PERBANDINGAN KECEPATAN MAKSIMAL DAN KECEPATAN DI METER 80 – 100 PADA LARI 100 METER ANTARA SPRINTER PPLP JABAR DENGAN PPLM JABAR.

(1)

PERBANDINGAN KECEPATAN MAKSIMAL DAN KECEPATAN

DI METER 80

100 PADA LARI 100 METER ANTARA SPRINTER

PPLP JABAR DENGAN PPLM JABAR

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi sebagai syarat untuk memperoleh gelar sarjana sains Program Studi Ilmu Keolahragaan

oleh

Muhamad Alawi Abdurohim NIM. 1006798

PROGRAM STUDI ILMU KEOLAHRAGAAN

JURUSAN PENDIDIKAN KESEHATAN DAN REKREASI

FAKULTAS PENDIDIKAN OLAHRAGA DAN KESEHATAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG


(2)

PERBANDINGAN KECEPATAN MAKSIMAL DAN KECEPATAN DI METER 80 – 100 PADA LARI 100 METER ANTARA SPRINTER PPLP

JABAR DENGAN PPLM JABAR

Oleh

Muhamad Alawi Abdurohim

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi sebagian dari syarat memperoleh gelar Sarjana Sains Program Studi Ilmu Keolahragaan

© Muhamad Alawi Abdurohim 2014

Universitas Pendidikan Indonesia

November 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya, atau sebagian, Dengan dicetak ulang, diphotocopy atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis


(3)

LEMBAR PENGESAHAN

MUHAMAD ALAWI ABDUROHIM 1006798

PERBANDINGAN KECEPATAN MAKSIMAL DAN KECEPATAN DI METER 80 – 100 PADA LARI 100 METER ANTARA SPRINTER PPLP

JABAR DENGAN PPLM JABAR

disetujui dan disahkan oleh :

Pembimbing I

Agus Rusdiana, M.Sc., Ph.D., NIP.19760812 200112 1 001

Pembimbing II

Drs. H. Badruzzaman,M.Pd., NIP.19591104 198601 1 001

Mengetahui,

Ketua Program Studi Ilmu Keolahragaan FPOK UPI


(4)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

UCAPAN TERIMA KASIH ... ii

ABSTRAK ... v

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A.Latar Belakang ... 1

B.Indentifikasi Masalah ... 5

C.Rumusan Masalah ... 5

D.Tujuan Penelitian ... 6

E. Manfaat Penelitian ... 6

F. Struktur Organisasi Skripsi ... 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA/LANDASAN TEORETIS ... 9

A.Kajian Pustaka ... 9

1. Atletik ... 9

2. Hakekat Lari Sprint 100 meter ... 11

3. Tahapan Lari Sprint 100 meter ... 12

4. Ruang Lingkup Kecepatan Dalam Lari Sprint 100 meter ... 14

B.Kerangka Pemikiran ... 16

C.Hipotesis Penelitian ... 18

BAB III METODE PENELITIAN ... 19

A.Desain Penelitian ... 19

B.Partisipan ... 20

C.Populasi dan Sample Penelitian ... 20

D.Instrumen Penelitian ... 21

E. Prosedur Penelitian ... 24


(5)

viii

BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN ... 28

A.Temuan ... 28

1. Data Hasil Kecepatan, Kecepatan Maksimal, dan Kecepatan di meter 80 – 100 ... 28

2. Uji Normalitas ... 36

3. Uji Homogenitas ... 36

4. Uji Hipotesis ... 37

B.Pembahasan ... 38

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI ... 44

A.Simpulan ... 44

B.Implikasi dan rekomendasi ... 45

DAFTAR PUSTAKA ... 46


(6)

ABSTRAK

PERBANDINGAN KECEPATAN MAKSIMAL DAN KECEPATAN DI METER 80 – 100 PADA LARI 100 METER ANTARA SPRINTER PPLP JABAR DENGAN

PPLM JABAR

Muhamad Alawi Abdurohim 1006798

Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan Universitas Pendidikan Indonesia

Agus Rusdiana1 Badruzzaman2

Kecepatan lari para sprinter di negara maju telah dianalisis disetiap meter dengan alat sensor otomatis pada jarak 10 meter, sehingga terlihat kecepatan maksimal, dan penurunan atau peningkatan kecepatan di meter 80 – 100. Peneliti tertarik membandingkan dan menganalisis kecepatan maksimal dan kecepatan di meter 80 – 100 antara sprinter PPLP Jabar dengan PPLM Jabar mengunakan alat yang baru dikembangkan di UPI. Tujuannya mengetahui perbedaan Kecepatan maksimal dan kecepatan di meter 80 – 100 antara sprinter PPLP Jabar dengan PPLM Jabar sebagai informasi ilmiah dan bahan evaluasi bagi pelatihan khususnya di jabar umumnya di indonesia. Metode penelitian yang digunakan yaitu deskriptif kuantitatif dengan teknik komparatif. Sampel yang digunakan sebanyak 8 orang dari sprinter PPLP Jabar 4 orang dan sprinter PPLM jabar 4 orang yang diambil menggunakan metode purposive sampling. Instrumen yang digunakan ialah Tes Lari sprint 100 meter dan alat Redi Speed. Hasil penelitian menunjukkan nilai rata-rata antara sprinter PPLP Jabar dan sprinter PPLM Jabar: kecepatan maksimal (14,46±8,41 m/s) dan (18,60±15,38 m/s) dan kecepatan di 80 – 100 meter (8,50±7,66 m/s) dan (7,66 ± 0,90 m/s). Nilai dari uji perbedaan mann whitney kecepatan maksimal, nilai sig. 2-tailed adalah 0,468>0,025 dan kecepatan di meter 80 – 100 meter, nilai sig. 2-tailed adalah 0,386>0,025 maka, tidak berbeda signifikan antara keduanya.


