NASKAH PUBLIKASI Perbedaan Pengetahuan Remaja Sebelum Dan Sesudah Diberikan Penyuluhan Tentang Gizi Seimbang Dengan Menggunakan Media Video Di SMP Negeri 2 Kartasura.
NASKAH PUBLIKASI
PERBEDAAN PENGETAHUAN REMAJA SEBELUM DAN SESUDAH DIBERIKAN
PENYULUHAN TENTANG GIZI SEIMBANG DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA
VIDEO DI SMP NEGERI 2 KARTASURA
Skripsi ini Disusun untuk memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Ijazah S1 Gizi
Disusun Oleh :
DIAN LUTHFI HANIFAH
J 310 100 013
PROGRAM STUDI S1 GIZI
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2015
(2)
(3)
PERBEDAAN PENGETAHUAN REMAJA SEBELUM DAN SESUDAH DIBERIKAN PENYULUHAN GIZI SEIMBANG DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA VIDEO DI SMP
NEGERI 2 KARTASURA DIAN LUTHFI HANIFAH
Program Studi Ilmu Gizi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta
ABSTRACT
Background: Level of knowledge among teenagers influnce attitude and behaviour in food preferences.Giving a nutrient education about how to eat balanced nutrient in order to get a good nutrient status so that the quality of life will be better is one of good way.
Purpose: The aims of study is to investigate the differences between knowledge of nutrition before and after educated using media video in SMP Negeri 2 Kartasura.
Method: Quasy experiment design with one group pretest-posttest plan was used in this study. Stratified random sampling used as technical sampling was in addition , this study used 66 students in grade VII as a sample. Level of nutrition knowledge was measured with questionnaire. T-test statistic approach was used to know the level of differences between two variabels.
Result: The study shows that the proportion of students who had good nutrition knowledge were 33,3%, while students who had bad nutrition knowledge were 66,7% before educated However, the percentage rose significantly after giving education which is the proportion of student who had a good nutrition knowledge were 84,8%, while, the student who had bad knowledge only 15,2%. The paired-sample T test obtained value p=0,000.
Conclusion: Overall, there are any differences of knowledge before and after educated with video media.
Key word : Nutrient knowledge, Well-balanced nutrient educated Refference : 38 (2002-2013)
PENDAHULUAN
Remaja merupakan individu baik pria atau wanita yang berada pada masa atau usia antara anak-anak dan dewasa. Perubahan fisik pada masa remaja akan mempengaruhi status kesehatan dan gizi remaja tersebut (Sulistyoningsih, 2012). Remaja dikategorikan rentan terhadap masalah gizi sehingga berisiko terhadap kesehatan. Pada usia remaja percepatan pertumbuhan dan perkembangan tubuh memerlukan energi lebih banyak selain itu, pada remaja terjadi perubahan gaya hidup dan kebiasaan yang suka mencoba-coba makanan sehingga terjadi
ketidaksesuaian asupan energi dan zat gizi lainnya (Marmi, 2013).
Permasalahan gizi banyak dijumpai pada usia remaja, diantaranya gizi lebih, obesitas, gizi kurang, anemia, pola makan yang salah dan sebagainya. Berdasarkan data riset kesehatan dasar (Riskesdas, 2010) menyatakan prevalensi gizi kurang pada remaja usia 13-15 sebesar 10,1% terdiri dari 2,7% sangat kurus dan 7,4% kurus dan prevalensi gizi lebih sebesar 2,5%. Di provinsi Jawa Tengah prevalensi gizi kurang mencapai 9,9% serta gizi lebih diatas prevalensi nasional yaitu sebesar 2,8%.
(4)
Masalah gizi lainnya pada anak usia sekolah khususnya remaja adalah masih rendahnya konsumsi energi dan protein dibawah kebutuhan minimal yaitu sebesar 44,4% dan 30,6% (Depkes, 2010). Menurut penelitian Arimurti (2012), menyatakan prevalensi kurangnya mengkonsumsi buah dan sayur pada usia remaja masih tergolong tinggi yaitu sebanyak 93,6% dan aktifitas fisik pada remaja masih tergolong rendah sebesar 66,9%. Pada usia remaja lebih suka mengkonsumsi jajanan fastfood dengan frekuensi lebih dari 7 kali per minggu (Oktaviani, 2012). Kristianti dkk (2009), menyatakan pada remaja di Surakarta dari keseluruhan sampel yang diteliti sebanyak 75 responden lebih banyak mengkonsumsi jajanan fastfood sebesar 54,7%.
