PENINGKATAN KOORDINASI MATA DAN TANGAN MELALUI KETERAMPILAN KIRIGAMI PADA SISWA CEREBRAL PALSY SPASTIK DI SLB D YPAC BANDUNG.

(1)

PENINGKATAN KOORDINASI MATA DAN TANGAN

MELALUI KETERAMPILAN KIRIGAMI PADA

SISWA CEREBRAL PALSY SPASTIK DI SLB D YPAC

BANDUNG

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Program Studi Pendidikan Khusus

oleh:

TRESSA THURSINA MALIKA (0901231)

JURUSAN PENDIDIKAN KHUSUS

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

2014


(2)

PENINGKATAN KOORDINASI MATA DAN TANGAN MELALUI KETERAMPILAN KIRIGAMI PADA SISWA CEREBRAL PALSY

SPASTIK DI SLB D YPAC BANDUNG

oleh:

Tressa Thursina Malika

Sebuah skripsi ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Ilmu Pendidikan

©Tressa Thursina Malika 2014 Universitas Pendidikan Indonesia

Februari 2014

Hak cipta dilindungi oleh undang-undang

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya ataupun sebagian, Dengan dicetak ulang, di fotocopy, atau cara lainnya tanpa izin dari penulis.


(3)

LEMBAR PENGESAHAN

TRESSA THURSINA MALIKA

PENINGKATAN KOORDINASI MATA DAN TANGAN MELALUI KETERAMPILAN KIRIGAMI PADA SISWA CEREBRAL PALSY SPASTIK DI

SLB D YPAC BANDUNG DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH

PEMBIMBING: Pembimbing I

Dr. Nia Sutisna, M.Si. NIP: 19570131 198603 1 001

Pembimbing II

dr. Riksma Nurahmi, M.Pd. NIP: 19751118 200501 2 001

Mengetahui

Ketua Jurusan Pendidikan Khusus

Drs. Sunaryo, M.Pd. NIP: 19560722 198503 1 001


(4)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “PENINGKATAN KOORDINASI MATA DAN TANGAN MELALUI KETERAMPILAN

KIRIGAMI PADA SISWA CEREBRAL PALSY SPASTIK DI SLB D YPAC

BANDUNG” ini dan seluruh isinya adalah benar-benar karya saya sendiri, dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika ilmu yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan tersebut, saya siap menanggung resiko yang dijatuhkan kepada saya apabila di kemudian hari ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya ini, atau ada klaim dari pihak lain terhadap karya ini.

Bandung, Februari 2014 Yang membuat pernyataan,

Tressa Thursina Malika NIM. 0901231


(5)

ABSTRAK

PENINGKATAN KOORDINASI MATA DAN TANGAN MELALUI KETERAMPILAN KIRIGAMI PADA SISWA CEREBRAL PALSY

SPASTIK DI SLB D YPAC BANDUNG (Tressa Thursina Malika 0901231)

Manusia membutuhkan kemampuan motorik untuk melakukan aktivitasnya sehari-hari, baik itu kemampuan motorik halus maupun motorik kasar. Selain itu, dibutuhkan juga koordinasi anggota tubuh agar dapat melakukan aktivititas sehari-hari. Tanpa koordinasi, seseorang tidak dapat melakukan gerak secara maksimal. Begitu pula yang terjadi pada anak dengan cerebral palsy, salah satu hambatan yang dialaminya adalah dalam aspek koordinasi mata dan tangan.

Cerebral palsy merupakan suatu kelainan pada gerak tubuh yang ada

hubungannya dengan kerusakan otak yang menetap. Akibatnya otak tidak berkembang, tetapi bukan suatu penyakit yang progresif. Untuk menangani hambatan dalam koordinasi mata dan tangan, pada penelitian ini diberikan intervensi melalui keterampilan kirigami. Kirigami merupakan suatu keterampilan yang berasal dari Jepang, yaitu seni menggunting kertas. Pertama, kertas dilipat terlebih dahulu, kemudian diberi pola sesuai dengan yang diinginkan, lalu guntinglah pola yang telah dibuat tersebut. Langkah terakhir, bukalah kembali secara perlahan lipatan kertas yang telah digunting itu sehingga menghasilkan suatu bentuk yang baru. Penelitian ini dilakukan pada siswa cerebral palsy spastik di SLB D YPAC Bandung yang berinisial S.B. Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian dengan subjek tunggal atau yang biasa disebut dengan SSR (Single Subject Research). Penelitian ini dibagi menjadi tiga fase, yaitu fase baseline 1 (A1), fase intervensi (B) dan fase baseline 2. Target behavior yang diukur mencakup tiga aspek, yaitu melipat kertas, menebalkan pola dan menggunting pola. Setelah diberikan intervensi, hasil yang diperoleh S.B. dalam ketiga aspek ini secara umum terjadi peningkatan. Hal ini dapat dilihat dari mean level pada setiap aspek dan pada setiap fasenya mengalami peningkatan beberapa persen. Namun pada aspek-aspek tertentu seperti menggunting pola garis lengkung dan lingkaran, tidak terjadi peningkatan sama sekali. Berdasarkan perolehan data yang telah dianalisis, maka dapat disimpulkan bahwa kemampuan koordinasi mata dan tangan secara umum terjadi peningkatan setelah diberikan intervensi melalui keterampilan kirigami.

Kata kunci: Cerebral Palsy spastik, Koordinasi Mata dan Tangan dan Keterampilan Kirigami.


(6)

DAFTAR ISI

Lembar Pengesahan Lembar Persembahan

Pernyataan Keaslian Skripsi

Abstrak ... i

Kata Pengantar ... ii

Ucapan Terima Kasih ... iii

Daftar Isi ... v

Daftar Tabel ... vii

Daftar Gambar ... ix

Daftar Grafik ... x

Daftar Lampiran ... xii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 6

C. Batasan Masalah ... 7

D. Rumusan Masalah ... 7

E. Tujuan Penelitian dan Kegunaan Penelitian ... 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 9

A. Konsep Dasar Cerebral Palsy ... 9

B. Konsep Dasar Koordinasi ... 18

C. Konsep Dasar Kirigami ... 20

D. Penelitian Terdahulu yang Relevan ... 22

E. Kerangka Pemikiran ... 23

F. Hipotesis Penelitian ... 24

BAB III METODE PENELITIAN ... 25


(7)

B. Desain Penelitian ... 26

C. Metode Penelitian ... 27

D. Definisi Operasional Variabel ... 28

E. Instrumen Penelitian ... 30

F. Proses Pengembangan Instrumen ... 33

G. Teknik Pengumpulan Data ... 34

H. Teknik Analisis Data ... 35

I. Prosedur Penelitian ... 37

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 40

A. Hasil Penelitian ... 40

B. Analisis Data ... 44

C. Pembahasan ... 75

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ... 78

A. Kesimpulan ... 78

B. Rekomendasi ... 79

DAFTAR PUSTAKA ... 81 LAMPIRAN-LAMPIRAN


(8)

DAFTAR TABEL

Tabel

3.1. Kisi-kisi Instrumen Kemampuan Koordinasi Mata dan Tangan ... 31

3.2. Butir-butir Instrumen Kemampuan Koordinasi Mata dan Tangan ... 31

3.3. Daftar para ahli untuk judgment expert instrumen ... 33

3.4. Interpretasi Koefisien Reliabilitas ... 34

4.1. Perkembangan Kemampuan Koordinasi Mata dan Tangan Subjek S.B. 41 4.2. Panjang Kondisi ... 45

4.3. Data Estimasi Kecenderungan Arah Aspek Melipat Kertas ... 46

4.4. Data Estimasi Kecenderungan Arah Aspek Menebalkan Pola ... 47

4.5. Data Estimasi Kecenderungan Arah Aspek Menggunting Pola ... 48

4.6. Rangkuman Kondisi Kecenderungan Stabilitas Subjek S.B. ... 60

4.7. Kondisi Jejak Data ... 60

4.8. Kondisi Level Stabilitas dan Rentang ... 61

4.9. Kondisi Perubahan Level ... 61

4.10. Rangkuman Hasil Analisis Perubahan dalam Kondisi Aspek Melipat Kertas ... 62

4.11. Rangkuman Hasil Analisis Perubahan dalam Kondisi Aspek Menebalkan Pola ... 63

4.12. Rangkuman Hasil Analisis Perubahan dalam Kondisi Aspek Menggunting Pola ... 63

4.13. Data Jumlah Variabel yang Diubah ... 64

4.14. Data Kecenderungan Arah dan Efeknya pada Aspek Melipat Kertas .... 65

4.15. Data Kecenderungan Arah dan Efeknya pada Aspek Menebalkan Pola 65 4.16. Data Kecenderungan Arah dan Efeknya pada Aspek Menggunting Pola 65 4.17. Data Perubahan Kecenderungan Stabilitas Aspek Melipat Kertas ... 66

