Kinerja Account Representative Dalam Upaya Peningkatan Kepatuhan Wajib Pajak di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Pembangunan nasional adalah kegiatan yang berlangsung terus menerus dan
berkesinambungan yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat.
Untuk dapat merealisasikan tujuan tersebut, perlu banyak memperhatikan
masalah pembiayaan pembangunan. Salah satu usaha untuk mewujudkan
kemandirian suatu bangsa atau negara dalam pembiayaan pembangunan yaitu
menggali sumber dana yang berasal dari dalam negeri, salah satunya berupa
Pajak. Karena pajak merupakan komponen penting penerimaan negara, maka
sistem perpajakan di Indonesia terus ditingkatkan seiring dengan semakin
pesatnya pembangunan nasional disegala bidang.
Modernisasi sistem administrasi perpajakan membawa perubahan besar dalam
perpajakan di Indonesia. Perubahan yang nyata adalah dengan adanya jabatan
baru dalam kepegawaian Direktorat Jenderal Pajak yaitu Account Representative.
Account Representative mengemban tugas sebagai liason officer ( perantara )
antara Kantor Pelayanan Pajak dengan Wajib Pajak, diharapkan melalui adanya
Account Representative muncul citra Direktorat Jenderal Keuangan yang lebih
baik. Kebijakan Account Representative ( selanjutnya disingkat AR) dilaksanakan
sesuai dengan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 98/KMK.1/2006 Februari

2006 tentang Account Representative pada Kantor Pelayanan pajak yang telah
mengimplemeentasikan Organisasi Modern.

1
Universitas Sumatera Utara

2

Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan Undang-undang
(yang dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa-timbal (kontra-prestasi),
yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar
pengeluaran umum (Soemitro, 2010). Dalam hal ini masyarakat mempunyai
peranan penting untuk ikut serta dalam menjalankan fungsi pemerintahan salah
satu caranya yaitu dengan membayar pajak. Peranan aparat pemungut pajak
(fiskus) menjadi ujung tombak didalam mencapai target

penerimaan pajak,

berbagai aspek harus diperhatikan oleh peemerintahan diantaranya penyuluhan,
pelayanan,


pemeriksaan,

sistem

perpajakan,

dan

kebijakan

perpajakan.

Pembangunan nasional Indonesia pada dasarnya dilakukan oleh masyarakat
bersama-sama oleh pemerintah. Oleh karena itu peran masyarakat dalam
pembiayaan pembangunan harus tetap ditumbuhkan dengan meningkatkan
kesadaran masyarakat tentang kewajibannya membayar pajak. Akan tetapi
penerimaan pajak belum dirasakan optimal, sehingga sejak tahun 1984 dilakukan
reformasi perpajakan dengan pembangunan yang paling mendasar


adalah

perubahan sistem pemungutan pajak dari yang semula official assessment system
menjadi self assessment system (Sunardi, 2010 ). Menurut DJP ( 2006 ) dengan
self assessment system yang dianut dalam perpajakan Indonesia sekarang ini,
masyarakat trhadap tingkat kepatuhan pajak yang rendah, menuntut direktorat
jenderal pajak (DJP) untuk selalu melakukan pembinaan dan pengawasan
terhadap wajib pajak.
Pajak memilki fungsi yang sangat penting dalam pembangunan perekonomian
bangsa. Suparmono dan Damayanti (2010 :1) menyatakan bahwa sebagai salah
satu sumber penerimaan negara pajak memberi kontribusi terbesar pada APBN

Universitas Sumatera Utara

3

mencapai 80%. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan untuk mengetahui
APBN-P dan Realisasi penerimaan perpajakan dari tahun 2009-2014 dapat
diketahui hasilnya pada Tabel 1.1
Tabel 1.1 APBN-P dan Realisasi Penerimaan Perpajakan

Tahun
APBN-P
Realisasi
% terhadap APBN-P
2011
489.891,8
490.988
2012
609.227,4
658.700,8
2013
651.954,8
641.379,9
2014
743.325,9
732.309,7
2015
878.685,2
873.735
Sumber : Nota Keuangan dan APBN-P tahun anggaran 2015


100,2 Milyar
108,1 Milyar
94,8 Milyar
97,3 Milyar
99,4 Milyar

Jika dilihat dari tabel APBN-P yang merupakan asumsi terhadap
persentase terhadap target pertumbuhan ekonomi dari tahun ketahun menunjukkan
bahwa kebutuhan penerimaan perpajakan dalam APBN meningkat. Namun
realisasi penerimaannya mengalami penurunan. Pajak menurut Pasal 1 UU No 28
Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan yaitu kontribusi
wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat
memaksa berdasarkan undang-undang dengan tidak mendapat timbal balik secara
langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya
kemakmuran rakyat.
Salah satu dari kegiatan reformasi birokrasi perpajakan yang merupakan
perwujudan

dari


modernisasi

perpajakan

yaitu

intensifikasi

Intensifikasi perpajakan merupakan salah satu cara yang paling

perpajakan.
efektif yang

dilakukan Ditjen pajak dalam meningkatkan penrimaan pajak. Kegiatan dari
intensifikasi perpajakan tersebut diantaranya himbauan-himbauan Kepada Wajib
Pajak, pembuatan profil WP dan penerbitan Surat Tagihan Pajak (STP).

