Pembuatan Tablet Parasetamol Untuk Anak-anak Secara Granulasi Basah Dengan Ekstrak Rimpang Kunyit (Curcumae domestica Valeton Rhizoma) Sebagai Pewarna

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Uraian Tumbuhan
Kunyit tumbuh dengan baik di wilayah Asia, khususnya Asia Tenggara.
Tanaman ini kemudia mengalami persebaran ke daerah Malaysia, Indonesia,
Australia, bahkan Afrika. Kunyit dapat tumbuh didataran rendah mulai dari 240 m
diatas permukaan laut hingga ketinggian lebih dari 2.000 m diatas permukaan laut
dengan curah hujan 1.000 - 4.000 ml/tahun. Tanaman kunyit memerlukan jenis
tanah ringan dengan bahan organik yang tinggi seperti tanah lempung berpasir
yang terbebas dari genangan air (Nugroho, 1998).
2.1.1 Sistematika tumbuhan
Sistematika tumbuhan kunyit menurut Gembong (1985):
Kingdom

: Plantae

Divisi

: Spermatophyta


Sub divisi

: Angiospermae

Kelas

: Monocotyledoneae

Ordo

: Zingiberales

Famili

: Zingiberaceae

Genus

: Curcuma


Spesies

: Curcuma domestica Valeton

2.1.2 Morfologi tumbuhan
Kunyit merupakan tanaman obat berupa semak dan bersifat tahunan
(perenial) yang tersebar di seluruh daerah tropis. Tanaman kunyit tumbuh subur
dan liar disekitar hutan/bekas kebun. Diperkirakan berasal dari Binar pada

5

ketinggian 1300-1600 m dibawah permukaan laut, ada juga yang mengatakan
bahwa kunyit berasal dari India. Kata Curcuma berasal dari bahasa Arab Kurkum
dan Yunani Karkom. Pada tahun 77-78 SM, Dioscorides menyebut tanaman ini
sebagai Cyperus menyerupai jahe, tetapi pahit, kelat, dan sedikit pedas, tetapi
tidak beracun. Tanaman ini banyak dibudidayakan di Asia Selatan khususnya di
India, Cina Selatan, Taiwan, Indonesia (Jawa), dan Filipina. Tanaman kunyit
tumbuh bercabang dengan tinggi 40-100 cm. Batang merupakan batang semu,
tegak, bulat, membentuk rimpang dengan warna hijau kekuningan dan tersusun
dari pelepah daun (agak lunak). Daun tunggal, bentuk bulat telur (lanset)

memanjang hingga 10-40 cm, lebar 8-12,5 cm dan pertulangan menyirip dengan
warna hijau pucat. Berbunga majemuk yang berambut dan bersisik dari pucuk
batang semu, panjang 10-15 cm dengan mahkota sekitar 3 cm dan lebar 1,5 cm,
berwarna putih/kekuningan. Ujung dan pangkal daun runcing, tepi daun yang rata.
Kulit luar rimpang berwarna jingga kecoklatan, daging buah merah jingga
kekuning-kuningan (Muhlisah, 1996).
2.1.3 Nama daerah
Tanaman kunyit (Curcuma domestica Valeton) di Indonesia memiliki
berbagai macam nama daerah, seperti di Sumatera, Jawa, Kalimantan, Nusa
Tenggara, Sulawesi, Maluku dan Irian.
Sumatera

: Kakunye (Enggano), kunyet (Aceh), kunyet (), kuning, hunik,
unik (Batak), odil, ondil, kondil (Simalur), undis (Nias),
kunyit (Melayu), kunyir, jinten (Lampung).

Jawa

: Kunyir, koneng, koneng ismen (Sunda), kunir, kunir bentis,
temu kuning (jawa), konye, temo koneng (Madura).


6

Kalimantan

: Kunir, janar (Banjar), henda (Ngaju), kunyit (Olon Maanyan),
cahang (Dayak Panyabung), dio (), kalesiau (Kenya), kunyit
(Tidung).

Nusa Tenggara

: Kunyik (Sasak), huni (Bima), kaungi, wingir, winguru (Sumba
Timur), dingira, hingiro, kunita, kunyi, konyi, hingira (Sumba
Barat), kewuni (Sawu), kuneh, guni (Flores), kuma (Solor),
kumoh (Alor), kunik, huni, unik (Roti), hunik, kunir (Timor).

Sulawesi

: Uinida (Talaud), kuni, hamu (Sangir), alawahu (Gorontalo),
kolalagu (Buol), pagidon (Toli – toli), uni, kuni (Toraja), kunyi

(Makassar), kunyi (Salayar), unyi (Bugis), kuni, nuyik
(Mandar).