4.18. Data Perubahan Kecenderungan Stabilitas Aspek Menebalkan Pola ... 66

4.19. Data Perubahan Kecenderungan Stabilitas Aspek Menggunting Pola ... 66

4.20. Data Perubahan Level Aspek Melipat Kertas ... 67


(9)

4.22. Data Perubahan Level Aspek Menggunting Pola ... 67 4.23. Rangkuman Hasil Analisis Antar Kondisi dalam Aspek

Melipat Kertas ... 73 4.24. Rangkuman Hasil Analisis Antar Kondisi dalam Aspek

Menebalkan Pola ... 74 4.25. Rangkuman Hasil Analisis Antar Kondisi dalam Aspek


(10)

DAFTAR GAMBAR

Gambar

1.1. Hasil Karya Seni Keterampilan Kirigami Bentuk Bunga ... 5 2.1. Hasil Karya Seni Kirigami Bentuk Tengkorak ... 21


(11)

DAFTAR GRAFIK

Grafik

3.1. Prosedur Dasar Desain A-B-A ... 26 4.1. Perkembangan Aspek Melipat Kertas pada Fase

Baseline 1 (A1), Intervensi (B), Baseline 2 (A2) ... 42

4.2. Perkembangan Aspek Menebalkan Pola pada Fase

Baseline 1 (A1), Intervensi (B), Baseline 2 (A2) ... 43

4.3. Perkembangan Aspek Menggunting Pola pada Fase

Baseline 1 (A1), Intervensi (B), Baseline 2 (A2) ... 44

4.4. Estimasi Kecenderungan Arah Kemampuan Menulis Permulaan Aspek Melipat Kertas pada Fase Baseline 1, Intervensi, Baseline 2 ... 46 4.5. Estimasi Kecenderungan Arah Kemampuan Koordinasi Mata

dan Tangan Aspek Menebalkan Pola pada Fase Baseline 1, Intervensi,

Baseline 2... 47

4.6. Estimasi Kecenderungan Arah Kemampuan Koordinasi Mata

dan Tangan Aspek Menggunting Pola pada Fase Baseline 1, Intervensi,

Baseline 2... 48

4.7. Kecenderungan Stabilitas Aspek Melipat Kertas pada Fase Baseline 1 . 50 4.8. Kecenderungan Stabilitas Aspek Menebalkan Pola pada

Fase Baseline 1 ... 51 4.9. Kecenderungan Stabilitas Aspek Menggunting Pola pada

Fase Baseline 1 ... 52 4.10. Kecenderungan Stabilitas Aspek Melipat Kertas pada Fase Intervensi .. 53 4.11. Kecenderungan Stabilitas Aspek Menebalkan Pola pada

Fase Intervensi ... 55 4.12. Kecenderungan Stabilitas Aspek Menggunting Pola pada

Fase Intervensi ... 56 4.13. Kecenderungan Stabilitas Aspek Melipat Kertas pada Fase Baseline 2 . 57 4.14. Kecenderungan Stabilitas Aspek Menebalkan Pola pada


(12)

4.15. Kecenderungan Stabilitas Aspek Menggunting Pola pada

Fase Baseline 2 ... 59

4.16. Data Overlap Baseline 1 ke Intervensi Aspek Melipat Kertas ... 68

4.17. Data Overlap Intervensi ke Baseline 2 Aspek Melipat Kertas ... 69

4.18. Data Overlap Baseline 1 ke Intervensi Aspek Menebalkan Pola ... 70

4.19. Data Overlap Intervensi ke Baseline 2 Aspek Menebalkan Pola ... 71

4.20. Data Overlap Baseline 1 ke Intervensi Aspek Menggunting Pola ... 72


(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran I Surat Perizinan

Lampiran II Kisi-kisi dan Instrumen Penelitian Lampiran III Judgment Instrumen

Lampiran IV Program Intervensi, Uji Validitas, Uji Reliabilitas dan Hasil Pekerjaan Siswa

Lampiran V Pencatatan Data Kemampuan Koordinasi Mata dan Tangan Lampiran VI Dokumentasi dan Riwayat Hidup


(14)

1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna dibandingkan makhluk lainnya karena diberikan akal dan pikiran. Manusia sebagai makhluk hidup tentunya perlu untuk mempertahankan kehidupan. Manusia membutuhkan udara untuk bernapas, manusia memerlukan pakaian untuk melindungi kulitnya dari panasnya sinar matahari maupun dinginnya hujan, manusia juga membutuhkan makanan yang berguna sebagai penghasil tenaga pada tubuh kita untuk melakukan aktivitas sehari-hari.

Manusia membutuhkan kemampuan motorik untuk melakukan aktivitasnya sehari-hari seperti yang telah disebutkan di atas, baik itu kemampuan motorik halus maupun motorik kasar, misalnya untuk berjalan mengambil makanan, kita harus mempunyai kemampuan motorik yang maksimal. Selain itu, dibutuhkan juga koordinasi anggota tubuh agar dapat melakukan aktivititas sehari-hari. Seseorang dengan cerebral palsy memiliki salah satu hambatan dalam kemampuan motorik dan koordinasi, misalnya untuk mengambil dan memegang gelas saja ia akan mengalami kesulitan. Cerebral palsy merupakan salah satu jenis kelainan yang tergolong ke dalam tunadaksa.

Istilah tunadaksa merupakan istilah lain dari cacat tubuh atau tuna fisik, yaitu berbagai kelainan bentuk tubuh yang mengakibatkan kelainan fungsi dari tubuh untuk melakukan gerakan-gerakan yang dibutuhkan. Pada jenis anak tunadaksa tertentu disertai juga dengan kelainan panca indera dan kelainan kecerdasan. (Muslim, 1996 : 6)

Menurut Muslim (1996), anak tunadaksa dibedakan berdasarkan kelompok kelainan fungsi dan sebab yang melatarbelakanginya, yaitu :

1. Anak tunadaksa dengan kerusakan sistem persarafan, yaitu otak dan sumsum tulang belakang.

a. Anak tunadaksa dengan kerusakan otak memiliki masalah yang kompleks. Contohnya anak cerebral palsy selain mengalami kelainan gerak tubuh,


(15)

2

juga mengalami kelainan indera, dan ada diantaranya yang mengalami kelainan kecerdasan.

b. Anak tunadaksa dengan kerusakan pada tulang belakang contohnya adalah kerusakan bagian depan sel-sel tulang belakang yang disebabkan karena penyakit poliomielitis. Jenis ini mengalami kelainan kelumpuhan yang bersifat layuh dan lembek.

2. Anak tunadaksa dengan kerusakan pada alat gerak, yaitu otot, tulang, dan sendi.

a. Kerusakan tulang dan sendi, misalnya karena infeksi atau kecelakaan sehingga ada anggota gerak yang harus diamputasi.

b. Kerusakan otot, misalnya yang dikenal dengan muscle dystrhopy yang mengalami kelainan pada pertumbuhan serabut otot lurik terutama pada anggota gerak.

Anak tunadaksa memiliki berbagai macam masalah yang harus dihadapinya, antara lain :

a. Masalah fisik, diantaranya dapat berupa kelumpuhan anggota gerak atas, anggota gerak bawah, atau pada otot-otot penegak tulang punggung. Selain kelumpuhan, masalah fisik yang dialami anak tunadaksa adalah kaku sendi (kontraktur) dan perubahan bentuk misalnya skoliosis, kifosis, dan lordosis. b. Masalah gangguan fungsi mobilisasi, mulai dari gangguan berguling,

merangkak, duduk, berdiri dan berjalan. Gangguan tersebut merupakan gangguan fungsi mobilisasi pada kaki. Sedangkan gangguan fungsi mobilisasi pada tangan misalnya meraih, memegang serta menggenggam.

c. Masalah gangguan fungsi mental yaitu menghadapi masalah penyesuaian pendidikan sehingga diperlukan upaya khusus dalam kegiatan yang memerlukan kemampuan mental agar tercapai pengembangan potensi yang sesuai.

d. Masalah gangguan kemampuan kegiatan fisik sehari-hari, dapat berupa gangguan komunikasi dan activity of daily living.


(16)

3

Menurut Phelp, 1957 (Muslim, 1996 : 68), cerebral palsy merupakan golongan dari tunadaksa, yaitu seseorang yang mengalami kerusakan pada otaknya. Cerebral palsy adalah suatu kelainan pada gerak tubuh yang ada hubungannya dengan kerusakan otak yang menetap. Akibatnya otak tidak berkembang, tetapi bukan suatu penyakit yang progresif. Sedangkan menurut Soeharso, 1977 (Muslim, 1996 : 69), cerebral palsy merupakan kelainan yang kompleks, karena cerebral palsy merupakan kekakuan yang disebabkan karena sebab-sebab yang terletak di dalam otak. Cerebral palsy tidak hanya mengakibatkan gangguan gerak, tetapi bisa juga menjadi gangguan pendengaran, penglihatan, kecerdasan dan komunikasi, oleh sebab itulah cerebral palsy dianggap sebagai kelainan yang kompleks.

