Pemberian Fasilitas Penanaman Modal Dalam Kegiatan Penanaman Modal Asing Disektor Pariwisata Ditinjau Dari Undang–Undang Nomor 25 Tahun 2007

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pariwisata merupakan sektor ekonomi penting di Indonesia. Indonesia
yang begitu luas memiliki 13.487 pulau besar dan kecil, sekitar 6.000 di antaranya
tidak berpenghuni, yang menyebar disekitar khatulistiwa, yang memberikan cuaca
tropis. † Inilah yang membuat Indonesia memiliki pesona alam yang luar biasa
menakjubkan dan menjadi daya tarik bagi wisatawan, baik wisatawan dalam
negeri maupun wisatawan luar negeri untuk datang ke Indonesia dan
mengeksplornya. Kegiatan yang dilakukan oleh wisatawan itu merupakan
kegiatan pariwisata.
Pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung
berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha,
Pemerintah, dan Pemerintah Daerah. ‡Pariwisata merupakan salah satu sektor
pembangunan yang saat ini sedang digalakkan oleh pemerintah. Hal ini
disebabkan

pariwisata

mempunyai


peran

yang

sangat

penting

dalam

pembangunan Indonesia khususnya sebagai penghasil devisa negara di samping
sektor minyak dan gas.



https://id.wikipedia.org/wiki/Indonesia diakses pada tanggal 9 Maret 2017.
Republik Indonesia, Undang-undang Nomor 10 Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan,
pasal 1 angka 3.



1

Universitas Sumatera Utara

Selama 2014 sektor pariwisata menyumbang devisa sebesar US$ 10,69
miliar atau setara dengan Rp 136 triliun. § Ditahun 2015 sektor pariwisata
menyumbang devisa sebesar Rp 144 triliun.** Ditahun 2016 sektor pariwisata
yang awalnya ditargetkan akan menyumbang devisa 11% dibandingkan tahun lalu
atau sebesar Rp 172 triliun, ternyata meningkat menjadi 11,5% dari target awal
yang akan mencapai Rp 184 triliun. ††
Adapun bidang usaha yang terdapat dalam sektor pariwisata berdasarkan
pasal 14 ayat (1) Undang – undang Nomor 10 Tahun 2009 adalah ;
a. daya tarik wisata;
b. kawasan pariwisata;
c. jasa transportasi wisata;
d. jasa perjalanan wisata;
e. jasa makanan dan minuman;
f. penyediaan akomodasi;
g. penyelenggaraan kegiatan hiburan dan rekreasi;
h. penyelenggaraan pertemuan, perjalanan insentif, konferensi, dan pameran;

i. jasa informasi pariwisata;
j. jasa konsultan pariwisata;

§

http://www.kemenpar.go.id/asp/detil.asp?c=16&id=2959 diakses pada tanggal 1April

2017.
**

http://navigasinews.com/2016/12/22/sektor-pariwisata-melampaui-target-devisa-2016
diakses pada tanggal 1 April 2017.
††

https://travel.detik.com/read/2016/12/21/164209/3377330/1382/ini-yang-diraihkementerian-pariwisata-di-2016 diakses pada tanggal 1 April 2017.

2

Universitas Sumatera Utara


k. jasa pramuwisata;
l. wisata tirta; dan
m. spa. ‡‡
Tujuan

pengembangan

pariwisata

di

Indonesia

adalah

untuk

meningkatkan pendapatan devisa pada khususnya dan pendapatan negara dan
masyarakat pada umumnya, perluasan kesempatan serta lapangan kerja, dan
mendorong kegiatan-kegiatan industri penunjang dan industri-industri sampingan

lainnya. Serta memperkenalkan dan mendayagunakan keindahan alam dan
kebudayaan Indonesia. Selain itu juga meningkatkan persaudaraan/persahabatan
nasional dan internasional.
Dalam tujuan di atas, jelas terlihat bahwa industri pariwisata
dikembangkan di Indonesia dalam rangka mendatangkan dan meningkatkan
devisa negara (state revenue). Dengan kata lain, segala usaha yang berhubungan
dengan kepariwisataan merupakan usaha yang bersifat komersial dengan tujuan
utama

mendatangkan

devisa

negara.

