TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PERJUDIAN PERTANDINGAN SEPAK BOLA DI TELEVISI (Studi Kasus No. 534 / Pid.B / 2010 PN SURABAYA).

(1)

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PERJUDIAN PERTANDINGAN SEPAK BOLA DI TELEVISI

(Studi Kasus No. 534 / Pid.B / 2010 PN SURABAYA)

SKRIPSI

Oleh : Irwan Widi Yanto NPM. 0771010065

YAYASAN KESEJAHTERAAN PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR

FAKULTAS HUKUM PROGRAM STUDI ILMU HUKUM

SURABAYA 2011


(2)

ii 

 

HALAMAN PERSETUJUAN UNTUK MENGIKUTI UJIAN SKRIPSI

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PERJUDIAN PERTANDINGAN SEPAK BOLA DI TELEVISI

(Studi Kasus No. 534 / Pid.B / 2010 PN SURABAYA) Disusun Oleh :

IRWAN WIDI YANTO NPM. 0771010065

Telah disetujui untuk mengikuti Ujian Skripsi

Menyetujui,    

   

                

 

Pembimbing Pendamping

FAUZUL ALIWARMAN, SHi., M. Hum NIP/NPT. 3 8202 07 0221 

Pembimbing Utama

HARIYO SULISTIYANTORO, SH., MM NIP/NPT. 19 620625 199103 1 001

Mengetahui Dekan

HARIYO SULISTIYANTORO, SH., MM NIP/NPT. 19 620625 199103 1 001  


(3)

PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN SKRIPSI    TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PERJUDIAN   PERTANDINGAN SEPAK BOLA DI TELEVISI  (Studi Kasus No. 534 / Pid.B / 2010 PN SURABAYA)    Oleh :    IRWAN WIDI YANTO  NPM. 0771010065    Telah dipertahankan dihadapan dan diterima oleh Tim Penguji Skripsi  Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Hukum  Universitas Pembangunan Nasional “VETERAN” JAWA TIMUR  pada tanggal 12 Mei 2011 

Pembimbing Utama          Tim Penguji 

      1. 

       

       

       

HARIYO SULISTIYANTORO, SH., MM   SUTRISNO, SH., M. HUM     

NIP/NPT. 19 620625 199103 1 001    NIP/NPT. 19 6010212 198803 1001 

       

Pembimbing Pendamping      2.   

       

       

       

FAUZUL ALIWARMAN, SHi., M. Hum   HARIYO SULISTIYANTORO,SH.,MM 

NIP/NPT. 3 8202 07 0221      NIP/NPT. 19 620625 199103 1 001 

       

      3.         

   

       

      SUBANI SH., M.SI       

            NIP/NPT. 19510504 198303 1 001 

    Mengetahui  DEKAN    HARIYO SULISTIYANTORO, SH., MM  NIP/NPT. 19 620625 199103 1 001 


(4)

iv 

 

PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN REVISI SKRIPSI TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PERJUDIAN

PERTANDINGAN SEPAK BOLA DI TELEVISI (Studi Kasus No. 534 / Pid.B / 2010 PN SURABAYA)

Oleh :

IRWAN WIDI YANTO NPM. 0771010065

Telah direvisi dan diterima oleh Tim Penguji Skripsi Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Hukum

Universitas Pembangunan Nasional “VETERAN” JAWA TIMUR pada tanggal 18 Mei 2011

Tim Penguji Tanda Tangan

1. SUTRISNO, SH., MHUM : (...)

NIP/NPT. 19601212 198803 1 001

2. HARIYO SULISTIYANTORO,SH.,MM : (...) NIP/NPT. 19 620625 199103 1 001

3. SUBANI, SH, MSi : (...) NIP/NPT. 19510504 198303 1 001

Mengetahui DEKAN

HARIYO SULISTIYANTORO, SH., MM NIP/NPT. 19 620625 199103 1 001 


(5)

SURAT PERNYATAAN Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Irwan Widi Yanto

Tempat/Tgl Lahir : Surabaya, 13, Mei, 1984

NPM : 0771010065

Kosentrasi : Pidana

Alamat : Rungkut Harapan L-11, Surabaya Menyatakan dengan sebenarnya bahwa skripsi yang berjudul : “TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PERJUDIAN PERTANDINGAN SEPAK BOLA DI TELEVISI (Studi Kasus No. 534 / Pid.B / 2010 PN SURABAYA)” dalam rangka memenuhi syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur adalah benar-benar hasil karya ciptaan saya sendiri, apa yang saya buat sesuai dengan ketentuan yang berlaku bukan hasil jiplakan (plagiat).

Apabila di kemudian hari skripsi ini Hasil jiplajan (plagiat) maka, saya bersedia di tuntut di depan pengadilan dan dicabut gelar kesarjanaan (Sarjana Hukum) yang saya peroleh.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan penuh rasa tanggung jawab atas segala akibat hukumnya.

Surabaya , Mei 2011

Mengetahui

KAPROGDI PENULIS

Subani, SH., MSi Irwan Widi Yanto NIP/NPT. 19510504 198303 1 001 NPM. 0771010065


(6)

vi 

 

KATA PENGANTAR

Puji syukur yang sedalam-dalamnya penyusun panjatkan Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “TINJAUAN YURIDIS PERJUDIAN PERTANDINGAN SEPAK BOLA DI TELEVISI” (Studi Kasus No. 534 / Pid.B / 2010 PN SURABAYA).

Skripsi ini disusun dalam rangka untuk melengkapi salah satu syarat guna menyelesaikan sarjana hukum program studi Strata I Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Pembangunan Nasional " Veteran " Jawa Timur. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih atas bantuan dan bimbingan serta saran yang sangat berharga kepada :

1. Bapak Hariyo Sulistyantoro, S.H., MM., selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur, serta selaku Dosen Pembimbing Utama yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan kepada penulis dalam pembuatan laporan proposal skripsi ini, sehingga penulis dapat menyelesaikan dengan baik.

2. Bapak Sutrisno, S.H., M.Hum., selaku Wakil Dekan I Fakultas Hukum Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur .

3. Bapak Drs., Ec., Gendut Sukarno, Ms., selaku Wakil Dekan II Fakultas Hukum Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur .


(7)

4. Bapak Subani, S.H., M.Si., selaku Kepala Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

5. Bapak Fauzul Aliwarman SH., M.Hum., selaku Dosen Pembimbing Pendamping yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan kepada penulis dalam pembuatan laporan proposal skripsi ini, sehingga penulis dapat menyelesaikan dengan baik.

6. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Hukum Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

7. Keluargaku tercinta, yaitu Mama Papaku dan Pakde Budeku yang telah memberikan doa restu semangat, perhatian, cinta dan kasih sayang serta dukungan moril maupun materiil selama ini.

8. My lovely Dwi Rahmawati yang selama ini telah mendampingi penulis

dalam pembuatan skripsi ini, meskipun sering membuat gaduh, tapi dengan kegaduhan itu penulis dapat terhibur dan dapat menyelesaikan skripsi ini tepat pada waktunya.

9. Bapak Fahrudin yang telah membantu penulis dalam memberikan tuntunan di dalam menjalani kehidupan ini.

10. Seluruh Mahasiswa/i Fakultas Hukum Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur, terutama may best friend Aditya, Elia, Isna, Rina, Stela si ambon manise yang telah membantu dan memberikan saran sebagai masukan di dalam pembuatan skripsi ini.


(8)

viii 

 

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini jauh dari kesempurnaan dan masih banyak terdapat kesalahan-kesalahan, untuk itu segala kritik maupun saran yang sifatnya membangun sangat penulis perlukan demi kesempurnaan penulisan proposal skripsi ini. Meskipun dalam penyusunan proposal skripsi ini penulis telah mencurahkan semua kemampuan, namun penulis menyadari bahwa hasil dari proposal skripsi ini jauh dari sempurna di karenakan keterbatasan data dan referensi maupun kemampuan penulis. Penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak.

Surabaya, Mei 2011


(9)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN UJIAN SKRIPSI ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN UJIAN ... SKRIPSI ... iii

HALAMAN PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN REVISI ... SKRIPSI ... iv

SURAT PERNYATAAN ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

ABSTRAKSI ... xvii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

  1.1. Latar Belakang Masalah ... 1

  1.2. Rumusan Masalah ... 9

1.3. Tujuan Penelitian ... 9

1.4. Manfaat Penelitian ... 10

1.5. Kajian Pustaka ... 11

1.5.1. Tinjauan Tentang Tindak Pidana Perjudian Terselubung Pertandingan Sepak Bola ... 11


(10)

 

A. Pengertian Tindak Pidana ... 11

B. Macam-macam Tindak Pidana ... 11

1. Tindak Pidana Umum ... 11

2. Tindak Pidana Khusus ... 12

C. Unsur-Unsur Tindak Pidana ... 13

D. Jenis sanksi Pemidanaan ... 13

E. Tujuan Pemidanaan ... 14

F. Jenis-Jenis Alat Bukti ... 15

G. Fungsi Alat Bukti ... 15

H. Pengertian Perjudian ... 16

I. Unsur-Unsur Tindak Pidana Perjudian ... 17

J. Macam-Macam Perjudian ... 18

K. Asas-Asas Hukum Pidana ... 21

L. Asas-Asas Hukum Acara Pidana ... 22

M. Pertanggung Jawaban Pidana ... 23

N. Pertimbanagan Majelis Hakim Dalam Memutus Perkara Pidana ... 25

1.6. Metode Penelitian ... 25

1.6.1. Jenis Penelitian ... 26

1.6.2. Sumber Data ... 27

a. Bahan Hukum Primer ... 28

b. Bahan Hukum Sekunder ... 28


(11)

A. Penelitian Lapangan ... 28

B. Studi Kepustakaan ... 29

1.7. Sistematika Penulisan ... 30

BAB II IMPLEMENTASI PENEGAKAN HUKUM TINDAK PIDANA PERJUDIAN SEPAK BOLA DI TELEVISI ………. 32

2.1. Implementasi Penegakan Hukum Tindak Pidana ... 33

A. Implementasi Penegakan Hukum Oleh Masyarakat ... 33

B. Implementasi Penegakan Hukum Oleh Kepolisian ... 33

C. Implementasi Penegakan Hukum Oleh Jaksa ... 34

D Implementasi Penegakan Hukum Oleh Hakim ... 36

a). Pertimbangan Yang Bersifat Yuridis ... 37

b). Pertimbabgan Yang Bersifat Non Yuridis ... 41

E. Implementasi Penegakan Hukum Oleh Pemerintah ... 43

2.2. Analisa ... 44

BAB III FAKTOR-FAKTOR YANG MENYEBABKAN MARAKNYA PERJUDIAN DI DALAM TONTONAN SEPAK BOLA YANG ADA DI TELEVISI ... 48

3.1. Faktor Ekonomi ... 49

3.2. Faktor Sosial ... 50

A. Pendidikan Yang Rendah ... 50

B. Situasional ... 51

C. Presepsi Tentang Probalitas Kemenangan/Ramalan ... Tentang Kemenangan ... 51


(12)

xii 

 

D. Faktor Belajar ... 52

E.. Media Masa ... 52

F. Faktor Lingkungan ... 53

3.3. Faktor Budaya ... 53

BAB IV PENUTUP ... 55

4.1. Kesimpulan ... 55

4.2. Saran ... 55

DAFTAR PUSTAKA ... 57 LAMPIRAN 

   

 

 

 

 

 

 

 


(13)

DAFTAR GAMBAR

Daftar Gambar 1 : Berkas Perkara Daftar Gambar 2 : Identitas Tersangka.


(14)

xiv 

 

DAFTAR TABEL

Daftar Tabel 1 : Daftar Penahanan.

Daftar Tabel 2 : Daftar Isi Berkas Perkara. Daftar Tabel 3 : Daftar Saksi.

