CARA MENGATASI ANAK DENGAN MASALAH HIPER

CARA MENGATASI ANAK DENGAN MASALAH HIPERAKTIF
Aji Satrio siswa SD N 1 Simbarwaringin kelas 3 , selalu aktif dalam aktivitas apapun hingga
orangtua dan guru di sekolah terkadang susah untuk menghadapinya.
Pengertian Hiperaktif
Menurut salah satu sumber bahwa hiperaktif adalah aktivitas fisik yang berlebihan atau gerakan
yang tidak bertujuan dan dengan kecepatan yang meningkat. Pengertian lain bahwa hiperaktif
adalah istilah yang menggambarkan perilaku tidak tenang, anak yang sering mengganggu ketertiban
baik di rumah maupun di sekolah. Hiperaktif juga populer dengan istilah Attention Deficit
Hyperaktivity Disorder (ADHD), atau dengan terjemahan bahasa Indonesia “Gangguan Pemusatan
Perhatian Dengan Hiperaktif” (GPPH). Victor Hartono Putra menjelaskan bahwa ADHD adalah
gangguan tingkah laku yang disebabkan oleh disfungsi neurologis.
Jadi hiperaktif merupakan salah satu gangguan tingkah laku berupa aktivitas berlebihan, tidak
terkontrol dan tidak terarah sehingga anak tidak dapat memusatkan perhatian.
Gejala/ Ciri-ciri Anak Hiperaktif
Sebelum mencap seorang anak hiperaktif, sebaiknya kita memahami gejala dan ciri-ciri yang
tampak pada anak hiperaktif, agar kita mampu mendiagnosa dan mengatasi masalah anak
hiperaktif.
Secara umum gejala fisik yang nampak pada anak hiperaktif adalah alergi shiner (lingkaran hitam di
bawah mata) dan hidung tersumbat. Gejala yang lain misalnya infeksi telinga, gangguan tidur, alergi
(seperti eksim, gatal-gatal, dan asma), gangguan pencernaan berupa diare atau sembelit, sakit kepala
dan sakit pada bagian kaki di malam hari. Sedangkan dilihat dari sifat/ perilakunya, Dr. Mary Go

Setiawani menggambarkan anak hiperaktif umumnya bersifat agresif, penuh semangat, tidak dapat
tenang, sulit diajar, tidak tahan lama melakukan suatu aktivitas, sulit bergaul dengan teman sebaya,
tidak mampu menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru dan juga sulit menaati orang tua dan
guru.
Sementara itu, pendapat lain juga menggambarkan ciri-ciri yang tampak pada tingkah laku anak
hiperaktif, antara lain:
1. Lack of concentration (kurang berkonsentrasi);
2. Unusually aggressive (sangat agresif), dapat dilihat pada tingkah laku anak saat bermain dengan
teman sebayanya;
3. Unaware of physical danger (kurang menyadari bahaya fisik), sehingga memungkinkan fisik
anak terancam bahaya;
4. Impulsive (impulsive), yaitu anak sering tidak mampu bersikap sabar, sehingga dapat
mengatakan/ melakukan sesuatu tanpa berfikir;
5. Emotional and intellectual immaturity (Emosional dan intelektualnya tidak matang);
6. Forgetfull and/or clumsy (Pelupa/ kikuk);
7. Attention- seeking (mencari perhatian).
Dari sebuah tulisan (www.sehatgroup.web.id), bahwa gejala-gejala yang dapat dilihat pada anak
hiperaktif, yaitu; 1) Inatensi yaitu pemusatan perhatian yang kurang; 2) Hiperaktif, yaitu perilaku
anak yang tidak bias diam, banyak bicara dan menimbulkan suara berisik; 3) Impulsif, yaitu
kesulitan anak untuk menunda respon. Dan untuk dapat diberikan diagnosis hiperaktif, gangguan di


atas sudah menetap minimal 6 bulan dan terjadi sebelum anak berusia 7 tahun.
Faktor Penyebab Hiperaktif
Seorang anak menjadi hiperaktif disebabkan oleh berbagai faktor. Dari berbagai sumber kami
menyimpulkan bahwa faktor-faktor tersebut, antara lain:
1. Faktor neurologik
Yaitu disebabkan oleh; a) Insiden hiperaktif yang lebih tinggi didapatkan pada bayi yang lahir
dengan masalah-masalah prenatal, seperti lamanya proses persalinan, distress fetal, persalinan
dengan cara ekstraksi forcep, toksamia gravidarum atau ekslamsia dibandingkan dengan kehamilan
dan persalinan normal. Disamping itu, faktor seperti bayi yang lahir dengan berat badan rendah, ibu
yang terlalu muda, ibu yang merokok dan minum alkohol, serta kandungan yang terkena sinar X; b)
Terjadinya perkembangan otak yang lambat. Factor etiologi dalam bidang neuoralogi yang sampai
kini banyak dianut adalah terjadinya disfungsi pada salah satu neurotransmitter di otak yang berupa
depamin (depamin adalah zat yang memelihara proses konsentrasi); c) Beberapa studi menunjukkan
terjadinya gangguan perfusi darah di daerah tertentu pada anak hiperaktif, yaitu di daerah striatum,
orbital-prefrontal, orbital-limbik otak, khususnya sebelah kanan.
2. Faktor toksik
Beberapa zat makanan yang mengandung bahan kimia dan suplai makanan yang menyebabkan
alergi pada anak dapat mempengaruhi fungsi otak anak, sehingga berdampak pada penginderaan,
perasaan, dan tindakan. Makanan- makanan tersebut antara lain; a) Makanan yang mengandung

