PENGGUNAAN PARALLEL BARS BAGI ANAK CEREBRAL PALSY YANG MENGALAMI HAMBATAN BERJALAN DI SLB D YPAC BANDUNG.

(1)

PENGGUNAAN PARALLEL BARS BAGI ANAK CEREBRAL PALSY YANG MENGALAMI HAMBATAN BERJALAN DI SLB D YPAC BANDUNG

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Jurusan Pendidikan Khsuus

Oleh: Miftah Faridy

0901151

JURUSAN PENDIDIKAN KHUSUS FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA


(2)

PENGGUNAAN PARALLEL BARS BAGI ANAK CEREBRAL PALSY YANG MENGALAMI HAMBATAN BERJALAN DI SLB D YPAC BANDUNG

Oleh: Miftah Faridy

Sebuah skripsi ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Ilmu Pendidikan

©Miftah Faridy 2014 Universitas Pendidikan Indonesia

Februari 2014

Hak cipta dilindungi oleh undang-undang

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya ataupun sebagian, Dengan dicetak ulang, di fotocopy, atau cara lainnya tanpa izin dari penulis.


(3)

LEMBAR PENGESAHAN

MIFTAH FARIDY 0901151

PENGGUNAAN PARALLEL BARS BAGI ANAK CEREBRAL PALSY YANG MENGALAMI HAMBATAN BERJALAN DI SLB D YPAC BANDUNG

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING Pembimbing I

Dra. Hj. Mimin Tjasmini, M.Pd NIP.19540310 19 88 0 3 2 001

Pembimbing II

Dra. Hj. Neni Maeyani, M.Pd NIP. 19620512 19 88 03 2 003

Mengetahui,

Ketua Jurusan Pendidikan Khusus

Drs. Sunaryo, M.Pd NIP. 19560722 198503 1 001


(4)

Miftah Faridy, 2014

Penggunaan Parallel Bars Bagi Anak Cerebral Palsy Yang Mengalami Hambatan Berjalan Di SLB D YPAC Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ABSTRAK

PENGGUNAAN PARALLEL BARS BAGI ANAK CEREBRAL PALSY YANG MENGALAMI HAMBATAN BERJALAN DI SLB D YPAC

BANDUNG

Oleh: Miftah Faridy, 0901151, Jurusan PKh FIP UPI

Permasalahan yang akan diungkap dalam penelitian ini yaitu tentang pelaksanaan penggunaan parallel bars yang mengalami hambatan berjalan bagi anak cerebral

palsy. Masalah hambatan berjalan yang dialami siswa ditandai dengan siswa yang

tidak mampu berdiri, terdapat kelayuhan pada bagian anggota gerak bawah, posisi jalan anak yang berbentuk O, dan tulang belakang anak scoliosis dan kiposis. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran mengenai penggunaan parallel bars yang mengalami hambatan berjalan bagi anak cerebral

palsy di SLB D YPAC Bandung. Tujuan penelitian ini memiliki tujuan khusus

yaitu bagaimana cara mengurangi hambatan berjalan anak cerebral palsy, bagaimana penggunaan parallel bars dengan benar, hambatan apa saja yang dihadapi guru, bagaimana upaya guru dalam mengatasi hambatan proses pelaksanaan penggunaan parallel bars. Penelitian skripsi ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Alat pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, wawancara dan dokumentasi. Teknik pemeriksaan keabsahaan data dengan menggunakan triangulasi data. Berdasarkan hasil pengolahan data dengan jumlah sampel 2 orang subjek diperoleh kesimpulan bahwa pada awal menggunakan parallel bars BY masih dibantu oleh guru namun setelah beberapa kali menggunakan parallel bars BY sudah bisa sendiri untuk berdiri dari kursi roda dan memegang parallel bars. PY pada awal menggunakan parallel bars belum bisa menggunakan parallel bars dengan benar, untuk pindah dari kursi roda ke parallel bars PY masih mengalami kesulitan hingga harus dibantu oleh dibantu guru. Hal pertama saat PY melakukan terapi berjalan PY diam di parallel

bars dengan tujuan untuk menyeimbangkan posisi badannya agar tidak jatuh.

Posisi tangan BY dan PY masih menempel ke parallel bars. Siswa pada umumnya mampu mengatasi hambatan yang ada dan guru selalu memberikan nasehat dan membantu siswa agar penggunaan parallel bars bisa berjalan lancar dan memberikan hasil yang memuaskan.


(5)

Miftah Faridy, 2014

Penggunaan Parallel Bars Bagi Anak Cerebral Palsy Yang Mengalami Hambatan Berjalan Di SLB D YPAC Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Fokus Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian dan Kegunaan Penelitian ... 5

D. Definis Konsep . ... 6

BAB II LANDASAN/KAJIAN TEORI A. Tunadaksa ... 9

1. Definisi anak tunadaksa ... 9

2. Klasifikasi anak tunadaksa ... 10

3. Karakteristik anak tunadaksa ... 11

4. Faktor penyebab ketunadaksaan ... 13

B. Cerebral Palsy 1. Pengertian anak cerebral palsy ... 16

2. Kelainan fungsi akibat cerebral palsy... 17

C. Parallel Bars 1. Pengertian parallel bars ... 19

2. Palang rendah ... 19

3. Palang tinggi ... 20

D. Definisi Gerak 1. Gerak ... 22

2. Alat gerak ... 23

3. Anatomi alat gerak ... 23


(6)

Miftah Faridy, 2014

Penggunaan Parallel Bars Bagi Anak Cerebral Palsy Yang Mengalami Hambatan Berjalan Di SLB D YPAC Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB III METODE PENELITIAN

A. Tempat Penelitian ... 32

B. Metode Penelitian ... 32

C. Tahap-Tahap Penelitian ... 34

D. Teknik Pengumpulan Data ... 36

E. Pengujian Keabsahan Data ... 39

F. Teknik Analisis Data ... 40

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 43

1. Hasil Observasi ... 44

2. Hasil Wawancara ... 47

B. Pembahasan ... 50

BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI A. Kesimpulan ... 54

B. Implikasi ... 55

C. Penutup ... 56

DAFTAR PUSTAKA ... 57

LAMPIRAN ... 59 RIWAYAT HIDUP PENULIS . ...


(7)

Miftah Faridy, 2014

Penggunaan Parallel Bars Bagi Anak Cerebral Palsy Yang Mengalami Hambatan Berjalan Di SLB D YPAC Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR GAMBAR


(8)

Miftah Faridy, 2014

Penggunaan Parallel Bars Bagi Anak Cerebral Palsy Yang Mengalami Hambatan Berjalan Di SLB D YPAC Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR LAMPIRAN

Kisi-kisi Instrument ... Pedoman Observasi ... Pedoman Wawancara ... Profil Sekolah dan Profil Anak ... Catatan Lapangan ... Dokumentasi ...


(9)

Miftah Faridy, 2014

Penggunaan Parallel Bars Bagi Anak Cerebral Palsy Yang Mengalami Hambatan Berjalan Di SLB D YPAC Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam pendidikan luar biasa atau pendidikan khusus anak berkelainan, istilah penyimpangan secara eksplisit ditunjukan kepada anak yang dianggap memiliki kelainan penyimpangan dari kondisi rata-rata anak normal umumnya, dalam hal fisik, mental, maupun karakteristik perilaku sosialnya. Atau anak yang berbeda dari rata-rata umumnya, dikarenakan ada permasalahan dalam kemampuan berpikir, penglihatan, pendengaran, sosialisasi, dan bergerak. Heward dan Orlansky (Efendi Mohammad, 2006: 2).

Secara etiologis, gambaran seseorang yang diidentifikasi mengalami ketunadaksaan, yaitu seseorang yang mengalami kesulitan mengoptimalkan fungsi anggota tubuh sebagai akibat dari luka, penyakit, pertumbuhan yang salah bentuk, dan akibatnya kemampuan untuk melakukan gerakan-gerakan tubuh tertentu mengalami penurunan.