Berdasarkan hasil observasi di lapangan yaitu di SLB D YPAC Bandung, terdapat seorang siswa kelas IV yang berinisial S.B. dengan kelainan cerebral

palsy spastik yang memiliki hambatan dalam aspek akademik dan motorik.

Menurut hasil observasi, siswa yang berinisial S.B. ini adalah seseorang dengan cerebral palsy spastik dengan keadaan kecerdasan di bawah rata-rata, perhatian yang mudah teralihkan, jari jemari tangannya yang kaku, serta membutuhkan alat bantu untuk berjalan karena kakinya yang kaku.

Pada aspek akademik, S.B. sudah dapat membaca tetapi masih diperlukan latihan agar membacanya menjadi lebih lancar. Lalu dalam menulis, S.B. masih dalam tahap menebalkan huruf yang sebelumnya diberikan titik-titik terlebih dahulu. Akan tetapi S.B. sangat senang dalam mata pelajaran matematika, sehingga S.B. memiliki keunggulan dalam berhitung.

Pada aspek motorik kasar, S.B. sudah mampu berjalan dengan menggunakan alat bantu dan sudah mampu berguling. Sedangkan dalam aspek motorik halus, S.B. kesulitan mengendalikan gerakan terutama yang berhubungan dengan benda yang berukuran kecil, misalnya memasukkan kancing baju ke dalam lubangnya. Hal ini disebabkan karena jari jemari tangannya yang kaku dan kurangnya koordinasi antara mata dan tangan.

Allah berfirman dalam QS. Ar-Ra’du ayat 11 yang artinya “... Sesungguhnya Allah tidak mengubah sesuatu kaum sehingga mereka mengubah


(17)

4

keadaan yang ada pada diri mereka sendiri ....” Ayat tersebut bermakna bahwa

Allah tidak akan mengubah suatu keadaan seseorang kecuali seseorang itu berusaha untuk mengubah keadaannya. Maka dari itu, ini berarti pula bahwa seseorang dengan cerebral palsy yang memiliki hambatan salah satunya dalam koordinasi, tidak akan mengalami peningkatan apapun apabila ia tidak berlatih untuk mengoptimalkan kemampuannya. Sebaliknya, apabila ia berlatih dengan sungguh-sungguh, maka cepat atau lambat dan sedikit demi sedikit akan terlihat perubahan dari hasil latihan tersebut. Maka sebagai pendidik tentunya kita tidak dapat membiarkan mereka begitu saja. Kita harus membantu melatih dan memberikan motivasi kepada mereka agar mereka pada akhirnya dapat beraktivitas mandiri seperti orang-orang pada umumnya.

Berdasarkan kondisi siswa tersebut, peneliti bermaksud melakukan penelitian terhadap kemampuan koordinasi mata dan tangannya. Hal ini disebabkan karena kemampuan koordinasi mata dan tangan sangat penting dan dibutuhkan dalam melakukan aktivitas sehari-hari, misalnya untuk makan, minum, berpakaian serta merias diri. Maka dari itu, diperlukan program latihan atau kegiatan-kegiatan yang dapat membantu meningkatkan koordinasi mata dan tangan. Kegiatan yang melibatkan koordinasi mata dan tangan diantaranya mewarnai, melipat, menulis, menggunting, menempel,dan meronce manik-manik dari ukuran yang besar ke ukuran yang kecil.

Kondisi jari jemari siswa yang kaku, maka sudah dipastikan untuk melakukan kegiatan-kegiatan tersebut di atas itu tidaklah mudah, maka diperlukanlah kegiatan yang menarik untuk siswa serta dapat meningkatkan koordinasi mata dan tangan.

Salah satu kegiatan yang dapat dilakukan untuk meningkatkan koordinasi mata dan tangan adalah dengan keterampilan Kirigami. Kirigami merupakan suatu keterampilan yang berasal dari Jepang. Kata kirigami berasal dari kata “kiru

yang berarti memotong, dan “gami” yang berarti kertas (Mitarwan, 2011).

Keterampilan ini merupakan pengembangan dari keterampilan origami, hanya saja origami hanya sebatas keterampilan melipat kertas, sedangkan kirigami merupakan suatu keterampilan menggunting kertas yang sebelumnya kertas


(18)

5

dilipat terlebih dahulu sehingga menghasilkan suatu karya seni. Berikut ini contoh hasil karya seni keterampilan kirigami :

Gambar 1.1 Hasil Karya Seni Keterampilan Kirigami Bentuk Bunga.

Keterampilan kirigami ini dapat dijadikan sebagai intervensi dalam meningkatkan koordinasi mata dan tangan, karena aktivitas dalam keterampilan

kirigami ini melibatkan pula aspek koordinasi mata dan tangan. Hal yang pertama

dilakukan dalam keterampilan kirigami ini adalah melipat kertas, dalam hal ini melibatkan aspek koordinasi mata dan tangan, yaitu mata harus fokus melihat kertas serta tangan yang menggerakan kertas dari salah satu ujung kertas ke ujung yang lain, sehingga didapatkan lipatan kertas yang sama panjang. Hal yang kedua yang harus dilakukan adalah membuat pola, dalam hal ini juga melibatkan koordinasi mata dan tangan, dalam membuat pola mata harus fokus melihat ke kertas dan tangan yang bergerak untuk membuat pola dengan tepat pada kertas. Hal yang terakhir adalah menggunting pola tersebut, dalam menggunting tentunya sangat dibutuhkan koordinasi antara mata dan tangan. Mata fokus melihat pada pola yang akan digunting, sedangkan tangan yang bergerak untuk menggerakkan gunting untuk menggunting pola tersebut dengan tepat dan sesuai pola.


(19)

6

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dijelaskan di atas, penulis akan melakukan penelitian terhadap peningkatan koordinasi mata dan tangan melalui keterampilan kirigami pada siswa cerebral palsy spastik di SLB D YPAC Bandung.

B. Identifikasi Masalah

Masalah-masalah yang dapat diidentifikasi terhadap kemampuan koordinasi mata dan tangan pada siswa cerebral palsy adalah sebagai berikut: 1. Minat Siswa

Minat siswa sangat berpengaruh terhadap proses pembelajaran. Apabila siswa tidak berminat dan tidak mood untuk belajar, maka siswa tidak akan mau untuk belajar sehingga kemampuan koordinasi siswa pun tidak terlatih.

2. Latihan yang Cenderung Monoton

Siswa akan merasa bosan apabila latihan yang diberikan itu monoton, maka sebaiknya siswa diberikan latihan yang beragam agar siswa

senang dan tertarik untuk meningkatkan koordinasi mata dan tangannya. 3. Peran Orang Tua

Peran orang tua juga sangat berpengaruh terhadap kondisi anak. Orang tua perlu memberikan semangat atau motivasi pada anaknya, agar anak selalu semangat dalam belajar, sehingga apabila anak semangat dalam belajar maka kemampuan koordinasi mata dan tangan siswa akan terlatih dan diharapkan terjadi peningkatan.

4. Gaya Mengajar Guru

Gaya mengajar guru merupakan hal yang penting dalam proses melatih siswa dalam meningkatkan koordinasi mata dan tangan, karena gaya mengajar guru sangat berpengaruh terhadap hasil latihan siswa.

5. Latihan yang akan digunakan

Latihan yang digunakan dalam pembelajaran juga harus menyenangkan bagi siswa agar siswa mau dan tertarik untuk belajar. Peneliti akan menggunakan latihan keterampilan kirigami untuk meningkatkan kemampuan koordinasi


(20)

7

mata dan tangan siswa cerebral palsy spastik. Kirigami merupakan suatu keterampilan menggunting kertas yang menghasilkan suatu karya seni.

C. Batasan Masalah

Batasan masalah pada penelitian ini adalah peningkatan koordinasi mata dan tangan melalui keterampilan kirigami pada siswa cerebral palsy spastik di SLB D YPAC Bandung. Pada keterampilan ini, siswa diberikan tes secara praktik yaitu dalam aspek melipat kertas, menebalkan pola dan menggunting pola, serta diberikan intervensi melalui keterampilan kirigami dengan ketiga aspek yang sama pula.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan, maka masalah dalam

penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut : “Apakah ada peningkatan

koordinasi mata dan tangan setelah diberikan intervensi melalui keterampilan

kirigami?

E. Tujuan Penelitian dan Kegunaan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini terbagi menjadi dua, yaitu tujuan umum dan tujuan khusus :

 Tujuan Umum

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada peningkatan koordinasi mata dan tangan siswa cerebral palsy spastik setelah diberikan intervensi melalui keterampilan kirigami.

 Tujuan Khusus

a. Mengetahui kemampuan koordinasi mata dan tangan siswa cerebral

palsy spastik sebelum diberikan intervensi melalui keterampilan kirigami.

b. Mengetahui kemampuan koordinasi mata dan tangan siswa cerebral

palsy spastik setelah diberikan intervensi melalui keterampilan kirigami.


(21)

8

c. Mengetahui apakah ada pengaruh dari penerapan keterampilan kirigami terhadap peningkatan koordinasi mata dan tangan pada siswa cerebral

palsy spastik.

