Generasi Kehidupan Barongsai.
Kata Pengantar
Pertama-tama penulis mengucapkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas kesempatan dan waktu serta berkat yang diberikan dalam penulisan laporan tugas akhir sehingga penulis dapat menyelesaikannya tepat waktu.
Setelah melakukan kerja riset dan penelitian dalam jangka waktu kurang lebih dua bulan, akrirnya penulis dapat membuat sebuah karya visual, sebagai pemenuhan persyaratan perkuliahan Seni Rupa dan Desain, pada jurusan Desain Komunikasi Visual, penulis mendapat banyak kesempatan untuk mengembangkan dan mengaplikasikan ilmu- ilmu dasar yang telah di dapatkan di Universitas Kristen Maranatha.
Dalam pembuatan tugas akhir ini penulis telah sangat dibantu oleh banyak pihak. Oleh karena itu penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang mendukung dan membimbing penulis yaitu :
1. Bpk. Gai Suhardja.,Ph.D, selaku Dekan Fakultas Seni Rupa dan Desain Univertitas Kristen Maranatha.
2. Ibu Christine C. Lukman, M.Ds, selaku Ketua Jurusan Desain Grafis Sarjana Satu Fakultas Seni Rupa dan Desain Univertitas Kristen Maranatha.
3. Ibu Fenny Ng, B.A, selaku koordinator kerja praktek.
4. Bpk. Intan R Mutiaz, M.Ds, selaku dosen pembimbing. Penulis mengucapkan terima kasih dalam membimbing penulis dalam membuat karya tulis ini.
5. Bpk. Deden H Durahman, M. Sch, selaku dosen pembimbing. Penulis mengucapkan terima kasih dalam membimbing penulis dalam membuat karya tulis ini.
6. Segenap Dosen dan Staff Tata Usaha di Fakultas Seni Rupa dan Desain Univertitas Kristen Maranatha.
7. Keluarga yang telah memberikan dorongan semangat kepada penulis
8. dan juga pada semua pihak yang namanya tidak cukup disebutkan penulis ucapkan banyak-banyak terima kasih.
(2)
Demikian tugas akhir yang telah penulis selesaikan. Penulis juga menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam laporan ini namun semoga tugas akhir ini berguna tidak hanya bagi penulis sendiri tetapi juga bagi banyak orang dalam berkarya. Semua kritik dan saran akan diterima dengan hati terbuka dan senang hati.
Bandung, 20 Juni 2009
Penulis Laura Angelina
DAFTAR ISI
(3)
LEMBAR PENGESAHAN ii
KATA PENGANTAR iii
DAFTAR ISI v
DAFTAR TABEL vii
DAFTAR FOTO vii
PERNYATAAN ORISINALITAS KARYA DAN LAPORAN ix
BAB 1 PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Permasalahan dan Ruang Lingkup 2 1.3 Tujuan Perancangan 3
1.4 Sumber dan Teknik Pengumpulan Data 3 1.5 Skema Perancangan 4
BAB 2 LANDASAN TEORI 5
2.1 Fotografi 5
2.2 Fotografi Jurnalistik 9
2.3 Barongsai 13
2.3.1 Asal mula Barongsai 13 2.3.2 Jenis Barongsai 16 2.3.3 Warna Barongsai 18
2.3.4 Thiam 19
2.3.5 Ritual 19
BAB 3 DATA DAN ANALISIS MASALAH 20
3.1 Data dan Fakta 20 3.2 Analisis Permasalahan 24 3.3 Tinjauan terhadap persoalan sejenis 29
(4)
BAB 4 PEMECAHAN MASALAH 31
4.1 Konsep Komunikasi 31 4.2 Konsep Kreatif 32 4.3 Konsep Media 32
