Pengaruh Getah Pinus Pada Stabilitas, Pelelehan, dan Durabilitas Lapis Pengikat Beton Aspal (Asphalt Concrete-Binder Course/AC-BC).
PENGARUH GETAH PINUS PADA STABILITAS,
PELELEHAN, DAN DURABILITAS LAPIS PENGIKAT
BETON ASPAL (ASPHALT CONCRETE-BINDER
COURSE/AC-BC)
Dea Putri Perceka NRP: 1021003
Tan Lie Ing, S.T., M.T.
ABSTRAK
Meningkatnya perkembangan berbagai sektor mengakibatkan pertambahan pergerakan lalulintas, baik pergerakan barang maupun manusia. Untuk menunjang kelancaran dalam pergerakan lalulintas dibutuhkan sarana dan prasarana pendukung. Salah satu prasarana transportasi yang memiliki peranan penting yaitu jalan. Upaya meningkatkan kinerja pelayanan sektor prasarana transportasi dihadapkan pada keterbatasan sumber bahan material pembentuk jalan. Untuk mengoptimalkan keterbatasan tersebut diperlukan inovasi terbaru, seperti aspal yang dimodifikasi. Salah satunya adalah menambahkan getah pinus pada campuran aspal.
Penelitian yang dilakukan adalah pengujian penetrasi, pengujian viskositas, pengujian Marshall, dan pengujian durabilitas pada campuran aspal panas lapis pengikat beton aspal. Aspal yang digunakan adalah pen 80-100. Pengujian dilakukan untuk mengetahui pengaruh getah pinus terhadap nilai stabilitas, pelelehan, dan durabilitas dari lapis pengikat beton aspal. Penambahan getah pinus dengan kadar 1%, 2%, 3%, 4%, dan 5% dari berat aspal mempengaruhi nilai penetrasi dan nilai viskositas. Nilai Kadar Aspal Optimum (KAO) diperoleh sebesar 5,65%. Berdasarkan hasil pengujian penetrasi dan viskositas terlihat perubahan karakteristik saat penambahan getah pinus sebesar 4%.
Penambahan getah pinus cenderung menurunkan nilai stabilitas sebesar 317kg, menaikkan nilai pelelehan sebesar 1,04mm, dan menaikan nilai durabilitas sebesar 14,12%.
(2)
THE EFFECT OF PINE RESIN TO STABILITY, FLOW,
AND DURABILITY OF LAYER BINDER OF ASPHALT
CONCRETE-BINDER COURSE/AC-BC
Dea Putri Perceka NRP: 1021003 Tan Lie Ing, S.T., M.T.
ABSTRACT
The development on various sectors resulted in the increase of traffic movement, both goods and people. To support the movement of traffic, needs infrastructure and facility. One of the transport infrastructures which has an important role is road. Efforts to improve the performance on this transport infrastructure service sector are faced with limited sources road forming materials. To optimize these limitations, new innovations are essential such as modified asphalts. One of them is by adding pine resin asphalt mixtures.
Research conducted is penetration testing, viscosity testing, Marshall testing, and durability testing of hot mix asphalt with asphalt concrete binder course. Bitumen used is 80-100 penetration. Tests conducted to determine the effect of pine resin to the aspect of stability, flow, and durability of the asphalt concrete binder course. Adding pine resin with concentration of 1%, 2%, 3%, 4%, and 5% of the weight of the asphalt affects the value of the penetration and viscosity grades. The optimum asphalt content is obtained as much as 5.65%. Based on the results of penetration testing and viscosity the changes of characteristic could be observed during the addition the pine resin as much as 4%.
The addition pine resin would decrease the value of the stability of 317kg, increase flow value of 1,04mm, and increase durability value of 14.12%.