Di

samping

itu,


pengembangan

kepariwisataan juga bertujuan untuk memperkenalkan dan mendayagunakan
keindahan alam dan kebudayaan Indonesia. Ini berarti, pengembangan pariwisata
di Indonesia tidak terlepas dari potensi yang dimiliki oleh Indonesia untuk
mendukung pariwisata tersebut.
Namun seperti diketahui bahwa daya saing pariwisata Indonesia
dibandingkan dengan negara-negara lain terutama dengan negara – negara

‡‡

Undang-undang Nomor 10 Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan,Op.cit.,Pasal14 ayat

(1)

3

Universitas Sumatera Utara


tetangga, hingga kini masih lemah. Kelemahan tersebut menyangkut masalah
manajemen produk, kurangnya sajian atraksi pariwisata dan budaya, kondisi
infrastruktur, sumber daya manusia, pengolaan destinasi wisata, pemasaran dan
regulasi. Kelemahan lain, termasuk pula masalah bencana alam, keamanan dan
kesehatan. Bagi wisatawan, ancaman teror sangat diperhitungkan dalam rencana
liburan mereka. §§

Kekhawatiran – khawatiran tentang keselamatan dan keamanan,
terutama kerugian bisnis karena terorisme. Kekuatiran lain adalah karena
Indonesia tertinggal di belakang dibandingkan Singapura (peringkat 11), Malaysia
(peringkat 25) dan Thailand (peringkat 35) dalam pemeringkatan Travel &
Tourism Competitiveness Report 2015. ***

Kurangnya infrastruktur yang layak di Indonesia adalah masalah yang
berkelanjutan, bukan hanya karena hal ini sangat meningkatkan biaya-biaya
logistik sehingga membuat iklim investasi kurang menarik namun juga
mengurangi kelancaran perjalanan untuk pariwisata. Infrastruktur di Bali luar
biasa dan di Jakarta cukup layak (kecuali untuk kemacetan lalu lintas yang sangat
besar) namun di luar Bali dan Jakarta kebanyakan infrastruktur di negara ini
kurang layak, terutama di wilayah Timur Indonesia karena kurangnya bandara,

pelabuhan, jalan, dan hotel. Kurangnya konektivitas di dalam dan antar pulau

§§

http://www.kabarindonesia.com/berita.php?pil=15&dn=20081104054945 diakses pada
tanggal 10 Maret 2017.
***
http://www.indonesia-investments.com/id/bisnis/industri-sektor/pariwisata/item6051?
diakses pada tanggal 10 Maret 2017.

4

Universitas Sumatera Utara

berarti ada sejumlah besar wilayah di Indonesia dengan potensi pariwisata yang
tidak bisa didatangi dengan mudah. †††

Selain infrastruktur, pendidikan juga menjadi halangan. Meskipun di
Pulau Bali dan hotel-hotel mewah di Jakarta kebanyakan penduduk asli yang
bekerja di sektor pariwisata cukup fasih berbahasa Inggris (dan bahkan bahasabahasa asing lainnya), di wilayah-wilayah yang lebih terpencil penduduk asli

kesulitan untuk berkomunikasi dengan para turis, bahkan ikon kawasan pariwisata
Sumatera Utara, Danau Toba yang sudah bukan termasuk tempat terpencil saja
penduduk aslinya masih sulit untuk berkomunikasi dengan para turis karena
mereka menggunakan bahasa daerahnya yaitu batak toba. Oleh karena itu, fokus
dalam mempelajari Bahasa Inggris akan membantu mengatasi keadaan ini. ‡‡‡

Halangan bahasa ini adalah alasan mengapa sejumlah warga Singapura
lebih memilih Malaysia ketimbang Indonesia sebagai tempat tujuan wisata
mereka. Kebanyakan turis asing yang datang ke Indonesia berasal dari Singapura,
diikuti oleh Malaysia dan Australia. §§§

Hal inilah yang membuat perkembangan sektor pariwisata di Indonesia
jauh tertinggal, padahal sektor pariwisata merupakan salah satu sektor yang
mampu meningkatkan devisa negara dengan baik bila sektor pariwisata itu
dikelola dengan baik dan menarik minat wisatawan.

†††

Ibid.,
Ibid.,

§§§
Ibid.,
‡‡‡

5

Universitas Sumatera Utara

Kelemahan-kelemahan tersebut mengindikasikan bahwa Indonesia
membutuhkan keterlibatan asing dalam pengelolaan sektor pariwisata melalui
kegiatan penanaman modal asing secara langsung.
Bentuk kegiatan penanaman modal asing secara langsung dinilai dapat
meningkatkan

pertumbuhan

ekonomi

dan


memperluas

tenaga

kerja,

mengembangkan industri substitusi impor untuk menghemat devisa, mendorong
ekspor non-migas untuk menambah devisa, alih teknologi, membangun prasarana,
dan mampu mengembangkan daerah tertinggal. **** Hal tersebut juga senanda
dengan maksud Indonesia menyelenggarakan kegiatan penanaman modal
sebagaimana disebut dalam Pasal 3 ayat (2) Undang Undang Nomor 25 Tahun
2007 tentang Penanaman Modal.
Ketentuan yang terdapat dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007
tentang Penanaman Modal (UUPM) menyebutkan bahwa “Penanaman modal
asing adalah kegiatan menanam modal untuk melakukan usaha di wilayah negara
Republik Indonesia yang dilakukan oleh penanam modal asing, baik yang
menggunakan modal asing sepenuhnya maupun yang berpatungan dengan
penanam modal dalam negeri”. †††† Ketentuan tersebut mengatur bahwa
pelaksanaan penanaman modal asing untuk melakukan usaha harus dilakukan di
wilayah negara Republik Indonesia. Artinya, penanaman modal asing yang
tunduk pada ketentuan UUPM adalah penanaman modal asing secara langsung
(foreign direct investment).
****

