Upaya Mengatasi KEsulitan Siswa dalam Be
Upaya Mengatasi Kesulitan Siswa Dalam Belajar Matematika
Pada Jenjang Sekolah Menengah Pertama
Alim Mustofaa , Musmulyadib, Ahmad Muchlisc
Program Studi Magister Pengajaran Matematika FMIPA ITB
Jl. Ganesha No. 10, Bandung, [email protected]
b
Program Studi Magister Pengajaran Matematika FMIPA ITB
Jl. Ganesha No. 10, Bandung, [email protected]
c
Kelompok Keahlian Aljabar FMIPA ITB
Jl. Ganesha No. 10, Bandung, [email protected]
a
ABSTRAK
Makalah ini membahas kesulitan siswa dalam belajar matematika dan suatu cara penanganannya.
Penelitian ini dilakukan dengan melibatkan dua siswa berprestasi rendah dalam matematika, satu
siswa dari SMP di Bandung, Jawa Barat, dan satu lagi dari SMP di Buol, Sulawesi Tengah. Metode
“think aloud” digunakan untuk mengetahui kesulitan siswa melalui tes diagnostik. Dan perlakuan
diberikan dengan meminta kedua siswa menyelesaikan soal-soal matematika. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa menyelesaikan soal matematika dapat menjadi cara efektif untuk mengatasi
kesulitan dari kedua siswa dalam belajar matematika. Sesudah perlakuan, kedua siswa dapat
bekerja matematika dengan lebih lancar dibandingkan dengan sebelum diberikan perlakuan.
Kata kunci: kesulitan siswa, belajar matematika, menyelesaikan soal, perlakuan
ABSTRACT
This paper discusses students’ difficulties in learning mathematics and a way of their treating. The
study involved two low-achieving students in mathematics, one student from SMP in Bandung,
West Java, and another one from SMP in Buol, Central Sulawesi. A think aloud method was used
to determine the students’ difficulties through a diagnostic test. A perlakuan was performed by
asking them to solve mathematics problems. This study shows that solving mathematics problems
can be an effective way to treat students’ difficulties in learning mathematics. After the perlakuan,
both students can do mathematics more fluently than before.
Keywords: students’ difficulty, learning mathematics, solving problem, perlakuan
Untuk itu melalui pembelajaran
Pendahuluan
Di dalam dunia yang terus berubah,
mereka yang memahami dan dapat
mengerjakan matematika akan memiliki
kesempatan dan pilihan yang lebih
banyak dalam menentukan
masa
depannya.
Kemampuan
dalam
matematika akan membuka pintu untuk
masa depan yang produktif. Lemah
dalam matematika berarti membiarkan
pintu tersebut tertutup (NCTM, 2000: 5).
matematika di sekolah, siswa dibantu
dalam meningkatkan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan
juga
kreatif
(Depdiknas,
2006:345)
sehingga dengan kemampuan tersebut
mereka mampu bersaing dalam kehidupan global. Namun demikian, ditunjuk-
1
kan oleh
hasil tes TIMSS dan PISA
Metode think aloud merupakan
(Kemendikbud, 2011) bahwa perolehan
salah satu metode yang digunakan untuk
skor rata-rata matematika siswa Indonesia
memperoleh
jauh dibawah rata-rata Internasional. Hal
tentang proses kognitif. Berdasarkan
ini berarti kemampuan siswa dalam
pernyataan
matematika
metode
masih
rendah.
Lalu,
bagaimana dengan masa depan siswa?
dan
menganalisis
Someren,
ini
dkk
dilakukan
data
(1994:8),
dengan
cara
meminta seseorang mengucapkan yang
Berdasarkan uraian diatas, peneliti
dipikirkan
pada
saat
menyelesaikan
akan menggali faktor-faktor penyebab
masalah. Dalam studi ini metode “think
ketidakmampuan siswa dalam bermate-
aloud” digunakan untuk mengidentifikasi
matika, yang dalam studi ini disebut
kesulitan siswa dalam belajar matematika
kesulitan siswa. Juga dikaji suatu cara
dan perubahan proses berpikir selama
mengatasi kesulitan siswa dalam belajar
menyelesaikan soal. Penggunaan metode
matematika
“think aloud” dalam pengkajian proses
sehingga
mereka
dapat
bekerja matematika dengan lebih baik.
masalah telah dilakukan oleh Anzai &
Kerangka Teori
Faktor
pembelajaran pada konteks pemecahan
penting
yang
dapat
Simon, lihat (Someren, 1994:8).
menunjang keberhasilan siswa dalam
Metodologi
belajar matematika adalah kecakapan
Kami
matematis.