(3)
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
LEMBAR PENGESAHAN ... ii
PERNYATAAN ORISINALITAS LAPORAN TUGAS AKHIR ... iii
PERNYATAAN PUBLIKASI LAPORAN PENELITIAN ... iv
SURAT KETERANGAN TUGAS AKHIR ... v
SURAT KETERANGAN SELESAI TUGAS AKHIR ... vi
KATA PENGANTAR ... vii
ABSTRAK ... x
ABSTRACT ... xi
DAFTAR ISI ... xii
DAFTAR GAMBAR ... xv
DAFTAR TABEL ... xvi
DAFTAR NOTASI ... xvii
DAFTAR SINGKATAN ... xix
DAFTAR LAMPIRAN ... xx
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang……… .... 1
1.2 Tujuan Penelitian………. .... 2
1.3 Ruang Lingkup Penelitian………... .... 2
1.4 Sistematika Penulisan……… .. 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perkerasan Jalan ... 5
2.1.1 Jenis Perkerasan ... 5
2.1.2 Fungsi Perkerasan ... 10
2.1.3 Tipe Pembangunan Perkerasan ... 11
2.1.4 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kinerja Struktur Perkerasan ... 12
(4)
2.2 Aspal ... 14
2.3 Agregat ... 15
2.3.1 Jenis Agregat ... 17
2.3.2 Sifat Agregat Sebagai Material Perkerasan Jalan... 19
2.3.3 Persyaratan Agregat Sebagai Bahan Campuran Beton Aspal .. …… 2.4 Campuran Beton Aspal ... 27
2.4.1 Jenis Campuran Aspal ... 27
2.4.2 Karakteristik Campuran Beton Aspal ... 28
2.5 Getah Pinus... 29
2.6 Pengujian Viskositas... ... 30
2.7 Pengujian Marshall ... 31
2.8 Pengujian Durabilitas... ... 34
BAB III PROSEDUR PENELITIAN 3.1 Diagram Alir Penelitian... 36
3.2 Pengujian Aspal Tanpa Getah ... 36
3.2.1 Pengujian Penetrasi ... 36
3.2.2 Pengujian Berat Jenis Aspal ... 40
3.2.3 Pengujian Viskositas ... 42
3.3 Pencampuran Aspal Dengan Getah Pinus ... 44
3.4 Pengujian Aspal Dengan Getah Pinus ... 45
3.5 Pembuatan Benda Uji Dengan Aspal Murni ... 45
3.6 Pembuatan Benda Uji Dengan Aspal Bercampur Getah Pinus ... 48
3.7 Penentuan Nilai Kadar Aspal Optimum ... 49
3.8 Pengujian Durabilitas ... 50
3.9 Pengolahan Data Dan Analisis Data ... 50
3.8 Penyimpulan Hasil ... 50
BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA 4.1 Pengujian Aspal Tanpa Getah Pinus ... 51
4.1.1 Pengujian Penetrasi Pada Aspal Tanpa Getah Pinus ... 51
4.1.2 Pengujian Viskositas Pada Aspal Tanpa Getah Pinus ... 52
(5)
4.2 Pengujian Aspal Dengan Getah Pinus ... 53
4.2.1 Pengujian Penetrasi Pada Aspal Dengan Getah Pinus ... 53
4.2.2 Pengujian Viskositas Pada Aspal Dengan Getah Pinus... ... 56
4.3 Penentuan Persentase Getah Pinus Terbaik ... 57
4.4 Pengujian Dengan Alat Uji Marshall ... 57
4.4.1 Hasil Pengujian Marshall Untuk Campuran Beraspal Tanpa Getah Pinus ... 58
4.4.2 Hasil Pengujian Marshall Untuk Campuran Beraspal Dengan Getah Pinus ... 62
4.5 Pengujian Durabilitas ... 61
4.5.1 Hasil Pengujian Durabilitas Tanpa Getah Pinus... 64
4.5.2 Hasil Pengujian Durabilitas Untuk Campuran Dengan Getah Pinus... ... 64
BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan ... 67
5.2 Saran ... 67
DAFTAR PUSTAKA ... 69
LAMPIRAN... 71
(6)
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Struktur Perkerasan Lentur ... 7
Gambar 2.2 Struktur Perkerasan Lentur dengan Lapis Aus, Lapis Pengikat, dan Lapis Fondasi ... 9
Gambar 2.3 Komponen Perkerasan Kaku ... 9
Gambar 2.4 Komponen Perkerasan Komposit... 10
Gambar 2.5 Skematis Berbagai Jenis Volume Beton Aspal ... 32
Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian ... 38
Gambar 3.2 Peralatan dan Bahan Pengujian Penetrasi ... 39
Gambar 3.3 Peralatan dan Bahan Pengujian Berat Jenis ... 41
Gambar 3.4 Peralatan dan Bahan Pengujian Viskositas ... 43
Gambar 3.5 Peralatan dan Bahan Pembuatan Benda Uji Tanpa Getah Pinus ... 44
Gambar 3.6 Peralatan dan Bahan Pembuatan Benda Uji Dengan Getah Pinus ... 46