Daftar Tabel 4 : Daftar Tersangka. Daftar Tabel 5 : Daftar Barang Bukti. Daftar Tabel 6 : Daftar Pencarian Orang


(15)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Surat keterangan telah melakukan penelitian di Pengadilan Negeri Surabaya.

Lampiran 2 : Penetapan Penunjukan Hakim Perkara

Lampiran 3 : Surat Tuntutan.

Lampiran 4 : Surat Dakwaan.

Lampiran 5 : Ikhtisar Putusan

Lampiran 6 : Laporan Polisi

Lampiran 7 : Resume

Lampiran 8 : Surat Perintah Penyidikan

Lampiran 9 : Berita Acara Pemeriksaan Saksi

Lampiran 10 : Berita Acara Pengambilan Sumpah

Lampiran 11 : Berita Acara Pemeriksaan Tersangka

Lampiran 12 : Pemberitahuan Hak Tersangka Dan Penunjukan Penasehat Hukum

Lampiran 13 : Berita Acara Penolakan Untuk Didampingi Penasehat Hukum


(16)

xvi 

 

Lampiran 14 : Surat Perintah Tugas

Lampiran 15 : Surat Perintah Penangkapan

Lampiran 16 : Berita Acara Penangkapan

Lampiran 17 : Surat Perintah Penahanan

Lampiran 18 : Berita Acara Penahanan

Lampiran 19 : Surat Perintah Penggeledahan

Lampiran 20 : Berita Acara Penggeledahan

Lampiran 21 : Surat Perintah Penyitaan

Lampiran 22 : Berita Acara Penyitaan

Lampiran 23 : Tanda Terima Surat Pelimpahan Perkara Acara Pemeriksaan Biasa


(17)

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR

FAKULTAS HUKUM Nama Mahasiswa : Irwan Widi Yanto

NIM : 0771010065

Tempat Tanggal Lahir : Surabaya, 13 Mei 1984 Program Studi : Strata 1 (S1)

Judul Skripsi :

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PERJUDIAN PERTANDINGAN SEPAK BOLA DI TELEVISI

ABSTRAKSI

Perjudian khususnya judi bola adalah merupakan suatu perbuatan yang dianggap bertentangan dengan aturan-aturan hukum yang ada yang berlaku dalam kehidupan bermasyarakat, yang biasa disebut norma, yaitu; kesusilaan, kesopanan dan agama. Karena pada prinsipnya semua agama mutlak menolak dan melarangnya, dan pada hakekatnya perjudian sangat bertentangan dengan agama, kesusilaan dan moral Pancasila serta membahayakan bagi penghidupan dan kehidupan masyarakat, bangsa dan Negara. Permasalahan yang di hadapi adalah Bagaimana implementasi penegakan hukum tindak pidana perjudian terselubung sepak bola di televisi dan faktor-faktor apa saja yang menyebabkan maraknya perjudian di dalam tontonan sepak bola yang ada di televisi khususnya pada masyarakat Surabaya. Metode penelitian yang digunakan adalah normatif empiris yaitu penelitian hukum yang dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka atau bahan sekunder saja dan melalui penelitian lapangan, yang dilakukan baik melalui pengamatan dan wawancara oleh pihak yang dianggap mengerti tentang perkara tindak pidana judi bola tersebut. Dalam hal implementasi penegakan hukum dalam kasus perjudian khususnya judi bola harus berasal dan bermula dari masyarakat dengan adanya pelaporan tentang suatu tindak pidana yang terjadi, dan para aparat penegak hukum yaitu kepolisian yang bertugas melaksanakan penyelidikan dan penyidikan terhadap semua tindak pidana yang terjadi di masyarakat, jaksa/penuntut umum yang bertugas membuat dakwaan dan tuntutan yang sesuai dengan syarat-syarat yang telah ditentukan oleh undang-undang, hakim dengan kewenangannya dalam memutus suatu perkara yang tidak boleh memihak, dan hakim harus mempertimbangakan banyak hal terlebih dahulu sebelum membuat keputusan yang sifatnya final, Pemerintah yang membuat suatu peraturan tentang perundang-undangan yang sifatnya memaksa agar dilaksanakan. Bila antara masyarakat, aparat penegak hukum, dan pemerintah bisa melaksanakan fungsinya masing-masing dengan benar, maka implementasi penegakan hukum perjudian, bisa ditegakkan.

Faktor-faktor yang menyebabkan maraknya perjudian bola yaitu faktor ekonomi, faktor sosial, Faktor budaya.


(18)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Perkembangan zaman di Indonesia membawa pengaruh terhadap perkembangan dalam kehidupan masyarakat. Dalam dasawarsa terakhir ini segi struktur sosial kita mengalami perubahan yang besar. Perubahan tersebut membawa dampak, yaitu munculnya problema-problema terutama dalam lingkungan-lingkungan tertentu pada masyarakat kita. Perubahan kehidupan masyarakat akan memberikan pengaruh dalam perkembangan hukum dalam masyarakat tersebut. Antara perkembangan yang ada di masyarakat dengan perkembangan hukum itu hubungannya seiring. Pada masyarakat yang sederhana, hukumnya menjadi sederhana. Sedangkan pada masyarakat yang kompleks, maka hukumnya akan semakin kompleks. Pada masyarakat yang sederhana, hukum hanya cukup berupa prinsip-prinsip saja (principle law) sehingga tidak perlu di buat secara tertulis. Pada perkembangan selanjutnya pergaulan masyarakat akan bertambah kompleks dan menjadi tidak sederhana lagi sehingga diperlukan aturan-aturan lagi yang lebih tegas dan jelas yang dibuat secara tertulis, diarsipkan juga dan di maklumatkan agar diketahui dengan pasti.

Persoalan perjudian dari dulu sampai sekarang banyak menimbulkan pertentangan dengan norma-norma dan nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat. Seiring dengan kemajuan–kemajuan masyarakat dewasa


(19)

ini, baik kemajuan di bidang teknologi ataupun bidang lainnya, Kemajuan-kemajuan tersebut membuat orang semakin pandai dalam melakukan suatu tindak pidana, khususnya tindak pidana perjudian.

Perjudian adalah suatu tindak pidana yaitu pertaruhan sejumlah uang dimana yang menang mendapat uang taruhan itu atau dengan kata lain adu nasib dan setiap bentuk permainan yang bersifat untung- untungan bagi yang turut main, dan juga meliputi segala macam pertaruhan yang bertaruh tidak ikut dalamn perlombaan tersebut, termasuk juga segala macam pertaruhan lainnya. Dimana tindak pidana perjudian ini dijumpai di berbagai lingkungan masyarakat. Hekekatnya perjudian sangat bertentangan dengan agama, kesusilaan dan moral Pancasila serta membahayakan masyarakat, bangsa dan negara dan ditinjau dari kepentingan nasional. Perjudian mempunyai dampak yang negatif merugikan moral dan mental masyarakat terutama generasi muda. Di satu pihak perjudian adalah merupakan problem sosial yang sulit di tanggulangi dan timbulnya judi tersebut sudah ada sejak adanya peradaban manusia.

Hal ini sangat terlihat jelas dengan semakin pandainya orang mempergunakan sarana-sarana yang ada dan terbilang modern semisal perjudian sepak bola yang ada di televisi. Permainan judi sepak bola yang ada di televisi ini merupakan salah satu tontonan yang akhir-akhir ini sangat populer di Surabaya. Disini para pemain judi sepak bola biasanya melihat pertandingan club apa saja yang sedang berlangsung.


(20)

   

Metode berjudi dalam permainan pertandingan bola yang ada di televisi antara lain adalah sebagai berikut :

1. Para pemain membuat perjanjian antara pemain satu dengan pemain lainnya dengan memilih salah satu team yang diunggulkan menang dalam pertandingan tersebut. Jika pilihan betul maka ia berhak mendapatkan uang dari penjago team yang kalah.

2. Melalui bandar atau pengepul permainan judi bola tersebut.1

Hasil pengamatan dan pengalaman penulis sehari-hari, sering dijumpai berbagai kejahatan yang timbul sebagai akibat kelanjutan dari kekalahan seseorang bermain judi, khususnya dalam permainan judi bola yang ada di televisi. Hal ini dapat mengakibatkan bertambahnya jumlah kejahatan yang terjadi di dalam masyarakat, khususnya masyarakat Surabaya. Orang yang sudah kecanduan berjudi sepak bola yang ada di televisi tersebut biasanya sulit untuk menghilangkan kebiasaan tersebut, akhirnya banyak yang melalaikan tugas dan kewajibannya, baik itu sebagai pelajar, pegawai juga kepala rumah tangga. Fery berpendapat bahwa kejahatan tidak hanya disebabkan oleh hal-hal yang terletak dalam diri individu, akan tetapi penyebabnya juga berasal dari lua.r2 R. Owen berpendapat lain, bahwa lingkungan yang tidak baik membuat kelakuan seseorang menjadi jahat, dan lingkungan yang baik sebaliknya.3

      

1

Hasil wawancara dengan Mr X, pengepul judi bola, hari Sabtu, Tanggal 8 Januari 2011.

2

Soesilo, Kriminologi, Politea, Bogor 1985,Cet 1, hal 28.


(21)

Judi merupakan penyakit masyarakat dan mempunyai gejala-gejala sebagai berikut :

a. Banyak waktu terbuang sia-sia.

b. Kemiskinan, kesengsaraan terhadap diri dan keluarga c. Bersikap tidak jujur dan selalu berhutang.

d. Kepentingan kerja selalu diabaikan.

e. Tidak menghiraukan kesehatan, makan dan minum tidak teratur. f. Bersikap tamak dan menggunakan apa saja untuk kepentingannya. g. Selalu mengalami kerugian karena tidak dapat apa-apa dengan berjudi. h. Sanggup melakukan apa saja asalkan dapat berjudi.

i. Kemungkinan besar pemain judi akan ditangkap dan didakwa di pengadilan

j. Pemain judi tidak menjadi kaya melalui perjudian.4

Untuk menghindari pengaruh-pengaruh negatif itu, maka pemerintah memandang perlu untuk mengambil tindakan-tindakan, baik itu tindakan Preventif atau tindakan penegakan hukum dan tindakan Respresif atau tindakan pengawasan bagi setiap pelanggar perjudian pada ruang lingkup yang sekecil-kecilnya, sekaligus memberikan terapi dan pengobatan bagi para pelanggar pelaku perjudian sepak bola tersebut dengan memperberat ancaman hukumannya yang tercantum pada Pasal 303 ayat 1e

      

4

www.sepedauntuksekolah.cc.cc/2011/01/sosiologi.html, di akses tanggal 1 april 2011, pukul 16.00 wib.


(22)

   

sampai dengan ayat 3e. Dengan demikian pemerintah berusaha membatasi ruang lingkup perjudian pada ruang lingkup yang sekecil-kecilnya.

Kasus judi ataupun perjudian dari hari ke hari semakin marak. Masalah judi ataupun perjudian merupakan masalah klasik yang menjadi kebiasaan yang salah bagi umat manusia. Sejalan dengan perkembangan kehidupan masyarakat, ilmu pengetahuan, teknologi dan globalisasi maka tingkat dan modus kriminalitas juga mengalami perubahan baik kualitas maupun kuantitasnya. Pada hakekatnya judi maupun perjudian jelas-jelas bertentangan dengan agama, kesusilaan, dan moral Pancasila, serta membahayakan bagi penghidupan dan kehidupan masyarakat, bangsa dan negara. Kemudahan masyarakat untuk memperoleh informasi dari dunia luar dengan memanfaatkan kemajuan fasilitas teknologi informasi dan sebagai dampak langsung globalisasi dalam era reformasi maka pengaruh buruk terhadap sesuatu hal secara langsung akan dirasakan oleh masyarakat, apalagi bagi masyarakat yang taraf pendidikan dan ekonominya menengah ke bawah. Sebagai dampaknya jalan pintas untuk memperoleh sesuatu bukan hal yang diharapkan lagi,termasuk judi dan perjudian.

