Studi Deskriptif Mengenai Occupational Commitment Pada Guru-guru di SMA "X" Bandung.

(1)

i

1

“X”Bandung. Sesuai dengan maksud dan tujuan penelitian ini rancangan penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif dengan teknik survei. Sampel sejumlah 60 orang guru yang mengajar di SMA “X” Bandung. Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan metode purposive sampling.

Penelitian ini menggunakan teori occupational commitment dari Allen & Meyer (1997) yang menyatakan bahwa occupational commitment adalah keterikatan individu terhadap pekerjaannya didasari oleh tiga komponen yaitu affective commitment, continuance commitment dan normative commitment.

Alat ukur yang digunakan adalah alat ukur yang dimodifikasi oleh peneliti yang didasarkan pada prinsip pembuatan skala yang diuraikan oleh Allen & Meyer (1990). Berdasarkan hasil uji validitas alat ukur occupational commitment diperoleh nilai 0.302 sampai 0.485 dan reliabilitas sebesar 0.718 (Relibilitas tinggi).

Berdasarkan pengolahan data penelitian diperoleh hasil 53,3% guru di SMA “X”Bandung memiliki occupational commitment yang tinggi dan 46,7% memiliki occupational commitment yang rendah. Dengan demikian tampak bahwa guru-guru SMA”X” Bandung memiliki keterikatan terhadap pekerjaannya. Dari hasil pengolahan data dengan menggunakan uji statistik Z menunjukkan bahwa 37,5% guru di SMA”X” Bandung yang memiliki occupational commitment tinggi menunjukkan komponen dominan tertinggi yaitu continuance commitment dan 33,8% guru di SMA “X” Bandung yang memiliki occupational commitement rendah menunjukkan komponen dominan yaitu affective commitment.

Berdasarkan hasil penelitian ini maka disarankan untuk meneliti lebih lanjut mengenai profile occupational commitment sehingga dapat diperoleh hasil yang lebih mendalam mengenai occupational commitment.


(2)

v LEMBAR PENGESAHAN

ABSTRAK………i

KATA PENGANTAR………..…..ii

DAFTAR ISI………...………v

DAFTAR BAGAN………....viii

DAFTAR TABEL……….viii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah……….. 1

1.2 Identifikasi Masalah……… 8

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian……… 8

1.3.1 Maksud Penelitian……….. 8

1.3.2 Tujuan Penelitian………... 8

1.4 Kegunaan Penelitian………... 8

1.4.1 Kegunaan teoritis………... 8

1.4.2 Kegunaan Praktis………... 9

1.5 Kerangka Pikir………. 9


(3)

vi

2.1.2 Komponen Occupational Commitment………..…19

2.1.3 Faktor-faktor Anteseden dari Komponen Occupational Commitment……21

2.1.4 Pengukuran Occupational Commitment……….23.

2.2 Guru………..24

2.2.1 Pengertian Guru……….……….…….24

2.2.2 Tugas dan Kewajiban Guru……….24

2.3 Teori Perkembangan Dewasa……….….….25

2.3.1 Tugas Perkembangan Dewasa Awal………..……….25

2.3.2 Tugas Perkembangan Dewasa Madya……….25

2.3.3 Tugas Perkembangan Dewasa Akhir……….…..…26

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan dan Prosedur Penelitian………... 27

3.2 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional……….. 28

3.2.1 Variabel Penelitian……….………. 28

3.2.2 Definisi Operasional………... 28

3.3 Alat Ukur……….……….29

3.3.1 Alat Ukur Occupational Commitment………... 29


(4)

vii

3.4 Populasi dan Teknik Penarikan Sampel………... 34

3.4.1 Populasi Sasaran…………..………... 34

3.4.2 Karakteristik Populasi………. 34

3.4.3 Teknik Penarikan Sampel……….………35

3.5 Teknik Analisis Data...35

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Responden...37

4.1.1 Gambaran Responden berdasarkan Jenis kelamin...37

4.1.2 Gambaran Responden berdasarkan Usia...37

4.1.3 Gambaran Responden berdasarkan Status Marital...38

4.1.4 Gambaran Responden berdasarkan Tingkat Pendidikan...38

4.1.5 Gambaran Responden berdasarkan Masa Kerja...39

4.2 Hasil Penelitian 4.2.1 Tingkat Occupational Commitment secara Keseluruhan...39

4.2.2 Komponen Occupational Commitment Tinggi...40

4.2.3 Komponen Occupational Commitment Rendah...40


(5)

viii

5.2.1 Saran Ilmiah...50

5.2.2 Saran Praktis...50

Daftar Pustaka...51

Daftar Rujukan...52 LAMPIRAN


(6)

ix

Bagan 3.1 Rancangan Penelitian……….27

DAFTAR TABEL Tabel 3.3.1 Indikator-Indikator dan Nomor Item-Item Pernyataan Kuesioner Occupational Commitment……….29

Tabel 1 Gambaran Responden berdasarkan Jenis Kelamin……….37

Tabel 2 Gambaran Responden berdasarkan Usia………37

Tabel 3 Gambaran Responden berdasarkan Status Marital……….38

Tabel 4 Gambaran Responden berdasarkan Tingkat pendidikan………38

Tabel 5 Gambaran Responden berdasarkan Masa Kerja……….39

Tabel 6 Tingkat Occupational Commitment secara Keseluruhan………...……39

Tabel 7 Komponen Occupational Commitment Tinggi………..…40


(7)

Lampiran 1 Alat Ukur

KATA PENGANTAR

Saya mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha Bandung, bermaksud mengumpulkan data kepada guru-guru di SMA “X” Bandung dalam rangka penelitian untuk penyusunan skripsi.

Sehubungan dengan itu , saya mohon bantuan dan kerjasama Bapak/Ibu untuk meluangkan waktunya mengisi angket ini. Data yang Bapak/Ibu berikan akan sangat bermanfaat sehingga saya sangat mengharapkan kesungguhan Bapak/Ibu dalam mengisi angket sesuai dengan kenyataan yang ada serta menggambarkan keadaan diri Bapak/Ibu yang sebenarnya.

Data dan identitas Bapak/Ibu, saya jamin akan kerahasiaannya dan hanya digunakan dalam penelitian ini.

Terima kasih atas kerjasamanya.

Hormat saya,


(8)

IDENTITAS PRIBADI

1. Jenis Kelamin : L / P 2. Usia : ……… thn

3. Status Marital : Menikah / Belum menikah 4. Pendidikan terakhir : D3 / S1 / S2 / ….. 5. Lama kerja : ………thn

6. Apakah Bapak/Ibu sudah memiliki anak: a. ya, berapa anak …..

b. tidak

7. Jelaskan peran dan tanggung jawab Bapak/Ibu di SMA “X” Bandung selain sebagai guru ? (misal : wakil kepala sekolah, wali kelas, pembina ekstrakulikuler, dll).

8. Bapak/Ibu mengetahui dengan jelas pekerjaan dan tugas sebagai guru: a. sesuai

b. kurang sesuai

c. tidak sesuai, alasannya…..

9. Bapak/Ibu merasa bahwa pekerjaan yang Bapak/Ibu lakukan bervariasi dan memberikan tantangan:

a. sesuai

b. kurang sesuai


(9)

10.Bapak/Ibu sudah merasa puas dengan pekerjaan ini: a. sesuai

b. kurang sesuai

c. tidak sesuai, alasannya …..

11.Bapak/Ibu merasa gaji yang diterima sesuai dengan kebijakan yang diberlakukan:

a. sesuai

b. kurang sesuai

c. tidak sesuai, alasannya….

12.Bapak/Ibu merasa gaji yang diterima sesuai dengan tugas dan tanggungjawab Bapak/Ibu sebagai guru:

a. sesuai

b. kurang sesuai

c. tidak sesuai, alasannya….

13.Bapak/Ibu sudah merasa puas dengan fasilitas yang Bapak/Ibu dapat dari pekerjaan ini:

a. sesuai

b. kurang sesuai

c. tidak sesuai, alasannya ….

