PROFIL KEPRIBADIAN PESERTA DIDIK BERDASARKAN KELOMPOK PEMINATAN DAN IMPLIKASINYA BAGI LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING : Studi Deskriptif di Kelas X SMA Negeri 1 Lembang Tahun Pelajaran 2013/2014.

(1)

2013/2014)

SKRIPSI

Diajukan untk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Bimbingan dan Konseling

Oleh

Listiya Dewi Yuniar 1000863

JURUSAN PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN BIMBINGAN

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG


(2)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi dengan judul “PROFIL KEPRIBADIAN PESERTA DIDIK BERDASARKAN KELOMPOK PEMINATAN DAN IMPLIKASINYA BAGI LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING (Studi Deskriptif di Kelas X SMA Negeri 1 Lembang Tahun Pelajaran 2013/2014)” ini beserta seluruh isinya adalah benar-benar karya sendiri. Saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika ilmu yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung resiko atau sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila di kemudian hari ditemukan adanya pelanggaran etika keilmuan atau ada klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.

Bandung, Juni 2014 Yang membuat pernyataan

Listya Dewi Yuniar NIM 1000863


(3)

Peminatan dan Implikasinya bagi

Layanan Bimbingan dan Konseling

Oleh Listiya Dewi Yuniar

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Studi Bimbingan dan Konseling

© Listiya Dewi Yuniar 2014 Universitas Pendidikan Indonesia

2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(4)

LISTIYA DEWI YUNIAR

PROFIL KEPRIBADIAN PESERTA DIDIK BERDASARKAN KELOMPOK PEMINATAN DAN IMPLIKASINYA BAGI

LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING

(Studi Deskriptif di Kelas X SMA Negeri 1 Lembang Tahun Pelajaran 2013/2014)

disetujui dan disahkan oleh pembimbing: Pembimbing I

Prof. Dr. H. Syamsu Yusuf LN, M. Pd. NIP : 19520620 198002 1001

Pembimbing II

Dra. Hj. Setiawati, M. Pd NIP : 19621112 198610 2001

Mengetahui,

Ketua Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan Fakultas Ilmu Pendidikan

Universitas Pendidikan Indonesia

Dr. Nandang Rusmana, M.Pd NIP : 19600501 198603 1004


(5)

KATA PENGANTAR ... i

UCAPAN TERIMA KASIH ... ii

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR TABEL ... v

DAFTAR GAMBAR ... vi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian ... 1

B. Identifikasi dan Perumusan Masalah ... 7

C. Rumusan Masalah Penelitian ... 7

D. Tujuan Penelitian ... 8

E. Manfaat/Signifikasi Penelitian ... 9

F. Struktur Organisasi Skripsi ... 10

BAB II KONSEP KEPRIBADIAN MYERS-BRIGGS TYPE INDICATOR BERDASARKAN PEMINATAN DAN LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING A. Kepribadian ... 11

B. Peminatan ... 21

C. Layanan Bimbingan dan Konseling ... 26

D. Hasil Penelitian yang Relevan ... 29

BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Sumbjek Penelitian ... 31


(6)

C. Metode Penelitian ... 32

D. Definisi Operasional Variabel ... 33

E. Instrumen Penelitian ... 34

F. Proses Pengembangan Instrumen ... 40

G. Teknik Pengumpulan Data dan Analisis Data ... 43

H. Prosedur Penelitian ... 44

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitan ... 46

B. Pembahasan ... 63

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan ... 72

B. Rekomendasi ... 73

DAFTAR PUSTAKA ... 75 LAMPIRAN-LAMPIRAN


(7)

Tabel 4.1 Hasil Kepribadian Myers Briggs Type Indicator ... 47 Tabel 4.2 Hasil Kepribadian Myers Briggs Type Indicator Peminatan Matematika dan Ilmu Alam ... 54 Tabel 4.3 Hasil Kepribadian Myers Briggs Type Indicator Peminatan Ilmu-ilmu Sosial ... 58


(8)

DAFTAR GRAFIK

Grafik 4.1 Profil Kepribadian Peserta Didik Kelas X ... 46

Grafik 4.2 Kepribadian Introvert ... 48

Grafik 4.3 Kepribadian Ekstrovert ... 49

Grafik 4.4 Kepribadian Sensing ... 49

Grafik 4.5 Kepribadian Intuition ... 50

Grafik 4.6 Kepribadian Thinking ... 51

Grafik 4.7 Kepribadian Feeling ... 52

Grafik 4.8 Kepribadian Judging ... 52

Grafik 4.9 Kepribadian Perceiving ... 53

Grafik 4.10 Kepribadian Myers Briggs Type Indicator Peminatan Matematika dan Ilmu Alam ... 55

Grafik 4.11 Kepribadian Ekstrovert dan Introvert Peminatan Matematika dan Ilmu Alam ... 55

Grafik 4.12 Kepribadian Sensing dan Intuition Peminatan Matematika dan Ilmu Alam ... 56

Grafik 4.13 Kepribadian Thinking and Feeling Peminatan Matematika dan Ilmu Alam ... 57

Grafik 4.14 Kepribadian Judging and Perceiving Peminatan Matematika dan Ilmu Alam ... 57

Grafik 4.15 Kepribadian Myers Briggs Type Indicator Peminatan Ilmu-ilmu Sosial ... 59

Grafik 4.16 Kepribadian Ekstrovert dan Introvert Peminatan Ilmu-ilmu Sosial 60 Grafik 4.17 Kepribadian Sensing dan Intuition Peminatan Ilmu-ilmu Sosial .... 61

Grafik 4.18 Kepribadian Thinking and Feeling Peminatan Ilmu-ilmu Sosial ... 61 Grafik 4. 19 Kepribadian Judging and Perceiving Peminatan Ilmu-ilmu Sosial 62


(9)

ABSTRAK

PROFIL KEPRIBADIAN PESERTA DIDIK BERDASARKAN

KELOMPOK PEMINATAN DAN IMPLIKASINYA BAGI LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING (Studi Deskriptif di Kelas X SMA Negeri 1 Lembang Tahun Pelajaran 2013/2014)

Penelitian didasarkan pada kepribadian yang memiliki pengaruh dalam peminatan yang dipilih peserta didik dan dipandang sebagai sebuah kemampuan baik yang disadari ataupun tidak disadari oleh peserta didik baik dalam proses berpikir, merasa, pengindraan, dan intuisi. Kelompok peminatan di SMA Negeri 1 Lembang terbagi dalam dua kelompok peminatan yakni kelompok Matematika dan Ilmu Alam (MS) dan kelompok Ilmu-Ilmu Sosial (SOS). Subjek penelitian adalah peserta didik kelas X. Tujuan dilakukan penelitian ini adalah untuk mengetahui profil kepribadian peserta didik berdasarkan kelompok peminatan baik MS ataupun SOS, dan akan berimplikasi pada pembuatan program bimbingan dan konseling pribadi sosial bagi peserta didik dari peminatan MS dan peminatan SOS dalam mengembangkan kepribadiannya. Penelitian menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode deskriptif. Instrumen yang digunakan adalah instrumen kepribadian Myers-Briggs Type Indicator. Hasil dari penelitian diperoleh gambaran kepribadian peserta didik dari kelompok peminatan MS yakni

Extroverted thinking with intuiting (ENTJ). Peserta didik kelompok peminatan

SOS diperoleh gambaran kepribadian Extroverted thinking with sensing (ESTJ). Sehingga yang membedakan antara kelompok peminatan MS dan SOS hanya pada aspek intuiting dan sensing. Rekomendasi yang diberikan, yaitu kepada: (1) Guru bimbingan dan konseling sebaiknya menggunakan layanan bimbingan dan konseling pribadi sosial untuk mengembangkan kepribadian peserta didik. 2) Peneliti selanjutnya, berdasarkan hasil penelitian dapat mengembangkan teknik yang tepat untuk mengembangkan kepribadian peserta didik.

Kata Kunci: Kepribadian Myers-Briggs Type Indicator, kelompok peminatan, dan layanan bimbingan dan konseling.


(10)

BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Penelitian

“Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk mencapai perkembangan yang optimal”(Kartadinata, 2013). Potensi yang dimaksud oleh Kartadinata meliputi kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, dan keterampilan baik dalam penguasaan IPTEK dan kecakapan berfikir tinggi yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. “Pendidikan memiliki fungsi pengembangan, yakni membantu individu mengembangkan diri, peragaman, membantu individu memilih arah perkembangan yang tepat sesuai dengan potensi dan integrasi, membawa keragaman ke arah tujuan yang sama sesuai dengan hakikat manusia untuk menjadi pribadi yang utuh”(Kartadinata, 2011: 57).

Dalam mencapai sebuah tujuan pendidikan diperlukan sebuah kurikulum. Menurut Mauritz Johnson (Sariono, 2013: 3), kurikulum “prescribes (or at least anticipaties) the results of instruction”. Kurikulum adalah cara untuk dapat membawa insan Indonesia memiliki kompetensi sikap, pengetahuan dan keterampilan sehingga dapat menjadi pribadi yang produktif, kreatif, afektif dan inovatif. Kurikulum yang sekarang digunakan di Indonesia adalah kurikulum 2013. Menteri Pendidikan Nasional (Jawa Pos, 2013) menyatakan bahwa, “kurikulum 2013 ini bukan hanya penting, tapi juga genting, sangat mendesak untuk dilakukan demi masa depan anak-anak kita”. Pengembangan Kurikulum 2013 bertujuan untuk meningkatkan mutu pendidikan baik dari kompetensi lulusan, materi pembelajaran, proses pembelajaran, penilaian, pendidik dan tenaga pendidik dan pengelolaan kurikulum.

Menurut Kartadinata (2013), “Posisi BK dalam kurikulum 2013 yakni sebagai integrator, proses, diferensiasi dan assessmen”. Posisi sebagai integrator yakni memfasilitasi pengembangan perilaku karakter dalam kerangka pencapaian


(11)

tujuan utuh pendidikan nasional. Posisi BK sebagai proses yakni mendukung perwujudan dan pembelajaran yang mendidik melalaui penerapan prinsip BK berbasis perkembangan. Posisi BK sebagai diferensiasi yakni sebagai upaya advokasi, aksebilitas pilihan program BK. “Pelayanan BK merupakan bagian integral dari kegiatan pendidikan dan implementasi kurikulum 2013 oleh satuan pendidikan dalam memperkuat proses pembelajaran yang diharapkan benar-benar mengembangkan potensi dan minat peserta didik” (Wibowo, 2013).

