POLA KOMUNIKASI ORANG TUA DENGAN ANAK PADA KASUS BALAPAN LIAR (Studi Deskriptif Pola Komunikasi Orang Tua Yang Bekerja Dengan Anak Pada Kasus Balapan Liar di Surabaya).

POLA KOMUNIKASI ORANG TUA DENGAN ANAK PADA
KASUS BALAPAN LIAR
(Studi Deskriptif Pola Komunikasi Orang Tua Yang Bekerja Dengan Anak
Pada Kasus Balapan Liar di Surabaya)

SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Per syaratan Memperoleh Gelar
Sarjana Pada Ilmu Komunikasi Fisip UPN ”Veteran” J awa Timur

Disusun Oleh :

Angga Setyo Hadr ianto
0943010177

YAYASAN KESEJ AHTERAAN PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” J AWA TIMUR
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI
SURABAYA
2013


Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

POLA KOMUNIKASI ORANG TUA DENGAN ANAK PADA
KASUS BALAPAN LIAR
(Studi Deskriptif Pola Komunikasi Orang Tua Yang Bekerja Dengan Anak
Pada Kasus Balapan Liar di Surabaya)
Oleh
Angga Setyo Hadrianto
0943010177
Telah Dipertahankan Dihadapan dan Diterima oleh Tim Penguji Skripsi
Program Studi Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Univer sitas Pembangunan Nasional “Veteran” J awa Timur
Pada Tanggal 18 J uli 2013
Menyetujui
Pembimbing Utama

Tim Penguji
1. Ketua


Dr s. Saifuddin Zuhri, Msi
NPT. 370069400351

Dra. Sumardjijati, Msi
NIP. 196203231993092001
2. Sekretaris

Dr s. Saifuddin Zuhri, Msi
NPT. 370069400351
3. Anggota

Dra. Diana Amalia, Msi
NIP. 19630907 1991103 2001
Mengetahui
Dekan

Dra. Ec. Hj. Suparwati, MSi
NIP. 1955 0718198302 2001

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

POLA KOMUNIKASI ORANG TUA DENGAN ANAK PADA
KASUS BALAPAN LIAR
(Studi Deskr iptif Pola Komunikasi Or ang Tua Yang Beker ja Dengan
Anak Pada Kasus Balapan Liar di Sur abaya)

Disusun Oleh :

Angga Setyo Hadr ianto
0943010177

Telah disetujui untuk mengikuti ujian skripsi, oleh :

Pembimbing Utama

Dr s. Syaifuddin Zuhri, Msi
NPT. 370069400351

Mengetahui

Dekan

Dra. Ec. Hj. Supar wati, MSi
NIP. 1955 0718198302 2001

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan YME, yang telah
melimpahkan karunianya-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Ilmu
Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Pembangunan
Nasional “Veteran” Jawa Timur.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini atas bantuan dari beberapa
pihak. Pada kesempatan yang baik ini, perkenankan penulis dengan menyampikan
ucapan terimakasih kepada seluruh pihak yang telah membantu guna mendukung
kelancaran penyusunan skripsi ini.
Penulis dengan rasa hormat yang mendalam mengucapkan terimakasih
kepada :

1.

Prof. Dr. Ir. Teguh Soedarto, MP., selaku Rektor Universitas Pembangunan
Nasional “Veteran” Jawa Timur.

2.

Dra. Ec. Hj. Suparwati, MSi., Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

3.

Juwito, S. Sos., MSi., Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa
Timur.

4.

Drs. Syaifuddin Zuhri, Msi, selaku dosen pembimbing yang telah
meluangkan waktu guna membantu, memberi masukan dan saran kepada

penulis dalam penyusunan skripsi ini.

i
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

5.

Semua dosen dan staff dosen Universitas Pembangunan Nasional ”Veteran”
Jawa Timur.

6.

Orang tuaku tercinta, yang telah memberikan bantuan baik materiil maupun
moril, serta do’a.

7.

Terima kasih buat kakak tercinta,dan saudara-saudara yang telah memberi
semangat selalu.


8.

Besertateman-temankampus,Chevy,agus,vani,ragil,rudi,simon,Gilan
,Nuke,Sony,ganda,dll yang telah membantu serta ,menyemangati selalu.

9.

khusunya buat TIM Futsal AKG 40..Thankzzz..

10. Serta teman-teman yang berada di rumah eko,dani,rizki,dll,,yang telah
memberi semangat juga.terima kasih.
11. Semua pihak yang telah banyak membantu yang tidak bisa penulis sebutkan
satu persatu, penulis ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran sangat penulis harapkan guna meningkatkan mutu dari
penulisan skripsi ini. Penulis juga berharap, penulisan skripsi ini dapat bermanfaat
dan menjadi acuan bagi peneliti lain yang tertarik untuk mendalaminya di masa
yang akan datang.


Surabaya, Juli 2013

Penulis

ii
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ................................................................................... i
DAFTAR ISI ................................................................................................. iii
DAFTAR GAMBAR .................................................................................... v
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ vi
ABSTRAK .................................................................................................... vii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah ............................................................ 1
1.2. Rumusan Masalah ..................................................................... 8
1.3. Tujuan Penelitian ....................................................................... 8
1.4. Manfaat Penelitian ..................................................................... 8
BAB II KAJ IAN PUSTAKA

2.1. Penelitian Terdahulu ................................................................. 9
2.2. Landasan Teori ......................................................................... 10
2.2.1. Komunikasi ................................................................... 10
2.2.2. Fungsi Komunikasi ....................................................... 12
2.2.3. Proses Komunikasi ........................................................ 13
2.2.4. Tujuan Komunikasi ....................................................... 14
2.2.5. Unsur-Unsur Komunikasi ............................................... 14
2.2.6. Teori Atribusi ................................................................ 16
2.2.7. Komunikasi Interpersonal .............................................. 17
2.2.8. Pola Komunikasi .......................................................... 18
2.2.9. Bentuk Pola Komunikasi Orang Tua dan Anak .............. 19
2.2.10. Remaja .......................................................................... 20

iii
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

2.2.11. Kenakalan Remaja ............................................................ 23
2.2.12. Bentuk dan Aspek Kenakalan Remaja ........................... 24
2.2.13. Balapan Liar .................................................................. 29

2.2.14. Karketiristik Remaja Nakal ........................................... 30
2.2.15. Orang Tua ..................................................................... 30
2.3. Kerangka Berpikir .................................................................... 30
BAB III METODE PENELITIAN
3.1. Metode Penelitian ..................................................................... 32
3.2. Subjek Atau Key Informan Penelitian ....................................... 33
3.3. Jenis dan Sumber Data .............................................................. 35
3.4. Teknik Pengumpulan Data ........................................................ 36
3.5. Teknik Analisis Data ................................................................ 37
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Umum Objek Penelitian ........................................... 39
4.2. Penyajian Data dan Analisis Data .............................................. 41
4.2.1. Identitas Responden ......................................................... 41
4.2.2. Analisis Data ................................................................... 44
4.3. Pembahasan ............................................................................... 86
BAB V HASIL KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan ............................................................................... 91
5.2. Saran ......................................................................................... 92
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 94


iv
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1.

