REPRESENTASI KEHIDUPAN KELUARGA DALAM LIRIK LAGU “GENERASI FRUSTASI” (Studi Semiotik Tentang Representasi Kehidupan Keluarga Dalam Lirik Lagu “Generasi Frustasi” yang dibawakan oleh Iwan Fals).

(1)

REPRESENTASI KEHIDUPAN KELUARGA DALAM

LIRIK LAGU “GENERASI FRUSTASI”

(Studi Semiotik Tentang Representasi Kehidupan Keluarga Dalam Lirik Lagu “Generasi Frustasi” yang dibawakan oleh Iwan Fals)

SKRIPSI

Oleh :

Virizki Muhammad Akbar 0643010220

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR

SURABAYA 2010


(2)

REPRESENTASI KEHIDUPAN KELUARGA DALAM

LIRIK LAGU “GENERASI FRUSTASI”

(Studi Semiotik Tentang Representasi Kehidupan Keluarga Dalam Lirik Lagu “Generasi Frustasi” yang dibawakan oleh Iwan Fals)

Disusun oleh :

VIRIZKI MUHAMMAD AKBAR NPM. 0643010220

Telah disetujui untuk mengikuti Ujian Skripsi

Menyetujui, Pembimbing

Dr. Catur Suratnoadji, Msi. NPT. 3 7206 95 00461

Mengetahui D E K A N

Dra. Hj. Suparwati, Msi NIP. 195507181983022001


(3)

REPRESENTASI KEHIDUPAN KELUARGA DALAM

LIRIK LAGU “GENERASI FRUSTASI”

(Studi Semiotik Tentang Representasi Kehidupan Keluarga Dalam Lirik Lagu “Generasi Frustasi” yang dibawakan oleh Iwan Fals)

oleh :

VIRIZKI MUHAMMAD AKBAR NPM. 0643010220

Telah dipertahankan dihadapan dan diterima oleh Tim Penguji Skripsi Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Pembangunan Nasional ”Veteran” Jawa Timur pada tanggal 31 Maret 2011.

Pembimbing Tim Penguji

1. Ketua

Dr. Catur Suratnoadji, Msi.

NPT. 3 7206 95 00461 Juwito S.Sos., Msi NPT. 3 6704 95 00361

2. Sekretaris \

Drs. Saifuddin Zuhri, Msi NPT. 3 7006 94 00351

3. Anggota

Dr. Catur Suratnoadji, Msi. NPT. 3 7206 95 00461

Mengetahui D E K A N

Dra. Hj. Suparwati, Msi NIP. 195507181983022001


(4)

KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur atas kehadirat Allah SWT atas segala Rahmat dan Hidayah-Nya kepada penulis sehingga skripsi dengan judul

PEMAKNAAN KEHIDUPAN KELUARGA DALAM LIRIK LAGU

GENERASI FRUSTASI” (studi semiotic tentang pemaknaan kehidupan keluarga dalam lirik lagu “Generasi Frustasi” yang dibawakan oleh Iwan Fals) dapat terselesaikan dengan baik.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. Catur Suratnoadji, Msi selaku Dosen Pembimbing utama yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, nasehat serta motivasi kepada penulis. Dan penulis juga banyak menerima bantuan dari berbagai pihak, baik itu berupa moril, spiritual maupun materiil. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof.Dr.Ir. Teguh Soedarto selaku Rektor Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

2. Ibu Dra.Ec.Hj.Suparwati, M.si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

3. Bapak Juwito, S.Sos., Msi selaku Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

4. Bapak Drs. Saifuddin Zuhri, Msi, selaku sekretaris Program Studi Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.


(5)

5. Bapak Dr. Catur Suratnoadji selaku Dosen Pembimbing utama sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

6. Ibu Dra. Dyva Claretta, Msi selaku Dosen Program Studi Komunikasi yang telah membantu memberi semangat sebelumnya sehingga penulis mampu menemukan sebuah inspirasi dalam menemukan judul skripsi ini, serta Dosen-dosen Program Studi Komunikasi lainnya yang tidak disebutkan satu persatu.

7. Kedua orang tua penulis Sunarto. SH, MM dan Ninuk Satmawati. ST, serta Kakak tercinta Virizcha Meirin Romadhona. SH, yang selalu memberikan doa dan dukungan moril maupun spirituil kepada penulis di saat penulis sedang dalam proses kejenuhan dan mengalami depresi yang sangat berat. 8. Yang terkasih Ochtiya Anjarsari yang selama ini telah mengorbankan

waktunya untuk penulis, sehingga dapat terselesaikannya skripsi ini. Everyday I love you.

9. Mas Miming dan Boy yang selama ini mau memberikan ilmu tentang kehidupan kepada penulis.

10. Brahma yang selalu senantiasa menemani penulis disaat mengalami kejenuhan.

11. Agung, Adi, Andik, Amir, Beny, Blonyo, Carek, Kunto, Reno, Hendro, Mbah, Muklas, Muji, Noval dll, yang telah bersedia menjadi sahabat terbaik dan terhebat.


(6)

12. Teman-teman Jurusan Ilmu Komunikasi khususnya angkatan 2006 dan seluruh Pihak yang belum atau tidak dapat disebutkan satu per satu. Terima kasih atas doa dan dukungannya.

Penulis menyadari bahwa di dalam proposal ini akan ditemukan banyak kekurangan. Untuk itu kritik dan saran yang membangun dari semua pihak sangat diharapkan demi kesempurnaan skripsi ini. Akhirnya, dengan segala keterbatasan yang penulis miliki semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi semua pihak umumnya dan penulis pada khususnya.

Surabaya, 16 Maret 2011


(7)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ... i

ABSTRAKSI ... iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR LAMPIRAN... viii

BAB I PENDAHULUAN... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan masalah ... 9

1.3. Tujuan dan Manfaat penelitian ... 9

1.3.1. Tujuan Penelitian ... 9

1.3.2. Manfaat Penelitian ... 9

BAB II KAJIAN PUSTAKA... 11

2.1. Landasan teori... 11

2.1.1. Musik dan Lirik lagu ... 11

2.1.2. Komunikasi Verbal ... 13

2.1.3. Seni Verbal ... 13

2.2. Pengertian Keluarga ... 14

2.3. Keluarga Bahagia ... 16

2.4. Keluarga Pecah (Broken Home)... 17


(8)

2.6. Sosiologi Komunikasi ... 20

2.7. Perubahan Sosial ... 22

2.8. Pengertian Generasi ... 24

2.9. Frustation (Kekecewaan) ... 25

2.9.1. Latar Belakang ... 25

2.9.2. Pengertian Frustasi atau Kekecewaan ... 26

2.10. Semiotika dan Semiologi... 27

2.11. Teori Semiotika dan Saussure... 30

2.12. Kerangka Berpikir... 33

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 35

3.1. Metodologi Penelitian ... 35

3.2. Unit Analisis dan Corpus ... 36

3.2.1. Unit Analisis ... 36

3.2.2. Corpus... 36

3.3. Teknik Pengumpulan Data ... 37

3.4. Metode Analisis Data ... 38

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 39

4.1. Gambaran Umum Obyek Penelitian ... 39

4.1.1. Biografi Iwan Fals ... 39

4.2. Penyajian dan Pemaknaan Data ... 44


(9)

4.2.2. Pemaknaan Lirik lagu ”Generasi Frustasi” ... 45

4.3. Lirik Lagu ”Generasi Frustasi” Menurut Teori Tanda Saussure 55 4.4. Analisis Lagu ”Generasi Frustasi” ... 56

4.4.1. Keluarga Sebagai Generasi ... 56

4.4.2. Faktor Yang Merusak Keutuhan Rumah Tangga ... 58

4.4.3. Fungsi Keluarga Dalam Keluarga Bahagia dan Frustasi 62 4.4.4. Ideologi Yang Ingin Disampaikan Dalam Lagu ... 65

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 68

5.1. Kesimpulan ... 68

5.2. Saran... 70

DAFTAR PUSTAKA ... 71


(10)

ABSTRAKSI

VIRIZKI MUHAMMAD AKBAR, PEMAKNAAN KEHIDUPAN

KELUARGA DALAM LIRIK LAGU “GENERASI FRUSTASI” (Studi Semiotik Tentang Pemaknaan Kehidupan Keluarga Dalam Lirik Lagu “Generasi Frustasi” yang dibawakan oleh Iwan Fals).

Krisis global yang melanda penduduk Indonesia menjadi sebuah cekikan keras bagi rakyat dan pemerintahan pada era 70an dan 80an. Tidak hanya dari berbagai sektor yang kena imbas dampak negatifnya, tetapi juga mempengaruhi pola kehidupan masyarakat di Indonesia. Dalam perilaku ekonomi, masyarakat harus lebih ekstra selektif untuk menentukan mana kebutuhan yang benar-benar diperlukan dan mana kebutuhan yang sifatnya dapat ditunda agar masyarakat tidak mengalami pemborosan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari.

Pemaknaan kehidupan keluarga dalam lagu “Generasi Frustasi” akan diteliti dengan menggunakan pendekatan semiotik yaitu teori semiotik menurut Ferdinand de Saussure. Berdasarkan teori saussure, maka pemaknaan kehidupan kelurga dalam lagu “Generasi Frustasi” tersebut akan diteliti berdasarkan teori tanda saussure yang mempunyai tiga bagian yaitu : Signifier, Signified, dan Signification.

Berdasarkan pengamatan penulis terhadap pamaknaan lagu “Generasi Frustasi” memberitahukan sebuah nilai kepada masyarakat bahwa telah banyak dari mereka melupakan pentingnya keluarga yang akan membentuk pribadi-pribadi dalam masyarakat sosial sehingga menciptakan adanya keluarga yang broken home.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode semiotik yang bersifat Deskriptif kualitatif dengan menggunakan pemaknaan lirik lagu “Generasi Frustasi” sebagai korpus penelitian. Unit analisis ini adalah tanda-tanda berupa tulisan, yaitu terdiri atas kata-kata yang membentuk kalimat yang ada pada lirik lagu “Generasi Frustasi”.

Berdasarkan hasil pengamatan dan penelitian pada lagu “Generasi Frustasi” dapat diambil kesimpulan bahwa keluarga memiliki peranan penting dalan membentuk suatu generasi. Keluarga yang broken home akan membuat para anggota dalam keluarga tersebut menjadi tidak nyaman. Keadaan orang tua yang lebih mementingkan keegoisannya sendiri, lebih memilih mencari kesenangan sendiri-sendiri tanpa menyadari bahwa masih ada anak-anak yang masih tetap membutuhkan perhatian dalam perkembangannya.


(11)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar belakang

Krisis Global yang melanda penduduk Indonesia menjadi sebuah cekikan keras bagi rakyat dan pemerintahan. Di mana tidak hanya dari berbagai sektor yang kena imbas dari dampak negatifnya, tetapi juga mempengaruhi pola kehidupan masyarakat di Indonesia. Dalam perilaku ekonomi, masyarakat kini harus lebih ekstra selektif untuk menentukan mana kebutuhan yang benar-benar diperlukan dan mana kebutuhan yang sifatnya dapat ditunda agar masyarakat tidak mengalami pemborosan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari.

Tidak hanya masyarakat saja yang kewalahan. Dari pemerintahan yang menjalankan tugas kenegaraan ikut merasakan pusingnya kejenuhan terhadap krisis ekonomi global yang semakin menyiksa, di mana beberapa sektor ekonomi di Indonesia, baik berupa penyedia devisa dan berbagai macam pengolahan perekonomian mengalami keanjlokan yang drastis. Terbukti dengan turunnya indeks bursa Indonesia terhadap mata uang asing yang sangat mempengaruhi keberlangsungan ekonomi Indonesia terhadap laju penyebaran pasar Internasional.

Pada masa orde baru tepatnya pada tahun 1970an dan awal 1980an harga minyak bumi melonjak tinggi di pasar dunia sehingga Orde Baru mampu membangun dan mengendalikan inflasi serta membuat pertumbuhan ekonomi


(12)

yang cukup tinggi. Stabilitas politik dilakukan kaum militer dengan membuat “Golongan Karya” (Golkar) yang tidak berkoalisi dengan partai politik yang ada dan memaksa parpol bergabung hingga hanya ada dua yaitu Partai Persatuan Pembangunan (PPP) dan Partai Demokrasi Indonesia (PDI).

