POLA KOMUNIKASI ORANG TUA DENGAN ANAK PADA KASUS SEKS PRANIKAH (Studi Deskriptif Pola Komunikasi Orang Tua Dengan Anak Pada Kasus Seks Pranikah di Surabaya).

POLA KOMUNIKASI ORANG TUA DENGAN ANAK
PADA KASUS SEKS PRANIKAH
(Studi Deskriptif Pola Komunikasi Orang Tua Dengan Anak Pada Kasus
Seks Pranikah di Surabaya)

SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Per syaratan Memperoleh Gelar
Sarjana Ilmu Komunikasi Pada FISIP UPN ”Veteran”J awa Timur

Disusun Oleh :

Fanny Dwi Setyawan
0943010209

YAYASAN KESEJ AHTERAAN PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” J AWA TIMUR
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI
SURABAYA
2013


Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

POLA KOMUNIKASI ORANG TUA DENGAN ANAK PADA
KASUS SEKS PRANIKAH
(Studi Deskriptif Pola Komunikasi Orang Tua Dengan Anak Pada Kasus
Seks Pranikah di Surabaya)
Oleh
Fanny Dwi Setyawan
0943010209
Telah Dipertahankan Dihadapan dan Diterima oleh Tim Penguji Skripsi
Program Studi Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Univer sitas Pembangunan Nasional “Veteran” J awa Timur
Pada Tanggal 18 J uli 2013
Menyetujui
Pembimbing Utama

Tim Penguji
1. Ketua


Dr s. Saifuddin Zuhri, Msi
NPT. 370069400351

Dra. Sumardjijati, Msi
NIP. 196203231993092001
2. Sekretaris

Dr s. Saifuddin Zuhri, Msi
NPT. 370069400351
3. Anggota

Dra. Diana Amalia, Msi
NIP. 19630907 1991103 2001
Mengetahui
Dekan

Dra. Ec. Hj. Suparwati, MSi
NIP. 1955 0718198302 2001

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

POLA KOMUNIKASI ORANG TUA DENGAN ANAK
PADA KASUS SEKS PRANIKAH
(Studi Deskr iptif Pola Komunikasi Or ang Tua Dengan Anak Pada Kasus Seks
Pr anikah di Sur abaya)

Disusun Oleh :

Fanny Dwi Setyawan
0943010209

Telah disetujui untuk mengikuti ujian skripsi, oleh :

Pembimbing Utama

Dr s. Syaifuddin Zuhri, Msi
NPT. 370069400351

Mengetahui

Dekan

Dra. Ec. Hj. Supar wati, MSi
NIP. 1955 0718198302 2001

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan YME, yang telah
melimpahkan karunianya-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Ilmu
Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Pembangunan
Nasional “Veteran” Jawa Timur.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini atas bantuan dari beberapa
pihak. Pada kesempatan yang baik ini, perkenankan penulis dengan menyampikan
ucapan terimakasih kepada seluruh pihak yang telah membantu guna mendukung
kelancaran penyusunan skripsi ini.
Penulis dengan rasa hormat yang mendalam mengucapkan terimakasih
kepada :

1.

Prof. Dr. Ir. Teguh Soedarto, MP., selaku Rektor Universitas Pembangunan
Nasional “Veteran” Jawa Timur.

2.

Dra. Ec. Hj. Suparwati, MSi., Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

3.

Juwito, S. Sos., MSi., Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa
Timur.

4.

Drs. Syaifuddin Zuhri, Msi, selaku dosen pembimbing yang telah
meluangkan waktu guna membantu, memberi masukan dan saran kepada

penulis dalam penyusunan skripsi ini.

i
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

5.

Semua dosen dan staff dosen Universitas Pembangunan Nasioanal ”Veteran”
Jawa Timur.

6.

Orang tuaku tercinta, yang telah memberikan bantuan baik materiil maupun
moril, serta do’a.

7.

Semua pihak yang telah banyak membantu yang tidak bisa penulis sebutkan
satu persatu, penulis ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh

karena itu, kritik dan saran sangat penulis harapkan guna meningkatkan mutu dari
penulisan skripsi ini. Penulis juga berharap, penulisan skripsi ini dapat bermanfaat
dan menjadi acuan bagi peneliti lain yang tertarik untuk mendalaminya di masa
yang akan datang.

Surabaya, Juli 2013

Penulis

ii
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ................................................................................... i
DAFTAR ISI ................................................................................................. iii
DAFTAR GAMBAR .................................................................................... v
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ vi

ABSTRAK .................................................................................................... vii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah ............................................................ 1
1.2. Rumusan Masalah ..................................................................... 7
1.3. Tujuan Penelitian ....................................................................... 7
1.4. Manfaat Penelitian ..................................................................... 7
BAB II KAJ IAN PUSTAKA
2.1. Penelitian Terdahulu ................................................................. 9
2.2. Landasan Teori ......................................................................... 11
2.2.1. Komunikasi ................................................................... 11
2.2.2. Tujuan Komunikasi ....................................................... 13
2.2.3. Perilaku Komunikasi ..................................................... 14
2.2.4. Teori Atribusi ................................................................ 15
2.2.5. Komunikasi Antarpribadi .............................................. 17
2.2.6. Fungsi Komunikasi Antarpribadi ................................... 18
2.2.7. Pola Komunikasi ........................................................... 19
2.2.8. Bentuk Pola Komunikasi Orang Tua dan Anak .............. 20

iii
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

2.2.9. Perilaku Seks Pranikah .................................................. 22
2.19.1. Perilaku ............................................................. 22
2.19.2. Seks Pranikah .................................................... 25
2.2.10. Remaja .......................................................................... 27
2.2.11. Tahap Perkembangan Remaja ...................................... 29
2.3. Kerangka Berpikir .................................................................... 31
BAB III METODE PENELITIAN
3.1. Metode Penelitian ..................................................................... 33
3.2. Subjek Atau Key Informan Penelitian ....................................... 34
3.3. Jenis dan Sumber Data .............................................................. 36
3.4. Teknik Pengumpulan Data ........................................................ 36
3.5. Teknik Analisis Data ................................................................ 37
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Umum Objek Penelitian ........................................... 40
4.2. Penyajian Data dan Analisis Data .............................................. 41
4.2.1. Identitas Responden ......................................................... 41
4.2.2. Analisis Data .................................................................... 43
4.3. Pembahasan ............................................................................... 84

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1.Kesimpulan ................................................................................ 80
5.2.Saran .......................................................................................... 82
DAFTAR PUSTAKA
KUESIONER

iv
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1.