Sedangkan kegunaan dari penelitian ini adalah :

a. Dalam tataran teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan terutama bagi orang yang berkecimpung di dunia pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus.

b. Dalam tataran praktis, hasil penelitian ini dapat menjadi masukan bagi: 1) Pendidik; dapat menjadi kegiatan yang dapat digunakan ketika

menghadapi siswa, khususnya siswa berkebutuhan khusus yang mengalami hambatan dalam koordinasi mata dan tangan.

2) Siswa; dengan keterampilan ini, siswa dapat mengekspresikan imajinasinya untuk membuat karya seni yang indah. Selain itu, kemampuan koordinasi mata dan tangan siswa tentunya akan terlatih. 3) Pembaca; dapat dijadikan contoh atau sumber referensi untuk meneliti


(22)

25

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Subjek Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SLB D YPAC Bandung yang berada di Jalan Mustang No. 46 Bandung. Penelitian ini dilakukan di luar kegiatan belajar, agar tercipta suasana yang santai dan nyaman yang memungkinkan siswa akan diteliti ketika berada di rumahnya.

2. Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini yaitu seorang siswa cerebral palsy spastik berjenis kelamin perempuan.

Nama : S.B.

Kelas : D1-IV SDLB di SLB D YPAC Bandung

Tempat tanggal lahir : Bandung, 31 Desember 2003

Alamat : Jl. Cipedes Atas RT 03 RW 02 Kel. Sukarasa Kec. Sukasari Kota Bandung

Agama : Islam

Anak ke- dari : 1

BB dan TB : 24 kg dan 135 cm

S.B. tergolong siswa cerebral palsy spastik dengan hambatan tangan dan kaki yang kaku. S.B. hanya dapat berjalan dengan menggunakan alat bantu walker. Dalam bidang akademik, S.B. tergolong siswa yang agak lambat dalam belajar. Hal ini dikarenakan perhatiannya mudah teralihkan, mempunyai rasa yang tidak percaya diri serta jarang masuk sekolah. Akan tetapi S.B. sangat senang dalam mata pelajaran matematika, sehingga S.B. memiliki keunggulan dalam berhitung.

Berdasarkan hasil observasi, kemampuan S.B. dalam gerak dasar yang meliputi gerakan kepala, gerakan anggota gerak atas, gerakan punggung dan gerakan anggota gerak bawah ia sudah mampu, kecuali dalam menggerakkan


(23)

26

pergelangan kaki ke atas dan ke bawah serta ke kanan dan kiri ia tidak mampu. Dalam hal keseimbangan, S.B. sudah mampu menyeimbangkan dirinya ketika duduk, namun dalam berdiri dan berjalan ia tidak mampu. Hal ini disebabkan karena kondisi kakinya yang kaku.

B. Desain Penelitian

Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian dengan subjek tunggal atau single subject research (SSR). SSR merupakan suatu metode penelitian eksperimen yang dilaksanakan pada subjek tunggal dengan tujuan untuk mengetahui besarnya pengaruh dari perlakuan yang diberikan secara berulang-ulang terhadap perilaku yang ingin dirubah dalam waktu tertentu.

Desain tunggal yang digunakan adalah desain A-B-A, yang terdiri dari tahapan kondisi A1 (baseline 1), B (perlakuan), A2 (baseline 2). Menurut Sunanto

et al. (2006: 61), desain A-B-A merupakan salah satu pengembangan dari desain

dasar A-B, desain A-B-A telah menunjukkan adanya hubungan sebab akibat antara variabel terikat dan variabel bebas. Mula-mula target behaviour diukur secara kontinyu pada kondisi baseline (A1) dengan periode waktu tertentu kemudian kondisi intervensi (B) pengukuran pada kondisi baseline kedua (A2) diberikan. Penambahan kondisi baseline yang kedua (A2) ini dimaksudkan sebagai kontrol untuk fase intervensi sehingga memungkinkan untuk menarik kesimpulan adanya hubungan fungsional antara variabel bebas dan terikat variabel terikat.


(24)

27

Pada penelitian ini A1 (baseline 1) yakni kemampuan dasar, yaitu bagaimana kemampuan siswa dalam koordinasi mata dan tangan, yang meliputi aspek melipat kertas, aspek menebalkan pola dan aspek menggunting pola. Pengamatan dan pengambilan data tersebut dilakukan secara berulang untuk memastikan data yang sudah didapat dan melihat kemampuan awal anak secara pasti, serta dilaksanakan dalam suasana alami, yakni tidak dibuat-buat, dan tidak diketahui anak, bahwa anak sedang diobservasi.

B (perlakuan atau intervensi) yang diberikan berupa penerapan keterampilan kirigami sebelum proses belajar berlangsung. Pada fase ini, intervensi yang dilakukan adalah membuat lipatan kertas, membuat pola pada lipatan kertas, dan menggunting pola sehingga dihasilkan bentuk yang baru dari lipatan kertas tersebut.

A2 (baseline 2), yakni pengamatan kembali terhadap kemampuan siswa dalam koordinasi mata dan tangan, yang meliputi aspek melipat kertas, aspek menebalkan pola dan aspek menggunting pola setelah diberikan intervensi berupa keterampilan kirigami. Hal ini juga dapat menjadi evaluasi sejauh mana intervensi yang diberikan berpengaruh terhadap subjek.

C. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kuantitatif eksperimen dengan rancangan eksperimen subjek tunggal (Single

Subject Research) menggunakan desain A – B – A.

Menurut Krathwohl, 1997: 7 (Syaodih, 2006: 57) penelitian eksperimen merupakan penelitian yang bersifat validation atau menguji, yaitu menguji pengaruh satu atau lebih variabel terhadap variabel lain. Menurut Sukardi, 2011: 179 (Nursyahidah, 2012) penelitian eksperimen pada prisipnya dapat didefinisikan sebagai metode sistematis guna membangun hubungan yang mengandung fenomena sebab akibat (causal-effect relationship). Menurut Latipun, 2002 (Nursyahidah, 2012) mengemukakan bahwa penelitian eksperimen merupakan penelitian yang dilakukan dengan melakukan manipulasi yang bertujuan untuk mengetahui akibat manipulasi terhadap perilaku individu yang


(25)

28

diamati. Sedangkan menurut Sugiyono (2008: 107) “metode penelitian eksperimen adalah metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan terhadap variabel tertentu dalam kondisi yang terkendalikan”.

Pengertian mengenai SSR menurut Sunanto et al. (2006: 56) SSR merupakan suatu metode penelitian eksperimen yang dilaksanakan pada subjek tunggal dengan tujuan untuk mengetahui besarnya pengaruh dari perlakuan yang diberikan secara berulang-ulang terhadap perilaku yang ingin dirubah dalam waktu tertentu.

Pada penelitian ini, diujikan pengaruh keterampilan kirigami terhadap peningkatan koordinasi mata dan tangan dalam aspek melipat kertas, menebalkan pola dan menggunting pola pada siswa cerebral palsy spastik.

D. Definisi Operasional Variabel

Dalam penelitian ini terdiri dari dua variabel, yaitu : a. Variabel Independent (variabel bebas)

Variabel Independent (variabel bebas) adalah variabel yang memberikan pengaruh atau efek terhadap peristiwa lain. Dalam penelitian ini, yang menjadi variabel independent adalah latihan keterampilan kirigami.

Kirigami merupakan suatu keterampilan menggunting kertas yang

sebelumnya kertas dilipat terlebih dahulu sehingga menghasilkan suatu karya seni. Alat yang dibutuhkan dalam keterampilan ini sangat sederhana dan mudah didapatkan, yaitu hanya membutuhkan kertas dan gunting.

Keterampilan kirigami ini dapat dijadikan sebagai intervensi dalam meningkatkan koordinasi mata dan tangan, karena aktivitas dalam keterampilan kirigami ini melibatkan pula aspek koordinasi mata dan tangan. Hal yang pertama dilakukan dalam keterampilan kirigami ini adalah melipat kertas, dalam hal ini melibatkan aspek koordinasi mata dan tangan, yaitu mata harus fokus melihat kertas serta tangan yang menggerakan kertas dari salah satu ujung kertas ke ujung yang lain, sehingga didapatkan lipatan kertas yang sama panjang. Hal yang kedua yang harus dilakukan adalah membuat pola, dalam hal ini juga melibatkan koordinasi mata dan tangan, dalam membuat


(26)

29

pola mata harus fokus melihat ke kertas dan tangan yang bergerak untuk membuat pola dengan tepat pada kertas. Hal yang terakhir adalah menggunting pola tersebut, dalam menggunting tentunya sangat dibutuhkan koordinasi antara mata dan tangan. Mata fokus melihat pada pola yang akan digunting, sedangkan tangan yang bergerak untuk menggerakkan gunting untuk menggunting pola tersebut dengan tepat dan sesuai pola.