Gambar 4.1 Grafik Hubungan Temperatur Dengan Viskositas ... 52
Gambar 4.2 Hubungan Penetrasi Dengan Kadar Getah Pinus ... 56
Gambar 4.3 Hubungan Viskositas Dengan Kadar Getah Pinus ... 57
Gambar 4.4 Hubungan Kadar Aspal Dengan Nilai VMA ... 60
Gambar 4.5 Hubungan Kadar Aspal Dengan Nilai VIM ... 60
Gambar 4.6 Hubungan Kadar Aspal Dengan Nilai VFA... 60
Gambar 4.7 Hubungan Kadar Aspal Dengan Nilai Pelelehan ... 60
Gambar 4.8 Hubungan Kadar Aspal Dengan Nilai Stabilitas ... 61
(7)
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Ketentuan Sifat-Sifat Campuran Laston AC ... 16
Tabel 2.2 Ketentuan Sifat-Sifat Campuran Laston AC yang Dimodifikasi (AC-Mod) ... 17
Tabel 2.3 Ukuran Bukaan Ayakan ... 19
Tabel 2.4 Ketentuan Agregat Kasar ... 25
Tabel 2.5 Ketentuan Agregat Halus ... 27
Tabel 2.6 Spesifikasi Gradasi Laston (AC) ... 28
Tabel 2.7 Mutu Getah Pinus... ... 30
Tabel 4.1 Hasil Pengujian Penetrasi ... 51
Tabel 4.2 Spesifikasi Persyaratan Penetrasi Aspal Pen 80-100 ... .... ...51
Tabel 4.3 Hasil Pengujian Viskositas Dengan Alat Saybolt furol ... 52
Tabel 4.4 Pengujian Berat Jenis Aspal ... 53
Tabel 4.5 Penetrasi Aspal Dengan Kadar 1% Getah Pinus ... .... ...54
Tabel 4.6 Penetrasi Aspal Dengan Kadar 2% Getah Pinus ... ...54
Tabel 4.7 Penetrasi Aspal Dengan Kadar 3% Getah Pinus ... .... ...54
Tabel 4.8 Penetrasi Aspal Dengan Kadar 4% Getah Pinus ... 55
Tabel 4.9 Penetrasi Aspal Dengan Kadar 5% Getah Pinus ... 55
Tabel 4.10 Hasil Pengujian Viskositas Dengan Getah Pinus ... .... ...56
Tabel 4.11 Hasil Pengujian Marshall Untuk Campuran Tanpa Getah Pinus .... ...59
Tabel 4.12 Rerata Nilai Parameter Aspal ... .... ...60
Tabel 4.13 Penentuan Nilai KAO (Kadar Aspal Optimum) ... .... ...61
Tabel 4.14 Hasil Pengujian Marshall KAO Untuk Campuran Aspal Tanpa Getah Pinus ... 63
Tabel 4.15 Hasil Pengujian Marshall KAO Untuk Campuran Aspal Dengan Getah Pinus ... 63
Tabel 4.16 Hasil Pengujian Durabilitas KAO Untuk Campuran Aspal Tanpa Getah Pinus ... 65
Tabel 4.17 Hasil Pengujian Durabilitas KAO Untuk Campuran Aspal Dengan Getah Pinus ... 65
(8)
DAFTAR NOTASI
B Berat Piknometer Berisi Air (gr)
Ba Berat Agregat Dalam Keadaan Jenuh Air (gr)
Bj Berat Agregat Dalam Keadaan Jenuh Air Kering Permukaan (gr) Bk Berat Agregat Dalam Keadaan Kering (gr)
Bt Berat Piknometer Dengan Agregat dan Air Penuh (gr) cm Centimeter
cm2 Centimeter Persegi Cst Centistokes
Gsa Apparent Specific Gravity (Berat Jenis Semu)
Gsb Bulk Specific Gravity (Berat Jenis Bulk)
Gse Effective Specific Gravity (Berat Jenis Efektif)
Gssd Apparent Surface Dry (Berat Jenis Kering Permukaan)
Gmb Berat Jenis Bulk Dari Beton Aspal Padat
Gmm Berat Jenis Maksimum Dari Campuran Beton Aspal Yang Belum
Dipadatkan ml Milimeter Pa Paskal
Msi Stabilitas Marshall Setelah Perendaman 24 Jam Pada Temperatur
60°C
Mss Stabilitas Marshall Standar Pada Perendaman Selama 30 Menit
Pada Temperatur 60°C
VIM Voids In Mix (Volume Rongga Dalam Campuran)
VFA Volume Of Voids Filled With Asphalt (Volume Rongga Dalam
Antara Butir Agregat)
VMA Voids In The Mineral Aggregate (Volume Pori Dalam Antara
Agregat)
Wt Berat Pengisi (Gr)
W1 Berat Piknometer Bersih Dan Kering (Gr)
(9)
W3 Berat Piknometer Berisi Benda Uji Dan Air Penuh (Gr)
(10)
DAFTAR SINGKATAN
AASHTO American Association of State Highway and Transportation Officials
AC-BC Asphalt Concrete Binder Course
ASTM American Society for Testing and Material
IRS Indeks Retained Strenghth (Indeks kekuatan sisa) KAO Kadar Aspal Optimum
Laston Lapis Aspal Beton
MQ Marshall Quotient (Perbandingan rasio nilai stabilitas dan
