Kampanye Mengatasi Masalah Stres Psikologis pada Anak.

(1)

ABSTRAK

Stres adalah konsekuensi dari ketidakmampuan manusia untuk beradaptasi terhadap hambatan. Kondisi ketika interaksi individu-lingkungan berkonflik (secara nyata atau imajinasi) antara keperluan dari situasi yang dihadapi dan sumber daya sosial,

biologis, atau psikologis. Konflik ini dapat berpengaruh buruk pada pertumbuhan mental, mengakibatkan depresi, dan berpengaruh buruk pada kesehatan. Stres sebagai masalah pribadi dapat dihadapi oleh semua orang, kapanpun, tetapi stres pada anak tidak terlihat dan tidak disadari oleh anak.

Penulis membuat “Kampanye Mengatasi Masalah Stres Psikologis Pada Anak” dengan tujuan untuk membantu menyadarkan orang tua mengenai masalah stres psikologis pada anak dan membantu membentuk ketahanan anak terhadap stres sejak usia muda melalui media kampanye.

Kurangnya informasi mengenai masalah stres anak adalah masalah yang perlu diperhatikan. Untuk masa depan anak yang lebih baik, diperlukan kesadaran dari orang tua untuk menghadapi masalah stres anak ini. Untuk itu perlu dibentuk kampanye sosial yang dapat mendorong inisiatif audience dalam memperhatikan masalah stres pada anak.

   


(2)

   

v ABSTRACT

Stress are the consequences that people feel when they can’t adapt through a situation. A condition when interaction between individual-environment bring

conflict (real or imaginative) between the needs of a situation and the person’s social, biological, and psychological resources. This conflict will harm the stressed person’s mental growth, bring depression, and is bad for health. Stress is a private matter that affected everyone, anytime, anywhere, but child’s stress isn’t visible and is unknown to the child him/herself.

The writer chose to create “Child Stress Resolve Campaign” to help raising parent’s awareness concerning child’s psychological stress problem and help maintaining child’s stress resistant from an early age using campaign as a media.

The lack of information about child’s stress are a problem to address. For a better future, parent’s attention is needed to help addressing child’s stress problem. For that a social campaign that is able to urge audience’s initiative to maintain child’s stress problem is needed.


(3)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN AWAL TUGAS AKHIR i

LEMBAR PENGESAHAN ii

LEMBAR PERNYATAAN HASIL KARYA PRIBADI iii

ABSTRAK iv

ABSTRACT v

KATA PENGANTAR vi

DAFTAR ISI viii

DAFTAR TABEL xii

DAFTAR GAMBAR xiii

BAB 1 PENDAHULUAN 1

1.1 Permasalahan 1

1.1.1 Latar Belakang Permasalahan 1

1.1.2 Identifikasi Masalah 9

1.1.3 Rumusan Masalah 10

1.2 Tujuan Perancangan 10

1.3 Manfaat Perancangan 11

1.4 Metodologi Perancangan 11

1.4.1 Metode Perancangan 11

1.4.2 Teknik Pengumpulan Data 12

MIND MAPPING 13

Sistematika Kerangka Berpikir 14


(4)

BAB 2 LANDASAN PERANCANGAN 15

2.1.Kajian Pustaka (Teoritik) 15

2.1.1 Desain Komunikasi Visual 15

2.1.2 Kampanye 17

2.1.2.1 Definisi Kampanye 17

2.1.2.2 Jenis Kampanye 18

2.1.3 Perubahan Sosial 19

2.1.4 Pemasaran Sosial 24

2.1.5 Stres 24

2.1.5.1 Definisi Stres 24

2.1.5.2 Faktor Penyebab Stres 25

2.1.5.3 Lingkup Umur dan Gender Penderita 26

2.1.5.4 Penyebab Stres (Stressor) 26

2.1.5.5 Respon Terhadap Stres 27

2.1.5.6 Gejala dan Efek Negatif Stres 28

2.1.5.7 Adaptasi 29

2.1.6 Stres Anak 32

2.1.6.1 Stres Pada Anak Usia Sekolah 33

2.1.6.2 Efek Negatif Stres Pada Anak 34

2.1.6.3 Ketahanan Stres Pada Anak 34


(5)

