PENINGKATAN PERILAKU PROSOSIAL SISWA MELALUI TAYANGAN REALITY SHOW DALAM PEMBELAJARAN IPS : Penelitian Tindakan Kelas di Kelas VIII E SMP Negeri 12 Bandung.

(1)

PENINGKATAN PERILAKU PROSOSIAL SISWA MELALUI

TAYANGAN REALITY SHOW DALAM PEMBELAJARAN IPS

(Penelitian Tindakan Kelas di Kelas VIII E SMP Negeri 12 Bandung)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana S1 Program Studi Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

Oleh Eka Pratiwi

1001807

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2014


(2)

PENINGKATAN PERILAKU PROSOSIAL SISWA MELALUI TAYANGAN REALITY SHOW DALAM PEMBELAJARAN IPS

(Penelitian Tindakan Kelas di Kelas VIII E SMP Negeri 12 Bandung)

Oleh Eka Pratiwi

Sebuah Skripsi yang Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana pada Program Studi Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

© Eka Pratiwi

Universitas Pendidikan Indonesia Agustus 2014

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

Skripsi ini Tidak Boleh Diperbanyak Seluruhnya atau Sebagian, dengan Dicetak Ulang, Difoto kopi, atau Cara Lainnya Tanpa Izin dari Penulis


(3)

LEMBAR PENGESAHAN

EKA PRATIWI

PENINGKATAN PERILAKU PROSOSIAL SISWA MELALUI TAYANGAN

REALITY SHOW DALAM PEMBELAJARAN IPS (PENELITIAN TINDAKAN

KELAS DI KELAS VIII E SMP NEGERI 12 BANDUNG)

Disetujui dan disahkan oleh pembimbing:

PEMBIMBING I,

Prof. Dr. Aim Abdulkarim, M.Pd NIP: 19590714 198601 1 001

PEMBIMBING II,

Dra. Neiny Ratmaningsih, M.Pd NIP: 19611215 198603 2 003

Diketahui oleh Ketua Prodi Pendidikan IPS,

Dr. Nana Supriatna, M.Ed NIP: 19611014 198601 1 001


(4)

Skripsi ini diuji pada

Hari/ Tanggal : Selasa, 26 Agustus 2014

Tempat : Gedung FPIPS Universitas Pendidikan Indonesia

Panitia ujian terdiri atas :

1. Ketua : Prof. Dr. H. Karim Suryadi, M.Si NIP. 19700814 199402 1 001

2. Sekretaris : Dr. Nana Supriatna, M. Ed NIP. 19611014 198601 1 001

3. Penguji 3.1 : Dr. Hj. Kokom Komalasari, M. Pd NIP. 19580105 198002 1 002

3.2 : Dr. Nana Supriatna, M. Ed NIP. 19611014 198601 1 001

3.3 : Drs. Faqih Samlawi, MA NIP. 19600804 198803 1 001


(5)

DAFTAR ISI

LEMBAR PERNYATAAN ... i

KATA PENGANTAR ... ii

UCAPAN TERIMAKASIH ... iii

ABSTRAK ... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR DIAGRAM ... xiv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian ... 1

B. Rumusan Masalah ... 7

C. Tujuan Penelitian ... 8

D. Manfaat Penelitian ... 8

E. . Struktur Organisasi Skripsi ... 9

BAB II PENINGKATAN PERILAKU PROSOSIAL SISWA MELALUI TAYANGAN REALITY SHOW DALAM PEMBELAJARAN IPS A. Belajar dan Pembelajaran, Tujuan dan Ruang Lingkup Pembelajaran IPS ... 11

B. Tinjauan Tentang Perilaku Prososial ... 18

C. Tinjauan Tentang Tayangan Reality Show ... 23

D. Penelitian yang Relevan ... 32

BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitian ... 34

B. Desain Penelitian ... 34

C. Metode Penelitian... 37

D. Definisi Operasional... 38

E. Instrumen Penelitian... 41

F. Teknik Pengumpulan Data ... 51


(6)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Umum Lokasi Penelitian ... 57

1. Lokasi Penelitian ... 57

2. Setting Kelas... 57

3. Deskripsi Visi, Misi dan Tujuan SMP Negeri 12 Bandung .. 58

4. Profil Guru Mitra ... 59

B. Deskripsi Hasil Penelitian ... 60

1. Pelaksanaan Wawancara dan Observasi Awal Pembelajaran IPS ... 60

a. Hasil Wawancara dengan Guru Mitra ... 60

b. Hasil Observasi Awal Pembelajaran Pembelajaran IPS di Kelas VIII E ... 63

c. Refleksi Temuan Awal Penelitian ... 65

d. Rencana Tindakan Siklus Pertama ... 66

2. Paparan Siklus Pertama ... 67

a. Deskripsi Hasil Observasi Tindakan ... 67

b. Deskripsi Hasil Angket Siswa ... 76

c. Deskripsi Hasil Belajar ... 90

d. Refleksi ... 95

e. Rencana Tindakan Siklus Kedua ... 95

3. Paparan Siklus Kedua ... 97

a. Deskripsi Hasil Observasi Tindakan ... 97

b. Deskripsi Hasil Angket Siswa ... 106

c. Deskripsi Hasil Belajar ... 120

d. Refleksi ... 125

e. Rencana Tindakan Siklus Ketiga ... 125

4. Paparan Siklus Ketiga ... 127

a. Deskripsi Hasil Observasi Tindakan ... 127

b. Deskripsi Hasil Angket Siswa ... 136


(7)

d. Deskripsi Hasil Belajar ... 151 e. Refleksi ... 156 C. Peningkatan Hasil Siklus Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ... 157 D. Analisis Hasil Pembelajaran IPS Melalui Tayangan

Reality Show untuk Meningkatkan Perilaku Prososial Siswa ... 179

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan ... 190 B. Saran ... 192 DAFTAR PUSTAKA ... 194 LAMPIRAN-LAMPIRAN


(8)

Eka Pratiwi, 2014

ABSTRAK

Peningkatan Perilaku Prososial Siswa Melalui Tayangan Reality Show dalam Pembelajaran IPS (Penelitian Tindakan Kelas di Kelas VIII E SMP Negeri 12 Bandung)

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh rendahnya perilaku prososial siswa dalam pembelajaran IPS dikelas, dibuktikan dengan banyak siswa yang mengeluh karena tidak mau satu kelompok dengan teman yang tidak dekat dengannya, pembelajaran tidak menggunakan media yang menarik, sumber belajar yang digunakan hanya dari buku, serta siswa tidak peduli dengan teman dan lingkungan kelasnya. Oleh karena itu, penggunaan tayangan reality show diterapkan dalam pembelajaran IPS untuk meningkatkan prilaku prososial siswa kelas VIII E SMP Negeri 12 Bandung. Dengan mengacu pada latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Bagaimana kontribusi penggunaan tayangan

reality show dalam pembelajaran IPS dapat meningkatkan perilaku prososial?.

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif dan kuantitatif. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian tindakan kelas. Hasil dari penelitian yang diperoleh dengan penggunaan tayangan

reality show dalam pembelajaran IPS adalah meningkatnya perilaku prososial

siswa, karena siswa telah mampu bekerjasama dengan baik terhadap siapapun dalam kelompoknya, siswa mau membantu teman-teman, serta siswa mau berbagi dengan teman dan orang lain yang membutuhkan.


(9)

Eka Pratiwi, 2014

ABSTRACT

The Increasing of Prosocial Student Behavior through Reality Shows program in Social Studies Learning (Classroom Action Research in grade VIII E SMP Negeri 12 Bandung)

This research is background by the low of the prosocial behavior of students in learning social studies class, proved by many students who complain because they do not want a group with friends who are not close to him/her, the learning education do not use interesting media, learning resources are used only from books, and the students do not care with friends and class environment. Therefore, the use of reality show program applied in teaching social studies to increase the prosocial behavior of students in grade VIII E SMP Negeri 12 Bandung. With reference to the background above, the formulation of the problem in this research is how the contribution of the use reality show program in social studies learning can increase prosocial behavior?. The approach that used in this study is a qualitative and quantitative approach. The method that used in this study is classroom action research method. The results of the study were obtained with the use of reality show program in social studies learning is increasing prosocial behavior of students, because the students have been able to work well with anyone in the group, the students want to help each other, and students want to share with friends and other people who need.


(10)

Eka Pratiwi, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

Manusia adalah makhluk individu dan makhluk sosial. Sebagai makhluk individu, manusia memiliki kebebasan dalam hidupnya. Namun disisi lain, manusia juga adalah makhluk sosial, yang tidak terlepas dari orang lain dan lingkungan sosialnya. Dimana dalam lingkungan sosial tersebut manusia akan saling berinteraksi satu sama lain, karena pada dasarnya manusia memiliki kebutuhan untuk berinteraksi dengan orang lain. Hal tersebut selaras dengan pernyataan Effendi (2011: 32) bahwa manusia dikatakan sebagai makhluk sosial dikarenakan beberapa alasan, yaitu: manusia tunduk pada aturan dan norma sosial, perilaku manusia mengharapkan suatu penilaian dari orang lain, manusia memiliki kebutuhan untuk berinteraksi dengan orang lain, dan potensi manusia akan berkembang bila ia hidup ditengah-tengah manusia.

Manusia tidak dapat hidup sendiri, karena sejatinya manusia membutuhkan pertolongan orang lain. Manusia akan saling memberikan pertolongan satu sama lain untuk membantu meringankan beban sesamanya. Dengan saling berinteraksi dalam lingkungan sosial, maka keterampilan sosial yang dimiliki individu akan terus berkembang. Dengan demikian, agar manusia mampu berkembang dengan optimal diperlukan usaha-usaha untuk mengoptimalkan kemampuannya, dan salah satu usahanya adalah pendidikan, baik yang bersifat formal maupun non formal.

Pendidikan memiliki tujuan untuk mengembangkan potensi-potensi yang ada dalam setiap individu yang mencakup pengembangan aspek kognitif, afektif dan psikomotor. Ketiga aspek tersebut menjadi tujuan utama dalam pencapaian tujuan pendidikan. Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 pasal 1, ayat 1 tentang SISDIKNAS yang mengemukakan tentang Tujuan Pendidikan Nasional bahwa:


(11)

“Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif menumbuhkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara”. Salah satu prinsip dalam penyelenggaraan pendidikan adalah bahwa pendidikan diselenggarakan sebagai proses pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat. Dimana dalam proses tersebut diperlukan guru yang memberikan keteladanan, membangun motivasi, serta mengembangkan potensi dan kreativitas peserta didik. Sekolah dalam hal ini merupakan lembaga pendidikan formal yang diharapkan mampu mengembangkan potensi yang ada pada setiap individu secara optimal. Selaras dengan Djahiri 1985 (Meisendi 2013 : 1) yang mengemukakan bahwa : Sekolah merupakan salah satu lembaga pendidikan tempat belajar, dimana anak akan berusaha membina, mengembangkan dan menyempurnakan potensi dirinya serta dunia kehidupan dan masa depannya. Dengan demikian, sekolah merupakan tempat dimana peserta didik dapat mengembangkan kemampuan dan keterampilannya dengan baik, tentunya dengan mengikuti berbagai rangkaian atau program-program pengajaran. Dimana program pengajaran tersebut di tuangkan dalam berbagai bentuk mata pelajaran dan salah satunya adalah mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS).

Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) adalah salah satu mata pelajaran yang ada ditingkat sekolah yang merupakan suatu wadah pengembang keterampilan sosial bagi masyarakat, terutama bagi para siswa-siswi yang masih duduk dibangku sekolah. Materi pelajaran yang kompleks dan mencakup berbagai disiplin ilmu dalam mata pelajaran IPS, sebenarnya membuat IPS menjadi kaya dan berwarna, karena secara langsung kita bisa mengkaji suatu masalah melalui berbagai disiplin ilmu sosial seperti sejarah, ekonomi, geografi, sosiologi hingga politik. Namun, salah satu hal yang menjadi tantangan dalam pembelajaran IPS saat ini adalah bagaimana materi IPS yang telah dipelajari dan dipahami secara mendalam akan

mampu memunculkan perilaku yang “pro” terhadap kehidupan masyarakat dan


(12)

Mewujudkan suatu pembelajaran bermakna dan diterapkan dalam perilaku sehari-hari dapat dilakukan dengan memfokuskan aktivitas pembelajaran pada peserta didik, karena pembelajaran yang efektif merupakan pembelajaran yang terfokus pada peserta didik sedangkan guru hanya sebagai fasilitator, sehingga peserta didik sepenuhnya akan terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran. Kegiatan belajar mengajar merupakan jantung pendidikan, karena belajar mengajar adalah kegiatan utama yang menentukan kelancaran pelaksanaan pendidikan itu sendiri. Melalui kegiatan belajar mengajar, peserta didik diharapkan mampu memahami materi pelajaran dan mewujudkannya dalam perilaku sosial yang diharapkan masyarakat. Hal tersebut akan terwujud manakala setiap aspek pendidikan saling mendukung, dari mulai guru, peserta didik, sarana prasarana (termasuk media pembelajaran) hingga model atau metode pembelajaran yang digunakan, disesuaikan dengan tujuan pembelajaran yang telah tercantum dalam UU. Dan ketika siswa memiliki perilaku sosial yang diharapkan masyarakat, yaitu perilaku prososial, dimana menurut Baron dan Byrne (2005), menyatakan bahwa perilaku prososial adalah suatu tindakan menolong yang menguntungkan orang lain tanpa harus menyediakan suatu keuntungan langsung pada orang yang melakukan tindakan tersebut, dan mungkin bahkan melibatkan suatu resiko bagi orang yang menolong. Hal tersebut merupakan salah satu bentuk perwujudan dari tujuan pembelajaran IPS itu sendiri, yaitu untuk mengembangkan potensi peserta didik agar peka terhadap masalah sosial yang terjadi di masyarakat, memiliki sikap mental positif terhadap perbaikan segala ketimpangan yang terjadi, dan terampil mengatasi setiap masalah yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari (Puskurbuk, 2006:7).

Salah satu anggapan tentang IPS yang mengemukakan bahwa IPS adalah mata pelajaran yang sulit dan kurang menarik minat siswa, membuat kondisi ideal dalam proses pembelajaran seperti diatas masih belum terlaksana. Pembelajaran yang monoton, membosankan dan belum berorientasi pada penerapan perilaku sosial siswa sehari-hari sebagai akibat dari kurangnya variasi dalam proses pembelajaran. Sedangkan perkembangan zaman dan kemajuan tekhnologi


(13)

menyebabkan sikap manusia menjadi semakin individualis dan perilaku sosial yang dimiliki individu semakin luntur. Permasalahan tersebut menarik untuk dicarikan sebuah solusi konkrit, sehingga penulis merealisasikannya dalam suatu bentuk penelitian. Adapun jenis penelitian yang dipilih adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK), karena disesuaikan dengan kondisi dan permasalahan yang terjadi di dalam kelas.

Penelitian tindakan kelas yang dilakukan oleh penulis di kelas VIII E SMP Negeri 12 Bandung ini, memfokuskan kajian mengenai upaya guru untuk meningkatkan perilaku prososial siswa. Fokus kajian tersebut diambil berdasarkan pertimbangan dari data yang penulis temukan pada saat melakukan observasi awal dilapangan yang dilakukan bersama guru mata pelajaran IPS. Penulis akan menjabarkan keadaanya sebagai berikut: Pertama, pembelajaran yang monoton atau masih berpusat pada guru. Disini yang lebih berperan aktif adalah guru bukan siswa, sehingga siswa cenderung pasif dan kurang berpartisipasi pada saat kegiatan pembelajaran berlangsung. Jika dilihat dari karakteristik materi pelajaran IPS itu sendiri memang sebagian besar menekankan pada aspek kognitif, yaitu dengan menghafal konsep, sehingga membuat siswa jenuh hanya duduk diam mendengarkan penjelasan guru. Banyak siswa yang mengantuk dan lebih memilih mengobrol dengan teman dari pada memperhatikan guru yang sedang menerangkan materi pelajaran di depan kelas.

Kedua, siswa terlihat kurang peduli terhadap keadaan kelasnya. Hal ini Nampak pada kondisi kelas yang kurang bersih dan kondusif, hampir dibawah setiap meja dan kursi siswa terdapat sampah yang berupa bungkus permen, kertas, tisue dan plastik-plastik pembungkus makanan. Mereka menganggap bahwa sampah-sampah tersebut bukanlah tanggung jawabnya melainkan tanggung jawab petugas piket atau petugas kebersihan. Disamping itu, kurangnya sarana untuk membersihkan sampah seperti sapu juga ikut menjadi pemicu malasnya siswa untuk membersihkan meja dan kursi tempat duduknya. Keadaan tersebut menggambarkan bahwa minimnya sikap saling membantu dan tolong menolong dalam diri siswa.


(14)

Ketiga, pada saat diskusi dengan menggunakan metode jigsaw, siswa terlihat kurang begitu nyaman dengan teman kelompoknya, ada yang mengerjakan sendiri, ada yang mengobrol dengan teman kelompok lain, sehingga proses diskusi tidak berjalan dengan baik dan kondusif. Hal ini mengindikasikan bahwa masih sulit bagi siswa-siswi untuk melakukan kerjasama dengan teman yang lainnya, serta masih sulit untuk saling berbagi tentang pengetahuan yang telah mereka miliki.

Hasil wawancara penulis dengan guru mata pelajaran IPS, memberikan informasi bahwa beberapa permasalahan yang penulis kemukakan diatas memang benar adanya. Dan penulis mengindikasikan bahwa materi pelajaran IPS hanya pada tahap pengetahuan dan belum tercermin dalam sikap atau perilaku siswa sehari-hari.

Ketertarikan penulis untuk meneliti permasalahan terkait minimnya perilaku prososial yang dimiliki siswa dikelas VIII E SMP Negeri 12 Bandung dikarenakan penulis ingin memberikan suatu model pembelajaran dengan media baru sebagai contoh perilaku yang mengembangkan perilaku prososial pada siswa. Penyelesaian masalah yang terjadi di kelas VIII E ini adalah masalah yang sangat penting untuk diselesaikan, karena pengembangan perilaku prososial ini berlandaskan konsepsi yang dikemukakan oleh Banks (Sapriya,2007 : 3) bahwa

social studies merupakan bagian dari kurikulum sekolah dasar dan menengah

yang mempunyai tanggung jawab pokok membantu para siswa untuk mengembangkan pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai yang diperlukan dalam hidup bernegara dilingkungan masyarakatnya. Berdasarkan teori tersebut, sikap atau perilaku menjadi suatu indikator untuk menilai ketercapaian suatu pembelajaran, dalam hal ini pembelajaran IPS yang basic pengetahuannya berangkat dari masyarakat dan akan bermuara ke dalam masyarakat pula, yaitu melalui sikap atau perilaku yang dilakukan siswa saat mereka menghadapi masalah-masalah sosial yang ada.


(15)

Perilaku prososial merupakan wujud tertanamnya hasil dari pembelajaran IPS pada siswa, dimana Einsenberg (Saripah, 2006) menyatakan bahwa perkembangan perilaku prososial remaja yang berada dalam fase pubertas, berada pada tingkat emphatic of traditional atau strongly internalized. Pada tahap

emphatic of traditional, remaja sudah mulai menunjukkan respon simpatik,

merasa bersalah atas kegagalan memberi respon, merasa nyaman apabila telah melakukan sesuatu yang benar, mengambil rujukan-rujukan mengenai prinsip-prinsip kewajiban dan nilai-nilai yang abstrak walaupun masih rancu. Sedangkan pada tahap strongly internalized, remaja memiliki justifikasi untuk membantu didasarkan pada nilai-nilai, norma, pengaruh dan tanggung jawab yang diinternalisasikan secara kuat. Pelanggaran terhadap prinsip-prinsip seseorang yang terinternalisasikan akan merusak rasa hormat terhadap diri sendiri.

Siswa kelas VIII E merupakan anak pada tahap usia remaja yang umumnya belajar berperilaku prososial dengan jalan melakukan peniruan atau imitasi terhadap teman-temannya, bila remaja mampu berperilaku menyenangkan orang lain maka akan mendapatkan reward atau hadiah atas perilaku yang telah dilakukan yang dapat diberikan dalam bentuk pujian dan penerimaan dari anggota kelompok terhadap kehadiran remaja. Pada masa remaja perilaku prososial dilakukan lebih berorientasi pada hubungan remaja dengan orang lain. Remaja ingin ikut serta aktif melibatkan diri dalam kegiatan-kegiatan sosial dan mempunyai harapan untuk bisa membantu memecahkan persoalan yang dihadapi oleh orang lain, Hurlock (dalam Frisnawati : 2012).

Perkembangan zaman dan kemajuan tekhnologi menyebabkan sikap manusia menjadi semakin individualis dan sikap sosial yang dimiliki individu semakin luntur. Dan remaja merupakan golongan masyarakat yang mudah terkena pengaruh dari luar. Hal ini tampak pada kecenderungan untuk lebih mementingkan diri sendiri dari pada orang lain. Jadi, tidaklah mengherankan apabila di kota-kota besar nilai-nilai pengabdian, kepedulian, kesetiakawanan dan tolong-menolong mengalami penurunan sehingga yang nampak adalah perwujudan kepentingan diri sendiri dan rasa individualis. Ini memungkinkan


(16)

orang tidak lagi memperdulikan orang lain dengan kata lain enggan untuk melakukan tindakan prososial.