pelelehan) Pen Penetrasi
SNI Standar Nasional Indonesia SSD Saturated Surface Dry
(11)
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Perhitungan Pengujian Penetrasi Tanpa Getah Pinus ... 71
Lampiran 2 Perhitungan Pengujian Berat Jenis Aspal ... 73
Lampiran 3 Perhitungan Pengujian Berat Jenis Agregat Kasar ... 75
Lampiran 4 Perhitungan Pengujian Berat Jenis Agregat Halus ... 77
Lampiran 5 Perhitungan Pengujian Berat Jenis Bahan Pengisi (Filler) ... 79
Lampiran 6 Perhitungan Pengujian Marshall ... 81
Lampiran 7 Perhitungan Pembuatan Benda Uji ... 85
(12)
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia merupakan negara yang sedang berkembang baik di sektor industri maupun sektor pembangunan. Meningkatnya berbagai sektor mengakibatkan pertambahan pergerakan lalu lintas baik pergerakan barang maupun manusia. Untuk menunjang kelancaran dalam pergerakan lalu lintas dibutuhkan sarana dan prasarana untuk mendukung kelancaran dalam proses pergerakan lalu lintas.
Salah satu prasarana transportasi yang memiliki peranan penting yaitu jalan. Saat ini di Indonesia prasarana ini sangat diperlukan dalam penyebaran pembangunan di Indonesia baik di bidang sosial maupun ekonomi. Untuk mengatasi permasalahan jalan-jalan yang rusak akibat beban lalu lintas, cuaca, dan berbagai faktor lain, maka dibutuhkan perbaikan jalan pada jalan yang rusak atau dengan cara meningkatkan kualitas konstruksi. Dalam upaya meningkatkan kinerja pelayanan dalam sektor prasarana transportasi dihadapkan dengan kenyataan kendala yang ada, salah satunya adalah keterbatasan dalam sumber bahan material khususnya sumber bahan material pembentuk jalan. Untuk mengatasi keterbatasan tersebut maka diperlukan inovasi terbaru seperti aspal yang dimodifikasi.
Beberapa penelitian mengenai aspal modifikasi yang telah dilakukan menggunakan bahan polimer atau getah. Penelitian-penelitian sebelumnya yang memiliki relevansi terhadap penambahan material pada aspal telah dilakukan oleh beberapa peneliti. Wardoyo (2003), menyatakan bahwa penambahan bahan gilsonite menghasilkan penurunan nilai penetrasi, peningkatan stabilitas campuran AC-WC, dan temperatur 200°C merupakan batas untuk kondisi perilaku elastis. Pusat Penelitian dan Pengembangan Prasarana (2001) melakukan percobaan lapangan dengan aspal modifikasi dengan bahan polimer. Hasil percobaan menunjukkan bahwa
(13)
bahan polimer tersebut dapat menurunkan penetrasi dan menaikkan titik lembek sehingga kepekaan terhadap temperatur akan naik dan menaikkan angka stabilitas dinamis serta menurunkan angka deformasi permanen pada uji wheel tracking. Himawan dan Adi (2005), menyatakan laston dengan penambahan lateks, roadcel dan lateks roadcel menyebabkan peningkatan angka kekuatan sisa yang berarti dan meningkatnya daya tahan terhadap kerusakan akibat terendam air. Rianung (2007) melakukan aspal modifikasi dengan bahan campuran Gondorukem dengan aspal panas jenis asphalt concrete-binder course (AC-BC) menyatakan bahwa penambahan bahan gondorukem sebanyak 2% menyebabkan semua parameter uji aspal dapat dipenuhi dan mempunyai karakteristik Marshall yang paling optimal.
Pada penelitian ini digunakan aspal modifikasi yaitu dengan menggunakan penambahan getah pinus. Getah pinus yang digunakan memiliki sifat elastis menyerupai sifat aspal, mempunyai daya lekat terhadap material lain dan bersifat kedap air. Perkerasan dengan aspal modifikasi diharapkan dapat mengatasi permasalahan keterbatasan sumber bahan material dan menghasilkan perkerasan yang memenuhi persyaratan.
