NASKAH PUBLIKASI UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Melalui Metode Pembelajaran Problem Solving Pada Siswa Kelas Kelas V Sekolah Dasar Negeri 2 Gayamprit, Kecamatan Klaten Selatan, Kabupaten Klaten Tah

NASKAH PUBLIKASI

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA
MELALUI METODE PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING
PADA SISWA KELAS V SDN 2 GAYAMPRIT, KECAMATAN
KLATEN SELATAN, KABUPATEN KLATEN
TAHUN PELAJARAN 2012/2013

Disusun oleh :
TRI ISBUDIYONO
A53B090137

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
SURAKARTA
2012

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI
METODE PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING PADA SISWA
KELAS V SDN 2 GAYAMPRIT, KECAMATAN KLATEN SELATAN,

KABUPATEN KLATEN TAHUN PELAJARAN 2012/2013

Tri Isbudiyono, A54B09137, Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan , Universitas Muhammadiyah
Surakarta, 2012, 55 halaman
Metode pembelajaran problem solving adalah cara penyajian dengan
menjadikan masalah sebagai titik tolak pembahasan yang kemudian dianalisis dan
diagnosis untuk mendapatkan jawabannya atau penyelesaian masalahnya oleh
siswa. Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar matematika
pada kelas V SDN 2 Gayamprit, kecamatan Klaten Selatan, kabupaten Klaten tahun
pelajaran 2012 /2013. Penelitian ini mencoba menerapkan metode pembelajaran
problem solving pada siswa kelas V, SDN 2 Gayamprit, kecamatan Klaten Selatan,
kabupaten Klaten yang berjumlah 30 siswa. Penelitian ini mempunyai tahapan 2
siklus yaitu siklus I dan siklus II dengan teknik pengumpulan data berupa observasi,
tes dan dokumntasi. Pada kondisi awal, sebanyak 73 % atau sekitar 22 siswa dari 30
siswa belum berhasil mendapatkan hasil yang diharapkan. Melalui penerapan
metode problem solving pada kelas V SDN 2 Gayamprit dapat meningkatkan hasil
belajar matematika siswa SDN 2 Gayamprit sebesar 73 %.
Kata Kunci: Metode pembelajaran problem solving, target pencapaian 73%,
tahapan siklus I dan II, Tujuan Penelitian yaitu meningkatkan hasil belajar

matematika kelas V.

PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah
Matematika adalah mata pela jaran yang mempelajari tentang ilmu hitung
sehingga matematika disebut ilmu pasti. Pelajaran matematika mulai diajarkan di
sekolah dasar mulai dari SD kelas rendah sampai ke tingkat pendidikan dasar yang
lebih tinggi di atasnya. Respon siswa bermacam- macam, ada yang suka dengan
matematika namun tidak sedikit yang tidak suka dan tidak tertarik, bahkan takut
dengan mata pelajaran matematika.
Kesulitan mata pelajaran matematika sudah dikenal orang sejak lama. Banyak
terdengar keluhan dari siswa bahwa pelajaran matematika tidak menarik,
membosankan, bahkan menyeramkan. Siswa tidak tertarik untuk belajar, hal ini
disebabkan karena pelajaran matematika dirasakan sulit dan tidak tampak kaitannya
dengan kehidupan sehari-hari.
Cakupan matematika sangat luas dan dapat dikelompokkan dalam subsistem
sesuai dengan semesta pembicaraannya. Dalam setiap subsistem itu, ada objek
pembicaraan, ada metode pembahasan, dan selalu dipenuhi keajegan (konsistensi)
pembahasan. Pada dasarnya objek pembicaraan matematika adalah objek abstrak,