BAB 3 TINJAUAN FAKTUAL (EMPIRIK) 36

BAB 4 KONSEP PERANCANGAN 38

4.1 Gagasan Awal 38

4.2 Target Audience 39

4.3 Perencanaan Media 40

4.3.1 Pengertian Media 40

4.3.2 Tujuan Media 41

4.3.3 Strategi Pemilihan Media 43

4.3.4 Rencana Pemakaian Media 47

4.4 Perencanaan Kreatif 48

4.5 Konsep Verbal 49

4.6 Konsep Visual 50

4.7 Biaya Media / Budgeting 51

BAB 5 VISUALISASI KARYA 53

5.1 Logo dan Brand Campaign 53

5.2 Ambience Media 57

5.3 Brosur 60

5.4 Iklan Bus 64

5.5 Iklan Baris 66

5.6 Iklan Koran 67

5.7 Website 68

5.8 Event Talk Show 69


(6)

xi

5.9 Gimmick 70

5.9.1 Kalender 70

5.9.2 Baju Anak 74

BAB 5 KESIMPULAN 75


(7)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1.1 Sistematika Kerangka Berpikir 14

Tabel 4.1 Fungsi Media 48

Tabel 4.2 Sistematika Kerangka Berpikir 48


(8)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1.1 Proses Terbentuknya Stres 2

Gambar 1.2 Mind Mapping 13

Gambar 5.1 Logo Campaign 54

Gambar 5.2 Logotype dan Typography 55

Gambar 5.3 Visualisasi Orang 55

Gambar 5.4 Ambience Media 57

Gambar 5.5 Kostum Sukarelawan 59

Gambar 5.6 Illustrasi Cover 60

Gambar 5.7 Illustrasi 1 60

Gambar 5.8 Illustrasi 2 61

Gambar 5.9 Illustrasi 3 62

Gambar 5.10 Backcover 63

Gambar 5.11 Brosur 63

Gambar 5.12 Ilustrasi 1 64

Gambar 5.13 Ilustrasi 2 64

Gambar 5.14 Ilustrasi 3 65

Gambar 5.15 Iklan Bus 65

Gambar 5.16 Iklan Baris 66

Gambar 5.17 Iklan Koran 67

Gambar 5.18 Website 68

Gambar 5.19 Panggung 69


(9)

xiv

Gambar 5.20 Cover 70

Gambar 5.21 Ilustrasi 1 71

Gambar 5.22 Ilustrasi 2 71

Gambar 5.23 Ilustrasi 3 72

Gambar 5.24 Ilustrasi 4 72

Gambar 5.25 Ilustrasi 5 73

Gambar 5.26 Ilustrasi 6 73


(10)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Permasalahan

1.1.1 Latar Belakang Permasalahan

Dalam menjalani hidup, setiap manusia akan menemui berbagai permasalahan. Masalah-masalah ini akan mendorong tumbuh dan berkembangnya fisik, mental, ataupun kemampuan penyelesaian masalah (problem solving) setiap individu. Permasalahan ini akan menjadi pengalaman dan secara terus-menerus membentuk setiap individu sehingga memiliki persepsi, cara berpikir, dan cara menyelesaikan masalah yang berbeda.

Bervariasinya kemampuan setiap orang juga berarti kemampuannya dalam mengatasi setiap hambatan berbeda. Adakalanya orang menghadapi masalah yang berada diluar kemampuan penyelesaian masalah(problem solving)-nya dan menemui jalan buntu untuk jangka waktu yang lama. Masalah ini tumbuh menjadi masalah yang

mengganggu pikiran orang yang bersangkutan. Kondisi ini dikenal secara umum sebagai stres psikologis.


(11)

2

Stres adalah konsekuensi dari ketidakmampuan manusia untuk beradaptasi terhadap hambatan. Suatu kondisi ketika interaksi individu-lingkungan mengakibatkan konflik (secara nyata atau imajinasi) antara keperluan dari situasi yang dihadapi dan sumber daya sosial, biologis, atau psikologis. Konflik ini dapat berpengaruh buruk pada pertumbuhan mental, mengakibatkan depresi, dan berpengaruh buruk pada kesehatan.

Gambar 1.1 Proses Terbentuknya Stres

Terdapat 3 faktor penyebab stres: genetik, kepribadian, dan lingkungan1. Faktor genetik adalah faktor yang dibawa turun temurun secara genetik dari keluarganya. Faktor kepribadian adalah faktor stres yang diakibatkan karena kepribadiannya, sifat dan pandangan hidup seseorang mengenai hambatan yang dihadapi. Faktor

lingkungan adalah pengaruh dari lingkungan tempat orang itu berada yang dapat mengakibatkan stres.