Secara definitif pengertian kelainan tunadaksa adalah ketidakmampuan anggota tubuh untuk melaksanakan fungsinya disebabkan oleh berkurangnya kemampuan anggota tubuh untuk melaksanakan fungsi secara normal, akibat luka, penyakit, atau pertumbuhan yang tidak sempurna ( Karyana dan Widati, 2013: 32).

Pada dasarnya kelainan pada anak tunadaksa dikelompokan menjadi dua, yaitu kelainan pada system serebral(cerebral system) dan kelainan pada system otot dan rangka (musculoskeletal system). Anak tunadaksa mayoritas memiliki kecacatan fisik sehingga mengalami gangguan pada koordinasi gerak, persepsi, dan kognisi di samping adanya kerusakan saraf tertentu, kerusakan saraf disebabkan oleh pertumbuhan sel saraf yang kurang atau adanya luka pada system saraf pusat. Kelainan saraf


(10)

2

Miftah Faridy, 2014

Penggunaan Parallel Bars Bagi Anak Cerebral Palsy Yang Mengalami Hambatan Berjalan Di SLB D YPAC Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

utama menyebabkan adanya cerebral palsy, epilepsy, hydrocephalus, dan

spina bifida. Cerebral palsy, merupakan kelainan diakibatkan adanya

kesulitan gerak berasal dari disfungsi otak. Ada juga kelainan gerak atau

palsy yang diakibatkan bukan karena disfungsi otak, tetapi disebabkan poliomyelitis disebut dengan spinal palsy, atau organ palsy yang

diakibatkan oleh kerusakan otot (dystrophy muscular).

Anak tunadaksa yang mengalami kelainan pada sistem cerebral ditandai dengan adanya gangguan motorik, sensoris, kecerdasan, persepsi, kognisi, bicara, emosi, dan penyesuaian sosial.Karakteristik anak tunadaksa yang mengalami kelainan sistem musculus skeletal ditandai dengan adanya kelumpuhan otot, gangguan gerakan, mobilisasi, emosi, dan penyesuaian sosial.

Pembelajaran motorik meliputi pembelajaran motorik kasar. Motorik kasar adalah gerakan tubuh yang menggunakan otot-otot besar atau sebagian besar otot yang ada dalam tubuh maupun seluruh anggota tubuh yang dipengaruhi oleh kematangan diri. Pembelajaran pada motorik kasar yakni meliputi gerakan fisik yang membutuhkan keseimbangan dan koordinasi antara anggota tubuh, dengan menggunakan otot-otot besar, sebagian, atau seluruh anggota tubuh. Contohnya, berlari, berjalan, melompat, memukul, menendang, dan lain-lain.

Berjalan adalah usaha seseorang untuk melangkah ke depan atau perjalanan dari satu tempat ke tempat lain dengan melibatkan komponen-komponen fundamental berjalan yakni arkus gerakan sendi, rangkaian aksi otot, kecepatan tubuh bergerak ke depan, dan gaya reaksi lantai. Jalan merupakan salah satu cara dari ambulasi. Dengan sifat plastisitas pada sistem saraf akan membentuk pola tertentu, sehingga jika penanganan fisioterapi tidak sesuai dengan pola jalan yang benar, maka pasien mungkin akan mampu untuk berjalan akan tetapi dengan pola yang tidak tepat. Apabila proses berjalan dilakukan dengan pola yang


(11)

3

Miftah Faridy, 2014

Penggunaan Parallel Bars Bagi Anak Cerebral Palsy Yang Mengalami Hambatan Berjalan Di SLB D YPAC Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

tidak tepat, maka aktivitas berjalan menjadi sangat sulit, walaupun kekuatan otot sudah sangat kuat.

Dalam berjalan dikenal ada 3 fase, yaitu fase menapak (stance

phase), fase mengayun (swing phase) dan fase dua kaki di lantai (double support) yang berlangsung singkat. Fase menapak (60%) dimulai dari hell strike atau hell on, foot flat, mid stance, hell off dan diakhiri dengan toe off atau ball off. Fase mengayun (40%) dimulai dari toe off, swing

dan diakhir dengan heel strike, fase mengayun memiliki komponen-komponen penting dalam berjalan. Fase double support ini akan semakin singkat jika kecepatan jalan bertambah, bahkan pada berlari fase double

support ini sama sekali hilang, dan justru terjadi fase dimana kedua kaki

tidak menginjak lantai.

Kondisi anak tunadaksa sangat beragam terutama keadaan motorik halus dan motorik kasar yang mengalami hambatan memungkinkan anak mengalami kesulitan dalam berjalan. Berjalan merupakan gerakan dengan koordinasi tinggi yang dikontrol oleh susunan saraf pusat melibatkan sistem yang kompleks.

Terminologi berjalan berhubungan dengan periode waktu selama dilakukannya perubahan tempat dan beberapa diantaranya merujuk kepada posisi atau jarak yang dilakukan oleh anggota gerak bawah. Berjalan merupakan gerakan yang halus, koordinasi tinggi, gerakan yang ritmis dengan gerakan tubuh bertahap, yang memerlukan arahan. Jalan merupakan salah satu cara dari ambulansi, pada manusia ini dilakukan dengan cara bipedal (dua kaki). Dengan cara ini jalan merupakan gerakan yang sangat stabil meskipun demikian pada kondisi normal jalan hanya membutuhkan sedikit kerja otot-otot tungkai.

Sedikit demi sedikit anak bisa dilatih dengan menggunakan parallel

bars untuk mempermudah anak dalam melatih kesimbangan, kekuatan

dan rentang gerak dalam berjalan. Kondisi motorik kasar pada subjek yang berinisial BY, PY yang saat ini duduk di bangku SMPLB D YPAC


(12)

4

Miftah Faridy, 2014

Penggunaan Parallel Bars Bagi Anak Cerebral Palsy Yang Mengalami Hambatan Berjalan Di SLB D YPAC Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Bandung mengalami kesulitan dalam berjalan. Oleh karena itu, peneliti ingin mencoba melatih mobilitas berjalan anak dengan menggunakan alat

parallel bars.

Berdasarkan data dari hasil observasi, dari ketiga anak yang akan diteliti kedua anak yang bernama BY dan PY mampu berdiri sendiri dengan bantuan besi yang ada di sekitarnya dan kedua anak tersebut sudah bisa berjalan merangkak, kedua tangan BY dan PY ini terlihat belum bisa mengambil beban yang lebih besar dan berat karena tangan BY dan PY ini masih lemah,untuk memulai terapi dengan menggunakan

parallel bars saja kedua anak ini terkadang suka dibantu dengan

terapisnya untuk memulai terapi agar anak mengurangi hambatan berjalannya.

Dalam persepsi auditori PY dan BY mampu memahami apa yang diucapkan oleh guru hanya saja perlu beberapa kali penjelasan karena PY dan BY untuk persepsi auditorinya masih kurang. Persepsi PY dan BY sama halnya dengan persepsi auditori untuk persepsi visual anak harus dikasih penjelasan beberapa kali agar anak bisa mengenal gambar yang diberikan oleh guru. Motorik tangan anak lemah, untuk memegang pensil dengan posisi pensil yang benar saja anak masih belum mampu melakukannya dengan baik, ini disebabkan tangan anak yang masih lemah dan harus dilakukan latihan bagaimana cara memegang pensil dan benda-benda yang lain agar anak mampu melakukan kegiatan tanpa harus dibantu oleh orang lain. Persepsi kinestetik dan taktil anak kurang karena mobilitas dalam berjalan anak teraganggu akan tetapi dalam kegiatan berjalan anak bisa melakukannya dengan sendiri dengan memegang benda yang ada di sekitar anak sehingga anak mampu untuk berjalan.

Bahasa anak bagus, anak dapat berkomunikasi dengan lawan bicaranya anak juga tidak merasa cepat bosan ketika sedang diajak bicara. Untuk bersosialisasi, anak cepat bersosialisasi dengan yang


(13)

5

Miftah Faridy, 2014

Penggunaan Parallel Bars Bagi Anak Cerebral Palsy Yang Mengalami Hambatan Berjalan Di SLB D YPAC Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

lainnya tidak malu ketika sedang berkumpul dengan temannya atau dengan teman yang baru di kenalnya, anak ini sangat ceria dan mudah tertawa ketika lagi bercanda bersama dengan teman-temannya.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti ingin mencoba meneliti penggunaan parallel bars bagi anak cerebral palsy yang

mengalami hambatan berjalan di SLB D YPAC Bandung.