Dalam pengembangan Kurikulum 2013 terdapat perubahan program yang berkaitan langsung dengan layanan bimbingan dan konseling yakni layanan peminatan. Layanan peminatan peserta didik merupakan bagian yang tidak terpisahkan dan terintegrasi dalam program BK khususnya, dan program pendidikan di sekolah pada umumnya. Layanan peminatan pada peserta didik merupakan bagian dari upaya advokasi dan fasilitasi perkembangan peserta didik agar secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara sehingga mencapai perkembangan optimal. Untuk mencapai perkembangan optimal tentunya diperlukan suatu keselarasan atau kolaborasi antara semua aspek yang dimiliki individu.

Sebelum adanya layanan peminatan, sekolah menggunakan istilah jurusan dalam melakukan pengelompokan siswa dalam pembelajaran. Dan penjurusan ini berlangsung di kelas XI. Penjurusan pada tahun 1950-an menggunakan istilah SMA A (Bahasa), SMA B (Ilmu pasti dan Ilmu alam), dan SMA C (Ilmu Sosial). Dekade berikutnya berubah menjadi semua SMA membuka ketiga jurusan tersebut menjadi jurusan Bahasa, IPA, dan IPS. Kemudian pada tahun 1980 penjurusan itu berubah lagi menjadi A1 (Fisika), A2 (Biologi), A3 (Sosial), dan A4 (Bahasa). Selanjutnya berubah lagi menjadi IPA dan IPS. Dan pada kurikulum 2013, penjurusan disebut dengan peminatan.

Peminatan kelompok mata pelajaran merupakan sarana aktualisasi diri peserta didik dalam mengembangkan minat dan prestasi peserta didik (Rachman, 2013). Memilih dan menentukan arah peminatan peserta didik sebagai proses


(12)

3

yang akan melibatkan serangkaian pengambilan pilihan dan keputusan didasarkan atas pemahaman potensi diri dan peluang yang ada di lingkungannya. Dalam konteks ini BK membantu peserta didik untuk memahami diri, menerima, mengarahkan, mengambil keputusan, merealisasikan keputusannya secara tanggung jawab agar dapat mencapai perkembangan yang optimal. “Kondisi perkembangan optimal merupakan kondisi dinamis yang ditandai dengan kesiapan dan kemampuan individu untuk memperbaiki diri untuk mencapai pribadi yang berfungsi penuh” (Kartadinata, 2011: 57).

“Implementasi kurikulum 2013 akan dapat menimbulkan masalah bagi peserta didik SMA yang tidak mampu dalam menetapkan pilihan peminatan secara tepat, sehingga akan menimbulkan kesulitan dan kecenderungan gagal dalam belajar” (Wibowo, 2013). Penetapan pilihan peminatan kelompok mata pelajaran hendaknya sesuai dengan kecerdasan, bakat, minat dan kecenderungan pilihan masing-masing peserta didik agar proses belajar berjalan dengan baik. Namun menurut Bordin (Surya, 2003: 2), “terdapat beberapa keadaan individu ketika harus menentukan pilihan yakni ketergantungan, kurangnya informasi, konflik diri dan kecemasan dalam membuat pilihan”. Hal ini tentunya akan mempengaruhi peserta didik dalam memilih peminatannya.

Masalah dalam layanan peminatan dialami oleh SMA Negeri 1 Lembang. Masalah mengenai peminatan yang timbul tentunya berdampak kepada peserta didik dan guru BK sekolah. Berdasarkan pernyataan guru BK di SMA Negeri 1 Lembang (2013), terdapat masalah yang timbul dari adanya peminatan, salah satunya adalah peserta didik atau orangtua peserta didik yang menyatakan bahwa peserta didik atau anaknya harus pindah minat, adanya ketidaksesuaian minat yang dipilih oleh peserta didik dengan yang diinginkan orangtuanya, prestasi siswa yang tidak sesuai dengan kemampuannya, ketidaknyamanan siswa di dalam kelas peminatan yang dipilihnya, adanya kecemasan siswa ketika akan menghadapi mata pelajaran di dalam kelasnya, dan adanya konflik antara cita-cita dan peminatan yang telah dipilihnya. Selain pernyataan dari guru BK SMAN 1 Lembang, diperoleh pula pernyataan dari peserta didik yang menyatakan bahwa mereka merasa kesulitan dengan peminatan yang telah dipilih. Penyebab kesulitan


(13)

dalam menghadapi peminatan yang telah dipilih adalah karena adanya ketidaktahuan akan kemampuan yang dipilihnya, adanya paksaan dari pihak lain (seperti orangtua) untuk memilih peminatan yang kurang peserta didik sukai, dan adanya pemilihan peminatan karena ikut-ikutan teman tanpa peserta didik paham akan ketidaksesuaian peminatan yang dipilihnya dengan kemampuan yang dimiliki oleh peserta didik.

Dengan adanya kasus-kasus kesenjangan ini tentunya menyebabkan banyak peserta didik kurang memiliki motivasi belajar, memiliki kecemasan ketika akan belajar salah satu pelajaran yang tidak disukai dan menurutnya sulit, adanya konflik atau pertentangan batin yang timbul karena harus melakukan dan mengikuti hal yang kurang disukai dalam kelompok peminatan yang telah dipilihnya, adanya ketidaknyamanan dalam kelas kelompok peminatan dan membuat peserta didik membolos dalam jam pelajaran. Hasil studi kasus yang dilakukan oleh Astuti (2009: 1), “faktor penyebab perilaku membolos adalah karena pribadi peserta didik yang memiliki rasa ketergantungan dengan temannya, tanpa mempertimbangkan kemampuan yang dimilikinya”. Berdasarkan analisis terhadap kasus-kasus yang muncul dan faktor penyebab yang terjadi maka hal yang terjadi merupakan bagian dari kepribadian yang tidak sehat pada peserta didik. Menurut Yusuf dan Nurihsan (2008: 14), kepribadian yang tidak sehat ditandai dengan karakteristik mudah marah, menunjukkan kekhawatiran dan kecemasan, sering merasa tertekan, senang mengganggu orang lain, tidak mampu menghindari perilaku menyimpang, mempunyai kebiasaan berbohong, hiperaktif, bersikap memusuhi, senang mengkritik/ mencemooh orang lain, sulit tidur, kurang memiliki rasa tanggung jawab, sering mengalami pusing kepala, kurang memiliki kesadaran untuk mentaati ajaran agama, bersikap pesimis, dan kurang bergairah dalam menghadapi kehidupan.

Masalah yang timbul di SMA Negeri 1 Lembang, tentunya bukan maksud ataupun tujuan diterapkannya layanan peminatan. Karena layanan peminatan bertujuan untuk membantu individu mengembangkan dirinya secara optimal, baik dilihat dari meningkatnya keterlibatan peserta didik terhadap aktivitas di sekolah, aktivitas belajar ataupun meningkatnya kesuksesan akademik yang dicapai oleh


(14)

5

peserta didik. Menurut Schlecty (Dharmayana, 2013: 26), “peserta didik dikatakan terlibat dalam belajar ketika mereka tertarik pada pekerjaan sekolah, tekun terhadap tantangan dan hambatan, sangat senang ketika dapat menyelesaikan masalah”. Bomia (Dharmayana, 2013: 26), menyatakan bahwa “keterlibatan siswa juga menunjukkan pada suatu kemauan, kebutuhan, hasrat dan keharusan siswa untuk berpariasi dan menjadai berhasil dalam proses akademik”.

Penelitian yang dilakukan oleh Desta dan Nursalim pada kelas X di SMA Negeri 2 Lamongan menghasilkan kesimpulan bahwa di dalam satu kelas terdapat minimal 5 siswa yang mengalami kebingungan untuk memilih jurusan yang diminatinya. Penelitian Unwanullah (2008) terhadap 360 siswa di- SMA Kabupaten Tuban menghasilkan data mengenai keadaan siswa setelah dijuruskan yakni terdapat 38,89% siswa yang terdapat dalam keadaan sangat baik setelah dijuruskan, 57,50% siswa berada dalam kategori baik, dan 3,61% berada dalam kategori kurang baik. Penelitiannya pun menghasilkan mengenai keyakinan siswa terhadap pilihan jurusan yakni 58,60% berada dalam kategori sangat yakin, 28,06% berada dalam kategori yakin, 11,67% berada dalam kategori kurang yakin, dan 1,67% berada dalam kategori tidak yakin. Motivasi siswa untuk belajar setelah dijuruskan menghasilkan 30,28% berada dalam kategori sangat tinggi, 46,67% berada dalam kategori tinggi dan 23,05% termasuk dalam kategori rendah.

Carl Gustav Jung (Yusuf, 2008: 74), menyatakan bahwa “psyche embraces all thought, feeling, and behavior, conscious and unsconscious”. Kepribadian adalah seluruh pemikiran, perasaan, dan perilaku nyata baik yang disadari maupun yang tidak disadari yang dimiliki individu. Sehingga setiap individu pasti memiliki kepribadian (Setiawan, 2006). Menurut Jung (Setiawan, 2006), “kepribadian yang dimiliki individu dapat berkembang, namun perkembangan tersebut tidak akan keluar dari sifat-sifat inti atau dasarnya”. Myrick (Bhakti, dkk, 2013: 704), menyatakan bahwa, “kepribadian dapat membawa kepada pengembangan diri”. Sehingga ini akan membuat individu mengenali dan memahami bahwa terdapat kekuatan yang dimilikinya, yang dapat dijadikannya sebagai bekal dan acuan dalam mengembangkan diri atau mengaktulisasikan diri


(15)

individu. Namun hal ini tentunya tidak berlaku, jika individu tidak tahu akan keadaan kepribadian yang dimilikinya. Karena ketika individu tidak mengetahui dan memahami kepribadian yang dimilikinya, maka akan sulit bagi individu dalam memhami dirinya sendiri, dan tentunya hal ini dapat menjadi penghambat ketika individu melakukan pengembangan diri ataupun aktualisasi diri.