Kerangka Konseptual............................................................... 32

v
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1

Panduan Wawancara ........................................................... 91

Lampiran 2

Hasil Wawancara ................................................................. 93

vi
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

ABSTRAKS
Fanny Dwi Setyawan, 0943010209 Pola Komunikasi Orang Tua Dengan
Anak Pada Kasus Seks Pranikah (Studi Deskr iptif Pola Komunikasi Orang
Tua Dengan Anak Pada Kasus Seks Pranikah di Surabaya)
Konflik dalam keluarga sering terjadi karena tersumbatnya aliran
komunikasi antara orang tua dan anak. Orang tua yang sama-sama sibuk
menyebabkan intensitas dan kualitas komunikasi menjadi sangat kurang dan tidak
jarang pula menimbulkan perselisihan diantaranya, kegagalan komunikasi tersebut
dapat diambil contoh adalah maraknya perilaku seks pranikah saat ini. Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk mengetahui pola komunikasi orang tua dan anak pada
kasus seks pranikah di Surabaya. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif
Informan dalam penelitian ini adalah keluarga yang memiliki anak remaja berusia
18-21 tahun yang melakukan seks pranikah. Metode analisis data dalam penelitian
ini menggunakan depth interview. Dari hasil pengujian didapatkan hasil pola
komunikasi yang diterapkan oleh keluarga Ibu Yanti adalah pola komunikasi
authoritarian (otoriter), pola komunikasi yang diterapkan oleh keluarga Ibu Hesti
adalah pola komunikasi permissive (permisif) dan pola komunikasi yang
diterapkan oleh keluarga Bapak Rusli adalah pola komunikasi permissive
(permisif)
Keyword : Pola Komunikasi, Perilaku seks Pra Nikah, Remaja
ABSTRACT
Fanny Dwi Setyawan, 0943010209 Communication Patterns Parents With
Children In Fr ee Sex Case (Descriptive Study of Communication Patterns of
Parents With Children In Free Sex Case Surabaya)
Conflict within the family often occurs due to blocked the flow of
communication between parents and children. Parents were equally busy causing
the intensity and quality of communication becomes very less and not
infrequently also cause such strife, failure of communication can take a sample of
premarital sexual behavior is rampant today. The purpose of this study was to
determine the communication patterns of parents and children in the case of
premarital sex in Surabaya. This study used qualitative methods Informants in this
study is a family that has older children aged 18-21 years who had sex before
marriage. Methods of data analysis in this study uses depth interviews. From the
test results showed that communication patterns applied by Ms. Jackie is family
communication patterns Authoritarian (authoritarian), communication patterns
imposed by family communication patterns Mrs. Hesti is permissive (permissive)
and communication patterns are applied by Mr. Rush's family is permissive
communication patterns (permissive)
Keyword : Keyword : Communication Patern, Free Sex, Adolance

vii
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah
Komunikasi merupakan istilah yang sangat popular terdengar sekarang ini,
meskipun sebenarnya manusia boleh dikatakan hampir tidak mungkin hidup tanpa
berkomunikasi. Penyampaian komunikasi yang digunakan pun bukan hanya secara
verbal tapi juga secara nonverbal. Hal dasar yang perlu diketahui, adalah komunikasi
berguna untuk memenuhi kebutuhan biologis kita, seperti makan dan kebutuhan
psikologis

kita seperti kebahagiaan. Contoh bentuk komunikasi yakni diskusi,

pidato, demonstrasi, menangis, marah, tertawa, tersenyum, merupakan sebagian cara
manusia untuk berinteraksi, saling bertukar pendapat, mencurahkan perasaan,
menceritakan pengalaman, tidak jarang berkomunikasi juga digunakan untuk
mempengaruhi pemikiran orang lain untuk tujuan tertentu. Dari fungsi komunikasi
yang telah dijabarkan di atas yang salah satunya berfungsi untuk mencurahkan
perasaan dan bahkan menpengaruhi pemikiran orang lain untuk tujuan tertentu,
terlihat dalam bentuk komunikasi yang terjadi dalam hubungan pertemanan.
Sendjaja (2005:13) mengemukakan bahwa komunikasi memainkan peranan
penting dalam kehidupan manusia dan sebagian besar kegiatan komunikasi
berlangsung dalam situasi komunikasi antarpribadi. Sependapat dengan hal itu,
Rakhmat (2002:23) mengemukakan bahwa kepribadian terbentuk sepanjang hidup,
selama itu pula komunikasi menjadi penting untuk pertumbuhan kepribadian.

1

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

2

Konflik dalam keluarga sering terjadi karena tersumbatnya aliran komunikasi
antara orang tua dan anak. Orang tua yang sama-sama sibuk menyebabkan intensitas
dan kualitas komunikasi menjadi sangat kurang dan tidak jarang pula menimbulkan
perselisihan diantaranya. Pergaulan antara keluarga dengan anak dalam sebuah
keluarga sangat memerlukan derajat keintiman, frekuensi pertemuan serta mutu
interaksi dari anggota keluarga. Banyak persoalan-persoalan keluarga terutama
antara orang tua dan anak yang biasa diselesaikan dengan komunikasi yang baik.
Hubungan keluarga dengan anak merupakan hubungan antarpribadi yang
pada dasarnya merupakan hubungan timbal balik, yang idealnya dipengaruhi oleh
sikap percaya, sikap positif, dan terbuka selain itu pada intinya merupakan
komunikasi langsung dimana masing-masing peserta komunikasi dapat beralih
fungsi, baik sebagai komunikator maupun komunikan dan reaksi yang diberikan
masing-masing peserta komunikasi dapat diperoleh langsung Oleh karena itu
hubungan orang tua dengan anak adalah hubungan antarpribadi maka komunikasi
yang terjadi adalah komunikasi antarpribadi. Menurut De Vito (2005:42) komunikasi
antarpribadi merupakan proses pengiriman dan penerimaan pesan-pesan antara dua
orang atau diatantara sekelompok kecil orang-orang dengan beberapa efek dan
beberapa umpan balik seketika.
Menurut Djamarah (2004:36) percakapan dalam hubungan keluarga bukan
hanya sekedar pertukaran informasi. Melalui pembicaraan anak maupun orang tua
dapat menyatakan perasaan hati, memperjelas pikiran, menyampaikan ide dan juga
berhubungan dengan orang lain. Ini merupakan cara yang menyenangkan untuk

