Pengembangan Program Pembelajaran Bahasa Inggris bagi Siswa Disleksia di SMPN 15 Sukabumi.

(1)

Dinni Ariani, 2013

Pengembangan Program Pembelajaran Bahasa Inggris Bagi Siswa Disleksia Di SMPN 15 Sukabumi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Pengembangan Program Pembelajaran Bahasa Inggris bagi

Siswa Disleksia di SMPN 15 Kota Sukabumi

Tesis

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Pendidikan

Program Studi Pendidikan Kebutuhan Khusus

Oleh:

Dinni Ariani NIM 1104504

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KEBUTUHAN KHUSUS

SEKOLAH PASCA SARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

2013


(2)

Dinni Ariani, 2013

Pengembangan Program Pembelajaran Bahasa Inggris Bagi Siswa Disleksia Di SMPN 15 Sukabumi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Pengembangan Program Pembelajaran

Bahasa Inggris bagi Siswa Disleksia di

SMPN 15 Sukabumi

Oleh Dinni Ariani S.Pd UPI Bandung, 2002

Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) pada Program Studi Pendidikan Kebutuhan Khusus,

Sekolah Pasca Sarjana

© Dinni Ariani 2011 Universitas Pendidikan Indonesia

Agustus 2011

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Tesis ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,


(3)

Dinni Ariani, 2013

Pengembangan Program Pembelajaran Bahasa Inggris Bagi Siswa Disleksia Di SMPN 15 Sukabumi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH

PEMBIMBING:

Dr. Djadja Rahardja, M.Ed. NIP. 19590414 198503 1 005

Mengetahui

Ketua Program Studi Pendidikan Kebutuhan Khusus

Dr. Djadja Rahardja, M.Ed. NIP. 19590414 198503 1 005


(4)

i

Dinni Ariani, 2013

Pengembangan Program Pembelajaran Bahasa Inggris Bagi Siswa Disleksia Di SMPN 15 Sukabumi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ABSTRAK

Pengembangan Program Pembelajaran Bahasa Inggris bagi Siswa Disleksia di SMPN 15 Sukabumi

Dinni Ariani/1104504/Prodi Pendidikan Kebutuhan Khusus/SPs UPI

Belajar merupakan kebutuhan setiap individu sehingga proses ini berlangsung sepanjang hidup. Setiap individu berhak atas pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhannya. Pembelajaran di sekolah inklusi melibatkan sejumlah siswa dengan beragam kebutuhan, termasuk siswa yang memiliki kesulitan membaca atau disleksia. Salah satu mata pelajaran yang dipelajari di Sekolah Menengah Pertama (SMP) adalah Bahasa Inggris, dan dalam mata pelajaran ini terdapat kompetensi dasar membaca yang merupakan salah satu aspek menyulitkan bagi siswa disleksia. Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengetahui pembelajaran Bahasa Inggris yang dibutuhkan siswa disleksia di SMPN 15 Sukabumi, (2) merancang pengembangan program pembelajaran Bahasa Inggris bagi siswa disleksia di SMPN 15 Sukabumi, (3) memaparkan hasil validasi dari para ahli mengenai program pembelajaran Bahasa Inggris bagi siswa disleksia di SMPN 15 Sukabumi, (4) menguraikan hasil uji coba terbatas program pembelajaran Bahasa Inggris bagi siswa disleksia di SMPN 15 Sukabumi. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif. Data diperoleh melalui observasi dan wawancara kepada guru dan siswa serta studi dokumen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Pembelajaran Bahasa Inggris yang dibutuhkan siswa disleksia di SMPN 15 meliputi perlunya penyesuaian dilakukan pada aspek materi pembelajaran, strategi pembelajaran, media pembelajaran, alokasi waktu dan

langkah-langkah pembelajaran serta sistem penilaian. (2) Rancangan

pengembangan program pembelajaran Bahasa Inggris bagi siswa disleksia disusun berdasarkan hasil studi kualitatif yang kemudian dituangkan ke dalam sebuah rancangan program yang terdiri dari 3 Bab yaitu pendahuluan, pengembangan program pembelajaran, dan penutup. (3) Validasi melalui expert judgement menunjukkan hasil bahwa ada beberapa aspek pada pengembangan program yang memerlukan perbaikan diantaranya mengenai kegiatan membaca nyaring yang tetap diperlukan dalam pembelajaran Bahasa Inggris bagi siswa disleksia, dan perlunya penambahan aspek identifikasi khusus siswa disleksia. (4) Hasil uji coba terbatas menunjukkan bahwa menurut guru dan siswa, pembelajaran dengan menggunakan program ini membawa dampak positif diantaranya menambah antusiasme siswa dalam pembelajaran, membantu siswa untuk mengikuti kegiatan


(5)

ii

Dinni Ariani, 2013

Pengembangan Program Pembelajaran Bahasa Inggris Bagi Siswa Disleksia Di SMPN 15 Sukabumi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

pembelajaran secara aktif, dan memotivasi guru untuk lebih serius menyiapkan pembelajaran.

ABSTRACT

The Development of English Language Instruction Program for Dyslexic Student at SMP 15 Sukabumi

Dinni Ariani/1104504/Special Needs Education Program/School of Post Graduate Study, Indonesia University of Education

Learning is the need of every human beings, so that this process takes place throughout life. Everyone has the right to get appropriate learning needs. Instruction in inclusive schools has its own challenges as it involves a large number of students with diverse needs, including students who have reading difficulty or dyslexia. One of the subjects in Junior High School is English. One of the aspects of language skills is reading. In fact, this competency brings difficulty to dyslexic students. This study aims to (1) find the English instructions needed by dyslexic student at SMP 15 Sukabumi, (2) design an appropriate development of English instruction program for dyslexic students at SMP 15 Sukabumi, (3) present the results of the expert judgement on the program of English language instruction for dyslexic student at Junior High School 15 Sukabumi. (4) describe the limited basis test results of English instruction program for dyslexic students at Junior High School 15 Sukabumi. This study used a qualitative approach with descriptive methods. Data were obtained through observation and interviews to teachersand student as well as the study of documents. The results showed that (1) the required English instruction program by dyslexic student at SMP 15 Sukabumi includes the need for adjustments made on aspects of learning materials, instructional strategies, instructional media, allocation of time and steps of learning and also assessment system. (2) the design of the development of English instruction program for dyslexic student is based on the results of a qualitative study which is then poured into a design program that consists of three chapters, those are introduction chapter, the development of instruction program, and the closing statement. (3) Validation through expert judgment, shows that there are some aspects that need improvement, for example, reading aloud is still necessary in English language instruction for dyslexic students. And also, additional aspect about the identification of students with dyslexia is needed to be included into the program. (4) The results of limited basis


(6)

iii

Dinni Ariani, 2013

Pengembangan Program Pembelajaran Bahasa Inggris Bagi Siswa Disleksia Di SMPN 15 Sukabumi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

test shows that according to the teachers and students, learning English by using this program bring positive impact to the student’s enthusiasm in instruction, and help the student to participate in active instruction activities, as well as motivate the teachers to prepare lessons more seriously.


(7)

viii

Dinni Ariani, 2013

Pengembangan Program Pembelajaran Bahasa Inggris Bagi Siswa Disleksia Di SMPN 15 Sukabumi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR ISI

Halaman

PERNYATAAN... i

UCAPAN TERIMAKASIH ... ii

ABSTRAK ... v

ABSTRACT... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI... viii

DAFTAR TABEL... xi

DAFTAR GAMBAR... xiv

DAFTAR LAMPIRAN... xv

BAB I PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Fokus dan Pertanyaan Penelitian ... 7

C. Tujuan Penelitian ... 7

D. Manfaat Penelitian ... 8

E. Definisi Konsep... 8

BAB II KAJIAN TEORI ... 10

A. Pengembangan Program Pembelajaran ... 10 B. Pembelajaran Bahasa Inggris di Sekolah Menengah


(8)

ix

Dinni Ariani, 2013

Pengembangan Program Pembelajaran Bahasa Inggris Bagi Siswa Disleksia Di SMPN 15 Sukabumi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Pertama ... 11

C. Disleksia Sebagai Kesulitan Belajar Spesifik ... 16

D. Konsep Inklusi ... 26

E. Penelitian Terdahulu yang Relevan ... 31

Halaman BAB III METODE PENELITIAN... 33

A. Pendekatan Penelitian ... 33

B. Lokasi dan Subjek Penelitian ... 34

C. Teknik Pengumpulan Data dan Pengembangan Instrumen Penelitian ... 36

D. Teknik Analisis dan Keabsahan data ... 38

E. Prosedur Penelitian ... 39

BAB IV HASIL PENELITIAN dan PEMBAHASAN... 43

A. Hasil Penelitian ... 43

1.Pembelajaran Bahasa Inggris yang Dibutuhkan oleh Siswa Disleksia di SMPN 15 Sukabumi ... 43

2.Rancangan Program Pembelajaran Bahasa Inggris bagi Siswa Disleksia di SMPN 15 Sukabumi ... 68 3.Hasil Validasi dari Para Ahli mengenai Program


(9)

x

Dinni Ariani, 2013

Pengembangan Program Pembelajaran Bahasa Inggris Bagi Siswa Disleksia Di SMPN 15 Sukabumi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

SMPN 15 Sukabumi ... 74

4.Hasil Uji Coba Terbatas Program Pembelajaran Bahasa Inggris bagi Siswa Disleksia di SMPN 15 Sukabumi ... 85

B.Pembahasan... 90

1. Pembelajaran Bahasa Inggris yang Dibutuhkan oleh Siswa Disleksia di SMPN 15 Sukabumi ... 90

2. Rancangan Program Pembelajaran Bahasa Inggris bagi Siswa Disleksia di SMPN 15 Sukabumi ... 93

3. Hasil Validasi dari Para Ahli mengenai Program Pembelajaran Bahasa Inggris bagi Siswa Disleksia di SMPN 15 Sukabumi ... 96

Halaman 4. Hasil Uji Coba Terbatas Program Pembelajaran Bahasa Inggris bagi Siswa Disleksia di SMPN 15 Sukabumi ... 98

BAB V KESIMPULAN dan REKOMENDASI ... 101

A. Kesimpulan ... 101

B. Rekomendasi ... 105

DAFTAR PUSTAKA ... 106


(10)

xi

Dinni Ariani, 2013

Pengembangan Program Pembelajaran Bahasa Inggris Bagi Siswa Disleksia Di SMPN 15 Sukabumi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR TABEL


(11)

xii

Dinni Ariani, 2013

Pengembangan Program Pembelajaran Bahasa Inggris Bagi Siswa Disleksia Di SMPN 15 Sukabumi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Tabel 2.1 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Mata

Pelajaran Bahasa Inggris di SMP... 12 Tabel 2.2 Pembelajaran Kompetitif, Pembelajaran Individual dan

