Makalah Peranan Guru Geografi Terhadap B

MAKALAH
PERANAN GURU GEOGRAFI TERHADAP BIMBINGAN DAN
KONSELING DI SEKOLAH
Tugas Akhir Semester Ganjil Tahun Akademik 2014/2015
Mata Kuliah Bahasa Indonesia

Disusun oleh :
Nama

: Beni Sumarlin

NPM

: 13060028.P

Semester

: I (satu)

UNIVERSITAS PROF. DR. HAZAIRIN, S.H BENGKULU
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI
2015

1

Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan begitu banyak
Nikmat-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini
dengan baik. Sholawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada
junjungan kita Nabi Muhammad SAW.
Bimbingan dan konseling di sekolah merupakan kegiatan yang sangat
penting dalam rangka menjaga keserasian interaksi kehidupan di sekolah, baik
kehidupan lingkungan sekolah maupun warga di sekolah. Mata pelajaran
geogarafi sebagai salah satu mata pelajaran yang diajarkan di sekolah menuntut
peran guru geografi sabagai bagian dari warga sekolah agar mampu melakukan
aktivitas bimbingan dan konseling di sekolah dengan baik. Karena sesunggunya
aktivitas


bimbingan

dan

konseling

menjadi

tanggung

jawab

bersama.

Tanggungjawab konseling tidak hanya ditumpukan kepada guru bimbingan
konseling, namun aktivitas bimbingan dan konseling merupakan aktivitas bersama
warga sekolah.
Makalah ini disusun mengenai uregensi (pentingnya) aktivitas konseling
yang dilakukan oleh guru geografi sekaligus peran – peran konseling yang dapat
dilakukan oleh guru geografi di sekolah melalui pendekatan konsep keterpaduan

geografi dan psikologi, juga mencoba menggali pendekatan bimbingan konseling
melalui sepuluh konsep esensial geografi yang diterapkan dalam proses
pengajaran dan pendidikan.

2

Metode yang digunakan dalam penyusunan makalah ini adalah analisis
studi pustaka atau kajian teoritik yang diramu dengan konteks kekinian sesuai
dengan pemahaman penulis.
Penulis menyadari sepenuhnya atas kekurangan dan mungkin kekeliruan
dalam penyusunan makalah ini. Oleh karenanya saran, masukan dan kritik yang
membangun sangat penulis harapkan agar tercipta sebuah kajian yang lebih baik
dimasa yang akan datang.
Bengkulu, Januari 2015
Penulis

3

Daftar Isi


BAB I : PENDAHULUAN ............................................................................ 1
1.1. Latar Belakang Masalah .......................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah dan Batasan Masalah ................................................ 2
1.3. Tujuan ..................................................................................................... 3
1.4. Ruang Lingkup ........................................................................................ 3

BAB II : PEMBAHASAN ............................................................................. 4
2.1. Urgensi Bimbingan Dan Konseling Oleh Guru Geografi Di Sekolah ..... 4
2.2. Peranan Guru Geogarafi Melalui Disiplin Ilmu Geografi
Dalam Mempersiapkan Siswa Menghadapi Tantangan Global ............... 10
2.2.1. Melakukan Pendekatan Keterpaduan Konsep Geografi Dan
Psikologi Dalam Pengajaran dan Pendidikan ................................. 10
2.2.2. Melakukan Pendekatan Sepuluh Konsep Esensial Geografi
Dalam Pengajaran dan Pendidikan Dalam Rangka Penyadaran
Kepada Siswa .................................................................................. 11
2.2.2.1. Konsep Lokasi .................................................................... 12
2.2.2.2. Konsep Konsep Jarak ......................................................... 13
2.2.2.3. Konsep Keterjangkauan ..................................................... 13
2.2.2.4. Konsep Pola ....................................................................... 14
2.2.2.5. Konsep Morfologi ................................................................ 15

2.2.2.6. Konsep Aglomerasi .............................................................. 15
2.2.2.7. Konsep Keterkaitan Antar Ruang ........................................ 16
2.2.2.8. Konsep Diferensiasi Area .................................................... 16

4

2.2.2.9. Konsep Interaksi / Interdependensi ...................................... 16
2.2.2.10. Konsep Kegunaan .............................................................. 17

BAB III : PENUTUP ..................................................................................... 19
3.1. Kesimpulan ............................................................................................. 19
3.2. Saran ........................................................................................................ 19

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 21

5

BAB I
PENDAHULUAN


1.1. Latar Belakang Masalah
Guru merupakan salah satu faktor utama dalam proses pembelajaran di sekolah.
Tanpa guru, proses pembelajaran tidak berjalan optimal. Meskipun dalam konsep
pendidikan akhir-akhir ini menekankan peran siswa sebagai subjek pembelajar
yang harus aktif mandiri melakukan proses pembelajaran (student centerd
learning), bukan lagi guru sebagai pusat pembelajaran (techer centered learning).

