PENGUATAN NILAI KARAKTER BANGSA MELALUI PERTUNJUKAN WAYANG GOLEK PURWA VERSI DALANG TRAH A. SUNARYA.

(1)

DISERTASI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat

Dalam Memperoleh Gelar Doktor Ilmu Pendidikan Pada Program Studi Pendidikan Umum Sekolah Pascasarjana

Universitas Pendidikan Indonesia

Oleh

Barnas Sabunga

NIM. 1204842

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN UMUM

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

2014


(2)

Oleh Barnas Sabuga

S.Pd IKIP Bandung, 1986

M.M.Pd. Sekolah Tinggi Manajemen IMNI, 2010

Sebuah Disertasi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Doktor Pendidikan (Dr.) pada Program Studi Pendidikan Umum SPs UPI

© Barnas Sabunga 2015 Universitas Pendidikan Indonesia

Maret 2015

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(3)

(Penelitian Grounded Theory Pada Lingkung Seni Wayang Golek Giriharja)

Disetujui dan Disahkan Oleh : Ketua Tim Promotor;

Prof. Dr. H. Dasim Budimansyah, M.Si. NIP: 196203161988031003

Kopromotor;

Prof. Dr. H. Sofyan Sauri, M.Pd. NIP: 195604201983011001

Anggota Promotor;

Prof. Dr. H. Achmad Sanusi, SH.,M.P.A.

Mengetahui;

Ketua Program Studi Pendidikan Umum

Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia

Prof. Dr. H. Dasim Budimansyah, M.Si. NIP: 196203161988031003


(4)

Barnas Sabunga, 2014

Penguatan Nilai Karakter Bangsa Melalui Pertunjukan Wayang Golek Purwa Versi Dalang Trah A. Sunarya

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Abstrak

Barnas Sabunga. (1204842). Penguatan Nilai Karakter Bangsa melalui Pertunjukan Wayang Golek Purwa Versi Dalang Trah A. Sunarya (Penelitian Grounded Theory pada Lingkung Seni Wayang Golek Giriharja) Berbagai permasalahan terkait degradasi nilai karakter semakin muncul ke permukaan. Mahalnya kejujuran, rendahnya penghargaan dan penghormatan terhadap orang tua, guru, dan pemimpin, menurunnya etos kerja masyarakat, menurunnya rasa tanggung jawab individu dan warganegara, langkanya figur pemimpin, dan terkikisnya penghormatan terhadap harkat dan martabat manusia merupakan masalah yang memerlukan penguatan nilai karakter bangsa dalam berbagai Aspek. Salah satu media alternatif yang dapat digunakan adalah melalui pertunjukan wayang golek purwa yang sarat nilai, moral dan pendidikan karakter. Masalah yang dikaji dalam penelitian ini meliputi; nilai-nilai karakter yang disampaikan dalam pertunjukan wayang golek purwa, bentuk transformasi nilai-nilai karakter yang berlangsung setelah penonton menyaksikan pertunjukan wayang golek purwa, skenario pertunjukan wayang golek purwa yang dapat memperkuat nilai-nilai karakter bangsa dalam kehidupan sehari-hari, kesesuaian pengalaman belajar yang dialami penonton pertunjukan wayang golek purwa dengan proses pengembangan karakter. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode grounded theory. Data penelitian ini diperoleh melalui wawancara dengan Dalang, Akademisi, Organisasi Pedalangan dan penonton, pengamatan/observasi pertunjukan wayang golek purwa, dan kajian dokumen terkait dengan pertunjukan wayang golek purwa. Berdasarkan hasil kajian dan analisis, ditemukan bahwa peran pertunjukan wayang golek purwa dapat memberikan tontonan sebagai tuntutan yang mengembangkan 4 (empat) perkara; menerangi hati dengan mengingat Tuhan; dapat membersihkan budi-budi yang kotor; bersih dengan Tuhan tanpa kemusyrikan; dan bersih dengan sesama makhluk dan tidak mendzalimi. Nilai-nilai karakter yang disampaikan dalam pertunjukan wayang golek didasari oleh nilai ketauhidan dan merupakan turunan dari enam sistem nilai kehidupan meliputi teologik, fisik fisiologik, etik, estetik, logik dan teleologik. Selain itu, penelitian ini menghasilkan dua teori baru.

Pertama, penguatan nilai karakter bangsa dalam pertunjukan wayang golek

dilakukan melalui pancadria yaitu tontonan, substansi nilai, simbolisasi nilai, seleksi nilai, dan perwujudan sikap yang teritegrasi dalam satu waktu pertunjukan.

Kedua, pertunjukan wayang golek sebagai pendidikan karakter dibangun oleh

keterpaduan 10 unsur seni meliputi seni bertutur, seni ukir, seni rupa, seni sastra, seni peran, seni vokal, seni musik, seni tari, seni perlambang, dan seni menyulam yang menjadikan wayang golek purwa sebagai seni multidimensional (dasa matra) yang sarat nilai.


(5)

Barnas Sabunga, 2014

Penguatan Nilai Karakter Bangsa Melalui Pertunjukan Wayang Golek Purwa Versi Dalang Trah A. Sunarya

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Abstract

Barnas Sabunga. (1204842). The Strengthening of Character Values through The Performance of Wayang Golek Purwa Breed A. Sunarya Version (Grounded Theory Research in Hermitage Art of Wayang Golek Giriharja) The various problems related to the degradation of character values were emerged. The high cost of honesty, lack of appreciation and respect for parents, teachers, and leaders, declining work ethic of community, declining sense of individual responsibility and citizenship, scarcity of leadership figures, and erosion of respect for human dignity are the problems that require the strengthening of the national character in various aspects. One of the alternative media is through Wayang Golek Purwa that has value-laden, moral and character education. The problems investigated in this research include; character values which are delivered in a Wayang Golek Purwa show, shape transformation of character values that take place after the audience watch Wayang Golek Purwa shows, scenarios of Wayang Golek Purwa that can strengthen the character of the nation's values in daily life, the suitability of the learning experienced by the audience of Wayang Golek Purwa with a character development process. This study uses a qualitative approach with grounded theory methods. The data were collected through interviews with puppeteer, academics, puppetry organization and audience, observations of puppet shows, and document review related to the puppet show. Based on the results of studies and analysis, it was found that the role of Wayang Golek Purwa can make a spectacle become that a learning that can develop four (4) points; illuminating the hearts by remembering God; being able to be free from dirty minds; free from idolatry with God; and clean with fellow beings and not despotic. The values of the characters are presented in Wayang Golek Purwa show based on the value of one-ness and is a derivative of the six value systems of life, including theologic, physiological physic, ethical, aesthetic, logical and teleologic. In addition, this study resulted two new theories.

Firstly, the strengthening of national character in Wayang Golek Purwa is

performed by the pancadria, that is, a spectacle, substance of value, a symbol of value, values selection, and attitude realization which are embedded in one time show. Secondly, Wayang Golek Purwa as an educational character is built by the integration of 10 elements of the art, including speaking, sculpture, visual, literary, acting, vocal, music, dance, symbol, and embroidery that makes Wayang Golek Purwa as multidimensional arts (dasa matra) which has value-laden.


(6)

Barnas Sabunga, 2014

Penguatan Nilai Karakter Bangsa Melalui Pertunjukan Wayang Golek Purwa Versi Dalang Trah A. Sunarya

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR TABEL ... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi dan Perumusan Masalah ... 9

1. Identifikasi Masalah ... 9

2. Perumusan Masalah ... 9

C. Tujuan Penelitian ... 10

1. Tujuan Umum ... 10

2. Tujuan Khusus ... 10

D. Manfaat Penelitian ... 10

1. Secara Teoretis ... 10

2. Secara Praktis ... 10

E. Struktur Organisasi Disertasi ... 11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 13

A. Nilai dan Penguatan Nilai ... 13

1. Hakikat Nilai ... 13

2. Penguatan Nilai ... 17

B. Tinjauan Tentang Pendidikan Karakter ... 20

1. Pengertian Pendidikan ... 20

2. Pengertian Karakter ... 23

3. Hakikat Pendidikan Karakter ... 25

4. Enam Sistem Nilai Hidup dan Kehidupan Perspektif Pendidikan Karakter ... 30

5. Grand Design Pendidikan Karakter ... 37

6. Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Proses Pembentukan Karakter ... 44

C. Pertunjukan Wayang Golek ... 48

1. Wayang Golek Sebagai Seni Pertunjukan... 48

2. Hakikat Wayang Golek ... 56

3. Sejarah Wayang Golek ... 58


(7)

Barnas Sabunga, 2014

Penguatan Nilai Karakter Bangsa Melalui Pertunjukan Wayang Golek Purwa Versi Dalang Trah A. Sunarya

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

5. Pertunjukan Wayang Golek sebagai Media Dakwah ... 67

D. Penguatan Nilai Karakter Bangsa Melalui Pertunjukan Wayang Golek Purwa ... 69

1. Hakikat Wayang Golek Sebagai Pendidikan Karakter Bangsa (Nation and Character Building) ... 69

2. Nilai-Nilai Karakter Dalam Tokoh Wayang Golek ... 72

E. Penguatan Nilai Karakter Bangsa melalui Pertunjukan Wayang Golek Purwa dalam Perspektif Pendidikan Umum ... 110

1. Konsepsi Pendidikan Umum ... 110

2. Tujuan Pendidikan Umum ... 113

3. Pertunjukan Wayang Golek sebagai Wahana Pendidikan Umum ... 117

F. Penelitian Terdahulu ... 129

BAB III METODE PENELITIAN ... 137

A. Subjek dan Lokasi Penelitian ... 137

1. Subjek Penelitian ... 138

2. Lokasi Penelitian ... 138

B. Desain Penelitian ... 138

C. Metode Penelitian ... 140

D. Definisi Operasional... 143

E. Instrumen Penelitian... 143

F. Teknik Pengumpulan Data ... 149

1. Wawancara ... 149

2. Studi Dokumentasi ... 150

3. Studi Literatur ... 151

4. Observasi ... 151

G. Teknik Analisis Data ... 152

1. Reduksi Data ... 153

2. Display Data ... 153

3. Kesimpulan ... 153

H. Teknik Sampling ... 154

I. Validitas Data ... 155

1. Pengujian Kredibilitas ... 155

2. Pengujian Transferability ... 155

3. Pengujian Dependability ... 155

4. Pengujian Konfirmability ... 155

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 159

1. Lingkung Seni Wayang Golek Giriharja ... 159


(8)

Barnas Sabunga, 2014

Penguatan Nilai Karakter Bangsa Melalui Pertunjukan Wayang Golek Purwa Versi Dalang Trah A. Sunarya

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

B. Deskripsi Umum Hasil Penelitian ... 163

1. Nilai-Nilai Karakter yang Disampaikan dalam Pertunjukan Wayang Golek Purwa ... 163

2. Bentuk Transformasi Nilai-Nilai Karakter yang Berlangsung Setelah Penonton Menyaksikan Pertunjukan Wayang Golek Purwa ... 172