Maluku

: Kuriai (Leti), lulu malai (Babar), ulin (Talimbar), tuni (Kai),
unin (Goram), iris, kunin, uni (Seram Timur), unin, unine, one
(Seram Barat), enelo (Seram Selatan), kunino, unin, unine,
unino, uninun (Ambon), unino (Maruku), kunine (Nusa Laut),
kunino, uni benal (Saparanal), kone, kunik, uni, unin (Buru),
koni, kon (Sula), gurati, gulati, gogohiki (Halmahera), guraci
(Ternate, Tidore).

Irian

: Rame (Kapaur), kandeifu (Nufor), nikwai (Windesi) mingguai
(Wandamen), yaw (Arzo) (Depkes RI., 1977).

2.1.4 Kandungan kimia
Rimpang kunyit kering mengandung kurkuminoid sekitar 10%, kurkumin

1 – 5%, dan sisanya terdiri dari demetoksikurkumin, serta bisdemetoksikurkumin.
Selain itu rimpang kunyit juga mengandung minyak atsiri sebanyak 1 – 3%,

7

lemak, protein, karbohidrat, pati, dan sisanya terdiri dari vitamin C, garam –
garam mineral seperti zat besi, fosfor, dan kalsium. Bau dan rasa berasal dari
beberpa zat yang terdapat didalam minyak tersebut. Zat – zat tersebut meliputi
keton sesquiterpen, termeron, zingeberen, borneol, dan sineol (Nugroho, 1998).
2.1.5

Khasiat tumbuhan
Kunyit memiliki efek farmakologis yaitu : melancarkan peredaran darah,

mempermudah
memperlancar

persalinan,
pengeluaran


antiradang
empedu

(antiinflamatory),

(colagogum),

carminative,

antibakteri,
pelembab

(astringent), antioksidan, dan dapat meningkatkan aktivitas seksual (Winarto,
2003).
2.1.6

Pewarna alami
Pewarna telah lama digunakan pada makanan untuk meningkatkan cita

rasanya. Pada mulanya zat warna yang digunakan adalah zat warna alami dari

tumbuhan dan hewan. Pewarna alami sebenarnya tidak semahal yang diperkirakan
masyarakat dan pembuatannya juga sangat mudah. Bahan-bahan yang dapat
digunakan sebagai pewarna ditumbuk, dapat pula menggunakan blender atau
penumbuk biasa dengan sedikit ditambah air, lalu diperas dan disaring dengan alat
penyaring (Saati dan Hidayat, 2006).
Menurut Saati dan Hidayat, (2006) beberapa contoh zat pewarna alami
yang biasa digunakan untuk mewarnai makanan yaitu :
1. Karoten, memberikan warna jingga sampai merah. Dapat diperoleh dari
wortel, papaya dan sebagainya.
2. Biksin, memberikan warna kuning seperti mentega. Biksin diperoleh dari biji
pohon Bixa orellana yang terdapat di daerah tropis.

8

3. Karamel, memberikan coklat gelap dan merupakan hasil dari hidrolisis
pemecahan karbohidrat, gula pasir, laktosa dan sirup malt.
4. Klorofil, memberikan warna hijau dan diperoleh dari daun. Banyak digunakan
untuk makanan dan saat ini mulai digunakan pada berbagai produk kesehatan.
Pigmen klorofil banyak terdapat pada dedaunan seperti daun suji, daun pandan,
daun katuk dan sebagainya. Dedaunan tersebut sebagai penghasil warna hijau

untuk berbagai jenis kue jajanan pasar. Selain menghasilkan warna hijau yang
cantik, juga memiliki aroma yang khas.
5. Antosianin, memberikan warna merah, oranye, ungu dan biru. Banyak
terdapat pada bunga dan buah-buahan seperti bunga mawar, pacar air, kembang
sepatu, bunga tasbih, anggur, buah apel, stroberi, buah manggis dan lain-lain.
6. Kurkumin, berasal dari kunyit sebagai salah satu bumbu dapur dan
memberikan warna kuning (Saati dan Hidayat, 2006).
2.1.7

Kurkumin
Kurkumin merupakan zat warna alami yang diperoleh dari tanaman kunyit

(Zingiberaceae). Zat warna ini dapat dipakai dalam minuman tidak beralkohol,
seperti sari buah. Akan tetapi zat warna ini masih kalah oleh zat warna sintesis
dalam hal warnanya (Koswara, 2009).
Kunyit mengandung 2,5 – 6 % pigmen kurkumin yang berwarna kuning
oranye. Tanaman kunyit varietas Alleppey mempunyai kandungan pigmen sebesar
5,54 %. Kunyit varietas Alleppey mempunyai kandungan kurkumin sampai 6,5 %
sedangkan kunyit varietas Madras hanya sampai 3,5 %. Kandungan kurkumin
kunyit dari Jawa adalah 0,63 - 0,76 % (w/w) dengan menggunakan analisis