(7)

ABSTRACT

THE COMPARISON OF MAXIMUM SPEED AND SPEED IN 80 – 100 METER BETWEEN SPRINTER OF PPLP AND PPLM JABAR ON 100-METER SPRINT

Muhammad Alawi Abdurohim 1006789

Faculty of Sports and Healts Education Indonesia University of Education

Agus Rusdiana1 Badruzzaman2

In the developed countries, the sprinting speed per meter has been already measured by an automatic sensor over 10 meter distance. This automatic sensor can identify the maximum speed along with the decrease and increase of speed over 80 – 100 meter distance. Therefore, the researcher is interested in investigating the difference of speed—the maximum speed and the speed in 80 – 100 meter between the sprinter of PPLP Jabar and PPLM Jabar using a tool developed by UPI. The aims of the research is to reveal the difference of both maximum speed and and speed in 80 – 100 meter between the sprinter of PPLP and PPLM Jabar which can be very beneficial for scientific information and enriching material for training, generally in Indonesia and especially in West Java. Descriptive qualitative with comparative technique is used as the methodology of this research. There are 8 participants 4 from PPLP Jabar and 4 from PPLM Jabar as the sample of the research that is gathered by applying purposive sampling method. In addition, this research uses instruments such as, 100 meter sprint running test and a Redi Speed tool. As a result, the average score among the sprinters of PPLP and PPLM Jabar are: the maximum speed are (14.46±8.41 m/s) and (18.60±15.38 m/s), while the speed in 80 – 100 meter are (8.50±7.66 m/s) and (7.66 ± 0.90 m/s). The score of the maximum speed of mann whitney test, 2-tailed sig. score, is 0.468>0.025 and the score of the speed in 80 – 100 meter, 2-tailed sig. score, is 0.386>0.025. Based on the findings, it can be concluded that there is no significant difference of speed, both the maximum speed and the speed in 80 – 100 meter between sprinter of PPLP and PPLM Jabar.


(8)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Pada abad modern ini perkembangan ilmu menghasilkan teknologi yang mendukung kehidupan manusia. Salah satu aspek yang melekat dengan kehidupan manusia abad modern ini adalah olahraga yang menjadi profesi, hiburan, dan cara menjaga kesehatan manusia yang juga didukung teknologi. Selanjutnya, untuk meneliti dan mengkaji lebih dalam tentang ilmu olahraga lahir lembaga-lembaga penelitian di Negara maju di Asia seperti di Jepang, Korea, China, dan Australia. Adapun laboratorium yang meneliti dan mengkaji ilmu keolahragaan yaitu, di Jepang ada JISS (Japan Institute Of Sport Science), di Korea ada KISS (Korean Institute Of Sport Science), di Australia ada AISS (Australia Institute Of Sport Science), di China ada BISS (Bejing Institute Of Sport Science) dan banyak di Negara lainnya, dilaboratorium ini para pakar olahraga dan ilmu lainnya bersinergi untuk mendiagnosa, mengevaluasi, memberi masukan keilmuan kepada pelatih dan atlet tentang kelebihan, kekurangan, dan potensi atlet sendiri maupun lawan yang lebih tinggi kemampuanya.

Lari jarak pendek (sprint) 100 meter bisa disebut nomer cabang olahraga atletik yang mudah dilakukan siapapun dan bergengsi. Mudah dilakukan oleh siapapun karena lari sprint selesai dalam hitungan detik. Selanjutnya, dapat menjadi nomer bergengsi dalam cabang olahraga atletik karena jika mampu mencatat rekor tercepat bisa mendapat predikat manusia tercepat. lihat saja sosok Usain Bolt yang mejuarai Olimpiade London 2012 dengan catatan kecepatan 9,46 detik, kecepatan itu sama dengan 10,6 meter per detik atau rata-rata 38,1 kilometer per jam. Sampai tahun 2014 ini catatan rekor kecepatan lari sprint 100 meter 9,46 detik membuat Usain Bolt dijuluki manusia tercepat didunia.

Pada abad modern ini pengukuran kecepatan saat berlari sudah mengunakan teknologi cangih. Contohnya sensor yang ditempel di sepatu atlet (Foot Pod, Polar


(9)

2

dan Suunt), Global Positioning System (GPS) dan Defferential Global Positioning System (DGPS). Selain itu ada juga Radar, Photo Finish, Kinematic Analysis, Photocells dan Optojump (OJ) Dolenec (2009, hlm.17). semua alat ini dibuat untuk mendiagnosa, menganilisis, dan mengevaluasi performa atlet untuk peningkatan prestasi khususnya dalam kecepatan lari bagi atlet sprint.

Manfaat dari analisis kecepatan lari terutama lari jarak pendek akan diperlukan sekali untuk melakukan penelitian dan evaluasi atlet. Diantara bentuk dari analisis lari jarak pendek yaitu, mengetahui waktu, langkah, jarak dan kecepatan rata-rata dilihat lebih dalam dari aspek peningkatan kecepatan, penurunan kecepatan, kecepatan maksimal pada atlet tersebut, dan lain sebagainya. Berikut data hasil analisis pelari tercepat di dunia Usain Bolt pelari asal Jamaika.

Gambar 1.1 Analisis Lari 100 meter Usain Bolt (sumber: www.thensun.co.uk)

Dari hasil analisis pada gambar diatas dapat dilihat bahwa seorang Usain Bolt memiliki kecepatan lari maksimal 27, 58 mil/jam di jarak ke 68, 58 meter pada detik ke 7. Kemudian Usain Bolt mampu mempertahankan kecepatan, rata-rata 27 mil/jam di meter ke 56-93. Hasil analisis kecepatan lari Usain Bolt bisa menjadi perbandingan dengan atlet pelari lainnya dan bahan evaluasi bagi Usain Bolt sendiri. Selain itu penulis juga menemukan data analisis perbandingan


(10)

3

pelari-pelari dunia lainnya. Data kecepatan perlini ini nantinya bisa dijadikan sumber evaluasi, seperti hasil analisis tabel berikut.

