Pemberian Fasilitas Penanaman Modal Dalam Kegiatan Penanaman Modal Asing Disektor Pariwisata Ditinjau Dari Undang–Undang Nomor 25 Tahun 2007 Chapter III V

BAB III
FASILITAS BAGI KEGIATAN PENANAMAN MODAL
A. Tinjauan Umum Fasilitas Penanaman Modal
1. Landasan Hukum Pemberian Fasilitas
Pemberian fasilitas dalam penanaman modal diatur didalam UU No.
25/2007 tentang Penanaman Modal dalam Pasal 18 ayat (4) Bentuk fasilitas yang
diberikan kepada penanaman modalsebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat
(3) dapatberupa:
a.

pajak penghasilan melalui pengurangan penghasilan neto sampai tingkat
tertentu

terhadap

jumlahpenanaman

modal

yang


dilakukan

dalam

waktutertentu;
b.

pembebasan atau keringanan bea masuk atas impor barang modal, mesin,
atau peralatan untuk keperluanproduksi yang belum dapat diproduksi di
dalamnegeri;

c.

pembebasan atau keringanan bea masuk bahan baku atau bahan penolong
untuk keperluan produksi untukjangka waktu tertentu dan persyaratan
tertentu;

d.

pembebasan atau penangguhan Pajak Pertambahan Nilai atas impor barang

modal atau mesin atauperalatan untuk keperluan produksi yang belum dapat
diproduksi di dalam negeri selama jangka waktutertentu;

e.

penyusutan atau amortisasi yang dipercepat; dan

86

Universitas Sumatera Utara

f.

keringanan Pajak Bumi dan Bangunan, khususnya untuk bidang usaha
tertentu, pada wilayah ataudaerah atau kawasan tertentu. §§
2. Tujuan Pemberian Fasilitas
Pemberian

fasilitas


tersebut kemungkinan

dimaksudkan

sebagai

kompensasi kepada investor. Karena, hanyak investor setelah memperoleh izin
investasi akhirnya tidak merealisasi proyeknya. Sebab, ketika mereka mengajukan
izin investasi, mereka sebenarnya masih dalam taraf mencari peluang saja, tapi
belum memutuskan untuk menanam investasi atau tidak. Pada saat yang
bersamaan, mereka juga mengurus izin investasi di tempat lain di seluruh
dunia. ***
Tujuan, pemberian fasilitas tersebut di antaranya untuk mendorong agar
investasi itu segera direalisasi. Tindakan itu tentu saja perlu dilakukan mengingat
perkembangan ekonomi di Indonesia dalam belakangan ini, terutama dari segi
investasi tengah, menghadapi penurunan. †††
3. Kewenangan Memberikan Fasilitas
Perlakuan dan pemberian fasilitas kepada penanam modal di Indonesia
tidak langsung berhenti pada pemberian izinnya dan pemenuhan syarat-syarat dan
ketentuan yang disepakati, namun juga harus dilanjutkan dengan peran serta

pemerintah dalam mengontrol dan melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan
hubungan perjanjian yang telah disepakati.

§§

UU No 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal, Op.cit Pasal 18 ayat (2), (3)

***

http://habonarandobona.blogspot.co.id/2010/07/pemberian-fasilitas-kepadapenananam_7887.html diakses pada tanggal 17 Mei 2017.
†††
Ibid.,

87

Universitas Sumatera Utara

Tentu

sangat


tidaklah

mudah

bagi

pemerintah

untuk

mengontrolsemuanya, namun hal tersebut telah menjadi tanggung jawab
pemerintah sebagai pintu masuk satu – satunya bagi investor dalam menjalankan
kegiatannya di wilayah Negara Republik Indonesia. Pemerintah harus tetap
memperhatikan

kepentingan

dan


kesejahteraan

masyarakatnya

sehingga

keuntungan dari segi pendapatan pemerintah bukan tujuan satu-satunya.
Pemerintah pusat, provinsi dan kabupaten/kota mempunyai peranan
yangsangat penting dalam meningkatkan pelaksanaan investasi di Indonesia.
Dalam pasal 30 Undang-Undang No. 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal,
telah ditentukan kewenangan antara pemerintah, pemerintah provinsi dan
kabupaten/kota. Yang diartikan dengan kewenangan Pemerintah adalah hak dan
kekuasaan pemerintah untuk menentukan atau mengambil kebijakan dalam rangka
penyelenggaraan pemerintahan (Pasal 1 angka 3 Peraturan Pemerintah Nomor 25
Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Provinsi sebagai
Daerah Otonom).
Pada dasarnya, kewajiban pemerintah adalah menjamin kepastian dan
keamanan berusaha bagi pelaksanaan penanaman modal. Untuk menjamin
kepastian dan keamanan itu, perlu diatur kewenangan pemerintah, provinsi dan
kabupaten/kota dalam penyelenggaraan penanaman modal.

Kewenangan pemerintah dalam penyelenggaraan penanaman modal,
mencakup ruang lingkupnya lintas provinsi. Dalam pasal 2 ayat (3) pada angka 7
ditentukan tentang kewenangan pemerintah dalam bidang penanaman modal.
Kewenangan itu meliputi: pemberian izin dan pengendalian penanaman modal

88

Universitas Sumatera Utara

untuk usaha berteknologi strategis yang mempunyai derajat kecanggihan tinggi
dalam penerapannya, meliputi: persenjataan, nuklir dan rekayasa genetika.
Sementara itu, dalam Pasal 30 ayat (7) Undang-Undang Nomor 25
Tahun

2007 tentang Penanaman Modal telah ditentukan kewenangan

pemerintah.Kewenangan pemerintah, disajikan berikut ini:
1. Penanaman modal terkait dengan sumber daya alam yang tidak terbarukan
dengan risiko lingkungan yang tinggi.
2. Penanaman modal di bidang industri yang merupakan prioritas tinggi pada

skala nasional.
3. Penanaman modal yang terkait pada fungsi pemersatu dan penghubung antar
wilayah atau ruang lingkupnya lintas provinsi.
4. Penanaman modal yang terkait pada pelaksanaan strategi pertahanan dan
keamanan nasional.
5. Penanaman modal asing dan penanaman modal yang menggunakan modal
asing terkait dengan perjanjian-perjanjian internasional.
6. Bidang penanaman modal lain yang menjadi urusan pemerintah menurut
undang-undang.
7. Penanaman modal yang menggunakan modal pemerintah negara lain yang
didasarkan atas perjanjian yang dibuat oleh pemerintah dan pemerintah
negara lain.
Dari penjelasan diatas dapat diketahui bahwa yang berwenang
memberikan fasilitas kepada penanam modal yaitu pemerintah pusat, provinsi dan
kabupaten/kota

89

Universitas Sumatera Utara


Fasilitas penanaman modal merupakan hal yang biasa dilakukan untuk
menarik penanam modal. UU Penanaman Modal mengatur tentang fasilitas
penanaman modal dalam Pasal 18 sampai dengan Pasal 24.
Pemerintah memberikan fasilitas kepada penanam modal yang
melakukanpenanaman modal berupa: ‡‡‡
a. melakukan perluasan usaha; atau
b. melakukan penanaman modal baru.
Adapun penanaman modal yang dilakukan tersebut harus memenuhi
salahsatu kriteria sebagai berikut: §§§
a. menyerap banyak tenaga kerja;
b. termasuk skala prioritas tinggi;
c. termasuk pembangunan infrastruktur;
d. melakukan alih teknologi;
e. melakukan industri pionir;
f. berada di daerah terpencil, daerah tertinggal, daerah perbatasan, atau
daerahlain yang dianggap perlu;
g. menjaga kelestarian lingkungan hidup;
h. melaksanakan kegiatan penelitian, pengembangan, dan inovasi;
i. bermitra dengan usaha mikro, kecil, menengah atau koperasi, atau industri
yang menggunakan barang modal atau mesin atau peralatan yang diproduksidi

dalam negeri.
‡‡‡

UU No. 25 Tahun 2007, Pasal 18 ayat (2).