14.Semakin lama Bapak/Ibu bekerja sebagai guru semakin banyak fasilitas yang didapat:

a. sesuai

b. kurang sesuai

c. tidak sesuai, alasannya…

15.Bapak/Ibu merasa pekerjaan ini memberikan kesempatan Bapak/Ibu untuk mengembangkan keahlian atau keterampilan yang Bapak/Ibu miliki:

a. sesuai

b. kurang sesuai


(10)

KUESIONER

Pada kuesioner ini, Bapak/Ibu diminta untuk memilih satu diantara empat pilihan jawaban yang saudara rasakan paling sesuai dengan diri Bapak/Ibu dengan memberikan check list pada kolom yang sesuai dengan pilihan jawaban Bapak/Ibu. Keempat pilihan jawabannya adalah :

SS = Sangat sesuai dengan diri saya S = Sesuai dengan diri saya TS = Tidak sesuai dengan diri saya STS = Sangat tidak sesuai dengan diri saya

Apabila Bapak/Ibu telah selesai memberikan jawaban, periksalah kembali sehingga tidak ada pernyataan yang terlewatu.

Terimakasih,


(11)

No Pernyataan SS S TS STS 1. Saya senang bekerja sebagai guru.

2. Saya tidak takut berhenti dari pekerjaan sebagai guru sekalipun tidak mempunyai alternatif pekerjaan lain.

3. Menurut saya, sekarang orang-orang terlalu sering berpindah-pindah pekerjaan.

4. Saya tidak merasa harus setia terhadap pekerjaan saya saat ini.

5. Saya akan mengalami kerugian jika meninggalkan pekerjaan ini, karena itu sangat sulit untuk meninggalkan pekerjaan ini walaupun saya mengiginkannya.

6. Saya senang mendiskusikan pekerjaan sebagai guru kepada orang lain.

7. Saya merasa reputasi guru di masyarakat adalah reputasi saya juga.

8. Saya akan mengalami banyak masalah bila meninggalkan pekerjaan sebagai guru.

9. Salah satu alasan mengapa saya tetap mempertahankan pekerjaan sebagai guru adalah karena saya yakin loyalitas itu penting sehingga akan memupuk tanggung jawab moral.

10. Saya akan mendapatkan keuntungan bila saya meninggalkan pekerjaan sebagai guru. 11. Bertahan bekerja sebagai guru merupakan


(12)

keinginan.

12. Saya merasa lebih tertarik terhadap pekerjaan lain daripada pekerjaan saya saat ini.

13. Saya akan menerima pendapatan yang lebih sedikit jika saya meninggalkan pekerjaan sebagai guru.

14. Saya akan merasa bersalah jika menerima tawaran pekerjaan yang lebih baik.

15. Saya merasa bukan menjadi bagian dari keluarga besar guru-guru di sekolah ini. 16. Salah satu konsekuensi kerugian yang akan

saya dapatkan jika meninggalkan pekerjaan ini adalah sedikitnya alternatif pekerjaan yang tersedia.

17. Saya menjunjung tinggi nilai kesetiaan terhadap pekerjaan saya saat ini.

18. Tetap bertahan bekerja sebagai guru merupakan salah satu bentuk tanggung jawab saya terhadap murid-murid dan pekerjaan saya.

19. Salah satu alasan mengapa saya bekerja sebagai guru adalah karena keuntungannya lebih besar dibandingkan pekerjaan lain. 20. Saya tidak merasa mencintai pekerjaan saya

sebagai guru.

21. Saya merasa pekerjaan sebagai guru ini sangat berarti.


(13)

22. Saya tidak merasa bahwa bekerja sebagai guru adalah pilihan yang tepat lagi.

23. Jika pekerjaan sebagai guru tidak lagi memberi keuntungan buat saya, maka saya akan memutuskan untuk berganti pekerjaan. 24. Saya merasa tidak memiliki keterikatan yang

kuat terhadap pekerjaan saya sebagai guru. 25. Saya tidak merasa bertanggung jawab untuk

melakukan tugas saya sebagai guru.

26. Saya bangga mengatakan kepada orang-orang bahwa saya bekerja sebagai guru.

27. Menurut saya, berpindah dari suatu pekerjaan ke pekerjaan lain adalah sesuatu yang etis.


(14)

Lampiran 2

Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur

Lampiran 3.1 Tabel Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur Occupational Commitment

Komponen Occupational Commitment No. Item Skor Kriteria

Affective Commitment 1

6 7 12 15 20 21 24 26 0,327 0,388 0,471 0,393 0,306 0,485 0,377 0,413 0,499 Terima Terima Terima Terima Terima Terima Terima Terima Terima

Continuance Commitment 2

5 8 10 11 13 16 19 23 0,332 0,331 0,350 0,305 0,324 0,352 0,302 0,356 0,385 Terima Terima Terima Terima Terima Terima Terima Terima Terima

Normative Commitment 3

4 27 9 14 0,345 0,357 0,320 0,369 0,370 Terima Terima Terima Terima Terima


(15)

17 18 22 25

0,418 0,310 0,325 0,376

Terima Terima Terima Terima Berdasarkan SPSS 13.00

Reliabilitas item kuesioner Occupational Commitment berdasarkan SPSS 13.00 Guttman Split-Half

Coefficient

N of Item


(16)

Lampiran 3 Data Mentah

Lampiran 4.1 Tabel data Responden

Resp Jenis Kelamin Usia Status Marital Pend. Lama kerja 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 laki-laki perempuan perempuan perempuan perempuan perempuan laki-laki perempuan laki-laki perempuan laki-laki laki-laki perempuan laki-laki laki-laki perempuan laki-laki perempuan laki-laki laki-laki laki-laki perempuan perempuan laki-laki perempuan perempuan laki-laki laki-laki laki-laki perempuan laki-laki perempuan laki-laki perempuan perempuan laki-laki laki-laki 40-60 40-60 40-60 40-60 40-60 40-60 40-60 40-60 40-60 40-60 40-60 40-60 22-39 40-60 40-60 40-60 40-60 22-39 40-60 40-60 40-60 40-60 40-60 40-60 40-60 22-39 40-60 40-60 40-60 40-60 22-39 40-60 40-60 22-39 40-60 40-60 40-60 menikah menikah menikah menikah menikah blm menikah menikah menikah menikah menikah menikah blm menikah menikah menikah blm menikah menikah menikah menikah menikah menikah menikah menikah menikah menikah menikah menikah menikah menikah menikah menikah menikah menikah menikah menikah menikah menikah menikah S1 S1 S1 S1 S1 D3 S1 S1 S1 S1 S1 S2 S1 S1 S1 S1 S1 S1 S1 S1 S1 S1 S1 S1 S1 S1 S1 S1 S2 S1 D3 S1 S1 S1 S1 S1 S1 >10 >10 >10 >10 >10 >10 >10 >10 >10 >10 >10 >10 2-10 >10 >10 >10 >10 2-10 >10 >10 >10 >10 >10 >10 >10 >10 >10 >10 >10 >10 2-10 >10 >10 >10 >10 >10 >10


(17)

38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 perempuan laki-laki laki-laki perempuan perempuan laki-laki perempuan perempuan laki-laki perempuan laki-laki laki-laki laki-laki perempuan perempuan laki-laki laki-laki perempuan laki-laki laki-laki perempuan laki-laki perempuan 40-60 40-60 40-60 40-60 40-60 40-60 40-60 40-60 >60 40-60 40-60 40-60 40-60 40-60 40-60 40-60 40-60 40-60 40-60 40-60 40-60 40-60 40-60 blm menikah menikah menikah menikah menikah menikah menikah menikah menikah menikah menikah menikah menikah menikah menikah menikah menikah menikah menikah menikah menikah menikah menikah S1 S1 D3 S2 S1 S1 S1 S1 S1 S1 S1 S1 S1 S1 S1 S1 S1 S1 S2 S1 S1 S1 S1 >10 >10 >10 >10 >10 >10 >10 >10 >10 >10 >10 >10 >10 >10 >10 >10 >10 >10 >10 >10 >10 >10 >10


(18)

Lampiran 4 Analisis Data

Lampiran 4.1 Tabel Perhitungan Median Skor Occupational Commitment N Valid

Missing Mean

Median Std.Deviation

60 0 78,23 78 5,849

Lampiran 4.2 Tabel Perhitungan Mean dan Std. Deviation Komponen Occupational Commitment

Occupational Commitment Tinggi Statistic Affective Commitment N Valid Missing Mean

Std.Deviation

60 0 32,28 2,372

Statistic Continuance Commitment N Valid

Missing Mean

Std.Deviation

60 0 20,72 2,603


(19)

