PERANAN K.H. AMIN BIN IRSYAD DALAM MEMAJUKAN PONDOK PESANTREN DI BABAKAN CIWARINGIN CIREBON 1916-1972.

(1)

PERANAN K.H. AMIN BIN IRSYAD DALAM MEMAJUKAN PONDOK PESANTREN DI BABAKAN CIWARINGIN CIREBON 1916-1972

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Jurusan Pendidikan Sejarah

Oleh

M. Nur Kholis Majid 0906059

JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH

FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA


(2)

M. NUR KHOLIS MAJID

PERANAN K.H. AMIN BIN IRSYAD DALAM MEMAJUKAN PONDOK PESANTREN DI BABAKAN CIWARINGIN CIREBON

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING:

Pembimbing I

Prof. Dr. H. Dadang Supardan, M.Pd NIP. 19570408 198403 1 003

Pembimbing II

Drs. H. Ayi Budi Santosa, M.Si NIP. 19630311 198901 1 001

Mengetahui,


(3)

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb. Bismillahirrahmanirrahim

Alhamdulillahirabbil’alamin, tiada kalimat yang lebih indah selain puja dan puji syukur penulis kehadirat Allah SWT, yang telah menganugerahkan nikmat dan karunianya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini, selanjutnya sholawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW, keluarganya, para sahabat serta para pengikutnya hingga akhir zaman.

Skripsi ini berjudul Peranan K.H. Amin Bin Irsyad dalam memajukan Pondok Pesantren di Babakan Ciwaringin Cirebon 1916-1972. Penulisan skripsi ini diajukan untuk memenuhi sebagian syarat untuk memperoleh gelar Strata-I Pendidikan Sejarah. Penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat dan lebih memperkaya referensi pengetahuan tentang lembaga pendidikan Islam, peranan kiai, seluk beluk kehidupan santri serta sejarah perjuangan kaum santri dalam melawan penjajahan asing terutama kolonial Belanda.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna, baik sistematika maupun kedalaman kontennya. Mengingat sangat terbatasnya kemampuan dan pengetahuan penulis dalam hal penyusunan skripsi ini, sehingga tidak menutup kemungkinan terdapat banyak kekurangan di dalamnya. Oleh karena itu segala kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan, terima kasih.

Bandung, Januari 2014


(4)

(5)

M. Nur Kholis Majid, 2014

Peranan K.H. Amin Bin Irsyad dalam memajukan pondok pesantren di Babakan Ciwaringin Cirebon 1916 - 1972

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu ABSTRAK

Skripsi ini berjudul “Peranan K.H. Amin Bin Irsyad dalam Memajukan Pondok Pesantren di Babakan Ciwaringin Cirebon 1916-1972”. Penulis tertarik meneliti karena adanya anggapan masyarakat bahwa masa keemasan Pondok Pesantren Babakan Ciwaringin adalah pada saat diasuh oleh K.H. Amin Bin Irsyad. Adapun masalah utama yang dibahas dalam skripsi ini adalah “Bagaimana jejak langkah Kiai Amin Bin Irsyad dalam memajukan pondok pesantren di Babakan Ciwaringin Cirebon 1916-1972”? Masalah utama tersebut kemudian dibagi menjadi empat pertanyaan penelitian, yaitu: (1) Bagaimana profil dan latar belakang pemikiran K.H. Amin Bin Irsyad? (2) Bagaimana perkembangan Pondok Pesantren Babakan Ciwaringin di bawah asuhan K.H. Amin Bin Irsyad dari tahun 1916-1972? (3) Bagaimana sistem pendidikan Pondok Pesantren Babakan Ciwaringin? (4) Bagaimana dampak keberadaan pondok pesantren terhadap masyarakat Babakan Ciwaringin? Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode historis, dengan langkah-langkah sebagai berikut: (1) Memilih topik; (2) Mengusut bukti-bukti; (3) Membuat catatan penting; (4) Mengevaluasi secara kritis, baik kritik internal maupun kritik eksternal; (5) Menyusun hasil-hasil penelitian; (6) Menyajikan dalam suatu cara yang dapat menarik perhatian dan mengkomunikasikannya kepada para pembaca sehingga dapat dimengerti sejelas mungkin. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi literatur, wawancara dan studi dokumentasi. Hasil penelitian yang diperoleh: profil, silsilah dan riwayat pendidikan K.H. Amin Bin Irsyad, gambaran masa keemasan dan sistem pendidikan Pondok Pesantren Babakan pada saat diasuh oleh K.H. Amin Bin Irsyad serta dampak yang ditimbulkan oleh Pondok Pesantren Babakan Ciwaringin terhadap masyarakat sekitar pesantren. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh beberapa kesimpulan. Pertama, latar belakang pemikiran K.H. Amin Bin Irsyad dilandasi atas dasar dakwah dan ibadah. Kedua, jika dilihat dari segi kualitas maupun kuantitas santri, Pondok Pesantren Babakan Ciwaringin mengalami masa keemasan pada saat dipimpin oleh Kiai Amin Bin Irsyad tahun 1916-1972. Ketiga, sistem pendidikan Pondok Pesantren Babakan Ciwaringin pada saat diasuh oleh K.H. Amin Bin Irsyad masih murni bersifat tradisional. Keempat, keberadaan pesantren memberikan dampak terhadap masyarakat di sekitarnya baik dalam bidang keagamaan, sosial budaya maupun ekonomi. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap pendalaman pembelajaran sejarah lokal di sekolah-sekolah, menambah khazanah keilmuan khususnya bagi masyarakat Kabupaten Cirebon serta bisa dijadikan sebagai kerangka berpikir untuk penelitian selanjutnya.


(6)

M. Nur Kholis Majid, 2014

Peranan K.H. Amin Bin Irsyad dalam memajukan pondok pesantren di Babakan Ciwaringin Cirebon 1916 - 1972

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR ISI

PERNYATAAN ... i

KATA PENGANTAR ... ii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iii

ABSTRAK ... iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Penelitian ... 1

B. RumusanMasalah ... 8

C. Tujuan Penelitian ... 9

D. ManfaatPenelitian ... 9

E. StrukturOrganisasiSkripsi ... 10

BAB II KAJIANPUSTAKA ... 12

A. Pondok Pesantren ... 12

B. Unsur-Unsur Pesantren ... 16

C. Sistem Pendidikan Pesantren ... 20

D. Teori Kepemimpinan Kharismatik ... 24

E. Teori Perubahan Sosial ... 28

F. Penelitian Terdahulu ... 32

BAB III METODE PENELITIAN ... 41

A. Metode Penelitian... 41

1. Memilih Topik yang Sesuai ... 42

2. Mengusut Bukti yang Relevan dengan Topik ... 44

3. Membuat Catatan yang Relevan dengan Topik ... 48

4. Mengevaluasi Bukti (Evidensi) yang Ditemukan ... 48

5. Menyusun Hasil Penelitian Secara Sistematis ... 51

6. Menyajikan Hasil Penelitian ... 52

B. Teknik Penelitian ... 54

1. Studi Literatur ... 55

2. Wawancara ... 55

3. Dokumentasi ... 56


(7)

M. Nur Kholis Majid, 2014

Peranan K.H. Amin Bin Irsyad dalam memajukan pondok pesantren di Babakan Ciwaringin Cirebon 1916 - 1972

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

1. Lokasi Penelitian ... 57

2. Subjek Penelitian ... 57

3. Data Penelitian ... 58

4. Instrumen Penelitian... 58

BAB IV JEJAK LANGKAH K.H. AMIN BIN IRSYAD DALAM MEMAJUKAN PONDOK PESANTREN DI BABAKAN CIWARINGINCIREBON 1916-1972... 59

A.Gambaran Umum Desa Babakan Ciwaringin Cirebon ... 59

1. Letak Geografis Desa Babakan Ciwaringin ... 59

2. Masyarakat Desa Babakan Ciwaringin ... 61

3. Jejak Pemerintahan Desa Babakan Ciwaringin ... 63

B.Profil dan Latar Belakang Pemikiran K.H. Amin Bin Irsyad ... 67

1. Profil K.H. Amin Bin Irsyad ... 67

2. Latar Belakang Pemikiran K.H. Amin Bin Irsyad ... 76

C.Perkembangan Pondok Pesantren Babakan Ciwaringin di Bawah Asuhan Kiai Amin Bin Irsyad ... 80

D.Sistem Pendidikan Pondok Pesantren Babakan Ciwaringin ... 103

E. Dampak Perkembangan Pondok Pesantren Terhadap Kehidupan Masyarakat Babakan Ciwaringin ... 106

1. Majlis Ta’lim ... 106

2. Haul ... 109

3. Pasar Pesantren ... 111

4. Bentuk-Bentuk Peninggalan ... 113

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 121

A. Kesimpulan ... 121

B. Saran ... 123

DAFTAR PUSTAKA ... 124 LAMPIRAN


(8)

M. Nur Kholis Majid, 2014

Peranan K.H. Amin Bin Irsyad dalam memajukan pondok pesantren di Babakan Ciwaringin Cirebon 1916 - 1972

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Penelitian

Pendidikan sangat berperan penting dalam menentukan perkembangan masyarakat, dengan pendidikan juga masyarakat diarahkan untuk bisa beradaptasi dengan tantangan zaman, sehingga pendidikan memegang peranan penting dalam menentukan arah perkembangan masa depan suatu masyarakat. Begitupun dengan pendidikan Islam, yang merupakan salah satu bentuk manifestasi dari cita-cita hidup umat Islam untuk melestarikan, mengalihkan dan menanamkan (internalisasi) serta mentransformasikan nilai-nilai Islam kepada individu-individu muda sebagai generasi penerus. Sehingga nilai kultural-religius yang dicita-citakan bisa berfungsi dan berkembang dalam masyarakat Islam dari waktu ke waktu (Arifin, 1996: 11-12).

Pendidikan Islam di Indonesia mempunyai lembaga tersendiri yang biasa disebut dengan pondok pesantren. Lembaga tersebut merupakan sistem pendidikan tertua dan dianggap sebagai produk budaya Indonesia yang indigenous

(pribumi). Selain sebagai tempat pendidikan, pondok pesantren juga merupakan pusat penyiaran agama Islam (dakwah). Peran pesantren, baik sebagai tempat pendidikan maupun pusat penyiaran agama banyak memberi manfaat terhadap masyarakat, sehingga masyarakat tidak segan untuk ikut serta terlibat dalam pembangunan suatu pesantren. Sikap masyarakat tersebut tidak lepas dari keberadaan pondok pesantren yang tidak bersifat eksklusif sehingga terjadi


(9)

M. Nur Kholis Majid, 2014

Peranan K.H. Amin Bin Irsyad dalam memajukan pondok pesantren di Babakan Ciwaringin Cirebon 1916 - 1972

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

komunikasi yang baik antara pondok pesantren dengan masyarakat. Selain itu pesantren juga dalam beberapa kegiatannya melibatkan masyarakat, sehingga terjadi symbiosis mutualism antara pesantren dan masyrakat. Dalam perjalanan sejarah pondok pesantren, selain sebagai tempat pembentukan kader-kader ulama dan pengembangan pendidikan Islam, pesantren juga merupakan basis gerakan-gerakan protes terhadap penjajahan Belanda (Kartodirdjo, 1990: 387).

Krisis kepercayaan terhadap pemerintah pada saat penjajahan membuat rakyat lebih memilih tokoh agama sebagai tempat perlindungan, sosok kiai menjadi pilihan utama sebagai figur yang disegani dan dihormati rakyat. Hal itu pula yang membuat pemerintah pada saat itu merasa iri terlebih dari pihak Belanda yang merasa terancam dengan adanya suatu perkumpulan rakyat yang mayoritas diisi oleh para pemuda dan pondok pesantrenlah yang menjadi basis pergerakannya. Meskipun pada dasarnya pesantren bersifat pasif atau tidak melakukan perlawanan, namun karena statusnya yang non-cooperative, pesantren beserta elemen yang ada di dalamnya termasuk kiai yang memimpin pesantren tersebut dinilai sewaktu-waktu bisa menjadi ancaman yang dapat mengganggu kestabilan kekuasaan penjajah.

