Hubungan Pola Asuh Authoritative dan Self-Esteem Pada Remaja (Suatu Penelitian Pada Siswa SMAN 'X' Cirebon).

(1)

ii

Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara pola asuh authoritative dan self-esteem. Maksud dari adanya penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran mengenai pola asuh authoritative dan self-esteem pada siswa SMAN ‘X’ Cirebon. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa erat hubungan pola asuh authtoritative dan self-esteem pada siswa SMAN ‘X’ Cirebon.

Sample penelitian ini adalah siswa SMAN ‘X’ Cirebon, dengan karakteristik sampel siswa SMAN X’ Cirebon berusia 15-17 tahun. Teknik pengambilan sample menggunakan simple random sampling. Sesuai dengan maksud dan tujuan penelitian ini, maka rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan penelitian korelasional yang mengukur derajat hubungan antara beberapa variabel. Dalam penelitian ini variabel yang diukur adalah pola asuh authoritative dan self-esteem. Alat ukur yang digunakan dikonstruksi oleh peneliti sendiri dan alat ukur tersebut berupa angket/kuesioner pola asuh authoritative guna menjaring pola asuh orangtua authoritative yang dihayati siswa berdasarkan teori Baumrind dan Self-Esteem Inventory guna menjaring self-esteem yang dimiki siswa SMAN ‘X’ Cirebon berdasarkan teori Coopersmith.Validitas dari alat ukur pola asuh authoritative ini berkisar antara 0,319 – 0,563 dan alat ukur self-esteem berkisar antara 0,300 – 0,601.

Berdasarkan pengolahan data secara statistik dengan menggunakan uji statistik Spearman dengan α = 0,01, diperoleh hasil yang menyatakan bahwa H1 diterima dengan rs = 0,577 artinya terdapat hubungan yang signifikan antara pola asuh authoritative dan self-esteem pada siswa SMAN ‘X’ Cirebon dan keeratannya moderat. Selain itu, didapat data berupa data penunjang yang menunjukkan adanya faktor-faktor lain yang nampak pada siswa SMAN ‘X’ Cirebon disamping pola asuh authoritative, yaitu sejarah kesuksesan dan reaksi siswa terhadap faktor penghambat kesuksesan.

Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah semakin tinggi pola asuh authoritative maka semakin tinggi self-esteem siswa dan terdapat faktor-faktor lain yang turut membentuk self-esteem siswa selain pola asuh authoritative. Saran yang diajukan bagi penelitian selanjutnya adalah agar peneliti memperhatikan faktor-faktor lain selain pola asuh authoritative dalam hubungannya dengan esteem supaya siswa dapat mengembangkan self-esteem yang dimilikinya dengan meningkatkan aspek-aspek self-self-esteem yang masih kurang optimal.


(2)

iii

Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ABSTRAK

KATA PENGANTAR ……… i

DAFTAR ISI ……… iii

DAFTAR TABEL … ……….. vii

DAFTAR SKEMA ……… viii

DAFTAR LAMPIRAN ……… ix

BAB I PENDAHULUAN ……… 1

1.1. Latar Belakang Masalah ……… 1

1.2. Identifikasi Masalah ……… 9

1.3. Maksud dan Tujuan ……… 9

1.4. Kegunaan Penelitian ……… 9

1.5. Kerangka Pemikiran ……… 10

1.6. Asumsi Penelitian ……….. 17

1.7. Hipotesis Penelitian ……… 18

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ………. 19

2.1. Tinjauan Tentang Pola Asuh Authoritative ……… 19

2.1.1. Pengertian Pola Asuh ………. 19

2.1.2. Dimensi Pola Asuh Orangtua ……… 20

2.1.3. Tipe-Tipe Pola Asuh ………. 25


(3)

iv

Universitas Kristen Maranatha

2.2. Tinjauan Tentang Self-Esteem ………. 30

2.2.1. Pengertian Self-Esteem ………. 30

2.2.2. Pengaruh Self-Esteem ……… 31

2.2.3. Self-Esteem Sebagai Kebutuhan Manusia ……… 33

2.2.4. Faktor Yang Mempengaruhi Self-Esteem ………… 34

2.2.5. Perkembangan Self-Esteem ……….. 36

2.2.6. Derajat Self-Esteem ……….. 40

2.2.7. Aspek yang Menghambat Pembentukkan Self-Esteem ………. 41

2.2.8. Aspek yang Dapat Meningkatkan Self-Esteem ……… 43

2.2.9. Area Self-Esteem ……….. 44

2.2.10. Proses yang Mendukung Self-Esteem ……… 45

2.2.11. Self-Esteem Pada Masa Remaja ……….. 47

2.3. Tinjauan Teori Masa Remaja ………. 48

2.3.1. Batasan Masa Remaja ……… 48

2.3.2. Remaja Pertengahan (madya) ………. 49

2.3.3. Perubahan Dasar pada Masa Remaja ……… 50

2.3.4. Hubungan Keluarga dalam Perkembangan Remaja.. 51

2.3.5. Tugas-Tugas Perkembangan Masa Remaja ………. 53

2.3.6. Kaitan antara Dukungan Orangtua Terhadap Self-Esteem Remaja ………. 55


(4)

v

Universitas Kristen Maranatha

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ……… 58

3.1. Rancangan Penelitian ……… 58

3.2. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional……… 59

3.2.1. Variabel Penelitian ……… 59

3.2.2. Definisi Operasional ……… 59

3.2.2.1. Pola Asuh Authoritative ……….. 59

3.2.2.2. Self-Esteem ………. 59

3.3. Alat Ukur ……… 60

3.3.1. Pola Asuh Authoritative ……… 61

3.3.2. Self-Esteem ……… 64

3.3.3. Data Penunjang ………. 66

3.4. Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur ……… 67

3.4.1. Validitas Alat ukur ……… 67

3.4.1.1. Validitas Alat Ukur Pola Asuh Authoritative …… 68

3.4.1.2. Validitas Alat Ukur Self-Esteem Inventory …….. 68

3.4.2. Reliabilitas Alat Ukur ……… 68

3.4.2.1. Reliabilitas Alat Ukur Pola Asuh Authoritative …. 70 3.4.2.2. Reliabilitas Alat Ukur Self-Esteem Inventory ….. 70

3.5. Subyek Penelitian ……… 70

3.5.1. Karakteristik Sampel ……….. 70

3.5.2. Teknik Sampel ………... 70


(5)

vi

Universitas Kristen Maranatha

3.6. Teknik Analisis……… 71

BAB IV HASIL PENELITIAN ……… 73

4.1. Gambaran Umum ………. 73

4.1.1. Self-Esteem dan Usia ………. 73

4.1.2. Self-Esteem dan Jenis Kelamin ………. 73

4.2. Hasil Penelitian ……… 74

4.2.1. Gambaran Hasil Penelitian ……… 74

4.2.2. Hasil Pengujian Statistik (Korelasi) ……….. 74

4.3. Pembahasan Hasil Penelitian ……… 76

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ………... 82

5.1. Kesimpulan ……… 82

5.2. Saran ………. 82

5.2.1. Saran Penelitian Lanjutan ……… 82

5.2.2. Saran Guna Laksana ………. 83 DAFTAR PUSTAKA


(6)

vii

Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR TABEL

TABEL 2.3.5. Tugas Perkembangan Masa Remaja ……… 55

TABEL 3.3.1. Alat Ukur Pola Asuh Authoritative ……… 62

TABEL 3.3.2. Alat Ukur Self-Esteem Inventory ……… 65

TABEL 4.1.1. Self-Esteem dan Usia ……… 73

TABEL 4.1.2. Self-Esteem dan Jenis Kelamin ……… 73

TABEL 4.2.1.1. Gambaran Self-Esteem ………. 74

TABEL 4.2.1.2. Gambaran Pola Asuh Authoritative ……….. 74

TABEL 4.2.2. Hasil Analisis Korelasi Spearman ……….. 75

TABEL 4.2.2.2. Hasil Tabulasi Silang Pola Asuh Authoritative dan Self-Esteem ……… 76


(7)

viii

Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR SKEMA

Skema 1.5. Kerangka Pikir ……… 17 Skema 3.1. Rancangan Penelitian ……… 58


(8)

ix

Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 6.1. Alat Ukur

Lampiran 6.1.1. Alat Ukur Self-Esteem

Lampiran 6.1.2. Alat Ukur Pola Asuh Authoritative Lampiran 6.1.3. Data Penunjang

Lampiran 6.1.1.1. Hasil Uji Validitas Self-Esteem Inventory Lampiran 6.1.2.2. Hasil Uji Validitas Pola Asuh Auhoritative

Lampiran 6.5.1. Hasil Pengolahan Data Tabulasi Silang Pola Asuh Authoritative Dan Aspek Self-Esteem

Lampiran 6.5.2. Hasil Pengolahan Data Tabulasi Silang Self-Esteem Dan Data Penunjang

Lampiran 6.5.3. Hasil Pengolahan Data Tabulasi Silang Aspek Self-Esteem Dan Data Penunjang

Lampiran 6.6.1. Hasil Pengolahan Data Gambaran Aspek Pola Asuh Authoritative Lampiran 6.6.2. Hasil Pengolahan Data Gambaran Aspek Self-esteem


(9)

Universitas Kristen Maranatha Dalam rangka memenuhi persyaratan untuk tugas akhir mencapai gelar sarjana Psikologi di Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha, peneliti akan mengadakan penelitian sebagai salah satu syarat yang harus dipenuhi. Sehubungan dengan hal tersebut, peneliti mengharapkan bantuan dan kerjasama saudara-saudara untuk mengisi kuesioner yang diberikan.

Data-data yang akan diberikan sangat bermanfaat bagi peneliti dan bagi perkembangan ilmu pengetahuan khususnya di bidang psikologi. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kesungguhan saudara-saudara untuk mengisi kuesioner ini. Jawaban maupun identitas saudara-saudara akan kami jaga kerahasiaannya.