Pembelajaran Kooperatif... 29 Tabel 4.1 Hasil Observasi Pembelajaran Bahasa Inggris yang

Dibutuhkan oleh Siswa Disleksia di SMPN 15

Sukabumi... 44 Tabel 4.2 Hasil Wawancara kepada Guru Pembelajaran Bahasa

Inggris yang Dibutuhkan Siswa Disleksia di SMPN 15

Sukabumi... 49 Tabel 4.3 Hasil Wawancara kepada Siswa Pembelajaran Bahasa

Inggris yang Dibutuhkan Siswa Disleksia di SMPN 15

Sukabumi... 54

Tabel 4.4 Rangkuman Hasil Wawancara Pembelajaran Bahasa

Inggris yang Dibutuhkan Siswa Disleksia di SMPN 15

Sukabumi... 59 Tabel 4.5 Hasil Studi Dokumen Pembelajaran Bahasa Inggris

yang Dibutuhkan Siswa Disleksia di SMPN 15

Sukabumi... 65

Tabel 4.6 Rangkuman Hasil Studi Kualitatif Pembelajaran

Bahasa Inggris yang Dibutuhkan Siswa Disleksia di

SMPN 15 Sukabumi... 66

Tabel 4.7 Rangkuman Program Faktual dan Rancangan


(12)

xiii

Dinni Ariani, 2013

Pengembangan Program Pembelajaran Bahasa Inggris Bagi Siswa Disleksia Di SMPN 15 Sukabumi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Halaman

Tabel 4.8 Hasil Validasi Ahli Rancangan Program Pembelajaran

Bahasa Inggris bagi Siswa Disleksia di SMPN 15

Sukabumi... 75

Tabel 4.9 Rangkuman Program Faktual, Program Hasil

Pengembangan, dan Revisi Program Hasil Validasi... 80

Tabel 4.10 Hasil Observasi tentang Hasil Uji Coba Terbatas Program Pembelajaran Bahasa Inggris bagi Siswa

Disleksia di SMPN 15 Sukabumi... 86

Tabel 4.11 Hasil Wawancara kepada Guru tentang Hasil Uji Coba

Terbatas Program Pembelajaran Bahasa Inggris bagi

Siswa Disleksia di SMPN 15 Sukabumi... 87 Tabel 4.12 Hasil Wawancara kepada Siswa tentang Hasil Uji

Coba Terbatas Program Pembelajaran Bahasa Inggris


(13)

xiv

Dinni Ariani, 2013

Pengembangan Program Pembelajaran Bahasa Inggris Bagi Siswa Disleksia Di SMPN 15 Sukabumi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Karakteristik Lingkungan Inklusif, Ramah

Terhadap Pembelajaran Berbasis Pada Visi dan

Nilai-Nilai (Unesco Toolkit 1, 2004)... 21 Gambar 3.1 Prosedur Penelitian Tahap ke-1... 41 Gambar 3.2 Prosedur Penelitian Tahap ke-2... 42

Gambar 4.1 Rancangan Program Pembelajaran Bahasa Inggris

bagi Siswa Disleksia di SMPN 15 Sukabumi ... 73 Gambar 4.2 Program Pembelajaran Bahasa Inggris bagi Siswa


(14)

xv

Dinni Ariani, 2013

Pengembangan Program Pembelajaran Bahasa Inggris Bagi Siswa Disleksia Di SMPN 15 Sukabumi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman Lampiran 1 Kisi-Kisi Instrumen Penelitian... 109

Lampiran 2 Pedoman Wawancara kepada Siswa tentang

Pembelajaran Bahasa Inggris yang Dibutuhkan Siswa


(15)

xvi

Dinni Ariani, 2013

Pengembangan Program Pembelajaran Bahasa Inggris Bagi Siswa Disleksia Di SMPN 15 Sukabumi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Lampiran 3 Pedoman Wawancara kepada Guru tentang

Pembelajaran Bahasa Inggris yang Dibutuhkan Siswa

Disleksia... 120

Lampiran 4 Pedoman Observasi Tentang Pembelajaran Bahasa Inggris yang Dibutuhkan Siswa Disleksi ... 123

Lampiran 5 Pedoman Wawancara kepada Siswa tentang Hasil Uji Coba Terbatas Program Pembelajaran Bahasa Inggris bagi Siswa Disleksia ... 126

Lampiran 6 Pedoman Wawancara kepada Guru tentang Hasil Uji Coba Program Pembelajaran Bahasa Inggris bagi Siswa Disleksia ... 127

Lampiran 7 Pedoman Observasi tentang Hasil Uji Coba Program Pembelajaran Bahasa Inggris bagi Siswa Disleksia... 128

Lampiran 8 Lembar Validasi Ahli ... 129

Lampiran 9 Transkripsi Hasil Wawancara kepada Guru... 135

Lampiran 10 Transkripsi Hasil Wawancara kepada Siswa... 138

Lampiran 11 Hasil Validasi Ahli... 141

Lampiran 12 Hasil Observasi Tentang Pembelajaran Bahasa Inggris yang Dibutuhkan Siswa Disleksia... 146


(16)

xvii

Dinni Ariani, 2013

Pengembangan Program Pembelajaran Bahasa Inggris Bagi Siswa Disleksia Di SMPN 15 Sukabumi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Lampiran 13 Hasil Wawancara kepada Siswa tentang Hasil Uji Coba Terbatas Program Pembelajaran Bahasa Inggris

bagi Siswa Disleksia ... 149 Lampiran 14 Hasil Wawancara kepada Guru tentang Hasil Uji

Coba Program Pembelajaran Bahasa Inggris bagi

Siswa Disleksia ... 150 Lampiran 15 Hasil Uji Coba Program Pembelajaran Bahasa

Inggris bagi Siswa Disleksia... 152 Lampiran Lainnya


(17)

1

Dinni Ariani, 2013

Pengembangan Program Pembelajaran Bahasa Inggris Bagi Siswa Disleksia Di SMPN 15 Sukabumi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Hakikat pendidikan adalah untuk memanusiakan manusia. Pendidikan membantu manusia untuk mengenal diri dan lingkungannya sehingga individu mampu menjalani hidup secara berkualitas dengan potensi yang dimilikinya melalui proses belajar. Belajar merupakan kebutuhan setiap individu sehingga proses ini berlangsung sepanjang hidup, baik secara disengaja maupun tidak. Sekolah merupakan salah satu tempat dimana pembelajaran terjadi. Keberhasilan proses pembelajaran di sekolah merupakan harapan setiap pendidik. Seorang guru pada umumnya menilai kualitas pembelajaran melalui beberapa hal antara lain adanya perubahan sikap siswa dari sikap dan partisipasi pasif menjadi lebih aktif, tercapainya kompetensi tertentu sesuai tujuan pembelajaran, dan meningkatnya kegairahan siswa dalam belajar. Secara formal, pembelajaran dinilai sukses jika siswa mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan. Dengan demikian, selama siswa belum sampai pada target ini maka guru harus terus menerus memberikan pengulangan proses pembelajaran hingga siswa mencapai kompetensi minimal.

Sekolah merupakan miniatur kehidupan bermasyarakat dalam konteks lebih luas. Di lingkungan inilah individu berinteraksi, belajar beradaptasi, serta menemukan jati dirinya di tengah lingkungan yang begitu heterogen. Cara pandang yang dibentuk di sekolah akan terbawa saat individu bersosialisasi dalam kehidupan bermasyarakat. Ramah terhadap perbedaan adalah salah satu nilai yang perlu dimiliki setiap individu. Untuk itu, sekolah memiliki tanggung jawab untuk menanamkan sikap menghargai


(18)

2

Dinni Ariani, 2013

Pengembangan Program Pembelajaran Bahasa Inggris Bagi Siswa Disleksia Di SMPN 15 Sukabumi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

keberagaman yang dapat berwujud dalam bentuk perbedaan fisik, bakat, minat, karakter, perilaku serta perbedaan lainnya.

Sebagai individu yang unik, siswa memiliki beragam potensi dan kecenderungan. Kekuatan dan kelemahan setiap individu dapat menjadi suatu sinergi jika individu saling bekerja sama dengan mengusung semangat untuk sama-sama mencapai keberhasilan. Mengutamakan nilai kerja sama merupakan salah satu pandangan penting yang diusung pendidikan inklusif (Skorjten: 2003). Cara pandang inklusi menempatkan sikap kooperatif di atas kompetisi atau persaingan. Setiap siswa perlu didorong untuk sukses bersama sesuai dengan potensi yang dimiliki. Dengan demikian, penting bagi guru untuk menciptakan situasi belajar yang mengkondisikan siswa bekerja sama atau bergotong royong dalam rangka membangun kompetensi dan karakter dirinya.

Pencapaian tiap individu bisa jadi berbeda, namun yang paling penting dalam proses pembelajaran adalah semua anak mengalami proses belajar yang berujung pada peningkatan kompetensi, meskipun anak tersebut mengalami hambatan belajar. Hambatan yang dialami siswa dapat terbantu dengan adanya sikap positif guru untuk memberikan layanan pendidikan yang tepat serta melakukan perbaikan manajemen kelas untuk mewujudkan atmosfer yang lebih kondusif di suatu kelas yang heterogen.

Sedini mungkin, siswa perlu memperoleh pembelajaran yang

menginternalisasikan nilai inklusifitas. Hal inilah yang menjadi salah satu tugas hakiki seorang pendidik. Lie (2010) menyatakan bahwa dalam metode pembelajaran tradisional, siswa dianggap botol kosong yang siap diiisi oleh ceramah panjang lebar guru. Pembelajaran pun dilakukan dengan menetapkan stigma pada siswa, diantaranya ada siswa yang disebut pintar, dan bodoh, ada sistem perankingan serta kategorisasi yang dimunculkan berdasarkan hasil belajar berupa tes atau ulangan. Dalam prosesnya, siswa


(19)

3

Dinni Ariani, 2013

Pengembangan Program Pembelajaran Bahasa Inggris Bagi Siswa Disleksia Di SMPN 15 Sukabumi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

bersaing, berlomba menjadi yang terbaik, ingin saling mengalahkan, tidak peduli pada kondisi siswa lainnya, gemar mencemooh dan sederet perilaku yang kurang menggembirakan lainnya.