Namun peran guru dalam proses pembelajaran masih mutlak diperlukan sebagai
pasilitator sekaligus pengontrol dan pengarah siswa dalam melakukan aktivitas
pembelajaran agar proses yang berlangsung berjalan dengan baik dan sesuai
dengan tujuan yang diharapkan.

Bertolak dari hal diatas, maka perlu kembali menelaah dan mengkaji peranan
guru sebagai pendidik dan pengajar di sekolah. Menurut Supriyono dkk,
sesungguhnya peranan guru tidak hanya terbatas pada empat dinding kelas. Ia
mempunyai tugas di kelas, di dalam dan diluar lingkungan sekolah serta di
masyarakat.
Secara umum guru dikenal sebagai pengajar. Selain itu guru juga dalam
melakukan tugasnya sehari-hari harus memberikan bimbingan dan


dorongan

kepada siswa yang malas belajar atau tidak bersemangat/kurang bergairah dalam

6

belajar, sehingga siswa tersebut mampu bangkit, berusaha

dan bersemangat

belajar.

Melihat apa yang disampaikan oleh Supriyono, dkk tersebut, maka dapat
diketahui bahwa ada peran lain yang dilakukan oleh guru disamping tugasnya
mengajar. Yakni memberikan bimbingan dan konseling kepada siswa. Namun apa
sajakah peran-peran bimbingan dan konseling yang dapat dilakukan oleh guru?
Juga seorang guru mata pelajaran di sekolah? Khususnya jika mata pelajaran
tersebut adalah mata pelajaran geografi yang berarti peran bimbingan dan
konseling yang dilakukan adalah peran guru geografi di sekolah. Gografi adalah
salah satu mata pelajaran yang diajarkan di sekolah, sedangkan menurut konsep

aspek-aspek dalam ilmu geografi, geografi dibagi menjadi dua cabang yakni
geografi fisik dan geografi manusia. Bagaimanakah dua cabang ilmu geografi ini
bisa diterapkan dalam konsep konseling di sekolah oleh seorang guru geografi?
Lantas bagaimanapula peran konseling guru geografi dalam mempersiapkan siswa
menghadapi tantangan globalisasi? Maka penting sekali sebuah telaah atau kajian
mengenai hal itu.

1.2. Rumusan Masalah dan Batasan Masalah
Dari latar belakang yang dipaparkan di atas maka perlu dibuat sebuah rumusan
masalah dalam telaah dan kajian tentang peran guru geografi terhadap bimbingan
dan konseling disekolah, yakni :
1. Urgensi peran bimbingan dan konseling bagi guru geografi disekolah;
7

2. Apa sajakah peran yang dapat dilakukan oleh guru geografi terhadap
bimbingan dan konseling disekolah? Juga dalam mempersiapkan siswa dalam
menghadapi tantangan globalisasi?
Selanjutnya agar pembahasan tidak melebar, maka kajian ini hanya terbatas pada
urgensi dan peran guru geografi terhadap bimbingan dan konseling di sekolah.
1.3. Tujuan

Kajian ini tentunya bertujuan untuk mengetahui apakah urgensi dan peran guru
geografi terhadap bimbingan dan konseling di sekolah. Namun secara praktis
sebagai pemenuhan tugas mata kuliah Bimbingan dan Konseling di Sekolah.

1.4. Ruang Lingkup
Ruang lingkup dalam kajian ini adalah peranan guru geografi sebagai subjek
kajian dan bimbingan dan konseling di sekolah sabagai objek kajian. Ruang
lingkup waktu tidak dibatasi, sedangkan ruang lingkup tempat adalah di sekolah.