Belanda terus berusaha mencengkeramkan kekuasaan politiknya dengan cara melancarkan langkah-langkah pembatasan gerak dan pengawasan yang ketat terhadap pemimpin-pemimpin Islam yang dikhawatirkan akan membahayakan kekuasaan Belanda. Namun hal yang menarik perhatian pada proses pembatasan-pembatasan yang dilakukan oleh Belanda tersebut kenyataannya Islam justru menjadi daya tarik utama rakyat sebagai wadah perjuangan melawan penjajahan Belanda. Pembatasan-pembatasan yang dilancarkan oleh Belanda terhadap Islam


(10)

M. Nur Kholis Majid, 2014

Peranan K.H. Amin Bin Irsyad dalam memajukan pondok pesantren di Babakan Ciwaringin Cirebon 1916 - 1972

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

telah membatasi aktivitas Islam sebagai suatu kekuatan sosial, kultural dan politik, sehingga Islam tidak dapat memainkan peranan penting dalam percaturan politik di kota-kota daerah Jawa, maka hal ini berakibat pusat-pusat studi Islam pindah ke desa-desa dalam kompleks pesantren yang dikembangkan oleh para kiai (Dhofier, 1982: 13).

Selain statusnya sebagai lembaga pendidikan keagamaan, pada masa penjajahan pesantren juga erat kaitannya dengan pusat perjuangan bangsa

“Indonesia”. Pesantren menjadi tempat sosialisasi politik dan pendidikan keprajuritan bagi para tentara “Indonesia”. Dari kalangan santri pesantrennya

sendiri banyak yang menjadi pejuang dan para kiai pondok pesantren membekali pendidikan di bidang moral dan ketangguhan pribadi santri, sehingga sering kali pondok pesantren menjadi tempat yang efektif untuk menyusun kekuatan dalam menghadapi penjajah yang dalam hal ini adalah penjajah Belanda. Peranan kiai menjadi sangat penting karena setiap perintah yang bersumber dari kiai akan menjadi perintah yang harus ditaati oleh para santri, perintah kiai tersebut berupa fatwa yang ditujukan kepada seluruh pejuang dan rakyat bahwa memerangi golongan kolonialisme hukumnya wajib dan mempertahankan tanah air juga merupakan kewajiban. Dari peranan kiai ini akhirnya diketahui juga peranan pondok pesantren dalam bidang sosial politik mewarnai agenda kebijakan Negara dikemudian hari, baik dalam proses merumuskan Undang-Undang Dasar 1945 maupun peran sertanya dalam menumpas gerakan komunis tahun 1965 (Sukamto, 1999: 329).

Sosok pribadi seorang kiai yang begitu sangat disegani dan dihormati serta kehidupannya yang sederhana menjadikan kiai sebagai pribadi yang dikagumi


(11)

M. Nur Kholis Majid, 2014

Peranan K.H. Amin Bin Irsyad dalam memajukan pondok pesantren di Babakan Ciwaringin Cirebon 1916 - 1972

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

oleh para santri maupun masyarakat luas. Ketinggian ilmu yang dimiliki lantas tidak menjadikan hidup seorang kiai menjadi angkuh dan merasa mempunyai kelebihan dibandingkan dengan orang-orang di sekitarnya. Segala tindakan yang dilakukan oleh seorang kiai tentunya menjadi perhatian tersendiri dari masyarakat, apalagi jika hal yang dilakukannya tersebut tidak biasa termasuk tindakan-tindakan yang kontroversial atau aneh jika dipandang oleh masyarakat biasa. Bangsa penjajah menyadari jika kiai memiliki keistimewaan atau karomah yang mampu mempengaruhi masyarakat untuk mengikuti dan menjadi pengikut setia kiai, sehingga kiai menjadi sosok yang mendapat perhatian khusus dari pihak penjajah.

Peran pesantren yang digerakan oleh kiai dalam melawan penjajahan tidak berhenti sampai Indonesia merdeka, akan tetapi pesantren terus menunjukan peranannya yang signifikan pada masa revolusi yang tidak hanya berperan sebagai lembaga pendidikan, akan tetapi ikut serta dalam usaha mempertahankan kemerdekaan dengan membentuk laskar-laskar, para santri yang belajar di pesantren bergabung menjadi anggota hizbullah dan melakukan perlawanan fisik secara terbuka untuk mengusir Belanda yang berusaha menguasai kembali Indonesia (Tolkhah dan Barizi, 2004: 49-50).

Dewasa ini sejarah pendidikan nasional lebih mengenal atau lebih sering mengemukakan gerakan pendidikan Ki Hajar Dewantara dengan Taman Siswa-nya atau K.H. Achmad Dahlan dengan Muhammadiyah-Siswa-nya, dan hampir tak pernah mengungkap pola pendidikan di pondok-pondok pesantren yang justru lebih tua keberadaannya di tengah-tengah masyarakat pedesaan Indonesia. Jutaan penduduk desa telah memasuki proses pendidikan melalui pondok-pondok


(12)

M. Nur Kholis Majid, 2014

Peranan K.H. Amin Bin Irsyad dalam memajukan pondok pesantren di Babakan Ciwaringin Cirebon 1916 - 1972

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

pesantren yang tersebar di pelosok-pelosok negeri bahkan jauh sebelum ada gerakan perjuangan nasional untuk kemerdekaan Indonesia. Pondok pesantren merupakan suatu lembaga pendidikan yang telah ada dan mempunyai potensi ideal untuk dikembangkan dengan sistem pendidikan komprehensif, guna menjawab tantangan masalah urbanisasi dan pembangunan pedesaan.

Perspektif historis menempatkan pesantren pada posisi yang cukup istimewa dalam khazanah perkembangan sosial-budaya masyarakat Indonesia, sehingga dapatlah dikatakan bahwa pesantren merupakan subkultur tersendiri dalam masyarakat Indonesia. Pesantren diposisikan sebagai satu elemen determinan dalam struktur piramida masyarakat Indonesia. Adanya posisi penting yang disandang pesantren menuntutnya untuk memainkan peranan penting pula dalam setiap pembanguan sosial, baik melalui potensi pendidikan maupun potensi pengembangan masyarakat yang dimilikinya. Seperti dimaklumi, pesantren selama ini dikenal dengan fungsinya sebagai lembaga pendidikan yang memiliki misi untuk membebaskan peserta didiknya (santri) dari belenggu kebodohan yang menjadi musuh utama pendidikan secara umum. Di dalam pesantren terdapat sosok kiai yang mempiloti lika-liku kehidupan pesantren, hal ini senada dengan pendapat Horikoshi (1987: 232) dalam penelitiannya yang menyatakan bahwa kiai adalah figur yang berperan sebagai penyaring informasi dalam memacu perubahan di dalam pondok pesantren dan masyarakat sekitarnya.

Pesantren telah banyak berperan dalam proses pendidikan Islam maupun penyebaran ajaran agama Islam di Indonesia, terutama di Pulau Jawa. Proses penyebarannya tersebut terletak di pundak para ulama yang memimpin pondok pesantren. Paling tidak ada dua cara yang dilakukan para ulama dalam proses


(13)

M. Nur Kholis Majid, 2014

Peranan K.H. Amin Bin Irsyad dalam memajukan pondok pesantren di Babakan Ciwaringin Cirebon 1916 - 1972

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

penyebaran Islam. Pertama, membentuk kader-kader ulama yang akan bertugas sebagai mubaligh ke daerah-daerah yang lebih luas. Kedua, melalui karya-karya yang tersebar dan dibaca di berbagai tempat jauh, yang mencerminkan pemikiran dan ilmu-ilmu keagamaan. Dalam proses pembentukan kader-kader ulama bukan berarti tanpa masalah, para santri yang sudah lulus dari sebuah pondok pesantren hanya sebagian kecil saja yang kemudian menjadi kiai, ulama atau mubaligh,

sebagian besar dari mereka kemudian menjadi petani atau sekarang sudah merambah menjadi guru, pedagang, pegawai negeri dan sebagainya (Yatim, 2003: 301).

Sudah menjadi common sense bahwa pesantren lekat dengan figur kiai (atau

buya di Sumatera Barat, Ajengan di Jawa Barat, Bendoro di Madura, Tuan Guru

di Lombok, Teungku di Aceh dan Tofanrita di Sulawesi Selatan). Kiai dalam pesantren merupakan figur sentral, otoritatif, dan pusat seluruh kebijakan dan perubahan. Hal ini erat kaitannya dengan dua faktor berikut: pertama, kepemimpinan yang tersentralisasi pada individu yang bersandar pada kharisma serta hubungan yang bersifat paternalistik. Kedua, kepemilikan pesantren bersifat individual (atau keluarga), bukan komunal. Otoritas individu kiai sebagai pendiri sekaligus pengasuh pesantren sangat besar dan tidak bisa diganggu gugat (Masyhud dan Khusnurdilo, 2003: 14-15).

Kedudukan kiai dalam mengasuh pesantren secara langsung maupun tidak langsung dapat menawarkan agenda perubahan sosial keagamaan, baik yang menyangkut masalah penafsiran agama dalam kehidupan sosial maupun prilaku keagamaan santri yang kemudian menjadi rujukan masyarakat sekitar pesantren. Ketika terjadi arus perubahan yang besar dan mempengaruhi kondisi


(14)

sosio-M. Nur Kholis Majid, 2014

Peranan K.H. Amin Bin Irsyad dalam memajukan pondok pesantren di Babakan Ciwaringin Cirebon 1916 - 1972

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

kultural pondok pesantren, maka yang menjadi masalah adalah bagaimana kebutuhan terhadap perubahan dapat direspon secara positif tanpa harus merusak ikatan-ikatan sosial yang ada. Melihat masalah tersebut para kiai berusaha memfungsikan ikatan-ikatan sosial sebagai penggerak perubahan sosial yang diiginkan. Perubahan yang ditawarkan oleh kiai dilakukan secara bertahap, hal ini dilakukan agar komunitas pesantren tidak mengalami kesenjangan budaya (cultural lag) atas masuknya budaya asing yang sebelumnya dianggap mengotori kemurnian tradisi pesantren (Sukamto, 1999: 7).

Menurut Abdullah (1983: 18), dalam bukunya menyatakan bahwa gelar ulama diperoleh seseorang dengan dua syarat, pertama karena seseorang itu memiliki pengetahuan agama Islam yang tinggi dan kedua adanya pengakuan dari masyarakat. Syarat pertama dapat terpenuhi setelah menempuh masa belajar yang cukup lama dan biasanya bisa lebih dari satu tempat (pesantren) di mana seseorang itu belajar dan syarat kedua baru dapat terpenuhi sesudah masyarakat melihat dan menilai ketaatan orang tersebut dalam mengamalkan ilmu yang dimilikinya. Tidak cukup dengan adanya pengakuan dari masyarakat tetapi juga diiringi dengan penghormatan terhadap orang yang diakui tersebut, sehingga orang tersebut berkharisma di mata masyarakat.

Kharisma yang dimiliki oleh para kiai menyebabkan mereka menduduki posisi kepemimpinan dalam lingkungan sekitarnya. Selain sebagai pemimpin agama dan pemimpin masyarakat desa, kiai juga memimpin sebuah pondok pesantren tempat ia tinggal. Di lingkungan pondok pesantren inilah kiai tidak saja diakui sebagai guru mengajar pengetahuan agama tetapi juga dianggap oleh santri sebagai seorang bapak atau orang tuanya sendiri. Penulis tertarik mengangkat


(15)

M. Nur Kholis Majid, 2014

Peranan K.H. Amin Bin Irsyad dalam memajukan pondok pesantren di Babakan Ciwaringin Cirebon 1916 - 1972

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

tema tentang peranan kiai pesantren Babakan Ciwaringin, dan dalam kesempatan ini yang akan ditulis adalah K.H. Amin Bin Irsyad atau yang lebih dikenal dengan nama Kiai Amin Sepuh, yang pada masanya merupakan pengasuh Pondok Pesantren Raudlatuth Tholibin, nama salah satu pesantren di Babakan Ciwaringin Cirebon.