Statistic Normative Commitment N Valid Missing Mean

Std.Deviation

60 0 29,75 2,423

Occupational Commitment Rendah Statistic Affective Commitment N Valid Missing Mean

Std.Deviation

60 0 27,39 2,393

Statistic Continuance Commitment N Valid

Missing Mean

Std.Deviation

60 0 19,68 2,583

Statistic Normative Commitment N Valid Missing Mean

Std.Deviation

60 0 25,96 1,710


(20)

Lampiran 4.3 Tabel Analisis Occupational Commitment

Resp Total Skor Kategori

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 74 74 71 76 71 73 66 76 66 76 77 77 69 69 70 74 66 77 74 73 77 76 77 73 77 75 71 70 80 83 87 87 86 82 82 82 85 86 86 86 Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi


(21)

41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 83 78 86 78 79 81 85 82 81 80 85 84 82 88 80 81 82 82 78 82 Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi


(22)

Lampiran 4.4 Tabel Perhitungan Uji Z Komponen Occupational Commitment Komponen Occupational Commitment Tinggi

No. Nilai Z Affective

Nilai Z Continuance

Nilai Z Normative

Kategori

1 0,30 0,48 -1,96 Contiuance

2 0,30 0,09 -0,31 Affective

3 0,73 0,09 0,93 Normative

4 0,73 0,09 0,93 Normative

5 0,12 0,48 0,93 Normative

6 0,73 -1,82 0,33 Affective

7 -0,54 0,86 -0,72 Continuance

8 1,57 -2,21 0,52 Affective

9 0,73 -0,29 0,52 Affective

10 0,30 0,09 0,93 Normative

11 0,73 0,86 -0,31 Continuance

12 0,15 0,29 0,52 Affective

13 0,73 0,86 -1,55 Continuance

14 -0,96 0,86 -1,96 Continuance

15 1,57 -1,44 1,34 Affective

16 -2,23 1,25 -1,13 Continuance

17 -0,54 1,25 -2,37 Continuance

18 -0,96 0,09 0,10 Normative

19 -0,54 0,48 -0,31 Normative

20 0,74 -1,06 0,52 Affective

21 -1,80 1,25 0,93 Continuance

22 0,12 -1,44 0,93 Normative

23 0,30 -0,29 0,10 Normative


(23)

25 -0,54 0,09 0,52 Normative

26 0,73 0,86 0,52 Continuance

27 0,73 -2,21 0,52 Affective

28 -0,54 0,86 -1,13 Continuance

29 0,12 0,09 -0,31 Affective

30 -0,54 -,067 0,93 Normative

31 -1,180 0,09 -0,31 Continuance

32 1,15 -0,67 -0,72 Affective

Komponen Occupational Commitment Rendah No. Nilai Z

Affective

Nilai Z Continuance

Nilai Z Normative

Kategori

1 1,09 -1,42 1,36 Normative

2 0,25 0,51 -0,56 Continuance

3 0,25 -1,04 0,02 Affective

4 0,25 0,89 0,02 Continuance

5 0,25 -1,04 0,02 Affective

6 0,67 -0,65 0,02 Affective

7 -0,16 -1,42 1,57 Normative

8 1,51 0,51 -1,15 Affective

9 -0,99 -1,04 -1,15 Affective

10 0,25 0,12 1,36 Normative

11 -0,16 0,89 1,36 Normative

12 1,09 0,89 -0,56 Affective

13 -0,16 -1,04 -0,56 Affective

14 -3,09 1,67 -0,56 Continuance

15 -1,83 0,89 -0,56 Continuance


(24)

17 -0,99 -1,04 -1,15 Affective

18 0,25 0,89 0,61 Continuance

19 -0,99 0,12 1,36 Normative

20 0,67 -0,26 -0,56 Affective

21 0,25 1,67 -0,56 Continuance

22 0,16 0,89 0,61 Continuance

23 1.93 -1,81 2,36 Normative

24 -0,58 1,29 -1,15 Continuance

25 0,25 0,51 1,36 Normative

26 0,67 0,12 0,02 Affective

27 -0,16 0,12 -1,15 Continuance

28 -0,99 -0,65 0,61 Normative

Lampiran 4.5 Tabel Persentase Data Penunjang Tabel 9.

Peran_tg_jwb

8 13.3 13.3 13.3

37 61.7 61.7 75.0

9 15.0 15.0 90.0

6 10.0 10.0 100.0

60 100.0 100.0

1 2 3 4 Total Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Tabel 10

Variasi

56 93.3 93.3 93.3 4 6.7 6.7 100.0 60 100.0 100.0

sesuai kurang sesuai Total

Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent


(25)

Tabel 11

Kepuasan

42 70.0 70.0 70.0

13 21.7 21.7 91.7

5 8.3 8.3 100.0

60 100.0 100.0

sesuai kurang sesuai tidak sesuai Total Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Tabel 12

Gaji_kebijakan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid sesuai 16 26.7 26.7 26.7

kurang sesuai 35 58.3 58.3 85.0 tidak sesuai 9 15.0 15.0 100.0 Total 60 100.0 100.0

Tabel 13

Gaji_tugas

13 21.7 21.7 21.7

39 65.0 65.0 86.7

8 13.3 13.3 100.0

60 100.0 100.0

sesuai kurang sesuai tidak sesuai Total Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent


(26)

Tabel 14

Kepuasan_fasilitas

20 33.3 33.3 33.3

34 56.7 56.7 90.0

6 10.0 10.0 100.0

60 100.0 100.0

sesuai kurang sesuai tidak sesuai Total Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Tabel 15

Fasilitas

14 23.3 23.3 23.3

38 63.3 63.3 86.7

8 13.3 13.3 100.0

60 100.0 100.0

sesuai kurang sesuai tidak sesuai Total Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Tabel 16

Keahlian

47 78.3 78.3 78.3

9 15.0 15.0 93.3

4 6.7 6.7 100.0

60 100.0 100.0

sesuai kurang sesuai tidak sesuai Total Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent


(27)

Lampiran 4.6 Tabulasi silang Occupational Commitment dan Data penunjang Tabel 17

Sex * kategori Crosstabulation

10 11 10 31

32.3% 35.5% 32.3% 100.0%

50.0% 52.4% 52.6% 51.7%

16.7% 18.3% 16.7% 51.7%

10 10 9 29

34.5% 34.5% 31.0% 100.0%

50.0% 47.6% 47.4% 48.3%

16.7% 16.7% 15.0% 48.3%

20 21 19 60

33.3% 35.0% 31.7% 100.0%

100.0% 100.0% 100.0% 100.0%

33.3% 35.0% 31.7% 100.0%

Count % within Sex % within kategori % of Total Count % within Sex % within kategori % of Total Count % within Sex % within kategori % of Total laki-laki

perempuan Sex

Total

A C N

kategori


(28)

Tabel 18

Usia * kategori Crosstabulation

0 0 1 1

.0% .0% 100.0% 100.0%

.0% .0% 5.3% 1.7%

.0% .0% 1.7% 1.7%

3 1 1 5

60.0% 20.0% 20.0% 100.0%

15.0% 4.8% 5.3% 8.3%

5.0% 1.7% 1.7% 8.3%

17 20 17 54

31.5% 37.0% 31.5% 100.0%

85.0% 95.2% 89.5% 90.0%

28.3% 33.3% 28.3% 90.0%

20 21 19 60

33.3% 35.0% 31.7% 100.0%

100.0% 100.0% 100.0% 100.0%

33.3% 35.0% 31.7% 100.0%

Count % within Usia % within kategori % of Total Count % within Usia % within kategori % of Total Count % within Usia % within kategori % of Total Count % within Usia % within kategori % of Total >60

22-39

40-60 Usia

Total

A C N

kategori

Total

Tabel 19

Marital * kategori Crosstabulation

2 1 1 4

50.0% 25.0% 25.0% 100.0%

10.0% 4.8% 5.3% 6.7%

3.3% 1.7% 1.7% 6.7%

18 20 18 56

32.1% 35.7% 32.1% 100.0%

90.0% 95.2% 94.7% 93.3%

30.0% 33.3% 30.0% 93.3%

20 21 19 60

33.3% 35.0% 31.7% 100.0%

100.0% 100.0% 100.0% 100.0%

33.3% 35.0% 31.7% 100.0%

Count

% within Marital % within kategori % of Total Count

% within Marital % within kategori % of Total Count

% within Marital % within kategori % of Total blm

menikah Marital

Total

A C N

kategori


(29)