spektrofotometri terhadap ekstrak kasar kunyit. Kurkumin mempunyai berat

9

molekul 368,37 dengan titik lebur 183 °C. Kurkumin tidak larut dalam air dan eter
tetapi larut dalam alcohol, asam asetat glacial. Kurkumin berbentuk serbuk kristal
dengan warna kuning jingga (Koswara, 2009).
2.2 Ekstraksi
Ekstraksi adalah kegiatan penarikan kandungan kimia yang dapat larut
sehingga terpisah dari bahan yang tidak dapat larut dengan menggunakan suatu
pelarut cair. Senyawa aktif yang terdapat dalam berbagai simplisia dapat
digolongkan kedalam golongan minyak atsiri, alkaloida, flavonoida dan lain-lain.
Dengan

diketahuinya

senyawa

aktif


yang

dikandung

simplisia

akan

mempermudah pemilihan pelarut dengan cara ekstraksi yang tepat (Ditjen POM,
2000).
Ekstrak adalah sediaan kering, kental atau cair dibuat dengan menyari
simplisia nabati atau hewani menurut cara yang cocok, di luar pengaruh cahaya
matahari langsung (Depkes RI., 1979). Metode ekstraksi yang umum digunakan
dalam berbagai penelitian antara lain (Ditjen POM, 2000) yaitu:
a. Maserasi
Maserasi adalah proses penyarian simplisia menggunakan pelarut dengan
beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada temperatur ruangan, sedangkan
remaserasi merupakan pengulangan penambahan pelarut setelah dilakukan
penyaringan maserat pertama dan seterusnya.
b. Perkolasi
Perkolasi adalah proses penyarian simplisia dengan pelarut yang selalu
baru sampai sempurna yang umumnya dilakukan pada temperatur ruangan.
Serbuk simplisia yang akan diperkolasi tidak langsung dimasukkan kedalam

10

bejana perkolator, tetapi dibasahi atau dimaserasi terlebih dahulu dengan cairan
penyari sekurang-kurangnya selama 3 jam.
c. Refluks
Refluks adalah proses penyarian simplisia dengan menggunakan alat pada
temperatur titik didihnya dalam waktu tertentu dimana pelarut akan terkondensasi
menuju pendingin dan kembali ke labu.
d. Sokletasi
Sokletasi adalah proses penyarian dengan menggunakan pelarut yang
selalu baru, dilakukan dengan menggunakan alat soklet dimana pelarut akan
terkondensasi dari labu menuju pendingin, kemudian jatuh membasahi sampel.
e. Digesti
Digesti adalah proses penyarian dengan pengadukan kontinu pada
temperatur lebih tinggi dari temperatur kamar, yaitu secara umum dilakukan pada
temperatur 40-50°C.
f. Infundasi
Infundasi adalah proses penyarian dengan menggunakan pelarut air pada
temperatur 90°C selama 15 menit.
g. Dekoktasi
Dekoktasi adalah proses penyarian dengan menggunakan pelarut air pada
temperatur 90°C selama 30 menit.
2.3 Parasetamol
2.3.1 Tinjauan umum
Rumus bangun :

11

Rumus molekul

: C8H9NO2

Nama kimia

: 4-hidroksiasetanilida [103-90-2]

Berat molekul

: 151,16

Kandungan

: Tidak kurang dari 98,0% dan tidak lebih dari 101,0%
C8H9NO2 dihitung terhadap zat anhidrat.

Pemerian

: Serbuk hablur, putih; tidak berbau; rasa sedikit pahit.

Kelarutan

: Larut dalam air mendidih dan dalam natrium hidroksida 1
N; mudah larutan dalam etanol (Depkes RI., 1995)

2.3.2 Farmakologi
Parasetamol merupakan metabolit fenasetin dengan efek antipiretik
ditimbulkan oleh gugus aminobenzen. Asetaminofen di Indonesia lebih dikenal
dengan nama parasetamol, dan tersedia sebagai obat bebas (Wilmana, 1995).
Efek analgetik Parasetamol dapat menghilangkan atau mengurangi nyeri
ringan sampai sedang. Parasetamol menghilangkan nyeri, baik secara sentral
maupun secara perifer. Secara sentral diduga Parasetamol bekerja pada
hipotalamus sedangkan secara perifer, menghambat pembentukan prostaglandin di
tempat inflamasi, mencegah sensitisasi reseptor rasa sakit terhadap rangsang
mekanik atau kimiawi. Efek antipiretik dapat menurunkan suhu demam. Pada
keadaan demam, diduga termostat di hipotalamus terganggu sehingga suhu badan
lebih tinggi. Senyawa Parasetamol memiliki waktu paruh 1 – 3 jam, dan tidak
menyebabkan perdarahan gastrointestinalis atau gangguan asam basa seperti asam