Sangat sulit untuk mampu memisahkan perilaku judi dari masyarakat kita. Terlebih orang Indonesia atau orang Jawa khususnya judi telah benar-benar mendarah daging. Bagi mereka yang terlibat langsung dengan perjudian akan cenderung berpikir negatif dan tidak rasional. Bahkan tidak mungkin akan memicu pada tindak kriminal yang lebih besar. Dari segi perilaku masyarakat juga mudah ditebak,mereka ini cenderung


(23)

mengisolasi diri dan mencari komunitas yang sejalan dengan mereka. Dengan demikian mungkin judi sudah merupakan penyakit sosial yang usianya sebaya dengan kelahiran manusia dan tetap saja ada mengisi kebutuhan manusia.

Selanjutnya bagaimana masyarakat menilai, atau memandang terhadap judi, yang jelas dalam kehidupan bermasyarakat secara nyata memandang dan menilai suatu perbuatan terutama masalah judi, terdapat dua macam pandangan atau penilaian, yang satu dengan yang lainnya saling bertentangan dan masing-masing pandangan sulit sekali ditemukan. Ada sebagian masyarakat yang menerima dan senang melakukan perbuatan judi, dan dilain pihak terdapat juga yang tidak senang dan menolaknya bahkan sampai menjauhi dan menganggap judi sebagai perbuatan yang terkutuk. Masyarakat yang demikian ini menghendaki kehidupan yang baik dan yang bersih dari segala perbuatan yang dipandang kurang baik atau tidak patut dilakukan. Dengan demikian, menurut pendapat masyarakat tentang perjudian di dalam kehidupan masyarakat sehari-hari, dapat dikategorikan sebagai berikut:

1. Golongan pertama, yaitu masyarakat yang senang atau menerima judi khususnya judi bola.

2. Golongan kedua, yaitu masyarakat yang tidak senang atau menolak judi atau perjudian.5

      

5

http://ceritaleosi.blogspot.com/2009/07/13-terdakwa-judi-sultan.html, di akses tanggal 2 April 2011, pukul 20.00 wib.


(24)

   

Golongan pertama yaitu yang senang menerima perjudian khususnya judi bola. Tipe masyarakat ini berpandangan dan biasanya mereka menerima adanya judi bola tanpa menghiraukan akibat-akibat yang ditimbulkan baik pada dirinya maupun pada masyarakat. Karena mereka hanya memandang dan memperhatikan pada segi keuntungannya saja,dan mereka menerima judi sebagai salah satu di antara jalan keluar untuk mencapai suatu tujuan yang dikehendaki. Misalnya ingin kaya secaracepat ingin mendapatkan hasil sebanyak-banyaknya dengan tenaga dan biaya yang ringan. Golongan pertama ini beranggapan bahwa masalah judi sehari-hari, dapat menghasilkan sebanyak-banyaknya dengan melalui permainan judi bola.

Ada pandangan lain yang berpendapat dan cenderung cara berfikir terhadap judi hanya ditinjau dari segi ekonomi semata-mata, sehingga menganggap judi itu benar dan tepat sekali dan harus diterima,, dengan demikian mereka cenderung untuk menggunakan falsafah menghalalkan segala cara.

Dengan berfikir dari segi ekonomis memang tepat sekali untuk mempercepat masuknya dan atau hasil yang dimaksudkan, dan dapat ditumpuk yang relatif singkat, dengan perjudian uang mengalir gampang sekali.Inilah pandangan atau penilaian bagi golongan yang senang dan menerima kehadiran judi, yang dititik beratkan pada segi keuntungan saja, tanpa menghiraukan akibat negatifnya.


(25)

Golongan kedua yaitu yang tidak senang atau menolak terhadap judi. Golongan ini bertitik tolak pada kebiasaan-kebiasaan hidup tanpa membawa akibat yang negatif termasuk permainan judi, karena ingin yang baik. Judi adalah merupakan suatu perbuatan yang dianggap bertentangan dengan aturan-aturan hukum yang ada yang berlaku dalam kehidupan bermasyarakat, yang biasa disebut norma, yaitu; kesusilaan, kesopanan dan agama. Karena pada prinsipnya semua agama mutlak menolak dan melarangnya, sebagaimana telah dipandang sebagai perbuatan yang melanggar hukum.

Perjudian khususnya judi bola adalah merupakan suatu perbuatan yang dianggap bertentangan dengan aturan-aturan hukum yang ada yang berlaku dalam kehidupan bermasyarakat, yang biasa disebut norma, yaitu; kesusilaan, kesopanan dan agama. Karena pada prinsipnya semua agama mutlak menolak dan melarangnya, sebagaimana telah dikemukakan sebelumnya bahwa pada hakekatnya perjudian adalah bertentangan dengan agama, kesusilaan dan moral Pancasila serta membahayakan bagi penghidupan dan kehidupan masyarakat, bangsa dan negara.

Semua akibat-akibat yang ditimbulkan karena judi, jika dibandingkan dengan hasil yang dicapai,tidak ada manfaatnya lagi, atau dengan kata lain merehabilitasi masyarakat yang disebabkan oleh pengaruh atau akibat-akibat negatif dari perjudian, biaya yang lebih besar/berat dari pada dana(hasil yang diperoleh). Mereka beranggapan pula bahwa tidak ada orang kaya dari judi.


(26)

   

Pembatasan ruang lingkup guna membatasi ruang lingkup perjudian khususnya judi bola perlu memperhatikan adanya aspek-aspek hukum lainnya. Semua aspek tersebut perlu mendapat pengamatan sistematik dan terintegrasi yang nantinya akan lebih mencerminkan bagaimana fenomena penegakan hukm di Indonesia.6 Inilah yang menjadi entri poin penulis mengambil judul tentang perjudian terselubung di dalam permainan sepak bola yang ada di televisi.

1.2. Rumusan Masalah

Perumusan masalah dimaksudkan untuk memberi arah penelitian serta untuk memudahkan pembahasan terhadap permasalahan yang penulis ambil sehingga tidak menyimpang dari pokok permasalahan yang sebenarnya. Maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut :

a. Bagaimana implementasi penegakan hukum tindak pidana perjudian sepak bola di televisi ?

b. Faktor-faktor yang menyebabkan maraknya perjudian di dalam tontonan sepak bola yang ada di televisi ?

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan yang hendak dicapai penulis dalam penelitian ini adalah :

      

6

Soekanto Soerjono, Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penegakan Hukum, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2004, hal 3.


(27)

a) Guna untuk mengetahui implementasi penegakan hukum tindak pidana perjudian dalam perkara ini.

b) Mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan maraknya perjudian di dalam tontonan sepak bola yang ada di televisi.

1.4 Manfaat Penelitian

1.Untuk menambah dan memperdalam pengetahuan penulis di bidang hukum, khususnya hukum pidana yang menyangkut penerapan penegakan hukum masalah perjudian di dalam pertandingan sepak bola yang ada di televisi.

2. Untuk melatih dan mengembangkan kemampuan penulis di bidang penelitian.

3. Untuk memberikan jawaban terhadap permasalahan yang diteliti sehingga hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan masukan dan pemikiran serta menambah pengetahuan mengenai terjadinya perjudian di dalam pertandingansepak bola yang ada di televisi.


(28)

   

1.5. Kajian Pustaka

1.5.1. Tinjauan Tentang Tindak Pidana Perjudian Terselubung Pertandingan Sepak Bola

A. Pengertian Tindak Pidana

Istilah ”Peristiwa Pidana” atau ”Tindak Pidana” adalah sebagai terjemahan dari istilah bahasa Belanda ”strafbaar feit”. Menurut Van Hamel bahwa ”strafbaar feit” adalah :

“kelakuan orang (menselijke gedraging) yang bersifat melawan hukum , yang patut di pidana (straf waarding) dan dilakukan dengan kesalahan”. 7

Beberapa sarjana telah berusaha untuk memberikan perumusan tentang pengertian dari peristiwa pidana, diantaranya :

“Menurut Prof. Simons Een strafbaargelesetelde,

onrechtmatige, met schuld in verband standee handelling van een teorekeningvatbar person.

Terjemahan bebasnya adalah perbuatan salah dan melawan hukum yang diancam pidana dan dilakukan oleh seseorang yang mampu bertanggung

jawab”.8

B. Macam-Macam Tindak Pidana 1. Tindak Pidana Umum

Tindak pidana dapat dibagi-bagi dengan menggunakan berbagai kriteria. Pembagian ini berhubungan erat dengan

      

7

Moeljatno, Azas-Azas Hukum Pidana, Bina Aksara, Jakarta,1998, hal 56

8 C.S.T.Kansil dan Christine S.T.Kansil, Pokok-Pokok Hukum Pidana, cetakan ke-1, Pradnya Paramita, Jakarta, 2004, hal.38.


(29)

berat ringannya ancaman, sifat, bentuk dan perumusan suatu ajaran-ajaran umum hukum pidana. Dengan membagi sedemikian itu sering juga dihubungkan dengan akibat-akibat hukum yang penting.9

Kitab Undang-Undang Hukum Pidana yang berlaku sekarang diadakan tiga macam pembagian title (bab), yaitu buku I tentang peraturan umum, buku ke II tentang kejahatan, dan yang ditempatkan dalam buku ke-III tentang pelanggaran.10

2. Tindak Pidana Khusus

Tindak pidana khusus ini dikategorikan tindak pidana yang sifatnya tidak di atur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana namun ada aturan tersendiri yang mengatur di dalam tindak pidana tersebut. Tindak pidana khusus ini meliputi antara lain :

1. Terorisme.

2. Narkotika dan psykotropika. 3. Korupsi.

4. Perlindungan Anak.

5. Kekerasan dalam Rumah Tanggga (KDRT) 6. Militer.

      

9

S.R. Siantury, Asas-Asas Hukum Pidana di Indonesia dan Penerapannya, Jakarta, Alumni Ahaem-Petehaem,1986, hal 228.

10

C.S.T Kansil, Pengantar Ilmu Hukum Dan Tata Hukum Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta 1986, Cetakan ke tujuh, hal 282.


(30)

   

7. Money laundry.

8. Ham.

C. Unsur-Unsur Tindak Pidana

Unsur-unsur yang terkandung di dalam tindak pidana di Indonesia menurut Simons antara lain sebagai berikut :

a. Perbuatan manusia. b. Diancam dengan pidana. c. Melawan hukum.

d. Dilakukan dengan kesalahan.

e. Oleh orang yang mampu bertanggung jawab.11

Bila menurut pendapat Moeljatno dapat dikatakan sebagai tindak pidana jika memenuhi unsur sebagai berikut :

a. Perbuatan.

b. Yang dilarang (oleh aturan hukum). c. Ancaman Pidana (bagi yang melanggar).12 D. Jenis Sanksi Pemidanaan

Jenis-jenis sanksi pemidanaan terdapat dalam Bab II Buku I Pasal 10 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) yang terdiri dari hukuman/Pidana pokok, dan hukuman/Pidana Tambahan.

Hukuman/pidana pokok terdiri dari :

1. Hukuman mati (death penalty/capital punisment)       

11

http://hukumhindu.vedasastra.com/2011/02/tindak-pidana. Diakses hari selasa tanggal 25 Januari 2011 pukul 18.00 wib.

12 Chawasi Adami, Pelajaran Hukum Pidana I, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2006, hal. 79.


(31)

2. Hukuman penjara 3. Hukuman kurungan 4. Hukuman denda 5. Hukuman tutupan

Sedangkan hukuman/pidana tambahan terdiri dari : 1. Pencabutan hak-hak tertentu

2. Perampasan barang-barang tertentu 3. Pengumuman putusan hakim E. Tujuan Pemidanaan

Mengenai tujuan pidana untuk pencegahan kejahatan ini, bisa dibedakanantara prevensi special dan prevensi general atau sering juga digunakan istilah“ spesial deterrence ” dan “general deterrence”. Dengan prevensi spesial dimaksudkan pengaruh pidana terhadap terpidana. Jadi pencegahan kejahatan itu ingin dicapai oleh pidana dengan mempengaruhi tingkah laku si terpidana untuk melakukan tindak pidana lagi.