Melalui penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu solusi dalam mobilitas berjalannya serta menjadi inovasi dalam menggunakan alat parallel bars.

B. Fokus Masalah

Agar penelitian tidak terlalu meluas maka penulis membatasi pada masalah-masalah yang dapat di identifikasi melalui penggunaan parallel bars modifikasi untuk mengurangi pola berjalan pada anak cerebral palsy. Maka penulis dapat membatasi dan merumuskan permasalahan dalam penelitian ini.

Adapun rumusan masalah yang diambil adalah sebagai berikut:

1. Bagaimanakah cara mengurangi hambatan berjalan anak cerebral palsy? 2. Bagaimanakah penggunaan parallel bars dengan benar untuk membantu

hambatan berjalan anak cerebral palsy?

3. Hambatan apa saja yang dihadapi guru dalam proses penggunaan parallel bars bagi anak cerebral palsy?

4. Bagaimana upaya guru dalam mengatasi hambatan proses pelaksanaan penggunaan parallel bars bagi anak cerebral palsy?

C. Tujuan penelitian dan Kegunaan penelitian

Tujuan dari hasil penelitian ini diharapkan bisa menjadi alternative buat anak dalam berjalan, untuk mengurangi pola berjalan anak tunadaksa. Tujuan dari penelitian ini dibagi menjadi beberapa aspek, yaitu:


(14)

6

Miftah Faridy, 2014

Penggunaan Parallel Bars Bagi Anak Cerebral Palsy Yang Mengalami Hambatan Berjalan Di SLB D YPAC Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 1. Tujuan umum

Secara umum tujuan dari peneliti ini adalah untuk mengetahui penggunaan

parallel bars bagi anak cerebral palsy yang mengalami hambatan berjalan di

SLB D YPAC Bandung. 2. Tujuan khusus

a. Untuk memperoleh data, pemahaman dan wawasan mengenai proses penggunaan parallel barsbagi anak cerebral palsy yang mengalami hambatan berjalan di SLB D YPAC Bandung.

b. Untuk memperoleh data, pemahaman, dan wawasan mengenai hambatan yang dihadapi anak dalam menggunakan parallel bars.

c. Untuk memperoleh data, pemahaman, dan wawasan mengenai penggunaan

parallel bars dengan benar untuk membantu hambatan berjalan anak cerebral palsy di SLB D YPAC Bandung.

3. Kegunaan

a. Dalam tataran teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan inovasi terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, terutama bagi pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus.

b. Dalam tataran praktis, hasil penelitian dapat dijadikan masukan bagi:

1) Pendidik, dapat menjadi alternative yang bisa digunakan ketika menghadapi anak tunadaksa yang megalami hambatan berjalan.

2) Peneliti selanjutnya, dapat dijadikan patokan untuk meneliti hal yang baru dengan subjek yang berbeda.

D. Definisi Konsep

1. Konsep Dasar Tunadaksa

Istilah tunadaksa berasal dari kata “tuna yang berarti rugi, kurang daksa dan daksa berarti tubuh”. Tunadaksa ditujukan kepada mereka-mereka yang memiliki anggota tubuh tidak sempurna, misalnya cacat. Sedangkan istilah cacat fisik dan cacat tubuh dimaksudkan untuk menyebut mereka yang memiliki cacat pada anggota tubuhnya, bukan cacat pada inderanya.

Secara definitif pengertian kelainan fungsi anggota tubuh (tundaksa) adalah ketidakmampuan anggota tubuh untuk melaksanakan fungsinya


(15)

7

Miftah Faridy, 2014

Penggunaan Parallel Bars Bagi Anak Cerebral Palsy Yang Mengalami Hambatan Berjalan Di SLB D YPAC Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

disebabkan oleh berkurangnya kemampuan anggota tubuh untuk melaksanakan fungsi secara normal, akibat luka, penyakit, atau pertumbuhan tidak sempurna, ( Karyana dan Widati, 2013: 32).

Anak Tunadaksa termasuk salah satu jenis anak berkebutuhan khusus yang mengalami kelainan atau kecacatan pada fungsi otot, tulang, persendian, syaraf, dan atau otak, sehingga mereka mengalami gangguan gerak, mobilisasi, persepsi, emosi, dan ada yang disertai gangguan kecerdasan. Musjafak Assjari (1995:34) mendefinisikan tunadaksa sebagai bentuk kelainan atau kecacatan pada sistem otot, tulang, dan persendian yang bersifat primer dan sekunder yang dapat mengakibatkan gangguan koordinasi, komunikasi, adaptasi, mobilisasi, dan gangguan perkembangan keutuhan kepribadian.

2. Konsep Parallel bars

Parallel bars merupakan alat rehabilitasi penting dalam terapi fisik. Parallel bars membantu kembali mobilitas, kekuatan, keseimbangan dan

rentang gerak. Arti parallel bars menurut pandangan umum adalah alat yang digunakan oleh pesenam laki-laki senam artistik. Pesenam opsional mungkin memakai grip saat melakukan rutinitas pada palang sejajar, alat ini mempunyai panjang 330 cm, tinggi 175 cm, dan mempunyai kelebaran antara kedua palangnya sekitar 40 - 50 cm. Adapun untuk keperluan latihan, palang tersebut boleh direndahkan atau diubah kelebarannya.

Gerakan-gerakan dalam palang sejajar didominasi oleh gerakan-gerakan mengayun. Selama pergerakan, biasanya hanya bagian tangan, lengan bagian atas serta bahu yang boleh menyentuh palang. Dengan demikian, seorang pesenam tidak diperbolehkan menggunakan bagian badan lainnya untuk menampilkan gerakan-gerakannya. Untuk memudahkan proses belajar dan latihan, ketinggian dari kedua palang dapat direndahkan, terutama dengan tujuan membangun rasa aman dari pesenam ketika memulai pergerakannya, dan juga untuk memudahkan pemberian pertolongan


(16)

8

Miftah Faridy, 2014

Penggunaan Parallel Bars Bagi Anak Cerebral Palsy Yang Mengalami Hambatan Berjalan Di SLB D YPAC Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3. Konsep Berjalan

Berjalan adalah berpindahnya tubuh dari satu titik, ketitik berikutnya dengan cara menggunakan kedua tungkai (bipedal : posisi tubuh selalu tegak selama proses berlangsung)..

Jalan merupakan salah satu cara dari ambulansi, pada manusia ini dilakukan dengan cara bipedal (dua kaki). Dengan cara ini jalan merupakan gerakan yang yang sangat stabil meskipun demikian pada kondisi normal jalan hanya membutuhkan sedikit kerja otot-otot tungkai . Pada gerakan ke depan sebenarnya yang memegang peranan penting adalah momentum dari tungkai itu sendiri atau akselerasi, kerja otot justru pada saat deselerasi.

Gerakan berjalan merupakan gerakan gerakan koordinasi tinggi yang dikontrol oleh susunan saraf pusat dan melibatkan sistem yang sangat kompleks. Menurut Muhammad (2010: 52) : Gait dapat diartikan sebagai pola atau ragam berjalan di mana berjalan berpindah tempat dan mengandung pertimbangan yang detail atau rinci yang terkait dengan sendi dan otot.

Jalan merupakan salah satu cara dari ambulansi, pada manusia ini dilakukan dengan cara bipedal (dua kaki). dengan cara ini jalan merupakan gerakan yang sangat stabil meskipun demikian pada kondisi normal jalan hanya membutuhkan sedikit kerja otot-otot tungkai. Pada gerakan ke depan sebenarnya yang memegang peranan penting adalah momentum dari tungkai itu sendiri atau akselerasi, kerja otot justru pada saat deselerasi. Komponen signifikan dari berjalan adalah memaintain atau mempertahankan postur tubuh selama periode waktu gerakan.