Erman Radjagukguk. Hukum Investasi Di Indonesia: Pokok Bahasan (Jakarta:
Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2005), hlm. 19.
††††
Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman
Modal, Pasal 1 angka 3.

6

Universitas Sumatera Utara

Penanaman modal secara langsung sering diartikan sebagai kegiatan
penanaman modal yang melibatkan : pengalihan dana (transfer of funds), proyek
yang memiliki jangka waktu panjang (long-term project), tujuan memperoleh
pendapatan regular (the purpose of regular income), partisipasi dari pihak yang
melakukan pengalihan dana (the participation of the person transferring the
funds), dan suatu resiko usaha (business risk). ‡‡‡‡
Begitu juga dengan bunyi pasal 10 Undang – undang Nomor 10 Tahun
2009 Tentang Kepariwisataan (UU Kepariwisataan) yaitu, Pemerintah dan
Pemerintah Daerah mendorong penanaman modal dalam negeri dan penanaman
modal asing di bidang kepariwisataan sesuai dengan rencana induk pembangunan
kepariwisataan nasional, provinsi, dan kabupaten/kota. §§§§
Alasan pertama suatu negara mengundang modal asing adalah untuk
meningkatkan pertumbuhan ekonomi (economic growth), guna memperluas
lapangan kerja. Baru kemudian dengan masuknya modal asing, tujuan-tujuan lain
yang ingin dicapai seperti mengembangkan industri substitusi import untuk
menghemat devisa, mendorong eksport nonmigas untuk menghasilkan devisa, alih
teknologi, membangun prasarana, dan mengembangkan daerah tertinggal. *****
Oleh karena itu dengan banyaknya objek pariwisata di Indonesia yang
punya potensi luar biasa, namun belum bisa berkembang dengan baik karena
minimnya investasi sarana dan prasarana pendukung diharapkan bisa menggenjot

‡‡‡‡

David Kairupan, Aspek Hukum Penanaman Modal Asing Di Indonesia (Jakarta:
Kencana Prenada Media Group: 2013) hlm. 19.
§§§§
Republik Indonesia, Undang-undang Nomor 10 Tahun 2009 Tentang
Kepariwisataan,Op.cit.,Pasal 10.
*****
Erman Rajagukguk, Op. cit., hlm. 19

7

Universitas Sumatera Utara

pertumbuhan pariwisata nasional dengan dibukanya investasi asing dalam sektor
pariwisata ini.

Upaya pemerintah mengundang pemodal asing tersebut sejalan dengan
rencana pengembangan pariwisata di banyak tempat. Antara lain di Tanjung
Lesung (Banten), Mandalika (Nusa Tenggara Barat), Toba (Sumatera Utara) dan
tujuh kawasan pariwisata lainnya. Totalnya akan ada 10 lokasi yang akan
dikembangkan. Pengembangan 10 kawasan pariwisata tersebut membutuhkan
investasi besar, Meliputi investasi di bidang usaha perhotelan, resort, restoran, dan
lain-lain. †††††

Berbeda dengan penanaman modal dalam negeri yang dapat dilakukan
dalam bentuk lain di luar perseroan terbatas, maka penanaman modal asing di
Indonesia harus dilakukan dalam bentuk perseroan terbatas berdasarkan hukum
dan berkedudukan di negara Indonesia, kecuali hal tersebut ditentukan berbeda
oleh undang-undang. ‡‡‡‡‡

Adapun yang perlu diketahui bahwa investor asing yang melakukan
penanaman modal asing di suatu negara dibatasi oleh peraturan – peraturan dari
negara asal investor asing tersebut (governance by the home nation), negara tuan
rumah di mana investor asing menanamkan modalnya (governance by the host

†††††

http://www.kabarindonesia.com/berita.php?pil=15&dn=20081104054945
diakses
pada tanggal 24 Maret 2017, Op. cit.,
‡‡‡‡‡
Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman
Modal, Op. cit., pasal 5

8

Universitas Sumatera Utara

nation), dan juga hukum internasional yang terkait (governance by multi nation
organizations and international law).§§§§§