12

asetilsalisilat, tetapi mempunyai bentuk toksisitas hepatik sedang sampai berat.
(Ganiswara, 1995).
2.4

Uraian Sediaan Tablet
Defenisi tablet menurut Farmakope Indonesia edisi III adalah sediaan

padat kompak, dibuat secara kempa cetak, dalam bentuk tabung pipih atau
sirkuler, kedua permukaannya rata atau cembung, mengandung satu jenis obat
atau lebih, dengan atau tanpa bahan tambahan. Bahan tambahan yang dapat
berfungsi sebagai bahan pengisi, bahan pengembang, bahan pengikat, bahan
pelicin, bahan pembasah atau bahan lain yang cocok (Depkes RI., 1979).
Tablet merupakan jenis sediaan yang banyak digunakan sampai sekarang
karena memberikan dosis yang tepat pada pemakainnya, mudah pemakaiannya,
mudah pengemasannya, stabilitas kimia dan aktivitas fisiologi dari bahan-bahan
obat cukup baik (Banker dan Anderson, 1994).
Tablet dicetak dari serbuk kering, kristal atau granulat, umumnya dengan
penambahan bahan pembantu, pada mesin yang sesuai, dengan menggunakan
tekanan tinggi. Tablet dapat memiliki bentuk silinder, kubus, batang, atau cakram,
serta bentuk seperti telur atau peluru. Garis tengah tablet pada umumnya 5-17
mm, sedangkan bobot tablet 0,1-1 g (Voigt, 1995).
Butiran granulat yang diperoleh, partikel-partikelnya mempunyai daya
lekat. Daya alirnya menjadi lebih baik sehingga pengisian ruang cetak dapat
berlangsung secara kontiniu dan homogen. Keseragaman bentuk granulat
menyebabkan keseragaman bentuk tablet (Voigt, 1995).
Menurut Banker dan Anderson, (1994), tablet yang dinyatakan baik harus
memenuhi syarat, yaitu:

13

1. Memiliki kemampuan atau daya tahan terhadap pengaruh mekanis selama
proses produksi, pengemasan dan distribusi.
2. Bebas dari kerusakan seperti pecah pada permukaan dan sisi-sisi tablet.
3. Dapat menjamin kestabilan fisik maupun kimia dari zat berkhasiat yang
terkandung di dalamnya.
4. Dapat membebaskan zat berkhasiat dengan baik sehingga memberikan efek
pengobatan seperti yang dikehendaki.
Tablet dapat didefenisikan sebagai bentuk sediaan solid yang mengandung
satu atau lebih zat aktif dengan atau tanpa berbagai eksipien (yang meningkatkan
mutu sediaan tablet, kelancaran sifat aliran bebas, sifat kohesivitas, kecepatan
disintegrasi, dan sifat antilekat) dan dibuat dengan mengempa campuran serbuk
dalam mesin tablet. Defenisi lain tablet kempa adalah unit bentuk sediaan solid
dibuat dengan mengempa suatu campuran serbuk yang mengandung zat aktif
dengan atau tanpa bahan tambahan atau bahan tertentu yang dipilih guna
membantu dalam proses pembuatan dan untuk menciptakan sifat-sifat sediaan
tablet yang dikehendaki (Siregar dan Wikarsa, 2010).
2.4.1 Bentuk tablet
Tablet terdapat dalam berbagai ragam bentuk, ukuran, bobot, kekerasan,
ketebalan, sifat disolusi dan disintegrasi dan dalam aspek lain, tergantung pada
penggunaan yang dimaksudkan dan metode penggunannya. Tablet biasanya
berbentuk bundar dengan permukaan datar, atau konveks. Bentuk khusus seperti
kaplet, segitiga, lonjong, empat segi dan segi enam (heksagonal) dikembangkan
oleh beberapa pabrik untuk membedakan produknya terhadap produk pabrik
lainnya. Tablet dapat dihasilkan dalam berbagai bentuk, dengan membuat punch

