HUKUM ILMU SOSIAL DASAR docx

Kebiasaan, Norma, Nilai, dan Hukum
A. Kebiasaan
Kebiasaan adalah suatu cara yang lazim diterima oleh suatu
kelompok masyarakat dan dilakukan berulang-ulang.
Kebiasaan terbentuk di masa lalu dan akan selalu menjadi bagian
hidup untuk saat ini maupun untuk masa depan. Kebiasaan juga
membantu kita dalam proses hidup. Apapun pengaruh dari suatu
kebiasaan, hasilnya hanya bisa dilihat di masa depan. Kebiasaan bukanlah
suatu bakat alamiah yang dibawa dari semenjak kita lahir, setiap orang
dapat membentuk kebiasaan itu sendiri. Kebiasaan yang baik akan timbul
dalam diri kita apabila kita berniat untuk melakukannya, begitu juga
dengan kebiasaan yang buruk. Tentunya kebiasaan itu harus dilaksanakan
dalam perbuatan yang berulang-ulang agar menjadi suatu kebiasaan yang
sesungguhnya.
Kebiasaan itu biasanya diturunkan dari satu generasi ke generasi.
Beberapa kebiasaan oleh masyarakat ada yang dianggap penting, ada
pula yang tidak.
B. Norma
Kebiasaan yang berulang-ulang dilakukan masyarakat akhirnya
dianggap sebagai norma di dalam masyarakat, terutama kebiasaan yang
menyangkut hal-hal yang harus dilakukan karena penting untuk tujuan

kesejahteraan masyarakat itu sendiri. Norma sendiri ialah patokan perilaku
manusia dalam masyarakat.
Tingkatan norma

:

1. Cara (usage), ialah perbuatan tertentu yang dilakukan namun tidak
secara terus- menerus. Norma ini adalah yang paling lemah daya
pengikatnya
2. Kebiasaan (folkways), ialah perbuatan yang dilakukan secara berulangulang dan mempunyai tujuan yang jelas
3. Tata kelakuan (mores), ialah aturan yang sudah diterima masyarakat
dan dijadikan alat pengawas atau kontrol. Terdapat unsur memaksa
atau melarang suatu perbuatan
4. Adat istiadat (custom), ialah kumpulan tata kelakuan yang paling tinggi
kedudukannya karena bersifat kekal dan sangat kuat pengikatnya
terhadap masyarakat yang memilikinya
Macam-macam norma

:


1. Norma agama, yaitu norma yang berasal dari Tuhan melalui para nabi
untuk disampaikan kepada umat manusia
2. Norma kesusilaan, yaitu norma yang berasal dari hati nurani manusia
yang biasanya ditampakkan orang sesuai dengan keyakinan terhadap
agama
3. Norma kesopanan, yaitu norma yang berasal dari pergaulan
masyarakat
4. Norma hukum, yaitu norma yang dibuat oleh pemerintah demi
terciptanya kehidupan bermasyarakat

C. Nilai
Nilai adalah alat yang menunjukan alasan dasar bahwa “ cara
pelaksanaan atau keadaan akhir tertentu lebih disukai secara sosial
dibandigkan cara pelaksanaan atau keadaan akhir yang berlawanan. Nilai
memuat elemen pertimbangan yang membawa ide-ide seorang individu
mengenai hal-hal yang benar, baik, ataudiinginkan.
Secara umum, nilai memengaruhi sikap dan perilaku.
Seseorang atau individu yang telah melakukan interaksi dengan
berbagai pengaruhnya akan memberikan kesadaran tentang nilai yang
ada di sekitarnya. Nilai adalah ide tentang apa yang dianggap baik, layak,

indah dan dikehendaki maupun sebaliknya.
Ciri utama nilai




:

Konstruksi buatan masyarakat
Berlaku dan disebarkan antar masyarakat (bukan bawaan individu
sejak lahir)
Terbentuk melalui sosialisasi (proses belajar)

Fungsi nilai:




Pendorong dan pengarah masyarakat
Pengawas/pengontrol manusia

Alat solidaritas anggota kelompok

D. Hukum
Seiring dengan perkembangan masyarakat dan lahirnya negara
maka wewenang untuk menegakkan norma agar ditaati beralih kepada
negara. Keterlibatan negara di dalam mengatur norma-norma dalam
masyarakat itu kemudian dinamakan hukum. Jadi, pada dasarnya hukum
merupakan sejumlah norma-norma dalam masyarakat atau norma yang
akan mengatur tata kelakuan masyarakat.
Hukum memiliki banyak bentuk dan arti. Apabila orang
membicarakan hukum, harus ditegaskan dulu hukum dalam pengertian
apa. Di Indonesia, hukum dikatakan sebagai “rangkaian kaidah, peraturan,
tata aturan, baik yang tertulis maupun tidak tertulis, yang menentukan
atau mengatur hubungan antara para anggota masyarakat”.
Kesimpulannya, hukum, norma, dan juga nilai saling berkaitan.
Hukum berasal dari setiap norma dan nilai yang ada dalam masyarakat
yang disatukan dipadukan juga dipatenkan dalam aturan aturan resmi
yaitu hukum oleh lembaga Negara baik secara tertulis maupun tidak
tertulis.


Proses Terbentuknya Nilai, Norma, dan Hukum

Interaksi
antaranggota
keluarga

Nilai-nilai positif
dan negatif

Bentuk Berfikir

Kaidahkaidah/Norma
(kepercayaan,
kesusilaan,
kesopanan, dan
hukum)

Tingkah laku

Internalisasi nilai

positif dan negatif

Penegakan Hukum pada Masa Reformasi
Bukanlah sesuatu yang mudah untuk bicara mengenai kebijakan
pemerintah dalam penegakan hukum pada masa reformasi. Karena, sejauh ini
belum banyak kebijakan pemerintah yang signifikan dalam upaya penegakan
hukum.
Sejauh ini, upaya pemerintah dalam penegakan hukum telah digariskan
dalam rencana pembangunan menengah nasional tahun 2004-2009. Khusus
untuk pembangunan bidang hukum disebutkan bahwa, “terciptanya sistem
hukum nasional yang adil, konsekuen, dan tidak diskriminatif (termasuk tidak
diskriminatif terhadap perempuan atau gender), terjaminnya konsistensi seluruh
peraturan perundang-undangan pada tingkat pusat dan daerah serta tidak
bertentangan dengan peraturan dan perundangan yang lebih tinggi dan
kelembagaan peradilan dan penegak hukum yang berwibawa, bersih, profesional
dalam upaya memulihkan kembali kepercayaan hukum masyarakat secara
keseluruhan
Sejak bergulirnya Orde Reformasi, yang terjadi bukannya penegakkan
hukum, tetapi justru penghakiman sendiri oleh massa. Media-media massa
hampir setiap hari memberitakan pelanggaran-pelangaran hukum. Peristiwaperistiwa semacam itu memerlukan aksi cepat dari institusi penegak hukum,

sebab berkenaan dengan proses penegakan hukum dan pemeliharaan keamanan
masyarakat. Kejadian itu juga sudah cukup membuktikan bahwa hukum
belumlah ditegakkan sepenuhnya di Republik ini.
Banyak masyarakat belum sadar hukum. Bahkan tidak tahu hukum.
Ironisnya lagi, terkadang institusi penegak hukum membiarkan terjadinya
pelanggaran hukum. Entah memang tidak tahu atau memang sengaja
melakukan pengabaian.
Kita tidak dapat mengingkari bahwa di negeri ini masih di warnai
pengabaian dan ketidakhormatan terhadap hukum (Disregarding and
Disrespecting)
yang
sesungguhnya
diakibatkan
dan
mengakibatkan
ketidakpercayaan terhadap hukum. Lebih memprihatinkan lagi, saya melihat

bahwa pengabaian dan pelanggaran hukum tidak hanya dilakukan oleh
masyarakat awam, tetapi juga oleh mereka yang memiliki akses kekuasaaan,
baik pejabat politik maupun pejabat pemerintah.