1.2 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengevaluasi pengaruh penambahan getah pinus pada stabilitas, pelelehan, dan durabilitas lapis pengikat beton aspal (asphalt
concrete-binder course/AC-BC).
1.3 Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian adalah sebagai berikut: 1. Material yang digunakan adalah:
(14)
a. Aspal pen 80-100 dan aspal modifikasi dengan penambahan getah pinus (100% aspal + 1% getah pinus), (100% aspal + 2% getah pinus), (100% aspal + 3% getah pinus), (100% aspal + 4% getah pinus), dan (100% aspal + 5% getah pinus). b. Agregat kasar, halus, dan bahan pengisi (abu batu).
c. Bahan getah pinus sebagai campuran pada aspal menggunakan kelas I.
d. Gradasi agregat yang dipilih adalah gradasi agregat untuk campuran panas beton aspal tipe laston AC.
2. Standar pengujian aspal, agregat dan campuran berdasarkan Standar Nasional Indonesia (SNI) dan Spesifikasi 2010.
3. Bahan kimia pada produksi getah pinus tidak diperhitungkan.
4. Pengujian durabilitas hanya dilakukan dengan waktu perendaman 24 jam pada kadar aspal optimum dengan temperatur 60°C.
5. Pengujian dilakukan di Laboratorium Material Jalan Universitas Kristen Maranatha Bandung dan Laboratorium Rekayasa Jalan dan Lalu lintas Institut Teknologi Bandung.
1.4 Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan dalam Tugas Akhir ini adalah:
Bab I, Pendahuluan, mengemukakan tentang keseluruhan dari penelitian ini yang berkenaan dengan latar belakang, maksud dan tujuan, ruang lingkup penelitian, dan sistematika penulisan. Bab II, Studi Pustaka, berisikan teori-teori yang dijadikan dasar dalam menganalisis masalah serta beberapa literatur mengenai dasar-dasar teori yang terkait mengenai perkerasan jalan, jenis perkerasan jalan, fungsi perkerasan, tipe-tipe pembangunan perkerasan, faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja struktur
(15)
perkerasan, aspal, fungsi aspal, agregat, sifat agregat, jenis agregat, perencanaan campuran beton aspal, jenis campuran aspal, getah pinus, pengujian viskositas, pengujian durabilitas, dan pengujian Marshall.
Bab III, Prosedur Penelitian, bagian ini membahas mengenai metode dan analisis yang akan digunakan selama kegiatan penelitian termasuk pengujian di laboratorium berdasarkan persyaratan SNI. Bab IV, Penyajian dan Analisis Data, menyajikan data dan menganalisis data dari hasil uji beserta pembahasannya. Bab V, Simpulan dan Saran, mengemukakan tentang simpulan dan saran berdasarkan analisis yang dilakukan pada bab-bab sebelumnya.
(16)
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan terhadap pengujian campuran aspal tanpa getah pinus dan campuran aspal dengan penambahan getah pinus kadar 1%, 2%, 3%,4%, dan 5%, dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Kadar Aspal Optimum (KAO) yang diperoleh adalah 5,65%. 2. Kadar getah pinus terbaik yang diperoleh adalah 4%.
3. Penambahan getah pinus terhadap campuran aspal menyebabkan penurunan nilai stabilitas, peningkatan nilai pelelehan, dan peningkatan nilai indeks kekuatan sisa. Hal tersebut menyebabkan penambahan getah pinus terhadap campuran aspal sebaiknya tidak direkomendasikan untuk perkerasan lentur dengan lalu lintas berat, karena lapis perkerasan tidak stabil.
4. Nilai stabilitas dari pengujian Marshall untuk campuran aspal tanpa getah pinus = 1252kg sedangkan pengujian Marshall untuk campuran aspal dengan getah pinus = 935kg. Nilai stabilitas mengalami penurunan sebesar 317kg.
5. Nilai pelelehan dari pengujian Marshall untuk campuran aspal tanpa getah pinus = 3,6mm sedangkan pengujian Marshall untuk campuran aspal dengan getah pinus = 4,64mm. Nilai pelelehan mengalami peningkatan sebesar 1,04mm.
6. Nilai durabilitas dari pengujian Marshall untuk campuran aspal tanpa getah pinus = 70,14% sedangkan pengujian Marshall untuk campuran aspal dengan getah pinus = 84,26%. Nilai durabilitas mengalami peningkatan sebesar 14,12%.
5.2 Saran
Dari hasil pengujian yang dilakukan, adapun saran-saran yang diberikan untuk penelitian lanjut, yaitu:
(17)
1. Sebaiknya persentase getah pinus yang digunakan ditambah sehingga dapat diketahui perubahan karakteristik pada penambahan getah pinus selanjutnya.
