Perbedaan Depresi Siswa Kelas Xii Sma Al Islam 1 Surakarta Yang Tinggal Di Asrama Binaan Dan Orang Tua Kandung.

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Depresi adalah suatu keadaan mood atau suasana hati yang menurun
yang biasanya ditandai dengan kesedihan, menurunnya aktifitas fungsional,
kemurungan yang mengikuti kehilangan simpati, rasa bersalah, menarik diri
dari kontrak intrapersonal, perasaan putus asa, dan tidak bersemangat atau
hilangnya minat dalam semua atau berbagai aktivitas untuk periode waktu
paling sedikitnya 2 minggu (Nevid, 2003). Gejala depresi membentang dari
keadaan sedih yang normal, gangguan distimik hingga depresi berat yang
biasa disebut gangguan depresi mayor (Dorland, 2010).
Masa remaja merupakan masa peralihan antara masa kanak-kanak dan
masa dewasa, yang dimulai pada saat terjadinya kematangan seksual yaitu
antara usia 11 atau 12 tahun sampai 20 tahun, termasuk siswa-siswi sekolah
menengah ke atas. Dalam perkembangannya menuju kedewasaan akan
banyak terjadi perubahan-perubahan yang diakibatkan kematangan seksual

dan tuntutan psikososial. Hal tersebut menempatkan remaja pada suatu
keadaan yang disebut sebagai krisis identitas dan juga rawan depresi
(Marheni, 2007; Asmika dan Handayani, 2008). Depresi dapat terjadi pada
siapa saja dalam berbagai rentang usia mulai dari anak-anak, remaja, dewasa
maupun orang tua. Orang muda yang berusia antara 15 - 24 tahun sangat
berisiko menderita depresi. Berdasarkan survei yang dilakukan oleh Avenoli
commit to user
1

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
2

& Steinberg (Steinberg, 2002) kira-kira 25% remaja merasakan munculnya
depresi dan 3% sudah masuk kategori depresi klinis. Keraguan ini disebabkan
karena anak dan remaja dianggap belum matang secara psikologis dan
kognitif (Puspitosari, 2007). Kejadian depresi meningkat seiring pertambahan
usia terutama setelah melalui masa pubertas (Ardjana, 2007).
Pada masa peralihan ini, meski remaja lebih tertarik menghabiskan

waktunya dengan teman sebaya namun peranan orang tua tetap dibutuhkan
dalam mengantarkan putra-putrinya menuju kedewasaan (Marheni, 2007).
Lingkungan tempat anak pertama kali berinteraksi adalah orang tua (Arini,
2006). Tanggung jawab orang tua bukan sebatas memilihkan sekolah atau
membiayai sekolah dan segala keperluannya. Lebih dari itu, tanggung jawab
orang tua diwujudkan dalam keterlibatan langsung orang tua dalam
pendidikan (kehidupan) anak-anaknya. Ketika orang tua terlibat langsung
dalam kehidupan dan pendidikan anak-anaknya, maka orang tua akan
memberi perlakuan yang lebih tepat kepada anak-anak (Rahardjo, 2011).
Hasil-hasil penelitian Henderson dan Mapp tahun 2002 serta National
Standards for Parent/Family Involvement Programs tahun 2004 dalam
Kurniawan (2008) membuktikan bahwa keterlibatan orang tua dalam
pendidikan anak berhubungan dengan prestasi anak. Ketika orang tua terlibat
( tanpa melihat status sosial ekonomi, latar belakang etnis/ras atau tingkat
pendidikan orang tua ) anak-anak menunjukkan prestasi yang lebih tinggi,
lebih sering menyelesaikan pekerjaan rumah dan lebih tinggi dalam kehadiran
di sekolah. Namun, dalam kenyataannya ada pula sebagian remaja yang
commit to user

perpustakaan.uns.ac.id


digilib.uns.ac.id
3

tinggal terpisah dari orang tuanya sejak memasuki awal remaja, misalnya
tinggal di kos, di pesantren atau di asrama.
SMA Al Islam 1 adalah salah satu Sekolah Menengah Atas yang
menyediakan fasilitas asrama bagi siswanya yang berasal dari luar kota atau
luar daerah Solo. Asrama ini bertujuan untuk pengoptimalan pembinaan
ibadah maupun proses belajar anak. Asrama binaan ini juga menerapkan ilmu
menjadi amal sehari-hari dengan pembinaan yang berkesinambungan di
tempat dan lingkungan yang kondusif mulai dari tertib beribadah, tertib
belajar maupun tertib pergaulan. (Yayasan Perguruan Al Islam, 2012)
Sistem yang dipakai di asrama binaan ini adalah pemberian pelayanan
di pondok/asrama binaan dengan fasilitas Bapak/Ibu Asrama sebagai wali,
kunjungan guru atau ustadz sebagai pembimbing pelajaran agama maupun
umum serta ibu dapur dalam urusan konsumsi dan kesehatan. Hal ini
dimaksudkan agar siswa terjaga ketenangan dalam beribadah, belajar dan
dalam pergaulan sehingga dapat maksimal dalam menuntut ilmu, maksimal
pula dalam mengamalkannya sesuai harapan (Yayasan Perguruan Al Islam,

