STUDI KEBERADAAN LICHENES SEBAGAI BIOINDIKATOR PENCEMARAN UDARA DI KOTA MEDAN.

STUDI KEBERADAAN LICHENES SEBAGAI BIOINDIKATOR
PENCEMARAN UDARA DI KOTA MEDAN

Oleh :

Jendro Mangiring Sitorus
NIM 409220022
Program Studi Biologi

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar
Sarjana Sain

JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
MEDAN
2014

LEMBAR PENGESAHAN


Judul Skripsi

Studi Keberadaan Lichenes sebagai Bioindikator
Pencemaran Udara di Kota Medan

Nama
NIM
Program Studi
Jurusan

Jendro M:m:;iring Sitorus
409220022
Biologi
Biologi

Mengetahui :

Jurusan Biologi


~
Tanggal Lulus: 26 Agustus 2014

Drs. fuHarsono, M.Si
NIP.19651231 J990031 018

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis sampaikan kehadirat Tuhan YME atas segala berkat
dan kasih-Nya yang telah memberikan hikmat dan kebijaksanaan, juga kesehatan
kepada penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. Adapun
skripsi ini berjudul “Studi Keberadaan Lichenes sebagai Bioindikator Pencemaran
Udara di Kota Medan”
Dengan rendah hati dan rasa syukur penulis mengucapkan terima kasih
kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi
ini. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih atas segala bantuan yang telah
diberikan, khususnya kepada Bapak Prof. Motlan M.Sc, Ph.D selaku Dekan
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam UNIMED, Bapak Tri Harsono
M.Si, selaku Ketua Jurusan Biologi, Bapak Drs. Ashar Hasairin, M.Si selaku
Dosen Pembimbing Skripsi yang banyak memberikan bimbingan dan bantuan

dalam penyusunan skripsi ini, Bapak Drs. Puji Prastowo, M.Si, Bapak Drs.
Lazuardi, M.Si, dan Bapak Toyo Manurung, M.Si, selaku Dosen Penguji Skripsi
yang telah banyak memberikan saran dan perbaikan dalam penyelesaian skripsi
ini. Teristimewa ucapan terimakasih kepada Ibunda R. N. Tampubolon, yang telah
memberikan dorongan moril maupun materil, doa serta senantiasa memberikan
semangat kepada penulis, abang dan kakak penulis J. Sitorus, J. A. Sitorus, H.
Sitorus, S.Kom, Jadiman Sitorus, Amd.Kom, Hendranita Sitorus, Amd.Kom, serta
saudara kembar penulis John Pirma Sahata Sitorus.
Terima kasih juga penulis ucapkan kepada teman sepenelitian penulis Eva
Tantri atas kerjasamanya. Teman KTB The Dove SG (Bang Andrew, Kak
Cahaya, Asrida, Herna, Hotma, Sartika) atas kebersamaan luar biasa, Jefynn
Manoov (Manotar, Fynnisa, Esy) yang tak lekang oleh waktu, adik kelompok
Teruna Kristus (Reynold, Nova, Ronauli, Fronika) atas doanya, adik-adik
Astonish SG (Rikardo, Meyda, Meylinda, Mony, Febri, Saripa), teman-teman di
P3MI GMI Musa Marindal yang memberi warna di masa muda. Teman-teman
seperjuangan Biologi ND 2009 atas segalanya.

Penulis menyadarai bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan materi,
teknik penyajian maupun dari isinya. Oleh karena itu dengan hati terbuka penulis
menerima kritikan dan saran yang membangun untuk kesempurnaan.

Semoga skripsi ini bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi. Terima kasih.

