Pneumonia, Pembunuh Balita yang Terlupakan.

Pikiran
o Se/asa
4

5

0
6

20

21

o Mar

OApr

Rakyat
o
12


OMei

OSep

OJun

OJul

0 Ags

Pneumnnia,
-~

S

Ini merupakan tantangan bagi
kita semua, terutama dalam
usaha mencapai salah satu tujuan Millennium Development
Goals (MDG), yaitu menurunkan kematian anak (balita) sebesar dua pertiga pada 2015.
Hari ini, 2 November telah

ditetapkan sebagai Hari Pneumonia Dunia (World Pneumonia Day). Banyak negara di dunia akan melaksanakan kegiatan yang sifatnya meningkatkan
kepedulian (awareness). Puncak acara akan dilaksanakan di
New York, AS. Pesanyangakan
disampaikan adalah setiap negara patut mengimplementasikan segera tiga strategi yaitu:
protect (melindungi anak dengan menjamin gizi yang seimbang, kebersihan yang baik,
dan pemberian ASI eksklusif);
prevent
mencegah penyakit
pneumonia dengan imunisasi
pertusis, campak, Hemophilus
influenz~a type_ b (Hib), ~an

----

Hum as Un pad

OOkt

Mlnggu


14

15
29

8Nov

16
30

-

Terlupakan
-- ---~

Epidemiologi
Menurut Unicef dan WHO
tahoo 2006, pneumonia merupakan pembunuh anak nomor l'
yang terlupakan, major forgotten killer of children. Pneumonia menyebabkan kematian lebih tinggi dibandingkan dengan
total kematian akibat AIDS,

malaria, dan campak. Hampir
semua kematian akibat pneumonia (99,9%), terjadi di negara berkembang dan kurang berkembang, tertinggi di daerah
Sub-Sahara
mencapai
1.022.000 kasus per tahun, dan
di Asia Selatan mencapai
702.000 kasus per tahun. Dilaporkan pula, tiga per empat kasus pneumonia pada balita di
dunia berada di 15 negara, dan
Indonesia salah satu di antara
ke 15 negara tersebut, menduduki tempat ke-6, deIiganjumlah kasus 6 juta. Survei Kesehatan Rumah Tangga dari Departemen
Kesehatan
pada
1992, 1995, 2001 menunjukkan, pneumonia mempunyai
kontribusi besar terhadap kematian bayi dan anak. Sedangkan pada penelitian kesehatan
dasar (Riskesdas) 2007, pneumonia menduduki tempat kedua sebagai penyebab kematian
bayi dan balita, setelah diare
dan tempat ketiga sebagai penyebab kematian pada neonatus. Penelitian yang dilakukan
di Pulau Lombok 1998-2002
mendapatkan _h~il k~ia2h~n


2009

31

ODes

pneumokokus); dan treat
(mengobati segera anak yang
sakit pneumonia sesuai dengan
pedoman tata laksana dan
pemberian antibiotika).

Oleh CISSY B. KARTASASMITA

Kllping

Sabtu
13
27
28


--

Pemhunuh
yang
----BaliJa---AMPAI saat ini, pneumonia masih merupakan penyebab kesakitan
dan kematian utama untuk balita. Setiap tahun lebih dari dua
juta anak di dunia meninggal
karena infeksi saluran pernapasan atas (ISPA), khususnya
pneumonia. Sebagian besar kematian terjadi di negara miskin, di mana pengobatan tidak
selalu tersedia dan vaksin sulit
didapat. Menurunkan kematian pada anak melalui penurunan kematian karena infeksi
saluran pernapasan atas dalam
hal ini pneumonia merupakan
prioritas di dunia. Menurut laporan Badan Kesehatan Dunia
(World
Health
Organizatiqn/WHO) hampir 1 dari 5 balita di negara berkembang meninggal karena pneumonia. Namun, hanya sedikit perhatian
diberikan terhadap pneumonia.
Sejak 1980-an, WHO telah