(17)

Miftah Faridy, 2014

Penggunaan Parallel Bars Bagi Anak Cerebral Palsy Yang Mengalami Hambatan Berjalan Di SLB D YPAC Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB III

METODE PENELITIAN A.Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan di SLB- D YPAC Bandung, yaitu di jalan Mustang No. 46 Kelurahan Sukawarna Kecamatan Sukajadi Kota Bandung Provisnsi Jawa Barat Telp. 022 2014874.

Subyek peneliti terdiri dari 1 orang guru dan 2 orang siswa, dalam subjek penelitian ini adalah pihak-pihak yang bersedia memberikan informasi-informasi yang berisi keterangan dan data penting yang dibutuhkan dalam penelitian ini. Subjek penelitian ini adalah:

a. Guru

Subjek guru dalam penelitian ini bernama EI, pengalaman mengajar di SLB sudah lebih dari 5 tahun, sungguh pengalaman yang cukup panjang. Pada saat ini ia bertugas mengajar menjadi terapis di bagian fisioterapi SLB D YPAC Bandung

b. Siswa 1 (PY)

Subjek siswa yang pertama merupakan siswa laki-laki. Ia mengalami kesulitasn berjalan karena memiliki hambatan cerebral palsy spastik untuk kegiatan sehari-hari anak ini sudah bisa sendiri namun dengan posisi berjalan merangkak.

c. Siswa 2 (BY)

Subjek siswa yang kedua merupakan siswa laki-laki. Ia mengalami kesulitan berjalan tidak jarang untuk melaksanakan aktifitas sehari-hari-nya dia masih dibantu oleh orangtua atau teman yang lainnya agar dia bisa melakukan kegiatan seperti anak-anak yang lain.

B.Metode Penelitian

Untuk memecahkan masalah dalam suatu penelitian diperlukan suatu metode yang sistematis. Berdasarkan dari metode pendekatan yang digunakan ini diharapkan dapat memiliki teknik pengumpulan data yang sesuai untuk memecahkan permasalahannya.


(18)

33

Miftah Faridy, 2014

Penggunaan Parallel Bars Bagi Anak Cerebral Palsy Yang Mengalami Hambatan Berjalan Di SLB D YPAC Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Adapun metode yang digunakan dalam penelitian untuk mengumpulkan data di lapangan, maka secara umum terdapat tiga bentuk metode yaitu deskriptif, komparatif, dan asosiatif, (Sugiyono, 2011:288)

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif dengan kata lain, penelitian bertujuan untuk memberikan uraian deskriptif tentang penggunaan parallel

bars bagi anak cerebral palsy yang mengalami hambatan berjalan di SLB D

YPAC Bandung. Berbagai data yang di dapat dari temuan di lapangan akan di analisis dan kemudian disimpulkan dalam bentuk kesimpulan deskriptif.

Sudjana (1992:64) menjelaskan bahwa “ metode deskriptif adalah metode

penelitian yang berupaya memecahkan masalah atau menjawab berbagai pertanyaan dari masalah yang sedang dihadapi tersebut pada masa sekarang”.

Sugiyono (2011:15) menjelaskan bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrument kunci, pengambilan sampel sumber data dilakukan secara purposive dan snowbaal, teknik pengumpulan data dengan triangulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan mana dari generalisasi.

Dalam penelitian kualitatif peneliti menjadi instument (human instrument). Untuk menjadi instrument, maka peneliti harus memiliki bekal teori dan wawasan yang luas sehingga mampu bertanya, menganalisis, memotret, dan merekonstruksi objek yang diteliti menjadi lebih jelas dan bermakna.

Narbuko (2009:2) mengungkapkan metode dapat diartikan sebagai cara melakukan sesuatu dengan menggunakan pikiran secara seksama untuk mencapai suatu tujuan. Sedangkan penelitian adalah ilmu yang mempelajari cara untuk memahami sesuatu dengan melalui penyelidikan atau melalui usaha mencari bukti-bukti yang akan muncul sehubungan dengan masalah itu. Jadi, metodologi penelitian adalah ilmu yang mempelajari cara-cara melakukan pengamatan dengan pemikiran yang tepat secara terpadu melalui tahapan-tahapan yang disusun secara ilmiah untuk mencari, menyusun serta


(19)

34

Miftah Faridy, 2014

Penggunaan Parallel Bars Bagi Anak Cerebral Palsy Yang Mengalami Hambatan Berjalan Di SLB D YPAC Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

menganalisis dan menyimpulkan data-data, sehingga dapat diperguankan untuk menemukan, mengembangkan dan menguji kebenaran suatu pengetahuan.

C. Tahap-Tahap Penelitian

Tahap penelitian yang dilakukan oleh peneliti dimulai dari tahap pra lapangan, tahap pekerjaan lapangan, sampai tahap pemerikasaan keabsahan data mengikuti apa yang di sampaikan oleh Moleong (2007:127).

a) Tahap Pra Lapangan

a. Menyusun Rancangan Penelitian

Kegiatan ini merupakan tahap awal dari serangkaian proses penelitian yang berupa penyusunan rancangan penelitian yang diajukan dalam bentuka proposal pembuatan skripsi kepada Dewan Skripsi Jurusan Pendidikan Khusus Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia. Setelah disetujui oleh Dewan Skripsi kemudian proposal diseminarkan. Peneliti melaksanakan konsultasi dan bimbingan dengan dosen pembimbing. Setelah itu peneliti menyusun rencana untuk terjun ke lapangan yang sesuai latar belakang.

b. Memilih Latar Penelitian

Proses pemilihan latar penelitian ini diawali dengan informasi yang

ditemukan dari lapangan mengenai “penggunaan parallel bars bagi anak cerebral palsy yang mengalami hambatan berjalan di SLB D YPAC Bandung”.

Berdasarkan hal tersebut peneliti ingin mendapatkan deskripsi mengenai bagaimanakah penggunaan parallel bars untuk mengurangi hambatan berjalan anak cerebral palsy.

c. Mengurus Perizinan Penelitian

Pengurusan perizinan yang bersifat administratif dilakukan dengan memulai dari tingkat Jurusan dan Universitas. Setelah itu peneliti dapat surat rekomendasi untuk disampaikan kepada kesatuan bangsa dan kesatuan masyarakat (Kesbangpol) kota Bandung dan dilanjutkan ke Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat dan berakhir kepada kepala sekolah SLB D YPAC Bandung.


(20)

35

Miftah Faridy, 2014

Penggunaan Parallel Bars Bagi Anak Cerebral Palsy Yang Mengalami Hambatan Berjalan Di SLB D YPAC Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu d. Menyiapkan Peralatan Penelitian

Pada tahapan ini, peneliti menyiapkan segala perlengkapan yang dibutuhkan untuk melancarkan, menjelaskan, dan mempermudah kegiatan pengumpulan data yang diperoleh di lapangan. Kegiatan pada tahapan ini yaitu mempersiapkan kamera untuk memfoto anak untuk keperluan data peneliti. b) Tahap Pekerjaan Lapangan

a. Memahami Latar Penelitian dan Persiapan Diri 2. Pembatasan latar dan penelitian

Pemahaman latar penelitian menjadi sangat penting, sehingga strategi untuk mengumpulkan data menjadi efektif. Adapun latar penelitian ini dibatasi di lokasi SLB D YPAC Bandung.

3. Penampilan

Dalam melakukan penelitian, peneliti juga sangat memperhatikan penampilan. Karena lokasi penelitian ini di sekolah, maka peneliti juga berusaha tampil dengan sopan dan formal.

4. Pengenalan hubungan peneltian di lapangan

Penelitian bersifat pengamatan langsung dengan adanya peran serta guru. Maka peneliti ini berusaha agar hubungan dengan lingkungan yang ada di lokasi tetap penuh dengan keakraban tanpa harus mempengaruhi kondisi dan perilaku yang ada di sekitar lingkungan penelitian.