metodologinya adalah deduktif, yaitu berawal dari pengertian dan pernyataan
pangkal, kemudian pengertian dan pernyataan lain sebelumnya yang telah dijelaskan
atau dibuktikan kebenarannya. Dengan demikian, hubungan antar pengertian atau
pernyataan selalu konsisten, tidak bertentangan satu dengan lainnya.
Pengenalan konsep baru dalam pembelajaran matematika di sekolah dasar
harus ditinjau dari tingkat perkembangan otak siswa. Pembekalan dan pengarahan
pengenalan konsep matematika perlu dilengkapi dengan memberikan contoh kasus /
masalah dalam kehidupan sehari- hari di lingkungan sekitar siswa dan dengan
menggunakan banyak cara menyelesaikannya. Hasil observasi awal pada siswa kelas
V SDN 2 Gayamprit diperoleh informasi bahwa pada pelajaran matematika siswa
kelas V di peroleh nilai di bawah kriteria ketuntasan minimal. Hal ini di sebabkan

metode pembelajarannya kurang bervariasi. Banyaknya siswa yang mendapat nilai
di bawah KKM ada 22 orang atau sekitar 73 %.
Kenyataan di lapangan selama ini, seringkali guru mengabaikan hal tersebut.
Dalam

menyampaikan

materi


pelajaran

matematika,

guru

masih

banyak

menggunakan metode ceramah dan hanya memberikan soal kepada siswa serta tidak
menggunakan media pembelajaran, sehingga siswa menjadi tidak tertarik dan tidak
berminat untuk belajar matematika.
Kondisi seperti ini apabila dibiarkan terus- menerus akan mengakibatkan
prestasi belajar siswa turun. Seperti yang terjadi di SD 2 Gayamprit bahwa hasil
ulangan formatif menurun sebagai akibat dari siswa kurang berminat dalam
mengikuti pembelajaran, hal tersebut yang menggugah penulis untuk melakukan
perbaikan pembelajaran. Peningkatan mutu pendidikan dipandang perlu dilakukan,
sebagai konsekuensinya adalah guru harus menggunakan metode pembelajaran yang

membuat siswa tertarik dan berminat untuk belajar. Salah satu metode pembelajaran
yang digunakan guru

untuk meningkatkan prestasi belajar siswa salah satunya

menggunakan metode problem solving.
Guru sebagai salah satu komponen utama dan penentu bagi keberhasilan
pembelajaran dituntut untuk selalu kreatif dan inovatif, agar pembelajaran dapat
berjalan lancar. Kegiatan pembelajaran dapat berlangsung dengan baik antara siswa
dan guru, siswa dengan siswa dan didukung oleh metode yang sesuai dan tidak
membosankan.
Problem solving adalah suatu proses mental dan intelektual dalam
menemukan ma salah dan memecahkan berdasarkan data dan informasi yang akurat,
sehingga dapat diambil kesimpulan yang tepat dan cermat. Pada metode problem
solving tindakan belajar dikategorikan ke dalam tiga komponen dari kondisi awal
siswa sebelum menerapkan metode ini, kondisi selama siswa menerapkan metode ini
dan hasil akhirnya. Dari komponen ini ada beberapa urutan yang dilalui yaitu siswa
dapat memahami masalah dalam pembelajaran metematika, kemudian siswa
menemukan rumus yang sesuai dengan permasalahan matematika itu dan akhirnya


siswa dapat menyelesaikan soal atau masalah matematika dengan menggunakan
rumus tersebut. Hasil konkret dari penerapan metode problem solving itu adalah
peningkatan hasil belajar matematika dengan semakin meningkatnya nilai yang
diperoleh siswa pada pembelajaran matematika. Diharapkan dengan menerapkan
metode problem solving dapat meningkatkan hasil belajar siswa

di SDN 2

Gayamprit, Kecamatan Klaten Selatan, Kabupaten Klaten, tahun pelajaran 2012 /
2013.

Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar kelas V
Sekolah Dasar Negeri 2 Gayamprit mata pelajaran matematika dengan metode
problem solving semester gasal tahun 2012 / 2013.

METODE PENELITIAN
Teknik pengumpulan data yang dilakukan ada penilaian ini melalui beberapa
cara antara lain :
1)


Observasi
Observasi adalah langkah awal untuk mengetahui suatu
permasalahan yang di alami oleh guru dalam proses pembelajaran, dan
observasi di lakukan di kelas yang menjadi sampel untuk mendapat
gambaran secara langsung tentang aktivitas belajar siswa di kelas.
Observasi dapat mengetahui dan mengamati kegiatan siswa dalam
mempersiapkan memperhatikan dan menanggapi penjelasan dari guru
selama proses pembelajaran berlangsung, dengan menggunakan
metode Problem Solving.