4.4 Hasil Karya 33
4.4.1 Buku 33
4.4.2 Poster 45
4.4.3 Gymmick 54
4.4.4 Bonus 56
4.4.5 Penjualan Buku 58
BAB 5 PENUTUP 61
5.1 Kesimpulan 61
5.2 Saran Penulis 62
DAFTAR PUSTAKA x
DAFTAR ISTILAH xii
DAFTAR LAMPIRAN DAN LAMPIRAN xiii
SARAN DAN KOMENTAR DOSEN PENGUJI xxx
UCAPAN TERIMAKASIH xxxi
DATA PENULIS xxxiii
Daftar Tabel
Tabel 1.1 mind mapping 4
(5)
Dafar Gambar
Gambar 2.1 Menari di atas tiang 16
Gambar 4.1 Cover 38
Gambar 4.2 Pengantar 39
Gambar 4.3 Daftar Isi 39
Gambar 4.4 Foto Barongsai (full) 39
Gambar 4. 5 Foto Barongsai (close-up) 40
Gambar 4. 6 Foto Liong 40
Gambar 4.7 Legenda 41
Gambar 4.8 Tarian di Keramaian 41
Gambar 4.9 Jenis Barongsai 41
Gambar 4.10 Fo Shan 42
Gambar 4.11 He Shan 42
Gambar 4.12 Filosofi 42
Gambar 4.13 Barongsai keramat 43
Gambar 4.14 Doa- doa sebelum dimulai 43
Gambar 4.15 Doa barongsai 43
Gambar 4.16 Menyentuh keneruntungan 44
Gambar 4.17 Para pendukung barongsai 44
Gambar 4.18 Akulturasi budaya 44
Gambar 4.19 Teks akulturasi 45
Gambar 4.20 Foto pemain bukan keturunan 45
Gambar 4.21 Ritual 45
Gambar 4. 22 Siap-siap 46
(6)
Gambar 4.24 Makan 47
Gambar 4.25 Tidur 47
Gambar 4.26 Penutup 48 Gambar 4.27 Cover belakang 48
Gambar 4.28 Poster 50
Gambar 4.29 aplikasi poster 50
Gambar 4.30 Poster BW 51
Gambar 4.31 aplikasi poster bw 51
Gambar 4.32 Flayer 52
Gambar 4.33 iklan 53
Gambar 4.34 Website 54
Gambar 4.35 pin 54
Gambar 4.36 mug 55
Gambar 4.37 T-shirt 55
Gambar 4.38 Payung 56
Gambar 4.39 kartu pos 57
Gambar 4.40 pembatas buku 57
Gambar 4.41 kalendar saku 57
(7)
(8)
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Barongsai, merupakan sebuah kata yang memiliki rasa amat kental dengan kebudayaan Cina, dan tahun baru Cina atau Imlek. Seperti yang khalayak umum ketahui, barongsai merupakan sebuah tarian kebudayaan Cina, tarian tersebut dilakukan oleh singa ditemani dengan seekor naga.
Kebudayaan ini merupakan kebudayaan yang tetap dipercaya oleh para tetua, dan berhasil tetap ada sampai dengan saat ini. Ada banyak kebudayaan dari Cina lainnya yang sama terkenalnya dengan barongsai, seperti angpao. Sudah menjadi sebuah tradisi bahwa angpao dan barongsai merupakan sebuah kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Tanpa masyarakat ketahui dengan pasti sejarahn tarian singa ini sehingga menjadi seperti sekarang, tetap menjadi Barongsai dikagumi dan disukai oleh masyarakat. Hal yang diketahui dengan pasti mengenai barongsai adalah membawa keberuntungan dan dipercayai sejak dahulu oleh para tetua yang tersebar di seluruh dunia.
Salah satu kebudayaan Cina yang berhasil masuk dengan bebas ke Indonesia dan diterima oleh masyarakat adalah barongsai, dan liong. Saat ini juga para pemain barongsai sudah tidak didominasi oleh keturunan Cina, tetapi sudah banyak juga warga keturunan Indonesia yang memainkannya. Tidak heran, budaya ini sekarang serasa sudah bukan milik Negara Cina saja.