Menurut
Kilpatrick,
melakukan
penelitian
dkk
kualitatif dengan melibatkan dua siswa,
(2001 : 116) kecakapan matematis siswa
siswa I dari SMP di Bandung, Jawa
meliputi:
pemahaman
konseptual,
Barat, dan siswa II dari SMP di Buol,
kelancaran
berprosedur,
kompetensi
Sulawesi
berstrategi,
penalaran
adaptif,
Tengah.
Ketika
dilakukan
dan
identifikasi awal, kedua siswa baru
disposisi produktif. Kelima komponen
memasuki awal semester 1 kelas VIII
kecakapan matematis ini tidak saling
pada
terpisah, tetapi merupakan jalinan utuh
Berdasarkan hasil ulangan harian (UH),
yang saling bergantung satu dengan yang
ujian tengah semester (UTS) dan juga
lain. Sehingga pengembangan kelimanya,
ujian
harus dilakukan secara terpadu dan
pelajaran matematika di kelas VII, rata-
seimbang dalam pembelajaran matema-
rata nilai semester I dan semester II untuk
tika di sekolah.
siswa I kurang dari 50 dan siswa II
tahun
akhir
kurang dari
ajaran
semester
2012/2013.
(UAS)
67 dengan
pada
KKM 75.
2
Mengikuti
Burton,
(2007:307),
lihat
apabila
Makmun
siswa
tidak
audio
dilakukan
selama
kegiatan
perlakuan berlangsung.
mencapai ukuran tingkat keberhasilan
Untuk mengetahui keberhasilan
atau tingkat penguasaan minimal dalam
dari perlakuan, peneliti melakukan tes
pelajaran tertentu, maka siswa dikatakan
evaluasi dalam satu kali pertemuan
gagal dalam belajar. Sehingga rata-rata
dengan memberikan tiga soal untuk
nilai
siswa
masing-masing siswa. Peneliti melakukan
dibawah KKM mengindikasikan kedua
wawancara dengan guru dan siswa di
siswa
awal penelitian ini untuk mengetahui
matematika
dari
berkesulitan
kedua
dalam
belajar
gambaran awal tentang kondisi siswa dan
matematika.
Penelitian ini dilaksanakan mulai
juga di akhir untuk melihat kesan guru
Juni sampai Oktober 2012. Peneliti
dan siswa tentang belajar matematika
melakukan
siswa.
tes
menggunakan
diagnostik
metode
dengan
“think aloud”
Untuk menganalisis kesulitan siswa
yakni siswa diminta mengucapkan semua
dalam
yang dipikirkan ketika menyelesaikan
keberhasilan perlakuan, peneliti memban-
soal-soal matematika untuk direkam.
dingkan hasil rekaman dengan hasil
Hasil pekerjaan siswa dan rekaman vidio
pekerjaan tertulis yang didasarkan pada
dianalisis untuk mengetahui kesulitan
lima kecakapan matematis (Kilpatrick,
siswa
dkk, 2001). Dan untuk mengetahui
dalam
Berdasarkan
belajar
hasil
matematika.
analisis
belajar
matematika
dan
tentang
tingkat kemajuan belajar siswa, peneliti
kesulitan siswa, treatment (perlakuan)
memperhatikan perubahan yang terjadi
diberikan melalui soal matematika tanpa
dari tahapan-tahapan pada perlakuan.
bilangan (yakni soal-soal yang bilanganbilangannya disembunyikan atau diganti
dengan
kotak).