14

dan lubang kempa (lesung tablet) cetakan yang didesain secara khusus. Misalnya
jika punch kurang konkaf makin datar tablet yang dihasilkannya. Sebaliknya
punch yang semakin konkaf, semakin lebih konveks tablet yang dihasilkan.
Tablet dapat diberi monogram pada salah satu atau pada kedua permukaan
tablet tergantung keberadaan monogram pada punch bawah dan/atau punch atas
yang menghasilkan monogram.
Tablet adalah sediaan solid mengandung zat aktif yang dapat diberikan
secara oral dan ditelan, tablet yang hanya ditempatkan di dalam rongga mulut
tanpa ditelan, tablet oral yang dikunyah dulu lalu ditelan, atau hanya
dikulum/diisap (Siregar dan Wikarsa, 2010).
2.4.2 Bahan pewarna tablet
Zat warna ditambahkan dalam sediaan tablet untuk memperindah tablet,
membedakan dosis, spesifikasi dari pabrik, untuk memudahkan pengawasan
misalnya warna yang pudar menunjukkan bahwa tablet tersebut telah rusak.
Zat warna yang dipakai harus memenuhi persyaratan Dirjen Pengawasan
Obat dan Makanan Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Ada 2 cara penambahan zat warna yaitu:
1. Cara basah
Bahan warna dilarutkan dalam larutan bahan pengikat kemudian
ditambahkan ke dalam serbuk yang akan digranulasi.
2. Cara kering
Bahan warna dicampurkan dalam keadaan kering ke dalam campuran
serbuk kemudian baru ditambahkan larutan bahan pengikat. Konsentrasi zat warna
yang biasa dipakai 0.33 % (Soekemi, dkk., 1987).

15

2.4.3 Metode pembuatan sediaan tablet
Tablet dibuat dengan 3 cara umum, yaitu granulasi basah, granulasi kering
(mesin rol atau mesin slag) dan kempa langsung. Tujuan granulasi basah dan
kering adalah untuk meningkatkan aliran campuran dan atau kemampuan kempa
(Depkes RI., 1995).
Metode pembuatan tablet didasarkan pada sifat fisika kimia dari bahan
obat, seperti stabilitas dari bahan aktif dalam panas atau terhadap air, bentuk
partikel bahan aktif dan sebagainya.
Metode pembuatan sediaan tablet yaitu :
1. Cetak langsung
Cetak langsung adalah pencetakan bahan obat atau campuran bahan obat
bahan pembantu tanpa proses pengolahan awal. Cara ini hanya dilakukan untuk
bahan-bahan tertentu saja yang berbentuk kristal/ butir-butir granul yang
mempunyai sifat-sifat yang diperlukan untuk membuat tablet yang baik.
Keuntungan utama dari cetak langsung ini adalah untuk bahan obat yang
peka lembab dan panas, dimana stabilitasnya terganggu akibat pekerjaan
granulasi, tetapi dapat dibuat menjadi tablet. Meskipun demikian hanya sedikit
bahan obat yang mampu dicetak secara langsung, seperti ammonium bromida,
ammonium klorida, kalium bromida, kalium klorida, natrium bromida, natrium
klorida dan heksamin (Voigt, 1995).
2. Granulasi kering
Granulasi kering disebut juga slugging atau prekompresi. Cara ini sangat
tepat untuk tabletasi zat – zat yang peka suhu atau bahan obat yang tidak
stabil dengan adanya air.

16

Obat dan bahan pembantu pada mulanya dicetak dulu, artinya mula-mula
dibuat tablet yang cukup besar, yang massanya tidak tertentu. Selanjutnya terjadi
penghancuran tablet yang dilakukan dalam mesin penggranul kering, atau dalam
hal yang sederhana dilakukan di atas sebuah ayakan. Granulat yang dihasilkan
kemudian dicetak dengan takaran yang dikehendaki (Voigt, 1995).
Metode ini digunakan pada keadaan dosis efektif terlalu tinggi untuk
pencetakan langsung, obatnya peka terhadap pemanasan, kelembaban, atau
keduanya (Lachman, dkk., 1994).
3. Granulasi basah
Pada

teknik

ini

juga

memerlukan

langkah-langkah

pengayakan,

penyampuran dan pengeringan. Pada granulasi basah, granul dibantuk dengan
suatu bahan pengikat. Teknik ini membutuhkan larutan, suspensi atau bubur yang
mengandung pengikat yang biasanya ditambahkan ke campuran serbuk.
Cara penambahan bahan pengikat tergantung pada kelarutannya dan
tergantung pada komponen campuran. Karena massa hanya sampai konsistensi
lembab bukan basah seperti pasta, maka bahan pengikat yang ditambahkan tidak
boleh berlebihan (Banker dan Anderson, 1994).
Proses pengeringan diperlukan oleh seluruh cara granulasi basah untuk
menghilangkan pelarut yang dipakai pada pembentukan gumpalan-gumpalan
granul dan untuk mengurangi kelembaban sampai pada tingkat yang optimum
(Banker dan Anderson, 1994).
2.4.4 Komposisi tablet
Tablet oral umumnya di samping zat aktif mengandung, pengisi, pengikat,
penghancur, dan pelincir.