Pada tahun 1970-an, negara Orde Baru Rente terbentuk sehingga negara menduduki posisi investor terbesar, disusul pengusaha non pribumi (Cina) dan pengusaha pribumi di posisi ketiga. Perusahaan negara banyak yang merugi namun pengelolanya bertambah kaya. Pengusaha Cina terus berkembang melalui koneksi dengan pejabat tinggi negara. Pengusaha pribumi berkembang melalui fasilitas negara karena hubungan kekeluargaan dengan petinggi negara. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi tidak membuat rakyatnya bebas dari kemiskinan dikarenakan pertumbuhan ekonomi yang hanya dinikmati segelintir orang saja. Dampak negatif kondisi ekonomi Indonesia pada masa Orde Baru antara lain, ketergantungan terhadap Minyak dan Gas Bumi (Migas) dan

ketergantungan terhadap Bantuan Luar Negeri.

Akhir 1970-an, proses pembangunan di Indonesia mengalami “non market failure” sehingga banyak kerepotan dalam proses pembangunan, misalnya merebaknya kemiskinan dan meluasnya kesenjangan pendapatan, terutama disebabkan oleh “market failure”. Mendekati pertengahan 1980-an, terjadi kegagalan pemerintah (lembaga non pasar) dalam menyesuaikan mekanisme kinerjanya terhadap dinamika pasar. Ekonomi Indonesia menghadapi tantangan berat akibat kemerosotan penerimaan devisa dari ekspor minyak bumi pada awal 1980-an. (Sugianti, Lilis, , Analisa kondisi ekonomi politik Indonesia pada


(13)

tahun 1945-2010, http://bebyhaney.blogspot.com 2010/05/ analisis-kondisi-ekonomi-politik.html, 2010).

Pada 1978 untuk mengeliminir gerakan mahasiswa maka segera diberlakukannya NKK/BKK (Normalisasi Kehidupan Kampus/Badan Koordinasi Kemahasiswaan). Kebijakan ini ditentang keras oleh banyak organisasi mahasiswa. Hubungan kegiatan mahasiswa dengan pihak kampus hanyalah kepada mereka yang diperbolehkan pemerintah lewat mekanisme kontrol dekanat dan rektorat.

Mulut pers pun dibungkam dengan lahirnya UU Pokok Pers No. 12 tahun 1982. UU ini mengisyaratkan adanya restriksi atau peringatan mengenai isi pemberitaan ataupun siaran. Organisasi massa yang terbentuk harus memperoleh izin pemerintah dengan hanya satu organisasi profesi buatan pemerintah yang diperbolehkan berdiri. Sehingga organisasi massa tak lebih dari wayang-wayang Orde Baru.

Kemudian pada tahun 1979-1980 muncul sekelompok purnawirawan perwira tinggi angkatan bersenjata dan tokoh-tokoh sipil yang dikenal kritis, yang tergabung dalam Petisi 50, mengeluarkan serial selebaran yang mengeluhkan sikap politik pemerintah Orde Baru yang menjadikan Angkatan Darat sebagai pendukung kemenangan Golkar, serta menuntut adanya reformasi politik. Sebagai balasannya, pemerintah mencekal mereka. Kelompok ini pun gagal serta tak pernah mampu tampil lagi sebagai kelompok oposisi yang efektif terhadap pemerintahan Orde Baru.


(14)

Perpolitikan formal yang diizinkan di Indonesia pada masa orde baru ini secara resmi ditandai oleh konformitas ideologi, semuanya didasarkan pada Pancasila. Islam sebagai suatu gerakan politik, tidak diizinkan menampilkan ideologi alternatifnya terhadap Pancasila, dalam bentuk oposisi terorganisasi terhadap rezim Orde Baru. Partai “Islam”, seperti PPP, tidak pernah memperoleh kekuatan sebagaimana yang dimiliki partai-partai Islam dalam periode sebelum tahun 1973. Kenyataannya, pada tahun 1980-an, banyak orang Islam yang memutuskan untuk menyalurkan aspirasi pada partai pemerintah, Golkar, sebagai cara terbaik. Perkembangannya, pada akhir 1980-an, Presiden Soeharto jarang menyebut ekstremisme Islam sebagai ancaman terhadap Pancasila, pemerintah, atau dirinya. Tidak terlihat adanya ancaman ideologis terhadap Orde Baru baik dari komunis, atau dari Islam fundamentalis.

Sejak tahun 1970-an WHO telah membuat konsep ekologik untuk memahami tindakan kekerasan. Modul ini mencoba memperhatikan (1) faktor-faktor individual, biologik dan personal yang memengaruhi tindakan kekerasan (misalnya pendidikan, penghasilan, masalah psikologik, pengalaman pelecehan); (2) relasi (misalnya pola-pola keluarga dan persahabatan); (3) konteks masyarakat (misalnya sekolah, tempat kerja, bertetangga); (4) faktor-faktor yang ada dalam masyarakat (misalnya norma-norma budaya, prioritas orang tua terhadap kesejahteraan anak, dominasi laki-laki terhadap perempuan, ketidaksejahteraan ekonomi dan sosial diantara kelompok-kelompok dalam masyarakat).


(15)

Kondisi ini membutuhkan penanganan yang tepat. Penatalaksanaan agresivitas selain ditujukan kepada pelaku juga kepada korban. Upaya-upaya terapi dan pencegahan dilaksanakan secara kerja sama profesional, komprehensif, multidisiplin (kedokteran, psikologi, hukum), dan multisektoral, serta melibatkan keluarga. Upaya-upaya ini disesuaikan dengan etiologi agresivitasnya dan kondisi saat kejadian dengan didahului wawancara yang bersifat personal dan mendalam terhadap pelaku dan korban.

Perlu dipastikan apakah pelaku dan juga korban mengalami gangguan jiwa. Pencegahan primer, sekunder dan tertier perlu diupayakan dengan sungguh-sungguh oleh seluruh kalangan secara terintegrasi dan bersamaan. Keluarga yang utuh, sehat, harmonis, dengan asuhan anak yang optimal, serta masyarakat yang aman, damai perlu diupayakan oleh seluruh lapisan mayarakat dan para pengelola bangsa. Perlu disadari bahwa pengaruh media masa luar biasa, lebih-lebih yang menginspirasi, menimbulkan fantasi, dan menstimulasi tindakan kekerasan. Pemberitaan, penayangan televisi dan film tentang agresivitas tidak perlu secara gamblang dan kasat mata secara detail. Berita-berita dan penayangan yang melukiskan kehalusan budi pekerti, empati, kedamaian, dan yang memotivasi kerja keras akan mengurangi agresivitas. (Teddy Hidayat, 2010).

Situasi politik, kondisi sosial dan ekonomi pada tahun 1970-1980an yang sulit dan penuh problematik tersebut telah berdampak terhadap kondisi kehidupan keluarga pada masa itu. Krisis ekonomi menyebabkan krisis keluarga seperti, pertengkaran dalam rumah tangga, perceraian, dan kesibukan yang begitu ekstra


(16)

dalam mencari nafkah. Sehingga anak yang menjadi korban dalam kehidupan rumah tangga. Hal ini yang membuat riskan dalam perkembangan dan pendidikan anak. Untuk memperkuat keutuhan keluarga maka perlu adanya pendidikan yang kuat terhadap anggota keluarganya.

Pendidikan yang benar akan mempersiapkan anak menjadi orang yang sukses dalam hidupnya di dunia maupun di akhirat. Semua hal yang terkait dengan pendidikan, tidak lepas dari peran kedua orang tuanya, karena pendidikan yang paling efektif dimulai dari rumah tangga. Cinta dan kasih sayang merupakan pondasi pendidikan yang benar dan yang paling utama. Tanpa ada cinta dan kasih sayang, idealisme pendidikan tidak mungkin terlaksana. Orang tua yang memiliki rasa cinta dan kasih sayang dalam hatinya akan mempunyai kemampuan dalam mengatur rumah tangganya, juga dalam mendidik anak-anaknya. Karena cinta dan kasih sayang akan membuat orang tua menjadi penyabar, jauh dari penyakit hati, tidak mudah marah dan tidak mementingkan diri sendiri.

Lagu Frustasi sendiri bercerita tentang kegelisahan seorang anak yang keluarganya berantakan. Kedua orang tuanya sibuk dengan urusan yang tak masuk di akal sehingga tidak memperdulikan anaknya. Dalam lirik lagunya Iwan Fals sedang berkhayal andai bisa menjadi orang besar seperti Adolf Hitler yang tenar dan Jimmy Carter mantan presiden Amerika ke-39 (1977-1981).

Peneliti tertarik untuk memahami lirik lagu yang berkaitan dengan makna-makna kritik sosial khususnya berkaitan dengan kehidupan keluarga ketika menghadapi tekanan sosial, ekonomi dan politik dari luar. Pesan-pesan yang


(17)

disampaikan dapat sebagai rujukan berbagai pihak untuk memperbaiki kondisi sosial.

Tekanan kondisi sosial dan ekonomi terhadap keluarga ini telah memberikan inspirasi Iwan Fals untuk menulis sebuah lagu yang berjudul “Generasi Frustasi”. Lagu ini merupakan salah satu bentuk kritik sosial pada masyarakat di tahun 1979-1980an. Mungkin saat itu Iwan Fals tidak menduga lirik lagu tersebut akan semakin menemukan relevansinya saat ini bahkan nanti. Dengan kondisi saat ini generasi penerus bangsa Indonesia sangat memprihatinkan. Tidak menutup kemungkinan di masa yang akan datang bangsa Indonesia akan mengalami kehancuran, maka yang harus dilakukan adalah memperhatikan pendidikan anak sejak dini.

Filosofi pendidikan yang dicetuskan oleh Ki Hajar Dewantara, seorang tokoh pendidikan, pendiri perguruan taman siswa, adalah Ing ngarso sung tulada, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani. Kalau diterjemahkan bebas ke dalam bahasa Indonesia, kira-kira maksudnya bahwa bagi seorang pendidik (orang dan atau guru) harus mempunyai filosofi, di depan mampu memberikan teladan (contoh), di tengah-tangah (mendampingi anak) harus mampu membangkitkan semangat, dan di belakangnya mengikuti perkembangan anak sambil tidak melepas control dan meluruskan apa-apa yang dipelajarinya atau dilakukan oleh anak didiknya.

Orang tua, ayah dan ibu merupakan tokoh panutan yang pertama, yang akan diikuti anak-anaknya. Karena itu keteladanan dari orang tua adalah contoh yang paling efektif. Orang tua harus selalu berusaha menepati janji yang pernah


(18)

diucapkan didepan anak-anaknya. Tidak menepati janji, sama saja memberikan contoh untuk berdusta. Lebih baik tidak menjanjikan apa-apa kepada anak kalau tahu bahwa itu tidak akan dapat ditepati. Berterus terang akan lebih baik daripada menjanjikan sesuatu yang tidak dapat ditepati.

Pendidikan tersebut sangatlah penting dalam kehidupan keluarga dan bermasyarakat. Oleh karena itu, perlu adanya komunikasi sosial dalam menjalin sebuah hubungan bermasyarakat. Komunikasi sosial setidaknya mengisyaratkan bahwa komunikasi itu penting untuk membangun konsep-diri kita, aktualisasi-diri, untuk kelangsungan hidup, untuk memperoleh kebahagiaan, terhindar dari tekanan dan ketegangan, antara lain lewat komunikasi yang bersifat menghibur, dan memupuk hubungan dengan orang lain. Melalui komunikasi kita bekerja sama dengan anggota masyarakat (keluarga, kelompok belajar, perguruan tinggi, RT, RW, desa, kota, dan Negara keseluruan) untuk mencapai tujuan bersama.

