Hubungan Indeks Massa Tubuh Dengan Fleksibilitas Pada Pemain Pencak Silat Merpati Putih Universitas Sumatera Utara

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1.

Fleksibilitas

2.1.1. Definisi fleksibilitas
Fleksibilitas mengacu pada kemampuan ruang gerak sendi atau persendian
tubuh. Kemampuan gerak sendi ini berbeda di setiap persendian dan bergantung
pada struktur anatomi disekitarnya, seberapa jauh sendi itu digunakan secara
normal, ada tidaknya cidera, dan ketegangan otot. (CFES, 2008). Fleksibilitas
adalah kemampuan bersama untuk bergerak melalui ruang gerak sendi secara
penuh. (CNY, 2000). Sedangkan menurut Robergs dan Keteyian (2003),
fleksibilitas adalah kemampuan untuk memaksimalkan berbagai gerak sendi.
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa fleksibilitas merupakan
kemampuan seseorang untuk melakukan pergerakan dalam ruang gerak sendi.
Keberhasilan untuk menampilkan gerakan demikian sangat ditentukan oleh
luasnya ruang gerak sendi dan faktor-faktor lainnya yang dapat mempengaruhi
fleksibilitas.
2.1.2. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Fleksibilitas.

Fleksibilitas dipengaruhi oleh banyak faktor, antara lain umur, jenis
kelamin, jenis sendi, latihan fisik, kehamilan dan jaringan lemak tubuh.
1.

Umur

Fleksibilitas dapat menurun akibat penuaan menurut Chapman (1971) dalam
Kravitz dan Heyward (1995). Hal ini sebagian besar disebabkan oleh hilangnya
elastisitas di jaringan ikat yang mengelilingi otot melalui proses pemendekan yang
normal akibat kurangnya aktifitas fisik. Oleh karena itu, orang tua lebih rentan
untuk terjadinya cedera dari aktifitas fisik yang kuat.

2.

Jenis kelamin

Wanita cenderung lebih fleksibel daripada laki-laki pada usia yang sama,
baik muda maupun tua menurut Holland (1968) dalam Kravitz dan Heyward
(1995). Perbedaan umur dikaitkan dengan variasi dan anatomi pada struktur sendi.
3.


Jenis sendi

Hal ini sangat tidak dipungkiri bahwa fleksibilitas spesifik pada sendi.
Misalnya, penari dilatih menunjukkan lebih unggul fleksibilitas bagian atas
daripada fleksibilitas pada bagian pergelangan kaki dan kaki. (Kravitz dan
Heyward, 1995). Jarak total pergerakan di sekitar sendi sangat spesifik dan
bervariasi dari satu sendi ke sendi yang lainnya (pinggul, batang, bahu), serta dari
satu individu ke individu lainnya (Powers dan Howley, 2007).
4.

Latihan fisik

Peningkatan fleksibilitas statik dapat ditingkatkan dengan latihan fisik yang
rutin, salah satunya dengan pelatihan Hatha Yoga selama 12 minggu (Shinta,
2007). Program peregangan secara teratur membantu menjaga rentang gerak
sendi dan dapat membantu meningkatkannya (Powers dan Howley, 2007).
5.

Kehamilan


Selama kehamilan, sendi panggul dan ligamentumnya dalam keadaan
relaksasi dan memiliki ruang gerak sendi yang lebih besar menurut Bird,
Calguner, Wright (1981) dalam Kravitz dan Heyward (1995). Hormon yang
bertanggung jawab dalam menyebabkan perubahan ini adalah hormon relaxin.
Setelah melahirkan, produksi hormon ini menurun dan ligamentum kembali
menjadi lebih tegang.
6.

Jaringan lemak tubuh
Faktor lain yang dapat mempengaruhi fleksibilitas adalah jaringan lemak

tubuh di sekitar sendi dan jaringan otot. Kelebihan jaringan lemak tubuh dapat
meningkatkan tahanan pergerakan, dan ditambah penghambatan keleluasaan
gerak dari sendi karena kontak antara permukaan tubuh sehingga menurunkan
fleksibilitas (Powers dan Howley, 2007).