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

3

melakukan waktu belajar mengenal satu sama lain melepaskan ketergantungan serta
menyampaiakn pendapat.
Kekegagalan dalam

berkomunikasi

antara

keluarga

dengan

remaja

disebabkan karena adanya 1) gangguan: mekanik yaitu gangguan yang disebabkan
saluran komunikasi atau kegaduhan yang bersifat fisik, semantik yaitu bersangkutan
dengan pesan komunikasi yang pengertiannya menjadi rusak yaitu melalui
penggunaan bahasa; 2) Kepentingan yaitu seseorang akan selektif dalam menanggapi
atau menghayati suatu pesan; 3) Motivasi Terpendam akan mendorong seseorang
berbuat sesuatu yang sesuai benar dengan keinginan, kebutuhan dan kekurangannya;
4) Prasangka merupakan salah satu rintangan atau hambatan berat bagi suatu
kegiatan komunikasi oleh karena orang yang mempunyai prasangka belum apa-apa
sudah bersikap curiga dan menentang komunikator yang hendak melancarkan
komunikasi.
Kegagalan komunikasi tersebut dapat diambil contoh adalah maraknya
perilaku seks pranikah saat ini. Perilaku seks pranikah tak dapat dihindari hadir
dengan deras dalam kehidupan masyarakat modern, dan tak bisa dipungkiri dengan
adanya dampak globalisasi dimana terjadi pertukaran budaya, dan pertukaran arus
informasi yang tak dapat dibendung.Globalisasi memaksa kita untuk akrab dengan
budaya lain yang tak semestinya merasuk dalam tubuh kita sebagai bangsa Indonesia
yang berasaskan ketimuran dan menjunjung tinggi nilai-nilai adat ketimuran yang
memiliki perspektif norma dan kaidah yang kuat dalam bermasyarakat. Budaya
bangsa lain, dalam hal ini khususnya budaya bangsa barat, agaknya telah terlampau
banyak merasuk dalam masyarakat kita. Banyaknya kasus remaja hamildiluar nikah,

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

4

seks pranikah, serta perbuatan-perbuatan yang sangat melanggar kaidah norma
agaknya sudah tak asing lagi (http://id.scribd.com/doc/133192874/Perilaku-SeksBebas-Dalam-Perspektif-Ham-Dan-Demokrasi).
Secara umum, pengertian perilaku merupakan tindakan atau perbuatan suatu
organisme yang dapat diamati dan bahkan dapat dipelajari sedangkan seks adalah
berhubungan dengan : “reproduksi, perbedaan anatomi, dan reaksi fisik, namun
sekaligus lebih dari semua itu.”. Sementara itu, BKKBN mengemukakan tentang
pengertian seks adalah adalah kelamin. Sedangkan Seks pranikah dapat diartikan
sebagai hubungan intim sepasang manusia untuk memenuhi kepuasan seksual yang
dilakukan diluar hubungan yang sah (pernikahan). Perilaku seks pranikah di
Indonesia dipengaruhi oleh masuknya budaya asing yang tidak terfilter dengan baik.
evolusi seks yang mencuat di Amerika Serikat dan Eropa pada akhir tahun 1960-an
sudah merambah masuk ke Indonesia ini melalui piranti teknologi informasi dan
sarana-sarana

hiburan

lainnya

yang

semakin

canggih

(http://id.scribd.com/doc/133192874/Perilaku-Seks-Bebas-Dalam-Perspektif-HamDan-Demokrasi).
BKKBN (Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional)
menyatakan bahwa masalah remaja bukan hanya persoalan narkoba dan HIV/AIDS.
Persoalan seks pranikah kini juga menjadi masalah utama remaja di Indonesia.
Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Sugiri
Syarief mengatakan jumlah remaja Indonesia mencapai 63,4 juta jiwa atau sekitar
26.7 persen dari penduduk Indonesia. Penelitian Survei Kesehatan Reproduksi
Remaja Indonesia (SKRRI) pada 2007 lalu menemukan perilaku seks pranikah

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

5

bukanlah sesuatu yang aneh dalam kehidupan remaja Indonesia. Kementerian
Kesehatan (Kemenkes) 2009 pernah merilis perilaku seks pranikah remaja dari
penelitian di empat kota yakni Jakarta Pusat, Medan, Bandung, dan Surabaya.
Hasilnya menunjukkan sebanyak 35,9 persen remaja punya teman yang sudah
pernah melakukan hubungan seksual sebelum menikah. Bahkan, sebanyak 6,9 persen
responden

telah

melakukan

hubungan

(http://www.republika.co.id/berita/nasional/umum

seksual

pranikah

/12/11/28/me6fl5-seks-bebas-

masalah-utama-remaja-indonesia).
Menurut Departemen Agama Pengaruh bebas ini seakan menjadi momok
menakutkan bagi bangsa Indonesia, hal ini karena kedua hal tersebut bisa merusak
masa depan anak-anak muda yang seharusnya merekalah pelanjut perjuangan bangsa
Indonesia dan jika ada yang melakukan dan hamil maka harus dinikahkan tanpa
harus menunggu anak lahir dengan alasan tidak ada keharaman pada anak zina
karena tidak ada nasab (keturunan). Kompilasi Hukum Islam(KHI), Bab VIII Kawin
Hamil sama dengan persoalan menikahkan wanita hamil. Pasal 53 dari BAB tersebut
berisi tiga(3) ayat , yaitu : 1. Seorang wanita hamil di luar nikah, dapat dinikahkan
dengan pria yang menghamilinya. 2. Perkawinan dengan wanita hamil yang disebut
pada ayat(1) dapat dilangsungkan tanpa menunggu lebih dulu kelahiran anaknya.3.
Dengan dilangsungkan perkawinan pada saat wanita hamil, tidak diperlukan
perkawinan

ulang

setelah

anak

yang

dikandung

(http://sumsel.kemenag.go.id/index.php?a=berita&id= 98579).

