Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Keterlambatan Penetapan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah pada Pemerintahan Kabupaten Labuhanbatu

BAB I
PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang Penelitian
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) merupakan dasar

pengelolaan keuangan daerah dalam masa 1 (satu) tahun anggaran dan ditetapkan
paling lama 1 (satu) bulan sebelum

tahun anggaran yang bersangkutan

dilaksanakan sesuai dengan ketentuan dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri
(Permendagri) Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan
Daerah. Batas waktu penetapan APBD tersebut seharusnya menjadi acuan bagi
daerah dalam proses Penetapan APBD, tetapi yang terjadi masih banyak daerah
baik provinsi maupun kabupaten/kota penetapan APBDnya masih melampaui dari
batas waktu yang telah ditetapkan.
Ketepatan waktu penetapan APBD sangat penting bagi tercapai realisasi
anggaran yang maksimal. Apabila proses Penetapan anggaran


tidak sesuai

dengan skedul yang telah ditetapkan maka sudah pasti akan membawa dampak
negatif, berupa terlambatnya pelaksanaannya. Hal ini dapat mengakibatkan
rendahnya daya serap anggaran sehingga kegiatan yang telah direncanakan tidak
dapat diselesaikan dalam 1 (satu) tahun anggaran. Kondisi seperti ini
berdampak pada rendahnya kinerja Pemerintah Daerah dalam menyelesaikan
kegiatan yang telah ditetapkan. Keterlambatan pengesahan APBD juga akan
berdampak pada tertundanya penyaluran dana perimbangan, yakni dana alokasi

Universitas Sumatera Utara

umum (DAU) sebesar 25% dari pagu yang telah ditetapkan, sebagaimana yang
disebutkan dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 46/PMK.02/2006.
Proses penetapan APBD erat hubungannya dengan proses alokasi anggaran.
Mardiasmo, (2009) mengemukakan proses pengalokasian anggaran adalah proses
politik dengan tahapan yang cukup rumit dan mengandung nuansa politik yang
tinggi, dimana terjadi bargaining proses antara eksekutif dan legislatif (Abdullah
dan


Asmara, 2006). Keterlambatan penetapan APBD dapat mengakibatkan

terlambatnya pelaksanaan program pemerintah daerah yang umumnya sebagian
besar pendanaan program tersebut berasal dari APBD. Program yang terlambat
dilaksanakan dapat berpengaruh pada pelayanan publik terhadap masyarakat.
Penetapan APBD yang terlambat dalam proses penetapannya dapat pula
berpengaruh terhadap pertumbuhan perekonomian daerah. Hal tersebut terjadi
karena ketika APBD terlambat ditetapkan melebihi 31 Desember, maka di masa
APBD belum disahkan maka aliran dana dari sektor pemerintah akan terhambat
dan itu memberikan pengaruh pada aliran uang atau transaksi di daerah dan pada
akhirnya perekonomian daerah turut merasakan dampak dengan adanya kelesuan
ekonomi.
Dalam Surat Edaran Nomor 903/6865/SJ Kementerian Dalam Negeri meminta
agar Kepala Daerah dan DPRD di seluruh Indonesia untuk memperhatikan lima hal
sebagai berikut :
1.

Pasal 312 ayat (1) Undang-Undang (UU) Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah dan Pasal 45 ayat (1) Peraturan Pemerintah 58/2005 tentang

Pengelolaan Keuangan Daerah menegaskan bahwa kepala daerah dan DPRD wajib

Universitas Sumatera Utara

menyetujui bersama rancangan peraturan daerah tentang APBD paling lambat satu
bulan sebelum dimulainya tahun anggaran setiap tahun,
2.

Selanjutnya, Pasal 53 ayat (2) Peraturan Pemerintah 58/2005 menyatakan bahwa penetapan
rancangan peraturan daerah tentang APBD dan peraturan kepala daerah tentang penjabaran
APBD dilakukan selambat-lambatnya tanggal 31 Desember tahun anggaran sebelumnya,

3.

Sehubungan dengan ketentuan tersebut pada angka 1 dan angka 2, diminta kepada
gubernur, bupati, wali kota dan DPRD provinsi, kabupaten/kota yang belum
memberikan persetujuan bersama atas rancangan peraturan daerah tentang APBD
Tahun Anggaran 2015 harus segera melakukan percepatan persetujuan dimaksud,

4.


Berkenaan dengan angka 3 tersebut di atas, manakala alat kelengkapan DPRD
belum terbentuk diminta perhatian Saudara untuk dapat menyegerakan
terbentuknya alat kelengkapan dewan dimaksud utamanya Badan Anggaran
pada kesempatan pertama sehingga pembahasan rancangan peraturan daerah
tentang APBD Tahun Anggaran 2015 tidak terkendala,

5.

