Pengembangan Program Orientasi Kerja Bebasis Caring Di Rumah Sakit Umum Natama Kota Tebing Tinggi Chapter III VI
BAB 3
METODE PENELITIAN
Bab tiga menjelaskan rangkaian metode yang digunakan dalam penelitian.
Ada beberapa hal yang dijelaskan meliputi: (1) Jenis penelitian, (2) Lokasi dan
waktu penelitian, (3) Partisipan, (4) Pengumpulan data, (5) Prosedur penelitian (6)
Variabel dan definisi operasional, (7) Metode analisis data, (8) Tingkat keabsahan
data (trusthworthines of data), dan (9) Pertimbangan etik.
3.1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah action research
yang bertujuan untuk mengembangkan program orientasi kerja di Rumah Sakit
Umum Natama Kota Tebing Tinggi dengan berbasis caring. Kegiatan dalam
siklus action research melibatkan partisipasi aktif dari partisipan dalam
merencanakan kegiatan, melaksanakan kegiatan, mengamati dan memantau
kegiatan serta melakukan refleksi terhadap kegiatan yang telah dilaksanakan
selama melakukan pengembangan program orientasi kerja. Pelaksanakan kegiatan
dalam tahap penelitian action research dapat berubah sesuai dengan keadaan yang
terjadi. Penggunaan metode action research bertujuan untuk mengubah teori dan
praktik. Action research atau penelitian tindakan menurut Kemmis dan
McTanggart (1988) adalah suatu bentuk penelitian reflektif diri secara kolektif
dilakukan peneliti bersama partisipan dalam situasi sosial untuk meningkatkan
penalaran praktek sosial dan pendidikan peneliti dan partisipan serta pemahaman
peneliti dan partisipan tentang perilaku dan situasi dimana praktek-praktek
tersebut akan dilakukan.
47
Universitas Sumatera Utara
48
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Umum Natama Kota Tebing Tinggi
tentang program orientasi kerja di unit rawat inap secara khusus. Rumah sakit
tersebut merupakan rumah sakit yang terus melakukan recruitment pegawai
terutama tenaga perawat. Hubungan antara peneliti dan pihak-pihak terkait di
rumah sakit tersebut terjalin dengan baik sehingga memudahkan peneliti dalam
melakukan penelitian ini. Waktu penelitian dimulai pada bulan Pebruari 2016
sampai dengan Agustus 2016. Pertimbangan waktu tersebut cukup panjang karena
penelitian ini harus menyesuaikan dengan metode action research yang memiliki
siklus dengan beberapa tahapan sehingga membutuhkan waktu yang panjang agar
mendapatkan hasil penelitian yang representatif dan menyesuaikan dengan situasi
dan kondisi pihak-pihak terkait di rumah sakit tersebut.
3.3. Partisipan Penelitian
Partisipan dalam penelitian ini yaitu 13 orang yang terdiri dari 2 bagian
yaitu (1) Partisipan untuk data kualitatif yaitu tim pelaksana yang terdiri dari 1
orang kepala bidang keperawatan, dan 5 orang kepala unit/ ruangan, (2) Partisipan
untuk data kuantitatif yaitu 7 orang perawat baru, maksudnya adalah perawat baru
masuk dan baru bekerja maksimal 1 tahun di rumah sakit tersebut yang belum dan
atau sudah mendapatkan program orientasi kerja. Penentuan jumlah sampel
diambil dengan cara purposive sampling. Dimana purposive sampling merupakan
penentuan jumlah sampel dengan menggunakan pengetahuan peneliti untuk
memilih anggota sampel dari populasi. Peneliti memutuskan dengan sengaja
Universitas Sumatera Utara
memilih orang-orang yang dinilai menjadi khas dari populasi atau sangat
berpengetahuan tentang isu-isu yang diteliti (Polit & Beck, 2012). Dimana pada
penelitian ini, menurut pemahaman dan pengetahuan peneliti pada topik penelitian
ini bahwa partisipan dibagi atas 2 bagian yang sesuai dengan penelitian ini yaitu
partisipan yang dianggap memiliki wewenang dan tangggungjawab dalam
pelaksanaan program orientasi kerja di rumah sakit tersebut yaitu tim pelaksana
dan partisipan yang menjalani program orientasi kerja yaitu perawat baru.
3.4. Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan berbagai metode yaitu
wawancara individu, observasi, self report, focus group discussion dan beberapa
alat pengumpulan data yaitu panduan wawancara, panduan focus group
discussion, kuisioner, lembar observasi, serta alat tambahan atau penunjang yaitu
voice recorder. Berikut ini dijelaskan tentang metode dan alat pengumpulan data
tersebut, yaitu:
3.4.1. Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data pada tahap ini dilakukan dengan:
1. Wawancara Individu
Pada penelitian ini, wawancara dilakukan dengan tehnik indepth interview.
Hal ini berguna untuk mendapatkan informasi yang banyak dari partisipan.
Wawancara dilakukan berdasarkan panduan wawancara yang telah dipersiapkan
oleh peneliti. Pengembangan pertanyaan dilakukan peneliti dengan menggunakan
tehnik probing. Tehnik probing dilakukan dengan memberikan pertanyaan
Universitas Sumatera Utara
50
lanjutan yang dikembangkan berdasarkan atas jawaban yang diberikan oleh
partisipan. Wawancara dilakukan pada tahap reconnaissance terhadap 4 orang
partisipan yaitu 1 orang kepala bidang keperawatan, dan 3 orang kepala ruangan.
Lama wawancara antara 30-60 menit. Wawancara direkam dengan menggunakan
alat bantu rekam. Hasil wawancara dibuat dalam bentuk transkrip wawancara dan
kemudian dianalisis.
2. Observasi
Program orientasi kerja yang dilakukan oleh bidang keperawatan dan kepala
ruangan rumah sakit dinilai oleh peneliti melalui lembar observasi. Pada tahap
observasi, peneliti terlibat langsung dalam kegiatan program orientasi kerja
tersebut. Observasi dilaksanakan pada tahap observing yang bersamaan dengan
tahap action. Kegiatan observasi merupakan kegiatan untuk mengamati
implementasi program orientasi kerja oleh tim pelaksana program tersebut yang
dilaksanakan bulan Juli sampai dengan Agustus 2016. Tujuan dari tahap ini
adalah untuk menilai penerapan program orientasi kerja berbasis caring yang
dilakukan oleh bagian terkait pada program tersebut.
3. Self Report
Tehnik self report dilakukan dengan meminta partisipan mengisi kuisioner
tingkat pengetahuan perawat dan tingkat kepuasan perawat. Penyebaran kuisioner
dan pengumpulan data dilakukan pada tahap reconnaissance yaitu pada bulan Juni
2016 dan berikutnya pada tahap reflecting yaitu pada bulan Agustus 2016. Hal
tersebut dilakukan untuk mengetahui persepsi partisipan perawat baru sebelum
dan sesudah pelaksanaan program orientasi kerja berbasis caring. Peneliti
Universitas Sumatera Utara
melakukan wawancara langsung kepada partisipan apabila partisipan dianggap
tidak mampu untuk mengisi kuisioner sendiri.
4. Focus Group Discussion (FGD)
FGD dilakukan untuk mengetahui persepsi partisipan. FGD dilakukan
setelah program orientasi kerja berbasis caring dilaksanakan. FGD dilakukan satu
kali pada fase reflecting kepada empat orang partisipan yaitu 1 orang kepala
bidang keperawatan, dan 3 orang kepala unit/ ruangan. Dalam FGD peneliti
berperan sebagai moderator selama proses FGD berlangsung. Tugas moderator
adalah memimpin diskusi dan memberikan pertanyaan yang telah disusun
sebelumnya. Selain itu, FGD juga dilakukan pada tahap acting untuk merumuskan
dan menyusun SPO (Standar Prosedur Operasional).
3.4.2. Alat Pengumpulan Data
Alat pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini terdiri dari (1)
Panduan wawancara, (2) Panduan Focus Group Discussion (FGD), (3) Kuisioner
pengetahuan tentang program orientasi kerja, (4) Kuisioner tingkat kepuasan
perawat yang menjalani program orientasi kerja, dan (5) Lembar observasi dan (6)
Alat tambahan atau penunjang yaitu voice recorder. Alat pengumpulan data dalam
penelitian ini dibuat sendiri oleh peneliti berdasarkan teori yang ada dan kemudian
di modifikasi oleh peneliti sesuai kebutuhan.
Semua alat pengumpulan data seperti panduan wawancara, panduan focus
group discussion, kuisioner pengetahuan tentang program orientasi kerja,
kuisioner tingkat kepuasan perawat yang menjalani program orientasi kerja, dan
lembar observasi yang disiapkan oleh peneliti telah dilakukan uji validitas dengan
Universitas Sumatera Utara
52
menggunakan Content Validity Index (CVI) oleh tiga orang expert sesuai dengan
kompetensi objek penelitian yaitu Ibu Liberta Lumbantoruan, S.Kp., M.Kep, Ibu
Sabarina, S.Kep.,Ns, M.Kep dan Bapak Mompang Tua P. Harahap, S.Kep.,Ns,
M.Kep.
Skala Content Validity Index (CVI) antara 0,86 – 1,00. Untuk uji validitas
dilakukan dengan 4 item sebagai penilaiannya yaitu relevan (relevance), kejelasan
(clarity), kesederhanaan (simplicity), ambiguitas (ambiguity). Setiap item diberi
penilaian 1 sampai dengan 4, dimana nilai 1 merupakan tidak sesuai item, nilai 2
merupakan perlu direvisi banyak, nilai 3 merupakan sesuai item tetapi perlu
sedikit revisi dan nilai 4 berarti item tersebut sudah valid. Uji validitas
dilaksanakan pada bulan April sampai dengan Mei 2016.
Panduan wawancara individu dibuat sendiri oleh peneliti yang terdiri dari
delapan pertanyaan terbuka tentang persepsi partisipan terhadap pelaksanaan
program orientasi kerja. Pertanyaan wawancara digunakan untuk mengetahui
bagaimana pemahaman partisipan tentang program orientasi kerja, tujuan
pelaksanaan program orientasi kerja, manfaat pelaksanaan program orientasi
kerja, hambatan dalam pelaksanaan program orientasi kerja, pelaksanaan program
orientasi kerja yang telah berjalan, dan harapan terhadap pelaksanaan program
orientasi kerja. Hasil perhitungan atas uji validitas yang telah dilakukan maka
didapatkan bahwa panduan wawancara tersebut dikatakan valid karena memiliki
nilai CVI 0,95. Terdapat perbaikan pada item nomor 4 dan nomor 6 yaitu sedikit
perubahan kalimat pertanyaan tanpa merubah konteks pertanyaan serta merubah
susunan pertanyaan.