Tujuan bimbingan dan konseling menurut aliran psikoanalitik Jung (Yusuf, 2008: 93) adalah, “membantu perkembangan manusia mencapai aktualisasi diri”. Aktualisasi diri berarti terjadinya diferensiasi yang sempurna dan saling berhubungannya antara seluruh aspek kepribadian manusia. Sehingga konselor atau guru bimbingan dan konseling, dalam pendekatan ini berpandangan bahwa masa lalu maupun masa depan konseli keduanya harus dipertimbangkan dalam proses bimbingan dan konseling. Hal ini dikarenakan kedua hal tersebut memiliki peran yang penting dalam memandang perkembangan kepribadian.

Dengan memahami kepribadian peserta didik berdasarkan Myers-Briggs

Type Indicator, maka akan diperoleh pula mengenai bagaimana proses berpikir,

merasa, pengindraan, dan intuisi yang dialami individu, dengan mengungkap keempat dimensi tersebut maka akan diperoleh mengenai kemampuan yang dimiliki individu. Sehingga dengan diperolehnya analisis kemampuan peserta didik dari hasil dimensi yang diungkap Myers-Briggs Type Indicator, dapat dijadikan sebagai proses pengembangan kepribadian peserta didik dalam mencapai aktualisasi dirinya melalui pemilihan peminatan yang di pilih oleh peserta didik. Dan tentunya, tujuan dari di analisisnya kepribadian Myers-Briggs

Type Indicator untuk membantu peserta didik mengaktulisasikan dirinya sejalan

dengan fungsi pendidikan, yakni fungsi untuk mencapai pribadi yang utuh, dan hal ini pun sejalan dengan konsep bimbingan yang dikemukakan oleh Kartadinata (2011), yakni untuk membantu perkembangan optimum peserta didik.

Ketikapenerapan kurikulum 2013 menekankan pada pendidikan karakter dan karakter sangat berhubungan erat dengan diri peserta didik, maka kepribadian memiliki pengaruh dalam peminatan yang dipih peserta didik dan dipandang sebagai sebuah kemampuan baik yang disadari ataupun tidak disadari oleh peserta didik baik dalam proses berpikir, merasa, pengindraan, dan intuisi. Sehingga


(16)

7

dipandang perlu dilakukan penelitian secara empiris mengenai kepribadian peserta didik berdasarkan kelompok peminatan, hal ini dilakukan agar dapat dianalisisnya kemampuan peserta didik dalam meningkatkan dan mengembangkan kepribadian peserta didik sesuai dengan peminatannya agar peserta didik dapat mengaktulisasikan diri dan mengembangkan kepribadiannya.

B.Identifikasi dan Perumusan Masalah

Pertimbangan untuk memilih peminatan yang dilakukan di Sekolah Menengah Atas adalah melalui hasil psikotes, nilai UN dan nilai TKD. Namun ternyata dengan hanya mempertimbangkan hasil psikotes, nilai UN, dan nilai TKD belum cukup untuk membantu siswa dalam mengembangkan kepribadian dan mengaktualisasikan dirinya sesuai dengan minat yang ia pilih. Salah satu pertimbangan lain yang dapat dilakukan adalah mengenai kepribadian yang dimiliki peserta didik. Hal ini dikarenakan kepribadian merupakan keseluruhan segala peristiwa psikhis baik yang disadari maupun yang tidak disadari oleh individu yang tentunya sejalan dengan dasar penerapan kurikulum 2013 yakni pendidikan karakter.

C.Rumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan pemaparan latar belakang dan rumusan masalah di atas, diperoleh sebuah pertanyaan umum sebagai arahan perumusan masalah dalam penelitian, yaitu: Profil kepribadian peserta didik berdasarkan kelompok peminatan.

Adapun pertanyaan dalam penelitian adalah sebagai berikut:

1. Seperti apa profil kepribadian peserta didik berdasarkan kelompok peminatan Matematika dan Ilmu Alam di Kelas X SMA Negeri 1 Lembang Tahun Pelajaran 2013/2014?

2. Seperti apa profil kepribadian peserta didik berdasarkan kelompok peminatan Ilmu-Ilmu Sosial di Kelas X SMA Negeri 1 Lembang Tahun Pelajaran 2013/2014?


(17)

3. Rancangan Program Bimbingan dan Konseling Pribadi Sosial seperti apa yang secara hipotetik untuk mengembangkan kepribadian peserta didik berdasarkan kelompok peminatan di kelas X di SMA Negeri 1 Lembang tahun pelajaran 2013/2014?

D.Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian adalah untuk mendeskripsikan profil kepribadian sehingga diketahui mengenai kepribadian peserta didik berdasarkan kelompok peminatan yang telah dipilih oleh peserta didik dengan menggunakan

Myers-Briggs Type Indicator.

Untuk lebih spesifiknya tujuan dari penelitian adalah untuk mengungkap dan menganalisis data empiris tentang:

1. Profil kepribadian peserta didik berdasarkan kelompok peminatan Matematika dan Ilmu Alam di Kelas X SMA Negeri 1 Lembang

2. Profil kepribadian peserta didik berdasarkan kelompok peminatan Ilmu-Ilmu Sosial di Kelas X SMA Negeri 1 Lembang Tahun Pelajaran 2013/2014.

3. Rancangan Program Bimbingan dan Konseling Pribadi Sosial yang secara hipotetik untuk mengembangkan kepribadian peserta didik berdasarkan kelompok peminatan di X di SMA Negeri 1 Lembang tahun pelajaran 2013/2014.


(18)

9

E.Manfaat / Signifikasi Penelitian

1. Teoretis

Secara teoretis hasil penelitian dapat memberikan sumbangan pemikiran, terutama pada bimbingan dan konseling yang menjadi ranah penelitian mengenai program bimbingan untuk mengembangkan kepribadian peserta didik berdasarkan kelompok peminatan.

2. Praktis 1. Bagi Peneliti

Sebagai calon guru BK, peneliti belajar memahami kemampuan peserta didik berdasarkan kepribadiannya, serta dapat membantu peserta didik mengembangkan kepribadiannya melalui layanan bimbingan dan konseling pribadi sosial yang berdasarkan pada kepribadian peserta didik.

2. Bagi Sekolah

Hasil penelitian dapat dijadikan rujukan dan bahan pertimbangan dalam menentukan kebijakan dan program sekolah dalam upaya meningkatkan kualitas pembelajaran melalui media-media yang kreatif untuk membantu dalam mengembangkan kepribadian peserta didik.

3. Bagi Guru BK SMA Negeri 1 Lembang

Bagi guru BK SMA Negeri 1 Lembang, data yang diperoleh dari kegiatan penelitian dapat dijadikan bahan pertimbangan dan rujukan mengenai gambaran kepribadian berdasarkan kelompok peminatan peserta didik di kelas X di SMA Negeri 1 Lembang dan dapat dijadikan sebagai dasar untuk mengembangkan Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah.

4. Bagi Konselor

Penelitian ini dapat memberikan pengetahuan dan pemahaman bagi konselor, bahwa kemampuan untuk mengaktulisasikan diri individu dapat timbul dari kepribadian yang dimiliki oleh individu. Dengan dasar tersebut maka kepribadian yang dimiliki peserta didik dapat dijadikan bahan pertimbangan dan rujukan dalam memberikan layanan kepada peserta didik.


(19)

5. Bagi Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan

Hasil penelitian dapat menjadi tambahan referensi konseptual tentang kepribadian peserta didik sehingga bisa menambah wawasan baru dalam perkuliahan di jurusan psikologi pendidikan dan bimbingan.

6. Bagi Peneliti Selanjutnya

Hasil penelitian dapat dijadikan bahan pertimbangan dan sumber rujukan untuk mendalami dan mengembangkan penelitian yang lebih mendalam mengenai konsep kepribadian dan peminatan peserta didik.

F. Struktur Organisasi Skripsi

Struktur organisasi skripsi ini terdiri dari bab 1 pendahuluan yang meliputi latar belakang penelitian, identifikasi masalah penelitian, rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian, manfaat/signifikansi penelitian, serta struktur organisasi skripsi; bab 2 kajian pustaka mengenai konsep kepribadian

Myers-Briggs Type Indicator berdasarkan kelompok peminatan dan layanan bimbingan

dan konselingyang meliputi konsep kepribadian Myers-Briggs Type Indicator, konsep peminatan, konseplayanan bimbingan dan konseling, dan hasil penelitian yang relevan; bab 3 metodologi penelitian yang meliputi lokasi dan sampel penelitian, desain penelitian, metode penelitian, definisi operasional variabel, instrumen penelitian, proses pengembangan instrumen, teknik pengumpulan data dan analisis data, serta prosedur penelitian; bab 4 hasil penelitian dan pembahasan; dan bab 5 kesimpulan dan rekomendasi.


(20)

BAB III

METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitian

Lokasi penelitian adalah SMA Negeri 1 Lembang. Pemilihan SMA Negeri 1 Lembang karena sekolah tersebut merupakan sekolah yang telah menerapkan kurikulum 2013 secara ajeg. Pemilihan sekolah yang telah menerapkan kurikulum 2013 dikarenakan fokus penelitian ini adalah kepribadian siswa berdasarkan kelompok peminatan. Kelompok peminatan di SMA Negeri 1 Lembang terbagi kedalam dua kelompok yakni kelompok peminatan matematika dan ilmu alam atau yang disebut MS dan kelompok peminatan ilmu-ilmu sosial yang dikenal dengan sebutan SOS.

Menurut Arikunto (1998: 108) “Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian.” Berdasarkan pernyataan tersebut yang menjadi populasi dalam

penelitian ini adalah seluruh peserta didik kelas X SMA Negeri 1 Lembang, semester genap tahun ajaran 2013/2014 yakni sebanyak 357 peserta didik.