Selain peranan Kiai Amin dalam hal mengasuh pondok pesantren, hal menarik lain yang akan diangkat adalah tentang perjuangan Kiai Amin bersama santri-santrinya dalam melawan penjajah, perlawanan yang dilakukannya tidak hanya di daerah Jawa Barat tetapi juga ikut serta dalam perlawanan di daerah Jawa Timur. Kiai Amin tergabung dalam gerakan Hizbullah bersama para kiai dan para santri dari pondok pesantren lain yang “diundang” untuk melakukan perlawanan di Surabaya. Perlawanan tersebut berdasarkan fatwa dari gurunya Kiai

Amin yakni K.H. Hasyim Asy’ari, yang inti dari fatwanya tersebut mewajibkan

umat Islam untuk melawan penjajah.

K.H. Amin Bin Irsyad merupakan ulama legendaris dari Cirebon, selain dikenal sebagai ulama beliau juga pendekar yang menguasai berbagai ilmu bela diri dan kanuragan, serta seorang pakar kitab kuning sekaligus jagoan perang. Kiai Amin lahir pada Hari jum’at 24 Djulhijjah 1300 H bertepatan dengan tahun 1879 M dengan nama kecil Abdul Qohar anak dari Kiai Irsyad yang bersal dari Desa Mijahan Kecamatan Plumbon, Cirebon, Jawa Barat. Jika diurutkan silsilahnya akan sampai kepada Syekh Syarif Hidayatullah (Sunan Gunung Jati) dengan istri Ratu Pakungwati. Kiai Amin menjadi keturunan keempat belas dari Sunan Gunung Jati.


(16)

M. Nur Kholis Majid, 2014

Peranan K.H. Amin Bin Irsyad dalam memajukan pondok pesantren di Babakan Ciwaringin Cirebon 1916 - 1972

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Pada tahun 1916 Kiai Amin dipercaya untuk mengasuh sebuah pondok pesantren, yaitu Pondok Pesantren Raudlatuth Tholibin di Babakan Ciwaringin Cirebon. Pada saat itu “Indonesia” masih dalam kekuasaan penjajah Belanda, tidak heran jika dalam perjalanan mengasuh pondok pesantren sering diganggu oleh penjajah Belanda yang merasa terancam dengan adanya himpunan kekuatan dari para santri dan rakyat yang anti Belanda, bahkan pondok pesantren asuhan Kiai Amin ini sempat dibakar oleh Belanda. Beberapa hari setelah pondok pesantren tersebut di bakar oleh Belanda, Kiai Amin dan para santri membangun kembali pondok pesantren di tempat yang sama hingga besar dan berkembang seperti sekarang.

Jejak K.H. Amin Bin Irsyad sebagai tokoh ulama Cirebon yang hidup sejak jaman kolonial, hingga masa Orde Baru, dengan segala kemasyhurannya tidak mampu terekam dengan baik oleh masyarakat maupun oleh pemerintah Kabupaten Cirebon. Selain itu ada keinginan dari “Makom Albab” (Majelis Komunikasi Alumni Babakan) salah satu nama ikatan atau forum alumni Pondok Pesantren Babakan Ciwaringin, meminta kepada pengurus pesantren untuk menuliskan biografi kiai-kiai Babakan terutama Kiai Amin. Hal ini pula lah yang mendorong penulis untuk melakukan penelitian tentang K.H. Amin Bin Irsyad dan menuliskannya dalam sebuah skripsi.

Namun karena derasnya desakan dari orang yang ingin tahu dan ingin mendalami kehidupan Mama Tua, dengan langkah gontai dan perasaan galau, penulis mencoba berdiri kembali untuk menelusuri jejak Mama Tua melalui orang-orang yang diperkirakan mengetahui dan melalui dua tokoh kunci puteranya yang masih hidup, yaitu KH. Ahmad Fihri dan Kiai Agus Aziz (Mudzakir, 2012: 2).


(17)

M. Nur Kholis Majid, 2014

Peranan K.H. Amin Bin Irsyad dalam memajukan pondok pesantren di Babakan Ciwaringin Cirebon 1916 - 1972

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Penulis semakin termotivasi setelah melakukan observasi dan tanya-jawab langsung dengan beberapa kiai atau pengasuh pesantren dan para santri senior yang sudah lebih dari lima tahun menuntut ilmu di pesantren Babakan tersebut. Sikap ramah dari kiai dan para santri yang penulis temui juga semakin menguatkan tekad penulis untuk terus meneliti dan menggali informasi yang belum sempat terpublikasi secara tepat untuk menambah pengetahuan penulis sendiri pada khususnya dan untuk para pembaca pada umumnya. Maka dari itu, berdasarkan penjabaran latar belakang masalah diatas, penulis memberi judul penelitian ini dengan judul: Peranan K.H. Amin Bin Irsyad dalam Memajukan Pondok Pesantren di Babakan Ciwaringin Cirebon 1916-1972.

B.Rumusan Masalah

Setelah mengetahui latar belakang masalah di atas, maka permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah: “Bagaimana Jejak Langkah A l-Maghfurlah Mama Tua KH. Amin Bin Irsyad dalam Memajukan Pondok Pesantren di Babakan Ciwaringin Cirebon 1916-1972”. Untuk memudahkan dan mengarahkan penulis dalam pembahasan rumusan masalah tersebut, maka penulis akan menyederhanakan ke dalam beberapa pertanyaan sebagai berikut:

1. Bagaimana profil dan latar belakang pemikiran K.H. Amin Bin Irsyad dalam mengasuh Pondok Pesantren Babakan Ciwaringin?

2. Bagaimana perkembangan Pondok Pesantren Babakan Ciwaringin di bawah asuhan K.H. Amin Bin Irsyad dari tahun 1916-1972?

3. Bagaimana sistem pendidikan yang dikembangkan Pondok Pesantren Babakan Ciwaringin?


(18)

M. Nur Kholis Majid, 2014

Peranan K.H. Amin Bin Irsyad dalam memajukan pondok pesantren di Babakan Ciwaringin Cirebon 1916 - 1972

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

4. Bagaimana dampak perkembangan Pondok Pesantren terhadap kehidupan masyarakat Babakan Ciwaringin?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengungkapkan “Bagaimana Peranan Al-Maghfurlah Mama Tua K.H. Amin Bin Irsyad dalam Memajukan Pondok Pesantren di Babakan Ciwaringin Cirebon 1916-1972”. Serta dapat memberikan jawaban-jawaban dari beberapa pertanyaan yang telah diajukan ke dalam batasan masalah di atas:

1. Mengungkapkan profil dan latar belakang pemikiran K.H. Amin Bin Irsyad dalam mengasuh Pondok Pesantren Babakan Ciwaringin.

2. Memberikan penjelasan mengenai perkembangan Pondok Pesantren Babakan Ciwaringin di bawah asuhan K.H. Amin Bin Irsyad dari tahun 1916-1972.

3. Memberikan penjelasan mengenai sistem pendidikan yang dikembangkan Pondok Pesantren Babakan Ciwaringin.

4. Memberikan penjelasan mengenai dampak perkembangan pondok pesantren terhadap masyarakat Babakan Ciwaringin.

D.Manfaat Penelitian

1. Bagi peneliti sebagai sarana untuk memperluas wawasan dan pengalaman dalam melakukan suatu penelitian. Selain itu bisa digunakan sebagai landasan awal untuk penelitian selanjutnya.

2. Bagi lingkungan Pondok Pesantren Babakan Ciwaringin Cirebon sebagai dokumentasi penting terhadap salah satu sesepuh pesantrennya.


(19)

M. Nur Kholis Majid, 2014

Peranan K.H. Amin Bin Irsyad dalam memajukan pondok pesantren di Babakan Ciwaringin Cirebon 1916 - 1972

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3. Bagi masyarakat umum sebagai sumber informasi mengenai salah satu ulama besar Cirebon.

4. Bagi Jurusan Pendidikan Sejarah memperkaya referensi tentang penelitian sejarah.

5. Bagi pemerintah Kabupaten Cirebon memperkaya sejarah lokal yang bisa dijadikan sebagai materi pembelajaran di sekolah-sekolah.

6. Bagi Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung memperkaya penelitian kesejarahan, khususnya kajian tentang eksistensi pondok pesantren di daerah Jawa Barat.

E.Struktur Organisasi Skripsi

Untuk memudahkan memahami penulisan ini, maka penulis menggunakan sistematika sebagai berikut:

Bab I Pendahuluan, dalam bab ini penulis mengungkapkan latar belakang masalah, mengapa penulis memilih tema ini. Selain itu, bab ini juga memuat rumusan masalah yang akan di bahas, batasan masalah yang ditulis pada bagian selanjutnya bertujuan agar pembahasan dalam penelitian ini tidak keluar dari garis yang telah ditetapkan. Bab ini juga memuat tujuan penulisan yang menjelaskan tentang hal-hal yang akan disampaikan untuk menjawab permasalahan yang telah ditentukan. Bagian terakhir adalah struktur organisasi penulisan skripsi.

Bab II Tinjauan Pustaka, bab ini berisi tentang teori-teori yang digunakan dalam penelitian serta penjelasan mengenai penelitian terdahulu yang tema kajiannya dianggap relevan dengan penelitian yang akan dilakuakan. Penulis mencoba menjabarkan literatur-literatur yang berkaitan dengan judul “Peranan K.H. Amin Bin Irsyad dalam Memajukan Pondok Pesantren di Babakan Ciwaringin Cirebon 1916-1972”.


(20)

M. Nur Kholis Majid, 2014

Peranan K.H. Amin Bin Irsyad dalam memajukan pondok pesantren di Babakan Ciwaringin Cirebon 1916 - 1972

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Bab III Metode Penelitian, bab ini membahas langkah-langkah metode dan teknik penelitian yang penulis gunakan dalam mencari sumber-sumber, cara pengolahan sumber, serta analisis dan cara penulisannya. Metode yang digunakan adalah metode historis. Tahapan-tahapan metodenya adalah sebagai berikut: memilih suatu topik yang sesuai, mengusut semua evidensi (bukti) yang relevan dengan topik, membuat catatan tentang apa saja yang dianggap penting dan relevan dengan topik yang ditentukan ketika penelitian sedang berlangsung, mengevaluasi secara kritis semua evidensi yang telah dikumpulkan (kritik sumber), menyusun hasil-hasil penelitian (catatan fakta-fakta) ke dalam suatu pola yang benar dan berarti yaitu sistematika tertentu yang telah disiapkan sebelumnya, dan menyajikannya dalam suatu cara yang dapat menarik perhatian dan mengkomunikasikannya kepada para pembaca sehingga dapat dimengerti sejelas mungkin.

Bab IV Jejak Langkah K.H. Amin Bin Irsyad dalam Memajukan Pondok Pesantren di Babakan Ciwaringin Cirebon 1916-1972, bab ini berisi tentang peranan K.H. Amin Bin Irsyad dalam memajukan Pondok Pesantren di Babakan Ciwaringin Cirebon 1916-1972, profil dan latar belakang pemikiran K.H. Amin Bin Irsyad, perkembangan Pondok Pesantren Babakan Ciwaringin di bawah asuhan K.H. Amin Bin Irsyad dari tahun 1916-1972 dan menjelaskan mengenai sistem pendidikan yang dikembangkan Pondok Pesantren Babakan Ciwaringin serta menjelaskan dampak dari perkembangan Pondok Pesantren terhadap masyarakat Babakan Ciwaringin. Semua hal tersebut dikaji dengan menggunakan sumber literatur dan sumber lisan yang relevan.


(21)

M. Nur Kholis Majid, 2014

Peranan K.H. Amin Bin Irsyad dalam memajukan pondok pesantren di Babakan Ciwaringin Cirebon 1916 - 1972

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Bab V Kesimpulan dan saran, pada bab ini penulis mengemukakan kesimpulan terhadap beberapa permasalahan yang telah diajukan sebelumnya. Hal ini tentunya dilakukan setelah penulis menemukan semua fakta yang ada dengan didukung oleh berbagai literatur yang telah dibaca dan didiskusikan sebelumnya. Selain itu, bab ini juga memuat saran yang intinya memberikan rekomendasi terhadap pembelajaran sejarah di sekolah dan dari hasil penelitian ini bisa dijadikan sebagai kerangka berpikir untuk penelitian selanjutnya.