Perkembangan dunia brongsai sehingga dapat menjadi seperti sekarang ini tidak berjalan dengan mudah dan mulus. Pada tahun 1960, pemerintah Indonesia mengeluarkan Peraturan (Perpu No. 10), berisi tentang larangan- larangan warga Negara Indonesia yang berketurunan Cina untuk berdagang pada tingkat pedesaan. Alasan pemerintah melakukan hal itu adalah prasangka komunis yang dibawa oleh Republik Cina.
(9)
Setelah larangan tersebut, banyak orang- orang keturunan Cina ditangkap dengan alasan dicurigai komunis. Segala macam aktivitas, tradisi, simbol, sampai kepada agama yang dibawa oleh Cina juga dilarang untuk beredar di Indonesia. Baru sekitar tahun 1998, ketika terjadi kerusuhan dan terjadi pergantian pemerintahan, kebudayaan Cina ini diijinkan untuk dapat keluar. Tahun 2000 merupakan titik terang bagi para keturunan, karena ketika masa pemerintahan Gus Dur, rakyat Indonesia keturunan Cina dapat bebas dengan sepenuhnya, bisa melaksanakan aktivitas, dan tradisi kembali. Semakin bertambah kebebasan warga, ketika Megawati mencanangkan bahwa tahun baru Imlek dijadikan sebagai hari libur nasional.
Hal tersebut membuat penulis semakin tertarik untuk membahas tentang barongsai. Latar belakang lainnya yang membuat penulis memilih barongsai sebagai topik bahasan karena penulis merasa bahwa barongsai merupakan kegiatan tarian tradisional yang sudah sangat tua tetapi tetap berhasil menarik peminatnya sampai dengan saat ini. Masyarakat tidak mengetahui seperti apa orang-orang yang berada di belakang semuanya itu dan bagaimana adat ini dapat bertahan sampai dengan sekarang. Dalam karya tulis ini akan dibahas secara detail tentang barongsai, apa hubungannya dengan liong, bagaimana keadaan barongsai ketika hal tersebut dilarang, dan bagaimana cara orang tua menurunkan pengetahuannya tentang barongsai kepada anak-anaknya.
Teknik penyampaian tujuan yang dipakai oleh penulis adalah dengan media fotografi esai, dengan harapan masyarakat akan lebih mudah mengeri dan dapat terhayut dengan apa yang ingin disampaikan oleh penulis. Dengan digunakannya media fotografi sebagai teknik penyampaian media, dimaksudkan untuk mempermudah penyampaian pesan dengan cara melihatkan secara tidak langsung bagaimana kondisi barongsai dan para generasi penerus dalam menyebarkan tradisi ini.
(10)
1.2 Permasalahan dan Ruang Lingkup
Permasalahan yang didapat oleh penulis ketika menganalisis barongsai adalah: - Bagaimana keadaan barongsai dalam kehidupaan pada saat ini?
- Bagaimana mengangkat barongsai sebagai sebuah produk budaya?
Ruang Lingkup yang diambil oleh penulis dalam membuat analisa tentang barongsai: - Barongsai generasi anak-anak sampai remaja lebih difokuskan.
- Diambil dari perlumpulan yang berada di Cianjur, Sukabumi, dan Bandung. - Teknik visualisasi yang digunakan melalui media fotografi.
1.3 Tujuan Perancangan
Ketika membuat karya tulis ini penulis pasti memiliki tujuan tertentu yang ingin dicapai. Tujuan penulis terhadap khalayak umum mengangkat tema Generasi Barongsai adalah:
- Mengangkat kehidupan barongsai yang ada pada saat ini. - Memperlihatkan akulturasi budaya.
- Menunjukkan barongsai merupakan sebuah budaya yang tidak terlupakan. Tujuan penulis secara umum mengangkat tema Generasi Barongsai adalah:
- Menambah wawasan penulis tentang barongsai, dimulai dari sejarahnya sampai dengan doa- doa yang diperlukan dalam permainan barongsai.