Tabel 20

Pendidikan * kategori Crosstabulation

2 0 1 3

66.7% .0% 33.3% 100.0%

10.0% .0% 5.3% 5.0%

3.3% .0% 1.7% 5.0%

17 18 18 53

32.1% 34.0% 34.0% 100.0%

85.0% 85.7% 94.7% 88.3%

28.3% 30.0% 30.0% 88.3%

1 3 0 4

25.0% 75.0% .0% 100.0%

5.0% 14.3% .0% 6.7%

1.7% 5.0% .0% 6.7%

20 21 19 60

33.3% 35.0% 31.7% 100.0%

100.0% 100.0% 100.0% 100.0%

33.3% 35.0% 31.7% 100.0%

Count

% within Pendidikan % within kategori % of Total Count

% within Pendidikan % within kategori % of Total Count

% within Pendidikan % within kategori % of Total Count

% within Pendidikan % within kategori % of Total D3

S1

S2 Pendidikan

Total

A C N

kategori

Total

Tabel 21

Lama_kerja * kategori Crosstabulation

19 21 17 57

33.3% 36.8% 29.8% 100.0%

95.0% 100.0% 89.5% 95.0%

31.7% 35.0% 28.3% 95.0%

1 0 2 3

33.3% .0% 66.7% 100.0%

5.0% .0% 10.5% 5.0%

1.7% .0% 3.3% 5.0%

20 21 19 60

33.3% 35.0% 31.7% 100.0%

100.0% 100.0% 100.0% 100.0%

33.3% 35.0% 31.7% 100.0%

Count

% within Lama_kerja % within kategori % of Total Count

% within Lama_kerja % within kategori % of Total Count

% within Lama_kerja % within kategori % of Total >10

2-10 Lama_kerja

Total

A C N

kategori


(30)

Tabel 22

Peran_tg_jwb * kategori Crosstabulation

16 19 18 53

30.2% 35.8% 34.0% 100.0%

80.0% 90.5% 94.7% 88.3%

26.7% 31.7% 30.0% 88.3%

4 2 1 7

57.1% 28.6% 14.3% 100.0%

20.0% 9.5% 5.3% 11.7%

6.7% 3.3% 1.7% 11.7%

20 21 19 60

33.3% 35.0% 31.7% 100.0%

100.0% 100.0% 100.0% 100.0%

33.3% 35.0% 31.7% 100.0%

Count

% within Peran_tg_jwb % within kategori % of Total Count

% within Peran_tg_jwb % within kategori % of Total Count

% within Peran_tg_jwb % within kategori % of Total >1

1 Peran_tg_jwb

Total

A C N

kategori

Total

Tabel 23

Kejelasan * kategori Crosstabulation

19 20 18 57

33.3% 35.1% 31.6% 100.0%

95.0% 95.2% 94.7% 95.0%

31.7% 33.3% 30.0% 95.0%

1 1 1 3

33.3% 33.3% 33.3% 100.0%

5.0% 4.8% 5.3% 5.0%

1.7% 1.7% 1.7% 5.0%

20 21 19 60

33.3% 35.0% 31.7% 100.0%

100.0% 100.0% 100.0% 100.0%

33.3% 35.0% 31.7% 100.0%

Count

% within Kejelasan % within kategori % of Total Count

% within Kejelasan % within kategori % of Total Count

% within Kejelasan % within kategori % of Total sesuai

kurang sesuai Kejelasan

Total

A C N

kategori


(31)

Tabel 24

Variasi * kategori Crosstabulation

17 21 18 56

30.4% 37.5% 32.1% 100.0%

85.0% 100.0% 94.7% 93.3%

28.3% 35.0% 30.0% 93.3%

3 0 1 4

75.0% .0% 25.0% 100.0%

15.0% .0% 5.3% 6.7%

5.0% .0% 1.7% 6.7%

20 21 19 60

33.3% 35.0% 31.7% 100.0%

100.0% 100.0% 100.0% 100.0%

33.3% 35.0% 31.7% 100.0%

Count

% within Variasi % within kategori % of Total Count

% within Variasi % within kategori % of Total Count

% within Variasi % within kategori % of Total sesuai

kurang sesuai Variasi

Total

A C N

kategori

Total

Tabel 25

Kepuasan * kategori Crosstabulation

12 16 14 42

28.6% 38.1% 33.3% 100.0%

60.0% 76.2% 73.7% 70.0%

20.0% 26.7% 23.3% 70.0%

6 5 2 13

46.2% 38.5% 15.4% 100.0%

30.0% 23.8% 10.5% 21.7%

10.0% 8.3% 3.3% 21.7%

2 0 3 5

40.0% .0% 60.0% 100.0%

10.0% .0% 15.8% 8.3%

3.3% .0% 5.0% 8.3%

20 21 19 60

33.3% 35.0% 31.7% 100.0%

100.0% 100.0% 100.0% 100.0%

33.3% 35.0% 31.7% 100.0%

Count

% within Kepuasan % within kategori % of Total Count

% within Kepuasan % within kategori % of Total Count

% within Kepuasan % within kategori % of Total Count

% within Kepuasan % within kategori % of Total sesuai

kurang sesuai

tidak sesuai Kepuasan

Total

A C N

kategori


(32)

Tabel 26

Gaji_kebijakan * kategori Crosstabulation

4 6 6 16

25.0% 37.5% 37.5% 100.0%

20.0% 28.6% 31.6% 26.7%

6.7% 10.0% 10.0% 26.7%

13 12 10 35

37.1% 34.3% 28.6% 100.0%

65.0% 57.1% 52.6% 58.3%

21.7% 20.0% 16.7% 58.3%

3 3 3 9

33.3% 33.3% 33.3% 100.0%

15.0% 14.3% 15.8% 15.0%

5.0% 5.0% 5.0% 15.0%

20 21 19 60

33.3% 35.0% 31.7% 100.0%

100.0% 100.0% 100.0% 100.0%

33.3% 35.0% 31.7% 100.0%

Count

% within Gaji_kebijakan % within kategori % of Total Count

% within Gaji_kebijakan % within kategori % of Total Count

% within Gaji_kebijakan % within kategori % of Total Count

% within Gaji_kebijakan % within kategori % of Total sesuai

kurang sesuai

tidak sesuai Gaji_kebijakan

Total

A C N

kategori


(33)

Tabel 27

Gaji_tugas * kategori Crosstabulation

3 4 6 13

23.1% 30.8% 46.2% 100.0%

15.0% 19.0% 31.6% 21.7%

5.0% 6.7% 10.0% 21.7%

14 14 11 39

35.9% 35.9% 28.2% 100.0%

70.0% 66.7% 57.9% 65.0%

23.3% 23.3% 18.3% 65.0%

3 3 2 8

37.5% 37.5% 25.0% 100.0%

15.0% 14.3% 10.5% 13.3%

5.0% 5.0% 3.3% 13.3%

20 21 19 60

33.3% 35.0% 31.7% 100.0%

100.0% 100.0% 100.0% 100.0%

33.3% 35.0% 31.7% 100.0%

Count

% within Gaji_tugas % within kategori % of Total Count

% within Gaji_tugas % within kategori % of Total Count

% within Gaji_tugas % within kategori % of Total Count

% within Gaji_tugas % within kategori % of Total sesuai

kurang sesuai

tidak sesuai Gaji_tugas

Total

A C N

kategori


(34)

Tabel 28

Kepuasan_fasilitas * kategori Crosstabulation

6 5 9 20

30.0% 25.0% 45.0% 100.0%

30.0% 23.8% 47.4% 33.3%

10.0% 8.3% 15.0% 33.3%

12 14 8 34

35.3% 41.2% 23.5% 100.0%

60.0% 66.7% 42.1% 56.7%

20.0% 23.3% 13.3% 56.7%

2 2 2 6

33.3% 33.3% 33.3% 100.0%

10.0% 9.5% 10.5% 10.0%

3.3% 3.3% 3.3% 10.0%

20 21 19 60

33.3% 35.0% 31.7% 100.0%

100.0% 100.0% 100.0% 100.0%

33.3% 35.0% 31.7% 100.0%

Count

% within Kepuasan_ fasilitas

% within kategori % of Total Count

% within Kepuasan_ fasilitas

% within kategori % of Total Count

% within Kepuasan_ fasilitas

% within kategori % of Total Count

% within Kepuasan_ fasilitas

% within kategori % of Total sesuai

kurang sesuai

tidak sesuai Kepuasan_fasilitas

Total

A C N

kategori


(35)