(22)

M. Nur Kholis Majid, 2014

Peranan K.H. Amin Bin Irsyad dalam memajukan pondok pesantren di Babakan Ciwaringin Cirebon 1916 - 1972

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB III

METODE PENELITIAN

Pada bab ini akan dijelaskan mengenai metode dan teknik yang digunakan dalam penulisan skripsi yang berjudul “Peranan K.H. Amin Bin Irsyad dalam Memajukan Pondok Pesantren di Babakan Ciwaringin Cirebon 1916-1972”. Untuk mengkaji permasalahan yang berhubungan dengan judul skripsi tersebut maka diperlukan data-data dan informasi yang lengkap serta bisa dipertanggungjawabkan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode historis dengan menggunakan pendekatan interdisipliner dan teknik penelitian berupa studi literatur, yaitu dengan cara menelusuri berbagai sumber kepustakaan, baik berupa skripsi, tesis, jurnal, buku, maupun berupa dokumen. Selain studi literatur, peneliti juga menggunakan teknik lainnya yakni studi wawancara dan studi dokumentasi.

A.Metode Penelitian

Metode historis adalah suatu metode yang lazim digunakan dalam penelitian sejarah, melalui proses menguji dan menganalisa secara kritis terhadap rekaman serta peninggalan masa lampau (Gottschalk, 1985: 32). Metode ada hubungannya dengan suatu prosedur, proses, atau teknik yang sistematis dalam penyelidikan suatu disiplin ilmu tertentu untuk mendapatkan objek (bahan-bahan) yang diteliti (Sjamsuddin, 2007: 13). Lebih jelas Ismaun (2005: 35) mengatakan bahwa metode historis (metode ilmiah sejarah) adalah proses untuk menguji dan mengkaji kebenaran rekaman dan peninggalan-peninggalan masa lampau dengan


(23)

menganalisis secara kritis bukti-bukti dan data-data yang ada sehingga menjadi penyajian dan cerita sejarah yang dapat dipercaya. Pengertian lain menurut Gilbert (Daliman, 2012: 27) metode penelitian sejarah merupakan seperangkat cara dan aturan yang didesain sistematis guna membantu secara efektif proses pengumpulan sumber-sumber sejarah, menilainya secara kritis dan menyajikan hasil-hasil sintesis yang dicapai kedalam bentuk tulisan.

Menurut Kuntowijoyo (2003 :89) dalam bukunya menjelaskan bahwa langkah-langkah dalam metode penelitian sejarah terdiri atas lima tahapan yakni:

1. Pemilihan topik 2. Pengumpulan sumber 3. Verifikasi

4. Interpretasi 5. Penulisan

Adapun menurut Wood Gray yang dikutip oleh Sjamsuddin (2007: 89-90) paling tidak ada enam tahap yang harus ditempuh dalam penelitian sejarah:

1. Memilih suatu topik yang sesuai;

2. Mengusut semua evidensi (bukti) yang relevan dengan topik;

3. Membuat catatan tentang apa saja yang dianggap penting dan relevan dengan topik yang ditentukan ketika penelitian sedang berlangsung;

4. Mengevaluasi secara kritis semua evidensi yang telah dikumpulkan (kritik sumber);

5. Menyusun hasil-hasil penelitian (catatan fakta-fakta) ke dalam suatu pola yang benar dan berarti yaitu sistematika tertentu yang telah disiapkan sebelumnya;

6. Menyajikannya dalam suatu cara yang dapat menarik perhatian dan mengkomunikasikannya kepada para pembaca sehingga dapat dimengerti sejelas mungkin.

Berdasarkan beberapa pengertian di atas maka peneliti dapat menyimpulkan bahwa metode historis adalah seperangkat cara atau prosedur


(24)

untuk memecahkan suatu permasalahan sejarah berdasarkan hasil analisis terhadap peninggalan-peninggalan masa lampau dengan tahapan-tahapan tertentu yang kemudian dituangkan dalam bentuk tulisan.

1. Memilih Topik yang Sesuai

Menurut Kuntowijoyo (2003: 91) pemilihan topik sebaiknya dipilih berdasarkan kedekatan emosional dan kedekatan intelektual. Berdasarkan pendapat Kuntowijoyo tersebut penulis pada langkah awal ini memilih topik pembahasan penelitian mengenai pondok pesantren. Selain karena mengacu pada pendapat Kuntowijoyo, faktor lain yang menyebabkan memilih kajian penelitian tentang pesantren adalah ketertarikan dari penulis sendiri terhadap pesantren, karena penulis menilai bahwa dalam pembahasan mengenai pesantren berarti membahas juga mengenai unsur-unsur penting yang ada di dalamnya seperti tokoh, agama, pendidikan dan tentunya pembahasan tentang sejarah pesantrennya. Berdasarkan alasan di atas, penulis menentukan salah satu pesantren di daerah Cirebon sebagai tempat penelitian. Sebagai follow up dari penentuan topik penelitian kemudian penulis melakukan observasi awal yang dilakukan pada tanggal 14 Oktober 2012, dengan mengunjungi pondok pesantren yang terletak di Desa Babakan, Kecamatan Ciwaringin, Cirebon. Dari observasi awal ini penulis mendapat informasi umum mengenai pesantren yang ada di daerah tersebut, ternyata tidak hanya terdapat satu pesantren akan tetapi ada 35 pondok pesantren resmi yang tersebar di Desa Babakan. Dari 35 pesantren tersebut ada satu pesantren yang disebut sebagai “Pondok Gede” yang merupakan cikal bakal dari banyaknya pondok pesantren yang berdiri di Desa Babakan Ciwaringin.

Setelah observasi awal dilakukan, penulis mengajukan rancangan judul penelitian kepada Tim Pertimbangan Penulisan Skripsi (TPPS) Jurusan Pendidikan Sejarah FPIPS UPI, dengan judul Peranan K.H. Amin Bin Irsyad dalam Memajukan Pondok Pesantren di Babakan Ciwaringin Cirebon 1916-1972. Setelah judul disetujui kemudian penulis menyusunnya dalam bentuk proposal skripsi. Proposal skripsi tersebut kemudian diajukan kepada Tim Pertimbangan Penulisan Skripsi (TPPS) untuk dipresentasikan dalam seminar proposal skripsi.


(25)

Pada dasarnya proposal tersebut memuat judul penelitian, latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, kajian pustaka, metode penelitian, struktur organisasi skripsi dan daftar pustaka.

Proposal tersebut kemudian dipresentasikan dalam seminar proposal pada tanggal 01 Mei 2013 bertempat di Laboratorium Jurusan Pendidikan Sejarah FPIPS UPI. Pada seminar proposal tersebut penulis banyak mendapat masukan dari pembimbing dan para dosen, hingga akhirnya penulis mengambil kajian skripsi dengan judul “Peranan K.H. Amin Bin Irsyad dalam Memajukan Pondok Pesantren di Babakan Ciwaringin Cirebon 1916-1972”.

2. Mengusut Bukti yang Relevan dengan Topik

Pada tahap ini peneliti terlebih dahulu mengumpulkan sumber-sumber yang dianggap relevan dengan permasalahan penelitian, sumber tersebut terbagi menjadi dua, yakni sumber tulisan dan sumber lisan. Sumber tertulis yang didapat kebanyakan hanya membahas mengenai pembahasan pesantren secara umum dan mengambil studi kasus di pesantren lain, bukan pada pesantren yang akan penulis teliti. Namun, sumber-sumber tersebut bisa dijadikan sebagai studi perbandingan, persamaan dan perbadaan-perbedaan apa saja yang bisa dikaji sehingga peneliti bisa mengambil pandangan dari studi komparasi tersebut. Peneliti mendapatkan sumber tertulis yang isinya membahas langsung mengenai K.H. Amin Bin Irsyad, buku tersebut didapat ketika mengunjungi langsung Pondok Pesantren Babakan Ciwaringin. Buku tersebut berisi tulisan yang masih berupa penggalan-penggalan dan belum menjadi satu-kesatuan jalan cerita yang utuh. Pembahasan yang mendominasi pada buku tersebut adalah pembahasan tentang silsilah Kiai Amin.

Penulis sudah mulai melakukan penelitian ketika masih mengontrak matakuliah Seminar Penulisan Karya Ilmiah (SPKI), dengan mengunjungi langsung Pondok Pesantren Babakan Ciwaringin Cirebon. Penulis melanjutkan penelitiannya setelah proposal penelitian dipresentasikan dan disetujui dalam seminar, tepatnya pada bulan Juni 2013 penulis mulai mencari dan mengusut bukti-bukti (evidensi) yang relevan dengan permasalahan penelitian. Penulis mencari sumber-sumber tersebut dengan menelaah penelitian-penelitian terdahulu,


(26)

seperti dari skripsi, tesis, jurnal dan dari buku-buku, baik buku yang berbentuk fisik maupun buku elektronik (e-book).

Demi lancarnya penelitian, penulis memerlukan surat keterangan yang menyatakan bahwa penulis sedang melakukan penelitian. Penulis megajukan pembuatan surat izin penelitian yang disertai dengan surat pengantar dari jurusan kepada sub bagian mahasiswa FPIPS UPI yang kemudian ditandatangani oleh Pembantu Rektor Bidang Akademik dan Hubungan Internasional UPI Bandung. Adapun surat izin penelitian tersebut ditujukan kepada:

1. Pimpinan Pondok Pesantren Babakan Ciwaringin Cirebon. 2. Badan Pusat Statistik (BPS) Cirebon.

3. Kantor pemerintah Desa Babakan. 4. Majlis Ulama Cirebon (MUI) Cirebon.

Sebelum melaksanakan kegiatan penelitian penulis mempersiapkan beberapa hal yang diperlukan sebelum penelitian di lapangan berlangsung. Adapaun daftar perlengkapan yang dibutuhkan tersebut adalah sebagai berikut: Pertama, surat izin penelitian dari Pembantu Rektor Bidang Akademik dan Hubungan Internasional yang ditujukan pada pihak-pihak yang terkait dengan penelitian. Kedua, instrumen wawancara baik wawancara yang terstruktur maupun yang tidak terstruktur. Ketiga, alat bantu rekam audio maupun visual

serta alat tulis manual.

Adapun tempat-tempat yang dikunjungi penulis dalam proses pengumpulan sumber-sumber penelitian adalah sebagai berikut:

1. Perpustakaan Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung, dari perpustakaan ini peneliti mendapatkan beberapa buku yang bisa dijadikan sebagai sumber penelitian, antara lain adalah buku karya Zamakhsyari Dhofier dengan judul Tradisi Pesantren: studi tentang Pandangan Hidup Kyai, yang pembahasannya mengenai pesantren di Jawa dan Madura. Buku Kepemimpinan Kiai dalam Pesantren, karya Sukamto yang studi kasusnya di Pesantren Darul Ulum Rejoso. Buku karya Mastuhu dengan


(27)

judul Dinamika Sistem Pendidikan Pesantren. Buku yang ditulis oleh Sudjoko Prasodjo, dengan judul Profil Pesantren (Laporan Hasil Penelitian Pesantren Al-Falak dan Delapan Pesantren Lain di Bogor). Buku Pesantren dan Pembaharuan, yang merupakan kumpulan tulisan dari beberapa cendikiawan muslim dan Sudjoko Prasodjo sebagai editornya. Selain koleksi buku peneliti juga mendapatkan sumber dari beberapa skripsi di antaranya adalah sebagai berikut: Pertama skripsi berjudul Peranan K.H. Opo Mustofa dalam Pengembangan Pesantren Kandangsapi di Kabupaten Cianjur Tahun 1945-1977. Kedua, Pondok Pesantren An-Nasuha Desa Kalimukti Kabupaten Cirebon: Sejarah dan Perkembangannya (1983-2009). Ketiga, dengan judul Pesantren Al-Falah Biru Pada Masa Revolusi Fisik di Garut Tahun 1945-1949.

2. Perpustakaan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Syeikh Nurjati Cirebon, koleksi buku yang didapat: Pesan Moral dari Pesantren karya karya Irfan Hielmy, buku kedua Pergulatan Dunia Pesantren Membangun dari Bawah karya M. Dawam Rahardjo, buku berikutnya karya Mujamil Qomar dengan judul Pesantren dari Transformasi Metodologi Menuju Demokrasi Institusi.