2)

Tes
Di gunakan untuk menguji subyek atau utuk mendapatkan data
hasil belajar peserta didik, degan menggunakan butir-butir soal /
instrument soal yang mengukur hasil belajar sesuai dengan bidang

mata pelajaran yang di teliti. Tes sangat lazim di gunakan dalam
penelitian tindakan kelas. Hal ini di sebabkan pada PTK pada

umumnya salah satu yang di ukur adalah hasil belajar siswa.
3)

Dokumentasi
Menurut Suharsimi Arikuto (2008 : 135) mengatakan bahwa
dokumentasi merupakan

benda-benda tertulis yang dapat diajukan

dokumen, peneliti menyelidiki

benda-benda tertulis seperti buku,

majalah, dokumen, peraturan-peraturan, notulen rapat, catatan harian
dan sebagainya.

HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Refleksi Awal
Penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan di SDN 2 Gayamprit,
Kecamatan Klaten Selatan, Kabupaten Klaten adalah untuk meningkatkan hasil

belajar matematika. Hasil observasi pendahuluan telah dilakukan dan
menyimpulkan bahwa sebagian besar (73% atau 22 orang dari 30 siswa) kurang
dalam pemahaman konsep matematika dalam pembelajaran.
2. Siklus I
Dari hasil pengamatan pada siklus I menunjukkan bahwa dalam
pembelajaran metode problem solving guru mempunyai peran sebagai
pembimbing dan motivator siswa. Demikian pula siswa dalam metode
pembelajaran problem solving siswa merasa memahami materi dan agak
bersemangat dalam mengikuti kegiatan pembelajaran dibanding dengan cara
terdahulu yaitu guru cenderung untuk memnguasai kelas. Hal ini dapat dilihat
dari keaktifan siswa dalam kelompok kecil dalam menyelesaikan persoalan
matematika dalam hal ini bilangan bulat. Siswa di tuntut untuk mencari dan
menemukan cara sendiri dalam menyelesaikan permasalahan matematika
walaupun dalam kelompok. Namun demikian hal itu dapat menumbuhkan
semangat untuk belajar. Perbedaan metode problem solving dengan metode

ceramah yaitu dari keaktifan siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran.
Hasil peningkatan siklus I di bandingkan dengan kondisi awal adalah sebagai
berikut :
1)


Siswa menuliskan yang diketahui dalam soal pada kondisi awal sebanyak
12 siswa (40%) naik menjadi 15 siswa (50%), kenaikan 10 %.

2)

Siswa menerapkan rumus yang digunakan untuk menyelesaikan soal
cerita matematika bilangan bulat pada kondisi awal sebanyak 10 siswa
( 33,33%) naik menjadi 14 siswa (46,66%), kenaikan 13,33 %.

3)

Siswa menyelesaikan perhitungan sesuai dengan rumus sebanyak 7 siswa
(23,33) naik menjadi 10 siswa (33,33%), kenaikan 10 %.

4)

Siswa mengecek kembali hasil hitugan sebanyak 5 siswa (16,66%) naik
menjadi 8 siswa (26,66%), kenaikan 10 %.


3. Siklus II
Dilihat dari hasil pengamatan atau observasi yang dilakukan peneliti,
pelaksanaan pembelajaran dengan metode problem solving siklus II sudah
tampak adanya perubahan dan dilaksanakan denga n baik oleh guru maupun
siswa. Hal ini dapat dilihat dari perilaku siswa dalam kelas dan kemajuan dalam
proses pembelajaran.
Dari hasil pengamatan pada siklus II menunjukkan bahwa dalam
pembelajaran metode problem solving guru sudah berperan sebagai pembimbing
dan motivator siswa. Demikian pula siswa dalam metode pembelajaran problem
solving merasa lebih memahami materi dan bersemangat dalam mengikuti
kegiatan pembelajaran. Hal ini dapat dilihat dari keaktifan siswa dalam kelompok
kecil dalam menyelesaikan persoalan matematika dalam hal ini bilangan bulat.
Perbedaaan antara pembentukan kelompok pada siklus I dan II adalah pada cara
dalam pembentukan kelompok itu. Pada siklus I pembentukan kelompok hanya
berdasar dari hitungan. Misalnya siswa diminta menghitung antara 1 sampai 5,
kemudian siswa yang mendapat angka 1 berkumpul dengan yang mendapat