Tabel 1.1 Analisis Waktu Tiap 10 Meter Pelari Dunia. (Sumber : www.gscperformaceanalysis.blogspot.com)

Tabel 1.2 Analisis Kecepatan Tiap 10 Meter Pelari Dunia. (Sumber : www.gscperformaceanalysis.blogspot.com)

Gambar 1.2 Grafik Analisis Kecepatan Lari per 10 Meter (Sumber : www.gscperformaceanalysis.blogspot.com)

Tentunya pengukuran dan analisis seperti diatas mengunakan teknologi yang cangih salah satunya Photocells yang harganya mahal sekali. Selanjutnya di Indonesia pengukuran kecepatan lari saat ini masih mengunakan alat pengukur waktu dan kecepatan manual yaitu dengan alat Stopwatch. “Pengunaan Stopwatch menjadi


(11)

4

masalah dalam keakuratannya karena ada permasalahan perbedaan selang waktu dalam penekanan tombol. Sehingga banyak menimbulkan human error (kesalahan manusia) karena tingkat reflex dan kepekaan manusia berbeda-beda. Sehingga perlu adanya suatu system alat penentu waktu dan kecepatan pelari yang otomatis” (Samsul Hadi, detiksport.com).

Penelitian alat pengembagan pembuatan alat pengukuran kecepatan baru dikembagkan di Universitas Pendidikan Indonesia. Dalam penelitian pengembangan itu, peneliti membuat alat pengukur kecepatan lari berbasis Microkontroler dengan

Interfacing Personal Computer dan nama alat itu Redi Speed. Menurut Rahmat (2014, hlm.6) sebagi berikut:

“Inovasi yang akan dilakukan diantaranya, pertama membuat alat ini bisa mengukur kecepatan lari 100 meter dengan hasil jarak yang bisa diatur tergantung keinginan pengguna bisa tiap 5 meter, 8 meter, 10 meter dan jarak lainya. Kedua membuat sensor dengan harganya terjangkau dan fungsinya tetap sama yaitu dengan mengunakan sensor phototransistor. Ketiga hasil data tampilannya bukan lagi di LCD melainkan di komputer yang sudah terinstal dengan aplikasi monitoring kecepatan lari 100 meter, aplikasi ini akan dibuat mengunakan software Visual Basic 12. Fungsi pembuatan aplikasi ini adalah untuk menampilkan hasil kecepatan lari yang dikirim dari setiap sensor sehingga dapat mengatasi permasalahan pengunaan LCD. Alat yang akan dibuat bukan hanya berguna pengukuran lari dalam 100 meter saja dengan lini-lini tertentu sesuai dengan kehendak peneliti, tetapi data dari hasil penggunaan alat ini bisa digunakan untuk proses latihan dan analisis data, mulai dari kecepatan lari, daya tahan kecepatan lari, kecepatan maksimal lari dan kecepatan lari tiap meter sesuai dengan kebutuhan analisis, yang nantinya dapat meningkatkan perfoma atlet.”

Atas dasar pemaparan diatas, peneliti tertarik untuk mengetahui performa atlet lari jarak pendek dengan alat pengukur kecepatan lari berbasis Microkontroler dengan


(12)

5

Interfacing Personal Computer atau bisa disebut alat Redi Speed. Sehingga bisa mengetahui perbandingan karakteristik kemapuan atlet dari aspek kecepatan maksimal, dan kecepatan di meter 80-100. Oleh karena itu, penulis akan mengangkat

judul tentang, “PERBANDINGAN KECEPATAN MAKSIMAL DAN

KECEPATAN DI METER 80 – 100 PADA LARI 100 METER ANTARA SPRINTER PPLP JABAR DENGAN PPLM JABAR.”

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah disampaikan, maka permasalahan yang akan diidentifikasi dan dibatasi dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Belum maksimal tes dan pengukuran analisis kecepatan lari pada atlet Indonesia untuk evaluasi performa dan latihan atlet.

2. Pengukuran kecepatan lari masih mengunakan Stopwatch sehingga menyebabkan

human error karena perbedaan reaksi setiap orang ketika menekan tombol.

3. Perlunya mencoba alat pengukuran kecepatan berbasis Microkontroler dengan

Interfacing Personal Computer atau Redi Speed. karena murah, mudah, dan manfaatnya hampir sama dengan photocells yang harganya mahal.

4. Penelitian ini dibatasi pada perbandingan kecepatan maksimal dan kecepatan di meter 80 – 100 pada lari 100 meter antara Sprinter PPLP Jabar dengan PPLM Jabar.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah yang telah disampaikan, maka permasalahan yang diteliti dirumuskan sebagai berikut:

1. Apakah terdapat perbedaan kecepatan maksimal pada lari 100 meter antara Sprinter PPLP Jabar dengan PPLM Jabar?

2. Apakah terdapat perbedaan kecepatan di meter 80 – 100 pada lari 100 meter antara Sprinter PPLP Jabar dengan PPLM Jabar?


(13)

6

D. Tujuan Penelitian

Mengacu pada rumusan masalah, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Mengetahui perbedaan kecepatan maksimal pada lari 100 meter antara Sprinter

PPLP Jabar dengan PPLM Jabar.

2. Mengetahui perbedaan kecepatan di meter 80 – 100 pada lari 100 meter antara Sprinter PPLP Jabar dengan PPLM Jabar.

E. Manfaat Penelitian

Adapun hasil penelitian ini, penulis berharap bisa bermanfaat bagi pihak-pihak berkepentingan.

1. Bagi Peneliti

Hasil penelitian ini bisa menjadi referensi, diteliti ulang dengan cakupan yang lebih luas baik dari data, statistik dan faktor pendukung performa kecepatan atlet, dan analisis lebih dalam dengan alat microkontroler dengan interfacing personal computer atau redi speed pada cabang olahraga lainnya.

2. Bagi Lembaga atau Pembinaan Atlet

Hasil penelitian ini bisa menjadi referensi analisis perbandingan mengukur kecepatan lari tiap lini sehingga dapat mengetahui karakteristik kecepatan pelari, kelebihan, dan kekurangaan seorang atlet saat berlari. Sehingga lembaga atau pembinaan atlet dapat mengevaluasi latihan dan performa atlet di Indonesia khususnya Sprinter (Atlet Sprint) PPLP Jabar dengan PPLM Jabar.