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

lahir

6

Komunikasi antarpribadi merupakan keterlibatan internal secara aktif dan
individu menjadi pengirim sekaligus penerima pesan, memberikan umpan balik bagi
dirinya sendiri dalam proses internal yang berkelanjutan, komunikasi antarpribadi
dapat memicu bentuk komunikasi yang lainnya. Pentingnya situasi komunikasi
antarpribadi ialah karena prosesnya memungkinkan berlangsung secara dialogis.
Dialog itu sendiri adalah bentuk komunikasi antarpribadi yang menunjukan
terjadinya interaksi. Mereka yang terlibat dalam komunikasi bentuk dialog ini
berfungsi

ganda,

masing-masing

menjadi

pembicara

dan

pendengar

(Effendy,2003:42).
Masa remaja dapat dibagi menjadi menjadi masa remaja awal ( usia dari 10
tahun sampai dengan usia 13 tahun ), remaja madya (usia dari 14 tahun sampai
dengan usia 18 tahun) dan masa remaja akhir ( usia dari 18 tahun hingga usia 21
tahun ). Remaja yang diteliti dalam penelitian ini adalah remaja yang berusia 18-21
tahun karena merupakan kategori remaja akhir, dimana pada masa ini remaja sudah
mampu mengarahkan dorongan nafsu genitalnya menjadi hubungan interpersonal
yang disesuaikan dengan budaya, kesempatan dan persahabatan dengan seseorang
yang dianggap sesuai dan pada remaja ini dapat dianggap menjadi remaja yang
sesungguhnya (Monks, 2004:24).
Penelitian ini dilakukan di Surabaya hal tersebut karena Data terbaru yang
diterima Pemerintah Kota Surabaya, sebanyak 89 persen penularan HIV-AIDS di
kota Pahlawan ini pada tahun 2012 terjadi akibat hubungan seks. yang lebih
memprihatinkan, dari keseluruhan temuan kasus HIV-AIDS di Surabaya, 62,7 persen

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

7

diantaranya

tergolong

usia

produktif,

yakni

20

sampai

(http://www.beritajatim.com/detailnews.php/2/Gaya_Hidup/2012-07

39

tahun

19/141649/

Suka_ Seks_Bebas,Ratusan_Warga_Surabaya_Terinfeksi_AIDS).
Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka judul dalam penelitian ini
adalah “Pola Komunikasi Orang Tua Dengan Anak Pada Kasus Seks Pranikah (Studi
Deskriptif Pola Komunikasi Orang Tua Dengan Anak Pada Kasus Seks Pranikah di
Surabaya)”
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah dalam penelitian ini
adalah “Bagaimana pola orang tua dan anak pada kasus seks pranikah di Surabaya”
1.3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas tujuan penelitian yang ingin dicapai
adalah untuk mengetahui pola komunikasi orang tua dan anak pada kasus seks
pranikah di Surabaya
1.4. Manfaat peneltiian
Dari hasil penelitian peneliti berharap agar penelitian ini dapat menjadi bahan
informasi atau masukan yang bermanfaat antara lain :
1. Kegunaan Pr aktis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi pihak keluarga agar
dapat berkomunikasi dengan baik pada anak agar anak dapat memahami apa yang
diinginkan oleh orang tua

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

8

2. Kegunaan Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan khususnya
pola komunikasi dan penelitian ini dapat menjadi acuan bagi peneliti selanjutnya
yang berkaitan dengan pola komunikasi.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

BAB II
TINJ AUAN PUSTAKA

2.1. Penelitian Terdahulu
Penelitian sebelumnya dilakukan oleh Setyowati (2005) dengan judul
Pola Komunikasi Keluarga dan Perkembangan Emosi Anak (Studi Kasus
Penerapan

Pola

Komunikasi

Keluarga

dan

Pengaruhnya

Terhadap

Perkembangan Emosi Anak Pada Keluarga Jawa), tujuan yang ingin dicapai
dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui dan mengkaji secara mendalam
tentang penerapan pola komunikasi yang dilakukan oleh keluarga Jawa
dalam kehidupan mereka sehari-hari, termasuk usaha orang tua dalam
menanamkan nilai-nilai budaya yang mendukung perkembangan emosi anak,
serta alasan-alasan atas pemilihan pola komunikasi yang diterapkan. Hasil
yang didapatkan adalah Penerapan pola komunikasi keluarga sebagai bentuk
interaksi antara orang tua dengan anak maupun antaranggota keluarga
memiliki implikasi terhadap proses perkembangan emosi anak. Dalam proses
komunikasi tersebut, anak akan belajar mengenal dirinya maupun orang lain,
serta memahami perasaannya sendiri maupun orang lain
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh
Setyowati (2005) adalah pola komunikasi yang dilakukan pada penelitian ini
hanya pada anak dan orang tua sedangkan pada penelitian sebelumnya pola
komunikasi dalam keluarga.

9
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

10

Penelitian lain dilakukan oleh Retnowati (2005) dengan judul pola
komunikasi orang tua tunggal dalam membentuk kemandirian anak (kasus di
kota Yogyakarta), tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah
mengkaji pola komunikasi orang tua tunggal dalam membentuk kemandirian
anak. Hasil yang didapat dalam penelitian ini adalah secara umum pola
komunikasi interaksi dan transaksi lebih berperan dominan dalam
membentuk kemandirian anak melalui penanaman kesadaran untuk mandiri.
Pola komunikasi linier juga bias membentuk kemandirian anak melalui efek
komunikasi berupa ketundukan sedangkan pola komunikasi interaki dan
transaksi melalui efek internalisasi
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh
Retnowati (2005) adalah objek penelitian dimana sebelumnya menggunakan
permasalahan kemandirian anak dan pada penelitian ini menggunakan seks
pranikah.
Penelitian ini berjudul Pola Komunikasi Orang Tua Dengan Anak
Pada Kasus Seks Pranikah (Studi Deskriptif Pola Komunikasi Orang Tua
Dengan Anak Pada Kasus Seks Pranikah di Surabaya). Tujuan yang ingin
dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui pola komunikasi orang
tua dan anak pada kasus seks pranikah di Surabaya dan metode penelitian
menggunakan metode kualitatif dengan teknik analisis wawancara.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

11

2.2. Landasan Teori
2.2.1. Komunikasi
Kata komunikasi atau Communication dalam istilah bahasa inggris
berasal dari kata latin communicatus yang berarti menjadi milik bersama
atau berbagi. Kata sifatnya communis yang bermakna umum atau bersama
– sama. Sehingga dengan demikian komunikasi menurut Lexicographer
(seorang ahli kamus bahasa), menunjuk pada suatu upaya yang bertujuan
berbagi untuk mencapai kebersamaan (Marhaeni, 2009:31). Wilbur
Schramm menyatakan komunikasi sebagai suatu proses berbagi (sharing
process).
Schramm seperti dikutip oleh Suprapto (2006:24), menjelaskan
bahwa komunikasi berasal dari kata-kata (bahasa) Latin communis yang
berarti umum (common) atau bersama. Apabila kita berkomunikasi,
sebenarnya kita sedang berusaha menumbuhkan suatu kebersamaan
(commonnes) dengan seseorang. Yaitu kita berusaha berbagai informasi,
ide atau sikap. Seperti dalam uraian ini, misalnya saya sedang berusaha
berkomunikasi dengan para pembaca untuk menyampaikan ide bahwa
hakikat sebuah komunikasi sebenarnya adalah usaha membuat penerima
atau pemberi komunikasi memiliki pengertian (pemahaman) yang sama
terhadap pesan tertentu (Suprapto, 2006:2-3).
Dari uraian tersebut, definisi komunikasi menurut Schramm
tampak lebih cenderung mengarah pada sejauh mana keefektifan proses
berbagi antar pelaku komunikasi. Schramm melihat sebuah komunikasi