8

BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Urgensi Bimbingan Dan Konseling Oleh Guru Geografi Di Sekolah
Berdasarkan pada pemahaman teori yang telah dijelaskan dalam tinjauan pustaka
mengenai peran guru dan kedudukan siswa atau peserta didik, konsep bimbingan
dan konseling, serta konsep geografi, maka dapat dijabarkan bahwa bimbingan
dan konseling yang dilakukan oleh guru geografi di sekolah sangat penting. Hal
ini berdasarkan pada alasan-alasan sebagai berikut :


Pertama , guru geografi merupakan bagian dari komunitas di sekolah, guru

geografi memiliki jadwal mengajar (tatap muka) dikelas. Peran guru secara umum
sebagai seorang pendidik, yang oleh Ramayulis disebut sebagai pembawa misi
rahmata lil alamin berupa pembentukan kepribadian seseorang. Setiap individu

dalam lingkungan sekolah memiliki peran bagi pembentukan kepribadian siswa,
apalagi guru sebagai salah seorang yang menjadi tauladan dan pembimbing siswa
jelas memiliki peran yang sangat signifikan. Guru geografi yang memiliki jadwal
mengajar (tatap muka) dikelas dituntut pula perannya sebagai pendidik yang baik,
karena ia juga menjadi bagian dari komunitas disekolah itu. Bimbingan yang
dilakukan baik berupa bimbingan akademik (ilmu pengetahuan) maupun
bimbingan moral spiritual siswa, yang oleh Oemar Hamalik segai agen moral.

9

Selanjutnya peran guru sebagai pengorganisasian lingkungan pembelajaran.
Sudah barang tentu proses pembelajaran geografi di kelas bersama para siswa,
guru melakukan tindakan pengorganisasian lingkungan belajar yang kondusif agar

proses pembelajaran tercapai sesuai dengan yang diinginkan. Siswa mendapat
pengalaman-pengalaman belajar geografi di sekolah. Dalam hal ini peran guru
sebagai pembimbing akademik mengarahkan siswa untuk memperoleh ilmu
pengetahuan geografi

agar pengetahuan tersebut bermanfaat bagi kehidupan

peserta didik dan lingkungannya.

Disamping itu peran guru sebagai fasilitator menuntut guru geografi juga berperan
lebih, karena peranan sebagai fasilitator mengandung implikasi bagi guru dalam
bentuk peranan-peranan yang lebih spesifik. Diantara peranan-peran itu ialah
memberikan bimbingan dan pelayanan bagi siswa. Dalam rangka mempermudah
dan memberikan kesempatan bagi anak-anak untuk belajar, maka sudah barang
tentu banyak masalah dan current issues yang dihadapi oleh anak-anak, baik
dalam segi belajar maupun dalam segi pribadi. Sehingga guru geografi hendaknya
memberikan sebagian energinya untuk membantu menyelesaikan permasalahanpermasalahan yang dihadapi siswa.

Kedua , karakteristik dan perkembangan kepribadian siswa. Siswa disekolah

adalah manusia yang masih dalam proses perkembangan diri kearah yang lebih
matang. Masa-masa disekolah adalah masa-masa pencarian jati diri dan
pematangan kepribadian seseorang. Pertumbuhan dan perkembangan peserta didik

10

yang menyangkut aspek fisik dan psikis perlu diarahkan dan disalurkan dengan
baik. Kebutuhan siswa akan bimbingan dari guru tidak dapat dilakukan secara
parsial, atau hanya diserahkan saja kepada guru Bimbingan Konseling saja, karena
aspek kebutuhan siswa (menurut Ramayulis) yang harus dipenuhi oleh pendidik,
diantaranya : (1) Kebutuhan fisik, (2) kebutuhan social, (3) kebutuhan akan
mendapatkan status, (4) kebutuhan mandiri, (5) kebutuhan untuk berprestasi, (6)
kebutuhan ingin disayangi dan dicintai, (7) kebutuhan untuk curhat, (8) kebutuhan
untuk memiliki filsafat hidup (agama). Dari kedelapan kebutuhan tersebut, guru
geografi dapat mengambil beberapa bagian, seperti aspek kebutuhan social siswa
sebagai bagian dari lingkungan sosialnya di sekolah, aspek kebutuhan berprestasi
dalam hal mata pelajaran geografi, aspek kebutuhan ingin disayangi dan dicintai
serta kebutuhan untuk curhat sebagai anak didiknya yang perlu diperhatikan dan
didengarkan keluh kesahnya, agar siswa mendapatkan kepercayaan diri dan
menemukan konsep diri dan lingkungannya melalui peran guru sebagai
pembimbingnya. Hal ini sesuai dengan konsep bimbingan dan konseling yang
dapat dilakukan oleh guru geografi.