- Mengetahui kondisi barongsai, ketika hal tersebut dilarang oleh pemerintah
- Mengetahui bagaimana proses penyebaran dan akulturasi budaya yang terjadi pada saat ini.
1.4 Sumber dan Pengumpulan Data
Untuk membuat karya tulis ini penulis mendapatkan data- data yang diinginkan dengan cara mendatangai kota sumber dan tempat- tempat latihan barongsai. Teknik yang digunakan adalah wawancara kepada para pemain barongsai, observasi
(11)
1.5 Skema Perancangan
Bab I : tentang alasan penulis membahas tentang barongsai, terdapat juga permasalahan dan tujuan penulis didalam menulis karya tulis ini
Bab II : membahas tentang barongsai cerara detail, ada juga fotografi dan jurnalistik di dalam bab ini, karena penulis menggunakan foto sebagai media visual yang digunakan.
Bab III : pada bab ini penulis memberikan jawaban- jawaban atas semua permasalahan yang telah diberikan pada bab I
Bab IV : memberikan semua visualisai yang terdapat di dalam buku. Disertai dengan pembahasan tentang semua foto yang ada.
Bab V : berisi kesimpulan dan saran penulis kepada seluruh masyarakat.
(12)
(13)
1
BAB V
PENUTUP
5.1.1 Kesimpulan
Dari semua hal yang telah didapatkan, diambil kesimpulan bahwa Barongsai merupakan sebuah budaya yang sangat diterima di Indonesia, dan sudah seperti budaya yang berasal dari Indonesia. Ketika barongsai tidak diijinkan keberadaannya, merupakan hal yang dapat membuat hubungan antar dua negara menjadi buruk. Sangatlah baik karena pada saat ini barongsai sudah diijinkan, apabila sampai dengan saat ini belum diijinkan, tentu saja hubugan antara Cina dan Indonesia akan berubah menjadi dingin, apalagi pada saat ini produk Cina sudah sangat menjamur dimana- mana, bisa saja tidak ada produk Cina sama sekali di Indonesia.
Dengan adanya perubahan yang terdapat di Indonesia pada saat ini, tentu saja budaya yang masuk dapat dengan mudahnya diterima, dan berakulturasi dengan budaya Indonesia. Para penduduk juga sudah banyak yang mengikuti perkumpulan barongsai, hal ini merupakan apresiasi mereka terhadap kemajuan budaya yang sudah berumur ini.
Barongsai pada saat ini, semakin banyak orang yang mengenalnya, semakin banyak juga orang yang tertarik untuk memainkannya. Akan tetapi, karena pengaruh tersebut banyak sekali perubahan yang terjadi. Mulai dari fungsi sampai dengan bentuknya. Untuk warna barongsai juga semakin berwarna- warni, hal ini terjadi karena masyarakat mengenalnya bukan lagi sebagai warisan budaya, tetapi sebuah hiburan. Warna yang menarik inilah yang membuat anak- anak kecil tidak takut lagi akan barongsai, dan barongsai semakin menjadi media penghibur. Seharusnya tidak semua barongsai mengikuti tren ini, ada juga barongsai yang tetap memegang prinsip lama. Agar budaya asli tidak hilang karena pengaruh moderenisasi.
(14)
2 Dengan adanya buku yang telah dibuat oleh penulis, diharapkan masyarakat dapat mengetahui seluk beluk tentang barongsai. Tidak secara detail disebutkan seluruhnya, tetapi dengan adanya foto- foto yang terdapat di dalamnya, diharapkan para pembaca dapat memahami, sekaligus mendalami apa yang terjadi di dalam foto. Foto- foto tersebut diambil dengan menggunakan keadaan barongsai pada saat ini, untuk lebih menunjukkan barongsai sekarang.
Buku ini juga dapat diglongkan buku pendidikan, yang dituukan untuk mendalami budaya. Semoga dengan adanya buku ini masyarakat luas akan lebih memahami apa itu barongsai, dan tidak terlalu mencampur adukkan budaya saat ini dengan budaya asli barongsai.