17

Tablet tertentu mungkin memerlukan pemacu aliran, zat warna, zat perasa,
dan pemanis (Lachman, dkk., 1994).
Komposisi umum dari tablet adalah zat berkhasiat, bahan pengisi, bahan
pengikat atau perekat, bahan pengembang dan bahan pelicin. Kadang-kadang
dapat ditambahkan bahan pewangi (flavoring agent), bahan pewarna (coloring
agent) dan bahan-bahan lainnya (Ansel, 1989).
1. Pengisi
Digunakan agar tablet memiliki ukuran dan massa yang dibutuhkan.
Sifatnya harus netral secara kimia dan fisiologis, selain itu juga dapat dicernakan
dengan baik (Voigt, 1995).
Bahan-bahan pengisi yaitu : laktosa, sukrosa, manitol, sorbitol, amilum,
bolus alba, kalsium sulfat, natrium sulfat, natrium klorida, magnesium karbonat
(Soekemi, dkk., 1987).
2. Pengikat
Untuk memberikan kekompakan dan daya tahan tablet, juga untuk
menjamin penyatuan beberapa partikel serbuk dalam butir granulat (Voigt, 1995).
Pengikat yang umum digunakan yaitu: amilum, gelatin, glukosa, gom
arab, natrium alginat, cmc, polivinilpirolidon, dan veegum (Soekemi, dkk., 1987).
3. Penghancur
Untuk memudahkan pecahnya tablet ketika berkontak dengan cairan
saluran pencernaan dan mempermudah absorpsi (Lachman, dkk., 1994). Bahan
yang digunakan sebagai pengembang yaitu: amilum, gom, derivat selulosa,
alginat, dan clays (Soekemi, dkk., 1987).

18

4. Pelicin
Ditambahkan untuk meningkatkan daya alir granul-granul pada corong
pengisi, mencegah melekatnya massa pada punch dan die, mengurangi pergesekan
antara butir-butir granul, dan mempermudah pengeluaran tablet dari die. Bahan
pelicin yaitu : metalik stearat, talk, asam stearat, senyawa lilin dengan titik lebur
tinggi, amilum maydis (Soekemi, dkk., 1987).
Bahan pelicin mempunyai 3 fungsi, yaitu:
a. Lubrikan
Lubrikan adalah bahan yang berfungsi untuk mengurangi friksi antara
permukaan dinding/tepi tablet dengan dinding die selama kompresi dan ejeksi.
Lubrikan ditambahkan pada pencampuran akhir/final mixing, sebelum proses
pengempaan. Lubrikan dapat diklasifikasikan berdasarkan kelarutannya dalam air
yaitu larut dalam air dan tidak larut dalam air. Pertimbangan pemilihan lubrikan
tergantung pada cara pemakaian, tipe tablet, sifat disintegrasi dan disolusi yang
dinginkan, sifat fisika-kimia serbuk/granul dan biaya.
b. Glidan
Glidan ditambahkan dalam formulasi untuk menaikkan/meningkatkan
fluiditas massa yang akan dikempa, sehingga massa tersebut dapat mengisi die
dalam jumlah yang seragam. Amilum adalah glidan yang paling populer karena
disamping dapat berfunsi sebagai glidan juga sebagai disintegran dengan
konsentrasi sampai 10%. Talk lebih baik sebagai glidan dibandingkan amilum,
tetapi dapat menurunkan disintegrasi dan disolusi tablet. Pada Tabel terlihat
beberapa tipe glidan yang biasa digunakan.

19

Tabel 2.1 Tipe dan jumlah glidan yang biasanya digunakan
Glidan
Logam stearat
Asam stearat
Talk
Amilum
Natrium benzoat
Natrium klorida
Natrium dan Magnesium lauril sulfat
PEG 4000 dan 6000

Konsentrasi (%)
≤1
1-5
1-5
1-10
2-5
5-20
1-3
2-5

c. Antiadherents
Antiadherents adalah bahan yang dapat mencegah melekatnya (sticking)
permukaan tablet pada punch atas dan punch bawah. Talk, magnesium stearat dan
amilum jagung merupakan material yang memiliki sifat antiadherent yang sangat
baik.
Tabel 2.2 Daftar antiadherent yang biasa digunakan
Jenis Antiadherents
Talk
Magnesium stearat
Amilum jagung
Collodial silica
DL – Leucine
Natrium lauril sulfat

Konsentrasi (% b/b)
1-5
≤1
3-10
0,1-0,5
3-10
≤1
(Saifullah, 2007).

2.5

Uji Preformulasi
Sebelum dicetak menjadi tablet, massa granul perlu diperiksa apakah

memenuhi syarat untuk dapat dicetak. Preformulasi ini menggambarkan sifat
massa sewaktu pencetakan tablet, meliputi waktu alir, sudut diam dan indeks tap.
2.5.1 Waktu alir
Pengujian waktu alir dilakukan dengan mengalirkan massa granul melalui
corong. Waktu yang diperlukan tidak lebih dari 10 detik, jika tidak maka akan
dijumpai kesulitan dalam hal keseragaman bobot tablet (Cartensen, 1977).