Pengalaman dengan model prososial dalam kehidupan nyata dan dalam media memiliki kemungkinan membawa pengaruh positif pada tingkah laku prososial siswa. Dalam hal ini, televisi adalah suatu media yang digunakan untuk meningkatkan perilaku prososial siswa. Televisi dipilih sebagai media pembelajaran karena penulis menafsirkan bahwa sebagian besar waktu siswa dihabiskan dengan menonton televisi dan ini akan memudahkan siswa dalam meningkatkan perilaku prososialnya. Televisi saat ini banyak menayangkan berbagai program, dan salah suatu program televisi yang menurut peneliti baik untuk meningkatkan perilaku prososial adalah reality show. Acara realitas (reality

show) adalah acara televisi yang menggambarkan adegan yang seakan-akan

benar-benar berlangsung tanpa skenario, dengan pemain yang umumnya khalayak umum biasa, bukan pemeran atau artis. Acara dokumenter dan acara seperti berita dan olahraga tidak termasuk acara realitas, Hermandini (dalam Frisnawati : 2012). Ketertarikan individu terhadap program televisi, dalam hal ini adalah program reality show, akan menarik perhatian individu karena aktifitas tersebut sesuai dengan minat yaitu kegemaran menonton televisi. Kegemaran menonton televisi pada siswa akan jauh lebih kuat dan efektif untuk meningkatkan perilaku prososial dibandingkan dengan aktifitas yang tidak sesuai dengan minatnya. Hal

ini sejalan dengan Frisnawati dalam penelitiannya yang berjudul “HUBUNGAN

ANTARA INTENSITAS MENONTON REALITY SHOW DENGAN

KECENDERUNGAN PERILAKU PROSOSIAL PADA REMAJA”

membuktikan bahwa variabel intensitas menonton reality show memberi sumbangan efektif sebesar 9,9 % terhadap kecenderungan perilaku prososial pada remaja. Semakin terpusat perhatian dan semakin sering pengamatan dilakukan oleh model, maka semakin memungkinkan suatu perilaku model ditiru penonton dalam kehidupan nyata. Dengan demikian, peneliti dalam hal ini termotivasi untuk melakukan penelitian tentang peningkatan perilaku prososial siswa melalui tayangan reality show.


(17)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka penulis merumuskan permasalahan dalam penelitian ini sebagai berikut :

a. Bagaimana langkah-langkah perencanaan pembelajaran IPS dengan menggunakan tayangan reality show sebagai upaya untuk meningkatkan perilaku prososial siswa?

b. Bagaimana guru melaksanakan proses pembelajaran IPS dengan memanfaatkan tayangan reality show sebagai upaya untuk meningkatkan perilaku prososial siswa?

c. Apakah yang menjadi kendala dan bagaimana upaya yang dilakukan oleh guru untuk mengatasi kendala dalam penggunaan tayangan reality show dalam pembelajaran IPS untuk meningkatkan perilaku prososial siswa? d. Bagaimanakah kontribusi penggunaan tayangan reality show dalam

pembelajaran IPS sebagai upaya meningkatkan perilaku prososial siswa?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh jawaban dari permasalahan yang dikemukakan seperti diatas, maka tujuan secara umum dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan perilaku prososial siswa melalui tayangan reality

show dalam pembelajaran IPS di SMP Negeri 12 Bandung.

Adapun secara khusus, tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Mendeskripsikan langkah-langkah perencanaan pembelajaran IPS dengan

menggunakan tayangan reality show untuk meningkatkan perilaku prososial siswa di kelas VIII E.

2. Memaparkan bagaimana pelaksanaan pembelajaran melalui tayangan

reality show sebagai upaya untuk meningkatkan perilaku prososial siswa.

3. Mengkaji kendala yang ditemui pada saat mengembangkan pembelajaran melalui tayangan reality show dan upaya yang dilakukan untuk mengatasi kendala dalam meningkatkan perilaku prososial siswa.


(18)

4. Mendeskripsikan bagaimana kontribusi penggunaan tayangan reality show dalam pembelajaran IPS dalam upaya meningkatkan perilaku prososial siswa.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini diantaranya adalah : 1. Manfaat Teoritis

a. Untuk memperkaya keilmuan serta sebagai referensi bagi peneliti selanjutnya.

b. Hasil penelitian dapat digunakan sebagai salah satu sumber belajar guru terkait pengembangan media pembelajaran IPS.

2. Manfaat Praktis

a. Diharapkan dengan adanya penelitian ini dapat bermanfaat dalam upaya meningkatkan kualitas pembelajaran, khususnya dalam mata pelajaran IPS di SMP Negeri 12 Bandung.

b. Diharapkan dapat meningkatkan perilaku prososial siswa dalam bergaul di lingkungan sekolah maupun di lingkungan masyarakat luas. c. Diharapkan dapat meningkatkan motivasi belajar siswa terhadap mata

pelajaran IPS.

d. Diharapkan dapat merubah paradigma dan iklim belajar IPS kearah yang lebih positif dan penuh makna.

E. Struktur Organisasi Skripsi

Sistematika penulisan dalam penyusunan skripsi ini adalah sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini secara garis besar memuat tentang latar belakang penelitian, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, serta sistematika penulisan. BAB II KAJIAN PUSTAKA

Bab ini berisi tentang pemaparan konsep-konsep yang mendukung penelitian yaitu terkait dengan perilaku prososial dan tayangan reality show


(19)

yang diambil dari berbagai literatur, sebagai landasan dalam pelaksanaan penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

Bab ini memuat tentang tahapan-tahapan penelitian yang ditempuh oleh penulis untuk menyelesaikan penelitian, dimulai dari persiapan, prosedur pelaksanaan PTK, analisis data yang mencakup sumber data, teknik pengumpulan dan alat pengumpulan data.

BAB IV HASIL PENELITIAN

Bab ini memaparkan tentang hasil penelitian yang didasarkan pada data, fakta dan informasi yang ditemukan dilapangan yang dikolaborasikan dengan beberapa literatur yang menunjang.

BAB V KESIMPULAN

Bab ini memaparkan keputusan yang dihasilkan dari penelitian yang dilakukan penulis sebagai jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang diteliti.


(20)

Eka Pratiwi, 2014

BAB III

METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini bertempat di SMP Negeri 12 Bandung yang terletak di jalan Dr. Setiabudhi no 195, Telp 2013947 Bandung. Alasan peneliti melakukan penelitian di lokasi tersebut karena dalam pelaksanaan belajar mengajar dikelas, terlihat bahwa tingkat perilaku prososial siswa sangat kurang. Hal ini tergambar melalui kegiatan diskusi kelompok, banyak siswa yang mengeluh tidak bisa bekerjasama dengan anggota kelompok lainnya dan memilih untuk pindah ke kelompok lain yang sama dengan teman akrabnya. Sehingga peneliti tertarik untuk menggunakan tayangan reality show sebagai contoh bagi siswa untuk meningkatkan perilaku prososialnya.

2. Subjek Penelitian

Dalam penelitian ini, yang menjadi subjek penelitian adalah guru mata pelajaran IPS dan siswa-siswi di SMPN 12 Bandung kelas VIII E. dengan jumlah siswa 39 orang, yang terdiri dari 20 siswa perempuan dan 19 siswa laki-laki.

B. Desain Penelitian

Prosedur penelitian tindakan kelas yang peneliti gunakan mengacu pada model penelitian dari Kemmis dan Mc Taggart. Mereka mengatakan bahwa penelitian tindakan adalah suatu siklus spiral yang terdiri dari perencanaan, pelaksanaan tindakan (action), pengamatan (observasi), dan refleksi yang selanjutnya akan diikuti dengan siklus spiral berikutnya apabila masih belum ada kemajuan.


(21)

Prosedur atau alur penelitian dalam PTK, ini digambarkan sebagai berikut :

Identifikasi masalah Rumusan masalah

Siklus I

Siklus II

Siklus III

Gambar 3.1 Alur Penelitian Tindakan Kelas diadaptasi dari Model Spiral Kemmis Dan Mc Taggart.

a. Refleksi Awal

Pada tahap ini, peneliti melakukan pengamatan awal untuk mengidentifikasi kesulitan-kesulitan siswa dalam meningkatkan perilaku prososial dalam proses pembelajaran.

Penyusunan rencana tindakan

Observasi Pelaksanaan

tindakan

Penyusunan rencana tindakan Refleksi

Penyusunan rencana tindakan

Pelaksanaan tindakan

Refleksi Observasi

Observasi Pelaksanaan

tindakan Refleksi


(22)

b. Penyusunan Perencanaan (plan)

Setelah dilakukan penyusunan perencanaan dari hasil pengamatan awal dan menemukan kesulitan-kesulitannya, lalu diadakan perencanaan dengan menyusun instrumen penelitian berupa : Rencana Program Pembelajaran (RPP), membuat media pembelajaran dengan menggunakan tayangan reality show, lembar kegiatan siswa (LKS), angket dan lembar observasi.

c. Pelaksanaan Tindakan (Action)

Pada tahap ini, rencana yang telah disusun pada tahap perencanaan di laksanakan pada proses kegiatan belajar mengajar di kelas dengan menggunakan tayangan reality show , mulai dari tindakan 1, 2, 3 dst.

d. Observasi (pengamatan)

Kegiatan observasi dimaksudkan sebagai kegiatan pengumpulan data tambahan bagi peneliti. Dalam kegiatan ini, peneliti mengamati hasil atau dampak dari tindakan yang dilaksanakan atau dikenakan terhadap siswa.

e. Refleksi

Berdasarkan hasil pengamatan dan pelaksanaan pembelajaran IPS dengan menggunakan tayangan reality show, peneliti menemukan kelebihan dan kekurangan yang terjadi selama proses belajar mengajar berlangsung, kemudian mengklasifikasikannya kedalam tiap indikator penilaian untuk menjadi pertimbangan dalam perencanaan tindakan pada siklus berikutnya.

Pada gambar siklus pembelajaran tersebut tampak bahwa di dalamnya terdiri atas tiga siklus. Untuk pelaksanaan sesungguhnya, jumlah siklus sangat tergantung pada materi dan tujuan pembelajaran. Dengan demikian, jumlah siklus pada model tersebut bisa lebih dari tiga siklus, melihat dari hasil yang telah dicapai apakah berhasil atau belum.


(23)

C. Metode penelitian

1. Pendekatan Penelitian

Penelitian merupakan suatu kegiatan penyelidikan yang dilakukan sesuai dengan metode ilmiah yang sistematis untuk menemukan informasi ilmiah dan atau teknologi baru, membuktikan kebenaran atau ketidakbenaran hipotesis sehingga dapat dirumuskan sebuah teori atau proses gejala sosial. Penelitian juga bisa diartikan kegiatan mencermati suatu objek dengan menggunakan aturan metodologi tertentu untuk mendapatkan data atau informasi yang bermanfaat untuk selanjutnya data tersebut dianalisis untuk dicari kesimpulannya, Kunandar (2011: 42).