Namun peran yang demikian (yakni peran pemenuhan terhadap aspek kebutuhan
siswa) harus ditunjang dengan hubungan interpersonal antara guru dengan murid
yang baik. Guru sebagai pendidik juga sebagai pembimbing harus mampu
melakukan pendekatan interpersonal agar dapat diterima dan dipercaya oleh
siswa, sehingga siswa tidak segan atau takut kepada guru untuk menyampaikan
sesuatu hal yang dibutuhkanya. Inilah salah satu modal konseling bagi guru

11

geografi di sekolah. Pendidikan yang sifatnya humanis perlu diterapakan pula
dalam pengajaran geografi di sekolah.

Ketiga , banyaknya masalah (problem) yang dihadapi siswa. Disekolah terkadang

banyak sekali permasalah siswa yang timbul. Permasalahan siswa dapat timbul
disebabkan oleh berbagai faktor, mulai dari karakter bawaan yang ada pada siswa,
kehidupan keluarga siswa dilingkungan rumahnya, sampai pada masalah-masalah
pembelajaran di lingkungan sekolah, masalah teman-teman di sekolahnya dan lain
sebagainya. Oleh karena itu sebagai seorang guru, hendaknya guru geografi juga
memiliki peran dalam menyelesaikan berbagai permasalahan yang timbul agar
permasalahan tersebut cepat dapat diatasi dan proses pencapaian pendidikan di
sekolah dapat terpenuhi dengan baik.

Keempat, perkembangan teknologi dan komunikasi di era globalisasi. Sesuai

dengan kemajuan teknologi dan komunikasi yang saat ini menjadi bagian dari
kehidupan manusia, tak terlepas juga bagi kehidupan peserta didik. Keterbukaan
informasi dan komunikasi kini menjadi bagian tak terpisahkan dari siswa yang
secara tidak langsung menjadi lingkungan abstarak/imajener siswa

dalam

kesehariannya. Jejaring social (facebook, twiter dsb) melaluai sarana internet
menjadi trend yang kini menjadi sesuatu yang sangat dekat bagi siswa. Pengaruh
internet seperti jejaring social (salah satunya) perlu menjadi perhatian para guru
disekolah. Selaian pengaruh positif dalam penggunaan internet, ekses negative
dari tehnologi ini juga cukup mengkhawatirkan. Beberapa kasus kejadian tentang

12

penculikan anak berawal dari jejaring social, begitu juga kasus pemerkosaan
seorang siswa yang sempat diberitakan disalah satu medua cetak local berawal
dari hubungan komunikasi lewat jejaring social. Belum lagi kasus indoktrinasi
pemahaman-pemahaman menyimpang yang kerap muncul dalam group-group
diskusi di internet kerap kali menjebak seseorang masuk dalam komunitas yang
kurang bermanfaat dan mengarah kepada tindakan-tindakan yang tidak baik .

Seperti contoh kasus yang pernah muncul di face book tentang sebuah komunitas
yang mengajarkan kebebasan tanpa batas, diamana dalam komunitas tersebut
sering mengajarkan doktrin kebebasan tanpa batasan apapun. Di dinding-dinging
diskusi sering dilontarkan wacana tentang konsep kebebasan yang kebablasan.
Kalimat-kalimat kotor dan tidak mendidik dianggap bagian dari kebebasan yang
tidak boleh ditentang.
Kebebasan memang sangat diperlukan bagi kehidupan manusia, namun tentunya
kebebasan tersebut masih memiliki batasan-batasan yang tidak boleh dilaggar.
Batasan-batasan tersebut bisa berupa kebebasan pihak lain yang memiliki
kepentingan ataupun berupa tataaturan dimasyarakat.