Menurut Arikunto (1998: 109) “Sampel adalah sebagian atau wakil

populasi yang diteliti”. Sampel ditentukan untuk memperoleh informasi tentang

obyek penelitian dengan mengambil representasi populasi yang diprediksikan sebagai inferensi terhadap seluruh populasi. Dengan kata lain sampel merupakan bagian dari populasi yang akan diteliti dan dianggap menggambarkan populasinya.Dalam penelitian ini, subjek penelitian lebih difokuskan pada peserta didik kelas X yang sistem pembelajarannya menggunakan kurikulum 2013, khususnya yang sudah dikelaskan berdasarkan kelompok peminatan baik MS ataupun SOS. Untuk penyesuaian data dilakukan teknik pengambilan data berupa teknik purposive sampling. Sampel yang diambil sebanyak 100 peserta didik, yang terdiri dari 50 peserta didik dari kelompok peminatan MS dan 50 peserta didik dari kelompok peminatan SOS yang merupakan sampel populasi yang mewakili setiap kelompok peminatan yang ada di SMA Negeri 1 Lembang.


(21)

Sampel penelitian ini diambil dengan pertimbangan sebagi berikut.

1. Peserta didik merupakan individu yang telah memilih kelompok peminatan di SMA Negeri 1 Lembang.

2. Peserta termasuk usia remaja yang mengalami fase/tahap krisis identitas diri. Bila peserta didik tidak dibekali dengan pemhaman diri, maka akan semakin sulit untuk mencapai aktualisasi dirinya.

B. Desain Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian adalah pendekatan kuantitatif dengan metode Deskriptif. Pendekatan kuantitatif mengutamakan objektifitas desain penelitian dengan menggunakan angka-angka dan pengolahan statistik, dan hasil yang diperoleh dapat digunakan untuk mengungkap kepribadian peserta didik berdasarkan Myers-Briggs Type Indicator. Adapun metode Deskriptif merupakan metode penelitian yang bertujuan mendeskripsikan suatu keadaan atau fenomena-fenomena apa adanya. Dalam metode Deskriptif, peneliti tidak melakukan manipulasi atau memberikan perlakuan-perlakuan terhadap objek penelitian, tetapi menggambarkan kondisi apa adanya (Sukmadinata, 2008: 72).

C. Metode Penelitian

Penelitian menggunakan metode Deskriptif untuk mendeskripsikan, menganalisis dan mengambil suatu generalisasi dari penelitian mengenai kepribadian peserta didik berdasarkan skala Myers-Briggs Type Indicator di SMAN 1 Lembang. Tujuan akhir dari penelitian adalah merancang suatu program bimbingan dan konseling pribadi sosial untuk membantu peserta didik mengembangkan kepribadian sesuai dengan kepribadian yang dimilikinya.


(22)

33

D. Definisi Operasional Variabel

Penelitian ini terdiri dari variabel kepribadian dan peminatan. Untuk memperjelas tafsiran dari makna judul yang dipergunakan dalam penelitian ini, berikut diuraikan definisi operasional variabel yang terkandung dalam judul penelitian yang kemudian akan menjadi titik tolak dalam aspek-aspek yang akan di teliti.

1. Profil Kepribadian

Profil kepribadian yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kecendreungan kepribadian yang dimiliki oleh siswa berdasarkan hasil pengolahan skor rata-rata dan digambarkan melalui grafik, yang diungkap melalui pernyataan yang terdapat pada alat tes skala Myers-Briggs Type Indicator dan dimaksudkan untuk mengukur empat kepribadian yang dikonsepkan oleh Gustav Jung dan telah dimodifikasi. Keempat jenis kepribadian tersebut, yaitu sebagai berikut:

a. Ekstroversi dan Introversi

Ekstroversi terkait dengan orientasi terhadap hal di luar diri seseorang, sedangkan introversi merujuk pada kecenderungan berfokus pada pikiran dan eksplorasi perasaan dan pengalaman diri sendiri.

b. Sensational dan Intuition

Skala sensational-intuition mengindikasikan apakah seseorang cenderung melihat realisme atau imajinasi.

c. Thinking dan Feeling

Skala thinking-feeling mengindikasikan apakah seseorang cenderung lebih logis dan objektif atau personal dan subjektif.

d. Judgement dan Perception

Skala judgement-perception mengindikasikan orientasi seseorang ketika mengevalusi atau mempersepsikan benda.

2. Peminatan

Struktur mata pelajaran peminatan dalam kurikulum SMA adalah peminatan Matematika dan Ilmu Alam, peminatan Ilmu Sosial dan peminatan


(23)

Ilmu Bahasa dan Budaya (Kemendikbud, 2013: 9). Dalam penelitian ini peminatan yang dimaksud adalah peminatan MS (Matematika dan Ilmu Alam) dan peminatan SOS (Ilmu sosial). Dalam peminatan Matematika dan sains peserta didik lebih mendalami mengenai matematika, biologi, fisika dan kimia. Dengan demikian kemampuan yang harus dimiliki oleh peserta didik yang memilih peminatan ini adalah daya ingat, kemampuan hitung praktis, kemampuan hitung teoretis, kemampuan tiga dimensi, kemampuan analisis dan sintesis.

Adapun dalam peminatan sosial peserta didik akan lebih mendalami mengenai geografi, sejarah, ekonomi, sosiologi dan antropologi. Kemampuan yang harus dimiliki oleh peserta didik yang memilih peminatan ini adalah kemampuan realitas, kemampuan bahasa, fleksibilitas berpikir, daya ingat dan kemampuan hitung praktis.

E. Instrumen Penelitian

1. Kisi-Kisi Instrumen Penelitian

Untuk mengukur tipe kepribadian sampel penelitian, maka disusun item-item pernyataan yang didasarkan pada tipe kepribadian dari Gustav Jung yang dikembangkan oleh Katherine Briggs da Isabel Briggs-Myers. Alat ukur yang digunakan untuk mengukur tipe kepribadian ialah dengan menggunakan

Myers-Briggs Type Indicator (MBTI) yang diadaptasi dari instrumen tipe kepribadian

oleh Mudrika (2009). MBTI ini terdiri dari 60 pernyataan yang menentukan kecenderungan seseorang ekstroversi-introversi, sensing-intuiting,

thinking-feeling, dan judging-perceiving. Dimana item dalam MBTI terbagi dalam 8

bagian, yaitu 15 item untuk mengukur ekstroversi-introversi, 15 untuk mengukur

sensing-intuiting, 15 untuk mengukur thinking-feeling, dan 15 untuk mengukur judging-perceiving. Tujuan skala ini digunakan adalah untuk mengukur

kepribadian peserta didik dengan menggunakan skala kepribadian Myers-Briggs

Type Indicator.

Dalam pengisian instrumen ini, peserta didik diminta untuk memilih 1 pernyataan dari 2 pertanyaan yang paling menunjukkan keadaan dirinya dengan cara memberikan tanda silang (x) pada lembar jawaban yang sudah disediakan. Pada instruksi akan dijelaskan bahwa semua jawaban yang diberikan oleh peserta


(24)

35

didik adalah benar, tidak ada yang salah karena pernyataan yang diberikan adalah pernyataan untuk mengetahui kecenderungan kepribadian subjek.

Dalam pengolahan data sistem penskorannya adalah dengan cara memberikan nilai 1 untuk masing-masing pernyataan yang dipilih oleh peserta didik dan 0 untuk masing-masing pernyataan yang tidak di pilih oleh peserta didik. Setelah itu kemudian semua skor dari tiap-tiap indikator dijumlahkan kemudian di bandingkan skor antar indikator ekstroversi-introversi,

sensing-intuiting, thinking-feeling, dan judging-perceiving. Setelah perbandingan

dilakukan maka akan diperoleh hasil skor yang tinggi dan yang rendah. Untuk skor tinggi adalah skor kepribadian yang banyak dipilih oleh peserta didik dan berarti skor tersebut mewakili kecenderungan kepribadian dari peserta didik.

Tabel 3.1

Kisi-Kisi InstrumenMyers-Briggs Type Indicator

No Dimensi Indikator Nomor pernyataan Jumlah

Pernyataan 1 Orientasi energi individu Extrovert

2, 5, 7, 10, 11, 15, 20, 28, 29, 31, 35, 38, 45, 52, 60

15

Introvert

2, 5, 7,10, 11, 15, 20, 28, 29, 31, 35, 38, 45, 52, 60

15

2 Cara

individu memproses

data

Sensing 6, 8, 13, 16, 18, 22, 25, 27,

34, 36, 41, 43, 46, 51, 53

15

Intuition 6, 8, 13, 16, 18, 22, 25, 27,

34, 36, 41, 43, 46, 51, 53

15

3

Cara mengambil

keputusan

Thinking 4, 9, 14, 17, 23, 30, 32, 37,

39, 42, 48, 49, 55, 57, 58

15

Feeling 4, 9, 14, 17, 23, 30, 32, 37,

39, 42, 48, 49, 55, 57, 58

15

4

Derajat fleksibilitas

individu

Judging 1, 3, 12, 19, 21, 24, 26, 33,

40, 44, 47, 50, 54, 56, 59

15

Perceiving 1, 3, 12, 19, 21, 24, 26, 33,

40, 44, 47, 50, 54, 56, 59


(25)

Jumlah 120

2. Uji Coba Instrumen a. JudgementInstrumen

Judgement dilakukan untuk mengetahui tingkat kelayakan instrumen baik

dari segi isi, konstruk, dan bahasa dari setiap pernyataan. Aspek ini meliputi kesesuaian materi pernyataan instrumen dengan kepribadian Myers-Briggs Type

Indicator yang dijadikan dasar dalam pengembangan instrumen. Pada aspek

konstruk, instrumen meliputi kesesuaiannya dengan teori. Adapun aspek bahasa meliputi struktur bahasa dalam item pernyataan instrumen.

Penimbang (judgement) instrumen kepribadian Myers-Briggs Type

Indicator terdiri dari dua orang dosen jurusan Psikologi Pendidikan dan

Bimbingan, dan satu orang dosen dari jurusan Psikologi.

Hasil penimbang instrumen menunjukkan bahwa ada beberapa item instrumen yang perlu di revisi dari segi bahasa. Berikut adalah kisi-kisi angket setelah melewati uji kelayakan instrumen.