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

12

yang efektif adalah komunikasi yang berhasil melahirkan kebersamaan
(commonness), kesepahaman antara sumber (source) dengan penerima
(audience)-nya. Menurutnya, sebuah komunikasi akan benar-benar efektif
apabila audience menerima pesan, pengertian dan lain-lain persis sama
seperti apa yang dikehendaki oleh penyampai.
Sebagai mahluk ciptaan Tuhan yang diciptakan lebih dibandingkan
mahluk hidup lainnya, manusia diciptakan sebagai mahluk sosial, yang
artinya manusia tidak dapat terlepas dari individu yang lain. Dan untuk
mendukung jalannya interaksi tersebut maka diperlukan komunikasi
sebagai media atau penjembatan antara individu yang satu dengan individu
lainnya. Komunikasi yang sering digunakan dalam aktifitas lingkungan,
sebagian besar tentu menggunakan komunikasi baik komunikasi verbal
maupun nonverbal. Namun yang dimaksud dengan komunikasi itu sendiri.
Interaksi yang baik dapat berjalan seiring antar individu dapat
mengkomunikasikan pesan secara baik, sehingga komunikan dapat
mengerti pesan yang disampaikan oleh komunikator. Namun tidak sedikit
dari individu yang sulit berkomunikasi, sehingga kesalahpahaman
informasi menjadi dampak dari lemahnya komunikasi. Sesuai dengan
definisi yang dijelaskan oleh Sarah Trenholm dan Arthut Jensen dalam
kutipannya “A process by which a source transmits a messange to a
receiver through some channel,”
Definisi tersebut mengandung arti komunikasi adalah suatu proses
di mana sumber mentransmisikan pesan kepada penerima melalui beragam

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

13

saluran (Marhaeni, 2009:31). Dari kutipan di atas menjelaskan bahwa
seorang sumber pesan atau komunikator menyampaikan pesan kepada
target sasaran atau komunikan melalui beragam saluran, saluran yang
dipakai bisa dilakukan dalam berbagai media, temasuk dengan menjalin
hubungan yang baik dengan media.
Hovland, Janis & Kelley mendefinisikan “Komunikasi adalah
suatu proses melalui mana seseorang (komunikator) menyampaikan
stimulus yang biasanya dalam bentuk kata-kata dengan tujuan mengubah
perilaku orang-orang lainnya (khalayak)” (Marhaeni, 2009:27). Yang
berarti pesan yang disampaikan di intepretasikan melalui berbagai bentuk,
dapat berbentuk pesan verbal seperti foto-foto, desain gambar flyer yang
menarik, advertorial, penukaran kartu nama, dan lain sebagainya.
Sehingga target sasaran mengetahui informasi, hingga melakukan suatu
tindakan untuk membeli atau memakai jasa tersebut.
2.2.2. Tujuan Komunikasi
Kegiatan komunikasi yang manusia lakukan sehari-hari tentu
memiliki suatu tujuan tertentu yang berbeda-beda yang nantinya
diharapkan dapat tercipta saling pengertian. Berikut tujuan komunikasi
menurut Effendy (2003 : 11):
1. Perubahan sikap (Attitude change)
2. Perubahan pendapat (Opinion change)
3. Perubahan prilaku (Behavior change)
4. Perubahan sosial (Social change)

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

14

Dari empat poin yang dikemukakan oleh Effendi (2003 :12), dapat
disimpulkan bahwa komunikasi bertujuan untuk merubah sikap, pendapat,
perilaku, dan pada perubahan sosial masyarakat. Sedangkan fungsi dari
komunikasi adalah sebagai penyampai informasi yang utama, mendidik,
menghibur dan yang terakhir mempengaruhi orang lain dalam bersikap
dan bertindak.
2.2.3. Perilaku Komunikasi
Menurut Hovland dalam Effendy (2001: 4) mendefinisikan proses
komunikasi “the process by which individual (the communicator)
transmits stimuli (usually verbal symbols) to modify the behavior of other
individual (communicates)” Definisi tersebut diartikan proses oleh
individu (komunikator) menyampaikan stimulus (biasanya berupa simbol
verbal) untuk merubah perilaku individu lainnya (komunikan).
Dijelaskan

bahwa

setiap

komunikator

atau

orang

yang

menyampaikan pesan melakukan penyampaian pesan melalui simbolsimbol secara verbal yang berarti semua jenis simbol yang menggunakan
satu kata atau lebih, di mana bahasa verbal adalah sarana utama untuk
menyatakan pikiran, perasan, dan maksud kita, dimana bahasa verbal
cenderung lebih menggunakan kata-kata yang mempresentasikan berbagai
aspek realitas individual kita (Marhaeni, 2009:52).
Sebagai contoh melalui kata-kata yang datang dari suatu sumber,
misalnya yang diucapkan orang yang telah dibacanya dalam media cetak.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

15

Sehingga pesan atau informasi yang ingin dibentuk oleh komunikator
dapat mempengaruhi perilaku atau keputusan dari komunikan.
Menurut Effendy (2003: 33), proses komunikasi terbagi menjadi
dua tahap, antara lain:
1. Proses komunikasi secara primer
Proses komunikasi secara primer adalah proses penyampaian
pikiran oleh dan atau perasaan seseorang kepada orang lain dengan
menggunakan suatu lambang (symbol) sebagai media. Lambang sebagai
media primer dalam proses komunikasi adalah bahasa, syarat, gambar,
warna, dan lain sebagainya yang secara langsung mampu menerjemahkan
pikiran dan perasaan komunikator kepada komunikan
2. Proses komunikasi secara sekunder
Proses komunikasi secara sekunder adalah proses penyampaian pesan
oleh seseorang kepada orang lain dengan menggunakan alat atau sarana
media kedua (surat, telepon, teleks, surat kabar, majalah, radio, TV, film, dan
lain-lain) setelah memakai lambang sebagai media pertama proses
komunikasi sekunder ini merupakan sambungan proses komunikasi primer
untuk menembus ruang dan waktu, maka dalam menata lambang-lambang
untuk

memformulasikan

isi pesan

komunikasi,

komunikator

harus

mempertimbangkan sifat-sifat media yang akan digunakan.
2.2.4. Teori Atribusi
Teori atribusi adalah proses dengan mana kita mencoba memahami
perilaku orang lain selain juga perilaku kita sendiri. Kita menilai dan