5. Jumlah waktu studi

Peneliti mengalokasikan waktu untuk melaksanakan penelitian di lapangan kurang lebih selama satu bulan, waktu melaksanakan penelitian ini dilakukan pada hari selasa dan kamis. Diharapkan dengan waktu yang terbatas ini peneliti dapat mengumpulkan data dari berbagai sumber maupun data dari lapangan selama melaksanakan penelitian dan dapat terkumpul dengan baik.

b. Memasuki lapangan 1. Keakraban hubungan

Keakraban hubungan peneliti dengan lingkungan sosial yang ada di sekolah selalu berusaha untuk dijaga dengan baik oleh peneliti agar


(21)

36

Miftah Faridy, 2014

Penggunaan Parallel Bars Bagi Anak Cerebral Palsy Yang Mengalami Hambatan Berjalan Di SLB D YPAC Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

mempermudah peneliti dalam upaya memperoleh berbagai data yang diinginkan.

2. Mempelajari bahasa

Mempelajari bahasa ini sangat penting karena subjek penelitian lebih nyaman menggunakan bahasa yang dia gunakan sehari-hari.

3. Peranan penelitian

Peranan penelitian dalam aktivitas yang ada di lokasi penelitian tidak besar, karena selama melaksanakan penelitian di lapangan peneliti hanya melakukan pengamatan langsung tanpa berperan serta sehingga sebisa mungkin peneliti menghindari peran serta langsung, karena dikhawatirkan hal tersebut akan mempengaruhi kondisi dan perilaku yang terjadi di lokasi penelitian.

c. Berpartisipasi sambil mengumpulkan data 1. Pangarahan batas studi

Pengarahan batas studi dilakukan dengan memperhatikan batasan studi berdasarkan fokus masalah yang akan diteliti, pengarahan batas studi in menjadi penting agar pada saat berada di lokasi penelitian, peneliti tidak terjebak pada masalah-masalah yang berada di luar fokus masalah penelitian. 2. Mencatat data

Dilakukan pada saat dan sesudah berlangsung pengumpulan data, baik pada saat kegiatan wawancara maupun pada saat dan sesudah kegiatan observasi berlangsung.

Data yang dicatat antara lain adalah wawancara dan observasi, dalam penelitian ini data yang dicatat dalam wawancara dan observasi bersumber dari subjek orangtua, guru dan siswa.

D.Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Catherine Marshall, Gretchen B. Rossman dalam Sugiyono (2011:209). Dalam penelitian kualitatif, pengumpulan data dapat dilakukan pada natural


(22)

37

Miftah Faridy, 2014

Penggunaan Parallel Bars Bagi Anak Cerebral Palsy Yang Mengalami Hambatan Berjalan Di SLB D YPAC Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

setting (kondisi yang alamiah), sumber data primer, dan teknik pengumpulan

data lebih banyak pada observasi, wawancara dan dokumentasi. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan melalui: 1. Wawancara

Menurut Nana Syaodih, (2005: 216) wawancara atau interviu (inteview) merupakan salah satu bentuk teknik pengumpulan data yang banyak digunakan dalam penelitian deskriptif kualitatif dan deskriptif kuantitatif. Wawancara dilaksanakan secara lisan dalam pertemuan tatap muka secara individual.

Wawancara dilakukan terhadap guru terapis dengan berpedoman pada instrumen yang telah dibuat. Wawancara mendalam dilakukan dengan menggali informasi guna diperoleh data secara jelas sehingga dapat melengkapi temuan-temuan dari penelitian.

2. Observasi

Menurut Nasution (Sugiyono, 2011:310) menyatakan bahwa observasi adalah dasar semua ilmu pengetahuan. Para peneliti hanya dapat bekerja berdasarkan data.

Observasi dilakukan terhadap siswa yang sedang melakukan kegiatan berjalan di parallel bars. Aspek-aspek yang diobservasi ialah mengenai kemampuan siswa dalam melakukan berjalan di atas parallel bars, dengan menggunakan parallel bars apakah mengalami pengurangan dalam pola berjalannya. Observasi merupakan kegiatan pengamatan langsung yang dilakukan peneliti sehingga akan diperoleh data yang faktual sesuai kebutuhan penelitiian.


(23)

38

Miftah Faridy, 2014

Penggunaan Parallel Bars Bagi Anak Cerebral Palsy Yang Mengalami Hambatan Berjalan Di SLB D YPAC Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 3. Dokumentasi

Menurut Arikunto. S (2010:274) Dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah,prasasti, , notulen rapat, lengger, agenda, gambar, dan sebagainya.

Sugiyono (2011:329) Dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu, dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar atau karya-karya monumental dari seseorang. Hasil peneltitian akan lebih kredibel/dapat dipercaya bila didukung oleh foto-foto atau karya tulis akademik yang telah ada.

Subjek dalam penelitian ini adalah guru terapi sedangkan informan dari peneliti ini adalah 2 orang siswa SLB D bernama PY dan BY. Aspek-aspek yang diobservasi dalam pembelajaran berjalan siswa tunadaksa adalah: (1) perencanaan program untuk kegiatan mengurangi pola berjalan. (2) pelaksanaan program untuk kegiatan mengurangi pola berjalan. (3) evaluasi yang dilakukan guru dalam pelaksanaan program untuk kegiatan mngurangi pola berjalan siswa tunadaksa. (4) penghambat dalam pembelajaran program kegiatan mengurangi pola berjalan siswa tunadaksa. (5) upaya guru dalam mengatasai hambatan yang muncul dalam pelaksanaan program kegiatan mengurangi pola berjalan siswa tunadaksa.

Observasi yang dilakukan oleh peneliti memperhati hal-hal seperti: (1) isi dari pengamatan, (2) mencatat pengamatan, (3) ketepatan pengamatan, (4) hubungan antara pengamat dengan yang diamati.


(24)

39

Miftah Faridy, 2014

Penggunaan Parallel Bars Bagi Anak Cerebral Palsy Yang Mengalami Hambatan Berjalan Di SLB D YPAC Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

E. Pengujian Keabsahan Data

Pemeriksaan keabsahan data mempunyai tujuan untuk menetapkan keabsahan (trustworthiness) data. Pelaksanaan pemeriksaan keabsahan data itu sendiri didasarkan pada kriteria yang digunakan dalam suatu penelitian. Triangulasi diartikan sebagai teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang telah ada.

Dalam melaksanakan pemeriksaan keabsahan data dilakukan dengan teknik triangulasi. Moleong (2007:330) menyebutkan bahwa “triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu”.

Susan Stainback (Sugiyono, 2011:330). Menyatakan bahwa tujuan dari triangulasi bukan untuk mencari kebenaran tentang beberapa fenomena, tetapi lebih pada peningkatan pemahaman peneliti terhadap apa yang telah ditemukan. Selanjutnya Patton (Sugiyono, 2011:332). Dengan triangulasi akan lebih meningkatkan kekuatan data, bila dibandingkan dengan satu pendekatan.

Triangulasi menurut Patton dalam Moleong (2007:331) terdapat dua strategi, yaitu : (1) pengecekan derajat kepercayaan penemuan hasil penelitian beberapa teknik pengumpulan data dan (2) pengecekan derajat kepercayaan beberapa sumber data dengan metode yang sama.

Triangulasi yang digunakan pada penelitian ini adalah triangulasi teknik, yaitu data yang diperoleh melalui wawancara dan observasi direduksi, yaitu dengan menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu isi dari data, kemudian dilakukan pengkodean dengan menggunakan analisis


(25)

40

Miftah Faridy, 2014

Penggunaan Parallel Bars Bagi Anak Cerebral Palsy Yang Mengalami Hambatan Berjalan Di SLB D YPAC Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

konten, dan diorganisasi dengan cara sedemikian rupa dengan menggunakan analisis domain berdasarkan kategori-kategori yang ditemukan. Kemudian dilakukan analisis komparatif dengan melakukan cek silang di antara kedua data tersebut. Setiap sumber data di crosscheck dengan sumber data lainnya. Dengan demikian, validitas data yang ada dapat dipertanggung jawabkan, karena data akhir yang didapat adalah hasil perbandingan dari berbagai metode pengambilan datanya.

F. Teknik Analisis Data

Menurut Sugiyono (2011:335) mengemukakan bahwa analisis data adalah :

Proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain

Analisis data kualitatif menurut Bogdan & Biklen dalam Moleong (2007:248) adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan data yang dapat dikelola, mengintensifkannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang akan di pelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain.