Universitas Sumatera Utara


4

Intensifikasi perpajakan merupakan salah satu cara yang paling efektif yang
dilakukan Direktorat Jenderal Pajak dalam meningkatkan penerimaan pajak.
Kegiatan dari intensifikasi perpajakan tersebut diantaranya himbauan –himbauan
kepada Wajib Pajak , pembuatan profil Wajib Pajak, penerbitan Surat Tagihan
Pajak (STP), pemanfaatan tekhnologi

informasi dan pemeriksaan terhadap

pelaporan Wajib Pajak guna mngawasi kepatuhan pemenuhan kwajiban
perpajakannya.
Pajak memiliki dua fungsi penting yaitu fungsi penerimaan (Budgeter) dan
fungsi mengatur (Reguler). Selain dua fungsi tersebut, pajak juga memiliki fungsi
lain yaitu : fugsi stabilitas, fungsi redistribusi, serta fungsi demokrasi (Sari, 2013 :
37). Sejak tahun 1984 Indonesia menganut sistem Self Assessment yang
sebelumnya menganut Official Assessment System (Suparmono dan Damayanti,
2010 : 4). Sistem ini memberi wewenang, kepercayaan, tanggung jawab kepada
Wajib Pajak untuk menghitung , memperhitungkan, membayar dan melaporkan
sendiri besarnya pajak yang harus dibayar (Wahyu dan Ilyas, 2000 : 10).

Sistem ini terdapat kelebihan dan kekurangan, salah satu dampak dari
penerapan sistem ini yaitu masyarakat harus benar-benar mengetahui tata cara
perhitungan pajak dan segala sesuatu yang berhubungan dengan pelunasan
pajaknya. Seperti waktu dalam membayar pajak, bagaimana perhitungannya,
kepada siapa pajak dibayarkan, apa yang terjadi jika terdapat kesalahan
perhitungan, apa yang terjadi jika lupa dan sanksi apa yang akan diterima jika
melanggar ketentuan apajak. Tentunya hal tersebut membutuhkan penjelasan
khusus untuk memahaminya (judisseno, 1997 : 27). Dampak lain dari Self
Assessment adalah adanya kemungkinan Wajib Pajak melakukan penghindaran

Universitas Sumatera Utara

5

pajak (tax evasion). Dalam penerapan sistem ini sangat penting adanya kepatuhan
Wajib Pajak.
Tidak dapat dipungkiri bahwa ciri dasar pajak yang bersifat memaksa,
masyarakat juga mempunyai anggapan bahwa dalam melakukan kewajiban
perpajakan, masyarakat harus melewati sistem yang terkesan sulit dan rumit. Hal
tersebut mengakibatkan para Wajib Pajak tidak patuh dalam membayar

keawajibannya. Menurut Direktorat Jenderal Pajak dalam (Kompas, 2008 : 17),
mengatakan bahwa jumlah pemegang Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)
diseluruh Indonesia saat ini sebanyak 6 juta. Dari jumlah tersebut, hanya sebanyak
50.500 Wajib Pajak yang dikategorikan sebagai pembayar pajak aktif.
Berdasarkan data yang dimiliki Direktorat Jenderal Pajak jumlah Wajib Pajak
secara Nasional adalah sebagai berikut :
Tabel 1.2
Jumlah Wajib Pajak Terdaftar
Jumlah Wajib Pajak
2010
2011
2012

2013

2014

Orang Pribadi

4.988.449


8.388.816

13.949.750

17.327.184

19.913.904

Bendahara

348.451

379.681

434.355

467.984

507.844


Badan

1.308.160

1.443.570

1.580.287

1.737.459

1.942.811

Jumlah

6.645.060

10.212.067

15.964.392

19.532.627

22.364.559

Sumber : Laporan Tahunan Direktorat Jendral Pajak Tahun 2010 – 2014

Universitas Sumatera Utara

6

Pada KPP Pratama Lubuk Pakam terdapat fenomena kesenjangan antara
jumlah Wajib Pajak dengan Wajib Pajak efektif. Hal tersebut dapat dilihat pada
Tabel 1.2
Tabel 1.3 Jumlah Wajib Pajak Terdaftar dan Wajib Pajak Efektif
Wajib Pajak

2009

2010

Tahun
2011

2012

Wajib Pajak
Terdaftar
Orang Pribadi
31.361
46.708
72.966
84.617
10.757
11.798
12.534
13.082
Badan
Bendahara
3.516
3.576
3.665
3.713
45.634
62.082
89.165
101.412
Jumlah
Wajib Pajak Efektif
24.166
38.353
63.212
74.506
Orang Pribadi
Badan
9.686
10.231
10.755
11.286
Bendahara
1.386
1.440
1.470
1.518
35.238
50.024
75.437
87.310
Jumlah
Sumber : KPP Pratama Lubuk Pakam (Data diolah kembali)