3. Skenario Pertunjukan Wayang Golek Purwa Memperkuat Nilai-Nilai Karakter Bangsa dalam Kehidupan ... 182

4. Pengalaman Belajar melalui Pertunjukan Wayang Golek Purwa dengan Proses Pengembangan Karakter ... 211

C. Pembahasan Hasil Penelitian ... 216

1. Nilai-Nilai Karakter dalam Pertunjukan Wayang Golek Purwa ... 217

2. Transformasi Nilai Karakter dalam Pertunjukan Wayang Golek Purwa ... 228

3. Skenario Pertunjukan Wayang Golek Purwa dalam Memperkuat Pemaknaan Nilai-Nilai Karakter ... 234

4. Pengalaman Belajar Penonton Pertunjukan Wayang Golek Purwa dengan Proses Pengembangan Karakter ... 239

5 Teori Penguatan Nilai Karakter bangsa melalui Pertunjukan Wayang Golek (Tri Wiwaha) ... 245

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI ... 256

A. Simpulan Umum ... 256

B. Simpulan Khusus ... 259

C. Rekomendasi ... 260

DAFTAR PUSTAKA ... 263 LAMPIRAN-LAMPIRAN


(9)

Barnas Sabunga, 2014

Penguatan Nilai Karakter Bangsa Melalui Pertunjukan Wayang Golek Purwa Versi Dalang Trah A. Sunarya

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Skema Transformasi Sosial Pendidikan Karakter ... 27

Gambar 2.2 Kualifikasi Nilai Individu ... 31

Gambar 2.3 Konfigurasi Karakter dalam Konteks Totalitas Proses Psiko-sosial ... 38

Gambar 2.4 Alur Pikir Pendidikan Karakter ... 40

Gambar 2.5 Konteks Makro Pendidikan Karakter ... 41

Gambar 2.6 Tahap-Tahap Perkembangan Menuju Terbentuknya Karakter ... 43

Gambar 2.7 Pohon Keilmuan Pendidikan Umum ... 113

Gambar 3.1 Komponen-Komponen Analisis Data ... 153

Gambar 3.2 Triangulasi dengan Tiga Sumber Data ... 157

Gambar 3.3 Triangulasi dengan Tiga Teknik Pengumpulan Data ... 157

Gambar 3.4 Triangulasi dengan Tiga Waktu Pengumpulan Data ... 158

Gambar 4.1 Substansi Karakter Positif dalam Pertunjukan Wayang Golek Purwa ... 224

Gambar 4.2 Penguatan Nilai Karakter Bangsa dalam Pertunjukan Wayang Golek Purwa ... 231

Gambar 4.3 Pertunjukan Wayang Golek Purwa sebagai Seni Dasa Marta... 235

Gambar 4.4 Klasifikasi Karakter Berdasarkan Pemaknaan Penonton melalui Triwastu ... 241

Gambar 4.5 Teori Pertunjukan Wayang Berkarakter (Sabunga Triwastu)... 246

Gambar 4.6 Sabunga Pancadria ... 249

Gambar 4.7 Seni Pertunjukan Wayang Sabunga Dasa Matra ... 252


(10)

Barnas Sabunga, 2014

Penguatan Nilai Karakter Bangsa Melalui Pertunjukan Wayang Golek Purwa Versi Dalang Trah A. Sunarya

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR TABEL

Nomor Tabel Halaman Tabel 2.1 Nilai-Nilai Karakkter ... 29 Tabel 2.2 Nilai Kesempurnaan Sejati dalam Wayang Golek ... 122 Tabel 3.1 Kisi-Kisi Instrumen Penelitian ... 144 Tabel 4.1 Substansi Nilai Karakter dalam Pertunjukan

Wayang Golek Purwa ... 179 Tabel 4.2 Bentuk Transformasi Nilai-Nilai Karakter

yang Berlangsung Setelah Penonton Menyaksikan

Pertunjukan Wayang Golek Purwa ... 186 Tabel 4.3 Pertunjukan Wayang Golek Purwa yang Dapat

Memperkuat Nilai-Nilai Karakter dalam Kehidupan ... 210 Tabel 4.4 Pengalaman Belajar melalui Pertunjukan Wayang

Golek Purwa dengan Proses Pengembangan Karakter ... 215 Tabel 4.5 Klasifikasi Nilai Karakter Baik dalam Pertunjukan

Wayang Golek Purwa melalui Triwastu ... 220 Tabel 4.6 Nilai Karakter Buruk dalam Pertunjukan

Wayang Golek Purwa (Karakter Gandara) ... 227 Tabel 4.7 Tipologi Penonton berdasarkan Tipologi Triwastu ... 243


(11)

Barnas Sabunga, 2014

Penguatan Nilai Karakter Bangsa Melalui Pertunjukan Wayang Golek Purwa Versi Dalang Trah A. Sunarya

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Keragaman budaya merupakan keniscayaan bagi Bangsa Indonesia yang tidak dapat dipungkiri esksistensinya. Dalam konteks masyarakat multikultural, selain kebudayaan yang melekat pada suatu kelompok suku bangsa, dalam kehidupan masyarakat Indonesia juga dikenal dengan kebudayaan daerah bersifat kewilayahan yang merupakan hasil asimilasi budaya di daerah tersebut. Akan tetapi, kekayaan tersebut tidak selamanya dapat bertahan lama seiring dengan pekembangan peradaban manusia, banyak budaya yang muncul begitu pula kebudayaan yang ditinggalkan.

Permasalahan Bangsa Indonesia yang sering terjadi pada masa sekarang dan menjadi issu nasional dan bahkan internasional, di antaranya mengenai degradasi nilai moralitas bangsa yang sangat memprihatinkan. Hal tersebut terbukti dengan sering terjadinya perkelahian, kerusuhan, tawuran antarpelajar, mahasiswa, dan penduduk yang sangat meresahkan. Bersamaan dengan berbagai tragedi tersebut, muncul kasus-kasus yang mencederai keadilan seperti kolusi, korupsi, dan nepotisme di kalangan pejabat, aparat, dan birokrat yang berdampak buruk pada tatanan kehidupan masyarakat luas. Salah satu dampak buruk dari ragam fenomena tersebut, terjadi kemerosotan nilai kepercayaan rakyat terhadap kharisma dan kemampuan para pemimpin negara, baik di tingkat pusat maupun daerah. Masyarakat kehilangan figur pemimpin yang menjadi panutan, teladan, dan dapat diandalkan dalam upaya mempertahankan dan meningkatkan stabilitas keamanan dan kesejahteraan masyarakat. Demikian pula kemajuan teknologi dan informasi telah menyeret kehidupan manusia ke arah pragmatisme, materialisme, hedonistik dan menjurus pada kehidupan yang nirmakna. Apabila permasalahan tersebut tidak segera ditanggulangi, besar kemungkinan akan terjadi kehancuran nilai kehidupan bangsa.


(12)

Barnas Sabunga, 2014

Penguatan Nilai Karakter Bangsa Melalui Pertunjukan Wayang Golek Purwa Versi Dalang Trah A. Sunarya

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Tanda-tanda perilaku manusia yang menunjukkan ke arah kehancuran suatu bangsa terdiri atas sepuluh kriteria, yaitu: (1) increasing violence, (2) the

entrenched dishonesty, (3) increasing disrespect to parents, teachers and leaders figure, (4) the effect of the peer group against violence, 5) increasing suspicion and resentment, (6) use of worsening language, (7) decrease in work ethic, (8) declining sense of individual responsibility and citizens, (9) heightened self-destructive and behavior, and (10) blurring of moral guidelines (Lickona, 1992,

hlm. 14).

Kesepuluh kriteria tersebut apabila diperhatikan secara seksama, analog dengan tatanan kehidupan Bangsa Indonesia pada masa sekarang yang sedang dilanda krisis dalam berbagai bidang, aspek, bahkan unsur kehidupan. Tegasnya, Bangsa Indonesia sedang dilanda krisis multidimensional sebagai dampak dari perilaku yang mayoritas tidak mengindahkan nilai-nilai Pancasila sebagai landasan, falsafah, dan pedoman hidup dalam memperkokoh jatidiri bangsa. Kekuatan nasionalisme bangsa semakin lemah. Sebaliknya, kosmopolitanisme mengalami peningkatan yang signifikan, etnisitas mencuat dan mengakar dalam tubuh individu, sehingga mengalahkan nilai persatuan dan kesatuan bangsa. Sedangkan dekadensi moral pada generasi bangsa merupakan gambaran dari krisis karakter seluruh bangsa.

Sehubungan dengan hal tersebut, saat ini berbagai pihak mulai akademisi sampai pemerintah di berbagai penjuru dunia senantiasa melakukan kajian yang komprehensif mengenai munculnya pelbagai masalah karakter bangsa dan senantiasa mencari upaya untuk menyelesaikannya. Semantara di Amerika Serikat, perhatian pemerintah terhadap pendidikan karakter telah dilakukan sejak lama. Tugas mengembangkan pendidikan karakter bertujuan untuk mengembangkan sifat-sifat karakter privat dan karakter publik. Ciri-ciri karakter privat meliputi tanggung jawab moral, disiplin pribadi, hormat kepada orang lain dan martabat manusia. Sedangkan ciri-ciri karakter publik meliputi public-spiritedness, civility,

respect for law, critical-mindedness, and willingness to negotiate and


(13)

Barnas Sabunga, 2014

Penguatan Nilai Karakter Bangsa Melalui Pertunjukan Wayang Golek Purwa Versi Dalang Trah A. Sunarya

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

compromise. Karakter publik ini sering dinamakan karakter kolektif atau karakter

bangsa (Branson, 1998, hlm.14).

Dengan memperhatikan ciri-ciri karakter privat dan publik tersebut, generasi pembaharu Bangsa Indonesia ke depan harus memiliki sifat unggul, unggul dari segi intelektual serta unggul secara moral yang terdiri dari dimensi-dimensi sebagai berikut:

1. Dimensi transendental, yang diterjemahkan dalam bentuk keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan Yang Mahaesa, beradab dan berakhlak mulia. 2. Dimensi kemampuan pribadi, atau kemampuan profesional termasuk

kemampuan untuk mengembangkan indigeneous knowledge yang ada di lingkungannya dan kemampuan untuk menterjemahkan informasi menjadi knowledge; dan

3. Dimensi kesadaran interkoneksitas, yaitu kesadaran akan perlunya dan kemampuan untuk melakukan kerjasama antarpersonal, interdisiplin, antarwilayah dalam memanfaatkan kemampuan profesional yang dimiliki dan untuk memecahkan masalah-masalah yang dihadapi. Termasuk dalam dimensi ini adalah kemampuan untuk memahami dan meresapi nilai-nilai universal seperti transparansi, hak asasi manusia, demokrasi, dan sebagainya (Razak, 2000, hlm. 3).