(26)

37

Tabel 3.2

Kisi-Kisi Instrumen Kepribadian Myers-Briggs Type Indicator

Dimensi Indikator Nomor

Pernyataan

Jumlah Pernyataan Ekstrovert Introvert

Orientasi Energi Individu Berkomunikasi dengan lisan Senang berdiskusi Orientasi pada dunia eksternal Memiliki banyak hobi Senang beraktivitas dengan banyak orang

Berinisiatif dalam berbagai hal Suka keramaian Bertindak Ekspresif Senang berkomunikasi langsung Mudah bergaul Berkomunikasi dengan tulisan Senang merenung

Orientasi pada dunia internal Memiliki sedikit hobi

Senang beraktivitas sendiri

Berinisiatif bila situasi memaksa

Suka tempat tenang Berpikir Pendiam Senang komunikasi tidak langsung Sulit bergaul 2 5, 52 7 10

11, 15, 20, 38 28 29 31 35 45 60 15 Ekstrovert 15 Introvert


(27)

Dimensi Sensing Intuition Nomor Pernyataan Jumlah Pernyataan Cara Individu Memproses Data Induktif Berbicara

mengenai hari ini

Pengalaman sebagai pedoman

Merasa terbantu oleh aturan Prosedural Menyukai fakta Memilih

keadaan yang tetap

Menyukai

batasan waktu yang jelas

Hati-hati

Konsisten

Teori dan

Konsep

Deduktif Berbicara

mengenai masa depan

Imajinasi sebagai pedoman

Bosan pada

aturan Bebas

Menyukai ide Memilih perubahan

Tidak menyukai batasan waktu

Cepat sesuai naluri Kurang konsisten Praktek 6 8, 41 13 16 18 22 25 27

34, 36, 51, 53

43

46

15 Sensing 15 Intuition

Dimensi Thinking Feeling Nomor

Pernyataan Jumlah Pernyataan Cara Mengambil Keputusan Obyektif

Orientasi pada tugas

Menentukan

tujuan dan

sasaran

Subyektif

Orientasi pada perasaan

Menentukan kesepakatan

4, 9, 17, 32, 37

14, 55

23, 58

15 Thinking 15 Feeling


(28)

39 Menganalisis Kerasa kepala Menggunakan sebab-akibat Berempati Memihak Menggunakan nilai-nilai personal 30, 42 39, 48, 57 49

Dimensi Judging Perceiving Nomor

Pernyataan Jumlah Pernyataan Derajat Fleksibiltas Individu

Terencana dan memiliki waktu yang jelas

Tetap

Beroientasi pada hasil

Senang

mengatur orang lain

Spontan dan tidak diikat waktu

Perubahan

Berorientasi pada proses Acuh pada orang lain

1, 12, 26, 44, 50, 54, 56, 59 3, 24, 33 40, 47

19 21

15 Judging 15 Perceiving

Jumlah Pernyataan 120

Berdasarkan analisis dari tiga pakar, instrumen kepribadian Myers-Briggs

Type Indicator tetap berisikan 120 pernyataan. Namun dari 120 pernyataan

tersebut terdapat 56 pernyataan yang diperbaiki dari segi redaksi bahasa. Perbaikan redaksi bahasa dilakukan agar ke 56 pernyataan dari instrumen dapat dimengerti oleh peserta didik.

b. Uji Keterbacaan Pada Peserta Didik Kelas X

Uji keterbacaan dilakukan untuk mengetahui tingkat keterbacaan dari tiap item pernyataan. Uji keterbacaan dilakukan pada tanggal 12 Mei 2014 kepada 10 peserta didik kelas X SMA Negeri 7 Bandung. Uji keterbacaan dilakukan kepada 5 peserta didik dari kelas Matematika dan Ilmu Alam (MIA) dan 5 peserta didik dari kelas Ilmu-Ilmu Sosial (IIS), sehingga setiap item pernyataan bisa dimengerti dan dijadikan sebagai instrumen untuk mengungkap kepribadian peserta didik berdasarkan kelompok peminatan.


(29)

Hasil uji keterbacaan instrumen yang dilakukan kepada 10 orang peserta didik kelas X tingkat SMA yang terdiri dari 5 peserta didik dari kelas MIA dan 5 peserta didik dari kelas IIS menunjukkan bahwa setiap item pernyataan dalam instrumen kepribadian peserta didik yang terdiri dari 120 pernyataan, setiap itemnya dapat dipahami dan dimengerti oleh 10 orang peserta didik tersebut, sehingga item pernyataan dalam instrumen kepribadian Myers-Briggs Type

Indicator tidak mengalami perubahan baik dari segi isi ataupun redaksi. F. Proses Pengembangan Instrumen

1. Validitas

Arikunto (1998:144) ” Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen“. Sejalan dengan

pendapat di atas, Widaningsih, Dedeh (2008:1) “ validitas berkenaan dengan

ketepatan tes tersebut sebagai alat ukur kemampuan peserta didik”. Cara menentukan tingkat validitas atau indeks validitas yaitu mencari koefisien product

moment dengan angka kasar (Arikunto, Suharsimi, 2006:170).

∑ ∑ ∑

√ ∑ ∑ ∑ ∑

Dengan:

r

xy = Koefisien validitas butir soal N = Banyak testi

X = Nilai hasil uji coba

Y = Total Nilai

Skala penilaian validitas soal menurut Guilford (Suherman, 2003: 112):

0,90 ≤ 1,00 : Validitas tinggi sekali

0,70 ≤ <0,90 : Validitas tinggi

0,40 ≤ <0,70 : Validitas sedang

0,20 ≤ <0,40 : Validitas rendah

0,00 ≤ <0,20 : Validitas sangat rendah


(30)

41

Hasil uji validitas dianalisis menggunakan metode statistika menggunakan

Microsoft excel. Validitas yang digunakan menggunakan perhitungan validitas

konstruk. Hasil perhitungan terhadap 120 pernyataan yang mengungkap kepribadian peserta didik di SMA Negeri 1 Lembang diperoleh semua item pernyataan valid.

Aspek ekstrovert terdiri dari 15 pernyataan diperoleh hasil 5 pernyataan berada pada kategori sangat rendah, 6 pernyataan berada berada pada kategori rendah, dan 4 pernyataan berada pada kategori sedang. Aspek introvert terdiri dari 15 pernyataan diperoleh hasil 1 pernyataan berada pada kategori sangat rendah, 1 pernyataan berada pada kategori rendah, 6 pernyataan berada pada kategori sedang, 6 pernyataan berada pada kategori tinggi, dan 1 pernyataan berada pada kategori tinggi sekali.

Apek sensing terdiri dari 15 pernyataan diperoleh hasil 2 pernyataan berada pada kategori sangat rendah, 3 pernyataan berada pada kategori rendah, 6 pernyataan berada pada kategori sedang, 2 pernyataan berada pada kategori tinggi, dan 2 pernyataan berada pada kategori tinggi sekali. Aspek intuition terdiri dari 15 pernyataan diperoleh hasil 4 pernyataan berada pada kategori sangat rendah, 7 pernyataan berada pada kategori rendah, dan 4 pernyataan berada pada kategori sedang.

Aspek thinking terdiri dari 15 pernyataan diperoleh hasil 3 pernyataan berada pada kategori sangat rendah, 1 pernyataan berada pada kategori rendah, 4 pernyataan berada pada kategori sedang, dan 7 pernyataan berada pada kategori tinggi. Aspek feeling terdiri dari 15 pernyataan diperoleh hasil 3 pernyataan berada pada kategori sangat rendah, 1 pernyataan berada pada kategori rendah, 6 pernyataan berada pada kategori sedang, 2 pernyataan berada pada kategori tinggi, dan 3 pernyataan berada pada kategori tinggi sekali.

Aspek judging terdiri dari 2 pernyataan berada pada kategori sangat rendah, 2 pernyataan berada apada kategori rendah, 2 pernyataan berada pada kategori sedang, 6 pernyataan berada pada kategori tinggi, dan 3 pernyataan berada pada kategoti tinggi sekali. Aspek perceiving terdiri dari 15 pernyataan diperoleh hasil 3 pernyataan berada pada kategori sangat rendah, 1 pernyataan


(31)

berada pada kategori rendah, 5 pernyataan berada pada kategori sedang, 4 pernyataan berada pada kategori tinggi, dan 2 pernyataan berada pada kategori tinggi sekali.

2. Reliabilitas

Reliabilitas suatu alat ukur atau alat evaluasi dimaksudkan sebagai suatu alat yang memberikan hasil yang tetap sama (konsisten, ajeg).

Dalam analisis reliabilitas ini akan digunakan rumus Alpha untuk doal uraian (Suherman, 2003: 155). Rumusnya adalah:

Dimana: = koefisien reliabilitas n = banyak butir soal = variansi skor tiap soal = variansi skor total

Skala penilaian reliabilitas soal menurut Guilford (Suherman, 2003: 139):

0,60 ≤ <0,20 : Derajat reliabilitas sangat rendah

0,20 ≤ <0,40 : Derajat reliabilitas rendah

0,40 ≤ <0,70 : Derajat reliabilitas sedang

0,70 ≤ <0,90 : Derajat reliabilitas tinggi

0,90 ≤ 1,00 : Derajat reliabilitas sangat tinggi

Hasil uji reliabilitas dianalisis menggunakan metode statistika menggunakan Microsoft excel. Hasil perhitungan terhadap 120 pernyataan yang mengungkap kepribadian peserta didik di SMA Negeri 1 Lembang diperoleh semua aspek termasuk pada kategori reliabilitas tinggi. Adapun hasil penghitungangan reliabilitas lebih rincinya adalah aspek ekstrovert 0,95; introvert 0,98; sensing 0,94; intuiting 0,95; thinking-feeling 0,94; judging-perceiving 0,94.