Berkaitan dengan hal tersebut, kepala daerah dan DPRD yang tidak menyetujui
bersama rancangan peraturan daerah tentang APBD sebelum dimulainya tahun
anggaran setiap tahun sebagaimana dimaksud angka 1 dan angka 2 dikenakan sanksi
administratif berupa tidak dibayarkan hak-hak keuangan yang diatur dalam
ketentuan peraturan perundang-undangan selama enam bulan, sebagaimana
diamanatkan dalam Pasal 312 ayat (2) UU 23/2014.
Berkenaan dengan hal tersebut diatas, pada TA. 2016 Kabupaten

Labuhanbatu ternyata kembali mengalami keterlambatan dalam menetapkan
APBD, sama halnya dengan tahun anggaran 2009-2016 juga gagal menetapkan
APBDnya tepat waktu, sebagaimana dengan tabel 1.1


Universitas Sumatera Utara

Tabel 1.1
Tanggal Penetapan Perda APBD Kabupaten Labuhanbatu
Tahun Anggaran 2009 - 2015
No

Tahun

Tanggal Penetapan

1

2009

22 April 2009

2


2010

25 Januari 2010

3

2011

09 Maret 2011

4

2012

30 Januari 2012

5

2013


11 Februari 2013

6

2014

24 Februari 2014

7

2015

29 Januari 2015

8

2016

29 Januari 2016


Sumber data : www.labuhanbatu.co.id
Dalam kurun waktu (8) delapan tahun terakhir ( 2009 – 2016 ) penetapan
APBD Kabupaten Labuhanbatu selalu mengalami keterlambatan, kondisi paling
parah terjadi pada tahun anggaran 2009, dimana jumlah hari keterlambatan
mencapai 112 hari kalender, sebagaimana yang ditampilkan dalam gambar 1.1
Jumlah Hari
120
100
80
60

Keterlambatan

40
20
0
2009 2010

2011


2012 2013

2014

2015 2016

Tahun Anggaran

Gambar 1.1

Universitas Sumatera Utara

Jumlah

Hari

Keterlambatan

Penetapan


APBD

Kabupaten

Labuhanbatu
Secara mekanistik, tahapan perencanaan dan penganggaran di Pemerintah
Daerah meliputi proses yang panjang mulai dari Musyawarah Pembangunan di
tingkat desa dari bulan Januari, penetapan Rencana Kerja Tahunan pada bulan
Mei, penyusunan usulan anggaran di bulan Agustus, sampai dengan penetapan
APBD sendiri di bulan Desember. Proses yang panjang tersebut dapat dibagi
menjadi dua, yaitu tahap perencanaan dan tahap penganggaran. Pada tahapan
perencanaan, tujuannya adalah menghasilkan dokumen Rencana Kerja Pemerintah
daerah (RKPD) yang berisi daftar kegiatan yang secara logis dapat dilakukan oleh
pemerintah di tahun depan, sedangkan jumlah pendanaan yang dibutuhkan oleh
kegiatan-kegiatan tersebut baru akan diputuskan pada tahap penganggaran yang
dimulai pada bulan Juli dan berakhir dengan penetapan APBD di bulan Desember.
Dari tahapan-tahapan tersebut, dapat diidentifikasi beberapa faktor yang
menjadi penyebab keterlambatan APBD; Kegagalan koordinasi di dalam proses
perencanaan dalam mengakomodasi transaksi politik. Proses musyawarah
pembangunan, baik di tingkat Desa, Kecamatan maupun Kabupaten/Kota

seharusnya diikuti oleh berbagai unsur masyarakat. Pada proses yang berujung
pada dokumen Rencana kerja Pemerintah tersebut sebagian besar aspirasi
masyarakat termasuk pokok-pokok pikiran DPRD seharusnya telah tersalurkan.
Dengan demikian, daftar kegiatan dalam rencana kerja merupakan kesepakatan
seluruh pemangku kepentingan yang seyogyanya tidak perlu diperdebatkan lagi
dalam tahapan berikutnya. Namun, proses tersebut umumnya hanya sekedar
menjadi ritual formal belaka karena sebagian besar kita belum tertarik unuk