Pembatasan penanaman modal asing tersebut dapat dilakukan pada saat
masuknya investasi asing tersebut (entry requirements). Di Indonesia, pembatasan
– pembatasan tersebut dimanifestasikan antara lain melalui pengaturan daftar
bidang – bidang usaha yang tertutup dan bidang – bidang usaha yang terbuka
dengan persyaratan di bidang penanaman modal atau sering disebut sebagai
investment negative list atau daftar negatif investasi (negative list). ******

Tahun 2016 lalu sektor pariwisata terbuka untuk modal asing, bahkan
ada tujuh bidang usaha asing didalam sektor pariwista yang terbuka seratus persen
untuk modal asing. Tujuh bidang usaha asing tersebut adalah restoran, bar, kafe,
serta empat bidang usaha di bidang olahraga yakni renang, sepakbola, tenis
lapangan, dan sport center. †††††† Dimana hal ini juga diatur didalam Peraturan
Presiden Nomor 44 Tahun 2016 Tentang Daftar Bidang Usaha Yang Tertutup dan
Bidang Usaha Yang Terbuka Dengan Persyaratan di Bidang Penanaman Modal.

Kendati demikian, ada bidang usaha pada sektor tersebut yang masih
tertutup untuk asing karena merupakan bagian dari usaha mikro kecil dan
menengah (UMKM), yaitu agen perjalanan wisata.

§§§§§

David Kairupan, Op. cit., hlm. 65.
Ibid., hlm. 66.
††††††
Margye Waisapy dan Eva Fitriani, Investor Daily, http://www.kepemilikan-asingjuga-disektor-pariwisata.com/Investordaily diakses pada tanggal 11 Maret 2017.
******

9

Universitas Sumatera Utara

Daftar Negatif List secara umum diatur dalam Pasal 12 UUPM dimana
ayat (1) dari ketentuan tersebut menyebutkan bahwa semua bidang usaha atau
jenis usaha terbuka bagi kegiatan penanaman modal, kecuali bidang usaha atau
kegiatan usaha yang dinyatakan tertutup dan terbuka dengan persyaratan.‡‡‡‡‡‡
Sedangkan secara khusus diatur didalam Peraturan Presiden Nomor 44 Tahun
2016 Tentang Daftar Bidang Usaha Yang Tertutup Dan Bidang Usaha Yang
Terbuka Dengan Persyaratan Di Bidang Penanaman Modal.
Untuk itu agar para penanam modal asing tertarik dan mau masuk ke
Indonesia untuk menanamkan modal dalam sektor pariwisata, pemerintah
Indonesia harus memperhatikan tiga faktor utama, yaitu ; kesempatan ekonomi,
kepastian hukum, dan stabilitas politik.
Berbagai upaya pun telah dilakukan untuk menarik minat investor asing
agar bersedia melakukan penanaman modal di sektor pariwisata. Salah satu upaya
tersebut adalah memberikan berbagai fasilitas penanaman modal kepada
penanaman modal asing di sektor pariwisata. Oleh karena itu, perlu mengkaji
berbagai fasilitas penanaman modal tersebut bagi penanaman modal asing (PMA)
di sektor pariwisata yang ditinjau dari UUPM.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dapat diambil beberapa
pokok permasalahan yang akan dibahas. Adapun rumusan masalah yang akan
dibahas dalam penulisan skripsi ini adalah:
‡‡‡‡‡‡

Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman
Modal, Op. cit., pasal 12.

10

Universitas Sumatera Utara

1. Bagaimana pengaturan penanaman modal asing di sektor pariwisata?
2. Bagaimana pemberian fasilitas bagi kegiatan penanaman modal?
3. Bagaimana pemberian fasilitas penanaman modal di sektor pariwisata?

C. Tujuan Dan Manfaat Penulisan
1. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan skripsi ini adalah:
a. Untuk mengetahui ketentuan penanaman modal asing di sektor pariwisata
di Indonesia.
b. Untuk mengetahui tata cara pemberian fasilitas bagi kegiatan penanaman
modal.
c. Untuk mengetahui tata cara pemberian fasilitas penanaman modal di
sektor pariwisata.
2. Manfaat Penulisan
Manfaat yang dapat diperoleh dari penulisan skripsi ini adalah:
a. Teoritis
1) Pembahasan dalam penulisan skripsi ini dapat menambah wawasan
dan meningkatkan pengetahuan dalam bidang hukum investasi.
2) Tulisan ini dapat menambah daftar literatur pembahasan mengenai
fasilitas penanaman modal bagi penanaman modal asing di sektor
pariwisata.
b. Praktis
1) Tulisan ini dapat digunakan sebagai bahan rujukan bagi rekan-rekan
mahasiswa dan praktisi di bidang penanaman modal dalam melakukan