kafein, seperti coca cola; b) Makanan yang mengandung gula, seperti chocolate chip cookies, kue
jello, kool-aid, es krim stoberi atau coklat batangan; c) Bahan makanan yang mengandung pewarna
makanan, mono natrium glutamat, bahan-bahan aromatik, salisilat, dan bahan pengawet lainnya; d)
Suplay makanan yang menyebabkan alergi seperti susu, gandum, telur, kedelai, daging sapi, daging
babi, daging ayam dan jagung.
3. Faktor genetik
Didapatkan korelasi yang tinggi dari kasus hiperaktif yang terjadi pada keluarga dengan anak
hiperaktif, kurang lebih dari 25-35 % dari orang tua dan saudara yang masa kecilnya hiperaktif akan
menurun pada anak.
4. Faktor psikososial dan lingkungan
Lingkungan keluarga yang tidak mendukung perkembangan sosial anak juga menjadi penyebab
anak hiperaktif, seperti suasana rumah yang tidak hangat, perilakunya akan sesuai dengan apa yang
dipelajari di rumah. Selain itu, tayangan televisi juga akan menyebabkan rentang perhatian anak
menjadi pendek karena televisi menyediakan tayangan informasi dan hiburan secara terpotongpotong, dan seringkali orang melakukan sesuatu yang lain saat menonton televisi.
Problem Anak Hiperaktif
Dari gejala/ ciri-ciri anak hiperaktif yang telah dipaparkan sebelumnya, maka anak hiperaktif akan
menghadapi dan mengalami problem (masalah), masalah-masalah tersebut berupa masalah intelek,
biologis, emosi dan moral. Masalah tersebut akan dihadapi dan dialami anak hiperaktif baik di
rumah maupun di sekolah. Berdasarkan tempat dan situasi lingkungan anak hiperaktif tersebut,
maka dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Problem di sekolah, antara lain; tidak mampu mengikuti pelajaran yang disampaikan oleh guru
dengan baik; tidak dapat berkonsentrasi sehingga tidak dapat menyerap materi pelajaran secara

keseluruhan, ingin cepat selesai bila mengerjakan tugas-tugas sekolah, kecendrungan berbicara
tinggi akan mengganggu anak dan teman yang diajak berbicara sehingga guru menyangka bahwa
anak tidak memperhatikan pelajaran, kesulitan membaca, menulis, bahasa, dan matematika.
2. Problem di rumah, antara lain; anak dipandang nakal dan tidak jarang mengalami penolakan dari
keluarga dan teman-temannya, sehingga orang tua sering memperlakukan anak secara kurang
hangat, orang tua banyak mengontrol anak, penuh pengawasan, banyak mengkritik, bahkan
memberi hukuman, sehingga terjadi ketegangan antara keduanya, akhirnya anak dan orang tua
menjadi stress dan situasi rumahpun menjadi kurang nyaman, anak menjadi lebih mudah frustasi.
Dengan berbagai masalah yang dihadapi anak tersebut menyebabkan kegagalan bersosialisasi
dimana-mana, sehingga menumbuhkan konsep diri yang negatif, maka akan merasa bahwa dirinya
buruk, selalu gagal, tidak mampu dan ditolak.
Kiat/ Cara Mengatasi Anak Hiperaktif
Sudah semestinya anak hiperaktif mendapat perhatian lebih dibanding anak-anak yang normal. Ada
beberapa hal yang dapat dilakukan oleh orang tua dan guru untuk membantu anak memecahkan
masalah atau mengurangi gangguan pada anak hiperaktif.
1. Bagi orang tua dan keluarga
Dalam tulisan yang bersumber dari CyberNews Suara Merdeka menawarkan resep yang dapat

dilakukan oleh orang tua dan keluarga anak hiperaktif, yaitu:
a. Periksalah. Dengan cara mengonsultasikan persoalan yang diderita anaknya kepada ahli terapi
psikologi anak.
b. Pahamilah. Anda dan keluarga dapat mengikuti support group dan parenting skill-training.
c. Latih kefokusannya. Jangan tekan dia, terima keadaannya itu, perlakukan anak dengan hangat
dan sabar, tetapi konsisten dan tegas dalam menerapkan norma dan tugas.
d. Telatenlah. Jika dia telah betah untuk duduk lebih lama, bimbinglah anak untuk melatih
koordinasi mata dan tangan dengan cara menghubungkan titik-titik yang membentuk angka atau
huruf, anak bias diberi latihan menggambar bentuk sederhana dan mewarnai. Bias pula mulai
diberikan latihan berhitung dari berbagai variasi penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan
pembagian. Mulailah dengan penjumlahan atau pengurangan dengan angka-angka di bawah 10,
setelah itu baru perkenalkan konsep angka 0 dengan benar.
e. Bangkitkan kepercayaan dirinya. Gunakan teknik- teknik pengelolaan perilaku, seperti
menggunakan penguat positif misalnya memberikan pujian, memberikan disiplin yang konsisten
dan selalu memonitor perilaku anak. Anak juga bias melakukan pengelolaan perilakunya sendiri
dengan bimbingan orang tua.
f. Kenali arah minatnya. Kenali bakat atau kecendrungan perhatiannya sejak dini.
g. Minta dia bicara. Bantu anak bersosialisasi, misalnya melakukan aktivitas bersama, sehingga
anda bias mengajarkan anak bagaimana bersosialisasi dengan teman dan lingkungan.
h. Siap bahu membahu. Bantulah anak mewujudkan apa yang dia inginkan, bekerja samalah dengan