Memasuki masa remaja dimana seorang siswa menempuh pengalaman belajar di sekolah menengah pertama mestinya menjadi saat yang menyenangkan bagi setiap anak. Namun kenyataan menunjukkan bahwa situasi yang penuh tantangan tersebut malahan menjadi beban yang terasa memberatkan bagi sebagian siswa. Di dalam kelas inklusi di sekolah umum, pembelajaran melibatkan peserta didik dengan berbagai karakteristik dan hambatan belajar, termasuk siswa yang mengalami kesulitan belajar spesifik seperti kesulitan membaca atau disleksia. Knudsen (2012) menegaskan bahwa disleksia merupakan kesulitan belajar terkait dengan kemampuan berbahasa yang terjadi pada satu dari lima warga dunia. Berdasarkan data dari Ikatan Dokter Anak Indonesia, disleksia merupakan salah satu masalah tersering yang terjadi pada anak dan dewasa. Angka kejadian di dunia berkisar 5-17% pada anak usia sekolah. Disleksia banyak terjadi di sekolah umum, namun seringkali luput dari perhatian guru. Disleksia ditandai dengan kesulitan mengenal huruf, kata, mengeja, memahami makna kata, kalimat, dan paragraf. Kesulitan ini terjadi karena adanya disfungsi neorologis (Abdurahman, 1996). Disleksia atau kesulitan membaca merupakan kesulitan untuk memaknai simbol, huruf, dan angka melalui persepsi visual dan auditoris.

Pada beberapa kasus, anak yang mengalami kesulitan membaca ini seringkali dianggap memiliki taraf kognisi yang kurang dari rata-rata. Kesulitan yang dialami anak disleksia diilustrasikan secara gamblang dan amat menyentuh dalam sebuah film Bollywood berjudul Taare Zameen

Par (Like Stars on Earth) karya sutradara Aamir Khan. Versi lainnya

adalah sebuah film Indonesia karya Rico Michael berjudul Ikhsan, Mama I Love You. Di dunia maya, sang sutradara mencurahkan isi hatinya bahwa


(20)

4

Dinni Ariani, 2013

Pengembangan Program Pembelajaran Bahasa Inggris Bagi Siswa Disleksia Di SMPN 15 Sukabumi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dirinya yang mengalami disleksia mengalami masa-masa yang buruk saat bersekolah. Ia kerap dicemooh karena sulit membaca saat teman-temannya telah lancar membaca. Ia pun seringkali mengalami ejekan dari guru serta teman-temannya dan juga cercaan dari ayahnya. Film tersebut dibuat untuk membuka kesadaran orang tua, guru dan masyarakat luas mengenai kesulitan membaca atau disleksia yang ternyata berdampak tidak hanya pada sisi akademik saja namun juga amat mempengaruhi sisi psikis anak. Perlakuan orang tua serta guru amat berperan dalam membentuk kepercayaan diri serta konsep diri pada diri anak yang mengalami disleksia.

Di sekolah umum, siswa mengikuti pembelajaran berbagai mata pelajaran diantaranya Bahasa Inggris. Belajar Bahasa Inggris bagi sebagian siswa merupakan hal yang amat menyenangkan dan membanggakan. Akan tetapi bagi siswa yang mengalami disleksia, pembelajaran Bahasa Inggris menjadi lebih kompleks mengingat kesulitan membaca yang mereka alami akan memperberat upaya mempelajari bahasa asing. Hal ini sejalan dengan apa yang yang dinyatakan oleh Schwartz dalam Hodge (1998):

For the student unencumbered by a learning disability, foreign language study is indeed an enriching and rewarding experience. For the learning disabled student, however, it can be an unbelievably stressful and humiliating experience, the opposite of what is intended”

Pembelajaran aspek membaca merupakan salah satu keterampilan yang diperlukan individu untuk menunjang pembelajaran di semua mata pelajaran. Anak yang mengalami disleksia akan kesulitan saat dihadapkan pada teks. Baginya, kegiatan membaca–walaupun dilakukan dalam bahasa ibu atau bahasa pertama- sungguh memerlukan proses yang lebih lama dan sulit dari orang lain. Ketika kegiatan membaca ini dilakukan dalam


(21)

5

Dinni Ariani, 2013

Pengembangan Program Pembelajaran Bahasa Inggris Bagi Siswa Disleksia Di SMPN 15 Sukabumi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

pembelajaran bahasa Inggris yang merupakan bahasa asing, maka tantangan yang dihadapi pun menjadi lebih besar.

Dari pengamatan yang dilakukan penulis pada situasi belajar di SMPN 15 Sukabumi, seringkali kesulitan ini luput dari perhatian guru karena saat siswa tampak mengahadapi kesukaran dalam mata pelajaran Bahasa Inggris, guru seringkali mengira hal ini terjadi semata-mata karena siswa belum terbiasa dengan pembelajaran bahasa asing. Kondisi kelas yang ditempati hampir 40 siswa, membuat anak yang mengalami disleksia nampak kurang mendapat perhatian guru karena guru pun harus membagi perhatian untuk semua anak. Keadaan ini pun kadang diperburuk dengan masih adanya sikap kurang bersahabat dari siswa lainnya. Beberapa waktu sebelumnya, ada seorang siswa yang menjadi pusat perhatian seluruh guru dan siswa di kelasnya karena ia tidak mampu membaca sebagaimana layaknya siswa SMP. Sebelum ketidakmampuan membaca ini diketahui, siswa ini cukup aktif dalam berbagai kegiatan kelas, dan mampu menampilkan kemampuan akademik yang mencukupi. Namun, saat diketahui tidak bisa membaca, anak ini menjadi sorotan semua guru, siswa serta menjadi bahan perbincangan karena bagaimana bisa seorang siswa SMP tidak mampu membaca. Keadaan ini rupanya membuat anak tersebut tidak nyaman dan akhirnya mengundurkan diri dari bangku sekolah.

Pengalaman tersebut merupakan salah satu hal yang melatarbelakangi penelitian ini. Di tahun-tahun berikutnya, ternyata ada beberapa siswa yang juga mengalami hal serupa. Semula, ketidakmampuan membaca itu dianggap sebagai indikator bahwa siswa memiliki tingkat IQ yang rendah. Namun ternyata, hasil tes psikologis menunjukkan bahwa mereka berada pada rentang IQ minimal rata-rata. Dari beberapa referensi, peneliti menganalisis adanya suatu gangguan sensoris yang disebut disleksia yang merupakan kondisi ketika siswa dengan IQ rata-rata dan bahkan superior, tidak mampu membaca sebagaimana layaknya siswa lain pada usianya.


(22)

6

Dinni Ariani, 2013

Pengembangan Program Pembelajaran Bahasa Inggris Bagi Siswa Disleksia Di SMPN 15 Sukabumi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Salah satu siswa yang mengalami hal tersebut duduk di kelas di 7B, bernama MG. Saat membaca teks dalam Bahasa Indonesia, MG melakukan kesalahan-kesalahan seperti mengganti kata yang dibaca, mengulang-ulang, menambah huruf dan kata, menghilangkan huruf, dan mengabaikan tanda baca. Peneliti mengidentifikasi siswa MG sebagai anak yang mengalami disleksia, melalui beberapa kegiatan pengamatan saat pembelajaran, informasi hasil pengamatan dari guru-guru lainnya, hasil tes IQ dan asesmen informal membaca lanjut. Karena faktor disleksia yang dialami oleh siswa, ada beberapa hal yang kurang mengenakkan terjadi dalam pembelajaran Bahasa Inggris di Kelas 7B SMPN 15 Sukabumi, diantaranya:

1. Saat ia merasa kesulitan dan bertanya pada rekannya yang dianggap lebih mampu, siswa lain menunjukkan sikap kurang empati dengan mengatakan, “masa yang gitu aja ga tau sih”. Setelah itu, teman yang ditanya kembali sibuk dengan pekerjaannya sendiri dan tidak membantu rekannya.

2. Dalam beberapa kesempatan, rekan sekelas memperolok ataupun

menertawakan siswa disleksia yang melakukan kesalahan berbicara saat tampil di depan kelas ataupun saat terbata-bata membaca nyaring suatu

teks. Secara spontan siswa seringkali berteriak “huuuhh” atau pun

ungkapan lainnya yang cenderung mempermalukan temannya, misalnya

“ahhh, si eta mah daharna ge da jeung uyah hungkul”.

3. Kecenderungan siswa tampil menggunakan Bahasa Inggris dengan malu-malu dan kurang percaya diri.

Selama ini guru melaksanakan program pembelajaran Bahasa Inggris dengan mengacu pada Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang berlaku bagi semua siswa. Pembelajaran Bahasa Inggris pada kelas yang di dalamnya terdapat siswa disleksia, masih menggunakan program pembelajaran secara umum. Siswa disleksia seringkali mengalami situasi


(23)

7

Dinni Ariani, 2013

Pengembangan Program Pembelajaran Bahasa Inggris Bagi Siswa Disleksia Di SMPN 15 Sukabumi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

sulit misalnya saat ia diminta membaca nyaring ataupun membaca pemahaman dengan teks berhuruf relatif kecil, berbaris rapat dan spasi yang padat. Seringkali pula guru memberikan presentasi atau penjelasan suatu materi pembelajaran secara cepat dan minim pengulangan.

Guru cenderung memiliki ekspektasi yang sama pada siswa disleksia namun di sisi lain belum memberikan diferensiasi pembelajaran yang disesuaikan dengan kebutuhan siswa disleksia. Pembelajaran pun belum dilengkapi dengan media yang tepat untuk membantu kesulitan siswa dalam mengingat suatu kata dan ungkapan. Dampaknya, hasil belajar siswa khususnya dalam kompetensi dasar membaca cenderung kurang memuaskan. Terlebih lagi, siswa memperoleh alokasi waktu yang sama dengan siswa lainnya saat ia mengikuti ulangan harian ataupun tes tertulis lainnya. Padahal, siswa disleksia memerlukan lebih banyak waktu dalam pemrosesan informasi termasuk dalam membaca pemahaman.

Berdasarkan kenyataan ini, penulis bermaksud untuk memperbaiki kualitas pembelajaran melalui pengembangan program pembelajaran Bahasa Inggris bagi siswa yang mengalami disleksia. Penulis meyakini bahwa disleksia yang dialami siswa tidak semestinya menghalangi siswa untuk belajar bahasa asing. Filosofi inklusi menegaskan bahwa setiap individu berhak atas pembelajaran yang berkualitas. Untuk itu, adanya pengembangan program pembelajaran Bahasa Inggris bagi siswa yang mengalami disleksia ini diharapkan akan bisa memberikan pengalaman belajar yang kaya dan bermakna sekaligus fungsional.

B. Fokus dan Pertanyaan Penelitian

Fokus dalam penelitian ini adalah bagaimana pengembangan program pembelajaran Bahasa Inggris bagi siswa yang mengalami disleksia di SMP Negeri 15 Sukabumi? Berdasarkan fokus penelitian tersebut, maka penelitian ini dirumuskan pada pertanyaan penelitian berikut:


(24)

8

Dinni Ariani, 2013

Pengembangan Program Pembelajaran Bahasa Inggris Bagi Siswa Disleksia Di SMPN 15 Sukabumi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

1. Pembelajaran Bahasa Inggris seperti apa yang dibutuhkan oleh siswa disleksia di SMPN 15 Sukabumi?

2. Bagaimana rancangan program pembelajaran Bahasa Inggris bagi siswa disleksia di SMPN 15 Sukabumi?

3. Bagaimana hasil validasi dari para ahli mengenai program

pembelajaran Bahasa Inggris bagi siswa disleksia di SMPN 15 Sukabumi?