Universitas Sumatera Utara

membahas rencana kegiatan yang logis, tetapi lebih tertarik membahas besaran
uang pada saat pembahasan anggaran. Akhirnya rencana kegiatan dibahas ulang
pada tahap penganggaran dan menjadi obyek transaksi yang mengalami tarik ulur
dan kadangkala berlarut-larut sehingga menyebabkan keterlambatan APBD.
Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 menyebutkan bahwa APBD adalah
suatu rencana keuangan yang disusun oleh pemerintah daerah secara tahunan
melalui pembahasan dan persetujuan antara pemerintah daerah dengan Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) yang kemudian disahkan dalam peraturan
daerah. Hal tersebut dapat dimaknai bahwa proses penyusunan APBD tergantung
hubungan antara pemerintah daerah (Bupati/eksekutif) dengan DPRD (legislatif).
Hubungan yang baik dan selaras dapat mendorong penyusunan APBD yang
efektif dan efisien dan sebaliknya.
Kegagalan pemerintah dalam meletakkan kerangka peraturan perundangan
yang komprehensif dan secara sinergis mendorong proses perencanaan dan
penganggaran yang terpadu dan efisien. Beberapa peraturan perundangan, baik
berupa Peraturan Pemerintah maupun Peraturan Menteri cenderung tidak saling
melengkapi dan kadangkala membingungkan. Akibatnya, Pemerintah Daerah
dalam proses penyusunan APBD lebih banyak membuang waktu dalam
kebingungan pada hal-hal yang sebenarnya tidak terlalu substansi. Hal-hal
tersebut diperparah oleh kompetensi SDM di eksekutif dan legislatif yang secara
umum mengalami kesulitan dalam menerjemahkan substansi-substansi yang
dikehendaki pemerintah pada level teknis.
Tidak adanya punishment (sanksi) yang efektif terkait keterlambatan
Penetapan APBD. kebijakan Menteri Keuangan yang akan memotong Dana

Universitas Sumatera Utara

Alokasi Umum (DAU) untuk keterlambatan APBD sudah merupakan langkah
yang tepat namun tetap diperlukan beberapa terobosan lain, misalnya dengan
melarang dicairkannya belanja pimpinan/anggota DPRD dan Kepala Daerah yang
di banyak daerah dianggap sebagai kelompok belanja wajib, sehingga meskipun
APBD belum disahkan belanja-belanja tersebut tetap bisa dicairkan Akibatnya,
selama ini keterlambatan APBD dianggap sebagai hal biasa yang jamak terjadi.
Penelitian Wangi dan Ritonga (2010) menemukan bahwa Faktor
Hubungan Eksekutif dan Legislatif, Latar Belakang Pendidikan, Indikator
Kinerja, Komitmen, Penyusun APBD secara keseluruhan memberikan
pengaruhnya terhadap keterlambatan penyusunan APBD.
Kartiko

(2011) dengan menggunakan model persamaan regresi logit

menyimpulkan bahwa formasi pemerintahan berupa single minority party,
minority coalition, majority coalition, dan single majority party mempengaruhi
keterlambatan penetapan APBD. Semakin kuat dukungan partai eksekutif di
parlemen semakin cepat penetapan APBD-nya. Namun demikian seberapa lama
delay penetapan APBD yang terjadi tidak dipengaruhi oleh 4 formasi
pemerintahan tersebut yang ditunjukkan melalui estimasi model data panel.
Hasil Penelitian ini juga menjelaskan bahwa sebelum batas waktu keterlambatan
– 1 Januari tahun fiskal baru – ketegangan eksekutif-legislatif dipengaruhi oleh 4
formasi

pemerintahan daerah dan besarnya total belanja APBD. Setelah

pemerintahan daerah tersebut gagal memenuhi ketepatan waktu penetapan
APBD sebelum batas waktu, faktor-faktor yang mempengaruhi lamanya
penetapan APBD antara lain adalah besarnya total belanja APBD, dan

Universitas Sumatera Utara

kepemilikan sumber daya alam. Sedangkan besarnya nilai gaji dan tunjangan
anggota DPRD ternyata mempercepat penetapan APBD.
Selanjutnya hasil penelitian yang dilakukan oleh Sutaryo dan Carolina
(2012) yang membuktikan bahwa Status Pemerintah Daerah, Latar Belakang
Pendidikan Kepala Daerah, Ukuran DPRD, dan Komposisi DPRD berpengaruh
terhadap Ketepatan Waktu dalam menetapkan APBD, namun Size Pemerintah
Daerah dan Komposisi Daerah, Umur Kepala Daerah, tidak berpengaruh
terhadap Ketepatan Waktu dalam menetapkan APBD sedangkan dalam
pengujian lanjutan Size Pemerintah Daerah, dan Komposisi DPRD berpengaruh
terhadap Keterlambatan Penetapan APBD
Penelitian oleh Subechan, dkk (2014) dalam penelitiannya menyimpulkan
penyebab keterlambatan penetapan APBD Kabupaten Kudus TA. 2009 - 2013
dapat dijelaskan faktor - faktor komitmen dan kepentingan eksekutif, koordinasi
dan komunikasi antara eksekutif dan legislatif, kompetensi dan komitmen
legislatif, koordinasi dan kompetensi SKPD dan peraturan perundang-undangan.
Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui bahwa hal-hal yang menjadi
motivasi dalam penelitian ini adalah pertama, keterlambatan dalam penetapan
APBD kabupaten labuhanbatu masih terjadi selama delapan tahun berturut-turut.
Kedua, masih sedikitnya penelitian yang terkait dengan keterlambatan dalam
penetapan APBD termasuk dalam hal ini di wilayah Labuhanbatu belum
dilakukan penelitian tersebut,. Ketiga, dampak yang timbulkan dari adanya
keterlambatan APBD dapat pada akhirnya merugikan masyarakat selaku
penerima layanan publik dan hal ini bertentangan dengan tujuan pemerintah yang
selalu berusaha untuk memberikan pelayanan terbaik bagi masyarakat. Untuk itu