2013

2014

92.936
15.019
3.738
111.693

99.724
17.066
3.774
120.564

82.71
11.943
1.543
96.157

89.292
12.704
1.578
103.574

Menurut Direktorat Jenderal Pajak yang dikutip oleh (Euphrasia Susy, 2010)
bahwa rasio kepatuhan Wajib Pajak dalam menyampaikan Surat Pemberitahuan
Tahunan (SPT) hingga April 2010 telah mencapai 58,84 persen atau 7,73 juta,
jumlah SPT diterima mencapai 7.733.271 dari total Wajib Pajak terdaftar wajib
menyampaikan SPT Tahunan PPh sebesar 14.101.933. Pada 2009 rasio kepatuhan
Wajib Pajak 5.413.114 atau sebesar 62,61 persen dengan jumlah Wajib Pajak
terdaftar sebanyak 10.289.590. sedangkan menurut laporan DJP terhadap ratio
kepada kepatuhan penyampaian SPT PPh dari tahun 2009-2013 yaitu :

Universitas Sumatera Utara

7

Tabel 1.4

Ratio Kepatuhan Penyampaian SPT PPh

Uraian

2009

2010

2011

2012

2013

WP Terdaftar Wajib SPT

4.231.117

6.341.828

9.996.620

14.101.933

17.694.317

SPT Tahunan PPh

1.278.290

2.097.849

5.413.114

8.202.309

9.332.626

Rasio Kepatuhan

30,21%

33,08%

54,15%

58,15%

52,74%

Sumber : Laporan Tahunan Direktorat Jenderal Pajak Tahun 2015
Selain laporan mengenai SPT Tahunan yang disampaikan oleh Direktorat
Jenderal Pajak, fenomena kepatuhan yang rendah tersebut terjadi pula pada KPP
Pratama Lubuk Pakam. Data mengenai hal tersebut adalah sebagai berikut:
Tabel 1.5

Rasio Kepatuhan SPT Tahunan PPh

Tahun

2009

2010

2011

2012

2013

2014

Terdaftar

33.852

48.584

73.967

85.792

94.614

101.996

Jumlah SPT

17.903

29.609

38.147

31.729

38.776

40.126

Rasio Kepatuhan

53%

61%

52%

37%

41%

39%

Sumber : KPP Pratam Lubuk Pakam
Berdasarkan data yang telah diungkapkan mengenai rasio kepatuhan
penyampaian SPT Tahunan Wajib Pajak, masih terdapat kesenjangan yang cukup
signifikan terhadap Wajib Pajak terdaftar dan kepatuhan dalam penyampaian SPT
Tahunan. Agar tercapainya tiga tujuan tersebut, diperlukan berbagai upaya dari
Direktorat Jenderal Pajak selain melakukan berbagai perombakan pada peraturan
perpajakan dan pemberian sanksi kepada berbagai perlawanan pajak. Direktorat
Jenderal Pajak juga harus memikirkan cara untuk mengubah pandangan negatif
terhadap pajak untuk meningkatkan kesadaran para Wajib Pajaknya.

Universitas Sumatera Utara

8

penegakan dalam hal kemandirian ekonomi dalam pembiayaan pembangunan
nasional dengan jalan lebih ditujukan kepada kemampuan sendiri. Adanya
reformasi perpajakan secara menyeluruh, diharapkan jumlah Wajib Pajak akan
semakin luas serta beban pajak akan semakin adil dan wajar, sehingga mendorong
Wajib Pajak untuk membayar kewajibannya dan menghindarkan diri dari aparat
pajak yang mengambil keuntungan untuk kepentingan pribadi. Secara garis besar,
reformasi administrasi perpajakan diharapkan dapat memenuhi tiga tujuan utama :
1. Tercapainya tingkat kepatuhan suka rela yang tinggi.
2. Tercapainya tingkat kepercayaan trhadap administrasi perpajakan yang
tinggi.
3. Tercapainya produktivitas aparat perpajakan yang tinggi.
(Sinta Setiana, dkk : 2010).
Agar tercapainya tiga tujuan tersebut, diperlukan berbagai upaya dari
Direktorat Jenderal Pajak selain melakukan berbagai perombakan pada peraturan
perpajakan dan pemebrian sanksi kepada berbagai perlawanan pajak Direktorat
Jenderal Pajak juga harus memikirkan cara untuk mengubah pandangan negatif
terhadap pajak untuk meningkatkan kesadaran para Wajib Pajaknya dalam
memenuhi kewajiban pajaknya. (Menurut Endaryono : 2013), memperkenalkan
pajak sedari dini menjadi sedikit jawaban atas rendahnya kesadaran pajak dalam
diri masyarakat Indonesia saat ini.
Pembenahan pada berbagai peraturan perpajakan dan pemberian sanksi
yang dilakukan, belum cukup untuk meningkatkan kesadaran pajak. Menurut
Rimsky Judiseno (1997 : 8) rendahnya pengetahuan perpajakan dalam masyarakat