4. Bagaimana hasil uji coba terbatas program pembelajaran Bahasa Inggris bagi siswa disleksia di SMPN 15 Sukabumi?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan pertanyaan penelitian, maka penelitian ini memiliki tujuan sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui pembelajaran Bahasa Inggris yang dibutuhkan siswa disleksia di SMPN 15 Sukabumi.

2. Untuk merancang program pembelajaran Bahasa Inggris bagi siswa disleksia di SMPN 15 Sukabumi.

3. Untuk memaparkan hasil validasi dari para ahli mengenai program pembelajaran Bahasa Inggris bagi siswa disleksia di SMPN 15 Sukabumi.

4. Untuk menguraikan hasil uji coba terbatas program pembelajaran Bahasa Inggris bagi siswa disleksia di SMPN 15 Sukabumi.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini menghasilkan pengembangan program pembelajaran Bahasa Inggris bagi siswa disleksia. Untuk itu, penelitian ini diharapkan akan memberikan manfaat bagi berbagai pihak, diantaranya:

1. Bagi Dinas Pendidikan, penelitian ini akan bermanfaat sebagai salah satu bahan rujukan untuk merencanakan kebijakan, khususnya dalam pendidikan bagi siswa disleksia.


(25)

9

Dinni Ariani, 2013

Pengembangan Program Pembelajaran Bahasa Inggris Bagi Siswa Disleksia Di SMPN 15 Sukabumi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2. Bagi sekolah, penelitian ini akan bermanfaat untuk dijadikan salah satu sumber informasi dalam merancang program pembelajaran bagi siswa disleksia.

3. Bagi peneliti lain, hasil penelitian ini dapat menjadi bahan awal, pembanding ataupun rujukan bagi penelitian selanjutnya.

4. Bagi para guru, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi alternatif dalam melaksanakan pembelajaran Bahasa Inggris bagi siswa disleksia.

E. Definisi Konsep

1. Pengembangan Program Pembelajaran

Pengembangan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti proses, cara atau perbuatan mengembangkan. Pengembangan adalah usaha sadar yang dilakukan untuk mencapai tujuan yang diinginkan agar lebih sempurna dari pada sebelumnya. Program pembelajaran merupakan sekumpulan rencana yang sistematis mengenai proses pembelajaran yang hendak dilakukan termasuk didalamnya tujuan yang hendak dicapai, indikator pencapaiannya, metode yang akan digunakan, materi atau bahan ajar, media, serta sistem penilaian yang akan diterapkan. Dengan kata lain, pengembangan program pembelajaran merupakan usaha untuk menyempurnakan program yang telah ada untuk meningkatkan kualitas pembelajaran sesuai kebutuhan siswa.

2. Disleksia

Disleksia berasal dari bahasa Yunani dys yang berarti ketidakberfungsian dan lexis yang berarti bahasa (Mather, 2012). Disleksia merupakan kesulitan yang dialami dalam membaca, yaitu


(26)

10

Dinni Ariani, 2013

Pengembangan Program Pembelajaran Bahasa Inggris Bagi Siswa Disleksia Di SMPN 15 Sukabumi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

mengenal huruf, kata, mengeja, memahami makna kata, kalimat, dan paragraf. Kesulitan ini terjadi karena adanya disfungsi neorologis (Abdurahman, 1996). Hal ini sejalan dengan ungkapan Shaywitz (2003), bahwa pada anak yang telah beranjak remaja ataupun menjelang dewasa, disleksia diantaranya dapat ditandai dengan:

Adanya riwayat kesulitan membaca dan mengeja.

 Proses membaca kata membutuhkan upaya yang keras.

 Problem membaca yang menetap.

3. Bahasa Inggris

Bahasa Inggris merupakan bahasa asing yang paling banyak digunakan dalam konteks global. Banyak kata dalam Bahasa Inggris yang tidak mengikuti prinsip-prinsip fonetis sehingga mempelajari cara membaca dan mengeja ataupun melafalkan bahasa ini menjadi relatif sulit, terutama bagi anak-anak disleksia. Keadaan ini tentu saja sangat berbeda dengan Bahasa Indonesia dimana hampir tiap kata diucapkan sesuai dengan tulisannya. Bahasa Inggris di masa kini telah dipelajari sejak bangku Sekolah Dasar, bahkan sejak pra sekolah.

Selain perbedaan dalam aturan pengucapan maupun aksen, pola dan struktur kalimat dalam Bahasa Inggris yang berbeda dengan Bahasa Indonesia pun bisa mengundang kesulitan tersendiri. Aturan bahasa yang membedakan penggunaan kata kerja berdasarkan waktu ataupun subjek menjadi hal-hal yang bisa menyulitkan siswa. Hal lainnya terkait susunan kata, misalnya frase gadis cantik dalam Bahasa Indonesia dalam Bahasa Inggris adalah beautiful girl. Hal ini karena Bahasa Indonesia menerapkan pola diterangkan-menerangkan (DM) sedangkan Bahasa Inggris menggunakan pola


(27)

33

Dinni Ariani, 2013

Pengembangan Program Pembelajaran Bahasa Inggris Bagi Siswa Disleksia Di SMPN 15 Sukabumi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB III

METODE PENELITIAN

Dalam sebuah penelitian diperlukan langkah-langkah yang tepat agar tujuan penelitian yang telah ditetapkan dapat tercapai. Metode merupakan cara yang disiapkan peneliti untuk sampai pada tujuan penelitian (Alwasilah, 2009:85). Metode penelitian memberikan arah apa dan bagaimana penelitian dilakukan, prosedur yang ditempuh, sumber data yang digunakan, dan bagaimana data tersebut dikumpulkan serta dianalisis. Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Ali (1990) menjelaskan metode deskriptif sebagai berikut:

Metode yang digunakan untuk memecahkan permasalahan yang dihadapi pada masa sekarang dan dapat dilakukan dengan menempuh langkah-langkah pengumpulan data, klasifikasi data, analisis atau laporan dengan tujuan utama membuat penggambaran tentang suatu keadaan secara objektif dalam suatu deskripsi.

Dengan metode ini, penulis menguraikan data apa adanya berkaitan dengan hal-hal yang dialami serta dirasakan siswa disleksia dalam pembelajaran Bahasa Inggris dan sekaligus mengungkapkan kebutuhan belajar yang diperlukan oleh siswa disleksia.

A. Pendekatan Penelitian

Berdasarkan jenis data yang digunakan, penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Bogdan dan Taylor dalam Moleong (2001) mengungkapkan bahwa pendekatan kualitatif merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lis dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.


(28)

34

Dinni Ariani, 2013

Pengembangan Program Pembelajaran Bahasa Inggris Bagi Siswa Disleksia Di SMPN 15 Sukabumi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Selain itu, Sugiyono (2009) menjelaskan pengertian penelitian kualitatif sebagai berikut:

“Metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi objek

yang alamiah, (sebagai lawannya adalah esperimen) dimana peneliti adalah instrumen kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara triangulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna daripada generalisasi.

Peneliti berkeyakinan bahwa masalah pengembangan pembelajaran Bahasa Inggris pada siswa disleksia perlu diteliti secara spesifik dalam latar alamiah. Untuk itu, upaya mengungkap kebutuhan belajar siswa disleksia dalam pembelajaran Bahasa Inggris tepat dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan kualitatif, agar diperoleh hasil yang bermakna dalam rangka mengembangkan program pembelajaran Bahasa Inggris bagi siswa disleksia. Data yang akurat dapat memberikan arah yang benar pada langkah selanjutnya yaitu pengembangan program pembelajaran Bahasa Inggris bagi siswa disleksia.

B. Lokasi dan Subjek Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti melakukan pengumpulan data di SMP Negeri 15 Sukabumi dengan melibatkan beberapa pihak yang menjadi subjek penelitian yaitu:

1. Siswa yang diduga mengalami disleksia di SMPN 15 Sukabumi. Dengan pertimbangan untuk fokus kepada kebutuhan siswa, maka yang menjadi subjek penelitian adalah seorang siswa dengan inisial MG, berjenis kelamin laki-laki. Saat penelitian dilakukan, ia duduk di Kelas 7B SMPN 15 Sukabumi. MG lahir di Ponorogo, 7 April 1999. Ia merupakan anak ke 1 dari 3 bersaudara, dan bertempat tinggal di Desa Sukaraja Rt 02 Rw 10 Sukabumi. Pada awal masuk SMP, MG tidak


(29)

35

Dinni Ariani, 2013

Pengembangan Program Pembelajaran Bahasa Inggris Bagi Siswa Disleksia Di SMPN 15 Sukabumi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

diketahui mengalami disleksia. Disleksia yang ia alami terlihat saat proses pembelajaran dilakukan dimana ia mengalami kesulitan dalam membaca. Kesulitan membaca ini teridentifikasi melalui serangkaian observasi maupun tes membaca yang dilakukan penulis dan serta hasil pengamatan guru mata pelajaran lain dan petugas Bimbingan Konseling. Informasi pun diperoleh dari rekan-rekan sekelas siswa dimana mereka mengamati bahwa MG mengalami kesulitan membaca. Dari hasil tes potensi akademik yang diikuti siswa, diketahui bahwa siswa berada pada taraf kognisi rata-rata. Hal ini pun menjadi salah satu indikator bahwa siswa tidak mengalami defisit kognisi sehingga dapat dikatakan bahwa kesulitan membaca yang dialami siswa bukan karena kekurangan potensi secara kognitif.

2. Guru Mata Pelajaran Bahasa Inggris. Penelitian ini bermaksud mengembangkan program pembelajaran Bahasa Inggris bagi siswa disleksia. Untuk itu, sumber data berasal dari guru mata pelajaran Bahasa Inggris di SMPN 15 Sukabumi.

Untuk memvalidasi program pengembangan pembelajaran Bahasa Inggris bagi siswa disleksia, penelitian ini pun melibatkan para ahli sebagai berikut:

1. Ahli di bidang Pendidikan Kebutuhan Khusus dan Pendidikan Bahasa Inggris. Pengembangan program pembelajaran Bahasa Inggris bagi siswa disleksia ini ditelaah oleh ahli Pendidikan Kebutuhan Khusus, yang juga memiliki kompetensi dalam bidang pendidikan Bahasa Inggris. Hasil validasi ini dimanfaatkan untuk memperbaiki program yang telah tersusun.