3. Bagi Masyrakat Umum

Hasil penelitian ini bisa menjadi informasi ilmiah bagi masyarakat umum tentang analisis perbandingan mengukur kecepatan lari tiap lini sehingga dapat mengetahui


(14)

7

F. Struktur Organisasi Skripsi

1. BAB I PENDAHULUAN a. Latar Belakang Penelitian b. Indentifikasi Masalah Penelitian c. Rumusan Masalah Penelitian d. Tujuan Penelitian

e. Manfaat Penelitian

f. Struktur Organisasi Skripsi

2. BAB II KAJIAN PUSTAKA/LANDASAN TEORETIS a. Kajian Pustaka

1) Atletik

2) Hakekat lari sprint 100 meter 3) Tahapan dalam lari sprint 100 meter

4) Ruang lingkup kecepatan dalam lari sprint 100 meter b. Kerangka Pemikiran

c. Hipotesis Penelitian

3. BAB III METODE PENELITIAN a. Desain Penelitian

b. Populasi dan Sampel c. Instrumen Penelitian d. Prosedur Penelitian e. Analisis Data

4. BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN

a. Temuan b. Pembahasan

5. BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI a. Simpulan


(15)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain penelitian

Pemecahan dari penelitian ini menggunakan statistik deskriptif, metode penelitian kuantitatif dan pendekatan komparatif.

Menurut Sugiyono (2013, hlm.208) “statistik deskriptif antara lain adalah

penyajian data melalui tabel, grafik, diagram lingkaran, pictogram, perhitungan modus, median, mean (pengukuran tendensil sentral), perhitungan desil, persentil, perhitungan penyebaran data melalui perhitungan rata-rata dan standar deviasi,

perhitungan persentase.” Berikutnya menurut Sugiyono juga (2013, hlm. 102) “komparatif memiliki variabel sama tetapi populasi dan sample berbeda atau keadaan

itu itu terjadi pada waktu yang berbeda.”

Adapun desain penelitian yang digunakan sebagai berikut:

X/Y Y1 Y2

X1 X1Y1 X1Y2

X2 X2Y1 X2Y2

Gambar 3.1. Desain Penelitian Keterangan :

X1 : Sprinter PPLP

X2 : Sprinter PPLM

Y1 : Kecepatan Maksimal


(16)

20

B. Partisipan

Penelitian ini bertempat di Stadion Pajajaran yang berada di Jalan Pajajaran no.37 (Cicendo) Bandung Jawa Barat. Dilintasan 5, 6, dan 7 track lari 100 meter. Adapun jumlah partisipan 12 orang terdiri dari Sprinter (putra) PPLP Jabar 8 orang dan Sprinter PPLM Jabar 4 orang dengan waktu latihan setiap pekan latihan efektif enam hari pagi dan sore, satu hari istirahat aktif. Berikut karakteristik partisipan dari sprinter PPLP Jabar dan sprinter PPLM Jabar pada tabel 3.1 dibawah ini.

Tabel 3.1

Karakteristik Partisipan Sprinter PPLP Jabar Dan Sprinter PPLM Jabar Partisipan Jumlah Tinggi Badan Berat

Badan

Usia (tahun)

Even Kejuaraan

Sprinter PPLP 8 orang 164 – 168,2 cm 46 – 58 kg 13 – 17 POPDA Kejurnas PPLP

PORDA Sprinter PPLM 4 orang 163 – 170 cm 56 – 59 kg 19 – 20 POPDA O2SN Kejurnas PPLM

PORDA

C. Populasi dan sampel penelitian 1. Populasi penelitian

Menurut Sugiyono (2013, hlm. 117) populasi adalah “wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan krakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.” Oleh karena itu, populasi merupakan sumber data yang penting, sebab tanpa kehadiran populasi penelitian tidak akan berarti serta tidak mungkin terlaksana. Populasi dalam


(17)

21

penelitian ini sprinter yang putra karena sprinter atlet yang putri jumlahnya sedikit dan tidak seimbang PPLP Jabar 3 orang dan PPLM Jabar 1 orang. Adapun Sprinter (putra) PPLP Jabar 8 orang dan Sprinter PPLM Jabar 4 orang, semuanya berjumlah 12 orang.

2. Sampel penelitian

Menurut Sugiyono (2013, hlm. 118) sampel adalah “bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut.” Untuk dapat menentukan sampel yang akan digunakan dalam penelitian ini terdapat beberapa teknik sampling. Pada penelitian ini Teknik pengambilan sampel dilakukan secara Purposive Sampling yaitu teknik pengambilan sampel dengan pertimbangan tertentu. Menurut Sugiyono (2013, hlm. 124) “sampling purposive adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu. Misalnya akan melakukan penelitian tentang kualitas makan, maka sampel sumber datanya adalah orang yang ahli makan, atau penelitian tentang kondisi politik disuatu daerah maka sumber datanya adalah orang yang ahli politik.” Tujuan yang diharapkan mengetahui perbedaan kemampuan kecepatan maksimal dan kecepatan di meter 80 – 100 meter antara sprinter pelajar dan mahasiswa tingkat jabar. Maka sampel Sprinter dari Pusat Pembinaan dan Pelatihan Olahraga Mahasiswa (PPLM) yang berjumlah 4 orang. Adapun dari Pusat Pendidikan dan Latihan Pelajar (PPLP) Jabar dengan mengambil 4 sprinter terbaik dari 8 orang berdasarkan catatan terbaik hasil tes sehingga ketika dibandingkan seimbang 4:4 antara PPLP Jabar dangan PPLM Jabar.

D. Instrument penelitian

Menurut Nurhasan dan Cholil (2007, hlm. 12), “tes merupakan alat ukur untuk memperoleh data/informasi, sedangkan pengukuran merupakan proses untuk

memperoleh data/informasi dari individu atau obyek”. Untuk mengumpulkan data

dari penelitian diperlukan suatu alat yang disebut instrumen. Sugiyono (2013, hlm.148) “alat ukur dalam penelitian biasanya dinamakan instrumen penelitian, jadi


(18)

22

instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati.”

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Tes Lari Sprint 100 Meter

Tes kecepatan lari sprint 100 meter diukur dengan menggunakan tes lari 100 meter. Adapun prosedur pelaksanaan tes kecepatan lari sprint 100 meter adalah sebagai berikut:

a. Alat dan perlengkapan:

1) Microkontroler dengan Interfacing Personal Computer (Redi Speed) 2) Laptop dan meja lipat

3) Bangko dan alat tulis. 4) Lintasan lari.