§§§

Ibid, Pasal 18 ayat (3)

90

Universitas Sumatera Utara

Apabila salah satu kriteria itu telah di penuhi, maka dianggap cukup
bagipemerintah untuk memberikan fasilitas atau kemudahan kepadainvestor.
Adasepuluh bentuk fasilitas atau kemudahan yang diberikan kepadainvestor, baik
ituinvestordomestik maupuninvestorasing. Kesepuluh fasilitas itu, disajikan
berikutini: ****
a. fasilitas PPh melalui pengurangan penghasilan neto;
b. pembebasan atau keringanan bea masuk impor barang modal yang belum

bisadiproduksi di dalam negeri;
c. pembebasan bea masuk bahan baku atau penolong untuk keperluan
produksitertentu;
d. pembebasan atau penangguhan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) atas
imporbarang modal;
e. penyusutan atau amortisasi yang dipercepat;
f. keringanan PBB.
Selain fasilitas tesrsebut di atas, Pemerintah juga memberikan
kemudahanpelayanan dan/atau perizinan kepada perusahaan penanaman modal
untukmemperoleh: ††††
a. hak atas tanah
b. fasilitas pelayanan keimigrasian, dan
c. fasilitas perizinan impor

****
††††

Ibid, Pasal 18 ayat (4).

Ibid, Pasal 21

91

Universitas Sumatera Utara

Fasilitas-fasilitas yang dimaksud di atas hanya diberikan terhadap
penanamanmodal asing yang berbentuk Perseroan Terbatas (PT).
4. Persyaratan Memperoleh Fasilitas
Adapun fasilitas yang dapat diperoleh oleh penanam modal asing
memiliki beberapa persyaratan, sebagaimana yang telah diatur didalam Pasal 18
ayat (3)Penanaman modal yang mendapat fasilitas sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) adalah yang sekurang-kurangnyamemenuhi salah satu kriteria berikut ini:
a. menyerap banyak tenaga kerja;
b. termasuk skala prioritas tinggi;
c. termasuk pembangunan infrastruktur;
d. melakukan alih teknologi;
e. melakukan industri pionir;
f. berada di daerah terpencil, daerah tertinggal, daerah perbatasan, atau daerah
lain yang dianggap perlu;
g. menjaga kelestarian lingkungan hidup;
h. melaksanakan kegiatan penelitian, pengembangan,dan inovasi;
i. bermitra dengan usaha mikro, kecil, menengah ataukoperasi; atau
j. industri yang menggunakan barang modal atau mesin atau peralatan yang
diproduksi di dalam negeri. ‡‡‡‡

B. Fasilitas Fiskal Dalam Kegiatan Penanaman Modal
1.

Fasilitas Pajak
‡‡‡‡

UU No 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal, Op.cit Pasal 18 ayat (3)

92

Universitas Sumatera Utara

Kegiatan penanaman modal merupakan kegiatan yang berorientasi untuk
mencari keuntungan (profit oriented). Oleh karena itu, pemberian insentif di
bidang perpajakan

akan sangat membantu menyehatkan cash flow dan

mengurangi secara substansial biaya produksi (production cost) yang pada
akhirnya akan mampu meningkatkan profit margin dari suatu kegiatan penanaman
modal. §§§§ Berkenaan dengan hal tersebut, Undang – undang Penanaman Modal
juga memuat ketentuan yang mengatur pemberian fasilitas fiskal yang berupa
insentif pajak.
Fasilitas perpajakan dalam UUPM diatur dalam ketentuan Pasal 18 ayat
(4), (5) dan (6). Adapun bentuk fasilitas perpajakan yang diberikan kepada
penanaman modal dapat berupa; *****
a. pajak penghasilan melalui pengurangan penghasilanneto sampai tingkat
tertentu

terhadap

jumlahpenanaman

modal

yang

dilakukan

dalam

waktutertentu;
b. pembebasan atau keringanan bea masuk atas impor barang modal, mesin, atau
peralatan untuk keperluanproduksi yang belum dapat diproduksi di
dalamnegeri;
c. pembebasan atau keringanan bea masuk bahan baku atau bahan penolong
untuk keperluan produksi untukjangka waktu tertentu dan persyaratan tertentu;

§§§§

Ida Bagus Rahmadi Supancana, Op.cit., hal 8. Dalam buku Ermanto Fahamsyah,
Hukum Penanaman Modal: Pengaturan, Pembatasan, Pengaruh Budaya Hukum dan Praktik
Penanaman Modal di Indonesia (Yogyakarta: LaksBang PresSindo, 2015), hal. 24.
*****
UU No 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal, Op.cit Pasal 18 ayat (4)

93

Universitas Sumatera Utara

d. pembebasan atau penangguhan Pajak Pertambahan Nilai atas impor barang
modal atau mesin atauperalatan untuk keperluan produksi yang belumdapat
diproduksi di dalam negeri selama jangka waktutertentu;
e. penyusutan atau amortisasi yang dipercepat; dan
f. keringanan Pajak Bumi dan Bangunan, khususnya untuk bidang usaha
tertentu, pada wilayah ataudaerah atau kawasan tertentu.
Bagi penanaman modal yang sedang berlangsung yang melakukan
penggantian mesin atau barang modallainnya, dapat diberikan fasilitas berupa
keringanan ataupembebasan bea masuk. ††††† Selanjutnya untuk penanaman modal
yang sedang berlangsung yangmelakukan penggantian mesin atau barang modal
lainnya, dapat diberikan fasilitas berupa keringanan ataupembebasan bea
masuk. ‡‡‡‡‡
Dilihat dari tataran normatif, berbagai fasilitas (fiskal) seperti yang
dijelaskan dalam ketentuan di atas cukup menarik. Untuk itu apabila dilihat dari
sisi ini, harapan masuknya investor tidaklah berlebihan.
2. Fasilitas Bea Masuk
Fasilitas secara umum berarti kemudahan, fasilitas pabean dan bea
masuk adalah kemudahan yang tersedia dalam sistem pabean (customs systems)
dan kemudahan yang tersedia dalam sistem perpajakan bea masuk dan bea
keluar. §§§§§

†††††

Ibid., ayat (5)
Ibid., ayat (6)
§§§§§
http://www.bppk.kemenkeu.go.id/publikasi/artikel/148-artikel-bea-dan-cukai/20143mengenal-fasilitas-pabean-dan-bea-masuk-fasilitas-prosedural-kepabeanan diakses pada tanggal
17 Mei 2017
‡‡‡‡‡

94

Universitas Sumatera Utara

Yang dimaksud dengan fasilitas yang tersedia dalam sistem perpajakan
bea masuk, bea keluar adalah fasilitas pembebasan yang diberikan pada subjek
dan objek perpajakan dalam rangka pembayaran bea masuk dan bea keluar. Ada
berbagai alasan pemberian pembebasan bea masuk dan/atau bea keluar seperti
karena perekonomian negara menghendaki demikian, karena sopan santun
internasional menghendaki demikian (international fatsoen), karena alasan hak
asasi manusia dan kepantasan/kemanusiaan dan karena alasan konvensi
internasional (international convention). ******
Fasilitas Pabean dan Fasilitas Perpajakan (bea masuk, bea keluar) walaupun
sama bermakna kemudahan akan tetapi alasan pemberian fasilitas berbeda, ada jenis
fasilitas pabean diberikan dalam rangka mendukung efisiensi sistem rantai distribusi
barang melalui laut dan atau udara dari suatu negara kepulauan seperti Indonesia
(archipelagic state), sementara itu ada fasilitas perpajakan diberikan karena berbagai
alasan hukum yang mendasarinya, yang apabila alasan hukum dimaksud tersedia maka
atas barang – barang impor atau ekspor berhak memperoleh pembebasan bea masuk atau
pengembalian bea masuk (drawback systems). Dengan demikian desain sistem pemberian
fasilitas dan implementasinya / pengawasannya berbeda sesuai alasan pemberian fasilitas
kepabeanan dan pemberian fasilitas perpajakan / bea masuk. ††††††

Fasilitas bea masuk juga diatur di dalam UUPM dalam ketentuan Pasal
18 ayat (4), (5) dan (6), adapun pada ayat (7) berupa perintah pembuatan
peraturan lebih lanjut tentang pemberian fasilitas fiskal oleh Peraturan Menteri
Keuangan.