Hal tersebut, merupakan salah satu tujuan Pendidikan Umum sebagaimana diperoleh dari hasil wawancara dengan Sauri pada tanggal 22 Juli 2014:

Tujuan Pendidikan Umum adalah melahirkan manusia khaffah, yakni manusia yang memiliki konsep pikir, dzikir dan ikhtiar yang ditegaskan dengan istilah manusia yang cerdas otaknya, lembut hatinya dan terampil tangannya dalam hal positif. Hal tersebut diwujudkan dengan lulusan yang apabila bekerja ia senantiasa mempunyai kecerdasan dalam menggunakan ilmunya, melaksanakan setiap pekerjaan yang diampunya dengan sepenuh hati (ikhlas), berusaha semaksimal mungkin (kerja keras), menggunakan pola manajemen yang teratur (tuntas) yang apabila telah selesai melaksanakan suatu pekerjaan, akan mendatangkan kebahagiaan secara batiniah, berkualitas, bermakna, bernilai, dan bermaslahat dunia dan akhirat (kepuasaan batiniah).

Tuntutan untuk membangun dan membina karakter warganegara yang unggul harus mendapat perhatian, disiapkan, dan diterapkan sedini mungkin dari bergagai pihak, cara dan usaha. Karakter unggul tersebut sebenarnya telah dikemukakan Presiden Republik Indonesia pertama Soekarno, beliau


(14)

Barnas Sabunga, 2014

Penguatan Nilai Karakter Bangsa Melalui Pertunjukan Wayang Golek Purwa Versi Dalang Trah A. Sunarya

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

mengemukakan bahwa sebagai Bangsa Indonesia harus mampu untuk berdiri di kaki sendiri (berdikari) baik dalam ekonomi maupun dalam kebudayaan. Di sisi lain Soekarno juga pernah menerawang akan munculnya permasalahan mendasar yang dialami Bangsa Indonesia, yakni perjuangan ke depan akan lebih berat karena bukan melawan penjajah, melainkan melawan bangsa sendiri.

Prediksi Soekarno tersebut, tampak pada kondisi Bangsa Indonesia masa kini, yang sering terjadi pertikaian antarsaudara yang bermotif perbedaan budaya, keyakinan, suku, agama, ras dan antargolongan (SARA). Prediksi dan kekhawatiran Soekarno besar kemungkinan tidak akan terjadi apabila setiap warganegara memiliki karakter sebagai sebuah bangsa yang Pancasilais dan mengindahkan prinsip-prinsip Bhinneka Tunggal Ika.

Upaya membentuk karakter bangsa tidak hanya dilakukan oleh lembaga pendidikan saja, tetapi dapat dilakukan dalam kehidupan bermasyarakat melalui media-media pendidikan yang memuat nilai-nilai karakter bangsa. Salah satu media yang dapat digunakan untuk pendidikan karakter bangsa yaitu melalui strategi kebudayaan. Khasanah kebudayaan asli atau kebudayaan pribumi, merupakan strategi yang tepat untuk pembentukan karakter bangsa. Hal tersebut dikarenakan di dalam kebudayaan pribumi terkandung nilai-nilai moral dan spiritual yang multikultural.

Salah satu hasil kebudayaan masyarakat Indonesia yang dapat dimanfaatkan sebagai wahana penguatan nilai karakter bangsa yaitu kesenian wayang golek yang berkembang di Tatar Pasundan. Sebab itu, pertunjukan wayang golek diharapkan dapat menjadi penyeimbang hidup manusia, karena wayang golek sebagai suatu seni dan budaya asli masyarakat Indonesia memiliki sejumlah nilai yang mencerminkan kepribadian bangsa. Selain itu, wayang golek merupakan salah satu bentuk kesenian yang sangat populer di lingkungan masyarakat pendukung dan penggemarnya, senantiasa ditanggap dalam berbagai acara hajatan, baik dalam upacara ritual maupun profan. Latar belakang yang mengusung wayang golek purwa digemari masyarakat, antara lain


(15)

Barnas Sabunga, 2014

Penguatan Nilai Karakter Bangsa Melalui Pertunjukan Wayang Golek Purwa Versi Dalang Trah A. Sunarya

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dikarenakan dalam pertunjukannya bersifat dinamis yaitu hamot, hamong, dan

hamemangkat, serta senantiasa menyajikan lakon/cerita yang telah melekat dan

melegenda yakni Epos Ramayana dan Mahabharata, meskipun merupakan hasil acuan dan gubahan dari karya sastra klasik India.

Pertunjukan wayang golek purwa merupakan seni drama multidimensional, yang memadukan 10 (sepuluh) aspek kesenian (dasa matra) sekaligus yang mencakup; seni cerita yang berdongeng (seni bertutur), seni pahat (seni ukir), seni rupa (seni lukis), seni sastra, seni drama (seni peran), seni suara (seni vokal), seni gamelan (seni musik), seni tari, seni perlambang, dan seni menyulam. Tidak hanya kesenian hiburan semata, tetapi lebih daripada itu terdapat nilai-nilai luhur masyarakat yang dimanifestasikan dalam bentuk wayang yang menjunjung tinggi nilai-nilai kearifan lokal, terutama yang berlaku dan berkembang di masyarakat Sunda.

Pertunjukan wayang golek purwa bukan hanya pagelaran kesenian yang bersifat menghibur saja, tetapi juga dapat dijadikan sebagai media penerangan, pendidikan, dakwah Islamiah dan lain-lain yang sarat akan nilai-nilai kebajikan dan falsafah keutamaan hidup. Sebagai sebuah seni kreatif bermutu tinggi, wayang tidak hanya sekedar tontonan hiburan, tetapi juga tuntunan hidup yang memberikan pelajaran untuk memahami alam semesta dan sekaligus sebagai kerangka acuan untuk menyeimbangkan ekspresi moral, seni religiusitas, dan hiburan yang elegan. Untuk itu, pertunjukan wayang golek purwa harus dimaknai tidak hanya dari segi visualnya saja, tetapi kandungan nilai religio-kultural dapat dipergunakan untuk memecahkan persoalan-persoalan dalam kehidupan manusia.

Nilai-nilai falsafah keutamaan hidup dalam pertunjukan wayang golek purwa disampaikan melalui karakter atau watak tokoh wayang. Pada cerita wayang, tiap-tiap tokohnya merupakan refleksi atau representasi dari sikap, watak, dan karakter manusia secara umum. Kebaikan dan kejahatan, kebatilan, keburukan, kasih sayang, cinta, bela negara, toleransi, tepa salira dan gotong-royong merupakan nilai-nilai yang disampaikan dalam setiap pertunjukan wayang


(16)

Barnas Sabunga, 2014

Penguatan Nilai Karakter Bangsa Melalui Pertunjukan Wayang Golek Purwa Versi Dalang Trah A. Sunarya

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

golek (Aizid, 2012, hlm.15). Demikian pula, pesan-pesan yang bersifat simbolis dan filosofis dalam pertunjukan wayang golek purwa dapat dicermati dan dihayati dengan berbagai pendekatan, seperti bahasa kias, metode analitik-holistik, dimensi ilmu pengetahuan, filsafat, agama maupun seni. Dalam pertunjukan wayang golek purwa juga terkandung aspek-aspek lain, seperti; metafisika, epistemologi, etika dan estetika.

Pertunjukan wayang golek purwa merupakan salah satu jenis teater tradisional yang tumbuh dan berkembang di Tatar Pasundan. Secara holistik, dramatisasi lakon pewayangan yang diekspresikan seorang dalang beserta seniman penyaji lainnya. Secara implisit dalang berperan aktif sebagai penyampai pesan-pesan moral untuk membangun nilai-nilai keharmonisan, kesejahteraan, kesatuan dan persatuan dalam kehidupan sosial masyarakat yang dikemas dan diungkapkan secara etis, estetis, logis dan sistematis. Selain itu, dalang pun berfungsi sebagai kritikus. Dalam hal tersebut, dalang senantiasa mengkritisi ragam fenomena sosial yang bertentangan dengan hukum, adat-istiadat, agama dan negara. Melalui pengungkapan nilai-nilai tersebut, harapan dan cita-cita manusia dalam mencapai tingkatan ”manusia utama” dapat terwujud untuk meniti perjalanan kehidupan selanjutnya, yang dalam istilah filsafat wayang lazim disebut dengan Manunggaling Kawula-Gusti. Dalam tataran agama termasuk manusia Insan kamil dan dalam tataran kenegaraan disebut manusia Pancasilais.

Pesan moral dalam pertunjukan wayang golek purwa secara verbal senantiasa disampaikan dalang melalui antawacana (monolog dan dialog-dialog antartokoh wayang), baik secara konotatif maupun denotatif. Sementara pesan-pesan non verbal, diekspresikan dalang melalui sajian sabetan (gerak-gerik/gestur wayang) yang mengusung nilai-nilai unggah-ungguh (tatakrama). Bersamaan dengan penyampaian pesan-pesan moral yang disampaikan dalang, diungkapkan pula seniman penyaji lainnya, yakni Juru Kawih dan Wiraswara, melalui rumpaka (lirik lagu) yang dilantunkannya. Potensi tersebut menjadi latar belakang pertunjukan wayang golek purwa diakui sebagai salah satu kesenian tradisional


(17)

Barnas Sabunga, 2014

Penguatan Nilai Karakter Bangsa Melalui Pertunjukan Wayang Golek Purwa Versi Dalang Trah A. Sunarya

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

yang sarat dengan nilai-nilai kehidupan, sehingga harus dikembangkan, dilestarikan, dan dinobatkan sebagai warisan budaya bangsa. Tegasnya, nilai-nilai kehidupan yang dikemas dan senantiasa disampaikan dalang melalui pertunjukan wayang golek purwa, dapat dijadikan referensi dan kontemplasi mengenai kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

Lingkung Seni Wayang Golek Giriharja yang berlokasi di Kampung Giriharja Kelurahan Jelekong Kecamatan Baleendah Kabupaten Bandung Provinsi Jawa Barat, merupakan Lingkung Seni Sunda Wayang Golek yang dikenal masyarakat penggemarnya, baik tingkat lokal, regional, nasional, bahkan internasional. Popularitas Seni Pedalangan Giriharja, hingga terkenal secara global, sesungguhnya berkat upaya Abah Sunarya (Almarhum) sebagai perintis dan pewaris seni pedalangan. Aktivitas, kreativitas, dan produktivitas para dalang keturunan Abah Sunarya (Trah A. Sunarya) yang senantiasa berkembang selaras dengan kemajuan jaman, diasumsikan sangat berperan dalam memperkuat nilai karakter bangsa, khususnya masyarakat Sunda melalui pertunjukan wayang golek purwanya. Dikemukakan Abah Asep Sunandar Sunarya (dalang maestro), Lingkung Seni Pedalangan Giriharja, sejak berdiri hingga sekarang, telah terbentuk 16 (enam belas) Lingkung Seni, yang dipimpin para dalang masing-masing, yaitu:

1. Lingkung Seni Pusaka Giriharja Abah Sunarya (Alm) 2. Lingkung Seni Giriharja 1 Lili Adi Sunarya (Alm)

3. Lingkung Seni Giriharja 2 K.H. Ade Kosasih Sunarya (Alm) 4. Lingkung Seni Giriharja 3 H. Asep Sunandar Sunarya 5. Lingkung Seni Giriharja 4 Ugan Sunagar Sunarya (Alm) 6. Lingkung Seni Giriharja 5 Iden Subasrana Sunarya 7. Lingkung Seni Giriharja 6 Agus Supangkat Sunarya 8. Lingkung Seni Giriharja 7 Rahmatika Sunandar Sunarya 9. Lingkung Seni Putra Giriharja 2 Deden Kosasih Sunarya 10.Lingkung Seni Putra Giriharja 3 Dadan Sunandar Sunarya, S.S.