5) Bendera. 6) stopwacht

b. Pelaksanaan tes: Sprinter coba berdiri dibelakang start, dengan sikap start

jongkok. Pada aba-aba “bersedia”, Sprinter mulai menempatkan kakinya dibelakang garis start dengan posisi yang tepat. Bila ada aba-aba “siap”, Sprinter mulai mencondongkan badannya kedepan sehingga berat badan berada didepan. Setelah terdengar bunyi aba-aba “ya” dan bendera diangkat maka Sprinter berlari secepat mungkin melewati sensor sampai menempuh jarak 100 meter.

c. Penilaian : diambil waktu tempuh terbaik dari redi speed dan stopwacht waktu back up jika ada sensor tidak berfungsi dalam melakukan lari sejauh 100 meter setelah tes.


(19)

23

Gambar 3.2 Semua Komponen Alat ukur kecepatan lari berbasis mikrokontroler dengan interfacing personal computer (Redi Speed)

(Sumber: Rahmat, 2014, hlm.31)

Gambar 3.3 Desain Letak Alat dan Tes Kecepatan lari Sprint 100 meter

Keterangan:

: Sample (Sprinter)

: Laptop dan mikrokontroler : Sensor dan laser

20 meter

10 meter

10 meter

10 meter

10 meter

10 meter

10 meter

20 meter 0-20m 20-30m 30-40m 40-50m 50-60m 60-70m 70-80m 80-100

X


(20)

24

E. Prosedur penelitian

Sesuai dengan metode dan desain yang digunakan, adapun langkah-langkah sebagai berikut dalam pengumpulan data:

1. Menetapkan populasi dan sampel penelitian. 2. Melakukan tes lari sprint 100 meter.

3. Melakukan pengolahan dan analisis data hasil tes lari sprint 100 meter (Kecepatan Maksimal, dan kecepatan di meter 80 – 100).

4. Menetapkan kesimpulan.

Gambar 3.4. Teknik Pengumpulan Data

Menurut Sugiyono (2013, hlm. 60) “variabel didefinisikan sebagai atribut

seseorang, atau objek, yang mempunyai „variasi‟ antara satu dengan yang lain atau

satu objek dengan objek yang lain (Hatch dan Farhady, 1981). Terdapat dua variabel utama yang tercakup dalam penelitian ini, yaitu sebagai berikut:

Populasi

Kecepatan Maksimal

Sampel

Kecepatan Di Meter 80 –100

Analisisdata


(21)

25

a. Varibel bebas

Variabel bebas adalah variabel yang memberikan pengaruh langsung terhadap varibel terikat. Dalam penelitian ini, yang menjadi variabel bebas Sprinter PPLP Jabar dan PPLM Jabar.

b. Variabel terikat

Variabel terikat adalah varibel yang dipengaruhi oleh variabel bebas atau menjadi akibat. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel terikat adalah kecepatan maksimal dan kecepatan di meter 80 – 100 pada lari sprint 100 meter.

F. Analisis data

Data yang diperoleh dari hasil tes merupakan data yang sesuai dengan hasil penelitian di lapangan. Data-data tersebut kemudian diolah dan dianalisis untuk memperoleh informasi dalam rangka menguji hipotesis dan disimpulkan hasil penelitian. Setelah semua data diperoleh terkumpul, maka langkah selanjutnya adalah mengolah data dan menganalisis data tersebut, sehingga data-data tersebut mengandung arti. Untuk mengeolah dan menganalisis data-data tersebut diperlukan pendekatan statistika, sehingga dapat diketahui pebedaan dari perbandingan sprinter (PPLP Jabar dan PPLM Jabar) dengan kecepatan maksimal dan kecepatan di meter 80 – 100 meter pada lari sprint 100 meter. Analisis ini diolah dengan bantuan mengunakan aplikasi Microsoft Excel2013 dan program SPSS 17.

Selanjutnya data tersebut diolah dan dianalisis, dengan tujuan dapat memperoleh kesimpulan penelitian. Dalam pelaksanaannya pengolahan data dilakukan melalui dua tahap, yaitu uji asumsi statistik dan uji hipotesis.


(22)

26

1. Uji Asumsi Statistik

Berikut langkah-langkah statistika yang digunakan untuk mengolah dan menganalisis data adalah sebagai berikut:

a) Menghitung rata-rata dari setiap variabel penelitian dan menampilkan grafik, b) Menghitung simpangan baku dari setiap variabel penelitian

c) Menguji normalitas dari setiap variabel dengan menggunakan uji Lilliefors. Jika probabilitas (sig.) > 0,05. Maka H0 diterima (normal).

Jika probabilitas (sig.) < 0,05. Maka H0 ditolak (tidak normal).

d) Menguji homogenitas dari setiap variabel dengan mengunakan uji Levene’s. Jika probabilitas (sig.) > 0,05. Maka H0 diterima (homogen).

Jika probabilitas (sig.) < 0,05. Maka H0 ditolak (tidak homogen).

e) Jika homogen menguji hipotesis perbandingan dengan uji Perbedaan, yaitu uji

independent sample t-test.

Jika probabilitas (sig. 2-tailed) > 0,025. Maka H0 diterima (tidak berbeda).

Jika probabilitas (sig. 2-tailed) < 0,025. Maka H0 ditolak (berbeda).

f) Jika data variabel tidak homegen maka mengunakan uji hipotesis non parametrik dengan uji Mann Whitney.

Jika probabilitas (sig. 2-tailed) > 0,025. Maka H0 diterima (tidak berbeda).

Jika probabilitas (sig. 2-tailed) < 0,025. Maka H0 ditolak (berbeda).

2. Uji Asumsi Hipotesis

Hipotesis 1:

Penulis mengajukan hipotesis untuk permasalahan pertama sebagai berikut:

H0: tidak terdapat perbedaan kecepatan maksimal pada lari 100 meter antara Sprinter

PPLP Jabar dengan PPLM Jabar.

H1: terdapat perbedaan kecepatan maksimal pada lari 100 meter antara Sprinter PPLP


(23)

27

 Jika probabilitas (sig. 2-tailed) > 0,025. Maka H0 diterima.

 Jika probabilitas (sig. 2-tailed) < 0,025. Maka H0 ditolak.