******

Ibid.,
Ibid.,

††††††

95

Universitas Sumatera Utara

Dalam Peraturan Menteri Keuangan (PMK) itu disebutkan, pembebasan
bea masuk dapat diberikan terhadap mesin, barang dan bahan yang berasal dari
Kawasan Pelabuhan Bebas dan Perdagangan Bebas, Kawasan Ekonomi Khusus,
atau Tempat Penimbunan Berikat. “Pembebasan bea masuk atas impor mesin
untuk pembangunan industri sebagaimana dimaksud , diberikan untuk jangka
waktu pengimporan selama 2 (dua) tahun terhitung sejak berlakunya keputusan
pembebasah bea masuk,” bunyi Pasal 3 ayat (1) PMK tersebut. ‡‡‡‡‡‡
Adapun jangka waktu pengimporan, dapat diperpanjang sesuai dengan
jangka waktu pembangunan industri tersebut sebagaimana tercantum dalam surat
persetujuan penanaman modal. Sementara perusahaan yang telah menyelesaikan
pembangunan industri serta siap produksi, kecuali bagi industri yang
menghasilkan jasa, dapat diberikan pembebasan bea masuk atas impor barang dan
bahan untuk keperluan produksi paling lama 2 (dua) tahun, sesuai kapasitas
terpasang dengan jangka waktu pengimporan selama 2 (dua) tahun terhitung sejak
berlakunya keputusan pembebasan bea masuk. Sedangkan bagi perusahaan yang
telah memperoleh fasilitas pembebasan bea masuk tetapi belum merealisasikan
seluruh importasi barang dan bahan dalam jangka waktu 2 (dua) tahun, menurut
PMK ini, dapat diberikan perpanjangan waktu importasi selama 1 (satu) tahun
terhitung sejak tanggal berakhirnya fasilitas pembebasan bea masuk. §§§§§§

‡‡‡‡‡‡

Peraturan Menteri Keuangan Nomor: 188/PMK.010/2015 tentang Perubahan Kedua
Atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 176/PMK.011/2009 tentang Pembebasan Bea Masuk
atas Impor Mesin serta Barang dan Bahan untuk Pembangunan atau Pengembangan Industri dalam
Rangka Penanaman Modal, Pasal 3 ayat (1).
§§§§§§
http://setkab.go.id/pemerintah-bebaskan-bea-masuk-impor-mesinbarangbahanuntuk-pengembangan-industri/ diakses pada tanggal 30 Mei 2017

96

Universitas Sumatera Utara

PMK ini juga menegaskan, pembebasan bea masuk atas impor mesin
dalam rangka pengembangan industri, diberikan untuk jangka waktu pengimporan
selama 2 (dua) tahun terhitung sejak berlakunya keputusan pembebasan bea
masuk. *******
Sementara bagi perusahaan yang telah menyelesaikan pengembangan
industri, kecuali bagi industri yang menghasilkan jasa, sepanjang menambah
kapasitas paling sedikit 30% dari kapasitas terpasang, dapat diberikan
pembebasan bea masuk atas barang dan bahan untuk keperluan tambahan
produksi paling lama 2 (dua) tahun; untuk jangka waktu pengimporan selama 2
(dua) tahun sejak berlakunya keputusan pembebasan bea masuk. †††††††
Pasal 5B PMK ini menyebutkan, perusahaan yang rnelakukan
pembangunan,

kecuali

bagi

industri

yang

menghasilkan

jasa,

dengan

menggunakan mesin produksi asal impor yang dibeli di dalam negeri, dapat
diberikan pembebasan bea masuk atas impor barang dan bahan untuk keperluan
produksi selama 2 (dua) tahun sesuai kapasitas terpasang, dengan jangka waktu
pengimporan selama 2 (dua) tahun terhitung sejak tanggal berlakunya keputusan
pembebasan bea masuk. ‡‡‡‡‡‡‡
Adapun bagi perusahaan yang melakukan pengembangan, kecuali bagi
industri yang menghasilkan jasa, dengan menggunakan mesin produksi asal impor
yang dibeli di dalam negeri, sepanjang menambah kapasitas paling sedikit 30%,
dapat diberikan pembebasan bea masuk atas impor barang dan bahan untuk
keperluan tambahan produksi selama 2 (dua) tahun sesuai kapasitas terpasang,
*******

Ibid.,
Ibid.,
‡‡‡‡‡‡‡
Ibid.,
†††††††

97

Universitas Sumatera Utara

dengan jangka waktu pengimporan selama 2 (dua) tahun terhitung sejak
berlakunya keputusan pembebasan bea masuk. §§§§§§§
3. Fasilitas Lainnya
Indonesia merupakan negara yang memiliki kekayaan sumber daya alam dan
budaya yang besar yang memberikan modal besar bagi dalam sektor pariwisata.
Pariwisata sendiri merupakan salah satu sektor yang menjadi motor penggerak

dalampertumbuhan ekonomi negara. Dengan potensi wisata alam dan budaya
yang begitu besar, pariwisata Indonesia menjadi salah satu penyumbang devisa yang
besar bagi perekonomian Indonesia. ********

Adapun fasilitas lainnya yang merupakan pemberian insentif bagi
penanam modal yaitu adanya pemberian tax allowance (pengurangan pajak) atau
pajak penghasilan invesment allowances and tax creditspada umumnya
diterapkan pada investasi baru yang dibuat. Investment allowances and
taxcredits adalah bentuk insentif pajak yang didasarkan pada besarnya
investasi.Tax allowanceberarti mengurangi penghasilan kena pajak perusahaan.
Sedangkan tax credit secara langsung mengurangi jumlah pajak yang harus
dibayar. ††††††††
Di Indonesia, dasar hukum tax allowance atau pengurangan pajak ini
diatur dalam Pasal 31A Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak

§§§§§§§

Ibid.,
http://www.bkpm.go.id/id/peluang-investasi/peluang-berdasarkan-sektor/pariwisata
diakses pada tanggal 1 Juni 2017
††††††††
http://www.academia.edu/19538191/INSENTIF_PAJAK_TAX_ALLOWANCE_
DAN_TAX_HOLIDAY diakses pada tanggal 1 Juni 2017
********

98

Universitas Sumatera Utara

Penghasilan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan UndangUndang Nomor 36 Tahun 2008 (UU PPh). ‡‡‡‡‡‡‡‡
Adapun landasan hukum teknis pemberian tax allowance diatur dalam
Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 2016 tentang Perubahan Peraturan
Pemerintah Nomor 18 Tahun 2015 tentang Fasilitas Pajak Penghasilan untuk
Kegiatan Penanaman Modal di Sektor Usaha Tertentu dan Wilayah Tertentu (PP
9/2016). §§§§§§§§
Lebih lanjut, pemberian tax allowance juga diatur dalam Peraturan
Menteri Keuangan No.89/PMK.010/2015 tentang Tata Cara Pemberian Fasilitas
Pajak Penghasilan Untuk Penanaman Modal di Bidang-bidang Usaha Tertentu
dan/atau di Daerah-daerah Tertentu serta Pengalihan Aktiva dan Sanksi Bagi
Wajib