Sama seperti masalah yang terus-menerus dihadapi dalam hidup, stres adalah masalah yang universal, dan dapat mengganggu aktivitas siapa saja. Menurut psikolog Lidia L. Hidajat, MPH stres sudah dapat dirasakan sejak anak masih berumur dibawah tiga tahun2. Stres dapat dirasakan oleh semua orang, kapanpun,

1

Fowler, Kevin & C. Whitlock, Michael. 2001. “Environmental stress, inbreeding, and the nature of phenotypic and genetic variance in Drosophila melanogaster”.

2


(12)

3

dan dimanapun. Dilihat dari produksi hormonnya wanita lebih rentan terhadap str karena memproduksi lebih banyak hormon esterogen yang mempengaruhi psikis wanita pada saat sebelum atau sesudah haid, pasca melahirkan dan (menopause)

ess

3

.

Masalah yang menyebabkan stres berbeda-beda pada setiap orang. Masalah yang sama bisa dianggap menyulitkan oleh beberapa orang tapi juga bisa dianggap mudah oleh orang lain, karena pada dasarnya penyebab stres bukanlah masalah yang

menimpa individu itu, tapi disebabkan oleh persepsi, kapasitas, dan pengetahuan individu mengenai masalah yang sedang dihadapi4. Walaupun tekanan masalah berbeda pada setiap orang, beberapa riset menunjukkan bahwa ada hal tertentu yang secara umum dianggap sebagai hal yang dapat membuat stres. Seperti stres keibuan

(maternal stress) (stres seperti yang dialami ibu dalam rumah tangga), stres

pekerjaan, stres karena ujian, stres karena kelahiran anak, dan masalah-masalah lainnya.

Gejala-gejala yang ditunjukkan oleh orang stres mencakup gejala mental, sosial, dan fisik. Hal ini meliputi kelelahan, hilang atau meningkatnya nafsu makan, sakit kepala, sering menangis, sulit tidur ataupun tidur berlebihan, dan melarikan diri dari masalah dengan alkohol, narkoba, atau perilaku kompulsif lainnya. Hal ini bisa terjadi karena selain stres, perasaan seperti cemas, frustasi, atau kelesuan juga dirasakan penderita5.

3 http://www.hanyawanita.com/_hot_news/article.php?article_id=8282 4 http://en.wikipedia.org/wiki/Stress_management 5 http://www.studygs.net/indon/stress.htm


(13)

4

Stres bukan hanya berbahaya bagi orang yang mengalaminya, tapi juga bisa berbahaya bagi orang-orang disekitarnya. Orang stres seringkali menyalurkan stresnya kepada orang yang dia sayangi atau orang yang dianggap lebih lemah. Oleh karena itu muncul tindak kejahatan terhadap keluarga ataupun pelecehan seksual yang didorong oleh stres. “Stres, Anak Kandung Tewas Digantung” (KOMPAS, Senin, 11 Agustus 2008) dan “Kenaikan BBM Picu Sakit Jiwa” (KOMPAS, Jumat, 6 Juni 2008) adalah 2 dari banyak contoh kasus yang disebabkan oleh stres. Bahkan di Amerika tercatat bahwa pembunuhan karena stres di tempat kerja adalah kasus ke-2 terbanyak secara umum, dan ke-1 terbanyak untuk kasus dengan pelaku wanita.

Stres yang tidak dapat diselesaikan dengan cara bertahan ataupun beradaptasi akan mengakibatkan rasa cemas dan depresi. Selain itu daya tahan tubuh terpengaruh secara signifikan oleh stres, persepsi individu dan reaksi terhadap stres.

Secara global 50% penderita depresi berpikir untuk melakukan bunuh diri, 15% dari penderita ini benar-benar mengakhiri hidupnya. Menurut data hasil penelitian prevalensi penderita depresi mayor seumur hidup sebesar 14,9%6. Stres kronis dinyatakan sangat berbahaya dan mempengaruhi sampai 70% penyakit yang ada di dunia7.

Karena stres terasa berat, dimasyarakat beredar cara-cara mengatasi stres. Beberapa cara yang umum digunakan cenderung mengarah pada cara yang salah dan kurang

6

http://www.tabloid-wanita-indonesia.com/968/sehat.htm 7


(14)

5

sehat, dan dapat melipatgandakan pengaruh negatif terhadap stes dan kesehatan8. Misalnya kegiatan seperti meminum kopi, alkohol, merokok, berbelanja berlebihan, dan makan yang berlebihan.