Suatu penelitian ilmiah dapat menggunakan pendekatan kuantitatif maupun kualitatif. Pendekatan kuantitatif menggunakan alat uji statistik, maupun matematik yang sering disebut sebagai analisis deskriptif kuantitatif, sedangkan pendekatan kualitatif lebih mendasarkan pada penalaran logis (logical reasoning), pemahaman interpretasi terhadap obyek penelitian. Menurut (Creswell dalam Wiriaatmadja 2012: 8) menjabarkan bahwa penelitian kualitatif adalah sebuah proses inkuiri yang menyelidiki masalah-masalah sosial dan kemanusiaan dengan tradisi metodologi yang berbeda. Peneliti membangun sebuah gambaran yang kompleks dan holistik, menganalisis kata-kata, melaporkan pandangan atau opini para informan, dan keseluruhan studi berlangsung dalam latar situasi yang alamiah atau wajar (natural setting).

2. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode Penelitian Tindakan Kelas. Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action research) ini bertujuan untuk meningkatkan kinerja guru, meningkatkan kualitas belajar mengajar serta meningkatkan aktivitas belajar peserta didik, dan diharapkan dapat


(24)

berdampak pada peningkatan perilaku prososial siswa dalam pembelajaran IPS melalui tayangan reality show. Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action

Research) merupakan suatu bentuk penelitian yang dilaksanakan oleh guru, untuk

memecahkan masalah yang dihadapi dalam melaksanakan tugas pokoknya, yaitu mengelola pelaksanaan kegiatan belajar mengajar. Seperti yang dijelaskan oleh Ebbutt (dalam Wiriaatmadja, 2012: 12) mengemukakan bahwa penelitian tindakan kelas adalah kajian sistematik dari upaya perbaikan pelaksanaan praktek pendidikan oleh sekelompk guru dengan melakukan tindakan-tindakan dalam pembelajaran, berdasarkan refleksi mereka mengenai hasil dari tindakan-tindakan tersebut.

Penelitian tindakan adalah sebuah bentuk inkuiri reflektif yang dilakukan secara kemitraan mengenai situasi sosial tertentu (termasuk pendidikan) untuk meningkatkan rasionalitas dan keadilan dari a) Kegiatan praktek sosial atau pendidikan mereka, b) pemahaman mereka mengenai kegiatan-kegiatan praktek pendidikan ini, dan c) situasi yang memungkinkan terlaksananya kegiatan praktek ini. Sedangkan menurut Hopkins (dalam Komalasari 2011: 271) merumuskan bahwa penelitian tindakan kelas sebagai penelitian yang mengkombinasikan prosedur penelitian dengan tindakan substansif, suatu tindakan yang dilakukan dalam disiplin inkuiri, atau suatu usaha seseorang untuk memahami apa yang sedang terjadi, sambil terlibat dalam sebuah prosedur perbaikan dan perubahan. Secara umum, langkah-langkah penelitian tindakan kelas meliputi : tahap persiapan, diagnostik, perencanaan tindakan kelas untuk memecahkan masalah, dan teurapeutik. Sedangkan prosedur penelitian tindakan kelas meliputi : 1. Perencanaan (planning), 2. Pelaksanaan tindakan kelas (action), 3. Observasi (observation) dan refleksi (reflection) dalam setiap siklus.

Dalam penelitian tindakan kelas, secara partisipatif peneliti dan guru mata pelajaran akan bekerja sama, mulai dari tahap orientasi, dilanjutkan dengan menyusun perencanaan berikut persiapan-persiapan yang diperlukan, pelaksanaan tindakan, evaluasi hingga tahap refleksi.


(25)

D. Definisi Operasional 1. Perilaku Prososial

Perilaku prososial dalam penelitian ini secara operasional didefinisikan sebagai bentuk perilaku positif siswa Kelas VIII E SMP Negeri 12 Bandung yang dapat memberikan keuntungan dan manfaat kepada teman-temannya tanpa mengharapkan imbalan.

Adapun bentuk-bentuk perilaku prososial menurut Eisenberg (dalam Triardhila, 2013: 3) merupakan:

„perilaku yang memberikan manfaat kepada orang lain, yaitu: berbagi

(memberikan barang ataupun cerita), menolong (melakukan sesuatu untuk memudahkan pihak kedua), menunjukkan kasih sayang secara fisik agar pihak kedua merasa lebih nyaman dan tenang, memberikan dukungan (memberikan semangat atau kesempatan kepada orang lain), serta

kerjasama‟.

Sejalan dengan pendapat tersebut, bentuk perilaku yang dikembangkan pada siswa dalam penelitian ini adalah kerjasama, menolong dan berbagi rasa.

1. Kerjasama adalah melakukan pekerjaan atau kegiatan secara bersama-sama berdasarkan kesepakatan untuk mencapai tujuan bersama pula. Adapun indikator dari aspek kerjasama adalah menunjukkan sikap kesediaan untuk bekerja secara berkelompok, menghargai masukan atau tanggapan orang lain, dan memberikan kontribusi untuk mencapai tujuan kelompok.

2. Menolong adalah membantu orang lain dengan cara meringankan beban fisik atau psikologis orang tersebut. Adapun indikator dari aspek menolong adalah menunjukkan sikap mau menolong orang yang kesusahan, menolong siapapun yang memerlukan bantuan, menunjukkan perilaku suka menolong, dan menolong tanpa mengharapkan imbalan.

3. Berbagi rasa adalah kesediaan untuk ikut merasakan apa yang dirasakan orang lain. Adapun indikator dari aspek berbagi rasa adalah mampu merasakan penderitaan orang lain, menunjukkan perilaku suka memberi dan berbagi kepada orang lain.


(26)

2. Tayangan Reality Show

Kegiatan pembelajaran IPS meliputi tentang segala aktivitas dan fenomena yang terjadi dimasyarakat. Reality Show adalah acara yang menampilkan orang-orang biasa secara aktual, bukan aktor, dalam situasi terbatas. Vivian (2008: 244). Acara reality show seringkali menampilkan “realitas” yang sudah dipengaruhi dan dimodifikasi, yang dirancang sedemikian rupa agar menarik pemirsa dan pada akhirnya menarik pengiklan. Dalam pembelajaran IPS, tayangan reality show merupakan suatu media pembelajaran yang mengangkat kisah hidup seseorang yang dijalani secara nyata dan apa adanya.

3. Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial

Dalam kurikulum 2006, pembelajaran IPS diarahkan pada Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang digunakan IPS adalah sebagai berikut :

“Mata pelajaran IPS disusun secara sistematis, komprehensif dan terpadu dalam

proses pembelajaran menuju kedewasaan dan keberhasilan dalam kehidupan di masyarakat”. Dengan demikian, peserta didik diharapkan akan memperoleh pemahaman yang lebih luas dan mendalam pada bidang ilmu yang berkaitan”.

Adapun pendekatan yang dipergunakan dalam pembelajaran IPS baik dalam mengembangkan program maupun metode pembelajarannya adalah sebagai berikut :

1. Siswa sentris, dimana faktor siswa yang lebih diutamakan.

2. Kemasyarakatan sentris, dimana masalah kehidupan nyata dan kemasyarakatan yang dijadikan sumber dan bahan serta temapat pembelajaran.

3. Ekosistem, dimana faktor lingkungan baik fisik maupun budayanya selalu dijadikan pertimbangan pembelajaran IPS.

4. Bersifat meluas, dengan pola pengorganisasian bahan yang terpadu dan bersifat korelated (bertautan dan berkesinambungan).


(27)

5. Menggunakan teknik inquiry dan menunjukkan student active learning (siswa belajar dengan aktif) sebagai media pembelajaran utama dan sekaligus akan melahirkan cara mengajar guru aktif.

6. Tujuan, maksudnya program dan pelaksanaan pembelajarannya berfokus pada tujuan yang telah ditentukan.

7. Integrated, menelaah suatu permasalahan sosial dari berbagai konsep dan sudut pandang ilmu-ilmu sosial lainnya.

8. Efisien dan efektif. Efisien dari segi tenaga/biaya, dari segi waktu dengan hasil yang maksimal.

E. Instrumen Penelitian

Dalam penelitian kualitatif, yang menjadi instrumen atau alat penelitian adalah peneliti itu sendiri. Nasution (dalam Sugiyono, 2012: 306) mengemukakan bahwa :

„Dalam penelitian kualitatif, tidak ada pilihan lain dari pada menjadikan

manusia sebagai instrumen penelitian utama. Alasannya ialah bahwa, segala sesuatunya belum mempunyai bentuk yang pasti. Masalah, fokus penelitian, prosedur penelitian, hipotesis yang digunakan, bahkan hasil yang diharapkan. Itu semuanya tidak dapat ditentukan secara pasti dan jelas sebelumnya. segala sesuatu masih perlu dikembangkan sepanjang penelitian itu. Dalam keadaan yang serba tidak pasti dan tidak jelas itu, tidak ada pilihan lain dan hanya penelitian itu sendiri sebagai alat satu-satunya yang dapat mencapainya‟.

Disamping itu, Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati. Dan dalam penelitian kualitatif ini disamping peneliti sebagai instrumen utama dalam penelitian, ada beberapa jenis instrumen yang digunakan dalam penelitian ini, diantaranya :

1. Wawancara.

Pedoman wawancara ini digunakan untuk mengetahui lebih lanjut terhadap data-data yang diperoleh melalui teknik pengumpulan data lainnya. Lembar wawancara berisi pertanyaan yang akan digunakan dalam tanya jawab terhadap responden, dalam hal ini adalah siswa kelas VIII E SMP N 12 Bandung.


(28)

2. Lembar pengamatan atau panduan observasi.

Lembar observasi adalah lembar kerja yang berfungsi untuk mengobservasi dan mengukur tingkat keberhasilan atau ketercapaian tujuan pembelajaran pada kegiatan belajar mengajar dikelas. Menurut Hadi (dalam Sugiyono, 2012: 196) mengemukakan bahwa observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari berbagai proses biologis dan psikologisi.

Observasi dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh informasi tentang kegiatan pembelajaran IPS dengan menggunakan tayangan reality show untuk meningkatkan perilaku prososial siswa.

3. Angket (questioner).

Untuk mengetahui sejauh mana perhatian dan pemahaman siswa mengenai pembelajaran dengan menggunakan tayangan reality show untuk meningkatkan perilaku prososial siswa. Angket adalah suatu daftar pertanyaan tertulis yang terinci dan lengkap yang harus dijawab oleh responden tentang pribadinya atau hal-hal yang diketahuinya.

Angket pada umumnya meminta keterangan tentang fakta yang diketahui oleh responden, mengenai pendapat atau sikap.

4. Lembar Catatan Lapangan.

Lembar catatan lapangan merupakan rekaman kejadian yang dilakuakn oleh observer atau peneliti sendiri untuk menuliskan hal-hal yang belum terekam melalui lembar observasi. Dalam penelitian ini, lembar catatan lapangan digunakan untuk mendapatkan refleksi terhadap keterlaksanaan pembelajaran IPS menggunakan tayangan reality show agar terlihat adanya perkembangan perilaku prososial siswa.