Medan, Juli 2014
Penulis,

Jendro Mangiring Sitorus
NIM. 409220022

STUDI KEBERADAAN LICHENES SEBAGAI BIOINDIKATOR
PENCEMARAN UDARA DI KOTA MEDAN

Jendro Mangiring Sitorus (NIM : 409220022)
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keberadaan lichenes sebagai
bioindikator pencemaran udara berdasarkan tingkat kepadatan lalu lintas di Kota
Medan. Penelitian dilaksanakan di tiga lokasi pengamatan, yaitu Jl. T. Cik Ditiro,
Jl. Sudirman dan Jl. Yos Sudarso selama satu tahun (Juli 2013-Juli 2014).
Penelitian ini bersifat deskriptif dengan metode survei eksploratif dan
inventarisasi. Tegakan pohon yang diamati yaitu Swetenia mahagoni, ditentukan

secara Purpossive sampling. Hasil penelitian menunjukkan keberadaan lichenes
sebagai bioindikator pencemaran udara, dilihat dari jumlah dan jenis lichenes,
morfologi (bentuk, warna, luas, dan tipe talus) lichenes. Jenis lichenes yang
ditemukan pada ketiga lokasi penelitian sebanyak 8 jenis dari 5 genus. Pada Jl. T.
Cik Ditiro (kepadatan lalu lintas rendah) ditemukan 6 jenis, pada Jl. Yos Sudarso
(kepadatan lalu lintas sedang) ditemukan 3 jenis, dan pada Jl. Yos Sudarso
(kepadatan lalu lintas tinggi) ditemukan 8 jenis. Tipe talus dari delapan jenis
lichenes yang ditemukan yaitu crustose dan foliose. Tipe talus crustose lebih
banyak daripada foliose. Luas keseluruhan talus lichenes paling kecil terdapat di
Jl. Sudirman, yaitu 234,09 cm2. Kandungan CO dan CO2 tertinggi ditemukan di
Jl. Yos Sudarso berturut-turut 14 ppm dan 3.300 ppm, kandungan NO2 dan SO2
tertinggi ditemukan di Jl. Sudirman berturut-turut 32,17 µg/m3 dan 32,38 µg/m3.
Keanekaragaman lichenes di Jl. T. Cik Ditiro dan Jl. Sudirman tergolong sedang,
di Jl. Yos Sudarso tergolong rendah. Seluruh jenis lichenes memiliki pola
distribusi berkelompok. Jenis Lepraria incana di Jl. T. Cik Ditiro ditemukan
paling berkelompok (32,76). Analisis Korelasi Pearson antara volume kendaraan
(kepadatan lalu lintas) dengan luas lichenes menunjukkan korelasi negatif dan
tidak signifikan, artinya jika volume kendaraan semakin rendah, maka luas talus
lichenes akan semakin bertambah.


STUDY OF LICHENES EXISTENCE AS BIOINDICATOR OF
AIR POLLUTION IN MEDAN

Jendro Mangiring Sitorus (NIM : 409220022)
ABSTRACT
This research is aimed to know the lichenes existence as bioindicator of air
pollution according to traffic volume in Medan. The research was done in three
observation locations, Jl. T. Cik Ditiro, Jl. Sudirman, and Jl. Yos Sudarso for one
year (July 2013-July 2014). This Research is descriptive study, with exploratory
survey method and inventory. The kind of Swetenia mahagoni trees was decided
with “Purpossive sampling”. The result of research showed the existence of
lichenes as bioindicator of air pollution, viewed by quantity and kindness of
lichenes, and morfology (figure, color, large, and thallus type) of lichenes. There
were 8 species from 5 genera found from all locations. From Jl. T. Cik Ditiro (the
lowest traffic volume) found 6 species, from Jl. Sudirman (medium traffic
volume) found 3 species, and from Jl. Yos Sudarso (the highest traffic volume)
found 8 species. Thallus types of 8 species found were crustose and foliose.
Crustose type was more than foliose type. The smallest large of lichenes thallus
found at Jl. Yos Sudarso was 234,09 cm2. The highest composition of CO and
CO2 found at Jl. Yos Sudarso in a row were 14,0 ppm and 3.300 ppm, and the

highest composition of NO2 and SO2 found at Jl. Sudirman in a row were 32,17
µg/m3 and 32,38 µg/m3. Diversity indeks of lichenes found at Jl. T. Cik Ditiro and
Jl. Sudirman were medium, and at Jl. Yos Sudarso was low. All species found
have distribution pattern of clumped. Lepraria incana at Jl. T. Cik Ditiro has most
clumped (32,76). The analysis of Pearson’s correlation between traffic volume
and lichenes large showed the negative correlation and not significant, means if
the traffic volume go lower, the lichenes will larger.