2. Perlu penelitian lanjutan terhadap karakteristik getah pinus.
3. Perlu dilakukan variasi perendaman terhadap pengujian durabilitas agar terlihat fluktuasi nilai durabilitasnya.
4. Perlu penelitian lanjutan dari segi ekonomi terhadap penambahan getah pinus pada campuran aspal.
(18)
DAFTAR PUSTAKA
1. AASHTO, 1990, Standart Specification For Transportation Material And
Method of Sampling and Testing, Part I, “Specifications”, Fifteenth Edition,
Washington,D.C.
2. Badan Standardisasi Nasional, 2012, Standar Nasional Indonesia 7837-2012.
Getah Pinus, Jakarta.
3. Christady, H., 2011, Perancangan Perkerasan Jalan Dan Penyelidikan Tanah, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
4. Departemen Pekerjaan Umum, 1990, Standar Nasional Indonesia 03-1969-1990,
Metode Pengujian Berat Jenis Dan Penyerapan Air Agregat Kasar, Badan
Penelitian Dan Pengembangan, Jakarta.
5. Departemen Pekerjaan Umum, 1990, Standar Nasional Indonesia 03-1970-1990,
Metode Pengujian Berat Jenis Dan Penyerapan Air Agregat Halus, Badan
Penelitian Dan Pengembangan, Jakarta.
6. Departemen Pekerjaan Umum, 1991, Standar Nasional Indonesia 06-2441-1991,
Metode Pengujian Berat Jenis Dan Aspal Padat, Badan Penelitian Dan
Pengembangan, Jakarta.
7. Departemen Pekerjaan Umum, 1991, Standar Nasional Indonesia 06-2456-1991,
Metode Pengujian Penetrasi Bahan-Bahan Bitumen, Badan Penelitian Dan
Pengembangan, Jakarta.
8. Departemen Pekerjaan Umum, 1991, Standar Nasional Indonesia 06-2489-1991,
Metode Campuran Aspal Dengan Alat Marshall, Badan Penelitian Dan
Pengembangan, Jakarta.
9. Departemen Pekerjaan Umum , 2002, Standar Nasional Indonesia 06-6721-2002,
Metode Pengujian Kekentalan Aspal Cair Dengan Alat Saybolt, Badan Penelitian
(19)
10.Departemen Pekerjaan Umum, 2003, Rancangan Standar Nasional Indonesia M-01-2003, Metode Pengujian Campuran Beraspal Panas dengan Alat Marshall, Badan Penelitian Dan Pengembangan, Jakarta.
11.Departemen Pekerjaan Umum, 2010, Spesifikasi Umum Perkerasan Aspal, Direktorat Jenderal Bina Marga, Jakarta.
12. Hadi, H., 2010, Panduan Teknis Penyadapan Getah Pinus, http://satopepelakan.blogspot.com/2010/10/panduan-teknis-penyadapan-getah-pinus.html, (diakses 1 Maret 2015).
13.Kementerian Pekerjaan Umum, 2012, Daftar Standar Dan Pedoman Bahan
Konstruksi Bangunan Dan Rekayasa Sipil, Panitia Teknis Bahan Konstruksi
Bangunan Dan Rekayasa Sipil, Jakarta.
14.Laboratorium Transportasi Fakultas Teknik Jurusan Sipil Universitas Kristen Maranatha, 2001, Pedoman Praktikum Bahan Perkerasan Jalan, Bandung.
15.Laboratorium Rekayasa Jalan dan Lalulintas Fakultas Teknik Jurusan Sipil dan Lingkungan, Institut Teknologi Bandung, 2010, Modul Praktikum Bahan
Perkerasan Jalan, Bandung.
16.Rianung, S., 2007, Kajian Laboratorium Pengaruh Bahan Tambah Gondorukem
Pada Asphalt Concrete-Binder Course (AC-BC) Terhadap Nilai Properties Marshall Dan Durabilitas, Skripsi Universitas Diponogoro, Semarang.
17.Sukirman, S., 2003, Beton Aspal Campuran Panas, Granit, Jakarta. 18.Sukirman, S., 2007, Beton Aspal Campuran Panas, Granit, Jakarta.
19.Sukirman, S., 2007, Beton Aspal Campuran Panas, Institut Teknologi Nasional, Bandung.
20.Sukirman, S., 2010, Perencanaan Tebal Struktur Perkerasan Lentur, Nova, Bandung.