Kerangka Berpikir .................................................................. 31

v
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1

Panduan Wawancara ........................................................... 97

Lampiran 2

Hasil Wawancara ................................................................. 101

Lampiran 3

Dokumentasi .......................................................................

vi
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

120

ABSTRAKS

Angga Setyo Hadr ianto, 0943010177 Pola Komunikasi Orang Tua Dengan
Anak Pada Kasus Balapan Liar (Studi Deskriptif Pola Komunikasi Orang
Tua Yang Bekerja Dengan Anak Pada Kasus Balapan Liar Di Surabaya)
Konflik yang terjadi berkaitan dengan remaja yang masih labil dan sangat
kritis menanggapi hal yang terjadi disekitar dimana juga terjadi perubahan baik
pada fisik, psikis maupun sosial yang menimbulkan masa kritis yang ditandai
dengan kecenderungan munculnya perilaku menyimpang Tujuan dari penelitian
ini adalah untuk mengetahui pola komunikasi orang tua yang bekerja dengan anak
pada kasus balapan liar di Surabaya. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif
Informan dalam penelitian ini adalah keluarga yang memiliki anak remaja berusia
18-21 tahun yang melakukan balapan liar. Metode analisis data dalam penelitian
ini menggunakan depth interview. Dari hasil pengujian didapatkan hasil pola
komunikasi yang diterapkan oleh keluarga Bapak Rio adalah pola komunikasi
otoriter, pola komunikasi yang diterapkan oleh keluarga Ibu Titik adalah pola
komunikasi Permisive dan pola komunikasi yang diterapkan oleh keluarga Ibu
Tika adalah pola komunikasi permissive
Keyword : Pola Komunikasi, Balapan Liar, Remaja

ABSTRACT

Angga Setyo Hadr ianto, 0943010177 Communication patterns Parents
With Children In Illegal Racing Case (Descriptive Study of Parental
Communication Patterns That Work With Children In Case Racing Illegal
In Surabaya)
Conflicts related to teens who are still unstable and highly critical response
to things that happen around where also there is a change either in the physical,
psychological and social cause critical period marked by the emerging trend of
deviant behavior. The purpose of this study was to determine the communication
patterns of parents who work with children in the cases of wild races in Surabaya.
This study used qualitative methods Informants in this study is a family that has
older children aged 18-21 years who do illegal races. Methods of data analysis in
this study uses depth interviews. From the test results showed that communication
patterns applied by Mr. Rio is family communication patterns of authoritarian,
communication patterns imposed by the family of Mrs. Permisive point is the
communication pattern and communication pattern adopted by Mrs. Tika is family
communication patterns permissive
Keyword : Communication patterns, Adolescent, Ilegal Racing

vii
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

BAB I
PENDAHULUAN

1.1.

Latar Belakang Masalah
Pada dasarnya seseorang dalam kehidupan sehari-hari akan melakukan
interaksi dengan orang lain sebagai konsekuensi keberadaannya sebagai
manusia yang hidup dalam lingkungan sosial. Interaksi yang dilakukannya itu
membutuhkan media atau sarana sebagai alat yang dapat membantu
memperdalam interaksinya. Sarana yang biasa dan paling mudah dilakukan
adalah komunikasi, karena dengan komunikasi interaksi dapat berjalan dengan
lancar. Hal ini dapat dipahami karena pihak-pihak yang terlibat dalam
komunikasi dapat mengungkapkan harapan, ide, gagasan, dan keinginan
masing-masing melalui komunikasi.
Demikian pula yang terjadi dalam diri remaja. Kehadiran orang lain
dalam rangka mengembangkan kepribadiannya sangat dibutuhkan oleh
remaja. Kehadiran orang lain bukan semata-mata sebagai teman berdialog
saja, tetapi lebih jauh dari pada itu orang lain tersebut dapat memberikan
saran, pendapat, masukan, nasihat kepada para remaja ketika mereka sedang
menghadapi masalah atau persolaan. Disinilah pengembangan efektivitas
pribadi remaja dapat dibentuk melalui adanya komunikasi yang mendalam
(Mustika, 2009:25).

1

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

2

Komunikasi merupakan suatu kegiatan yang tak dapat dihindari dari
kehidupan kita sehari hari. komunikasi merupakan hal yang penting dalam
berbagai pola komunikasi manusia sebagai mukluk sosial,Yang artinya dalam
hidup saling berdampingan satu sama lainnya dan saling membutuhkan.
Menurut Djamarah (2004:56) Pola komunikasi adalah proses komunikasi
yang memperlihatkan kaitan antara komponen komunikasi dengan komponen
komunikasi lainnya. Dari pengertian diatas maka suatu pola komunikasi
mengaitkan dua komponen yaitu gambaran atau rencana yang meliputi
langkah-langkah pada suatu aktivitas, dengan komponen-komponen yang
merupakan bagian penting atas terjadinya antara organisasi, ataupun juga
pada manusia (Djamarah, 2004:1).
Dalam lingkungan keluarga komunikasi merupakan suatu hal penting
dimana komunikasi berfungsi sebagai media penjebatan dalam hubungan
antara keluarga. komunikasi berasal dari bahasa latin (communication)dan
perkataan ini bersumber dari comunis yang artinya sama makna yang
mengenai suatu hal (effendi:2002:3).
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala
keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan bertempat tinggal di suatu
tempat dibawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan. Anggota
rumah tangga yang saling berhubungan melalui pertalian darah. Keluarga
merupakan sekelompok manusia yang tinggal dalam suatu rumah tangga
dalam kedekatan dan konsisten hubungan yang erat (Yusuf, 2004:56).