Pajak

Badan

Dalam

Negeri

yang

Diberikan

Fasilitas

Pajak

Penghasilan. *********
Secara singkat, dalam aturan tersebut, fasilitas tax allowance terkait
pajak penghasilan (PPh) yang diberikan adalah sebagai berikut:

a) pengurangan penghasilan neto paling tinggi 30% dari jumlah investasi yang
dibebankan selama 6 tahun (masing-masing sebesar 5% per tahun);
b) penyusutan dan amortisasi yang dipercepat, pengenaan PPh 26 atas dividen
yang dibayarkan kepada subjek pajak luar negeri sebesar 10%;

‡‡‡‡‡‡‡‡

http://news.ddtc.co.id/artikel/8866/kamus-pajak-memahami-pengertian-taxallowance/ diakses pada tanggal 1 Juni 2017
§§§§§§§§
Ibid.,
*********
Ibid.,

99

Universitas Sumatera Utara

c) kompensasi kerugian yang lebih lama dari 5 tahun tetapi tidak lebih dari 10
tahun;
d) pengenaan PPh atau dividen sebesar 10% atau tarif menurut perjanjian
perpajakan yang berlaku. †††††††††

Adapun detail mengenai kriteria dan jenis industri apa saja yang
mendapatkan keringan pajak atau tax allowance dapat dilihat dalam PP No.
18/2015 sebagaimana telah diubah dengan PP No. 9/2016. ‡‡‡‡‡‡‡‡‡

C. Fasilitas Non Fiskal dalam Kegiatan Penanaman Modal
1. Fasilitas Perizinan
Penanaman modal asing dan penanaman modal yang menggunakan
modal asing sampai saat ini kewenangan perizinannya masih berada di pundak
pemerintah (pusat). Hal tersebut meliputi penanaman modal asing yang dilakukan
oleh pemerintah negara lain. Juga termasuk penanaman modal asing yang
dilakukan oleh warga negara asing atau badan usaha asing. Termasuk pula
penanaman modal yang menggunakan modal asing yang berasal dari pemerintah
negara lain. Keterlibatan pemerintah dalam kewenangan perizinan tersebut bisa
karena aliran modal yang masuk adalah akibat perjanjian yang dibuat oleh
pemerintah dan pemerintah negara lain.Legalitas badan usaha PMA hanya bisa
berbentuk perseroan terbatas (PT) yang berlokasi di Indonesia. Berbeda dengan
PMDN yang badan usahanya boleh tidak berbadan hukum atau usaha
perseorangan, maupun berbadan hukum berdasarkan hukum yang berlaku. Jika
†††††††††

Ibid.,
Ibid.,

‡‡‡‡‡‡‡‡‡

100

Universitas Sumatera Utara

sudah memenuhi persyaratan di atas, investor akan memperoleh layanan berupa
pelayanan perizinan. §§§§§§§§§
Pelayanan perizinan atau fasilitas perizinan diatur juga di dalam
Peraturan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Nomor 15 Tahun 2015
(Perka BKPM 15/2015), adapun bunyi Pasal 1 angka 10 dari Perka BKPM
tersebut “Perizinan adalah segala bentuk persetujuan untuk melakukan
Penanaman Modal yang dikeluarkan oleh Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah,
Badan Pengusahaan Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas, dan
Administrator Kawasan Ekonomi Khusus, yang memiliki kewenangan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.” **********
Ruang lingkup layanan yang diatur dalam Peraturan Kepala ini terdiri
atas:
a. layanan Perizinan; dan
b. layanan Nonperizinan. ††††††††††

Jenis Perizinan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (1) huruf a,
terdiri atas:
a. Izin Usaha untuk berbagai sektor usaha;
b. Izin Usaha Perluasan untuk berbagai sektor usaha;

§§§§§§§§§

http://dpmpptsp.sumutprov.go.id/penanamanmodal/websitebaru/content/2014/9/se
kilas+tentang+perizinan+penanaman+modal.html diakses pada tanggal 1 juni 2017
**********
Peraturan Kepala Badan Koordinasi penanaman Modal Republik Indonesia
Nomor 15 Tahun 2015, Pasal 1 angka 10.
††††††††††
Ibid., Pasal 10 ayat (1)

101

Universitas Sumatera Utara

c. Izin Usaha Penggabungan Perusahaan Penanaman Modal untuk berbagai
sektor usaha;
d. Izin Usaha Perubahan untuk berbagai sektor usaha;
e. Izin Kantor Perwakilan; dan
f. Izin operasional berbagai sektor usaha. ‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡
2.

Fasilitas Keimigrasian
Fasilitas ini diberikan kepada penanam modal yang ketentuannya diatur

di dalam UUPM Pasal 23 ayat (1) sampai ayat (4), Kemudahan pelayanan
dan/atau perizinan atas fasilitas keimigrasian sebagaimana dimaksud dalam Pasal
21 huruf b dapat diberikan untuk:
c. penanaman

modal

yang

membutuhkan

tenaga

kerja

asing

dalam

merealisasikan penanaman modal;
d. penanaman modal yang membutuhkan tenaga kerja asing yang bersifat
sementara dalam rangka perbaikan mesin, alat bantu produksi lainnya, dan
pelayanan purnajual; dan
e. calon penanam modal yang akan melakukan penjajakan penanaman
modal. §§§§§§§§§§
Kemudahan pelayanan dan/atau perizinan atas fasilitas keimigrasian
yang diberikan kepada penanaman modal sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡

Ibid., Pasal 11 ayat (1)
UU No 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal, op.cit Pasal 23 ayat (1)

§§§§§§§§§§

102

Universitas Sumatera Utara

huruf a dan huruf b diberikan setelah penanam modal mendapat rekomendasi dari
Badan Koordinasi Penanaman Modal. ***********
Untuk penanam modal asing diberikan fasilitas, yaitu:
a. pemberian izin tinggal terbatas bagi penanam modalasing selama 2 (dua)
tahun;
b. pemberian alih status izin tinggal terbatas bagi penanam modal menjadi izin
tinggal tetap dapatdilakukan setelah tinggal di Indonesia selama 2 (dua)tahun
berturut-turut;
c. pemberian izin masuk kembali untuk beberapa kali perjalanan bagi pemegang
izin tinggal terbatas dandengan masa berlaku 1 (satu) tahun diberikan
untukjangka waktu paling lama 12 (dua belas) bulanterhitung sejak izin
tinggal terbatas diberikan;
d. pemberian izin masuk kembali untuk beberapa kaliperjalanan bagi pemegang
izin tinggal terbatas dandengan masa berlaku 2 (dua) tahun diberikan
untukjangka waktu paling lama 24 (dua puluh empat) bulan terhitung sejak
izin tinggal terbatas diberikan; dan
e. pemberian izin masuk kembali untuk beberapa kaliperjalanan bagi pemegang
izin tinggal tetap diberikanuntuk jangka waktu paling lama 24 (dua puluh
empat)bulan terhitung sejak izin tinggal tetap diberikan. †††††††††††
Pemberian izin tinggal terbatas bagi penanam modal asing sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) huruf a dan huruf b dilakukan oleh Direktorat Jenderal

***********

Ibid., ayat (2)

†††††††††††

Ibid., ayat (3)