Alfred Korzybski menyatakan bahwa kemampuan manusia berkomunikasi menjadikan mereka “pengikat waktu” (time-binder). Pengikatan-waktu ( time-bending) merujuk pada kemampuan manusia untuk mewariskan pengetahuan dari generasi ke generasi dan dari budaya ke budaya. Manusia tidak perlu memulai setiap generasi sebagai generasi baru. Mereka mampu mengambil pengetahuan masa lalu, mengujinya berdasarkan fakta-fakta mutakhir dan meramalkan masa depan. Pengikatan-waktu ini jelas merupakan suatu karakteristik yang membedakan manusia dengan bentuk lain kehidupan. Dengan kemampuan tersebut, manusia mampu mengendalikan dan mengubah lingkungan mereka.


(19)

Pada dasarnya lagu merupakan kegiatan komunikasi. Karena didalamnya terdapat proses penyampaian pesan dari si pencipta lagu kepada khalayak pendengarnya. Pesan yang terkandung dalam sebuah lagu merupakan hasil dari pikiran ataupun perasaan dari si pencipta lagu sebagai orang yang mengirim pesan. Konsep pesan ini dapat berupa ungkapan-ungkapan dari perasaan senang, sedih atau marah. juga dapat berupa pendapat seperti pujian atau bahkan kritik akan sesuatu hal.

1.2.Perumusan masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah tersebut maka permasalahan yang akan diteliti dirumuskam sebagai berikut : “Bagaimana pemaknaan kehidupan keluarga dalam lirik lagu “Generasi Frustasi” yang dibawakan oleh Iwan Fals?”

1.3.Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1. Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui pemaknaan kehidupan kelaurga dalam lirik lagu “Generasi Frustasi” yang dibawakan oleh Iwan Fals.

1.3.2. Manfaat Penelitian


(20)

Untuk menambah literature penelitian kualitatif ilmu komunikasi khususnya mengenai analisis dengan metode semiotik Saussure pada lirik lagu “Generasi Frustasi” yang dibawakan oleh Iwan Fals.

2. Manfaat Praktis

Membantu pembaca dan penikmat musik dalam memahami kehidupan keluarga dalam lirik lagu “Generasi Frustasi” pada album Canda Dalam Nada yang dibawakan oleh Iwan Fals.


(21)

BAB II KAJIAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Musik dan Lirik Lagu

Musik adalah bentuk seni yang melibatkan penggunaan bunyi secara terorganisir melalui kontinum waktu tertentu. Musik memainkan peran dalam tiap masyarakat, memiliki sejumlah besar gaya, dan tiap gaya merupakan ciri dari wilayah geografis atau sebuah era sejarah. Namun, ada area perbatasan yang tak jelas antara musik dengan seni berdasarkan bunyi lainnya seperti puisi. Maka dari itu, masyarakat memiliki pendapat berbeda-beda mengenai musikalitas dari berbagai macam bunyi. Karenanya, irama berulang, gaya bernyanyi separo berbicara, atau teks bunyi diciptakan program komputer bisa diterima sebagai musik oleh sebuah masyarakat atau kelompok dan bisa juga tidak. Konteks sosial tempat bunyi itu muncul pun sering menentukan apakah bunyi itu dapat dianggap sebagai musik atau tidak. Bisingnya daerah industri, misalnya, tidak dianggap sebagai musik kecuali disajikan sebagai dari sebuah konser musik eksperimental di dalam sebuah auditorium dan diarahkan oleh komposer.

Ada bermacam-macam tingkatan seni musik yang ada. Didalam tingkatan seni musik kita sendiri, ada tiga tingkaatan berikut ini: (1) musik klasik , diubah dan dimainkan oleh kaum bangsawan professional terlatih, yang awalnya ada di bawah lindungan kaum bangsawan dan lembaga religious; (2) musik tradisional , yang dimiliki bersama oleh seluruh populasi; dan (3) musik popular, dibawakan


(22)

oleh kalangan professional, disebarkan melalui media elektronik (radio,televisi, album rekaman, film) dan dikonsumsi oleh masyarakat luas. Namun batasan antar strata ini tidak jelas, misalnya, melodi dari wilayah musik klasik terkadang diambil oleh komunitas musik tradisional dan pop, dan sebaliknya (Marcel Danesi,2010 : 242-243).

Musik sering dipergunakan untuk mengiringi akivitas lain. Secara universal musik dihubungkan dengan tarian. Musik merupakan komponen utama dalam banyak jenis kebaktian religious, ritual sekuler, dan teater. Di beberapa masyarakat, musik juga merupakan aktivitas yang dilakukan semata-mata demi musik itu sendiri.

Lirik lagu dalam musik dapat menjadi sarana atau media komunikasi untuk mencerminkan realitas sosial yang beredar dalam masyarakat. Lirik lagu dapat dipakai untuk sarana sosialisasi dan pelestarian suatu sikap atau nilai. Oleh karena itu, ketika sebuah lirik diaransir dan diperdengarkan kepada khalayak mempunyai tanggung jawab yang besar atas tersebar luasnya sebuah keyakinan nilai-nilai bahkan prasangka tertentu. (setyaningsih, 2003: 7-8).

Lirik lagu merupakan salah satu beragam karya seni yang ada, pada dasarnya sama dengan puisi. Puisi tergolong sebagai seni kata. Oleh karena itu lirik digolongkan sebagai seni kata sebab mediumnya adalah kata dalam bahasa (James Jaret dikutip oleh Herwindho, 2006 : 10).


(23)

2.1.2 Komunikasi Verbal

Simbol atau pesan adalah semua jenis simbol yang menggunakan satu kata atau lebih. Hampir semua rancangan wicara yang kita sadari termasuk dalam kategori pesan verbal disengaja, yaitu usaha-usaha yang dilakukan secara sadar untuk berhubungan dengan orang lain secara lisan. Bahasa dapat juga dianggap sebagai sistem kode verbal.

Bahasa verbal adalah saran utama untuk menyatakan pikiran, perasaan dan maksud kita, bahasa verbal menggunakan kata-kata konsekuensinya, kata-kata adalah abstraksi realita kita yang mampu menimbulkan reaksi yang merupakan totalitas objek atau konsep yang diwakili kata-kata itu.

Bila kita menyertakan budaya sebagai variabel dalam proses abstraksi itu, problemnya menjadi semakin rumit. Ketika anda berkomunikasi dengan seseorang dari budaya anda sendiri, proses abstraksi untuk menginterpresentasikan pengalaman anda jauh lebih mudah, karena dalam suatu budaya orang-orang berbagai sejumlah pengalaman serupa. Namun bila komunikasi melibatkan orang-orang berbeda budaya, proses abstraksi juga menyulitkan (Mulyana, 2004 : 239).

2.1.3 Seni Verbal

Puisi, kisah dan drama yang telah diubah dan masih tetap diubah, di seluruh dunia menggunakan bahasa membuktikan adanya kebutuhan akan seni verbal dalam hidup manusia. Dari semua bentuk seni verbal, puisi tampaknya adalah yang paling fundamental dan universal. Puisi dapat didefinisikan sebagai


(24)

penggunaan kata untuk mereproduksi suara-suara dalam alam, untuk menggugah perasaan, dan untuk memberikan pandangan mendalam atas sifat intrinsic dari segala sesuatu.

Puisi pada hakekatnya adalah “musik vokal”, karena ditandai oleh ritme dan nada. Meskipun puisi lambat laun eksis secara independen dalam budaya kita, dalam banyak budaya lain puisi dan musik masih dianggap identik. Beberapa contoh teks puitik yang paling awal ditemukan pakar arkeologi di Sumeria kuni, babilonia, dan wilayah-wilayah lainnya di Timur Tengah tempaknya menegaskan bahwa puisi muncul bersama-sama musik dan drama sebagai ekspresi masyarakat demi meminta pertolongan dari, atau memuja, para dewa. Aspek musik dalam puisi kini masih terlihat dalam berbagai budaya. Misalnya, dalam budaya nevajo, bentuk puitis digunakan sebagai rapalan untuk memanggil hujan. Namun, bahkan dalam budaya teknologi modern kita pun terdapat banyak penggunaan puisi secara ritualistik. Misalnya kita menggunakan bahasa puitis dalam kartu ucapan, undangan jenis khusus, untuk menyampaikan pengetahuan pada anak-anak, dalam jingle iklan dan seterusnya(Marcel Danesi, 2010 : 159).

2.2. Pengertian keluarga

Bambang Mulyono (1998 : 42) mengatakan, “Keluarga merupakan kesatuan yang terkecil di dalam masyarakat tetapi menempati kedudukan yang primer dan fundamental dalam kehidupan manusia”. Keluarga merupakan wadah pembentukan pribadi anggota-anggotanya terutama untuk anak-anak yang sedang mengalami pertumbuhan fisik dan psikis. Keluarga yang gagal memberi cinta


(25)

kasih dan perhatian akan memupuk kebencian, rasa tidak aman dan tindak kekerasan kepada anak-anaknya. Demikian juga bila keluarga tidak dapat menciptakan suasana pendidikan, maka hal ini akan menyebabkan anak-anak terperosok atau tersesat jalannya.

Menurut Bruce J. Cohen yang diterjemahkan Sahat Simamora (1988 :172) bahwa keluarga adalah kelompok yang berdasarkan pertalian sanak saudara yang memiliki tanggung jawab utama atas sosialisasi anak-anaknya dan pemenuhan kebutuhan-kebutuhan pokok tertentu lainnya. Sedangkan Ki Hajar Dewantoro seperti yang dikutip Sugiyanto (1999 : 25) menyatakan “Keluarga adalah kumpulan beberapa orang yang karena terikat oleh satu turunan tingkah laku, mengerti dan merasa berdiri sebagai satu gabungan yang hakiki, esensial, enak dan berkehendak bersama-sama memperteguh gabungan itu untuk memuliakan masing-masing anggotanya”.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan pengertian keluarga adalah suatu kelompok sosial terkecil dari masyarakat yang terdiri dari kumpulan beberapa orang yang terikat oleh suatu hubungan darah, perkawinan atau adopsi yang memiliki tanggung jawab utama atas sosialisasi anak dan pemenuhan kebutuhan-kebutuhan pokok tertentu lainnya.

Menurut Zahara Idris dan Lisma Jamal (1992 : 84) ada dua bentuk keluarga yaitu :


(26)

Dinamakan juga nuclear family, yang terdiri atas ayah, ibu dan anak yang belum menikah. Mereka mempunyai ikatan secara hukum (agama), biologi, psikologis dan sosial ekonomi yang dilandasi cinta kasih dan tanggung jawab. 2) Keluarga Luas

Dinamakan juga extended family yang terdiri atas keluarga inti ditambah dengan anak-anak yang telah menikah, serta anggota keluarga yang lain, seperti kakak dan adik dari suami istri, mertua, paman, bibi dan keponakan yang tinggal dalam satu rumah.

Dalam nuclear family agar terdapat interaksi yang baik maka perlu ada saling pengertian dan saling membantu dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab.

Berdasarkan pengertian keluarga di atas dapat diambil suatu pengertian bahwa yang dimaksud dengan interaksi dalam keluarga adalah suatu proses hubungan timbal balik antar anggota keluarga yang terdiri dari ayah, ibu, beserta anak-anaknya dan individu yang lain sehingga mempengaruhi, mengubah atau memberikan kelakuan individu lainnya atau sebaliknya.

2.3. Keluarga Bahagia

Persoalan pokok dalam menguaraikan keluarga bahagia adalah konsep bahagia. Kajian Mahmood, (1997) menyiratkan kebahagiaan tercapai apabila :

a. Mengalami kesenangan b. Gembira

c. Mempunyai objektif dan tujuan hidup yang jelas d. Optimistik


(27)

e. Merasa nikmat dengan setiap yang ada.

Secara ringkasnya, kebahagiaan adalah perasaan yang terpancar dari lubuk hati dan bukan sesuatu yang dipaksa atau disogok dari luar. Ia bukan terletak pada kekayaan, kuasa, kedudukan dan apa saja yang bersifat kebendaan. Sebaliknya, ia adalah sesuatu yang maknawi, dapat dirasai tetapi tidak dapat diukur.

Sesuai dengan maksud dan konsep keluarga bahagia inilah Al-Quran dan Al-Sunnah telah memberi panduan kedalam banyak aspek tentang kekeluargaan seperti objektif pembinaannya, cara perkawinan dikelolakan dan hubungan yang diamanahkan antara satu sama lain.