Universitas Sumatera Utara
Panduan focus group discussion terdiri dari lima pertanyaan terbuka tentang
evaluasi pelaksanaan program orientasi kerja berbasis caring. Pertanyaan
digunakan untuk menggali informasi tentang hal-hal yang perlu dilaksanakan pada
program orientasi kerja berdasarkan pengalaman, manfaat bagi perawat khususnya
dalam melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya, faktor-faktor yang mendukung
dan menghambat proses pelaksanaan program orientasi kerja, serta harapan dalam
pelaksanaan program orientasi kerja bagi perawat baru di Rumah Sakit Umum
Natama Kota Tebing Tinggi. Hasil perhitungan atas uji validitas yang telah
dilakukan maka didapatkan bahwa panduan focus group discussion tersebut
dikatakan valid karena memiliki nilai CVI 1,00.
Kuisioner pengetahuan perawat tentang pelaksanaan program orientasi kerja
terdiri dari 20 pernyataan dimana 2 pernyataan negatip yaitu item nomor 7 dan
nomor 9 dan 18 pernyataan positip dengan pilihan “benar” dan “salah”. Jika
partisipan memilih pernyataan tersebut “benar” maka diberi nilai 1 (satu), jika
partisipan memilih pernyataan tersebut “salah” maka diberi nilai 0 (nol). Jawaban
partisipan dibagi menjadi 3 kelas yaitu baik, cukup, kurang. Jika pengetahuanya
baik maka nilainya dari 14-20, jika pengetahuannya cukup maka nilainya 7-13
dan jika pengetahuanya kurang maka nilainya 0-6. Hasil perhitungan atas uji
validitas yang telah dilakukan maka didapatkan bahwa kuisioner tersebut
dikatakan valid karena memiliki nilai CVI 0,98. Terdapat perbaikan pada item
nomor 4 yaitu sedikit perubahan kalimat tersebut.
Kuisioner tentang kepuasan perawat terhadap pelaksanaan program orientasi
kerja disusun berdasarkan tinjauan pustaka tentang konsep orientasi kerja dan
Universitas Sumatera Utara
54
konsep caring ; Intrapersonal teaching learning yang terdiri dari 20 pernyataan.
Unsur-unsur caring dielaborasikan dengan konsep program orientasi kerja yang
bertujuan untuk menilai caring dalam pelaksanaan program orientasi kerja. Setiap
pernyataan terdiri atas 4 pilihan jawaban yaitu sangat puas, puas, tidak puas, dan
sangat tidak puas. Apabila partisipan menjawab sangat puas diberi nilai 4 (empat),
puas diberi nilai 3 (tiga), tidak puas diberi nilai 2 (dua), dan sangat tidak puas
diberi nilai 1 (satu). Jika partisipan merasa sangat puas total nilai 61-80 (76%100%), puas total nilai 41-60 (51%-75%), tidak puas total nilai 21-40 (26%-50%)
dan sangat tidak puas total nilai 1-20 (0-25%). Hasil perhitungan atas uji validitas
yang telah dilakukan maka didapatkan bahwa kuisioner tersebut dikatakan valid
karena memiliki nilai CVI 0,98. Terdapat perubahan pada item nomor 17 yaitu
perubahan kalimat tersebut dan lebih menyederhanakan kalimat-kalimat setiap
item dari pernyataan tersebut tanpa mengubah atau mengurangi konteks atau
tujuan dan maksud pernyataan tersebut.
Lembar observasi terdiri dari 24 pernyataan yang terkait dengan
pelaksanaan program orientasi kerja yang dilaksanakan oleh tim pelaksana
program orientasi kerja. Hal yang di observasi ditinjau dari 3 bagian yaitu
mengobservasi pelaksana/ tim program orientasi kerja, observasi terhadap peserta
program orientasi kerja, dan observasi terhadap dokumen program orientasi kerja.
Hasil perhitungan atas uji validitas yang telah dilakukan maka didapatkan bahwa
pernyataan pada lembar observasi tersebut dikatakan valid karena memiliki nilai
CVI 0,97. Terdapat perubahan pada item nomor 14 dan sedikit penambahan
kalimat pada item nomor 17 serta menyederhanakan dan melengkapi setiap item
Universitas Sumatera Utara
pernyataan tersebut. Semua instrumen penelitian telah dilakukan uji validitas
kepada expert yang dinyatakan valid dan untuk setiap perbaikan telah dikonsulkan
kembali kepada expert dan pembimbing. Alat tambahan atau penunjang yaitu
voice recorder, digunakan untuk merekam suara pada saat dilakukan wawancara
dan focus group discussion.
3.5. Prosedur Penelitian
Langkah-langkah action research yang dilakukan dalam pengembangan
program orientasi kerja di Rumah Sakit Umum Natama Kota Tebing Tinggi terdiri
atas tahap reconnaissance dan siklus action research (planning, acting, observing
and reflecting). Langkah-langkah tersebut dijelaskan sebagai berikut:
1. Tahap Reconnaissance
Pada tahap ini dilakukan kegiatan dimulai dari bulan Pebruari sampai
dengan bulan Juni 2016. Adapun kegiatan yang dilakukan yaitu mendapatkan
setting penelitian dan partisipan, mendapatkan persepsi tim pelaksana program
orientasi kerja bagi perawat dan pihak terkait tentang program orientasi kerja,
mengetahui pengetahuan perawat tentang program orientasi kerja, dan kepuasan
perawat terhadap pelaksanaan program orientasi kerja yang dilaksanakan selama
ini di Rumah Sakit Umum Natama Kota Tebing Tinggi.
2. Siklus Action Research
Siklus action research terdiri atas empat langkah yaitu planning, acting,
observing, dan reflecting. Berikut adalah tahapan yang dilaksanakan, yaitu:
Universitas Sumatera Utara
56
1. Planning
Pada tahap ini peneliti melakukan perencanaan atas kegiatan yang dilakukan
untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Beberapa kegiatan yang dibuat
dalam tahap ini antara lain merencanakan pembentukan tim dalam pelaksanaan
program orientasi kerja perawat, merencanakan seminar tentang caring dan
program orientasi kerja, merencanakan untuk berdiskusi dalam pembuatan
Standar Prosedur Operasional (SPO) program orientasi kerja, merencanakan
seminar dan sosialisasi SPO program orientasi kerja, merencanakan penerapan
SPO program orientasi kerja dan merancang format penilaian hasil pelaksanaan
program orientasi kerja.
2. Acting
Tahap ini merupakan tahap penerapan atas rencana tindakan yang telah
disusun. Pada tahap tindakan ini kegiatan yang dilakukan yaitu pembentukan
tim dalam pelaksanaan program orientasi kerja perawat. Setelah itu peneliti
memberikan seminar tentang caring dan program orientasi kerja, kemudian
bersama-sama pihak terkait mendiskusikan pembuatan standar pelaksanaan
program orientasi kerja perawat, membuat seminar sosialisasi standar prosedur
operasional pelaksanaan program orientasi kerja bagi perawat, pemberian
materi caring, selanjutnya mengaplikasikan standar tersebut dan merancang
format penilaian hasil pelaksanaan program orientasi kerja bagi perawat.
3. Observing
Tahap ini peneliti melakukan pengamatan atas tindakan yang telah dilakukan
partisipan. Apakah kegiatan tersebut telah sesuai dengan perencanaan yang
Universitas Sumatera Utara
telah dibuat sebelumnya atau tidak, apakah partisipan melaksanakan program
orientasi kerja sesuai dengan standar yang telah dibuat. Observasi dilakukan
dengan menggunakan pedoman observasi yang telah disusun sebelumnya.
4. Reflecting
Tahap reflecting adalah tahap penilaian atas kegiatan yang telah dijalani selama
siklus dalam action research. Pada tahap ini peneliti menilai sejauh mana
kegiatan yang direncanakan tersebut telah dilaksanakan. Tujuan pada tahap ini
adalah menilai kemajuan, kelemahan dan kendala apa saja yang ditemukan
oleh partisipan selama proses kegiatan pelaksanaan program orientasi kerja
dilakukan. Setelah itu peneliti berupaya untuk memahami, memaknai dan
menyimpulkan data-data yang ditemukan.
Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini yaitu mengadakan focus group
discussion (FGD) dengan para partisipan. Tujuan dari FGD adalah untuk
menyelidiki tentang persepsi perawat setelah dilaksanakannya kegiatan
program orientasi kerja perawat tersebut. FGD juga digunakan untuk
mendapatkan informasi tentang faktor pendukung dan penghambat selama
kegiatan program orientasi kerja. FGD dilakukan juga untuk mengetahui
seberapa besar antusias dan kepuasan tim pelaksana program orientasi kerja
dalam menerapkan program orientasi kerja berbasis caring.
Pada tahap reflecting dilakukan kembali penyebaran kuisioner tingkat
pengetahuan dan kepuasan perawat baru terhadap pelaksanaan program
orientasi kerja. Penyebaran kuisioner pada tahap reflecting merupakan tahap
penilaian terhadap pengetahuan dan kepuasan perawat baru setelah menjalani
Universitas Sumatera Utara
58
program orientasi kerja berbasis caring. Dari hasil kegiatan program orientasi
kerja yang telah diikuti oleh perawat baru tersebut diketahui adanya
peningkatan pengetahuan dan kepuasan perawat baru, karena dalam proses
program orientasi kerja tersebut diberikan berbagai informasi yang
berhubungan dengan peran, tugas dan tanggungjawab perawat baru tersebut
berdasarkan caring.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 3.1. Kegiatan Reconnaissance Pengembangan Program Orientasi Kerja Berbasis Caring Di Rumah Sakit Umum
Natama Kota Tebing Tinggi
Pebruari s/d Mei 2016
1. Melakukan prolonged engagement
2. Membuat
pertemuan
kembali
dengan
melibatkan
seluruh
partisipan secara bersama-sama.
3. Menyampaikan maksud dan tujuan
peneliti untuk melakukan penelitian
di Rumah Sakit Umum Natama.
4. Menyampaikan
kegiatan-kegiatan
yang dilakukan dalam penelitian.
5. Menyampaikan
langkah-langkah
dari kegiatan yang dilakukan selama
penelitian.