Atas kerjasama dan kesediaan saudara-saudara peneliti ucapkan terima kasih.

Bandung, Agustus 2007


(10)

Universitas Kristen Maranatha

Data Pribadi

Pada halaman ini terdapat sejumlah pertanyaan yang menyangkut data pribadi saudara-saudara. Kami mengharapkan saudara-saudara dapat mengisinya di tempat yang telah disediakan.

Nama : L / P

Usia :

Suku Bangsa : Agama :

Kelas :

Anak ke : dari bersaudara

Berikut ini terdapat sejumlah pertanyaan yang harus diisi oleh siswa pada tempat yang telah disediakan. Silakan saudara menjawab dengan jujur dan spontan serta apa adanya. Jawablah semua pertanyaan sesuai dengan diri saudara dan bukan yang dianggap umum oleh masyarakat atau sesuai dengan apa yang dianggap baik oleh orang lain/sesuai norma.


(11)

Universitas Kristen Maranatha Lampiran 6.1.1.

Kuesioner Self-Esteem

Di bawah ini terdapat sejumlah pernyataan. Silakan Saudara menjawab secara jujur, spontan, serta apa adanya. Jawablah setiap pernyataan ini sesuai dengan diri Saudara dan bukan dengan apa yang dianggap umum oleh masyarakat/ sesuai norma. Setiap pernyataan disediakan empat pilihan jawaban yaitu :

S (sesuai) : pernyataan tersebut sesuai dengan diri Sdr.

CS (cukup sesuai) : pernyataan tersebut cukup sesuai dengan diri Sdr.

KS (kurang sesuai) : pernyataan tersebut kurang sesuai dengan diri Sdr.

TS (tidak sesuai) : pernyataan tersebut tidak sesuai dengan diri Sdr.

Silakan Saudara memberikan tanda checklist (9) pada setiap pernyataan yang Saudara anggap mencerminkan diri Saudara.


(12)

Universitas Kristen Maranatha

No. Pernyataan S CS KS TS

1. Saya dapat membuat keputusan sesuai dengan permasalahan yang dihadapi.

2. Pendapat-pendapat saya dapat disetujui oleh teman-teman.

3. Setiap keputusan dapat saya buat tanpa mengalami banyak kesulitan.

4. Saya berusaha dapat melaksanakan rencana kegiatan yang telah dibuat.

5. Saya senang orangtua menghargai hasil kerja saya. 6. Saya merasa sedih keputusan yang saya buat kurang

dihargai teman.

7. Keberadaan saya dianggap penting bagi orang lain. 8. Saya dapat mendorong teman-teman untuk aktif

dalam kegiatan kelompok.

9. Saya dapat bertahan dalam situasi yang membosankan.

10. Saya dapat memutuskan sesuatu dan bertahan pada keputusan itu.

11. Saya yakin dengan keputusan yang dibuat dapat efektif dengan masalah yang dihadapi.

12. Saya mengalami kesulitan untuk menyampaikan secara jelas maksud saya kepada orang lain.

13. Saya merasa senang apabila orang-orang di sekitar saya menanyakan kabar saya.

14. Saya merasa dihargai dengan adanya teman-teman yang mencari saya bila saya tidak masuk sekolah. 15. Saya tidak mengalami kesulitan untuk dapat

mematuhi aturan yang dibuat di manapun saya berada.

16. Saya merasa ragu orang lain dapat menyetujui pendapat yang saya kemukakan.

17. Saya tidak mudah marah apabila menghadapi masalah.

18. Saya menganggap mengumpulkan tugas tepat waktu kurang begitu penting.

19. Saya tidak berani mengungkapkan pendapat dalam suatu diskusi.

20. Saya membuat orang lain menyetujui ide yang saya ajukan.

21. Saya mengetahui apa yang harus dilakukan untuk meraih kesuksesan.

22. Saya merasa hanya sedikit keluarga yang tahu perkembangan saya di sekolah.


(13)

Universitas Kristen Maranatha

No. Pernyataan S CS KS TS

23. Saya merasa kesulitan mendapatkan teman untuk mengerjakan tugas kelompok.

24. Saya berusaha dapat bersikap sopan kepada setiap orang.

25. Saya kurang bersedia apabila diminta untuk mengubah perilaku sesuai dengan lingkungan dimana saya berada.

26. Saya merasa kesulitan untuk tetap mematuhi aturan ketika saya sedang mengalami masalah.

27. Saya menjadi giat belajar karena melihat perbedaan nilai yang kurang bagus dengan teman di kelas. 28. Saya akan belajar sungguh-sungguh untuk meraih

kesuksesan.

29. Saya dapat mengetahui penyebab masalah yang dihadapi.

30. Saya dapat mengikuti aturan-aturan di sekolah. 31. Saya dapat mematuhi aturan apabila ada orang lain

yang memperhatikan.

32. Saya akan meminta maaf apabila melanggar aturan yang ada di lingkungan tempat tinggal.

33. Saya dapat menyelesaikan tugas yang diberikan dengan tuntas.

34. Saya merasa sedih apabila teman-teman menolak untuk membantu saya mengerjakan tugas yang kurang dimengerti saya.

35. Saya kurang optimis dapat mencapai prestasi yang memuaskan di sekolah.

36. Saya akan mematuhi tata tertib di sekolah apabila ada sanksi yang jelas.

37. Saya berupaya akan menggali lebih banyak informasi untuk menambah wawasan.

38. Saya mudah menyerah apabila mengalami kesulitan dalam mengerjakan tugas.

39. Saya mampu memecahkan persoalan yang dihadapi. 40. Saya kurang yakin dengan kemampuan saat ini dapat

mendukung meraih kesuksesan.

41. Saya perlu waktu lama untuk dapat menyesuaikan diri dengan aturan yang ada di lingkungan.

42. Saya senang keluarga dapat memahami pendapat saya.

43. Saya merasa kebanyakan orang dapat menghargai saya.

44. Saya merasa tidak mampu mengerjakan tugas sekolah tanpa bimbingan guru.


(14)

Universitas Kristen Maranatha

No. Pernyataan S CS KS TS

45. Saya akan menyediakan waktu cukup banyak untuk belajar di rumah.

46. Saya kecewa orangtua saya kurang menghargai prestasi saya di ekstrakurikuler.

47. Saya mematuhi aturan supaya teman-teman menyukai saya.

48. Saya bangga teman-teman meminta pendapat saya atas permasalahan yang mereka hadapi.

49. Saya memilih untuk menunda masalah daripada menyelesaikannya.

50. Saya giat berusaha untuk dapat sukses dalam bidang yang saya tekuni.


(15)

Universitas Kristen Maranatha Lampiran 6.1.2.

Kuesioner Pola Asuh Authoritative

Di bawah ini terdapat sejumlah pernyataan yang menggambarkan berbagai situasi atau keadaan dalam lingkungan keluarga. Saudara diminta untuk menentukan seberapa sering situasi-situasi yang disajikan berikut dihayati sebagai suatu bentuk perlakuan orangtua dalam lingkungan keluarga.

Silakan Saudara menjawab secara jujur, spontan, serta apa adanya. Jawablah setiap pernyataan ini sesuai dengan diri Saudara dan bukan dengan apa yang dianggap umum oleh masyarakat/ sesuai norma. Setiap pernyataan disediakan empat pilihan jawaban yaitu :

Srg (sering) : pernyataan tersebut sering dengan diri Sdr.

CS (cukup sering) : pernyataan tersebut cukup sering dengan diri Sdr.

Jrg (jarang) : pernyataan tersebut jarang dengan diri Sdr.

SJ (sangat jarang) : pernyataan tersebut sangat jarang dengan diri Sdr.

Silakan Saudara memberikan tanda checklist (9) pada setiap pernyataan yang Saudara anggap mencerminkan diri Saudara.


(16)

Universitas Kristen Maranatha

No. Pernyataan Srg CS Jrg SJ

1. Orang tua memperbolehkan saya untuk mengemukakan pendapat dalam diskusi keluarga. 2. Orang tua mau mendiskusikan rencana studi yang

saya pilih.

3. Orang tua menyediakan waktu untuk mendengarkan kritikan yang saya ajukan.

4. Orang tua memberikan kesempatan bagi saya untuk menyelesaikan masalah sendiri.

5. Orang tua bersedia menemani saya untuk melakukan kegiatan yang kurang diminati mereka. 6. Orang tua mengetahui kegiatan ekstrakurikuler

yang saya ikuti di sekolah.

7. Orang tua menyimak pembicaraan yang kami lakukan sehari-hari di rumah.

8. Orang tua mengikutsertakan saya dalam menentukan tempat liburan yang akan dikunjungi. 9. Orang tua mau diajak berdiskusi ketika saya

mempunyai pendapat yang berbeda.

10. Orang tua mendorong saya untuk mengikuti ajang lomba yang diadakan di luar sekolah.

11. Orang tua mengijinkan saya dapat menghabiskan waktu cukup lama di luar rumah.

12. Orang tua meluangkan waktunya untuk berbincang-bincang dengan saya.

13. Orang tua memberikan kesempatan untuk menyatakan perasaan sehubungan dengan aturan yang diterapkan.

14. Orang tua bersedia mendengarkan keinginan-keinginan saya mengenai aturan di rumah.

15. Orang tua menyediakan sarana bagi saya untuk dapat mengembangkan kemampuan yang dimiliki. 16. Orang tua menyediakan waktunya untuk dapat

makan bersama-sama saya.

17. Orang tua mencukupi keperluan saya di sekolah. 18. Orang tua mendengarkan keluh kesah saya dengan

sabar.