Keempat instrument diatas dapat dilihat dalam kisi-kisi berikut : Tabel 3.1

Kisi-Kisi Instrumen Penelitian


(29)

Penelitian Pertanyaan atau Pernyataan

Ukur

1. Perilaku Prososial

1.1

Kerjasama

+ (5) Angket 1.Saya mampu menjaga kekompakan kelompok pada saat terjadi perbedaan pendapat

2.Saya memberikan kontribusi pendapat, jawaban, serta kinerja yang baik dalam kelompok

3.Saya mampu bekerjasama dengan baik dalam

kelompok dikelas tanpa membeda-bedakan teman. 4.Saya mampu berteman

dengan siapapun tanpa memandang status sosialnya 5.Saya selalu menghargai

pendapat teman atau orang lain walaupun salah

- (4) Angket 6.Saya merasa marah ketika

pendapat orang lain berbeda dengan pendapat yang saya kemukakan

7.Saya hanya bisa

bekerjasama dengan teman yang dekat dengan saya 8.Saya menyerahkan semua


(30)

dapat memberikan jawaban atau pendapat sedikitpun 9.Saya memilih mengerjakan

tugas kelompok sendiri agar tidak terjadi perdebatan

1.2 Berbagi + (5) Angket 10.Saya membagi makanan milik saya kepada teman yang sedang kelaparan 11.Saya meluangkan waktu

untuk memberi penjelasan kepada teman tentang materi yang kurang dimengertinya 12.Saya mendengarkan

curhat/keluhan teman yang sedang ada masalah

13.Saya suka menghibur teman yang sedang sedih 14.Saya selalu menyisihkan

uang saku untuk membantu kaum dhuafa (lemah)


(31)

- (5) Angket 15.Saya menolak

meminjamkan catatan/buku kepada teman yang

membutuhkan 16.Saya menolak untuk

menyumbang saat ada teman yang tertimpa musibah

17.Saya hanya mentraktir teman yang pintar agar saya dibantu ketika ulangan 18.Saya enggan meluangkan

waktu untuk mendengarkan keluhan teman

19.Saya menolak

meminjamkan alat tulis kepada teman

1.3

Menolong

+ (4) Angket 20.Saya selalu mengambil sampah yang berada di bawah meja dan kursi saya, dan membuangnya

ketempat sampah

21.Saya suka membantu orang yang sedang tertimpa musibah

22.Saya selalu membantu orang tua dalam

mengerjakan pekerjaan rumah


(32)

mengambilkan

buku/barang yang terjatuh dari tas seseorang yang tidak dikenal

-(4) Angket 24.Saya hanya membantu

teman yang pernah membantu saya 25.Saya enggan untuk

membantu mengangkat kursi keatas meja setelah pulang sekolah

26.Saya tertawa saat melihat teman terjatuh dan kesakitan karena teman yang lain juga

menertawakannya 27.Saya enggan untuk

melaksanakan piket 2. Tayangan

Reality Show

2.1 Esensi tayangan

Reality Show

+ (8) Angket 28.Melalui tayangan reality

show, saya memahami

bahwa hidup harus saling tolong-menolong

29.Melihat tayangan reality

show, saya merasa terharu

dengan keadaan orang-orang yang memiliki nasib kurang beruntung.

30.Melalui tayangan reality

show, saya belajar bahwa


(33)

untuk bertahan hidup 31.Melalui tayangan reality

show, saya sangat

bersyukur atas nikmat yang diberikan oleh Tuhan YME kepada saya

32.Melalui tayangan reality

show, saya mendapatkan

banyak pelajaran tentang nilai moral

33.Melihat tayangan reality

show, saya ikut merasakan

penderitaan yang dialami oleh orang-orang yang kesusahan

34.Dengan melihat tayangan

reality show, saya menjadi

peduli terhadap nasib orang-orang yang kurang beruntung

35.Melalui tayangan reality

show, saya belajar

menghargai apa yang saya punya dan memahami makna berbagi


(34)

- (5) Angket 36.Tayangan reality show

adalah tayangan yang membosankan

37.Menonton tayangan reality

show membuat saya

mengantuk

38.Menonton tayangan reality

show, belum mampu

menumbuhkan perilaku tolong-menolong

39.Menonton tayangan reality

show, belum mampu

mengajarkan saya tentang perilaku berbagi

40.Mendiskusikan tayangan

reality show, tidak melatih

saya untuk dapat bekerjasama yang baik dalam kelompok Tahap

Pembelajara n

Tahap Identifikasi

Lembar observasi

aktivitas siswa

a. Siswa mampu berpartisipasi dalam bentuk perhatian selama proses pembelajaran b.Siswa mampu

mengomentari isi tayangan

reality show “Derai harap Bocah Penjual Baso”

c. Siswa mampu mengidentifikasi permasalahan yang ada dalam tayangan reality show


(35)

d.Siswa mampu menganalisis isi tayangan reality show

Kerjasama Lembar

observasi aktivitas

siswa

e. Siswa dapat aktif dalam kelompok

f. Siswa mampu bekerjasama dengan baik dalam

kelompoknya

i. Siswa mampu menghargai pendapat teman

k. Siswa mampu menjaga kekompakan dan kerjasama dalam kelompoknya pada saat berpendapat

Berbagi Lembar

observasi aktivitas

siswa

h. Siswa mampu

mengemukakan pendapat j. Siswa dapat memberikan

tanggapan terhadap

pendapat teman/ kelompok lain

p. Siswa mampu

menggambarkan apa yang mereka rasakan saat melihat kisah dalam tayangan reality

show

Menolong Lembar

observasi aktivitas

siswa

g. Siswa saling membantu dalam menyelesaikan tugas kelompoknya

o. Siswa memiliki keinginan untuk membantu orang-orang yang kekurangan


(36)

Tayangan Reality Show

l. Siswa mampu memberikan tanggapan terhadap tayangan

reality show yang

ditayangkan

m. Siswa mampu menyebutkan nilai-nilai moral yang

terkandung dalam tayangan

reality show

n. Siswa dapat mengambil pelajaran dari kisah dalam tayangan reality show q. Siswa mampu

mengidentifikasi sikap tokoh yang ada dalam tayangan

reality show Kegiatan Awal pembelajaran Kemampua n Membuka pelajaran Lembar Observasi Guru

a. Mengucapkan salam b.Mengecek kehadiran siswa c. Mengecek kebersihan kelas d.Menginformasikan tujuan

pembelajaran e. Melakukan Proses Pembelajar an Lembar Observasi Guru

a. Guru menyajikan atau menampilkan tayangan

reality show

b. Guru mampu menarik minat belajar siswa melalui

tayangan reality show yang disajikan

c. Guru membimbing siswa agar dapat mengidentifikasi


(37)

masalah yang ada dalam tayangan reality show d. Guru membagi siswa

kedalam beberapa kelompok yang berbeda latar belakang dan kemampuan

e. Guru menginstruksikan tata cara pelaksanaan kegiatan diskusi dan tugas-tugas yang harus diselesaikan siswa f. Guru membimbing siswa

mendiskusikan dan menganalisis isi tayangan

reality show

g. Memandu dalam pelaksanaan presentasi kelompok

Kemampua n menutup pembelajar an

Lembar Observasi

Guru

a. Memberikan kesempatan siswa untuk bertanya

b.Guru memberikan komentar dan penjelasan tentang hasil kegiatan belajar

c. Menginformasikan tugas atau materi untuk pertemuan berikutnya

d.Menutup pelajaran dengan mengucapkan salam Pedoman

wawancar a

1.Bagaimana tanggapanmu tentang pembelajaran IPS? 2.Apakah ada kesulitan saat


(38)

mengikuti pembelajaran IPS?

3.Bagaimana pendapat kalian tentang pembelajaran menggunakan tayangan

reality show?

4.Nilai moral apa saja yang kalian peroleh setelah melihat tayangan reality

show?

5.Bagaimana aplikasi perilaku prososial dalam kehidupan sehari-hari, seperti dalam keluarga, dikelas, atau di masyarakat?

Sumber : Dokumen Peneliti 2014

F. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang strategis dalam suatu penelitian, karena tujuan utama penelitian yaitu untuk mendapatkan data. Sugiyono (dalam Bone: 2008) mengatakan bahwa: pemilihan teknik pengumpulan data hendaknya disesuaikan dengan ciri khas data yang perlu dikumpulkan untuk mendukung tercapainya tujuan penelitian. Untuk keperluan trianggulasi data yang sama dapat dikumpulkan dengan teknik yang berbeda.

Menurut Creswell (dalam Bone: 2008) mengemukakan bahwa prosedur pengumpulan data dalam penelitian kualitatif terdiri dari empat tipe dasar, yaitu observasi, wawancara, dokumentasi dan audio visual. Adapun teknik pengumpul data yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini adalah :


(39)

Observasi berperanserta merupakan pengamatan yang dilakukan secara langsung terhadap objek penelitian untuk mendapatkan informasi atau data yang dibutuhkan dalam penelitiandan peneliti terlibat langsung didalamnya.

2. Wawancara

Wawancara merupakan pertanyaan-pertanyaan yang diajukan secara verbal kepada orang-orang yang dianggap dapat memberikan informasi atau penjelasan tentang hal-hal yang dibutuhkan. Dalam hal ini yang menjadi reponden adalah guru mitra dan siswa kelas VIII E yang akan ditanyakan mengenai penggunaan tayangan reality show dalam pembelajaran IPS.

3. Angket

Menurut Suherman (dalam Dameria, 2012) angket adalah sebuah daftar pertanyaan atau pernyataan yang harus dijawab oleh orang yang akan dievaluasi (responden). Angket dalam penelitian ini berfungsi sebagai pengumpul data yang berupa data diri pribadi, pengetahuan, keadaan, pendapat mengenai suatu hal, sikap serta perilaku. Angket digunakan untuk mengetahui respon siswa terhadap pembelajaran IPS dengan menggunakan tayangan reality show.

4. Catatan Lapangan

Catatan Lapangan merupakan catatan yang dibuat oleh peneliti untuk memperkaya data yang dimuat secara deskriptif tentang berbagai kegiatan, suasana dan keadaan kelas, iklim sekolah dan berbagai bentuk interaksi sosial lainnya.

G. Analisis Data a. Analisis Data

Data yang diperoleh dalam penelitian ini dianalisis dengan menggunakan analisis data kualitatif dan kuantitatif.


(40)

Semua data yang diperoleh terlebih dahulu dikategorisasikan berdasarkan fokus penelitian, kemudian peneliti menginterpretasikan data yang telah dikumpulkan. Ada beberapa hal yang dilakukan peneliti pada tahap awal, yaitu :

a. Mendeskripsikan perencanaan pelaksanaan tindakan b. Mendeskripsikan pelaksanaan tindakan setiap siklus 2. Analisis Data Kualitatif

Dalam penelitian kualitatif, analisis data telah dilakukan sejak awal penelitian dimulai, yaitu sejak merumuskan dan menjelaskan masalah, sebelum terjun ke lapangan, dan berlangsung terus sampai penulisan hasil penelitian, Nasution (dalam Sugiyono, 2012 : 333). Menurut Moleong (dalam Bone, 2008) Analisis dan penafsiran data merupakan proses yang tidak dapat dipisahkan dalam suatu penelitian. Data-data yang ada perlu dianalisis secara deskriptif supaya dapat memberikan gambaran yang jelas mengenai tahapan pelaksanaan penelitian, yakni keterampilan guru dalam meningkatkan perilaku prososial siswa melalui tayangan reality show dalam pembelajaran IPS. Dalam penelitian kualitatif, analisis data harus dituangkan dalam bentuk tulisan dan analisis.