6. Menyampaikan
batas
waktu
penelitian.
7. Mencari informasi kembali secara
menyeluruh tentang setting tempat
penelitian.
Mei s/d Juni 2016
Juni 2016
1. Melakukan wawancara pada partisipan
secara individu tentang pelaksanaan
program orientasi kerja.
2. Partisipan yang dilakukan wawancara
adalah partisipan yang belum pernah di
wawancarai oleh peneliti.
3. Lama wawancara 30 sampai 60 menit
untuk masing- masing partisipan.
4. Wawancara
menggunakan
panduan
wawancara dan recorder.
5. Hasil wawancara dibuat dalam bentuk
transkrip dan dianalisis.
6. Melakukan penyebaran kuisioner tentang
pengetahuan dan kepuasan perawat pada
partisipan perawat baru.
1. Mengumpulkan kembali kuisioner yang
telah dibagikan sebelumnya kepada
partisipan perawat baru.
2. Melakukan analisa data
3. Melakukan member checking terhadap
hasil wawancara dan penyebaran
kuisioner kepada partisipan.
59
Universitas Sumatera Utara
60
3.6. Variabel dan Defenisi Operasional
Variabel yang diteliti adalah pengembangan program orientasi kerja bagi
perawat baru di Rumah Sakit Umum Natama Kota Tebing Tinggi. Defenisi
operasional pengembangan program orientasi kerja adalah suatu kegiatan
sistematis dalam pelaksanaan program orientasi kerja yang berdasarkan atas
caring: intrapersonal teaching learning; caritas coaching oleh tim pelaksana
program orientasi kerja terhadap perawat baru di Rumah Sakit Umum Natama
Kota Tebing Tinggi yang dikembangkan dengan menggunakan metode action
research yang menghasilkan suatu standar prosedur operasional program orientasi
kerja bagi perawat. Program yang dikembangkan tersebut dapat meningkatkan
pengetahuan dan perilaku tim pelaksana program orientasi kerja tentang caring,
pengetahuan dan perilaku perawat baru khususnya mengenai prinsip keperawatan
yaitu caring dalam melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya sebagai perawat,
dan tingkat kepuasan perawat baru dalam mengikuti program orientasi kerja.
3.7. Metode Analisis Data
Analisis data dalam penelitian ini terbagi dua jenis yaitu analisis data
kualitatif dan analisis data kuantitatif. Analisis data kualitatif dilakukan untuk data
yang diperoleh dari hasil wawancara pada tahap reconnaissance dan hasil FGD
(focus group discussion) pada tahap reflecting. Kedua data dianalisa dengan
menggunakan conten analysis dengan tahapan yaitu menyusun transkrip data
kualitatif, menyusun kategori dan melakukan pengkodean. Adapun tahapan
Universitas Sumatera Utara
analisis data kualitatif menurut Colaizzi (1978) dalam Streubert dan Carpenter
(1995) sebagai berikut:
1. Membaca seluruh deskripsi wawancara yang telah diungkapkan oleh
partisipan. Dalam proses analisis ini, pernyataan partisipan ditranskrip dari
audio rekaman wawancara.
2. Melakukan ekstraksi (pemisahan) terhadap pernyataan signifikan (pernyataan
yang secara langsung berhubungan dengan fenomena yang diteliti). Setiap
pernyataan dalam transkrip partisipan yang berhubungan langsung dengan
fenomena yang diteliti dianggap signifikan. Pernyataan yang signifikan
diekstraksi dari masing-masing transkrip dan diberikan nomor.
3. Menguraikan makna yang terkandung dalam pernyataan signifikan. Tahap
analisis ini peneliti berupaya untuk memformulasikan kembali pernyataan
signifikan umum diekstraksi dari transkrip partisipan.
4. Menggabungkan makna yang dirumuskan ke dalam kelompok tema. Peneliti
menetapkan atau mengatur makna yang telah dirumuskan ke dalam kelompok
sejenis. Dengan kata lain, makna yang dirumuskan dikelompokkan kedalam
kelompok tema. Artinya, beberapa pernyataan mungkin berhubungan.
5. Mengembangkan sebuah deskripsi tema dengan lengkap (yaitu deskripsi yang
komprehensif dari pengalaman yang diungkapkan partisipan). Sebuah deskripsi
yang lengkap dikembangkan melalui sintesis dari semua kelompok tema dan
makna yang dirumuskan dan dijelaskan oleh peneliti.
6. Mengidentifikasi landasan struktur dari fenomena tersebut. Struktur dasar
mengacu kepada esensi dari fenomena pengalaman yang diungkapkan dengan
analisis ketat dari setiap deskripsi lengkap dari fenomena tersebut.
Universitas Sumatera Utara
62
7. Kembali ke partisipan untuk melakukan validasi. Pertemuan untuk tindak
lanjut dibuat antara peneliti dengan masing-masing partisipan untuk tujuan
memvalidasi esensi dari fenomena dengan partisipan. Setiap perubahan yang
dibuat disesuaikan dengan umpan balik partisipan untuk memastikan makna
yang dimaksudkan partisipan tersampaikan dalam struktur dasar dari fenomena
tersebut. Integrasi dari informasi tambahan oleh partisipan untuk dimasukkan
ke dalam deskripsi final dari fenomena yang terjadi saat ini.
Analisis data kuantitatif dilakukan pada tahap reconnaissance, observasi,
dan refleksi. Data pada tahap reconnaissance dan tahap refleksi dikumpulkan
dengan menggunakan lembar kuisioner, sedangkan data pada tahap observasi
didapatkan dengan menggunakan lembar observasi. Analisis data menggunakan
statistik diskriptif kuantitatif untuk melihat rata-rata tingkat pengetahuan perawat
baru dan kepuasan perawat baru sebelum dan sesudah pelaksanaan program
orientasi kerja.
3.8. Keabsahan Data
Keabsahan data bertujuan untuk memperoleh tingkat kepercayaan yang
berkaitan dengan seberapa jauh kebenaran hasil penelitian, mengungkapkan dan
memperjelas data dengan fakta-fakta aktual dilapangan. Lincoln dan Guba (1985,
dalam Polit dan Beck, 2012) menentukan beberapa kriteria dalam keabsahan data
penelitian kualitatif yaitu credibility, transferability, dependability, confirmability,
dan authenticity.
Universitas Sumatera Utara
Credibility dipertahankan melalui teknik prolonged engagement, member
check dan triangulation. Prolonged engagement merupakan tehnik untuk
membangun kepercayaan antara peneliti dan partisipan. Prolonged engagement
dilakukan saat melakukan tahap reconnaissance dan hubungan dengan partisipan
sebelumnya telah terjalin dengan baik karena adanya hubungan kerjasama antara
tempat kerja peneliti dan tempat penelitian. Pendekatan-pendekatan yang
dilakukan meliputi pendekatan kepada pihak yayasan dan pimpinan atau direktur
serta kepala-kepala unit yang bertanggungjawab dalam hal membimbing perawat
baru di rumah sakit tersebut. Pendekatan juga dilakukan kepada perawat baru
yang terlibat dalam penelitian. Tujuan dari semua pendekatan yang dilakukan
adalah untuk mengenal dan memahami situasi atau setting penelitian sehingga
antara peneliti dan partisipan memiliki hubungan yang dekat sehingga semakin
akrab, semakin terbuka, dan muncul hubungan saling percaya, dengan demikian
partisipasi para partisipan dapat terwujud. Member check dilakukan dengan
memberikan dokumen temuan data pada partisipan untuk dibaca pada tahap
validasi data sebagai upaya untuk memperoleh kepastian atau objektifitas data
yang diperoleh. Triangulation dilakukan untuk mengecek kebenaran data dengan
membandingkan data yang diperoleh dengan data dari sumber lain. Tehnik
triangulation dilakukan peneliti dengan melakukan metode pengumpulan data
yang beragam terdiri dari wawancara, observasi, focus group discussion, dan
penyebaran kuisioner.
Transferability memiliki makna bahwa penelitian ini dapat digunakan pada
setting yang berbeda. Kriteria penelitian ini terpenuhi dengan menjelaskan secara
Universitas Sumatera Utara
64
rinci data yang diperoleh termasuk juga situasi organisasi dan geografis tempat
penelitian serta temuan yang diperoleh. Temuan atau hasil penelitian dianalisa
dengan menggunakan literatur yang sesuai dengan topik penelitian.
Dependability mengacu pada bukti yang konsisten dan stabil. Mengacu pada
stabilitas data dari waktu ke waktu dan kondisi. Menurut Shenton, K (2004) dalam
rangka untuk mengatasi masalah dependability lebih langsung, proses dalam
penelitian harus dilaporkan secara rinci, sehingga memungkinkan peneliti
selanjutnya untuk mengulanginya, untuk mendapatkan hasil yang sama. Untuk
memenuhi kriteria ini peneliti melaporkan secara detail setiap proses penelitian
kepada pembimbing yaitu Bapak Setiawan, S.Kp., MNS., Ph.D dan Bapak
Achmad Fathi, S.Kep., Ns., MNS untuk menilai apakah proses dan hasil yang
diperoleh sudah sesuai sehingga data yang diperoleh dari hasil penelitian dapat
lebih objektif. Selain itu dilakukan tehnik thic description atau dokumen yang
tebal dengan cara mengumpulkan semua dokumen yang terkait penelitian dalam
satu map.
Confirmability mengacu pada objektifitas atau netralitas data, dimana
tercapai persetujuan antara dua orang atau lebih tentang relevansi dan arti data.
Confirmability tercapai jika peneliti dapat meyakinkan orang lain bahwa data
yang dikumpulkan adalah data yang objektif, seperti apa adanya di lapangan.
Confirmability dilakukan dengan teknik triangulasi dan check expert. Triangulasi
data dilakukan dengan melakukan pengambilan data dengan cara focus group
discussion, indepth interview dan self report. Check expert dilakukan dengan
mengkonsultasikan hasil dari setiap kegiatan yang telah dilakukan ke Bapak
Universitas Sumatera Utara
Setiawan, S.Kp, MNS, Ph.D expert yang ahli dalam penelitian kualitatif dengan
metode action research. Salah satu yang dilakukan dalam check expert adalah
untuk validasi hasil dan tema yang ditemukan saat melakukan analisa data.