3. Perpustakaan Umum Daerah Cirebon, di perpustakaan ini peneliti tidak banyak mendapatkan sumber. Peneliti hanya mendapatkan sebuah buku yang diterbitkan oleh Badan Komunikasi Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Cirebon, dengan judul Asal-Usul Desa di Kabupaten Cirebon. Peneliti memperoleh data mengenai asal-usul Desa Babakan dan Desa Ciwaringin

4. Badan Pusat Statistik (BPS) Cirebon, di badan ini peneliti tidak banyak mendapatkan data karena data yang diminta tidak tersedia di badan ini. Peneliti bermaksud mencari data sebelum tahun 1973, namun badan ini hanya menyediakan data-data dari lima tahun kebelakang yakni dari tahun 2008-2012. Peneliti hanya mendapat data “sekilas” tentang Kecamatan Ciwaringin dan Peta kabupaten Cirebon.


(28)

5. Kantor Desa Babakan Ciwaringin Cirebon, di kantor Desa Babakan peneliti mendapatkan data-data mengenai profil desa, data sejarah singkat Desa Babakan, dan data nama-nama Kepala Desa Babakan.

Sumber-sumber lain yang didapat selain dari yang telah dijabarkan di atas, peneliti juga mendapatkan sumber dari buku-buku koleksi pribadi dan koleksi teman, serta buku-buku elektronik (e-book) yang diunduh dari internet. Buku-buku tersebut antara lain adalah sebagai berikut: Buku-buku Bilik-Bilik Pesantren yang dikarang oleh Nurcholish Madjid, buku Sejarah, Konsep dan Praktek Pendidikan di Pesantren tanpa pengarang, dan buku Konsep Dasar Pendidikan Islam Luar Sekolah karya Taqiyudin.

Sumber lisan diperoleh dengan cara melakukan wawancara terhadap tokoh yang dianggap dapat memberikan informasi yang berkaitan dengan permasalahan yang dikaji dalam penelitian. Menurut Kuntowijoyo (1996: 74) dalam bukunya menjelaskan bahwa teknik wawancara adalah suatu cara untuk mendapatkan informasi secara lisan dari sumber sebagai pelengkap sumber tertulis. Adapun narasumber yang penulis wawancara dalam penelitian ini adalah:

1. Beberapa pengasuh atau pimpinan (kiai) pondok pesantren Babakan Ciwaringin Cirebon.

2. Staf pengajar (ustadz) pondok pesantren Babakan Ciwaringin Cirebon. 3. Sesepuh masyarakat Desa Babakan Ciwaringin Cirebon.

4. Masyarakat Babakan Ciwaringin Cirebon.

Pada proses mengusut bukti-bukti yang relevan dengan penelitian, penulis juga melakukan proses bimbingan dengan dosen pembimbing. Proses bimbingan mulai dilakukan setelah memperoleh penetapan pembimbing, penulis dibimbing oleh dua orang dosen yang selanjutnya disebut pembimbing I dan Pembimbing II. Sesuai dengan ketetapan pada saat seminar penulis dibimbing oleh dosen pembimbing I yaitu Prof. Dr. H. Dadang Supardan, M.Pd dan pembimbing II yaitu Drs. H. Ayi Budi Santosa, M.Si. Proses bimbingan dilakukan melalui kesepakatan antara pembimbing dan penulis, hal ini dilakukan agar tetap terjalin komunikasi yang baik antara penulis dan pembimbing berkenaan dengan


(29)

permasalahan dalam penyusunan skripsi ini. Proses bimbingan ini sangat diperlukan sebagai upaya untuk berkonsultasi, berdiskusi, dan perbaikan serta mengarahkan penulis dalam mengembangkan penelitian. Tidak lupa dalam setiap kali bimbingannya dicatat dalam lembar dan buku bimbingan.

3. Membuat Catatan yang Relevan dengan Topik

Setelah bukti dan sumber-sumber yang relevan dengan pembahsan skripsi terkumpul, langkah selanjutnya adalah membuat berbagai catatan penting. Tujuan dari dibuatnya catatan data yang dianggap relevan dengan topik pembahasan adalah untuk memudahkan peneliti dalam memahami isi dari berbagai sumber yang telah ditemukan. Pada tahap ini peneliti membeuat beberapa catatan atau ulasan penting yang berhubungan dengan Pondok Pesantren Babakan Ciwaringin serta perana Kiai Amin dalam memajukan pondok Pesantrennya tersebut. Catatan tersebut antara lain adalah sebagai berikut:

1. Gambaran umum pesantren-pesantren yang ada di Indonesia, dan membandingkannya dengan keadaan pesantren yang menjadi tempat penelitian penulis.

2. Profil dan latar belakang pemikiran Kiai Amin sebelum mengasuh Pondok Pesantren Raudlatuth Tholibin.

3. Peranan Kiai Amin dalam mengembangkan dan memajukan pondok pesantren di Babakan Ciwaringin Cirebon.

4. Sistem pendidikan yang dikembangkan Pondok Pesantren Babakan Ciwaringin.

5. Upaya-upaya Kiai Amin dan para santri dalam melawan penjajahan Belanda.

6. Dampak perkembangan Pondok Pesantren terhadap masyarakat Babakan Ciwaringin Cirebon.


(30)

4. Mengevaluasi Bukti (Evidensi) yang Ditemukan

Setelah peneliti membuat catatan-catatan yang mengacu pada sumber tertulis maupun sumber lisan langkah selanjutnya adalah mengevaluasi bukti-bukti (evidensi) yang telah ditemukan. Tahapan ini merupakan suatu proses menelaah dan menilai sumber-sumber informasi yang telah dikumpulkan dengan dengan masalah yang dikaji dalam skripsi ini. Menurut Sjamsuddin (2007: 131) setelah sejarawan (peneliti) telah berhasil mengumpulkan sumber-sumber dalam penelitiannya, ia tidak akan menerima begitu saja apa yang tercantum dan tertulis pada sumber-sumber tersebut, akan tetapi peneliti harus memfilternya secara kritis. Kritik sumber dilakukan, baik terhadap bahan materi (eksternal) sumber maupun terhadap substansi (isi) sumber. Sehingga karya sejarah merupakan karya produk dari suatu proses ilmiah yang dapat dipertanggungjawabkan, bukan hasil dari suatu fantasi, manipulasi atau fabrikasi sejarawan. Kritik terhadap sumber pada dasarnya dilakukan dalam rangka mencari kebenaran, dengan melakukan kritik sumber penulis dapat menentukan kelayakan dari sumber yang akan digunakan dalam penelitian sejarah.

Lebih lanjut Barzun dan Graff (1970: 99) menyatakan pada tahap ini peneliti harus mampu mengerahkan segala kemampuan pikirannya, bahkan sering kali ia harus menggabungkan antara pengetahuan, sikap ragu (skeptis), percaya begitu saja, menggunakan akal sehat dan melakukan analisis intelijen. Adapun pembagian kritik terhadap sumber sejarah mencakup dua aspek, yaitu kritik eksternal dan kritik internal.

Kritik eksternal ialah suatu penelitian atas asal-usul dari sumber, suatu pemeriksaan atas catatan atau peninggalan itu sendiri untuk mendapatkan semua informasi yang mungkin, dan untuk mengetahui apakah pada suatu waktu sejak asal mulanya sumber itu telah diubah oleh orang-orang tertentu atau tidak (Sjamsuddin, 2007: 105). Kritik eksternal bertujuan untuk memberi penilaian terhadap asal-usul sumber sejarah, selain itu penulis juga melakukan penilaian terhadap buku-buku yang akan dijadikan sebagai sumber rujukan penelitian. Salah satu sumber sejarah yang penulis peroleh adalah buku karangan Muhammad


(31)

Mudzakir yang merupakan cucu dari K.H. Amin Bin Irsyad, buku ini bukan terbitan dari penerbit resmi melainkan buku yang diproduksi langsung dari pihak Pondok Pesantren Raudlatuth Tholibin, nama salah satu pesantren yang ada di Desa Babakan Ciwaringin.

Pada pelaksanaan kritik eksternal terhadap buku Kiai Mudzakir tersebut, penulis mengkritik dalam hal siapa pengarang buku tersebut dan seperti apa tampilan fisik buku pada saat digunakan peneliti. Pengarang buku ini merupakan cucu dari Kiai Amin, penulis melihat ada keterkaitan keturunan antara pengarang buku dengan tokoh yang dikaji di dalam buku. Selain itu Kiai Mudzakir juga merupakan kiai yang menyukai sekaligus menangani masalah kesejarahan

(Khulasah) di Pondok Pesantren Babakan Ciwaringin. Dari tampilan secara fisik, buku ini terbilang tampilannya masih baru karena dibuat pada tahun 2012. Buku ini tidak seperti buku-buku pada umumnya karena buku ini merupakan buku yang diterbitkan oleh pihak intern pondok pesantren tidak melalui penerbit resmi. Pembahasannya masih berupa penggalan-penggalan dan belum menjadi satu kesatuan jalan cerita yang utuh, selain itu dalam pembahasannya buku ini lebih banyak memuat mengenai silsilah Kiai Amin.

Berikutnya buku yang dikarang oleh Dhofier dengan judul Tradisi Pesantren: Studi tentang Pandangan Hidup Kyai, jika dilihat dari tampilan fisiknya buku ini adalah terbitan lama yaitu tahun 1982. Pada saat melakukan penelitian dan menyusun buku tersebut Dhofier merupakan staf Badan Litbang Departemen Agama. Sesuai dengan latar belakang Dhofier tersebut penulis melihat keterkaitan kompetensi pengarang dengan kajiannya. Dhofier merupakan seorang sosiolog dan antropolog sosial lulusan Australian National University. Berdasarkan latar belakang dan profesi Dhofier, buku ini layak dijadikan sumber dalam penulisan skripsi. Selain itu melalui bukunya ini Dhofier mampu memberikan wawasan terhadap penulis mengenai penelitian-penelitian sebelumnya yang membahas mengenai Islam tradisional akan tetapi mengambil sumber dari buku-buku dan majalah yang ditulis oleh kaum Islam modern. Buku Dhofier hadir sebagai pembeda dari hasil-hasil penelitian sebelumnya.


(32)

Buku selanjutnya karya Sukamto dengan judul Kepemimpinan Kiai dalam Pesantren, jika dibandingkan dengan buku Dhofier buku ini masih terbilang baru, diterbitkan pada tahun 1999. Sukamto merupakan dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Darul „Ulum (UNDAR), Jombang. Alumnus Program Pascasarjana Jurusan Ilmu-Ilmu Sosial UGM. Selain itu Sukamto adalah Kepala Penelitian Bagian Sosial keagamaan pada Ikatan Sarjana Sosiologi Indonesia (ISI) cabang Jombang. Melihat dari latar belakang dan profesi Sukamto tersebut penulis menilai buku ini layak dijadikan sebagai sumber reverensi skripsi. Meskipun dalam bukunya ini Sukamto mengambil studi kasus di pesantren yang berbeda dengan pesantren yang penulis teliti, namun karyanya ini dijadikan sebagai studi perbandingan penulis terhadap hasil-hasil temuan di pesantren yang penulis teliti. Selain melakukan kritik eksternal penulis juga melakukan kritik internal. Kritik internal merupakan cara pengujian dari isi sumber sejarah, penulis pada tahap ini melakukan kritik terhadap sumber-sumber tertulis untuk memperoleh fakta yang objektif. Selain itu penulis juga mengkritisi sumber lisan yang diperoleh dari hasil wawancara.