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

16

memahami

alasan

atau

motivasi

perilaku



perilaku

(Devito, 2005 : 85).Teori ini diperkenalkan oleh Heider pada tahun 1985
melalui bukunya yang berjudul The Psychologi Interpersonal Relation.
Heider mengemukakan, jika anda melihat perilaku orang lain, maka anda
jug aharus melihat sebab tindakan seseorang. Dengan demikian anda
sebagai pihak yang memulai komunikasi harus mempunai kemampuan
untuk memprediksi perilaku yang tampak di depan anda. Heider
mengungkapkan ada dua jenis atribusi, yaitu atribusi kausalitas danatribusi
kejujuran (Liliweri, 1997 : 52).Contoh, jika anda mengamati perilaku
seseorang pertama – tama anda harus bisa menentukan dahulu apa yang
menyebabkan perilaku ituterjadi, apakah faktor situasional atau personal.
Dalam teori atribusilazim disebut kualitas eksternal dan kualitas internal.
Intinya hanya mempertanyakan perilaku orang lain tersebut dipengaruhi
oleh factor situasional atau faktor – faktor personal. Itulah “atribusi
kausalitas”.
Perilaku internal disebabkan oleh kepribadian atau kemampuan
seseorang, sedangkan periaku eksternal disebabkan oleh faktor situasi
tertentu.Kedua yaitu atribusi kejujuran mengemukakan, ketika seorang
memperlihatkan atribusi kejujuran maka ada dua hal yang harus diamati ;
(1) sejauh mana pernyataan orang itu menyimpang dari pendapat
umum,dan (2) sejauh mana orang itu memperoleh keuntungan dari anda
akbat pernyataan anda. Makin besar antara jarak pendapat pribadi dengan

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

17

pendapat

umum

maka

kita

makin

percaya

bahwa

dia

jujur

(Devito, 2005 :86).
2.2.5. Komunikasi Antarpribadi
Terdapat beberapa pengertian komunikasi antarpribadi yang
dikemukakan oleh para ahli komunikasi. DeVito (2005:11) menyatakan:
“antarpribadi communication is defined as communication that takes
place between two persons who have a clearly established relationship;
the people are in some way connected.” (DeVito, 2005:11). Menurut
DeVito komunikasi antarpribadi adalah komunikasi yang terjadi diantara
dua orang yang telah memiliki hubungan yang jelas, yang terhubungkan
dengan beberapa cara. Jadi komunikasi antarpribadi misalnya komunikasi
yang terjadi antara ibu dengan anak, dokter dengan pasen, dua orang
dalam suatu wawancara, dsb.
Deddy Mulyana (2005:11) menyatakan: “komunikasi antarpribadi
(antarpribadi communication) adalah komunikasi antara orang-orang
secara tatap muka, yang memungkinkan setiap pesertanya menangkap
reaksi orang lain secara langsung, baik secara verbal ataupun nonverbal.”
(Mulyana, 2005:73).
Pada hakikatnya komunikasi antarpribadi adalah komunikasi antara
komunikator dengan komunikan. Komunikasi ini paling efektif mengubah
sikap, pendapat, atau perilaku seseorang.” (Wiryanto, 2005: 36).
Muhammad (2009:42) menyatakan bahwa komunikasi antarpribadi
merupakan proses pertukaran informasi diantara seseorang dengan paling

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

18

kurang seorang lainnya atau biasanya diantara dua orang lainnya yang
langsung dapat diketahui balikannya
Dengan

demikian,

dari

beberapa

pendapat

komunikasi

antarpribadi tersebut dapat diketahui bahwa karakteristik komunikasi
antarpribadi adalah terjadi diantara dua orang yang memiliki hubungan
yang jelas, berlangsung
2.2.6. Fungsi Komunikasi Antarpribadi
Komunikasi antarpribadi memiliki beberapa fungsi, diantaranya
menurut A.W. Widjaja (2000: 9-10) bahwa fungsi komunikasi adalah
untuk:
1. Informasi: pengumpulan, penyimpanan, pemrosesan, penyebaran berita,
data, gambar, fakta dan pesan opini dan komentar yang dibutuhkan agar
dapat dimengerti.
2. Sosialisasi (pemasyarakatan): penyediaan sumber ilmu pengetahuan
yang memungkinkan orang bersikap dan bertindak sebagai anggota
masyarakat yang efektif.
3. Motivasi: mendorong orang menentukan pilihannya dan keinginannya,
mendorong kegiatan individu dan kelompok berdasarkan tujuan
bersama yang akan dikejar.
4. Perdebatan dan diskusi: menyediakan dan saling menukar fakta yang
diperlukan untuk memungkinkan persetujuan atau menyelesaikan
perbedaan pendapat mengenai masalah publik.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

19

5. Pendidikan: pengalihan ilmu pengetahuan sehingga mendorong
perkembangan intelektual.
6. Memajukan kebudayaan: penyebaran hasil kebudayaan dan seni dengan
maksud melestarikan warisan masa lalu.
7. Hiburan: penyebarluasan sinyal, simbol, suara dan image dari drama,
tari, kesenian dan lain-lain untuk rekreasi, kesenangan kelompok dan
individu.
8. Integrasi:

menyediakan

bagi

bangsa,

kelompok

dan

individu

kesempatan untuk memperoleh berbagai pesan yang mereka perlukan
agar mereka dapat saling kenal dan mengerti dan menghargai kondisi,
pandangan dan keinginan orang lain.
2.2.7. Pola Komunikasi
Pola komunikasi menurut Syaiful Bahri Djamarah mengatakan
bahwa pola komunikasi dapat dipahami sebagai pola hubungan antara dua
orang atau lebih dalam pengiriman dan penerimaan pesan dengan cara
yang

tepat

sehingga

pesan

yang

dimaksud

dapat

dipahami

(Djamarah, 2004:1).
Dimensi pola komunikasi terdiri dari dua macam, yaitu pola yang
berorientasi pada konsep dan pola yang berorientasi pada sosial yang
mempunyai arah hubungan yang berlainan (Soenarto, 2006:1). Tubbs dan
Moss mengatakan bahwa pola komunikasi atau hubungan itu
diciptakan

oleh

komplementaris

atau

simetri.