Universitas Sumatera Utara

9

merupakan suatu kendala tersendiri yang membutuhkan perhatian khusus.
Perlawanan pasif merupakan suatu produk dari ketidaktahuan masyarakat
terhadap pengetahuan pajak. Hal ini menunjukkan bahwa salah satu penyebab tax
gap yang terjadi dikarenakan lemahnya pengetahuan para Wajib Pajak dalam
pemenuhan kewajiban perpajakannya.
Fungsi KPP yaitu melaksanakan penyuluhan, pelayanan dan pengawasan
kepada Wajib Pajak (Selayang Pandang : 2012). Dilihat dari fungsi KPP tersebut
maka dapat disimpulkan bahwa KPP membantu Direktorat Jenderal Pajak dalam
menyadarkan pentingnya pajak kepada masyarakat. Salah satu cara untuk
membantu dalam meningkatkan kualitas pelayanan, maka setiap kantor pelayanan
pajak modern dibentuk Account Representative yang bertanggungjawab dalam
melayani dan mengawasi kepatuhan Wajib Pajak, serta berperan penting dalam
segala penghubung KPP denganWajib Pajak (Hapsari, 2012). Karena pentingnya
fungsi pajak dalam pembangunan, masyarakat diharapkan mampu berperan dalam
pembangunan negara dengan cara patuh dalam membayar pajak.
Dalam sistem modernisasi perpajakan, pengelompokan potensi pajak berdasar
keunggulan fiskus diwilayah Wajib Pajak atau mapping dan pembuatan profil
Wajib Pajak mrupakan suatu hal yang harus dilakukan oleh Kantor Pelayan Pajak
Modern,

dimana

dalam

pembuatan

profil

tersebut

dibutuhkan

Account

Representative yang dituntut untuk lebih dekat, lebih mengenal, dan lebih
mengetahui akan kondisi Wajib Pajaknya, sehingga kegiatan intesifikasi
perpajakan dalam rangka meningkatkan penerimaan pajak dapat berjalan dengan
baik. Kinerja Account Representative (AR) pajak dapat dikaitkan dengan tugasnya

Universitas Sumatera Utara

10

yang telah ditetapkan Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor
98/KMK 01/2006 yaitu :
1. Melakukan pengawasan kepatuhan perpajakan kepada Wajib Pajak.
2. Bimbingan/himbauan dan konsultasi teknis perpajakan kepada Wajib
Pajak.
3. Penyusunan profil Wajib Pajak.
4. Analisis kinerja Wajib Pajak, rekonsiliasi data Wajib Pajak dalam rangka
intensifikasi.
5. Melakukan evaluasi hasil banding berdasarkan ketentuan yang berlaku.
Menurut pasal 1 Undang-undang No 16 tahun 2000, pengertian Wajib Pajak
adalah orang pribadi atau badan yang menurut ketentuan peraturan perundangundangan perpajakan ditentukan untuk melakukan kewajiban perpajakan,
termasuk pemungutan pajak atau pemotongan pajak. Kewajiban perpajakan Wajib
Pajak badan maupun perseorangan sesuai Undang-undang KUP antara lain :
1. Wajib pajak mendaftarkan diri kepada KPP terdekat untuk mendapatkan
NPWP.
2. Wajib Pajak mengisi dan menyampaikan SPT dengan benar, lengkap, dan
jelas.
3. Wajib Pajak membayar pajak atau menyetor pajak yang terutang melalui
kantor pos atau bank persepsi yang ditunjuk.
Menurut Burton (2005) menjelaskan bahwa terdapat tiga krieria Wajib
Pajak patuh berdasarkan peraturan perpajakan, yaitu:

Universitas Sumatera Utara

11

1. Tepat waktu dalam menyampaikan SPT untuk semua jenis pajak
dalam dua tahun terakhir.
2. Tidak mempunyai tunggakan pajak untuk semua jenis pajak, kecuali
telah memperoleh izin untuk mengawasi atau menunda waktu
pembayaran pajak.
3. Tidak pernah dijatuhi hukuman karena melakukan tindakan pidana
dalam bidang perpajakan dalam jangka waktu sepuluh tahun.
Sedangkan Nowak (2008:15) mengemukakan bahwa kepatuhan Wajib
Pajak (tax compliance) sebagai suatu iklim kepatuhan dan kesadaran
pemenuhan kewajiban perpajakan, tercermin dalam situai dimana
pajak:
1. Paham atau berusaha memahami semua ketentuan perundangundangan perpajakan.
2. Mengisi formulir pajak dengan lengkap dan jelas.
3. Menghitung jumlah pajak yang terutang dengan benar.
4. Membayar pajak yang terutang tepat pada waktunya.
Untuk dapat mengoptimalkan kepatuhan pajak suatu daerah, tentunya
harus disertai dengan pelayanan dan pengawasan yang baik dari perangkat pajak
daerah. Sehingga dengan mengetahui kualitas pelayanan dan pengawasan dari
perangkat pajak melalui opini dari Wajib Pajak selaku customer dari perpajakan,
kita dapat menganilisis kekurangan dan kelebihan dari perangkat pajak seta dapat
mnyempurnakan kinerja dari prangkat pajak dikemudian hari. Oleh karena itu
Account Representative dituntut untuk melaksanakan tugasnya sebagaimana
mestinya dalam perpajakan. Apabila hal tersebut sudah mencapai optimal, maka