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

3

Dalam lingkungan keluarga komunikasi merupakan hal yang sangat
penting, karena dalam keluarga anak-anak mulai menerima pendidikan yang
pertama dan paling utama. Pendidikan yang diterima oleh anak mulai dari
pendidikan agama, cara bergaul, dan hubungan interkasi dengan lingkungan.
Keluarga merupakan lingkungan social yang pertama bagi anak. Percakapan
dalam hubungan keluarga bukan hanya sekedar pertukaran informasi. Melalui
pembicaraan anak maupun orang tua dapat menyatakan perasaan hati,
memperjelas pikiran, menyampaikan ide dan juga berhubungan dengan orang
lain. Ini merupakan cara yang menyenangkan untuk melakukan waktu belajar
mengenal satu sama lain melepaskan ketergantungan serta menyampaikan
pendapat (Yusuf, 2004:56).
Peran

orangtua

sangatlah

besar

dalam

proses

pembentukan

kemandirian seorang anak. Orangtua diharapkan bisa memberikan kesempatan
pada anak agar dapat mengembangkan kemampuan yang dimilikinya, belajar
mengambil inisiatif, mengambil keputusan mengenai apa yang ingin
dilakukan dan belajar mempertanggungjawabkan segala perbuatannya.
Dengan demikian anak akan dapat mengalami perubahan dari keadaan yang
sepenuhnya tergantung pada orang tua menjadi mandiri. Untuk membentuk
anak anak yang mandiri, orang tua perlu memberi kesempatan pada anak
untuk mencoba sesuatu. Orang tua perlu memberikan kesempatan pada anak
untuk terus berlatih. Di samping memberi kesempatan untuk mencoba, anak

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

4

juga harus diberikan kesempatan untuk memilih dan Untuk itu diperlukan
sebuah komunikasi yang efektif (Fitrianto, 2012).
Komunikasi yang efektif dapat menimbulkan pengertian, kesenangan,
pengaruh pada sikap (Effendy, 2003:8), hubungan yang makin baik, dan
tindakan, sehingga setiap nasehat yang dilontarkan orang tua kepada anak
tersebut dianggap angin lalu.
Melalui komunikasi yang efektif baik secara verbal maupun non
verbal orang tua harus memberikan pendidikan berupa pengarahan dan
bimbingan serta pengarahan yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan,
norma, agama, dan tata krama yang dapat menentukan perkembangan anak
(Gunarsa, 2002:75).
Konflik yang terjadi berkaitan dengan remaja yang masih labil dan
sangat kritis menanggapi hal yang terjadi disekitar dimana juga terjadi
perubahan baik pada fisik, psikis maupun sosial yang menimbulkan masa
kritis yang ditandai dengan kecenderungan munculnya perilaku menyimpang,
dalam perspektif menyimpang masalah sosial terjadi karena terdapat salah
satu perilaku menyimpang adalah kenakalan remaja. Salah satu kenakalan
remaja adalah penggunaan narkoba. Narkotika, psikotropika dan zat adiktif
lainnya (narkoba) merupaka extra ocdinary crime (kejahatan luar biasa). Saat
ini di Indonesia ada 3 kejahatan besar yang membutuhkan perhatian intensif,
di antaranya adalah Penyalahgunaan Naroba, Korupsi dan Terorisme.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

5

Keseluruhan proses tersebut sangat tergantung dari penerapan pola
komunikasi dalam keluarga. Pola komunikasi tercermin dari cara orang tua
membangun komunikasi dengan anak. Dalam bukunya Raising a Responsible
Child, Elizabeth Ellis (Shapiro, 1997:39) menyatakan bahwa para peneliti
yang mempelajari reaksi orang tua terhadap anak-anaknya menemukan ada
tiga gaya atau cara orang tua menjalankan perannya, yaitu gaya otoriter,
permisif, dan otoritatif.
Penerapan pola komunikasi tergantung pada situasi, baik kondisi
internal psikologis orang tua, juga disesuaikan dengan konteks dan
karakteristik anak. Dalam hal ini orang tua dapat berperan sebagai sosok yang
bisa dipercaya dan penasehat bagi anaknya dalam area yang penting tidak
hanya dengan memberikan informasi factual dan bernilai, tetapi juga dengan
membantu anak mengembangkan kepercayaan untuk menjalankan perilaku
yang efektif. Orang tua juga selalu bersedia untuk berbincang mengenai
perilaku seksual, pekerjaan, tujuan karier, hubungan, dan apa pun juga yang
ingin dibicarakan anak kepada orang tua (http://lib.umpo.ac.id/index.php
/baca/konten/145/penerapan-pola-komunikasi-demokratis-terhadapperkembangan-kepribadian-anak-oleh--eli-purwati-ssos--kaprodi-ilmukomunikasi-universitas-muhammadiyah-ponorogo-).
Adu balap liar, merupakan fenomena sosial kaum muda di Ibu Kota
yang perlu mendapat perhatian khusus. Bukan lantaran kreativitas yang dibuat
para remaja ini, melainkan fakta di lapangan yang menunjukan, adu cepat

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

6

motor

rakitan

itu

justru

kerap

mengudang

pelanggaran

hukum

(http://megapolitan.kompas.com/read/2013/03/20/08223952/twitter.com).
Di Surabaya saat ini marak terjadi balapan liar, buktinya sampai saat
ini di beberapa titik seperti depan loop gerbang Unesa Lidah, MERR II C,
depan PTC kawasan Masjid Al Akbar, Frontage Road Korem, Jl. Demak,
Ngesong, By Pass Juanda depan hotel utami dan By Pass Krian masih
dijadikan lahan empuk mengais rezeki haram. Adu pacu motor liar yang kerap
kali digandrungi remaja bila ditelisik lebih jauh rupanya tak luput dijadikan
praktek ajang judi Rp 1juta hingga Rp 20 juta, bahkan bisa lebih, dalam
prakteknya, bila judi diatas Rp 10 juta mereka selalu menggunakan By Pass
Juanda serta By Pass Krian namun bila dibawah Rp 10 juta cukup dengan
wilayah yang lain seperti Jl. Demak, Ngesong (http://www.newsfokus.com/
?p=1568).
Balapan liar merupakan suatu tindakan yang melanggar hukum karena
sudah diatur dalam undang-undang yaitu undang-undang yakni Undangundang (UU) No.22/2009 pasal 197. Pasal itu berbunyi setiap orang yang
mengemudikan kendaraan bermotor berbalapan di jalan sebagaimana diatur
dalam pasal 115 ayat b dipidana kurungan paling lama satu tahun atau denda
paling banyak Rp3.000.000
Banyak penyebab yang menyebabkan balapan liar di Surabaya seperti
halnya kurangnya kasih sayang orang tua, kurangnya pengawasan dari orang
tua. - pergaulan dengan teman yang tidak sebaya. peran dari perkembangan