2. Praktisi di bidang Pendidikan Bahasa Inggris. Pengembangan program pembelajaran Bahasa Inggris bagi siswa disleksia ini ditelaah oleh ahli Pendidikan Bahasa Inggris, khususnya yang memiliki pengalaman


(30)

36

Dinni Ariani, 2013

Pengembangan Program Pembelajaran Bahasa Inggris Bagi Siswa Disleksia Di SMPN 15 Sukabumi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dalam pembelajaran Bahasa Inggris di sekolah umum. Hasil validasi ini dimanfaatkan untuk memperbaiki program yang telah tersusun.

C. Teknik Pengumpulan Data dan Pengembangan Instrumen Penelitian

Data dikumpulkan melalui beberapa teknik yaitu observasi, wawancara dan studi dokumentasi.

1. Observasi.

Alwasilah (2009:211) menjelaskan bahwa observasi penelitian adalah pengamatan sistematis dan terencana yang diniati untuk perolehan data yang dikontrol validitas dan reliabilitasnya. Penyusunan instrumen observasi, pemilahan data observasi dan pemaknaan data serta pelaporan hasilnya tidak lepas dari konteks pertanyaan penelitian sebagai patokan yang menerangi keseluruhan kegiatan observasi. Observasi juga menggunakan alat-alat pendukung seperti videotape. Patton dalam Alwasilah (2009:211) mengungkapkan kompetensi observasi meliputi antara lain keterampilan menulis secara deskriptif, membuat catatan lapangan, serta membedakan yang penting (relevan dengan fokus penelitian) dari yang kurang relevan.

Dalam penelitian ini observasi dilakukan pada siswa disleksia baik dalam konteks situasi pembelajaran di kelas secara klasikal maupun personal. Melalui observasi, akan diperoleh data mengenai cara siswa membaca teks dalam mata pelajaran Bahasa Inggris, dan mencari tahu bentuk bahan ajar serta strategi pembelajaran yang bisa disesuaikan


(31)

37

Dinni Ariani, 2013

Pengembangan Program Pembelajaran Bahasa Inggris Bagi Siswa Disleksia Di SMPN 15 Sukabumi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

untuk mempermudah siswa dalam kegiatan pembelajaran Bahasa Inggris pada kompetensi dasar membaca

2. Wawancara.

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu (Moleong, 2001:135). Menurut Nasution (1996:73), wawancara bertujuan untuk mengetahui apa yang terkandung dalam pikiran dan hati orang lain. Setiap kali melakukan wawancara, peneliti harus menjelaskan apa maksud dari wawancara tersebut, serta keterangan apa yang diharapkan

dari wawancara tersebut. Alwasilah (2009:191) menekankan

pentingnya merancang wawancara secara cermat agar terhindar dari hal-hal yang tidak terkait dengan tujuan penelitian. Untuk itu, peneliti hanya mengajukan pertanyaan yang relevan dan perlu saja. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam wawancara antara lain: topik yang pasti, pertanyaan sesuai topik, pertanyaan yang tuntas, responden yang tepat, pengwaktuan yang baik serta transkripsi sesegera mungkin.

Dalam penelitian ini, wawancara dilakukan kepada siswa yang mengalami disleksia, serta guru mata pelajaran Bahasa Inggris. Langkah ini ditempuh untuk mendapatkan informasi mengenai kebutuhan siswa dalam pembelajaran Bahasa Inggris, kesulitan-kesulitan yang dialami siswa, serta harapan siswa atas pembelajaran Bahasa Inggris yang diikutinya. Wawancara dilaksanakan secara terstruktur berdasarkan pedoman wawancara yang telah disiapkan agar fokus pada hal-hal yang berkaitan dengan tujuan penelitian. Namun demikian, pada pelaksanaannya, pertanyaan pada wawancara dapat berkembang sesuai kebutuhan.

3. Studi dokumentasi.

Studi dokumentasi merupakan salah satu alat untuk mengumpulkan sata dalam studi kualitatif selain wawancara dan observasi (Nasution, 1996:85). Dalam penelitian ini studi dokumentasi digunakan untuk


(32)

38

Dinni Ariani, 2013

Pengembangan Program Pembelajaran Bahasa Inggris Bagi Siswa Disleksia Di SMPN 15 Sukabumi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

mempelajari program pembelajaran yang biasa digunakan. Program pembelajaran ini dikembangkan sesuai dengan kebutuhan siswa untuk diterapkan pada seting kelas inklusi yang melibatkan siswa disleksia. Selain itu, studi dokumentasi juga dilakukan pada hasil belajar siswa sehingga akan diperoleh gambaran kemampuan siswa dan juga cara belajar siswa.

Berdasarkan teknik pengumpulan data yang dikemukakan di atas, maka dalam penelitian ini yang menjadi instrumen adalah peneliti sendiri. Namun, untuk mendukung proses pengumpulan data agar lebih terarah dan fokus pada maksud penelitian ini, maka digunakan kisi-kisi instrumen sebagai pedoman dalam penelitian ini. Kisi-kisi dan instrumen penelitian dapat dilihat di lembar lampiran.

D. Teknik Analisis Data dan Keabsahan Data

Data yang diperoleh melalui wawancara, observasi dan studi dokumentasi dianalisis dengan langkah-langkah strategis yang sesuai dengan metode penelitian kualitatif. Nasution (1996:129) menyatakan bahwa secara umum langkah yang dapat ditempuh dalam kegiatan analisis data meliputi tiga kegiatan yang saling terkait yaitu kegiatan mereduksi data, menampilkan data, dan melakukan verifikasi untuk membuat kesimpulan. Untuk itu, dalam penelitian ini, data dianalisis melalui langkah-langkah berikut ini:

1. Reduksi Data

Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya. Dengan demikian, data yang telah direduksi akan memberikan


(33)

39

Dinni Ariani, 2013

Pengembangan Program Pembelajaran Bahasa Inggris Bagi Siswa Disleksia Di SMPN 15 Sukabumi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah penelitian ini untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya bila diperlukan. Pada tahap ini, data dari hasil wawancara dicatat secara lengkap dalam bentuk transkrip hasil wawancara, dan selanjutnya dilakukan reduksi data yaitu mengurangi data hasil wawancara yang muncul namun tidak terkait dengan pertanyaan penelitian. Hasil dari reduksi ditampilkan dalam bentuk ringkasan hasil wawancara dan dibuat terpisah antara wawancara kepada guru dan kepada siswa. Reduksi data juga dilakukan atas catatan lapangan yang tersusun saat observasi dilaksanakan. Observasi ini dilakukan baik secara langsung maupun melalui rekaman video.

2. Penyajian Data

Dalam penelitian kualitatif ini, penyajian data dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, ataupun tabel. Penyajian data ini akan memudahkan pemahaman atas apa yang terjadi serta merencanakan langkah selanjutnya berdasarkan data tersebut. Dalam tahap ini, data hasil wawancara diuraikan secara rinci dan kemudian ditampilkan dalam bentuk tabel dan uraian singkat. Data hasil observasi pun ditampilkan dalam tabel yang mengungkapkan hal-hal terkait aktifitas guru, dan siswa disleksia selama proses pembelajaran. Hasil studi dokumentasi dijelaskan dalam uraian singkat dan bagan mengenai hasil belajar siswa, serta program pembelajaran Bahasa Inggris yang diterapkan selama ini.

3. Verifikasi untuk Membuat Kesimpulan

Berdasarkan data yang telah tersaji, selanjutnya dilakukan verifikasi untuk membuat kesimpulan. Dari kesimpulan awal ini, masih terbuka kemungkinan adanya perubahan jika ditemukan fakta-fakta lain. Berdasarkan kesimpulan ini, maka dilakukan pengembangan program pembelajaran Bahasa Inggris bagi siswa disleksia.


(34)

40

Dinni Ariani, 2013

Pengembangan Program Pembelajaran Bahasa Inggris Bagi Siswa Disleksia Di SMPN 15 Sukabumi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Untuk menjamin keabsahan data dalam penelitian ini dilakukan triangulasi data. Alwasilah (2009) menjelaskan bahwa triangulasi dalam penelitian kualitatif diimplemantasikan dengan cara pengumpulan informasi atau data sebanyak mungkin dari berbagai sumber melalui berbagai metode. Hal ini dilakukan untuk memperoleh data yang lengkap sehingga mampu meningkatkan validitas penelitian kualitatif ini. Triangulasi dalam penelitian ini dilakukan melalui pemerolehan data dengan menggunakan beberapa jenis teknik pengumpulan data dan juga dengan mencari informasi dari beberapa sumber data.

E. Prosedur Penelitian

Penelitian ini terdiri dari dua tahap yaitu:

1. Studi deskriptif kualitatif tentang kebutuhan siswa disleksia dalam pembelajaran Bahasa Inggris di SMPN 15 Sukabumi.

2. Pengembangan program pembelajaran Bahasa Inggris bagi siswa

disleksia di SMPN 15 Sukabumi.

Untuk itu, penelitian ini diawali dengan pengumpulan data melalui wawancara, observasi dan studi dokumentasi. Selanjutnya, data dianalisis sehingga menggambarkan hal-hal yang dibutuhkan oleh siswa disleksia dalam pembelajaran Bahasa Inggris di SMPN 15 Sukabumi. Data yang diperoleh memberikan arah yang benar pada langkah berikutnya yaitu pengembangan program pembelajaran Bahasa Inggris bagi siswa disleksia. Pengembangan program pembelajaran Bahasa Inggris bagi siswa disleksia ini divalidasi kepada para ahli, yaitu ahli di bidang pendidikan kebutuhan khusus dan pendidikan Bahasa Inggris. Validasi dilakukan dengan tujuan untuk memastikan bahwa program pembelajaran Bahasa Inggris bagi siswa disleksia ini memenuhi standar kualitas serta kelayakan dan juga tepat untuk diterapkan pada siswa disleksia. Setelah validasi dilaksanakan, peneliti melakukan perbaikan pada program pembelajaran ini. Langkah


(35)

41

Dinni Ariani, 2013

Pengembangan Program Pembelajaran Bahasa Inggris Bagi Siswa Disleksia Di SMPN 15 Sukabumi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

berikutnya, peneliti melakukan ujicoba secara terbatas. Dalam penelitian

kualitatif ini, uji coba terbatas dilakukan dengan cara

mengimplementasikan contoh rencana pelaksanaan pembelajaran yang diambil dari program pembelajaran Bahasa Inggris yang telah dikembangkan.