Hal ini berarti pidana bertujuan agar si terpidana berubah menjadi orang yang lebih baik dan berguna bagi masyarakat. Teori tujuan pidana serupa ini dikenal dengan sebutan Reformation atau

Rehabilitation Teory . Dengan prevensi general dimaksudkan pengaruh

pidana terhadap masyarakat pada umumnya. Artinya pencegahan kejahatan itu ingin dicapai oleh pidana dengan mempengaruhi tingkah


(32)

   

laku anggota masyarakat pada umumnya untuk tidak melakukan tindak pidana. (Muladi dan Nawawi. 18: 1998)

F. Jenis-Jenis Alat Bukti

Permasalahan alat bukti kerap membawa kesulitan baik lembaga Kepolisian selaku penyidik, lembaga Kejaksaan selaku penuntut maupun lembaga Peradilan dalam memeriksa dan memutus perkara. Alat bukti yang ada sekarang dirasa sangat terbatas mengingat perubahan yang cukup pesat dalam masyarakat. Selain itu, dalam lapangan hukum pidana penafsiran, baik tentang duduk perkara maupun tentang alat bukti hanya terbatas pada penafsiran ekstensif, yaitu memberikan tafsiran dengan memperluas arti kata-kata dalam peraturan itu.

Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP) telah mengatur tentang jenis-jenis alat-alat bukti yang diatur pada pasal 184 Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP) yaitu :

1. Keterangan saksi 2. Keterangan ahli 3. Surat

4. Petunjuk

5. Keterangan terdakwa G. Fungsi Alat Bukti

Alat bukti yang sudah diuraikan diatas dapatlah dikatakan berfungsi untuk menjadikan terang tindak pidana yang didakwakan


(33)

dan menambah keyakinanhakim bahwa terdakwa benar-benar yang bersalah serta sebagai pelaku, juga dapatuntuk mempertimbangkan berat ringannya tindak pidana yang akan di jatuhkanterhadapnya Hal tersebut sebagai perwujudan dari pasal 183 KUHAP yang mana tidak akan dapat dijatuhi pidana kecuali sekurang-kurangnya dua alat bukti, sesuaidengan alat bukti maka dapat menjawab semua sangkalan yang dikemukakan olehterdakwa dan jika berusaha mengelak.

Hakim dalam menjatuhkan putusan akan menilai semua alat bukti yang sah untuk menyusun keyakinan hakim dengan mengemukankan unsur-unsurnya kejahatan yang didakwakannya menurut hukum pidana atau tidak, serta pidana apa yang setimpal dengan perbuatannya.13

H. Pengertian Perjudian

Judi atau permainan “judi” atau “perjudian” menurut Kamus besar Bahasa Indonesia adalah “Permainan dengan memakai uang sebagai taruhan”14.

Perjudian diartikan sebagai perbuatan dengan berjudi. Berjudi sendiri diartikan sebagai mempertaruhkan sejumlah uang atau harta dalam permainan tebakan berdasarkan kebetulan, dengan tujuan mendapatkan

      

13

Wawancara yang dilakukan oleh penulis tanggal 12 Maret 2011 terhadap Bapak M. Sholeh SH. MH

14

Poerwadarminta, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi Kedua, Balai Pustaka, Jakarta, 1995, hal .419.


(34)

   

sejumlah uang atau harta yang lebih besar daripada jumlah uang atau harta semula.15

Pengertian lain dari judi atau perjudian dalam bahasa Belanda dapat di lihat pada kamus Istilah hukum Fockema Andreae yang menyebutkan sebagai “Hazardspel atau kata lain dari Kansspel, yaitu permainan judi, permainan untung-untungan yang dapat dihukum berdasarkan peraturan yang ada”.16

I. Unsur-Unsur Tindak Pidana Perjudian

Tindak pidana perjudian mempunyai beberapa unsur-unsur sebagai berikut :

1. Ada permainan atau perbuatan manusia 2. Bersifat untung-untungan atau tidak

3. Dengan menggunakan uang atau barang sebagai taruhannya17

Dalam Pasal 303 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) menyebutkan unsur-unsurnya sebagai berikut :

a. Menggunakan kesempatan untuk main judi.

b. Dengan melanggar ketentuan Pasal 303 KUHP.

Seperti yang dimaksud dalam Pasal 303 kitab undang-undang hukum pidana (KUHP) yang berbunyi sebagai berikut :       

15

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, 1989, hal 367.

16

Mr. N.E. algra dan Mr. RR.W. Gokkel, Kamus Istilah Hukum Fockema Andreae, diterjemahkan oleh Saleh Adiwinata dkk, Bina Cipta, Jakarta, 1983, hal. 186.

17

www.sepedauntuksekolah.cc.cc/2011/01/sosiologi.html, di akses tanggal 1 april 2011, pukul 21.00 wib.


(35)

“Yang dikatakan main judi yaitu tiap-tiap permainan yang mendasarkan pengharapan buat menang yang pada umumnya bergantung pada untung-untungan saja, dan juga kalau pengharapan itu jadi bertanbah besar karena kepintaran dan kebiasaan pemain yang juga terhitung masuk main judi ialah pertaruhan tentang keputusan perlombaan atau permainan lain”.18

J. Macam-Macam Perjudian

Dalam penjelasan atas Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 1981 tentang Pelaksanaan Undang-undang Nomor 7 Tahun 1974 tentang Penertiban Perjudian, Pasal 1 ayat (1), disebutkan beberapa macam perjudian yaitu:

1. Perjudian di Kasino, antara lain terdiri dari : a. Roulette;

b. Blackjack; c. Bacarat; d. Creps; e. Keno; f. Tombala;

g. Super Ping-Pong; h. Lotto Fair; i. Satan; j. Paykyu;

k. Slot Machine (Jackpot); l. Ji Si Kie;

      


(36)

   

m. Big Six Wheel; n. Chuc a Cluck;

o. Lempar paser/bulu ayam pada sasaran atau papan; p. Yang berputar (Paseran);

q. Pachinko; r. Poker; s. Twenty One; t. Hwa-Hwe; u. Kiu-Kiu

2. Perjudian di tempat-tempat keramaian, antara lain terdiri dari perjudian dengan:

a. Lempar paser atau bulu ayam pada papan atau sasaran yang tidak bergerak;

b. Lempar gelang; c. Lempat uang (coin); d. Koin;

e. Pancingan;

f. Menebak sasaran yang tidak berputar; g. Lempar bola;

h. Adu ayam; i. Adu kerbau;

j. Adu kambing atau domba; k. Pacu kuda;


(37)

l. Kerapan sapi; m. Pacu anjing; n. Hailai;

o. Mayong/Macak; p. Erek-erek.

3. Perjudian yang dikaitkan dengan alasan-alasan lain antara lain perjudian yang dikaitkan dengan kebiasaan-kebiasaan:

a. Adu ayam; b. Adu sapi; c. Adu kerbau; d. Pacu kuda; e. Karapan sapi;

f. Adu domba atau kambing; g. Adu burung merpati;

Dalam penjelasan di atas, dikatakan bahwa bentuk perjudian yang terdapat dalam angka 3, seperti adu ayam, karapan sapi dan sebagainya itu tidak termasuk perjudian apabila kebiasaan-kebiasaan yang bersangkutan berkaitan dengan upacara keagamaan dan sepanjang kebiasaan itu tidak merupakan perjudian.

Ketentuan pasal ini mencakup pula bentuk dan jenis perjudian yang mungkin timbul dimasa yang akan datang sepanjang termasuk katagori perjudian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 303


(38)

   

ayat (3) Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) yang berbunyi :

“Yang dilkatakan main judi yaitu permainan yang mendasarkan pengharapan buat menang pada umumnya bergantung pada untung-untungan saja, dan juga kalau pengharapan itu jadi bertambah besar karena kepintaaran atau kebiasaan pemain. Yang juga terhitung masuk permainan judi ialah pertaruhan tentang keputusan perlombaan atau permainan lain, yang tidak diadakan oleh mereka yang turut berlomba atau bermain, demikian juga segala pertaruhan yang lain-lain”.

K. Asas-Asas Hukum Pidana

Asas-asas hukum pidana terdiri dari beberapa asas yaitu sebagai berikut :

1. Penafsiran peraturan-peraturan pidana itu hanya berdasarkan arti

kata-kata, yang terdapat di dalam aturan pidana itu saja.

2. Tidak ada hukuman jika tidak ada kesalahan.

3. Hukuman pidana menjatuhkan sanksinya, yaitu hukuman jika di

langgar.

4. Yang dapat di hukum hanya orang biasa saja, sedangkan badan

hukum dan binatang tidak.

5. Asas Teritoroaliteit yaitu orang baik orang Indonesia, maupun orang

asing yang telah melakukan kejahatan di dalam wilayah hukum Negara Republik Indonesia, di adili oleh hakim Indonesia, di dalam asas ini orang menitik beratkan pada dimana tindak pidana itu telah dilakukan.


(39)

6. Asas Personaliteit aktif yaitu setiap orang Indonesia, baik ia ada di

Indonesia, ataupun di luar Indonesia, di kenakan hukum pidana Indonesia, di mana saja ia melakukan kejahatan.

7. Asas Personaliteit pasif yaitu hukum pidana itu berlaku di mana saja

dan terhadap siapa saja, jika kepentingan-kepentingan nasional tertentu di langgar atau di nodai.

8. Asas Universaliteit yaitu tiap-tiap Negara dengan hukum pidananya

berkewajiban untuk menjaga dan memelihara jangan sampai ketertiban di seluruh dunia itu dilanggar.19

L. Asas-Asas Hukum Acara Pidana

Terdapat asas yang terkandung dalam Hukum Acara Pidana, asas-asas tersebut yang terkandung di dalam Hukum Acara Pidana yaitu :

1. Asas Legalitas.

2. Asas peradilan cepat, sederhana, dan biaya ringan 3. Pemeriksaan pengadilan terbuka untuk umum. 4. Asas Praduga Tidak Bersalah.

5. Asas Oportunitas.

6. Pemeriksaan pengadilan terbuka untuk umum. 7. Semua orang diberlakukan sama di depan Hakim.

8. Asas peradilan dilakukan oleh hakim karena jabatannnya. 9. Asas Accusatoir dan Inquisitoir.

      

19

R. Abdoel Djamali, Pengantar Hukum Indonesia, Edisi Revisi, Cetakan kesepuluh, PT Raja Grafindo Persada Grafika, Bandung 2005, hal 179.


(40)

   

10. Pemeriksaan hakim yang langsung dan lisan.20 M. Pertanggung Jawaban Pidana

Berbicara mengenai pertanggung jawaban pidana maka akan selalu mengaitkannya dengan adanya kesalahan yang melanggar larangan pidana dan kemampuan bertanggungjawab, tanggungjawab adalah keadaan wajib menanggung segala sesuatu (apabila terjadi apa-apa, boleh dituntut, dipersalahkan, diperkarakan dan sebagainya). Tindak pidana hanya menunjuk kepada dilarang dan diancamnya perbuatan dengan suatu pidana. Namun orang yang melakukan tindak pidana belum tentu dijatuhi pidana sebagaimana yang diancamkan, hal ini tergantung pada “ apakah dalam melakukan perbuatan ini orang tersebut mempunyai kesalahan“, yang merujuk kepada asas dalam pertanggungjawaban dalam hukum pidana : “ tidak dipidana jika tidak ada kesalahan (geen straf zonder schuld ; actus non facit reum nisi

mens sir rea)”. Asas ini memang tidak diatur dalam hukum tertulis

tapi dalam hukum tidak tertulis yang juga berlaku di Indonesia. Pertanggung jawaban pidana dalam istilah asing disebut juga dengan teorekenbaardheid atau criminal responsibility yang menjurus kepada pemidanaan pelaku dengan maksud untuk menentukan apakah seseorang terdakwa atau tersangka dipertanggungjawabkan atas suatu tindakan pidana yang terjadi atau tidak.21 Untuk lebih memahami tentang

      

20

Andi Hamzah, Hukum Acara Pidana Indonesia , Sinar Grafiaka, Jakarta 2006, hal 10.