103

Universitas Sumatera Utara

Imigrasi

atas

dasar

rekomendasi

dari

Badan

Koordinasi

Penanaman

Modal. ‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡
3. Fasilitas Hak Atas Tanah
Kemudahan pelayanan dan/atau perizinan hak atas tanah sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 21 huruf adapat diberikan dan diperpanjang di muka
sekaligus dandapat diperbarui kembali atas permohonan penanammodal, berupa:
a. Hak Guna Usaha dapat diberikan dengan jumlah 95 (sembilan puluh lima)
tahun dengan cara dapatdiberikan dan diperpanjang di muka sekaligus selama
60 (enam puluh) tahun dan dapat diperbarui selama35 (tiga puluh lima) tahun;
b. Hak Guna Bangunan dapat diberikan dengan jumlah 80 (delapan puluh) tahun
dengan cara dapat diberikandan diperpanjang di muka sekaligus selama 50
(limapuluh) tahun dan dapat diperbarui selama 30 (tigapuluh) tahun; dan
c. Hak Pakai dapat diberikan dengan jumlah 70 (tujuh puluh) tahun dengan cara
dapat diberikan dandiperpanjang di muka sekaligus selama 45 (empat puluh
lima) tahun dan dapat diperbarui selama 25(dua puluh lima) tahun.§§§§§§§§§§§
Namun ketentuan ini telah dibatalkan melalui putusan Mahkamah Konstitusi
No. 21 – 22/PUU-V/2007 dan telah dikembalikan lagi pengaturannya ke
Undang- undang Pokok Agraria.
Hak atas tanah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat diberikan dan
diperpanjang di muka sekaligusuntuk kegiatan penanaman modal, dengan
persyaratanantara lain:

‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡

Ibid., ayat (4)
Ibid., Pasal 22 ayat (1)

§§§§§§§§§§§

104

Universitas Sumatera Utara

a. penanaman modal yang dilakukan dalam jangka panjang dan terkait dengan
perubahan strukturperekenomian Indonesia yang lebih berdaya saing;
b. penanaman modal dengan tingkat risiko penanaman modal yang memerlukan
pengembalian

modal

dalamjangka

panjang

sesuai

dengan

jenis

kegiatanpenanaman modal yang dilakukan;
c. penanaman modal yang tidak memerlukan area yangluas;
d. penanaman modal dengan menggunakan hak atastanah negara; dan
e. penanaman modal yang tidak mengganggu rasa keadilan masyarakat dan tidak
merugikankepentingan umum. ************
Hak atas tanah dapat diperbarui setelah dilakukan evaluasi bahwa
tanahnya masih digunakan dandiusahakan dengan baik sesuai dengan keadaan,
sifat,dan tujuan pemberian hak. ††††††††††††
Pemberian dan perpanjangan hak atas tanah yang diberikan sekaligus di
muka dan yang dapat diperbaruisebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2)
dapatdihentikan atau dibatalkan oleh Pemerintah jika perusahaan penanaman
modal menelantarkan tanah,merugikan kepentingan umum, menggunakan
ataumemanfaatkan tanah tidak sesuai dengan maksud dantujuan pemberian hak
atas tanahnya, serta melanggarketentuan peraturan perundang-undangan di
bidangpertanahan. ‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡

************

Ibid., ayat (2)
Ibid., ayat (3)
‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡
Ibid., ayat (4)

††††††††††††

105

Universitas Sumatera Utara

4. Fasilitas Hak Transfer
Hak transfer diatur didalam Pasal 8 ayat (3) UUPM, dimana Penanam
modal diberi hak untuk melakukan transferdan repatriasi dalam valuta asing,
antara lain terhadap:
a. modal;
b. keuntungan, bunga bank, deviden, dan pendapatanlain;
c. dana yang diperlukan untuk:
1. pembelian bahan baku dan penolong, barangsetengah jadi, atau barang jadi;
atau
2. penggantian barang modal dalam rangka melindungi kelangsungan hidup
penanaman modal;
d. tambahan dana yang diperlukan bagi pembiayaanpenanaman modal;
e. dana untuk pembayaran kembali pinjaman;
f. royalti atau biaya yang harus dibayar;
g. pendapatan dari perseorangan warga negara asing yang bekerja dalam
perusahaan penanaman modal;
h. hasil penjualan atau likuidasi penanaman modal;
i. kompensasi atas kerugian;
j. kompensasi atas pengambilalihan;
k. pembayaran yang dilakukan dalam rangka bantuan teknis, biaya yang harus
dibayar untuk jasa teknikdan manajemen, pembayaran yang dilakukan
dibawah kontrak proyek, dan pembayaran hak ataskekayaan intelektual; dan

106

Universitas Sumatera Utara

l. hasil penjualan aset sebagaimana dimaksud pada ayat(1). §§§§§§§§§§§§
Hak untuk melakukan transfer dan repatriasisebagaimana dimaksud
diatas dilakukan sesuaidengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Ketentuan

sebagaimana

dimaksud

pada

ayat

(1)

UUPM

tidakmengurangi:
a. kewenangan

Pemerintah

untuk

memberlakukan

ketentuan

peraturan

perundang undangan yangmewajibkan pelaporan pelaksanaan transfer dana;
b. hak Pemerintah untuk mendapatkan pajakdan/atau royalti dan/atau pendapatan
Pemerintahlainnya dari penanaman modal sesuai denganketentuan peraturan
perundang-undangan;
c. pelaksanaan hukum yang melindungi hak kreditor;dan
d. pelaksanaan hukum untuk menghindari kerugiannegara.

§§§§§§§§§§§§

Republik Indonesia, Undang – undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang
Penanaman Modal, Op.cit. Pasal 8 ayat(3)

107

Universitas Sumatera Utara

BAB IV

PEMBERIAN FASILITAS PENANAMAN MODAL SEKTOR
PARIWISATA
A. Bentuk-bentuk Fasilitas Penanaman Modal Sektor Pariwisata
Adapun bentuk fasilitas penanaman modal sektor pariwisata yaitu dalam
bentuk Fasilitas Investasi / Insentif :

1. Tax allowance

Tax allowance (pengurangan pajak) atau pajak penghasilan investment
allowances and tax credits pada umumnya diterapkan pada investasiyang baru
dibuat untuk pengembangan Kawasan Pariwisata (KBLI 68120) tersedia tanpa
syarat. Investment allowances and tax credits adalah bentuk insentif pajak yang
didasarkan pada besarnya investasi. Tax allowance berarti mengurangi
penghasilan kena pajak perusahaan. Sedangkan tax credit secara langsung
mengurangi jumlah pajak yang harus dibayar. *************

Di Indonesia, dasar hukum tax allowance atau pengurangan pajak ini
diatur dalam Pasal 31A Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak
Penghasilan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan UndangUndang Nomor 36 Tahun 2008 (UU PPh). †††††††††††††
Adapun landasan hukum teknis pemberian tax allowance diatur dalam
Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 2016 tentang Perubahan Peraturan
*************

http://www.academia.edu/19538191/INSENTIF_PAJAK_TAX_ALLOWANC
E_DAN_TAX_HOLIDAY diakses pada tanggal 18 Juli 2017
†††††††††††††
http://news.ddtc.co.id/artikel/8866/kamus-pajak-memahami-pengertian-taxallowance/ diakses pada tanggal 18 Juli 2017

108

Universitas Sumatera Utara

Pemerintah Nomor 18 Tahun 2015 tentang Fasilitas Pajak Penghasilan untuk
Kegiatan Penanaman Modal di Sektor Usaha Tertentu dan Wilayah Tertentu (PP
9/2016). ‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡
Lebih lanjut, pemberian tax allowance juga diatur dalam Peraturan
Menteri Keuangan No.89/PMK.010/2015 tentang Tata Cara Pemberian Fasilitas
Pajak Penghasilan Untuk Penanaman Modal di Bidang-bidang Usaha Tertentu
dan/atau di Daerah-daerah Tertentu serta Pengalihan Aktiva dan Sanksi Bagi
Wajib