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

7

iptek yang berdampak negatif. tidak adanya bimbingan kepribadian dari
sekolah. dasar-dasar agama yang kurang, tidak adanya media penyalur bakat
dan

hobinya,

kebebasan

yang

berlebihan,masalah

yang

dipendam

(http://www.wikimu.com/news/displaynews.aspx?id=12915) .
Selain itu permasalahan balapan liar di Surabaya tersebut nampaknya
disebabkan kurangnya empati antara orang tua dan remaja, hal ini yang
kemudian menimbulkan jarak antara remaja dan orang tua, orang tua dianggap
kurang mampu memahami jiwa remaja sedangkan remaja dianggap oleh
orang tua kurang mengerti keadaan orang tua. Hal ini sebenarnya dapat diatasi
dengan menciptakan komunikasi yang efektif antara remaja dan orang tua.
Komunikasi disini bukan sekedar menyangkut kuantitas dari komunikasi yang
dilakukan remaja dan orang tua namun lebih dititikberatkan pada pemahaman
yang dilandasi sikap keterbukaan, empati dan kepositifan. Orang tua
diharapkan dapat mengikuti perkembangan anaknya dan anak mengerti apa
yang diinginkan orang tua (Wiendejarti, 2011:45)
Penelitian ini dilakukan di Surabaya karena sebagai kota metropolitan
persoalan balapan liar terus jadi perhatian Pemkot Surabaya. Seperti pada
awal 2013 lalu, Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini bersama Hotline
Pendidikan Surabaya melakukan roadshow ke sekolah-sekolah. Tujuannya
memberikan pemahaman tentang dampak balapan liar.
Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka judul yang diambil
dalam penelitian ini adalah “Pola Komunikasi Orang Tua Yang Bekerja

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

8

Dengan Anak Pada Kasus Balapan Liar (Studi Deskriptif Pola Komunikasi
Orang Tua Dengan Anak Pada Kasus Balapan Liar di Surabaya)”
1.2.

Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah “Bagaimana pola komunikasi orang tua yang bekerja
dengan anak pada kasus balapan liar di Surabaya”

1.3.

Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas maka tujuan penelitian yang
ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui pola komunikasi
orang tua yang bekerja dengan anak pada kasus balapan liar di Surabaya

1.4.

Manfaat Penelitian
Dari hasil penelitian peneliti berharap agar penelitian ini dapat menjadi

bahan informasi atau masukan yang bermanfaat antara lain :
1. Kegunaan Pr aktis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi pihak keluarga
agar dapat menemukan poa komunikasi yang baik dalam berkomunikasi
dalam sebuah keluarga.
2. Kegunaan Teor itis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan
khususnya komunikasi pola komunikasi dan penelitian ini dapat menjadi
acuan bagi peneliti selanjutnya yang berkaitan dengan pola komunikasi.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

BAB II
TINJ AUAN PUSTAKA

2.1. Penelitian Terdahulu
Penelitian sebelumnya dilakukan oleh Setyowati (2005) dengan judul
Pola Komunikasi Keluarga dan Perkembangan Emosi Anak (Studi Kasus
Penerapan

Pola

Komunikasi

Keluarga

dan

Pengaruhnya

Terhadap

Perkembangan Emosi Anak Pada Keluarga Jawa), tujuan yang ingin dicapai
dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui dan mengkaji secara mendalam
tentang penerapan pola komunikasi yang dilakukan oleh keluarga Jawa
dalam kehidupan mereka sehari-hari, termasuk usaha orang tua dalam
menanamkan nilai-nilai budaya yang mendukung perkembangan emosi anak,
serta alasan-alasan atas pemilihan pola komunikasi yang diterapkan. Hasil
yang didapatkan adalah Penerapan pola komunikasi keluarga sebagai bentuk
interaksi antara orang tua dengan anak maupun antaranggota keluarga
memiliki implikasi terhadap proses perkembangan emosi anak. Dalam proses
komunikasi tersebut, anak akan belajar mengenal dirinya maupun orang lain,
serta memahami perasaannya sendiri maupun orang lain
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh
Setyowati (2005) adalah pola komunikasi yang dilakukan pada penelitian ini
hanya pada anak dan orang tua sedangkan pada penelitian sebelumnya pola
komunikasi dalam keluarga.
Penelitian lain dilakukan oleh Retnowati (2005) dengan judul pola
komunikasi orang tua tunggal dalam membentuk kemandirian anak (kasus di

9
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

10

kota Yogyakarta), tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah
mengkaji pola komunikasi orang tua tunggal dalam membentuk kemandirian
anak. Hasil yang didapat dalam penelitian ini adalah secara umum pola
komunikasi interaksi dan transaksi lebih berperan dominan dalam
membentuk kemandirian anak melalui penanaman kesadaran untuk mandiri.
Pola komunikasi linier juga bias membentuk kemandirian anak melalui efek
komunikasi berupa ketundukan sedangkan pola komunikasi interaki dan
transaksi melalui efek internalisasi
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh
Retnowati (2005) adalah objek penelitian dimana sebelumnya menggunakan
permasalahan kemandirian anak dan pada penelitian ini menggunakan
balapan liar.
Penelitian ini berjudul Pola Komunikasi Orang Tua Dengan Anak
Pada Kasus Balapan Liar (Studi Deskriptif Pola Komunikasi Orang Tua
Dengan Anak Pada Kasus Balapan Liar di Surabaya). Tujuan yang ingin
dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui pola komunikasi orang
tua dan anak pada kasus balapan liar di Surabaya dan metode penelitian
menggunakan metode kualitatif dengan teknik analisis wawancara.
2.2. Landasan Teori
2.2.1. Komunikasi
Secara Etimologis atau menurut asal katanya, istilah komunikasi
berasal dari bahasa latin communicaty ,dan perkataan ini berasal dari kata
communis, perkataan communis tersebut dalam pembahasan kita ini sama
sekali tidak ada kaitannya dengan partai komunis yang sering dijumpai