(32)

43

G. Teknik Pengumpulan Data dan Analisis Data

1. Verifikasi Data

Verifikasi data yaitu sutau langkah pemeriksaan terhadap data yang diperoleh dalam rangka pengumpulan data untuk menyeleksi atau memilih data yang memadai untuk diolah. Adapun tahap verifikasi yang dilakukan adalah: a. Memeriksa skala MBTI yang terkumpul harus sama dengan angket yang

disebar.

b. Memeriksa skala MBTI yang terkumpul telah dijawab sesuai dengan petunjuk pengisian.

c. Memeriksa angket yang terkumpul tidak ada yang rusak atau bagian yang hilang.

d. Menyeleksi kelengkapan data.

Proses seleksi ditempuh dengan cara memilih lembar jawaban yang telah diisi dengan lengkap.

Hasil verifikasi data menunjukan semua angket yang telah diisi oleh peserta didik layak untuk diolah.

2. Penskoran

Penskoran yang digunakan adalah menggunakan skala Guttman. Skala ini mempunyai ciri penting, yakni merupakan skala kumulatif dan mengukur satu dimensi saja dari satu variabel yang multi dimensi, sehingga skala ini termasuk mempunyai sifat undimensional. Dalam penelitian ini skala Guttman digunakan karena dapat lebih meyakinkan peneliti tentang kesatuan dimensi dari kepribadian berdasarkan peminatan yang sedang diteliti. Jawaban hanya terdapat dua pilihan. Skor 1 untuk jawaban setuju (ya) dan 0 untuk tidak setuju (tidak).

3. Analisis Data

Proses pengolahan dan analisis data, digunakan perhitungan rata-rata melalui statistika Deskriptif. Proses tersebut memanfaatkan programMicrosoft

excel. Penelitian memiliki tiga rumusan pertanyaan penelitian. Pertanyaan


(33)

a. Profil kepribadian peserta didik berdasarkan peminatan matematika dan ilmu alam di Kelas X SMA Negeri 1 Lembang Tahun Pelajaran 2013/2014 diperoleh dari hasil persentase jawaban peserta didik dalam angket kepribadian

Myers-Briggs Type Indicator. Cara yang dilakukan dengan menjumlahkan

jawaban untuk masing-masing skala kepribadian. Dan untuk persentase jawaban yang menunjunkan lebih dari 50% maka di kategorikan tinggi.

b. Profil kepribadian peserta didik berdasarkan peminatan ilmu sosial di Kelas X SMA Negeri 1 Lembang Tahun Pelajaran 2013/2014 diperoleh dari hasil persentase jawaban peserta didik dalam angket kepribadian Myers-Briggs Type

Indicator. Cara yang dilakukan dengan menjumlahkan jawaban untuk

masing-masing skala kepribadian. Dan untuk persentase jawaban yang menunjunkan lebih dari 50% maka di kategorikan tinggi.

c. Rancangan Program Bimbingan yang secara hipotetik untuk mengembangkan kepribadian peserta didik berdasarkan kelompok peminatan kelas X di SMA Negeri 1 Lembang tahun pelajaran 2013/2014 diperoleh dari hasil pengolahan data, dan saran pengembangan dari skala kepribadian dijadikan acuan dalam pembuatan program layanan bimbingan dan konseling.

H.Prosedur Penelitan

Penelitian mengikuti langkah-langkah berikut:

1. Menyusun proposal penelitian dibimbing oleh dosen mata kuliah metode riset BK.

2. Mengajukan proposal penelitian pada seminar proposal dosen mata kuliah metode riset, kemudian direvisi.

3. Rekomendasi dosen pembimbing skripsi oleh dosen mata kuliah metode riset. 4. Mengajukan permohonan pengangkatan dosen pembimbing, yang disahkan oleh dewan skripsi, dan ketua Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan. 5. Melakukan studi pendahuluan ke SMA Negeri 1 Lembang mengenai


(34)

45

6. Mengembangkan instrumen penelitian dan melakukan uji kelayakan instrumen oleh dosen-dosen ahli Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan serta dosen Psikologi.

7. Melakukan uji coba instrumen di SMA 7 Bandung. 8. Memperbaiki instrumen.

9. Menyebarkan instrumen di SMA Negeri 1 Lembang.

10.Melaksanakan pengolahan, mendeskripsikan dan menganalisis data yang telah terkumpul.

11.Mendeskripsikan hasil pengolahan data dan menyusun program bimbingan dan konseling di SMA Negeri 1 Lembang, kesimpulan dan membuat rekomendasi.


(35)

alam di kelas X SMA Negeri 1 Lembang Tahun Ajaran 2013-2014

Hasil penelitian menunjukkan kepribadian peserta didik kelompok peminatan Matematika dan Ilmu alam atau yang lebih dikenal di SMA Negeri 1 Lembang sebagai kelas MS termasuk pada kelompok kepribadian Extroverted

thinking with intuiting (ENTJ). Tipe kepribadian Extroverted thinking with intuiting (ENTJ) merupakan tipe orang yang suka di rumah dan berkumpul

bersama keluarga. Mereka menyenangi organisasi dan struktur yang tertata. Tipe ini sangat cocok untuk eksekutif perusahaan dan administrator.

Ekstroversi terkait dengan orientasi terhadap hal di luar diri seseorang. Kelompok peminatan Matematika dan Ilmu Alam cenderung pada kepribadian

ekstrovert dibandingkan kepribadian introvert. Selain kepribadian ekstrovert kelas

X MS juga memililiki kombinasi fungsi mengintuisi (intuiting), berpikir (thinking), dan judging.

2. Profil kepribadian peserta didik berdasarkan pemintan ilmu-ilmu sosial di kelas X SMA Negeri 1 Lembang Tahun Ajaran 2013-2014

Hasil penelitian menunjukkan kepribadian peserta didik kelompok peminatan Ilmu-ilmu sosial termasuk pada Extroverted thinking with sensing (ESTJ). Tipe kepribadian Extroverted thinking with sensing (ESTJ) merupakan tipe peserta didik yang berpikir ekstrovert dengan menngindra. Mereka dapat bertanggung jawab, mereka bersifat realistis, membumi, rapi dan menenangi tradisi yang berlaku.

Untuk kecenderungan kepribadian yang pertama yakni ekstroversi.

Extroverted atau ekstrovert yakni lebih mementingkan dunia eksternal yang terdiri

dari segala benda, orang lain, dan aktivitas-aktivitas luar. Yang dimaksud Jung dalam tipologi ini adalah apakah Anda (sebagai sebuah ego) lebih sering mengedepankan persona dan lebih memilih berhadapan dengan realitas luar.


(36)

73

Ekstroversi terkait dengan orientasi terhadap hal di luar diri seseorang. Kelas SOS dikatakan cenderung ke arah ekstrovert karena peserta didik yang memiliki kepribadian ini mencapai 35 orang peserta didik, yang tentunya melebihi dari 50% peserta didik di kelas SOS.

Kombinasi fungsi di kelas X SOS ini adalah mengindra (sensing), yang berarti memperoleh informasi melalui kepekaan pancaindra. Orang yang peka selalu melihat dan mendengar dan secara umum ingin tahu apa terjadi di dunia luar. Jung menyebutnya dengan fungsi irasional, karena yang terlibat di sini adalah persepsi, bukan penilaian atas informasi yang diperoleh dari pancaindra. Kelas SOS dikatakan lebih cenderung ke sensing karena terdapat 31 peserta didik yang memiliki kecenderungan kepribadian senssing.

Berpikir (thinking) berarti penelaahan terhadap informasi atau ide-ide secara rasional dan logis. Jung menyebutnya sebagai fungsi rasional, karena yang terlibat di sini adalah keputusan-keputusan yang diambil atau penilaian yang dibuat bukanlah informasi yang diterima begitu saja. Terdapat 28 peserta didik yang termasuk pada fungsi thinking, dan tentunya peserta didik yang memiliki fungsi ini lebih dari 50% peserta didik di kelompok peminatan ilmu-ilmu sosial.

B.Rekomendasi

1. Bagi Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan

Bagi jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan selaku lembaga yang menghasilkan calon konselor di sekolah dapat menambahkan mengenai materi tentang kepribadian dan instrument yang dapat digunakan untuk mengukur kepribadian dengan cara mengintensifkan perkuliahan sehingga calon konselor memiliki keterampilan dalam membantu peserta didik dalam memecahkan permasalahan-permasalahan yang dihadapi oleh peserta didik.

2. Bagi Guru BK SMA Negeri 1 Lembang

Bagi guru BK SMA Negeri 1 Lembang selaku pihak yang berwenang dalam memberikan pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah, diharapkan mampu merespon kebutuhan peserta didik untuk mengaktualisasikan diri yang sesuai dengan kepribadian peserta didik sehingga Guru Bimbingan dan Konseling


(37)

mampu melakukan berbagai inovasi dan memiliki keterampilan khususnya dalam memberikan pelayanan Bimbingan dan Konseling. Upaya yang dapat dilakukan Guru Bimbingan dan Konseling untuk membantu siswa mengaktualisasikan dirinya, salah satunya dengan mengaplikasikan program Bimbingan dan Konseling untuk membantu aktualisasi peserta didik yang telah dirancang oleh peneliti, namun belum diaplikasikan langsung terhadap peserta didik. Guru Bimbingan dan Konseling dapat memberikan pelayanan kepada peserta didik dengan berbagai keterampilan yang kreatif dan inovatif untuk membantu peserta didik mengaktualisasikan diri.

3. Bagi Guru Bidang Studi

Bagi Guru Bidang studi sebagai pihak yang lebih banyak berinteraksi dengan siswa agar dapat lebih memahami kepribadian peserta didik dalam proses belajar mengajar. Guru Bidang Studi dapat melakukan pendekatan untuk keberhasilan mengajarnya kepada peserta didik dengan berbagai keterampilan yang kreatif dan inovatif yang sesuai dengan kepribadian peserta didik.

4. Bagi Peneliti Selanjutnya

a. Membandingkan gambaran umum kepribadian peserta didik pada setiap jenjang pendidikan, jenis kelamin sehingga gambaran yang dihasilkan cenderung dinamis dan menyeluruh.

b. Menggunakan pendekatan dan metode penelitian yang lebih beragam, seperti eksperimen.