Tabel 29

Fasilitas * kategori Crosstabulation

6 5 3 14

42.9% 35.7% 21.4% 100.0%

30.0% 23.8% 15.8% 23.3%

10.0% 8.3% 5.0% 23.3%

12 14 12 38

31.6% 36.8% 31.6% 100.0%

60.0% 66.7% 63.2% 63.3%

20.0% 23.3% 20.0% 63.3%

2 2 4 8

25.0% 25.0% 50.0% 100.0%

10.0% 9.5% 21.1% 13.3%

3.3% 3.3% 6.7% 13.3%

20 21 19 60

33.3% 35.0% 31.7% 100.0%

100.0% 100.0% 100.0% 100.0%

33.3% 35.0% 31.7% 100.0%

Count

% within Fasilitas % within kategori % of Total Count

% within Fasilitas % within kategori % of Total Count

% within Fasilitas % within kategori % of Total Count

% within Fasilitas % within kategori % of Total sesuai

kurang sesuai

tidak sesuai Fasilitas

Total

A C N

kategori


(36)

Tabel 30

Keahlian * kategori Crosstabulation

14 16 17 47

29.8% 34.0% 36.2% 100.0%

70.0% 76.2% 89.5% 78.3%

23.3% 26.7% 28.3% 78.3%

4 4 2 10

40.0% 40.0% 20.0% 100.0%

20.0% 19.0% 10.5% 16.7%

6.7% 6.7% 3.3% 16.7%

2 1 0 3

66.7% 33.3% .0% 100.0%

10.0% 4.8% .0% 5.0%

3.3% 1.7% .0% 5.0%

20 21 19 60

33.3% 35.0% 31.7% 100.0%

100.0% 100.0% 100.0% 100.0%

33.3% 35.0% 31.7% 100.0%

Count

% within Keahlian % within kategori % of Total Count

% within Keahlian % within kategori % of Total Count

% within Keahlian % within kategori % of Total Count

% within Keahlian % within kategori % of Total sesuai

kurang sesuai

tidak sesuai Keahlian

Total

A C N

kategori


(37)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang masalah

Dewasa ini dunia mengalami perubahan dengan begitu cepatnya. Perubahan tersebut begitu terasa dan terus meningkat ke arah yang semakin maju. Untuk mengantisipasinya, maka dibutuhkan sumber daya manusia yang berkualitas dan mampu menjawab semua tantangan yang ada. Maka dari itu, organisasi pendidikan sebagai salah satu institusi yang berperan langsung dalam menciptakan sumber daya manusia perlu meningkatkan kualitasnya terus-menerus.

Pendidikan mempunyai peranan penting dalam keseluruhan aspek kehidupan manusia, dan akan berpengaruh langsung terhadap pembentukan kepribadian manusia. Pendidikan nasional mempunyai tujuan mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Sedangkan fungsi pendidikan nasional adalah mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa (Standar Isi dan Standar Kompetensi Lulusan Tingkat SMA dan Madrasah Aliyah, 2006).

Kualitas pendidikan di Indonesia masih belum mencapai hasil yang optimal karena itu pemerintah mengupayakan peningkatan mutu pendidikan di Indonesia.


(38)

Salah satu upayanya adalah program belajar sembilan tahun, adanya dana BOS, pengiriman guru-guru ke sekolah-sekolah terpencil. Peningkatan mutu pendidikan bertujuan agar tercapainya tujuan dan fungsi pendidikan nasional. Selain itu peningkatan mutu pendidikan juga diarahkan untuk meningkatkan kualitas manusia Indonesia seutuhnya melalui olah hati, olah pikir, olah rasa, dan olah raga agar memiliki daya saing dalam menghadapi tantangan global (BSNP, 2006).

Uraian di atas mengindikasikan, untuk menghasilkan manusia yang berkualitas, para guru sebagai pendidik dituntut untuk meningkatkan peran dan tugas yang dijalaninya. Seorang guru dituntut untuk mampu memberikan pengetahuan teoretis yaitu pengetahuan ilmiah dalam bidang keilmuan tertentu, sekaligus dapat memberikan penerapan ilmu pengetahuan tersebut di lingkungan sekitar. Pengetahuan teoretis serta penerapan ilmu pengetahuan tersebut yang didapatkan di Sekolah Menengah Atas sangat dibutuhkan oleh para murid, sehingga ketika lulus dari Sekolah Menengah Atas, mereka dapat melanjutkan ke Perguruan Tinggi (yang diharapkan baik Perguruan Tinggi Negeri maupun Perguruan Tinggi Swasta) atau langsung bekerja di bidang yang sesuai.

Berdasarkan hal tersebut, maka murid-murid sebagai sumber daya manusia yang potensial sangat membutuhkan guru-guru yang mampu memberikan pengetahuan-pengetahuan yang dibutuhkannya untuk memenuhi tuntutan lingkungan. Ini berarti guru adalah sosok yang penting pada suatu sistem pendidikan untuk menciptakan manusia berkualitas.


(39)

Sekolah Menengah Atas “X” Bandung yang berdiri sejak tahun 1950 merupakan salah satu SMA favorit di kota Bandung. Sampai saat ini SMA “X” Bandung termasuk tiga sekolah paling diminati di kota Bandung dengan passing grade kedua tertinggi diantara jenjang pendidikan setingkat. Visi yang dimiliki SMA “X” Bandung adalah “Unggul dalam prestasi akademik, karya, karier, dan kebersamaan yang berpijak pada agama dan budaya”. Sedangkan misi yang dimiliki SMA “X” Bandung yaitu : 1). Mengembangkan dan mengamalkan ajaran agama sebagai pedoman hidup 2). Membentuk peserta didik yang berakhlak dan berbudi pekerti luhur 3). Melaksanakan pembelajaran dan bimbingan secara efektif dan efisien 4). Meningkatkan jati diri dan meningkatkan semangat keunggulan pada seluruh warga sekolah 5). Meningkatkan kualitas pembelajaran, prestasi, dan etos kerja 6). Mengutamakan kebersamaan, kondusivitas, dan hubungan kemitraan baik internal maupun eksternal dengan mengedepankan aspek pelayanan, akuntabilitas, dan transparansi kepada stakeholders.

Berdasarkan visi dan misi di atas maka terlihat bahwa SMA “X” Bandung menyadari bahwa guru merupakan sumber daya manusia yang sangat penting dalam mencapai visi dan misinya tersebut. Oleh karena itu SMA “X” Bandung melakukan usaha-usaha untuk meningkatkan kualitas guru-guru yang dimilikinya. Upaya peningkatan kualitas guru dilakukan dengan memberi kesempatan pada guru-guru yang lulusan D3 untuk melanjutkan pendidikannya kejenjang S1, mengirim para guru untuk mengikuti seminar ataupun pelatihan. Hal ini dilakukan untuk menambah wawasan para guru.


(40)

Menurut Undang-Undang sistem pendidikan nasional tahun 2003, guru merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan. Di SMA “X” Bandung selain tugas pokok tersebut, terdapat beberapa guru yang memiliki tugas lain yang berhubungan dengan pendidikan seperti menjadi pembimbing ekstrakulikuler yang ada di SMA “X” Bandung.

Berdasarkan tugas-tugas di atas, tampaknya tugas guru memiliki ruang lingkup yang cukup luas. Implisit didalamnya, guru dituntut untuk dapat berperan sebagai organisator kegiatan belajar siswa yang mampu memanfaatkan lingkungan, baik di dalam maupun di luar kelas.

Burns (1979) mengatakan bahwa pengajar yang efektif adalah pengajar yang dapat menimbulkan “productive pupil behavior” seperti kesediaan belajar, mau berpartisipasi, percaya diri dan bertanggung jawab. Pengajar yang efektif akan menampakkan ciri-ciri fleksibel, memiliki rasa empati, sensitif dengan kebutuhan siswanya, memiliki kemampuan untuk membuat metode pengajaran yang sesuai, memiliki sikap yang menghargai, santai, hangat, informal, perilaku mengajar dua arah, serta memiliki emotional adjustment yang baik.