Disisi lain, ada istilah Cyber War dalam konteks kebebasan informasi dan
komunikasi dewasa ini. Cyber War (perang cyber) yang didukung oleh
kecanggihan teknologi komunikasi menjadi bagian dari perang model baru di
abad ini. Kekuatan arakter dan kebudayaan sebuah bangsa bisa diperlemah dengan
perang cyber melaluai ekspansi pemikiran dan kebudayaan bangsa lain. Sehingga

13

karakter bangsa Indonesia yang baik perlu diperhatikan dalam penanamannya
kedalam pribadi siswa agar karakter dan kebudayaan bangsa ini tidak musnah.
Sehingga dalam konteks ini guru juga memiliki peran signifikan dalam
pembentukan kepribadian bangsa. Guru perlu senantiasa menanamkan nilai-nilai
luhur karakter bangsa pada diri siswa dan menjaga/memproteksi siswa dari nalainilai budaya bangsa lain yang merusak.

Kelima , pentingya ilmu geografi bagi kehidupan. Seperti penjelasan tentang

pengertian geografi baik oleh IGI maupun beberapa ahli seperti Bintarto yang
menyebutkan bahwa geografi adalah ilmu pengetahuan yang menguraikan,
menerangkan sifat-sifat bumi, menganalisis gejala-gejala alam dan penduduk,
serta mempelajari ciri khas mengenai bumi dalam ruang dan waktu, maka siswa
perlu sekali mempelajari geografi. Dimana dengan mempelajari geografi akan
diperoleh berbagai ilmu pengetahuan tentang bumi, alam dan gejala-gejala alam,
serta penduduk dan dinamikanya sebagai lingkungan terdekat bagi kehidupan
manusia.

Sehingga guru geografi harus membimbing siswa untuk mendapatkan prestasi
yang baik dalam hal penguasaan ilmu geografi. Guru geografi melakukan aktivitas
bimbingan dan

konseling mata pelajaran geografi bagi siswa yang kesulitan

memahami geografi.

14

2.2. Peranan Guru Geografi Melalui Disiplin Ilmu Geografi Dalam
Mempersiapkan Siswa Menghadapi Tantantangan Global

2.2.1. Melakukan Pendekatan Keterpaduan Konsep Geografi Dan Psikologi
Dalam Pengajaran dan Pendidikan
Konsep dasar atau konsep esensial geografi yang diajarkan disekolah merupakan
salah satu strategi yang digulirkan oleh para ahli geografi dalam mempersiapkan
peserta didik dalam menghadapi tantangan global. Sehingga keterpaduan antara
konsep esensial geografi dengan bimbingan dan konseling perlu dirumuskan
secara lebih komfrehenship membimbing siswa dalam penemuan jati diri dan
pemantapan diri siswa sebagai bagian dari komunitas warga dunia yang
seyogyanya perlu ditanamkan nilai-nilai peradaban luhur karakter dan budaya
bangsa Indonesia yang tangguh.

Persoalan krisis moral bangsa Indonesia, budaya KKN (korupsi, kolusi dan
nepotisme) yang masih menggurita dan segudang permasalahan social negara
Indonesia perlu diselesaikan oleh bangsa indonesia sendiri. Khususnnya dalam
dunia pendidikan perlu mempersiapkan genarasi-generasi yang mampu memikul
tanggungjawab ini.

Dalam upaya memperteguh kembali jati diri bangsa dan rasa tanggungjawab
untuk meningkatkan peradaban bangsa, maka perlu ditanamkan pemahaman yang

15

ada dalam disiplin ilmu geografi yang dipadu dengan peran bimbingan dan
konseling di sekolah.
Seperti yang dijelaskan oleh Kates dan Hurts mengenai konsep geografi perilaku
(behavioral geography) dan psikologi geografi (Psychogeography). Kates
menjelaskan bahwa perilaku manusia dalam memutuskan sesuatu berdasarkan
asumsi : orang mengambil tindakan rasionalnya yang dipengaruhi oleh
lingkungan disekitarnya, pengambilan keputusan berdasarkan informasi yang
diterima, pengambilan keputusan berdasarkan pengetahuan yang dimilikinya, dan
orang membuat pilihan-pilihan berdasarkan kebiasaan-kebiasaan yang telah lalu.
Sedangkan Hurts menjelaskan bahwa orang merespon lingkungan berdasarkan
pandangan yang ada padanya, perilaku seseorang tidaklah