Menurut Miles dan Huberman dalam (Silalahi, 2010) mengemukakan bahwa kegiatan analisis terdiri dari tiga alur kegiatan yang terjadi secara bersamaan, yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan/verifikasi. Terjadi secara bersamaan berarti reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan/verifikasi sebagai sesuatu yang jalin menjalin merupakan proses siklus dan interaktif pada saat sebelum, selama, dan sesudah pengumpulan data

dalam bentuk sejajar untuk membangun wawasan umum yang disebut “analisis”.

a. Reduksi Data

Data yang diperoleh dari lapangan ditulis dalam bentuk uraian yang terinci. Data ini akan terus bertumpuk jika tidak segera dianalisis sejak awal, namun data-data ini perlu direduksi, dirangkum, dipilih hal-hal pokok, difokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema atau polanya sehingga lebih mudah dikendalikan. Data yang direduksi memberi gambaran yang lebih tajam tentang hasil pengamatan


(41)

serta mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya dan mencarinya bila diperlukan.

b. Penyajian Data ( Display Data)

Alur kedua yang terpenting dalam kegiatan analisis dalam penelitian kualitatif adalah penyajian data atau display data, yaitu sebagai sekumpulan informasi tersusun yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan, dalam hal ini tindakan untuk melanjutkan ke siklus berikutnya atau tidak. Data yang bertumpuk akan menyulitkan peneliti untuk melihat bagaimana keterhubungan antara data-data tersebut, oleh karena itu, untuk dapat melihat gambaran secara keseluruhannya maka harus diusahakan membuat berbagai macam matriks, grafik dan chart. Semuanya dirancang untuk menggabungkan informasi yang ditemukan dilapangan kedalam suatu bentuk yang padu dan mudah dimengerti atau dipahami.

c. Menarik Kesimpulan/ verifikasi

Sejak awal peneliti berusaha mencari makna data yang telah dikumpulkannya, maka dari itu peneliti mencari pola, tema, hubungan persamaan hal-hal yang sering muncul dan sebagainya. Jadi data yang diperoleh sejak awal peneliti mencoba mengambil kesimpulan, akan tetapi dengan bertambahnya data maka kesimpulan itu lebih bersifat sementara. Jadi kesimpulan harus senantiasa di verifikasi selama penelitian berlangsung. Ketiga macam kegiatan tersebut diatas saling berkaitan satu sama lain selama penelitian masih berlangsung.

3. Analisis Data Kuantitatif

Analisis data kuantitatif digunakan untuk mengetahui tingkat perilaku prososial siswa dalam kehidupan sehari-hari yang dilihat dari hasil angket yang telah diisi oleh para siswa, kemudian dihitung melalui data kuantitatif yaitu dengan mencari rata-rata.


(42)

Analisis data dengan menggunakan instrumen penelitian berupa angket yaitu dengan cara frekuensi dibagi dengan jumlah responden dikali 100%, seperti yang dikemukakan oleh Sudjana (dalam Dameria: 2012) adalah sebagai berikut :

P= f x 100% n

b. Validasi Data

Validasi data berguna untuk membuktikan bahwa apa yang telah diamati peneliti sesuai dengan sesungguhnya yang ada dalam dunia nyata. Ada beberapa bentuk validasi data yang dapat peneliti gunakan dalam penelitian tindakan kelas. Menurut Hopkins (dalam Wiriaatmadja, 2012:168 ), bentuk-bentuk validasi data yang dimaksud adalah sebagai berikut:

a. Triangulasi data, yaitu memeriksa kebenaran dan kesahihan data tentang pelaksanaan tindakan dengan mengkonfirmasikan atau membandingkan data yang diperoleh dari sumber lain (guru, peserta didik, guru lain,) atau membandingkan antara data yang diperoleh melalui wawancara dengan data yang diperoleh dengan observasi, sehingga diperoleh derajat atau tingkat kepercayaan yang maksimal.

b. Member check, yaitu memeriksa kembali keterangan-keterangan atau informasi data yang diperoleh selama observasi atau wawancara dari nara sumber siapapun juga (guru, teman sejawat, peserta didik dan yang lainya sesuai dengan kebutuhan). Apakah keterangan, informasi atau penjelasan itu sifatnya tetap, sehingga dapat dipastikan keajegannya, dan data itu terperiksa kebenarannya.

c. Audit Trail, yaitu upaya untuk mencek atau memeriksa kesalahan-kesalahan didalam metode atau prosedur yang dipakai peneliti, dan di dalam mengambil kesimpulan. Audit trail juga memeriksa catatan-catatan yang ditulis oleh peneliti atau pengamat mitra peneliti lainnya. Hal ini dilakukan dengan cara mengkonfirmasikan dan mendiskusikan dengan teman sejawat.


(43)

d. Expert Opinion, yaitu meminta nasihat kepada pakar. Yang disebut expert opinion dalam hal ini adalah pengecekan terakhir terhadap kesahihan data yang terkumpul kepada para pakar yang profesional, dalam kaitan dengan penelitian ini adalah pembimbing penelitian.


(44)

Eka Pratiwi, 2014

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan

Peningkatan perilaku prososial siswa melalui tayangan reality show dalam pembelajaran IPS di kelas VIII E SMP Negeri 12 Bandung dapat disimpulkan sebagai berikut.

1. Perencanaan guru dalam mempersiapkan pembelajaran menggunakan tayangan reality show dalam pembelajaran IPS disusun dengan berlandaskan silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan menyesuaikan SK KD dengan tayangan reality show yang akan digunakan serta menyusun LKS (Lembar Kerja Siswa). Setiap rancangan kegiatan pembelajaran, siswa menonton tayangan reality show yang berbeda, membagi siswa dalam beberapa kelompok yang berbeda-beda pada tiap siklusnya, mendiskusikan LKS dan presentasi kelompok serta menyusun lembar observasi untuk melihat aktivitas guru dan siswa pada saat pelaksanaan pembelajaran.

2. Perilaku prososial siswa mengalami peningkatan yang signifikan setelah guru melaksanakan setiap tahap pembelajaran IPS meggunakan tayangan reality

show dengan baik, dimana pelaksanaan pembelajaran dilakukan berdasarkan

rencana awal dan rencana yang telah disusun oleh peneliti melalui bimbingan dengan guru mitra dan dosen pembimbing skripsi setiap akan melaksanakan siklus berikutnya. Pelaksanaan pembelajaran IPS dengan menggunakan tayangan reality show, Pelaksanaan pembelajaran dilakukan dalam tiga siklus yang terdiri dari tiga tindakan. Tindakan pertama diawali dengan menyampaikan materi pelajaran terlebih dahulu, kemudian menugaskan siswa untuk mengamati tayangan reality show (Derai Harap Bocah Penjual Bakso), tindakan kedua mengamati tayangan reality show (Indonesiaku: Belenggu Kemiskinan Jawa Timur), dan siklus ketiga siswa mengamati tayangan reality


(45)

saat proses pembelajaran berlangsung. Kemudian memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengemukakan tanggapannya terhadap tayangan reality

show dan menugaskan siswa untuk mendiskusikan isi tayangan tersebut secara

berkelompok, dan terkhir memberikan kesempatan siswa untuk mempresentasikan hasil diskusinya.

3. Mengatasi kendala yang terjadi saat pelaksanaan pembelajaran IPS menggunakan tayangan reality show yaitu diantaranya pertama peneliti melakukan diskusi dan bimbingan yang intensif dengan guru mitra dan dosen pembimbing untuk menentukan jenis tayangan reality show yang akan digunakan dalam pembelajaran. Kedua guru perlu lebih tegas lagi saat mengajar siswa dikelas terutama tegas kepada siswa yang mengganggu ketertiban pembelajaran di dalam kelas. Hal ini dapat dilakukan dengan cara memberikan sanksi jika ada yang ingin mengobrol silahkan diluar dan mengurangi nilai kelompok siswa agar kelompok dapat bertanggungjawab kepada anggotanya yang membuat keributan. Hal ini cukup memberikan efek jera pada sebagian siswa meskipun efek jera ini hanya efektif untuk sementara saja. Solusi yang ketiga yaitu intonasi suara guru yang cukup kecil dapat diatasi dengan cara guru melakukan mobilitas saat menjelaskan materi dan ketika menyuruh siswa untuk tertib guru tidak perlu berteriak-teriak cukup memberikan sanksi yang tegas kepada siswa yang bersangkutan yang membuat keributan. Keempat guru perlu mempersiapkan kebutuhan media pendukung proses pelaksanaan pembelajaran secara matang sehingga tidak akan menghabiskan banyak waktu diawal pembelajaran untuk mempersiapkan media. Dan terakhir, guru perlu mempersiapkan rencana kedua bilamana waktu yang diperlukan untuk proses pelaksanaan siklus pembelajaran tidak sesuai dengan rencana yang telah ditentukan karena hal-hal yang tidak diinginkan.

4. Tingkat perilaku prososial siswa dalam pembelajaran IPS melaui tayangan

reality show meningkat baik pada tiap siklus pelaksanaannya. Dilihat dari


(46)

berbagi dan menolong. Pada siklus pertama perilaku prososial siswa masih sangat rendah karena masih banyak siswa yang belum mampu bekerjasama dilihat dari presentase untuk pernyataan positif sebesar 12% dan negatif 17% siklus kedua sebesar 55% dan 47%, serta siklus ketiga sebesar 54% dan 70%. Aspek berbagi pada siklus pertama untuk pernyataan positif sebesar 10% dan pernyataan negatif sebesar 16%, siklus kedua sebesar 51% dan 56% serta siklus ketiga sebesar 58% dan 59%, aspek menolong pada siklus pertama untuk pernyataan positif sebesar 19% dan pernyataan negatif sebesar 16%, siklus kedua 31% dan 40%, pada siklus ketiga sebesar 50% dan 56%. Dengan demikian penerapan pembelajaran IPS menggunakan tayangan reality show dapat meningkatkan perilaku prososial siswa kelas VIII E SMP Negeri 12 Bandung.