Berdasarkan hasil wawancara terhadap 10 orang murid-murid di SMA “X” Bandung mengenai profesionalisme guru pengajarnya, menurut pandangan mereka guru yang dianggap profesional yaitu guru yang memiliki ciri-ciri : memiliki pengetahuan yang luas, menguasai materi, memiliki metode pengajaran yang sesuai dengan murid, memiliki kepribadian yang baik dan dapat berelasi dengan baik.


(41)

Berdasarkan kriteria di atas, para murid di SMA “X” Bandung menganggap bahwa hanya sekitar 60-70 % guru yang ada di SMA “X” Bandung yang memiliki profesionalisme dalam bekerja. Para murid juga menemukan bahwa seringkali guru datang terlambat ke dalam kelas untuk mengajar. Bahkan ada guru yang sering tidak hadir untuk mengajar di kelas dan hanya memberikan tugas untuk dikerjakan oleh para muridnya, begitu pula ada guru yang tidak hadir untuk mengajar namun tidak memberikan tugas sama sekali kepada murid-muridnya.

Fenomena di atas menunjukkan di mata para siswa yang di survei, profesionalisme beberapa orang gurunya masih rendah. Untuk membentuk sumber daya siswa yang berkualitas maka pengajar harus memiliki kualitas tertentu pula, karena tingkah laku pelajar sangat dipengaruhi oleh tingkah laku pengajarnya (Burns, 1979). Mengajar adalah gaya personal dari pengajar untuk mengkomunikasikan pengetahuan yang dimilikinya, yang akhirnya akan mempengaruhi respon pelajar dan tingkat prestasi yang diraihnya.

Meyer, Allen dan Smith (1993), menyatakan bahwa profesionalisme individu juga dapat dilihat dari seberapa besar keinginan mereka untuk selalu berkembang dalam bidang ilmu/pekerjaannya, misalnya seberapa sering mereka mengikuti seminar-seminar, pelatihan-pelatihan, membaca atau membeli buku-buku yang berhubungan dengan pekerjaan mereka dan apakah mereka bergabung serta berpartisipasi dalam asosiasi profesi yang sesuai dengan bidang ilmu yang dimilikinya. Berdasarkan hal tersebut maka dilakukan wawancara terhadap 10 orang guru di SMA “X” Bandung dan dari hasil wawancara ditemukan bahwa dalam masa


(42)

kerja 5-30 tahun, rata-rata guru mengikuti seminar atau pelatihan yaitu sebanyak 2-3 kali dalam setiap tahunnya. Mereka membaca atau membeli buku-buku yang berhubungan dengan pekerjaan mereka dilakukan jika dirasa perlu. Partisipasi mereka dalam asosiasi profesi yang sesuai dengan bidang ilmu yang dimilikinya lebih banyak hanya sebagai anggota dan tidak secara aktif terlibat.

Berdasarkan Allen dan Meyer (1997), occupational commitment (komitmen terhadap pekerjaan) terdiri atas tiga komponen yaitu affective commitment (keterikatan secara emosional terhadap pekerjaan), continuance commitment (pertimbangan untung rugi dalam melakukan pekerjaan) dan normative commitment (rasa kewajiban moral dalam melakukan pekerjaan). Setiap individu memiliki dasar dan tingkah laku yang berbeda berdasarkan occupational commitment yang dimilikinya. Individu yang memiliki occupational commitment dengan dasar affective memiliki tingkah laku berbeda dengan individu yang berdasarkan continuance. Jika individu menganggap tugas yang diembannya adalah tugas yang bermakna bagi dirinya dan menyukai tugas tersebut maka dirinya akan terlibat secara penuh dalam menyelesaikan tugas tersebut. Jika tugas-tugas tersebut memenuhi kebutuhannya sehingga individu mengalami kepuasan dalam bekerja, maka akan terbentuk keterikatan secara emosional dalam diri individu terhadap pekerjaan. Sebaliknya, mereka yang terpaksa akan pekerjaannya akan menghindari kerugian finansial dan kerugian lainnya, sehingga mungkin hanya melakukan usaha yang tidak maksimal. Sementara itu, komponen normative yang berkembang sebagai hasil dari pengalaman sosialisasi, tergantung dari sejauh apa perasaan kewajiban yang dimiliki oleh


(43)

individu. Komponen normative menimbulkan perasaan kewajiban pada individu untuk memberi balasan atas apa yang telah diterimanya dari pekerjaannya.

Berdasarkan hasil wawancara terhadap 10 orang guru yang ada di SMA “X” Bandung untuk mengetahui komitmen para guru terhadap pekerjaannya, diperoleh informasi bahwa sebanyak 70% guru senang terhadap pekerjaannya dan memiliki keinginan untuk menetap dalam pekerjaannya, 60% guru suka mengikuti kegiatan yang berhubungan dengan profesinya, 40% menganggap tugasnya sebagai sesuatu yang sangat berarti. Dari fakta ini dapat dikatakan bahwa guru di SMA “X” Bandung memiliki affective commitment terhadap pekerjaannya. Kemudian 30% guru merasa bahwa ia akan mendapatkan gaji yang lebih sedikit bila ia meninggalkan pekerjaannya, 60% masih bertahan terhadap pekerjaannya karena belum ada pekerjaan lain yang dapat dilakukannya, 20% guru dalam pekerjaannya merasa bahwa ia kurang mampu mengaktualisasikan diri apabila tetap bekerja menjadi seorang guru. Dari fakta ini dapat dikatakan guru-guru di SMA “X” Bandung memiliki continuance commitment terhadap pekerjaannya. Selanjutnya 60% merasa bahwa pekerjaannya adalah suatu kewajiban moral yang harus dilakukannya, 80% guru merasa bahwa mereka bersungguh-sungguh dalam mengerjakan tugas-tugasnya karena mereka merasa bertanggung jawab terhadap pekerjaannya.

Berdasarkan gejala-gejala kerja yang ada pada guru-guru di SMA “X” Bandung inilah maka peneliti ingin mengetahui occupational commitment yang dimiliki oleh guru-guru di SMA “X” Bandung.


(44)

1.2 Identifikasi Masalah

Ingin mengetahui bagaimanakah derajat occupational commitment yang dimiliki oleh guru-guru di SMA “X” Bandung.

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian 1.3.1 Maksud Penelitian

Maksud penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran mengenai derajat occupational commitment yang terdapat pada guru-guru di SMA “X” Bandung.

1.3.2 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran lebih lanjut mengenai komponen-komponen occupational commitment yang terdapat pada guru-guru di SMA “X” Bandung serta faktor-faktor yang mempengaruhinya.

1.4 Kegunaan Penelitian 1.4.1 Kegunaan Teoretis :

1. Memberikan informasi tambahan kepada bidang Psikologi Industri dan Organisasi, dan juga Psikologi Pendidikan mengenai teori occupational commitment.

2. Memberikan informasi tambahan kepada peneliti lain yang tertarik untuk meneliti occupational commitment dan mendorong dikembangkannya penelitian yang berhubungan dengan hal tersebut.


(45)

1.4.2 Kegunaan Praktis

1. Memberikan informasi kepada Kepala Sekolah SMA “X” Bandung mengenai sejauh mana occupational commitment yang dimiliki oleh para guru sehingga dapat membantu pihak sekolah dalam membuat kebijakan untuk mempertahankan dan meningkatkan komitmen para guru terhadap pekerjaannya.

2. Dapat menjadi acuan bagi guru-guru di SMA “X” Bandung sebagai informasi mengenai gambaran occupational commitment yang dimiliki guru-guru di SMA “X” Bandung.

1. 5 Kerangka Pikir

Dalam menjalankan kehidupannya manusia selalu menjalankan berbagai macam aktivitas. Bagi individu yang telah memasuki masa dewasa aktivitas bekerja merupakan suatu aktivitas rutin dan menjadi salah satu syarat bagi pemenuhan tugas perkembangannya. Dengan bekerja, individu dapat memenuhi kebutuhannya secara mandiri.

Sejalan dengan pesatnya perkembangan dalam sistem pendidikan pada akhir-akhir ini menuntut para guru sebagai tenaga pendidik untuk meningkatkan kualitasnya dalam bekerja. Salah satu unsur untuk meningkatkan kualitas para guru dalam bekerja yaitu adanya komitmen yang tinggi terhadap pekerjaan mereka.