(18)

Barnas Sabunga, 2014

Penguatan Nilai Karakter Bangsa Melalui Pertunjukan Wayang Golek Purwa Versi Dalang Trah A. Sunarya

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

11.Lingkung Seni Putra 3 Giriharja Yogaswara Sunandar Sunarya 12.Lingkung Seni Putu 1 Giriharja Dede Candra Sunarya

13.Lingkung Seni Putra Giriharja 5 Kiki Iden Sunarya

14.Lingkung Seni Putu Giriharja 2 Adi Kontea Kosasih Sunarya 15.Lingkung Seni Putu Giriharja 2 Iwan Kosasih Sunarya 16.Lingkung Seni Putu Giriharja Wishnu R. Sunarya

Sehubungan dengan penguatan nilai-nilai karakter bangsa yang disampaikan para dalang Trah A. Sunarya, dalam pertunjukan wayang golek purwa mengalami perkembangan dan perubahan dari waktu ke waktu, perubahan tersebut terutama dalam segi konten/isi materi yang disampaikan. Berdasarkan hasil wawancara pada saat prapenelitian yang dilakukan peneliti dengan Abah Agus yang merupakan salah seorang dalang dari Lingkung Seni Wayang Golek Giriharja diperoleh informasi bahwa pertunjukan wayang golek purwa amat sarat dengan penguatan nilai-nilai karakter bangsa, seperti kepemimpinan, kebangsaan, keadilan, persatuan dan kesatuan, dan masa depan bangsa. Nilai-nilai tersebut terutama disampaikan pada masa kemerdekaan.

Akan tetapi, seiring dengan perkembangannya nilai-nilai yang disampaikan dalam setiap pertunjukan wayang golek purwa pun mengalami perubahan penekanan. Artinya, terdapat nilai yang fokus untuk disampaikan di samping nilai-nilai lainnya, hal tersebut dilakukan karena menyesuaikan dengan perkembangan dan perubahan jaman. Abah Iden (LS Giriharja 5) mengemukakan bahwa pada masa kemerdekaan dan Orde Lama, pertunjukan wayang golek purwa lebih fokus pada nilai persatuan dan kesatuan serta nilai-nilai keadilan, pada masa Orde Baru nilai-nilai yang disampaikan dalam pertunjukan wayang golek purwa lebih kental dengan bagaimana masyarakat dalam mengisi dan mendukung pembangunan nasional. Abah Agus (LS Giriharja 6) mengemukakan bahwa pertunjukan wayang golek purwa harus ngindung ka waktu, mibapa ka jaman”, artinya pertunjukan wayang golek harus senantiasa mengikuti perkembangan jaman.


(19)

Barnas Sabunga, 2014

Penguatan Nilai Karakter Bangsa Melalui Pertunjukan Wayang Golek Purwa Versi Dalang Trah A. Sunarya

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Melihat realitas saat ini, pertunjukan wayang golek purwa dapat dijadikan sebagai salah satu media penguatan nilai karakter bangsa yang harus mampu memperkuat nilai-nilai kebaikan (values ethics). Mengingat pelbagai gejala kemerosotan moral dan rendahnya penghargaan terhadap nilai-nilai sering ditemui dalam setiap aspek kehidupan masyarakat kekinian. Hal utama yang penting diperhatikan, yaitu dalam proses penguatan nilai karakter bangsa tersebut harus senantiasa memperhatikan perkembangan jaman, kebutuhan masyarakat, dan permasalahan di masyarakat yang harus segera diselesaikan. Dengan demikian, perlu dilakukan upaya penguatan nilai karakter bangsa melalui pertunjukan wayang golek purwa sebagai upaya menghadapi dan meminimalisir gejala dekadensi moral di masyarakat.

Bertitik tolak dari berbagai permasalahan, data dan fakta sebagaimana telah dikemukakan di atas, membuat peneliti tertarik untuk mengkaji lebih dalam lagi ikhwal peranan pertunjukan wayang golek purwa dalam penguatan karakter bangsa. Karena itu, peneliti mengangkat permasalahan tersebut ke dalam suatu penelitian dengan kesimpulan problem statement Penguatan Nilai Karakter Bangsa Melalui Pertunjukan Wayang Golek Purwa Versi Dalang Trah A. Sunarya” (Penelitian Grounded Theory Pada Lingkung Seni Wayang Golek Giriharja).

B. Identifikasi dan Perumusan Masalah 1. Identifikasi Masalah

Bertolak dari latar belakang sebagaimana telah dikemukakan di atas, peneliti dapat mengidentifikasi masalah yang melandasi penelitian ini. Pertama, terjadinya degradasi moral di kalangan masyarakat. Kedua, mahalnya kejujuran di masyarakat. Ketiga, rendahnya penghargaan dan penghormatan terhadap orang tua, guru, dan pemimpin. Keempat, menurunnya etos kerja masyarakat. Kelima, menurunnya rasa tanggung jawab individu dan warganegara. Keenam, langkanya figur pemimpin. Ketujuh, terkikisnya penghormatan terhadap harkat dan martabat


(20)

Barnas Sabunga, 2014

Penguatan Nilai Karakter Bangsa Melalui Pertunjukan Wayang Golek Purwa Versi Dalang Trah A. Sunarya

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

manusia, dan lain sebagainya. Dengan demikian, perlu dilakukan upaya penguatan nilai-nilai karakter bangsa melalui pelbagai media. Salah satu media yang kiranya dapat dijadikan wahana tersebut adalah melalui pertunjukan wayang golek purwa.

2. Perumusan Masalah

Mengacu pada identifikasi masalah di atas, permasalahan dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut, ”Sejauh manakah pertunjukan wayang golek purwa versi dalang Trah A. Sunarya dapat dijadikan wahana penguatan nilai-nilai karakter bangsa?”. Agar permasalahan tersebut lebih rinci, peneliti membagi masalah kedalam pertanyaan penelitian sebagai berikut:

a. Nilai-nilai karakter apakah yang disampaikan dalam pertunjukan wayang golek purwa?

b. Bagaimanakah bentuk transformasi nilai-nilai karakter yang berlangsung setelah penonton menyaksikan pertunjukan wayang golek purwa?

c. Bagaimanakah skenario pertunjukan wayang golek purwa yang dapat memperkuat nilai-nilai karakter bangsa dalam kehidupan sehari-hari?

d. Bagaimanakah pengalaman belajar yang dialami penonton pertunjukan wayang golek purwa dengan proses pengembangan karakter?

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum

Secara umum, penelitian ini bertujuan menemukan konsep tentang penguatan nilai-nilai karakter bangsa melalui pertunjukan wayang golek purwa versi dalang Trah A. Sunarya.

2. Tujuan Khusus

Secara khusus, penelitian ini bertujuan untuk menggali, mengkaji dan mengidentifikasi informasi-argumentatif tentang:


(21)

Barnas Sabunga, 2014

Penguatan Nilai Karakter Bangsa Melalui Pertunjukan Wayang Golek Purwa Versi Dalang Trah A. Sunarya

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

a. Nilai-nilai karakter yang disampaikan dalam pertunjukan wayang golek purwa.

b. Nilai-nilai karakter yang diperoleh penonton setelah menyaksikan pertunjukan wayang golek purwa.

c. Skenario pertunjukan wayang golek purwa yang dapat memperkuat nilai-nilai karakter bangsa dalam kehidupan sehari-hari.

d. Pengalaman belajar yang dialami penonton pertunjukan wayang golek purwa dengan proses pengembangan karakter.

D. Manfaat Penelitian 1. Secara Teoretis

Secara teoretis penelitian ini bermanfaat bagi pengembangan wawasan dan keilmuan Pendidikan Umum dalam memperkuat nilai karakter bangsa melalui pertunjukan wayang golek purwa.

2. Secara Praktis

Selain memberikan manfaat secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat praktis bagi beberapa pihak sebagai berikut:

a. Bagi pemerintah, dapat memanfaakan pertunjukan wayang golek purwa sebagai acuan dalam melaksanakan sosialisasi penguatan nilai-nilai karakter bangsa secara menyeluruh ke berbagai kalangan masyarakat. Mengingat saat ini pengembangan pendidikan karakter masih terbatas dilakukan pada pendidikan formal di sekolah.

b. Bagi civitas akademika, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pengembangan pendidikan nilai di masyarakat dalam rangka membentuk warganegara yang berkarakter yakni menjadikan pertunjukan wayang golek purwa sebagai media Pendidikan Umum dalam konteks penguatan karakter bangsa.


(22)

Barnas Sabunga, 2014

Penguatan Nilai Karakter Bangsa Melalui Pertunjukan Wayang Golek Purwa Versi Dalang Trah A. Sunarya

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

c. Bagi masyarakat, hasil penelitian ini dapat digunakan dalam pemanfaatan pertunjukan wayang golek purwa sebagai wahana penguatan nilai-nilai karakter bangsa. Praktek tersebut masih belum terjamah pada lapisan masyarakat, kebanyakan dari masyarakat masih sebatas memanfaatkan pertunjukan wayang golek purwa sebagai hiburan saja belum sampai pada menganalisis nilai-nilai karakter yang terkandung di dalamnya untuk ditransformasikan dan diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari.

E. Struktur Organisasi Disertasi

Penulisan disertasi ini terbagi menjadi lima bab, meliputi; pendahuluan, kajian pustaka, metodologi penelitian, hasil penelitian dan pembahasan serta penutup. Bagian pendahuluan (bab I) merupakan rasional yang menjelaskan pentingnya penelitian ini dilakukan. Isi dari bab ini meliputi; (1) latar belakang masalah, (2) rumusan masalah, (3) tujuan penelitian, (4) manfaat penelitian dan (5) struktur organisasi disertasi. Kajian pustaka (bab II) merupakan gambaran berbagai konsep, generalisasi dan teori yang digunakan untuk menganalisis hasil penelitian. Isi dari bab ini meliputi; (1) hakikat nilai dan penguatan nilai, (2) konsep pendidikan karakter, dan (3) kajian tentang pertunjukan wayang golek. Metodologi penelitian (bab III) merupakan penjelasan yang rinci mengenai metode penelitian yang digunakan. Isi dari bab ini meliputi; (1) lokasi dan subjek penelitian, (2) desain penelitian dan justifikasi penggunaan desain tersebut, (3) metode penelitian dan justifikasi penggunaan metode tersebut, (4) definisi operasional yang dirumuskan untuk setiap variabel, (5) instrumen penelitian, (6) teknik pengumpulan data, dan (7) teknik pengolahan dan analisis data. Hasil penelitian dan pembahasan (bab IV) merupakan gambaran data yang diperoleh dari lapangan untuk kemudian dianalisis menggunakan berbagai teori yang relevan. Isi dari bab ini meliputi gambaran umum hasil penelitian dan analisis hasil penelitian. Setelah data disajikan dan dianalisis, pada bagian penutup (bab V) hasil analisis data tersebut kemudian disajikan menjadi beberapa kesimpulan


(23)

Barnas Sabunga, 2014

Penguatan Nilai Karakter Bangsa Melalui Pertunjukan Wayang Golek Purwa Versi Dalang Trah A. Sunarya

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

sebagai jawaban dari aspek yang diteliti. Bab ini terdiri dari kesimpulan dan rekomendasi.