Tingkat pengetahuan pada remaja akan berpengaruh terhadap sikap dan perilaku dalam memilih makanan disekolah maupun dirumah yang menentukan mudah tidaknya seseorang memahami manfaat kandungan gizi dari makanan yang dikonsumsi. Pengetahuan gizi yang baik dapat mempengaruhi konsumsi makanan yang baik sehingga mencapai status gizi yang baik. Penyuluhan gizi sangat penting untuk menambah pengetahuan gizi remaja sehingga perlu diberikan penyuluhan gizi agar dapat merubah kebiasaan makan yang salah dan tidak menimbulkan masalah gizi (Sediaoetama, 2000).
Penyuluhan tentang gizi sembang masih belum dikenal di kalangan masyarakat luas khususnya remaja maka dari itu perlu adanya sosialisasi dan penyampaian pesan-pesan 13 pedoman umum gizi seimbang. Metode penyuluhan kesehatan merupakan
salah satu pendekatan yang sering digunakan untuk menyampaikan pesan atau informasi sehingga informasi yang diberikan dapat diterima dan dipahami dengan baik oleh audien. Berbagai media yang digunakan sebagai penunjang dan alat bantu untuk metode penyuluhan salah satunya adalah media audiovisual yang dapat memberikan stimulasi secara nyata berisi gambar gerak dan unsur suara dengan durasi waktu relatif pendek yang ditayangkan dalam bentuk video (Notoatmodjo, 2007).
Video merupakan media perantara yang materi dan penyerapannya melalui pandangan dan pendengaran sehingga membangun kondisi yang dapat membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan dan ketrampilan. Materi gizi seimbang dalam video dikemas berupa efek gambar yang bergerak dengan alur cerita yang menarik serta suara sehingga memberikan gambaran yang lebih nyata. Penelitian Erviana dkk (2012), menyatakan bahwa responden yang diberikan penyuluhan dengan video memiliki pengetahuan baik karena informasi yang disampaikan lebih mudah dipahami. Penyuluhan menggunakan media video mulai sering digunakan seiring dengan perkembangan teknologi karena dinilai efektif untuk penyampaian pesan kepada masyarakat dibandingkan dengan penyuluhan kesehatan tanpa media atau hanya dengan media ceramah, seminar, diskusi, powert point yang sifatnya masih konvensional.
Hasil survey pendahuluan yang telah dilakukan di SMP Negeri 2 Kartasura pada bulan September 2014 tentang pengetahuan
(5)
gizi seimbang didapatkan 83% remaja masih mempunyai pengetahuan gizi yang rendah serta masih banyak ditemui jajanan fastfood disekitar sekolah yang mengandung tinggi kalori dan tinggi lemak sehingga dapat memicu pola makan tidak sehat. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan gizi seimbang pada remaja dengan penyuluhan menggunakan media video.
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian yang digunakan adalah quasy experiment design (eksperimen semu) dengan rancangan one group pretest-postest. Pada rancangan diawali dengan
pretest kemudian diberikan perlakuan setelah selesai dilakukan pengukuran kembali atau postest. Lokasi penelitian di SMP N 2 Kartasura dengan sampel sebanyak 66 yang diambil dengan cara simple random sampling.
HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Sampel
Sampel dalam penelitian ini sebanyak 66 siswa dari seluruh siswa kelas VII di SMP N 2 Kartasura.
1. Karakteristik Sampel Berdasarkan Umur
Data karakteristik sampel berdasarkan umur dapat dilihat pada Tabel 1 Tabel 1
Karakteristik Sampel Berdasarkan Umur Umur
Frekuensi (n) Persentase (%) 12 tahun
13 tahun 14 tahun Total
54 10 2 66
81,9 15,1 3 100
Tabel 1 menunjukkan presentase terbanyak adalah kelompok umur 12 tahun yaitu sebesar 81,9 % (54 anak) dan persentase yang paling sedikit adalah kelompok umur 14 tahun yaitu sebesar 3% (2 anak).