Perlakuan
siswa I dan enam kali pertemuan untuk
siswa II. Pada saat perlakuan, siswa
diminta mengucapkan yang dipikirkan.
siswa
mengalami
1. Kesulitan belajar matematika
dilakukan
dalam tiga belas kali pertemuan untuk
Ketika
Hasil dan Pembahasan
kebuntuan,
peneliti mengajukan pertanyaan sebagai
arahan untuk siswa berpikir. Rekaman
Dari hasil rekaman tes diagnostik
terlihat siswa I: 1) mengulang berkali-kali
kata-kata kunci pada soal, 2) fokus pada
suatu prosedur yang pernah ia pelajari
tanpa
memperhatikan
soal
dengan
cermat, 3) kesulitan mengeluarkan apa
yang dipikirkan, 4) fokus pada apa yang
menjadi
masalah
bukan
berpikir
3
bagaimana
masalah
itu
dapat
diselesaikan, 5) langsung memperhatikan
2. Mengatasi
kesulitan
belajar
matematika siswa
bilangan-bilangan yang diketahui, dan 6)
Untuk siswa I, perlakuan diberikan
melakukan perhitungan-perhitungan yang
dalam tiga tahap. Dari hasil pekerjaan
tidak membantu dalam penyelesaian soal.
untuk tiga soal sederhana tanpa bilangan
Berdasarkan
lima
kecakapan
di tahap I terlihat siswa dapat menuliskan
2001)
yang diketahui dan ditanyakan pada soal
disimpulkan bahwa 1) siswa lebih fokus
dengan mudah juga menyelesaikannya
pada ditanyakan bukan pada konteks
dengan
(cerita) yang diberikan, 2) belum terbiasa
kepercayaan diri siswa dalam menyele-
melakukan strategi penyelesaian yang ia
saikan masalah mulai terlihat. Hal ini
bangun sendiri, dan 3) lebih terfokus
juga
pada bilangan.
bilangan yang siswa alami berkurang.
matematis
(Kilpatrick,
dkk:
cepat
berarti
dan
benar.
bahwa
Sehingga
fokus
terhadap
Dari hasil rekaman tes diagnostik
Pada tahap II, perlakuan lebih berfokus
terlihat siswa II: 1) membuat persamaan
pada pemahaman konsep dan melakukan
yang salah dan menyelesaikannya juga
strategi. Dari dua soal tanpa bilangan
tidak
terlihat
benar,
2)
tidak
mampu
bahwa
siswa
salah
dalam
menghubungkan sudut sehadap dengan
memahami konsep keliling. Siswa mulai
sudut
belajar bagaimana memahami konsep dan
saling
berpelurus,
3)
siswa
kesulitan dalam mengerjakan soal dengan
melakukan
mengatakan “sudah lupa, bagaimana
Akhirnya
caranya ini, begitu caranya? apa ya . . .
menggunakan soal-soal dengan materi
saya lupa ”, dan 4) langsung mengurang-
yang baru. Secara umum dari hasil
kan 180 dengan 120 bilangan yang ada
rekaman dan hasil pekerjaan siswa
dalam soal.
terlihat bahwa siswa mulai dapat bekerja
Berdasarkan
matematis
lima
(Kilpatrick,
kecakapan
dkk:
2001)
dikatakan siswa II: 1) terfokus pada
bilangan,
2)
masih
rendah
dalam
strategi
pada
tahap
penyelesaian.
III,
peneliti
secara matematika. Ini berarti bahwa
kemampuan matematika siswa sudah
mengalami kemajuan.
Sedangkan
untuk
siswa
II,
mendasari
perlakuan diberikan dalam empat tahap.
materi soal, 3) menyelesaikan soal tidak
Pada tahap I, siswa terlihat mengalami
sesuai prosedur sehingga jawaban tidak
kesulitan
benar, dan 4) kurang memperhatikan
sehingga diberikan intervensi dengan
konteks pertanyaan.
membimbing siswa bagaimana memaha-
penguasaan
konsep
yang
dalam
menyelesaikan
soal
4
mi konteks dari soal dengan tidak
kan adanya kemajuan siswa dari cara
terfokus pada bilangan. Pada tahap II,
menyelesaikan soal dibandingkan pada
siswa masih mengalami kesulitan dalam
saat tes diagnostik. Sedangkan dari hasil
mengaitkan konsep satu dengan yang
pekerjaan terlihat jawaban siswa hampir
lainnya
mencapai 100% benar dan juga hasil UTS
dalam
dan belum memiliki strategi
menyelesaikan soal,
sehingga
diberikan intervensi berupa pemahaman
di sekolah tergolong tinggi dibandingkan
rata-rata ujian matematika di kelas VII.