(24)

Barnas Sabunga, 2014

Penguatan Nilai Karakter Bangsa Melalui Pertunjukan Wayang Golek Purwa Versi Dalang Trah A. Sunarya

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Subjek dan Lokasi Penelitian 1. Subjek Penelitian

Subjek penelitian merupakan sumber yang dapat memberikan informasi, dipilih secara purposive dan bertalian dengan purpose atau tujuan tertentu (Nasution, 1996, hlm. 32). Subjek dalam penelitian ini diklasifikasikan menjadi 4 (empat) unsur, yakni unsur Dalang, Akademisi, Organisasi Pedalangan dan Penonton. Pemilihan keempat subjek penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi yang mendalam mengenai peran pertunjukan wayang golek purwa sebagai wahana transformasi nilai-nilai karakter ditinjau dari berbagai sudut pandang narasumber.

Pihak Dalang yang dijadikan subjek penelitian yaitu dalang dari Lingkung Seni Giriharja sebanyak 5 (lima) orang, yakni Abah Asep Sunandar Sunarya (LS Giriharja 3), Abah Iden Subasrana Sunarya (LS Giriharja 5), Deden Kosasih Sunarya (LS Putra Giriharja 2), Dadan Sunandar Sunarya, S.S. (LS Putra Giriharja 3) dan Kiki Mardani S. Sunarya (LS Putra Giriharja 5). Pemilihan sampel tersebut dianggap sesuai karena dinilai dapat memberikan gambaran umum mengenai perkembangan pertunjukan wayang golek purwa beserta nilai-nilai karakter yang terkandung di dalamnya.

Pihak akademisi yang dijadikan subjek penelitian yaitu akademisi dari Sekolah Tinggi Seni Indonesia (STSI). Pemilihan akademisi dari STSI sebagai objek penelitian dikarenakan STSI merupakan salah satu perguruan tinggi yang konsen terhadap kesenian wayang golek dan telah menjadikan Lingkung Seni Wayang Golek Giriharja sebagai salah satu sumber kajian utama mengenai wayang golek, sehingga diharapkan dengan subjek penelitian ini dapat memberikan informasi lebih jauh mengenai pertunjukan wayang golek purwa dilihat dari aspek akademik yang saling mendukung dengan hasil wawancara yang dilakukan dengan dalang. Selain itu, subjek penelitian lain dari pihak akademisi


(25)

Barnas Sabunga, 2014

Penguatan Nilai Karakter Bangsa Melalui Pertunjukan Wayang Golek Purwa Versi Dalang Trah A. Sunarya

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

yaitu dari Universitas Gadjah Mada, khususnya Fakultas Filsafat, karena wayang golek diasumsikan mengandung nilai filosofis yang sangat tinggi, sehingga dipandang sangat pantas untuk dijadikan mitra berkonsultasi.

Pihak organisasi pedalangan, yang dijadikan subjek penelitian yaitu PEPADI (Persatuan Pedalangan Indonesia) Kabupaten Bandung, PEPADI Provinsi Jawa Barat serta Dewan Penasehat PEPADI Pusat. Pemilihan unsur organisasi dalam penelitian tersebut karena para dalang dari berbagai wilayah bersatu dalam suatu wadah yang mengakomodir kepentingan-kepentingan dalang, terutama menjaga kelestarian kesenian wayang golek serta memperkuat peran dan posisi dalang sebagai actor utama pendidikan karakter berbasis masyarakat.

Pihak penonton, pemilihan subjek penelitian diambil dari golongan anak-anak, pemuda dan orang tua yang senang dengan pertunjukan wayang golek purwa. Penonton dijadikan sebagai salah satu subjek penelitian peneliti, karena peneliti menganggap bahwa penonton merupakan sasaran dalam pertunjukan wayang golek purwa, yakni sebagai penerima pesan, ajaran-ajaran dan nilai-nilai karakter yang disampaikan dalam pertunjukan wayang golek purwa tersebut.

2. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Kampung Giriharja Kelurahan Jelekong Kecamatan Baleendah Kabupaten Bandung. Pemilihan lokasi penelitian tersebut didasarkan pada kegiatan pra penelitian yang dilakukan peneliti bahwa Kampung Giriharja merupakan tempat keberadaan Lingkung Seni Wayang Golek Giriharja sebagai salah satu pusat perkembangan kesenian wayang golek di Provinsi Jawa Barat, khususnya Kabupaten Bandung.

B. Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain penelitian kualitatif karena mengkaji suatu perilaku manusia yang digambarkan melalui kata-kata. Penelitian kualitatif adalah suatu metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti sebagai


(26)

Barnas Sabunga, 2014

Penguatan Nilai Karakter Bangsa Melalui Pertunjukan Wayang Golek Purwa Versi Dalang Trah A. Sunarya

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

instrumen kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara triangulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna darpada generalisasi (Sugiyono, 2013, hlm.1).

Pernyataan di atas menyiratkan bahwa pendekatan kualitatif merupakan suatu pendekatan yang menekankan pada kajian interpretatif data hasil penelitian dan tidak menggunakan kuantifikasi atau perhitungan statistik. Pengertian lebih lanjut mengenai penelitian kualitatif adalah sebagai berikut:

Qualitative research is an inquiry process of understanding based on distinct methodological traditions of inquiry that explore a social or human problem. The researcher builds a complex, holistic picture, analyzes words, reports detailed views of informants, and conducts the study in a natural setting (Creswell, 2012, hlm. 15).

Kutipan di atas dapat menjelaskan bahwa penelitian kualitatif merupakan proses penelitian untuk memahami berdasarkan tradisi metodologi penelitian tertentu dengan cara menyelidiki masalah sosial atau manusia. Peneliti membuat gambaran kompleks bersifat holistik, menganalisis kata-kata, melaporkan pandangan-pandangan para narasumber secara rinci, dan melakukan penelitian dalam situasi alamiah.

Karakteristik pokok yang menjadi perhatian dalam penelitian kualitatif yaitu kepedulian terhadap ”makna”. Dalam hal ini penelitian naturalistik tidak peduli terhadap persamaan dari objek penelitian melainkan sebaliknya mengungkap tentang pandangan kehidupan dari orang-orang yang berbeda-beda. Pemikiran ini didasari pula oleh kenyataan bahwa makna yang ada dalam setiap orang (manusia) berbeda-beda. Karena itu, tidak mungkin untuk mengungkap kenyataan yang ada dalam diri orang yang unik itu menggunakan alat lain kecuali manusia sebagai instrumen. Lebih lanjut dinyatakan bahwa ...the

human-as-instrument is inclined toward methods that are extensions of normal human activities: looking, listening, speaing, reading, and the like (Lincoln dan Guba,

1985, hlm. 199).

Dari pernyataan tersebut semakin jelas bahwa keunggulan manusia sebagai instrumen dalam penelitian naturalistik dapat melihat, mendengar,


(27)

Barnas Sabunga, 2014

Penguatan Nilai Karakter Bangsa Melalui Pertunjukan Wayang Golek Purwa Versi Dalang Trah A. Sunarya

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

membaca, merasa, dan sebagainya hal-hal yang dianggap sesuai dengan tujuan penelitian. Dengan demikian, peneliti lebih leluasa dalam mencari informasi dan data yang terperinci dari subjek penelitian tentang berbagai hal yang diperlukan dalam penelitian yang sedang dilaksanakan.

Terdapat beberapa keuntungan menggunakan pendekatan kualitatif dalam penelitian, yakni:

1. Dilakukan pada kondisi yang alamiah (sebagai lawannya eksperimen), langsung ke sumber data dan peneliti adalah instrumen inti.

2. Penelitian kualitatif lebih bersifat deskriptif. Data yang terkumpul lebih bersifat kata-kata atau gambar, sehingga tidak menekankan pada angka.

3. Penelitian kualitatif lebih menekankan pada proses daripada hasil atau

outcome.

4. Penelitian kualitatif melalukan analisis data secara induktif.

5. Penelitian kualitatif lebih menekankan makna (data di balik yang teramati (Sugiyono, 2013, hlm.10).

Berdasarkan hal tersebut di atas, membuat peneliti semakin yakin menggunakan desain penelitian kualitatif dengan maksud agar hasil yang diperoleh dapat menjawab secara utuh dan menyeluruh aspek-aspek yang diteliti. Selain itu, desain penelitian kualitatif dapat menghindari terjadinya bias dalam penelitian karena peneliti lebih leluasa melakukan pengamatan.

C. Metode Penelitian

Metode yang akan digunakan dalam penelitian ini yaitu metode grounded

theory karena bertujuan untuk menemukan konsep, pendekatan atau teori baru

berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan. Secara konseptual, penelitian

grounded theory dapat didefinisikan sebagai berikut:

Grounded theory adalah metode penelitian kualitatif yang menggunakan

sejumlah prosedur sistematis guna mengembangkan teori dasar, yang disusun secara induktif, tentang suatu fenomena. Temuan penelitiannya merupakan rumusan teori tentang realitas yang diteliti, bukan sekedar sederet angka atau sejumlah tema yang kurang berkaitan. Melalui metodologi ini, tidak hanya dihasilkan konsep-konsep dan hubungan antarkonsep, namun juga dilakukan pengujian sementara terhadap konsep ini. Tujuan metode grounded theory adalah menyusun teori yang sesuai dengan dan menjelaskan tentang bidang yang diteliti (Strauss & Corbin, 2003, hlm. 12).


(28)

Barnas Sabunga, 2014

Penguatan Nilai Karakter Bangsa Melalui Pertunjukan Wayang Golek Purwa Versi Dalang Trah A. Sunarya

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Grounded theory memberikan peluang sangat besar untuk menemukan

teori baru, disusun dan dibuktikan melalui pengumpulan data yang sistematis, dan analisis data yang berkenaan dengan fenomena itu. Proses pengumpulan data, analisis data, dan teori merupakan siklus yang saling terkait dalam hubungan timbal balik (Strauss & Corbin, 2003, hlm. 10-11). Peneliti tidak memulai penyelidikan dengan pegangan pada suatu teori tertentu lalu membuktikannya, melainkan dengan pegangan pada suatu bidang kajian dan hal-hal yang terkait dengan bidang tersebut.

Peneliti memilih metode grounded theory karena beberapa alasan,

Pertama, sesuai dengan permasalahan yang diteliti mengenai penguatan nilai

karakter bangsa melalui pertunjukan wayang golek purwa, yang kajian ini bersifat konseptual analitik dan teoritik khususnya menyangkut filosofi pertunjukan wayang golek purwa sebagai wahana penguatan nilai karakter bangsa. Kedua, setelah melakukan penelitian dan pengkajian hasil penelitian diharapkan dapat menemukan konsep, teori dan pendekatan baru dalam internalisasi, penguatan dan pelembagaan nilai karakter bangsa kepada warganegara. Karena itu, diperlukan kepekaan yang dalam untuk menyingkap makna yang dituangkan melalui interaksi peneliti dengan subjek penelitian atau pun narasumber.