20

2.5.2 Sudut diam
Pengukuran sudut diam digunakan metode corong tegak, granul dibiarkan
mengalir bebas dari corong ke atas dasar. Serbuk akan membentuk kerucut,
kemudian sudut kemiringannya diukur. Semakin datar kerucut yang dihasilkan,
semakin kecil sudut diam, semakin baik aliran granul tersebut (Voigt, 1995).
2.5.3 Indeks tap
Indeks tap adalah uji yang mengamati penurunan volume sejumlah serbuk
atau granul akibat adanya gaya hentakan. Indeks tap dilakukan dengan alat
volumenometer yang terdiri dari gelas ukur yang dapat bergerak secara teratur
keatas dan kebawah. Serbuk atau granul yang baik mempunyai indeks tap kurang
dari 20% (Cartensen, 1977).
2.6

Evaluasi Tablet

2.6.1 Kekerasan tablet
Ketahanan tablet terhadap goncangan saat pengangkutan, pengemasan dan
peredaran bergantung pada kekerasan tablet. Kekerasan yang lebih tinggi
menghasilkan tablet yang bagus, tidak rapuh tetapi ini mengakibatkan
berkurangnya porositas dari tablet sehingga sukar dimasuki cairan yang
mengakibatkan lamanya waktu hancur. Kekerasan dinyatakan dalam kg tenaga
yang dibutuhkan untuk memecahkan tablet. Kekerasan untuk tablet secara umum
yaitu 4-8 kg, tablet hisap 10-20 kg, tablet kunyah 3 kg (Soekemi, dkk., 1987).
Kekerasan tablet dipengaruhi oleh perbedaan massa granul yang mengisi
die pada saat pencetakan tablet dan tekanan kompressi. Selain itu, berbedanya
nilai kekerasan juga dapat diakibatkan oleh variasi jenis dan jumlah bahan
tambahan yang digunakan pada formulasi. Bahan pengikat adalah contoh bahan

21

tambahan yang bisa menyebabkan meningkatnya kekerasan tablet bila digunakan
terlalu pekat (Lachman, dkk., 1994).
2.6.2 Friabilitas
Tablet mengalami capping atau hancur akibat adanya goncangan dan
gesekan, selain itu juga dapat menimbulkan variasi pada berat dan keseragaman
isi tablet. Pengujian dilakukan pada kecepatan 25 rpm, menjatuhkan tablet sejauh
6 inci pada setiap putaran, dijalankan sebanyak 100 putaran. Kehilangan berat
yang dibenarkan yaitu lebih kecil dari 0,5 sampai 1% (Lachman, dkk., 1994).
Kerenyahan tablet dapat dipengaruhi oleh kandungan air dari granul dan
produk akhir. Granul yang sangat kering dan hanya mengandung sedikit sekali
persentase kelembapan, sering sekali menghasilkan tablet yang renyah daripada
granul yang kadar kelembapannya 2 sampai 4% (Lachman, dkk., 1994).
2.6.3 Waktu hancur
Waktu hancur yaitu waktu yang dibutuhkan tablet pecah menjadi partikelpartikel kecil atau granul sebelum larut dan diabsorpsi. Menyatakan waktu yang
diperlukan tablet untuk hancur di bawah kondisi yang ditetapkan dan lewatnya
seluruh partikel melalui saringan mesh-10 (Lachman, dkk., 1994).
Hancurnya tablet tidak berarti sempurna larutnya bahan obat dalam tablet.
Tablet memenuhi syarat jika waktu hancur tablet tidak lebih dari 15 menit
(Soekemi, dkk., 1987).
Kebanyakan bahan pelicin bersifat hidrofob, bahan pelicin yang berlebihan
akan memperlambat waktu hancur. Tablet dengan rongga-rongga yang besar akan
mudah dimasuki air sehingga hancur lebih cepat daripada tablet yang keras
dengan rongga-rongga yang kecil (Soekemi, dkk., 1987).

22

2.6.4 Kadar zat berkhasiat
Untuk mengevaluasi kemanjuran suatu tablet, jumlah obat dalam tablet
harus dipantau pada setiap tablet atau batch, begitu juga kemampuan tablet untuk
melepaskan zat atau obat yang dibutuhkan harus diketahui (Lachman, dkk., 1994).
Persyaratan kadar berbeda-beda, dan tertera pada masing-masing
monografi masing-masing bahan obat.
2.6.5 Keseragaman sediaan
Dapat ditentukan dengan salah satu dari dua metode :
- Keseragaman bobot dilakukan terhadap tablet yang 50% bahan aktifnya lebih
besar atau sama dengan 50 mg.
- Keseragaman kandungan dilakukan terhadap tablet yang 50% bahan aktifnya
kurang dari 50 mg (Depkes RI.,1995).
2.7