Akhir kata dari penulis, budaya barongsai harus tetap dipelihara keberadaannya, jangan sampai hilang oleh karena kemajuan jaman. Budaya ini juga jangan sampai diakui menjadi budaya Indonesia, karena terlalu banyaknya para pemain yang bukan dari keturunan lagi.
5.2 Saran Penulis
Saran dari penulis untuk perkembangan barongsai di Indonesia adalah, tetap menyisipkan budaya asli Cina kedalam perkembangan industri barongsai. Selain itu para keturunan asli seharusnya lebih menghargai dan tetap menyukai budaya asalnya, misalnya dengan cara ikut berpartisipasi ketika terdapat acara barongsai, atau bergabung dengan klub- klub wushu, pada klub wushu biasanya terdapat juga perkumpulan barongsai, jadi para pemainnya tetap didominasi oleh para keturunan.
Para keturunan seharusnya bangga akan budayanya yang telah mendunia, dan dapat diterima dimana- mana.
(15)
3 Untuk masyarakat Indonesia, seharusnya semua budaya yang masuk ke Indonesia disaring dengan sebaik- baiknya, jangan sampai budaya asli hilang akibat moderenisasi. Sebaiknya, budaya tersebut diterima dengan akulturasi yang tidak berlebihan.
(16)
Daftar pustaka
Ishraqi, 2009, Peran Kesenian Liong dan Barongsai Sebagai Sarana Asimilasi Antara Etnis Tionghoa dan Etnis Jawa, Solo.
Kelenteng Tay Kak Sie, 2009, Buku peringatan 240 tahun (1746-1986), Semarang. Metro TV, Kreasi, Selasa 5 Februari 2008 pukul 10.00 WIB
Wihara Sinar Mulia, 2009, Majalah bulanan edisi Februari 2009, Bandung.
Internet:
Adi, 2000, Kesenian Cina yang Kian Mengakar, www.suarakarya.com. Dhamayanthi, Retno, 2008, Barongsai, www.wordpress.com.
Gunawan, Ariyandi, 2006, Pengamatan Terhadap Madia, Blog Ariyandi gunawan, Bandung. Wardhani, Kurnia Adhita. 2007, Barongsai: Lain Dulu, Lain Sekarang,
www.komunikasi.uns.ac.id.
www.balipost.co.id, 2007, Barongsai Tolak Bala, Liong Beri Kemakmuran. www.chinwoo.com, Liong and Dragon Dance Team, 04-03-2009, 17:51.
www.fotografer.net, 2008, Forum Diskusi: fungsi foto di surat kabar, 04-01-2009, 21:24. www.indonesian.cri.cn, 2004, Asal Usul Pertunjukan Atraksi Barongsai.
www.indonesiamedia.com, Sepintas tentang Barongsai, 27-02-2009, 01:24.
www.kapanlagi.com, 2007, Barongsai dan Liong, Kesenian yang Kian Mengakar, 16-02-2009, 08:06.
www.kissfm-medan.com, 2007, Menyemarakkan Imlek dengan Barongsai.
www.kompas.com, 2009, Ketika Barongsai Menyatu Dalam Kultur Sunda, 16-02-2009, 08:29.
(17)
www.kompas.com, 2008, Barongsai Sedot Penonton, Hujan Tak Pengaruhi Kekusyukan Doa, 27-02-2009, 01:05.
www.kompas.com, 2009, Barongsai Memperluar Diri, 27-02-2009, 01:04.
www.kompas.com, 2008, Barongsai, Kesenian Tradisi yang Mendunia, 27-02-2009, 01:02. www.kompas.com, 2008, Teks Foto dalam Foto Jurnalistik, 04-01-2009, 23:10.
www.mirotakampus.com, Sejarah Barongsai, 16-02-2009, 10:18.