Universitas Sumatera Utara

12

besar kemungkinan Wajib Pajak akan meningkat dalam hal kepatuhan kewajiban
perpajakannya.
Aparat pajak harus senantiasa melakukan perbaikan kualitas pelayanan
dengan tujuan agar dapat meningkatkan kepatuhan Wajib Pajak. Upaya
peningkatan kualitas pelayanan dapat dilakukan dengan cara peningkatan kualitas
dan kemampuan teknis pegawai dalam bidang perpajakan, perbaikan infrastruktur
seperti perluasan tempat pelayanan terpadu, penggunaan sistem informasi dan
tekhnologi untuk dapat memberikan kemudahan kepada Wajib Pajak dalam
memenuhi kewajibannya. Pandiangan (Berita pajak, 2004) mengatakan reformasi
perpajakan dimulai pada tahun 1983, yaitu dengan menerapkan sistem self
assessment, dimana sistem tersebut dapat meningkatkan partisispasi rakyat dalam
hal pemenuhan kewajiban membayar pajak yang merupakan sumber penerimaan
Negara yang vital.
Peran dan fungsi pajak dimasa yang akan datang semakin penting dan
sangat strategis dalam menunjang operasi fiskal pemerintah, baik didalam
pembiayaan pengluaran pemerintah maupun dalam pengelolaan dan pengndalian
kebijakan ekonomi makro. Peningkatan penerimaan pajak, bagi Indonesia yang
dewasa ini sedang mencari solusi untuk keluar dari krisis ekonomi. Hal tersebut
merupakan salah satu tantangan besar yang dihadapi dalam upaya memelihara
kebijakan fiskal yang berkelanjutan (sustainable fiscal policy), dan menciptakan
stimulus fiskal bagi bergeraknya roda kegiatan perekonomian masyarakat (fical
stimulus). Dari indikator tax ratio, memberikan harapan dan sekaligus tantangan
untuk menuju kemandirian pembiayaan pembangunan dimasa yang akan datang
(IGN Mayun Winangun : 2000).

Universitas Sumatera Utara

13

Semenjak tahun 2002, Direktorat Jenderal pajak telah meluncurkan
program perubahan atau reformasi perpajakan yang biasa disingkat modrnisasi.
Adapun jiwa dari program modernisasi itu adalah pelaksanaan god governance,
yaitu penerapan sistem administrasi perpajakan yang transparan dan akuntabel.
Dengan memanfaatkan sitem reformasi teknologi yang handal dan terkini. Strategi
trsebut adalah memberikan pelayanan yang prima sekaligus pngawasan intensif
kepada para Wajib Pajak.
Fokus program reformasi perpajakan adalah perbaikan sistem dan
manajemen SDM, dan direncanakan perubahan yang dilakukan sifatnya lebih
menyeluruh. Sebelum melakukan langkah perbaikan sumber daya para aparatur
pajak, DJP melakukan pemetaan kompensasi pegawai pajak. Meskipun program
ini masih terbatas mengidentifikasi saja, tetapi informasi yang didapat cukup
membantu DJP dalam merumuskan kebijakan kepegawaian yang fair. Kemudian
seluruh jabatan dievaluasi dan analisa untuk selanjutnya dilakukan job grade dari
masing-masing jabatan tersebut. Kemudian beban kerja dari masing-masing
jabatan tersebut pun dianalisis yang kemudian dikaitkan juga dengan
pengmbangan sistem pengukuran kinerja masing-masing pegawai. Sebagai
catatan pembuatan dan dokumentasi SOP untuk seluruh proses kerja dapat
dimanfaatkan juga sebagai standar penilaian kerja.
Pandiangan (berita pajak, 2004 :36) mengatakan selama ini efek pajak
sebenarnya angat besar terhadap psikologis / kepatuhan masyarakat. Ehingga
bukan tidak mungkin sebagian masyarakat terkadang merasa tertekan oleh pajak
apalagi bila ada yang kurang beres dalam pelaporan pajaknya. Pajak bukanlah
hitungan ekonomi yang jika mengeluarkan sejumlah uang akan mendapatkan

Universitas Sumatera Utara

14

manfaat. Justru lebih kepada aspek sosial yaitu peduli kepada sesama. Pajak yang
dibayarkan seseorang bukan hanya dinikmati sendiri dari pengadaan public goods
and service, melainkan akan jauh lebih besar dinikmati oleh orang lain yang
mungkin jauh dipedesaan.
Pimpinan Direktorat Jenderal pajak sudah seharusnya mengarahkan aparat
pajak untuk memberikan pelayanan yang maksimal terhadap Wajib Pajak.
Pelayanan yang baik akan berpengaruh pada peningkatan kepatuhan Wajib Pajak,
apalagi aparat bisa memberikan motivasi terhadap Wajib Pajak. Oleh karena itu
tumbuh kebanggaan pada mereka untuk membayar pajak guna keperluan
pembangunan bangsa. Dan tidak dapat dipungkiri bahwa semua itu dapat diukur
dari tingkat pelayanan aparat pajak yang mengalami peningkatan.
Dalam KPP modern tidak ada lagi pembagian seksi berdasarkan jenis
pajak, melainkan karena fungsi pajak. Setiap Wajib Pajak dilayani oleh petugas
pajak atau Account Representative (AR). Dalam memberikan kemudahan bagi
para pembayar pajak untuk melaksanakan peraturan perundang-undangan yang
berlaku dibidang pajak. Direktorat Jenderal Pajak menjalankan sejumlah
kebijakan strategis dalam pemungutan pajak. Salah satu kebijakan Direktorat
Jenderal Pajak No KEP-178/82/2004 tanggal 24 Desember 2004, dimana
disebutkan bahwa dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan dan pengawasan,
fokus kegiatan dan langkah / implementasi pada tahun 2002 adalah dengan
menciptakan konsep kenalilah pajakmu. Konsep tersebut sudah menjadi acuan
penunjukan account representative yaitu aparat pajak yang bertanggung jawab
dalam pelaksanaan pelayanan dan pengawasan secara langsung dan untuk
sejumlah Wajib Pajak tertentu yang telah ditugaskan padanya.