21.Transportation Research Board, 2011, A Manual Design of Hot Mix Asphalt with Commentary, Washington, D.C.
(1)
3
Universitas Kristen Maranatha
a. Aspal pen 80-100 dan aspal modifikasi dengan penambahan getah pinus (100% aspal + 1% getah pinus), (100% aspal + 2% getah pinus), (100% aspal + 3% getah pinus), (100% aspal + 4% getah pinus), dan (100% aspal + 5% getah pinus). b. Agregat kasar, halus, dan bahan pengisi (abu batu).
c. Bahan getah pinus sebagai campuran pada aspal menggunakan kelas I.
d. Gradasi agregat yang dipilih adalah gradasi agregat untuk campuran panas beton aspal tipe laston AC.
2. Standar pengujian aspal, agregat dan campuran berdasarkan Standar Nasional Indonesia (SNI) dan Spesifikasi 2010.
3. Bahan kimia pada produksi getah pinus tidak diperhitungkan.
4. Pengujian durabilitas hanya dilakukan dengan waktu perendaman 24 jam pada kadar aspal optimum dengan temperatur 60°C.
5. Pengujian dilakukan di Laboratorium Material Jalan Universitas Kristen Maranatha Bandung dan Laboratorium Rekayasa Jalan dan Lalu lintas Institut Teknologi Bandung.
1.4 Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan dalam Tugas Akhir ini adalah:
Bab I, Pendahuluan, mengemukakan tentang keseluruhan dari penelitian ini yang berkenaan dengan latar belakang, maksud dan tujuan, ruang lingkup penelitian, dan sistematika penulisan. Bab II, Studi Pustaka, berisikan teori-teori yang dijadikan dasar dalam menganalisis masalah serta beberapa literatur mengenai dasar-dasar teori yang terkait mengenai perkerasan jalan, jenis perkerasan jalan, fungsi perkerasan, tipe-tipe pembangunan perkerasan, faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja struktur
(2)
perkerasan, aspal, fungsi aspal, agregat, sifat agregat, jenis agregat, perencanaan campuran beton aspal, jenis campuran aspal, getah pinus, pengujian viskositas, pengujian durabilitas, dan pengujian Marshall.
Bab III, Prosedur Penelitian, bagian ini membahas mengenai metode dan analisis yang akan digunakan selama kegiatan penelitian termasuk pengujian di laboratorium berdasarkan persyaratan SNI. Bab IV, Penyajian dan Analisis Data, menyajikan data dan menganalisis data dari hasil uji beserta pembahasannya. Bab V, Simpulan dan Saran, mengemukakan tentang simpulan dan saran berdasarkan analisis yang dilakukan pada bab-bab sebelumnya.
(3)
67
Universitas Kristen Maranatha
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan terhadap pengujian campuran aspal tanpa getah pinus dan campuran aspal dengan penambahan getah pinus kadar 1%, 2%, 3%,4%, dan 5%, dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Kadar Aspal Optimum (KAO) yang diperoleh adalah 5,65%. 2. Kadar getah pinus terbaik yang diperoleh adalah 4%.
3. Penambahan getah pinus terhadap campuran aspal menyebabkan penurunan nilai stabilitas, peningkatan nilai pelelehan, dan peningkatan nilai indeks kekuatan sisa. Hal tersebut menyebabkan penambahan getah pinus terhadap campuran aspal sebaiknya tidak direkomendasikan untuk perkerasan lentur dengan lalu lintas berat, karena lapis perkerasan tidak stabil.
4. Nilai stabilitas dari pengujian Marshall untuk campuran aspal tanpa getah pinus = 1252kg sedangkan pengujian Marshall untuk campuran aspal dengan getah pinus = 935kg. Nilai stabilitas mengalami penurunan sebesar 317kg.
5. Nilai pelelehan dari pengujian Marshall untuk campuran aspal tanpa getah pinus = 3,6mm sedangkan pengujian Marshall untuk campuran aspal dengan getah pinus = 4,64mm. Nilai pelelehan mengalami peningkatan sebesar 1,04mm.
6. Nilai durabilitas dari pengujian Marshall untuk campuran aspal tanpa getah pinus = 70,14% sedangkan pengujian Marshall untuk campuran aspal dengan getah pinus = 84,26%. Nilai durabilitas mengalami peningkatan sebesar 14,12%.
5.2 Saran
Dari hasil pengujian yang dilakukan, adapun saran-saran yang diberikan untuk penelitian lanjut, yaitu:
(4)
1. Sebaiknya persentase getah pinus yang digunakan ditambah sehingga dapat diketahui perubahan karakteristik pada penambahan getah pinus selanjutnya.