19. Orang tua bersedia menyediakan waktu untuk dapat berlibur bersama saya.

20. Orang tua bersemangat memilihkan tenaga pengajar yang kompeten untuk mendukung saya meraih prestasi.


(17)

Universitas Kristen Maranatha

No. Pernyataan Srg CS Jrg SJ

21. Orang mengajak saya untuk bersama-sama membuat aturan di rumah.

22. Orang tua menyediakan waktunya untuk membantu saya menghadapi masalah.

23. Orang tua saya memperhatikan pembicaraan yang kami lakukan.

24. Orang tua mengetahui perkembangan saya di sekolah.

25. Orang tua memberikan waktu yang cukup untuk melakukan kegiatan yang saya sukai.

26. Orang tua memberikan kasih sayang yang cukup kepada saya.

27. Orang tua memperbolehkan saya untuk menekuni bakat dan minat.


(18)

Universitas Kristen Maranatha Lampiran 6.1.3.

Data Penunjang

Berikut ini terdapat sejumlah pertanyaan yang harus diisi oleh siswa pada tempat yang telah disediakan. Silakan Saudara menjawab dengan jujur dan spontan serta apa adanya. Jawablah semua pertanyaan sesuai dengan diri Saudara dan bukan yang dianggap umum oleh masyarakat atau sesuai dengan apa yang dianggap baik oleh orang lain/ sesuai norma.

1. Kesuksesan apa saja yang sudah Sdr. raih.? (akademik/non akademik)

__________________________________________________________ __________________________________________________________ Bagaimana perasaan Sdr. dengan kesuksesan tersebut?(puas/tidak puas) Mengapa?

__________________________________________________________ __________________________________________________________ Alasan_____________________________________________________ __________________________________________________________

2. Bagaimana upaya Sdr dalam menghadapi faktor penghambat kesuksesan? (melawan/menghindar)

__________________________________________________________ __________________________________________________________ __________________________________________________________

3. Menurut Sdr. bagaimana keadaan emosi Sdr. secara umum? (relatif stabil/relatif tidak stabil)

__________________________________________________________ __________________________________________________________


(19)

Universitas Kristen Maranatha __________________________________________________________ __________________________________________________________

4. Berdasarkan hasil Psikotest, berada pada taraf apakah IQ Sdr. tersebut?(di bawah rata-rata/rata-rata/di atas rata-rata)

__________________________________________________________ __________________________________________________________ __________________________________________________________

5. Menurut Sdr. kualitas nilai yang seperti apakah yang lebih dihargai oleh orangtua dari diri Sdr.? (mempertahankan HAK/berprestasi di sekolah/atensi terhadap orang lain)

__________________________________________________________ __________________________________________________________ __________________________________________________________

6. Menurut Sdr. siapakah yang paling berperan dalam pengambilan keputusan di keluarga Sdr.?(ayah/seimbang ayah-ibu/ibu)

__________________________________________________________ __________________________________________________________ __________________________________________________________ 7. Menurut Sdr. bagaimana kondisi keluarga di rumah Sdr dalam kaitan

ada/tidaknya konflik?(tekanan&konflik serius antara ayah-ibu/tekanan&konflik ringan; harmonis)

__________________________________________________________ __________________________________________________________ __________________________________________________________


(20)

Universitas Kristen Maranatha Lampiran 6.1.1.1.

HASIL UJI VALIDITAS SELF-ESTEEM INVENTORY

Nomor Korelasi Spearman Kesimpulan

1. 0,242 Tolak

2. 0,335 Terima

3. 0,333 Terima

4. 0,419 Terima

5. 0,281 Tolak

6. 0,335 Terima

7. 0,370 Terima

8. 0,361 Terima

9. 0,494 Terima

10. 0,411 Terima

11. 0,323 Terima

12. 0,352 Terima

13. 0,296 Tolak

14. 0,343 Terima

15. 0,305 Terima

16. 0,192 Tolak

17. 0,303 Terima

18. 0,433 Terima

19. 0,458 Terima

20. 0,368 Terima

21. 0,364 Terima

22. 0,458 Terima

23. 0,408 Terima

24. 0,213 Tolak

25. 0,456 Terima

26. 0,494 Terima

27. 0,526 Terima

28. 0,519 Terima

29. 0,397 Terima

30. 0,522 Terima

31. 0,543 Terima

32. 0,358 Terima

33. 0,487 Terima

34. 0,408 Terima

35. 0,501 Terima

36. 0,568 Terima

37. 0,321 Terima


(21)

Universitas Kristen Maranatha

Nomor Korelasi Spearman Kesimpulan

39. 0,451 Terima

40. 0,581 Terima

41. 0,325 Terima

42. 0,424 Terima

43. 0,546 Terima

44. 0,262 Tolak

45. 0,457 Terima

46. 0,505 Terima

47. 0,412 Terima

48. 0,557 Terima

49. 0,532 Terima

50. 0,280 Tolak

51. 0,601 Terima

52. 0,247 Tolak

53. 0,424 Terima

54. 0,133 Tolak

55. 0,572 Terima

56. 0,328 Terima

57. 0,300 Terima

58. 0,532 Terima

59. 0,479 Terima


(22)

Universitas Kristen Maranatha Lampiran 6.1.2.2.

HASIL UJI VALIDITAS ALAT UKUR POLA ASUH

AUTHORITATIVE

Nomor Korelasi Spearman Kesimpulan

1. 0,414 Terima

2. 0,138 Tolak

3. 0,115 Tolak

4. 0,126 Tolak

5. 0,391 Terima

6. 0,476 Terima

7. 0,413 Terima

8. 0,391 Terima

9. 0,411 Terima

10. 0,319 Terima

11. 0,451 Terima

12. 0,561 Terima

13. 0,445 Terima

14. 0,512 Terima

15. 0,351 Terima

16. 0,276 Tolak

17. 0,344 Terima

18. 0,438 Terima

19. 0,563 Terima

20. 0,203 Tolak

21. 0,364 Terima

22. 0,381 Terima

23. 0,349 Terima

24. 0,208 Tolak

25. 0,465 Terima

26. 0,503 Terima

27. 0,413 Terima

28. 0,423 Terima

29. 0,277 Tolak

30. 0,411 Terima

31. 0,447 Terima

32. 0,253 Tolak

33. 0,521 Terima

34. 0,495 Terima


(23)

Universitas Kristen Maranatha Lampiran 6.5.1.

HASIL PENGOLAHAN DATA TABULASI SILANG

POLA ASUH AUTHORITATIVE DAN ASPEK SELF-ESTEEM

TABEL 6.5.1.1. POLA ASUH AUTHORITATIVE DAN POWER POWER

AUTHORITATIVE

Tinggi Rendah Total

Tinggi 63,1% (157) 36,9% (92) 100% (249) Rendah 44,4% (20) 55,6% (25) 100% (45)

Total 60,2% (177) 39,8% (117) 100% (294)

TABEL 6.5.1.1. POLA ASUH AUTHORITATIVE DAN POWER

TABEL 6.5.1.2. POLA ASUH AUTHORITATIVE DAN SIGNIFICANCE SIGNIFICANCE

AUTHORITATIVE

Tinggi Rendah Total

Tinggi 53,8% (134) 46,2% (115) 100% (249) Rendah 44,4% (20) 55,6% (25) 100% (45)

Total 52,4% (154) 47,6% (140) 100% (294)

TABEL 6.5.1.2. POLA ASUH AUTHORITATIVE DAN SIGNIFICANCE

TABEL 6.5.1.3. POLA ASUH AUTHORITATIVE DAN VIRTUE VIRTUE

AUTHORITATIVE

Tinggi Rendah Total

Tinggi 47,8% (119) 52,2% (130) 100% (249) Rendah 35,6% (16) 64,4% (29) 100% (45)

Total 45,9% (135) 54,1% (159) 100% (294)


(24)

Universitas Kristen Maranatha TABEL 6.5.1.4. POLA ASUH AUTHORITATIVE DAN COMPETENCE COMPETENCE

AUTHORITATIVE

Tinggi Rendah Total

Tinggi 67,9% (169) 32,1% (80) 100% (249) Rendah 53,1% (23) 48,9% (22) 100% (45)

Total 65,3% (192) 34,7% (102) 100% (294)


(25)

Universitas Kristen Maranatha Lampiran 6.5.2.

HASIL PENGOLAHAN DATA TABULASI SILANG

SELF-ESTEEM DAN DATA PENUNJANG

TABEL 6.5.2.1. SELF-ESTEEM DAN JENIS KELAMIN Self-esteem

Jenis kelamin

Tinggi Rendah Total

Laki-laki 64,2% (106) 35,8% (59) 100% (165) Perempuan 61,2% (79) 38,8% (50) 100% (129) Total 62,9% (185) 37,1% (109) 100% (294)

TABEL 6.5.2.1. SELF-ESTEEM DAN JENIS KELAMIN

TABEL 6.5.2.2. SELF-ESTEEM DAN USIA Self-esteem

Usia

Tinggi Rendah Total

15 tahun 69,2% (72) 30,8% (32) 100% (104) 16 tahun 67,4% (58) 32,6% (28) 100% (86) 17 tahun 52,9% (55) 47,1% (49) 100% (104)

Total 62,9% (185) 37,1% (109) 100% (294)

TABEL 6.5.2.2. SELF-ESTEEM DAN USIA

TABEL 6.5.2.3. SELF-ESTEEM DAN INTELEGENSI Self-esteem

Intelegensi

Tinggi Rendah Total

Di bawah rata-rata 13,2% (12) 86,8% (79) 100% (91) Rata-rata 83,6% (92) 16,4% (18) 100% (110) Di atas rata-rata 87,1% (81) 12,9% (12) 100% (93)

Total 62,9% (185) 37,1% (109) 100% (294)


(26)

Universitas Kristen Maranatha TABEL 6.5.2.4. SELF-ESTEEM DAN KEADAAN EMOSI

Self-esteem

Keadaan emosi

Tinggi Rendah Total

Relatif stabil 85,7% (150) 14,3% (25) 100% (175) Relatif tidak stabil 29,4% (35) 70,6% (84) 100% (119) Total 62,9% (185) 37,1% (109) 100% (294)

TABEL 6.5.2.4. SELF-ESTEEM DAN KEADAAN EMOSI

TABEL 6.5.2.5. SELF-ESTEEM DAN SEJARAH KESUKSESAN Self-esteem

Sejarah sukses

Tinggi Rendah Total

Puas 89,2% (174) 10,8% (21) 100% (195) Tidak puas 11,1% (11) 88,9% (88) 100% (99)