Tentang perhubungan antara suami istri, Allah SWT menerangkan bahwa tujuan berkeluarga ialah untuk membina keluarga yang bahagia dan mewujudkan ketenangan serta hubungan baik dan rasa kasih sayang antara satu sama lainnya. Firman Allah yang dimaksud :

“Dan diantara tanda-tanda kekuasaanNya ialah dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri supaya kamu cenderung dan merasa tentram kepadaNya dan dijadikannya diantara kamu rasa kasih dan sayang.” Surat Ar-Rum (30):21.

Hubungan suami isteri juga perlu dihormati dengan mewujudkan pergaulan yang baik dan menjauhkan segala perkara yang boleh mengeruhkan suasana.

2.4. Keluarga Pecah (Broken Home)

Yang dimaksud keluarga pecah (broken home) dapat dilihat dari dua aspek : (1) keluarga itu terpecah karena strukturnya tidak utuh sebab salah satu dari


(28)

kepala keluarga itu meninggal dunia atau telah bercerai; (2) orang tua tidak bercerai akan tetapi struktur keluarga itu tidak utuh lagi karena ayah atau ibu sering tidak di rumah, dan atau tidak memperlihatkan hubungan kasih sayang lagi. Misalnya orang tua sering bertengkar sehingga keluarga itu tidak sehat secara psikologis.

Dari keluarga yang digambarkan di atas tadi akan lahir anak-anak yang mengalami krisis kepribadian, sehingga perilakunya sering menyimpang. Mereka mengalami gangguan emosional dan bahkan neurotik. Kasus keluarga broken home ini sering kita temui di sekolah dengan penyesuaian diri yang kurang baik, seperti malas belajar, menyendiri, agresif, membolos, dan suka menentang guru.

Penanganan kasus siswa dengan kaitan terhadap keluarga pecah biasanya agak sulit. Sebab jarang sekali dapat mendatangkan seluruh anggota keluarga ke ruang konseling sekolah. Kelemahan lain adalah kurangnya pengetahuan dan keterampilan guru pembimbing tentang konseling keluarga. Karena itu mungkin lebih bijaksana memberikan bantuan kepada siswa itu secara individual. Setelah ada kesadaran siswa, misalnya untuk menyesuaikan diri dengan kondisi keluarga, diharapkan dia bisa menyesuaikan diri secara baik terhadap kondisi keluarganya yang pecah. Misalnya siswa laki-laki merasa bertanggung jawab terhadap keluarga setelah ayahnya pergi (bercerai). Siswa itu diharapkan dapat memberi pengaruh positif bagi iklim keluarganya yang kurang sehat kembali. Memang tidak semua broken home akan seperti gambaran di atas, terutama pada kasus meninggal atau bercerai. Karena bila ada bibi atau paman yang dapat mengasuh anak-anak yatim dengan baik maka kasus anak-anak nakal tidak akan terjadi. Baik


(29)

artinya diberi pendidikan agama seimbang dengan pendidikan umum, dan berakhlak mulia.

2.5. Pengertian Kehidupan

Hidup adalah suatu perjalanan dimana perjalanan tersebut dari Start sampai Finish. Yang harus dipahami adalah bagaimana manusia mengenal dan memahami tentang hidup yang sebenarnya hidup. Janganlah hidup seperti hidupnya binatang atau tumbuhan, karena manusia diberikan kehidupan yang lebih daripada makhluk yang lain. Renungkanlah tentang hidup bagaimana hidup yang sebenarnya hidup, karena yang membuat hidup pasti punya petunjuk dan pedoman untuk hidup yang sesuai dengan konsep yang membuat hidup.

Seperti manusia yang menciptakan komputer, bagaimana komputer tersebut punya fungsi dan peran untuk beroperasi sesuai dengan fungsi dan peranannya. Dan komputer juga punya aturan dan petunjuk bagaimana memasang prosesor, harddisk, mainboard, jumper dan lain-lain. Yang pasti ada buku pedoman untuk mengatur dalam merakit komputer, sehingga komputer akan berperan sesuai dengan fungsinya yang disusun oleh pencipta komputer yang ahli dalam bidang komputer.

Oleh karena itu manusia seharusnya memahami tentang bagaimana hidup yang harus sesuai dengan konsep dan aturan oleh pencipta manusia yaitu Allah SWT. Dan pahamilah dan renungkanlah ketika masa kecil dan masa bayi, apakah ingat bagaimana dalam hidupnya. Yang pasti dalam bimbingan, pemeriharaan dan


(30)

perawatan orang tua, untuk itu kenalilah dan pahamilah hidup yang semakin bertambah usia dan umur, ternyata semakin besar dan juga semakin banyak pengaruh dengan lingkungan, sehingga manusia mengalami perkembangan sesuai dengan perkembangan yang ada. Tetapi jika manusia tidak ada yang mengatur secara kongkritnya maka manusia itu cepat terpengaruh dengan lingkungan yang ada. Oleh karena itu sadarilah dengan hidup yang harus mengikuti pedoman dan petunjuk yang membuat hidup.

Hidup ini merupakan sebuah permainan yang membuat hidup, tapi bagaimana manusia hidup yang harus hati-hati, untuk mengetahui tentang kehidupan yang sebenarnya. Meskipun banyak tantangan, kendala, hambatan dan masalah yang mempengaruhi kehidupan manusia, tetapi bagaimana manusia merenungi dan memahami tentang perjalanan hidup manusia yang sukses menuju kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Kehidupan didunia ini ibarat seperti pohon, dimana daunnya akan kering dan berjatuhan kemudian daunnya akan hancur. Yang dijelaskan didalam al-Quran di surat Q.S Al Hadiid ayat ke 20 yang berbunyi :

Ketahuilah, bahwa Sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah- megah antara kamu serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan Para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu Lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu.


(31)

2.6. Sosiologi Komunikasi

Menurut Soerjono Soekanto(Soekanto, 1942 : 471), sosiologi komunikasi merupakan kehususan sosiologi dalam mempelajari interaksi sosial yaitu suatu hubungan atau komunikasi yang menimbulkan proses saling pengaruh-mempengaruhi antar para individu, individu dengan kelompok maupun antar kelompok. Menurut Soekanto, Sosiologi komunikasi juga ada kaitannya dengan public speaking, yaitu bagaimana seseorang berbicara pada publik.

Secara komperehensif Sosiologi Komunikasi mempelajari tentang interaksi sosial dengan segala aspek yang berhubungan dengan interaksi tersebut seperti bagaimana interaksi (komunikasi) itu dilakukan dengan menggunakan media, bagaimana efek media sebagai akibat dari interaksi tersebut, sampai dengan bagaimana perubahan-perubahan sosial di masyarakat yang didorong oleh efek media berkembang serta konsekuensi sosial macam apa yang ditanggung masyarakat sebagai akibat dari perubahan yang didorong oleh media massa itu.

Komunikasi antar pribadi didefinisikan sebagai komunikasi antara-perorangan dan bersifat pribadi baik secara langsung (tanpa medium) ataupun tidak langsung (melalui medium). Komunikasi kelompok memfokuskan pembahasannya kepada interaksi diantara orang-orang dalam kelompok kecil. Komunikasi kelompok juga melibatkan komunikasi antar pribadi. Sedangkan komunikasi organisasi menunjuk pada pola dan bentuk komunikasi yang terjadi dalam konteks dan jaringan organisasi. Komunikasi oraganisasi melibatkan bentuk-bentuk komunikasi antar pribadi dan komunikasi kelompok(Burhan Bungin, 2009 : 31-32).


(32)

Komunikasi sosial (Astrid, 1992 : 1) adalah salah satu bentuk komunikasi yang lebih intensif, dimana komunikasi terjadi secara langsung antar komunikator dan komunikan, sehingga situasi komunikasi berlangsung dua arah dan lebih diarahkan kepada pencapaian situasi integrasi sosial, melalui kegiatan ini terjadilah aktualisasi dari berbagai masalah yang dibahas.

Komunikasi massa menurut McQuail(1994:6) adalah komunikasi yang berlangsung pada tingkat masyarakat luas. Pada tingkat ini komunikasi dilakukan dengan menggunakan media massa. Ciri utama komunikasi massa menurut McQuail adalah sumbernya berasal dari organisasi formal dan pengirimnya adalah professional; pesannya beragam dan dapat diperkirakan; pesan diproses dan distandarisasikan; pesan sebagai produk yang memiliki nilai jual dan makna simbolik; hubungan antara komunikan dan kominikator berlnagsung satu arah; bersifat impersonal, non-moral, dan kalkulatif.

2.7. Perubahan Sosial

Perubahan sosial adalah proses sosial yang dialami oleh anggota masyarakat serta semua unsur-unsur budaya dan sistem-sistem sosial, dimana semua tingkat kehidupan masyarakat secara suka rela atau dipengaruhi oleh unsur-unsur eksternal meninggalkan pola-pola kehidupan, budaya, dan sistem sosial lama kemudian menyesuaikan diri atau menggunakan pola-pola kehidupan, budaya, dan sistem sosial yang baru.

Perubahan sosial terjadi ketika kesediaan anggota masyarakat untuk meninggalkan unsur-unsur budaya dan sistem sosial lama dan mulai beralih


(33)

menggunakan unsur-unsur budaya dan sistem sosial yang baru. Perubahan sosial dipandang sebagai konsep yang serba mencakup seluruh kehidupan masayarakat baik pada tingkat individual, kelompok, masyarakat, negara dan dunia yang mengalami perubahan.

Masyarakat memulai kehidupan mereka pada suatu fase yang disebut primitif di mana manusia hidup secara terisolir dan berpindah-pindah disesuaikan dengan lingkungan alam dan sumber makanan yang tersedia.

Fase berikutnya adalah fase agrokultural , ketika lingkungan alam mulai tidak lagi memberi dukungan terhadap manusia, maka pilihannya adalah bercocok tanam di suatu tempat dan memamanen hasil pertanian itu serta berburu untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Pada fase ini budaya berpindah-pindah masih tetap dilakukan.

Fase tradisional dijalani oleh masyarakat dengan hidup secara menetap di suatu tempat yang dianggap strategis untuk penyediaan berbagai kebutuhan hidup masyarakat. Pada fase ini mulai mengenal kata ‘desa’ dimana beberapa kelompok kecil masyarakat memilih menetap dan saling berinteraksi satu dengan lainnya sehingga menjadi kelompok besar dan menjadi komunitas desa, mengembangkan budaya dan tradisi internal serta membina hubungan masyarakat di sekitarnya.

Pada fase transisi, kehidupan desa sudah sangat maju, isolasi kehidupan hampir tidak ditemukan lagi dalam skala luas, transposrtassi sudah lancar walaupun untuk masyarakat desa tertentu masih menjadi masalah. Penggunaan media informasi sudah hampir merata. Namun, secara geografis, masyarakat transisi berada dipinggiran kota serta hidup mereka masih secara tradisional,


(34)

termasuk pola pikir dan sistem lama masih silih berganti digunakan dan mengalami penyesuaian dengan hal-hal yang baru dan inovatif.

Fase modern ditandai dengan peningkatan kualitas perubahan sosial yang lebih jelas meninggalkan fase transisi. Kehidupan masyarakat sudah cosmopolitan dengan kehidupan individual yang sangat menonjol, profesionalisme di segala bidang dan penghargaan terhadap profesi menjadi kunci hubungan-hubungan sosial antara elemen masyarakat. Masyarakat modern menempati lingkungan perkotaan yang cenderung gersang dan jauh dari situasi yang sejak dan rindang dan juga masyarakat moder berpendidikan relatif lebih tinggi daripada masyarakat fase transisi sehingga memiliki tingkat pengetahuan yang lebih luas dan pola piker yang lebih rasional.

Fase postmodern adalah masyarakat modern dengan kelebihan-kelebihan tertentu dimana kelebihan-kelebihan itu menciptakan pola sikap dan perilaku serta pandangan-pandangan mereka terhadap diri dan lingkungan sosial yang berbeda dengan masyarakat sebelumnya(Burhan Bungin,2009 : 91-94).