angka 1, demikian pula seterusnya, sehingga siswa kurang mengenal karakter
dari siswa yang ada dalam kelompoknya. Hal ini akan menimbukan kesenjangan
dan dominasi individu. Pembentukan kelompok pada siklus II dengan cara
permainan atau game yang dibuat sedemikian rupa oleh guru sehingga siswa
lebih dapat menemukan pasangan yang tepat untuk mereka.
Pada putaran II guru sudah tidak tampak dominan dalam proses
pembelajaran, siswa banyak mendominasi jalannya pembelajaran, sehinngga
siswa berperan dan bersemangat terhadap pembelajaran matematika. Untuk
mengetahui tingkat pemahaman konsep bilangan bulat dan sejauh mana materi
yang diberikan dapat di pahami oleh siswa, maka guru memberikan latihan
terstruktur sebagai tes kemampuan siswa. Kemudian dari hasil tes tersebut
dikoreksi, dan di bahas di depan kelas.
Hasil peningkatan siklus II di bandingkan dengan siklus II adalah sebagai berikut
1)

Siswa menuliskan yang diketahui dalam soal pada kondisi awal sebanyak
12 siswa (40%) naik menjadi 26 siswa (86,66 %) kenaikan 46,66 %.

2)

Siswa menerapkan rumus yang digunakan untuk menyelesaikan soal
cerita matematika bilangan bulat pada kondisi awal sebanyak 10 siswa (
33,33%) naik menjadi 25 siswa (83,33%), kenaikan 50%.

3)

Siswa menyelesaikan perhitungan sesuai dengan rumus sebanyak 7 siswa
(23,33%) naik menjadi 23 siswa (76,66 %), kenaikan 53,33 %.

4)

Siswa mengecek kembali hasil hitugan sebanyak 5 siswa (16,66%) naik
menjadi 15 siswa (50 %), kenaikan 33,34 %.

Hasil Belajar Matematika pada kondisi awal, siklus I dan II
No.

Aspek

Sebelum
Penelitian

1

Siswa menuliskan yang
diketahui dalam soal

2

Siswa menerapkan rumus
yang digunakan untuk
menyelesaikan soal cerita

Sesudah penelitia
Siklus I

Siklus II

15 siswa

26 siswa

(50%)

(86,66%)

10 siswa

14 siswa

25 siswa

(33,33%)

(46,66%) (83,33

12 siswa
(40%)

%)

matematika bilangan bulat
3.

Siswa menyelesaikan
perhitungan sesuai dengan

7 siswa
(23,33%)

rumus bilangan bulat

4.

Siswa mengecek kembali hasil
perhitungan

5 siswa
(16,66%)

10 siswa

23 siswa

(33,33%) (76,66%)

8 siswa

15 siswa

(26,66%) (50%)

PENUTUP

Berdasarkan hasil tindakan perbaikan pembelajaran matematika operasi
bilangan bulat dengan menggunakan metode problem solving, dapat diperoleh
kesimpulan sebagai berikut:
1.

Penggunaan metode problem solving, pada pembelajaran matematika
tentang operasi bilangan bulat, terbukti dapat memudahkan siswa
dalam memahami materi pelajaran.

2.

Penggunaan metode problem solving, pada pembelajaran tentang
operasi bilangan bulat dapat meningkatkan minat belajar siswa.

3.

Penggunaan metode problem solving, pada pembelajaran matematika
tentang operasi bilangan bulat dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

4.