Universitas Sumatera Utara

15

Keputusan dan kesadaran masyarakat terhadap pajak tidak juga tergantung
dari penyuuluhan-penyuluhan dan pelayanan pajak yang optimal namun
tergantung dari sistem data yang akurat, agar aparat pajak dapat menyadari
perannya sebagai petugas pajak yang harus membangun pelayanan sebaik
mungkin yaitu sebagai account representative dengan memberikan kemudahan
dan mendorong Wajib Pajak lebih baik lagi dalam memenuhi kewajibannya
sebagai warga negara yang baik. Account Representative berperan penting dalam
menjabarkan dan menjelaskan suatu regulasi pajak kepada wajib pajak agar tidak
terjadi miss komunikasi. Peran account representative diharapkan mempunyaisatu
kesamaan persepsi dalam memberikan penjelasan sehingga tidak terjadi beda
penafsiran dimata wajib pajak (Suzandri : 2006). Sehingga kegiatan dalam
perpajakan dapat dilaksanakan sebagaimana mestinya.
Menurut (Simons James : 2003), bahwa wajib pajak mempunyai kesediaan
untuk memenuhi kewajiban pajaknya sesuai aturan yang berlaku tanpa diadakan
pemeriksaan, investigasi seksama, peringatan ataupun ancaman dan penerapan
sanksi baik hukum maupun administrasi. Dengan demikian, secara hipotesis bila
semua wajib pajak menaati peraturan perpajakan yang berlaku, maka selisih
antara penerimaan pajak dan potensial dengan penerimaan pajak aktual menjadi
nol. Maka dari itu diharapkan para wajib pajak taat kepada kewajiban
perpajakannya, yang bisa meningkatkan kualitas pembangunan suatu bangsa. Dan
dengan diadakannya reformasi atau modernisasi perpajakan mampu mengatasi
ssegala kesulitan atau pun pemahaman yang kurang yang ada pada wajib pajak.
Pada tahun 2009 penerimaan pajak meleset dari target yang diharapkan
pemerintah. Departemen keuangan menyatakan bahwa pemerintah menargetkan

Universitas Sumatera Utara

16

dengan diadakannya reformasi atau modernisasi perpajakan mampu mengatasi
ssegala kesulitan atau pun pemahaman yang kurang yang ada pada wajib pajak.
Pada tahun 2009 penerimaan pajak meleset dari target yang diharapkan
pemerintah. Departemen keuangan menyatakan bahwa pemerintah menargetkan
pajak sebesar 652 Triliun. Tetapi pada kenyataan meleset sebesar 1,7% yaitu
641,2 triliun, dan pada tahun 2010 ini pemerintah mengharapkan meningkatnya
penerimaan pajak. Berikut tabel penerimaan pajak selama 5 tahun terakhir:
Tabel 1.6 Penerimaan Pajak
Penerimaan Sektor Pajak

No

Tahun

1

2009

641,2 Triliun

2

2008

571,1 Triliun

3

2007

426,3 Triliun

4

2006

314,5 Triliun

5

2005

298,4 Triliun

Sumber : KPP Pratama L.Pakam (2015)
Dilihat dari tabel penerimaan pajak, dari tahun ke tahun terus mengalami
peningkatan, ini tidak lepas dari Direktorat Jenderal Pajak yang terus
meningkatkan kinerjanya dan pelayanannya sesuai dengan pertumbuhan bangsa.
Diharapkan ditahun-tahun kedepan pajak terus meningkat dan terus menopang
pembangunan dan Belanja Negara.
Fungsi pelayanan, konsultasi dan pengawasan terhadap wajib pajak lebih
efektif karena dilakukan Account Representative sebagai mediator khusus. Proses
pelaksanaan pekerjaan yang baik untuk pelayanan dan lainnya menjadi lebih
melakukan kewajibannya sesuai dengan undang-undang yang ada. Dengan begitu
nasib pembangunan bangsa yang semakin merosot akan bangkit kembali.

Universitas Sumatera Utara

17

Direktorat Jenderal Pajak terus melakukan pengembangan dan perbaikan
guna meningkatkan penerimaan pajak, Account Representative yang ditunjuk
sebagai pemberi pelayanan pajak kepada wajib pajak juga menjalankan fungsi
konsultasi. Konsultasi cukup penting karena dengan adanya konsultasi diharapkan
wajib pajak bisa bertanya kepada petugas Account Representativetentang undangundang atau peraturan perpajakan yang tidak dimengerti. Sehingga terjadinya
kerja sama yang baik antara wajib pajak dengan KPP dimana diwakili olh petugas
Account Representative.
Didalam mengontrol kewajiban pajak wajib pajak perlu dilakukan
pengawasan, dimana pengawasan itu diaharapkan mengarahkan wajib pajak untuk
memenuhi kewajiban pajaknya. Dengan adanya fungsi pengawasan oleh petugas
Account Representative diharapkan wajib pajak patuh dan tepat waktu dalam
membayarkan pajaknya sehingga penerimaan disektor pajak bisa ditingkatkan.
Penelitian sebelumnya prnah dilakukan oleh Iip Latifah pada tahun 2008 yaitu
analisis pengaruh kinerja Account Representative pada perusahaan masuk bursa,
penelitian tersebut menggunakan satu variable yaitu pelayanan, konsultasi dan
pengawasan Account Representative terhadap wajib pajak. Alasan peneliti
menggunakan tiga variable tersebut karena variable tersebut merupakan satu
kesatuan dari kerja Account Representative. Account Representative memberikan
pelayanan yang baik kepada wajib pajak kemudian dilanjutkan dengan
memberikan konsultasi tentang permasalaan wajib pajak dan melakukan
pengawasan dan monitoring tentang kewajiban wajib pajak dan diaharapkan
dengan rangkaian kerja tersebut menimbulkan kepatuhan kepada wajib pajak
dalam membayarkan pajak terutangnya secara tepat waktu.