Keterampilan kirigami memberikan manfaat pendidikan pada bidang seni, matematika, desain grafis serta koordinasi mata dan tangan. Oleh sebab itu, maka peneliti akan menggunakan keterampilan kirigami sebagai latihan untuk meningkatkan koordinasi mata dan tangan siswa cerebral palsy spastik.

b. Variabel Dependent (variabel terikat)

Variabel Dependent (variabel terikat) adalah variabel yang ditimbulkan atau dipengaruhi oleh variabel bebas. Pada penelitian ini, yang menjadi variabel terikat adalah peningkatan koordinasi mata dan tangan pada siswa cerebral palsy spastik. Koordinasi merupakan suatu kerja sama antar anggota tubuh untuk melakukan suatu gerakan tertentu. Kegiatan koordinasi mata dan tangan yang menjadi target behavior ada tiga aspek yaitu aspek melipat kertas, aspek menebalkan pola dan aspek menggunting pola.

Pada aspek melipat kertas mata harus fokus melihat kertas serta tangan yang menggerakan kertas dari salah satu ujung kertas ke ujung yang lain, sehingga didapatkan lipatan kertas yang sama panjang. Pada aspek menebalkan pola juga diperlukan koordinasi mata dan tangan, mata fokus pada pola yang akan ditebalkan dan tangan bergerak menebalkan pola tersebut dengan tepat. Begitu pula dalam menggunting pola, dibutuhkan koordinasi antara mata dan tangan, mata fokus melihat pada pola yang akan digunting dan tangan menggerakkan gunting untuk menggunting pola tersebut dengan tepat.


(27)

30

E. Instrumen Penelitian

Pada prinsipnya meneliti adalah melakukan pengukuran, maka diperlukan alat ukur yang baik untuk melakukan sebuah penelitian. Alat ukur dalam penelitian dinamakan instrumen penelitian. Menurut Sugiyono (2008: 148) instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati. Secara spesifik semua fenomena ini disebut variabel penelitian. Menurut Arikunto, 2003: 160 (Saefatul, 2013:26) instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap, dan sistematis sehingga lebih mudah diolah. Sedangkan Syaodih (2006: 230) mengatakan bahwa:

Instrumen tes bersifat mengukur, karena berisi pertanyaan atau pernyataan yang alternatif jawabannya memiliki standar jawaban tertentu, benar-salah ataupun skala jawaban. Instrumen yang berisi jawaban benar-salah dapat berbentuk tes pilihan jamak (multiple choice), benar salah (true false), menjodohkan (matching

choice), jawaban singkat (short answer) ataupun tes isian (completion test).

Pada penelitian ini, peneliti bermaksud memperoleh data mengenai peningkatan koordinasi mata dan tangan melalui keterampilan kirigami pada siswa cerebral palsy spastik. Maka dari itu dibuatlah instrumen yang disesuaikan dengan kebutuhan penelitian untuk memperoleh data tersebut. Namun sebelum membuat instrumen, perlu dibuat kisi-kisi instrumen terlebih dahulu. Hal ini dimaksudkan untuk memudahkan peneliti dalam menyusun instrumen. Setelah membuat kisi-kisi instrumen, dibuat pula pengembangan butir-butir instrumen dan menyusun program intervensinya. Berikut ini adalah langkah-langkah yang dilakukan dalam penyusunan instrumen:

1) Membuat kisi-kisi instrumen kemampuan koordinasi mata dan tangan;

Seperti yang telah dijelaskan di atas, kisi-kisi instrumen dibuat untuk mempermudah peneliti dalam membuat instrumen yang nantinya akan dikerjakan oleh siswa. Peneliti harus memahami teori-teori mengenai penelitian yang akan dilakukan agar memperoleh indikator yang valid untuk dapat menyusun instrumen (Sugiyono, 2008: 149).


(28)

31

Tabel 3.1 Kisi-kisi Instrumen Kemampuan Koordinasi Mata dan Tangan

Komponen Sub Komponen Indikator

5. Koordinasi 5.6 Koordinasi Mata Dan Tangan

1. Melipat Kertas 2. Menebalkan Pola 3. Menggunting

Pola

2) Pengembangan butir-butir instrumen kemampuan koordinasi mata dan tangan;

Setelah membuat kisi-kisi instrumen, langkah selanjutnya adalah mengembangkan butir-butir soal. Butir-butir soal dikembangkan berdasarkan indikator-indikator yang telah dibuat.

Tabel 3.2 Butir-butir Instrumen Kemampuan Koordinasi Mata dan Tangan

Komponen Sub

Komponen Indikator Sub Indikator

Kriteria Penilaian

3 2 1

5. Koordinasi 5.6 Koordinasi Mata dan Tangan 1.Melipat kertas

1.1Melipat kertas sama panjang secara vertikal

1.2Melipat kertas sama panjang secara horizontal

1.3Melipat kertas sama panjang secara diagonal dari kanan atas ke kiri bawah

1.4Melipat kertas sama panjang secara diagonal dari kanan bawah ke kiri atas

2.

Menebalkan pola

2.1Menebalkan pola garis vertikal 2.2Menebalkan pola garis horizontal 2.3Menebalkan pola garis diagonal

kanan

2.4Menebalkan pola garis diagonal kiri

2.5Menebalkan pola garis lengkung 2.6Menebalkan pola lingkaran 3.

Menggunting pola

3.1Menggunting pola garis vertikal 3.2Menggunting pola garis horizontal 3.3Menggunting pola garis diagonal

kanan


(29)

32

kiri

3.5Menggunting pola garis lengkung 3.6Menggunting pola lingkaran

Keterangan aspek melipat kertas:

 Nilai 3 : jika siswa mampu melipat kertas sama panjang sesuai pola.

 Nilai 2 : jika siswa mampu melipat kertas sesuai pola, namun tidak sama panjang.

 Nilai 1 : jika siswa tidak mampu melipat kertas sama panjang, dan tidak sesuai pola.

*Skor maksimum : 36

Keterangan aspek menebalkan pola:

 Nilai 3 : jika siswa mampu menebalkan pola sesuai bentuknya, dan tidak keluar garis.

 Nilai 2 : jika siswa mampu menebalkan pola, tetapi keluar garis.

 Nilai 1 : jika siswa mampu membuat coretan, tetapi tidak membentuk pola yang disediakan.

*Skor maksimum : 54.

Keterangan aspek menggunting pola:

 Nilai 3 : jika siswa mampu menggunting sesuai pola.

 Nilai 2 : jika siswa mampu menggunting, tetapi tidak sesuai pola

 Nilai 1 : jika siswa hanya mampu menggunting, tetapi tidak pada pola yang disediakan.

*Skor maksimum : 54

Catatan: Setiap sub indikator terdiri dari tiga butir soal.

3) Menyusun Program Intervensi

Program intervensi diberikan kepada siswa dengan menggunakan keterampilan kirigami. Dengan dibuatnya program intervensi ini diharapkan siswa mampu mengembangkan kemampuan koordinasi mata dan tangannya sehingga kemampuannya dapat berkembang seoptimal mungkin.


(30)

33

F. Proses Pengembangan Instrumen

1) Uji Validitas Instrumen

Instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data itu valid. Valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur. Dengan menggunakan instrumen yang valid dalam pengumpulan data, maka diharapkan hasil penelitian akan menjadi valid. Jadi, instrumen yang valid merupakan syarat mutlak untuk mendapatkan hasil penelitian yang valid (Sugiyono, 2008: 173). Maka dari itu sebelum instrumen diujikan pada siswa, instrumen tersebut harus diuji validitasnya terlebih dahulu.

Uji validitas instrumen ini dilakukan oleh pendapat ahli (judgment expert). Pengujian validitas instrumen ini dinilai oleh satu orang dosen PKh dan satu orang guru di SLB D YPAC Bandung. Uji validitas yang dilakukan pada instrumen penelitian ini menggunakan uji validitas isi (content validity) yang berkenaan dengan isi dan format instrumen. Berikut ini daftar penguji validitas instrumen yang dibuat oleh peneliti:

Tabel 3.3 Daftar para ahli untuk judgment expert instrumen

No Nama Jabatan

1. M.A Dosen PKh

2. E.H Guru SLB

Skor hasil validitas instrumen diukur dengan menggunakan rumus:

Berdasarkan perhitungan butir soal 1-48 didapatkan hasil 100%, yang artinya instrumen tersebut valid dan dinyatakan layak untuk digunakan dalam penelitian. Hasil perhitungan terlampir pada lampiran nomor IV.

2) Uji Reliabilitas Instrumen

Sebuah instrumen yang akan diujikan, tidak hanya harus valid, tetapi juga harus reliabel. Reliabilitas berkenaan dengan tingkat keajegan atau ketetapan hasil pengukuran. Suatu instrumen memiliki tingkat reliabilitas yang memadai, apabila


(31)

34

instrumen tersebut digunakan mengukur aspek yang diukur beberapa kali hasilnya sama atau relatif sama (Syaodih, 2006: 229). Maka dari itu, setelah instrumen diuji validitasnya, instrumen tersebut juga harus diuji reliabilitasnya. Dalam uji reliabilitas ini, instrumen harus diujikan pada subyek yang memiliki karakteristik yang sama atau mendekati subyek dalam penelitian. Instrumen diujikan kepada 5 orang siswa di SLB PGRI Pasirjambu yang memiliki kemampuan koordinasi mata dan tangan yang masih rendah.