mengembangkan strategi penatalaksanaan kasus (case management) untuk menurunkan
kematian karena penyakit yang
berhubungan dengan pneumonia. Pedoman itu kemudian dikembangkan dan diintegrasikan ke program Integrasi Tata
Laksana Balita Sakit (Integrated Management of Childhood
Illness/IMCI), yang juga memasukkan pedoman untuk pelayanan kesehatan primer dan
tata laksana kasus di rumah sakit. Meskipun program tersebut
telah berlangsung lebih dari 25
tahun, angka kematian anak
karena p~um_oni~ tetap tinggi.

o

Rabu 0 Kamls 0 Jumat
7
8
9
10
11
22
23

24
25
26

.

pneumonia pada anak usia kurang dari 2 tahun sebesar
30,433 per 100.000 anak/tahun; kejadian pneumonia Hib
894 per 100.000 anak/tahun
dan kematian anak karena
pneumonia
Hib
92/100
anak/tahun.
Ada berbagai faktor risiko
yang meningkatkan kejadian
beratnya penyakit dan kematian karena pneumonia, yaitu
status gizi (gizi kurang dan gizi
buruk risiko"besar), bayi berat
badan lahir rendah (meningkatkan risiko), polusi udara dalam

kamar terutama asap rokok dan
asap bakaran dari dapur (meningkatkan risiko). Sedangkan
pemberian ASI eksklusif mengurangi risiko sakit, demikian
pula suplementasi vitamin A,
suplementasi zing, dan vaksinasi (mengurangi risiko).
Gejala pneumonia bervariasi,
tergantung umur penderita dan
penyebab infeksinya. Gejala-gejala yang sering didapatkan pada anak adalah napas cepat dan
sulit bernapas, batuk, demam,
menggigil, sakit kepala, nafsu
makan hilang, dan mengik. Balita yang menderita pneumonia
berat bisa mengalami kesulitan
bernapas sehingga dadanya
bergerak naik turun cepat atau
tertarik ke dalam saat menarik
napas/inspirasi dikenal sebagai
lower chest wall indralJ,Jing.
Pedoman untuk temuan kasus
pneumonia dari WHO telah
ada sehingga dengan cara yang

sederhana dan mudah pemberi pelayanan dapat berperan
penting dalam mengenal secara
dini gejala pneumonia pada balita dan I?e"!berikan pengobat-

an yang tepat yang diperlukan.
Pencegahan
Untuk melaksanakan pencegahan pneumonia selain dengan menghindarkan atau mengurangi faktor risiko, beberapa
pendekatan dapat dilakukan yaitu pendidikan kesehatan di komunitas, perbaikan gizi,pelatihan petugas kesehatan dalam hal
memanfaatkan pedoman diag-'
nosis dan pengobatan pneumonia, penggunaan antibiotika
yang benar dan efektif,dan waktu untuk merujuk yang tepat
dan segera bagi kasus yang sakit
berat. Penelitian terkini juga
menyimpulkan, mencuci tangan
dapat rhengurangi kejadian
pneumonia.
Dua vaksin yaitu pertusis dan
campak masuk ke progrant vaksinasi nasional berbagai negara,
termasuk Indonesia. Menurut
laporan, kedua vaksin ini dapat

mencegah kematian 1.075.000
anak setahun. Namun, karena
harganya mahal belum banyak
negara yang memasukkan ke
program nasional imunisasi.
Pemberian antibiotika segera
pada anak yang sakit pneumonia dapat mencegah kematian.
Unicefdan WHO telah mengembangkan pedoman untuk
diagnosis dan pengobatan pneumonia di komunitas untuk negara berkembang yang telah terbukti baik, dap~t diterima dan
tepat sasaran. ***
Penulis, Kepala Subbagian
Respirologi Bagian [lmu Kesehatan Anak, Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran
-Bandung.
---