2012). Namun keketatan jadwal yang telah dicanangkan pihak asrama juga
menjadi hal yang membuat pikiran siswa didik yang tinggal di asrama
terkurung dengan rutinitas yang membosankan dan boleh jadi memberikan
efek depresi. Di sisi lain, figuritas orang tua tetaplah tidak dapat terganti oleh
adanya bapak/ibu Asrama sehinggal kontrol, saran, kritik dan dukungan orang
tua sebagai figur lekat tetaplah tidak didapatkan oleh peserta didik yang
berada di asrama.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
4

Dari latar belakang di atas, penulis ingin mengangkat topik penelitian
tentang perbedaan tingkat depresi pada siswa kelas XII SMA Al Islam 1
Surakarta yang tinggal di asrama binaan dan yang tinggal dengan orang tua.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka dapat dirumuskan
masalah penelitian ini yaitu: Adakah perbedaan tingkat depresi antara siswa
kelas XII SMA Al Islam 1 Surakarta yang tinggal di asrama binaan dan yang
tinggal dengan orang tua kandung?

C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan tingkat depresi
antara siswa kelas XII SMA Al Islam 1 Surakarta yang tinggal di asrama
binaan dan yang tinggal dengan orang tua kandung.

D. Manfaat Penelitian
1.

Manfaat Teoritik
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah
mengenai perbedaan tingkat depresi antara siswa kelas XII SMA Al
Islam 1 Surakarta yang tinggal di asrama binaan dan yang tinggal dengan
orang tua kandung.

commit to user


perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
5

2. Manfaat Aplikatif
a. Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi siswa dan
pihak

terkait (orang tua, sekolah, pemerintah) dalam upaya

pencegahan dan penatalaksanaan depresi sehingga dapat membawa
hasil pembelajaran yang optimal.
b. Hasil penelitian yang diperoleh juga diharapkan dapat berguna
sebagai referensi atau bahan pembanding bagi peneliti-peneliti yang
ingin mengkaji masalah yang berkaitan dengan peran orang tua dan
tingkat depresi.

commit to user


Dokumen yang terkait

PERBEDAAN PERILAKU PROSOSIAL MAHASISWA DITINJAU DARI TEMPAT TINGGAL (STUDI PADA MAHASISWA YANG TINGGAL DI ASRAMA DAN TINGGAL DENGAN ORANG TUA)

7 42 13

PERBEDAAN TINGKAT DEPRESI PADA SISWA YANG PERNAH TINGGAL DI ASRAMA DAN YANG BELUM PERNAH TINGGAL DI ASRAMA

0 4 10

PERBEDAAN TINGKAT DEPRESI PADA SISWA YANG PERNAH TINGGAL DI ASRAMA DAN YANG BELUM PERNAH TINGGAL DI ASRAMA

2 10 68

PERBEDAAN TINGKAT DEPRESI LAKI-LAKI YANG TINGGAL DI ASRAMA DENGAN LAKI-LAKI YANG TINGGAL BERSAMA ORANG PERBEDAAN TINGKAT DEPRESI LAKI-LAKI YANG TINGGAL DI ASRAMA DENGAN LAKI-LAKI YANG TINGGAL BERSAMA ORANG TUA PADA SISWA KELAS II SMA MTA SURAKARTA

0 0 16

PENDAHULUAN PERBEDAAN TINGKAT DEPRESI LAKI-LAKI YANG TINGGAL DI ASRAMA DENGAN LAKI-LAKI YANG TINGGAL BERSAMA ORANG TUA PADA SISWA KELAS II SMA MTA SURAKARTA.

0 0 4

Studi Komparatif Mengenai Kemandirian Emosional Pada Siswa SMP Yang Tinggal Di Asrama Dan Yang Tinggal Di Rumah Dengan Orang Tua.

1 2 9

PERBEDAAN PROPORSI JUMLAH SISWA KELAS XII SMA AL ISLAM 1 SURAKARTA YANG MENGALAMI DEPRESI PADA KELOMPOK DENGAN KUALITAS HIDUP DAN HARGA DIRI TINGGI DAN RENDAH.

0 0 6

Perbedaan Jumlah Siswa Kelas XII SMA Al Islam 1 Surakarta yang Mengalami Depresi pada Kelompok dengan Kualitas Hidup dan Harga Diri Tinggi dan Rendah.

0 0 2

Hubungan antara Dukungan Sosial dengan Depresi pada Siswi Kelas XII SMA Al Islam 1 Surakarta.

0 0 2

PERBEDAAN TINGKAT KEJENUHAN BELAJAR DITINJAU DARI STATUS SISWA YANG TINGGAL BERSAMA KELUARGA DENGAN SISWA YANG TINGGAL DI ASRAMA KELAS XI MAN 1 SURAKARTA

0 1 17