(41)

pertanggungjawaban dalam hukum pidana maka kita harus mengetahui apa sebenarnya arti kesalahan itu :

“orang dapat dikatakan mempunyai kesalahan, jika dia pada waktu melakukan perbuatan pidana , dilihat dari segi masyarakat dapat dicela karenanya, yaitu kenapa melakukan perbuatan yang merugikan masyarakat padahal mampu mengetahui makna (jelek) perbuatan tersebut, dengan kata lain perbuatan tersebut memang sengaja dilakukan.22

Penjelasan arti kesalahan, kemampuan bertanggung jawab dengan singkat diterangkan sebagai keadaan batin orang yang normal dan sehat. Dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) tidak ada ketentuan tentang arti kemampuan bertanggungjawab, hanya dijelaskan mengenai kemampuan bertanggung jawab yaitu dalam Pasal 44 ayat (1) Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) :

“Barang siapa melakukan perbuatan yang tidak dapat dipertanggung jawabkan kepadanya, karena jiwanya cacat dalam tubuhnya atau jiwa yang terganggu karena penyakit, tidak dapat di pidana.”

Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) memberikan devinisi ketidakmampuan bertanggung jawab ditandai oleh salah satu dari dua hal yaitu jika cacat atau jiwa yang terganggu karena penyakit. Tidak mampu bertanggungjawab adalah ketidaknormalan keadaan batin pembuat karena cacat jiwa atau gangguan penyakit jiwa, sehingga padanya tidak memenuhi persyaratan untuk diperiksa. Dengan kata lain sesorang dipandang bertanggungjawab jika tidak ditemukan keadaan-keadaan tertentu. Maka dari keterangan di atas dapat diambil kesimpulan       


(42)

   

bahwa pengertian pertanggung jawaban pidana yaitu kemampuan seseorang untuk menerima resiko dari perbuatan yang diperbuatnya sesuai dengan undang-undang.

N. Pertimbangan Majelis Hakim Dalam Memutus Perkara Pidana Dalam memutus suatu perkara pidana hakim berpegang pada hati nuraninya dan juga bukti-bukti yang ada serta keterangan saksi maupun terdakwa menyatakan perbuatan terdakwa,23 dalam hal ini hakim dituntut untuk bisa membedakan pemidanaan antara otak pelaku, pelaku, dan kurir pelaku tindak pidana.

1.6. Metode Penelitian

Metodologi pada hakikatnya memberikan pedoman tentang cara-cara seorang ilmuwan mempelajari, menganalisa, memahami lingkungan-lingkungan yang dihadapi. Metode disini diartikan sebagai suatu cara atau teknis dalam suatu proses penelitian. Sementara itu penelitian itu terjemahan dari bahasa inggris yang di ambil dari kata

research berasal dari kata re (kembali) dan search (mencari). Research

berarti mencari kembali, oleh karena itu penelitian pada dasarnya merupakan “suatu upaya pencarian”. Apabila suatu penelitian merupakan usaha pencarian, maka timbul pertanyaan apakah yang di cari itu. Pada

       23


(43)

dasarnya yang di cari itu adalah pengetahuan atau pengetahuan yang benar.24

Pengertian dan metode di atas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan metode penelitian adalah suatu cara atau jalan untuk memecahkan masalah yang ada guna menemukan, mengembangkan atau menguji kebenaran suatu pengetahuan tentang cara mengumpulkan menyusun, serta menginterprestasikan data yang sesuai dengan pedoman atau aturan yang berlaku suatu karya ilmiah.

1.6.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah normatif empiris yaitu peneltian hukum mengenai perilaku- perilaku (atau aksi-aksi dan interaksi) manusia secara actual telah dan/ atau yang secara potensial akan terpola. Karena setiap perilaku atau aksi itu merupakan suatu realita sosial yang tersimak dalam pengalaman indrawi yang empiris, setiap penelitian yang mengonsepsikan hukum sebagai perilaku dan aksi yang dapat disebut dengan penelitian sosial.25

Penelitian hukum Normatif yaitu penelitian hukum yang dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka atau bahan sekunder

      

24

Zainudin Ali, Metode Penelitian Hukum, Sinar Grafika, Jakarta 2000, Hal 1

25

M. Syamsudin, Operasinalisasi Penelitian Hukum, P.T. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2007, hal. 30


(44)

   

saja.26 Penelitian hukum empiris mengungkapkan hukum yang hidup (living law) dalam masyarakat melalui perbuatan yang dilakukan oleh masyarakat. Empirical law research, yaitu penelitian hukum positif tidak tertulis mengenai perilaku anggota masyarakat dalam hubungan hidup bermasyarakat. Penelitian hukum empiris memperoleh data dari data primer yaitu data yang diperoleh langsung dari Pengadilan Negeri sebagai sumber pertama dengan melalui penelitian lapangan, yang dilakukan baik melalui pengamatan dan wawancara. Penelitian hukum sebagai penelitian sosiologis (empiris) dapat direalisasikan kepada penelitian terhadap efektivitas hukum yang berlaku ataupun penelitian terhadap identifikasi hukum.

1.6.2. Sumber Data

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan data primer dan sekunder. Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari bahan kepustakaan dengan cara menelusuri literatur yang berhubungan dengan penelitian.27

Data sekunder terbagi lagi menjadi :

      

26

Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif, Raja Grafindo Persada, Jakarta 2011, hal 13.


(45)

a). Bahan Hukum Primer28

Bahan hukum primer yang dimaksud adalah Peraturan perundang-undangan RI.

b). Bahan Hukum Sekunder29

Bahan hukum sekunder adalah semua publikasi tentang hukum yang merupakan dokumen yang tidak resmi. Bahan-bahan sekunder yang dipergunakan didalam penulisan skripsi ini.

Data Primer yaitu data yang diperoleh seorang peneliti langsung objeknya misalnya dengan cara wawancara, observasi, pengamatan dan angket.30

1.6.3. Teknik Pengumpulan Data

A. Penelitian lapangan (Field Research)

Penelitian lapangan (Field Research) yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara terjun langsung ke lapangan di tempat obyek yang akan penulis teliti.31

(1) Observasi atau pengamatan

Merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan mengadakan pengamatan dan pencatatan

      

28

Ronny Hanitijo Soemitro, Metodologi Penelitian Hukum, Gahlia Indonesia, Jakarta, 1982. Hal 96

29

Ibid. h. 96

30

Ibid. h. 99


(46)

   

dengan sistematis dengan fenomena-fenomena ataupun masalah-masalah yang diteliti.

(2) Interview atau wawancara

Yaitu teknik pengumpulan data yang mengadakan tanya jawab langsung dengan narasumber guna melengkapi data baik lisan maupun tulisan atau sejumlah keterangan data yang diperlukan. Guna melengkapi data-data tersebut penulis menentukan narasumber sebagai berikut :

Nara sumber yang dipilih oleh penulis adalah Kapolsek Rungkut Surabaya, Satreskrim Polrestabes, dan Hakim Pengadilan Negeri Surabaya.

B. Studi Kepustakaan (Library Research) 1. Studi Kepustakaan

Yaitu dilakukan dengan cara mempelajari, mengumpulkan pendapat para pakar hukum yang dapat dibaca dari literatur, yurisprudensi, majalah-majalah dan koran-koran yang kebetulan memuat tentang masalah yang diteliti.

2. Teknik Analisis Data

Teknik analisa data merupakan hal yang terpenting agar data yang sudah terkumpul dengan cara yang dapat dipertanggung jawabkan dapat menghasilkan jawaban dari permasalahan. Data-data yang terkumpul akan disusun secara deskriptif kualilatif yaitu prosedur pemecahan masalah yang diteliti dengan cara


(47)

memaparkan data-data yang diperoleh dari lapangan baik data primer maupun data sekunder.

Hal ini dimaksudkan untuk mendapatkan suatu kebenaran yaitu dengan menguraikan data yang sudah terkumpul sehingga dengan demikian dapat dilakukan pemecahan masalah. Analisis yang penulis gunakan adalah analisis interaktif, yaitu model analisis yang terdiri dari reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Dilakukan pula suatu proses siklus antara tahap-tahap tersebut sehingga data-data yang terkumpul akan berhubungan satu dengan yang lainnya secara sistematis.

1.7. Sistematika Penulisan

Untuk lebih memudahkan mengikuti uraian skripsi ini, maka disusun menurut urutan sebagai berikut :

Bab I Pendahuluan. Didalamnya menguraikan tentang latar belakang masalah, kemudian berdasarkan masalah tersebut maka dirumuskan permasalahan. Selanjutnya disajikan tujuan dan manfaat penelitian sebagai harapan yang ingin dicapai melalui penelitian ini. Pada bagian kajian pustaka yang merupakan landasan dari penulisan skripsi. Kemudian diuraikan beberapa konsep definisi yang berkaitan dengan judul penelitian. Selanjutnya diuraikan tentang metode penelitian yang merupakan salah satu syarat dalam setiap penelitian. Intinya mengemukakan tentang tipe penelitian dan


(48)

   

pendekatan masalah, sumber bahan hukum, langkah penelitian, dan bab ini dakhiri dengan sistematika penulisan.

Bab II yaitu mengenai pembahasan dan analisa tentang implementasi penegakan hukum dalam perkara perjudian pertandingan sepak bola di televisi. Dalam Bab II ini terdapat dua sub bab yang terdiri dari duduk perkara dan analisa penulis terhadap implementsi penegakan hukum dalam perkara perjudian terselubung pertandingan sepak bola di televisi.

Bab III, yaitu mengenai pembahasan tentang masalah proses terjadinya perjudian dan faktor-faktor yang menyebabkan maraknya perjudian sepak bola yang ada di televisi.

Bab IV, atau bab penutup dari sistematika penulisan skripsi ini, yakni memuat ringkasan dari seluruh uraian dan pembahasan untuk selanjutnya disampaikan kesimpulan dari seluruh pembahasan dan saran-saran yang di anggap perlu.


(49)

BAB II

IMPLEMENTASI PENEGAKAN HUKUM TINDAK PIDANA PERJUDIAN SEPAK BOLA DI TELEVISI

Problema penegakan hukum di Indonesia nampaknya mulai menghadapi kendala berkaitan dengan perkembangan masyarakat yang yang kian cepat. Berbagai kasus menggambarkan sulitnya penegak hukum mencari cara agar hukum nampak sejalan dengan norma masyarakat. Bagaimana pun juga masalah perjudian, baik itu menguntungkan atau merugikan, tidak dapat dilepaskan dengan manusia dan perilakunya dalam kehidupan bermasyarakat. Judi adalah salah satu hasil karya dan rekayasa manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya baik secara rohani maupun secara jasmaniah di tengah masyarakat yang penuh dengan persaingan dan krisis serta tekanan.

Maraknya judi dalam berbagai bentuk dan manifestasinya disikapi oleh sebagian daerah dengan menyusun rancangan peraturan daerah Antijudi. Sebagian yang lain melakukan unjuk rasa memprotes penegak hukum dan pemerintah daerah yang terkesan membiarkan. Namun tindak pidana perjudian semakin marak yang merupakan akibat kegagalan pemerintah memenuhi jiwa hukum dan jiwa undang-undang penertiban judi yang sudah lebih dari 30 tahun lahir.