2.8. Pengertian Generasi

Generasi didalam masyarakat selalu diidentifikasikan sebagai generasi muda. Generasi muda merupakan suatu entitas yang sangat potensial. Ibarat satu mata rantai yang terurai panjang, posisi generasi muda dalam masyarakat menempati mata rantai yang paling sentral, berfungsi sebagai penerus cita-cita perjuangan bangsa yang telah diletakkan oleh generasi sebelumnya dan berkemampuan untuk mengisi dan membina kemerdekaan. Kedudukannya yang


(35)

strategis ini membuat setiap bangsa menaruh berbagai harapan yang sangat besar kepada mereka. Harapan yang sangat besar terhadap generasi muda ini, pada sisi lain menimbulkan tanggung jawab yang sangat besar yang harus dipikul oleh generasi muda. Artinya generasi muda harus menjadi sosok yang mampu memenuhi harapan tersebut. Sementara itu menjadi sosok yang diharapkan itu tidak jadi dengan sendirinya. Mereka harus mampu ditempa dan menempa dirinya.

2.9. Frustation (Kekecewaan) 2.9.1 Latar Belakang

Setiap individu mempunyai kebutuhan, baik kebutuhan yang berhubungan dengan fisik maupun kebutuhan yang berhubungan dengan non fisik. Kebutuhan tersebut mendorong individu untuk bertingkah laku sesuai kuat/lemahnya kebutuhan-kebutuhan yang ada pada setiap individu dan sesuai pula dengan lingkungan di mana individu itu berada.

Suatu tingkah laku individu diarahkan lagi untuk satu tujuan yakni tepenuhinya kebutuhan individu secara optimal sehingga individu memperoleh kepuasan. Dengan tercapainya kepuasan maka individu dapat meningkatkan tingkah lakunya di masa yang akan datang dalam upaya untuk memenuhi kebutuhan individu berikutnya.

Kebutuhan untuk tuntutan dan tingkah laku digambarkan oleh David Krech dan Richard Crutchfield sebagai berikut: “Dibawah pengaruh, sifatnya bagian dari tradisi rasionalistik yang untuk diterima pandangan psikologis dalam


(36)

waktu lama bahwaseluruh motif adalah kesadaran. Orang laki-laki dianggap selalu memiliki kemampuan yang lengkap dalam mengenali kebutuhannya dan mengarahkan dengan kesadaran kegiatannya pada kepuasan. Sumbangan besar dari freud adalah efektivitasnya menantang pandangan tradisional. Bagian besar dari kehidupan individu yang bersifat motifasi, freud menyatakan, adalah tanpa kesadaran. Itu teori insting dan insting baru dari motivasi yang menganggap bahwa jumalah dan macam kebutuhan orang dan bentuk keingingannya adalah pembawa dan tidak dapat diubah secara pasti. Apakah kesadaran dan tanpa kesadaran fungsi motivasi sekarang dan dalam kebenarannya ditentukan oleh kehadiran hakikatnya dan tidak dipandang bagaimana mereka datang dalam keberadaan. Dan apakah kesadaran dan tanpa kesadaraan mereka diwujudkan dalam tingkah laku”.

Uraian tersebut menunjukkan bahwa kebutuhan menimbulkan motive atau penggerak , motive menimbulkan tuntutan dan tuntutan harus terwujud dalam bentuk tingkah laku. Pada akhirnya diharapkan tingkah laku individu dapat mendatangkan kepuasan dalam kehidupan individu tersebut. akan tetapi kadang tingkah laku yang diarahkan pada pencapaian kepuasan, tidak dapat mendatangkan kepuasan yang selalu diharapkan. Dalam keadaan demikian, individu mengalami kegagalan dan kegagaln tersebut dapat menimbulkan kekecewaan atau frustasi pada individu yang bersangkutan(Slamet Santoso,2010 : 120-121).


(37)

David Krech dan Richard Crutchfield menyatakan “apabila kemajuan terhadap suatu tujuan dihalangi dan ketegangan yang mendasari tidak terpecahkan, kami menyebit kekecewaan”. Mereka menunjukkan bahwa suatu tujuan harus dicapai dan kegagalan pencapaian membawa dampak ketegangan yang ada tidak bisa diatasi, maka kekecewaan akan muncul.

Suatu kekecewaan timbul karena terhalangnya pemenuhan suatu motive yang diusahakan untuk pencapaian tujuan. J. Dollard, et-al, menunjukkan secara jelas kaitan antara kekecewaan dengan tingkah laku dengan segala aspek di dalamnya, sebagai berikut: “kekecewaan menghasilkan urutan tingkah laku yang mempunyai aspek-aspek yang mungkin dapat digambarkan sebagai kekecewaan, perasaan, kebiasaan, atau mekanisme dan tingkah laku nyata atau jelas”. Uraiannya adalah:

1. frustration atau kekecewaan, yakni suatu keadaan terhalangnya pemenuhan suatu motive.

2. Emotion atau perasaan, yakni suasana individu yang mengalami kekecewaan yang biasanya bersifat negatif.

3. Habit or mechanism atau kebiasaan atau mekanisme, yakni upaya individu untuk mengatasi kekecewaan yang biasanya melalui kebiasaan individu bertingkah laku atau mencari cara-cara baru yang lebih tepat.

4. Overt behavior atau tingkah laku nyata, yakni tingkah laku yang tampak sebagai upaya individu untuk mengatasi kekecewaan.


(38)

Semiotika adalah ilmu atau metode analisis untuk mengkaji suatu tanda. Tanda itu sendiri adalah perangkat-perangkat yang kita pakai dalam upaya mencari jalan di dunia ini, ditengah-tengah masyarakat dalam hidup bersama manusia. Semiotika atau dalam istilah Barthes Semiologi pada dasarnya hendak mempelajari bagaimana kemanusiaan (humanity) memaknai hal (things). Memaknai (to sinify) berarti tidak dapat dicampur adukan dengan mengkomunikasikan (to communicate). Memaknai berarti bahwa objek-objek tidak hanya membawa informasi, tetapi juga termasuk dalam hal mana objek-objek itu hendak berkomunikasi. (Kurniawan, 2004 : 15).

Semiotika berasal dari bahasa Yunani, semeion yang berarti tanda atau seme yang berarti penfsir tanda. Jika diterapkan dalam tanda-tanda bahasa maka huruf, kata. Kalimat tidak memiliki arti pada dirinya sendiri. Tanda-tanda itu hanya mengemban arti (significant) dalam kaitannya dengan pembacanya. Pembaca itulah yang menghubungkan tanda dengan apa yang ditandakan (signifie). Sebuah teks baik itu lagu, musik, surat cinta, cerpen, puisi, komik, kartun, semua hal itu mungkin terjadi “tanda” dapat dilihat dari aktifitas penanda: yaitu suatu proses signifikasi yang menggunakan tanda yang menghubungkan objek dan interpretasi.

Suatu tanda menandakan sesuatu selain dirinya sendiri dan makna adalah hubungan antara suatu objek atau ide dan suatu tanda (Little Jhon, 1996) menurut pines dengan tanda-tanda kita mencoba menfsirkan keteraturan di tengah-tengah duniayang centang perenang ini, setidaknya agar kita sedikit punya pegangan.


(39)

Menurut Hjelmslev, mendefinisikan tanda sebagai “suatu keterhubungan antara wahana ekspresi dan wahana isi” (Sobur,2004:15-16).

Semiotika modern mempunyai dua orang bapak yaitu Charles Sanders Pierce (1839-1914) dan Ferdinand de Saussure (1857-1913). Terdapat perbedaan antara Pierce dan Saussure antara lain; Pierce adalah ahli filsafat dan ahli logika, sedangkan Saussure adalah tokoh cikal bakal linguistic umum(Sobur, 2004 : 110).

Semiotika dan semiologi mengandung pengertian yang persis sama, walaupun penggunaan salah satu dari kedua istilah tersebut biasanya menunjukkan pemikiran pemakainya: mereka yang bergabung dengan Pierce menggunakan kata semiotika, dan mereka yang bergabung dengan Saussure menggunakan kata semiologi. Tommy Christomy (2001:7) menyebutkan,”ada kecenderungan istilah semiotika lebih popular daripada semiologi sehingga penganut Saussure pun sering menggunakannya”. (Sobur,2009 : 12)

Dalam definisi Saussure (Budiman, 1999a:107), “semiologi merupakan sebuah ilmu yang mengkaji kehidupan tanda-tanda di tengah masyarakat” dan dengan demikian menjadi bagian dari disiplin psikologi sosial. Tujuannya adalah untuk menunjukkan kaidah-kaidah bagaimana terbentuknya tanda-tanda beserta kaidah-kaidah mengaturnya.(Sobur,2009 : 12)

Sementara istilah semiotika yang dimunculkan pada akhir abad ke-19 oleh Charles Sanders Pierce, merujuk kepada “doktrin formal tentang tanda-tanda”. Yang menjadi dasar dari semiotika adalah konsep tentang tanda: tak hanya bahasa dan sistem komunikasi yang tersusun oleh tanda-tanda, melainkan dunia itu sendiri pun sejauh terkait dengan pikiran manusia seluruhnya terdiri atas


(40)

tanda-tanda karena, jika tidak begitu manusia tidak akan bisa menjalin hubungannya dengan realitas. Bahasa itu sendiri merupakan sistem tanda yang paling fundamental bagi manusia, sedangkan tanda-tanda yang paling nonverbal seperti gerak-gerik, bentuk-bentuk pakaian, serta beraneka praktik sosial konvensional lainnya, dapat dipandang sebagai sejenis bahasa yang tersusun dari tanda-tanda bermakna yang dikomunikasikan berdasarkan relasi-relasi.(Sobur,2009 : 13)

2.11. Teori Semiotika dan Saussure

Saussure dilahirkan di jenewa pada tahun 1857 dalam sebuah keluarga yang sangat terkenal di kota itu karena keberhasilan mereka dalam bidang ilmu. Ia hidup sezaman dengan Sigmund Freud dan Emile Durkheim meski tidak banyak bukti bahwa ia sudah pernah berhubungan dengan mereka. Selain sebagai seorang ahli linguistik, ia juga adalah seorang sepesialis bahasa-bahasa Indo-Eropa dan Sansekerta yang menjadi sumber pembaruan intelektual dalam bidang ilmu sosial dan kemanusiaan (Sobur, 2009 : 45).

Saussure memang terkenal karena teorinya tentang tanda. Ia sebenarnya tidak pernah mencetak pemikirannya menjadi buku. Catatan-catatannya dikumpulkan oleh murid-muridnya menjadi sebuah outline. Karyanya yang disusun dari tiga kumpulan catatan kuliah saat ia memberi kuliah linguistic umum di Universitas Janewa pada tahun 1907,1908-1909 dan 1910-1911 ini kemudian diterbitkan sebagai buku judul Course in General Lunguistic(Lechte,2001:232). Karya ini dikemudian hari merupakan sumber teori linguistic yang paling


(41)

berpengaruh. Kita mengenalnya dengan istilah “strukturalisme” (Grenz, 2001:178). Banyak aliran linguistic yang berlainan dapat dibedakan pada waktu ini, tetapi semuanya secara langsung atau tidak langsung dipengaruhi(dengan berbagai tingkat) oleh Course de Saussure.

Bahasa dimata Saussure tak ubahnya sebuah karya musik. Untuk memahami sebuah simponi, kita harus memperhatikan keutuhan karya music secara keseluruhan dan bukan kepada permainan individual dari setiap pemain musik. Untuk memahammi bahasa, kita harus melihatnya secara “sinkronis”, sebagai sebuah jaringan hubungan antara bunyi dan makna. Kita tidak boleh melihatnya secara atomistic, secara individual. Saussure mempertanyakan pendekatan terhadap studi bahasa yang dilakukan oleh pencerahan. Para ahli bahasa abad pencerahan melakukan studi dengan mengurusi kepingan-kepingan detail dan “sebagai orang luar” (yang tidak terlibat dalam bahasa itu sendiri). Baginya bahasa adalah sebuah keutuhan yang berdiri sendiri. Pendekatan inilah yang disebut-sebut sebagai “ilmu linguisti struktural” (Sobur, 2009 : 44).