11

Universitas Sumatera Utara

penulisan atau penelitian terkait dengan fasilitas penanaman modal bagi
penanaman modal asing di sektor pariwisata.
2) Tulisan ini dapat digunakan oleh masyarakat untuk menambah
pengetahuan dan wawasan terkait fasilitas yang didapatkan oleh
penanaman modal asing di sektor pariwisata.
3) Tulisan ini dapat digunakan oleh pelaku usaha yang berkecimpung di
sektor pariwisata untuk mengetahui apa saja fasilitas yang didapat oleh
penanaman modal asing di sektor pariwisata,
4) Tulisan ini dapat digunakan oleh pembuat kebijakan atau Pemerintah
untuk mengetahui keefisienan dari kebijakan yang telah dibuat dalam
pemberian fasilitas untuk penanaman modal asing di sektor pariwisata.
5) Penulisan skripsi ini juga bermanfaat untuk memenuhi persyaratan
memperoleh gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum Universitas
Sumatera Utara.

D. Keaslian Penulisan
Skripsi yang berjudul “Pemberian Fasilitas Penanaman Modal Dalam
Kegiatan Penanaman Modal Asing di Sektor Pariwisata Ditinjau Dari
Undang – Undang Nomor 25 Tahun 2007”belum pernah ditulis di Fakultas
Hukum Universitas Sumatera Utara berdasarkan hasil pemeriksaan yang telah
dilakukan di Perpustakaan Universitas Sumatera Utara. Hal tersebut dapat
dibuktikan dengan adanya surat yang dikeluarkan oleh Perpustakaan Universitas
Cabang Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

12

Universitas Sumatera Utara

Namun, ada beberapa skripsi yang sudah pernah ditulis dan berkaitan
dengan fasilitas penanaman modal, yaitu ;
Juergen K. Marusaha P. Panjaitan (2016) dengan judul “Analisis Yuridis
Terhadap Peran Pemerintah Daerah Dalam Kegiatan Penanaman Modal Asing
Sektor Pariwisata”. Adapun rumusan masalah yang akan dibahas dalam penulisan
skripsi ini adalah :
1. Bagaimana pengaturan kegiatan penanaman modal asing sektor pariwisata?
2. Bagaimana kewenangan pemerintah daerah dalam pelayanan kegiatan
penanaman modal asing sektor pariwisata?
3. Bagaimana peran pemerintah daerah dalam meningkatkan penanaman modal
asing sektor pariwisata?
Sedangkan penelitian yang dilakukan pada skripsi ini secara khusus
membahas tentang pemberian fasilitas penanaman modal kepada Penanam Modal
Asing (PMA) di sektor pariwisata sesuai dengan ketentuan Undang – undang
Penanaman Modal(UUPM), dengan rumusan masalah :
1. Bagaimana pengaturan penanaman modal asing di sektor pariwisata?
2. Bagaimana pengaturan pemberian fasilitas bagi kegiatan penanaman modal?
3. Bagaimana pemberian fasilitas penanaman modal bagi penanaman modal
asing di sektor pariwisata?
Pada skripsi tersebut diatas membahas tentang Peran Pemerintah Daerah
dalam Kegiatan Penanaman Modal Asing Sektor Pariwisata, didalam skripsi ini
juga membahas tentang sektor pariwisata namun difokuskan pada pemberian
fasilitas penanaman modal bagi PMA.
13

Universitas Sumatera Utara

Ide dan gagasan dalam penulisan skripsi ini asli disusun sendiri dan
bukan plagiat atau diambil dari penelitian orang lain. Penulisan skripsi ini dimulai
dengan mengumpulkan bahan-bahan yang berkaitan dengan PMA, fasilitas
penanaman modal di Indonesia, bidang-bidang usaha dalam sektor pariwisata
serta peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang penanaman modal
yang diperoleh dari perpustakaan atau media cetak maupun media elektronik. Bila
dikemudian hari ternyata terdapat judul yang sama atau telah ditulis oleh orang
lain dalam bentuk skripsi sebelum skripsi ini dibuat, maka hal tersebut dapat
dimintakan pertanggungjawabannya.