Universitas Sumatera Utara

peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Analisis Faktor Yang
Mempengaruhi Keterlambatan Penetapan Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah pada Pemerintahan Kabupaten Labuhanbatu”

1.2

Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang penelitian sebelumnya, peneliti

mengemukakan masalah penelitian ini adalah apakah koordinasi eksekutif dan
legislatif, kompetensi eksekutif dan legislatife,

kepentingan eksekutif dan

legislatif, sanksi atas keterlambatan penetapan APBD dan peraturan perundangundangan berpengaruh terhadap keterlambatan penetapan APBD Kabupaten
Labuhanbatu baik secara simultan maupun parsial.

1.3

Tujuan Penelitian
Tujuan

dari penelitian ini adalah untuk menguji dan menganalisis

pengaruh koordinasi eksekutif dan

legislatif, kompetensi eksekutif dan

legislatif, kepentingan eksekutif dan legislatif, sanksi atas keterlambatan
penetapan APBD dan peraturan perundang-undangan secara simultan dan parsial
terhadap keterlambatan penetapan APBD Kabupaten Labuhanbatu.

Universitas Sumatera Utara

1.4

Manfaat Penelitian

1.

Bagi Pemerintah Kabupaten Labuhanbatu sebagai sumbangan pikiran di
dalam penyusunan anggaran yang pada akhirnya mampu menetapkan
APBD yang sesuai dengan ketentuan.

2.

Bagi peneliti selanjutnya diharapkan melengkapi temuan empiris yang
sudah ada dibidang akuntansi dan dapat menjadi referensi penelitian
selanjutnya yang berhubungan dengan keterlambatan penetapan APBD.

1.5

Originalitas
Penelitian ini adalah replikasi dari penelitian Subechan, dkk (2014) yang

berjudul Analisis Faktor Penyebab Keterlambatan Penetapan APBD Kabupaten
Kudus.

Tujuan dari penelitian ini adalah mengidentifikasi faktor yang

menyebabkan keterlambatan penetapan APBD Kabupaten Kudus. Faktor-faktor
tersebut meliputi komitmen dan kepentingan eksekutif, koordinasi dan
komunikasi antara eksekutif dan legislatif, kompetensi dan komitmen legislatif,
koordinasi dan kompetensi skpd dan peraturan perundang-undangan. Populasi
penelitian ini adalah pihak-pihak yang terlibat langsung dalam proses penyusunan
APBD, yaitu TAPD, Kepala SKPD dan DPRD dengan jumlah 108 responden.
Pengumpulan data dilakukan dengan kuesioner dan analisis data menggunakan
analisis regresi berganda. Hasil penelitian menyimpulkan penyebab keterlambatan

Universitas Sumatera Utara

penetapan APBD Kabupaten Kudus TA 2009 sampai dengan TA 2013 dapat
dijelaskan oleh 5 (lima) faktor dengan varian sebesar 65,837 %. Sedangkan
34,163 % dijelaskan faktor lain selain kelima faktor tersebut. Rinciannya dapat
dilihat pada tabel 1.1.

Kriteria
Judul Penelitian

Lokasi Penelitian
Variabel
Independen

Tahun
Pengamatan

Tabel 1. 1 Originalitas Penelitian
Penelitian
Penelitian ini
Subechan, dkk
Analisis
Faktor-faktor Analisis
Faktor-faktor
Penyebab
Keterlambatan yang
mempengaruhi
Penetapan APBD Kabupaten keterlambatan penetapan
Kudus
APBD pada Pemerintahan
Kabupaten Labuhanbatu
Kabupaten Kudus, Propinsi Kabupaten Labuhanbatu,
Jawa Tengah
Propinsi Sumatera Utara
1. komitmen kepentingan
1. koordinasi eksekutif dan
eksekutif,
legislatif,
2. koordinasi dan komunikasi
2. kepentingan eksekutif
antara eksekutif dan
dan legislatif,
3. kompetensi eksekutif
legislatif,
dan legislatif,
3. kompetensi dan komitmen
4. sanksi atas
legislatif,
keterlambatan penetapan
4. koordinasi dan kompetensi
APBD
skpd,
5. peraturan perundang5. peraturan perundangundangan
undangan
2007 s/d 2013

2016

Universitas Sumatera Utara