Berikut ini merupakan tabel interpretasi koefisien reliabilitas menurut Arikunto, 2010:

Tabel 3.4 Interpretasi Koefisien Reliabilitas Rentang Koefisien Reliabilitas Interpretasi

0,08-1,00 Sangat tinggi

0,60-0,79 Tinggi

0,20-0,59 Rendah

0,00-0,19 Sangat Rendah

Perhitungan reliabilitas pada instrumen ini dihitung dengan menggunakan perangkat lunak (software) komputer yaitu dengan aplikasi ANATES. Hasil yang didapat dari perhitungan uji reliabilitas ini yaitu 1,00 (sangat tinggi) artinya instrumen dinyatakan reliabel dan layak untuk digunakan dalam penelitian. Hasil perhitungan terlampir pada lampiran nomor IV.

G. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian dapat dilakukan dengan berbagai macam teknik, baik itu menggunakan tes maupun non tes. Tes dapat dilakukan dengan tes lisan, tes tulis, tes perbuatan dan sebagainya. Sedangkan non tes dapat dilakukan diantaranya melalui wawancara, observasi, angket, dokumentasi, maupun inventori.

Adapun teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan tes. “Tes adalah serentetan pertanyaan dalam latihan atau alat lain


(32)

35

yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan, intelegensi, kemampuan yang dimiliki kelompok atau individu” (Arikunto, 2006:150). Teknik pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan tes perbuatan (praktik). Tes perbuatan (praktik) dilakukan dengan tes melipat kertas, tes menebalkan pola dan tes menggunting pola. Tes ini diberikan kepada siswa pada tahap baseline 1 (A1) untuk mengetahui kemampuan awal siswa dalam hal koordinasi mata dan tangan pada ketiga aspek tersebut sebelum diberikan intervensi. Tahap A1 dilakukan minimal tiga hingga lima sesi atau sampai didapat data yang stabil (Sunanto et al. 2005: 62). Kemudian tes diberikan kembali pada tahap intervensi (B) untuk mengetahui kemampuan siswa selama diberikan intervensi. Pada tahap terakhir, yaitu baseline 2 (A2) diberikan kembali tes tersebut untuk mengetahui kemampuan siswa setelah diberikan intervensi apakah ada peningkatan atau tidak.

H. Teknik Analisis Data

Pada penelitian kuantitatif, analisis data merupakan kegiatan setelah data-data terkumpul. Teknik analisis data-data dalam penelitian kuantitatif menggunakan statistik deskriptif maupun statistik inferensial. Namun pada penelitian dengan kasus tunggal penggunaan statistik yang kompleks tidak dilakukan, tetapi lebih banyak menggunakan statistik deskriptif yang sederhana.

Proses analisis data pada penelitian ini adalah banyak divisualisasikan dengan menggunakan grafik. Pembuatan grafik ini memiliki dua tujuan utama yaitu untuk membantu mengorganisasi data sepanjang proses pengumpulan data yang nantinya akan mempermudah untuk mengevaluasi dan untuk memberikan rangkuman data kuantitatif serta mendeskripsikan target behavior yang akan membantu dalam proses menganalisis hubungan antara variabel bebas dan terikat (Sunanto et al. 2005: 36). Skor jawaban siswa dari setiap sesinya akan dipersentasikan dengan menggunakan rumus:


(33)

36

Komponen-komponen penting yang akan dianalisis meliputi:

1. Analisis dalam kondisi adalah menganalisis perubahan data dalam satu kondisi misalnya kondisi baseline atau kondisi intervensi, sedangkan komponen yang akan dianalisis meliputi:

a) Panjang Kondisi

Panjang kondisi atau banyaknya data dalam setiap kondisi ini tidak ada ketentuan banyaknya, tetapi data dalam tahap baseline ditentukan sampai dengan data yang didapat menunjukan stabilitas dan arah yang jelas. b) Estimasi Kecenderungan Arah

Kecenderungan arah digambarkan oleh garis lurus yang melintasi semua data dalam suatu kondisi banyaknya data yang berada dibawah dan di atas garis tersebut sama banyak. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah split middle atau belah tengah, karena membuat garis lurus yang membelah data dalam suatu kondisi berdasarkan median.

c) Kecenderungan Stabilitas

Tingkat stabilitas menunjukan tingkat homogenitas data dalam suatu kondisi. Hal ini ditentukan dengan menghitung banyaknya data yang berada dalam rentang 50% di atas dan di bawah mean. Jika sebanyak 50% atau lebih data berada dalam rentang 50% di atas dan di bawah mean, maka data tersebut dikatakan stabil.

d) Jejak Data (Path)

Jejak data merupakan perubahan dari data satu ke data yang lain dalam suatu kondisi. Jejak data ini ada tiga kemungkinan, yakni meningkat, menurun, atau mendatar.

e) Rentang

Rentang dalam sekelompok data pada suatu kondisi merupakan jarak antara data pertama dengan data terakhir (Sunanto, 2006: 12).

f) Perubahan Level (Level Change)

Tingkat perubahan ini merupakan selisih data dalam suatu kondisi antara data pertama dengan data terakhir.


(34)

37

2. Analisis Antar Kondisi adalah perubahan data antar suatu kondisi misalnya kondisi baseline (A) ke kondisi intervensi (B). Komponen-komponen analisis antar kondisi meliputi:

a) Jumlah variabel yang diubah (Number of variable changed)

b) Perubahan kecenderungan arah dan efeknya (Change in Trend variable

and Effect)

c) Perubahan kecenderungan stabilitas dan efeknya (Change in trend

stability)

d) Perubahan level (Change in Level)

e) Persentase overlap (Presentage of Overlap)

Langkah-langkah yang ditempuh dalam menganalisis data yang telah diperoleh tersebut adalah sebagai berikut:

a. Menghitung persentase target behavior pada fase baseline. b. Menghitung persentase target behavior pada fase intervensi.

c. Membuat tabel data hasil pengukuran target behavior pada fase baseline dan fase intervensi.

d. Menganalisis data dalam kondisi dan antar kondisi untuk mengetahui pengaruh intervensi terhadap target behavior yang ingin dicapai.

I. Prosedur Penelitian

1. Tahap Persiapan Penelitian

Langkah-langkah persiapan penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut:

a) Melakukan studi pendahuluan di SLB D YPAC Bandung b) Menetapkan subyek dan permasalahan yang akan diteliti c) Mengurus surat perizinan, meliputi:

 Pengajuan surat ketetapan dosen pembimbing yang diajukan pada Dekan FIP.

 Permohonan izin penelitian dari Dekan FIP kepada Rektor UPI melalui Direktur Direktorat Akademik.


(35)

38

 Permohonan izin penelitian dari Rektor UPI kepada Kepala Badan Kesbangpol Linmasda (Kesatuan Bangsa dan Politik).

 Permohonan izin penelitian dari Kepala Badan Kesbangpol Linmasda kepada Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat.

 Setelah mendapatkan surat izin penelitian dari Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat, surat tersebut diberikan kepada Kepala Sekolah SLB D YPAC Bandung untuk meminta izin melaksanakan penelitian..

d) Menyusun instrumen penelitian mengenai kemampuan koordinasi mata dan tangan yang meliputi aspek melipat kertas, menebalkan pola dan menggunting pola untuk digunakan pada siswa cerebral palsy spastik. Instrumen penelitian ini meliputi kisi-kisi instrumen, pembuatan butir soal, dan pembuatan program intervensi.

e) Melakukan uji coba instrumen penelitian, uji coba instrumen ini meliputi uji validitas dan reliabilitas. Uji validitas dilakukan pada satu orang dosen PKh dan satu orang guru SLB.

f) Menganalisis hasil uji coba instrumen. 2. Pelaksanaan Penelitian

Pelaksanaan penelitian dilakukan sebanyak 16 sesi, dengan pembagian A1 (baseline 1) sebanyak empat sesi, B (intervensi) sebanyak delapan sesi dan A2 (baseline 2) sebanyak empat sesi. Berikut ini adalah langkah-langkah pelaksanaan penelitian:

a) Memberikan tes kepada siswa pada tahap baseline 1 (A1) untuk mengetahui kemampuan awal siswa dalam koordinasi mata dan tangan pada aspek melipat kertas, menebalkan pola dan menggunting pola sebelum diberikan intervensi.

b) Memberikan intervensi (B) kepada siswa melalui keterampilan

kirigami. Setelah itu diberikan tes kembali untuk mengetahui

apakah ada peningkatan atau tidak selama diberikan intervensi. c) Memberikan tes kepada siswa pada tahap baseline 2 (A2) untuk


(36)

39

melipat kertas, menebalkan pola dan menggunting pola siswa setelah diberikan intervensi melalui keterampilan kirigami.

d) Mengumpulkan dan menganalisis data hasil penelitian. e) Menyusun laporan


(37)

78

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A.Kesimpulan

Berdasarkan perolehan data yang telah dianalisis, dapat disimpulkan bahwa kemampuan koordinasi mata dan tangan yang diintervensi dengan keterampilan kirigami pada subjek S.B. secara keseluruhan mengalami peningkatan. Tetapi pada sub indikator tertentu ada yang tidak mengalami perubahan sama sekali. Ini berarti bahwa keterampilan kirigami berpengaruh dalam meningkatkan koordinasi mata dan tangan. Selain itu keterampilan kirigami dapat membuat anak senang sekaligus melatih imajinasinya, karena disini anak bebas untuk membuat suatu karya seni. Peningkatan kemampuan koordinasi mata dan tangan ini dapat dilihat dari nilai mean level pada setiap aspek dan pada setiap fasenya.