Dengan adanya soal-soal yang berhunbungan dengan masalah dalam
kehidupan sehari-hari, akan membuat siswa lebih memahami soal dan
mempermudah dalam menyelesaikan soal.

5.

Ada keterkaitan yang positif antara minat belajar dengan prestasi
belajar, semakin tinggi minat siswa dalam pelajaran, semakin tinggi
pula prestasi belajar yang dicapai.
Hasil penelitian proses pembelajaran dengan metode problem solving

berdampak pada meningkatnya kemampuan, keaktifan, kreatifitas dan berfikir
kritis, sehingga perlu dilanjutkan dan dikembangkan melalui PTK. Guru harus
berkoordinasi dengan kepala sekolah atau teman sejawat untuk mencari solusi
dan pemecahan masalah yang timbul melalui perbaikan pembelajaran kelas.
Beberapa saran yang dapat penulis sampaikan antara lain :

1.

Guru dalam mengajar agar menggunakan metode yang akan membuat
suasana kelas lebih hidup dan menarik.

2.

Penggunaan metode problem solving pada pembelajaran mata
pelajaran matematika dapat meningkatkan prestasi belajar siswa,
sehingga peneliti harus selalu kraetif, inovatif, dalam merancang dan
melaksanakan proses belajar mengajar demi peningkatan hasil
pembelajaran sehingga mendorong terwujudnya pendidik yang
profesional.

3.

Tingkatkan terus inovasi pendidikan terutama dalam pemilihan dan
pemanfaatan media yang sesuai.

4.

Kurangnya sarana prasarana jangan dijadikan alasan untuk tidak
berinovasi, karena media belajar bisa didapat dari berbagai sumber
yang ada dilingkungan sekitar.

5.

Untuk lebih meningkatkan kualitas guru yang profesional, perlu terus
dilakukan kegiatan yang berkesinambungan melalui kelompok kerja
guru (KKG) dalam upaya berbagi pendapat dan bertukar pendapat.

DAFTAR PUSTAKA
Depdiknas. 2003. Kurikulum 2004 Standart Kompetensi. Jakarta: Puskur. Dit.
PTKSD.
Arikunto, Suharsimi.2008. Pedoman Penelitian untuk Penulisan Karya Tulis Ilmiah.
Bandung : Rosdakarya.
Sumarni. 2007. Metode Pembelajaran di Sekolah Dasar. Yogyakarta : Pustaka
Pelajar.
Abdulrahman. 1999. Ensiklopedia Matematika untuk Anak. CV Ricardo : Jakarta.
Hamalik, dkk. 2009. Penggunaan Metode Problem Solving. Jakarta : Universitas
Terbuka.
Kurniawati, Risma. 2008. Penerapan Metode Belajar Matematika

dengan

Pendekatan Problem Solving untuk meningkatkan Kemampuan Berpikir
Kritis dan Prestasi Belajar Siswa Kelas II SDN 2 Kalasan. Skripsi. Tidak
Diterbitkan.
Sawiningsih, Sri. 2009. Penggunaan Metode Penemuan Untuk Meningkatkan
Ketuntasan Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Matemtika Pada Konsep
Penjumlahan Kelas 2 semester I, Tahu Pelajaran 2009 / 2012, SDN Bendoro
2 Sragen. Skripsi UNS. Tidak Diterbitkan.
Kristanti, Eni. 2011. Upaya meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Melalui Metode
Problem Solving Pada Siswa Kelas V, SDN Yuyang, Gunungkidul, Tahun
Pelajaran 2011 / 2012. Skripsi U T. Tidak diterbitkan.
Wardhani, I.G.A.K., Wihardit, K. dan Nasution, N. (2006). Penelitian Tindakan
Kelas. Jakarta: Universitas Terbuka.
Watson, Goerge. 2008. Kegiatan Siap Saji yang Membuat Matematika Meyenangkan.
Bandung : Pakar Raya.
http://education- vionet.blogspot.com/2012/08/pengertian-prestasi-belajar-siswa.html
http://wawan-junaidi.blogspot.com/2010/06/pembelajaran-matematika.html
http://library.um.ac.id/ptk/index.php?mod=detail& id=33146