Undang-undang yang lahir pada masa Orde Baru yaitu Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1974 tentang Penertiban Perjudian, merupakan bentuk alternatif untuk mengatasi masalah tindak pidana


(50)

   

perjudian. Undang-undang ini jelas menyatakan bahwa ancaman hukuman dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana untuk perjudian tidak sesuai lagi sehingga perlu diperberat. Menurut Pasal 542 Ayat (1) dan Ayat (2) yang semula merupakan pelanggaran kini diubah menjadi kejahatan dan sanksi tindak pidana perjudian yang diberikan kini ditambah yang semula satu bulan menjadi empat tahun, serta dari tiga bulan menjadi enam tahun.

2.1. Implementasi Penegakan Hukum Tindak Pidana Perjudian A. Implementasi Penegakan Hukum Oleh Masyarakat

Masyarakat merupakan bagian dalam proses penegakan hukum di Negara kita. Masyarakat memegang peranan penting dalam hal pelaporan suatu perkara tindak pidana yang terjadi di sekitarnya, khususnya tindak pidana perjudian.

Pelaporan yang dilakukan oleh masyarakat ini sangat penting bagi pemberantasan tindak pidana perjudian, dikarenakan tindak pidana perjudian ini sifatnya terselubung dan hanya kalangan tertentu yang mengetahuinya. Disinilah peran masyarakat dalam hal pelaporan sangat dianggap penting dalam upaya penegakan hukum untuk memberantas tindak pidana perjudian.

B. Implementasi Penegakan Hukum Oleh Kepolisian

Penegakan hukum yang dilakukan oleh pihak kepolisian dalam mengatasi perjudian tidak lepas dari Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 Tentang Kepolisian Negara Indonesia dan Kitab Undang-Undang


(51)

Hukum Acara Pidana (KUHAP). Mengenai fungsi Polri terdapat dalam pasal 2 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 yang berbunyi :

“Fungsi Kepolisian adalah salah satu fungsi pemerintah negara di bidang pemeliharaan, keamanan dan ketertiban bermasyarakat, penegakan hukum, perlindungan, serta pengayoman dan pelayanan kepada masyarakat”.

Mengenai tugas pokok Polri menurut pasal 13 dan 14 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002. Adapun pasal 13 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 disebutkan bahwa tugas pokok Polri adalah : a. Memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat.

b. Menegakkan hukum.

c. Memberi perlindungan, pengayoman dan pelayanan kepada masyarakat.

Kepolisian Negara Republik Indonesia sebagai instansi yang mengemban tugas dalam penegakan hukum terkait dengan upaya untuk mengungkap perjudian. Pada dasarnya Polri bertugas melaksanakan penyelidikan dan penyidikan terhadap semua tindak pidana yang terjadi di masyarakat.

C. Implementasi Penegakan Hukum Oleh Jaksa

Jaksa atau penuntut umum dalam ketentuan Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHAP) mempunyai peran penting guna tercapainya penegakan hukum yang ideal. Hal ini dapat di lihat dari Pasal 143 (2) huruf a dan Pasal 143 (2) huruf b Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP) tentang syarat-syarat dakwaan. Didalam


(52)

syrat-   

syarat dakwaan Jaksa haruslah melihat syarat formil dan materiil dalam membuat surat dakwaan.

Syarat formil berisikan tentang surat dakwaan tersebut harus dibubuhi tanggal dan tanda tangan Penuntut umum pembuat surat dakwaan dan surat dakwaan tersebut harus memuat secara lengkap identitas terdakwa yang meliputi nama lengkap, tempat lahir, umur/tanggal lahir, jenis kelamin, kebangsaan, tempat tinggal, agama dan pekerjaan.

Syarat materiil berisikan terntang Tindak Pidana yang dilakukan, siapa yang melakukan tindak pidana tersebut, dimana Tindak Pidana dilakukan, bilamana/kapan Tindak Pidana dilakukan, bagaimana Tindak Pidana tersebut dilakukan, akibat apa yang ditimbulkan tindak pidana tersebut, apakah yang mendorong terdakwa melakukan tindak pidana tersebut, dan ketentuan pidana apa yang akan diterapkan.

Tidak hanya pembuatan dakwaan dalam penegakan hukum yang ideal, tapi seorang jaksa harus melaksanakan wewenangnya yang diatur dalam Pasal 13 Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP) tentang wewenag penuntut umum/jaksa. Wewenang penuntut umum/jaksa adalah sebagai berikut :

1. Menerima dan memeriksa berkas perkara penyidikan dari penyidik atau penyidik pembantu.


(53)

2. Memberikan perpanjangan penahanan melakukan penahanan atau penahanan lanjutan dan mengubah status tahanan setelah perkaranya dilimpahkan oleh penyidik.

3. Membuat surat dakwaan.

4. Melimpahkan perkara ke pengadilan.

5. Menyampaikan pemberitahuan pada terdakwa tentang ketentuan hari dan waktu perkara disidangkan yang disertai surat panggilan pada terdakwa atau saksi untuk dating pada siding yang telah ditentukan. 6. Melakukan penuntutan.

7. Menutup perkara demi kepentingan hukum.

8. Mengadakan kegiatan lain dalam lingkup tugas dan tanggung jawab sebagai penuntut umum menurai ketenuan undang-undang ini.

9. Melaksanakan penetapan hakim.

Dalam hal ini seorang Jaksa haruslah dituntut agar melakukan profesinya sebagai penuntut umum dengan profesional agar tereciptanya penegakan hukum yang ideal di negara kita.

D. Implementasi Penegakan Hukum Oleh Hakim

Penegakan hukum yang dilakukan oleh hakim sangat penting sekali, karena hakim adalah penentu apakah orang yang melakukaan suatu tindak pidana dinyatakan bersalah atau tidak. Hakim dalam memutus dan menjatuhkan suatu perkara pidana terhadap seseorang yang melanggar suatu aturan yang telah ditetapkan dalam wujud undang-undang mengacu pada peraturan perundang-undangan yang berlaku di negara


(54)

   

kita. Namun hakim tidak hanya mempertimbangkan masalah peraturan yang sifatnya teoretis semata melainkan juga mempertimbangkan hal-hal konkret lainnya yang ada di setiap perkara, yang tentunya tidak sama saatu dengan yang lainnya.

Hal inilah yang membuat penjatuhan pidana dalam suatu perkara terkadang tidak sama antara suatu perkara dengan perkara lain yang pada pokoknya sama. Hakim harus mempertimbangakan banyak hal terlebih dahulu sebelum membuat keputusan yang sifatnya final dan mempunyai kekuatan hukum. Putusan Hakim dalam suatu perkara di dasarkan pada pertimbangan-pertimbangan tertentu yang digunakan demi adilnya putusan terhadap perkara tersebut. Dimana sebagian besar hakim di indonesia menggunakan jenis pertimbangan yang sifatnya yuridis maupun non yuridis dalam menjatuhkan putusannya terhadap suatu perkara. Berikut penulis jelaskan pemaparaan mengenai teori pertimbangan hakim :

a) Pertimbangan Yang Bersifat Yuridis

Dalam suatu persidangan mengenai suatu perkara, akan didapat fakta hukum atau fakta yuridis. Dalam Undang-Undang pun telah ditetapkan hal-hal yang harus dimuat dalam putusan. Inilah yang disebut sebagai pertimbangan yang bersifat yuridis, yang digunakan hakim. Hal tersebut merupakan hal pokok yang harus ada untuk dapat dipertimbangkan sebelum hakim menjatuhkan putusannya terhadap suatu perkara. Hal-hal yang dimaksud tersebut antara lain:


(55)

(1). Dakwaan Jaksa Penuntut Umum

Dakwaan merupakan dasar hukum dalam beracara pidana karena berdasarkan dakwaan tersebut pemeriksaan di persidangan dilakukan. Dakwaan yang dijadikan dasar pertimbangan hakim adalah dakwaan yang telah dibacakan di depan sidang pengadilan. Dakwaan antara lain memuat:

(a) Identitas terdakwa (b) Locus dan tempus delicti (c) Tindak pidana yang didakwakan

(d) Pasal yang dilanggar oleh terdakwa karena perbuatnnya (2). Keterangan Saksi

Hal lain yang mempunyai arti yang tak kalah penting dalam suatu proses peradilan adalah mengenai keterangan saksi, karena melalui keterangan saksi dapat digali informasi yang sebenarnya mengenai perkara yang terjadi. Keterangan saksi dapat dikategorikan sebagai alat bukti sepanjang keterangan itu mengenai suatu peristiwa pidana yang ia dengar sendiri, alami sendiri, dan harus disampaikan di dalam persidangan dengan mengangkat sumpah. Keterangan saksi menjadi pertimbangan utama dan selalu dipertimbangkan oleh hakim dalam putusannya. Dijelaskan dalam Pasal 185 KUHAP, bahwa keterangan saksi dapat berwujud keterangan secara lisan di muka persidangan maupu keterangan yang diberikan secara tertulis. Dalam hal ini saksi memberikan


(56)

   

keterangannya secara tertulis setelah disumpah sebelumnya. Kemudian keterangan tertulis tersebut dibacakan di muka persidangan ketika pemeriksaan terhadap saksi yang tidak dapat hadir tersebut dilaksanakan.

(3). Keterangan Terdakwa

Pengaturan mengenai keterangan terdakwa terdapat dalam Pasal 189 KUHAP. Dimana yang disebut sebagai keterangan terdakwa adalah apa yang terdakwa nyatakan dalam sidang tentang perbuatan yang ia lakukan atau yang ia ketahui sendiri atau alami sendiri. Keterangan dari seorang terdakwa juga dapat diberikan di luar persidangan untuk selanjutnya dibacakan dalam persidangaan, namun dalam ayat (2) Pasal 189 KUHAP disebutkan bahwa hal itu harus disertai dengan persyaratan, asalkan keterangan itu didukung oleh suatu niat bukti yang sah sepanjang mengenai hal yang didakwakan kepadanya.

(4). Barang-Barang Bukti

Pengertian barang bukti disini adalah semua benda yang dapat dikenakan penyitaan dan diajukan oleh penuntut umum di depan persidangan. Barang-barang bukti tidak termasuk alat bukti. Sebab undang-undang menetapkan lima macam alat bukti yaitu: keterangan saksi, keterangan ahli, surat, petunjuk dan keterangan terdakwa. Adanya barang bukti yang terungkap pada persidangan akan menambah keyakinan hakim dalam menilai benar tidaknya


(57)

perbuatan yang didakwakan kepada terdakwa, dan sudah barang tentu hakim akan lebih yakin apabila barang bukti itu dikenal oleh terdakwa ataupun saksi-saksi. Macam dari barang bukti antara lain meliputi:

(a) Benda atau tagihan tersangka atau terdakwa seluruhnya atau sebagian yang diduga diperoleh dari tindak pidana atau sebagai hasil dari tindak pidana;

(b) Benda yang dipergunakan secara langsung untuk melakukan tindak pidana atau untuk mempersiapkannya;

(c) Benda yang digunakan untuk menghalang-halangi penyidikan tindak pidana;

(d) Benda lain yang mempunyai hubungan langsung dengan tindak pidana yang dilakukan.