Pada aspek melipat kertas, mean level pada fase baseline 1 adalah 49,9%, pada fase intervensi diperoleh sebesar 59,6% dan pada fase baseline 2 mean level yang diperoleh adalah 74,9%. Peningkatan pada aspek ini terlihat pada fase intervensi, dimana anak sedikit-sedikit sudah mulai mampu untuk melipat kertas sesuai pola dengan rapih. Ini berarti bahwa pada aspek melipat kertas terjadi peningkatan.

Pada aspek menebalkan pola juga terdapat peningkatan yang cukup baik, pada fase baseline 1 mean level yang diperoleh sebesar 69,4%, pada fase intervensi sebesar 72,4% dan pada fase baseline 2 adalah sebesar 74%. Dalam menebalkan pola, S.B. sudah mulai mampu menebalkan pola garis vertikal, horizontal, diagonal kanan dan kiri dengan rapih, namun untuk pola garis lengkung dan lingkaran masih belum ada peningkatan.

Begitu pula dalam aspek menggunting pola, kemampuan subjek S.B. secara keseluruhan mengalami peningkatan. Hal ini dapat dilihat dari perolehan mean level pada fase baseline 1 sebesar 68,5%, meningkat pada fase intervensi sebesar 70,7%, lalu meningkat lagi pada fase baseline 2 menjadi 77,25%. Seperti halnya dalam aspek menebalkan pola, dalam aspek ini juga S.B. sudah mulai


(38)

79

mampu untuk menggunting pola garis vertikal, horizontal, diagonal kanan dan kiri secara rapih. Namun tidak ada peningkatan yang signifikan dalam menggunting pola garis lengkung dan lingkaran.

B.Rekomendasi

Berdasarkan kesimpulan yang telah dipaparkan di atas, bahwa keterampilan kirigami dapat memberikan pengaruh terhadap koordinasi mata dan tangan, maka penulis memberikan rekomendasi untuk:

1. Pendidik

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat dijadikan salah satu rekomendasi untuk menggunakan keterampilan kirigami dalam menghadapi siswa yang mengalami hambatan dalam koordinasi mata dan tangan. Namun pada pelaksanaan kegiatan ini diperlukan bimbingan dan pengawasan dari pendidik terkait penggunaan alat gunting yang merupakan benda tajam agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.

2. Orang Tua

Orang tua diharapkan dapat membimbing anaknya secara rutin dalam meningkatkan koordinasi mata dan tangannya dengan menggunakan keterampilan kirigami, agar anak mengalami peningkatan dalam hal tersebut. Alat dan bahan yang diperlukan pun tidaklah sulit, hanya membutuhkan sebuah gunting dan selembar kertas saja maka para orang tua sudah dapat membimbing anaknya dalam meningkatkan kemampuan koordinasi mata dan tangan, mengingat koordinasi mata dan tangan merupakan hal yang paling utama untuk dapat melakukan berbagai aktivitas sehari-hari, tanpa itu seseorang akan merasa kesulitan untuk menjalankan aktivitasnya sehari-hari.

3. Peneliti selanjutnya

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa keterampilan kirigami dapat meningkatkan kemampuan koordinasi mata dan tangan. Keterampilan kirigami masih terdengar asing bagi sebagian orang, maka dari itu penulis merekomendasikan pada peneliti selanjutnya


(39)

80

untuk meneliti lebih jauh tentang pengaruh keterampilan kirigami pada kasus yang berbeda, misalnya dalam meningkatkan kreativitas dan imajinasi anak serta dalam bidang seni dan matematika, karena manfaat dari keterampilan kirigami ini tidak hanya untuk meningkatkan koordinasi mata dan tangan saja, tetapi salah satu manfaat lain dari keterampilan

kirigami adalah untuk meningkatkan daya imajinasi anak untuk


(40)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian; Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Arry, U. (2011). Seni Origami dan Kirigami [Online]. Tersedia: http://edukasi.kompasiana.com/2011/06/26/seni-origami-dan-kirigami-376489.html. [01 September 2013].

Assjari, M. (1995). Ortopedagogik Anak Tunadaksa. Bandung. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Dirjen Pendidikan Tinggi.

Florence, T. (2006). Kirigami Home Decorations. United States: Tuttle Publishing

Karyana, A. (2013). Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus Tunadaksa. Jakarta: PT. Luxima Metro Media

Mitarwan, M.Hamid. (2011). Kirigami Bunga, Buah dan Sayuran. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama

Muslim, A dan Sugiarmin, M. (1996). Ortopedi dalam Pendidikan Anak

Tunadaksa. DEPDIKBUD

Muhammad, J. (2008). Special Education for Special Children. Jakarta: PT. Mizan Publika

Nuraini. (2010). Penyebab Tunadaksa. [Online] Tersedia: http://nurainiplb2010.blogspot.com/2010/12/penyebab-tuna-daksa.html [14 Oktober 2011]

Nurhasanah. (2010). Peningkatan Koordinasi Motorik Anak Cerebral Palsy

Spastik melalui Gerakan Tari Saman di SLB D YPAC Bandung.

Bandung: tidak diterbitkan

Nursyahidah, Farida. (2012). Penelitian Eksperimen. [Online] Tersedia:

http://faridanursyahidah.files.wordpress.com/2012/05/penelitian-eksperimen_farida.pdf[21 November 2013]

Olvista. (2011). Kirigami seni Lipat-Potong Kertas. [Online]. Tersedia: http://olvista.com/hobby/kirigami-seni-lipat-potong-kertas/. [01 September 2013].

Rahyubi, H. (2012). Teori-teori Belajar dan Aplikasi Pembelajaran Motorik. Majalengka: Referens


(41)

Saefatul-Mustaqimah, U. (2013). Efektivitas Penggunaan Media Fondant

untuk Meningkatkan Kemampuan Motorik Halus dalam Menulis Permulaan Siswa Cerebral Palsy Sedang di SLB D YPAC Bandung.

Bandung: tidak diterbitkan

Sugiyono. (2008). Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta

Suharsimi, A. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka Cipta

Sunanto, J. et al. (2006). Penelitian dengan Subjek Tunggal. Bandung: UPI Press

Suprihatin, T. (2010). Pengaruh Permainan Enerjetik dalam Meningkatkan

Kemampuan Koordinasi Gerak Mata, Tangan dan Kaki Siswa Tunagrahita Sedang. Bandung: tidak diterbitkan

Syaodih-Sukmadinata, N. (2006). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya

Tn. (2011). Faktor Penyebab terjadinya Tunadaksa. [Online]. Tersedia: http://pabk-4you.blogspot.com/2011/08/faktor-penyebab-terjadinya-tunadaksa.html. [01 November 2011].

Widati, S. et al (2010). Hand Out Mata Kuliah Bina Diri dan Bina Gerak


(1)

melipat kertas, menebalkan pola dan menggunting pola siswa setelah diberikan intervensi melalui keterampilan kirigami.

d) Mengumpulkan dan menganalisis data hasil penelitian. e) Menyusun laporan


(2)

78

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A.Kesimpulan

Berdasarkan perolehan data yang telah dianalisis, dapat disimpulkan bahwa kemampuan koordinasi mata dan tangan yang diintervensi dengan keterampilan kirigami pada subjek S.B. secara keseluruhan mengalami peningkatan. Tetapi pada sub indikator tertentu ada yang tidak mengalami perubahan sama sekali. Ini berarti bahwa keterampilan kirigami berpengaruh dalam meningkatkan koordinasi mata dan tangan. Selain itu keterampilan kirigami dapat membuat anak senang sekaligus melatih imajinasinya, karena disini anak bebas untuk membuat suatu karya seni. Peningkatan kemampuan koordinasi mata dan tangan ini dapat dilihat dari nilai mean level pada setiap aspek dan pada setiap fasenya.

Pada aspek melipat kertas, mean level pada fase baseline 1 adalah 49,9%, pada fase intervensi diperoleh sebesar 59,6% dan pada fase baseline 2 mean level yang diperoleh adalah 74,9%. Peningkatan pada aspek ini terlihat pada fase intervensi, dimana anak sedikit-sedikit sudah mulai mampu untuk melipat kertas sesuai pola dengan rapih. Ini berarti bahwa pada aspek melipat kertas terjadi peningkatan.