(38)

DAFTAR PUSTAKA

Abid, Wildani. (2011). Pengaruh Prestasi Belajar, Pengembangan Karir dan

Aktualisasi Diri Terhadap Minat Melanjutkan Pendidikan ke Perguruan Tinggi Siswa SMK di Kota Yogyakarta. Tesis Universitas Negeri

Yogyakarta: Repository UNY.

Amiruddin. (2011). Pengaruh Kepribadian dan Motivasi Terhadap Kepuasan

Kerja Guru SMP Negeri 2 Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang. Makalah. Serdang.

Arikunto, Suharsimi. (1998). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Produk. Jakarta: Rineka Cipta.

Astuti, Indri. (2009). Mengurangi Perilaku Membolos Siswa dengan

Menggunakan Layanan Konseling Individual. Skripsi Sarjana pada FIP

Universitas Negeri Yogyakarta: tidak diterbitkan.

Ayuningtyas. (2011). Profil Kepribadian Siswa Berdasarkan Pola Asuh Orang

Tua. Skripsi Jurusan PPB FIP UPI Bandung: Tidak Diterbitkan.

Boeree, George. (2008). Personality Theory. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.

Bhakti, dkk. (2013). “Standar Kompetensi Siswa di Indonesia (Landasan

Pengembangan Program Bimbingan dan Konseling Komprehensif)”. Makalah pada Kongres XII dan Konvensi Nasional XVIII ABKIN, Denpasar.

Dharmayana, I Wayan. (2013). “Peran Konselor dalam Pendampingan

Keterlibatan Bersekolah (School Engagement) untuk Meningkatkan

Keunggulan Akademik Peserta Didik”. Makalah pada Kongres XII dan Konvensi Nasional XVIII ABKIN, Denpasar.

Direktorat Pembinaan Pendidikan Tenaga Kependidikan dan Ketenagaan Pendidikan Tinggi. (2008). Penataan Pendidikan Profesional Konselor

dan Layanan Bimbingan dan Konseling dalam Jalur Pendidikan Formal.

Jakarta: Direktorat Pembinaan Pendidikan Tenaga Kependidikan dan Ketenagaan Pendidikan Tinggi, Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi, Departemen Pendidikan Nasional.

Friedman, Howard. (2006). Kepribadian Teori Klasik dan Riset Modern Edisi

Ketiga. Jakarta: Erlangga.


(39)

Helmi. (2013). Kecenderungan Kepribadian Peserta Didik Berdasarkan Tingkat

Gejala Stres Akademik. Skripsi Jurusan PPB FIP UPI Bandung: Tidak

Diterbitkan.

Herni Siti. (2010). Profil Kepribadian Siswa Berdasarkan Kluster Sekolah. Skripsi Jurusan PPB FIP UPI Bandung: Tidak Diterbitkan.

Hidayat, Dudung Rahmat. (2007). “Memahami Karakteristik dan Faktor yang

Mempengaruhi Kepribadian yang Sehat”. Makalah pada kuliah

pengembangan kepribadian, Bandung.

Jawa Pos. (2013). Kurikulum 2013. [Online]. Tersedia: http//www. Jawa Pos. com. [10 Oktober 2013].

Kartadinata, Sunaryo. (2013). “Penegasan Posisi BK dalam Kurikulum 2013”.

Makalah pada seminar kurikulum 2013, Bandung.

Kartadinata, Sunaryo. (2011). Menguak Tabir Bimbingan dan Konseling sebagai

Upaya Pedagogis. Bandung: UPI Press.

Kartono, Kartini. (2005). Teori Kepribadian. Bandung: Mandar Maju.

Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. (2013). Kurikukum 2013 Kompetensi

Dasar SMA/MA, Jakarta: Kemendikbud.

Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. (2013). Pedoman Peminatan Peserta

Didik, Jakarta: Kemendikbud.

Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. (2013). Praktik Pelayanan Peminatan

Peserta Didik, Jakarta: Kemendikbud.

Maulana, Zohra. (2011). Meningkatkan Kemandirian Belajar Melalui Layanan

Informasi Pada Siswa Kelas XI IPS SMA Negeri 1 Tolangogula Kabupaten Gorontalo. Jurnal Psikologi Pendidikan. 1-17.

Manhiru, Thayeb. (1992). Pengantar Bimbingan dan Konseling Karir. Jakarta: Bumi Aksara.

Mudrika, Nafis. (2009). MBTI (Myers-Briggs Type Indicator). Yogyakarta: Ebook.

Mohamad Agus. (2011). Profil Kepribadian Siswa Berprestasi Unggul dan Asor

Berdasarkan Program Studi. Skripsi Jurusan PPB FIP UPI Bandung:

Tidak Diterbitkan.

Nurihsan, Juntika. (2006). Strategi Layanan Bimbingan dan Konseling. Bandung: Refika Aditama.

Purwoko, Budi 2007. Jurnal Psikologi Pendidikan dan Bimbingan. Unesa Press. 9, 1-10.


(40)

77

Putro, Djodi Restyo. (2011). Studi Komparasi Penggunaan Metode Ceramah dan

Diskusi Terhadap Minat dan Prestasi Belajar Siswa dalam Pembelajaran PKN di SMPN 3 Prambanan Sleman. Universitas Negeri Yogyakarta:

tidak diterbitkan.

Rachman, (2013). Sekolah Sebagai Sarana Peminatan. [Online]. Tersedia:

http://www.kompas.com [10 Oktober 2013].

Sariono (2013). Kurikulum 2013: “Kurikulum Generasi Emas”. E-Jurnal Dinas Pendidikan Kota Surabaya. 3, 1-9.

Setiawan, Yamin. (2006). Tes MBTI. [Online]. Tersedia:

http://www.yaminsetiawan.com. [10 Oktober 2013].

Shertzer, B. & Stone-Shelley. 1971. Fundamental of Guidance. New York: Houghton Mifflin Company.

Slameto. (2010). Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi. Jakarta: Rineka Cipta.

Sobur, A. (2006). Psikologi Umum. Bandung: Pustaka Setia.

Suara Pembaharuan. (2013). Kurikulum 2013, Peminatan di SMA Sesuai Rapor

dan Wawancara. [Online]. Tersedia: http//www. suarapembaharuan. com.

[21 Oktober 2013].

Suherman, E. (2003). Evaluasi Pembelajaran Matematika. Bandung: Jica UPI Suherman, E. (2003). (2004). Model-Model Pembelajaran. Makalah pada diklat

pembelajaran bagi guru-guru pengurus MGMP matematika. Sujanto, Agus. (2004). Psikologi Umum. Jakarta: Rineka Cipta.

Sukmadinata, Nana Syaodih. (2008). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Supriyono dan Ahmadi. (2004). Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.Surya, Mohamad. (2003). Teori-Teori Konseling. Bandung: CV. Pustaka Bani Quraisy.

Surya, Mohammad. (2003). Teori-Teori Konseling. Bandung: Pustaka BanI Quraisy.

Syaiful dkk. (2008). Kecemasan Berkomputer (Computer Anxiety) dan

Karakteristik Tipe Kepribadina Pada Mahasiswa Akuntansi. Makalah

Simposium Nasional Akuntansi ke 11. Pontianak.

Tjoe, dkk. (2009). Pemeringkatan Faktor-Faktor yang Mendukung Mahasiswa

dalam Mengambil Keputusan Terhadap Pemilihan Peminatan. Jurnal


(41)

Unwanullah, Arif. (2008). “Evaluasi Program Penjurusan Siswa Sekolah Menengah Atas di Kabpaten Tuban”. Penelitian dan Evaluasi Pendidikan,

Yogyakarta.

Wibowo, Mungin Edi. (2013). “Posisi BK dalam Kurikulum 2013”. Makalah pada

seminar kurikulum 2013, Bandung.

Widaningsih, Dedeh. (2008). Evaluasi Pembelajaran Matematika. Diktat Kuliah. Tasikmalaya : PSPM FKIP UNSIL.

Winkel, W. S. (2004). Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan. Yogyakarta: Media Abadi.

Wirakarta & Nursalim. (2008). Penerapan Konseling Trait and Factor pada

Siswa yang Mengalami Kesulitan Memilih Program Penjurusan Bahasa.

Jurnal Psikologi Pendidikan dan Bimbingan. 1, 1-10.

Yusuf, Syamsu dan Nurihsan, Juntika. (2008). Teori Kepribadian. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Yusuf, S. & Nurihsan, J. 2010. Landasan Bimbingan & Konseling. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.


(1)

Listiya Dewi Yuniar, 2014

Ekstroversi terkait dengan orientasi terhadap hal di luar diri seseorang. Kelas SOS dikatakan cenderung ke arah ekstrovert karena peserta didik yang memiliki kepribadian ini mencapai 35 orang peserta didik, yang tentunya melebihi dari 50% peserta didik di kelas SOS.

Kombinasi fungsi di kelas X SOS ini adalah mengindra (sensing), yang berarti memperoleh informasi melalui kepekaan pancaindra. Orang yang peka selalu melihat dan mendengar dan secara umum ingin tahu apa terjadi di dunia luar. Jung menyebutnya dengan fungsi irasional, karena yang terlibat di sini adalah persepsi, bukan penilaian atas informasi yang diperoleh dari pancaindra. Kelas SOS dikatakan lebih cenderung ke sensing karena terdapat 31 peserta didik yang memiliki kecenderungan kepribadian senssing.

Berpikir (thinking) berarti penelaahan terhadap informasi atau ide-ide secara rasional dan logis. Jung menyebutnya sebagai fungsi rasional, karena yang terlibat di sini adalah keputusan-keputusan yang diambil atau penilaian yang dibuat bukanlah informasi yang diterima begitu saja. Terdapat 28 peserta didik yang termasuk pada fungsi thinking, dan tentunya peserta didik yang memiliki fungsi ini lebih dari 50% peserta didik di kelompok peminatan ilmu-ilmu sosial.

B.Rekomendasi

1. Bagi Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan

Bagi jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan selaku lembaga yang menghasilkan calon konselor di sekolah dapat menambahkan mengenai materi tentang kepribadian dan instrument yang dapat digunakan untuk mengukur kepribadian dengan cara mengintensifkan perkuliahan sehingga calon konselor memiliki keterampilan dalam membantu peserta didik dalam memecahkan permasalahan-permasalahan yang dihadapi oleh peserta didik.