Untuk mengetahui hasil uji coba secara terbatas ini, dilakukan observasi terhadap pembelajaran dan wawancara kepada siswa untuk mengetahui pendapat dan perasaannya selama mengikuti proses pembelajaran. Selain itu, wawancara pun dilakukan kepada guru untuk mengetahui pendapatnya terhadap pembelajaran yang telah disesuaikan untuk mengakomodasi kebutuhan siswa disleksia tersebut. Prosedur penelitian ini dapat dilihat pada gambar berikut ini:

Gambar 3.1

Prosedur Penelitian Tahap ke-1


(36)

42

Dinni Ariani, 2013

Pengembangan Program Pembelajaran Bahasa Inggris Bagi Siswa Disleksia Di SMPN 15 Sukabumi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Gambar 3.2

Wawancara Hasil Studi

Deskriptif Kualitatif Studi

Dokumen Studi Deskriptif

Kualitatif Analisis


(37)

43

Dinni Ariani, 2013

Pengembangan Program Pembelajaran Bahasa Inggris Bagi Siswa Disleksia Di SMPN 15 Sukabumi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Prosedur Penelitian Tahap ke-2

Rancangan Program Pembelajaran Bahasa Inggris

bagi Siswa Disleksia

Hasil Pengembangan

Program Pembelajaran Bahasa Inggris

bagi Siswa Disleksia Revisi

Hasil Studi

Deskriptif Validasi


(38)

101

Dinni Ariani, 2013

Pengembangan Program Pembelajaran Bahasa Inggris Bagi Siswa Disleksia Di SMPN 15 Sukabumi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Berdasarkan tujuan penelitian dan kajian terhadap hasil dan pembahasan penelitian mengenai pengembangan program pembelajaran Bahasa Inggris bagi siswa disleksia di SMPN 15 Sukabumi, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut.

1. Pembelajaran Bahasa Inggris yang Dibutuhkan Siswa Disleksia di SMPN 15 Sukabumi.

Penelitian ini terfokus pada pembelajaran Bahasa Inggris pada kompetensi dasar membaca dan subjek penelitiannya merupakan siswa disleksia atau siswa yang mengalami kesulitan membaca. Hasil studi kualitatif mengenai pembelajaran Bahasa Inggris yang dibutuhkan siswa disleksia di SMPN 15 Sukabumi memberikan gambaran bahwa siswa disleksia di SMPN 15 Sukabumi memerlukan pembelajaran Bahasa Inggris yang disesuaikan dengan kebutuhannya dengan

memperhatikan aspek-aspek materi pembelajaran, strategi

pembelajaran, media pembelajaran, alokasi waktu dan langkah-langkah pembelajaran dan sistem penilaian.

a. Penyesuaian pada aspek materi pembelajaran meliputi pemilihan tema sesuai minat siswa, penggunaan ukuran huruf yang diperbesar daripada umumnya dalam buku teks, serta penggunaan jenis huruf yang fleksibel.

b. Penyesuaian pada aspek strategi pembelajaran yaitu perlunya guru

mengimplementasikan pembelajaran kooperatif. Siswa

membutuhkan atmosfer pembelajaran yang membuatnya merasa diterima sebagai anggota kelas. Guru perlu memperhatikan cara


(39)

102

Dinni Ariani, 2013

Pengembangan Program Pembelajaran Bahasa Inggris Bagi Siswa Disleksia Di SMPN 15 Sukabumi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

pembagian kelompok agar siswa khususnya siswa disleksia mendapatkan pembagian kelompok secara proposional dan dalam prosesnya siswa terhindar dari sikap rekan sekelas yang mengucilkannya.

c. Penyesuaian pada media pembelajaran yaitu pentingnya guru menggunakan media visual atau audio visual berupa gambar atau fim atau benda sebenarnya. Media ini diharapkan dapat dilihat oleh siswa dari semua penjuru kelas karena siswa MG sebagai subjek penelitian ini, cenderung kurang percaya diri dan memilih duduk di barisan paling belakang.

d. Penyesuaian pada alokasi waktu dan langkah-langkah pembelajaran meliputi penggunaan waktu yang lebih lama untuk pembelajaran membaca Bahasa Inggris. Hal ini karena siswa disleksia membutuhkan lebih banyak waktu dalam melakukan proses membaca. Alokasi waktu pun disesuaikan bukan hanya saat pembelajaran namun juga saat evaluasi seperti ulangan, ujian dan sebagainya. Langkah-langkah kegiatan yang perlu disesuaikan adalah kegiatan pembuka, inti dan penutup. Siswa membutuhkan kegiatan pembuka yang menarik perhatian serta memotivasinya mengikuti pembelajaran membaca Bahasa Inggris. Untuk kegiatan inti, siswa memerlukan kegiatan yang dirancang dalam bentuk pembelajaran kooperatif, sedangkan untuk kegiatan penutup siswa membutuhkan kegiatan penguatan atas pembelajaran yang bersifat menyenangkan.

e. Penyesuaian pada sistem penilaian meliputi penyesuaian kompetensi dasar membaca. Sebaiknya siswa disleksia tidak diminta membaca nyaring. Dengan pertimbangan bahwa siswa disleksia tidak mengalami defisit secara kognisi, maka dalam dalam membaca pemahaman, siswa bisa mengikuti cara dan materi evaluasi yang


(40)

103

Dinni Ariani, 2013

Pengembangan Program Pembelajaran Bahasa Inggris Bagi Siswa Disleksia Di SMPN 15 Sukabumi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

sama dengan siswa lainnya. Namun, dengan alokasi waktu yang diperpanjang sesuai kebutuhannya.

2. Rancangan Program Pembelajaran Bahasa Inggris bagi Siswa Disleksia di SMPN 15 Sukabumi.

Rancangan program disusun berdasarkan hasil studi kualitatif. Rancangan tersebut terdiri dari 3 Bab. Bab pertama merupakan pendahuluan yang terdiri dari uraian latar belakang dan tujuan serta manfaat program. Bab kedua merupakan deskripsi program yang terdiri dari uraian mengenai pembelajaran Bahasa Inggris di SMP, dan program pembelajaran Bahasa Inggris bagi siswa disleksia di SMPN 15 Sukabumi, serta Bab ketiga sebagai penutup. Sesuai dengan hasil studi kualitatif, rancangan pengembangan program ini secara garis besar menekankan penyesuaian yang dilakukan pada aspek materi pembelajaran, strategi pembelajaran, media pembelajaran, alokasi waktu dan langkah-langkah pembelajaran, serta sistem penilaian.

3. Hasil Validasi dari Para Ahli mengenai Program Pembelajaran Bahasa Inggris bagi Siswa Disleksia di SMPN 15 Sukabumi.

Validasi dilakukan oleh ahli Pendidikan Kebutuhan Khusus dan ahli Pendidikan Bahasa Inggris. Berdasarkan hasil validasi ada beberapa hal dalam rancangan program yang harus diperbaiki, yaitu:

a. perlunya peneliti mengemukakan alat identifikasi khusus siswa disleksia.


(41)

104

Dinni Ariani, 2013

Pengembangan Program Pembelajaran Bahasa Inggris Bagi Siswa Disleksia Di SMPN 15 Sukabumi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

c. perlunya pembelajaran dilakukan dengan instruksi tertulis yang jelas serta esensial agar mudah dipahami siswa disleksia.

d. adanya penambahan waktu untuk memberi kesempatan kepada

siswa disleksia memahami isi teks, hendaknya memperhatikan siswa lain agar mereka tidak jenuh atas pemberian waktu yang dianggap terlalu lama.

e. dalam pembelajaran membaca, program pun perlu dilengkapi

dengan kegiatan yang melibatkan aktifitas berbahasa lain seperti menyimak, berbicara dan menulis sehingga siswa disleksia dapat tetap mengikuti pembelajaran dengan nyaman dan optimal.

f. Pelaksanaan program pembelajaran ini perlu diujicobakan, serta perlu dievaluasi.

Rancangan program diperbaiki berdasarkan hasil validasi. Program hasil validasi terdiri dari 3 Bab. Bab pertama merupakan pendahuluan yang terdiri dari uraian latar belakang dan tujuan serta manfaat program. Bab kedua merupakan deskripsi program yang terdiri dari uraian mengenai pembelajaran Bahasa Inggris di SMP, identifikasi siswa disleksia, program pembelajaran Bahasa Inggris bagi siswa disleksia di SMPN 15 Sukabumi, serta tips pembelajaran Bahasa Inggris bagi siswa disleksia.

4. Hasil Uji Coba Terbatas Program Pembelajaran Bahasa Inggris bagi siswa disleksia di SMPN 15 Sukabumi.

Uji coba secara terbatas dilakukan dengan melaksanakan pembelajaran berdasarkan prinsip-prinsip yang terkandung dalam program pembelajaran yang telah disusun. Uji coba menggunakan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran serta Lembar Kerja Siswa yang disusun peneliti dan didiskusikan dengan guru sebelum uji coba


(42)

105

Dinni Ariani, 2013

Pengembangan Program Pembelajaran Bahasa Inggris Bagi Siswa Disleksia Di SMPN 15 Sukabumi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dilakukan. Melalui observasi dan wawancara kepada guru serta siswa, peneliti mendapatkan hasil sebagai berikut:

a. Program pembelajaran Bahasa Inggris bagi siswa disleksia di SMPN 15 Sukabumi ini telah sesuai dengan kebutuhan siswa. b. Program ini membantu guru untuk bisa memberi kemudahan bagi

siswa disleksia dalam pembelajaran membaca.

c. Pembelajaran dengan menerapkan program ini membuat siswa

lebih antusias dalam pembelajaran membaca.

d. Guru lebih serius menyiapkan pembelajaran, dan lebih mengerti kebutuhan siswa disleksia. Guru pun lebih empati dan terdorong untuk semakin mencari tahu tentang pembelajaran di kelas inklusi.

B. Rekomendasi

1. Bagi Dinas Pendidikan

Berdasarkan hasil penelitian ini, peneliti merekomendasikan kepada Dinas Pendidikan untuk melakukan program pelatihan khususnya bagi guru sekolah reguler agar memiliki kemampuan mengidentifikasi siswa disleksia serta mengelola pembelajaran dengan memperhatikan kebutuhan siswa tersebut. Hal ini terjadi karena seringkali terjadi kesalahpahaman tatkala guru menganggap siswa yang mengalami kesulitan membaca sebagai siswa yang memiliki kemampuan intelektual rendah. Selain itu, guru pun perlu dibekali kemampuan memahami psikologis anak khususnya siswa disleksia agar mereka memiliki rasa percaya diri serta penghargaan diri yang sebaik-baiknya.

2. Bagi Sekolah

Sekolah merupakan rumah tempat siswa belajar tiap harinya. Peneliti merekomendasikan agar sekolah sebaiknya memiliki alat identifikasi


(43)

106

Dinni Ariani, 2013

Pengembangan Program Pembelajaran Bahasa Inggris Bagi Siswa Disleksia Di SMPN 15 Sukabumi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

khusus untuk siswa disleksia serta menyiapkan program pembelajaran yang menggali potensi siswa disleksia secara komprehensif agar ketika

ada siswa disleksia di sekolah tersebut, sekolah mampu

mengkondisikan para guru untuk menghargai dan melayani kebutuhan belajar siswa tersebut.