Authenticity mengacu pada sejauh mana peneliti secara adil dan dengan
tepat menunjukkan kenyataan yang terjadi. Keaslian muncul dalam laporan ketika
laporan tersebut dapat menyampaikan perasaan partisipan sebagaimana yang
mereka rasakan. Teks memiliki keaslian jika dapat mengajak pembaca merasa
perwakilan dari pengalaman yang digambarkan dari kehidupan tersebut, dan
memungkinkan pembaca untuk mengembangkan kepekaan terhadap isu-isu yang
digambarkan. Ketika teks mencapai keaslian, pembaca lebih mampu memahami
hal yang digambarkan tersebut. Authenticity dilakukan dengan cara membuat
beberapa pernyataan partisipan sebagai data yang mendukung terhadap tema-tema
yang dihasilkan pada temuan saat penelitian. Untuk memudahkan pembaca
memahami teks tersebut maka penelitian ini disusun secara sistematis dan
menggunakan penjabaran kata-kata yang mudah dipahami.
3.9. Pertimbangan Etik
Penelitian ini telah mendapatkan ethical clearance dari Komite Etik
Keperawatan di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara pada tanggal
18 April 2016. Pengumpulan data dilakukan setelah partisipan menyetujui
keikutsertaan dalam penelitian dan menandatangani informed consent yang berisi
informasi
terkait
etik
penelitian.
Semua
partisipan
penelitian
telah
menandatangani informed consent sebelum dilakukan wawancara.
Universitas Sumatera Utara
66
Peneliti menjelaskan kepada partisipan bahwa penelitian ini tidak
memberikan resiko secara fisik dan informasi yang diberikan partisipan tidak
digunakan untuk sesuatu yang merugikan bagi partisipan (beneficience).
Kerahasian partisipan dan pemberi informasi dijaga dengan tidak menyebutkan
nama mereka saat wawancara. Peneliti juga mengganti nama partisipan dengan
inisial untuk menjaga kerahasiaan informasi yang diberikan oleh partisipan
(confidentiality). Data disimpan dengan nama kode khusus sehingga tidak ada
hubungan antara kode dengan identitas partisipan dan nama partisipan hanya
diketahui oleh peneliti.
Saat partisipan sudah setuju untuk berpartisipasi dalam penelitian ini, semua
partisipan diberi tahu bahwa mereka dapat mengundurkan diri dari penelitian ini
kapanpun mereka kehendaki. Peneliti juga tidak memaksa keikutsertaan partisipan
dan partisipan berhak untuk menarik keikutsertaannya dalam penelitian kapan saja
diinginkanya (otonomi), selain itu Mereka juga diberi tahu bahwa jika isi
wawancara menyebabkan ketidaknyamanan emosional atau stress, mereka dapat
langsung menghentikan wawancara saat itu juga dan bebas menolak untuk
memberikan jawaban pada pertanyaan apapun. Semua partisipan diberi tahu
bahwa kesediaan atau penolakan mereka untuk terlibat dalam penelitian ini tidak
akan mempengaruhi statusnya.
Universitas Sumatera Utara
67
KEGIATAN PENELITIAN :
PENGEMBANGAN PROGRAM ORIENTASI KERJA BERBASIS CARING
DI RUMAH SAKIT UMUM NATAMA KOTA TEBING TINGGI
REFLECTION
- Penghambat : waktu, beban kerja besar, fasilitas
belummemadai, pemahaman kurang, ketidak pedulian
- Pendukung : kerjasama, SPO, pimpinan, waktu, tempat
- Tema : pengalaman, manfaat, faktor pendukung, faktor
penghambat, harapan pelaksanaan program orientasi
kerja berbasis caring
- Pengetahuan perawat baru meningkat, sebelum
penerapan program 57,14% baik, setelah penerapan
program 100% baik.
- Kepuasan perawat baru meningkat, sebelum penerapan
program 42,86 sangat puas, setelah penerapan program
100% sangat puas
ACTION
- Pembentukan tim pelaksana program orientasi kerja
berbasis caring
- Seminar tentang caring dan program orientasi kerja
- Pembuatan Standar Prosedur Operasional (SPO) program
orientasi kerja berbasis caring
- Seminar dan sosialisasi SPO program orientasi kerja
berbasis caring
- Penerapan SPO program orientasi kerja berbasis caring
- Merancang format penilaian hasil pelaksanaan program
orientasi kerja berbasis caring
OBSERVATION
- Mengobservasi tim pelaksana program orientasi kerja
dalam melaksanakan program orientasi kerja berbasis
caring
- Mengobservasi peserta (perawat baru) dalam pelaksanaan
program orientasi kerja berbasis caring
- Mengobservasi penggunaan dokumen ; SPO program
orientasi kerja bebasis caring
RECONNAISSANCE
Reconnaissance
- Setting tempat penelitian
- Pelaksanaan program orientasi kerja tidak terjadwal, SPO
tidak terlaksana, evaluasi program tidak maksimal dan tidak
terstruktur.
- Masalah perawat baru: tidak percaya diri, terjadi
kesenjangan, tidak peduli, tidak ramah, turnover tinggi,
hubungan dengan rekan kerja buruk
- Hambatan: waktu, kesibukan, kurang peduli, pimpinan
PLANNING
Out put;
SPO program
orientasi kerja
berbasis caring
- Merencanakan pembentukan tim pelaksana program
orientasi kerja
- Merencanakan seminar tentang caring dan program
orientasi kerja
- Merencanakan untuk pembuatan Standar Prosedur
Operasional (SPO) program orientasi kerja berbasis caring
- Merencanakan seminar dan sosialisasi SPO program
orientasi kerja berbasis caring
- Merencanakan penerapan SPO program orientasi kerja
berbasis caring
Out come;
Pengetahuan tim pelaksana tentang
program orientasi kerja berbasis caring
Pengetahuan perawat baru tentang
program orientasi kerja berbasis caring
Tingkat kepuasan perawat baru mengikuti
program orientasi kerja berbasis caring
Skema 3.1.
Kegiatan penelitian;
Pengembangan Program
Orientasi Kerja Berbasis
Caring Di RSU. Natama
Kota Tebing Tinggi
67
Universitas Sumatera Utara
67
BAB 4
HASIL PENELITIAN
Pengumpulan data telah dilaksanakan dari bulan Pebruari sampai Juni 2016
di Rumah Sakit Umum Natama Kota Tebing Tinggi. Bab ini menjelaskan tentang
hasil penelitian tentang Pengembangan Program Orientasi Kerja Bebasis Caring
Di Rumah Sakit Umum Natama Kota Tebing Tinggi yang dikelompokkan dalam
beberapa pokok bahasan sebagai berikut:
4.1. Deskripsi lokasi penelitian
4.2. Karakteristik demografi partisipan
4.3. Proses pengembangan program orientasi kerja berbasis caring
4.3.1 Tahapan reconnaissance meliputi:
1) Konteks studi yang menggambarkan setting tempat penelitian dan
partisipan
2) Perspektif tim pelaksana program orientasi kerja tentang pelaksanaan
program orientasi kerja selama di Rumah Sakit Umum Natama Kota
Tebing Tinggi
3) Perspektif perawat baru tentang pelaksanaan program orientasi kerja
selama di Rumah Sakit Umum Natama Kota Tebing Tinggi yang
meliputi pengetahuan dan kepuasan.
4.3.2 Proses action research: planning, action, observation dan reflection
4.4. Out put dari pengembangan program orientasi kerja berbasis caring
4.5. Outcome action research.
Universitas Sumatera Utara
4.1. Deskripsi Lokasi Penelitian
Rumah Sakit Umum Natama Kota Tebing Tinggi adalah institusi pelayanan
kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan/ perusahaan
yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan dan gawat darurat. Rumah
sakit ini beralamat di Jalan Kartini No. 30A, Kota Tebing Tinggi, Provinsi
Sumatera Utara. Rumah Sakit Umum Natama Kota Tebing Tinggi pada awalnya
merupakan sebuah Klinik pada tahun 2003, kemudian pada tahun 2013
berkembang
menjadi
Rumah
Sakit
Umum
dengan
izin
operasional
440/292/DKK/Tahun 2015.
Visi Rumah Sakit Umum Natama Kota Tebing Tinggi yaitu “menjadikan
Rumah Sakit Umum Natama sebagai sarana pelayanan kesehatan yang tepat guna
serta tepat sasaran yang berkualitas dan berintegritas dengan pelayanan prima bagi
masyarakat demi tercapainya cita-cita pembangunan nasional khususnya dalam
bidang kesehatan. Untuk mewujudkan visi tersebut maka Rumah Sakit Umum
Natama memiliki Misi yaitu 1). Keluarga sehat bahagia idaman Natama, 2).
Mewujudkan sarana kesehatan yang mandiri dan berdaya saing yang mempunyai
mutu pelayanan bagi masyarakat dengan memberikan pola pelayanan kesehatan
dengan sistem kecepatan dalam penindakan pasien serta ketepatan penanganan
terhadap pasien, 3). Memberikan pelayanan bagi masyarakat disetiap wilayah baik
ditingkat perkotaan maupun tingkat pedesaan serta bekerjasama dengan pihakpihak swasta dan instansi terkait lainnya serta menjalin hubungan dengan rekan
sejawat secara sinergi dan berkesinambungan dalam penanganan layanan
kesehatan dan penyediaan layanan ambulance angkutan pasien, memberikan spa
Universitas Sumatera Utara
70
baby, salon bagi pasien yang telah selesai melahirkan agar supaya kondisi kembali
fress dan sehat.
Struktur organisasi Rumah Sakit Umum Natama Kota Tebing Tinggi terdiri
atas : PT. Natama Regar Margana, kemudian Direktur Utama yang dibantu oleh
Bidang Pelayanan Medis dan Bidang Umum. Bidang Pelayanan Medis dibantu
oleh Bagian Keperawatan dan Bagian Penunjang Medis. Bidang Umum dibantu
oleh Bagian Administrasi dan Keuangan, dan Bagian Personalia dan Umum.
Fasilitas ruangan yang tersedia di Rumah Sakit Umum Natama Kota Tebing
Tinggi tersebut terdiri dari ruang super VIP ada 2 tempat tidur, ruang VIP ada 5
tempat tidur, ruang kelas I ada 8 tempat tidur, ruang kelas II ada 6 tempat tidur,
ruang kelas III ada 8 tempat tidur, ruang isolasi ada 1 tempat tidur, ruang IGD ada
4 tempat tidur, ruang ICU ada 4 tempat tidur, ruang poli obgyn ada 1 tempat tidur,
ruang poli penyakit dalam ada 1 tempat tidur, ruang poli anak ada 1 tempat tidur,
ruang bayi sehat ada 13 box, ruang poli bedah ada 1 tempat tidur, ruang poli gigi
ada 1 tempat tidur, ruang VK ada 5 tempat tidur, ruang OK ada 2 tempat tidur,
dan ruang NICU ada 2 inkubator.