(5). Pasal-Pasal Dalam Peraturan Hukum Pidana

Pasal-pasal yang ada dalam peraturan pidana telah menjelaskan mengenai unsur-unsur yang harus dipenuhi hingga seseorang terbukti melakukan tindak pidana yang didakwakan kepadanya. Sehingga dalam pemeriksaan di persidangan hakim harus jeli dalam melihat unsur-unsur tersebut, apakah benar si terdakwa sudah memenuhi semua unsur yang disebutkan dalam Pasal perundangan yang mengatur mengenai tindak pidana yang


(58)

   

didakwakan atau belum. Apabila sudah terbukti maka Pasal tersebut bisa dikenakan padaanya32.

b) Pertimbangan Yang Bersifat Non Yuridis

Pertimbangan yang bersifat non yuridis terdiri dari beberapa hal. Dimana melalui pertimbangan non yuridis ini diharapkan keadilan yang sesungguhnya dapat lahir dari suatu putusan yang dibuat oleh Majelis Hakim dalam suatu persidangan. Macam dari pertimbangan non yuridis antara lain adalah:

(1) Latar belakang terdakwa serta agama atau keyakinan yang dianut terdakwa

Hal yang mendasari terjadinya tindak pidana adalah hal yang mempunyai kekuatan yang utama yaitu latar belakang terdakwa. Dimana yang disebut dengan latar belakang terdakwa adalah suatu hal atau keadaan, yang karena adanya keadaaan tersebut maka menyebabkan timbulnya keinginan serta dorongan keras pada diri terdakwa untuk melakukan tindak pidana. Karena dalam suatu perkara belum tentu si terdakwa sebenarnya menginginkan terjadinya suatu perkara yang ia lakukan tersebut, namun dorongan tersebut yang membuatnya melakukan suatu tindaak pidana yang didakwakan kepadanya. Sedangkan agama atau pun keyakinan yang dianut terdakwa ternyata mempunyai arti penting pula bagi hakim dalam menjatuhkaan putusannya. Dengan       

32


(59)

meneliti lebih lanjut mengenai hal-hal yang diajarkan dalam agama ataupun keyakinan terdakwa hakim dapat mengetahui alaasan terdakwa melakukan tindak pidana yang ia lakukan. Hakim dapat pula mempelajari hukuman apa yang menurut agama yang ia percayai pantas dikenakan kepadanya. Kalimat “Berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa” yang terdapat dalam setiap kepala putusan juga dapat mewakilkan bawasannya dalam memutus setiap perkara, hakim tidak hanya mendasarkannya pada nilai keadilan yaang tumbuh dalam kehidupan bermasyarakat namun juga atas dasar nilai Ketuhanan, yang tentunya ada dalam agama ataupun kepercayaan yang dianut oleh terdakwa.

(2) Akibat perbuatan terdakwa

Hal ini merupakan suatu point yang tak kalah penting untuk dikaji, karena akibat yang timbul dari suatu perkara yang sama yang dilakukan di tempat yang berbeda atau di waktu yang berbeda maupun oleh orang yang berbeda dapat mempengaruhi akibat yang ditimbulkan. Suatu perbuatan pidana yang dilakukan terdakwa sudah pasti membawa korban atau kerugian dari pihak lain. Bahkan akibat dari perbuatan terdakwa yang dilakukan tersebut dapat pula berpengaruh buruk terhadap masyarakat luas, paling tidak keamanan dan ketentraman mereka terancam33.

       33

 Ibid.  


(60)

   

E. Implementasi Penegakan Hukum Oleh Pemerintah

Penegakan hukum yang dilakukan pemerintah dalam mengatasi perjudian adalah dengan cara membuat suatu Undang-Undang yaitu Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1974 Tentang Penertiban Perjudian. Dalam hal ini dapat kita lihat tentang isi dan sanksi pemidanaannya yang terdapat dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1974 Tentang Penertiban Perjudian sebagai berikut :

Pasal 1

Menyatakan semua tindak pidana perjudian sebagai kejahatan. Pasal 2

(1) Merubah ancaman hukuman dalam Pasal 303 Ayat (1) Kitab Undang- undang Hukum Pidana, dari Hukuman penjaara selama-lamanya dua tahun delapan bulan atau denda sebanyak-banyaknya sembilan puluh ribu rupiah menjadi hukuman penjara selama-lamanya sepuluh tahun atau denda sebanyak-banyaknya dua puluh lima juta rupiah.

(2) Merubah ancaman hukuman dalam Pasal 542 Ayat (1) Kitab Undang- undang Hukum Pidana, dari hukuman kurungan selama-lamanya satu bulan atau denda sebanyak-banyaknya empat ribu lima ratus rupiah, menjadi hukuman penjara selama-lamanya empat tahun atau denda sebanyak-banyaknya sepuluh juta rupiah.

(3) Merubah ancaman hukuman dalam Pasal 542 Ayat (2) Kitab Undang- undang Hukum Pidana, dari hukuman kurungan selama-lamanya tiga bulan atau denda sebanyak-banyaknya tujuh ribu lima ratus rupiah menjadi hukuman penjara selama-lamanya enam tahun atau denda sebanyak-banyaknya lima belas juta rupiah.

(4) Merubah sebutan Pasal 542 menjadi Pasal 303 bis.

Perubahan sanksi pidana dari Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) yang dirumuskan dalam Undang-Undang Nomor 7


(61)

Tahun 1974 Tentang Penertiban Perjudian adalah bentuk aplikasi pemerintah dalam memberantas tindak pidana perjudian.

Dari pembahasan diatas maka apabila diaplikasikan dengan hasil penelitian yang telah penulis lakukan terhadap Putusan No. 534 / Pid.B / 2010 PN SURABAYA tentang perkara perjudian sepak bola yang ada di televise, maka didapat analisa penulis mengenai implementasi penegakan hukum perjudian sepak bola yang ada di televisi akan di uraikan dalam bab 2.2.

2.2. Analisa

Dalam Surat Tuntutan dengan No Perkara PDM 175/Ep.2/02/2010 ini Penuntut Umum membacakan penuntutannya pada hari Senin tanggal 08 Maret 2010 yang menyatakan bahwa perbuatan yang dilakukan terdakwa secara sah dan meyakinkan telah terbukti bersalah, maka penuntut umum mendakwa Yayan Hariyono Bin Gupuh Sasminto dengan Pasal Primair Pasal 303 (1) ke-2 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) dan menuntut agar Yayan Hariyono Bin Gupuh Sasminto untuk dijatuhkan hukuman selama 5 (lima) bulan dikurangi selama terdakwa ditahan dengan perintah terdakwa tetap ditahan dan bulan dan membayar biaya perkara senilai Rp. 1.000,00 (seribu rupiah) juga Handpohone merk Nokia 1110 warna hitam putih dan enam lembar rekapan perjudian bola ini digunakan untuk melakukan tindak pidana tersebut dijadikan sebagai barang


(62)

   

bukti dan telah diajukan bukti-bukti berupa saksi dan terdakwa mengakuinya akan perbuatan dalam persidangan.

Berdasarkan hasil analisa pada kasus No. 534 / Pid.B / 2010 PN SURABAYA bahwa Yayan Hariyono Bin Gupuh Sasminto, umur 33 tahun, yang bertempat tinggal di kaliasin 10/20 Surabaya, Pekerjaan wiraswasta, agama islam, Kewarganegaraan Indonesia telah melakukan perbuatan pidana yaitu melakukan perjudian jenis bola, maka majelis hakim pada tanggal 17 Februari 2010 telah memutuskan perkara perjudian terhadap terdakwa Yayan Hariyono Bin Gupuh Sasminto dengan pidana penjara selama 4 bulan dan membayar biaya perkara senilai Rp. 1.000,00 (seribu rupiah).

Penerapan sanksi pidana terhadap terdakwa Yayan Hariyono Bin Gupuh Sasminto dalam perkara pidana perjudian sangat ringan sekali bila dibandingkan dengan ancaman pidana pada Pasal 303 (1) ke 2 dan Pasal 303 bis (1) ke 2 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana yang berbunyi. :

Pasal 303 (1) ke 2 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana.

Dengan hukuman penjara selama-lamanya 10 Tahun atau denda sebanyak-banyaknya dua puluh lima juta rupiah dihukum barang siapa dengan tidak berhak :

“Dengan sengaja menawarkan atau memberikan kesempatan pada khalayak umum untuk permainan judi atau dengan sengaja turut serta dalam perusahaan untuk itu, biarpun ataupun tidak ada perjanjiannya atau caranya atau jugapun untuk memakai kesempatan itu“.

Hal ini dikarenakan hakim mempunyai beberapa pertimbangan yang menjadikan perkara terdakwa Yayan Hariyono Bin Gupuh Sasminto menjadi ringan. Pertimbangan-pertimbangan itu sebagai berikut :


(63)

1. Terdakwa Yayan Hariyono Bin Gupuh Sasminto telah mengakui terus terang apa yang telah dilakukannya didepan persidangan.

2. Terdakwa Yayan Hariyono Bin Gupuh Sasminto berlaku sopan didepan persidangan.

3. Dengan hukuman pidana 4 bulan diharapkan terdakwa Yayan Hariyono Bin Gupuh Sasminto sudah memberikan efek jera.

Menurut hasil wawancara dengan Haakim M. Sholeh SH. MH pada tanggal 12 Maret 2011, selain pertimbangan-pertimbangan tersebut, hakim juga memiliki kebebasan untuk mengambil keputusan berdasarkan bukti-bukti dan keyakinannya sesuai dengan sistem pembuktian yang dianut dalam Hukum Acara Pidana kita. Dalam proses Hukum Acara Pidana di Indonesia, barang bukti memegang peranan yang sangat penting, dimana barang bukti dapat membuat terang tentang terjadinya suatu tindak pidana dan akhirnya akan digunakan sebagai bahan pembuktian, untuk menunjang keyakinan hakim atas kesalahan terdakwa sebagaimana yang didakwakan dan dituntut oleh jaksa penuntut umum di dalam surat dakwaan dan penuntutan di pengadilan.

Terdakwa juga terbukti dalam melakukan kejahatan tidak berdiri sendiri tetapi dilakukan bersama bandar yang bernama Antok yang bertempat tinggal di Jalan Kedondong Surabaya. Tugas terdakwa hanya sebagai pengepul yang kemudian hasilnya itu diserahkan pada Bandar yang bernama Antok. Hal ini terungkap dari keterangan terdakwa sendiri di depan persidangan. Hal ini juga menjadikan dasar hakim dalam memutus perkara kasus No. 534 / Pid.B / 2010 PN SURABAYA menjadi ringan.


(64)

   

Dalam putusan Pengadilan Negeri No. 534 / Pid.B / 2010 PN SURABAYA menurut penulis bahwa terdakwa Yayan Hariyono Bin Gupuh Sasminto memang pantas di hukum dengan pidana 4 bulan dikarenakan memang terdakwa Yayan Hariyono Bin Gupuh Sasminto bukan pelaku utama dalam perjudian bola ini, dia hanyalah bekerja terhadap Bandar Antok yang merupakan otak dari perjudian bola ini. Seharusnya Bandar yang bernama Antok ini yang di hukum semaksimal mungkin karena dia merupakan dalam otak perjudian bola ini.


(65)

BAB III

FAKTOR-FAKTOR YANG MENYEBABKAN MARAKNYA PERJUDIAN DI DALAM TONTONAN SEPAK BOLA YANG ADA DI TELEVISI

Faktor yang mendorong munculnya perjudian didalam kehidupan bermasyarakat sangat beragam. Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang hukum serta sanksi yang diberikan terhadap mereka bila mereka tertangkap melakukan perjudian oleh aparat penegak hukum adalah faktor yang sering muncul. Perjudian bola terselubung ini, sebagai salah satu bentuk khusus. Perjudian banyak ditemui di berbagai tempat atau lokasi, yang diperkirakan tidak dapat diketahui oleh pihak berwajib, bahkan dekat pemukiman pun judi sering ditemukan dan dilakukan. Demikian pula di daerah-daerah atau sekitar tempat tinggal kita, sering dan banyak ditemukan judi dengan jenis judi bola.

Kehidupan masyarakat yang berkembang kompleks yang sering menimbulkan pengikisan nilai-nilai keimanan dan susila membuat mereka tidak dapat melakukan perbuatan moral secara menyeluruh. Tindakan masyarakat dalam mental spiritual yang menurun akan menimbulkan masyarakat rentan terpengaruh untuk melakukan tindakan yang mengarah pada perbuatan negatif.