Dalam mengendalikan stres secara efektif terdapat teknik-teknik yang

dikelompokkan sebagai manajemen stres. Manajemen stres adalah teknik yang ditujukan untuk mempersiapkan orang dengan mekanisme efektif untuk bertahan menghadapi stres psikologis. Manajemen stres efektif ketika seseorang perlu bertahan atau mengubah situasi yang membuat stres9.

Teknik manajemen stres diolah dari pola pikir bahwa stres bukanlah respon langsung terhadap sumber stres tetapi respon dari sumber daya dan kemampuan bertahan individu dan hal itu dapat diubah, sehingga stres dapat dikendalikan. “Semua stres dimulai dengan satu pikiran negatif. Satu pikiran negatif yang muncul tanpa terawasi, kemudian datang lebih banyak pikiran negatif, sehingga stres terwujud. Sebaliknya, dengan pikiran kita juga dapat membalikkan keadaan menjadi lebih positif.” Rhonda Byrne dalam bukunya The Secret menyatakan,“Terlepas dari apa pun yang sudah terwujud, Anda dapat mengubahnya dengan satu pikiran positif kecil, yang kemudian berkembang biak.”10

Usaha bersama untuk mengatasi stres telah dilakukan dibeberapa tempat di dunia. Pada tahun 2004-2005 diadakan “Best of Stress Management” kursus multimedia 8 http://www.kompas.com/read/xml/2008/05/10/10194961/5.kebiasaan.buruk.merespon.stres 9 http://en.wikipedia.org/wiki/Stress_management 10 http://www.rileks.com/lifestyle/?act=detail&artid=31102006114874


(15)

6

yang diadakan oleh ahli-ahli ternama dunia untuk mengajarkan publik mengenai stres dan cara menanggulanginya. Kursus multimedia ini berdurasi selama 10

minggu. Pada tahun 2006-2008 diadakan kampanye “Free Hug” di beberapa negara, kampanye ini menawarkan pelukan gratis oleh orang asing ditempat umum. Psikiater Dr. Harold Voth meriset efek berpelukan yang ternyata dapat menurunkan stres11. Kampanye ini ditentang oleh hukum diberbagai negara tetapi tetap dilaksanakan diberbagai tempat.

Di Indonesia sendiri kampanye menanggulangi stres baru saja dilakukan pada bulan Agustus 2008, dengan sebuah kampanye yang dinamakan “Colour Your Life” yang ditujukan untuk semua kalangan dan mengadakan beberapa acara dan lomba yang ditujukan untuk mendorong orang agar lebih positif dalam menghadapi hidup. Teknik-teknik manajemen stres juga menjadi topik yang diajarkan berulang kali dalam berbagai media.

Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, masalah stres bukan menjadi masalah yang hanya dihadapi oleh orang dewasa. Berbeda dengan orang dewasa yang memiliki berbagai cara untuk melepas stres, masalah stres pada anak kurang

mendapat perhatian. Orang dewasa sebagai pengurus dan penanggung jawab sering menganggap dunia anak adalah dunia yang bahagia dan tanpa masalah. Anak memang tidak memiliki pekerjaan dan tanggungan, tetapi stres anak cukup tinggi. Sementara anak yang stres tidak menunjukkan gejala yang signifikan12 dan tidak

11

http://www.pontianakpost.com/berita/index.asp?Berita=Familia&id=131486 12


(16)

7

menyadari bahwa dirinya sedang menghadapi stres, sehingga anak tetap menjalani hidupnya seperti biasa.

Masalah bagi anak berbeda dengan orang dewasa, masalah yang membuat mereka stres umumnya berupa masalah yang terjadi disekitarnya. Melihat pertengkaran di dalam keluarganya, kesulitan dengan reaksi fisik dan emosional mereka yang menggebu-gebu bisa membuat mereka stres. Mereka akan ikut merasakan stres ketika mendengar keluhan dan tangisan orang terdekatnya. Anak juga sering menjadi sasaran pelampiasan stres (secara sadar dan tidak sadar) atau pelampiasan seksual oleh orang dewasa13.

Tergantung pada umurnya, anak-anak memiliki responsi yang berbeda terhadap stres. Stres berat dapat mengakibatkan gejala seperti sulit tidur, kesulitan dalam

memperhatikan dan berkonsentrasi, marah dan kesal, menyendiri, pemikiran yang berulang-ulang, dan merasakan stres yang kronis ketika menghadapi sesuatu yang mengingatkan mereka pada pengalaman traumatis. Beberapa anak juga merasakan kondisi seperti kelainan stres pasca trauma (posttraumatic stress disorder) (PTSD), depresi, cemas, dan berbagai variasi kelainan tingkah laku. Pada anak yang terlibat masalah keluarga yang sangat serius, alkohol, dan pelecehan anak dapat mengalami stres kronis yang mempengaruhi pertumbuhan mental dan fisik anak14.