2. Karakteristik Sampel Berdasarkan Jenis Kelamin
Sampel menurut jenis kelamin dapat dilihat pada Tabel 2
Tabel 2
Karakteristik Sampel Berdasarkan Jenis Kelamin Jenis kelamin Frekuensi (n) Persentase (%)
Laki-laki Perempuan
Jumlah
35 31 66
53% 47% 100
(6)
Tabel 2 menunjukkan bahwa sebagian besar sampel berjenis kelamin laki-laki yaitu sebesar 53% ( 35 anak) dan berjenis kelamin perempuan 47% ( 31 anak).
3 Karakteristik Sampel Berdasarkan Pengetahuan
a. Distribusi Pengetahuan Sampel Sebelum Diberikan Penyuluhan Gizi
Sebelum dilakukan penyuluhan gizi dengan menggunakan media video sampel terlebih dahulu diberikan kuesioner dalam kuesioner tersebut tidak diberikan pengertian apapun tentang materi yang ada hanya dijelaskan tentang prosedur pengisiannya. Hal ini bertujuan supaya dapat diketahui pengetahuan awal sampel sebelum diberikan penyuluhan. Pengetahuan Sampel sebelum diberikan penyuluhan gizi dapat dilihat pada Tabel 3
Tabel 3
Distribusi Sampel Berdasarkan Tingkat Pengetahuan Sebelum Diberikan Penyuluhan Gizi
Pengetahuan sebelum
Frekuensi (n) Persentase (%) Baik
Tidak baik Jumlah
22 44 66
33,3% 66,7% 100 Berdasarkan Tabel 3 menunjukan
bahwa sebagian sampel memiliki tingkat pengetahuan yang tidak baik yaitu sebanyak 66,7%. Pertanyaan yang tidak dapat dijawab oleh sampel sebagian besar mengenai pengertian gizi seimbang, sumber tri guna makanan dan sumber zat besi. Hal tersebut karena sebelumnya sampel belum pernah mendapatkan penyuluhan kesehatan tentang pengetahuan gizi seimbang disekolah apalagi dengan menggunakan
media audivisual sehingga, informasi tentang gizi seimbang masih sangat kurang hanya diperoleh dari buku dan penjelasan dari para pengajar namun materi yang disampaikan masih secara umum dan terbatas tidak tersaji secara lengkap dan dikemas secara menarik seperti pada video.
b. Distribusi Pengetahuan Sampel Sesudah Diberikan Penyuluhan Gizi
(7)
Pengukuran Pengetahuan sesudah penyuluhan dilakukan dengan cara pemberian kuesioner kembali setelah diputarkan video yang berisi tentang materi gizi seimbang ditampilkan secara menarik serta diberikan penjelasan bagi sampel yang ingin bertanya ataupun
kurang memahami isi video tersebut sehingga, diharapkan penyampaian informasi dapat diserap lebih mudah dengan memanfaatkan perkembangan teknologi. Pengetahuan sampel sesudah diberikan penyuluhan gizi dapat dilihat pada Tabel 4
Tabel 4
Distribusi Sampel Berdasarkan Tingkat Pengetahuan Sesudah Diberikan Penyuluhan Gizi
Pengetahuan sesudah Frekuensi (n) Persentase (%) Baik
Tidak baik Jumlah
56 10 66
84,8% 15,2% 100
Berdasarkan Tabel 4 menunjukan bahwa pengetahuan siswa sesudah diberikan penyuluhan gizi sebagain besar berpengetahuan baik dengan presentase 84,8%. Pengetahuan sampel sesudah diberikan penyuluhan terjadi peningkatan yang signifikan dari sebelumnya, hal ini disebabkan informasi yang diterima responden tentang pengetahuan gizi seimbang dapat dipahami dan diserap dengan baik sehingga pertanyaan pada kuesioner dapat terjawab dengan benar tetapi ada beberapa pertanyaan yang belum
dapat dijawab dengan benar oleh siswa yaitu pada pertanyaan no 1 dan 2 tentang pengertian gizi seimbang dan tri guna makanan siswa belum mengerti sehingga banyak yang masih menjawab salah.
c. Perbedaan Pengetahuan Sebelum dan Sesudah Diberikan Penyuluhan Gizi
Perbedaan pengetahuan sampel sebelum dan sesudah diberikan pendidikan gizi dengan media video di SMP N 2 kartasura dapat dilihat pada Tabel 5.