Penelitian grounded theory memiliki tiga macam sistem pengodean, yakni

open coding, axial coding, dan selective coding (Creswell, 2012, hlm. 57). Dalam

penelitian ini, sistem pengodean yang digunakan adalah pengodean terbuka (open

coding) dengan langkah-langkah meliputi; pelabelan fenomena, penemuan

kategori, penamaan kategori, penyusunan kategori, memilih pengodean yang digunakan, menyajikan data, dan membuat interpretasi (Straus & Corbin, 2003, hlm. 57-71).


(29)

Barnas Sabunga, 2014

Penguatan Nilai Karakter Bangsa Melalui Pertunjukan Wayang Golek Purwa Versi Dalang Trah A. Sunarya

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Pelabelan fenomena merupakan langkah awal analisis data, yang pada saat itu peneliti dituntut untuk peka dengan pengenalan konsep-konsep atau konseptualisasi data dengan memberi nama kegiatan/aktivitas narasumber yang dilakukan selama diamati, ditanya, atau pun diwawancarai. Setelah konseptualisasi data, selanjutnya yaitu penemuan kategori. Pada langkah ini, konsep-konsep dikategorikan, dikelompokkan berdasarkan persamaan-persamaannya. Karena itu, langkah ini sering pula disebut ”pengkategorian” berdasarkan jumlah pengelompokannya. Setelah pengkategorian konsep, peneliti memberikan nama terhadap kategori-kategori yang relevan dengan data yang diperoleh, dan menyusun kategori yang ada berdasarkan sifat masing-masing kategori sebagai atribut dari suatu kategori.

2. Memilih Pengkodean

Pada langkah pemilihan pengkodean, peneliti memilih pengkodean terbuka, artinya semua fenomena diidentifikasi terlebih dahulu tanpa memandang jenis, sifat, dan substansinya. Setelah itu peneliti dapat memulai menganalisis data baik dengan analisis baris per baris yang memerlukan pengujian frase per frase bahkan kata demi kata secara rinci. Cara kedua dapat dilakukan dengan paragraf, dimana tujuannya untuk memahami makna yang terkandung dari paragraf itu.

3. Menyajikan Data dan Membuat Interpretasi

Pada langkah ini peneliti menyajikan data yang sedapat mungkin mudah dipahami pembaca, sehingga alur berpikir peneliti dapat diikuti pembaca. Akhirnya, peneliti berusaha menemukan suatu jawaban dari interpretasi yang peneliti lakukan sebagai temuan teori grounded atau pun lapangan.

D. Definisi Operasional

Untuk menjelaskan maksud dan batasan penelitian, diperlukan suatu definisi operasional yang merupakan seperangkat petunjuk yang lengkap mengenai apa yang harus diamati serta bagaimana mengukur suatu konsep. Terkait dengan penelitian mengenai ”Penguatan Nilai Karakter Bangsa Melalui


(30)

Barnas Sabunga, 2014

Penguatan Nilai Karakter Bangsa Melalui Pertunjukan Wayang Golek Purwa Versi Dalang Trah A. Sunarya

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Pertunjukan Wayang Golek Purwa Versi Dalang Trah A. Sunarya”, peneliti kemukakan beberapa definisi operasional yang penting untuk diketahui yang kesemuanya itu menjelaskan variabel penelitian, sebagai berikut:

1. Penguatan, yang dimaksud penguatan dalam penelitian ini adalah proses memperkokoh, memperkuat, tidak mudah terpengaruh, teguh pendirian serta memiliki suatu keunggulan dan kecakapan pengetahuan dalam mengembalikan suatu tatanan nilai yang tidak sesuai dengan kepribadian bangsa kepada nilai-nilai dasar yang memperkokoh jatidiri bangsa.

2. Nilai-nilai karakter, yang dimaksud nilai-nilai karakter dalam penelitian ini adalah nilai-nilai karakter yang membentuk kebajikan (virtue) yaitu : (1) kebijaksanaan (wisdom); (2) keadilan (justice); (3) keteguhan (fortitude); (4) kontrol diri (self-control); (5) cinta dan kasih sayang (love); (6) perilaku positif (positive

attitude); (7) kerja keras (hard work) dan kemampuan mengembangkan potensi (resourcefulness); (8) integritas (integrity); (9) rasa terimakasih (gratitude); (10)

kerendahan hati (humility) (Lickona, 1992:16).

3. Pertunjukan wayang golek purwa, yang dimaksud pertunjukan wayang golek dalam penelitian ini adalah pagelaran wayang golek purwa yang menampilkan kepiawaian dalang-dalang Trah A. Sunarya.

4. Trah A. Sunarya, yang dimaksud dengan Trah A. Sunarya dalam penelitian ini adalah para dalang yang merupakan keturunan dalang Abeng Sunarya.

E. Instrumen Penelitian

Dalam penelitian kualitatif, instrumen penelitian merupakan peneliti sendiri. Artinya, peneliti bebas menginterpretasikan hal-hal yang diperoleh berdasarkan hasil wawancara, observasi dan studi dokumentasi. Peneliti sebagai instrumen utama dalam penelitian kualitatif dapat dilihat pada penjelasan berikut:

Penelitian kualitatif itu dilakukan secara intensif, peneliti ikut berpartisipasi lama di lapangan, mencatat secara hati-hati apa yang terjadi, melakukan analisis reflektif terhadap berbagai dokumen yang ditemukan di lapangan, dan membuat laporan penelitian secara mendetail (Sugiyono, 2013, hlm.10).


(31)

Barnas Sabunga, 2014

Penguatan Nilai Karakter Bangsa Melalui Pertunjukan Wayang Golek Purwa Versi Dalang Trah A. Sunarya

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Untuk memandu pelaksanaan penelitian, peneliti membutuhkan pedoman yang disusun berdasarkan masalah penelitian. Tabel berikut merupakan kisi-kisi instrumen dalam penelitian ini.

Tabel 3.1

Kisi-Kisi Instrumen Penelitian

No Rumusan

Masalah Teori Indikator

Sumber Data 1 Nilai-nilai

karakter

apakah yang disampaikan dalam pertunjukan wayang golek purwa?

1. Nilai adalah kecenderungan perilaku yang berawal dari gejala-gejala psikologis seperti hasrat, motif, sikap, kebutuhan dan keyakinan yang dimiliki secara individual sampai pada wujud tingkah lakunya yang baik. Artinya, nilai itu berkembang dan dilakukan individu atau manusia didasarkan atas kebutuhan dan keyakinan manusia yang diimplementasikan dalam bentuk perilaku yang dianggap baik (Baier dalam Sauri, 2007, hlm. 4).

2. Karakter didefinisikan sebagai nilai-nilai kebajikan (tahu nilai-nilai kebajikan, mau berbuat baik, dan nyata berkehidupan baik) yang terpatri dalam diri dan terejawantahkan dalam perilaku (Budimansyah, 2010, hlm. 23).

3. Nilai yang perlu dikembangkan agar individu menjadi pribadi yang berkeutamaan, meliputi; pengendalian diri (temperantia), keberanian

(fortitude), keadilan (iustitia),

kebijakan praktis (practical wisdom) (Aquines dalam Koesoema, 2012, hlm. 182-184).

4. Karakter terbagi menjadi tiga komponen (component of good character) yaitu moral knowing atau pengetahuan tentang moral, moral feeling atau perasaan tentang moral dan moral action atau perbuatan bermoral yang perlu dikembangkan

1.Arti nilai 2. Arti karakter 3. Jenis nilai 4. Jenis karakter 5. Strategi penyampaian pesan melalui pertunjukan Dalang, Akademi si, Penonton


(32)

Barnas Sabunga, 2014

Penguatan Nilai Karakter Bangsa Melalui Pertunjukan Wayang Golek Purwa Versi Dalang Trah A. Sunarya

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

No Rumusan

Masalah Teori Indikator

Sumber Data dalam pendidikan karakter (Lickona,

1992, hlm. 57).

5. Dalang harus mampu sebagai rohaniwan yang selalu mengajak masyarakat untuk berbuat baik dan menanamkan kepada masyarakat semangat ”amar ma’ruf nahyi munkar” atau istilah dalam pewayangan ”memayu hayuning bebrayan agung” yakni menjalankan perilaku sesuai ajaran agama masing-masing (Soeparno, 2007, hlm. 8) 2 Bagaimanakah

bentuk transformasi yang berlangsung setelah penonton menyaksikan pertunjukan wayang golek purwa?

1. Indikator-indikator kemunduran moral antara lain; (a) Kekerasan dan tindakan anarki, (b) Pencurian, (c) Tindakan curang, (d) Pengabaian terhadap aturan yang berlaku, (e) Tawuran antarsiswa, (f) Ketidaktoleriran, (g) Penggunaan bahasa yang tidak baik, (h) Kematangan seksual yang terlalu dini dan penyimpangannya, (i) Sikap perusakan diri (Lickona, 1992, hlm. 18).

2. 10 (sepuluh) nilai-nilai karakter yang harus ditanamkan kepada anak-anak dan generasi muda bangsa, yaitu; (a) Kebijaksanaan (wisdom), (b) Keadilan (justice), (c) Keteguhan (fortitude), (d) Kontrol diri (self-control), (e) Cinta dan kasih sayang (love), (f) Perilaku positif (positive attitude); (g) Kerja keras (hard work) dan kemampuan mengembangkan potensi (resourcefulness), (h) Integritas (integrity), (i) Rasa terimakasih (gratitude), (j) Kerendahan hati (humility) (Lickona, 1992, hlm.16).

3. Enam sistem nilai kehidupan yang meliputi dimensi teologik, fisik fisiologik, etik, estetik, logik dan teleologik yang kesemuanya itu berujung pada terbentuknya jatidiri individu yang percaya, merasa,

1. Persepsi terhadap a. Realitas

moral b. Isi pesan 2. Karakter inti

(core character) 3. Relevansi pertunjukan wayang golek dengan pendidikan karakter Dalang, Akademi si, Penonton


(33)

Barnas Sabunga, 2014

Penguatan Nilai Karakter Bangsa Melalui Pertunjukan Wayang Golek Purwa Versi Dalang Trah A. Sunarya

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

No Rumusan

Masalah Teori Indikator

Sumber Data mengerti/memahami, menilai,

berhasrat/berniat, memutuskan dan melaksanakan (Sanusi, tersedia dalam http://umarrosadiuninus. blogspot.com /2012/09/ enam-sistem-nilai-kehidupan-dalam.html diakses tanggal 12 Desember 2013).

4. Transformasi sosial pendidikan karakter untuk membentuk individu berkarakter secara skematik terdiri dari, baik, cerdas, pelaku perubahan (Koesoema, 2012, hlm. 66).

5. Pendidikan sebagai upaya transformasi memiliki lima kawasan, yaitu transformasi potensi, transformasi WPKNS (wawasan, pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap), transformasi kondisi sosial-ekonomi, transformasi budaya dan antargenerasi, dan transformasi dunia-akhirat yang dilakukan dalam rangka pengembangan manusia seutuhnya (Prayitno, 2012, hlm. 245).