Universitas Sumatera Utara

18

Menurut

Raden

Suparman

(2008)

dalam

Soni

Sunardi

(2010),

profesionalisme pegawai Dirjen pajak masih perlu banyak ditingkatkan. Hasil
survei dari pihak ketiga antara lain dilakukan oleh Hay Group Consultant
terhadap pendapat Wajib Pajak menunjukkan Dirjen Pajak mempunyai kelemahan
pada SDM, sosialisasi ketentuan, dan distorsi pada pemeriksaan pajak. Kelemahan
ini diperkuat dengan banyaknya surat-surat masuk yang memerlukan penegasan
lebih lanjut. Salah satu yang menjadi penyebab kelemahan sumber daya manusia
adalah target penerimaan yang merupakan satu pressure tersendiri sehingga
mendorong tenaga-tenaga terampil diarahkan ke hal-hal yang bersifat teknis.
Akibatnya fungsi lain yang tidak kalah penting seperti penyuluhan, pemrosesan
data, perencanaan pegawai dan penyusunan konsep aturan mengalami banyak
kekurangan baik dari sisi jumlah maupun kapasitas sumber daya manusianya.
Menurut Waras (2010) dalam Soni Sunardi (2010), kualitas AR (Account
Representative) juga dapat menjadi penghambat / kendala kinerja Account
Representative. Dilihat dari aspek pendidikan, kemampuan dan mutu setiap
Account Representative berbeda. Pendidikan, kemampuan, dan mutu Account
Representative yang rendah dapat memperlambat pelayanan kepada wajib pajak
dalam melaksanakan kewajiban perpajakannya. Aspek lainnya yaitu seperti
banyaknya wajib pajak yang ditangani setiap Account Representative, misalnya
KPP Pratama Lubuk Pakam yang merupakan daerah atau kabupaten. Salah satu
Account Representative harus menangani wajib pajak didaerah yang luas dan
berbagai kecamatan sehingga satu Account Representative dapat memiliki ratusan
wajib pajak dengan tingkat pengetahuan wajib pajak yang masih rendah tentang
perpajakan, itu juga dapat menghambat kinerja Account Representative. Dari

Universitas Sumatera Utara

19

ratusan atau beribu wajib pajak, Account Representative harus mengetahui atau
memahami profil wajib pajak secara detail.
KPP Pratam Lubuk Pakam memiliki jumlah wajib pajak yang terdaftar
sebanyak 85.248 Wajib Pajak dengan bidang pekerjaan dan usaha yang berbedabeda. Dengan sekian banyaknya jumlah wajib pajak, kinerja AR di KPP Pratama
L.Pakam mengalami banyak hambatan untuk menangani wajib pajak karena
seharusnya menurut John Hutagaol dalam bukunya “Perpajakan Isu-su
Kontemporer” (2007), setiap satu orang AR harus menangani tiga (3) hingga lima
(5) wajib pajak besar tertentu dan sekaligus mengawasi kepatuhan wajib pajak
tersebut didalam melaksanakan pemenuhan kewajibannya dibidang perpajakan.
Sedangkan dalam KPP Pratama L.Pakam saat ini menunjukkan bahwa tiap satu
orang AR justru menangani wajib pajak puluhan hingga lebih.
Salah satu bentuk tugas dan tanggung jawab seorang Account
Representative yaitu melakukan pemuktahiran data wajib pajak dan membuat
Company Profile (Profil) wajib pajak (John Hutagaol:2007). Menurut Andre
Satya Dananjaya (2009) dalam Soni Sunardi (2010), dalam sistem modernisasi
sekarang ini pembuatan profil adalah hal yang baru dan harus dilakukan oleh
Kantor Pelayanan Pajak modern. Dimana dengan adanya Account Representative
pada seksi pengawasan dan konsultasi setiap kantor pelayanan pajak dituntut
untuk lebih dekat, lebih mengenal, dan lebih tahu akan kondisi wajib pajaknya.
Sehingga kegiatan-kegiatan dalam rangka peningkatan penerimaan pajak dalam
hal ini intensifikasi dapat berjalan dengan baik. Apalagi nantinya akan didukung
sepenuhnya oleh kegiatan pemeriksaan terhadap wajib pajak, dimana akhirnya