Signifier dan Signified. Yang cukup penting dalam upaya menangkap hal pokok pada teori Saussure adalah prinsip yang mengatakan bahwa bahasa itu adalah suatu sistem tanda, dan setiap tanda itu tersusun dari dua bagian, yakni siginifier (penanda) dan signified (petanda). Menurut Saussure, bahasa itu merupakan suatu sistem tanda (sign). Suara-suara, baik suara manusia, binatang, atau bunyi-bunyian, hanya bisa dikatakan sebagai bahasa atau berfungsi sebagai bahasa bilamana suara atau bunyi tersebut mengekspresikan, menyatakan, atau


(42)

menyampaikan ide-ide, pengertian tertentu. Untuk itu, suara-suara tersebut harus merupakan bagian dari sebuah sistem konvensi, sistem kesepakatan dan merupakan bagian dari sebuah sistem tanda.

Tanda adalah kesatuan dari suatu bentuk penanda dengan sebuah ide atau petanda. Dengan kata lain penanda adalah “bunyi yang bermakna” atau “coretan yang bermakna”. Jadi, penanda adalah aspek material dai bahasa: apa yang dikatakan atau didengar dan apa yang ditulis datau dibaca. Petanda adalah gambaran mental, pikiran, atau konsep. Jadi petanda adalah aspek mental dari bahasa (bartens, 2001 : 180). Yang mesti diperhatikan adalah bahwa dalam tanda bahasa yang konkret, kedua unsur tadi tidak bisa dilepaskan. Tanda bahasa mempunyai dua segi: penanda atau petanda; signifier; signified; significant; signifie. Suatu penanda tanpa petanda tidak berarti apa-apa dan karena itu tidak merupakan tanda. Sebaliknya suatu petanda tidak mungkin disampaikan atau ditangkap lepas dari penanda; petanda aau yang ditandakan itu termasuk tanda sendiridan dengan demikian merupakan suatu factor linguistis(Sobur, 2009 : 46).

Semiotika signifikasi adalah akar dari pemikiran Saussure yang didefinisikan sebagai “ilmu yang mengkaji tentang peran tanda sebagai bagian dari kehidupan sosial”. Inplisit dari definisi tersebut adalah sebuah relasi bahwa bila tanda merupakan bagian dari kehidupan sosial yang berlaku. Saussure juga berbicara mengenai konvensi sosial yang mengatur penggunaan tanda secara sosial, yaitu pemilihan, pengkombinasian dan penggunaan tanda-tanda dengan cara tertentu. Sehingga ia mempunyai makna dan nilai sosial. (Sobur, 2004 : 8).


(43)

Semiotika signifikasi menekankan perlunya pengaturan konvensi sosial (social convention) yang mengatur pengkombinasian tanda dan maknanya, dan relasi antara penanda dan petanda yang berdasarkan konvensi inilah yang disebut signifikasi. (Sobur, 2004 : 8).

2.12. Kerangka Berpikir

Setiap individu memikiki latar belakang yang berbeda-beda dalam merepresentasikan suatu peristiwa atau objek. Hal ini dikarenakan latar belakang pengalaman (field of experience) dan pengetahuan (frame of relevance) yang berbeda-beda dalam setiap individu tersebut. begitu juga individu dalam menciptakan sebuah pesan komunikasi, dalam hal ini pesan disampaikan dalam sebuah lirik lagu, maka pencipta lagu tidak terlepas dari kedua hal tersebut.

Pada penilitian ini peneliti tidak menggunakan metode Semiotik Pierce karena dalam lirik lagu “Generasi Frustasi” kata yang dipakai adalah kata-kata yang lugas, Straight Forward sehingga peneliti tidak menemukan adanya simbol-simbol yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan analisis sehingga dengan menggunakan teori tersebut tidak dapat maksimal digunakan. Oleh karena itu peneliti menggunakan metode Semiotika Saussure dengan menitik beratkan pada hubungan penanda dan petanda yang ada pada lirik lagu tersebut.

Dari penggunaan metode Saussure yang menitik beratkan pada aspek material (penanda) dan aspek mental (petanda) yang pada akhirnya diperoleh signifikasi. Sehingga menghasilkan suatu interpretasi mengenai pemaknaan


(44)

terhadaplirik lagu “Generasi Frustasi” secara sistematis dapat ditunjukkan bagan kerangka sebagai berikut:

Gb. 2.1 Kerangka berpikir Lirik lagu

“Generasi Frustasi” oleh Iwan Fals

Analisa menggun akan Metode Semiotik Saussure

Hasil interpretasi data mengenai pemaknaan


(45)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metodologi Penelitian

Penelititan ini termasuk dalam jenis penelitian kualitatif. Artinya, data yang digunakan adalah data kualitatif (data yang tidak terdiri atas angka-angka) melainkan berbentuk kata-kata, kalimat-kalimat, narasi-narasi. Data kualitatif bersifat subjektif, sebab data itu ditafsirkan lain oleh orang yang berbeda. (Ridwan, 2002 : 5). Penelitian ini akan mengungkapkan secara terperinci fenomena kehidupan sosial masyarakat tertentu tanpa harus melakukan hipotesa yang telah dirumuskan secara ketat.

Menurut Bogdan dan Taylor dalam Moleong (2001 : 3) menggunakan metode kualitatif sebagai berikut:

“ metode kaulitatif merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati. Pendekatan ini diarahkan pada individu secara holistik(utuh). Jadi dalam hal ini tidak boleh mengisolasikan individu ke dalam variable atau hipotesis tetapi memandangnya sebagai keutuhan.”

Metode yang digunakan dalam penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif. Penelitian ini menginterpretasikan pemaknaan kehidupan keluarga dalam lirik lagu Generasi Frustasi dari Iwan Fals. Alasan menggunakan metode kualitatif seperti yang dikemukakan moleong antara lain bahwa metode kualitatif lebih mudah menyesuaikan apabila ditemukan kenyataan ganda dalam penelitian. Selain itu, metode ini lebih peka dan lebih dapat menyesuaikan diri dengan banyak pengaruh terhadap pola-pola dan nilai yang dihadapi. (Moleong, 1995 : 5)


(46)

3.2 Unit Analisis dan Corpus 3.2.1 Unit Analisis

Unit analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah tanda-tanda berupa tulisan, yaitu terdiri atas kata-kata yang membentuk kalimat yang ada pada lirik lagu ”Generasi Frustasi”.

3.2.2 Corpus

Corpus adalah kumpulan bahan yang terbatas yang ditentukan pada perkembangannya oleh analisis dengan semacam kesemenaan, bersifat sehomogen mungkin (Kurniawan, 2001 : 70). Sifat yang sehomogen ini diperlukan untuk memberi harapan yang beralasan bahwa unsur-unsurnya dapat dianalisis sebagai keseluruhan. Tetapi sebagai analisis, corpus itu bersifat terbuka pada konteks yang beraneka ragam. Sehingga menungkinkan untuk memahami banyak aspek dari sebuah teks yang tidak dapat ditangkap atas dasar suatu analisis yang bertolak dari unsur tertentu yang terpisah dan berdiri sendiri dari teks yang bersangkutan (Arkoun dalam Ardijaya, 2004: 28-29). Kelebihannya adalah bahwa dalam mendekati teks kita tidak didahului oleh pra anggapan atau interpretasi sebelumnya.

Corpus adalah kata lain dari sampel, khusus digunakan untuk analisis semiotika dan analisis wacana. Corpus dapa penelitian ini adalah lirik lagu “Generasi Frustasi” oleh Iwan Fals, berikut adalah lirik lagu “Generai Frustasi”.


(47)

Selanjutnya untuk menganalisa suatu sistem tanda komunikasi dalam lirik lagu “Generai Frustasi” peneliti menggunakan metode semiotic Saussure yang menitik beratkan pada signifier (penanda) dan Signified (petanda).

3.3 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah pengumpulan data primer yaitu data yang diperoleh melalui pemaknaan lirik lagu “generasi

Generasiku banyak yang frustasi Broken home istilah bule bule luar negeri

Mereka muak lihat papi mami bertengkar

Mereka jijik lihat papi mami selalu keluar

Ada urusan yang tak masuk diakal Mami sibuk cari bujangan Papi sibuk cari perawan Timbang kesal lebih baik aku berhayal

Jadi orang besar seperti Hitler yang tenar

Jadi orang tenar persis Carter juragan kacang

Mata cekung badan persis capung Tingkah sedikit bingung pikiran mirip mirip orang linglung Rambut selalu kusut disuruh selalu manggut manggut

Duduk di sudut eh kasihan itu tubuh tinggal tulang sama kentut

Hei mister gelek

Lo tega mata gua kok nggak bisa melek

Hei mister gelek

Duit gopek gua kira cepek Hei mister gelek

Perut laper ada tape pas gua sikat asem asem


(48)

Frustasi”. Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari objek yang akan diteliti, sedangkan data sekunder adalah data yang diperoleh dari lembaaga atau institusi tertentu. (Suyanto dan Sutina, 2005 : 55).

Sedangkan pada tahap pemaknaan ini diperoleh data primer yaitu data dari lirik lagu “Generasi Frustasi” itu sendiri.

3.4 Metode Analisis Data

Pemaknaan terhadap lirik lagu ini menggunakan metode semiotic Saussure yaitu, menghubungkan antara Signifier dan Signified atau penanda dan petanda dengan melihat dari kata-kata dan rangkaian kata yang membentuk kalimat dalam lirik lagu tersebut sehingaaga dapat diperoleh interpretasi data yang benar-benar berkualitas.

Signifier atau penanda adalah bunyi yang bermakna atau coretan yang bermakna (aspek material), yakni apa yang dikatakan dan apa yang ditulis atau dibaca. Sementara Signified atau petanda adalah ganbaran mental, yakni pikiran atau konsep (aspek mental) dari bahasa. (Kurniawan, 2001:30)

Dari penggabungan kedua aspek tersebut kemudian dapat ditarik suatu makna yang sebenarnya. Dan dari data yang diperoleh akan diinterpretasikan oleh peneliti sesuai dengan teoritis yang ada.


(49)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1Gambaran umum obyek penelitian 4.1.1. Biografi Iwan Fals

Dewa dari Leuwinanggung, demikianlah julukan Iwan Fals. Iwan telah mempertontonkan kepahlawanannya membela rakyat kecil. Melalui petikan gitarnya, Iwan menerjemahkan penderitaan kaum marginal. Padahal, Iwan tumbuh disaat rezim kekuasaan berusaha memberangus kebebasan. Namun, Iwan tak gentar. Ia tetap kokoh dalam pendiriannya.

Iwan Fals adalah sosok yang tidak bisa terbeli dengan uang. Ia tetap mempertahankan gaya bermusiknya, lirik-lirik kritis dan keras, tapi kerap dibalut candaan satir. Meskipun pasar tidak selalu ramah menyambut karya-karyanya, tetapi sekali lagi Iwan tetap tidak bergeming. Itulah Iwan Fals, keras sekaligus lembut.

Virgiawan Listianto lahir di Jakarta pada 3 September 1963 sebagai anak kelima dari sembilan bersaudara. Ayahnya bernama Haryoso, berasal dari Blitar, Jawa Timur, yang berprofesi seorang tentara dengan pangkat terakhir kolonel. Sementara itu, ibunya bernama Lies Suudiyah, berasal dari Solo, Jawa Tengah. Sang ibu adalah seorang perempuan keturunan Arab dari marga Abdat. Iwan mempunyai nenek bernama Rainah yang hampir berumur 100 tahun ketika Iwan masih kecil. Sang nenek ini ternyata hobi dengan musik. Ia mahir memainkan harmonika dan biola.


(50)

Semasa kecil, Iwan selalu ikut ke mana pun ibunya pergi. Sebaliknya, sang ibu sering ikut bersama Iwan, dari mulai sekolah hingga kegiatan-kegiatan diluar sekolah. Mereka memang sangat dekat. Ketika sang ibu sakit, Iwan menungguinya. Jika ibunya kelelahan, Iwan siap menjadi tukang pijitnya. Iwan juga bercita-cita menjadi tentara, mungkin karena dia melihat sosok ayahnya yang berprofesi di bidang militer. Ketika akhirnya Iwan menjadi penyanyi, maka cita-citanya untuk menjadi tentara itu dia alihkan dalam hobi berolahraga. Dia aktif di bidang seni beladiri, seperti pencak silat, karate, kungfu, juga sepak bola, bola basket, dan bola voli. Tapi dia mengaku bahwa musik lebih menarik baginya.