6. Pertunjukan wayang golek memiliki aspek filosofis yang tajam, dimana dijelaskan bahwa manusia pada hakekatnya menduduki posisi-posisi yang telah ditentukan oleh yang Mahakuasa dengan dibekali berbagai kemampuan yang sesuai dengan posisi yang diembannya. Sosok Brahmana berfungsi sebagai spiritual

leader bangsanya, para satria

berfungsi melindungi rakyat dan penata pemerintahan, pedagang berfungsi menyediakan kebutuhan pokok rakyat dan para pekerja berfungsi memberi jasa (Soeparno, 2007, hlm. 19).

3 Bagaimanakah skenareo pertunjukan

1. Seni pertunjukan dapat diartikan sebagai segala ungkapan seni yang substansi dasarnya adalah yang

1. Kondisi panggung 2. Kondisi cuaca

Dalang, Akademi si,


(34)

Barnas Sabunga, 2014

Penguatan Nilai Karakter Bangsa Melalui Pertunjukan Wayang Golek Purwa Versi Dalang Trah A. Sunarya

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

No Rumusan

Masalah Teori Indikator

Sumber Data wayang golek

purwa yang dapat

memperkuat nilai karakter bangsa dalam kehidupan sehari-hari?

dipergelarkan langsung di hadapan penonton. Seni pertunjukan dapat dipilah menjadi tiga kategori, yakni musik (vokal, instrumental, gabungan), tari (representasional dan non-representasional), dan teater (berhubungan dengan orang atau boneka/wayang sebagai dramatic personae) (Kasim, 2005, hlm. 45). 2. Wayang golek sebagai bagian dari

seni pertunjukan dapat dikatakan sebagai kesenian multidimensional, dalam arti melalui perpaduan berbagai cabang seni. Cabang-cabang seni yang terdapat di dalam seni wayang antara lain: (a) Seni Mengarang, (b) Seni Sastra, (c) Seni Suara Vokal, (d) Seni Suara Instrumental, (e) Seni Tari, (f) Seni Pahat, (g) Seni Bentuk, (h) Seni Lukis.

3. Gerakan dari tokoh-tokoh tertentu dalam wayang ditimbulkan demikian baiknya oleh Dalang, sehingga wayang itu tampak hidup, sedang para penonton dalam keasyikannya waktu melihat tidak merasa bahwa mereka berhadapan dengan boneka-boneka yang dihias, ditatah, dilukis rapi dengan warna merah, kuning, hijau, biru, dan emas gemerlapan, halus, begitu hidup dan menari dalam iringan gamelan (Poedjosoebroto, 1977, hlm. 10-14).

3. Seni gerak 4. Lakon cerita 5. Kawih 6. Antawacana 7. Ekspektasi

penonton

Penonton

4 Bagaimanakah pengalaman belajar yang dialami

penonton pertunjukan wayang golek purwa dengan proses

1. Ruang lingkup pendidikan umum mencakup penanaman makna dasar yang harus dimiliki oleh setiap manusia dan mesti diupayakan tertanam melalui pendidikan. Makna dasar tersebut dikenal dengan istilah ”realm of meaning” yang terdiri dari

symbolic, empirics, esthetics,

synnoetics, ethics, dan sypnotics

1. Realm of Meaning 2. Kontekstualisasi cerita 3. Signifikansi cerita Penonton


(35)

Barnas Sabunga, 2014

Penguatan Nilai Karakter Bangsa Melalui Pertunjukan Wayang Golek Purwa Versi Dalang Trah A. Sunarya

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

No Rumusan

Masalah Teori Indikator

Sumber Data pengembangan

karakter?

sebagai berikut:

a. Makna Symbolycs, yaitu kemampuan berbahasa dan berhitung.

b. Makna Empirics, yaitu kemampuan untuk memaknai benda-benda.

c. Makna Esthetics, yaitu kemampuan memaknai keindahan seni dan fenomena alam.

d. Makna Ethics, yaitu kemampuan memaknai baik dan buruk.

e. Makna Synoetics, yaitu kemampuan berpikir logis dan rasional sehingga dapat memaknai benar dan salah. f. Makna Synoptic, yaitu

kemampuan untuk beragama atau berfilsafat (Phenix dalam Maftuh, 2009, hlm. 7).

2. Sebagai wahana pendidikan watak, wayang golek memiliki beberapa keunikan. Pertama, pertunjukan wayang itu sendiri merupakan alat pendidikan watak yang menawarkan metode pendidikan yang amat menarik, karena wayang mengajarkan ajaran dan nilai-nilainya tidak secara dogmatis sebagai suatu indoktrinasi, tetapi ia menawarkan ajaran dan nilai-nilai itu, terserah kepada penonton (masyarakat dan individu) sendiri untuk menafsirkanya, menilai dan memilih ajaran dan nilai-nilai mana yang sesuai dengan pribadi atau hidup mereka. Kedua, wayang mengajarkan ajaran dan nilai-nilai itu tidak secara teoritis saja (berupa ajaran dan nilai-nilai) melainkan secara kongkret dengan menghadirkan kehidupan tokoh-tokohnya yang kongkret


(36)

Barnas Sabunga, 2014

Penguatan Nilai Karakter Bangsa Melalui Pertunjukan Wayang Golek Purwa Versi Dalang Trah A. Sunarya

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

No Rumusan

Masalah Teori Indikator

Sumber Data sebagai teladan (Amir, 1991, hlm.

19).

3. Skema konseptual pendidikan nilai harus melibatkan proses-proses sebagai berikut:

a. Identifikation of a core of

personal and societal values (Adanya proses identfikasi nilai personal dan nilai sosial terhadap stimulasi yang diterima).

b. Philosophical and rational

inquiry into the core (Adanya penyelidikan secara rasional dan filosofis terhadap inti nilai-nilai dari stimulus yang diterima). c. Affective or emotive response to

the core (Respon afektif dan respon emotif terhadap inti nilai tersebut).

d. Decision-making related to the core based on inquiry and response (Pengambilan

keputusan berupa nilai-nilai dan perilaku terhadap stimulus, berdasarkan penyelidikan terhadap nilai-nilai yang ada dalam dirinya) (Sauri, tersedia di http://sofyanpu.

blogspot.com/2009/05/kontekstua

lisasi-nilai-dalam-kehidupan.html) Sumber : Diolah oleh Sabunga (2014)

F. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dan informasi dalam penelitian ini dilakukan dengan berbagai cara dan teknik yang berasal dari berbagai sumber baik manusia maupun bukan manusia. Dalam penelitian ini, teknik pengumpulan data dan informasi yang digunakan adalah teknik pengumpulan data kualitatif, yang meliputi wawancara, observasi, studi dokumentasi dan studi literatur.


(37)

Barnas Sabunga, 2014

Penguatan Nilai Karakter Bangsa Melalui Pertunjukan Wayang Golek Purwa Versi Dalang Trah A. Sunarya

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

1. Wawancara

Wawancara ialah cara untuk menggali informasi, pemikiran, gagasan, sikap dan pengalaman narasumber. Wawancara tatap muka dilakukan secara langsung antara peneliti dan narasumber secara dialogis, tanya jawab, diskusi dan melalui cara lain yang dapat memungkinkan diperolehnya informasi yang diperlukan.

Wawancara merupakan percakapan dengan maksud tertentu yang dilakukan dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai (interviewe) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu (Moleong, 2000, hlm. 135). Teknik wawancara merupakan metode pengumpulan data dan informasi yang utama untuk mendeskripsikan pengalaman informan. Tujuan dari wawancara yaitu ”untuk mengetahui apa yang terkandung dalam pikiran dan hati orang lain, bagaimana pandangannya tentang dunia, yaitu hal-hal yang tidak dapat kita ketahui melalui observasi”(Nasution, 1996, hlm. 73). Melalui wawancara secara mendalam diharapkan dapat diperoleh bentuk-bentuk informasi dari semua narasumber dengan bentuk-bentuk dan ciri yang khas pada setiap narasumber. Wawancara mendalam bersifat luwes, susunan pertanyaan dan kata-kata dalam setiap pertanyaan dapat diubah saat wawancara, disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi saat wawancara, termasuk karakteristik sosial budaya (agama, suku, gender, usia, tingkat pendidikan, pekerjaan, dan sebagainya) narasumber yang dihadapi. Oleh sebab itu, metode ini memungkinkan pihak yang diwawancarai diberi kebebasan untuk menggunakan istilah-istilah (kosa kata) yang lazim digunakan oleh pihak yang diwawancarai, sehingga proses wawancara tidak kaku (Mulyana, 2002, hlm. 181).

2. Studi Dokumentasi

Studi dokumentasi merupakan cara untuk menggali, mengkaji, dan mempelajari sumber-sumber tertulis baik dalam bentuk laporan penelitian, makalah, jurnal, kliping media massa, dan dokumen negara yang berkaitan dengan masalah penelitian. Pemilihan metode ini dilandasi pemikiran bahwa


(1)

Barnas Sabunga, 2014

Penguatan Nilai Karakter Bangsa Melalui Pertunjukan Wayang Golek Purwa Versi Dalang Trah A. Sunarya

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Foley, K. (1979). “The Sundanese Wayang Golek: The Rod Puppet Theatre of

West Java”. Honolulu: Disertasi untuk Gelar Doktor of Philosophy dalam Bidang Drama Teater The University of Hawaii.

Fromm, E. (1955) The sane society, New York: Rinehart.

Groenendael, CV. (1987). Dalang Dibalik Wayang. Jakarta: PT Pustaka Utama Grafiti

Halking. (2010). Pendidikan Kewarganegaraan sebagai Pendidikan Karakter. Prosiding Seminar Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan dalam Membangun Karakter Bangsa (Nation and Character Building) : Refleksi, Komitmen dan Prospek. Bandung: Laboratorium PKn Universitas Pendidikan Indonesia.

Hardjowirogo. (1978). Sejarah Wayang Purwa. Jakarta: Balai Pustaka

Hurlock, E. (1981). Psikologi Perkembangan : Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Jakarta : Erlangga.

Kalidjernih, F. (2011). Situasionisme : Refleksi untuk Pendidikan Karakter di Indonesia. Bandung: Rizqi Press.

________. (2011). Puspa Ragam Konsep dan Isu Kewarganegaraan (Edisi Ketiga). Bandung: Widya Aksara Press.

Kementerian Pendidikan Nasional. (2011). Pedoman Pelaksanaan Pendidikan Karakter. Jakarta: Kementerian Pendidikan Nasional

Kementerian Pendidikan Nasional. (2010). Disain Induk Pendidikan Karakter. Jakarta: Kementerian Pendidikan Nasional.

Komara, E. (2011). Filsafat Ilmu dan Metodologi Penelitian. Bandung: PT Refika Aditama.

Koentjaraningrat. (1992). Beberapa Pokok Antropologi Sosial. Jakarta: PT Dian Rakyat

Koesoema, D. (2012). Pendidikan Karakter Utuh dan Menyeluruh. Yogyakarta: Kanisius.

________. (2010). Pendidikan Karakter Strategi Mendidik Anak di Zaman Global. Jakarta: Grasindo.

Kresna, A. (2012). Punakawan :Simbol Kerendahan Hati Orang Jawa. Jakarta: Narasi.