DAFTAR ISI

Lembar Pengesahan
Riwayat Hidup
Abstrak
Kata Pengantar
Daftar Isi
Daftar Gambar
Daftar Tabel
Daftar Lampiran

Halaman

i
ii
iii
v
vii
ix
x
xi

BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Batasan Masalah
1.3 Rumusan Masalah
1.4 Tujuan Penelitian
1.5 Manfaat Penelitian
1.6 Definisi Perasional

1
1
3

3
4
4
4

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kota Medan
2.2 Pengenalan Lichenes
2.3 Struktur Talus Lichenes
2.3.1 Struktur Bagian Luar Talus (Morfologi)
2.3.2 Struktur Bagian Dalam (Anatomi)
2.4 Reproduksi Lichenes
2.4.1 Soredia
2.4.2 Fragmentasi
2.4.3 Rejuvenesensi (Permudaan Kembali)
2.4.4 Spora
2.5 Klasifikasi Lichenes
2.5.1 Berdasarkan Komponen Cendawan yang Menyusunnya
2.5.2 Berdasarkan Alga yang Menyusun Talus
2.5.3 Berdasarkan Tipe Talus dan Kejadiannya

2.6 Habitat dan Penyebaran Lichenes
2.7 Pengaruh Faktor Lingkungan bagi Lichenes
2.7.1 Faktor Lingkungan
2.7.2 Bioindikator Kualitas Udara

6
6
6
9
9
10
12
12
13
13
13
15
15
16
16

17
18
18
19

BAB III. METODE PENELITIAN
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian
3.2 Populasi dan Sampel
3.3 Alat dan Bahan
3.4 Rancangan Penelitian
3.4.1 Pemilihan Lokasi Penelitian

22
22
22
22
22
22

3.4.2 Prosedur Pengambilan Data
3.5 Analisis Data
3.5.1 Keanekaragaman Jenis
3.5.2 Pola Distribusi Lichenes
3.5.3 Analisis Korelasi Lichenes

23
24
24
25
26

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian
4.1.1 Kota Medan
4.2 Karakteristik Abiotik Habitat Lichenes
4.2.1 Suhu, Kelembaban Udara, Intensitas Cahaya, Kecepatan
Angin
4.2.2 Kandungan Udara Ambien
4.3 Jenis-jenis Lichenes yang Ditemukan
4.4 Indeks Keanekaragaman Lichenes
4.4.1 Indeks Keanekaragaman Lichenes di Jl. T. Cik Ditiro
4.4.2 Indeks Keanekaragaman Lichenes di Jl. Sudirman
4.4.3 Indeks Keanekaragaman Lichenes di Jl.Yos Sudarso
4.5 Morfologi Lichenes
4.5.1 Tipe Talus Lichenes
4.5.2 Bentuk dan Warna Talus Lichenes
4.6 Pola Distribusi Lichenes
4.7 Volume Kendaraan
4.8 Analisis Korelasi Lichenes
4.9 Pembahasan
4.9.1 Jumlah dan Jenis Lichenes
4.9.2 Morfologi Lichenes
4.9.3 Indeks Keanekaragaman Lichenes
4.9.4 Pola Distribusi Lichenes
4.9.5 Karakteristik Abiotik Habitat Lichenes
4.9.6 Keberadaan Lichenes sebagai Bioindikator Pencemaran
Udara

27
27
27
27

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA

27
29
30
30
31
31
32
32
38
39
42
43
44
52
52
54
55
56
56
58
61
61
61

DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 4.1.
Table 4.2.
Tabel 4.3.
Tabel 4.4.
Tabel 4.5.
Tabel 4.6.
Tabel 4.7.
Tabel 4.8.
Tabel 4.9.
Tabel 4.10.

Tabel 4.11.

Tabel 4.12.

Tabel 4.13.

Tabel 4.14.

Tabel 4.15.