(8)
Tabel 5
Distribusi Sampel Berdasarkan Tingkat Pengetahuan Sebelum dan Sesudah Diberikan Penyuluhan Gizi
Pengetahuan Rata-rata nilai
SD Nilai Minimum
Nilai Minimum
P-Value
Baik Tidak baik Jumlah
56 10 66
10,276 7,752
52 72
92 100
0,000
Berdasarkan Tabel 5 menunjukkan bahwa pengetahuan sampel tentang gizi seimbang sebelum diberikan penyuluhan nilai rata-ratanya adalah 72,06 dengan nilai minimum 52 dan nilai maksimum 92, sedangkan nilai rata-rata sesudah diberikan penyuluhan adalah 86,30 dengan nilai minimum 72 dan nilai maksimum 100. Data tersebut menunjukan bahwa nilai rata-rata pengetahuan sampel setelah diberikan penyuluhan terjadi peningkatan sebesar 14,242 point. Hasil uji statistik menunjukan nilai p 0,000 yang berati < 0,05 maka Ho ditolak sehingga ada perbedaan pengaruh pengetahuan tentang gizi seimbang sebelum dan sesudah diberikan penyuluhan dengan media video. Menurut Notoadmojo (2007), pengetahuan adalah suatu domain dari hal yang dapat membentuk perilaku. Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan terjadi setelah orang melakukan pengindraan
terhadap suatu objek tertentu sebagian besar pengetahuan diperoleh melalui mata dan telinga
Pengetahuan sampel meningkat setelah mendapatkan penyuluhan gizi sehingga dengan adanya penyuluhan gizi dapat mengubah perilaku konsumsi makan remaja yang lebih baik sesuai dengan 13 pesan pedoman umum gizi seimbang yang didalamnya terdapat konsep susunan makanan yang dianjurkan untuk menjamin keseimbangan zat-zat gizi supaya dapat melengkapi dalam zat gizi yang dikandungnya (Almatsier, 2004).
Penggunaan media video dalam penyuluhan sekarang ini mulai sering digunakan seiring dengan perkembangan ilmu pengetahun dan tekhnologi karena sangat membantu keefektifan dalam proses pembelajaran dan penyampaian pesan hal ini sesuai dengan penelitian tentang penyuluhan kesehatan yang
(9)
dilakukan Kapti (2010), mengenai efektifitas audivisual sebagai media penyuluhan kesehatan terhadap peningkatan pengetahuan dan sikap ibu dalam tata laksana balita dengan diare menyatakan bahwa pemilihan audivisual sebagai media penyuluhan kesehatan dapat diterima dengan baik oleh responden yang menunjukan peningkatan pengetahuan sebesar 38%.
Penelitian Kumboyono (2011) tentang perbedaan efek penyuluhan kesehatan menggunakan media cetak dengan media audiovisual terhadap peningkatan pengetahuan pasien tuberkulosis hasil analis menunjukan bahwa media video mampu meningkatkan pengetahuan dan partisipasi lebih tinggi dibandingkan dengan media cetak. Hal ini juga sependapat dengan penelitian yang dilakukan oleh Saraswati (2011)
menyatakan bahwa penyuluhan dengan media video mampu meningkatkan pengetahuan dan partisipasi lebih tinggi terhadap pengetahuan tentang kanker serviks di wilayah surakarta.
Menurut Contento (2007) menyatakan bahwa video yang ditambahkan dalam pesen verbal dapat meningkatkan motivasi untuk menerima pesan dan mengingatnya dengan lebih baik karena media video menawarkan penyuluhan yang lebih menarik dan tidak menoton dengan menampilkan gerak, gambar dan suara sehingga remaja mempunyai keingintahuan terhadap isi video yang diharapkan dapat menyerap informasi dan mengimplementasikannya dalam perilaku dan gaya hidup sehari-hari yang sesuai dengan 13 pesan gizi seimbang untuk meningkatkan status gizi dan pola hidup sehat di masa mendatang.
KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan
1. Tingkat Pengetahuan gizi sebelum dilakukan penyuluhan tentang gizi seimbang menggunakan media video yang berpengetahuan baik sebesar
33,3% dan pengetahuan tidak baik 66,7%
2. Tingkat Pengetahuan gizi sesudah dilakukan tentang gizi seimbang menggunakan media video mengalami peningkatan pengetahuan yaitu yang
(10)
mempunyai pengetahuan baik sebesar 84,8% dan pengetahuan tidak baik hanya 15,2%
3. Ada perbedaan pengetahuan gizi seimbang pada remaja sebelum dan sesudah diberikan penyuluhan dengan media video.
B. Saran
1. Bagi Pihak Sekolah SMP N 2 kartasura
Pihak sekolah diharapkan dapat memberikan pengetahuan gizi dengan cara bekerjasama dengan pihak Puskesmas atau Dinas Kesehatan untuk mengadakan penyuluhan mengenai gizi seimbang sehingga dapat meningkatkan pengetahuan siswa akan pentingnya
gizi serta dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
2. Bagi Peneliti Lain
Penelitian selanjutnya diharapkan dapat melakukan penelitian tentang pendidikan gizi dengan media yang lebih menarik dan bervariatif.
3. Bagi remaja
Penelitian ini menunjukan bahwa media video dapat meningkatkan pengetahuan remaja tentang gizi seimbang sehingga diharapkan media ini mampu diterima sebagai salah satu media pembelajaran baru yang sesuai dengan perkembangan ilmu teknologi.
DAFTAR PUSTAKA
Almatsier, S. 2004. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Cetakan II. Gramedia Pustaka Utama: Jakarta.
Arimukti. 2012. Pengaruh Pemberian Komik Gizi Seimbang Terhadap Pengetahuan Gizi Siswa Kelas v SDN Sokasari 4 Tanggerang. Skripsi. Program Studi Gizi. Universitas Indonesia.
Contento, I.R. 2007. Nutrition Education : Linking reasech, Theory, and practice. Sudbury : Jones and Bartlett Publishers.
Depkes. (2010). Kesehatan Remaja dan Problem Solusinya. Salemba Medika. Erviana, W., Mansur, H., Yudianti, K. 2012. Efektifitas Penyuluhan Menggunakan
Media Leaflet dan Media Video Terhadap Pengetahuan Remaja Putri Tentang Aborsi. Jurnal : poltekes kemenkes malang.
(11)
Kapti. 2010. Efektifitas Audiovisual Sebagai Media Penyuluhan Kesehatan Terhadap Peningkatan Pengetahuan dan Sikap Ibu Dalam Tatalaksana Balita dengan Diare di Dua Rumah Sakit Kota Malang. Thesis. Fakultas Ilmu Keperawatan Program Magister keperawatan. Universitas Indonesia Depok.
Kristanti, N., Sarbini, D., Mutalazimah. 2009. Hubungan Pengetahuan Gizi Dan Frekuensi Konsumsi Fast Food Dengan Status Gizi Siswa SMA Negeri 4 Suakarta. Jurnal Kesehatan , Volume 2, Nomor 1. : Universitas Muhamadiyah Surakarta.
Kumboyono. 2011. Perbedaan Efek Penyuluhan Kesehatan Menggunakan Media Cetak dengan Media Audiovisual Terhadap Peningkatan pengetahuan Pasien Tuberkulosis. Jurnal Ilmu Kesehatan Keperawatan volume 5 No 3 : Fakultas kesehatan Universitas Brawijaya.
Marmi. 2013. Gizi Dalam Kesehatan Reproduksi. Pustaka Pelajar : Yogyakarta Notoatmodjo, S. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu perilaku. Rineka Cipta :
Jakarta
Octaviani, WD., Saraswati, LD., Rahfiludin, MZ. 2012. Hubungan Kebiasaan Konsumsi Fast Food, Aktivitas Fisik, Pola Konsumsi, Karakteristik Remaja Dan Orang Tua Dengan Indeks Massa Tubuh (IMT). Jurnal Kesehatan Masyarakat, Volume 1, Nomor 2.
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas). 2010. Laporan Provinsi Jawa Tengah. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan RI.