Pada tahap kritik eksternal sumber lisan, penulis mengkritisi narasumber mulai dari latar belakang, usia, tempat tinggal narasumber dan lain sebagainya yang masih berhubungan dengan profil narasumber. Dari enam narasumber yang penulis wawancarai, penulis menilai hanya tiga narasumber yang memenuhi kriteria narasumber dalam penelitian sejarah. Pertama adalah Kiai Mudzakir yang masih keturunan dari Kiai Amin Bin Irsyad dan merupakan kiai yang menangani masalah kesejarahan di Pondok Pesantren Babakan Ciwaringin. Kedua adalah Kiai Busaeri, masih merupakan kerabat dari Kiai Amin Bin Irsyad dan sebelumnya pernah beberapa kali menjadi narasumber bagi penelitian lain yang tema kajiannya berbeda dengan tema kajian penulis. Ketiga adalah Kiai Agus Aziz yang merupakan anak bungsu dari Kiai Amin Bin Irsyad. Untuk kritik internalnya sendiri penulis melakukannya dengan memutar ulang rekaman hasil wawancara, penulis menyaring (filter) informasi-informasi dari narasumber dan mencatat hasilnya ke dalam sebuah tulisan yang kemudian disusun secara sistematis.


(33)

5. Menyusun Hasil Penelitian Secara Sistematis

Setelah penulis selesai mengevaluasi bukti-bukti (evidensi) yang telah ditemukan, langkah selanjutnya adalah menyusun bukti-bukti tersebut sehingga menjadi hasil penelitian yang sistematis. Tahap penyusunan ini dilakukan setelah peneliti melakukan kritik ekstrnal maupun internal terhadap bukti-bukti yang sudah terkumpul tersebut. Proses penyusunan ini merupakan langkah awal dari proses historiografi atau penulisan sejarah. Historiografi merupakan proses penyusunan hasil penelitian yang dituangkan dalam bentuk tulisan. G.R. Elton (Daliman, 2012: 106) berpendapat bahwa ada tiga kategori bentuk penulisan yaitu, secara naratif, deskriptif, dan analitik. Pada penelitian ini penulis menggunakan model penulisan naratif, yang disajikan secara sistematis dan sesuai kronologi alur waktu peristiwa-peristiwa sejarah yang sudah dikumpulkan dan dikritik. Setelah itu penulis menafsirkan setiap fakta yang diperoleh tersebut baik dari sumber tertulis maupun dari sumber wawancara kemudian dihubungkan dengan fakta-fakta lainnya, baru setelah itu fakta-fakta yang sudah tersusun atau trekonstruksi diharapkan mampu menggambarkan peranan K.H. Amin Bin Irsyad dalam memajukan Pondok Pesantren di Babakan Ciwaringin Cirebon 1916-1972. 6. Menyajikan Hasil Penelitian

Setelah kerangka penulisan sudah tersusun sesuai dengan kronologi peristiwa, langkah berikutnya adalah menyajikan hasil penelitian dalam bentuk tulisan, langkah ini disebut sebagai historiografi. Historiografi merupakan tahap akhir dari prosedur sebuah penelitian sejarah, seluruh hasil penelitian yang diperoleh penulis disusun menjadi suatu karya tulis ilmiah berupa skripsi. Historiografi berarti pelukisan sejarah, gambaran sejarah tentang peristiwa yang terjadi pada waktu yang telah lalu yang disebut sejarah (Ismaun, 2005: 28). Lebih lanjut Sjamsuddin (2007: 155-156) dalam bukunya menerangkan bahwa historiografi merupakan cara utama dalam memahami sejarah dengan menggunakan pikiran-pikiran kritis dan analitis sehingga menghasilkan sintesis dari seluruh penelitian yang dilakukan dalam suatu penulisan utuh.


(34)

Pada tahap penulisan ini penulis berusaha merekonstruksikan berbagai fakta yang telah diperoleh dan dapat dipahami kedalam bentuk tulisan, fakta yang didapat oleh penulis tidak hanya didapat ketika melakukan proses penelitian saja, fakta baru bisa ditemui ketika proses penyusunan penulisan berlangsung. Karena penulis masih terus berusaha mencari fakta-fakta pelengkap jika masih dirasa kurang puas dengan fakta yang didapat sebelumnya.Sehingga mampu menambah pemahaman penulis mengenai masalah-masalah yang telah dirumuskan dalam rencana penelitian sebelumnya.

Penulisan skripsi ini ditujukan sebagai salah satu tugas akhir akademis yang harus ditempuh untuk menyelesaikan pendidikan tingkat sarjana.Penulisan laporan penelitian ini dituangkan ke dalam bentuk karya ilmiah yang disebut skripsi. Skripsi ini disusun dengan gaya bahasa yang sederhana, ilmiah dan menggunakan ejaan yang disempurnakan serta mengacu pada pedoman penulisan karya ilmiah yang berlaku di Universitas Pendidikan Indonesia. Hasil penelitian akan disusun ke dalam lima bab dan akan dijabarkan, sebagai berikut:

Bab I berupa pendahuluan, berisi mengenai latar belakang masalah yang memuat kerangka pemikiran mengenai pentingnya penelitian, kesenjangan yang ada pada obejek penelitian serta alasan-alasan lain yang menjadikan penulis memilih meneliti peranan K.H. Amin Bin Irsyad dalam memajukan Pondok Pesantren di Babakan Ciwaringin Cirebon. Selain itu bab ini juga memuat rumusan masalah yang bertujuan agar penelitian yang dilakukan menjadi lebih fokus dan dapat mencapai tujuan penelitian yang direncanakan. Selain itu memuat juga manfaat penelitian, metode yang digunakan pada saat penelitian serta terakhir memuat struktur organisasi skripsi.

Bab II Kajian Pustaka, berisi pemaparan sumber-sumber yang digunakan dalam penelitian, baik sumber-sumber yang berupa buku maupun sumber dari penelitian sebelumnya yang masih berkaitan dengan masalah penelitian yang akan dilakukan. Selain pemaparan tentang sumber-sumber penelitian bab ini juga membahas mengenai landasan teori penelitian dan penjelasan konsep-konsep yang digunakan dalam penelitian.


(35)

Bab III Metode Penelitian, bab ini menjelaskan tentang tahapan-tahapan penelitian yang dilakukan oleh penulis, tahapan tersebut meliputi tahapan memilih suatu topik yang sesuai, mengusut semua evidensi (bukti) yang relevan dengan topik, membuat catatan tentang apa saja yang dianggap penting dan relevan dengan topik yang ditentukan ketika penelitian sedang berlangsung, mengevaluasi secara kritis semua evidensi yang telah dikumpulkan (kritik sumber), menyusun hasil-hasil penelitian (catatan fakta-fakta) ke dalam suatu pola yang benar dan berarti yaitu sistematika tertentu yang telah disiapkan sebelumnya, dan menyajikannya dalam suatu cara yang dapat menarik perhatian dan mengkomunikasikannya kepada para pembaca sehingga dapat dimengerti sejelas mungkin.

Bab IV Jejak Langkah K.H. Amin Bin Irsyad dalam Memajukan Pondok Pesantren di Babakan Ciwaringin Cirebon 1916-1972. Bab ini merupakan pembahasan atas jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang sudah dirumuskan pada rumusan masalah penelitian. Pertama memaparkan profil dan latar belakang pemikiran K.H. Amin Bin. Kedua, menjelaskan perkembangan Pondok Pesantren Babakan Ciwaringin di bawah asuhan K.H. Amin Bin Irsyad dari tahun 1916-1972. Ketiga, menjelaskan sistem pendidikan yang dikembangkan Pondok Pesantren Babakan Ciwaringin. Keempat, menjelaskan dampak dari perkembangan pondok pesantren terhadap masyarakat Babakan Ciwaringin. Pada bab ini penulis memaparkan seluruh data dan fakta yang diperoleh dari penelitan.

Bab V Kesimpulan, merupakan bagian akhir yang di dalamnya berisi jawaban yang merujuk pada permasalahan penelitian, dan memuat saran yang intinya memberikan rekomendasi terhadap pembelajaran sejarah di sekolah dan kerangka berpikir untuk penelitian selanjutnya.

B.Teknik Penelitian

Pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah untuk mengumpulkan data dan mengolahnya sehingga menjadi suatu informasi yang valid. Pengumpulan data dapat dilakukan dalam berbagai keadaan tempat, berbagai sumber, dan


(36)

dengan berbagai cara. Bila dilihat dari keadaan tempat (setting) maka yang dijadikan data adalah Pondok pesantren Babakan Ciwaringin, bila dilihat dari sumber data itu berasal maka yang dijadikan data adalah dari sumber tertulis dan sumber lisan yang relevan dengan masalah penelitian. Jika dilihat dari cara data tersebut diperoleh, maka yang dijadikan data adalah hasil studi literatur dan wawancara serta dokumentasi. Berdasarkan pemaparan di atas, maka dalam penelitian ini proses pengumpulan data yang dilakukan dengan menggunakan teknik, sebagai berikut:

1. Studi Literatur

Studi literatur merupkan teknik pengumpulan data yang berasal dari sumber-sumber tertulis berupa buku, dokumen, surat kabar dan literatur-literatur ilmiah lainnya. Data-data dari teknik studi literatur ini sangat berperan dalam analisis secara kualitatif. Pada teknik studi literatur ini, peneliti lakukan untuk mencari penjelasan mengenai konsep-konsep, mencari teori-teori yang relevan dengan penelitian, format penulisan laporan penelitian, dan data-data yang masih berkaitan dengan penelitian dari hasil laporan penelitian terdahulu. Data-data yang peneliti peroleh dari teknik studi pustaka ini peneliti dapatkan dari buku koleksi perpustakaan Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung, Perpustakaan Umum Daerah Cirebon, Perpustakaan IAIN Syekh Nurjati Cirebon, Badan Pusat Statistik (BPS) Cirebon, Kantor Desa Babakan dan dari Pondok Pesantren Babakan Ciwaringin Cirebon serta sumber-sumber dari e-book.

2. Wawancara

Menurut Lincoln dan Guba (1985: 265) wawancara merupakan suatu percakapan yang mempunyai tujuan. Tujuan tersebut dimaksudkan untuk mendapatkan informasi tentang perorangan, kejadian, kegiatan, perasaan atau pendapat, motivasi dan dapat “menyelami” pikiran responden, merekonstruksi pengalaman-pengalaman masa lalu yang kemudian dikritisi, ditafsirkan dan disimpulkan oleh peneliti. Wawancara dilakukan oleh dua pihak, yaitu pihak yang mengajukan pertanyaan sebagai pewawancara dan pihak yang memberikan jawaban atas pertanyaan tersebut sebagai pihak yang diwawancarai. Lebih lanjut


(37)

Lofland dan Lofland yang dikutip oleh Muhadjir, (1990: 112) menjelaskan sumber data utama dalam penelitian kualitatif adalah kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dari dokumen dan lain-lain.

Secara umum teknik wawancara dibagi menjadi tiga macam, pertama adalah wawancara informal yakni wawancara yang didasarkan sepenuhnya pada berkembangnya pertanyaan-pertanyaan secara spontan dalam interaksi alamiah. Kedua, wawancara dengan pedoman umum, yaitu pedoman wawancara yang digunakan untuk mengingatkan peneliti mengenai aspek-aspek yang harus dibahas. Ketiga, wawancara dengan pedoman standar yang terbuka, maksudnya adalah bentuk wawancara pedoman yang digunakan dalam wawancara ditulis secara rinci, lengkap dengan poin-poin pertanyaan dan penjabarannya. Dalam penelitian ini teknik wawancara yang digunakan adalah kombinasi dari ketiga teknik wawancara tersebut.

Adapun pemilihan narasumber pada teknik wawancara ini dipilih secara

purposive dan snowball sampling, dimana informan diminta untuk menunjuk informan lainnya yang dianggap mampu memberikan informasi, dan kemudian informan kedua tersebut diminta lagi untuk menunjuk informan lainnya, begitu seterusnya hingga informasi yang terkumpul dianggap cukup atau representatif. Teknik tersebut juga dimaksudkan untuk memperoleh informasi sebanyak mungkin yang kemudian informasi-informasi yang telah diperoleh tersebut dibandingkan satu sama lain. Teknik wawancara ini peneliti lakukan dengan hati-hati dan mendalam dengan mengacu pada instrumen wawancara yang sudah disiapkan sebelumnya, baik pertanyaan yang terstruktur maupun tidak terstruktur. Pertanyaan tidak selalu seperti yang ada pada daftar pertanyaan yang sudah disiapkan, namun pertanyaan bisa dikreasikan oleh peneliti menyesuaikan dengan kondisi pada saat wawancara berlangsung.