Dalam usia 11 tahun, Iwan pindah ke Bandung. Dua orang kakaknya tinggal disana. Dia lalu bersekolah di smp 5 Bandung, tapi dia memilih kos. Pada masa ini dia sudah mulai memainkan gitar walaupun belum mahir. Di usia SMP pula Iwan sudah menulis lagu pertamanya, yaitu “Aku dan Sekolah”. Liriknya menceritakan tentang kesewenang-wenangan seorang guru terhadap muridnya.

Ketika bersekolah di SMAK BPK Bandung, Iwan kian rajin mengamen. Ketika dia menyanyi di suatu acara hajatan, seorang mahasiswa menghampirinya dan mengajaknya tampil di kampus Institut Teknologi Bandung (ITB). Sejak itulah dia kerap tampil dalam acara-acara yang diadakan oleh para mahasiswa ITB. Dia menyanyikan lagu-lagu ciptaannya sendiri dengan lirik-lirik yang spontan, lucu, dan lugas. Ironisnya, dari pementasan bersama anak-anak ITB pula dia pernah dikejar-kejar petugas keamanan.


(51)

Iwan lalu melakukan rekaman di radio 8 EH milik mahasiswa ITB. Untuk pertama kalinya pula suara dia mengudara. Sayangnya, radio itu kemudian ditutup oleh Pemerintah Orde Baru.

Perihal nama pula yang menarik dari sosok Iwan Fals. Sebelumnya, sejak pertama kali diberi julukan oleh Engkus (manajernya), nama Iwan Fals memiliki ejaan yang berubah-ubah. Dalam beberapa album lamanya pernah memakai ejaan “Iwan Fales”, “Iwan Pales”, “Iwan Falls”, dan “Iwan False”. Nama itu akhirnya disederhanakan oleh pihak perusahaan rekaman menjadi Iwan fals saja. Pada album lamanya juga pernah dicantumkan nama asli, Virgiawan Listianto, sebagai pencipta lagu.

Pada awal periode karier bermusiknya, Iwan memainkan lagu-lagu bergenre country. Karakter setiap lagu ditambah ciri khas liriknya membuat dia sering diidentikkan dengan Bob Dylan. Ihwal dugaan bahwa awal karier musik Iwan adalah sebagai musisi country.

Pemunculan album solonya yang pertama, Sarjana Muda, merupakan awal kepopuleran Iwan Fals. Media massa juga mulai menyebutnya sebagai pencipta lagu-lagu bertema kritik sosial. Bahkan pada pertengahan 1980-an, Iwan dianggap sebagai salah satu pencipta lagu hits, sebagaimana Doel Sumbang, Dian Pramana Putra dan Dedi dhukun.

Iwan tak salah memilih jalan. Dengan lagu berlirik khas yang diangkat dari kepedulian dan keprihatinan terhadap masalah sosial di sekitarnya, namanya melambung. Tapi, dia tetap membumi. Sejak namanya mulai dikenal luas, dia


(52)

beberapa kali masih tetap tampil di pentas hajatan pernikahan dan khitanan. Kedekatannya dengan kaum miskinlah yang justru kian mengangkat namanya.

Sebagai seorang penyanyi dan pengarang lagu, Iwan Fals dapat dikategorikan sebagai musisi yang produktif. Dalam kurun waktu 12 tahun saja dia sudah menghasilkan 18 album rekaman, dengan jumlah lagu sebanyak 116 buah yang merupakan hasil karyanya sendiri. Pada dekade 1990-an dia sempat vakum, dalam arti tidak rutin menulis lagu-lagu baru. Namun, dekade selanjutnya sampai sekarang dia cukup teratur merilis beberapa album dengan lagu-lagu baru, baik yang ditulisnya sendiri maupun oleh orang lain.

Salah satu daya pikat lirik lagu Iwan Fals terletak pada isi lagu yang penuh dengan protes dan kritik sosial. Hal ini bukan mengacu pada melodi atau jenis iramanya, melainkan menuju pada lirik lagu dan isinya. Lirik-lirik lagu karya Iwan ditampilkan dengan bahasa sederhana, mudah dimengerti, dan pilihan tema yang dianggap mewakili suara orang kebanyakan. Selain itu, proses penciptaan lirik lagu oleh Iwan pun tidak jauh berbeda dengan penciptaan puisi pada umumnya. Hampir senagian besar lirik lagu itu dibuat sebelum adanya melodi sebagai unsur musik sehingga setelah digabungkan menjadi semacam musikalisasi puisi.

Iwan juga tidak mau terikat oleh melodi demi kebebasan lirik lagunya, meskipun proses kreatifnya dimulai dengan membuat melodinya terlebih dahulu. Hal ini dapat dilihat dalam membawakan lagunya, sering terjadi vokal Iwan masih terdengar meskipun melodinya sudah habis. Bahkan, ada beberapa lagu yang ditambah dengan suara Iwan tanpa ada kesesuaian dengan musiknya, seperti


(53)

sedang membacakan sebuah puisi. Cara itu sebenarnya cerminan kekhasan dia dalam membawakan lagu-lagunya. Dia benar-benar menikmati suasana dengan apa yang sedang dia nyanyikan tanpa harus terkekang oleh aturan musik kebanyakan. Cara itu pula yang membuat karisma Iwan semakin tertanam di mata penggemarnya. Integritas dan semangat kritis Iwan ini diakui oleh Bimbim Slank. Iwan sendiri mengaku bahwa dirinya menulis lirik lagu berdasarkan inspirasi dari hati sehingga dia lebih merdeka dan bebas mengekspresikan diri. Dia juga merasa tidak ada tekanan dari mana pun, seperti pesanan teman, paksaan produser, ataupun tekanan dari diri sendiri.

Pada akhir dekade 1980-an, watak kritis yang telah terlihat sejak awal dalam karya-karya Iwan Fals lalu menjadi sebuah ideologi dan membuatnya lebih serius dalam membahas berbagai permasalahannya dalam lagu-lagunya. Namun, jika pada awal kariernya dia lebih banyak menyajikan satir yang menawar kepedihan orang-orang kecil dengan taburan humor, pada era ini dia betul-betul menghantam pendengarnya dengan realitas kepedihan yang mengagetkan.

Dalam album “ Canda Dalam Nada (ABC Records) yang diluncurkan oleh Iwan Fals pada tahun 1979 berisikan 8 lagu diantaranya : Generasi Frustasi, Dongeng tidur, Imitasi, Kisah Sepeda motorku, Joni Kesiangan, Pengamen dan Jaman Edan, Pie-Pie serta Disco Cangkeling.

Demikian sekilas kisah dari Iwan Fals yang menggambarkan perjalanan hidup hingga karier bermusiknya yang sampai saat ini disebut-sebut sebagai Legenda musik Indonesia.


(54)

4.2. Penyajian dan Pemaknaan Data 4.2.1. Penyajian Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu berupa lirik lagu dari lagu “Generasi Frustasi” yang diambil dari album “Canda Dalam Nada” dari Iwan Fals. Berikut ini adalah lirik lagu “Generasi Frustasi”:

Generasi Frustasi

Generasiku banyak yang frustasi Broken home istilah bule bule luar negeri Mereka muak lihat papi mami bertengkar Mereka jijik lihat papi mami selalu keluar Ada urusan yang tak masuk diakal Mami sibuk cari bujangan Papi sibuk cari perawan

Timbang kesal lebih baik aku berhayal Jadi orang besar seperti Hitler yang tenar Jadi orang tenar persis Carter juragan kacang Mata cekung badan persis capung

Tingkah sedikit bingung pikiran mirip mirip orang linglung Rambut selalu kusut disuruh selalu manggut manggut

Duduk di sudut ai kasihan itu tubuh tinggal tulang sama kentut Hei mister gelek

Lo tega mata gua kok nggak bisa melek Hei mister gelek

Duit gopek gua kira cepek Hei mister gelek

Perut laper ada tape pas gua sikat asem asem Ndak taunya telek

Dari pengamatan yang dilakukan terhadap lirik lagu “Generasi Frustasi” pada album “Canda Dalam Nada”, maka dari hasil pengamatan tersebut kemudian akan disajikan pemaknaan terhadap lirik lagu itu sendiri.

Lirik lagu “Generasi Frustasi” selanjutnya akan diinterpretasikan dan dianalisis berdasarkan landasan teori Ferdinand De Saussure untuk mengetahui makna yang terkandung dalam lirik tersebut.


(55)

Saussure mendefinisikan tanda berdasarkan aspek penanda (signifier) dan juga petanda (signified) untuk mengetahui signifikasi yang akhirnya untuk mengetahui realitas yang sebenarnya yang terjadi dilingkungan masyarakat.

4.2.2. Pemaknaan Lirik Lagu :Generasi Frustasi”

Judul lagu mencerminkan isi dari lirik lagu yang diwakilinya, judul “Generasi Frustasi” menimbulkan banyak pertanyaan, apa itu generasi frustasi? Generasi frustasi yang bagaimana? Iwan Fals memposisikan dirinya sebagai subyek untuk memudahkan pemahaman terhadap lirik lagu tersebut.

Generasi frustasi merupakan nama teks yang bersangkutan dan dapat dipahami dari nama kebahasaannya. Definisi generasi menurut kamus besar Bahasa Indonesia, yaitu sekalian orang yg kira-kira sama waktu hidupnya; angkatan; turunan; masa orang-orang satu angkatan hidup. Kata frustasi artinya apabila kemajuan terhadap suatu tujuan dihalangi dan ketegangan yang mendasari tidak terpecahkan itulah yang disebut kekecewaan.

Secara utuh definisi dari generasi frustasi memiliki Denotasi masa atau waktu yang mengalami kekecewaan, sedangkan makna Konotasinya adalah orang-orang yang berada pada masa yang sama angkatan hidupnya apabila kemajuan terhadap suatu tujuan dihalangi dan ketegangan yang mendasari tidak terpecahkan. Bait pertama lirik lagu “Generasi Frustas” adalah sebagai berikut:

Generasiku banyak yang frustasi Broken home istilah bule bule luar negeri Mereka muak lihat papi mami bertengkar Mereka jijik lihat papi mami selalu keluar


(56)

Pada lirik pertama terdapat kata generasiku yang artinya pada masa atau waktu itu, kata selanjutnya banyak yang menunjukkan jumlah yang tidak sedikit, kata berikutnya yang frustasi adalah yang sedang dirundung rasa kekecewaan.

Lirik lagu generasiku banyak yang frustasi menggambarkan pada masa atau waktu itu banyak yang dirundung kekecewaan. Sedangkan makna konotasinya adalah masa orang-orang satu angkatan hidup dengan penulis lagu pada waktu itu apabila kemajuan terhadap suatu tujuan dihalangi dan ketegangan yang mendasari tidak terpecahkan dalam jumlah yang tidak sedikit.

Pada lirik kedua terdapat kata Broken Home artinya rumah yang rusak, istilah memiliki pengertian kata atau ungkapan, bule-bule adalah julukan untuk warga negara asing, sedangkan luar negeri adalah negara lain selain Indonesia.

Jika disatukan definisi dari broken home istilah bule-bule luar negeri memiliki makna denotasi yaitu Rumah rusak adalah ungkapan atau kata yang berasal dari warga negara asing. Sedangkan makna konotasi dari broken home istilah bule-bule luar negeri adalah keluarga yang pecah dalam arti keluarga itu memiliki struktur yang tidak utuh sebab salah satu dari mereka meninggal dunia atau bercerai, dapat juga orang tua tidak bercerai tetapi ayah atau ibu sering tidak dirumah sehingga tidak memperlihatkan hubungan kasih sayang lagi, seperti ungkapan orang-orang warga negara asing.

Pada baris ketiga terdapat kata mereka muak yang berarti mereka jenuh, sedangkan kata lihat papi mami mengandung arti nama orang, bertengkar memiliki arti berkelahi (kontak fisik), jadi makna keseluruhannya adalah mereka jenuh melihat dua orang saling berkelahi. Makna konotasi dari baris ketiga jika


(57)

disatukan menjadi orang-orang yang dibicarakan bosan melihat orang tuanya tidak memperlihatkan hubungan kasih sayang lagi.