guru di sekolah agar memahami kondisi anak yang sebenarnya.
Menurut Dr. Mary Go Setiawani (2000: 137-141), cara mengatasi masalah anak hiperaktif, yaitu
dengan; penggunaan obat, pengaturan makanan, hindari pemanjaan, menciptakan lingkungan yang
tenang, memilih acara TV dengan hati- hati, gunakan tenaga ekstra dengan tepat, membimbing
dalam kebenaran.
Berkaitan dengan pengaturan makanan, dalam tulisan lain memberikan beberapa pertimbangan
yang dapat diperhatikan oleh orang tua, yaitu meminimalisir pemberian makanan yang mengandung

zat aditif, memilih makanan pokok yang bergizi, dan tidak menyebabkan alergi, menjamin
kecukupan nutrisi, serta memantau asupan makanan anak.
Yulia Permata Sari menawarkan beberapa pilihan makanan yang sebaiknya diberikan pada anak
hiperaktif, yaitu:
a. Potongan sayur, seperti wortel, batang seledri, brokoli dan kembang kol yang disajikan bersama
salad dressing rendah lemak atau saus salsa.
b. Yogurt rendah lemak atau keju rendah lemak tanpa perasa/ pemanis, disajikan dengan tambahan
buah yang dihaluskan/ jus.
c. Kacang- kacangan atau biji-bijian seperti almond, kacang mende, kenari, kacang tanah, kuaci biji
bunga matahari atau labu dan lain-lain.
d. Semangkuk buah-buahan segar/ beku/ dikeringkan.
e. Whole grain cracker, dengan peanut butter atau almond nut butter

f. Sereal sehat yang disajikan kering, bias juga ditambahi susu skim/ lemak. Pastikan anda
memberikan sedikitnya 3 gram serat persajian.

2. Bagi Guru
Di lingkungan sekolah, guru yang memiliki tanggung jawab dalam membimbing/ mengarahkan
anak yang hiperaktif (penderita ADD/ ADHD). Menurut Ron Kurtus strategi yang dapat dilakukan
oleh guru, antara lain:
a. Mengelola kelas, dengan karakteristik; membuat rancangan dan struktur kegiatan kelas,
pemberian tugas yang memerlukan waktu yang tidak lama, instruksi guru yang dapat melatih rasio
siswa dan bersifat individual, kurikulum pembelajaran yang menarik, menggunakan reinforsemen
yang positif.
b. Sikap guru yaitu; membantu siswa memiliki harapan akademik yang baik, sering memantau dan
memeriksa pekerjaan siswa, penuh kesabaran, kehangatan, dan humoris, konsisten dan tegas,
pengetahuan tentang perilaku anak yang berbeda, bekerja sama dengan guru yang memiliki
keahlian khusus tentang anak hiperaktif.
c. Guru membantu siswa melakukan self monitoring atau pemantauan perilaku diri sendiri, karena
biasanya siswa menyadari bahwa mereka memiliki masalah dan ingin memperbaikinya. Guru dapat
melakukan metode dengan menggunakan audio seperti bip-acak, tekniknya bias dengan
memberikan rewards dan akurasi pemeriksaan.
Simpulan

Hiperaktif merupakan suatu gangguan pada fungsi otak, sehingga berpengaruh pada perilaku
(psikis) dan fisik anak. Hal ini dapat didiagnosa melalui gejala dan ciri-ciri fisik maupun perilaku
anak. Anak hiperaktif akan mengalami problem baik dalam lingkungan keluarga maupun di
lingkungan sekolah, sehingga melahirkan konsep diri yang buruk dan mengancam kehidupan masa
depan anak.
Dengan demikian terdapat kiat-kiat khusus yang dapat dilakukan orang tua dan anggota keluarga di
rumah dan oleh guru di sekolah dalam memberikan perhatian, kasih saying, bimbingan, dan suasana
lingkungan yang terbaik bagi anak hiperaktif. Dengan demikian, diharapkan anak hiperaktif bias
diatasi sejak dini dan dapat tumbuh layaknya anak yang normal bahkan lebih jenius dan luar biasa.

http://hajrianawarnadunia.blogspot.com/2009/12/mengenal-anak-hiperaktif-dan-cara.html