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

11

dalam kegiatan politik. Arti communis disini adalah sama, dan arti sama
makna, yaitu sama makna mengenai suatu hal. (Effendy, 2004:4).
Schramm seperti dikutip oleh Suprapto (2006:24), menjelaskan
bahwa komunikasi berasal dari kata-kata (bahasa) Latin communis yang
berarti umum (common) atau bersama. Apabila kita berkomunikasi,
sebenarnya kita sedang berusaha menumbuhkan suatu kebersamaan
(commonnes) dengan seseorang. Yaitu kita berusaha berbagai informasi,
ide atau sikap. Seperti dalam uraian ini, misalnya saya sedang berusaha
berkomunikasi dengan para pembaca untuk menyampaikan ide bahwa
hakikat sebuah komunikasi sebenarnya adalah usaha membuat penerima
atau pemberi komunikasi memiliki pengertian (pemahaman) yang sama
terhadap pesan tertentu (Suprapto, 2006:2-3).
Dari uraian tersebut, definisi komunikasi menurut Schramm
tampak lebih cenderung mengarah pada sejauh mana keefektifan proses
berbagi antar pelaku komunikasi. Schramm melihat sebuah komunikasi
yang efektif adalah komunikasi yang berhasil melahirkan kebersamaan
(commonness), kesepahaman antara sumber (source) dengan penerima
(audience)-nya. Menurutnya, sebuah komunikasi akan benar-benar efektif
apabila audience menerima pesan, pengertian dan lain-lain persis sama
seperti apa yang dikehendaki oleh penyampai.
Jadi teknik berkomunikasi yang menjadi pokok permasalahan
dalam pembahasan ini adalah komunikasi antara seseorang dengan orang
lain, komunikasi manusia atau komunikasi sosial yang sebagaimana

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

12

ditegaskan di atas , mengandung makna “proses penyampaian suatu
pernyataan dari seseorang kepada orang lain”. (Effendy, 2004:4)
Dalam pengertian paradigmatis, komunikasi mengandung tujuan
tertentu, ada yang dilakukan secara lisan, secara tatap muka, atau melalui
media baik media massa seperti surat kabar, radio, televisi atau film
maupun non media massa misalnya surat, telepon, papan pengumuman,
poster, spanduk, dan sebagainya. Jadi komunikasi dalam pengertian
paradigmatis bersifat internasional, mengandung tujuan karena itu harus
dilakukan dengan perencanaan. Sejauh mana kadar perencanaan itu,
bergantung kepada pesan yang akan dikomunikasikan dan pada
komunikan yang menjadi sasaran (Effendy, 2004:4).
2.2.2. Fungsi Komunikasi
Fungsi

komunikasi

sebagai

komunikasi

sosial

setidaknya

mengisyaratkan bahwa komunikasi itu penting untuk membangun konsep
diri kita, aktualisasi diri, untuk kelangsungan hidup, untuk memperolah
kebahagiaan, terhindar dari tekanan dan ketegangan, antara lain lewat
komunikasi yang bersifat menghibur, dan memupuk hubungan dengan
orang lain. Melalui komunikasi kita berkerjasama dengan anggota
masyarakat (keluarga, kelompok belajar, perguruan tinggi, RT, RW, desa,
kota dan negara secara keseluruhan) untuk mencapai tujuan bersama.
Orang yang tidak pernah berkomunikasi dengan manusia, bisa
diartikan akan “tersesat”, karena ia tidak berkesempatan menata dirinya
dalam suatu lingkungan sosial (Mulyana, 2001:5). Komunikasilah yang
memungkinkan individu membangun suatu kerangka rujukan dan
menggunakannya sebagai panduan untuk menafsirkan situasi apapun yang

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

13

ia hadapi. Komunikasi pula yang memungkinkannya mempelajari dan
menerapkan strategi-strategi adaptif untuk mengatasi situasi-situasi
problematik yang ia masuki. Tanpa melibatkan diri dalam komunikasi,
seseorang tidak akan tahu bagaimana makan, minum, berbicara sebagai
manusia dan memperlakukan manusia lain secara beradab, karena caracara berperilaku tersebut harus dipelajari lewat pengasuhan keluarga dan
pergaulan dengan orang lain yang intinya adalah komunikasi.
2.2.3. Proses Komunikasi
Menurut Effendy (2003: 33), proses komunikasi terbagi menjadi
dua tahap, antara lain:
1. Proses komunikasi secara primer
Proses komunikasi secara primer adalah proses penyampaian pikiran
oleh dan atau perasaan seseorang kepada orang lain dengan menggunakan
suatu lambing (symbol) sebagai media. Lambang sebagai media primer
dalam proses komunikasi adalah bahasa, syarat, gambar, warna, dan lain
sebagainya yang secara langsung mampu menerjemahkan pikiran dan
perasaan komunikator kepada komunikan
2. Proses komunikasi secara sekunder
Proses komunikasi secara sekunder adalah proses penyampaian pesan
oleh seseorang kepada orang lain dengan menggunakan alat atau sarana
media kedua (surat, telepon, teleks, surat kabar, majalah, radio, TV, film,
dan lain-lain) setelah memakai lambang sebagai media pertama proses
komunikasi sekunder ini merupakan sambungan proses komunikasi primer
untuk menembus ruang dan waktu, maka dalam menata lambang-lambang

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

14

untuk memformulasikan isi pesan komunikasi, komunikator harus
mempertimbangkan sifat-sifat media yang akan digunakan.
2.2.4. Tujuan Komunikasi
Kegiatan komunikasi yang manusia lakukan sehari-hari tentu
memiliki suatu tujuan tertentu yang berbeda-beda yang nantinya
diharapkan dapat tercipta saling pengertian. Berikut tujuan komunikasi
menurut Effendy (2003 : 11):
1. Perubahan sikap (Attitude change)
2. Perubahan pendapat (Opinion change)
3. Perubahan prilaku (Behavior change)
4. Perubahan sosial (Sosial change)
Dari empat poin yang dikemukakan oleh Effendi (2003 :12), dapat
disimpulkan bahwa komunikasi bertujuan untuk merubah sikap, pendapat,
perilaku, dan pada perubahan sosial masyarakat. Sedangkan fungsi dari
komunikasi adalah sebagai penyampai informasi yang utama, mendidik,
menghibur dan yang terakhir mempengaruhi orang lain dalam bersikap
dan bertindak.
2.2.5. Unsur-Unsur Komunikasi
Effendy (2003:10) menyatakan bahwa unsur-unsur yang terdapat
dalam proses komunikasi adalah sebagai berikut:
- Komunikator (communicator, source, sender)
- Pesan (message)
- Media (channel, media)

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

15

- Komunikan (communicant, communicate, receiver, recipient)
- Efek (effect, impact, influence)
Cangara (2006:45) juga menyebutkan unsur-unsur dari komunikasi
yaitu sebagai berikut :
1. Sumber (komunikator), semua peristiwa komunikasi akan melibatkan
sumber sebagai pembuat atau pengirim informasi. Sumber sering
disebut pengirim, komunikator atau disebut source, sender atau
encoder.
2. Pesan, adalah sesuatu yang disampaikan pengirim kepada penerima.
Pesan dapat disampaikan dengan cara tatap muka atau melalui media
komunikasi.
3. Media, adalah alat yang digunakan untuk memindahkan pesan dari
sumber kepada penerima.
4. Penerima, adalah pihak yang menjadi sasaran pesan yang dikirim oleh
sumber. Penerima adalah elemen penting dalam proses komunikasi,
karena dialah yang menjadi sasaran dari komunikasi.
5. Pengaruh atau efek, adalah perbedaan antara apa yang dipikirkan,
dirasakan dan dilakukan oleh penerima sebelum dan sesudah menerima
pesan. Pengaruh ini bisa terjadi pada pengetahuan, sikap dan tingkah
laku seseorang.
6. Tanggapan balik
7. Lingkungan