Karakteristik Habitat Lichenes di Jl. T. Cik Ditiro,
Jl. Sudirman, dan Jl. Yos Sudarso
Kandungan Udara Ambien di Jl. T. Cik Ditiro,
Jl. Sudirman, dan Jl. Yos Sudarso
Jenis dan Jumlah Koloni Lichenes di Jl. T. Cik
Ditiro, Jl. Sudirman, dan Jl. Yos Sudarso
Indeks Keanekaragaman Lichenes di Jl. T. Cik Ditiro
Indeks Keanekaragaman Lichenes di Jl. Sudirman
Indeks Keanekaragaman Lichenes di Jl. Yos Sudarso
Bentuk-bentuk Talus Lichenes di Jl. T. Cik Ditiro,
Jl. Sudirman, dan Jl. Yos Sudarso
Pola Distribusi Lichenes di Jl. T. Cik Ditiro, Jl.
Sudirman, dan Jl. Yos Sudarso
Jenis dan Jumlah Kendaraan Harian di Jl. T. Cik
Ditiro, Jl. Sudirman, dan Jl. Yos Sudarso
Nilai Analisis Korelasi Pearson antara Volume
Kendaraan Dengan Luas Lichenes dengan Metode
Komputerisasi SPSS Version 22.00
Nilai Analisis Korelasi Pearson antara Keanekaragaman
Lichenes dengan Metode Komputerisasi SPSS Version
22.00
Nilai Analisis Korelasi Pearson antara Luas Lichenes
Dengan Faktor Lingkungan dan Kandungan Udara
Ambien dengan Metode Komputerisasi SPSS Version
22.00
Nilai Analisis Korelasi Pearson antara Keanekaragaman
Lichenes di Jl. T. Cik Ditiro dengan Faktor Lingkungan
dengan Metode Komputerisasi SPSS Version 22.00
Nilai Analisis Korelasi Pearson antara Keanekaragaman
Lichenes di Jl. Sudirman dengan Faktor Lingkungan
Dengan Metode Komputerisasi SPSS Version 22.00
Nilai Analisis Korelasi Pearson antara Keanekaragaman
Lichenes di Jl. Yos Sudarso dengan Faktor Lingkungan
Dengan Metode Komputerisasi SPSS Version 22.00

28
29
30
31
32
32
40
43
44

44

46

48

50

51

52

DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1.
Lampiran 2.
Lampiran 3.
Lampiran 4.
Lampiran 5.
Lampiran 6.
Lampiran 7.
Lampiran 8.
Lampiran 9.
Lampiran 10.
Lampiran 11.
Lampiran 12.
Lampiran 13.
Lampiran 14.
Lampiran 15.
Lampiran 16.
Lampiran 17.
Lampiran 18.
Lampiran 19.
Lampiran 20.

Tabel Hasil Pengamatan Jenis dan Morfologi di Jl.
Teuku Cik Ditiro
Tabel Hasil Pengamatan Jenis dan Morfologi di Jl.
Sudirman
Tabel Hasil Pengamatan Jenis dan Morfologi di Jl.
Yos Sudarso
Tabel Hasil Pengamatan Substrat Tumbuh Lichenes
di Jl. T. Cik Ditiro
Tabel Hasil Pengamatan Substrat Tumbuh Lichenes
di Jl. Sudirman
Tabel Hasil Pengamatan Substrat Tumbuh Lichenes
di Jl. Yos Sudarso
Tabel Hasil Sampling Lichenes di Jl. Teuku Cik Ditiro
Tabel Hasil Sampling Lichenes di Jl. Sudirman
Tabel Hasil Sampling Lichenes di Jl. Yos Sudarso
Tabel Hasil Perhitungan Pola Distribusi Lichenes di
Jl. T. Cik Ditiro
Tabel Hasil Perhitungan Pola Distribusi Lichenes di
Jl. Sudirman
Tabel Hasil Perhitungan Pola Distribusi Lichenes di
Jl. Yos Sudarso
Perhitungan Data Vegetasi Lichenes di Jl. T. Cik
Ditiro, Jl. Sudirman, dan Jl. Yos Sudarso
Hasil Perhitungan Analisis Korelasi Pearson dengan
Metode Komputerisasi SPSS Version 22.00
Karakteristik Abiotik Lokasi Penelitian
Peta Lokasi Penelitian
Dokumentasi Pelaksanaan Penelitian
Surat Persetujuan Dosen Pembimbing
Surat Izin Penelitian Fakultas MIPA Jurusan Biologi
Surat Keterangan Penelitian Laboratorium Biologi