3. Dokumentasi

Data yang dikumpulkan melalui teknik dokumentasi antara lain menelusuri dan menemukan informasi tentang Kiai Amin dari hasil tulisan-tulisan keturunan Kiai Amin yang masih berupa penggalan-penggalan dokumen. Dari


(38)

dokumen yang masih berupa penggalan-penggalan tersebut diperoleh data mengenai silsilah keluarga Kiai Amin, kumpulan pesan moral dan petuah-petuah Kiai Amin, serta gambaran singkat tentang perjalanan hidup Kiai Amin. Selain itu dari teknik dokumentasi ini peneliti mendapatkan bukti berupa kertas lawas yang berisi tentang kumpulan riwayat pendidikan kiai-kiai Babakan Ciwaringin, kertas tersebut disimpan oleh salah satu pengasuh pondok pesantren yang menjadi narasumber pada teknik wawancara. Data atau bukti lain dari teknik dokumentasi ini adalah berupa foto dari K.H. Amin Bin Irsyad.

C.Lokasi dan Subjek Penelitian 1. Lokasi Penelitian

Adapun yang dijadikan lokasi dalam penelitian ini adalah Pondok Pesantren Babakan Ciwaringin, Kabupaten Cirebon. Fokus kajiannya tentang peranan salah satu tokoh legendaris dari pondok pesantren Babakan Ciwaringin, yakni Kiai Amin Bin Irsyad atau yang lebih dikenal dengan nama Kiai Amin Sepuh. Desa Babakan Ciwaringin merupakan salah satu daerah pesantren yang besar dan mempunyai sejarah panjang mengenai pondok pesantrennya.

Berdasarkan penjelasan di atas, maka yang dimaksud dengan lokasi penelitian di sini adalah pondok pesantren yang ada di Desa Babakan Ciwaringin Cirebon. Dasar pertimbangan dijadikannya pondok pesantren di Desa Babakan Ciwaringin sebagai lokasi penelitian adalah sebagai berikut:

a. Letak geografis Pondok Pesantren Babakan yang mudah dijangkau dari tiga kabupaten, yakni: Cirebon, Majalengka dan Indramayu. Jarak dari Kota Cirebon ± 40 km, jarak dari Kabupaten Indramayu ±65 km dan jarak dari Bandung ± 250 km.

b. Kondisi dan keunikan pondok pesantren di Babakan yang terdiri dari pesantren tradisional dan pesantren modern dalam satu tempat.

c. Kondisi sosial-ekonomi dan budaya santri yang sangat beragam, karena santri di Pondok Pesantren Babakan berasal dari berbagai daerah di Indonesia.


(39)

d. Kedekatan emosional peneliti terhadap pondok pesantren terutama pondok pesantren yang ada di Babakan Ciwaringin.

2. Subjek Penelitian

Subjek penelitian dalam penelitian ini antara lain adalah keturunan dari Kiai Amin baik dari pihak anak maupun dari pihak cucu yang mengelola bagian “kesejarahan pondok”. Subjek penelitian lainnya adalah orang-orang yang pernah hidup sejaman dengan Kiai Amin serta orang-orang yang mengetahui informasi tentang riwayat hidup Kiai Amin. Hal ini dimaksudkan untuk memperoleh sumber data yang dapat memberikan informasi, sehingga dapat membantu perluasan penelitian yang akan dikembangkan. Subjek penelitian berupa, peristiwa, manusia dan responden yang dapat diwawancara. Berdasarkan uraian di atas, yang menjadi subjek penelitian yakni beberapa kiai pengasuh Pondok Pesantren Babakan Ciwaringin yang masih ada hubungan keluarga dengan Kiai Amin, Kepala Desa Babakan Ciwaringin, para sesepuh desa yang pernah hidup sejaman dengan Kiai Amin dan sumber kepustakaan yang meliputi dokumen-dokumen yang relevan dengan masalah penelitian, buku teks, dan skripsi atau penelitian terdahulu.

3. Data Penelitian

Pada penelitian ini dikumpulkan sebanyak mungkin data yang berkaitan dengan masalah penelitian, agar mudah dikritisi dan untuk memperoleh informasi yang valid. Mengenai proses pengumpulan datanya sendiri dilakukan dengan cara studi literatur dan wawancara atau pengambilan data tertulis dan data lisan serta teknik dokumentasi. Sumber tulisan diperoleh dari buku-buku yang relevan dengan masalah penelitian, misalnya buku yang mengkaji tentang pondok pesantren dan dokumen-dokumen yang masih berupa penggalan-penggalan hasil tulisan dari keturunan Kiai Amin. Sumber lisan diperoleh dari wawancara dengan keturunan atau keluarga Kiai Amin dan orang yang pernah hidup sejaman dengan Kiai Amin. Sesuai dengan langkah-langkah penelitian yang dikemukakan oleh Sjamsuddin (2007: 89) data yang sudah diperoleh kemudian diusut dan diolah dengan mengacu pada rumusan masalah penelitian.


(40)

Dalam penelitian kualitatif yang menjadi instrumen penting adalah peneliti itu sendiri, adapun instrumen pelengkapnya adalah berupa alat-alat kelengkapan yang membantu jalannya proses penelitian seperti surat-surat perizinan penelitian, daftar pertanyaan wawancara, alat bantu rekam dan alat tulis. Peneliti dikatakan sebagai instrumen penting karena peneliti berfungsi menetapkan fokus penelitian, memilih informan sebagai sumber data, menafsirkan data dan membuat kesimpulan atas temuannya dalam penelitian tersebut, hal ini sesuai dengan pendapat Lincoln dan Guba (1985: 128).


(41)

M. Nur Kholis Majid, 2014

Peranan K.H. Amin Bin Irsyad dalam memajukan pondok pesantren di Babakan Ciwaringin Cirebon 1916 - 1972

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A.Kesimpulan

Bab ini merupakan kesimpulan dan saran dari penulisan skripsi yang berjudul “Peranan K.H. Amin Bin Irsyad dalam Memajukan Pondok Pesantren di Babakan Ciwaringin Cirebon 1916-1972”. Kesimpulan tersebut merujuk pada jawaban atas permasalahan penelitian yang telah dikaji oleh penulis pada bab sebelumnya. Terdapat empat hal yang penulis simpulkan berdasarkan permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini, yaitu:

Pertama, latar belakang pemikiran Kiai Amin Bin Irsyad dalam mengasuh Pondok Pesantren Babakan Ciwaringin dilandasi atas dasar dakwah dan ibadah, kedua dasar tersebut kemudian disebut dengan istilah “ngurip-ngurip agama Allah”. Cara yang digunakan untuk dakwah dan ibadah tersebut antara lain dengan mendidik para santri di pesantren, ilmu yang diajarkan dalam pesantren tidak hanya sebatas ilmu agama yang bersifat teori, akan tetapi Kiai Amin juga mengajarkan ilmu-ilmu kehidupan yang bersumber dari ilmu agama tersebut secara langsung (muamalah), anjuran-anjuran agama langsung dipraktekan dalam kehidupan pesantren. Selain dengan mendidik para santri, Kiai Amin juga berperan sebagai pengendali sosial masyarakat di sekitarnya serta memposisikan diri sebagai motor penggerak perjuangan masyarakat.

Kedua, ketika Kiai Amin memimpin pesantren, masa tersebut merupakan masa keemasan dari Pondok Pesantren Babakan Ciwaringin Cirebon. Jika dilihat


(42)

M. Nur Kholis Majid, 2014

Peranan K.H. Amin Bin Irsyad dalam memajukan pondok pesantren di Babakan Ciwaringin Cirebon 1916 - 1972

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dari segi kualitas maupun kuantitas santri, penyebutan masa keemasan tersebut tidaklah berlebihan. Di bawah kepemimpinan Kiai Amin, selain sebagai orang yang sedang menuntut ilmu (Tholabul ‘ilmi), santri juga diposisikan sebagai masyarakat, baik masyarakat dalam ruang lingkup pesantren maupun masyarakat yang lebih luas. Dengan adanya kegiatan-kegiatan pesantren yang sering melibatkan masyarakat, santri benar-benar diarahkan untuk bisa berbaur dengan masyarakat sekitar pesantren tersebut. Selain itu, bagi santri-santri yang tidak mampu, asalkan diniatkan untuk menuntut ilmu dan mengabdi pada kiai, santri tersebut sudah bisa dijamin kehidupannya di pesantren. Sehingga pada perkembangan selanjutnya santri yang tidak membawa bekal dari rumahnya pun tidak merasa khawatir akan kekurangan makan. Jika dilihat dari segi kuantitas santri pada masa Kiai Amin memimpin, santri yang mesantren sudah mencapai lebih dari 1000 santri, meskipun diakui sarana dan prasarana pada masa itu masih sangat sederhana seperti umumnya yang ada pada pesantren tradisional lainnya, sehingga santri banyak yang tidur di masjid pesantren.

Ketiga, sistem pendidikan Pondok Pesantren Babakan Ciwaringin pada saat diasuh oleh Kiai Amin masih bersifat tradisional dengan mengutamakan metode sorogan dan bandongan. Mengenai pengangkatan ustadz-nya berlangsung secara alami, tidak ada pengangkatan secara khusus dari kiai. Santri yang sudah mampu menguasai kitab bisa mengajarkan ilmunya kepada santri-santri baru atau santri-santri di bawahnya dan terus berjenjang sampai pada pengajaran kitab yang paling dasar. Para santri yang sudah menguasai suatu kitab diberi kesempatan untuk belajar mengajar, namun masih tetap dalam komando dan pengawasan dari kiai. Dengan sistem pengajaran yang berjenjang tersebut dapat membantu “beban” kiai dalam hal mengajar, mengingat pada saat Kiai Amin memimpin sudah lebih


(43)

M. Nur Kholis Majid, 2014

Peranan K.H. Amin Bin Irsyad dalam memajukan pondok pesantren di Babakan Ciwaringin Cirebon 1916 - 1972

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dari 1000 santri yang mengaji di Pondok Pesantren Babakan Ciwaringin. Didirikannya pesantren baru dan adanya sekolah negeri sedikit demi sedikit mengubah sistem pendidikan Pondok Pesantren Babakan Ciwaringin yang mulai mengarah kepada sistem pendidikan modern.

Keempat, keberadaan Pondok Pesantren Babakan Ciwaringin memberikan dampak bagi masyarakat, terutama masyarakat yang bertempat tinggal di sekitar pesantren. Dampak-dampak tersebut bisa dalam bidang keagamaan, sosial-budaya, maupun dalam bidang perekonomian. Dalam bidang keagamaan terdapat beberapa kegiatan yang melibatkan masyarakat di sekitar pesantren, di antaranya kegiatan Majlis Ta’lim, Haul dan kegiatan lain seperti marhabanan dan tahlil. Pada saat pesantren dipimpin oleh Kiai Amin, disediakan tempat khusus yang dimanfaatkan oleh masyarakat untuk usaha dagang barang-barang kebutuhan santri sehari-hari, tempat tersebut kemudian dikenal dengan sebutan pasar pesantren. Dari sekian banyak kegiatan yang melibatkan masyarakat tersebut baik dalam bidang keagamaan, perekonomian maupun dalam hal gotong royong pembangunan pondok berdampak bagi kehidupan sosial-budaya masyarakat di sekitar pesantren.

B.Saran

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan rekomendasi pada pembelajaran sejarah di sekolah khususnya pada tingkat Sekolah Menengah Atas karena materi penelitian ini termasuk dalam materi pembelajaran di sekolah. Materi dari penelitian ini sesuai dengan Kompetensi Inti (KI) dan Kompetensi Dasar (KD) kelas X yaitu dengan KI: “Memahami, menerapkan, dan menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan


(1)

124

M. Nur Kholis Majid, 2014

Peranan K.H. Amin Bin Irsyad dalam memajukan pondok pesantren di Babakan Ciwaringin Cirebon 1916 - 1972

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah”. Dan sesuai dengan KD: menganalisis berbagai teori tentang proses masuk dan berkembangnya agama dan kebudayaan Islam di Indonesia.