Dalam

dapat

hubungan

komplementer, satu bentuk perilaku akan diikuti oleh lawannya.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

20

Contohnya perilaku dominan dari satu partisipan mendatangkan perilaku
tunduk dan lainnya. Dalam simetri, tingkatan sejauh mana orang
berinteraksi atas dasar kesamaan.
Dominasi bertemu dengan dominasi, atau kepatuhan dengan
kepatuhan (Tubbs dan Moss, 2001:26). Disini kita mulai melibatkan
bagaimana proses interaksi menciptakan struktur system. Bagaimana
orang merespon satu sama lain menentukan jenis hubungan yang mereka
miliki. Dari pengertian diatas maka suatu pola komunikasi adalah bentuk
atau pola hubungan antara dua orang atau lebih dalam proses pengiriman
dan penerimaan pesan yang mengaitkan dua komponen, yaitu gambaran
atau rencana yang meliputi langkah-langkah pada suatu aktifitas, dengan
komponen-komponen yang merupakan bagian penting atas terjadinya
hubungan komunikasi antar manusia atau kelompok dan organisasi.
2.2.8. Bentuk Pola Komunikasi Orang Tua dan Anak
Menurut (Yusuf, 2001:51) Pola komunikasi yang digunakan dalam
penelitian

ini

adalah Authoritarian (otoriter), Permissive (cenderung

berperilaku bebas), Authoritative (demokratis) yakni sebagai berikut :
1. Pola komunikasi Authoritarian (otoriter)
a.

Acceptence atau penerimaannya rendah tidak mendengarkan atau tidak
memperdulikan pendapat atau aspirasi dari anak.

b.

Kontrol terhadap hubungannya tinggi, anak harus mendengarkan dan
mematuhi kehendak orang tuanya secara absolut.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

21

c.

Bersikap mengkomando,memerintah anak untuk melakukan sesuatu
tanpa penjelasan dan kompromi.

d.

Cenderung emosional, perilaku di dalam menghukum secara fisik.

2. Pola komunikasi Permissive (cenderung berperilaku bebas)
a. Acceptence atau penerimaannya tinggi adalah memberikankebebasan
penuh terhadap anak untuk menyatakan dorongan serta keinginannya
b. Kontrol terhadap hubungannya rendah yakni mau mendengarkan
pernyataan

yang

diungkapkan

anak

akan

tetapi

orang

tuamembabaskan anak dalam mengambil segala keputusan.
c. Tidak memiliki perhatian dalam hubungan operasionalnya yakni
membiarkan apapun yang terjadi pada anak, jika anak berbuat baik
tidakmemberikan reward

sedangkan

jika anak berbuat tidak

memberikan hukuman atau teguran.
3. Pola Komunikasi Authoritative (demokratis)
a. Acceptance

atau

penerimaannya

tingggi

namun

kontrol

terhadaphubungannya juga tinggi yakni adalah orang tua memberikan
kesempatan kepada anaknya untuk memberikan pendapat dan
koreksiterhadap kehendaknya sehingga komunikasi dua arah lebih
fleksibel.
b. Responsif terhadap kebutuhan anak yakni dengan memperhatikan
segala permasalahan dan keluhan- keluhan yangdisampaikan oleh
anak serta mendiskusikan untuk mencari pemecahannya.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

22

c. Memberikan pengertian yakni dengan memberikan penjelasan tentang
dampak perbuatan yang baik dan buruk sehingga anak dapat
membedakan serta mampu mengambil keputusan sendiri sesuaidengan
apa yang diharapkan oleh orang tua
2.2.9. Perilaku Seks pranikah
2.2.9.1.

Perilaku
Perilaku (manusia) adalah semua kegiatan atau aktifitas manusia,

baik dapat diamati secara langsung maupun tidak dapat diamati oleh pihak
luar (Notoatmodjo, 2007:32). Perilaku adalah aksi dari individu terhadap
reaksi dari hubungan dengan lingkungannya. Dengan perkataan lain,
perilaku baru terjadi bila ada sesuatu yang diperlukan untuk menimbulkan
reaksi. Sesuatu tersebut disebut rangsangan. Jadi suatu rangsangan tertentu
akan menghasilkan reaksi berupa perilaku tertentu itu. Bila dilihat dari
bentuk respons terhadap stimulus, maka perilaku dapat dibedakan menjadi
dua, yakni perilaku yang tidak tampak/terselubung (covert behavior) dan
perilaku yang tampak (overt behavior). Perilaku yang tidak tampak ialah
berpikir, tanggapan, sikap, persepsi, emosi, pengetahuan, dan lain-lain.
Perilaku yang tampak antara lain berjalan, berbicara, berpakaian dan
sebagainya (Machfoedz, 2005:45).
Faktor penentu atau determinan perilaku manusia sulit untuk
dibatasi karena perilaku merupakan hasil dari resusitasi dari berbagai
faktor, baik internal maupun eksternal (lingkungan). Pada garis besarnya
perilaku manusia dapat terlihat dari tiga aspek yaitu aspek fisik, psikis dan

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

23

social. Akan tetapi dari aspek tersebut sulit untuk ditarik garis yang tegas
dalam mempengaruhi perilaku manusia.
Secara lebih terinci perilaku manusia sebenarnya merupakan
refleksi dari berbagai gejala kejiwaan seperti pengetahuan, keinginan,
kehendak, minat, motivasi, persepsi, serta sikap (Notoatmodjo, 2007:32).
Konsep umum yang digunakan untuk mendiagnosis perilaku adalah
konsep dari Green (1980) yang dikutip oleh Notoatmojo (2007:32)
mencoba menganalisis perilaku manusia, selanjutnya perilaku itu sendiri
ditentukan atau terbentuk dari 3 faktor:
a. Faktor-faktor predisposisi (Predisposing Factors)
Adalah faktor-faktor yang mempermudah terjadinya perilaku seseorang,
antara lain:
1) Pengetahuan
Merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah seseorang melakukan
pengindraan terhadap suatu obyek tertentu. Dalam hal ini berupa
informasi yang didapat dari manapun, seperti sekolah, orang tua, dan
sebagainya. Pengetahuan ini sangat penting untuk terbentuknya
tindakan seseorang.
2) Sikap
Reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu
stimulus atau obyek.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