Meyer, Allen dan Smith (1993) mendefinisikan occupational commitment sebagai keterikatan secara afektif pada pekerjaan, keterlibatan individu terhadap pekerjaannya tergantung dari komponen occupational commitment yang paling


(46)

dominan di dalam diri individu. Berdasarkan Allen dan Meyer (1997), occupational commitment terdiri atas tiga komponen yaitu affective commitment, continuance commitment dan normative commitment.

Guru yang memiliki occupational commitment yang tinggi akan menunjukkan keinginannya untuk tetap bertahan terhadap pekerjaannya, bersedia ikut serta dalam kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan pekerjaannya, serta menunjukkan tanggung jawab yang besar dalam melaksanakan tugas-tugas yang berhubungan dengan pekerjaannya. Guru yang memiliki occupational commitment yang rendah memperlihatkan perilaku sebaliknya, mereka menunjukkan semangat kerja yang rendah, tidak bersedia ikut serta dalam kegiatan yang berhubungan dengan pekerjaannya, dan menunjukkan tanggung jawab yang rendah terhadap tugas-tugasnya.

Lebih lanjut, Meyer & Allen (1997) mengemukakan konsep tiga komponen occupational commitment, yaitu Affective Commitment, Continuance Commitment dan Normative Commitment. Affective Commitment dari Meyer & Allen (1997) mengarah pada keterikatan emosional guru, identifikasi guru pada, dan keterlibatan guru pada pekerjaannya. Guru yang memiliki affective commitment akan tetap pada pekerjaannya karena mereka ingin (want to) melakukan hal tersebut. Guru yang memiliki affective commitment yang tinggi akan memiliki keinginan yang kuat untuk menetap dalam pekerjaannya, mereka memiliki keinginan untuk selalu berkembang dalam pekerjaannya, misalnya dengan mengikuti seminar-seminar atau membaca jurnal-jurnal terakhir, bergabung dan berpartisipasi dalam asosiasi profesi yang


(47)

berhubungan dengan bidang ilmunya. Para guru di SMA “X” Bandung yang menunjukkan affective commitment yang tinggi akan bergabung dan berpartisipasi dalam asosiasi profesinya, mengikuti pelatihan dan mengikuti seminar. Selain itu ada perasaan bangga terhadap pekerjaannya sebagai seorang guru.

Continuance Commitment dari Meyer & Allen (1997) berkaitan dengan kesadaran akan resiko yang diperoleh jika meninggalkan pekerjaan/profesinya. Guru melakukan pertimbangan untung rugi berkaitan dengan keinginan untuk tetap bekerja atau justru meninggalkan profesi. Guru yang bekerja berdasarkan continuance commitment akan bertahan dalam pekerjaan karena mereka butuh (need to) melakukan hal tersebut dan tidak ada pilihan lain. Guru yang memiliki continuance commitment yang tinggi, memahami bahwa dirinya akan mengalami kerugian yang sangat besar jika meninggalkan pekerjaannya. Oleh karena itu mereka cenderung kurang terlibat dalam aktivitas-aktivitas pekerjaannya, kecuali pada kegiatan-kegiatan yang memang dibutuhkan untuk meneruskan atau mempertahankan pekerjaan tersebut. Guru hanya akan terlibat pada kegiatan-kegiatan yang dianggap bermanfaat bagi dirinya sendiri, bukan bermanfaat dari sudut pandang pekerjaannya. Guru-guru di SMA “X” Bandung yang menunjukkan continuance commitment yang tinggi akan tetap mempertahankan pekerjaannya sebagai guru karena tidak adanya pilihan pekerjaan lain selain pekerjaannya sebagai seorang guru. Apabila mereka melepaskan pekerjaannya sebagai guru maka penghasilan mereka akan hilang dan mereka tidak memiliki penghasilan lagi karena tidak adanya pekerjaan lain selain pekerjaannya sebagai guru.


(48)

Normative commitment merefleksikan perasaan wajib untuk tetap dalam pekerjaan tersebut. Guru dengan normative commitment yang tinggi merasa bahwa mereka wajib (ought to) atau merasakan kewajiban moral untuk bertahan dalam profesinya. Guru dengan normative commitment yang tinggi akan merasa memiliki kewajiban untuk terlibat dalam aktivitas pekerjaannya dan mengembangkan dirinya, sebagai bentuk rasa tanggung jawab atau rasa moral yang dimilikinya. Dalam hal ini, guru-guru di SMA “X” Bandung yang menunjukkan normative commitment yang kuat akan bertanggung jawab untuk mengajar para siswa dengan sebaik-baiknya karena itu merupakan tugas dan tanggung jawabnya sebagai seorang guru.

Setiap guru akan menampilkan sikap dan perilaku yang berbeda-beda merefleksikan komitmen yang mereka miliki terhadap pekerjaannya. Komitmen terhadap pekerjaan ini juga dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya adalah karakteristik individu (usia, lama kerja, jenis kelamin, tingkat pendidikan, status perkawinan) dan pengalaman kerja (persepsi individu terhadap karakteristik pekerjaan, tingkat otonomi, tantangan tugas, kejelasan peran dan hubungan dengan atasan maupun rekan kerja) (Meyer & Allen, 1997).

Termasuk ke dalam karakteristik individu yaitu usia, masa kerja, tingkat pendidikan, jenis kelamin, status perkawinan. Terdapat hubungan yang lemah antara usia, lama kerja, status perkawinan dengan affective commitment (Mathieu dan zajac, dalam Meyer & Allen, 1997). Sedangkan dengan faktor yang lain yaitu pengalaman kerja, berdasarkan penelitian Mathieu dan Zajac (Meyer & Allen, 1997) ditemukan bahwa terdapat hubungan yang kuat antara pengalaman kerja dengan affective


(49)

commitment. Hal lain yang mempengaruhi perkembangan affective commitment adalah terpenuhinya kebutuhan seorang guru ketika melakukan pekerjaannya. Pekerjaan yang sesuai dengan nilai-nilai yang dimiliki oleh seorang guru dan berhasil memenuhi kebutuhan-kebutuhannya akan menimbulkan kepuasan kerja, dan selanjutnya akan menumbuhkan affective commitment di dalam diri guru tersebut.

Tingkat pendidikan (Lee, dalam Meyer & Allen, 1997), usia dan lama kerja (Ferris & Aranya, dalam Meyer & Allen, 1997) berpengaruh terhadap continuance commitment. Semakin tinggi pendidikan maka akan semakin tinggi continuance commitment, dan semakin tua usia dan lama masa kerja seorang guru, maka continuance commitment semakin tinggi karena kesempatan seorang guru untuk berpindah pekerjaan/profesi semakin kecil. Meyer dan Allen (1993), juga menemukan bahwa kepuasan kerja berhubungan negatif dengan continuance commitment, semakin tinggi kepuasan kerja, maka continuance commitment akan semakin rendah. Seorang guru yang memiliki kepuasan kerja yang tinggi akan pekerjaannya maka akan memiliki continuance commitment yang rendah.

` Selain itu ditemukan pula bahwa pengalaman kerja yang menyenangkan dan kepuasan kerja memiliki korelasi positif dengan normative commitment. Semakin tinggi kepuasan kerja seorang guru maka akan semakin tinggi pula normative commitment seorang guru tersebut.

Guru-guru di SMA “X” Bandung ini juga memiliki berbagai macam karakteristik seperti usia, lama bekerja, tingkat pendidikan, persepsi mengenai tugas


(50)

dalam pekerjaannya dan persepsi mengenai imbalan yang diterima. Hal ini tentunya akan mempengaruhi occupational commitment guru-guru di SMA “X” Bandung.


(51)

Skema 1.1 skema kerangka pikir

Occupational commitment Guru-guru di

SMA “X” Bandung

Tinggi

Rendah Faktor-faktor yang berpengaruh pada occupational commitment :

1. Karakteristik individu (usia, lama kerja, jenis kelamin, tingkat pendidikan, status perkawinan).

2. Pengalaman kerja (persepsi individu terhadap karakteristik pekerjaan dan persepsi mengenai imbalan yang diterima, tantangan tugas, kejelasan peran).