E. Tinjauan Kepustakaan
1. Pengertian Penanaman Modal Asing
Penanaman modal asing yang dimaksud dalam pembahasan skripsi ini
adalah penanaman modal asing yang dilakukan secara langsung. Penekanan
terhadap pengertian penanaman modal asing secara langsung terletak pada
keikutsertaan atau keterlibatan pihak penanam modal asing dalam melakukan
usaha di bidang penanaman modal yang dilakukan di wilayah Indonesia.
Pengertian penanaman modal asing secara langsung tersebut juga telah diatur
dalam Pasal 1 angka 3 UUPM yang berbunyi “Kegiatan menanam modal untuk
melakukan usaha di wilayah negara Republik Indonesia yang dilakukan
olehpenanam modal asing, baik yang menggunakan modal asing sepenuhnya
maupun yang berpatungan dengan penanam modal dalam negeri.”
2. Pengertian Fasilitas Penanaman Modal

14

Universitas Sumatera Utara

Fasilitas penanaman modal merupakan fasilitas yang akan diberikan oleh
pemerintah kepada penanaman modal apabila telah memenuhi persyaratan dan
ketentuan hukum yang berlaku. Syarat dan ketentuan hukum yang berlaku bagi
penanaman modal yang ingin mendapatkan fasilitas tersebut adalah melakukan
perluasan usaha di bidang penanaman modal atau melakukan penanaman modal
baru dengan ketentuan telah memenuhi sekurang-kurangnya salah satu dari
kriteria berikut: §§§§§§
a. menyerap banyak tenaga kerja;
b. termasuk skala prioritas tinggi;
c. termasuk pembangunan infrastruktur;
d. melakukan alih teknologi;
e. melakukan industri pionir;
f. berada di daerah terpencil, daerah tertinggal, daerah perbatasan, atau daerah
lainyang dianggap perlu;
g. menjaga kelestarian lingkungan hidup;
h. melaksanakan kegiatan penelitian, pengembangan, dan inovasi;
i. bermitra dengan usaha mikro, kecil, menengah atau koperasi; atau
j. industri yang menggunakan barang modal atau mesin atau peralatan yang
diproduksi di dalam negeri.
Adapun bentuk fasilitas yang dibahas dalam skripsi ini yaitu berupa
fasilitas fiskal yang berupa fasilitas pajak, fasilitas bea masuk, fasilitas lainnya,

§§§§§§

Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman
Modal, Pasal 18 ayat (2) dan (3).

15

Universitas Sumatera Utara

dan fasilitas non fiskal yang berupa fasilitas perizinan, fasilitas keimigrasian,
fasilitas hak atas tanah dan fasilitas hak transfer.
3. Industri Pariwisata
Industri Pariwisata adalah kumpulan usaha pariwisata yang saling terkait
dalam rangka menghasilkan barang dan/atau jasa bagi pemenuhan kebutuhan
wisatawan dalam penyelenggaraan pariwisata. *******
Menurut United Nations World Tourism Organiation (UNWTO, yaitu
Badan Kepariwistaan Dunia dibawah naungan PBB), maupun lembaga
internasional pariwisata lainnya, istilah industri pariwisata (tourism industry)
merujuk pada berbagai aktivitas yang menghasilkan produk – produk

yang

bersifat khusus untuk sektor pariwisata. †††††††
Sementara itu, menurut Collins English Dictionary, istilah yang
digunakan dalam bahasa inggris adalah tourist industry dan diartikan sebagai
setiap pihak, aktivitas, dan lembaga yang terlibat dalam penyediaan jasa bagi
orang – orang yang sedang berlibur.

F. Metode Penelitian
1. Spesifikasi Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penyusunan skripsi ini adalah
jenis penelitian hukum normatif, yaitu sebuah penelitian yang dilakukan
bersumberkan dari peraturan perundang-undangan tertulis, teori hukum, dan

*******

Republik Indonesia, Undang-undang Nomor 10 Tahun 2009 Tentang
Kepariwisataan, pasal 1 angka 9.
†††††††
https://caretourism.wordpress.com/2013/06/11/pengertian-istilah-industripariwisata/ diakses pada tanggal 27 Maret 2017

16

Universitas Sumatera Utara

pendapat para sarjana hukum yang berkaitan dengan skripsi. ‡‡‡‡‡‡‡ Penelitian
hukum normatif ini disebut juga sebagai penelitian perpustakaan atau studi
dokumen sebab penelitian ini lebih banyak dilakukan terhadap data-data yang
bersifat sekunder yang ada di perpustakaan, seperti buku.
Penyusunan skripsi ini juga tidak terlepas dari data-data lain yang diolah
selain dari sumber buku, seperti makalah dan berbagai tulisan di internet yang
berkaitan dengan pemberian fasilitas penanaman modal bagi penanaman modal
asing di sektor pariwisata. Penelitian perpustakaan demikian dapat dikatakan
sebagai lawan dari penelitian empiris (penelitian lapangan). §§§§§§§ Selanjutnya,
dalam penelitian ini, metode pendekatan yang digunakan adalah metode
pendekatan perundang-undangan, yaitu penelitian terhadap produk-produk
hukum. ********
2. Data Penelitian
Materi yang digunakan untuk menyusun skripsi ini diambil dari datadata sekunder. Adapun data-data sekunder yang dimaksud adalah :
a. Bahan Hukum Primer
Bahan hukum primer merupakan bahan hukum yang mengikat dan
membuat orang taat pada hukum yang ditetapkan oleh pihak berwenang,
seperti peraturan perundang-undangan dan putusan hakim. Adapun bahan
hukum primer dalam penulisan skripsi ini adalah Undang-Undang Nomor