Hipotesis 2:

Penulis mengajukan hipotesis untuk permasalahan pertama sebagai berikut:

H0: tidak terdapat kecepatan di meter 80 – 100 pada lari 100 meter antara Sprinter

PPLP Jabar dengan PPLM Jabar.

H1: terdapat perbedaan di meter 80 – 100 pada lari 100 meter antara Sprinter PPLP

Jabar dengan PPLM Jabar.

 Jika probabilitas (sig. 2-tailed) > 0,025. Maka H0 diterima.


(24)

BAB V

SIMPULAN, IMPILKASI DAN REKOMENDASI

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan beberapa poin penting dari penelitian ini. Perbandingan Bila faktor statistik dikesampingkan, secara individu pada kelompok berbeda dan secara berkelompok sprinter berbeda. Berdasarkan rata-rata kecepatan rata-rata per meter Sprinter PPLM Jabar lebih unggul karena kecepatan maksimalnya lebih tinggi pada lari 100 meter dari Sprinter PPLP. Selanjutnya, Berdasarkan rata-rata waktu rata-rata per meter sprinter PPLP Jabar lebih unggul karena kecepatan di meter 80 – 100 pada lari 100 meter lebih tinggi dari sprinter PPLM Jabar. Tetapi uji statistik dari hasil perbandingan perbedaan antara Sprinter PPLP Jabar dengan PPLM Jabar pada dua variabel kecepatan maksimal dan kecepatan di meter 80 – 100 pada lari 100 meter tidak signifikan. Hasil ini disebabkan faktor lain, jumlah sampel yang sedikit. kemudian sprinter PPLP Jabar memiliki bakat, Asrama, program, pelatih dan pelatihan yang kosisten sehingga mengimbangi kemampuan PPLM Jabar. Sedangkan PPLM Jabar sedang mengalami transisi pergantian pelatih yang belum selesai dan sebelum tes di waktu sore telah melaksanakan program full traning lari 100 meter di waktu pagi.


(25)

46

B. Impilkasi dan rekomendasi

Dari penelitian ini terdapat beberapa saran yang diajukan oleh penulis dalam rangka peningkatan prestasi Atletik di Indonesia dan khususnya PPLP Jabar dan PPLM Jabar. Beberapa hal yang diimplikasikan dan direkomendasikan oleh penulis adalah :

1. Perlu dilanjutkan penelitian dengan jumlah sampel yang banyak misalnya antara sprinter Plada Jabar dengan Plada provinsi lainnya, membandingkan antara atlet amatir dan professional, usia dini (pencarian bakat), jenis kelamin (melihat karakter lari), ekperimen pada atlet selevel dengan program berbeda dan cabang olahraga lainnya dalam analisis lari 100 meter.

2. Untuk penelitian berikutnya perlu ada kesamaan kondisi atlet sebelum tes, jika atlet telah program full traning lari 100 meter maka keduanya harus telah full traning atau sebalik tidak melakukan full traning.

3. Persingkat transisi pergantian Pelatih PPLM Jabar dan tingkatkan fasilitas pendukung latihan agar Sprinter PPLM Jabar berprestasi maksimal.


(26)

DAFTAR PUSTAKA

Adi, Winendra., Jati, Kharisma., & Manuk, Joe. (2013). Seri olahraga: atletik.

Jakarta: Pustaka Insan Mandiri.

Bahagia,Y. Yusuf, U. & Suherman,A. (2000). Atletik. Jakarta: Departement Pendidikan Nasional.

Bompa, T. O. (2000). Total traning for young champions. USA: Human Kinetics Dolanec Ales. (2009). Comparison Of Photocell and optojump Mentsruments of

Maximum Runing Velocity. Kinesiologia Slovenica, 15,2,16-24.

Hadi, S. (2008). Kesalahan (Human Error). Tersedia di http://www.detikSport.com Hendrayana. (2007). Bermain Atletik.Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia. Hidayat, I. (1998). Biomekanika. Bandung: IKIP BANDUNG PRESS.

Imanuddin, I. (2008). Ilmu Kepelatihan Olahraga. Bandung: FPOK-UPI.

Johan, dkk. (2012:). Pengaruh latihan lompat kijang terhadap kecepatan. Journal of sport sciences and fitness, 1 (1), hlm. 18-21.

Kementrian Pendidikan Nasional. (2014). Kamus Besar Bahasa Indonesia. [Online]. Tersedia di: http://bahasa.kemdiknas.go.id/kbbi/index.php.[22 juli 2014]. Natalia, S., dkk. (2007) SpeedMed: device for measuring velocity in track sports.

Revista Ingerieria Biomedica. No 1 hal, 33-37

Nurhasan, H. & Cholil, H. (2007). Modul Tes dan Pengukuran Keolahragaan.

Bandung: Jurusan Pendidikan Kepelatihan UPI.

Rahmani, M. (2014). Buku Super Lengkap Olahraga. Jakarta: Dunia Cerdas.

Rahmat, Redi. (2014). Pengembangan alat ukur kecepatan lari berbasis microkontroler dengan interfacing personal computer. Skripsi, sekolah Sarjana. Universitas Pendidikan Indonesia.

Sidik, Z. D. (2010). Belajar dan Melatih Atletik. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Sidik, Z. D. (2008). Pembinaan Kondisi Fisik (Dasar dan Lanjutan). Bandung: PT

Remaja Rosdakarya.

Sidik, Z. D. (2013). Dampak penerapan “Complex Training” Terhadap peningkatan

kemampuan dinamis anaerobik. JUARA. Jurnal Iptek Olahraga, 1 (1), hlm. 7-33.


(27)

48

Saefullah, H. M. (2013). Hubungan Kekuatan Tungkai Dan Kecepatan Lari Terhadap Hasil Lompatan Dalam Lompat Jauh. Skripsi, sekolah Sarjana. Universitas Pendidikan Indonesia.

Santoso, S. (2012). Panduan Lengkap SPSS Versi 20. Jakarta: PT Gramedia

Saputra, R. P. (2014). Hubungan Antara Waktu Reaksi, Power Tungkai, Dan Daya

Tahan Kecepatan Dengan Kecepatan Lari Sprint 100 Meter. Skripsi, sekolah

Sarjana. Universitas Pendidikan Indonesia.

Sugiyono, (2013). Metode penelitian Pendidikan Pendekatan kuantitatif , kualitatif,

dan R&D. Bandung: ALFABETA.