3. Bagi Peneliti Lain

Penelitian ini terfokus pada pembelajaran aspek membaca. Untuk penelitian selanjutnya, peneliti merekomendasikan pentingnya menggali upaya pembelajaran Bahasa Inggris secara komprehensif bagi siswa disleksia, dengan memfokuskan penelitian pada semua aspek keterampilan berbahasa yaitu menyimak, berbicara, membaca dan menulis.

4. Bagi para guru

Berdasarkan hasil penelitian ini, peneliti merekomendasikan kepada para guru untuk mengembangkan pembelajaran Bahasa Inggris bagi siswa disleksia, dengan melakukan penyesuaian pada aspek-aspek yang dibutuhkan siswa, serta berupaya untuk lebih memahami siswa.


(44)

106

Dinni Ariani, 2013

Pengembangan Program Pembelajaran Bahasa Inggris Bagi Siswa Disleksia Di SMPN 15 Sukabumi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Daftar Pustaka

Ainscow, Mel. (2004). Developing Inclusive Education Systems: What Are the Levers for

Change?Journal of Educational Change (October). Tersedia di:

http://www.uam.es/personal_pdi/stmaria/sarrio/DOCUMENTOS,%20ARTICULOS,%20 PONENECIAS,/Developing%20educational%20inclusive%20setings.pdf. (online 26 Maret 2013)

Ali, M. (1990). Penelitian Kependidikan. Bandung: Angkasa.

Alwasilah, A. Chaedar.(2009).Pokoknya Kualitatif - Dasar-dasar Merancang dan Melakukan

Penelitian Kualitatif Jakarta: Pustaka Jaya.

American Psychiatric Association. (2000). Diognastic and Statistical Manual (DSM-IV-TR).

British Dyslexia Association. Dyslexia Friendly Text. Tersedia di:

http://www.bdadyslexia.org.uk/about-dyslexia/further-information/dyslexia-style-guide. html. Online 6 Februari 2013.

Crombie, Margaret. (1999). Foreign Language Learning and Dyslexia. Tersedia di:

http://www.languageswithoutlimits.co.uk/resources/Dxa1.pdf. Online 20 Oktober 2012. Depdiknas. (2004). Kurikulum 2004. Pusat Kurikulum Balitbang.

Dewi, Ketut Mirani Kusuma (2012) Dyslexia and EFL Teaching and Learning: A Case Study

in Bali Children Foundation, Singaraja- Bali. Jurnal Penelitian Pascasarjana Undiksha

Volume 1 No 1 Tahun 2012. Bali. Tersedia di :

http://pasca.undiksha.ac.id/ejournal/index.php/jurnal_bahasa/article/view/307 (online 27 Januari 2013.

Febriani, Priskila.,(2012). Pengaruh Penggunaan Jenis Huruf Dyslexie dalam Bahan Bacaan

terhadap Fluency dalam Membaca pada Anak Disleksia Berusia 8-10 tahun. Tesis (tidak

diterbitkan). Jakarta: Universitas Bina Nusantara.

Hodge, Margarita E. (1998) Teaching Foreign Language to At-Risk Learners: A Challenge

for the New Millennium. Inquiry, Volume 2, Number 1, Spring 1998, 68-78. Virginia

Community College System. Tersedia di: http://www.vccaedu.org/inquiry/inquiry-spring98/i21hodge.html. Online : 6 Februari 2013.


(45)

107

Dinni Ariani, 2013

Pengembangan Program Pembelajaran Bahasa Inggris Bagi Siswa Disleksia Di SMPN 15 Sukabumi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Knudsen, Lina (2012) Dyslexia and Foreign Language Learning. Malmo Hogskola. Tersedia di:http://dspace.mah.se/bitstream/handle/2043/13884/Dyslexia%20and%20Foreign%20L anguage%20Learning%20-%20Lina%20Knudsen.pdf?sequence=2 . Online: 27 Februari 2013.

Kormosa, Judit., Ágnes Sarkadi dan Kata Csizér.(2009). The language learning experiences

of students with dyslexia: Lessons from an interview study. Department of Linguistics

and English Language, Lancaster University, Lancaster,United Kingdom; Department of English Applied Linguistics, Eötvös Lor ánd University, Budapest, Hungary.Jurnal: Innovation in Language Learning and Teaching, Volume 3, Issue 2 2009, pages 115 – 130. Tersedia di: http://eprints.lancs.ac.uk/26783/1/dyslexic_language_learners-illtrev.pdf. Online: 20 Desember 2013.

Krzyzak, Ania.(2005). Dyslexia in the Foreign Language Classroom. A practical guide for

teachers. Tersedia di : http://www.tefl.net/esl-articles/dyslexia.htm. Online: 20 Oktober

2012.

Lie, Anita. (2010). Mempraktikkan Cooperative Learning di Ruang Kelas. Jakarta: Gramedia. Liszka, Sarah Ann.(2006). Dyslexia and Foreign Language Learning. USA: Academic

Exchange Quarterly. Tersedia di:

http://www.thefreelibrary.com/Dyslexia+and+foreign+language+learning-a0146219121 Online: 20 Oktober 2012.

Lyster, Solveig-Alma H. (2003). Bahasa dan Membaca:Perkembangan dan Kesulitannya. dalam Johnsen, Berit H. Skjørten, Miriam D.(Ed) Menuju Inklusi, Sebuah Pengantar. Bandung: Program Pasca Sarjana UPI.

Mather, Nancy dan Barbara J. Wandling. (2012). Essentials of Dyslexia Assessment and

Intervention. New Jersey: Wiley.

Michele Moore. (2011). Including Parents with Disabled Children. Dalam Richards, Gill dan Felicity Amstrong (Editor) Teaching and Learning in Diverse and Inclusive Classrooms. London: Routledge.

Moleong, Lexy.J. (2000). Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Rosdakarya. Nasution, S. (1996). Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif. Bandung: Tarsito. Permendiknas No 22 tahun 2006 tentang Standar Isi.


(46)

108

Dinni Ariani, 2013

Pengembangan Program Pembelajaran Bahasa Inggris Bagi Siswa Disleksia Di SMPN 15 Sukabumi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Praptiningrum, Nurdayati dan Purwandari.(2009). “Metode Multisensori untuk

Mengembangkan Kemampuan Membaca Anak Disleksia di SD Inklusi”. Jurnal Penelitian Ilmu Pendidikan Volume 02 nomor 2 September 2009. Yogyakarta : Universitas Negeri Yogyakarta.

Rieser, Richard. (2011). Why Inclusive Education Makes Sense. Dalam Richards, Gill dan Felicity Amstrong (Editor) Teaching and Learning in Diverse and Inclusive Classrooms. London: Routledge.

Santrock, John W.(2005) Perkembangan Masa Hidup, Bandung : Erlangga

Shaywitz, Sally E. (2003). Overcoming Dyslexia. New York: Knopf, Borzoi Books.

Smith, David.J .(2008). Pendidikan Inklusi, Ramah terhadap Pembelajaran. Bandung: Nuansa.

Sugiyono.(2009). Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.

Supriatna, Agus.(2012). Penerapan Teknik Multisensori bagi Peningkatan Keterampilan

Membaca Aspek Pemahaman dan Aspek Suprasegmental Siswa Berkebutuhan Khusus Disleksia di Sekolah Dasar Inklusi Kota Bandung. Disertasi (tidak diterbitkan).

Bandung:UPI.

Tánczos, Judit., Katalin Mónos,Troy B. Wiwczaroski. (2007) Principles and methods of

teaching foreign languages to dyslexic learners. Tersedia di:

http://www.esp-world.info/articles_32/doc/wiwczaroski_2.pdf. online 27 Februari 2013

The British Dyslexia Association. Dyslexia Style Guide. Tersedia di

http://www.bdadyslexia.org.uk/about-dyslexia/further-information/dyslexia-style-guide.html. Online 5 Januari 2013.

Theoharis, Julie Causton dan George Theoharis (2008) Creating Inclusive Schools For All

Students. Tersedia di: http://www.aasa.org/schooladministratorarticle.aspx?id=4936.

Online 27 Februari 2013.

Tim Penyusun Kamus Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. Kamus Besar Bahasa

Indonesia Edisi 2.(1989) Jakarta: Balai Pustaka

Uno, Hamzah (2010) Desain Pembelajaran. Bandung: Mutiara Qalbun Salim.

Zakaria, Yaya (2009) Uji Coba Model (Validasi). Jakarta: Pusat Penelitian Kebijakan dan Inovasi Pendidikan Balitbang Depdiknas.


(1)

Dinni Ariani, 2013

Pengembangan Program Pembelajaran Bahasa Inggris Bagi Siswa Disleksia Di SMPN 15 Sukabumi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

c. perlunya pembelajaran dilakukan dengan instruksi tertulis yang jelas serta esensial agar mudah dipahami siswa disleksia.

d. adanya penambahan waktu untuk memberi kesempatan kepada siswa disleksia memahami isi teks, hendaknya memperhatikan siswa lain agar mereka tidak jenuh atas pemberian waktu yang dianggap terlalu lama.

e. dalam pembelajaran membaca, program pun perlu dilengkapi dengan kegiatan yang melibatkan aktifitas berbahasa lain seperti menyimak, berbicara dan menulis sehingga siswa disleksia dapat tetap mengikuti pembelajaran dengan nyaman dan optimal.

f. Pelaksanaan program pembelajaran ini perlu diujicobakan, serta perlu dievaluasi.

Rancangan program diperbaiki berdasarkan hasil validasi. Program hasil validasi terdiri dari 3 Bab. Bab pertama merupakan pendahuluan yang terdiri dari uraian latar belakang dan tujuan serta manfaat program. Bab kedua merupakan deskripsi program yang terdiri dari uraian mengenai pembelajaran Bahasa Inggris di SMP, identifikasi siswa disleksia, program pembelajaran Bahasa Inggris bagi siswa disleksia di SMPN 15 Sukabumi, serta tips pembelajaran Bahasa Inggris bagi siswa disleksia.