Total 62,9% (185) 37,1% (109) 100% (294)

TABEL 6.5.2.5. SELF-ESTEEM DAN SEJARAH KESUKSESAN

TABEL 6.5.2.6. SELF-ESTEEM DAN REAKSI TERHADAP PENGHAMBAT Self-esteem

Reaksi siswa

Tinggi Rendah Total

Melawan 92,3% (168) 7,7% (14) 100% (182) Menghindar 15,2% (17) 84,8% (95) 100% (112) Total 62,9% (185) 37,1% (109) 100% (294)


(27)

Universitas Kristen Maranatha TABEL 6.5.2.7. SELF-ESTEEM DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN

Self-esteem

Ambil Keputusan

Tinggi Rendah Total

Ayah 69,9% (86) 30,1% (37) 100% (123) Seimbang ayah-ibu 52,7% (49) 47,3% (44) 100% (93)

Ibu 64,1% (50) 35,9% (28) 100% (78) Total 62,9% (185) 37,1% (109) 100% (294)

TABEL 6.5.2.7. SELF-ESTEEM DAN AMBIL KEPUTUSAN

TABEL 6.5.2.8. SELF-ESTEEM DAN DERAJAT TEKANAN&KONFLIK Self-esteem

Derajat tek&konflik

Tinggi Rendah Total

Tekanan serius&jelas serta perselisihan antara ayah-ibu

59,4% (82) 40,6% (56) 100% (138) Tekanan&perselisihan ringan;

secara umum hubungan orangtua harmonis

66,0% (103) 34,0% (53) 100% (156)

Total 62,9% (185) 37,1% (109) 100% (294)

TABEL 6.5.2.8. SELF-ESTEEM DAN DERAJAT TEKANAN&KONFLIK

TABEL 6.5.2.9. SELF-ESTEEM DAN KUALITAS NILAI YANG DIHARGAI ORANGTUA

Self-esteem

Kualitas Nilai

Tinggi Rendah Total

Mempertahankan dan menuntut HAKnya

60,3% (88) 39,7% (58) 100% (146) Berprestasi di sekolah 65,0% (39) 35,0% (21) 100% (60) Atensi dan perhatian pada

orang lain (ramah, suka membantu, dsb)

65,9% (58) 34,1% (30) 100% (88)

Total 62,9% (185) 37,1% (109) 100% (294)


(28)

Universitas Kristen Maranatha Lampiran 6.5.3.

HASIL PENGOLAHAN DATA TABULASI SILANG

ASPEK SELF-ESTEEM DAN DATA PENUNJANG

TABEL 6.5.3.1. POWER DAN SEJARAH KESUKSESAN

Power

Sej. sukses

Tinggi Rendah Total

Puas 65,1% (127) 34,9% (68) 100% (195) Tidak puas 50,5% (50) 49,5% (49) 100% (99)

Total 60,2% (177) 39,8% (117) 100% (294)

TABEL 6.5.3.1. POWER DAN SEJARAH KESUKSESAN

TABEL 6.5.3.2. POWER DAN REAKSI TERHADAP PENGHAMBAT Power

Reaksi

Tinggi Rendah Total

Melawan 65,4% (119) 34,6% (63) 100% (182) Menghindar 51,8% (58) 48,2% (54) 100% (112) Total 60,2% (177) 39,8% (117) 100% (294)

TABEL 6.5.3.2. POWER DAN REAKSI TERHADAP PENGHAMBAT

TABEL 6.5.3.3. SIGNIFICANCE DAN SEJARAH KESUKSESAN SIGNIFICANCE

Sej. sukses

Tinggi Rendah Total

Puas 57,9% (113) 42,1% (82) 100% (195) Tidak puas 41,4% (41) 58,6% (58) 100% (99)

Total 52,4% (154) 47,6% (140) 100% (294)


(29)

Universitas Kristen Maranatha TABEL 6.5.3.4. SIGNIFICANCE DAN REAKSI TERHADAP

PENGHAMBAT SIGNIFICANCE

Reaksi

Tinggi Rendah Total

Melawan 57,7% (105) 42,3% (77) 100% (182) Menghindar 43,8% (49) 56,3% (63) 100% (112) Total 52,4% (154) 47,6% (140) 100% (294)

TABEL 6.5.3.4. SIGNIFICANCE DAN REAKSI TERHADAP PENGHAMBAT

TABEL 6.5.3.5. VIRTUE DAN SEJARAH KESUKSESAN VIRTUE

Sej. sukses

Tinggi Rendah Total

Puas 54,9% (107) 45,1% (88) 100% (195) Tidak puas 28,3% (28) 71,7% (71) 100% (99)

Total 45,9% (135) 54,1% (159) 100% (294)

TABEL 6.5.3.5. VIRTUE DAN SEJARAH KESUKSESAN

TABEL 6.5.3.6. VIRTUE DAN REAKSI TERHADAP PENGHAMBAT VIRTUE

Reaksi

Tinggi Rendah Total

Melawan 55,5% (101) 44,5% (81) 100% (182) Menghindar 30,4% (34) 69,6% (78) 100% (112) Total 45,9% (135) 54,1% (159) 100% (294)


(30)

Universitas Kristen Maranatha TABEL 6.5.3.7. COMPETENCE DAN SEJARAH KESUKSESAN

COMPETENCE

Sej. sukses

Tinggi Rendah Total

Puas 74,4% (145) 25,6% (50) 100% (195) Tidak puas 47,5% (47) 52,5% (52) 100% (99)

Total 65,3% (192) 34,7% (102) 100% (294)

TABEL 6.5.3.6. COMPETENCE DAN SEJARAH KESUKSESAN

TABEL 6.5.3.8. COMPETENCE DAN REAKSI TERHADAP PENGHAMBAT

COMPETENCE

Reaksi

Tinggi Rendah Total

Melawan 75,3% (137) 24,7% (45) 100% (182) Menghindar 49,1% (55) 50,9% (57) 100% (112) Total 65,3% (192) 34,7% (102) 100% (294)


(31)

Universitas Kristen Maranatha Lampiran 6.6.1.

HASIL PENGOLAHAN DATA GAMBARAN

ASPEK POLA ASUH AUTHORITATIVE

TABEL 6.6.1.1. ASPEK ORANGTUA TERBUKA TERHADAP TUNTUTAN DAN PENDAPAT SISWA

ORANGTUA TERBUKA TERHADAP

TUNTUTAN&PENDAPAT SISWA

JUMLAH PERSENTASE

RENDAH 46 15,6%

TINGGI 248 84,4%

TABEL 6.6.1.1.ASPEK ORANGTUA TERBUKA TERHADAP TUNTUTAN DAN PENDAPAT SISWA

TABEL 6.6.1.2. ASPEK ORANGTUA MENGHARGAI

KEMANDIRIAN&INDIVIDUALITAS SISWA

ORANGTUA MENGHARGAI KEMANDIRIAN DAN INDIVIDUALITAS SISWA

JUMLAH PERSENTASE

RENDAH 78 26,5%

TINGGI 216 73,5%

TABEL 6.6.1.2.ASPEK ORANGTUA MENGHARGAI KEMANDIRIAN&INDIVIDUALITAS SISWA

TABEL 6.6.1.3. ASPEK ORANGTUA MENJALIN HUBUNGAN INTERPERSONAL YANG HANGAT DENGAN SISWA

ORANGTUA MENJALIN HUBUNGAN INTERPERSONAL

JUMLAH PERSENTASE

RENDAH 73 24,8%

TINGGI 221 75,2%


(32)

Universitas Kristen Maranatha Lampiran 6.6.2.

HASIL PENGOLAHAN DATA GAMBARAN

ASPEK SELF-ESTEEM

TABEL 6.6.2.1. ASPEK POWER

POWER JUMLAH PERSENTASE

RENDAH 117 39,8%

TINGGI 177 60,2%

TABEL 6.6.2.1.ASPEK POWER

TABEL 6.6.2.2. ASPEK SIGNIFICANCE

SIGNIFICANCE JUMLAH PERSENTASE

RENDAH 140 47,6%

TINGGI 154 52,4%

TABEL 6.6.2.2.ASPEK SIGNIFICANCE

TABEL 6.6.2.3. ASPEK VIRTUE

VIRTUE JUMLAH PERSENTASE

RENDAH 159 54,1%

TINGGI 135 45,9%

TABEL 6.6.2.3.ASPEK VIRTUE

TABEL 6.6.2.4. ASPEK COMPETENCE

COMPETENCE JUMLAH PERSENTASE

RENDAH 102 34,7%

TINGGI 192 65,3%


(33)

1

Universitas Kristen Maranatha

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Di Indonesia, lebih dari 62 juta penduduknya adalah golongan remaja dan umumnya masyarakat mengaitkan remaja dengan sejumlah masalah (http://www.wikipedia.org.id). Masalah-masalah yang dilakukan remaja secara umum bermacam-macam; diantaranya tawuran, penyalahgunaan obat-obat terlarang, perilaku membolos, kabur dari rumah, dan perilaku-perilaku negatif lainnya. Fenomena-fenomena ini merupakan keadaan-keadaan yang umum terjadi dalam perkembangan remaja karena masa ini adalah masa untuk remaja mencari identitas dan belajar mandiri (http://www.prilakuremaja.org.id).

Berdasarkan ukuran populasi remaja yang amat besar ini serta adanya beragam masalah pada remaja, perlu adanya suatu upaya positif yang dirancang dan dilaksanakan dalam usaha membimbing serta meningkatkan kesejahteraan kehidupan remaja. Salah satu upaya positif tersebut adalah dengan menyediakan media-media sebagai wadah para remaja mengembangkan serta meningkatkan kemampuan dan kompetensinya; melalui perlombaan, pertandingan, atau membentuk unit-unit kegiatan remaja di lingkungan sekitar (seperti : karang taruna, gerakan pemerhati lingkungan,dsb). Upaya inilah yang nantinya diharapkan dapat membantu para remaja untuk menemukan identitas dan mengarahkan remaja untuk dapat menghargai dirinya sendiri (self-esteem).