Proses analisis data dimulai dengan menelaah seluruh data yang tersedia, baik data primer maupun data sekunder. Proses analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini mengacu pada proses analisis data yang disampaikan

oleh Miles & Huberman dalam Sugiyono (2010:91) yaitu: ”aktivitas analisis

data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh. Aktivitas dalam


(26)

41

Miftah Faridy, 2014

Penggunaan Parallel Bars Bagi Anak Cerebral Palsy Yang Mengalami Hambatan Berjalan Di SLB D YPAC Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

analisis data, yaitu data reduction, data display, dan conclusion drawing/

verifikasion.

1. Reduksi Data. Data yang diperoleh dari wawancara dan observasi direduksi, yaitu dengan menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu isi dari data, kemudian dilakukan pengkodean dengan menggunakan analisis konten, dan diorganisasi sedemikian rupa dengan menggunakan analisis domain berdasarkan kategori-kategori yang ditemukan. Kemudian dilakukan analisis komparatif dengan melakukan

crosscheck atau cek silang di antara kedua data tersebut. Setiap sumber

data di crosscheck dengan sumber data lainnya. Dengan demikian, validitas data yang ada dapat dipertanggung jawabkan.

2. Penyajian Data. Berupa sekumpulan informasi tersusun yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. 3. Menarik kesimpulan dan verifikasi. Sejak awal pengumpulan data,

peneliti mulai mencari arti benda-benda, mencatat keteraturan, pola-pola, penjelasan, konfigurasi-konfigurasi yang mungkin, alur sebab-akibat, dan proposisi. Setelah didapat kesimpulan-kesimpulan sementara, kemudian menjadi lebih rinci dan menjadi kuat dengan adanya bukti-bukti dari data. Kesimpulan diverifikasi selama penelitian berlangsung. Makna-makna yang muncul dari data diuji kebenarannya, kekokohannya, dan kecocokannya, yakni sebagai validitas dari data itu sendiri.


(27)

Miftah Faridy, 2014

Penggunaan Parallel Bars Bagi Anak Cerebral Palsy Yang Mengalami Hambatan Berjalan Di SLB D YPAC Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB V

KESIMPULAN DAN IMPLIKASI

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil dari penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti, dapat ditemukan hasil penelitian. Hasil dari penelitian yang diperoleh merupakan jawaban dari fokus masalah, adapun hasil dari penelitian tersebut dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Bagaimana cara mengurangi hambatan berjalan anak cerebral palsy;

Setelah melakukan penelitian di lapangan ditemukan bahwa untuk mengurangi hambatan berjalan yaitu dengan menggunakan alat parallel bars dengan tujuan agar anak bisa mengurangi hambatan berjalannya. Pada awal menggunakan parallel bars BY masih dibantu oleh guru untuk berdiri dari dari kursi roda dan memegang parallel bars namun setelah beberapa kali menggunakan parallel bars BY sudah bisa sendiri untuk untuk berdiri dari kursi roda dan memegang parallel bars. Pada awal menggunakan parallel

bars PY belum bisa menggunakan alat tersebut dengan benar, ketika akan

menggunakan parallel bars untuk pindah dari kursi roda ke parallel bars saja PY masih mengalami kesulitan sehingga harus dibantu oleh guru. Hal pertama saat PY akan melakukan terapi berjalannya PY diam di parallel bars dengan tujuan untuk menyeimbangkan posisi badannya agar tidak jatuh. 2. Bagaimana cara anak memegang parallel bars dengan benar untuk membantu

hambatan berjalan anak cerebral palsy;

Dari hasil penelitian di lapangan ditemukan bahwa tangan anak masih menepel ke palang sejajar, posisi tangan yang benar harus dinaikan 15-30 derajat. Cara BY memegang parallel bars tidak seperti orang normal tangan kanak dan tangan kiri BY masih menempel ke parallel bars. Tangan BY seperti itu disebabkan karena posisi tulang belakang BY mengalami scoliosis sehingga mempengaruhi untuk posisi berjalan. Sama seperti BY, cara PY memegang parallel bars tidak seperti orang normal tangan kanan dan tangan kiri PY masih menempel ke parallel bars. Posisi tangan PY seperti itu


(28)

55

Miftah Faridy, 2014

Penggunaan Parallel Bars Bagi Anak Cerebral Palsy Yang Mengalami Hambatan Berjalan Di SLB D YPAC Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

disebabkan karena posisi tulang PY mengalami kiposis dimana posisi tulangnya tidak lurus sejajar. Sedangkan untuk posisi menempel tangan ketika memegang parallel bars kedua tangan harus diangkat 15-30 derajat di atas parallel bars.

3. Hambatan apa saja yang dihadapi dalam proses penggunaan parallel bars bagi anak cerebral palsy;

Hambatan selama melaksakan terapi kepada anak yaitu ketika anak kurang koordinasi dan salah mengartikan isntruksi dari guru, anak selalu mengeuh rasa capek karena posisi jalannya yang O.

4. Bagaimana upaya dalam mengatasi hambatan proses pelaksanaan penggunaan

parallel bars bagi anak cerebral palsy;

Upaya yang dilakukan guru untuk mengatasi hambatan anak yaitu dengan memberikan terapi di ruangan terbuka bertujuan untuk menyerap oksigen lebih banyak karena berpengaruh terhadap gerak otot dan sendi. Guru langsung membantu anak disaat anak mengalami kesulitan dan salah mengartikan instruksi dari guru.

B. Implikasi

Dari kesimpulan penelitian di atas, penulis memberikan implikasi agar pada tahap selanjutnya anak terus diberikan latihan dengan menggunakan

parallel bars agar anak bisa mengurangi hambatan berjalannya dibantu oleh

guru serta pihak lain yang terlibat agar mengetahui kebutuhan apa yang diperlukan oleh anak. Jangan sampai terjadi kurang komunikasi dan kerjasama antara semua pihak yang terlibat, soalnya dikhawatirkan berpengaruh terhadap proses latihan untuk mengurangi hambatan berjalannya. Perlu diberikan motifasi dan pendidikan oleh semua pihak yang terlibat agar anak bersemangat untuk terus latihan lebih rutin lagi dan di dalam diri anak ada keinginan untuk bisa berjalan secara normal.

Penelitian ini belum sepenuhnya berhasil mengungkap tentang dampak penggunaan parallel bars untuk mengurangi hambatan berjalan bagi anak


(29)

56

Miftah Faridy, 2014

Penggunaan Parallel Bars Bagi Anak Cerebral Palsy Yang Mengalami Hambatan Berjalan Di SLB D YPAC Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dimiliki peneliti. Kepada peneliti berikutnya yang berminat untuk melakukan penelitian serupa diharapkan dapat mengungkap hal-hal yang belum diungkapkan di dalam penelitian ini.

C. Penutup

Alhamdulillah, segala puji bagi ALLAH SWT atas ijin-mu penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Adapun yang disajikan oleh penulis ini masih jauh dari kata sempurna, tapi besar harapan dari penulis semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan umumnya bagi pihak jurusan pendidikan khusus dan orang lain. Diakhiri dengan ucap syukur kehadiratmu ALLAH SWT semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan berguna bagi orang lain. Amin


(30)

57

Miftah Faridy, 2014

Penggunaan Parallel Bars Bagi Anak Cerebral Palsy Yang Mengalami Hambatan Berjalan Di SLB D YPAC Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. (2010). Prosedur penelitian suatu pendekatan praktik. Jakarta: PT Rineka Cipta

Assjari, M. (1995). Ortopedagogik anak tunadaksa. DEPDIKBUD

Decaprio, R. (2013). Aplikasi teori pembelajaran motorik di sekolah. Yogyakarta: Diva Press

Efendi, M. (2006). Pengantar psikopedagogik anak berkelainan. Jakarta: Bumi aksara

Hurlock, E, W. (1978). Perkembangan Anak. Jakarta: Erlangga

Irfan, M. (2010). Fisioterapi Bagi Insan Stroke. Yogyakarta: Graha Ilmu

Karyana, A dan Widati, S (2013) “Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus

Tunadaksa”. Jakarta: Luxima Metro Media

Karyana, A dan Hidayat, A (2013) ”Bina Gerak Bagi Anak Berkebutuhan

Khusus”. Jakarta: Luxima Metro Media

Muslim. A dan Sugiarmin. M (1996). Ortopedi dalam Pendidikan Anak

Tunadaksa. DEPDIKBUD:

Moleong, L.J. (2007). Metode penelitian kualitatif. Bandung: Remaja Rosda Karya

Rahyubi, H. dan Yunus, A (2012). Teori-teori belajar dan aplikasi pembelajaran

motorik. Bandung: Nusa Media

Sugiyono. (2011). Metode penelitian pendidikan pendekatan kuantitatif, kualitatif,

dan R&D. Bandung: Alfabeta

Sudjana. (1992). Metode Statistika. Bandung:Tarsito

Somantri, S, T. (2006). Psikologi anak luar biasa. Bandung: Refika aditama UPI. (2012). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. UPI

Widati, S. (2007). “Pendidikan Anak Tunadaksa”. Handout dalam perkuliahan PLB FIP UPI, Bandung.