65
68
70
72
73
75
76
77
78
79
80
81
82
86
92
95
98
101
102
103

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Seiring dengan perkembangan peradaban kota, kebutuhan akan sarana dan
prasarana semakin meningkat, seperti perkembangan pusat-pusat industri dan
meningkatnya volume kendaraan bermotor. Disisi lain, pembangunan pusat-pusat
industri juga dapat menimbulkan berbagai dampak negatif seperti penurunan
kualitas lingkungan berupa polusi udara, polusi air, polusi tanah, dan polusi suara.
Dalam aktivitas produksinya, industri tersebut menyebabkan timbulnya polutanpolutan yang dibebaskan dalam udara yang dapat menyebabkan pencemaran udara
(Pratiwi, 2006).
Pencemaran udara adalah proses masuknya atau dimasukkannya zat
pencemar ke udara oleh aktivitas atau alam yang menyebabkan berubahnya
tatanan udara sehingga kualitas udara turun sampai ke tingkat tertentu dan tidak
dapat berfungsi lagi sesuai peruntukannya (Kep.02/Men-KLH/1988). Keberadaan
zat pencemar dalam udara dapat membahayakan makhluk hidup termasuk
manusia.
Badan Kesehatan Dunia (WHO) memasukkan lima kota besar di Indonesia
terkait pemantauan pencemaran udara pada 1.082 kota di 91 negara. Hasilnya,
polusi udara di Kota Medan tercaeat yang paling tinggi melampaui Surabaya,
Bandung, Jakarta, dan Pekanbaru. Menurut WHO, penyebab tingginya tingkat
polusi udara bervariasi. Salah satunya yaitu penggunaan bahan bakar
transportasi/kendaraan bermotor (Anonim, 2011).
Medan merupakan kota dengan jumlah penduduk kategori besar (Anonim,
2011), sehingga kebutuhan akan sarana transportasi/kendaraan bermotor yang
tinggi tak dapat dielakkan. Namun, hal itu berdampak pada kualitas hidup
masyarakat yang mengalami penurunan, disebabkan buangan bahan bakar
transportasi tersebut menambah tingkat pencemaran udara.

Pengetahuan tentang tingkat pencemaran udara apakah masih dalam
ambang batas toleransi sangat penting sebagai kontrol dalam pembatasan jumlah
kendaraan bermotor yang beroperasi.
Pemantauan kualitas udara dapat dilakukan dengan menggunakan alat
pemantau kualitas udara atau dengan melakukan biomonitoring terhadap
keberadaan suatu bioindikator yang ada di lingkungan. Bioindikator adalah
organisme