(34)

2

Universitas Kristen Maranatha Menurut sudut pandang psikologi, masa remaja adalah periode transisi dari kanak-kanak menuju dewasa, yang di dalamnya terjadi perubahan-perubahan fisik dan psikologis yang sifat-sifatnya substansial. Apabila remaja dapat memanfaatkan perubahan fisik dan psikologisnya secara optimal, maka remaja dapat mengembangkan diri dan segenap potensi yang dimilikinya (Hill&Other, 1985; Silverberg&Steinberg, 1990, dalam Santrock, 1997).

Branden (1994) memandang masa remaja identik dengan seberapa banyak remaja meraih sukses yang diharapkan dalam kehidupan pribadinya dan seberapa tinggi keinginan remaja untuk berkembang. Hal ini berkaitan dengan penilaian remaja terhadap diri sendiri mengenai kemampuan serta keberartian diri.

Penilaian remaja terhadap diri sendiri selanjutnya akan menentukan penghargaan remaja atas dirinya (self-esteem). Self-esteem adalah evaluasi atau penilaian yang dibuat anak mengenai sejauhmana dirinya mampu, berarti, berhasil, dan berharga (Coopersmith, 1967). Remaja menghayati kehadirannya diperlukan dan berguna bagi orang lain, disayang dan diperhatikan oleh orang tua, mendapatkan pujian dari keluarga atas prestasi yang diperoleh, serta pendapat dan keputusannya dapat didengar dan dilakukan oleh orang lain, akan mengarahkan remaja untuk membuat penilaian bahwa dirinya berharga dan diterima oleh orang lain. Remaja yang menghayati dirinya berharga akan mampu memahami tugas dengan keyakinan bahwa mereka akan berhasil dan dihargai, menyelesaikan tugas serta mengatasi masalah-masalah dalam kehidupannya dengan berani membuat keputusan yang efektif, cepat bangkit dari kegagalan, serta tidak mengalami kesulitan untuk membentuk persahabatan karena diterima dan dihargai oleh orang


(35)

3

Universitas Kristen Maranatha lain. Hal inilah yang menunjukkan seberapa penting self-esteem bagi remaja. Sedangkan adanya self-esteem rendah pada remaja membuat remaja menjadi kurang inisiatif, remaja akan mengikatkan diri pada hal-hal yang sudah biasa dan ringan, kurang berorientasi pada prestasi, dan tidak memiliki daya juang (Raymond Tambunan, Psi., dalam harian Kompas, 24 September 2001).

Berdasarkan hasil penelitian, diketahui terdapat pelbagai upaya yang dilakukan remaja untuk dapat menghargai dirinya sendiri (http://www.dunia remaja.co.id). Remaja akan menghargai dirinya apabila memiliki penampilan fisik yang baik, yaitu keadaan tubuh yang kuat, wajah yang menarik, dan kulit yang halus; artinya keadaan fisik itu dianggap oleh sebagian remaja sebagai faktor yang mendukung rasa percaya diri. Dengan keadaan tubuh dan penampilan fisik tersebut, remaja berupaya menjaga keadaan tubuh dan penampilan dengan melakukan olahraga dan perawatan tubuh supaya mereka dapat diterima dan dihargai oleh teman-temannya. Remaja merasa disayangi dan diberi perhatian oleh teman-teman dan lingkungannya sehingga remaja inipun merasa berharga dan dapat diterima oleh lingkungannya. Menurut Coopersmith (1967), hal ini termasuk ke dalam aspek self-esteem yang disebut dengan significance.

Adapula remaja yang melakukan upaya lain yaitu dengan belajar giat untuk meraih prestasi di sekolah dan menjadi juara dalam perlombaan-perlombaan yang diadakan (http://www.prilakuremaja.org.id). Hal ini termasuk ke dalam aspek self-esteem yang disebut dengan competence (Coopersmith, 1967). Selain itu, ada remaja yang merasa berharga apabila memiliki banyak teman (populer) atau menjadi ketua dalam suatu organisasi. Dalam hal ini, remaja merasa dapat


(36)

4

Universitas Kristen Maranatha berguna dan bermanfaat bagi orang lain, melalui bantuan, saran, serta keputusan yang diberikan (http://www.dunia remaja.co.id). Hal ini termasuk ke dalam aspek self-esteem yang disebut dengan power (Coopersmith, 1967).

Kebajikan atau ketaatan terhadap moral dan aturan, yaitu ketika seorang remaja menyadari aturan-aturan yang berlaku di lingkungannya dan bersedia untuk mematuhinya juga merupakan faktor yang turut berperan dalam usaha remaja menilai dirinya berharga (Coopersmith, 1967). Menurut Coopersmith (1967), ketaatan terhadap moral dan aturan termasuk ke dalam aspek self-esteem yang disebut dengan virtue. Remaja mengikuti aturan di sekolahnya yaitu dengan hadir tepat waktu di sekolah, bersikap patuh dengan mengenakan atribut sekolah, serta bersikap sopan kepada setiap orang yang ada di lingkungan, baik di dalam maupun di luar sekolah. Perilaku remaja yang seperti ini dapat mempengaruhi penilaian orang-orang disekitarnya bahwa remaja sebagai anak yang sopan dan tahu akan aturan sehingga remaja dapat diterima dan dihargai oleh orang-orang disekitarnya (http://www.prilakuremaja.org.id).

Beberapa contoh tadi, menunjukkan bahwa remaja akan menghargai diri sendiri apabila remaja menyadari bahwa dirinya dapat berguna dan diterima orang lain. Penghayatan subyektif atau penilaian remaja akan kemampuan dan keberartian diri ini, yang selanjutnya akan menentukan penghargaan remaja atas dirinya sendiri (self-esteem) dan menentukan derajat tinggi-rendahnya self-esteem (Coopersmith, 1967).

Remaja akan melakukan penilaian dalam interaksinya dengan lingkungan; hasil penilaian itu dapat positif maupun negatif. Remaja yang menilai dirinya


(37)

5

Universitas Kristen Maranatha positif adalah remaja yang merasa dirinya berharga, memiliki keyakinan akan kemampuannya, percaya diri; sekaligus merupakan indikator dari remaja dengan self-esteem tinggi. Sebaliknya, remaja yang menilai dirinya negatif adalah remaja yang merasa dirinya kurang berharga, meremehkan kemampuan sendiri, kurang percaya diri; sekaligus merupakan indikator dari remaja dengan self-esteem rendah.

Seorang remaja menghayati dirinya memiliki self-esteem tinggi apabila menilai dirinya memiliki prestasi dalam bidang tertentu, mampu menyesuaikan diri pada aturan tertentu, mampu mengungkapkan pendapatnya dan diterima oleh orang lain, serta mendapat perhatian serta penghargaan dari orang-orang disekitarnya; sedangkan seorang remaja menghayati dirinya memiliki self-esteem rendah apabila ia kurang mendapat perhatian dari orang-orang di sekitarnya, kurang mampu menyesuaikan diri dengan standar moral yang berlaku, kurang mampu membuat keputusan sendiri, dan prestasi yang ditampilkan kurang memuaskan (Coopersmith, 1967).

Pada remaja yang memiliki self-esteem rendah lebih sering memunculkan perilaku negatif yang kerapkali menjadi fenomena umum dijumpai di masa remaja. Berawal dari perasaan tidak mampu dan berharga, remaja mencari tindakan lain yang seolah-olah membuat dirinya lebih berharga (http://www.dunia remaja.co.id). Contohnya, terdapat remaja di sekolah ‘X’ yang mencari pengakuan dan perhatian dari teman-temannya dengan cara berkelahi/tawuran atau menggunakan obat-obat terlarang. Hal ini menunjukkan bahwa self-esteem rendah membuat remaja menjadi berperilaku negatif di lingkungannya.


(38)

6

Universitas Kristen Maranatha Self-esteem akan berkembang melalui pola interaksi orangtua dan anaknya, atau biasa dikenal dengan pola asuh (Coopersmith, 1967). Hal ini terjadi karena banyaknya waktu yang dihabiskan oleh remaja berada dalam lingkungan keluarga. Keterlibatan orangtua dalam mendidik dan mengasuh remaja baik dalam membangun hubungan interpersonal yang akrab dan hangat dengan remaja, menghargai kemandirian dan individualitas remaja, dan orangtua bersikap terbuka terhadap tuntutan dan pendapat remaja mengarahkan remaja untuk membentuk self-esteem tinggi (Coopersmith, 1967).

Hal ini juga diungkapkan oleh Baumrind (1971, dalam Maccoby, 1980) melalui pola pengasuhan yang hangat tapi tegas (authoritative) yang diterapkan orangtua dapat mendukung perkembangan self-esteem pada remaja. Orangtua authoritative mendidik siswa dengan memberikan batasan-batasan ataupun aturan-aturan kepada siswa dan disesuaikan dengan tuntutan perkembangan siswa sebagai remaja (bersikap terbuka terhadap tuntutan dan pendapat remaja). Dalam hal ini, orangtua kerapkali mengkomunikasikan dahulu batasan atau aturan yang akan dibuat melalui diskusi dua arah. Orangtua juga kerapkali mendorong siswa untuk mengembangkan kepercayaan dirinya dengan memberikan kesempatan bagi siswa untuk membuat keputusan dan mengeksplorasi lingkungannya (menghargai kemandirian dan individualitas remaja). Dalam hubungan siswa dengan orangtua di rumah, orangtua berusaha untuk menjalin hubungan interpersonal yang akrab dan hangat dengan siswa. Hal ini merupakan pola asuh authoritative dalam derajat tinggi. Sedangkan bentuk pola asuh yang diterapkan orangtua kepada siswa dengan menyediakan waktu bagi siswa untuk melakukan kegiatan bersama,


(39)

7

Universitas Kristen Maranatha menaruh minat dan kebutuhan kepada siswa, memberikan tanggung jawab kepada siswa dengan memberikan kesempatan bagi siswa untuk mengajukan pendapat namun dalam kadar lebih rendah merupakan bentuk pola asuh authoritative dalam derajat rendah. Siswa yang mendapat pola asuh orangtua dengan tipe authoritative dalam derajat tinggi akan lebih percaya diri, dapat mengontrol diri sendiri, dapat bekerjasama dengan orang lain, berorientasi pada prestasi, dan dapat memahami serta menghargai diri sendiri. Oleh karena itu, pola asuh authoritative dalam derajat tinggi berperan pada perkembangan self-esteem tinggi siswa (Baumrind, dalam Maccoby, 1980).