Pajak

Badan

Dalam

Negeri

yang

Diberikan

Fasilitas

Pajak

Penghasilan. §§§§§§§§§§§§§
Secara singkat, dalam aturan tersebut, fasilitas tax allowance terkait
pajak penghasilan (PPh) yang diberikan adalah sebagai berikut:

a) pengurangan penghasilan neto paling tinggi 30% dari jumlah investasi yang
dibebankan selama 6 tahun (masing-masing sebesar 5% per tahun);
b) penyusutan dan amortisasi yang dipercepat, pengenaan PPh 26 atas dividen
yang dibayarkan kepada subjek pajak luar negeri sebesar 10%;
c) kompensasi kerugian yang lebih lama dari 5 tahun tetapi tidak lebih dari 10
tahun;
d) pengenaan PPh atau dividen sebesar 10% atau tarif menurut perjanjian
perpajakan yang berlaku. **************

‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡

Ibid.,
Ibid.,
**************
Ibid.,
§§§§§§§§§§§§§

109

Universitas Sumatera Utara

Mengenai kriteria penanaman modal yang mendapatkan fasilitas tax
allowance, yaitu:

a) memiliki nilai investasi yang tinggi atau untuk ekspor;
b) memiliki penyerapan tenaga kerja yang besar; atau
c) memiliki kandungan lokal yang tinggi. ††††††††††††††

Jenis usaha yang mendapatkan fasilitas ini, yaitu berbagai jenis usaha
yang termasuk dalam 66 bidang usaha tertentu atau dalam 77 bidang usaha
tertentu dan daerah tertentu dengan syarat dan ketentuan yang berlaku. Dimana
syarat pemberian fasilitas ini yaitu, telah merealisasikan seluruh penanaman
modalnya dan telah berproduksi secara komersil. ‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡

Pemberian insentif pajak berupa tax allowance terus mengalami
perubahan dan seiring dengan bertambahnya kebutuhan akan investasi itu sendiri
dan untuk mengamankan penerimaan negara. Dapat dilihat dari semakin
dipermudahnya persyaratan untuk mendapatkan fasilitas tax allowance,
sebelumnya dalam PP Nomor 1 Tahun 2007 jo PP Nomor 52 Tahun 2011
menyebutkan minimal batasan investasi yang wajib ditanamkan minimal 50
Milyar sesuai dengan bidang usaha dan daerah tepat penanaman modal yang
diatur dalam lampiran Peraturan Pemerintah tersebut. Namun sejak terbitnya PP
Nomor 18 Tahun 2015 pemerintah tidak membatasi jumlah penanaman modal
namun memberikan kriteria penanaman modal, lebih besar jumlah investasi maka
††††††††††††††

Arie
Widodo
dan
Mona
Srirahayu
Putri,
dalam
http://www.ortax.org/ortax/?mod=issue&page=show&id=69 diakses pada tanggal 18 Juli 2017
‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡
Ibid.,

110

Universitas Sumatera Utara

besar pula taxallowancenya, lebih banyak memperkerjakan tenaga kerja, lebih
banyak perusahaan itu melakukan komponen dalam negeri, serta komponen
ekspor. §§§§§§§§§§§§§§

2. Fasilitas Bea Masuk

Fasilitas bea masuk mengacu pada Peraturan Menteri Keuangan Nomor
176/PMK.011/2009. Fasilitas ini memberikan pembebasan bea masuk atas impor
mesin, barang dan bahan untuk industri yang menghasilkan jasa layanan seperti,
Pariwisata dan Budaya, Transportasi / Komunikasi Jasa Angkutan Umum,
Pelayanan

Kesehatan

Masyarakat,

Pertambangan,

Konstruksi,

Industri

Telekomunikasi, dan Pelabuhan.

3. Value added tax

Value added tax (pajak pertambahan nilai) merupakan pajak yang
dkenakan terhadap pertambahan nilai yang timbul akibat dipakainya faktor –
faktor produksi di setiap jalur perusahaan dalam menyiapkan, menghasilkan,
menyalurkan dan memperdagangkan barang atau pemberian pelayanan jasa
kepada para konsumen. ***************

Pajak pertambahan nilai juga merupakan pajak tidak langsung, artinya
harus dicari tahu dahulu objek pajaknya dan kemudian baru dilihat subjek

§§§§§§§§§§§§§§

Ibid.,
Muhammad Rusjdi, Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan Atas
Barang Mewah, (Jakarta: P.T Indeks, 2004) Hal. 10. Dalam skripsi Indra Gunawan Silalahi,
Kajian Pajak Pertambahan Nilai Kaitannya Dengan Perusahaan Penanaman Modal Asing di
Indonesia, Universitas Sumatera Utara (Medan: 2005), Hal. 15
***************

111

Universitas Sumatera Utara

pajaknya atau pajak yang pengenaannya didasarkan pada objek pajak, baik objek
pajak berupa benda ataupun objek pajak lainnya. Pajak pertambahan nilai juga
merupakan pajak tidak langsung, artinya PPN dapat dilimpahkan atau digeser
kepada orang lain. †††††††††††††††

Mengacu pada Peraturan Pemerintah Nomor 81 Tahun 2015 Tentang
Impor dan/atau Penyerahan Barang Kena Pajak Tertentu Yang Bersifat Strategis
Yang Dibebaskan Dari Pengenaan PPN, Pasal 1 ayat(1) Barang Kena Pajak
tertentu yang bersifat strategis yang atas impornya dibebaskan dari pengenaan
PajakPertambahan Nilai meliputi:

a. mesin dan peralatan pabrik yang merupakan satu kesatuan, baik dalam
keadaan terpasangmaupun terlepas, yang digunakan secara langsung dalam
proses menghasilkan Barang KenaPajak oleh Pengusaha Kena Pajak yang
menghasilkan Barang Kena Pajak tersebut, tidak termasuksuku cadang;
b. barang yang dihasilkan dari kegiatan usaha di bidang kelautan dan perikanan,
baik penangkapanmaupun budidaya, sebagaimana ditetapkan dalam Lampiran
Peraturan Pemerintah ini yangmerupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
Peraturan Pemerintah ini;
c. jangat dan kulit mentah yang tidak disamak;

†††††††††††††††

Edrick Kurniadi, Indonesia Tax Review, Pajak Sebagai Pengukur Kinerja,
(Jakarta: Edisi 16, 2004), Hal. 10. Dalam skripsi Indra Gunawan Silalahi, Kajian Pajak
Pertambahan Nilai Kaitannya Dengan Perusahaan Penanaman Modal Asing di Indonesia,
Universitas Sumatera Utara (Medan: 2005), Hal. 16

112

Universitas Sumatera Utara

d. ternak yang kriteria dan/atau rinciannya diatur dengan Peraturan Menteri
Keuangan

setelahmendapat

pertimbangan

dari

Menteri

yang

menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidangpertanian;
e. bibit dan/atau benih dari barang pertanian, perkebunan, kehutanan,
peternakan, atau perikanan;
f. pakan ternak tidak termasuk pakan hewan kesayangan;
g. pakan ikan;
h. bahan pakan untuk pembuatan pakan ternak dan pakan ikan, tidak termasuk
imbuhan pakan danpelengkap pakan, yang kriteria dan/atau rincian bahan
pakan

diatur

dengan

Peraturan

MenteriKeuangan

setelah

mendapat

pertimbangan dari Menteri yang menyelenggarakan urusanpemerintahan di
bidang kelautan dan perikanan dan Menteri yang menyelenggarakan
urusanpemerintahan di bidang pertanian; dan
i. bahan baku kerajinan perak dalam bentuk perak butiran dan/atau dalam bentuk
perak batangan. ‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡
Kemudian Pasal 1 ayat (2) Barang Kena Pajak tertentu yang bersifat
strategis yang atas penyerahannya dibebaskan dari pengenaanPajak Pertambahan
Nilai meliputi:
a. mesin dan peralatan pabrik yang merupakan satu kesatuan, baik dalam
keadaan terpasangmaupun terlepas, yang digunakan secara langsung dalam
proses menghasilkan Barang KenaPajak oleh Pengusaha Kena Pajak yang
menghasilkan Barang Kena Pajak tersebut, tidak termasuksuku cadang;
‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡

Peraturan Pemerintah Nomor 81 Tahun 2015 Tentang Impor dan/atau
Penyerahan Barang Kena Pajak Tertentu Yang Bersifat Strategis Yang Dibebaskan Dari
Pengenaan Pajak Pertambahan Nilai, Pasal 1 ayat (1)

113

Universitas Sumatera Utara

b. barang yang dihasilkan dari kegiatan usaha di bidang kelautan dan perikanan,
baik penangkapanmaupun budidaya, sebagaimana ditetapkan dalam Lampiran
Peraturan Pemerintah ini yangmerupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
Peraturan Pemerintah ini;
c. jangat dan kulit mentah yang tidak disamak;
d. ternak yang kriteria dan/atau rinciannya diatur dengan Peraturan Menteri
Keuangan

setelahmendapat

pertimbangan

dari

Menteri

yang

menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidangpertanian;
e. bibit dan/atau benih dari barang pertanian, perkebunan, kehutanan,
peternakan, atau perikanan;
f. pakan ternak tidak termasuk pakan hewan kesayangan;
g. pakan ikan;
h. bahan pakan untuk pembuatan pakan ternak dan pakan ikan, tidak termasuk
imbuhan pakan danpelengkap pakan, yang kriteria dan/atau rincian bahan
pakan

diatur

dengan

Peraturan

MenteriKeuangan

setelah

mendapat

pertimbangan dari Menteri yang menyelenggarakan urusanpemerintahan di
bidang kelautan dan perikanan dan Menteri yang menyelenggarakan
urusanpemerintahan di bidang pertanian;
i. bahan baku kerajinan perak dalam bentuk perak butiran dan/atau dalam bentuk
perak batangan;dan
j. unit hunian Rumah Susun Sederhana Milik yang perolehannya dibiayai
melalui kredit ataupembiayaan kepemilikan rumah bersubsidi yang memenuhi
ketentuan sebagai berikut:

114

Universitas Sumatera Utara

1. luas untuk setiap hunian paling sedikit 21 m² (dua puluh satu meter persegi)
dan tidakmelebihi 36 m² (tiga puluh enam meter persegi);
2. pembangunannya

mengacu

kepada

Peraturan

Menteri

yang

menyelenggarakan urusanpemerintahan di bidang pekerjaan umum dan
perumahan rakyat;
3. merupakan unit hunian pertama yang dimiliki, digunakan sendiri sebagai
tempat tinggal dantidak dipindahtangankan dalam jangka waktu sesuai
dengan ketentuan peraturan perundangundangandi bidang rumah susun; dan
4. batasan terkait harga jual unit hunian Rumah Susun Sederhana Milik dan
penghasilan bagiorang pribadi yang memperoleh unit hunian Rumah Susun
Sederhana Milik ditetapkan olehMenteri Keuangan setelah mendapat
pertimbangan dari Menteri yang menyelenggarakanurusan pemerintahan di
bidang pekerjaan umum dan perumahan rakyat.
k. listrik, kecuali untuk rumah dengan daya di atas 6.600 (enam ribu enam ratus)
Voltase Amper. §§§§§§§§§§§§§§§

Berdasarkan Pasal 6 ayat (1) dan (2) UUPM, penanaman modal sektor
pariwisata juga berhak mendapatkan perlakuan yang sama, maka dari itu penanam
modal sektor pariwisata juga mendapatkan fasilitas yang tertera di dalam Pasal 18
UUPM terkecuali fasilitas hak atas tanah yang pengaturannya dikembalikan ke
UUPA.

§§§§§§§§§§§§§§§

Ibid., ayat (2)

115

Universitas Sumatera Utara

B. Syarat-syarat

Mendapatkan

Fasilitas

Penanaman

Modal

Sektor

Pariwisata
Didalam undang – undang penanaman modal telah diatur tentang
fasilitas atau kemudahan yang diberikan bagi investor yang mau menanamkan
modalnya di Indonesia, yang mana meliputi :
1. Fasilitas Pajak
2. Fasilitas Bea Masuk
3. Fasilitas lainnya
4. Fasilitas Perizinan
5. Fasilitas Keimigrasian
6. Fasilitas Hak Atas Tanah
7. Fasilitas Hak Transfer
1) Fasilitas Pajak
Adapun persyaratan lainnya bagi penanaman modal yang mendapat
fasilitas perpajakan adalah yang sekurang – kurangnya memenuhi sala satu
criteria berikut ini: ****************
a) Menyerap banyak tenaga kerja
b) Termasuk skala prioritas tinggi
c) Termasuk pembangunan infrastruktur
d) Melakukan alih teknologi
****************

Ermanto Fahamsyah, Hukum Penanaman Modal: Pengaturan, Pembatasan,
Pengaruh Budaya Hukum dan Praktik Penanaman Modal di Indonesia (Yogyakarta: LaksBang
PresSindo, 2015), hal. 26

116

Universitas Sumatera Utara

e) Melakukan industri pionir
f) Berada di daerah terpencil, daerah tertinggal, daerah perbatasan, atau
daerah lain yang dianggap perlu.
g) Menjaga kelestarian lingkungan hidup
h) Melaksanakan kegiatan penelitian, pengembangan, dan inovasi
i) Bermitra dengan usaha mikro, kecil, menengah atau koperasi atau
j) Industri yang menggunakan barang modal atau mesin atau peralatan
yang di produksi di dalam negeri.
Selanjutnya UUPM juga menentukan, fasilitas perpajakan diberikan
berdasarkan kebijakan industri nasional yang ditetapkan oleh Pemerintah dan
tidak berlaku bagi penanaman modal asing yang tidak berbentuk perseroan
terbatas. ††††††††††††††††
2) Fasilitas bea masuk
Fasilitas pelayanan di bidang kepabeanan merupakan kemudahan yang
diberikan pemerintah dengan tujuan untuk memperlancar arus barang, maupun
dokumen. Fasilitas ini terintegrasi dalam tata laksana kepabeanan impor maupun
ekspor, berupa fasilitas pembebasan bea masuk, keringanan bea masuk dan
penangguhan bea masuk. Pemberian fasilitas ini diberikan oleh Kepala Kantor
Pabean tempat pemasukan barang ke dalam daerah Pabean. Sedangkan fasilitas
fiskal di bidang kepabeanan merupakan kemudahan yang diberikan oleh
pemerintah di bidang kepabeanan berupa pembebasan, keringanan maupun

††††††††††††††††

Indonesia (b), Op.cit. Pasal 19 dan 20

117

Universitas Sumatera Utara

penangguhan bea masuk. Fasilitas fiskal di bidang kepabeanan ini diatur dalam
Undang-undang Kepabeanan. ‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡

Adapun fasilitas bea masuk diberikan kepada Industri Sektor Tertentu
dengan kriteria penilaian:

a) Memenuhi

penyediaan

barang/jasa

untuk

kepentingan

umum,

dikonsumsi masyarakat luas, melindungi kepentingan konsumen.
b) Meningkatkan daya saing.
c) Meningkatkan penyerapan tenaga kerja.
d) Meningkatkan pendapatan negara.