yang

keberadaannya

dapat

digunakan

untuk

mendeteksi,

mengidentifikasi dan mengkualifikasikan pencemaran lingkungan (Conti dan
Cecchetti, 2000). Bioindikator sangat berkaitan erat dengan kondisi lingkungan di
sekitarnya. Respon bioindikator terhadap keberadaan polutan seringkali lebih
mencerminkan dampak kumulatifnya terhadap fungsi dan keanekaragaman dari
lingkungan sekitar dibandingkan alat monitor (Jovan, 2008).
Lumut kerak atau lichenes adalah salah satu organisme yang digunakan
sebagai bioindikator pencemaran udara. Hal ini disebabkan lichen sangat sensitif
terhadap pencemaran udara, memiliki sebaran geografis yang luas (kecuali di
daerah perairan), keberadaannya melimpah, sesil, perennial, memiliki bentuk
morfologi yang relatif tetap dalam jangka waktu yang lama dan tidak memiliki
lapisan kutikula sehingga lichenes dapat menyerap gas dan partikel polutan secara
langsung melalui permukaan talusnya. Penggunaan lichenes sebagai bioindikator
dinilai lebih efisien dibandingkan menggunakan alat atau mesin indikator ambien
yang dalam pengoperasiannya memerlukan biaya yang besar dan penanganan
khusus (Loopi et.al, 2002).
Struktur morfologi lichenes yang tidak memiliki lapisan kutikula, stomata
dan organ absorptif, memaksa lichenes untuk bertahan hidup di bawah cekaman
polutan yang terdapat di udara. Jenis lichenes yang toleran dapat bertahan hidup
di daerah dengan kondisi lingkungan yang udaranya tercemar. Sementara itu, jenis
lichenes yang sensitif biasanya tidak dapat ditemukan pada daerah dengan kualitas
udara yang buruk. Perbedaan sensitifitas lichenes terhadap polusi udara berkaitan
erat dengan kemampuannya mengakumulasi polutan (Conti dan Ceccheti, 2000).
Sensitifitas lichenes terhadap pencemaran udara dapat dilihat melalui
perubahan

keanekaragamannya

dan

akumulasi

polutan

pada

talusnya.

Pemanfaatan lichenes sebagai bioindikator telah digunakan di berbagai kota di
Indonesia seperti di Jakarta (Pratiwi, 2006), Semarang (Jamhari, 2009), Bandung
(Taufikurahman et. al, 2010) hingga di luar negeri seperti di Thailand (Saipunkew
et. al, 2005) dan Jepang (Ohmura et. al, 2009) (Panjaitan et al, 2013).
Pemanfaatan ini hendaknya digunakan juga dikota-kota lain, agar kualitas hidup
di perkotaan dapat lebih terpantau, sehingga pembangunan fisik (penyediaan
sarana) dapat dikontrol. Karena itu, penulis tergerak untuk melakukan penelitian
di kota Medan, khususnya di Medan, yaitu “Studi Keberadaan Lichenes sebagai
Bioindikator Pencemaran Udara di Kota Medan.”
1.2 Batasan Masalah
Permasalahan yang terdapat pada penelitian ini dibatasi hanya pada kajian
keanekaragaman, morfologi, distribusi, dan habitat lichenes serta beberapa faktor
lingkungan (suhu, kelembaban, intensitas cahaya, kecepatan angin, dan
kandungan udara ambien, seperti CO, CO2, NO2, SO2) di Kota Medan.

1.3 Rumusan Masalah
Rumusan masalah di dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana keanekaragaman lichenes sebagai bioindikator pencemaran
udara di Kota Medan?
2. Bagaimana morfologi lichenes sebagai bioindikator pencemaran udara di
Kota Medan?
3. Bagaimana pola distribusi lichenes sebagai bioindikator pencemaran udara
di Kota Medan?
4. Bagaimana pengaruh faktor-faktor lingkungan (suhu, kelembaban,
intensitas cahaya, kecepatan angin, dan kandungan udara ambien, seperti
CO, CO2, NO2, SO2) terhadap pertumbuhaan lichenes?
5. Apakah kepadatan lalu lintas dapat mempengaruhi pertumbuhan lichenes?

1.4 Tujuan Penelitian
1. Untuk

mengetahui

keanekaragaman lichenes

sebagai

bioindikator

pencemaran udara di Kota Medan.
2. Untuk mengetahui morfologi lichenes sebagai bioindikator pencemaran
udara di Kota Medan.
3. Untuk

mengetahui

pola

distribusi

lichenes

sebagai

bioindikator

pencemaran udara di Kota Medan.
4. Untuk mengetahui pengaruh faktor-faktor lingkungan (suhu, kelembaban,
intensitas cahaya, kecepatan angin, dan kandungan udara ambien, seperti
CO, CO2, NO2, SO2) terhadap pertumbuhaan lichenes.
5. Untuk mengetahui pengaruh kepadatan lalu lintas terhadap pertumbuhaan
lichenes.

1.5 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
1. Sebagai

bahan

informasi

tentang

lichenes

sebagai

bioindikator

pencemaran udara di Kota Medan.
2. Sebagai data pendukung atau referensi tambahan bagi peneliti lain sebagai
penelitian lanjutan.