Sedangkan untuk siswa II, pada tes
konsep dan strategi penyelesaian soal.
Pada tahap berikutnya siswa sudah lebih
evaluasi
percaya diri dalam menyelesaikan soal
bilangan dan satu soal dengan bilangan.
dan sudah dapat menggunakan strategi
Dari hasil pekerjaan siswa tampak bahwa
untuk menyelesaikan soal. Selanjutnya
prosedur dan strategi yang dilakukan
diberikan intervensi
siswa sudah benar, kemampuan bernalar
dengan diminta
diberikan
sudah baik,
dua
siswa untuk berfikir reflektif. Sedangkan
siswa
dan
pada tahap IV, siswa sudah mampu
konsep siswa sudah baik.
soal
tanpa
pemahaman
menjawab soal secara sistimatis dan
logis, hal ini terlihat dari cara siswa
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan
menuliskan sesuatu dengan alasan yang
benar. Siswa juga sudah memiliki strategi
dalam menyelesaikan soal dan sedikit
mahir menyelesaikan soal tanpa bilangan.
Sehingga
intervensi
yang
diberikan
berupa penguatan dan motivasi saja. Dari
empat tahapan perlakuan yang diberikan
tampak
ada
perubahan
kemampuan
perlakuan
menyelesaikan soal matematika dapat
menjadi cara efektif untuk mengatasi
kesulitan dari kedua siswa dalam belajar
matematika. Sesudah perlakuan, kedua
siswa dapat bekerja matematika dengan
lebih
lancar
dibandingkan
dengan
sebelum diberikan perlakuan.
matematika siswa.
3. Dampak
pembahasan diperoleh kesimpulan bahwa
terhadap
belajar matematika
Dari hasil rekaman vidio pada tes
evaluasi terlihat bahwa siswa mengerjakan soal dengan lancar dan rasa percaya
diri yang tinggi, dan siswa melakukan
strategi dengan baik. Hal ini menunjuk-
Ucapan Terimakasih
Penulis mengucapkan terima kasih
kepada: 1) Pemerintah daerah Sulawesi
Tengah yang telah memberikan dukungan
dana, dan 2) Guru matematika SMP di
bandung dan di Buol atas kerja sama
yang diberikan selama penelitian.
5
Pustaka
Cathcart, W.G., Pothier, Y.M., Vance,
J.H., & Bezuk, N.S. (2003).
Learning
Mathematics
In
Elementary And Middle School.
Merrill Prentice Hall: United State
of America.
Depdiknas (2006). Kurikulum KTSP .
Jakarta : Media Makmur Mandiri.
Kemendikbud (2011). Survei Internasional
PISA.
Diakses
dari
http://litbang.kemdikbud.go.id/
detail.php?id=215 pada tanggal
03/12/2012 jam 14:15.
Kemendikbud (2011). Survei Internasional TIMMS. Diakses dari
http://litbang.kemdikbud.go.id/
detail.php?id=214 pada tanggal
03/12/2012 jam 14:10.
Kilpatrick, J., Swafford, J., & Findell, B.
(2001). Adding It Up: Helping
Children Learn Mathematics.
Washington,
DC:
National
Academy Press.
National Council of Teachers of
Mathematics (2000). Prinsiples
And Standards For School
Mathematics.
Reston,
VA:
NCTM.
Schoenfeld, A. H. (1994). Mathematical
Thinking And Problem Solving .
Hillsdale, NJ: Lawrence Erlbaum
Associates.
Someren, M.W., Barnard, Y.F, &
Sandberg, Jacobijn A.C. (1994).
The Think Aloud Method: A
Practical Guide To Modelling
Cognitive Processes. London:
Academic Press
Van De Walle, J.A., Karp, K.S., & BayWilliams,
J.M.
(2010).
Elementary And Middle School
Mathematic:
Teaching
Developmentally. New York:
Pearson.