Pernah diberitakan ada seorang pejabat publik di suatu daerah memakimaki bahkan menendang petugas Bandara karena menolak ketika barang
bawaannya akan diperiksa. Menurut petugas bandara, bahwa prosedurnya
memang begitu, Semua barang bawaan penumpang pesawat harus diperiksa,
walaupun milik pejabat sekalipun. Ada lagi berita yang mencengangkan mata.
Seorang pejabat pemerintah diberitakan menampar Sipir Penjara gara-gara tidak
mau membukakan pintu pada saat Sang Pejabat akan melakukan sidak dan razia
Narkoba di dalam penjara.
Perilaku pelanggaran hukum di masyarakat tidak muncul begitu saja. Hal
itu tidak lepas dari kondisi masyarakat dan negara yang sedang goyah dan tidak
stabil, dimana banyak kasus hukum prosesnya berlarut-larut. Banyak pengamat
mengatakan bahwa lembaga-lembaga penyelenggara kekuasaan baik Eksekutif,
Legislatif dan Yudikatif, kurang bisa di percaya masyarakat, bahkan masyarakat
menyoroti tajam khususnya lembaga penegak hukum kita. Hal ini muncul
sebagai akibat ketidakpuasan mereka yang menganggap bahwa prosedur hukum
terlau lama dan bertele-tele.
Dalam buku ” Merajut Kembali KeIndonesiaan Kita ” dari Sri Sultan HB X,
disebutkan sejumlah persepsi ketidakpercayaan masyarakat pada hukum adalah:
1. Adanya perangkat hukum baik produk Legislatif maupun Eksekutif yang
dianggap belum mencerminkan Keadilan
2. Lembaga peradilan yang belum Independen

3. Penegakan hukum yang Inkonsisten dan Diskriminatif
4. Perlindungan hukum pada masyarakat yang belum mencapai titik
Satisfactory
Masyarakat sudah semakin cerdas. Segala kritik dan saran kepada
penguasa adalah wajar. Mereka boleh berbicara, berpendapat dan melakukan
apa saja sesuai kehendak. Tetapi ingat, hukum tetaplah hukum yang harus
dijunjung tinggi dan ditegakkan. Siapapun yang melanggarnya, harus diproses
dan ditindak tegas tanpa kompromi.
Mengapa pemerintah begitu penting ditempatkan sebagai
bertanggung jawab terhadap penegakan hukum?

institusi yang

1. Pemerintah bertanggung jawab penuh untuk mengelola wilayah dan
rakyatnya untuk mencapai tujuan dalam bernegara.
2. Pemerintah mempunyai kepentingan langsung untuk menciptakan kondisi
yang kondusif dalam menjalankan pemerintahannya.
3. Adanya dua institusi penegakan hukum lainnya yang berada di bawah
lembaga eksekutif, yaitu kepolisian dan kejaksaan
Hukum dan Teknologi


Hukum adalah suatu sistem atau ilmu pengetahuan yang sistem ajarannya
yaitu tentang kenyataannya atau kaidah diperaturan yang tertulis didalam
hukum terdapat kebiasaan, norma dan nilai kebiasaan. Hukum adalah aturan
yang harus ditaati.
Perkembangan
teknologi
(iptek)
selalu
lebih
cepat
dibanding
perkembangan aturan perundang-undangan (hukum). Hal ini sering
menyebabkan aturan perundang-undangan dibuat semata-mata karena adanya
suatu penyimpangan norma dalam masyarakat. Padahal seharusnya perundangundangan dibuat sebagai panduan bersikap tindak masyarakat sehingga
masyarakat dapat menentukan mana perbuatan yang diperbolehkan dan yang
tidak.
Hukum yang stabil dan ajeg dapat menjadi ukuran yang pasti pada
masyarakat untuk mengukur perbuatan yang dilarang dan tidak. Namun
demikian, hukum yang berjalan ditempat seperti itu dalam kenyataannya akan

menjadi hukum yang usang dan tertinggal jauh oleh kemajuan masyarakat.
Karena itu, diperlukan suatu hukum yang stabil dan fleksibel hingga mampu
mengikuti perkembangan zaman yang sekarang sudah modern ini.
Media internet sebagai teknologi dapat pula menyebabkan banyak orang
secara gampang melakukan kejahatan dan tindakan lain yang melanggar hukum.
Seperti situs porno yang saat ini sudah menjamur di internet dan dapat diakses
bebas oleh pengguananya, melakukan teror dengan menyebarluaskan berita
melalui internet, menduplikasi atau memplagiat yang dapat dikategorikan
sebagai “pencurian”. Oleh karena itu, hukum harus mampu dan bisa mengatasi
kejahatan teknologi ini.