Universitas Pendidikan Indonesia. (2014). Pedoman Karya Tulis ilmiyah, Bandung: UPI PRESS.

Winendra, dkk. (2008). Atletik (lari, lompat, lempar). Yogyakarta: Pustaka Insan Madani.

Yuherdi dkk. (2013). Korelasi waktu reaksi dan akselerasi terhadap prestasi lari 100 meter mahasiswa putra semester II program studi PENJASKESREK FKIP Universitas Riau. Jurnal primary program studi pendidikan guru sekolah dasar fakultas keguruan dan ilmu pendidikan universitas riau, 2 (2), hlm. 34-41.


(1)

Muhamad Alawi Abdurohim, 2014 1. Uji Asumsi Statistik

Berikut langkah-langkah statistika yang digunakan untuk mengolah dan menganalisis data adalah sebagai berikut:

a) Menghitung rata-rata dari setiap variabel penelitian dan menampilkan grafik, b) Menghitung simpangan baku dari setiap variabel penelitian

c) Menguji normalitas dari setiap variabel dengan menggunakan uji Lilliefors. Jika probabilitas (sig.) > 0,05. Maka H0 diterima (normal).

Jika probabilitas (sig.) < 0,05. Maka H0 ditolak (tidak normal).

d) Menguji homogenitas dari setiap variabel dengan mengunakan uji Levene’s. Jika probabilitas (sig.) > 0,05. Maka H0 diterima (homogen).

Jika probabilitas (sig.) < 0,05. Maka H0 ditolak (tidak homogen).

e) Jika homogen menguji hipotesis perbandingan dengan uji Perbedaan, yaitu uji independent sample t-test.

Jika probabilitas (sig. 2-tailed) > 0,025. Maka H0 diterima (tidak berbeda). Jika probabilitas (sig. 2-tailed) < 0,025. Maka H0 ditolak (berbeda).

f) Jika data variabel tidak homegen maka mengunakan uji hipotesis non parametrik dengan uji Mann Whitney.

Jika probabilitas (sig. 2-tailed) > 0,025. Maka H0 diterima (tidak berbeda). Jika probabilitas (sig. 2-tailed) < 0,025. Maka H0 ditolak (berbeda).

2. Uji Asumsi Hipotesis

Hipotesis 1:

Penulis mengajukan hipotesis untuk permasalahan pertama sebagai berikut:

H0: tidak terdapat perbedaan kecepatan maksimal pada lari 100 meter antara Sprinter PPLP Jabar dengan PPLM Jabar.

H1: terdapat perbedaan kecepatan maksimal pada lari 100 meter antara Sprinter PPLP Jabar dengan PPLM Jabar.


(2)

27

 Jika probabilitas (sig. 2-tailed) > 0,025. Maka H0 diterima.  Jika probabilitas (sig. 2-tailed) < 0,025. Maka H0 ditolak. Hipotesis 2:

Penulis mengajukan hipotesis untuk permasalahan pertama sebagai berikut:

H0: tidak terdapat kecepatan di meter 80 – 100 pada lari 100 meter antara Sprinter PPLP Jabar dengan PPLM Jabar.

H1: terdapat perbedaan di meter 80 – 100 pada lari 100 meter antara Sprinter PPLP Jabar dengan PPLM Jabar.

 Jika probabilitas (sig. 2-tailed) > 0,025. Maka H0 diterima.  Jika probabilitas (sig. 2-tailed) < 0,025. Maka H0 ditolak.


(3)

45

Muhamad Alawi Abdurohim, 2014 A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan beberapa poin penting dari penelitian ini. Perbandingan Bila faktor statistik dikesampingkan, secara individu pada kelompok berbeda dan secara berkelompok sprinter berbeda. Berdasarkan rata-rata kecepatan rata-rata per meter Sprinter PPLM Jabar lebih unggul karena kecepatan maksimalnya lebih tinggi pada lari 100 meter dari Sprinter PPLP. Selanjutnya, Berdasarkan rata-rata waktu rata-rata per meter sprinter PPLP Jabar lebih unggul karena kecepatan di meter 80 – 100 pada lari 100 meter lebih tinggi dari sprinter PPLM Jabar. Tetapi uji statistik dari hasil perbandingan perbedaan antara Sprinter PPLP Jabar dengan PPLM Jabar pada dua variabel kecepatan maksimal dan kecepatan di meter 80 – 100 pada lari 100 meter tidak signifikan. Hasil ini disebabkan faktor lain, jumlah sampel yang sedikit. kemudian sprinter PPLP Jabar memiliki bakat, Asrama, program, pelatih dan pelatihan yang kosisten sehingga mengimbangi kemampuan PPLM Jabar. Sedangkan PPLM Jabar sedang mengalami transisi pergantian pelatih yang belum selesai dan sebelum tes di waktu sore telah melaksanakan program full traning lari 100 meter di waktu pagi.


(4)

46

B. Impilkasi dan rekomendasi

Dari penelitian ini terdapat beberapa saran yang diajukan oleh penulis dalam rangka peningkatan prestasi Atletik di Indonesia dan khususnya PPLP Jabar dan PPLM Jabar. Beberapa hal yang diimplikasikan dan direkomendasikan oleh penulis adalah :

1. Perlu dilanjutkan penelitian dengan jumlah sampel yang banyak misalnya antara sprinter Plada Jabar dengan Plada provinsi lainnya, membandingkan antara atlet amatir dan professional, usia dini (pencarian bakat), jenis kelamin (melihat karakter lari), ekperimen pada atlet selevel dengan program berbeda dan cabang olahraga lainnya dalam analisis lari 100 meter.

2. Untuk penelitian berikutnya perlu ada kesamaan kondisi atlet sebelum tes, jika atlet telah program full traning lari 100 meter maka keduanya harus telah full traning atau sebalik tidak melakukan full traning.

3. Persingkat transisi pergantian Pelatih PPLM Jabar dan tingkatkan fasilitas pendukung latihan agar Sprinter PPLM Jabar berprestasi maksimal.


(5)

47

Muhamad Alawi Abdurohim, 2014

Bahagia,Y. Yusuf, U. & Suherman,A. (2000). Atletik. Jakarta: Departement Pendidikan Nasional.