13

http://www.nctsnet.org/nccts/nav.do?pid=faq_under 14


(17)

8

Beberapa anak dapat kembali normal setelah menghadapi pengalaman buruk, tetapi pengalaman traumatis dapat mengakibatkan gangguan pada pertumbuhan anak dan remaja dan memiliki konsekuensi yang berjangka panjang. Stres dapat

mempengaruhi otak dan sistem saraf anak dan meningkatkan resiko rendahnya kemampuan akademis anak, tingkah laku yang berbahaya, dan kesulitan dalam menjalin hubungan dengan orang lain dan keluarga15. Perkembangan kepribadian ini akan terus terbawa hingga anak tumbuh dewasa.

Anak yang memiliki ketahanan stres (resiliensi) adalah anak yang mampu mengatur diri dan menjalankan rutinitas sehari-hari dan berkembang dengan baik dan tidak memunculkan gejala-gejala yang tidak wajar meskipun berada dalam tekanan, situasi sulit atau pengalaman traumatis16.

Melihat kurangnya perhatian publik mengenai masalah stres anak dan besarnya bahaya stres bagi anak, penulis merencanakan untuk menggunakan kampanye yang memfokuskan kepada perubahan sosial sebagai media untuk meningkatkan

kesadaran orang tua (public awareness) mengenai masalah stres pada anak. Dengan kampanye ini diharapkan orang tua dapat mengenali masalah stres anak sehingga orang tua dapat membantu melepaskan stres anaknya, dan membentuk generasi yang memiliki mental yang lebih sehat.

15

http://www.nctsnet.org/nccts/nav.do?pid=faq_def 16


(18)

9

Perkembangan teknologi dan kemajuan zaman akan membawa konsekuensi munculnya penyebab stres yang lebih majemuk dan kompleks. Ketahanan

menghadapi stres akan semakin diperlukan di masa mendatang. Semakin dini kita mengembangkannya, semakin menetap dan semakin mudah pembentukan ketahanan terhadap stresnya17.

Penulis membuat “Kampanye Mengatasi Masalah Stres Psikologis Pada Anak” dengan tujuan untuk membantu menyadarkan orang tua mengenai masalah stres psikologis pada anak dan membantu membentuk ketahanan anak terhadap stres sejak usia muda melalui media kampanye.

1.1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang, maka permasalahan yang dapat diidentifikasi adalah sebagai berikut:

1. Stres sebagai masalah pribadi yang dapat dihadapi oleh semua orang, kapanpun, dimanapun dan sangat mempengaruhi kesehatan dan kelancaran aktivitas, tetapi stres pada anak tidak terlihat dan tidak disadari oleh anak.

2. Masalah yang dihadapi setiap orang berbeda-beda dan sangat bergantung pada kemampuan individu masing-masing orang, masalah stres anak pada umumnya berupa masalah yang muncul di sekitarnya.

3. Stres berakibat buruk bukan hanya pada orang yang mengalami stresnya saja karena orang yang stres seringkali menyalurkan rasa stresnya kepada orang lain

17


(19)

10

4. Stres pada anak kurang mendapat perhatian dari orang tua, biasanya orang tua menganggap anak tidak memiliki masalah dengan stres.

5. Melihat besarnya pengaruh stres terhadap kehidupan anak dan besarnya pengaruhnya pada perkembangan kepribadian, diperlukan sebuah metode kampanye yang efektif untuk membantu orang tua dalam melepaskan stres anaknya.

1.1.3 Rumusan Masalah

Berdasar pada masalah yang teridentifikasi penulis merumuskan pokok permasalahan yang akan penulis bahas sebagai berikut:

1. Kampanye seperti apa yang efektif dan efisien untuk meningkatkan kesadaran orang tua (public awareness) mengenai masalah stres anak?

2. Bagaimana kampanye yang tepat untuk mendidik orang tua agar dapat melepaskan stres anaknya dan membentuk resiliensi anak?