3) Fasilitas perizinan
Untuk mendapatkan fasilitas perizinan, penanam modal tidak harus
memenuhi persyaratan tertentu karena Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo
telah meresmikan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) Pusat di kantor Badan
Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Pusat. Dimana PTSP adalah kegiatan
penyelenggaraan suatu Perizinan dan Non perizinan yang mendapat pendelegasian
atau pelimpahan wewenang dari Lembaga atau Instansi yang memiliki
kewenangan perizinan dan non perizinan yang proses pengelolaannya dimulai dari
tahap permohonan sampai dengan tahap terbitnya dokumen yang dilakukan dalam
satu tempat. §§§§§§§§§§§§§§§§ Sehingga diharapkan para penanam modal tertarik
‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡

http://www.bppk.kemenkeu.go.id/publikasi/artikel/148-artikel-bea-dancukai/20591-menilik-pelaksanaan-fasilitas-bea-masuk-ditanggung-pemerintah-sebagai-salah-satukebijakan-fiskal-di-bidang-kepabeanan diakses paa tanggal 11 Juli 2017
§§§§§§§§§§§§§§§§
http://nasional.republika.co.id/berita/nasional/badanpom/15/11/10/nxk6go219-pelayanan-terpadu-satu-pintu-di-bkpm diakses pada tanggal 12 Juli
2017

118

Universitas Sumatera Utara

untuk menanamkan modalnya di Indonesia karena tidak perlu menjalani
serangkaian sistem perizinan yang rumit.
4) Fasilitas keimigrasian
Kemudahan pelayanan dan/atau perizinan atas fasilitas keimigrasian
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 huruf b dapat diberikan untuk:
a) penanaman modal yang membutuhkan tenaga kerja asing dalam
merealisasikan penanaman modal;
b) penanaman modal yang membutuhkan tenaga kerja asing yang bersifat
sementara dalam rangka perbaikan mesin, alat bantu produksi lainnya, dan
pelayanan purnajual; dan
c) calon penanam modal yang akan melakukan penjajakan penanaman
modal.
5) Fasilitas Hak Atas Tanah
Setiap investor yang akan menanamkan modalnya di Indonesia akan
diberikan kemudahan. Salah satu kemudahan itu adalah kemudahan dalam
pemberian pelayanan dan/atau perizinan hak atas tanah. Dalam Pasal 22 UUPM
ditentukan bahwa investor diberikan hak untuk menggunakan hak atas tanah yang
terdapat diwilayah Indonesia. Hak atas tanah yang dapat digunakan oleh Investor
untuk kegiatan investasinya adalah :
a) Hak Guna Usaha (HGU)
b) Hak Guna Bangunan (HGB)
c) Hak Pakai

119

Universitas Sumatera Utara

Namun pada dasarnya tidak semua perusahaan penanaman modal asing
dapat diberikan hak atas tanah. Perusahaan tersebut harus memenuhi syarat –
syarat yang telah ditentukan dalam Pasal 22 ayat (2) UUPM. Ada 5 (lima)
persyaratan yakni : *****************
1) Yang dilakukan dalam jangka panjang dan terkait dengan perubahan
struktur perekonomian Indonesia yang lebih berdaya saing.
2) Dengan tingkat resiko penanaman modal yang memerlukan pengembalian
modal dalam jangka panjang sesuai dengan jenis kegiatan penanaman
modal yang dilakukan resiko pengembalian investasi lama.
3) Tidak memerlukan area yang luas.
4) Menggunakan hak atas tanah negara.
5) Tidak mengganggu rasa keadilan masyarakat dan tidak merugikan
kepentingan umum.

C. Pengawasan Pemerintah
Pemerintah telah menerbitkan Peraturan Presiden Nomor 63 Tahun 2014
tentang Pengawasan dan Pengendalian Kepariwisataan. Perpres ini dimaksudkan
untuk pengawasan dan pengendalian sistem dan mekanisme pencegahan dan
penanggulangan

dampak

negatif

dari

kegiatan

kepariwisataan. †††††††††††††††††Dalam Perpres ini disebutkan, Pemerintah dan
Pemerintah

Daerah

berkewajiban

melakukan

tindakan

pengawasan

dan

*****************

Rendi,https://www.academia.edu/17871698/Pemberian_Fasilitas_Hak_Atas
_Tanah_Dalam_Rangka_Penanaman_Modal_Asing_di_Indonesia diakses pada tanggal 13 Juli
2017
†††††††††††††††††
http://www.gresnews.com/berita/tips/954257-aturan-dan-pengawasanbisnis-pariwisata/0/ diakses pada tanggal 18 Juli 2017

120

Universitas Sumatera Utara

pengendalian atas kegiatan kepariwisataan, dalam rangka mencegah dan
menanggulangi berbagai dampak negatif masyarakat luas. ‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡
Pengawasan dan pengendalian atas kegiatan kepariwisataan yang
dilakukan oleh Pemerintah dilaksanakan oleh Menteri Pariwisata dan Ekonomi
Kreatif (Menparekraf), sedangkan pengawasan dan pengendalian yang dilakukan
oleh Pemerintah Daerah dilaksanakan oleh gubernur, dan bupati/walikota sesuai
dengan kewenangannya. §§§§§§§§§§§§§§§§§
Menurut Perpres 63/2014, Menparekraf, gubernur, dan bupati/walikota
sesuai

dengan

kewenangannya

melakukan

pengawasan

atas

kegiatan

kepariwisataan yang dilakukan oleh Setiap Orang, Wisatawan, dan Pen

Dokumen yang terkait

Pemberian Fasilitas Penanaman Modal dalam Kegiatan Penanaman Modal Asing (PMA) di Bidang Usaha Perikanan Ditinjau dari Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007

0 1 9

Pemberian Fasilitas Penanaman Modal dalam Kegiatan Penanaman Modal Asing (PMA) di Bidang Usaha Perikanan Ditinjau dari Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007

0 0 1

Pemberian Fasilitas Penanaman Modal dalam Kegiatan Penanaman Modal Asing (PMA) di Bidang Usaha Perikanan Ditinjau dari Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007

0 0 20

Pemberian Fasilitas Penanaman Modal dalam Kegiatan Penanaman Modal Asing (PMA) di Bidang Usaha Perikanan Ditinjau dari Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007

0 0 27

Pemberian Fasilitas Penanaman Modal dalam Kegiatan Penanaman Modal Asing (PMA) di Bidang Usaha Perikanan Ditinjau dari Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007

0 0 7

Pemberian Fasilitas Penanaman Modal Dalam Kegiatan Penanaman Modal Asing Disektor Pariwisata Ditinjau Dari Undang–Undang Nomor 25 Tahun 2007

0 0 7

Pemberian Fasilitas Penanaman Modal Dalam Kegiatan Penanaman Modal Asing Disektor Pariwisata Ditinjau Dari Undang–Undang Nomor 25 Tahun 2007

0 0 1

Pemberian Fasilitas Penanaman Modal Dalam Kegiatan Penanaman Modal Asing Disektor Pariwisata Ditinjau Dari Undang–Undang Nomor 25 Tahun 2007

0 0 21

Pemberian Fasilitas Penanaman Modal Dalam Kegiatan Penanaman Modal Asing Disektor Pariwisata Ditinjau Dari Undang–Undang Nomor 25 Tahun 2007

0 0 64

Pemberian Fasilitas Penanaman Modal Dalam Kegiatan Penanaman Modal Asing Disektor Pariwisata Ditinjau Dari Undang–Undang Nomor 25 Tahun 2007

0 1 8