Susunan kepegawaian Rumah Sakit Umum Natama Kota Tebing Tinggi
terdiri atas tenaga dokter spesialis, dokter umum, apoteker, keperawatan dan
administrasi dengan jenjang pendidikan SMU, D3, dan S1. Saat ini total jumlah
tenaga keperawatan ada 30 orang. Penerimaan pegawai tidak ditentukan waktu
dan jumlahnya, jadi kapan saja dibutuhkan dan diperlukan dapat dilakukan
penerimaan pegawai. Rata-rata tenaga keperawatan di rumah sakit tersebut masih
berusia 22 sampai dengan 30 tahun dan pendidikannya rata-rata Diploma III.
Universitas Sumatera Utara
4.2. Karakteristik Demografi Partisipan
Partisipan dalam penelitian ini terdiri dari dua kelompok partisipan yaitu
kelompok tim pelaksana program dan kelompok partisipan perawat baru. Jumlah
partisipan tim pelaksana program sebanyak 6 orang dan partisipan perawat baru
sebanyak 7 orang. Berdasarkan karakteristik demografi partisipan tim pelaksana
program diketahui bahwa mayoritas partisipan atau sebanyak 66,67% berjenis
kelamin perempuan, umur partisipan rata-rata dengan rentang 25-30 tahun
(dewasa awal) sebesar 100%. Jenjang pendidikan partisipan seluruhnya adalah
jenjang pendidikan diploma III. Berdasarkan status perkawinan didapatkan bahwa
mayoritas partisipan belum kawin sebanyak 50% dan berdasarkan masa kerja
partisipan terbanyak adalah < 5 tahun. Rincian karakteristik demografi partisipan
tim pelaksana program orientasi kerja dapat dilihat pada tabel 4.1.
Tabel 4.1. Karakteristik Demografi Partisipan Tim Pelaksana Program
Orientasi Kerja (n = 6)
No
Karakteristik
Frekuensi
Presentasi (%)
1
2
3
4
5
Jenis kelamin:
Laki-laki
Perempuan
Umur:
25- 30 tahun
Jenjang Pendidikan:
Diploma III
Status Perkawinan:
Kawin
Belum kawin
Lama Kerja
< 5 tahun
2
4
33.33
66.67
6
100.00
6
100.00
3
3
50.00
50.00
6
100.00
Partisipan perawat baru yang terlibat dalam program orientasi kerja ini
sebanyak 7 orang dimana berdasarkan data karakteristik demografi diperoleh
Universitas Sumatera Utara
72
partisipan berjenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 4 orang (57,14%) dan lakilaki sebanyak 3 orang (42,86%). Seluruh partisipan berumur 22 – 25 tahun
dimana masuk dalam kelompok umur masa remaja akhir. Rincian karakteristik
partisipan perawat baru dapat dilihat pada tabel 4.2.
Tabel 4.2. Karakteristik Demografi Partisipan Perawat Baru (n = 7)
No
1
2
Karakteristik
Frekuensi
Presentasi (%)
Laki-laki
3
42.86
Perempuan
4
57.14
7
100.00
Jenis kelamin:
Umur:
22- 25 tahun
4.3. Proses Pengembangan Program Orientasi Kerja Berbasis Caring
Proses pengembangan program orientasi kerja berbasis caring dijelaskan
menjadi 2 tahap. Tahap pertama adalah reconnaissance, tahap ini menjelaskan
mulai dari pendekatan kepada pihak-pihak yang berkepentingan di tempat
penelitian sampai dengan mendapatkan masalah untuk diteliti. Tahap kedua
menjelaskan tentang tahap siklus action research mulai dari tahap planning,
action, dan observation serta reflection.
4.3.1 Tahapan Reconnaissance
Tahap reconnaissance dilaksanakan peneliti sejak bulan Pebruari sampai
Mei 2016. Peneliti melakukan pendekatan kepada pemilik Rumah Sakit tersebut
dan pejabat struktural untuk mendapatkan izin dan mendukung dilakukannya
penelitian. Pengumpulan data awal tentang program orientasi kerja dilakukan
Universitas Sumatera Utara
dengan melakukan wawancara kepada partisipan tim perumus atau pelaksana pada
tahap reconnaissance dan self report oleh partisipan perawat baru.
Hasil pengumpulan data pada tahap reconnaissance dikelompokan ke dalam
tiga bagian yaitu (1) Konteks studi yang menggambarkan setting tempat penelitian
dan partisipan, (2) Perspektif tim pelaksana tentang program orientasi kerja
selama ini di rumah sakit tersebut, dan (3) Perspektif perawat baru tentang
pelaksanaan program orientasi kerja selama di Rumah Sakit Umum Natama Kota
Tebing Tinggi yang meliputi pengetahuan dan kepuasan. Berikut penjelasan dari
hasil reconnaissance, yaitu:
1) Setting tempat penelitian dan partisipan
Penelitian dilakukan di unit rawatan (unit rawat inap) yang terletak dilantai
2 yang terdiri dari 33 tempat tidur, 14 ruangan, 1 ruangan isolasi, 1 nurse station,
ruang khusus kepala ruangan, dan ruangan tempat penyimpanan peralatan dan
perlengkapan. Rata-rata jumlah pasien perbulannya sebanyak 150 pasien. Rumah
Sakit Umum Natama Kota Tebing Tinggi memberikan pelayanan kepada pasien
umum, tidak ada pelayanan untuk pasien yang menggunakan Badan
Penyelenggaraan Jaminan Sosial (BPJS) di rumah sakit tersebut.
Perawat di unit rawat inap terdiri dari 9 perawat pelaksana dan 1 orang
kepala ruangan. Pendidikan perawat di unit tersebut seluruhnya lulusan Diploma
III keperawatan. Di unit tersebut juga terdapat 2 orang bidan lulusan Diploma III
kebidanan. Dalam memberikan pelayanan kepada pasien, pimpinan dan yayasan
selalu menekankan agar mengutamakan pelayanan yang ramah dan teraupetik
kepada setiap pasien dan keluarganya, karena menurut pimpinan hal tersebutlah
Universitas Sumatera Utara
74
yang harus diutamakan di rumah sakit tersebut untuk menarik perhatian
masyarakat.
Metode pelayanan keperawatan yang digunakan adalah metode fungsional,
mengingat perawat di unit tersebut jumlahnya sedikit. Pembagian kerja dibagi atas
3 shift yaitu pagi, sore dan malam. Pelaksanaan program orientasi kerja di unit
tersebut belum dilaksanakan dengan baik selama ini, mengingat kepala ruangan
sibuk dalam melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya lebih ke pelayanan
terhadap pasien.
2) Perspektif tim pelaksana program orientasi kerja tentang pelaksanaan
program orientasi kerja selama di Rumah Sakit Umum Natama Kota
Tebing Tinggi.
Wawancara dengan teknik indept interview terhadap partisipan tersebut
berdasarkan pada beberapa pokok bahasan yaitu 1) Pengertian orientasi kerja, 2)
Tujuan dari pelaksanaan program orientasi kerja, 3) Manfaat dari pelaksanaan
program orientasi kerja, 4) Pelaksanaan program orientasi kerja, 5) Yang
bertanggungjawab dalam pelaksanaan program orientasi kerja, 6) Materi yang
perlu dilaksanakan dalam program orientasi kerja bagi perawat, 7) Hambatan
dalam pelaksanaan program orientasi kerja, 8) Harapan atas pelaksanaan program
orientasi kerja. Berikut diuraikan setiap pokok bahasan tersebut, yaitu:
1. Pengertian orientasi kerja
Partisipan mengungkapkan bahwa program orientasi kerja merupakan
pemberian informasi kepada karyawan baru mengenai lingkungan kerja dan hal-
Universitas Sumatera Utara
hal yang belum diketahui ditempat kerja tersebut serta dibuat suatu penilaiannya.
Pengertian ini sesuai dengan pernyataan partisipan seperti pada kutipan berikut :
“memberikan informasi kepada karyawan-karyawan lainnya tentang tehnik
atau standar kerja yang ada di rumah sakit ini” (Partisipan 1)
“orientasi kerja itu adalah... awal dari permulaan bekerja... untuk
mengenal hal-hal yang belum diketahui di tempat tersebut” (Partisipan 2)
“orientasi kerja itu... simpelnya... penempatan posisi seseorang yang baru
bekerja dan disitu nanti dibuat penilaian dimana kelebihan atau
kekurangannya disaat melakukan orientasi itu” (Partisipan 3).
“orientasi kerja itu pengenalan diri tentang masalah lingkungan kerja...”
(Partisipan 4).
2. Tujuan dari pelaksanaan program orientasi kerja
Menurut partisipan, tujuan program orientasi kerja adalah untuk
meningkatkan kerjasama antar karyawan, agar tidak ada kesenjangan satu sama
lain, supaya dapat memahami situasi tempat kerja dan program orientasi kerja
juga bertujuan untuk melihat dan menilai pegawai baru tentang kompetensinya
dalam bekerja. Tujuan ini sesuai dengan pernyataan partisipan seperti kutipan
berikut:
“tujuannya itu bisa saling kerjasama kalau yang... seandainya... disatu
sisi... apa ya... anggota itu ada masalah diruangan dengan yang lainnya.