Makmun, A.S.
(2009).
Psikologi
Pendidikan. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
6
Pada Jenjang Sekolah Menengah Pertama
Alim Mustofaa , Musmulyadib, Ahmad Muchlisc
Program Studi Magister Pengajaran Matematika FMIPA ITB
Jl. Ganesha No. 10, Bandung, [email protected]
b
Program Studi Magister Pengajaran Matematika FMIPA ITB
Jl. Ganesha No. 10, Bandung, [email protected]
c
Kelompok Keahlian Aljabar FMIPA ITB
Jl. Ganesha No. 10, Bandung, [email protected]
a
ABSTRAK
Makalah ini membahas kesulitan siswa dalam belajar matematika dan suatu cara penanganannya.
Penelitian ini dilakukan dengan melibatkan dua siswa berprestasi rendah dalam matematika, satu
siswa dari SMP di Bandung, Jawa Barat, dan satu lagi dari SMP di Buol, Sulawesi Tengah. Metode
“think aloud” digunakan untuk mengetahui kesulitan siswa melalui tes diagnostik. Dan perlakuan
diberikan dengan meminta kedua siswa menyelesaikan soal-soal matematika. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa menyelesaikan soal matematika dapat menjadi cara efektif untuk mengatasi
kesulitan dari kedua siswa dalam belajar matematika. Sesudah perlakuan, kedua siswa dapat
bekerja matematika dengan lebih lancar dibandingkan dengan sebelum diberikan perlakuan.
Kata kunci: kesulitan siswa, belajar matematika, menyelesaikan soal, perlakuan
ABSTRACT
This paper discusses students’ difficulties in learning mathematics and a way of their treating. The
study involved two low-achieving students in mathematics, one student from SMP in Bandung,
West Java, and another one from SMP in Buol, Central Sulawesi. A think aloud method was used
to determine the students’ difficulties through a diagnostic test. A perlakuan was performed by
asking them to solve mathematics problems. This study shows that solving mathematics problems
can be an effective way to treat students’ difficulties in learning mathematics. After the perlakuan,
both students can do mathematics more fluently than before.
Keywords: students’ difficulty, learning mathematics, solving problem, perlakuan
Untuk itu melalui pembelajaran
Pendahuluan
Di dalam dunia yang terus berubah,
mereka yang memahami dan dapat
mengerjakan matematika akan memiliki
kesempatan dan pilihan yang lebih
banyak dalam menentukan
masa
depannya.
Kemampuan
dalam
matematika akan membuka pintu untuk
masa depan yang produktif. Lemah
dalam matematika berarti membiarkan
pintu tersebut tertutup (NCTM, 2000: 5).
matematika di sekolah, siswa dibantu
dalam meningkatkan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan
juga
kreatif
(Depdiknas,
2006:345)
sehingga dengan kemampuan tersebut
mereka mampu bersaing dalam kehidupan global. Namun demikian, ditunjuk-
1
kan oleh
hasil tes TIMSS dan PISA
Metode think aloud merupakan
(Kemendikbud, 2011) bahwa perolehan
salah satu metode yang digunakan untuk
skor rata-rata matematika siswa Indonesia
memperoleh
jauh dibawah rata-rata Internasional. Hal
tentang proses kognitif. Berdasarkan
ini berarti kemampuan siswa dalam
pernyataan
matematika
metode
masih
rendah.
Lalu,
bagaimana dengan masa depan siswa?
dan
menganalisis
Someren,
ini
dkk
dilakukan
data
(1994:8),
dengan
cara
meminta seseorang mengucapkan yang
Berdasarkan uraian diatas, peneliti
dipikirkan
pada
saat
menyelesaikan
akan menggali faktor-faktor penyebab
masalah. Dalam studi ini metode “think
ketidakmampuan siswa dalam bermate-
aloud” digunakan untuk mengidentifikasi
matika, yang dalam studi ini disebut
kesulitan siswa dalam belajar matematika
kesulitan siswa. Juga dikaji suatu cara
dan perubahan proses berpikir selama
mengatasi kesulitan siswa dalam belajar
menyelesaikan soal. Penggunaan metode
matematika
“think aloud” dalam pengkajian proses
sehingga
mereka
dapat
bekerja matematika dengan lebih baik.
masalah telah dilakukan oleh Anzai &
Kerangka Teori
Faktor
pembelajaran pada konteks pemecahan
penting
yang
dapat
Simon, lihat (Someren, 1994:8).
menunjang keberhasilan siswa dalam
Metodologi
belajar matematika adalah kecakapan
Kami
matematis.