2.1.3. Manfaat Fleksibilitas
Meningkatkan dan memelihara berbagai gerak yang baik pada sendi dapat
meningkatkan kualitas hidup. Fleksibilitas yang baik membuat otot dan sendi

menjadi lebih sehat. Meningkatkan elastisitas otot dan jaringan ikat di sekitar
sendi memungkinkan kebebasan bergerak yang lebih besar dan kemampuan
individu untuk berpartisipasi dalam berbagai jenis olahraga dan aktifitas
rekreasional. Fleksibilitas yang memadai juga membuat aktifitas hidup sehari-hari
seperti memutar, mengangkat, membungkuk lebih mudah untuk dilakukan
(Powers dan Howley, 2007).
Program latihan peregangan secara teratur dapat meningkatkan peregangan
sirkulasi bagi otot yang diregangkan, mencegah nyeri punggung bawah dan
masalah tulang belakang lainnya, meningkatkan dan mempertahankan keselarasan
posisi yang baik, meningkatkan gerakan tubuh yang tepat dan membantu untuk
mengembangkan dan memelihara keterampilan motorik (Powers dan Howley,
2007).
Pelatihan fleksibilitas berupa peregangan yang teratur dapat meningkatkan
suplai darah dan nutrisi ke struktur sendi. Peregangan meningkatkan suhu jaringan
yang selanjutnya meningkatkan sirkulasi dan transportasi nutrisi. Hal ini
memungkinkan elastisitas lebih besar dari pada jaringan sekitarnya dan dapat
meningkatkan kinerjanya. Selain itu, peregangan dapat juga meningkatkan cairan
sinovial sendi, yang merupakan cairan pelumas yang dapat meningkatkan
perpindahan nutrisi yang lebih banyak ke sendi (CNY, 2000).
Selain itu, latihan fleksibilitas secara teratur membantu menurunkan rasa

sakit dan nyeri dikarenakan stres psikologis dan berkontribusi untuk menurunkan
kecemasan, menurunkan tekanan darah, dan tingkat pernapasan. Peregangan juga
membantu meringankan kekakuan otot yang berulang yang dijumpai saat istirahat
atau saat latihan (CNY, 2000).

2.3.

Indeks Massa Tubuh

2.3.1. Definisi Indeks Massa Tubuh
Indeks massa tubuh (IMT) merupakan indikator yang paling sering
digunakan dan praktis untuk mengukur tingkat populasi berat badan lebih dan
obes pada orang dewasa. Obesitas merupakan suatu kelainan kompleks
pengaturan nafsu makan dan metabolisme energi yang dikendalikan oleh beberapa
faktor biologi spesifik. Faktor genetik diketahui sangat berpengaruh terhadap

kejadian obesitas. Secara fisiologis, obesitas diartikan sebagai suatu keadaan
dengan akumulasi lemak yang tidak normal atau berlebihan di jaringan adiposa
sehingga dapat mengganggu kesehatan. pengukuran lemak tubuh secara langsung
sangat sulit, sehingga pengukuran lemak tubuh menggunakan body mass index

(BMI) atau indeks massa tubuh (IMT) untuk menentukan berat badan lebih dan
obesitas pada orang dewasa (Sugondo, 2009).
Untuk mengetahui nilai IMT dapat dihitung dengan rumus berikut:

IMT =

Berat badan (kg )
Tinggi badan (m 2 )

2.3.2. Klasifikasi Indeks Massa Tubuh
Hubungan antara lemak tubuh dan IMT ditentukan oleh bentuk tubuh dan
proporsi tubuh, sehingga dengan demikian IMT belum tentu memberikan
kegemukan yang sama bagi semua populasi. Secara meta-analisis beberapa
kelompok etnik yang berbeda, dengan konsentrasi lemak tubuh, usia, jenis
kelamin yang sama, menunjukkan Amerika berkulit hitam memiliki IMT lebih
tinggi 1,3 kg/m2 dan etnik Polinesia memiliki IMT lebih tinggi 4,5 kg/m2
dibandingkan etnik Kaukasia. Sebaliknya, nilai IMT pada bangsa Cina, Ethiopia,
Indonesia dan Thailand adalah 1,9 kg/m2, 4,6 kg/m2, 3,2 kg/m2, dan 2,9 kg/m2
lebih rendah daripada etnik Kaukasia (Sugondo, 2009).
Wilayah Asia Pasifik pada saat ini telah mengusulkan kriteria indeks

massa tubuh sebagai berikut :

Tabel .2.1. Klasifikasi Berat Badan Lebih dan Obesitas Berdasarkan IMT.

Klasifikasi

IMT (kg/m2)

Berat Badan Kurang