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

16

2.2.6. Teori Atribusi
Atribusi Teori atribusi adalah proses dengan mana kita mencoba
memahamiperilaku orang lain selain juga perilaku kita sendiri. Kita
menilai dan memahami alasan atau motivasi perilaku – perilaku
(Devito, 2005: 85).Teori ini diperkenalkan oleh Heider pada tahun 1985
melalui bukunya yang berjudul The Psychologi Interpersonal Relation.
Heider mengemukakan, jika anda melihat perilaku orang lain, maka anda
juga harus melihat sebab tindakan seseorang. Dengan demikian anda
sebagai pihak yang memulai komunikasi harus mempunai kemampuan
untuk memprediksi perilaku yang tampak di depan anda. Heider
mengungkapkan ada dua jenis atribusi, yaitu atribusi kausalitas dan
atribusi kejujuran (Liliweri, 1997 : 52).Contoh, jika anda mengamati
perilaku seseorang pertama – tama anda harus bisa menentukan dahulu apa
yang menyebabkan perilaku ituterjadi, apakah faktor situasional atau
personal. Dalam teori atribusilazim disebut kualitas eksternal dan kualitas
internal. Intinya hanya mempertanyakan perilaku orang lain tersebut
dipengaruhi oleh factor situasional atau faktor – faktor personal. Itulah
“atribusi kausalitas”.
Perilaku internal disebabkan oleh kepribadian atau kemampuan
seseorang, sedangkan periaku eksternal disebabkan oleh faktor situasi
tertentu.Kedua yaitu atribusi kejujuran mengemukakan, ketika seorang
memperlihatkan atribusi kejujuran maka ada dua hal yang harus diamati
;(1) sejauh mana pernyataan orang itu menyimpang dari pendapat

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

17

umum,dan (2) sejauh mana orang itu memperoleh keuntungan dari anda
akbat pernyataan anda. Makin besar antara jarak pendapat pribadi dengan
pendapat

umum

maka

kita

makin

percaya

bahwa

dia

jujur

(Devito, 2005 :86).
2.2.7. Komunikasi Interper sonal
Pada hakikatnya komunikasi interpersonal adalah komunikasi
antara komunikator dengan komunikan. Komunikasi ini paling efektif
mengubah

sikap,

pendapat,

atau

perilaku

seseorang.”

(Wiryanto, 2005: 36). Deddy Mulyana (2005) menyatakan: “komunikasi
interpersonal (interpersonal communication) adalah komunikasi antara
orang-orang secara tatap muka, yang memungkinkan setiap pesertanya
menangkap reaksi orang lain secara langsung, baik secara verbal ataupun
nonverbal.” (Mulyana, 2005:73).
DeVito (2005:75) menyatakan: “interpersonal communication is
defined as communication that takes place between two persons who have
a clearly established relationship; the people are

in some way

connected.”(DeVito, 2005:11). Menurut DeVito komunikasi interpersonal
adalah komunikasi yang terjadi diantara dua orang yang telah memiliki
hubungan yang jelas, yang terhubungkan dengan beberapa cara. Jadi
komunikasi interpersonal misalnya komunikasi yang terjadi antara ibu
dengan anak, dokter dengan pasen, dua orang dalam suatu wawancara,
dsb.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

18

Muhammad (2009:45) menyatakan bahwa komunikasi antar
budaya merupakan proses pertukaran informasi diantara seseorang dengan
paling kurang seorang lainnya atau biasanya diantara dua orang lainnya
yang langsung dapat diketahui balikannya. Dengan demikian, dari
beberapa pendapat komunikasi interpersonal tersebut dapat diketahui
bahwa karakteristik komunikasi interpersonal adalah terjadi diantara dua
orang yang memiliki hubungan yang jelas, berlangsung
2.2.8. Pola Komunikasi
Pola komunikasi menurut Syaiful Bahri Djamarah mengatakan bahwa
pola komunikasi dapat dipahami sebagai pola hubungan antara dua orang
atau lebih dalam pengiriman dan penerimaan pesan dengan cara yang tepat
sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami (Djamarah, 2004:1).
Dimensi pola komunikasi terdiri dari dua macam, yaitu pola yang
berorientasi pada konsep dan pola yang berorientasi pada sosial yang
mempunyai arah hubungan yang berlainan (Soenarto, 2006:1). Tubbs dan
Moss mengatakan bahwa pola komunikasi atau hubungan itu
diciptakan

oleh

komplementaris

atau

simetri.

Dalam

dapat

hubungan

komplementer, satu bentuk perilaku akan diikuti oleh lawannya. Contohnya
perilaku dominan dari satu partisipan mendatangkan perilaku tunduk dan
lainnya. Dalam simetri, tingkatan sejauh mana orang berinteraksi atas dasar
kesamaan.
Dominasi bertemu dengan dominasi, atau kepatuhan dengan
kepatuhan (Tubbs dan Moss, 2001:26). Disini kita mulai melibatkan

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

19

bagaimana proses interaksi menciptakan struktur system. Bagaimana orang
merespon satu sama lain menentukan jenis hubungan yang mereka miliki.
Dari pengertian diatas maka suatu pola komunikasi adalah bentuk atau pola
hubungan antara dua orang atau lebih dalam proses pengiriman dan
penerimaan pesan yang mengaitkan dua komponen, yaitu gambaran atau
rencana yang meliputi langkah-langkah pada suatu aktifitas, dengan
komponen-komponen yang merupakan bagian penting atas terjadinya
hubungan komunikasi antar manusia atau kelompok dan organisasi.
2.2.9. Bentuk Pola Komunikasi Orang Tua dan Anak
Menurut (Yusuf, 2001:51) Pola komunikasi yang digunakan dalam
penelitian ini adalah Authoritarian (otoriter), Permissive (cenderung
berperilaku bebas), Authoritative (demokratis) yakni sebagai berikut :
1. Pola komunikasi Authoritarian (otoriter)
a.