Latif, Y. (2014). Mata Air Keteladanan Pancasila dalam Perbuatan. Bandung: Mizan


(2)

Barnas Sabunga, 2014

Penguatan Nilai Karakter Bangsa Melalui Pertunjukan Wayang Golek Purwa Versi Dalang Trah A. Sunarya

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Lickona, T. (2004). Character Matter: How To Help Our Children Develop Good Judgment, Integrity, and Other Essential Virtues. New Jersey : simon & Schuster.

________. (1992). Educating For Character How Our Schools Can Teach Respect and Responsibility. New York: Bantam Books.

Lincoln, Y.S. & Guba, E.G. (1985). Naturalistic Inquiry”. Baverly Hills: Sage Publications.

Megawangi, R. (2004). Pendidikan Karakter, Solusi yang Tepat untuk Membangun Bangsa. Jakarta: Indonesian Heritage Foundation

________. (2003). Pendidikan Karakter untuk Membangun Masyarakat Madani. Jakarta: IPPK Indonesia Heritage Foundation.

Maftuh, B. (2009). Bunga Rampai Pendidikan Umum dan Pendidikan Nilai. Bandung: CV Yasindo Multi Aspek.

Miles, M & Huberman, AM. (1992). Analisis Data Kualitatif. Jakarta : UI-Press Moleong, J.X. (2000). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung : PT Remaja

Rosdakarya.

Mulyana, D. (2006). Metodologi Penelitian Kualitatif Paradigma Baru Ilmu Komunikasi dan Ilmu Sosial Lainnya. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Mulyana, R. (2004). Mengartikulasikan Pendidikan Nilai. Bandung: Alfabeta. Nasution, S. (1996). Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif. Bandung: Tarsito. Notopertomo, M & Jatirahayu, M. (2012). 51 Karakter Tokoh Wayang Populer.

Klaten: PT Hafamira

________. (2000). Karakter Tokoh Wayang Populer. Klaten: PT Hafamira

Pusat Kurikulum Kementerian Pendidikan Nasional. (2010). Bahan Pelatihan Penguatan Metodologi Pembelajaran Berdasarkan Nilai-Nilai Budaya Untuk membentuk Daya saing dan Karakter bangsa. Jakarta: Kementerian Pendidikan Nasional

Poedjosoebroto, R. (1977). Wayang Lambang Ajaran Islam. Jakarta: Pradnya Paramita

Prayitno & Manullang, B. (2011). Pendidikan Karakter dalam Pembangunan Bangsa. Jakarta : PT. Grasindo

Razak, A. (2002). Perspektif Kaum Muda Pasca Reformasi. Makalah Lokakarya. Surabaya.

Republik Indonesia. (2003). Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta. Kemenkumham RI


(3)

Barnas Sabunga, 2014

Penguatan Nilai Karakter Bangsa Melalui Pertunjukan Wayang Golek Purwa Versi Dalang Trah A. Sunarya

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Rokeach, M. (1980). The Nature Of Human Value. New York: The Free Press Alport, G.W.1964: Pattern and Growth In Personality. New York: Holt Renehart and Wiston Cross Cultural Psychology (vol. 5).

Sauri, S. (2007). Sekilas tentang Pendidikan Nilai. Makalah yang disajikan dalam kegiatan Pelatihan Guru-Guru di Kampus Politeknik UNSI Kabupaten Sukabumi pada tanggal 29 Desember 2007.

Soedarsono. (1985). Keadaan dan Perkambangan Bahasa, Sastra, Etika, Tatakrama, dan Seni Pertunjukan Jawa, Bali, dan Sunda, Yogyakarta: Proyek Penelitian dan Pengkajian Kebudayaan Nusantara (Javanologi) Dirjen Kebudayaan Depdikbud.

Soeparno & Soesilo. (2007). Nilai-Nilai Kearifan Budaya Wayang. Malang: Yayasan Yusula.

Solichin. (2011). Wayang Masterpiece Seni Budaya Dunia. Jakarta: Sinergi Persadatama Foundation.

Somantri, E. (2011). Pendidikan Karakter Nilai Inti Bagi Upaya Pembinaan Kepribadian Bangsa. Bandung: Widya Aksara Press dan Laboratorium PKn FPIPS UPI

Strauss, A & Corbin, J. (2003). Dasar-Dasar Penelitian Kualitatif: Tatalangkah dan Teknik-Teknik Teoritisasi Data. Terjemahan oleh: Muhammad Shodiq dan Imam Mutaqien dari Judul Basics of Qualitative Research: Grounded Theory Procedures and Techniquee. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Sudjarwo, H dkk. (2010). Rupa dan Karakter Wayang Purwa. Jakarta: Kaki Langit Kencana.

Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Pendekatan Kualitatif dan R&D). Bandung: ALFABETA.

_______.(2013). Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: CV Alfabeta. Sukaryono, E. (1988). Pendidikan Seni Rupa Jilid 2. Surakarta : Widya Duta Sumaatmadja, N. (2002). Pendidikan Kemanusiaan Manusia Manusiawi.

Bandung: Alfabeta.

Sumantri, B & Waluyo, K. (1999). Hikmah Abadi Nilai-Nilai Tradisional Dalam Wayang. Yogyakarta: Pusaka Pelajar.

Sumardjo, D. (2000). Filsafat Seni. Bandung : Institut Teknologi Bandung.

Suriasumantri, JS. (2009). Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer. Jakarta: Sinar Harapan.

Suryadi, A. (2012). Pendidikan Karakter Bangsa : Pendekatan Jitu Menuju Sukses Pembangunan Pendidikan Nasional. Pendidikan Karakter : Nilai


(4)

Barnas Sabunga, 2014

Penguatan Nilai Karakter Bangsa Melalui Pertunjukan Wayang Golek Purwa Versi Dalang Trah A. Sunarya

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Inti Bagi Upaya Pembinaan Kepribadian Bangsa. Bandung: Widya Aksara Press & Laboratorium PKn UPI

Pembangunan Susanto, M. (2002). Diksi Rupa. Yogyakarta: Kanisius.

Taman Budaya Provinsi Jawa Barat. (1993). Lima Tokoh Seniman Jawa Barat. Bandung: Taman Budaya Provinsi Jawa Barat.

Teeuw. A. (1991). Membaca dan Menilai Sastra. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama

Tondowidjojo, J. (2013). Eneagram Dalam Wayang Purwa. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Winataputra, U.S. (2010). Implementasi Kebijakan Nasional Pembangunan Karakter Bangsa Melalui Pendidikan Karakter. Makalah. Jakarta

B. Sumber Jurnal dan Penelitian

Aswandi. (2010). Membangun Bangsa Melalui Pendidikan Berbasis Karakter.

Bandung: Jurnal Pendidikan Karakter Vol. 2 No. 2 Juli 2010 – ISSN

20860226.

Junaidi. 2012. Penyajian Wayang Walisanga dalam rangkaian Kegiatan Muktamar Muhammadiyah Ke-46. TSAQOFA: Jurnal Kajian Seni Budaya Islam, 1 (1). 84-100

Kasidi. (2009). Estetika Suluk Wayang Kulit Purwa Gaya Yogyakarta Relevansinya Bagi Etika dan Moralitas Bangsa. Disertasi pada Program Pascasarjana Fakultas Filasafat Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta: Tidak diterbitkan

Koesoemadinata, M.I.P. 2013. Wayang Kulit Cirebon: Warisan Diplomasi Seni Budaya Nusantara. Jurnal ITB J. Vis. Art & Des. 4 (2), 142-154.

Lestari, W. (2009). Nilai Etis Ruwatan Sukerta Dalam Pertunjukan Wayang Kulit Purwa Relevansinya Bagi Penanaman Budi Pekerti Masyarakat. Disertasi pada Program Pascasarjana Fakultas Filsafat Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta: Tidak diterbitkan

Nurgiyantoro, B. (2011). Wayang dan Pengembangan Karakter Bangsa. Jurnal Pendidikan Karakter. 1 (1), 18-34

Nursyamsiah, N. (2013). Internalisasi Nilai-Nilai Akhlak melalui Pembelajaran Berbasis Masalah. Bandung: Disertasi pada Dokumen Program Doktor Ilmu Pendidikan dan Umum.


(5)

Barnas Sabunga, 2014

Penguatan Nilai Karakter Bangsa Melalui Pertunjukan Wayang Golek Purwa Versi Dalang Trah A. Sunarya

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Riani, I. (2009). Etika Dalam Lakon Kumbakarna Gugur Oleh Ki Anom Suroto Relevansinya Bagi Pengembangan Pendidikan Bela Negara di Indonesia. Disertasi pada Fakultas Filsafat Program Pascasarjana Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta: Tidak diterbitkan

Sopandi, A. (1997). Wayang Golek Purwa Dinasti Sunarya dari Giri Harja (Suatu Analisis Keadiluhungan Garap Dari Segi Pandang Hidup Orang Sunda). Bandung: Laporan Hasil Penelitian untuk Pusat Penelitian dan Pengabdian Pada Masyarakat (Puslitmas) Sekolah Tinggi Seni Indonesia (STSI).

Sukirno. 2009. Hubungan Wayang Kulit dan Kehidupan Sosial Masyarakat Jawa. Brikolase. 1 (1), 16-32.

Sukistono, D. (2013). Wayang Golek Menak Yogyakarta: Bentuk dan Struktur Pertunjukannya. Disertasi pada Program Studi Pengkajian Seni Pertunjukan dan Seni Rupa Sekolah Pascasarjana Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta: Tidak diterbitkan

C. Sumber Internet

Anonim. Nama-Nama Tokoh Wayang Golek. [Online]. Tersedia dalam http://portalunique.blogspot.com. [26 November 2012]

Anonim. Tokoh Cepot dalam Wayang Golek. [Online]. Tersedia dalam http://budak-cianjur.blogspot.com. [26 November 2012]

Anonim. Sejarah Wayang Golek. [Online]. Tersedia dalam www.wikipedia.org [23 Desember 2012]

Anonim. [Online]. Tersedia dalam http://www.duniabaca.com. [Tanggal 26 Februari 2012]

Bowen. Tersedia dalam

http://irwansyahfilosof.wordpress.com/2008/11/15/teologi-islam-tentang-agama-agama-suatu-kajian-konsep-ad-din-dalam-al-quran diakses [Tanggal 12 Desember 2013].

Indrayana, Rohmat. 2011. Arya Kumbakarna, Ksatria Agung dari Alengka. Tersedia dalam http://matakita.net/post/arya-kumbakarna-ksatria-agung-dari-alengka.html. [19 Februari 2012].

MPR RI. Berita MPR : Sosialisasi Empat Pilar Kehidupan Berbangsa dan Bernegara Melalui Pertunjukan Wayang Golek. [Online]. Tersedia dalam www.mpr.go.id. [24 Oktober 2012]


(6)

Barnas Sabunga, 2014

Penguatan Nilai Karakter Bangsa Melalui Pertunjukan Wayang Golek Purwa Versi Dalang Trah A. Sunarya

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Sanusi. Sistem Nilai Kehidupan. [Online]. Tersedia dalam