semata-mata

ditentukan oleh lingkungan fisiknya saja ataupun oleh cakupan rasionalitasnya
belaka. Lingkup perilaku hanya dapat ditafsirkan dengan memperhatikan prosesproses psikologis yang terjadi (ada) pada individu yang bersangkutan.Dua teori ini
megindikasikan adanya keterpaduan antara lingkungan fisik dan psikologi.
2.2.2. Melakukan Pendekatan Sepuluh Konsep Esensial Geografi Dalam
Pengajaran dan Pendidikan Dalam Rangka Penyadaran Kepada Siswa
Sepuluh konsep dasar geografi dapat dijadikan pola pendekatan yang perlu
dibimbingkan kepada siswa agar memiliki pemahaman yang baik tentang
keterbutuhan hidup diera globalisasi.
Berdasarkan hasil Seminar dan Lokakarya IGI yang diselenggarakan di Semarang
tahun 1989 dan 1990 ada 10 konsep esensial geografi untuk diajarkan sejak SD
hingga SLTA, yaitu : (1) lokasi; (2) jarak; (3) keterjangkauan; (4) pola; (5)
16

morfologi; (6) aglomerasi; (7) keterkaitan keruangan; (8) diferensiasi areal; (9)
interaksi/interdependensi; dan (10) kegunaan.

2.2.2.1. Konsep Lokasi
Konsep lokasi atau letak merupakan konsep utama yang sejak awal pertumbuhan
geografi telah menjadi ciri khas ilmu atau pengetahuan geografi, dan merupakan
jawaban atas pertanyaan pertama dalam geografi, yaitu “DIMANA?” Lokasi atau
letak dipelajari artinya dan pemakaiannya sejak ditingkat SD hingga SLTA,
_dengan kompleksitas atau kekhususan makna yang berbeda pada jenjang sekolah
yang berlainan.
Konsep lokasi ini mengajarkan kepada siswa tentang dimana mereka hidup,
dimana mereka dilahirkan dan tumbuh berkembang.

Konsep lokasi melahirkan kesadaran kepemilikan atas negera dan bangsa. Siswa
perlu dibimbing memahami konsep lokasi ini dengan benar. Siswa harus diajari
rasa percaya dan bangga terhadap tanah air tempat mereka lahir dan tinggal.

Konsep lokasi secara pokok dalam ilmu geografi dibedakan antara pengertian
lokasi absolute dan lokasi relative. Lokasi absolute menunjukkan lokasi yang
tetap, tidak berubah-ubah berdasarkan sistem grid atau titik koordinat bola bumi
yang sering disebut sebagai letak astronomis. Lokasi relative yang sebagian ahli
ada yang menyebutnya sebagai letak goegrafis yakni letak yang dapat berubahubah berdasarkan lingkungan disekitarnya.
17

Pemahaman tentang letak ini menunjukkan eksistensi seseorang sebagai sebuah
komunitas dimana dia tinggal. Jadi salah satu bagian dalam menemukan jati diri
seseorang dan lingkungannya yang perlu dibimbing adalah tempat dimana dia
tinggal secara absolut maupun relatif.

2.2.2.2. Konsep Jarak
Jarak sebagai konsep geografi mempunyai arti penting bagi kehidupan social,
ekonomi maupun untuk kepentingan pertahanan. Siswa perlu benar-benar
memahami konsep jarak dalam menjalankan aktivitas kehidupannya. Karena
setelah tempat tinggal diketahui maka jarak merupakan faktor kedua dalam
menjalankan

aktivitas.

Dengan

mengetahui

jarak,

seseorang

mampu

memperhitungkan keadaanya dan lingkungan disekitarnya. Mampu menghitung
kekuatan diri dan kemampuan yang perlu dikembangkan dalam mengatasi
permasalahan jarak jika dikemudian hari ditemui.

2.2.2.3. Konsep Keterjangakauan
Konsep jarak (accessability) tidak selalu berkait dengan jarak, tetapi lebih
berkaitan dengan kondisi medan atau ada tidaknya sarana angkutan atau
komunikasi yang dapat dipakai. Suatu tempat dapat dikatakan dalam keadaan
terasing atau terisolasi kalau tempat itu sukar dijangkau (dengan sarana
komunikasi atau angkutan) dari tempat-tempat lain.

18

Konsep ini memberikan gambaran awal bagi guru geografi untuk memahami
kondisi awal siswa. Bisa jadi permasalahan yang muncul dari dalam diri siswa
dikarenakan daya jangkau lokasi tempat tinggal siswa yang jauh.
Konsep ini juga bisa diterapkan untuk memberikan penanaman kepada siswa
tentang kepedulian wilayah. Kepedulian terhadap pembangunan wilayah-wilyah
terisolir dan terasing agar lebih maju dan berkembang.