1.2 Tujuan Perancangan

Tujuan penulis merancang kampanye ini adalah untuk merancang kampanye yang efektif dan tepat dalam membantu meningkatkan kesadaran orang tua (public

awareness) mengenai masalah stres pada anak. Kampanye ini bersifat preventif

(mencegah/mengurangi efek negatif stres dalam perkembangan anak menjadi orang dewasa) dan bertujuan untuk membentuk generasi yang memiliki mental yang kuat dengan pandangan hidup yang positif.


(20)

11

Kampanye ini khususnya ditujukan untuk orang tua dengan anak berumur 6 – 8 tahun yang tinggal diperkotaan di Indonesia, target audience kampanye ini berumur 27 – 45 tahun dengan pendidikan antara SMA dan kuliah (dengan mayoritas kuliah). Dengan target sekunder pasangan yang belum/akan mempunyai anak sampai dengan yang sudah memiliki anak balita.

1.3 Manfaat Perancangan

Manfaat kampanye ini bagi masyarakat adalah membantu menyadarkan orang tua mengenai besarnya masalah stres pada anak dan pengaruhnya bagi pertumbuhan mental dan fisik anak, sehingga orang tua terdorong untuk membantu melepaskan stres anaknya. Manfaat bagi anak selain menghilangkan stres, juga mengembangkan kemampuan berpikir dan ketahanan stres anak, yang akan terbawa hingga anak beranjak dewasa. Manfaat tidak langsungnya bagi masyarakat adalah membentuk generasi yang memiliki mental yang sehat dengan pandangan hidup yang realistis dan positif, juga mengurangi pengaruh negatif stres terhadap masyarakat.

1.4 Metodologi Perancangan 1.4.1 Metode Perancangan

Untuk meneliti mengenai stres, pengaruh stres terhadap aktivitas orang dan terutama stres pada anak, maka dilakukan penelitian dengan pendekatan deskriptif analitis, dengan studi literatur, survey dan observasi lapangan, dan wawancara dengan narasumber.


(21)

12

1.4.2 Teknik Pengumpulan Data

Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data mengenai masalah stres adalah: 1 Studi Literatur: Mempelajari data tertulis mengenai stres, teknik-teknik

manajemen stres, kampanye, dan gerakan sosial yang berhubungan dengan stres dengan data literatur seperti karya tulis ilmiah, internet, dan koran.

2 Survey dan observasi lapangan: Mengumpulkan data untuk menentukan target audience yang tepat dilakukan dengan survey dan observasi langsung. Dengan melakukan survey pada keluarga yang memiliki tingkat sosial yang beragam diharapkan terbentuk target audience yang tepat untuk lingkup area kota Bandung.

3 Wawancara dengan 1 orang psikiater dan 2 orang psikolog untuk mempelajari mengenai stres dan pengaruh stres pada perkembangan anak.


(22)

13

MIND MAPPING


(23)

14

Sistematika Kerangka Berpikir


(24)

BAB 6

KESIMPULAN

Stres adalah bagian dari kehidupan sehari – hari setiap orang. Dengan menghadapi stres dan menyelesaikan masalah, setiap individu berkembang secara mental dan fisik. Tetapi konsekuensi bila seseorang terus menerus menghadapi stres sangatlah berbahaya. Selain mempengaruhi kesehatan tubuh dan mental, penderita stres juga seringkali melampiaskan stresnya kepada orang lain, terutama yang dianggap lemah atau kepada siapapun yang memiliki hubungan dekat dengannya.

Masalah stres ini secara relatif dapat dirasakan oleh semua orang dalam kondisi yang bervariasi, termasuk oleh anak. Masalah stres pada anak ini kurang mendapat

perhatian karena adanya anggapan bahwa anak tidak memiliki pekerjaan dan tanggungan, padahal stres anak cukup tinggi. Sementara anak yang stres tidak menunjukkan gejala yang signifikan dan tidak menyadari bahwa dirinya sedang menghadapi stres.

Anak yang kurang memiliki ketahanan stres akan terganggu pertumbuhan mental dan fisiknya apabila menghadapi masalah stres yang berat. Sementara itu masalah stres


(25)

76

pada anak lebih banyak dipengaruhi oleh masalah disekitarnya. Dengan adanya perkembangan teknologi dan kemajuan jaman muncul konsekuensi akan adanya masalah – masalah baru yang lebih majemuk dan kompleks, sehingga ketahanan stres akan semakin diperlukan. Semakin dini ketahanan stres dikembangkan semakin menetap dan mudah pembentukan ketahanan stresnya.