Berdasarkan wawancara yang dilakukan kepada 15 siswa SMAN ‘X’ Cirebon, 10 siswa menghayati pola asuh yang diterapkan oleh orangtuanya adalah tipe authoritative. Para siswa menghayati bahwa dirinya diperbolehkan untuk berpendapat dan ikut serta dalam pengambilan keputusan, disayangi dan diperhatikan oleh orangtua, diberi kesempatan untuk mengikuti kegiatan diluar sekolah, diberi pujian apabila memperoleh nilai diatas rata-rata atau menjadi juara, dan akan memberi hukuman apabila melanggar aturan namun disertai alasan yang jelas. Siswa tersebut merasa dihargai karena mendapat kesempatan untuk mengungkapakan pendapatnya sehingga siswa belajar untuk bertanggung jawab atas pendapatnya, mengarahkan siswa untuk berorientasi terhadap prestasi, dan belajar untuk membuat keputusan yang efektif. Hal ini menunjukkan bahwa siswa yang menghayati pola asuh authoritative memiliki self-esteem dalam derajat tinggi. Sedangkan lima dari lima belas siswa SMAN ‘X’ Cirebon lainnya menghayati orangtua jarang mengikutsertakan siswa dalam diskusi keluarga,


(40)

8

Universitas Kristen Maranatha orangtua juga jarang memberikan pujian atau dukungan kepada siswa apabila siswa mendapatkan prestasi, dan orangtua tidak menyediakan waktu bagi siswa dalam melakukan kegiatan bersama. Remaja menghayati bahwa dirinya kurang dapat bekerjasama dengan orang lain karena kurang yakin akan kemampuannya untuk dapat berelasi dengan akrab kepada orang lain dan mereka juga masih merasa bingung dengan cita-cita atau tujuan yang dimilikinya karena kurangnya bimbingan yang diberikan oleh orangtua. Hal ini menunjukkan bahwa siswa yang menghayati mendapatkan pola asuh authoritative dari orangtuanya memiliki self-esteem dalam derajat rendah.

Dengan adanya hal-hal yang bervariasi tersebut maka peneliti merasa tertarik untuk melakukan penelitian mengenai hubungan pola asuh authoritative dan self-esteem pada remaja khususnya siswa-siswa di SMAN ‘X’ Cirebon.

1.2. Identifikasi Masalah

Sehubungan dengan penjabaran di atas, maka masalah yang ingin diteliti diidentifikasikan sebagai Apakah terdapat hubungan antara pola asuh authoritative dan self-esteem pada siswa SMAN ‘X’ Cirebon?

1.3. Maksud dan Tujuan

Maksud dari adanya penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran mengenai pola asuh authoritative dan self-esteem pada siswa SMAN ‘X’ Cirebon.

Tujuan dari adanya penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan pola asuh authoritative dan self-esteem pada siswa SMAN ‘X’ Cirebon.


(41)

9

Universitas Kristen Maranatha

1.4. Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan dari penelitian ini adalah : 1.4.1. Kegunaan Teoritis

1. Memberikan informasi pada bidang ilmu psikologi khususnya psikologi perkembangan mengenai kaitan pola asuh authoritative dan self-esteem pada remaja.

2. Memberikan informasi kepada peneliti lain yang ingin meneliti lebih lanjut hubungan antara pola asuh authoritative dan self-esteem pada remaja.

1.4.2. Kegunaan Praktis

1. Memberikan informasi kepada siswa mengenai hubungan pola asuh orangtua authoritative dan self-esteem siswa supaya siswa mampu untuk mempengaruhi tindakan dengan mengendalikan perilakunya dan individu lain, menerima ungkapan cinta dan kasih sayang dari orang lain, mampu untuk menaati aturan di lingkungan, serta dapat menyelesaikan tugas yang bernilai di lingkungan dengan memperhatikan pola asuh orangtuanya.

2. Memberikan informasi kepada guru mengenai hubungan pola asuh orangtua authoritative dan self-esteem siswa supaya para guru dapat memberikan bimbingan dan penyuluhan kepada siswa sehingga siswa mampu untuk mempengaruhi tindakan dengan mengendalikan perilakunya dan individu lain, menerima ungkapan cinta dan kasih sayang dari orang lain, mampu untuk menaati aturan di lingkungan, serta dapat menyelesaikan tugas yang bernilai di lingkungan dengan memperhatikan pola asuh orangtua siswa.


(42)

10

Universitas Kristen Maranatha 3. Memberikan informasi kepada orang tua mengenai hubungan pola asuh orang tua authoritative dan self-esteem kepada para siswa agar orangtua dapat memperhatikan pola pengasuhannya supaya siswa mampu untuk mempengaruhi tindakan dengan mengendalikan perilakunya dan individu lain, menerima ungkapan cinta dan kasih sayang dari orang lain, mampu untuk menaati aturan di lingkungan, serta dapat menyelesaikan tugas yang bernilai di lingkungan dengan memperhatikan pola asuh yang diterapkan kepada siswa.

1.5. Kerangka Pemikiran

Masa remaja pertengahan merupakan salah satu periode dalam rentang kehidupan, dimulai dari usia 14 tahun sampai dengan 18 tahun (Steinberg, 1993). Memasuki masa remaja, seseorang akan berusaha untuk membuat suatu penilaian terhadap dirinya dalam memenuhi tugas perkembangannya di masa remaja. Penilaian diri ini akan menunjukkan bagaimana remaja menghargai dirinya sendiri, penghargaan diri ini disebut self-esteem.

Menurut Coopersmith (1967) self-esteem adalah evaluasi atau penilaian yang dibuat anak mengenai sejauhmana dirinya mampu, berarti, berhasil, dan berharga. Apabila remaja menilai dirinya memiliki kemampuan, berharga, dan berarti bagi orang lain maka hal ini akan mengarahkan remaja membentuk self-esteem yang tinggi. Sebaliknya, remaja yang menilai dirinya kurang berharga dan kurang berarti bagi orang lain maka hal ini akan mengarahkan remaja membentuk self-esteem rendah.


(43)

11

Universitas Kristen Maranatha Self-esteem (Coopersmith, 1967) memiliki beberapa aspek, yaitu power mengarah pada kemampuan remaja untuk mempengaruhi tindakannya dengan mengendalikan perilakunya dan individu lain. Dalam situasi apapun power diungkapkan oleh pengenalan dan penghormatan yang diterima oleh remaja dari orang lain atas pendapat dan haknya. Significance mengarah pada seberapa berharga remaja bagi orang lain yang dilihat dari seberapa sering remaja mendapatkan ungkapan cinta, perhatian, dan kasih sayang yang dinyatakan oleh orang lain. Remaja dalam hal ini merasa dirinya dapat diterima dan diperhatikan oleh orang lain dan bukannya mendapatkan penolakan atau pengasingan. Virtue mengarah pada ketaatan remaja dalam mematuhi aturan, kode moral, dan prinsip-prinsip religi. Orangtua dalam hal ini sebagai panduan dalam bertindak. Competence remaja mengarah pada kesuksesan meyelesaikan tugas-tugas bernilai yang diperkuat oleh lingkungan. Dapat diamati melalui keberhasilan remaja dalam bidang tertentu; baik bidang akademik atau bidang non akademik maupun pada ke dua bidang; melalui tampilan kerja remaja yang memuaskan.

Keempat aspek self-esteem ini pada diri remaja digambarkan dalam derajat; tinggi dan rendah. Remaja dengan self-esteem tinggi biasanya mampu mendekati tugas dan orang lain dengan keyakinan bahwa mereka akan berhasil dan dihargai, memiliki kepercayaan diri yang baik, tidak mengalami kesulitan dalam bersosialisasi, tidak diwarnai oleh perasaan takut, berusaha mewujudkan harapannya, menghargai dan menerima diri sendiri. Apabila mengalami kegagalan, remaja dengan self-esteem tinggi akan mencari alternatif-alternatif lain untuk mengatasinya. Sebaliknya remaja dengan self-esteem rendah biasanya


(44)

12

Universitas Kristen Maranatha kurang percaya diri, kurang dapat bergaul, cenderung diwarnai ketakutan, kurang dapat menerima diri, mudah putus asa, pesimis, dan mudah tersinggung. Bila mengalami kegagalan akan timbul rasa frustrasi (Coopersmith, 1967).

Perbedaan derajat tinggi rendahnya self-esteem dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu cara remaja bereaksi terhadap faktor yang menjadi penghambat kesuksesan, sejarah kesuksesan atau keberhasilan remaja dalam kehidupannya, status dan posisi yang dicapai remaja, usia dan jenis kelamin, serta pola asuh orangtua. Orangtua berperan penting dalam membentuk self-esteem remaja dengan pola asuh yang mereka terapkan (Coopersmith, 1967). Hal ini disebabkan oleh banyaknya waktu yang dihabiskan oleh remaja berada dalam lingkungan keluarga yang didalamnya terdapat interaksi antara orangtua dan remaja. Bentuk interaksi orangtua dan remaja yang interpersonal, hangat dan akrab, serta memberikan tanggung jawab bagi remaja untuk mengeksplorasi lingkungannya mengarahkan remaja memiliki self-esteem tinggi (Coopersmith, 1967). Pernyataan diatas ditegaskan pula oleh Baumrind (1971, dalam Maccoby, 1980) bahwa orangtua dengan pola pengasuhan yang hangat tapi tegas atau authoritative memiliki kontribusi bagi pembentukkan self-esteem tinggi pada remaja.