Pada aspek menebalkan pola juga terdapat peningkatan yang cukup baik, pada fase baseline 1 mean level yang diperoleh sebesar 69,4%, pada fase intervensi sebesar 72,4% dan pada fase baseline 2 adalah sebesar 74%. Dalam menebalkan pola, S.B. sudah mulai mampu menebalkan pola garis vertikal, horizontal, diagonal kanan dan kiri dengan rapih, namun untuk pola garis lengkung dan lingkaran masih belum ada peningkatan.

Begitu pula dalam aspek menggunting pola, kemampuan subjek S.B. secara keseluruhan mengalami peningkatan. Hal ini dapat dilihat dari perolehan mean level pada fase baseline 1 sebesar 68,5%, meningkat pada fase intervensi sebesar 70,7%, lalu meningkat lagi pada fase baseline 2 menjadi 77,25%. Seperti halnya dalam aspek menebalkan pola, dalam aspek ini juga S.B. sudah mulai


(3)

mampu untuk menggunting pola garis vertikal, horizontal, diagonal kanan dan kiri secara rapih. Namun tidak ada peningkatan yang signifikan dalam menggunting pola garis lengkung dan lingkaran.

B.Rekomendasi

Berdasarkan kesimpulan yang telah dipaparkan di atas, bahwa keterampilan kirigami dapat memberikan pengaruh terhadap koordinasi mata dan tangan, maka penulis memberikan rekomendasi untuk:

1. Pendidik

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat dijadikan salah satu rekomendasi untuk menggunakan keterampilan kirigami dalam menghadapi siswa yang mengalami hambatan dalam koordinasi mata dan tangan. Namun pada pelaksanaan kegiatan ini diperlukan bimbingan dan pengawasan dari pendidik terkait penggunaan alat gunting yang merupakan benda tajam agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.

2. Orang Tua

Orang tua diharapkan dapat membimbing anaknya secara rutin dalam meningkatkan koordinasi mata dan tangannya dengan menggunakan keterampilan kirigami, agar anak mengalami peningkatan dalam hal tersebut. Alat dan bahan yang diperlukan pun tidaklah sulit, hanya membutuhkan sebuah gunting dan selembar kertas saja maka para orang tua sudah dapat membimbing anaknya dalam meningkatkan kemampuan koordinasi mata dan tangan, mengingat koordinasi mata dan tangan merupakan hal yang paling utama untuk dapat melakukan berbagai aktivitas sehari-hari, tanpa itu seseorang akan merasa kesulitan untuk menjalankan aktivitasnya sehari-hari.

3. Peneliti selanjutnya

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa keterampilan kirigami dapat meningkatkan kemampuan koordinasi mata dan tangan. Keterampilan kirigami masih terdengar asing bagi sebagian orang, maka dari itu penulis merekomendasikan pada peneliti selanjutnya


(4)

80

untuk meneliti lebih jauh tentang pengaruh keterampilan kirigami pada kasus yang berbeda, misalnya dalam meningkatkan kreativitas dan imajinasi anak serta dalam bidang seni dan matematika, karena manfaat dari keterampilan kirigami ini tidak hanya untuk meningkatkan koordinasi mata dan tangan saja, tetapi salah satu manfaat lain dari keterampilan kirigami adalah untuk meningkatkan daya imajinasi anak untuk menghasilkan suatu karya seni.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian; Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Arry, U. (2011). Seni Origami dan Kirigami [Online]. Tersedia: http://edukasi.kompasiana.com/2011/06/26/seni-origami-dan-kirigami-376489.html. [01 September 2013].

Assjari, M. (1995). Ortopedagogik Anak Tunadaksa. Bandung. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Dirjen Pendidikan Tinggi.

Florence, T. (2006). Kirigami Home Decorations. United States: Tuttle Publishing

Karyana, A. (2013). Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus Tunadaksa. Jakarta: PT. Luxima Metro Media

Mitarwan, M.Hamid. (2011). Kirigami Bunga, Buah dan Sayuran. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama

Muslim, A dan Sugiarmin, M. (1996). Ortopedi dalam Pendidikan Anak Tunadaksa. DEPDIKBUD

Muhammad, J. (2008). Special Education for Special Children. Jakarta: PT. Mizan Publika

Nuraini. (2010). Penyebab Tunadaksa. [Online] Tersedia: http://nurainiplb2010.blogspot.com/2010/12/penyebab-tuna-daksa.html [14 Oktober 2011]

Nurhasanah. (2010). Peningkatan Koordinasi Motorik Anak Cerebral Palsy Spastik melalui Gerakan Tari Saman di SLB D YPAC Bandung. Bandung: tidak diterbitkan

Nursyahidah, Farida. (2012). Penelitian Eksperimen. [Online] Tersedia:

http://faridanursyahidah.files.wordpress.com/2012/05/penelitian-eksperimen_farida.pdf[21 November 2013]

Olvista. (2011). Kirigami seni Lipat-Potong Kertas. [Online]. Tersedia: http://olvista.com/hobby/kirigami-seni-lipat-potong-kertas/. [01 September 2013].

Rahyubi, H. (2012). Teori-teori Belajar dan Aplikasi Pembelajaran Motorik. Majalengka: Referens


(6)

Saefatul-Mustaqimah, U. (2013). Efektivitas Penggunaan Media Fondant untuk Meningkatkan Kemampuan Motorik Halus dalam Menulis Permulaan Siswa Cerebral Palsy Sedang di SLB D YPAC Bandung. Bandung: tidak diterbitkan

Sugiyono. (2008). Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta

Suharsimi, A. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka Cipta

Sunanto, J. et al. (2006). Penelitian dengan Subjek Tunggal. Bandung: UPI Press

Suprihatin, T. (2010). Pengaruh Permainan Enerjetik dalam Meningkatkan Kemampuan Koordinasi Gerak Mata, Tangan dan Kaki Siswa Tunagrahita Sedang. Bandung: tidak diterbitkan

Syaodih-Sukmadinata, N. (2006). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya

Tn. (2011). Faktor Penyebab terjadinya Tunadaksa. [Online]. Tersedia: http://pabk-4you.blogspot.com/2011/08/faktor-penyebab-terjadinya-tunadaksa.html. [01 November 2011].

Widati, S. et al (2010). Hand Out Mata Kuliah Bina Diri dan Bina Gerak (BDBG). Bandung: tidak diterbitkan


Dokumen yang terkait

PENGGUNAAN PARALLEL BARS BAGI ANAK CEREBRAL PALSY YANG MENGALAMI HAMBATAN BERJALAN DI SLB D YPAC BANDUNG.

0 3 31

PEMBELAJARAN BINA DIRI DALAM MELATIH KETERAMPILAN MENGGUNAKAN PEMBALUT PADA ANAK CEREBRAL PALSY SPASTIK DI SLB D YPAC BANDUNG.

1 4 44

KEMANDIRIAN MOBILITAS ANAK CEREBRAL PALSY DALAM MENGGUNAKAN KURSI RODA DI SLB-D YPAC BANDUNG : Studi Deskriptif Kualitatif pada Anak Cerebral Palsy Tingkat SMALB di SLB-D YPAC BANDUNG.

0 2 16

PEMBELAJARAN TATA BOGA KUE SISTIK BAGI SISWA CEREBRAL PALSY SPASTIK DI SLB-D YPAC BANDUNG.

1 3 32

PEMBELAJARAN PROGRAM APLIKASI PHOTOSCAPE DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENGEDIT FOTO PADA SISWA CEREBRAL PALSY DI SLB-D BANDUNG.

0 0 40

PENGARUH METODE SENAM OTAK MELALUI GERAKAN ARM ACTIVATION TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PERMULAAN ANAK CEREBRAL PALSY SPASTIC DI SLB D YPAC BANDUNG.

0 0 44

PENINGKATAN KETERAMPILAN MOTORIK HALUS MELALUI KIRIGAMI PADA SISWA CEREBRAL PALSY TIPE SPASTIK DI SLB RELA BHAKTI I GAMPING.

1 1 211

PENINGKATAN KOORDINASI MATA DAN TANGAN MELALUI KETERAMPILAN KIRIGAMI PADA SISWA CEREBRAL PALSY SPASTIK DI SLB D YPAC BANDUNG - repository UPI S PLB 0901231 Title

0 1 4

PENGARUH KEGIATAN MERONCE TERHADAP KEMAMPUAN MENGANCINGKAN BAJU : Penelitian dengan Subjek Tunggal pada Anak Cerebral Palsy Spastik (X) di SLB D YPAC Bandung - repository UPI S PLB 1200661 Title

0 0 3

PENGARUH MEMAINKAN ALAT MUSIK XILOFON TERHADAP PENINGKATKAN KEMAMPUAN KOORDINASI MOTORIK ANAK CEREBRAL PALSY TIPE SPASTIK DI SLB D YPAC BANDUNG - repository UPI S PLB 1101898 Title

0 0 3