Banyak hal yang mendorong terjadinya kegiatan perjudian khususnya perjudian jenis bola yang secara ringkas akan disampaikan oleh penulis dalam uraian berikut ini.


(66)

   

3.1. Faktor Ekonomi

Faktor ekonomi sangat berpengaruh dalam kehidupan masyarakat karena tingkat ekonomi dalam masyarakat kita berbeda-beda dan selalu terjadi penggolongan-penggolongan di antara masyarakat yang berekonomi menengah ke bawah dan masyarakat yang berekonomi menengah ke atas.34 Pada masyarakat yang ekonominya menengah ke atas biasanya selalu mempunyai pikiran-pikiran yang jernih dikarenakan kehidupan mereka yang tercukupi dan pendidikan mereka yang terbilang tinggi. Tapi sebaliknya bila masyarakat yang termasuk dalam golongan ekonomi yang menengah ke bawah pemikiran-pemikiran mereka selalu dihantui dengan rasa kekurangan dan terkadang pemikiran mereka selalu cenderung pada hal-hal yang negatif. Hal ini dikarenakan tingkat pendidikan mereka yang rendah, sehingga pemikiran-pemikiran mereka menjadi sempit dan menjadikan mereka mempunyai sifat pemalas.

Hal ini pemicu dari salah satu faktor maraknya perjudian, khususnya judi bola yang ada di televisi. Dari hasil wawancara terhadap pihak Satreskrim Polrestabes mereka pelaku ataupun pemain judi bola biasanya bila sudah kecanduan dalam permainan judi bola ini mereka akan malas bekerja, dan mereka selalu cenderung mengabaikan aktivitas yang seharusnya dijalani karena di dalam pemikiran mereka dengan mereka bertaruh atau berjudi mereka akan menang dan pastinya uang yang semula       

34

Hasil wawancara dengan AKBP Marsono SH. M.Hum, Satreskrim Polrestabes Surabaya pada tanggal 14 Maret 2011.


(67)

akan bertambah dan menjadi kelipatannya jika mereka menang. Didalam pemiikiran mereka berjudi merupakan pekerjaan yang sangat santai dan pasti akan mendapatkan keuntungan banyak jika ,mereka menang di dalam perjudian tersebut.

Mereka juga tidak perlu repot-repot membanting tulang, cukup dengan menonton televisi yang akan menyiarkan pertandingan bola dengan durasi 2 x 45 menit jika team yang dijagokan menang maka uang mereka akan bertambah dua kali lipat. Pemikiran-pemikiran yang seperti itu adalah sebagai pemicu awal dari sebuah kejahatan. Banyak contoh-contoh kasus yang sudah terjadi di dalam kehidupan kita sehari-hari dimana itu suatu kejahatan pasti bermula dari suatu keadaan yang memaksa dirinya untuk berbuat jahat dan akan melakukan apa saja untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka.

3.2. Faktor Sosial

A. Pendidikan Yang Rendah

Pendidikan yang rendah di dalam masyarakat kita merupakan faktor pemicu yang kedua dalam maraknya perjudian di dalam tontonan sepak bola yang ada di televisi, karena semakin tinngi pendidikan orang tersebut maka pemikiran atau akhlak orang tersebut akan menjadi luas dan pasti tidak akan melakukan hal yang dilarang dalam Undang-Undang ataupun didalam agama.35 Banyak masyarakat kita yang sampai       

35


(68)

   

saat ini masih berpendidikan rendah dikarenakan faktor ekonomi mereka yang tidak mampu. Faktor Pendidikan dan faktor ekonomi saling terkait dan bisa disebut saling melengkapi seperti halnya yang sudah di jabarkan penulis di atas.

B. Situasional

Situasi yang bisa dikategorikan sebagai pemicu perilaku berjudi, diantaranya adalah tekanan dari teman-teman atau kelompok untuk berpartisipasi dalam perjudian dan metode-metode pemasaran yang dilakukan oleh pengelola perjudian. Tekanan kelompok membuat sang calon penjudi merasa tidak enak jika tidak menuruti apa yang diinginkan oleh kelompoknya. Sementara metode pemasaran yang dilakukan oleh para pengelola perjudian dengan selalu mengekspose para penjudi yang berhasil menang memberikan kesan kepada calon penjudi bahwa kemenangan dalam perjudian adalah suatu yang biasa, mudah dan dapat terjadi pada siapa saja (padahal kenyataannya kemungkinan menang sangatlah kecil). Hal ini menjadi pendorong individu untuk mencoba permainan judi.36

C. Persepsi tentang Probabilitas/Ramalan Tentang Kemenangan

Persepsi yang dimaksudkan disini adalah persepsi pelaku dalam membuat ramalan terhadap peluang menang yang akan diperolehnya jika ia melakukan perjudian yaitu jenis judi bola. Para penjudi bola yang sulit       

36

http://www.sepedauntuksekolah.cc.cc/2011/01/sosiologi.html, diakses pada tanggal 24 Maret 2011, jam 16.00 wib.


(1)

menampilkan hasil selisih skor antara team yang akan bertanding, hal ini menjadi pendorong untuk si pelaku penjudi bola untuk bermain dalam perjudian bola tersebut karena dari selisih skor tersebut pelaku judi yakin bahwa team yang akan dijagokannya akan menang.

F. Lingkungan

Lingkungan adalah faktor yang sangat berpengaruh sekali dalam penyebab maraknya perjudian bola sebab bila seseorang didalam lingkungan yang mayoritas penduduknya adalah para penjudi bola pasti orang itu secara tidak langsung akan berpotensi melakukan perjudian itu juga.39

3.3. Faktor Budaya

Indonesia dikenal mempunyai beragam adat dan kebudayaan, adat dan kebudayaan itu tidak sama antara satu dengan yang lain. Contoh bila di Bali sabung ayam merupakan acara adat bagi orang Bali, dan kegiatan sabung ayam tersebut adalah kegiatan yang sifatnya legal, 40 meskipun sudah di atur dalam Peraturan Pemerintah No. 9 Tahun 1981 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1974 Pasal 1 Ayat 1 tentang penertiban perjudian, namun sabung ayam di Bali bukan merupakan tindak pidana perjudian, karena sudah mendapat ijin dari pembesar yang

      

39 Hasil wawancara dengan Aiptu Ketut Redana SH., Satreskrim Polrestabes Surabaya pada

tanggal 14 Maret 2011.

40


(2)

   

berkuasa dan hal itu sesuai dengan ketentuan dari Pasal 303 Bis 1 Ke 2 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) yang berbunyi :

“Barang siapa turut main judi di jalan umum atau di dekat jalan atau di tempat yang dapat dikunjungi oleh umum, kecuali kalau pembesar yang berkuasa telah memberi ijin untuk melakukan judi itu”.

Hal ini tidak menutup kemungkinan apabila budaya di Bali tersebut secara tidak langsung dibawa di Pulau Jawa khususnya di Surabaya, padahal aturan yang berlaku di Bali dan di Surabaya sangat berbeda.


(3)

BAB IV PENUTUP

4.1. Kesimpulan

Berdasarkan dari pembahasan sebelumnya, maka penulis dapat memberikan beberapa kesimpulan sebagai berikut :

1. Implementasi penegakan hukum dalam kasus perjudian khususnya judi bola harus berasal dan bermula dari masyarakat dengan adanya pelaporan tentang suatu tindak pidana yang terjadi, dan para aparat penegak hukum yaitu kepolisian, jaksa/penuntut umum, hakim, Pemerintah. Bila antara masyarakat, aparat penegak hukum, dan Pemerintah bisa melaksanakan fungsi dan tugasnya masing-masing dengan benar, maka implementasi penegakan hukum perjudian bisa ditegakkan.

2. Faktor-Faktor yang dapat menyebabkan marak terjadinya kegiatan perjudian bola pada masyarakat Surabaya adalah faktor ekonomi, faktor sosial yang mencakup pendidikan yang rendah, situasional, persepsi tentang probabilitas/ramalan tentang kemenangan, Faktor Belajar, Media Masa, Lingkungan, dan faktor budaya.

4.2. Saran

1. Dalam upaya penerapan penegakan hukum perkara perjudian haruslah para penegak hukum kususnya hakim, tidak memandang siapa saja


(4)

   

pelanggarnya, dan penjatuhan pidanannya oleh majelis hakim haruslah semaksimal mungkin dan seberat mungkin.

2. Sebaiknya dalam aturan perundang-undangan berisikan minimal sanksi pemidanaan dalam setiap pasal-pasalnya, untuk tercapainya penegakkan hukum yang baik.

3. Pemerintah dan instansi terkait diharapkan agar memperhatikan dan memberikan sarana dan prasarana yang lengkap serta anggaran yang cukup untuk melakukan pencegahan terhadap faktor-faktor yang bisa menyebabkan maraknya perjudian bola tersebut.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

BUKU

Ali, Zainudin, Metode Penelitian Hukum, Sinar Grafika, Jakarta, 2000. Adami, Chawasi, Pelajaran Hukum Pidana I, Raja Grafindo Persada,

Jakarta, 2006.

C.S.T Kansil, Pengantar Ilmu Hukum Dan Tata Hukum Indonesia, Balai pustaka, Cetakan ke tujuh, Jakarta 1986.

C.S.T.Kansil dan Christine S.T.Kansil, Pokok-Pokok Hukum Pidana, cetakan ke-1, Pradnya Paramita, Jakarta, 2004.

Hamzah Andi, Hukum Acara Pidana Indonesia , Sinar Grafiaka, Jakarta 2006.

Marpaung, Ledden, Kejahatan Terhadap Kesusilaan dan Masalah Prevensinya, Sinar Grafika, Jakarta, 1996.

Mr. N.E. algra dan Mr. RR.W. Gokkel, Kamus Istilah Hukum Fockema Andreae, diterjemahkan oleh Saleh Adiwinata dkk, Bina Cipta, Jakarta, 1983.

Moeljatno, Azas-Azas Hukum Pidana, Bina Aksara, Jakarta,1998.

M. Syamsudin, Operasinalisasi Penelitian Hukum, P.T. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2007.

Ronny Hanitijo Soemitro, Metodologi Penelitian Hukum, Ghalia Indonesia, Jakarta, 1982.

R. Soesilo, Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP), Politea, Bogor, 1995.

R. Djamali, Abdoel, Pengantar Hukum Indonesia, Edisi Revisi, Cetakan kesepuluh, PT Raja Grafindo Persada Grafika, Bandung 2005. Soekanto, Soerjono dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif, Raja


(6)

   

S.R. Siantury, Asas-Asas Hukum Pidana di Indonesia dan Penerapannya, Jakarta, Alumni Ahaem-Petehaem,1986.

W.A. Bonger, Pengantar tentang Kriminologi, Ghalia, Jakarta, 1982. KAMUS

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia,,Balai Pustaka, Jakarta, 1989.

Poerwadarminta, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi Kedua, Balai Pustaka, Jakarta, 1995.

HANDOUT

Rini Indrati, Handout Metodologi Penelitian Hukum, 2007.

UNDANG-UNDANG

Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP). Undang-Undang No. 1 Tahun 1946

Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP), Undang-Undang No. 08 Tahun 1981.

Undang-Undang No. 7 Tahun 1974 tentang Penertiban Perjudian.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 9 Tahun 1981 tentang pelaksanaan Penertiban Perjudian.

WEBSITE

http://sepedauntuksekolah.cc.cc/2011/01/sosiologi.html, di akses tanggal 1 april , 24 Maret 2011, pukul 16.00 wib.

http://ceritaleosi.blogspot.com/2009/07/13-terdakwa-judi-sultan.html, di akses tanggal 2 April 2011, pukul 20.00 wib.

http://hukumhindu.vedasastra.com/2011/02/tindak-pidana, diakses tanggal 25 Januari 2011 pukul 18.00 wib.