Acceptence atau penerimaannya rendah tidak mendengarkan atau tidak
memperdulikan pendapat atau aspirasi dari anak.

b.

Kontrol terhadap hubungannya tinggi, anak harus mendengarkan dan
mematuhi kehendak orang tuanya secara absolut.

c.

Bersikap mengkomando,memerintah anak untuk melakukan sesuatu
tanpa penjelasan dan kompromi.

d.

Cenderung emosional, perilaku di dalam menghukum secara fisik.

2. Pola komunikasi Permissive (cenderung berperilaku bebas)
a. Acceptence atau penerimaannya tinggi adalah memberikan kebebasan
penuh terhadap anak untuk menyatakan dorongan serta keinginannya

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

20

b. Kontrol terhadap hubungannya rendah yakni mau mendengarkan
pernyataan

yang

diungkapkan

anak

akan

tetapi

orang

tua

membebaskan anak dalam mengambil segala keputusan.
c. Tidak memiliki perhatian dalam hubungan operasionalnya yakni
membiarkan apapun yang terjadi pada anak, jika anak berbuat baik
tidak memberikan reward sedangkan jika anak berbuat tidak
memberikan hukuman atau teguran.
3. Pola Komunikasi Authoritative (demokratis)
a. Acceptance

atau

penerimaannya

tingggi

namun

control

terhadaphubungannya juga tinggi yakni adalah orang tua memberikan
kesempatan kepada anaknya untuk memberikan pendapat dan koreksi
terhadap kehendaknya sehingga komunikasi dua arah lebih fleksibel.
b. Responsif terhadap kebutuhan anak yakni dengan memperhatikan
segala permasalahan dan keluhan- keluhan yang disampaikan oleh
anak serta mendiskusikan untuk mencari pemecahannya.
c. Memberikan pengertian yakni dengan memberikan penjelasan tentang
dampak perbuatan yang baik dan buruk sehingga anak dapat
membedakan serta mampu mengambil keputusan sendiri sesuai
dengan apa yang diharapkan oleh orang tua
2.2.10. Remaja
Istilah remaja atau Adolescence

berasal dari kata latin yaitu

Adolescere yang berarti perkembangan menjadi dewasa, Hurlock
(2005:45) mengemukakan bahwa

Adolescence

mempunyai arti yang

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

21

lebih luas yaitu mencakup kematangan emosional, mental, sosial dan fisik.
Masa remaja disebut pula sebagai masa penghubung atau masa peralihan
antara masa kanak-kanak dengan masa dewasa. Dalam periode ini terjadi
perubahan-perubahan yang besar mengenai kematangan dan fungsi–fungsi
rokhaniah dan jasmaniah terutama fungsi seksual. Remaja mulai meyakini
kemauan, potensi dan cita-cita sendiri, dengan kesadaran tersebut mereka
berusaha menemukan jalan hidupnya dan mulai mencari nilai-nilai
tertentu, seperti kebaikan, keluhuran, kebijaksanaan, keindahan dan
sebagainya.
Menurut World Health Organization ( WHO ), remaja adalah lakilaki dan perempuan berusia 10-19 tahun, dimana usia 12 tahun merupakan
batas usia pubertas pada umumnya yaitu ketika secara biologis sudah
mengalami kematangan seksual dan usia 20 tahun adalah usia ketika
mereka pada umumnya secara sosial dan pisikologis mampu mandiri
(Notoatmodjo, 2007:46).
Masa remaja atau adolescence diartikan sebagai perubahan emosi
dan perubahan sosial pada masa remaja (Nugraha,1997). Masa remaja
menggambarkan dampak perubahan fisik, dan pengalaman emosi yang
mendalam. Masa remaja adalah masa yang penuh dengan gejolak, masa
yang penuh dengan berbagai pengenalan dan petualangan akan hal-hal
yang baru termasuk pengalaman berinteraksi dengan lawan jenis sebagai
bekal

manusia

untuk

mengisi

kehidupan

mereka

kelak.

Papalia & Olds (2001:12) berpendapat bahwa masa remaja merupakan

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

22

masa

antara

kanak-kanak

dan

dewasa.

Anna

Freud

(dalam Hurlock,2005:42) berpendapat bahwa pada masa remaja terjadi
proses perkembangan meliputi perubahan-perubahan yang berhubungan
dengan perkembangan psikoseksual,dan juga terjadi perubahan dalam
hubungan dengan orang tua dan cita-cita mereka, dimana pembentukan
cita-cita merupakan proses pembentukan orientasi masa depan, masa
pubertas menurut Hurlock (2005:45) adalah masa yang dialami oleh
remaja usia 12,5 sampai dengan 14,5 tahun dengan kematangan rata-rata
13 tahun.
Masa remaja merupakan salah satu periode dari perkembangan
manusia. Masa ini merupakan masa perubahan atau peralihan dari masa
kanak-kanak ke masa dewasa yang meliputi perubahan biologik,
perubahan psikologik, dan perubahan sosial. Di sebagian besar masyarakat
dan budaya masa remaja pada umumnya dimulai pada usia 10-13 tahun
dan berakhir pada usia 18-22 tahun (Notoatdmojo, 2007:38)
Menurut Sarwono (2006:24) ada 3 tahap perkembangan remaja
dalam proses penyesuaian diri menuju dewasa :
a. Remaja Awal (Early Adolescence)
Seorang remaja pada tahap ini berusia 10-13 tahun masih terheran–
heran akan perubahan-perubahan yang terjadi pada tubuhnya sendiri
dan dorongan-dorongan yang menyertai perubahan-perubahan itu.
Mereka mengembangkan pikiran-pikiran baru, cepat tertarik pada lawan
jenis, dan mudah terangsang secara erotis. Dengan dipegang bahunya

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

23

saja oleh lawan jenis, ia sudah berfantasi erotik. Kepekaan yang
berlebih-lebihan ini ditambah dengan berkurangnya kendali terhadap
“ego”. Hal ini menyebabkan para remaja awal sulit dimengerti orang
dewasa.
b. Remaja Madya (Middle Adolescence)
Tahap ini berusia 14-17 tahun. Pada tahap ini remaja sangat
membutuhkan kawan-kawan. Ia senag kalau banyak teman yang
menyukainya. Ada kecenderungan “narastic”, yaitu mencintai diri
sendiri, dengan menyukai teman-teman yang mempunyai sifat-sifat
yang sama dengan dirinya. Selain itu, ia berada dalam kondisi
kebingungan karena ia tidak tahu harus memilih yang mana: peka
atautidak peduli, ramai-ramai atau sendiri, optimis atau pesimis, idealis
atau meterialis, dan sebagainya. Remaja pria harus membebaskan diri
dari Oedipoes Complex (perasaan cinta pada ibu sendiri pada masa
kanak-kanak) dengan mempererat hubungan dengan kawan-kawan dari
lawan jenis.
c. Remaja Akhir (Late Adolescence)
Tahap ini (18-21 tahun) adalah masa konsolidasi menuju periode
dewasa dan ditandai dengan pencapaian lima hal dibawah ini. 1) Minat
yang makin mantap terhadap fungsi-fungsi intelek. 2) Egonya mencari
kesempatan untuk bersatu dengan orang-orang lain dan dalam
pengalaman-pengalaman baru. 3) Terbentuk identitas seksual yang
tidak akan berubah lagi. 4) Egosentrisme (terlalu memusatkan perhatian