2.2.2.4. Konsep Pola
Pola berkaitan dengan susunan bentuk atau persebaran fenomena ruang di muka
bumi, baik fenomena yang bersifat alami (aliran sungai, persebaran vegetasi, jenis
tanah, curah hujan, dll) ataupun fenomena social budaya (permukiman, persebaran
penduduk, pendapatan, mata pencaharian, jenis rumah tempat tinggal dan
sebagainya).

Konsep pola ini juga perlu ditanamkan dalam pemahaman siswa agar terbangun
wawasan nusantara yang lebih terperinci mengenai persebaran fenomena dimuka
bumi. Konsep pola ini juga mengajarkan kepada siswa tentang membangun relasi
komunitas – komunitas hubungan antar personal siswa disekolah sebagai
fenomena social budaya. Membangun relasi/hubungan dengan memahami konsep
pola dengan benar akan menghasilkan rasa saling mengerti antar sesama, saling
mempercayai dan saling bekerja sama.

19

2.2.2.5. Konsep Morfologi
Morfologi menggambarkan perwujudan daratan muka bumi sebagai hasil
pengangkatan atau penurunan tanah (wilayah) _secara geologi_ yang lazimnya
diukuti dengan peristiwa erosi dan sedimentasi hingga ada yang berbentuk pulaupulau, dataran luas yang berpegunungan, lembah-lembah, serta ngarai.
Konseop morfologi memberikan pemahaman tentang kemungkinan tempat tinggal
pada suatu daerah karena kondisi lokasinya. Sehingga kaitannya dengan lokasi
dan keterjangkauan.

2.2.2.6. Konsep Aglomerasi
Aglomerasi merupakan kecenderungan persebaran yang bersifat mengelompok
pada suatu wilayah yang relative sempit yang paling menguntungkan, baik berupa
kejenisan (kekhususan) gejala maupun adanya faktor-faktor umum yang
menguntungkan.
Pada masyarakat kota, penduduk cenderung tinggal mengelompok pada tingkat
yang sejenis sehingga timbul daerah pemukiman elit, daerah tempat tinggal para
pedagang, daerah kompleks perumnas (pegawai negeri), dan daerah permukiman
kumuh. Sedangkan dipedesaan cenderung mengelompok pada daerah tanah datar
yang subur atau sepanjag aliran sungai.
Konsep aglomerasi mengajarkan kepada siswa tentang makna kehidupan
berkelompok dan bekerjasama sebagai mahluk sosial.

20

2.2.2.7. Konsep Keterkaitan Antar Ruang
Keterkaitan antar ruang atau asosiasi keruangan menunjukkan derajat keterkaitan
persebaran suatu fenomena dengan fenomena yang lain disatu tempat atau ruang,
baik yang menyangkut fenomena alam, tumbuhan ataupun kehidupan social. Hal
ini juga menunjukkan perwujudan suatu konsep region.
Setiap manusia punya keterkaitan dengan seluruh tatanan kosmos di alam jagat
raya ini. Ruang tempat manusia hidup merupakan tempat ia terikat dengan segala
hal yang melingkupinya.

2.2.2.8. Konsep Diferensiasi Areal
Suatu daerah memiliki perbedaan dengan daerah yang lain. Setiap wilayah
memiliki karakteristik tersendiri yang membedakannya dengan wilayah yang lain.
Diferensiasi areal (perbedaan lahan/daerah) menjadikan interaksi antara satu
daerah dengan daerah yang lain.

Konsep diferensiasi areal mengajarkan kepada kita tentang persamaan dan
perbedaan antara yang satu dengan yang lainya. Seseorang memiliki persamaan
dan perbedaan sebagai karakteristik masing-masing yang mesti dihormati. Dan
menjadi faktor kerjasama yang baik antara yang satu dengan yang lainnya.
2.2.2.9. Konsep Interaksi / Interdependensi

21

Interaksi

merupakan

peristiwa

saling mempengaruhi.

objek

yang satu

mempengaruhi objek yang lain, tempat yang satu dengan tempat yang lain. Setiap
tempat mengembangkan potensi sumber dan kebutuhan yang tidak selalu sama
dengan apa yang ada ditempat lain. Oleh karenanya akan senantiasa terjadi
interaksi antara tempat yang satu dengan tempat yang lain.
Konsep interaksi ini memberikan pelajaran bagi kita tentang perlunya berinteraksi
antara satu sama lain dalam memenuhi kebutuhan. Artinya ada saling
ketergantungan antara yang satu dengan yang lain sehingga perlu adanya
hubungan yang baik dan kerjasama yang saling menguntungkan.