Menurut
Kilpatrick,
melakukan
penelitian
dkk
kualitatif dengan melibatkan dua siswa,
(2001 : 116) kecakapan matematis siswa
siswa I dari SMP di Bandung, Jawa
meliputi:
pemahaman
konseptual,
Barat, dan siswa II dari SMP di Buol,
kelancaran
berprosedur,
kompetensi
Sulawesi
berstrategi,
penalaran
adaptif,
Tengah.
Ketika
dilakukan
dan
identifikasi awal, kedua siswa baru
disposisi produktif. Kelima komponen
memasuki awal semester 1 kelas VIII
kecakapan matematis ini tidak saling
pada
terpisah, tetapi merupakan jalinan utuh
Berdasarkan hasil ulangan harian (UH),
yang saling bergantung satu dengan yang
ujian tengah semester (UTS) dan juga
lain. Sehingga pengembangan kelimanya,
ujian
harus dilakukan secara terpadu dan
pelajaran matematika di kelas VII, rata-
seimbang dalam pembelajaran matema-
rata nilai semester I dan semester II untuk
tika di sekolah.
siswa I kurang dari 50 dan siswa II
tahun
akhir
kurang dari
ajaran
semester
2012/2013.
(UAS)
67 dengan
pada
KKM 75.
2
Mengikuti
Burton,
(2007:307),
lihat
apabila
Makmun
siswa
tidak
audio
dilakukan
selama
kegiatan
perlakuan berlangsung.
mencapai ukuran tingkat keberhasilan
Untuk mengetahui keberhasilan
atau tingkat penguasaan minimal dalam
dari perlakuan, peneliti melakukan tes
pelajaran tertentu, maka siswa dikatakan
evaluasi dalam satu kali pertemuan
gagal dalam belajar. Sehingga rata-rata
dengan memberikan tiga soal untuk
nilai
siswa
masing-masing siswa. Peneliti melakukan
dibawah KKM mengindikasikan kedua
wawancara dengan guru dan siswa di
siswa
awal penelitian ini untuk mengetahui
matematika
dari
berkesulitan
kedua
dalam
belajar
gambaran awal tentang kondisi siswa dan
matematika.
Penelitian ini dilaksanakan mulai
juga di akhir untuk melihat kesan guru
Juni sampai Oktober 2012. Peneliti
dan siswa tentang belajar matematika
melakukan
siswa.
tes
menggunakan
diagnostik
metode
dengan
“think aloud”
Untuk menganalisis kesulitan siswa
yakni siswa diminta mengucapkan semua
dalam
yang dipikirkan ketika menyelesaikan
keberhasilan perlakuan, peneliti memban-
soal-soal matematika untuk direkam.
dingkan hasil rekaman dengan hasil
Hasil pekerjaan siswa dan rekaman vidio
pekerjaan tertulis yang didasarkan pada
dianalisis untuk mengetahui kesulitan
lima kecakapan matematis (Kilpatrick,
siswa
dkk, 2001). Dan untuk mengetahui
dalam
Berdasarkan
belajar
hasil
matematika.
analisis
belajar
matematika
dan
tentang
tingkat kemajuan belajar siswa, peneliti
kesulitan siswa, treatment (perlakuan)
memperhatikan perubahan yang terjadi
diberikan melalui soal matematika tanpa
dari tahapan-tahapan pada perlakuan.
bilangan (yakni soal-soal yang bilanganbilangannya disembunyikan atau diganti
dengan
kotak).