Universitas Sumatera Utara

20

nanti kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan oleh wajib pajak dapat
meningkat secara signifikan dengan kesadaran penuh dari wajib pajak sendiri.
Bahwa pajak-pajak yang mereka bayarkan itu nantinya akan kembali
mereka rasakan sendiri meski tidak secara langsung dengan terus berlangsungnya
pembangunan-pembangunan

dan

perbaikan-perbaikan

secara

infrastruktur

diseluruh Indonesia. Hal tersebut sesuai dengan kebijakan Pemeriksaan untuk
menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan, disebutkan bahwa profil
wajib pajak adalah syarat wajib dari penerbit Surat Perintah Pemeriksaan (SP2).
Dan juga merupakan instrumen penting untuk pembangunan negara nantinya.
Bila tidak ada profil maka suatu penugasan pemeriksaan tidak dapat
diterbitkan Surat Perintah pemeriksaannya kecuali terhadap pemeriksaan atas SPT
lebih Bayar Restitusi dan pemeriksaan Wajib Pajak Lokasi atas permintaan KPP
domisili, selain hal tersebut profil digunakan sebagai dasar untuk membuat
analisis resiko terkait dengan usulan pemeriksaan khusus dan setelah ada
penugasan/ instruksi pemeriksaan, pemeriksa harus meminjam dan memanfaatkan
Profil Wajib Pajak dan hasil analisis resiko yang telah dilakukan Account
Representative. Berdasarkan uraian tersebut dapat diketahui bahwa dengan
berlangsungnya sistem modernisasi dalam tubuh Direktorat Jenderal Pajak yang
merupakan salah satu wujud nyata reformasi birokrasi, pelayanan prima mutlak
diperlukan dalam hal peningkatan penerimaan negara melalui pajak. Dan dengan
berlakunya Account Representative sebagai salah satu wujud pelayanan prima
kepada wajib pajak, diharapkan dapat membantu peningkatan penerimaan pajak
melalui kegiatan intensifikasi wajib pajak yaitu dengan pembuatan profil wajib
pajak yang nantinya akan digunakan sebagai dasar acuan dalam tahapan awal

Universitas Sumatera Utara

21

pelaksanaan pemeriksaan pajak. Sehingga proses pemeriksaan yang dilaksanakan
nantinya dapat berjalan lebih fokus dan memiliki kualitas dan keakuratan hasil
yang sangat baik.
Pemeriksaan pajak merupakan instrumen untuk menentukan kepatuhan,
baik formal maupun material, yang tujuan utamanya adalah untuk menguji dan
meningkatkan tax compliance seorang wajib pajak. Idealnya setiap wajib pajak
secara bergiliran dapat sekali diperiksa pada setiap putaran waktu. Pemeriksaan
merupakan interaksi antara Pemeriksa dengan Wajib Pajak. Untuk itu dibutuhkan
sikap positif wajib pajak sehingga pelaksanaan pemeriksaan dapat berjalan lebih
efektif (Diaz Priantara : 2009).
Kepatuhan wajib pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakan adalah
merupakan tujuan utama dari pemeriksaan pajak, sehingga dari hasil pemeriksaan
akan diketahui tingkat kepatuhan wajib pajak. Bagi wajib pajak yang tingkat
kepatuhannya tergolong rendah, diharapkan dengan dilakukannya pemeriksaan
terhadapnya dapat memberikan motivasi positif agar untuk masa selanjutnya
menjadi lebih baik. Oleh karena itu, pemeriksaan pajak juga sekaligus sebagai
sarana pembinaan dan pengawasan terhadap wajib pajak (Siti Kurnia Rahayu
:2010).

Universitas Sumatera Utara

22

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka perlu dilakukan penelitian
berkaitan dengan Account Representative terhadap kegiatan intensifikasi
Perpajakan yang dilaksanakan di Kantor Pelayanan Pajak. Judul yang diambil
pada penelitian ini “Kinerja Account RepresentativeDalam Upaya Peningkatan
Kepatuhan Wajib Pajak ( studi kasus di KPP Pratama Lubuk Pakam ) “.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan judul penelitian diatas, maka identifikasi masalah yang
dikemukakan pada penelitian ini adalah :
1. Bagaimana aktivitas Account Representative pada Kantor Pelayanan Pajak
Pratama Lubuk Pakam ?
2 Seberapa besar pengaruh Account Representative terhadap kepatuhan Wajib
Pajak ?
3 Bagaimana kegiatan intensifikasi perpajakan pada Kantor Pelayanan Pajak
Pratama Lubuk Pakam ?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengumpulakan data dan
informasi dari objek penelitian

Kinerja Account Representative dalam

Meningkatkan Kepatuhan Wajib Pajak.
1.4 Manfaat Penelitian
1. Bagi Peneliti

Universitas Sumatera Utara

23

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah ilmu dan wawasan
yang lebih luas tentang Kinerja Account Representative dalam upaya
meningkatkan kepatuhan Wajib Pajak.
2. Bagi Perusahaan
Hasil penelitian ini dapat memberikan pandangan dan masukan untuk
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam mengenai Kinerja
Account Representative dalam upaya peningkatan kepatuhan Wajib
Pajak .
3. Bagi peneliti lain
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi untuk penelitian
lebih lanjut dalam bidang kajian yang sama, yaitu Kinerja Account
Representative dalam upaya peningkatan kepatuhan Wajib Pajak.

Universitas Sumatera Utara