B. Saran

Berdasarkan pengalaman peneliti selama melaksanakan penelitian dengan menggunakan tayangan reality show dalam pembelajaran IPS untuk meningkatkan perilaku prososial siswa, terdapat beberapa poin yang menjadi saran dari peneliti kepada berbagai pihak yang terkait dalam penelitian ini, diantaranya:

1. Bagi pihak sekolah

Peneliti berharap melalui penelitian yang dilakukan dengan menggunakan tayangan reality show dapat meningkatkan kualitas pembelajaran IPS khususnya di SMP Negeri 12 Kota Bandung. Selain itu pula, pembelajaran yang dilakukan di sekolah perlu memperhatikan proses pembelajaran itu sendiri bukan hanya melihat hasil dari pembelajaran yang dapat dicapai oleh siswa. Peneliti juga berharap pihak sekolah dapat memberikan dukungan, sarana dan prasarana yang lebih baik untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dengan menggunakan metode yang kreatif, inovatif dan kontekstual dengan menempatkan siswa sebagai subjek pembelajaran.


(47)

Peneliti berharap metode pembelajaran yang digunakan oleh guru dapat lebih inovatif dan kreatif sesuai dengan kebutuhan siswa. Guru dapat mengembangkan berbagai metode dan model pembelajaran yang lebih baik lagi dan disenangi oleh siswa agar dapat lebih bersemangat dalam mempelajari mata pelajaran IPS.

3. Bagi siswa

a. Siswa diharapkan dapat mengikuti pembelajaran IPS dengan baik dengan tidak bermain-main selam pembelajaran, dan memperhatikan penjelasan dari guru.

b. Siswa harus mampu membaur, berteman dan menjalin kerjasama yang baik dengan siapapun.

c. Siswa harus saling membantu dalam hal apapun, terutama pada saat berkelompok, jangan saling membiarkan hingga tugas yang diberikan guru tidak bisa diselesaikan tepat waktu.

d. Siswa harus lebih peka terhadap lingkungan sekitar. 4. Bagi Penelitian selanjutnya

Bagi peneliti selanjutnya, peneliti menyadari bahwa penelitian ini jauh dari kata sempurna, sehingga perlu adanya tindak lanjut agar penelitian mengenai pembelajaran IPS dengan menggunakan tayangan reality show dapat dilakukan dengan lebih baik, dengan mempersiapkan segala sesuatunya sebelum melakukan penelitian.

Demikian kesimpulan dan saran yang dapat penulis kemukakan. Semoga pengalaman belajar yang siswa peroleh dapat memberikan manfaat terhadap peningkatan perilaku prososial siswa yang tertanam secara konsisten serta menjadi landasan kehidupan siswa sebagai makhluk sosial yang hidup dalam lingkungan masyarakat.


(48)

Eka Pratiwi, 2014

DAFTAR PUSTAKA

Alma, B. dkk. (2010). Pembelajaran Studi Sosial. Bandung : Alfabeta

Anggraeni, Dian. (2009). Program Layanan Bimbingan Pribadi-Sosial Untuk

Meningkatkan Perilaku Prososial Siswa (Pengembangan Program Bimbingan Pribadi-Sosial Siswa SMPN 9 Cimahi Tahun Ajaran 2008/2009). Tesis Jurusan PPB FIP UPI Bandung: Tidak diterbitkan.

Ariani, Niken dan Haryanto, Dany. (2010). Pembelajaran Miltimedia di Sekolah. Jakarta: Prestasi Pustaka

Arsyad, A. (2002). Media Pembelajaran. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada Baron, Robert A dan Byrne, Donn. (2005). Psikologi Sosial. Edisi Kesepuluh,

Jilid 2. Terj. Ratna Djuwita et al. Jakarta : Erlangga

Bone, M P. (2008), Upaya Pengembangan Aktivitas Belajar Peserta Didik

Melalui Strategi Belajar Inkuiri Dalam Pembelajaran IPS (penelitian

tindakan kelas di SDK. Don Bosko 4 Kupang-NTT). Tesis Pada Sekolah Pasca Sarjana Program Studi Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial UPI Bandung. Tidak diterbitkan.

Dameria, G. (2013). Implementasi Metode Inquiry Berbasis Isu-Isu Sosial

Kontemporer Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Dalam Pembelajaran IPS (Penelitian Tindakan Kelas VIII-H SMP Negeri 40

Bandung). Skripsi Prodi Pendidikan IPS FPIPS UPI Bandung: Tidak diterbitkan

Desmita. (2010). Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Dimyati dan Mudjiono. (2010). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta Effendi, Ridwan. dan Malihah, Elly. (2011). Pendidikan Lingkungan Sosial


(49)

Frisnawati, A. (2012). Hubungan Antara Intensitas menonton Reality Show

Dengan Kecenderungan Perilaku Prososial Pada Remaja. Jurnal

Psikologi. Vol. 1. No.1 Desember 2012.

Giri, Putu Agus Semara Putra. (2011). Efektivitas Bimbingan Kelompok Melalui

Teknik Permainan Untuk Meningkatkan Perilaku Prososial Siswa. Tesis

Jurusan PPB FIP UPI Bandung: Tidak diterbitkan.

Gross, Richard. (2013). Psychology The Science of Mind and Behavior. Edisi Keenam, Buku Kedua. Terj. Helly Prajitno Soetjipto dan Sri Mulyantini Soejipto. Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Komalasari, K. (2011). Media Pembelajaran IPS. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia

Komalasari, K. (2011). Pembelajaran Kontekstual Konsep dan Aplikasi. Bandung: Refika Aditama

Kunandar. (2011). Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai

Pengembangan Profesi Guru. Jakarta : RajaGrafindo Persada.

Meisendi, Dena Yemin. (2013). Penggunaan Lembar Kegiatan Siswa untuk

Mengembangkan Pemahaman Konsep Pembelajaran IPS (PTK di kelas

VIII A SMP Laboratorium Percontohan Universitas Pendidikan Indonesia). Skripsi Prodi Pendidikan IPS FPIPS UPI Bandung: Tidak duterbitkan

McQuail, D. (2011) Teori Komunikasi Massa McQuail. Jakarta : Salemba Humanika

Mudjiono. 2004. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Rineka Cipta

Myers, David G. (2012). Psikologi Sosial Edisi Kesepuluh. Jakarta : Salemba Humanika

Nashori, F. (2008) Psikologi Sosial Islami. Bandung : PT. Refika Aditama

Purba, Maya Rosanti Br. (2012). Program Bimbingan Pribadi Sosial Untuk

Meningkatkan Perilaku Prososial Siswa. Skripsi Sarjana PPB UPI

Bandung: tidak diterbitkan.

Purnamasari, dkk. (2004). Perbedaan Intensi Prososial Siswa SMUN dan MAN di

Yogyakarka. Indonesian Psychologycal Journal. 1, (1), 32-42.


(50)

Raven, Betram H. (1983). Social Psychology. USA: John Wiley & Sons, Inc.

Ruhimat, Toto. 2009. Kurikulum Pembelajaran. Bandung : Fakultas Ilmu Pendidikan UPI.

Sapriya. (2012). Pendidikan IPS. Bandung : PT Remaja Rosdakarya Offset

Sapriya., Sadjarudin., dan Susilawati. (2007). Konsep Dasar IPS. Bandung : CV Yasindo Multi Aspek

Saripah, Ipah. (2006). Program Bimbingan Untuk Mengembangkan Perilaku

Prososial Anak (Studi Pengembangan Trehadap bimbingan Para Pengasuh dan Kemampuan Perilaku Prososial Anak di TPA Babakan Sukaratu, PTPN VIII Malabar, Pangalengan, kba Bandung). Tesis Jurusan

PPB FIP UPI Bandung: Tidak diterbitkan

Sears, D.O., Freedman, J.L., dan Anne-Peplau,L. (1985) Psikologi Sosial Edisi

Kelima. Jakarta : Erlangga

Silalahi, Ulber (2010), Metode Penelitian Sosial. Bandung : PT Refika Aditama. Sugiyono. (2012), Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Methods). Bandung :

Alfabeta.

Taufik. (2012). Empati Pendekatan Psikologi Sosial. Jakarta : PT RajaGrafindo Persada

Thok, Tugino. (2013). Tujuan dan Ruang Lingkup Mata Pelajaran. [Online]. Tersedia : mastugino.blogspot.com/2013/06/tujuan-dan-ruang-lingkup-mata-pelajaran.html. Diakses 31 Mei 2014

Triardhila, Widhadirane. (2007). Perilaku Prososial Anak TK A Lab. UM Kota

Blitar. Journal UNM.

Tukiman. (2013). Efektivitas Pembelajaran CTL (Contextual Teching And

Learning) Mata Pelajaran IPS Dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Dan Perilaku Prososial Siswa Kelas IX SMPN 2 Ponjong Gunung Kidul.

Jurnal Psikologi. Vol. 1. No.1 Agustus 2013.


(51)

Wilis, Ratna. (2006). Teori-Teori Belajar dan Pembelajaran, Jakarta : Erlangga Wiriaatmadja, R. (2012). Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung : Remaja

Rosdakarya.

Yusup, Pawit M. (2009). Ilmu Informasi, Komunikasi, dan Kepustakaan. Jakarta: Bumi Aksara


(1)

berbagi dan menolong. Pada siklus pertama perilaku prososial siswa masih sangat rendah karena masih banyak siswa yang belum mampu bekerjasama dilihat dari presentase untuk pernyataan positif sebesar 12% dan negatif 17% siklus kedua sebesar 55% dan 47%, serta siklus ketiga sebesar 54% dan 70%. Aspek berbagi pada siklus pertama untuk pernyataan positif sebesar 10% dan pernyataan negatif sebesar 16%, siklus kedua sebesar 51% dan 56% serta siklus ketiga sebesar 58% dan 59%, aspek menolong pada siklus pertama untuk pernyataan positif sebesar 19% dan pernyataan negatif sebesar 16%, siklus kedua 31% dan 40%, pada siklus ketiga sebesar 50% dan 56%. Dengan demikian penerapan pembelajaran IPS menggunakan tayangan reality show dapat meningkatkan perilaku prososial siswa kelas VIII E SMP Negeri 12 Bandung.

B. Saran

Berdasarkan pengalaman peneliti selama melaksanakan penelitian dengan menggunakan tayangan reality show dalam pembelajaran IPS untuk meningkatkan perilaku prososial siswa, terdapat beberapa poin yang menjadi saran dari peneliti kepada berbagai pihak yang terkait dalam penelitian ini, diantaranya:

1. Bagi pihak sekolah

Peneliti berharap melalui penelitian yang dilakukan dengan menggunakan tayangan reality show dapat meningkatkan kualitas pembelajaran IPS khususnya di SMP Negeri 12 Kota Bandung. Selain itu pula, pembelajaran yang dilakukan di sekolah perlu memperhatikan proses pembelajaran itu sendiri bukan hanya melihat hasil dari pembelajaran yang dapat dicapai oleh siswa. Peneliti juga berharap pihak sekolah dapat memberikan dukungan, sarana dan prasarana yang lebih baik untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dengan menggunakan metode yang kreatif, inovatif dan kontekstual dengan menempatkan siswa sebagai subjek pembelajaran.