2. Bagi Guru BK SMA Negeri 1 Lembang

Bagi guru BK SMA Negeri 1 Lembang selaku pihak yang berwenang dalam memberikan pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah, diharapkan mampu merespon kebutuhan peserta didik untuk mengaktualisasikan diri yang sesuai dengan kepribadian peserta didik sehingga Guru Bimbingan dan Konseling


(2)

74

mampu melakukan berbagai inovasi dan memiliki keterampilan khususnya dalam memberikan pelayanan Bimbingan dan Konseling. Upaya yang dapat dilakukan Guru Bimbingan dan Konseling untuk membantu siswa mengaktualisasikan dirinya, salah satunya dengan mengaplikasikan program Bimbingan dan Konseling untuk membantu aktualisasi peserta didik yang telah dirancang oleh peneliti, namun belum diaplikasikan langsung terhadap peserta didik. Guru Bimbingan dan Konseling dapat memberikan pelayanan kepada peserta didik dengan berbagai keterampilan yang kreatif dan inovatif untuk membantu peserta didik mengaktualisasikan diri.

3. Bagi Guru Bidang Studi

Bagi Guru Bidang studi sebagai pihak yang lebih banyak berinteraksi dengan siswa agar dapat lebih memahami kepribadian peserta didik dalam proses belajar mengajar. Guru Bidang Studi dapat melakukan pendekatan untuk keberhasilan mengajarnya kepada peserta didik dengan berbagai keterampilan yang kreatif dan inovatif yang sesuai dengan kepribadian peserta didik.

4. Bagi Peneliti Selanjutnya

a. Membandingkan gambaran umum kepribadian peserta didik pada setiap jenjang pendidikan, jenis kelamin sehingga gambaran yang dihasilkan cenderung dinamis dan menyeluruh.

b. Menggunakan pendekatan dan metode penelitian yang lebih beragam, seperti eksperimen.


(3)

75 Listiya Dewi Yuniar, 2014

Tinggi Siswa SMK di Kota Yogyakarta. Tesis Universitas Negeri Yogyakarta: Repository UNY.

Amiruddin. (2011). Pengaruh Kepribadian dan Motivasi Terhadap Kepuasan Kerja Guru SMP Negeri 2 Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang. Makalah. Serdang.

Arikunto, Suharsimi. (1998). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Produk. Jakarta: Rineka Cipta.

Astuti, Indri. (2009). Mengurangi Perilaku Membolos Siswa dengan Menggunakan Layanan Konseling Individual. Skripsi Sarjana pada FIP Universitas Negeri Yogyakarta: tidak diterbitkan.

Ayuningtyas. (2011). Profil Kepribadian Siswa Berdasarkan Pola Asuh Orang Tua. Skripsi Jurusan PPB FIP UPI Bandung: Tidak Diterbitkan.

Boeree, George. (2008). Personality Theory. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.

Bhakti, dkk. (2013). “Standar Kompetensi Siswa di Indonesia (Landasan Pengembangan Program Bimbingan dan Konseling Komprehensif)”. Makalah pada Kongres XII dan Konvensi Nasional XVIII ABKIN, Denpasar.

Dharmayana, I Wayan. (2013). “Peran Konselor dalam Pendampingan Keterlibatan Bersekolah (School Engagement) untuk Meningkatkan Keunggulan Akademik Peserta Didik”. Makalah pada Kongres XII dan Konvensi Nasional XVIII ABKIN, Denpasar.

Direktorat Pembinaan Pendidikan Tenaga Kependidikan dan Ketenagaan Pendidikan Tinggi. (2008). Penataan Pendidikan Profesional Konselor dan Layanan Bimbingan dan Konseling dalam Jalur Pendidikan Formal. Jakarta: Direktorat Pembinaan Pendidikan Tenaga Kependidikan dan Ketenagaan Pendidikan Tinggi, Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi, Departemen Pendidikan Nasional.

Friedman, Howard. (2006). Kepribadian Teori Klasik dan Riset Modern Edisi Ketiga. Jakarta: Erlangga.


(4)

76

Helmi. (2013). Kecenderungan Kepribadian Peserta Didik Berdasarkan Tingkat Gejala Stres Akademik. Skripsi Jurusan PPB FIP UPI Bandung: Tidak Diterbitkan.

Herni Siti. (2010). Profil Kepribadian Siswa Berdasarkan Kluster Sekolah. Skripsi Jurusan PPB FIP UPI Bandung: Tidak Diterbitkan.

Hidayat, Dudung Rahmat. (2007). “Memahami Karakteristik dan Faktor yang Mempengaruhi Kepribadian yang Sehat”. Makalah pada kuliah pengembangan kepribadian, Bandung.

Jawa Pos. (2013). Kurikulum 2013. [Online]. Tersedia: http//www. Jawa Pos. com. [10 Oktober 2013].

Kartadinata, Sunaryo. (2013). “Penegasan Posisi BK dalam Kurikulum 2013”. Makalah pada seminar kurikulum 2013, Bandung.

Kartadinata, Sunaryo. (2011). Menguak Tabir Bimbingan dan Konseling sebagai Upaya Pedagogis. Bandung: UPI Press.

Kartono, Kartini. (2005). Teori Kepribadian. Bandung: Mandar Maju.

Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. (2013). Kurikukum 2013 Kompetensi Dasar SMA/MA, Jakarta: Kemendikbud.

Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. (2013). Pedoman Peminatan Peserta Didik, Jakarta: Kemendikbud.

Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. (2013). Praktik Pelayanan Peminatan Peserta Didik, Jakarta: Kemendikbud.

Maulana, Zohra. (2011). Meningkatkan Kemandirian Belajar Melalui Layanan Informasi Pada Siswa Kelas XI IPS SMA Negeri 1 Tolangogula Kabupaten Gorontalo. Jurnal Psikologi Pendidikan. 1-17.

Manhiru, Thayeb. (1992). Pengantar Bimbingan dan Konseling Karir. Jakarta: Bumi Aksara.

Mudrika, Nafis. (2009). MBTI (Myers-Briggs Type Indicator). Yogyakarta: Ebook.

Mohamad Agus. (2011). Profil Kepribadian Siswa Berprestasi Unggul dan Asor Berdasarkan Program Studi. Skripsi Jurusan PPB FIP UPI Bandung: Tidak Diterbitkan.

Nurihsan, Juntika. (2006). Strategi Layanan Bimbingan dan Konseling. Bandung: Refika Aditama.

Purwoko, Budi 2007. Jurnal Psikologi Pendidikan dan Bimbingan. Unesa Press. 9, 1-10.


(5)

Listiya Dewi Yuniar, 2014

Putro, Djodi Restyo. (2011). Studi Komparasi Penggunaan Metode Ceramah dan Diskusi Terhadap Minat dan Prestasi Belajar Siswa dalam Pembelajaran PKN di SMPN 3 Prambanan Sleman. Universitas Negeri Yogyakarta: tidak diterbitkan.

Rachman, (2013). Sekolah Sebagai Sarana Peminatan. [Online]. Tersedia:

http://www.kompas.com [10 Oktober 2013].

Sariono (2013). Kurikulum 2013: “Kurikulum Generasi Emas”. E-Jurnal Dinas Pendidikan Kota Surabaya. 3, 1-9.

Setiawan, Yamin. (2006). Tes MBTI. [Online]. Tersedia:

http://www.yaminsetiawan.com. [10 Oktober 2013].

Shertzer, B. & Stone-Shelley. 1971. Fundamental of Guidance. New York: Houghton Mifflin Company.

Slameto. (2010). Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi. Jakarta: Rineka Cipta.

Sobur, A. (2006). Psikologi Umum. Bandung: Pustaka Setia.

Suara Pembaharuan. (2013). Kurikulum 2013, Peminatan di SMA Sesuai Rapor dan Wawancara. [Online]. Tersedia: http//www. suarapembaharuan. com. [21 Oktober 2013].

Suherman, E. (2003). Evaluasi Pembelajaran Matematika. Bandung: Jica UPI Suherman, E. (2003). (2004). Model-Model Pembelajaran. Makalah pada diklat

pembelajaran bagi guru-guru pengurus MGMP matematika. Sujanto, Agus. (2004). Psikologi Umum. Jakarta: Rineka Cipta.

Sukmadinata, Nana Syaodih. (2008). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Supriyono dan Ahmadi. (2004). Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.Surya, Mohamad. (2003). Teori-Teori Konseling. Bandung: CV. Pustaka Bani Quraisy.

Surya, Mohammad. (2003). Teori-Teori Konseling. Bandung: Pustaka BanI Quraisy.

Syaiful dkk. (2008). Kecemasan Berkomputer (Computer Anxiety) dan Karakteristik Tipe Kepribadina Pada Mahasiswa Akuntansi. Makalah Simposium Nasional Akuntansi ke 11. Pontianak.

Tjoe, dkk. (2009). Pemeringkatan Faktor-Faktor yang Mendukung Mahasiswa dalam Mengambil Keputusan Terhadap Pemilihan Peminatan. Jurnal Manajemen. 1, 1-15.


(6)

78

Unwanullah, Arif. (2008). “Evaluasi Program Penjurusan Siswa Sekolah

Menengah Atas di Kabpaten Tuban”. Penelitian dan Evaluasi Pendidikan, Yogyakarta.

Wibowo, Mungin Edi. (2013). “Posisi BK dalam Kurikulum 2013”. Makalah pada seminar kurikulum 2013, Bandung.

Widaningsih, Dedeh. (2008). Evaluasi Pembelajaran Matematika. Diktat Kuliah. Tasikmalaya : PSPM FKIP UNSIL.

Winkel, W. S. (2004). Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan. Yogyakarta: Media Abadi.

Wirakarta & Nursalim. (2008). Penerapan Konseling Trait and Factor pada Siswa yang Mengalami Kesulitan Memilih Program Penjurusan Bahasa. Jurnal Psikologi Pendidikan dan Bimbingan. 1, 1-10.

Yusuf, Syamsu dan Nurihsan, Juntika. (2008). Teori Kepribadian. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Yusuf, S. & Nurihsan, J. 2010. Landasan Bimbingan & Konseling. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.