www.suaramerdeka.com, 2004, Format Pengawasan Media, 04-01-2009, 23:48. www.trulyjogja.com, 2006, Seni Barongsai Tak Permasalahkan Perbedaan. www.wikipedia.com, 2009, Jounalism, 21-02-2009, 00:47.
www.wikipedia.org, 2009, Barongsai, 16-02-2009, 19:54. www.wikipedia.org, Seni, 16-02-2009, 19:58.
www.wikipedia.org, Tari Naga, 16-02-2009, 19:59.
www.wikipedia.org, Traditional Chinese Holiday, 04-03-2009, 17:49. www.wikipedia.org, Culture of China, 04-03-2009, 17:49.
(1)
(2)
1
BAB V
PENUTUP
5.1.1 KesimpulanDari semua hal yang telah didapatkan, diambil kesimpulan bahwa Barongsai merupakan sebuah budaya yang sangat diterima di Indonesia, dan sudah seperti budaya yang berasal dari Indonesia. Ketika barongsai tidak diijinkan keberadaannya, merupakan hal yang dapat membuat hubungan antar dua negara menjadi buruk. Sangatlah baik karena pada saat ini barongsai sudah diijinkan, apabila sampai dengan saat ini belum diijinkan, tentu saja hubugan antara Cina dan Indonesia akan berubah menjadi dingin, apalagi pada saat ini produk Cina sudah sangat menjamur dimana- mana, bisa saja tidak ada produk Cina sama sekali di Indonesia.
Dengan adanya perubahan yang terdapat di Indonesia pada saat ini, tentu saja budaya yang masuk dapat dengan mudahnya diterima, dan berakulturasi dengan budaya Indonesia. Para penduduk juga sudah banyak yang mengikuti perkumpulan barongsai, hal ini merupakan apresiasi mereka terhadap kemajuan budaya yang sudah berumur ini.
Barongsai pada saat ini, semakin banyak orang yang mengenalnya, semakin banyak juga orang yang tertarik untuk memainkannya. Akan tetapi, karena pengaruh tersebut banyak sekali perubahan yang terjadi. Mulai dari fungsi sampai dengan bentuknya. Untuk warna barongsai juga semakin berwarna- warni, hal ini terjadi karena masyarakat mengenalnya bukan lagi sebagai warisan budaya, tetapi sebuah hiburan. Warna yang menarik inilah yang membuat anak- anak kecil tidak takut lagi akan barongsai, dan barongsai semakin menjadi media penghibur. Seharusnya tidak semua barongsai mengikuti tren ini, ada juga barongsai yang tetap memegang prinsip lama. Agar budaya asli tidak hilang karena pengaruh moderenisasi.
(3)
2 Dengan adanya buku yang telah dibuat oleh penulis, diharapkan masyarakat dapat mengetahui seluk beluk tentang barongsai. Tidak secara detail disebutkan seluruhnya, tetapi dengan adanya foto- foto yang terdapat di dalamnya, diharapkan para pembaca dapat memahami, sekaligus mendalami apa yang terjadi di dalam foto. Foto- foto tersebut diambil dengan menggunakan keadaan barongsai pada saat ini, untuk lebih menunjukkan barongsai sekarang.
Buku ini juga dapat diglongkan buku pendidikan, yang dituukan untuk mendalami budaya. Semoga dengan adanya buku ini masyarakat luas akan lebih memahami apa itu barongsai, dan tidak terlalu mencampur adukkan budaya saat ini dengan budaya asli barongsai.
Akhir kata dari penulis, budaya barongsai harus tetap dipelihara keberadaannya, jangan sampai hilang oleh karena kemajuan jaman. Budaya ini juga jangan sampai diakui menjadi budaya Indonesia, karena terlalu banyaknya para pemain yang bukan dari keturunan lagi.