Selain itu, melalui penelitian ini penulis juga memberikan rekomendasi bagi penelitian selanjutnya dengan landasan berpikir dari hasil penelitian penulis. Setelah wafatnya Kiai Amin (1972) Pondok Pesantren di Babakan Ciwaringin terus mengalami perkembangan, jumlah pondok pesantrennya pun menjadi sangat banyak dan bercabang-cabang hingga tercatat sekitar 40 lebih pondok pesantren yang berdiri di Desa Babakan Ciwaringin, namun dari segi jumlah santri di masing-masing pondok pesantrennya mengalami penurunan. Selain itu mengenai pendirian pesantren putri yang dirintis oleh salah satu istri Kiai Amin juga belum terungkap sehingga penulis merekomendasikan penelitian yang lain untuk mengkaji perbandingan-perbandingan kondisi Pesantren Babakan Ciwaringin pada masa Kiai Amin dengan masa sesudahnya.


(2)

124

M. Nur Kholis Majid, 2014

Peranan K.H. Amin Bin Irsyad dalam memajukan pondok pesantren di Babakan Ciwaringin Cirebon 1916 - 1972

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, S. (1997). Agama dan Masyarakat (Pendekatan Sosiologi Agama).

Jakarta: Logos Wacana Ilmu.

Abdullah, T. (1983). Agama dan Perubahan Sosial. Jakarta: Rajawali.

Arifin. (1996). Ilmu Pendidikan Islam: Suatu Tinjauan Teoritis dan Praktis Berdasarkan Pendekatan Interdisipliner. Jakarta: Bumi Aksara.

Barzun, J & Graff, H. (1970). The Modern Researcher. New York: Harcourt, Brace & World.

Daliman, A. (2012). Metode Penelitian Sejarah. Yogyakarta: Ombak.

Departemen Agama RI. (1985). Islam untuk Disiplin Ilmu Sosiologi. Jakarta: Departemen Agama RI.

Dhofier, Z. (1982). Tradisi Pesantren: Studi Tentang Pandangan Hidup Kyai.

Jakarta: LP3ES.

Gottschalk, L. (1985). Mengerti Sejarah (Terjemahan Nugroho Notosusanto). Jakarta: Universitas Indonesia Press.

Haedari, M. A. (2006). Transformasi Pesantren: Pengembangan Aspek Pendidikan, Keagamaan, dan Sosial. Jakarta: Media Nusantara.

Hielmy, I. (2002). Pesan Moral dari pesantren. Bandung: Nuansa. Horikoshi, H. (1987). Kyai dan Perubahan Sosial. Jakarta: P3M.

Husni, M. (2001). Arah Baru Pendidikan Islam di Indonesia. Jakarta: Logos Wacana Ilmu.

Ismail, F. (1999). Ideologi Hegemoni dan Otoritas Agama, Wacana Ketegangan Kreatif Islam dan Pancasila. Yogyakarta: Tiara Wacana.


(3)

125

M. Nur Kholis Majid, 2014

Peranan K.H. Amin Bin Irsyad dalam memajukan pondok pesantren di Babakan Ciwaringin Cirebon 1916 - 1972

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Ismail, S.M. dkk. (2002). Dinamika Pesantren dan Madrasah. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Ismaun. (2005). Sejarah Sebagai Ilmu dan Wahana Pendidikan. Bandung: Historia Utama Press.

Ivancevich, J. M. et al. (2007). Perilaku dan Manajemen Organisasi. Jakarta: Erlangga.

Kartodirdjo, S. (1990). Kepemimpinan dalam Dimensi Sosial. Jakarta: LP3ES. Kuntowijoyo. (1999). Pengantar Ilmu Sejarah. Yogyakarta: Yayasan Bentang

Budaya.

Kuntowijoyo. (2003). Metodologi Sejarah. Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya. Kusumohamidjojo, B. (2000). Kebhinekaan Masyarakat Indonesia: Suatu

Problematic Filsafat Kebudayaan. Jakarta: Grafindo.

Lauer, H. R. (1993). Perspektif tentang Perubahan Sosial. Jakarta: Rineka Cipta. Lincoln, S dan Guba, G (1985). Naturalistic Inquiry. London: Sage Publication

Beverly Hill.

Madjid, N. (1997). Bilik-Bilik Pesantren: Sebuah Potret Perjalanan. Jakarta: Paramadina.

Mafred, O dan Waligang. (1987). Dinamika Pesantren. Jakarta: P3M

Masyhud, M. S. dan Khusnurdilo, M. (2003). Manajemen Pondok Pesantren.

Jakarta: Diva Pustaka.

Mastuhu. (1994). Dinamika Sistem Pendidikan Pesantren (Suatu Kajian tentang Unsur dan Nilai Sistem Pendidikan Pesantren). Jakarta: INIS.


(4)

126

M. Nur Kholis Majid, 2014

Peranan K.H. Amin Bin Irsyad dalam memajukan pondok pesantren di Babakan Ciwaringin Cirebon 1916 - 1972

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Mudzakir, M. (2012). Al-Maghfurlah Mama Tua K.H. Amin Sepuh. Cirebon: Pondok Pesantren Raudlatuth Tholibin.

Muhadjir, N. (1990). Metodologi Penelitian Kualitatif. Yogyakarta: Rake Sarasin. Narwoko, D.J dan Suyanto, B. (2004). Sosiologi Teks Pengantar dan Terapan.

Jakarta: Prenada Media.

Panjaitan, B. (1979). Pemberontakan Cirebon Tahun 1818. Jakarta: Yayasan Idayu.

Prasodjo, S. (1982). Profil Pesantren (Laporan Hasil Penelitian Pesantren Al-Falak dan Delapan Pesantren Lain di Bogor). Jakarta: LP3ES.

Rahardjo, D. (1974). Pesantren dan Pembaharuan. Jakarta: LP3ES.

Rahardjo, D. (1985). Pergulatan Dunia Pesantren Membangun dari Bawah. Jakarta: P3M.

Rahim, M.A. (2001). Managing Conflict in Organization. Wesport: Greenwood Publishing Group.

Scharf, B. R. (1995). Kajian Sosiologi Agama (Terjemahan Machnun Husein). Yogyakarta: Tiara Wacana.

Siswojo. (1974). Sejarah Pondok Pesantren di Indonesia. Jakarata: Dharma Bhakti.

Sjamsuddin, H. (2007). Metodologi Sejarah. Yogyakarta: Ombak.

Soekanto, S. (1990). Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Soemantri. (2011). Strategi Kebudayaan. Yogyakarta: FIS-UNY.


(5)

127

M. Nur Kholis Majid, 2014

Peranan K.H. Amin Bin Irsyad dalam memajukan pondok pesantren di Babakan Ciwaringin Cirebon 1916 - 1972

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Sztompka, P. (2007). Sosiologi Perubahan Sosial. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Taqiyudin. (2010). Konsep Dasar Pendidikan Islam Luar Sekolah. Cirebon: Pangger Publishing.

Tolkhah, I dan Barizi, A. (2004). Membuka Jendela Pendidikan-Mengurai Akar Tradisi. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Wrong, D. H. (2003). Max Weber: Sebuah Khazanah (Terjemahan Asnawi, A.).

Yogyakarta: Ikon Teralitera.

Yatim, B. (2003). Sejarah Peradaban Islam (Dirasah Islamiyah II). Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Yukl, G. (2005). Kepemimpinan dalam Organisasi. Jakarta: Indeks. Yunus, M. (1990). Kamus Arab-Indonesia. Jakarta: Hidakarya.

Universitas Pendidikan Indonesia. (2012). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: UPI Press.

Ziemek, M. (1985). Pesantren dalam Perubahan Sosial (Terjemahan Butche B. Soedjono). Jakara: LP3ES.

SKRIPSI:

Aditia, W. (2010). Pondok Pesantren An-Nasuha Desa Kalimukti Kabupaten Cirebon: Sejarah dan Perkembangannya (1983-2009). Skripsi Jurusan Pendidikan Sejarah FPIPS UPI Bandung: Tidak diterbitkan.

Alexsandy, F. (2009). Peranan K.H. Opo Mustofa dalam Pengembangan Pesantren Kandangsapi di Kabupaten Cianjur Tahun 1945-1977. Skripsi Jurusan Pendidikan Sejarah FPIPS UPI Bandung: Tidak diterbitkan.


(6)

128

M. Nur Kholis Majid, 2014

Peranan K.H. Amin Bin Irsyad dalam memajukan pondok pesantren di Babakan Ciwaringin Cirebon 1916 - 1972

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Kasyfurrahman, Z. (2009). Komunikasi Politik Kiai (Telaah Psikologi Komunikasi atas Proses Komunikasi Politik Kiai, Studi kasus di Desa Babakan Kecamatan Ciwaringin Kabupaten Cirebon). Skripsi Fakultas Psikologi UIN Malang: Tidak diterbitkan.

Nur’alim, F. (2012). Pesantren Al-Falah Biru Pada Masa Revolusi Fisik di Garut Tahun 1945-1949. Skripsi Jurusan Pendidikan Sejarah FPIPS UPI Bandung: Tidak diterbitkan.

TESIS:

Jaenudin. (2007). Dinamika Sistem Pendidikan Pesantren (Studi di Pondok Pesantren Kebon Jambu Babakan Ciwaringin Cirebon). Tesis Magister Studi Islam Program Pascasarjana Fakultas Ilmu Agama Islam Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta: Tidak diterbitkan.

JURNAL:

Sulasman. (2012). “Kyai and Pesantren in the Islamic Historiography of Indonesia”. Jurnal Tawarikh. 4, (1), 67-82.

Wekke, IS. & Lubis, MA. (2008). A Multicultural Approach in Arabic Language Teaching: Creating Equality at Indonesian Pesantren Classroom Life. Jurnal Sosiohumanika. 1, (2), 295-310.


Dokumen yang terkait

metode Dakwah Ustadzah Hj Izzah syatori Dalam pembinaan Akhlak Santri di Balai Pendidikan Pondok Putri Al-Istiqomah Babakan Ciwaringin Cirebon

1 41 91

Tasawuf dan perubahan sosial di Cirebon: kontribusi tarekat syattariyah terhadap perkembangan institusi keraton, pondok pesantren, dan industri batik

5 125 0

WACANA PERLAWANAN SANTRI PONDOK PESANTREN BABAKAN CIWARINGIN DALAM FILM DOKUMENTER ARUS BALIK PERLAWANAN KAUM SARUNGAN ANALISIS WACANA KRITIS MODEL SARA MILLS.

0 1 3

PERAN K.H. MAKINUN AMIN MUHAMMAD DALAM PENGEMBANGAN PONDOK PESANTREN MAMBA’UL HISAN SIDAYU GRESIK TAHUN 1990-2015.

1 5 79

Peranan Pondok Pesantren dalam Pembinaan Akhlaq Mayarakat

0 1 3

PERANAN PONDOK PESANTREN DALAM MENYIAPKA

0 0 8

PONDOK PESANTREN KEBON JAMBU AL-ISLAMY DI DESA BABAKAN KECAMATAN CIWARINGIN KABUPATEN CIREBON SEJARAH BERDIRI DAN PERKEMBANGANNYA DI ERA MODEREN - IAIN Syekh Nurjati Cirebon

0 0 22

MENEJERIAL KEPEMIMPINAN KYAI DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PERKEMBANGAN MUTU PENDIDIKAN ISLAM DAN SANTRI DI PONDOK PESANTREN AZ-ZIYADAH BABAKAN CIWARINGIN CIREBON - IAIN Syekh Nurjati Cirebon

0 2 31

MENEJERIAL KEPEMIMPINAN KYAI DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PERKEMBANGAN MUTU PENDIDIKAN ISLAM DAN SANTRI DI PONDOK PESANTREN AZ-ZIYADAH BABAKAN CIWARINGIN CIREBON - IAIN Syekh Nurjati Cirebon

0 0 31

PENGARUH PENERAPAN METODE SOROGAN TERHADAP KEMAMPUAN MEMBACA KITAB SAFINAH AL-NAJAH SANTRI PUTRA PEMULA (USIA 13-15 TAHUN) PONDOK PESANTREN ASSALAFIE BABAKAN CIWARINGIN KABUPATEN CIREBON - IAIN Syekh Nurjati Cirebon

0 0 24