR MATEMATIK MAHASISWA MELALUI PENDEKATAN M-APOS.

1 9 51

PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN M-APOS UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI STRATEGIS DAN KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA - repository UPI T MTK 1201333 Title

0 2 4

PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMBUKTIAN DAN KEMANDIRIAN BELAJAR MATEMATIK MAHASISWA MELALUI PENDEKATAN M-APOS

0 0 215