3. Kepuasan kerja

Affective Commitment Continuance Commitment Normative Commitment


(52)

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian mengenai occupational commitment pada guru-guru di SMA “X” Bandung, maka dapat disimpulkan :

a. Guru-guru di SMA “X” Bandung sebesar 53,3% guru memiliki occupational commitment yang tinggi dan sebesar 46,7% guru memiliki occupational commitment yang rendah

b. Pada guru-guru yang memiliki occupational commitment tinggi, continuance commitment merupakan komponen occupational commitment dominan yang dimiliki guru di SMA “X” Bandung. Hal ini menggambarkan bahwa guru-guru tetap bertahan dalam pekerjaannya sebagai guru-guru karena mereka butuh melakukan hal tersebut dan tidak ada pilihan lain.

c. Pada guru-guru yang meniliki occupational commitment rendah, affective

commitment merupakan komponen occupational commitment dominan terendah yang dimiliki guru-guru di SMA “X” Bandung. Hal ini menggambarkan bahwa guru-guru kurang memiliki keterikatan emosional dengan pekerjaannya sebagai guru.

d. guru yang merasa puas dengan fasilitas yang didapat dari pekerjaannya menunjukkan occupational commitment yang tinggi.

e. Faktor jenis kelamin, usia dan masa kerja kurang mendukung terhadap occupational commitment pada guru-guru di di SMA “X” Bandung.


(53)

yang diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan. 5.2.1 Saran Ilmiah

a. Disarankan kepada peneliti lain untuk meneliti lebih lanjut mengenai profile occupational commitment dalam penelitian selanjutnya sehingga dapat diperoleh hasil yang lebih mendalam, mengenai occupational commitment.

5.2.2 Saran Praktis

a. Sebaiknya pihak sekolah dapat membenahi kebijakan-kebijakan yang telah ditetapkan dan melaksanakan dengan baik peraturan-peraturan yang telah ditetapkan. Serta melengkapi sarana dan prasarana yang dapat mendukung proses mengajar di SMA “X”Bandung.

b. Disarankan kepada guru-guru di SMA “X” Bandung khususnya yang memiliki occupational commitment yang rendah untuk mengetahui dasar perilakunya dalam bekerja sehingga dapat lebih bertanggung jawab, mengembangkan diri, dan dapat memanfaatkan kesempatan yang ada.


(54)

DAFTAR PUSTAKA Gulo, W. 2003. Metodologi Penelitian. Jakarta : Grasindo.

Meyer J.P and Allen. 1997. Commitment in the workplace : Theory, research, and application. Inc. United State of America : Sage Publications.

Drs. Moh. Uzer Usman. 2006. Menjadi Guru Profesional, ed 2. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.

Nurdin, Syafruddin. 2005. Guru Profesional dan Implementasi Kurikulum. Jakarta : Quantum Teaching.

Santrock, John W. 2004. Life Span Development. Dubuqu, Iowa : Wm. C. brown Publisher. Ninth edition.


(55)

DAFTAR RUJUKAN

John.P.Meyer, Natalie J. Allen, and Catherine A. Smith. 1993. Commitment to Organizations and Occupations: Extension and test of a Three-Component Conceptualization. Journal of Applied Psychology, Vol. 78 No. 4, 538-551. Milawati Nababan, Nur. 2007. Studi Deskriptif Mengenai Komitmen Organisasi Pada

Guru Honorer di SMUK “X” Bandung.

P. Gregory Irving, Daniel F. Coleman, and Christine L. Cooper. 1997. Further Assessment of a Three-Component Model of Occupational Commitment: Generalizability and Differences Across Occupations. Journal of Applied Psychology, Vol. 82 No. 3, 444-452.

Standar Isi dan standar Kompetensi Lulusan Tingkat SMA dan Madrasah Aliyah. 2006. Jakarta : PT. Binatama Raya.

Valerie LaMastro, Rowan University. 2000. Commitment and Perceived Organizational Support. National Forum or Applied Educational Research Journal, Vol. 13E No. 3.


(1)

dalam pekerjaannya dan persepsi mengenai imbalan yang diterima. Hal ini tentunya akan mempengaruhi occupational commitment guru-guru di SMA “X” Bandung.


(2)

Skema 1.1 skema kerangka pikir Occupational commitment Guru-guru di

SMA “X” Bandung

Tinggi

Rendah Faktor-faktor yang berpengaruh pada occupational commitment :

1. Karakteristik individu (usia, lama kerja, jenis kelamin, tingkat pendidikan, status perkawinan).

2. Pengalaman kerja (persepsi individu terhadap karakteristik pekerjaan dan persepsi mengenai imbalan yang diterima, tantangan tugas, kejelasan peran).

3. Kepuasan kerja

Affective Commitment Continuance Commitment Normative Commitment


(3)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian mengenai occupational commitment pada guru-guru di SMA “X” Bandung, maka dapat disimpulkan :

a. Guru-guru di SMA “X” Bandung sebesar 53,3% guru memiliki occupational commitment yang tinggi dan sebesar 46,7% guru memiliki occupational commitment yang rendah

b. Pada guru-guru yang memiliki occupational commitment tinggi, continuance commitment merupakan komponen occupational commitment dominan yang dimiliki guru di SMA “X” Bandung. Hal ini menggambarkan bahwa guru-guru tetap bertahan dalam pekerjaannya sebagai guru-guru karena mereka butuh melakukan hal tersebut dan tidak ada pilihan lain.

c. Pada guru-guru yang meniliki occupational commitment rendah, affective commitment merupakan komponen occupational commitment dominan terendah yang dimiliki guru-guru di SMA “X” Bandung. Hal ini menggambarkan bahwa guru-guru kurang memiliki keterikatan emosional dengan pekerjaannya sebagai guru.

d. guru yang merasa puas dengan fasilitas yang didapat dari pekerjaannya menunjukkan occupational commitment yang tinggi.

e. Faktor jenis kelamin, usia dan masa kerja kurang mendukung terhadap occupational commitment pada guru-guru di di SMA “X” Bandung.


(4)

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat diajukan beberapa saran yang diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan. 5.2.1 Saran Ilmiah

a. Disarankan kepada peneliti lain untuk meneliti lebih lanjut mengenai profile occupational commitment dalam penelitian selanjutnya sehingga dapat diperoleh hasil yang lebih mendalam, mengenai occupational commitment.

5.2.2 Saran Praktis

a. Sebaiknya pihak sekolah dapat membenahi kebijakan-kebijakan yang telah ditetapkan dan melaksanakan dengan baik peraturan-peraturan yang telah ditetapkan. Serta melengkapi sarana dan prasarana yang dapat mendukung proses mengajar di SMA “X”Bandung.

b. Disarankan kepada guru-guru di SMA “X” Bandung khususnya yang memiliki occupational commitment yang rendah untuk mengetahui dasar perilakunya dalam bekerja sehingga dapat lebih bertanggung jawab, mengembangkan diri, dan dapat memanfaatkan kesempatan yang ada.


(5)

37

DAFTAR PUSTAKA Gulo, W. 2003. Metodologi Penelitian. Jakarta : Grasindo.

Meyer J.P and Allen. 1997. Commitment in the workplace : Theory, research, and application. Inc. United State of America : Sage Publications.

Drs. Moh. Uzer Usman. 2006. Menjadi Guru Profesional, ed 2. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.

Nurdin, Syafruddin. 2005. Guru Profesional dan Implementasi Kurikulum. Jakarta : Quantum Teaching.

Santrock, John W. 2004. Life Span Development. Dubuqu, Iowa : Wm. C. brown Publisher. Ninth edition.


(6)

DAFTAR RUJUKAN

John.P.Meyer, Natalie J. Allen, and Catherine A. Smith. 1993. Commitment to Organizations and Occupations: Extension and test of a Three-Component Conceptualization. Journal of Applied Psychology, Vol. 78 No. 4, 538-551. Milawati Nababan, Nur. 2007. Studi Deskriptif Mengenai Komitmen Organisasi Pada

Guru Honorer di SMUK “X” Bandung.

P. Gregory Irving, Daniel F. Coleman, and Christine L. Cooper. 1997. Further Assessment of a Three-Component Model of Occupational Commitment: Generalizability and Differences Across Occupations. Journal of Applied Psychology, Vol. 82 No. 3, 444-452.

Standar Isi dan standar Kompetensi Lulusan Tingkat SMA dan Madrasah Aliyah. 2006. Jakarta : PT. Binatama Raya.

Valerie LaMastro, Rowan University. 2000. Commitment and Perceived Organizational Support. National Forum or Applied Educational Research Journal, Vol. 13E No. 3.