Saraswati. 2011. Pengaruh Promosi Kesehatan Kerhadap Pengetahuan dan
Partisipasi Wanita Dalam Deteksi Dini Kanker Serviks. Tesis. Pasca sarjana. Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Sediaoetama, AD. 2000. Ilmu Gizi. Jilid I Cetakan Keempat. Dian Rakyat : Jakarta Sulistyoningsih, H. 2012. Gizi untuk Kesehatan Ibu dan Anak. Graha Iimu :
(1)
Tabel 2 menunjukkan bahwa sebagian besar sampel berjenis kelamin laki-laki yaitu sebesar 53% ( 35 anak) dan berjenis kelamin perempuan 47% ( 31 anak).
3 Karakteristik Sampel Berdasarkan Pengetahuan
a. Distribusi Pengetahuan Sampel Sebelum Diberikan Penyuluhan Gizi
Sebelum dilakukan penyuluhan gizi dengan menggunakan media video sampel terlebih dahulu diberikan kuesioner dalam kuesioner tersebut tidak diberikan pengertian apapun tentang materi yang ada hanya dijelaskan tentang prosedur pengisiannya. Hal ini bertujuan supaya dapat diketahui pengetahuan awal sampel sebelum diberikan penyuluhan. Pengetahuan Sampel sebelum diberikan penyuluhan gizi dapat dilihat pada Tabel 3
Tabel 3
Distribusi Sampel Berdasarkan Tingkat Pengetahuan Sebelum Diberikan Penyuluhan Gizi
Pengetahuan sebelum
Frekuensi (n) Persentase (%) Baik
Tidak baik Jumlah
22 44 66
33,3% 66,7% 100 Berdasarkan Tabel 3 menunjukan
bahwa sebagian sampel memiliki tingkat pengetahuan yang tidak baik yaitu sebanyak 66,7%. Pertanyaan yang tidak dapat dijawab oleh sampel sebagian besar mengenai pengertian gizi seimbang, sumber tri guna makanan dan sumber zat besi. Hal tersebut karena sebelumnya sampel belum pernah mendapatkan penyuluhan kesehatan tentang pengetahuan gizi seimbang disekolah apalagi dengan menggunakan
media audivisual sehingga, informasi tentang gizi seimbang masih sangat kurang hanya diperoleh dari buku dan penjelasan dari para pengajar namun materi yang disampaikan masih secara umum dan terbatas tidak tersaji secara lengkap dan dikemas secara menarik seperti pada video.
b. Distribusi Pengetahuan Sampel Sesudah Diberikan Penyuluhan Gizi
(2)
Pengukuran Pengetahuan sesudah penyuluhan dilakukan dengan cara pemberian kuesioner kembali setelah diputarkan video yang berisi tentang materi gizi seimbang ditampilkan secara menarik serta diberikan penjelasan bagi sampel yang ingin bertanya ataupun
kurang memahami isi video tersebut sehingga, diharapkan penyampaian informasi dapat diserap lebih mudah dengan memanfaatkan perkembangan teknologi. Pengetahuan sampel sesudah diberikan penyuluhan gizi dapat dilihat pada Tabel 4
Tabel 4
Distribusi Sampel Berdasarkan Tingkat Pengetahuan Sesudah Diberikan Penyuluhan Gizi
Pengetahuan sesudah Frekuensi (n) Persentase (%) Baik
Tidak baik Jumlah
56 10 66
84,8% 15,2% 100
Berdasarkan Tabel 4 menunjukan bahwa pengetahuan siswa sesudah diberikan penyuluhan gizi sebagain besar berpengetahuan baik dengan presentase 84,8%. Pengetahuan sampel sesudah diberikan penyuluhan terjadi peningkatan yang signifikan dari sebelumnya, hal ini disebabkan informasi yang diterima responden tentang pengetahuan gizi seimbang dapat dipahami dan diserap dengan baik sehingga pertanyaan pada kuesioner dapat terjawab dengan benar tetapi ada beberapa pertanyaan yang belum
dapat dijawab dengan benar oleh siswa yaitu pada pertanyaan no 1 dan 2 tentang pengertian gizi seimbang dan tri guna makanan siswa belum mengerti sehingga banyak yang masih menjawab salah.
c. Perbedaan Pengetahuan Sebelum dan Sesudah Diberikan Penyuluhan Gizi
Perbedaan pengetahuan sampel sebelum dan sesudah diberikan pendidikan gizi dengan media video di SMP N 2 kartasura dapat dilihat pada Tabel 5.