Intinya untuk meningkatkan kerjasamalah antar karyawan” (Partisipan 1)
“untuk melihat dan menilai yang baru bergabung di rumah sakit kita, jadi
kita tahu dimana kompetensi ataupun... sampai dimana dia bisa melakukan
pekerjaan di rumah sakit” (Partisipan 3)
Universitas Sumatera Utara
76
“untuk bisa bersosialisasi dengan kita, bisa bergabunglah intinya dengan
kita disini” (Partisipan 3)
“ha... itu... biar gak ada kesenjanganlah. Tujuannya supaya dapat
memahamilah situasi dimana kita kerja...”. (Partisipan 4)
3. Manfaat dari pelaksanaan orientasi kerja
Partisipan mengungkapkan bahwa manfaat dari program orientasi kerja
adalah agar karyawan mengerti tentang keadaan, sistem kerja, jam kerja,
mengenali lingkungan barunya, mengetahui mana yang boleh dan mana yang
tidak boleh dilakukan oleh perawat, menambah ilmu pengetahuan dan tidak terjadi
kecemburuan sosial antar pegawai. Manfaat ini sesuai dengan pernyataan
partisipan seperti pada kutipan berikut :
“karyawan-karyawan rumah sakit mengerti tentang keadaan dan bentuk
rumah sakit, uda gitu sistem kerja di rumah sakit, dan agar tidak terjadi
kecemburuan sosial,....”. (Partisipan 2)
“ya otomatis dia bisa mengenali lingkungannya, dia bisa melakukan dan
mana yang tidak bisa dilakukan, dia bisa bertambah ilmunya dari dia tidak
tahu menjadi tahu, jadi intinya seperti itulah pak”. (Partisipan 3)
4. Pelaksanaan program orientasi kerja
Menurut partisipan, pelaksanaan program orientasi kerja sudah dilaksanakan
selama ini setiap ada pegawai baru. Pelaksanaanya tidak mengikuti standar yang
ada, hanya memperkenalkan pegawai terhadap hal-hal yang umum saja dan tidak
ada waktu yang dijadwalkan untuk pelaksanaan program orientasi kerja.
Pemberian materi tidak dilaksanakan dengan baik, hanya secara lisan saja tanpa
adanya proses pembelajaran atau pembimbingan yang sesuai standar. Pelaksanaan
Universitas Sumatera Utara
program orientasi kerja secara umum dilaksanakan 1 hari dan secara khusus
dilaksanakan selama 1 minggu di setiap ruangan. Proses penilaiannya dilakukan
oleh setiap kepala ruangan berdiskusi dengan kepala perawatan dan direktur
dengan cara mendengarkan pendapat dan berdiskusi dari setiap orang dalam tim
tersebut. Proses pelaksanaan program orientasi kerja ini sesuai dengan pernyataan
partisipan seperti kutipan berikut :
“orientasi itu biasanya disaat dia langsung masuk itukan dikasih tahu kalau
kepala ruangannya ini orangnya, terus direktur dan pemilik perusahaan,...
jadwal khususnya gak ada, berjalan sesuai dengan shifnya aja...
(Partisipan 1)
“evaluasinya setelah tanggal terakhir orientasi. Di evaluasi... nanti kita
kumpul lagi sama kanit-kanit masing-masing. Gimana perkembangan dia
kita kumpul jadi satu lagi, kita omongin lagi” (Partisipan 1)
“kalau selama saya bekerja di Natama bentuk orientasi di rumah sakit itu
ada. Seandainya ada pegawai baru yang baru masuk bekerja... pegawai
yang baru masuk itu dibimbing dijelaskan kepada direktur dan yayasan
Natama, setelah paham dan mengerti besoknya mereka uda bekerja....”
(Partisipan 2)
Masalah yang berkaitan dengan program orientasi kerja:
Partisipan mengungkapkan bahwa beberapa masalah masih terus terjadi
walaupun pelaksanaan program orientasi kerja telah dilaksanakan. Beberapa
masalah tersebut diantaranya adalah masih ada kesenjangan, masih ada batasan,
masih ada yang tidak perduli, perawatnya kurang ramah kepada pasien, kurang
percaya diri dalam bekerja dan pelaksanaan program orientasi kerja tidak
berdasarkan standar yang ada. Berikut kutipan wawancara terhadap partisipan :
Universitas Sumatera Utara
78
“...karena tidak adanya orientasi yang benar, jadi kecemburuan sosial,
tidak enak hati, bulan depan dia ngajukan surat berhenti dengan alasan
mencari kerja ditempat lain. Padahal dia uda gak senang terhadap sesama
kawan kerjanya”. (Partisipan 2)
“ketika pasien memanggil lama datangnya. Itu tadi mungkin pak uduruduran, uda gitu pasien mau minta tolong mukanya cemberut, uda gitu gak
ada senyumnya itu sering terjadi”. (Partisipan 2)
5. Yang bertanggungjawab dalam pelaksanaan program orientasi kerja
Partisipan mengatakan bahwa pelaksanaan program orientasi kerja di
Rumah Sakit Umum Natama Kota Tebing Tinggi khususnya program orientasi
kerja untuk staf keperawatan adalah kepala keperawatan dan kepala unit masingmasing unit kerja. Hal ini sesuai dengan pernyataan partisipan seperti pada
kutipan berikut :
“yang bertanggungjawab kepala keperawatan. Dia yang mengorientasikan
ke ruangan-ruangan, dia yang mengenalkan ke kepala ruangan... kalau
kepala ruangan ya sebatas membimbing di ruangannya”. (Partisipan 3)
“kepala keperawatan yang bertanggungjawab seluruhnya... untuk kepala
ruangan yang bertanggungjawab diruangan kami masing-masing”.
(Partisipan 4)
6. Materi yang perlu dilaksanakan dalam program orientasi kerja bagi perawat
Partisipan mengungkapkan bahwa materi yang perlu diberikan dalam
pelaksanaan program orientasi kerja bagi perawat salah satunya adalah materi
tentang cara berkomunikasi. Hal ini sesuai dengan pernyataan partisipan seperti
pada kutipan berikut :
Universitas Sumatera Utara
“perlu, kalau materi ya harus ada. materi komunikasi juga utamanya pak.
Selama ini uda sih uda bagus, Cuma perlu ditingkatkan lagi gito lo pak...
kadang-kadang masih ini sih masih masih seperti ada pelayanan yang
menyatakan perawatnya masih kurang ramah atau apa gitu”. (Partisipan 1)
“kalau materi yang diberikan... sebenarnya kalau masalah itu dari mulai
dia diteri
METODE PENELITIAN
Bab tiga menjelaskan rangkaian metode yang digunakan dalam penelitian.
Ada beberapa hal yang dijelaskan meliputi: (1) Jenis penelitian, (2) Lokasi dan
waktu penelitian, (3) Partisipan, (4) Pengumpulan data, (5) Prosedur penelitian (6)
Variabel dan definisi operasional, (7) Metode analisis data, (8) Tingkat keabsahan
data (trusthworthines of data), dan (9) Pertimbangan etik.
3.1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah action research
yang bertujuan untuk mengembangkan program orientasi kerja di Rumah Sakit
Umum Natama Kota Tebing Tinggi dengan berbasis caring. Kegiatan dalam
siklus action research melibatkan partisipasi aktif dari partisipan dalam
merencanakan kegiatan, melaksanakan kegiatan, mengamati dan memantau
kegiatan serta melakukan refleksi terhadap kegiatan yang telah dilaksanakan
selama melakukan pengembangan program orientasi kerja. Pelaksanakan kegiatan
dalam tahap penelitian action research dapat berubah sesuai dengan keadaan yang
terjadi. Penggunaan metode action research bertujuan untuk mengubah teori dan
praktik. Action research atau penelitian tindakan menurut Kemmis dan
McTanggart (1988) adalah suatu bentuk penelitian reflektif diri secara kolektif
dilakukan peneliti bersama partisipan dalam situasi sosial untuk meningkatkan
penalaran praktek sosial dan pendidikan peneliti dan partisipan serta pemahaman
peneliti dan partisipan tentang perilaku dan situasi dimana praktek-praktek
tersebut akan dilakukan.
47
Universitas Sumatera Utara
48
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Umum Natama Kota Tebing Tinggi
tentang program orientasi kerja di unit rawat inap secara khusus. Rumah sakit
tersebut merupakan rumah sakit yang terus melakukan recruitment pegawai
terutama tenaga perawat. Hubungan antara peneliti dan pihak-pihak terkait di
rumah sakit tersebut terjalin dengan baik sehingga memudahkan peneliti dalam
melakukan penelitian ini. Waktu penelitian dimulai pada bulan Pebruari 2016
sampai dengan Agustus 2016. Pertimbangan waktu tersebut cukup panjang karena
penelitian ini harus menyesuaikan dengan metode action research yang memiliki
siklus dengan beberapa tahapan sehingga membutuhkan waktu yang panjang agar
mendapatkan hasil penelitian yang representatif dan menyesuaikan dengan situasi
dan kondisi pihak-pihak terkait di rumah sakit tersebut.
3.3. Partisipan Penelitian
Partisipan dalam penelitian ini yaitu 13 orang yang terdiri dari 2 bagian
yaitu (1) Partisipan untuk data kualitatif yaitu tim pelaksana yang terdiri dari 1
orang kepala bidang keperawatan, dan 5 orang kepala unit/ ruangan, (2) Partisipan
untuk data kuantitatif yaitu 7 orang perawat baru, maksudnya adalah perawat baru
masuk dan baru bekerja maksimal 1 tahun di rumah sakit tersebut yang belum dan
atau sudah mendapatkan program orientasi kerja. Penentuan jumlah sampel
diambil dengan cara purposive sampling. Dimana purposive sampling merupakan
penentuan jumlah sampel dengan menggunakan pengetahuan peneliti untuk
memilih anggota sampel dari populasi. Peneliti memutuskan dengan sengaja
Universitas Sumatera Utara
memilih orang-orang yang dinilai menjadi khas dari populasi atau sangat
berpengetahuan tentang isu-isu yang diteliti (Polit & Beck, 2012). Dimana pada
penelitian ini, menurut pemahaman dan pengetahuan peneliti pada topik penelitian
ini bahwa partisipan dibagi atas 2 bagian yang sesuai dengan penelitian ini yaitu
partisipan yang dianggap memiliki wewenang dan tangggungjawab dalam
pelaksanaan program orientasi kerja di rumah sakit tersebut yaitu tim pelaksana
dan partisipan yang menjalani program orientasi kerja yaitu perawat baru.
3.4. Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan berbagai metode yaitu
wawancara individu, observasi, self report, focus group discussion dan beberapa
alat pengumpulan data yaitu panduan wawancara, panduan focus group
discussion, kuisioner, lembar observasi, serta alat tambahan atau penunjang yaitu
voice recorder. Berikut ini dijelaskan tentang metode dan alat pengumpulan data
tersebut, yaitu:
3.4.1. Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data pada tahap ini dilakukan dengan:
1. Wawancara Individu
Pada penelitian ini, wawancara dilakukan dengan tehnik indepth interview.
Hal ini berguna untuk mendapatkan informasi yang banyak dari partisipan.