Perlakuan
siswa I dan enam kali pertemuan untuk
siswa II. Pada saat perlakuan, siswa
diminta mengucapkan yang dipikirkan.
siswa
mengalami
1. Kesulitan belajar matematika
dilakukan
dalam tiga belas kali pertemuan untuk
Ketika
Hasil dan Pembahasan
kebuntuan,
peneliti mengajukan pertanyaan sebagai
arahan untuk siswa berpikir. Rekaman
Dari hasil rekaman tes diagnostik
terlihat siswa I: 1) mengulang berkali-kali
kata-kata kunci pada soal, 2) fokus pada
suatu prosedur yang pernah ia pelajari
tanpa
memperhatikan
soal
dengan
cermat, 3) kesulitan mengeluarkan apa
yang dipikirkan, 4) fokus pada apa yang
menjadi
masalah
bukan
berpikir
3
bagaimana
masalah
itu
dapat
diselesaikan, 5) langsung memperhatikan
2. Mengatasi
kesulitan
belajar
matematika siswa
bilangan-bilangan yang diketahui, dan 6)
Untuk siswa I, perlakuan diberikan
melakukan perhitungan-perhitungan yang
dalam tiga tahap. Dari hasil pekerjaan
tidak membantu dalam penyelesaian soal.
untuk tiga soal sederhana tanpa bilangan
Berdasarkan
lima
kecakapan
di tahap I terlihat siswa dapat menuliskan
2001)
yang diketahui dan ditanyakan pada soal
disimpulkan bahwa 1) siswa lebih fokus
dengan mudah juga menyelesaikannya
pada ditanyakan bukan pada konteks
dengan
(cerita) yang diberikan, 2) belum terbiasa
kepercayaan diri siswa dalam menyele-
melakukan strategi penyelesaian yang ia
saikan masalah mulai terlihat. Hal ini
bangun sendiri, dan 3) lebih terfokus
juga
pada bilangan.
bilangan yang siswa alami berkurang.
matematis
(Kilpatrick,
dkk:
cepat
berarti
dan
benar.
bahwa
Sehingga
fokus
terhadap
Dari hasil rekaman tes diagnostik
Pada tahap II, perlakuan lebih berfokus
terlihat siswa II: 1) membuat persamaan
pada pemahaman konsep dan melakukan
yang salah dan menyelesaikannya juga
strategi. Dari dua soal tanpa bilangan
tidak
terlihat
benar,
2)
tidak
mampu
bahwa
siswa
salah
dalam
menghubungkan sudut sehadap dengan
memahami konsep keliling. Siswa mulai
sudut
belajar bagaimana memahami konsep dan
saling
berpelurus,
3)
siswa
kesulitan dalam mengerjakan soal dengan
melakukan
mengatakan “sudah lupa, bagaimana
Akhirnya
caranya ini, begitu caranya? apa ya . . .
menggunakan soal-soal dengan materi
saya lupa ”, dan 4) langsung mengurang-
yang baru. Secara umum dari hasil
kan 180 dengan 120 bilangan yang ada
rekaman dan hasil pekerjaan siswa
dalam soal.
terlihat bahwa siswa mulai dapat bekerja
Berdasarkan
matematis
lima
(Kilpatrick,
kecakapan
dkk:
2001)
dikatakan siswa II: 1) terfokus pada
bilangan,
2)
masih
rendah
dalam
strategi
pada
tahap
penyelesaian.
III,
peneliti
secara matematika. Ini berarti bahwa
kemampuan matematika siswa sudah
mengalami kemajuan.
Sedangkan
untuk
siswa
II,
mendasari
perlakuan diberikan dalam empat tahap.
materi soal, 3) menyelesaikan soal tidak
Pada tahap I, siswa terlihat mengalami
sesuai prosedur sehingga jawaban tidak
kesulitan
benar, dan 4) kurang memperhatikan
sehingga diberikan intervensi dengan
konteks pertanyaan.
membimbing siswa bagaimana memaha-
penguasaan
konsep
yang
dalam
menyelesaikan
soal
4
mi konteks dari soal dengan tidak
kan adanya kemajuan siswa dari cara
terfokus pada bilangan. Pada tahap II,
menyelesaikan soal dibandingkan pada
siswa masih mengalami kesulitan dalam
saat tes diagnostik. Sedangkan dari hasil
mengaitkan konsep satu dengan yang
pekerjaan terlihat jawaban siswa hampir
lainnya
mencapai 100% benar dan juga hasil UTS
dalam
dan belum memiliki strategi
menyelesaikan soal,
sehingga
diberikan intervensi berupa pemahaman
di sekolah tergolong tinggi dibandingkan
rata-rata ujian matematika di kelas VII.