Faktor pendukung yang diperlukan untuk menjalani kampanye ini adalah

membangun kesadaran orang tua mengenai masalah stres anak, dengan kepedulian orang tua mengenai anaknya akan lebih mudah bagi kampanye ini untuk bergerak dan mengkomunikasikan secara benar mengenai masalah stres anak ini.

Dari hasil penelitian dan pengolahan data lapangan, literatur, dan perancangan kampanye, dapat disimpulkan sebagai berikut:

1 Kurangnya informasi dan seminar yang efektif mengakibatkan kurangnya kesadaran publik mengenai masalah stres pada anak.

2 Dibutuhkan komunikasi yang tepat dan efektif mengenai masalah stres pada anak sehingga terbentuk kesadaran mengenai masalah stres pada anak 3 Dalam membentuk sebuah komunikasi yang bertujuan untuk mengadakan

perubahan diperlukan pendekatan psikologis yang tepat sehingga pesan yang disampaikan dapat diterima oleh audience.

4 Dalam merancang sebuah strategi media diperlukan pengetahuan yang luas mengenai target audience, sehingga memudahkan perencana dalam pemilihan, visualisasi dan penempatan media.


(26)

77

5 Untuk mengadakan sebuah kampanye yang efektif dan efisien, diperlukan pengetahuan yang mendalam mengenai masalah, penanggulangan, target

audience,dan media. Sehingga dapat terbentuk kampanye yang didukung dengan media yang tepat dan memiliki akses yang luas dan mudah agar masyarakat tergerak dan berinisiatif untuk mencari informasi.

6 Kampanye sosial yang efektif adalah kampanye sosial yang dapat mendorong inisiatif audience dalam memprakarsai perubahan bagi dirinya dan bagi lingkungan disekitarnya sehingga terbentuk perubahan sosial yang efektif.


(27)

DAFTAR PUSTAKA

Bower, J. E. & Segerstrom, S.C. 2004. "Stress management, finding benefit, and immune function: positive mechanisms for intervention effects on physiology".

Journal of Psychosomatic Research 56.

E. Poesnecker, Gerald. 1999. "Selye Biologic Reaction to Stress chart". Chronic Fatigue Unmasked.

Fowler, Kevin & C. Whitlock, Michael. 2001. “Environmental stress, inbreeding, and the nature of phenotypic and genetic variance in Drosophila melanogaster”.

McQuail, Dennis. 1987. “Mass Communication Theory”

Poggenpohl, Sharon Helmer. 1993. “Graphic Design: A Career Guide and Education Directory”

Powell, Brasel, & Blizzard. 1967.

Poynor, Rick. 2003. “No More Rules: Graphic Design and Postmodernism”


(28)

Spence, J.D., Barnett, P.A., Linden, W., Ramsden, V., Taenzer, P. 1999. Lifestyle modifications to prevent and control hypertension. 7. Recommendations on stress management. The Journal of the Canadian Medical Association.

The American Heritage® Dictionary of the English Language, Edisi IV. 2006.

Lazarus RS (1993). "From psychological stress to the emotions: a history of changing outlooks". Annual Review of Psychology.

Lehrer, Paul M.; David H. (FRW) Barlow, Robert L. Woolfolk, Wesley E. Sime. 2007. Principles and Practice of Stress Management. Edisi III.

Referensi Website

http://www.cliving.org/stresscard.htm?gclid=CNqSiN2FoZUCFRMJewod9V4Vl A

http://en.wikipedia.org/

http://en.wiktionary.org/


(29)

http://kompas.co.id/read/xml/2008/07/14/16240936/melatih.si.kecil.berhenti.meng ompol

http://learning-of.slametwidodo.com/2008/02/01/proses-proses-perubahan-sosial-dinamika-kelembagaan/

http://media.socialchange.net.au/

http://mrezanailham.blogspot.com/2007/06/anak-dan-ketahanan-terhadap-stres.html

http://www.about.com/

http://www.hanyawanita.com/_hot_news/article.php?article_id=8282

http://www.studygs.net/indon/stress.htm

http://www.tabloid-wanita-indonesia.com/968/sehat.htm

http://www.kompas.com/read/xml/2008/05/10/10194961/5.kebiasaan.buruk.meres pon.stres


(30)

http://www.pontianakpost.com/berita/index.asp?Berita=Familia&id=131486


(1)

76

pada anak lebih banyak dipengaruhi oleh masalah disekitarnya. Dengan adanya perkembangan teknologi dan kemajuan jaman muncul konsekuensi akan adanya masalah – masalah baru yang lebih majemuk dan kompleks, sehingga ketahanan stres akan semakin diperlukan. Semakin dini ketahanan stres dikembangkan semakin menetap dan mudah pembentukan ketahanan stresnya.