(31)

58

Miftah Faridy, 2014

Penggunaan Parallel Bars Bagi Anak Cerebral Palsy Yang Mengalami Hambatan Berjalan Di SLB D YPAC Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Widati, S. (2007). “Bina Diri Bina Gerak”. Handout dalam perkuliahan PLB FIP

UPI, Bandung.

Aprilian, W. (2012).”Penggunaan Walker terhadap kemandirian mobilisasi anak Cerebral Palsy di SLB D YPAC Bandung. Skripsi FIP UPI. Tidak

Diterbitkan.

(2013) [online] penyebab posisi jalan anak O Tersedia:

http://m.ayahbunda.co.id/webForm/content/mobArticleDetailEC.aspx?mc=0 01&smc=001&ar=1293 Diakses pada tanggal 2 Desember 2013

(2013) [online] pembelajaran senam palang sejajar Tersedia:

http://pendidikanjasmani13.blogspot.com/2012/05/pembelajaran-senam-palang-sejajar.html Diakses pada tanggal 21 Oktober 2013

(2013) Pedro, D. (-). Analisa berjalan.[online]. Tersedia.

http://dhaenkpedro.wordpress.com/analisa-berjalan/[ 25 Oktober 2013] (2013) Physicaltherapy.(-). Parallel bar. [online]. Tersedia

http://id.prmob.net/physicaltherapy/paralel-bar/otot-2502359.html [ 20 Oktober 2013]

(2013) scribd.com.(-). Pengertian berjalan. [online]. Tersedia

http://www.scribd.com/doc/80457880/43/A-PENGERTIAN-BERJALAN

[24 Oktober 2013]

(2013) http://zaifbio.wordpress.com/2010/04/29/sistem-gerak-manusia/.[Online]. Tersedia [25 Oktober 2013]

(2013)staff.uny.ac.id/sites/default/files/.../4.%20Aktivitas%20Terapi.pdf.[online]. Tersedia [ 26 Oktober 2013]


(1)

41

analisis data, yaitu data reduction, data display, dan conclusion drawing/

verifikasion.

1. Reduksi Data. Data yang diperoleh dari wawancara dan observasi direduksi,

yaitu dengan menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang yang

tidak perlu isi dari data, kemudian dilakukan pengkodean dengan

menggunakan analisis konten, dan diorganisasi sedemikian rupa dengan

menggunakan analisis domain berdasarkan kategori-kategori yang

ditemukan. Kemudian dilakukan analisis komparatif dengan melakukan

crosscheck atau cek silang di antara kedua data tersebut. Setiap sumber data di crosscheck dengan sumber data lainnya. Dengan demikian,

validitas data yang ada dapat dipertanggung jawabkan.

2. Penyajian Data. Berupa sekumpulan informasi tersusun yang memberi

kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan.

3. Menarik kesimpulan dan verifikasi. Sejak awal pengumpulan data,

peneliti mulai mencari arti benda-benda, mencatat keteraturan, pola-pola,

penjelasan, konfigurasi-konfigurasi yang mungkin, alur sebab-akibat, dan

proposisi. Setelah didapat kesimpulan-kesimpulan sementara, kemudian

menjadi lebih rinci dan menjadi kuat dengan adanya bukti-bukti dari data.

Kesimpulan diverifikasi selama penelitian berlangsung. Makna-makna yang

muncul dari data diuji kebenarannya, kekokohannya, dan kecocokannya,


(2)

Miftah Faridy, 2014

Penggunaan Parallel Bars Bagi Anak Cerebral Palsy Yang Mengalami Hambatan Berjalan Di SLB D YPAC Bandung

BAB V

KESIMPULAN DAN IMPLIKASI

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil dari penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti, dapat ditemukan hasil penelitian. Hasil dari penelitian yang diperoleh merupakan jawaban dari fokus masalah, adapun hasil dari penelitian tersebut dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Bagaimana cara mengurangi hambatan berjalan anak cerebral palsy;

Setelah melakukan penelitian di lapangan ditemukan bahwa untuk mengurangi hambatan berjalan yaitu dengan menggunakan alat parallel bars dengan tujuan agar anak bisa mengurangi hambatan berjalannya. Pada awal menggunakan parallel bars BY masih dibantu oleh guru untuk berdiri dari dari kursi roda dan memegang parallel bars namun setelah beberapa kali menggunakan parallel bars BY sudah bisa sendiri untuk untuk berdiri dari kursi roda dan memegang parallel bars. Pada awal menggunakan parallel bars PY belum bisa menggunakan alat tersebut dengan benar, ketika akan menggunakan parallel bars untuk pindah dari kursi roda ke parallel bars saja PY masih mengalami kesulitan sehingga harus dibantu oleh guru. Hal pertama saat PY akan melakukan terapi berjalannya PY diam di parallel bars dengan tujuan untuk menyeimbangkan posisi badannya agar tidak jatuh. 2. Bagaimana cara anak memegang parallel bars dengan benar untuk membantu

hambatan berjalan anak cerebral palsy;

Dari hasil penelitian di lapangan ditemukan bahwa tangan anak masih menepel ke palang sejajar, posisi tangan yang benar harus dinaikan 15-30 derajat. Cara BY memegang parallel bars tidak seperti orang normal tangan kanak dan tangan kiri BY masih menempel ke parallel bars. Tangan BY seperti itu disebabkan karena posisi tulang belakang BY mengalami scoliosis sehingga mempengaruhi untuk posisi berjalan. Sama seperti BY, cara PY memegang parallel bars tidak seperti orang normal tangan kanan dan tangan kiri PY masih menempel ke parallel bars. Posisi tangan PY seperti itu


(3)

55

disebabkan karena posisi tulang PY mengalami kiposis dimana posisi tulangnya tidak lurus sejajar. Sedangkan untuk posisi menempel tangan ketika memegang parallel bars kedua tangan harus diangkat 15-30 derajat di atas parallel bars.

3. Hambatan apa saja yang dihadapi dalam proses penggunaan parallel bars bagi anak cerebral palsy;

Hambatan selama melaksakan terapi kepada anak yaitu ketika anak kurang koordinasi dan salah mengartikan isntruksi dari guru, anak selalu mengeuh rasa capek karena posisi jalannya yang O.

4. Bagaimana upaya dalam mengatasi hambatan proses pelaksanaan penggunaan parallel bars bagi anak cerebral palsy;

Upaya yang dilakukan guru untuk mengatasi hambatan anak yaitu dengan memberikan terapi di ruangan terbuka bertujuan untuk menyerap oksigen lebih banyak karena berpengaruh terhadap gerak otot dan sendi. Guru langsung membantu anak disaat anak mengalami kesulitan dan salah mengartikan instruksi dari guru.