Wawancara dilakukan berdasarkan panduan wawancara yang telah dipersiapkan
oleh peneliti. Pengembangan pertanyaan dilakukan peneliti dengan menggunakan
tehnik probing. Tehnik probing dilakukan dengan memberikan pertanyaan
Universitas Sumatera Utara
50
lanjutan yang dikembangkan berdasarkan atas jawaban yang diberikan oleh
partisipan. Wawancara dilakukan pada tahap reconnaissance terhadap 4 orang
partisipan yaitu 1 orang kepala bidang keperawatan, dan 3 orang kepala ruangan.
Lama wawancara antara 30-60 menit. Wawancara direkam dengan menggunakan
alat bantu rekam. Hasil wawancara dibuat dalam bentuk transkrip wawancara dan
kemudian dianalisis.
2. Observasi
Program orientasi kerja yang dilakukan oleh bidang keperawatan dan kepala
ruangan rumah sakit dinilai oleh peneliti melalui lembar observasi. Pada tahap
observasi, peneliti terlibat langsung dalam kegiatan program orientasi kerja
tersebut. Observasi dilaksanakan pada tahap observing yang bersamaan dengan
tahap action. Kegiatan observasi merupakan kegiatan untuk mengamati
implementasi program orientasi kerja oleh tim pelaksana program tersebut yang
dilaksanakan bulan Juli sampai dengan Agustus 2016. Tujuan dari tahap ini
adalah untuk menilai penerapan program orientasi kerja berbasis caring yang
dilakukan oleh bagian terkait pada program tersebut.
3. Self Report
Tehnik self report dilakukan dengan meminta partisipan mengisi kuisioner
tingkat pengetahuan perawat dan tingkat kepuasan perawat. Penyebaran kuisioner
dan pengumpulan data dilakukan pada tahap reconnaissance yaitu pada bulan Juni
2016 dan berikutnya pada tahap reflecting yaitu pada bulan Agustus 2016. Hal
tersebut dilakukan untuk mengetahui persepsi partisipan perawat baru sebelum
dan sesudah pelaksanaan program orientasi kerja berbasis caring. Peneliti
Universitas Sumatera Utara
melakukan wawancara langsung kepada partisipan apabila partisipan dianggap
tidak mampu untuk mengisi kuisioner sendiri.
4. Focus Group Discussion (FGD)
FGD dilakukan untuk mengetahui persepsi partisipan. FGD dilakukan
setelah program orientasi kerja berbasis caring dilaksanakan. FGD dilakukan satu
kali pada fase reflecting kepada empat orang partisipan yaitu 1 orang kepala
bidang keperawatan, dan 3 orang kepala unit/ ruangan. Dalam FGD peneliti
berperan sebagai moderator selama proses FGD berlangsung. Tugas moderator
adalah memimpin diskusi dan memberikan pertanyaan yang telah disusun
sebelumnya. Selain itu, FGD juga dilakukan pada tahap acting untuk merumuskan
dan menyusun SPO (Standar Prosedur Operasional).
3.4.2. Alat Pengumpulan Data
Alat pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini terdiri dari (1)
Panduan wawancara, (2) Panduan Focus Group Discussion (FGD), (3) Kuisioner
pengetahuan tentang program orientasi kerja, (4) Kuisioner tingkat kepuasan
perawat yang menjalani program orientasi kerja, dan (5) Lembar observasi dan (6)
Alat tambahan atau penunjang yaitu voice recorder. Alat pengumpulan data dalam
penelitian ini dibuat sendiri oleh peneliti berdasarkan teori yang ada dan kemudian
di modifikasi oleh peneliti sesuai kebutuhan.
Semua alat pengumpulan data seperti panduan wawancara, panduan focus
group discussion, kuisioner pengetahuan tentang program orientasi kerja,
kuisioner tingkat kepuasan perawat yang menjalani program orientasi kerja, dan
lembar observasi yang disiapkan oleh peneliti telah dilakukan uji validitas dengan
Universitas Sumatera Utara
52
menggunakan Content Validity Index (CVI) oleh tiga orang expert sesuai dengan
kompetensi objek penelitian yaitu Ibu Liberta Lumbantoruan, S.Kp., M.Kep, Ibu
Sabarina, S.Kep.,Ns, M.Kep dan Bapak Mompang Tua P. Harahap, S.Kep.,Ns,
M.Kep.
Skala Content Validity Index (CVI) antara 0,86 – 1,00. Untuk uji validitas
dilakukan dengan 4 item sebagai penilaiannya yaitu relevan (relevance), kejelasan
(clarity), kesederhanaan (simplicity), ambiguitas (ambiguity). Setiap item diberi
penilaian 1 sampai dengan 4, dimana nilai 1 merupakan tidak sesuai item, nilai 2
merupakan perlu direvisi banyak, nilai 3 merupakan sesuai item tetapi perlu
sedikit revisi dan nilai 4 berarti item tersebut sudah valid. Uji validitas
dilaksanakan pada bulan April sampai dengan Mei 2016.
Panduan wawancara individu dibuat sendiri oleh peneliti yang terdiri dari
delapan pertanyaan terbuka tentang persepsi partisipan terhadap pelaksanaan
program orientasi kerja. Pertanyaan wawancara digunakan untuk mengetahui
bagaimana pemahaman partisipan tentang program orientasi kerja, tujuan
pelaksanaan program orientasi kerja, manfaat pelaksanaan program orientasi
kerja, hambatan dalam pelaksanaan program orientasi kerja, pelaksanaan program
orientasi kerja yang telah berjalan, dan harapan terhadap pelaksanaan program
orientasi kerja. Hasil perhitungan atas uji validitas yang telah dilakukan maka
didapatkan bahwa panduan wawancara tersebut dikatakan valid karena memiliki
nilai CVI 0,95. Terdapat perbaikan pada item nomor 4 dan nomor 6 yaitu sedikit
perubahan kalimat pertanyaan tanpa merubah konteks pertanyaan serta merubah
susunan pertanyaan.
Universitas Sumatera Utara
Panduan focus group discussion terdiri dari lima pertanyaan terbuka tentang
evaluasi pelaksanaan program orientasi kerja berbasis caring. Pertanyaan
digunakan untuk menggali informasi tentang hal-hal yang perlu dilaksanakan pada
program orientasi kerja berdasarkan pengalaman, manfaat bagi perawat khususnya
dalam melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya, faktor-faktor yang mendukung
dan menghambat proses pelaksanaan program orientasi kerja, serta harapan dalam
pelaksanaan program orientasi kerja bagi perawat baru di Rumah Sakit Umum
Natama Kota Tebing Tinggi. Hasil perhitungan atas uji validitas yang telah
dilakukan maka didapatkan bahwa panduan focus group discussion tersebut
dikatakan valid karena memiliki nilai CVI 1,00.
Kuisioner pengetahuan perawat tentang pelaksanaan program orientasi kerja
terdiri dari 20 pernyataan dimana 2 pernyataan negatip yaitu item nomor 7 dan
nomor 9 dan 18 pernyataan positip dengan pilihan “benar” dan “salah”. Jika
partisipan memilih pernyataan tersebut “benar” maka diberi nilai 1 (satu), jika
partisipan memilih pernyataan tersebut “salah” maka diberi nilai 0 (nol). Jawaban
partisipan dibagi menjadi 3 kelas yaitu baik, cukup, kurang. Jika pengetahuanya
baik maka nilainya dari 14-20, jika pengetahuannya cukup maka nilainya 7-13
dan jika pengetahuanya kurang maka nilainya 0-6. Hasil perhitungan atas uji
validitas yang telah dilakukan maka didapatkan bahwa kuisioner tersebut
dikatakan valid karena memiliki nilai CVI 0,98. Terdapat perbaikan pada item
nomor 4 yaitu sedikit perubahan kalimat tersebut.
Kuisioner tentang kepuasan perawat terhadap pelaksanaan program orientasi
kerja disusun berdasarkan tinjauan pustaka tentang konsep orientasi kerja dan
Universitas Sumatera Utara
54
konsep caring ; Intrapersonal teaching learning yang terdiri dari 20 pernyataan.
Unsur-unsur caring dielaborasikan dengan konsep program orientasi kerja yang
bertujuan untuk menilai caring dalam pelaksanaan program orientasi kerja. Setiap
pernyataan terdiri atas 4 pilihan jawaban yaitu sangat puas, puas, tidak puas, dan
sangat tidak puas. Apabila partisipan menjawab sangat puas diberi nilai 4 (empat),
puas diberi nilai 3 (tiga), tidak puas diberi nilai 2 (dua), dan sangat tidak puas
diberi nilai 1 (satu). Jika partisipan merasa sangat puas total nilai 61-80 (76%100%), puas total nilai 41-60 (51%-75%), tidak puas total nilai 21-40 (26%-50%)
dan sangat tidak puas total nilai 1-20 (0-25%). Hasil perhitungan atas uji validitas
yang telah dilakukan maka didapatkan bahwa kuisioner tersebut dikatakan valid
karena memiliki nilai CVI 0,98. Terdapat perubahan pada item nomor 17 yaitu
perubahan kalimat tersebut dan lebih menyederhanakan kalimat-kalimat setiap
item dari pernyataan tersebut tanpa mengubah atau mengurangi konteks atau
tujuan dan maksud pernyataan tersebut.
Lembar observasi terdiri dari 24 pernyataan yang terkait dengan
pelaksanaan program orientasi kerja yang dilaksanakan oleh tim pelaksana
program orientasi kerja. Hal yang di observasi ditinjau dari 3 bagian yaitu
mengobservasi pelaksana/ tim program orientasi kerja, observasi terhadap peserta
program orientasi kerja, dan observasi terhadap dokumen program orientasi kerja.
Hasil perhitungan atas uji validitas yang telah dilakukan maka didapatkan bahwa
pernyataan pada lembar observasi tersebut dikatakan valid karena memiliki nilai
CVI 0,97. Terdapat perubahan pada item nomor 14 dan sedikit penambahan
kalimat pada item nomor 17 serta menyederhanakan dan melengkapi setiap item
Universitas Sumatera Utara
pernyataan tersebut. Semua instrumen penelitian telah dilakukan uji validitas
kepada expert yang dinyatakan valid dan untuk setiap perbaikan telah dikonsulkan
kembali kepada expert dan pembimbing. Alat tambahan atau penunjang yaitu
voice recorder, digunakan untuk merekam suara pada saat dilakukan wawancara
dan focus group discussion.