‡‡‡‡‡‡‡

Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif (Suatu Tinjauan
Singkat) (Jakarta: Rajawali Pers, 2001), hlm. 13-14.
§§§§§§§
Suratman dan Philips Dillah, Metode Penelitian Hukum (Bandung: Alfabeta, 2013),
hlm. 51.
********
Bahder Johan Nasution, Metode Penelitian Ilmu Hukum (Bandung: CV. Mandar
Maju, 2008), hlm. 92.

17

Universitas Sumatera Utara

25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal, Undang-Undang Nomor 10
Tahun 2009 tentang Kepariwisataan, Peraturan Presiden Nomor 44 Tahun
2016 tentang Daftar Bidang Usaha Yang Tertutup Dan Bidang Usaha
Yang Terbuka Dengan Persyaratan Di Bidang Penanaman Modal,
Peraturan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (Perka BKPM)
Nomor 15 Tahun 2015 tentang Pedoman dan Tata Cara Perizinan dan
Nonperizinan Penanaman Modal dan peraturan terkait lainnya, Perka
BKPM Nomor 13 Tahun 2009 tentang Pedoman Dan Tata Cara
Pengendalian Pelaksanaan Penanaman Modal.
b. Bahan Hukum sekunder
Bahan hukum sekunder diartikan sebagai bahan hukum yang tidak
mengikat tetapi menjelaskan mengenai bahan hukum primer. Bahan
hukum tersebut dapat berupa dokumen-dokumen yang merupakan
informasi atau hasil kajian tentang PMA, fasilitas penanaman modal, serta
sektor pariwisata yang bersumber dari buku-buku, seminar/workshop,
jurnal hukum, majalah, koran, karya tulis ilmiah, dan beberapa sumber
dari internet yang berkaitan dengan permasalahan di atas.
c. Bahan Hukum Tersier
Bahan hukum tersier merupakan semua dokumen yang berisi tentang
konsep-konsep dan keterangan-keterangan yang mendukung bahan hukum
primer dan bahan hukum sekunder, seperti kamus, ensiklopedi, dan
sebagainya.
3. Teknik Pengumpulan Data

18

Universitas Sumatera Utara

Teknik pengumpulan data yang digunakan untuk memperoleh suatu
kebenaran ilmiah dalam penulisan skripsi ini adalah teknik pengumpulan data
dengan cara studi kepustakaan (library research),

yaitu dengan cara

mengumpulkan bahan-bahan yang digunakan, seperti buku-buku, surat kabar,
makalah ilmiah, majalah, internet, peraturan perundang-undangan dan bahanbahan lain yang berhubungan dengan materi yang dibahas dalam skripsi ini.
4. Analisis Data
Analisis data dalam penulisan skripsi ini menggunakan metode
kualitatif. Analisis tersebut dilakukan dengan cara mengolah dan menganalisis
data serta mendeskripsikannya dengan kata-kata sehingga diperoleh bahasan atau
paparan dalam bentuk kalimat yang sistematis dan dapat dimengerti serta dapat
ditarik suatu kesimpulan.
Analisis data kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan
bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan
yang datapat dikelolah, mensintesiskan, mencari dan menemukan pola,
menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari dan memutuskan apa yang
dapat diceritakan kepada orang lain. ††††††††
Adapun tujuan analisis data kualitatif adalah mencari makna dibalik data
yang melalui pengakuan subyek pelakunya ‡‡‡‡‡‡‡‡. Peneliti dihadapkan kepada
berbagai objek penelitian yang semuanya mengahasilkan data yang membutuhkan
analisis. Data yang didapat dari obyek penelitian memiliki kaitan yang masih

††††††††

Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2009), hlm. 248
‡‡‡‡‡‡‡‡
H. Moh. Kasiram, Metodologi Penelitian Kualitatif-Kuantitaif, (Malang: UIN
Maliki Press, 2010), hlm. 355.