5.2 Saran Penulis
Saran dari penulis untuk perkembangan barongsai di Indonesia adalah, tetap menyisipkan budaya asli Cina kedalam perkembangan industri barongsai. Selain itu para keturunan asli seharusnya lebih menghargai dan tetap menyukai budaya asalnya, misalnya dengan cara ikut berpartisipasi ketika terdapat acara barongsai, atau bergabung dengan klub- klub wushu, pada klub wushu biasanya terdapat juga perkumpulan barongsai, jadi para pemainnya tetap didominasi oleh para keturunan.
Para keturunan seharusnya bangga akan budayanya yang telah mendunia, dan dapat diterima dimana- mana.
(4)
3 Untuk masyarakat Indonesia, seharusnya semua budaya yang masuk ke Indonesia disaring dengan sebaik- baiknya, jangan sampai budaya asli hilang akibat moderenisasi. Sebaiknya, budaya tersebut diterima dengan akulturasi yang tidak berlebihan.
(5)
Daftar pustaka
Ishraqi, 2009, Peran Kesenian Liong dan Barongsai Sebagai Sarana Asimilasi Antara Etnis Tionghoa dan Etnis Jawa, Solo.
Kelenteng Tay Kak Sie, 2009, Buku peringatan 240 tahun (1746-1986), Semarang.
Metro TV, Kreasi, Selasa 5 Februari 2008 pukul 10.00 WIB
Wihara Sinar Mulia, 2009, Majalah bulanan edisi Februari 2009, Bandung.
Internet:
Adi, 2000, Kesenian Cina yang Kian Mengakar, www.suarakarya.com.
Dhamayanthi, Retno, 2008, Barongsai, www.wordpress.com.
Gunawan, Ariyandi, 2006, Pengamatan Terhadap Madia, Blog Ariyandi gunawan, Bandung.
Wardhani, Kurnia Adhita. 2007, Barongsai: Lain Dulu, Lain Sekarang, www.komunikasi.uns.ac.id.
www.balipost.co.id, 2007, Barongsai Tolak Bala, Liong Beri Kemakmuran.
www.chinwoo.com, Liong and Dragon Dance Team, 04-03-2009, 17:51.
www.fotografer.net, 2008, Forum Diskusi: fungsi foto di surat kabar, 04-01-2009, 21:24.
www.indonesian.cri.cn, 2004, Asal Usul Pertunjukan Atraksi Barongsai.
www.indonesiamedia.com, Sepintas tentang Barongsai, 27-02-2009, 01:24.
www.kapanlagi.com, 2007, Barongsai dan Liong, Kesenian yang Kian Mengakar, 16-02-2009, 08:06.
www.kissfm-medan.com, 2007, Menyemarakkan Imlek dengan Barongsai.
www.kompas.com, 2009, Ketika Barongsai Menyatu Dalam Kultur Sunda, 16-02-2009, 08:29.
(6)
www.kompas.com, 2008, Barongsai Sedot Penonton, Hujan Tak Pengaruhi Kekusyukan Doa, 27-02-2009, 01:05.
www.kompas.com, 2009, Barongsai Memperluar Diri, 27-02-2009, 01:04.
www.kompas.com, 2008, Barongsai, Kesenian Tradisi yang Mendunia, 27-02-2009, 01:02.
www.kompas.com, 2008, Teks Foto dalam Foto Jurnalistik, 04-01-2009, 23:10.
www.mirotakampus.com, Sejarah Barongsai, 16-02-2009, 10:18.
www.suaramerdeka.com, 2004, Format Pengawasan Media, 04-01-2009, 23:48.
www.trulyjogja.com, 2006, Seni Barongsai Tak Permasalahkan Perbedaan.
www.wikipedia.com, 2009, Jounalism, 21-02-2009, 00:47.
www.wikipedia.org, 2009, Barongsai, 16-02-2009, 19:54.
www.wikipedia.org, Seni, 16-02-2009, 19:58.
www.wikipedia.org, Tari Naga, 16-02-2009, 19:59.
www.wikipedia.org, Traditional Chinese Holiday, 04-03-2009, 17:49.