1.6 Definisi Operasional
Lichenes (lumut kerak) merupakan gabungan dua organisme yaitu antara
fungi (jamur) dan tumbuhan yang berwarna hijau yang disebut ganggang
(alga), sehingga secara morfologi dan fisiologi merupakan satu kesatuan.
Ganggang mampu menghasilkan makanan untuk jamur sebab warna hijau
yang

dimilikinya

membuat

ganggang

dapat

melakukan

proses

fotosintesis/memasak makanan. Sementara itu, jamur berperan memberi
perlindungan terhadap kekeringan.
Bioindikator adalah organisme yang keberadaannya dapat digunakan
untuk mendeteksi, mengidentifikasi dan mengkualifikasikan pencemaran
lingkungan.

Pencemaran udara adalah proses masuknya atau dimasukkannya zat
pencemar ke udara oleh aktivitas atau alam yang menyebabkan
berubahnya tatanan udara sehingga kualitas udara turun sampai ke tingkat
tertentu dan tidak dapat berfungsi lagi sesuai peruntukannya.
Kota Medan adalah ibukota provinsi Sumatera Utara, Indonesia. Kota ini
merupakan kota terbesar di Pulau Sumatera. Kota Medan merupakan pintu
gerbang wilayah Indonesia bagian barat dan juga sebagai pintu gerbang
bagi para wisatawan untuk menuju objek wisata Brastagi, di daerah
dataran tinggi Karo, objek wisata Orangutan di Bukit Lawang, Danau
Toba.

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa:
1. Keanekaragaman lichenes yang ditemukan pada ketiga lokasi penelitian
berjumlah delapan jenis dari lima genus, yaitu Graphis scripta, Lepraria
incana, Lepraria sp., Opegrapha atra, Parmelia glabratula, Parmelia
saxatilis, Parmelia sp., dan Pertusaria amara.
2. Morfologi lichenes menunjukkan perbedaan yang signifikan berdasarkan
tingkat pencemaran udara pada masing-masing lokasi. Talus lichenes
mengalami degradasi dan warnanya semakin pucat pada lokasi yang lebih
tercemar, seperti diperlihatkan Lepraria incana dan Parmelia saxatilis.
3. Seluruh jenis lichenes yang ditemukan pada ketiga lokasi penelitian
memiliki tipe pola distribusi berkelompok.
4. Faktor lingkungan yang paling mempengaruhi pertumbuhan lichenes
adalah suhu dan intensitas cahaya dengan nilai korelasi -1,000. Kandungan
udara ambien yang paling mempengaruhi pertumbuhan lichenes adalah
CO2 dengan nilai korelasi -0,850.
5. Pertumbuhan lichenes yang ditemukan pada ketiga lokasi penelitian
dipengaruhi oleh kepadatan lalu lintas, dimana pertumbuhan lichenes
relatif semakin baik dengan tingkat kepadatan lalu lintas yang semakin
rendah.

5.2 Saran
1. Penelitian lichenes sebagai bioindikator pada penelitian ini terbatas pada
morfologinya, sehingga perlu dikaji secara lebih spesifik dan dapat
dikembangkan hingga tingkat anatominya.
2. Perlu dilakukan penelitian lanjutan terhadap lichenes sebagai bioindikator
dengan karakter lokasi penelitian pada tegakan pohon lain, sehingga
hasilnya dapat dibandingkan.

3. Perlu dilakukan penekanan terhadap jumlah kendaraan yang beroperasi,
sehingga kondisi lingkungan tetap terjaga.

DAFTAR PUSTAKA
Anonim, (2011), Lampaui Jakarta, Medan Jadi Kota Terpolusi di Indonesia,
http://health.detik.com/read/2011/09/28/110754/1732103/763/lampauijakarta-medan-jadi-kota-terpolusi-di-indonesia, (Diakses 22 Maret 2013).
Anonim, (2012), Kota Medan, http://arifuddinali.blogspot.com/2012/07/kotamedan.html, (Diakses 8 April 2013).
Anonim, (2013), Uji Analisis Korelasi dengan Program
http://www.konsistensi.com/2013/05/uji-analisis-korelasi-denganprogram-html, (Diakses 10 Juli 2014).