4. Hasil Uji Coba Terbatas Program Pembelajaran Bahasa Inggris bagi siswa disleksia di SMPN 15 Sukabumi.

Uji coba secara terbatas dilakukan dengan melaksanakan pembelajaran berdasarkan prinsip-prinsip yang terkandung dalam program pembelajaran yang telah disusun. Uji coba menggunakan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran serta Lembar Kerja Siswa yang disusun peneliti dan didiskusikan dengan guru sebelum uji coba


(2)

Dinni Ariani, 2013

Pengembangan Program Pembelajaran Bahasa Inggris Bagi Siswa Disleksia Di SMPN 15 Sukabumi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dilakukan. Melalui observasi dan wawancara kepada guru serta siswa, peneliti mendapatkan hasil sebagai berikut:

a. Program pembelajaran Bahasa Inggris bagi siswa disleksia di SMPN 15 Sukabumi ini telah sesuai dengan kebutuhan siswa. b. Program ini membantu guru untuk bisa memberi kemudahan bagi

siswa disleksia dalam pembelajaran membaca.

c. Pembelajaran dengan menerapkan program ini membuat siswa lebih antusias dalam pembelajaran membaca.

d. Guru lebih serius menyiapkan pembelajaran, dan lebih mengerti kebutuhan siswa disleksia. Guru pun lebih empati dan terdorong untuk semakin mencari tahu tentang pembelajaran di kelas inklusi.

B. Rekomendasi

1. Bagi Dinas Pendidikan

Berdasarkan hasil penelitian ini, peneliti merekomendasikan kepada Dinas Pendidikan untuk melakukan program pelatihan khususnya bagi guru sekolah reguler agar memiliki kemampuan mengidentifikasi siswa disleksia serta mengelola pembelajaran dengan memperhatikan kebutuhan siswa tersebut. Hal ini terjadi karena seringkali terjadi kesalahpahaman tatkala guru menganggap siswa yang mengalami kesulitan membaca sebagai siswa yang memiliki kemampuan intelektual rendah. Selain itu, guru pun perlu dibekali kemampuan memahami psikologis anak khususnya siswa disleksia agar mereka memiliki rasa percaya diri serta penghargaan diri yang sebaik-baiknya. 2. Bagi Sekolah

Sekolah merupakan rumah tempat siswa belajar tiap harinya. Peneliti merekomendasikan agar sekolah sebaiknya memiliki alat identifikasi


(3)

Dinni Ariani, 2013

Pengembangan Program Pembelajaran Bahasa Inggris Bagi Siswa Disleksia Di SMPN 15 Sukabumi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

khusus untuk siswa disleksia serta menyiapkan program pembelajaran yang menggali potensi siswa disleksia secara komprehensif agar ketika ada siswa disleksia di sekolah tersebut, sekolah mampu mengkondisikan para guru untuk menghargai dan melayani kebutuhan belajar siswa tersebut.

3. Bagi Peneliti Lain

Penelitian ini terfokus pada pembelajaran aspek membaca. Untuk penelitian selanjutnya, peneliti merekomendasikan pentingnya menggali upaya pembelajaran Bahasa Inggris secara komprehensif bagi siswa disleksia, dengan memfokuskan penelitian pada semua aspek keterampilan berbahasa yaitu menyimak, berbicara, membaca dan menulis.

4. Bagi para guru

Berdasarkan hasil penelitian ini, peneliti merekomendasikan kepada para guru untuk mengembangkan pembelajaran Bahasa Inggris bagi siswa disleksia, dengan melakukan penyesuaian pada aspek-aspek yang dibutuhkan siswa, serta berupaya untuk lebih memahami siswa.


(4)

Dinni Ariani, 2013

Pengembangan Program Pembelajaran Bahasa Inggris Bagi Siswa Disleksia Di SMPN 15 Sukabumi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Daftar Pustaka

Ainscow, Mel. (2004). Developing Inclusive Education Systems: What Are the Levers for Change?Journal of Educational Change (October). Tersedia di:

http://www.uam.es/personal_pdi/stmaria/sarrio/DOCUMENTOS,%20ARTICULOS,%20 PONENECIAS,/Developing%20educational%20inclusive%20setings.pdf. (online 26 Maret 2013)

Ali, M. (1990). Penelitian Kependidikan. Bandung: Angkasa.

Alwasilah, A. Chaedar.(2009).Pokoknya Kualitatif - Dasar-dasar Merancang dan Melakukan Penelitian Kualitatif Jakarta: Pustaka Jaya.

American Psychiatric Association. (2000). Diognastic and Statistical Manual (DSM-IV-TR). British Dyslexia Association. Dyslexia Friendly Text. Tersedia di:

http://www.bdadyslexia.org.uk/about-dyslexia/further-information/dyslexia-style-guide. html. Online 6 Februari 2013.

Crombie, Margaret. (1999). Foreign Language Learning and Dyslexia. Tersedia di:

http://www.languageswithoutlimits.co.uk/resources/Dxa1.pdf. Online 20 Oktober 2012. Depdiknas. (2004). Kurikulum 2004. Pusat Kurikulum Balitbang.

Dewi, Ketut Mirani Kusuma (2012) Dyslexia and EFL Teaching and Learning: A Case Study in Bali Children Foundation, Singaraja- Bali. Jurnal Penelitian Pascasarjana Undiksha Volume 1 No 1 Tahun 2012. Bali. Tersedia di :

http://pasca.undiksha.ac.id/ejournal/index.php/jurnal_bahasa/article/view/307 (online 27 Januari 2013.

Febriani, Priskila.,(2012). Pengaruh Penggunaan Jenis Huruf Dyslexie dalam Bahan Bacaan terhadap Fluency dalam Membaca pada Anak Disleksia Berusia 8-10 tahun. Tesis (tidak diterbitkan). Jakarta: Universitas Bina Nusantara.

Hodge, Margarita E. (1998) Teaching Foreign Language to At-Risk Learners: A Challenge for the New Millennium. Inquiry, Volume 2, Number 1, Spring 1998, 68-78. Virginia Community College System. Tersedia di: http://www.vccaedu.org/inquiry/inquiry-spring98/i21hodge.html. Online : 6 Februari 2013.


(5)

Dinni Ariani, 2013

Pengembangan Program Pembelajaran Bahasa Inggris Bagi Siswa Disleksia Di SMPN 15 Sukabumi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Knudsen, Lina (2012) Dyslexia and Foreign Language Learning. Malmo Hogskola. Tersedia di:http://dspace.mah.se/bitstream/handle/2043/13884/Dyslexia%20and%20Foreign%20L anguage%20Learning%20-%20Lina%20Knudsen.pdf?sequence=2 . Online: 27 Februari 2013.

Kormosa, Judit., Ágnes Sarkadi dan Kata Csizér.(2009). The language learning experiences of students with dyslexia: Lessons from an interview study. Department of Linguistics and English Language, Lancaster University, Lancaster,United Kingdom; Department of English Applied Linguistics, Eötvös Lor ánd University, Budapest, Hungary.Jurnal: Innovation in Language Learning and Teaching, Volume 3, Issue 2 2009, pages 115 – 130. Tersedia di: http://eprints.lancs.ac.uk/26783/1/dyslexic_language_learners-illtrev.pdf. Online: 20 Desember 2013.

Krzyzak, Ania.(2005). Dyslexia in the Foreign Language Classroom. A practical guide for teachers. Tersedia di : http://www.tefl.net/esl-articles/dyslexia.htm. Online: 20 Oktober 2012.

Lie, Anita. (2010). Mempraktikkan Cooperative Learning di Ruang Kelas. Jakarta: Gramedia. Liszka, Sarah Ann.(2006). Dyslexia and Foreign Language Learning. USA: Academic

Exchange Quarterly. Tersedia di:

http://www.thefreelibrary.com/Dyslexia+and+foreign+language+learning-a0146219121 Online: 20 Oktober 2012.

Lyster, Solveig-Alma H. (2003). Bahasa dan Membaca:Perkembangan dan Kesulitannya. dalam Johnsen, Berit H. Skjørten, Miriam D.(Ed) Menuju Inklusi, Sebuah Pengantar. Bandung: Program Pasca Sarjana UPI.

Mather, Nancy dan Barbara J. Wandling. (2012). Essentials of Dyslexia Assessment and Intervention. New Jersey: Wiley.

Michele Moore. (2011). Including Parents with Disabled Children. Dalam Richards, Gill dan Felicity Amstrong (Editor) Teaching and Learning in Diverse and Inclusive Classrooms. London: Routledge.

Moleong, Lexy.J. (2000). Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Rosdakarya. Nasution, S. (1996). Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif. Bandung: Tarsito. Permendiknas No 22 tahun 2006 tentang Standar Isi.


(6)

Dinni Ariani, 2013

Pengembangan Program Pembelajaran Bahasa Inggris Bagi Siswa Disleksia Di SMPN 15 Sukabumi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Praptiningrum, Nurdayati dan Purwandari.(2009). “Metode Multisensori untuk Mengembangkan Kemampuan Membaca Anak Disleksia di SD Inklusi”. Jurnal Penelitian Ilmu Pendidikan Volume 02 nomor 2 September 2009. Yogyakarta : Universitas Negeri Yogyakarta.

Rieser, Richard. (2011). Why Inclusive Education Makes Sense. Dalam Richards, Gill dan Felicity Amstrong (Editor) Teaching and Learning in Diverse and Inclusive Classrooms. London: Routledge.

Santrock, John W.(2005) Perkembangan Masa Hidup, Bandung : Erlangga

Shaywitz, Sally E. (2003). Overcoming Dyslexia. New York: Knopf, Borzoi Books.

Smith, David.J .(2008). Pendidikan Inklusi, Ramah terhadap Pembelajaran. Bandung: Nuansa.

Sugiyono.(2009). Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.

Supriatna, Agus.(2012). Penerapan Teknik Multisensori bagi Peningkatan Keterampilan Membaca Aspek Pemahaman dan Aspek Suprasegmental Siswa Berkebutuhan Khusus Disleksia di Sekolah Dasar Inklusi Kota Bandung. Disertasi (tidak diterbitkan). Bandung:UPI.

Tánczos, Judit., Katalin Mónos,Troy B. Wiwczaroski. (2007) Principles and methods of teaching foreign languages to dyslexic learners. Tersedia di: http://www.esp-world.info/articles_32/doc/wiwczaroski_2.pdf. online 27 Februari 2013

The British Dyslexia Association. Dyslexia Style Guide. Tersedia di

http://www.bdadyslexia.org.uk/about-dyslexia/further-information/dyslexia-style-guide.html. Online 5 Januari 2013.

Theoharis, Julie Causton dan George Theoharis (2008) Creating Inclusive Schools For All Students. Tersedia di: http://www.aasa.org/schooladministratorarticle.aspx?id=4936. Online 27 Februari 2013.

Tim Penyusun Kamus Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi 2.(1989) Jakarta: Balai Pustaka

Uno, Hamzah (2010) Desain Pembelajaran. Bandung: Mutiara Qalbun Salim.

Zakaria, Yaya (2009) Uji Coba Model (Validasi). Jakarta: Pusat Penelitian Kebijakan dan Inovasi Pendidikan Balitbang Depdiknas.