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

24

pada diri sendiri) diganti dengan keseimbangan antara kepentingan diri
sendiri dengan orang lain. 5) Tumbuh “dinding” yang memisahkan diri
pribadinya (private self) dan masyarakat umum (the public).
2.2.11. Kenakalan Remaja
Kenakalan remaja biasa disebut dengan istilah Juvenile berasal dari
bahasa Latin juvenilis, yang artinya anak-anak, anak muda, ciri
karakteristik pada masa muda, sifat-sifat khas pada periode remaja,
sedangkan delinquent berasal dari bahasa latin “delinquere” yang berarti
terabaikan, mengabaikan, yang kemudian diperluas artinya menjadi jahat,
nakal, anti sosial, kriminal, pelanggar aturan, pembuat ribut, pengacau
peneror, durjana dan lain sebagainya. Juvenile delinquency atau kenakalan
remaja adalah perilaku jahat atau kenakalan anak-anak muda, merupakan
gejala sakit (patologis) secara sosial pada anak-anak dan remaja yang
disebabkan oleh satu bentuk pengabaian sosial, sehingga mereka
mengembangkan bentuk perilaku yang menyimpang. Istilah kenakalan
remaja mengacu pada suatu rentang yang luas, dari tingkah laku yang
tidak dapat diterima sosial sampai pelanggaran status hingga tindak
kriminal.(Kartono, 2003).
2.2.12. Bentuk dan Aspek Kenakalan Remaja
Menurut Kartono (2003:45), bentuk-bentuk perilaku kenakalan
remaja dibagi menjadi empat, yaitu :

a. Kenakalan terisolir (Delinkuensi terisolir)

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

25

Kelompok ini merupakan jumlah terbesar dari remaja nakal. Pada
umumnya mereka tidak menderita kerusakan psikologis. Perbuatan nakal
mereka didorong oleh faktor-faktor berikut :
1) Keinginan meniru dan ingin konform dengan gangnya, jadi tidak ada
motivasi, kecemasan atau konflik batin yang tidak dapat diselesaikan.
2) Mereka kebanyakan berasal dari daerah kota yang transisional sifatnya
yang memiliki subkultur kriminal. Sejak kecil remaja melihat adanya
gang-gang kriminal, sampai kemudian dia ikut bergabung. Remaja
merasa diterima, mendapatkan kedudukan hebat, pengakuan dan
prestise tertentu.
3) Pada umumnya remaja berasal dari keluarga berantakan, tidak
harmonis, dan mengalami banyak frustasi. Sebagai jalan keluarnya,
remaja memuaskan semua kebutuhan dasarnya di tengah lingkungan
kriminal. Gang remaja nakal memberikan alternatif hidup yang
menyenangkan.
4) Remaja dibesarkan dalam keluarga tanpa atau sedikit

sekali

mendapatkan supervisi dan latihan kedisiplinan yang teratur, sebagai
akibatnya dia tidak sanggup menginternalisasikan norma hidup normal.
Ringkasnya, delinkuen terisolasi itu mereaksi terhadap tekanan dari
lingkungan sosial, mereka mencari panutan dan rasa aman dari
kelompok gangnya, namun pada usia dewasa, mayoritas remaja nakal
ini meninggalkan perilaku kriminalnya, paling sedikit 60

Dokumen yang terkait

POLA KOMUNIKASI ORANG TUA DENGAN ANAK PADA KASUS SEKS PRANIKAH (Studi Deskriptif Pola Komunikasi Orang Tua Dengan Anak Pada Kasus Seks Pranikah di Surabaya).

0 0 12

POLA KOMUNIKASI ORANG TUA DENGAN ANAK HIPERAKTIF (Studi DeskriptifKualitatif Pola Komunikasi Orang Tua Dengan Anak Hiperaktif di Surabaya).

0 0 95

POLA KOMUNIKASI ORANG TUA DENGAN ANAK PADA KASUS SEKS PRANIKAH (Studi Deskriptif Pola Komunikasi Orang Tua Dengan Anak Pada Kasus Seks Pranikah di Surabaya).

0 0 100

POLA KOMUNIKASI ORANG TUA DENGAN ANAK (Studi Deskriptif Kualitatif Pola Komunikasi Orang Tua dengan Anak yang Pengemis).

0 1 99

POLA KOMUNIKASI ORANG TUA DENGAN ANAK (Studi Deskriptif Kualitatif Pola Komunikasi Orang Tua dengan Anak yang Pengemis).

0 2 95

POLA KOMUNIKASI ANTARA ORANG TUA DENGAN ANAK AUTIS KOTA SURABAYA ( Studi Deskriptif Kualitatif Pola Komunikasi Antara Orang Tua dengan Anak Autis di Surabaya ).

0 1 76

POLA KOMUNIKASI ORANG TUA DENGAN ANAK PEROKOK AKTIF DI SURABAYA (Studi Deskriptif Kualitatif pada Pola Komunikasi Orang Tua dengan Anak Perokok Aktif di Surabaya).

13 35 84

POLA KOMUNIKASI ORANG TUA DENGAN ANAK PEROKOK AKTIF DI SURABAYA (Studi Deskriptif Kualitatif pada Pola Komunikasi Orang Tua dengan Anak Perokok Aktif di Surabaya)

0 0 21

POLA KOMUNIKASI ORANG TUA DENGAN ANAK PADA KASUS BALAPAN LIAR (Studi Deskriptif Pola Komunikasi Orang Tua Yang Bekerja Dengan Anak Pada Kasus Balapan Liar di Surabaya)

0 0 18

POLA KOMUNIKASI ORANG TUA DENGAN ANAK PADA KASUS SEKS PRANIKAH (Studi Deskriptif Pola Komunikasi Orang Tua Dengan Anak Pada Kasus Seks Pranikah di Surabaya)

0 0 18