(3)
Tabel 5
Distribusi Sampel Berdasarkan Tingkat Pengetahuan Sebelum dan Sesudah Diberikan Penyuluhan Gizi
Pengetahuan Rata-rata nilai
SD Nilai
Minimum
Nilai Minimum
P-Value Baik
Tidak baik Jumlah
56 10 66
10,276 7,752
52 72
92 100
0,000
Berdasarkan Tabel 5 menunjukkan bahwa pengetahuan sampel tentang gizi seimbang sebelum diberikan penyuluhan nilai rata-ratanya adalah 72,06 dengan nilai minimum 52 dan nilai maksimum 92, sedangkan nilai rata-rata sesudah diberikan penyuluhan adalah 86,30 dengan nilai minimum 72 dan nilai maksimum 100. Data tersebut menunjukan bahwa nilai rata-rata pengetahuan sampel setelah diberikan penyuluhan terjadi peningkatan sebesar 14,242 point. Hasil uji statistik menunjukan nilai p 0,000 yang berati < 0,05 maka Ho ditolak sehingga ada perbedaan pengaruh pengetahuan tentang gizi seimbang sebelum dan sesudah diberikan penyuluhan dengan media video. Menurut Notoadmojo (2007), pengetahuan adalah suatu domain dari hal yang dapat membentuk perilaku. Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan terjadi setelah orang melakukan pengindraan
terhadap suatu objek tertentu sebagian besar pengetahuan diperoleh melalui mata dan telinga
Pengetahuan sampel meningkat setelah mendapatkan penyuluhan gizi sehingga dengan adanya penyuluhan gizi dapat mengubah perilaku konsumsi makan remaja yang lebih baik sesuai dengan 13 pesan pedoman umum gizi seimbang yang didalamnya terdapat konsep susunan makanan yang dianjurkan untuk menjamin keseimbangan zat-zat gizi supaya dapat melengkapi dalam zat gizi yang dikandungnya (Almatsier, 2004).
Penggunaan media video dalam penyuluhan sekarang ini mulai sering digunakan seiring dengan perkembangan ilmu pengetahun dan tekhnologi karena sangat membantu keefektifan dalam proses pembelajaran dan penyampaian pesan hal ini sesuai dengan penelitian tentang penyuluhan kesehatan yang
(4)
dilakukan Kapti (2010), mengenai efektifitas audivisual sebagai media penyuluhan kesehatan terhadap peningkatan pengetahuan dan sikap ibu dalam tata laksana balita dengan diare menyatakan bahwa pemilihan audivisual sebagai media penyuluhan kesehatan dapat diterima dengan baik oleh responden yang menunjukan peningkatan pengetahuan sebesar 38%.
Penelitian Kumboyono (2011) tentang perbedaan efek penyuluhan kesehatan menggunakan media cetak dengan media audiovisual terhadap peningkatan pengetahuan pasien tuberkulosis hasil analis menunjukan bahwa media video mampu meningkatkan pengetahuan dan partisipasi lebih tinggi dibandingkan dengan media cetak. Hal ini juga sependapat dengan penelitian yang dilakukan oleh Saraswati (2011)
menyatakan bahwa penyuluhan dengan media video mampu meningkatkan pengetahuan dan partisipasi lebih tinggi terhadap pengetahuan tentang kanker serviks di wilayah surakarta.
Menurut Contento (2007) menyatakan bahwa video yang ditambahkan dalam pesen verbal dapat meningkatkan motivasi untuk menerima pesan dan mengingatnya dengan lebih baik karena media video menawarkan penyuluhan yang lebih menarik dan tidak menoton dengan menampilkan gerak, gambar dan suara sehingga remaja mempunyai keingintahuan terhadap isi video yang diharapkan dapat menyerap informasi dan mengimplementasikannya dalam perilaku dan gaya hidup sehari-hari yang sesuai dengan 13 pesan gizi seimbang untuk meningkatkan status gizi dan pola hidup sehat di masa mendatang.
KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan
1. Tingkat Pengetahuan gizi sebelum dilakukan penyuluhan tentang gizi seimbang menggunakan media video yang berpengetahuan baik sebesar
33,3% dan pengetahuan tidak baik 66,7%
2. Tingkat Pengetahuan gizi sesudah dilakukan tentang gizi seimbang menggunakan media video mengalami peningkatan pengetahuan yaitu yang
(5)
mempunyai pengetahuan baik sebesar 84,8% dan pengetahuan tidak baik hanya 15,2%
3. Ada perbedaan pengetahuan gizi seimbang pada remaja sebelum dan sesudah diberikan penyuluhan dengan media video.
B. Saran
1. Bagi Pihak Sekolah SMP N 2 kartasura
Pihak sekolah diharapkan dapat memberikan pengetahuan gizi dengan cara bekerjasama dengan pihak Puskesmas atau Dinas Kesehatan untuk mengadakan penyuluhan mengenai gizi seimbang sehingga dapat meningkatkan pengetahuan siswa akan pentingnya
gizi serta dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
2. Bagi Peneliti Lain
Penelitian selanjutnya diharapkan dapat melakukan penelitian tentang pendidikan gizi dengan media yang lebih menarik dan bervariatif.
3. Bagi remaja
Penelitian ini menunjukan bahwa media video dapat meningkatkan pengetahuan remaja tentang gizi seimbang sehingga diharapkan media ini mampu diterima sebagai salah satu media pembelajaran baru yang sesuai dengan perkembangan ilmu teknologi.
DAFTAR PUSTAKA
Almatsier, S. 2004. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Cetakan II. Gramedia Pustaka Utama: Jakarta.
Arimukti. 2012. Pengaruh Pemberian Komik Gizi Seimbang Terhadap Pengetahuan Gizi Siswa Kelas v SDN Sokasari 4 Tanggerang. Skripsi. Program Studi Gizi. Universitas Indonesia.
Contento, I.R. 2007. Nutrition Education : Linking reasech, Theory, and practice. Sudbury : Jones and Bartlett Publishers.
Depkes. (2010). Kesehatan Remaja dan Problem Solusinya. Salemba Medika. Erviana, W., Mansur, H., Yudianti, K. 2012. Efektifitas Penyuluhan Menggunakan
Media Leaflet dan Media Video Terhadap Pengetahuan Remaja Putri Tentang Aborsi. Jurnal : poltekes kemenkes malang.
(6)
Kapti. 2010. Efektifitas Audiovisual Sebagai Media Penyuluhan Kesehatan Terhadap Peningkatan Pengetahuan dan Sikap Ibu Dalam Tatalaksana Balita dengan Diare di Dua Rumah Sakit Kota Malang. Thesis. Fakultas Ilmu Keperawatan Program Magister keperawatan. Universitas Indonesia Depok.
Kristanti, N., Sarbini, D., Mutalazimah. 2009. Hubungan Pengetahuan Gizi Dan Frekuensi Konsumsi Fast Food Dengan Status Gizi Siswa SMA Negeri 4 Suakarta. Jurnal Kesehatan , Volume 2, Nomor 1. : Universitas Muhamadiyah Surakarta.
Kumboyono. 2011. Perbedaan Efek Penyuluhan Kesehatan Menggunakan Media Cetak dengan Media Audiovisual Terhadap Peningkatan pengetahuan Pasien Tuberkulosis. Jurnal Ilmu Kesehatan Keperawatan volume 5 No 3 : Fakultas kesehatan Universitas Brawijaya.
Marmi. 2013. Gizi Dalam Kesehatan Reproduksi. Pustaka Pelajar : Yogyakarta Notoatmodjo, S. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu perilaku. Rineka Cipta :
Jakarta
Octaviani, WD., Saraswati, LD., Rahfiludin, MZ. 2012. Hubungan Kebiasaan Konsumsi Fast Food, Aktivitas Fisik, Pola Konsumsi, Karakteristik Remaja Dan Orang Tua Dengan Indeks Massa Tubuh (IMT). Jurnal Kesehatan Masyarakat, Volume 1, Nomor 2.
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas). 2010. Laporan Provinsi Jawa Tengah. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan RI.
Saraswati. 2011. Pengaruh Promosi Kesehatan Kerhadap Pengetahuan dan
Partisipasi Wanita Dalam Deteksi Dini Kanker Serviks. Tesis. Pasca sarjana. Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Sediaoetama, AD. 2000. Ilmu Gizi. Jilid I Cetakan Keempat. Dian Rakyat : Jakarta Sulistyoningsih, H. 2012. Gizi untuk Kesehatan Ibu dan Anak. Graha Iimu :