Faktor pendukung yang diperlukan untuk menjalani kampanye ini adalah

membangun kesadaran orang tua mengenai masalah stres anak, dengan kepedulian orang tua mengenai anaknya akan lebih mudah bagi kampanye ini untuk bergerak dan mengkomunikasikan secara benar mengenai masalah stres anak ini.

Dari hasil penelitian dan pengolahan data lapangan, literatur, dan perancangan kampanye, dapat disimpulkan sebagai berikut:

1 Kurangnya informasi dan seminar yang efektif mengakibatkan kurangnya kesadaran publik mengenai masalah stres pada anak.

2 Dibutuhkan komunikasi yang tepat dan efektif mengenai masalah stres pada anak sehingga terbentuk kesadaran mengenai masalah stres pada anak 3 Dalam membentuk sebuah komunikasi yang bertujuan untuk mengadakan

perubahan diperlukan pendekatan psikologis yang tepat sehingga pesan yang disampaikan dapat diterima oleh audience.

4 Dalam merancang sebuah strategi media diperlukan pengetahuan yang luas mengenai target audience, sehingga memudahkan perencana dalam pemilihan, visualisasi dan penempatan media.


(2)

77

5 Untuk mengadakan sebuah kampanye yang efektif dan efisien, diperlukan pengetahuan yang mendalam mengenai masalah, penanggulangan, target

audience,dan media. Sehingga dapat terbentuk kampanye yang didukung dengan media yang tepat dan memiliki akses yang luas dan mudah agar masyarakat tergerak dan berinisiatif untuk mencari informasi.

6 Kampanye sosial yang efektif adalah kampanye sosial yang dapat mendorong inisiatif audience dalam memprakarsai perubahan bagi dirinya dan bagi lingkungan disekitarnya sehingga terbentuk perubahan sosial yang efektif.


(3)

DAFTAR PUSTAKA

Bower, J. E. & Segerstrom, S.C. 2004. "Stress management, finding benefit, and immune function: positive mechanisms for intervention effects on physiology". Journal of Psychosomatic Research 56.

E. Poesnecker, Gerald. 1999. "Selye Biologic Reaction to Stress chart". Chronic Fatigue Unmasked.

Fowler, Kevin & C. Whitlock, Michael. 2001. “Environmental stress, inbreeding, and the nature of phenotypic and genetic variance in Drosophila melanogaster”.

McQuail, Dennis. 1987. “Mass Communication Theory”

Poggenpohl, Sharon Helmer. 1993. “Graphic Design: A Career Guide and Education Directory”

Powell, Brasel, & Blizzard. 1967.

Poynor, Rick. 2003. “No More Rules: Graphic Design and Postmodernism”


(4)

Spence, J.D., Barnett, P.A., Linden, W., Ramsden, V., Taenzer, P. 1999. Lifestyle modifications to prevent and control hypertension. 7. Recommendations on stress management. The Journal of the Canadian Medical Association.

The American Heritage® Dictionary of the English Language, Edisi IV. 2006.

Lazarus RS (1993). "From psychological stress to the emotions: a history of changing outlooks". Annual Review of Psychology.

Lehrer, Paul M.; David H. (FRW) Barlow, Robert L. Woolfolk, Wesley E. Sime. 2007. Principles and Practice of Stress Management. Edisi III.

Referensi Website

http://www.cliving.org/stresscard.htm?gclid=CNqSiN2FoZUCFRMJewod9V4Vl A

http://en.wikipedia.org/

http://en.wiktionary.org/


(5)

http://kompas.co.id/read/xml/2008/07/14/16240936/melatih.si.kecil.berhenti.meng ompol

http://learning-of.slametwidodo.com/2008/02/01/proses-proses-perubahan-sosial-dinamika-kelembagaan/

http://media.socialchange.net.au/

http://mrezanailham.blogspot.com/2007/06/anak-dan-ketahanan-terhadap-stres.html

http://www.about.com/

http://www.hanyawanita.com/_hot_news/article.php?article_id=8282

http://www.studygs.net/indon/stress.htm

http://www.tabloid-wanita-indonesia.com/968/sehat.htm

http://www.kompas.com/read/xml/2008/05/10/10194961/5.kebiasaan.buruk.meres pon.stres


(6)

http://www.pontianakpost.com/berita/index.asp?Berita=Familia&id=131486