(2)

Eka Pratiwi, 2014

Peningkatan Perilaku Prososial Siswa Melalui Tayangan Reality Show Dalam Pembelajaran IPS

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Peneliti berharap metode pembelajaran yang digunakan oleh guru dapat lebih inovatif dan kreatif sesuai dengan kebutuhan siswa. Guru dapat mengembangkan berbagai metode dan model pembelajaran yang lebih baik lagi dan disenangi oleh siswa agar dapat lebih bersemangat dalam mempelajari mata pelajaran IPS.

3. Bagi siswa

a. Siswa diharapkan dapat mengikuti pembelajaran IPS dengan baik dengan tidak bermain-main selam pembelajaran, dan memperhatikan penjelasan dari guru.

b. Siswa harus mampu membaur, berteman dan menjalin kerjasama yang baik dengan siapapun.

c. Siswa harus saling membantu dalam hal apapun, terutama pada saat berkelompok, jangan saling membiarkan hingga tugas yang diberikan guru tidak bisa diselesaikan tepat waktu.

d. Siswa harus lebih peka terhadap lingkungan sekitar. 4. Bagi Penelitian selanjutnya

Bagi peneliti selanjutnya, peneliti menyadari bahwa penelitian ini jauh dari kata sempurna, sehingga perlu adanya tindak lanjut agar penelitian mengenai pembelajaran IPS dengan menggunakan tayangan reality show dapat dilakukan dengan lebih baik, dengan mempersiapkan segala sesuatunya sebelum melakukan penelitian.

Demikian kesimpulan dan saran yang dapat penulis kemukakan. Semoga pengalaman belajar yang siswa peroleh dapat memberikan manfaat terhadap peningkatan perilaku prososial siswa yang tertanam secara konsisten serta menjadi landasan kehidupan siswa sebagai makhluk sosial yang hidup dalam lingkungan masyarakat.


(3)

Eka Pratiwi, 2014

DAFTAR PUSTAKA

Alma, B. dkk. (2010). Pembelajaran Studi Sosial. Bandung : Alfabeta

Anggraeni, Dian. (2009). Program Layanan Bimbingan Pribadi-Sosial Untuk Meningkatkan Perilaku Prososial Siswa (Pengembangan Program Bimbingan Pribadi-Sosial Siswa SMPN 9 Cimahi Tahun Ajaran 2008/2009). Tesis Jurusan PPB FIP UPI Bandung: Tidak diterbitkan. Ariani, Niken dan Haryanto, Dany. (2010). Pembelajaran Miltimedia di Sekolah.

Jakarta: Prestasi Pustaka

Arsyad, A. (2002). Media Pembelajaran. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada Baron, Robert A dan Byrne, Donn. (2005). Psikologi Sosial. Edisi Kesepuluh,

Jilid 2. Terj. Ratna Djuwita et al. Jakarta : Erlangga

Bone, M P. (2008), Upaya Pengembangan Aktivitas Belajar Peserta Didik Melalui Strategi Belajar Inkuiri Dalam Pembelajaran IPS (penelitian tindakan kelas di SDK. Don Bosko 4 Kupang-NTT). Tesis Pada Sekolah Pasca Sarjana Program Studi Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial UPI Bandung. Tidak diterbitkan.

Dameria, G. (2013). Implementasi Metode Inquiry Berbasis Isu-Isu Sosial Kontemporer Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Dalam Pembelajaran IPS (Penelitian Tindakan Kelas VIII-H SMP Negeri 40 Bandung). Skripsi Prodi Pendidikan IPS FPIPS UPI Bandung: Tidak diterbitkan

Desmita. (2010). Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Dimyati dan Mudjiono. (2010). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta

Effendi, Ridwan. dan Malihah, Elly. (2011). Pendidikan Lingkungan Sosial Budaya. Bandung: CV. Maulana Media Grafika.


(4)

Eka Pratiwi, 2014

Peningkatan Perilaku Prososial Siswa Melalui Tayangan Reality Show Dalam Pembelajaran IPS

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Frisnawati, A. (2012). Hubungan Antara Intensitas menonton Reality Show Dengan Kecenderungan Perilaku Prososial Pada Remaja. Jurnal Psikologi. Vol. 1. No.1 Desember 2012.

Giri, Putu Agus Semara Putra. (2011). Efektivitas Bimbingan Kelompok Melalui Teknik Permainan Untuk Meningkatkan Perilaku Prososial Siswa. Tesis Jurusan PPB FIP UPI Bandung: Tidak diterbitkan.

Gross, Richard. (2013). Psychology The Science of Mind and Behavior. Edisi Keenam, Buku Kedua. Terj. Helly Prajitno Soetjipto dan Sri Mulyantini Soejipto. Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Komalasari, K. (2011). Media Pembelajaran IPS. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia

Komalasari, K. (2011). Pembelajaran Kontekstual Konsep dan Aplikasi. Bandung: Refika Aditama

Kunandar. (2011). Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Pengembangan Profesi Guru. Jakarta : RajaGrafindo Persada.

Meisendi, Dena Yemin. (2013). Penggunaan Lembar Kegiatan Siswa untuk Mengembangkan Pemahaman Konsep Pembelajaran IPS (PTK di kelas VIII A SMP Laboratorium Percontohan Universitas Pendidikan Indonesia). Skripsi Prodi Pendidikan IPS FPIPS UPI Bandung: Tidak duterbitkan

McQuail, D. (2011) Teori Komunikasi Massa McQuail. Jakarta : Salemba Humanika

Mudjiono. 2004. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Rineka Cipta

Myers, David G. (2012). Psikologi Sosial Edisi Kesepuluh. Jakarta : Salemba Humanika

Nashori, F. (2008) Psikologi Sosial Islami. Bandung : PT. Refika Aditama

Purba, Maya Rosanti Br. (2012). Program Bimbingan Pribadi Sosial Untuk Meningkatkan Perilaku Prososial Siswa. Skripsi Sarjana PPB UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Purnamasari, dkk. (2004). Perbedaan Intensi Prososial Siswa SMUN dan MAN di Yogyakarka. Indonesian Psychologycal Journal. 1, (1), 32-42.


(5)

Raven, Betram H. (1983). Social Psychology. USA: John Wiley & Sons, Inc.

Ruhimat, Toto. 2009. Kurikulum Pembelajaran. Bandung : Fakultas Ilmu Pendidikan UPI.

Sapriya. (2012). Pendidikan IPS. Bandung : PT Remaja Rosdakarya Offset

Sapriya., Sadjarudin., dan Susilawati. (2007). Konsep Dasar IPS. Bandung : CV Yasindo Multi Aspek

Saripah, Ipah. (2006). Program Bimbingan Untuk Mengembangkan Perilaku Prososial Anak (Studi Pengembangan Trehadap bimbingan Para Pengasuh dan Kemampuan Perilaku Prososial Anak di TPA Babakan Sukaratu, PTPN VIII Malabar, Pangalengan, kba Bandung). Tesis Jurusan PPB FIP UPI Bandung: Tidak diterbitkan

Sears, D.O., Freedman, J.L., dan Anne-Peplau,L. (1985) Psikologi Sosial Edisi Kelima. Jakarta : Erlangga

Silalahi, Ulber (2010), Metode Penelitian Sosial. Bandung : PT Refika Aditama.

Sugiyono. (2012), Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Methods). Bandung : Alfabeta.

Taufik. (2012). Empati Pendekatan Psikologi Sosial. Jakarta : PT RajaGrafindo Persada

Thok, Tugino. (2013). Tujuan dan Ruang Lingkup Mata Pelajaran. [Online]. Tersedia : mastugino.blogspot.com/2013/06/tujuan-dan-ruang-lingkup-mata-pelajaran.html. Diakses 31 Mei 2014

Triardhila, Widhadirane. (2007). Perilaku Prososial Anak TK A Lab. UM Kota Blitar. Journal UNM.

Tukiman. (2013). Efektivitas Pembelajaran CTL (Contextual Teching And Learning) Mata Pelajaran IPS Dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Dan Perilaku Prososial Siswa Kelas IX SMPN 2 Ponjong Gunung Kidul. Jurnal Psikologi. Vol. 1. No.1 Agustus 2013.


(6)

Eka Pratiwi, 2014

Peningkatan Perilaku Prososial Siswa Melalui Tayangan Reality Show Dalam Pembelajaran IPS

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Wilis, Ratna. (2006). Teori-Teori Belajar dan Pembelajaran, Jakarta : Erlangga

Wiriaatmadja, R. (2012). Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung : Remaja Rosdakarya.

Yusup, Pawit M. (2009). Ilmu Informasi, Komunikasi, dan Kepustakaan. Jakarta: Bumi Aksara


Dokumen yang terkait

HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS MENONTON TAYANGAN Hubungan Antara Intensitas Menonton Tayangan Reality Show Televisi Dengan Perilaku Prososial Remaja.

0 3 17

PENDAHULUAN Hubungan Antara Intensitas Menonton Tayangan Reality Show Televisi Dengan Perilaku Prososial Remaja.

0 3 9

HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS MENONTON TAYANGAN Hubungan Antara Intensitas Menonton Tayangan Reality Show Televisi Dengan Perilaku Prososial Remaja.

0 2 14

PENINGKATAN KECERDASAN SOSIAL SISWA MELALUI PERMAINAN TRADISIONAL ORAY- ORAYAN DALAM PEMBELAJARAN IPS DI SMP NEGERI 12 BANDUNG: penelitian tindakan kelas di kelas VII-E SMP negeri 12 bandung.

0 0 52

PENINGKATAN INTERAKSI SOSIAL ASOSIATIF SISWA MELALUI PEMANFAATAN TAYANGAN INDONESIA BAGUS DALAM PEMBELAJARAN IPS (Penelitian Tindakan Kelas di SMP Negeri 4 Bandung kelas VIII-A dalam Pembelajaran IPS melalui pemanfaatan tayangan Indonesia Bagus NET TV).

1 9 79

PENINGKATAN KEMAMPUAN ANALISIS SISWA MELALUI MEDIA KOMIK DALAM PEMBELAJARAN IPS: Penelitian Tindakan Kelas di Kelas VIII-G SMP Pasundan 4 Kota Bandung.

0 2 50

MENINGKATKAN TANGGUNG JAWAB SISWA MELALUI MODEL JIGSAW DALAM PEMBELAJARAN IPS : Penelitian Tindakan Kelas Pada Pembelajaran IPS di Kelas VIII-12 SMP Negeri 1 Bandung.

1 2 47

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TEMATIK UNTUK MENINGKATKAN KREATIVITAS SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPS : Penelitian Tindakan Kelas di Kelas VIII E SMP Negeri 12 Bandung.

0 2 40

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TEMATIK UNTUK MENINGKATKAN KREATIVITAS SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPS: Penelitian Tindakan Kelas di Kelas VIII E SMP Negeri 12 Bandung.

2 11 40

PENINGKATAN PERILAKU PROSOSIAL SISWA MELALUI TAYANGAN REALITY SHOW DALAM PEMBELAJARAN IPS : Penelitian Tindakan Kelas di Kelas VIII E SMP Negeri 12 Bandung - repository UPI S IPS 1001807 Title

0 0 4