Uji Penilaian Organoleptik

2.7.1 Uji kesukaan
Uji kesukaan juga disebut uji hedonik. Dalam uji hedonik panelis
dimintakan

tanggapan

pribadinya

tentang

kesukaan

atau

sebaliknya

ketidaksukaan. Disamping panelis mengemukakan tanggapan senang, suka atau
kebalikannya, mereka juga mengemukakan tingkat kesukaannya.
Tingkat-tingkat kesukaan ini disebut skala hedonik. Misalnya dalam hal
“suka”, dapat mempunyai skala hedonik seperti: amat sangat, sangat suka, suka,
agak suka. Sebaliknya jika tanggapan itu “tidak suka”, dapat mempunyai skala
hedonik seperti: amat tidak suka, sangat tidak suka, tidak suka, agak tidak suka.
Skala hedonik dapat direntangkan atau diciutkan menurut rentangan skala yang
dikehendaki.

23

Dalam penganalisaan, skala hedonik ditransformasikan menjadi skala
numerik dengan angka menaik menurut tingkat kesukaan. Dengan data numerik
ini dapat dilakukan analisa-analisa statistik (Soekarto, 1985).
2.7.2 Panel
Untuk melaksanakan suatu penilaian organoleptik diperlukan panel yang
bertindak sebagai instrumen atau alat. Panel adalah satu atau kelompok orang
yang bertugas untuk menilai sifat atau mutu benda berdasarkan kesan subjektif.
Orang yang menjadi anggota panel disebut panelis.
Dalam uji hedonik panelis dimintakan tanggapan pribadinya tentang
kesukaan atau sebaliknya ketidaksukaan. Disamping panelis mengemukakan
tanggapan senang, suka atau kebalikannya, mereka juga mengemukakan tingkat
kesukaannya.
Dalam penilaian organoleptik dikenal ada macam-macam jenis panel.
Penggunaan panel-panel ini dapat berbeda tergantung dari tujuan (Soekarto,
1985).
Menurut Soekarto (1985) ada 6 macam panel yang biasa digunakan dalam
penilaian organoleptik yaitu:
1. panel pencicip perorangan (individual expert panel)
2. panel pencicip terbatas (small expert panel)
3. panel terlatih (trained panel)
4. panel agak terlatih
5. panel tak terlatih (untrained panel)
6. panel konsumen (consumer panel)

24

Dokumen yang terkait

Pembuatan Tablet Parasetamol Untuk Anak-anak Secara Granulasi Basah Dengan Ekstrak Rimpang Kunyit (Curcumae domestica Valeton Rhizoma) Sebagai Pewarna

0 17 110

Pembuatan Tablet Parasetamol Untuk Anak-anak Secara Granulasi Basah Dengan Ekstrak Buah Stroberi (Fragaria vesca L. ) Sebagai Pewarna

4 38 97

Pembuatan Tablet Parasetamol Untuk Anak-anak Secara Granulasi Basah Dengan Ekstrak Rimpang Kunyit (Curcumae domestica Valeton Rhizoma) Sebagai Pewarna

0 0 15

Pembuatan Tablet Parasetamol Untuk Anak-anak Secara Granulasi Basah Dengan Ekstrak Rimpang Kunyit (Curcumae domestica Valeton Rhizoma) Sebagai Pewarna

0 0 2

Pembuatan Tablet Parasetamol Untuk Anak-anak Secara Granulasi Basah Dengan Ekstrak Rimpang Kunyit (Curcumae domestica Valeton Rhizoma) Sebagai Pewarna

0 0 4

Pembuatan Tablet Parasetamol Untuk Anak-anak Secara Granulasi Basah Dengan Ekstrak Rimpang Kunyit (Curcumae domestica Valeton Rhizoma) Sebagai Pewarna

0 1 2

Pembuatan Tablet Parasetamol Untuk Anak-anak Secara Granulasi Basah Dengan Ekstrak Rimpang Kunyit (Curcumae domestica Valeton Rhizoma) Sebagai Pewarna

0 0 37

Pembuatan Tablet Parasetamol Untuk Anak-anak Secara Granulasi Basah Dengan Ekstrak Buah Stroberi (Fragaria vesca L. ) Sebagai Pewarna

0 0 15

Pembuatan Tablet Parasetamol Untuk Anak-anak Secara Granulasi Basah Dengan Ekstrak Buah Stroberi (Fragaria vesca L. ) Sebagai Pewarna

0 0 2

Pembuatan Tablet Parasetamol Untuk Anak-anak Secara Granulasi Basah Dengan Ekstrak Buah Stroberi (Fragaria vesca L. ) Sebagai Pewarna

0 0 3