Pada baris keempat terdapat kata mereka jijik yang berarti mereka tidak suka melihat karena kotor, sedangkan kata lihat papi mami mengandung arti nama orang, selalu keluar yang berarti bergerak dari sebelah dalam keluar, jadi makna denotasinya mereka tidak suka melihat karena kotor diakibatkan dua orang yang bergerak dari sebelah dalam keluar. Sedangkan makna Konotasinya adalah mereka tidak suka perangai orang tuanya yang suka pergi keluar rumah.

Seutuhnya bait pertama lagu “Generasi Frustasi” memiliki makna yaitu pada masa si penulis lagu menulis lagu tersebut banyak orang-orang yang merasa kecewa, bosan, ataupun merasa jenuh dengan kondisi yang dialami dalam keluarganya. Istilah Broken home diberikan kepada mereka yang memiliki masalah tersebut, yang istilah tersebut dibawa oleh orang luar atau biasa disebut bule yang akhirnya menjadi istilah yang umum di Indonesia. Orang yang broken home merasa kehidupannya keluarganya sudah tidak utuh lagi. Orang tuanya saling berkonflik satu sama lain atau bahkan ada yang jarang dirumah karena kesibukan masing-masing tanpa memperdulikan bahwa mereka juga membutuhkan kehadiran dan kasih sayang secara nyata dari orang tuanya.

Bait kedua dari lirik lagu “Generasi Frustasi” adalah sebagai berikut : Ada urusan yang tak masuk diakal

Mami sibuk cari bujangan Papi sibuk cari perawan

Lirik pertama berbunyi ada urusan yang tak masuk diakal, kata ada berarti kata untuk memastikan, sedangkan kata urusan artinya sesuatu yang diurus, yang


(1)

berguna. Bagaimanakah nasib bangsa apabila penerusnya tidak memiliki pribadi yang baik, yang akan membangun bangsa Indonesia menjadi lebih maju.

Iwan Fals menyadari bahwa keluarga memiliki pengaruh yang sangat besar untuk membentuk kepribadian anak. Bagaimana perilaku orang tua akan memperlihatkan bagaimana perilaku anaknya. Apabila keadaan keluarga broken home tidak diperbaiki dan terus mengalami peningkatan akan menghasilkan generasi yang tidak bagus untuk membangun bangsa.

Iwan Fals mengharapkan agar masyarakat memahami pentingnya keluarga yang utuh, keluarga yang setiap anggotanya melaksanakan kewajibannya masing-masing. Adanya komunikasi yang baik, peka terhadap sekitar dan tidak egois mementingkan dirinya sendiri dalam keluarga akan meberikan dampak yang baik pula. Dengan kondisi keluarga yang baik tidak mengalami broken home, maka individu yang dihasilkanpun akan baik. Diharapkan pula individu-individu tersebut akan menjadi generasi penerus yang mampu menjadikan bangsa ini menjadi bangsa yang maju.


(2)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Setelah mengulas mengenai bagaimana pemaknaan lirik lagu “Generasi frustasi”, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Keluarga merupakan pembentuk individu yang sangat penting secara personal, karena individu-individu tersebut akan terbentuk dalam suatu masyarakat yang kemudian disebut sebagai generasi. Baik-buruknya generasi yang ada ditentukan bagaimana kondisi keluarga yang ada pada saat itu,

2. Putusnya komunikasi, sikap egosentrisme, kesibukan, perselingkuhan digambarkan oleh Iwan Fals sebagai keluarga yang broken home. Masing-masing orang tua tidak dapat memahami satu sama lain sehingga timbul pertengkaran, kesibukan masing-masing mencari kesenangannya sendiri membuat orang tua jarang dirumah, bahkan terjadi perselingkuhan yang makin merusak kondisi keluarga.

3. Keluarga yang tidak dapat berfungsi dengan baik akhirnya menjadikan anak-anak yang hidup dalam keluarga tersebut menjadi tidak terarah perilakunya. Mabuk-mabukan, melamun, bahkan berkhayal tentang hal yang tidak mungkin membuat mereka terlihat sangat tidak terurus bahkan tidak tau apa yang seharusnya mereka lakukan..

4. Lagu “Generasi Frustasi” menggambarkan bagaimana generasi penerus yang seharusnya akan membangun bangsa malah melakukan sesuatu hal yang tidak


(3)

berguna. Hal ini apabila tidak disadari oleh masyarakat dan berusaha untuk memperbaiki atau mencegah terjadinya keluarga yang broken home akan mengakibatkan generasi penerus bangsa menjadi generasi yang frustasi, tidak dapat melakukan yang terbaik bagi bangsa dan negara.

5. Ideologi yang dibangun adalah pentingnya sikap, perilaku, dan pemahaman dari orang tua untuk membentuk anak-anak sebagai generasi penerus yang baik. Orang tua harusnya dapat memberikan pemahaman dan juga contoh bagi anak-anak hal-hal yang seharusnya dilakukan dan yang tidak perlu dilakukan agar anak-anak tidak sampai melakukan hal-hal yang dapat merugikan orang lain maupun dirinya sendiri.

Maka makna keseluruhan dari lagu “Generasi Frustasi adalah keluarga memiliki peranan penting dalam membentuk suatu generasi. Keluarga yang broken home akan membuat para anggota dalam keluarga tersebut menjadi tidak nyaman. Keadaan orang tua yang lebih mementingkan keegoisannya sendiri, lebih memilih mencari kesenangan sendiri-sendiri tanpa menyadari bahwa ada anak-anak yang masih tetap membutuhkan perhatian dalam perkembangannya. Keadaan keluarga broken home tersebut membuat anak-anak menjadi berperilaku yang tidak baik seperti mabuk-mabukan, melamun, berkhayal tentang sesuatu hal yang tidak mungkin. Hal ini membuat anak-anak tersebut terlihat tidak terurus, bahkan mereka tidak memperdulikan lagi bagaimana keadaan diri mereka sendiri. Mereka tidak tau apa yang harus mereka perbuat untuk memperbaiki keadaan tersebut sehingga terlihat linglung dan tidak dapat berfikir secara baik. Keadaan seperti ini harusnya disadari oleh masyarakat, apabila tidak segera diperbaiki akan


(4)

menjadikan generasi penerus bangsa menjadi buruk. Bagaimana mereka akan memimpin atau memperbaiki keadaan bangsa ini apabila keadaan mereka sendiri tidak baik.

5.2. Saran

1. Membantu masyarakat dan penikmat musik dalam memahami makna yang terkandung dalam lirik lagu “Generasi Frustasi” yang dibawakan oleh Iwan Fals dalam album “Canda Dalam Nada”.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Bungin, Burhan, Prof, Dr, H, M, 2009, Sosiologi Komunikasi, Jakarta: Kencana. Danesi, Marcel, 2010, Pesan, Tanda, dan Makna, Yogyakarta: Jalasutra.

Idris, Zahara, dan Jamal, Lisma, 1992. Pengantar Pendidikan I. Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia

Kardjono, Moehari, Drs, 2008, Mempersiapkan Generasi Cerdas, Jakarta: Qisthi Press.

Bambang Mulyono 1998. Mengatasi Kenakalan Remaja. Yogyakarta: Yayasan Andi.

Santoso, Slamet, Dr, M. Pd, 2010, Teori-Teori Psikologi Sosiologi, Bandung: PT. Refika Aditama.

Sobur, Alex, Drs, M.si, 2009, Semiotika Komunikasi, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Susilo, Taufik Adi, 2009, Biografi Iwan Fals, DIY: A+Plus Books. Sugiyanto, dkk. 1999. Ilmu Sosial Dasar. Surakarta: UNS Press.

Sahat Simamora. 1988, Psikologi Suatu Pengantar. Jakarta: Bina Aksara. Willis, S. Sofyan, Prof, Dr, H, 2009, Konseling Keluarga, Bandung: Alfabeta.

Non Buku :

Sugianti, Lilis, , Analisa kondisi ekonomi politik Indonesia pada tahun 1945-2010, http://bebyhaney.blogspot.com 2010/05/ analisis-kondisi-ekonomi-politik.html, diakses 10 Oktober 2010.

Adityo, Politik Indonesia Akhir 1980-an - Awal 1990-an, Sebuah Kajian Kontemporer, http://www.kompasiana.com/spirdiac, diakses 10 Oktober 2010.

http://www.scribd.com/doc/2525368/institusi-keluarga, diakses 6 Februari 2011.

http://www.biografitokohdunia.com/2011/01/biografi-jimmy-carter-presiden-as-ke-39.html, diakses 21 Februari 2011.

http://madbardo.blogspot.com/2010/10/keluarga-sebagai-penerus-generasi.html, diakses 6 Maret 2011.

http://menjadi-anak-sholeh.blogspot.com/2010/06/mendudukkan-kembali-fungsi-keluarga.html, diakses 9 Maret 2011

http://3ndssl.webnode.com/news/konsep-kehidupan-manusia/, diakses 5 April 2011.


(6)

http://www.scribd.com/doc/50634027/76/A-Generasi-Muda-Sebagai-Suatu-Konsep, diakses 5 April 2011.

http://bem-fkunisba.org/index.php?option=com_content&view=article&id=61:agresivita s-realita-masyarakat-indonesia&catid=41:opini&Itemid=79, diakses 5 April 2011.

Skripsi :

Damayanti, Vita, 2006, Pemaknaan Lirik Lagu “Senandung Raja Singa” (Studi Semiotik Tentang Pemaknaan Lirik Lagu “Senandung Raja Singa” yang Dibawakan Oleh Band Jamrud Dalam Album “BO18+), Surabaya: UPN “Veteran” Jawa Timur.


Dokumen yang terkait

Representasi Kehidupan Sosial Masyarakat Indonesia dalam Lirik Lagu Iwan Fals (Analisis Semiotika Lirik Lagu Iwan Fals yang Berjudul ‘Ujung Aspal Pondok Gede’)

10 156 82

Pemaknaan Lirik Lagu Judas (Studi Analisis Semiotika Lagu Lady Gaga yang berjudul Judas)

22 172 89

Struktur Dan Pemarkah Kalimat Imperatif Dalam Lirik Lagu Ebiet G Ade Tahun 1980-An (Kajian Sintaksis)

4 57 84

REPRESENTASI NASIONALISME DALAM LIRIK LAGU “KPK DI DADAKU” (Studi Semiotik Representasi Nasionalisme Dalam Lirik Lagu ”KPK di Dadaku” Yang Dibawakan Oleh Bagus Netral, Faris RM, Once ).

0 2 93

REPRESENTASI POSFEMINISME DALAM LIRIK LAGU “TOKEK RACUN” (Studi Semiotik Representasi Posfeminisme Dalam Lirik Lagu “Tokek Racun”).

3 16 88

2.1. Pengertian Komunikasi - Representasi Kehidupan Sosial Masyarakat Indonesia dalam Lirik Lagu Iwan Fals (Analisis Semiotika Lirik Lagu Iwan Fals yang Berjudul ‘Ujung Aspal Pondok Gede’)

1 2 20

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah - Representasi Kehidupan Sosial Masyarakat Indonesia dalam Lirik Lagu Iwan Fals (Analisis Semiotika Lirik Lagu Iwan Fals yang Berjudul ‘Ujung Aspal Pondok Gede’)

1 1 6

REPRESENTASI KEHIDUPAN SOSIAL MASYARAKAT INDONESIA DALAM LIRIK LAGU IWAN FALS (Analisis Semiotika Lirik Lagu Iwan Fals yang Berjudul ‘Ujung Aspal Pondok Gede’ )

0 5 12

LIRIK LAGU “GENERASI FRUSTASI” (Studi Semiotik Tentang Representasi Kehidupan Keluarga Dalam Lirik Lagu “Generasi Frustasi” yang dibawakan oleh Iwan Fals)

0 3 20

REPRESENTASI NASIONALISME DALAM LIRIK LAGU “KPK DI DADAKU” (Studi Semiotik Representasi Nasionalisme Dalam Lirik Lagu ”KPK di Dadaku” Yang Dibawakan Oleh Bagus Netral, Faris RM, Once )

0 0 19