Pola asuh adalah suatu sikap atau perlakuan yang diperlihatkan oleh orangtua terhadap remaja. Di dalam perlakuan orangtua tersebut tercakup ekspresi orangtua terhadap sikap, nilai-nilai, minat, belief, serta tingkah laku dalam memelihara remaja. Melalui interaksi ini secara langsung maupun tidak langsung akan terbuka kesempatan bagi remaja untuk mengembangkan nilai-nilai dan


(45)

13

Universitas Kristen Maranatha keterampilan yang dibutuhkan untuk hidup (Baumrind, 1971, dalam Shaffer, 1994).

Pola asuh authoritative merupakan suatu bentuk perlakuan yang diberikan orangtua kepada remaja dengan memberikan batasan ataupun aturan-aturan serta mendorong remaja tersebut untuk mematuhi aturan dengan mengkomunikasikan aturan secara jelas melalui komunikasi dua arah. Di dalam menerapkan aturannya, orangtua tidak terlalu mencampuri dan memaksakan pada remaja, melainkan orangtua memberikan alternatif-alternatif untuk dipilih secara bertanggung jawab oleh remaja. Orangtua yang menggunakan pola asuh authoritative, sebelum membuat keputusan terlebih dahulu mereka memberikan penjelasan dan penalaran terhadap remaja, remaja dilibatkan secara penuh dalam pembuatan keputusan (walaupun pada akhirnya tetap orangtua yang mengambil keputusan akhir), orangtua terbuka terhadap tuntutan dan pendapat yang dikemukakan oleh remaja dan mendiskusikan hal tersebut secara bersama-sama. Walaupun orangtua yang menggunakan pola asuh seperti ini menginginkan kepatuhan dari remaja, namun mereka tetap menghargai kemandirian remaja. Orangtua dengan pola asuh authoritative ini mempunyai hubungan interpersonal yang akrab dan hangat dengan remaja. Hubungan orangtua terlihat hangat dan sering melakukan kegiatan secara bersama-sama serta orangtua menaruh minat terhadap kebutuhan remaja. Dalam mengarahkan tingkah laku remaja tidak menekankan kepatuhan yang kaku, namun dengan memberikan pengertian dan penjelasan yang logis pada remaja (Baumrind, 1971, dalam Shaffer, 1994).


(46)

14

Universitas Kristen Maranatha Pola asuh authoritative ini akan membantu remaja membentuk self-esteem tinggi yang diwujudkan dalam keempat aspek-aspeknya. Orangtua yang memberikan perhatian pada remaja dengan menyediakan waktu dalam mendengarkan argumen-argumen remaja, bersikap terbuka terhadap tuntutan dan pendapat yang dikemukakan oleh remaja, melibatkan remaja dalam pembuatan keputusan serta memberikan kesempatan bagi remaja untuk berpendapat dan membuat keputusan sendiri; akan dihayati oleh remaja bahwa dirinya diterima dan dihargai oleh orangtuanya. Remaja menghayati bahwa dirinya diperbolehkan untuk berpendapat dan ikut serta dalam pengambilan keputusan sehingga remaja merasa yakin dalam mengungkapkan pendapatnya serta mampu membuat keputusan secara efektif. Remaja juga akan lebih mampu mengendalikan diri dan lingkungannya karena orangtua mengembangkan kemandirian remaja serta kebebasan yang bertanggung jawab dari remaja. Hal ini menunjukkan remaja dengan power dalam derajat tinggi.

Orangtua memberikan pengasuhan melalui perhatian dan ungkapan kasih sayang kepada remaja dengan mengembangkan hubungan interpersonal yang akrab dan hangat, orangtua menunjukkan kepeduliannya terhadap aktivitas yang dilakukan remaja; melalui bimbingan dan pengarahan yang dilakukannya terhadap remaja dengan adanya aturan-aturan yang dikomunikasikan secara jelas mempengaruhi remaja dalam menilai dirinya sendiri. Dalam hal ini remaja menghayati dirinya sejauhmana ia disukai dan penting bagi seseorang yang signifikan baginya. Perhatian dan ungkapan kasih sayang yang diterima oleh remaja akan mewarnai perilaku remaja dalam hubungannya dengan orang-orang


(47)

15

Universitas Kristen Maranatha di sekitarnya. Remaja mengembangkan perilaku positif untuk mendapatkan penghargaan dari orang di sekitarnya. Remaja akan semakin menghargai dirinya sendiri seiring dengan makin seringnya ia mendapatkan perhatian dan ungkapan kasih sayangdan dapat belajar untuk menghargai dan mengasihi orang lain. Hal ini menunjukkan remaja dengan significance dalam derajat tinggi.

Orangtua dengan bentuk pengasuhan yang memberikan aturan-aturan atau batasan-batasan cukup terhadap aktivitas yang dilakukan remaja serta memberikan kebebasan yang bertanggung jawab atas aktivitas yang dilakukan remaja akan mewarnai remaja dalam berinteraksi di lingkungannya. Remaja menjadi tidak agresif dan tidak mengembangkan undesirable behavior dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Remaja merasa yakin untuk dapat mengeksplorasi lingkungannya karena orang tua membangun relasi yang hangat dengan menghargai kemandirian remaja. Remaja mengetahui bagaimana berperilaku dan sejauhmana perilakunya tersebut dapat diterima dan tidak mengganggu orang-orang di sekitarnya. Di dalam menerapkan aturan-aturan, orangtua bertindak sebagai panduan dalam bertingkah laku, orangtua juga mengkomunikasikan terlebih dahulu secara jelas maksud dari aturan yang dibuat, bersikap terbuka terhadap tuntutan dan pendapat remaja, dan tidak menekankan kepatuhan yang kaku pada remaja; hal ini akan mempengaruhi sikap remaja untuk taat, patuh, dan sopan dalam berelasi dengan orang lain serta dapat menyesuaikan diri terhadap tuntutan sosial sejalan dengan adanya orangtua yang berperan sebagai panduan dalam bertindak. Pengontrolan yang disertai dengan kehangatan ini akan lebih mudah mempengaruhi remaja untuk mampu menyesuaikan diri


(48)

16

Universitas Kristen Maranatha dengan aturan-aturan serta norma-norma di lingkungannya (yang menunjukkan virtue remaja) dibandingkan orangtua hanya menerapkan otoritasnya melalui pengontrolan terhadap tingkah laku remaja.

Terakhir, bentuk pola asuh orangtua yang membuka peluang bagi berkembangnya kemampuan remaja pada bidang lain, membantu dan mendukung remaja dalam meraih prestasi, memberikan pengawasan dalam rangka memberikan umpan balik kepada remaja atas aktivitas yang dilakukannya, bersikap terbuka terhadap tuntutan dan pendapat remaja melalui diskusi dua arah yang dilakukan antara orangtua dan remaja, serta menghargai keberhasilan remaja dalam meraih prestasi; dapat mendorong remaja untuk semakin aktif dan inisiatif dalam mengembangkan dirinya, merasa yakin untuk dapat menyelesaikan setiap tugas yang diberikan, tekun dalam meraih prestasi, dan menjadi lebih menghargai dirinya atas prestasi yang diperolehnya. Di dalam suasana keluarga yang authoritative tersebut membuka peluang bagi remaja untuk mengembangkan diri dalam mencapai tujuan hidup dan berorientasi untuk mencapai prestasi; menunjukkan competence dari remaja.


(49)

17

Universitas Kristen Maranatha Berdasarkan pejabaran di atas maka bagan dari kerangka pemikirannya, dapat digambarkan sebagai berikut :

Skema 1.5. Kerangka Pikir

1.6. Asumsi Penelitian

1. Siswa SMAN ‘X’ Cirebon berada pada taraf perkembangan remaja.

2. Setiap siswa memiliki kecenderungan untuk membuat suatu penilaian diri sendiri yang menunjukkan bagaimana siswa dapat menghargai dirinya sendiri, yang merupakan salah satu tugas perkembangan remaja.

Siswa SMAN ‘X’ Cirebon

Self-esteem Power Significance

Virtue Competence

Cara bereaksi terhadap faktor penghambat kesuksesan Sejarah kesuksesan Status dan posisi yang dicapai

Usia dan jeniskelamin

Pola asuh authoritative

Terbuka terhadap tuntutan dan pendapat remaja

Menghargai kemandirian dan individualitas remaja

Membangun hubungan interpersonal yang akrab dan hangat antara orangtua dan remaja


(50)

18

Universitas Kristen Maranatha 3. Salah satu faktor yang berperan dalam self-esteem siswa SMAN ’X’ Cirebon adalah pola asuh authoritative.

4. Self-esteem siswa tumbuh dan berkembang sejak awal kehidupan siswa di masa anak-anak dalam lingkungan keluarga melalui kedekatan hubungan interpersonal yang hangat dengan orangtua, orangtua yang bersikap terbuka terhadap pendapat siswa serta menghargai kemandirian siswa, sehingga perkembangan self-esteem tidak terlepas dari interaksi orangtua dengan siswa dalam gaya pengasuhan authoritative.

1.7. Hipotesisi Penelitian

Hipotesis dari penelitian ini adalah “Terdapat hubungan antara pola asuh authoritative dan self-esteem pada siswa SMAN ‘X’ Cirebon.”


(51)

82

Universitas Kristen Maranatha

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

5.1.1. Terdapat hubungan yang signifikan dalam kategori moderat antara pola asuh authoritative dan self-esteem pada siswa SMAN ‘X’ Cirebon. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi pola asuh authoritative yang diterima siswa maka semakin tinggi pula self-esteem yang dimiliki siswa SMAN ‘X’ Cirebon. 5.1.2. Siswa SMAN ‘X’ Cirebon memiliki sejarah kesuksesan dan self-esteem tinggi.