Sedangkan untuk siswa II, pada tes
konsep dan strategi penyelesaian soal.
Pada tahap berikutnya siswa sudah lebih
evaluasi
percaya diri dalam menyelesaikan soal
bilangan dan satu soal dengan bilangan.
dan sudah dapat menggunakan strategi
Dari hasil pekerjaan siswa tampak bahwa
untuk menyelesaikan soal. Selanjutnya
prosedur dan strategi yang dilakukan
diberikan intervensi
siswa sudah benar, kemampuan bernalar
dengan diminta
diberikan
sudah baik,
dua
siswa untuk berfikir reflektif. Sedangkan
siswa
dan
pada tahap IV, siswa sudah mampu
konsep siswa sudah baik.
soal
tanpa
pemahaman
menjawab soal secara sistimatis dan
logis, hal ini terlihat dari cara siswa
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan
menuliskan sesuatu dengan alasan yang
benar. Siswa juga sudah memiliki strategi
dalam menyelesaikan soal dan sedikit
mahir menyelesaikan soal tanpa bilangan.
Sehingga
intervensi
yang
diberikan
berupa penguatan dan motivasi saja. Dari
empat tahapan perlakuan yang diberikan
tampak
ada
perubahan
kemampuan
perlakuan
menyelesaikan soal matematika dapat
menjadi cara efektif untuk mengatasi
kesulitan dari kedua siswa dalam belajar
matematika. Sesudah perlakuan, kedua
siswa dapat bekerja matematika dengan
lebih
lancar
dibandingkan
dengan
sebelum diberikan perlakuan.
matematika siswa.
3. Dampak
pembahasan diperoleh kesimpulan bahwa
terhadap
belajar matematika
Dari hasil rekaman vidio pada tes
evaluasi terlihat bahwa siswa mengerjakan soal dengan lancar dan rasa percaya
diri yang tinggi, dan siswa melakukan
strategi dengan baik. Hal ini menunjuk-
Ucapan Terimakasih
Penulis mengucapkan terima kasih
kepada: 1) Pemerintah daerah Sulawesi
Tengah yang telah memberikan dukungan
dana, dan 2) Guru matematika SMP di
bandung dan di Buol atas kerja sama
yang diberikan selama penelitian.
5
Pustaka
Cathcart, W.G., Pothier, Y.M., Vance,
J.H., & Bezuk, N.S. (2003).
Learning
Mathematics
In
Elementary And Middle School.
Merrill Prentice Hall: United State
of America.
Depdiknas (2006). Kurikulum KTSP .
Jakarta : Media Makmur Mandiri.
Kemendikbud (2011). Survei Internasional
PISA.
Diakses
dari
http://litbang.kemdikbud.go.id/
detail.php?id=215 pada tanggal
03/12/2012 jam 14:15.
Kemendikbud (2011). Survei Internasional TIMMS. Diakses dari
http://litbang.kemdikbud.go.id/
detail.php?id=214 pada tanggal
03/12/2012 jam 14:10.
Kilpatrick, J., Swafford, J., & Findell, B.
(2001). Adding It Up: Helping
Children Learn Mathematics.
Washington,
DC:
National
Academy Press.
National Council of Teachers of
Mathematics (2000). Prinsiples
And Standards For School
Mathematics.
Reston,
VA:
NCTM.
Schoenfeld, A. H. (1994). Mathematical
Thinking And Problem Solving .
Hillsdale, NJ: Lawrence Erlbaum
Associates.
Someren, M.W., Barnard, Y.F, &
Sandberg, Jacobijn A.C. (1994).
The Think Aloud Method: A
Practical Guide To Modelling
Cognitive Processes. London:
Academic Press
Van De Walle, J.A., Karp, K.S., & BayWilliams,
J.M.
(2010).
Elementary And Middle School
Mathematic:
Teaching
Developmentally. New York:
Pearson.
Makmun, A.S.
(2009).
Psikologi
Pendidikan. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
6