24

3) Kepercayaan
Kepercayaan sering atau diperoleh dari orang tua. Seseorang menerima
kepercayaan itu berdasarkan keyakinan dan tanpa adanya pembuktian
terlebih dahulu.
4) Nilai-nilai
Nilai-nilai didalam masyarakat akan menghasilkan suatu pola hidup
yang pada umunya disebut kebudayaan. Kebudayaan ini terbentuk
dalam waktu yang lama sebagai akibat dari kehidupan suatu masyarakat
bersama.
b. Faktor-faktor pendukung (Enabling Factors)
Adalah faktor-faktor yang memungkinkan atau memfasilitasi perilaku
atau tindakan yang terwujud dalam lingkungan fisik, tersedia atau tidak
tersedianya fasilitas-fasilitas atau sarana-sarana, seperti media massa.
c. Faktor-faktor pendorong (Reinforcing Factors)
Adalah faktor-faktor yang mendorong atau memperkuat terjadinya
perilaku. Dalam hal ini pengaruh dari lingkungan luar seperti pengaruh
dari teman. Menurut Purwanto (1999:41) faktor yang mempengaruhi
perilaku seseorang adalah keturunan yang berarti sebagai pembawaan
atau heredity dan lingkungan yang berarti segala apa yang berpengaruh
pada diri individu untuk berperilaku, lingkungan turut berpengaruh
terhadap perkembangan pembawaan atau kehidupan seseorang.
Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku manusia menurut
Purwanto (1999:41) adalah:

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

25

1. Keturunan
Keturunan diartikan pembawaan yang merupakan karunia dari
Tuhan Yang Maha Esa. Keturunan sering disebut pula dengan
pembawaan, heredity.
2. Lingkungan
Lingkungan dalam pengertian psikologi adalah segala apa yang
berpengaruh pada diri individu dalam berperilaku seperti keluarga,
sekolah, masyarakat.
2.2.9.2.

Seks pranikah
Setelah memasuki masa remaja, setiap manusia baik pria maupun

wanita merasakan adanya suatu dorongan seksual (nafsu birahi). Dorongan
seksual ialah perasaan erotis terhadap lawan jenis dengan tujuan akhir
melakukan hubungan seksual (bersetubuh). Pada awalnya dorongan
seksual muncul karena pengaruh hormon, tetapi kemudian ada faktor lain
yang mempengaruhi dorongan seksual yaitu faktor psikis, rangsangan
seksual dari luar dan pengalaman seksual sebelumnya (bercumbu,
berciuman, dan sebagainya) disertai faktor coba-coba dan ingin tahu yang
akhirnya

keterusan

dan

terjerumus

dalam

seks

pranikah.

(Tjokronegoro, 2000).
Hubungan seks pranikah adalah perbuatan zina karena dilakukan
antara kaum pria dan wanita yang tidak terikat oleh perkawinan yang sah.
Biasanya perzinaan ini dilakukan oleh mereka yang mendambakan
kebebasan seks atau istilah asingnya free sex (Alam, 1992:31).

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

26

Seks pranikah juga diartikan bagaimana cara berpacaran,
pengetahuan tentang alat kelamin dan cara memikat hati pria dan wanita.
Seks pranikah merupakan hubungan seksual secara bebas yang dilakukan
atas dasar “suka sama suka” (Sarwono, 2002:19). Seks pranikah adalah
hubungan seksual yang dilakukan sebelum adanya hubungan resmi
sebagai suami istri yang meliputi beberapa yaitu mulai dari menunjukkan
perhatian dari lawan jenis, pacaran, kemudian melakukan lips kissing
(ciuman bibir), genital stimulation (melakukan rangsangan pada alat
genital), petting (saling menempelkan alat kelamin tanpa penetrasi),
kemudian berlanjut pada hubungan seksual (Wijanarko, 1999:17).
Menurut Sarwono (2002:19), hal-hal yang berpengaruh terhadap
perilaku seks pranikah pada remaja adalah:
a. Faktor internal, yaitu faktor yang berasal dari dalam diri remaja.
Perubahan-perubahan hormonal yang meningkatkan hasrat seksual
remaja. Peningkatan hasrat seksual ini membutuhkan penyaluran dalam
bentuk tingkah laku seksual tertentu.
b. Faktor eksternal, yaitu faktor yang berasal dari luar diri remaja.
1) Penundaan usia perkawinan, baik secara hukum maupun norma sosial
yang menuntut persyaratan yang makin tinggi untuk perkawinan
(pendidikan, pekerjaan, persiapan mental, dan lain-lain)
2) Norma agama yang berlaku melarang perilaku seksual yang bisa
mendorong remaja melakukan senggama, seperti berpegangan tangan,
berciuman, sendirian dengan pasangan ditempat sepi.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

27

3) Adanya penyebaran informasi da

Dokumen yang terkait

POLA KOMUNIKASI ORANG TUA DENGAN ANAK PADA KASUS SEKS PRANIKAH (Studi Deskriptif Pola Komunikasi Orang Tua Dengan Anak Pada Kasus Seks Pranikah di Surabaya).

0 0 12

POLA KOMUNIKASI ORANG TUA DENGAN ANAK PADA KASUS BALAPAN LIAR (Studi Deskriptif Pola Komunikasi Orang Tua Yang Bekerja Dengan Anak Pada Kasus Balapan Liar di Surabaya).

3 7 106

POLA KOMUNIKASI ORANG TUA DENGAN ANAK HIPERAKTIF (Studi DeskriptifKualitatif Pola Komunikasi Orang Tua Dengan Anak Hiperaktif di Surabaya).

0 0 95

POLA KOMUNIKASI ORANG TUA DENGAN ANAK (Studi Deskriptif Kualitatif Pola Komunikasi Orang Tua dengan Anak yang Pengemis).

0 1 99

POLA KOMUNIKASI ORANG TUA DENGAN ANAK (Studi Deskriptif Kualitatif Pola Komunikasi Orang Tua dengan Anak yang Pengemis).

0 2 95

POLA KOMUNIKASI ANTARA ORANG TUA DENGAN ANAK AUTIS KOTA SURABAYA ( Studi Deskriptif Kualitatif Pola Komunikasi Antara Orang Tua dengan Anak Autis di Surabaya ).

0 1 76

POLA KOMUNIKASI ORANG TUA DENGAN ANAK PEROKOK AKTIF DI SURABAYA (Studi Deskriptif Kualitatif pada Pola Komunikasi Orang Tua dengan Anak Perokok Aktif di Surabaya).

13 35 84

POLA KOMUNIKASI ORANG TUA DENGAN ANAK PEROKOK AKTIF DI SURABAYA (Studi Deskriptif Kualitatif pada Pola Komunikasi Orang Tua dengan Anak Perokok Aktif di Surabaya)

0 0 21

POLA KOMUNIKASI ORANG TUA DENGAN ANAK PADA KASUS BALAPAN LIAR (Studi Deskriptif Pola Komunikasi Orang Tua Yang Bekerja Dengan Anak Pada Kasus Balapan Liar di Surabaya)

0 0 18

POLA KOMUNIKASI ORANG TUA DENGAN ANAK PADA KASUS SEKS PRANIKAH (Studi Deskriptif Pola Komunikasi Orang Tua Dengan Anak Pada Kasus Seks Pranikah di Surabaya)

0 0 18