B. Implikasi

Dari kesimpulan penelitian di atas, penulis memberikan implikasi agar pada tahap selanjutnya anak terus diberikan latihan dengan menggunakan parallel bars agar anak bisa mengurangi hambatan berjalannya dibantu oleh guru serta pihak lain yang terlibat agar mengetahui kebutuhan apa yang diperlukan oleh anak. Jangan sampai terjadi kurang komunikasi dan kerjasama antara semua pihak yang terlibat, soalnya dikhawatirkan berpengaruh terhadap proses latihan untuk mengurangi hambatan berjalannya. Perlu diberikan motifasi dan pendidikan oleh semua pihak yang terlibat agar anak bersemangat untuk terus latihan lebih rutin lagi dan di dalam diri anak ada keinginan untuk bisa berjalan secara normal.

Penelitian ini belum sepenuhnya berhasil mengungkap tentang dampak penggunaan parallel bars untuk mengurangi hambatan berjalan bagi anak cerebral palsy di SLB D YPAC Bandung dikarenkan terbatasnya waktu yang


(4)

Miftah Faridy, 2014

Penggunaan Parallel Bars Bagi Anak Cerebral Palsy Yang Mengalami Hambatan Berjalan Di SLB D YPAC Bandung

dimiliki peneliti. Kepada peneliti berikutnya yang berminat untuk melakukan penelitian serupa diharapkan dapat mengungkap hal-hal yang belum diungkapkan di dalam penelitian ini.

C. Penutup

Alhamdulillah, segala puji bagi ALLAH SWT atas ijin-mu penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Adapun yang disajikan oleh penulis ini masih jauh dari kata sempurna, tapi besar harapan dari penulis semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan umumnya bagi pihak jurusan pendidikan khusus dan orang lain. Diakhiri dengan ucap syukur kehadiratmu ALLAH SWT semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan berguna bagi orang lain. Amin


(5)

57

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. (2010). Prosedur penelitian suatu pendekatan praktik. Jakarta: PT Rineka Cipta

Assjari, M. (1995). Ortopedagogik anak tunadaksa. DEPDIKBUD

Decaprio, R. (2013). Aplikasi teori pembelajaran motorik di sekolah. Yogyakarta: Diva Press

Efendi, M. (2006). Pengantar psikopedagogik anak berkelainan. Jakarta: Bumi aksara

Hurlock, E, W. (1978). Perkembangan Anak. Jakarta: Erlangga

Irfan, M. (2010). Fisioterapi Bagi Insan Stroke. Yogyakarta: Graha Ilmu

Karyana, A dan Widati, S (2013) “Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus Tunadaksa”. Jakarta: Luxima Metro Media

Karyana, A dan Hidayat, A (2013) ”Bina Gerak Bagi Anak Berkebutuhan Khusus”. Jakarta: Luxima Metro Media

Muslim. A dan Sugiarmin. M (1996). Ortopedi dalam Pendidikan Anak Tunadaksa. DEPDIKBUD:

Moleong, L.J. (2007). Metode penelitian kualitatif. Bandung: Remaja Rosda Karya

Rahyubi, H. dan Yunus, A (2012). Teori-teori belajar dan aplikasi pembelajaran motorik. Bandung: Nusa Media

Sugiyono. (2011). Metode penelitian pendidikan pendekatan kuantitatif, kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta

Sudjana. (1992). Metode Statistika. Bandung:Tarsito

Somantri, S, T. (2006). Psikologi anak luar biasa. Bandung: Refika aditama

UPI. (2012). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. UPI

Widati, S. (2007). “Pendidikan Anak Tunadaksa”. Handout dalam perkuliahan PLB FIP UPI, Bandung.


(6)

Miftah Faridy, 2014

Penggunaan Parallel Bars Bagi Anak Cerebral Palsy Yang Mengalami Hambatan Berjalan Di SLB D YPAC Bandung

Widati, S. (2007). “Bina Diri Bina Gerak”. Handout dalam perkuliahan PLB FIP UPI, Bandung.

Aprilian, W. (2012).”Penggunaan Walker terhadap kemandirian mobilisasi anak Cerebral Palsy di SLB D YPAC Bandung. Skripsi FIP UPI. Tidak

Diterbitkan.

(2013) [online] penyebab posisi jalan anak O Tersedia:

http://m.ayahbunda.co.id/webForm/content/mobArticleDetailEC.aspx?mc=0 01&smc=001&ar=1293 Diakses pada tanggal 2 Desember 2013

(2013) [online] pembelajaran senam palang sejajar Tersedia:

http://pendidikanjasmani13.blogspot.com/2012/05/pembelajaran-senam-palang-sejajar.html Diakses pada tanggal 21 Oktober 2013

(2013) Pedro, D. (-). Analisa berjalan.[online]. Tersedia.

http://dhaenkpedro.wordpress.com/analisa-berjalan/[ 25 Oktober 2013]

(2013) Physicaltherapy.(-). Parallel bar. [online]. Tersedia

http://id.prmob.net/physicaltherapy/paralel-bar/otot-2502359.html [ 20 Oktober 2013]

(2013) scribd.com.(-). Pengertian berjalan. [online]. Tersedia

http://www.scribd.com/doc/80457880/43/A-PENGERTIAN-BERJALAN

[24 Oktober 2013]

(2013) http://zaifbio.wordpress.com/2010/04/29/sistem-gerak-manusia/.[Online]. Tersedia [25 Oktober 2013]

(2013)staff.uny.ac.id/sites/default/files/.../4.%20Aktivitas%20Terapi.pdf.[online]. Tersedia [ 26 Oktober 2013]


Dokumen yang terkait

PERBEDAAN TINGKAT DEPRESI ANTARA IBU YANG MEMILIKI ANAK CEREBRAL PALSY DI YPAC SURAKARTA DENGAN IBU YANG Perbedaan Tingkat Depresi Antara Ibu Yang Memiliki Anak Cerebral Palsy Di YPAC Surakarta Dengan Ibu Yang Memiliki Anak Retardasi Mental Di SLB C YP S

0 6 15

PERBEDAAN TINGKAT DEPRESI ANTARA IBU YANG MEMILIKI ANAK CEREBRAL PALSY DI YPAC SURAKARTA DENGAN IBU YANG Perbedaan Tingkat Depresi Antara Ibu Yang Memiliki Anak Cerebral Palsy Di YPAC Surakarta Dengan Ibu Yang Memiliki Anak Retardasi Mental Di SLB C YP S

0 4 17

PEMBELAJARAN BINA DIRI DALAM MELATIH KETERAMPILAN MENGGUNAKAN PEMBALUT PADA ANAK CEREBRAL PALSY SPASTIK DI SLB D YPAC BANDUNG.

1 4 44

PENINGKATAN KOORDINASI MATA DAN TANGAN MELALUI KETERAMPILAN KIRIGAMI PADA SISWA CEREBRAL PALSY SPASTIK DI SLB D YPAC BANDUNG.

0 7 41

KEMANDIRIAN MOBILITAS ANAK CEREBRAL PALSY DALAM MENGGUNAKAN KURSI RODA DI SLB-D YPAC BANDUNG : Studi Deskriptif Kualitatif pada Anak Cerebral Palsy Tingkat SMALB di SLB-D YPAC BANDUNG.

0 2 16

PEMBELAJARAN TATA BOGA KUE SISTIK BAGI SISWA CEREBRAL PALSY SPASTIK DI SLB-D YPAC BANDUNG.

1 3 32

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN MEDIA FONDANT UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS DALAM MENULIS PERMULAAN SISWA CEREBRAL PALSY SEDANG DI SLB D YPAC BANDUNG.

2 14 44

PENGARUH METODE SENAM OTAK MELALUI GERAKAN ARM ACTIVATION TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PERMULAAN ANAK CEREBRAL PALSY SPASTIC DI SLB D YPAC BANDUNG.

0 0 44

PENGGUNAAN PARALLEL BARS BAGI ANAK CEREBRAL PALSY YANG MENGALAMI HAMBATAN BERJALAN DI SLB D YPAC BANDUNG - repository UPI S PLB 0901151 Title

0 0 3

PENGGUNAAN MEDIA KERTAS BERGELOMBANG UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK CEREBRAL PALSY KELAS III SEKOLAH DASAR DI SLB-D YPAC BANDUNG - repository UPI S PLB 1101948 Title

0 0 3