5.2. Saran

Berdasarkan kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini maka saran yang dapat diajukan adalah sebagai berikut :

5.2.1. Saran Penelitian Lanjutan

Mengingat hasil penelitian tentang hubungan antara pola asuh authoritative dan self-esteem, sebagaimana yang dipaparkan pada bab sebelumnya, maka peneliti menyarankan untuk meneliti lebih lanjut tentang hubungan antara pola asuh authoritative yaitu sejarah kesuksesan serta faktor yang menjadi penghambat kesuksesan dengan self-esteem.


(52)

83

Universitas Kristen Maranatha 5.2.2. Saran Guna Laksana

Berdasarkan hasil penelitian terdapat aspek-aspek self-esteem pada siswa yang masih kurang optimal, yaitu aspek significance dan virtue. Saran yang diajukan kepada siswa hendaknya siswa dapat lebih taat terhadap aturan dan prinsip moral, menyesuaikan diri dengan aturan di lingkungan sekitar serta dalam berelasi dengan orang lain dalam usaha meningkatkan aspek virtue yang dimilikinya. Selain itu, siswa disarankan pula untuk dapat mengembangkan perilaku positif dengan berperilaku sesuai dengan aturan dan menunjukkan sikap menghargai serta mengasihi terhadap orang lain sehingga siswa dapat diterima dan mendapat kasih sayang dari orang-orang disekitarnya (significance).

Ditinjau dari hasil penelitian pada pola asuh authoritative yang diterapkan orangtua terdapat aspek-aspek pola asuh authoritative yang masih kurang optimal, yaitu menghargai kemandirian serta menjalin hubungan yang akrab dan hangat dengan siswa. Saran yang diajukan kepada orangtua adalah hendaknya orangtua lebih memperhatikan peluang siswa dalam mengembangkan kemampuan yang dimiliki dengan memberikan kesempatan bagi siswa untuk mengeksplor lingkungannya, orangtua juga dapat menyediakan waktu lebih untuk melakukan kegiatan bersama, menaruh minat terhadap kegiatan yang dilakukan siswa serta menjalin komunikasi yang mendalam dengan siswa.


(53)

84

Universitas Kristen Maranatha Saran yang dapat diajukan kepada pihak sekolah adalah pihak sekolah hendaknya dapat memberikan bimbingan serta penyuluhan bagi siswa sesuai dengan kebutuhan masing-masing siswa supaya siswa mampu untuk mengembangkan perilaku positif di lingkungan dengan berperilaku sesuai aturan, mampu untuk menyesuaikan diri dengan aturan serta dalam berelasi dengan orang lain, serta siswa mampu untuk menghargai serta mengasihi orang lain.


(54)

Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR PUSTAKA

Branden, N. 1994. The Six Pillars of Self-Esteem. New York: Bantam Books. Branden, N. 2005. Kekuatan Harga Diri. Batam. Interaksara.

Burns, R.B. 1979. The Self Concept : Theory, measurement, development, & behavior. London: Longman Group ltd.

Coopersmith, S. 1967. The Antecedent of Self-Esteem. San Fransisco: W. H. Freeman and Company.

Gulo, W. 2002. Metodologi Penelitian. Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana Indonesia

Lawrence, D. 1987. Enchanging Self-Esteem in The Classroom. London: Paul Chapman Publishing ltd.

Maccoby, Eleanor. 1980. Social Development: Psychological Growth and The Parent-Child Relationship. New York: Harcourt Brace Jovanovich, Inc.

Nazir, Moh. 2003. Metode Penelitian. Jakarta. Ghalia Indonesia

Santrock, John. W. 2004. Life Span Development. 9th ed. New York: McGraw-Hill.

Sitepu, N.S.K. 1995. Statistik.

Steinberg, L. 2002. Adolescence. sixth ed. New York : Mc. Graw Hill. Inc. Sudjana. 1992. Metoda Statistika. edisi ke empat. Tarsito: Bandung.


(55)

Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR RUJUKAN

Suhani. 2003. Perbandingan Derajat Self-Esteem Pada Remaja Usia 14-15 tahun antara Siswa Achiever dengan Siswa Underachiever Di SLTP “X” Kota Bandung: Fakulats Psikologi Maranatha.

Raymond Tambunan, Psi. Kompas, 24 September 2001 http:\\www.wikipedia.org.id

http:\\www.dunia remaja.co.id http:\\www.prilakuremaja.org.id


(1)

Universitas Kristen Maranatha 3. Salah satu faktor yang berperan dalam self-esteem siswa SMAN ’X’ Cirebon adalah pola asuh authoritative.

4. Self-esteem siswa tumbuh dan berkembang sejak awal kehidupan siswa di

masa anak-anak dalam lingkungan keluarga melalui kedekatan hubungan interpersonal yang hangat dengan orangtua, orangtua yang bersikap terbuka terhadap pendapat siswa serta menghargai kemandirian siswa, sehingga perkembangan self-esteem tidak terlepas dari interaksi orangtua dengan siswa dalam gaya pengasuhan authoritative.

1.7. Hipotesisi Penelitian

Hipotesis dari penelitian ini adalah “Terdapat hubungan antara pola asuh


(2)

82

Universitas Kristen Maranatha

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

5.1.1. Terdapat hubungan yang signifikan dalam kategori moderat antara pola asuh authoritative dan self-esteem pada siswa SMAN ‘X’ Cirebon. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi pola asuh authoritative yang diterima siswa maka semakin tinggi pula self-esteem yang dimiliki siswa SMAN ‘X’ Cirebon. 5.1.2. Siswa SMAN ‘X’ Cirebon memiliki sejarah kesuksesan dan self-esteem tinggi.

5.2. Saran

Berdasarkan kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini maka saran yang dapat diajukan adalah sebagai berikut :

5.2.1. Saran Penelitian Lanjutan

Mengingat hasil penelitian tentang hubungan antara pola asuh

authoritative dan self-esteem, sebagaimana yang dipaparkan pada bab

sebelumnya, maka peneliti menyarankan untuk meneliti lebih lanjut tentang hubungan antara pola asuh authoritative yaitu sejarah kesuksesan serta faktor yang menjadi penghambat kesuksesan dengan self-esteem.


(3)

Universitas Kristen Maranatha 5.2.2. Saran Guna Laksana

Berdasarkan hasil penelitian terdapat aspek-aspek self-esteem pada siswa yang masih kurang optimal, yaitu aspek significance dan virtue. Saran yang diajukan kepada siswa hendaknya siswa dapat lebih taat terhadap aturan dan prinsip moral, menyesuaikan diri dengan aturan di lingkungan sekitar serta dalam berelasi dengan orang lain dalam usaha meningkatkan aspek virtue yang dimilikinya. Selain itu, siswa disarankan pula untuk dapat mengembangkan perilaku positif dengan berperilaku sesuai dengan aturan dan menunjukkan sikap menghargai serta mengasihi terhadap orang lain sehingga siswa dapat diterima dan mendapat kasih sayang dari orang-orang disekitarnya (significance).

Ditinjau dari hasil penelitian pada pola asuh authoritative yang diterapkan orangtua terdapat aspek-aspek pola asuh authoritative yang masih kurang optimal, yaitu menghargai kemandirian serta menjalin hubungan yang akrab dan hangat dengan siswa. Saran yang diajukan kepada orangtua adalah hendaknya orangtua lebih memperhatikan peluang siswa dalam mengembangkan kemampuan yang dimiliki dengan memberikan kesempatan bagi siswa untuk mengeksplor lingkungannya, orangtua juga dapat menyediakan waktu lebih untuk melakukan kegiatan bersama, menaruh minat terhadap kegiatan yang dilakukan siswa serta menjalin komunikasi yang mendalam dengan siswa.


(4)

84

Universitas Kristen Maranatha Saran yang dapat diajukan kepada pihak sekolah adalah pihak sekolah hendaknya dapat memberikan bimbingan serta penyuluhan bagi siswa sesuai dengan kebutuhan masing-masing siswa supaya siswa mampu untuk mengembangkan perilaku positif di lingkungan dengan berperilaku sesuai aturan, mampu untuk menyesuaikan diri dengan aturan serta dalam berelasi dengan orang lain, serta siswa mampu untuk menghargai serta mengasihi orang lain.


(5)

Universitas Kristen Maranatha Branden, N. 1994. The Six Pillars of Self-Esteem. New York: Bantam Books. Branden, N. 2005. Kekuatan Harga Diri. Batam. Interaksara.

Burns, R.B. 1979. The Self Concept : Theory, measurement, development, &

behavior. London: Longman Group ltd.

Coopersmith, S. 1967. The Antecedent of Self-Esteem. San Fransisco: W. H. Freeman and Company.

Gulo, W. 2002. Metodologi Penelitian. Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana Indonesia

Lawrence, D. 1987. Enchanging Self-Esteem in The Classroom. London: Paul Chapman Publishing ltd.

Maccoby, Eleanor. 1980. Social Development: Psychological Growth and The

Parent-Child Relationship. New York: Harcourt Brace Jovanovich, Inc.

Nazir, Moh. 2003. Metode Penelitian. Jakarta. Ghalia Indonesia

Santrock, John. W. 2004. Life Span Development. 9th ed. New York: McGraw-Hill.

Sitepu, N.S.K. 1995. Statistik.

Steinberg, L. 2002. Adolescence. sixth ed. New York : Mc. Graw Hill. Inc. Sudjana. 1992. Metoda Statistika. edisi ke empat. Tarsito: Bandung.


(6)

Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR RUJUKAN

Suhani. 2003. Perbandingan Derajat Self-Esteem Pada Remaja Usia 14-15 tahun antara Siswa Achiever dengan Siswa Underachiever Di SLTP “X” Kota Bandung: Fakulats Psikologi Maranatha.

Raymond Tambunan, Psi. Kompas, 24 September 2001 http:\\www.wikipedia.org.id

http:\\www.dunia remaja.co.id http:\\www.prilakuremaja.org.id