SPSS,

Antika, M. A., (2012), Biodiversitas Lichenes Pada Tegakan Pohon Kemenyan
(Styrax sp.) Di Kawasan Hutan Sumatera Utara, [Skripsi], Fakultas
MIPA, Universitas Negeri Medan, Medan.
Conti M. E., Cecchetti, G., (2000), Biological Monitoring: Lichenes As
Bioindikators Of Air Polutan Assessment – A review, Environmental
Pollution 114 : 47-492.
Hasairin, A, (2012), Taksonomi Tumbuhan Rendah ( Thalophyta dan Kormophyta
Berspora), FMIPA Universitas Negeri Medan, Medan.
Jovan, S., (2008), Lichenes Bioindication of biodiversity, air quality, and clime :
baseline results from monitoring in Washingtom, Oregon, and California.
Gen. Tech. Rep. PNW-GTR-737, Portlan, OR: U.S Department of
Agriculture, Forest Service, Pasific Northwest Research Station, 115 p.
Keputusan Menteri Negara Kependudukan Dan Lingkungan Hidup No: KEP2/MENKLH/I/1998.
Kusmana, C., dan Istomo (1995), Ekologi Hutan, Bahan Kuliah laboratorium
ekologi Hutan, Fakultas Kehutanan ITB, Bogor.
Nursal, Firdaus dan Basori, (2009), Akumulasi Timbal (Pb) Pada Thallus
Lichenes Di Kota Pekanbaru, Jurnal Biogenesis 1 (2) , 47-50.
Panjaitan, D. M., Fitmawati, dan Martina, A., (2013), Keanekaragaman Lichenes
Sebagai Bioindikator di Kota Pekanbaru Provinsi Riau, Universitas Riau,
Riau.
Pratiwi, M. E., (2006), Kajian Lumut Kerak Sebagai Bioindikator Kualitas Udara
(Studi Kasus: Kawasan Industri Pulo Gadung, Arboretum Cibubur dan
Tegakan Mahoni Cikabayan), [Skripsi], Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Siallagan, Z. L., (2012), Keanekaragaman Jenis Lichenes pada Tegakan Pohon
Pinus (Pinus mercussi) di Hutan Aek Nauli, Kabupaten Simalungun dan
Tahura Tongkoh Bukit Barisan, Kabupaten Karo, [Skripsi], Fakultas
MIPA, Universitas Negeri Medan, Medan.
Silitonga, P. M., (2011), Statistik, Teori dan Aplikasi dalam Penelitian, Fakultas
MIPA, Universitas Negeri Medan, Medan.
Tjitrosoepomo, G., (1989), Taksonomi Tumbuhan: Spermatophyta, Gajah Mada
University Press, Yogyakarta.

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Parapat, pada tanggal 7 Juli 1990. Ayah bernama
Markadim Sitorus dan ibu bernama Roslina Nursiani Tampubolon, dan
merupakan anak keenam dari tujuh bersaudara. Pada tahun 1997 penulis masuk
Sekolah Dasar (SD) Negeri 101791 dan lulus pada tahun 2003. Pada tahun 2003,
penulis melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 1
Patumbak, dan lulus pada tahun 2006. Pada tahun 2006, penulis melanjutkan
pendidikan di Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 1 Tanjung Morawa dan
lulus pada tahun 2009. Pada tahun yang sama, penulis diterima di Program Studi
Biologi Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Negeri Medan (FMIPA UNIMED). Selama mengikuti perkuliahan,
penulis aktif di Unit Kegiatan Mahasiswa Kristen Protestan Universitas Negeri
Medan (UKMKP UNIMED) dan Ikatan Keluarga Besar Kristen Biologi
(IKBKB). Sebelum menyelesaikan studi, penulis pernah mengikuti Praktek Kerja
Lapangan (PKL) di Pelabuhan Perikanan Samudera Belawan (PPSB) Sumatra
Utara.