Bompa, T. O. (2000). Total traning for young champions. USA: Human Kinetics Dolanec Ales. (2009). Comparison Of Photocell and optojump Mentsruments of

Maximum Runing Velocity. Kinesiologia Slovenica, 15,2,16-24.

Hadi, S. (2008). Kesalahan (Human Error). Tersedia di http://www.detikSport.com Hendrayana. (2007). Bermain Atletik. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia. Hidayat, I. (1998). Biomekanika. Bandung: IKIP BANDUNG PRESS.

Imanuddin, I. (2008). Ilmu Kepelatihan Olahraga. Bandung: FPOK-UPI.

Johan, dkk. (2012:). Pengaruh latihan lompat kijang terhadap kecepatan. Journal of sport sciences and fitness, 1 (1), hlm. 18-21.

Kementrian Pendidikan Nasional. (2014). Kamus Besar Bahasa Indonesia. [Online]. Tersedia di: http://bahasa.kemdiknas.go.id/kbbi/index.php.[22 juli 2014]. Natalia, S., dkk. (2007) SpeedMed: device for measuring velocity in track sports.

Revista Ingerieria Biomedica. No 1 hal, 33-37

Nurhasan, H. & Cholil, H. (2007). Modul Tes dan Pengukuran Keolahragaan. Bandung: Jurusan Pendidikan Kepelatihan UPI.

Rahmani, M. (2014). Buku Super Lengkap Olahraga. Jakarta: Dunia Cerdas.

Rahmat, Redi. (2014). Pengembangan alat ukur kecepatan lari berbasis microkontroler dengan interfacing personal computer. Skripsi, sekolah Sarjana. Universitas Pendidikan Indonesia.

Sidik, Z. D. (2010). Belajar dan Melatih Atletik. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Sidik, Z. D. (2008). Pembinaan Kondisi Fisik (Dasar dan Lanjutan). Bandung: PT

Remaja Rosdakarya.

Sidik, Z. D. (2013). Dampak penerapan “Complex Training” Terhadap peningkatan kemampuan dinamis anaerobik. JUARA. Jurnal Iptek Olahraga, 1 (1), hlm. 7-33.


(6)

48

Saefullah, H. M. (2013). Hubungan Kekuatan Tungkai Dan Kecepatan Lari Terhadap Hasil Lompatan Dalam Lompat Jauh. Skripsi, sekolah Sarjana. Universitas Pendidikan Indonesia.

Santoso, S. (2012). Panduan Lengkap SPSS Versi 20. Jakarta: PT Gramedia

Saputra, R. P. (2014). Hubungan Antara Waktu Reaksi, Power Tungkai, Dan Daya Tahan Kecepatan Dengan Kecepatan Lari Sprint 100 Meter. Skripsi, sekolah Sarjana. Universitas Pendidikan Indonesia.

Sugiyono, (2013). Metode penelitian Pendidikan Pendekatan kuantitatif , kualitatif, dan R&D. Bandung: ALFABETA.

Universitas Pendidikan Indonesia. (2014). Pedoman Karya Tulis ilmiyah, Bandung: UPI PRESS.

Winendra, dkk. (2008). Atletik (lari, lompat, lempar). Yogyakarta: Pustaka Insan Madani.

Yuherdi dkk. (2013). Korelasi waktu reaksi dan akselerasi terhadap prestasi lari 100 meter mahasiswa putra semester II program studi PENJASKESREK FKIP Universitas Riau. Jurnal primary program studi pendidikan guru sekolah dasar fakultas keguruan dan ilmu pendidikan universitas riau, 2 (2), hlm. 34-41.


Dokumen yang terkait

HUBUNGAN PANJANG TUNGKAI DAN BERAT BADAN DENGAN KECEPATAN LARI SPRINT (100 METER) PADA PEMAIN SEPAKBOLA Hubungan Panjang Tungkai dan Berat Badan dengan Kecepatan Lari Sprint (100 meter) pada Pemain Sepakbola Di SSB Fortuna dan Persatuan Sepakbola Univers

2 43 11

HUBUNGAN PANJANG TUNGKAI DAN BERAT BADAN DENGAN KECEPATAN LARI SPRINT (100 METER) PADA PEMAIN SEPAKBOLA Hubungan Panjang Tungkai dan Berat Badan dengan Kecepatan Lari Sprint (100 meter) pada Pemain Sepakbola Di SSB Fortuna dan Persatuan Sepakbola Univers

0 2 19

PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN ACCELARATION SPRINT DENGAN IN AND OUT 100 METER TERHADAP HASIL KECEPATAN LARI 100 METER PUTRA EKSTRAKURIKULER SMA NEGERI 2 KISARAN TAHUN 2014 / 2015.

0 2 12

HUBUNGAN KEKUATAN DAN FLEKSIBILITAS OTOT HAMSTRING TERHADAP KECEPATAN LARI HUBUNGAN KEKUATAN DAN FLEKSIBILITAS OTOT HAMSTRING TERHADAP KECEPATAN LARI SPRINT 100 METER.

0 2 15

PENDAHULUAN HUBUNGAN KEKUATAN DAN FLEKSIBILITAS OTOT HAMSTRING TERHADAP KECEPATAN LARI SPRINT 100 METER.

1 4 11

HUBUNGAN ANTARA WAKTU REAKSI, POWER TUNGKAI, DAN DAYA TAHAN KECEPATAN DENGAN KECEPATAN LARI SPRINT 100 METER.

2 8 93

PERBANDINGAN METODE LATIHAN REPETISI DAN INTERVAL TRAINING TERHADAP PENINGKATAN KECEPATAN LARI 100 METER.

0 0 30

Pelatihan lari akselerasi lebih meningkatkan kecepatan lari 100 meter daripada pelatihan lari interval pada siswa SMA di Kabupaten Badung.

0 0 13

EFESIENSI LATIHAN CORE STABILITY SEBELUM DAN SESUDAH LATIHAN INTI TERHADAP KECEPATAN LARI 100 METER

0 0 52

PERBEDAAN PENGARUH METODE LATIHAN DAN PANJANG TUNGKAI TERHADAP KECEPATAN LARI 100 METER

1 1 75