19

Universitas Sumatera Utara

belum jelas. Oleh karenanya, analisis diperlukan untuk mengungkap kaitan
tersebut secara jelas sehingga menjadi pemahaman umum.
Meskipun analisis kualitatif ini tidak menggunakan teori secara pasti
sebagaimana kuantitatif, akan tetapi keabsahan dan kevalidan temuannya juga
diakui sejauh peneliti masih menggunakan kaidah-kaidah penelitian. Menurut
Patton dalam Kristi Poerwandari, yang harus selalu diingat peneliti adalah
bagaimanapun analisis dilakukan, peneliti wajib memonitor dan melaporkan
proses dan prosedur-prosedur analisisnya sejujur dan selengkap mungkin §§§§§§§§

G. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan dalam skripsi ini terdiri atas lima bab dimana
masing-masing bab terdiri atas sub-bab tersendiri yang memiliki hubungan atau
keterkaitan satu sama lain. Adapun sistematika penulisan dalam skripsi ini adalah
sebagai berikut:
BAB I merupakan bab pendahuluan yang memuat tentang latar
belakang, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, keaslian judul
penulisan, tinjauan kepustakaan, metode penulisan, serta sistematika penulisan.
BAB II merupakan bab yang membahas mengenai konsep teoritis
pengaturan penanaman modal asing di Indonesia meliputi landasan hukum
penanaman modal asing, kegiatan usaha yang tertutup dan terbuka, persyaratan,
perizinan, hak, kewajiban dan tanggung jawab serta penyelesaian sengketanya,
selanjutnya membahas pengaturan penanaman modal asing di sektor pariwisata
§§§§§§§§

Kristi Poerwandari, Pendekatan Kualitatif dalam Penelitian Perilaku Manusia,
(Depok: LPSP3 FP UI, 2005), hlm. 143.

20

Universitas Sumatera Utara

tersebut pengertian dan ruang lingkup kegiatan usaha pariwisata, tujuan dan
manfaat kegiatan pariwisata, kebijakan pemerintah, selanjutnya mengenai
penanaman modal asing sektor pariwisata.
BAB III merupakan bab yang membahas tentang tinjauan umum fasilitas
penanaman modal sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun
2007 tentang Penanaman Modal, landasan hukum pemberian fasilitas, tujuan
pemberian fasilitas, kewenangan memberikan fasilitas, persyaratan memperoleh
fasilitas, selanjutnya fasilitas fiskal dalam kegiatan penanaman modal, fasilitas
non fiskal penanaman modal.
BAB IV merupakan pembahasan yang membahas mengenai pemberian
fasilitas penanaman modal sektor pariwisata bentuk fasilitas terhadap penanaman
modal asing, syarat pemberian fasilitas penanaman modal bagi penanaman modal
asing di sektor pariwisata, serta pengawasan pemerintah.
BAB V merupakan bab akhir yang berisikan kesimpulan atas
pembahasan dalam penulisan skripsi ini serta saran terhadap pembahasan tersebut.

21

Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Pemberian Fasilitas Penanaman Modal dalam Kegiatan Penanaman Modal Asing (PMA) di Bidang Usaha Perikanan Ditinjau dari Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007

0 1 9

Pemberian Fasilitas Penanaman Modal dalam Kegiatan Penanaman Modal Asing (PMA) di Bidang Usaha Perikanan Ditinjau dari Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007

0 0 1

Pemberian Fasilitas Penanaman Modal dalam Kegiatan Penanaman Modal Asing (PMA) di Bidang Usaha Perikanan Ditinjau dari Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007

0 0 20

Pemberian Fasilitas Penanaman Modal dalam Kegiatan Penanaman Modal Asing (PMA) di Bidang Usaha Perikanan Ditinjau dari Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007

0 0 27

Pemberian Fasilitas Penanaman Modal dalam Kegiatan Penanaman Modal Asing (PMA) di Bidang Usaha Perikanan Ditinjau dari Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007

0 0 7

Pemberian Fasilitas Penanaman Modal Dalam Kegiatan Penanaman Modal Asing Disektor Pariwisata Ditinjau Dari Undang–Undang Nomor 25 Tahun 2007

0 0 7

Pemberian Fasilitas Penanaman Modal Dalam Kegiatan Penanaman Modal Asing Disektor Pariwisata Ditinjau Dari Undang–Undang Nomor 25 Tahun 2007

0 0 1

Pemberian Fasilitas Penanaman Modal Dalam Kegiatan Penanaman Modal Asing Disektor Pariwisata Ditinjau Dari Undang–Undang Nomor 25 Tahun 2007

0 0 64

Pemberian Fasilitas Penanaman Modal Dalam Kegiatan Penanaman Modal Asing Disektor Pariwisata Ditinjau Dari Undang–Undang Nomor 25 Tahun 2007 Chapter III V

0 0 46

Pemberian Fasilitas Penanaman Modal Dalam Kegiatan Penanaman Modal Asing Disektor Pariwisata Ditinjau Dari Undang–Undang Nomor 25 Tahun 2007

0 1 8