2.2.2.10. Konsep Kegunaan
Nilai kegunaan fenomena atau sumber-sumber di muka bumi bersifat relative,
tidak sama bagi semua orang atau golongan penduduk tertentu. Daerah di pantai
berpasir yang landai dengan daerah perairan jernih tentu memiliki nilai kegunaan
yang demikian besar bagi penduduk setempat. Begitu juga daerah-daerah lain
dimana manusia hidup.

Konsep ini memberikan pelajaran kehidupan bagi kita bahwa lingkungan
memberikan banyak kegunaan bagi manusia, demikian pula mestinya manusia
memberikan banyak manfaat bagi sesama dan lingkunganya.

Demikian sepuluh konsep esensial geografi yang coba dipadukan dengan
bimbingan dan konseling di sekolah. Keterpaduan konsep ini berupa penanaman
22

nilai karakter dalam rangka menenumkan jati diri dan lingkungan peserta didik.
Juga untuk memecahkan beberapa masalah yang dihadapi dalam kehidupan.
Tentunya masih terdapat konsep lain yang mesti perlu ditanamkan kepada siswa
dan

dikembangkan

dalam

pembentukan

kepribadian

siswa

dan

dalam

menyelesaikan persoalan pendidikan di sekolah.

23

BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Dari pembahasan di atas maka dapat disumpulkan bahwa :
1. Peran bimbingan dan konseling yang dilakukan oleh guru geografi disekolah
sangat penting (urgent) dalam rangka membantu siswa dalam menemukan jati
diri dan kemantapan diri, dalam mencapai prestasi belajar dan dalam
menghadapi tantangan globalisasi. Peran yang dapat dilakukan berupa
bimbingan interpersonal, bimbingan keilmuan (akademis) dalam mencapai
prestasi belajar dan lain sebagainya.
2. Dapat diambil pendekatan keterpaduan antara prinsip keilmuan geografi
(sepuluh konsep esensial geografi) dengan bimbingan dan konseling dalam
membentuk dan mempersiapkan genarasi penerus bangsa yang berwawasan
global, meskipun perlu ada tambahan-tambahan yang lain dalam rangka
menguatkan aspek-aspek yang lain yang tidak terangkum dalam konsep
esensial geografi.

3.2. Saran
Berdasarka hasil pembahasan dalam makalah ini maka beberapa hal yang bisa
disarakan adalah sebagai berikut :
1. Bagi pembaca secara umum diharapkan mampu menelaah pentingnya pelajaran
geografi dan bimbingan konseling secara lebih mendalam agar tumbuh kesadaran
dalam melakukan aktifitas kehidupan khususnya jika berinteraksi dengan pelajar.
24

2. Bagi para guru geografi di sekolah baik sekolah menengah pertama (SMP)
ataupun Sekolah Menengah Atas (SMA) dan sederajat agar selalu meningkatkan
kemaampuannya dalam melakukan pengjaran dan pendidikan.
3. Bagi mahasiswa pedidikan geografi hendaknya menyiapkan diri dengan sebaikbaiknya dalam rangka persiapan mengajar disekolah. Sebagai calon guru geografi
harus memenuhi semua kebutuhan informasi untuk kebutuhan mengajar kelalak.

25

DAFTAR PUSTAKA

Bisri Mustofa dan Inung Sektiyawan, Kamus Lengkap Geografi. Panji Pustaka.
Jogjakarta. 2008
Mohammad Surya. Dasar-Dasar Konseling Pendidikan (Teori & Konsep). Kota
Kembang. Yogyakarta. 1988
Oemar Hamalik. Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem.
Bumi Aksara. Jakarta. 2002
Ramayulis. Ilmu Pendidikan Islam. Kalam Mulia. Jakarta. 2002
Suharyono dan Moch. Amien. Pengantar Filsafat Geografi. B3PTKSM, 1994
Supriyono,dkk. Teknik Belajar Mengajar dalam CBSA. Rineka Cipta. Jakarta.
1992

26