2. Perlu penelitian lanjutan terhadap karakteristik getah pinus.
3. Perlu dilakukan variasi perendaman terhadap pengujian durabilitas agar terlihat fluktuasi nilai durabilitasnya.
4. Perlu penelitian lanjutan dari segi ekonomi terhadap penambahan getah pinus pada campuran aspal.
(5)
69
Universitas Kristen Maranatha
DAFTAR PUSTAKA
1. AASHTO, 1990, Standart Specification For Transportation Material And
Method of Sampling and Testing, Part I, “Specifications”, Fifteenth Edition,
Washington,D.C.
2. Badan Standardisasi Nasional, 2012, Standar Nasional Indonesia 7837-2012.
Getah Pinus, Jakarta.
3. Christady, H., 2011, Perancangan Perkerasan Jalan Dan Penyelidikan Tanah, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
4. Departemen Pekerjaan Umum, 1990, Standar Nasional Indonesia 03-1969-1990,
Metode Pengujian Berat Jenis Dan Penyerapan Air Agregat Kasar, Badan
Penelitian Dan Pengembangan, Jakarta.
5. Departemen Pekerjaan Umum, 1990, Standar Nasional Indonesia 03-1970-1990,
Metode Pengujian Berat Jenis Dan Penyerapan Air Agregat Halus, Badan
Penelitian Dan Pengembangan, Jakarta.
6. Departemen Pekerjaan Umum, 1991, Standar Nasional Indonesia 06-2441-1991,
Metode Pengujian Berat Jenis Dan Aspal Padat, Badan Penelitian Dan
Pengembangan, Jakarta.
7. Departemen Pekerjaan Umum, 1991, Standar Nasional Indonesia 06-2456-1991,
Metode Pengujian Penetrasi Bahan-Bahan Bitumen, Badan Penelitian Dan
Pengembangan, Jakarta.
8. Departemen Pekerjaan Umum, 1991, Standar Nasional Indonesia 06-2489-1991,
Metode Campuran Aspal Dengan Alat Marshall, Badan Penelitian Dan
Pengembangan, Jakarta.
9. Departemen Pekerjaan Umum , 2002, Standar Nasional Indonesia 06-6721-2002,
Metode Pengujian Kekentalan Aspal Cair Dengan Alat Saybolt, Badan Penelitian
(6)
10.Departemen Pekerjaan Umum, 2003, Rancangan Standar Nasional Indonesia M-01-2003, Metode Pengujian Campuran Beraspal Panas dengan Alat Marshall, Badan Penelitian Dan Pengembangan, Jakarta.
11.Departemen Pekerjaan Umum, 2010, Spesifikasi Umum Perkerasan Aspal, Direktorat Jenderal Bina Marga, Jakarta.
12. Hadi, H., 2010, Panduan Teknis Penyadapan Getah Pinus, http://satopepelakan.blogspot.com/2010/10/panduan-teknis-penyadapan-getah-pinus.html, (diakses 1 Maret 2015).
13.Kementerian Pekerjaan Umum, 2012, Daftar Standar Dan Pedoman Bahan
Konstruksi Bangunan Dan Rekayasa Sipil, Panitia Teknis Bahan Konstruksi
Bangunan Dan Rekayasa Sipil, Jakarta.
14.Laboratorium Transportasi Fakultas Teknik Jurusan Sipil Universitas Kristen Maranatha, 2001, Pedoman Praktikum Bahan Perkerasan Jalan, Bandung.
15.Laboratorium Rekayasa Jalan dan Lalulintas Fakultas Teknik Jurusan Sipil dan Lingkungan, Institut Teknologi Bandung, 2010, Modul Praktikum Bahan
Perkerasan Jalan, Bandung.
16.Rianung, S., 2007, Kajian Laboratorium Pengaruh Bahan Tambah Gondorukem
Pada Asphalt Concrete-Binder Course (AC-BC) Terhadap Nilai Properties Marshall Dan Durabilitas, Skripsi Universitas Diponogoro, Semarang.
17.Sukirman, S., 2003, Beton Aspal Campuran Panas, Granit, Jakarta. 18.Sukirman, S., 2007, Beton Aspal Campuran Panas, Granit, Jakarta.
19.Sukirman, S., 2007, Beton Aspal Campuran Panas, Institut Teknologi Nasional, Bandung.
20.Sukirman, S., 2010, Perencanaan Tebal Struktur Perkerasan Lentur, Nova, Bandung.
21. Transportation Research Board, 2011, A Manual Design of Hot Mix Asphalt with Commentary, Washington, D.C.