3.5. Prosedur Penelitian
Langkah-langkah action research yang dilakukan dalam pengembangan
program orientasi kerja di Rumah Sakit Umum Natama Kota Tebing Tinggi terdiri
atas tahap reconnaissance dan siklus action research (planning, acting, observing
and reflecting). Langkah-langkah tersebut dijelaskan sebagai berikut:
1. Tahap Reconnaissance
Pada tahap ini dilakukan kegiatan dimulai dari bulan Pebruari sampai
dengan bulan Juni 2016. Adapun kegiatan yang dilakukan yaitu mendapatkan
setting penelitian dan partisipan, mendapatkan persepsi tim pelaksana program
orientasi kerja bagi perawat dan pihak terkait tentang program orientasi kerja,
mengetahui pengetahuan perawat tentang program orientasi kerja, dan kepuasan
perawat terhadap pelaksanaan program orientasi kerja yang dilaksanakan selama
ini di Rumah Sakit Umum Natama Kota Tebing Tinggi.
2. Siklus Action Research
Siklus action research terdiri atas empat langkah yaitu planning, acting,
observing, dan reflecting. Berikut adalah tahapan yang dilaksanakan, yaitu:
Universitas Sumatera Utara
56
1. Planning
Pada tahap ini peneliti melakukan perencanaan atas kegiatan yang dilakukan
untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Beberapa kegiatan yang dibuat
dalam tahap ini antara lain merencanakan pembentukan tim dalam pelaksanaan
program orientasi kerja perawat, merencanakan seminar tentang caring dan
program orientasi kerja, merencanakan untuk berdiskusi dalam pembuatan
Standar Prosedur Operasional (SPO) program orientasi kerja, merencanakan
seminar dan sosialisasi SPO program orientasi kerja, merencanakan penerapan
SPO program orientasi kerja dan merancang format penilaian hasil pelaksanaan
program orientasi kerja.
2. Acting
Tahap ini merupakan tahap penerapan atas rencana tindakan yang telah
disusun. Pada tahap tindakan ini kegiatan yang dilakukan yaitu pembentukan
tim dalam pelaksanaan program orientasi kerja perawat. Setelah itu peneliti
memberikan seminar tentang caring dan program orientasi kerja, kemudian
bersama-sama pihak terkait mendiskusikan pembuatan standar pelaksanaan
program orientasi kerja perawat, membuat seminar sosialisasi standar prosedur
operasional pelaksanaan program orientasi kerja bagi perawat, pemberian
materi caring, selanjutnya mengaplikasikan standar tersebut dan merancang
format penilaian hasil pelaksanaan program orientasi kerja bagi perawat.
3. Observing
Tahap ini peneliti melakukan pengamatan atas tindakan yang telah dilakukan
partisipan. Apakah kegiatan tersebut telah sesuai dengan perencanaan yang
Universitas Sumatera Utara
telah dibuat sebelumnya atau tidak, apakah partisipan melaksanakan program
orientasi kerja sesuai dengan standar yang telah dibuat. Observasi dilakukan
dengan menggunakan pedoman observasi yang telah disusun sebelumnya.
4. Reflecting
Tahap reflecting adalah tahap penilaian atas kegiatan yang telah dijalani selama
siklus dalam action research. Pada tahap ini peneliti menilai sejauh mana
kegiatan yang direncanakan tersebut telah dilaksanakan. Tujuan pada tahap ini
adalah menilai kemajuan, kelemahan dan kendala apa saja yang ditemukan
oleh partisipan selama proses kegiatan pelaksanaan program orientasi kerja
dilakukan. Setelah itu peneliti berupaya untuk memahami, memaknai dan
menyimpulkan data-data yang ditemukan.
Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini yaitu mengadakan focus group
discussion (FGD) dengan para partisipan. Tujuan dari FGD adalah untuk
menyelidiki tentang persepsi perawat setelah dilaksanakannya kegiatan
program orientasi kerja perawat tersebut. FGD juga digunakan untuk
mendapatkan informasi tentang faktor pendukung dan penghambat selama
kegiatan program orientasi kerja. FGD dilakukan juga untuk mengetahui
seberapa besar antusias dan kepuasan tim pelaksana program orientasi kerja
dalam menerapkan program orientasi kerja berbasis caring.
Pada tahap reflecting dilakukan kembali penyebaran kuisioner tingkat
pengetahuan dan kepuasan perawat baru terhadap pelaksanaan program
orientasi kerja. Penyebaran kuisioner pada tahap reflecting merupakan tahap
penilaian terhadap pengetahuan dan kepuasan perawat baru setelah menjalani
Universitas Sumatera Utara
58
program orientasi kerja berbasis caring. Dari hasil kegiatan program orientasi
kerja yang telah diikuti oleh perawat baru tersebut diketahui adanya
peningkatan pengetahuan dan kepuasan perawat baru, karena dalam proses
program orientasi kerja tersebut diberikan berbagai informasi yang
berhubungan dengan peran, tugas dan tanggungjawab perawat baru tersebut
berdasarkan caring.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 3.1. Kegiatan Reconnaissance Pengembangan Program Orientasi Kerja Berbasis Caring Di Rumah Sakit Umum
Natama Kota Tebing Tinggi
Pebruari s/d Mei 2016
1. Melakukan prolonged engagement
2. Membuat
pertemuan
kembali
dengan
melibatkan
seluruh
partisipan secara bersama-sama.
3. Menyampaikan maksud dan tujuan
peneliti untuk melakukan penelitian
di Rumah Sakit Umum Natama.
4. Menyampaikan
kegiatan-kegiatan
yang dilakukan dalam penelitian.
5. Menyampaikan
langkah-langkah
dari kegiatan yang dilakukan selama
penelitian.
6. Menyampaikan
batas
waktu
penelitian.
7. Mencari informasi kembali secara
menyeluruh tentang setting tempat
penelitian.
Mei s/d Juni 2016
Juni 2016
1. Melakukan wawancara pada partisipan
secara individu tentang pelaksanaan
program orientasi kerja.
2. Partisipan yang dilakukan wawancara
adalah partisipan yang belum pernah di
wawancarai oleh peneliti.
3. Lama wawancara 30 sampai 60 menit
untuk masing- masing partisipan.
4. Wawancara
menggunakan
panduan
wawancara dan recorder.
5. Hasil wawancara dibuat dalam bentuk
transkrip dan dianalisis.
6. Melakukan penyebaran kuisioner tentang
pengetahuan dan kepuasan perawat pada
partisipan perawat baru.
1. Mengumpulkan kembali kuisioner yang
telah dibagikan sebelumnya kepada
partisipan perawat baru.
2. Melakukan analisa data
3. Melakukan member checking terhadap
hasil wawancara dan penyebaran
kuisioner kepada partisipan.
59
Universitas Sumatera Utara
60
3.6. Variabel dan Defenisi Operasional
Variabel yang diteliti adalah pengembangan program orientasi kerja bagi
perawat baru di Rumah Sakit Umum Natama Kota Tebing Tinggi. Defenisi
operasional pengembangan program orientasi kerja adalah suatu kegiatan
sistematis dalam pelaksanaan program orientasi kerja yang berdasarkan atas
caring: intrapersonal teaching learning; caritas coaching oleh tim pelaksana
program orientasi kerja terhadap perawat baru di Rumah Sakit Umum Natama
Kota Tebing Tinggi yang dikembangkan dengan menggunakan metode action
research yang menghasilkan suatu standar prosedur operasional program orientasi
kerja bagi perawat. Program yang dikembangkan tersebut dapat meningkatkan
pengetahuan dan perilaku tim pelaksana program orientasi kerja tentang caring,
pengetahuan dan perilaku perawat baru khususnya mengenai prinsip keperawatan
yaitu caring dalam melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya sebagai perawat,
dan tingkat kepuasan perawat baru dalam mengikuti program orientasi kerja.
3.7. Metode Analisis Data
Analisis data dalam penelitian ini terbagi dua jenis yaitu analisis data
kualitatif dan analisis data kuantitatif. Analisis data kualitatif dilakukan untuk data
yang diperoleh dari hasil wawancara pada tahap reconnaissance dan hasil FGD
(focus group discussion) pada tahap reflecting. Kedua data dianalisa dengan
menggunakan conten analysis dengan tahapan yaitu menyusun transkrip data
kualitatif, menyusun kategori dan melakukan pengkodean. Adapun tahapan
Universitas Sumatera Utara
analisis data kualitatif menurut Colaizzi (1978) dalam Streubert dan Carpenter
(1995) sebagai berikut:
1. Membaca seluruh deskripsi wawancara yang telah diungkapkan oleh
partisipan. Dalam proses analisis ini, pernyataan partisipan ditranskrip dari
audio rekaman wawancara.
2. Melakukan ekstraksi (pemisahan) terhadap pernyataan signifikan (pernyataan
yang secara langsung berhubungan dengan fenomena yang diteliti). Setiap
pernyataan dalam transkrip partisipan yang berhubungan langsung dengan
fenomena yang diteliti dianggap signifikan. Pernyataan yang signifikan
diekstraksi dari masing-masing transkrip dan diberikan nomor.
3. Menguraikan makna yang terkandung dalam pernyataan signifikan. Tahap
analisis ini peneliti berupaya untuk memformulasikan kembali pernyataan
signifikan umum diekstraksi dari transkrip partisipan.
4. Menggabungkan makna yang dirumuskan ke dalam kelompok tema. Peneliti
menetapkan atau mengatur makna yang telah dirumuskan ke dalam kelompok
sejenis. Dengan kata lain, makna yang dirumuskan dikelompokkan kedalam
kelompok tema. Artinya, beberapa pernyataan mungkin berhubungan.
5. Mengembangkan sebuah deskripsi tema dengan lengkap (yaitu deskripsi yang
komprehensif dari pengalaman yang diungkapkan partisipan). Sebuah deskripsi
yang lengkap dikembangkan melalui sintesis dari semua kelompok tema dan
makna yang dirumuskan dan dijelaskan oleh peneliti.
6. Mengidentifikasi landasan struktur dari fenomena tersebut. Struktur dasar
mengacu kepada esensi dari fenomena pengalaman yang diungkapkan dengan
analisis ketat dari setiap deskripsi lengkap dari fenomena tersebut.
Universitas Sumatera Utara
62
7. Kembali ke partisipan untuk melakukan validasi. Pertemuan untuk tindak
lanjut dibuat antara peneliti dengan masing-masing partisipan untuk tujuan
memvalidasi esensi dari fenomena dengan partisipan. Setiap perubahan yang
dibuat disesuaikan dengan umpan balik partisipan untuk memastikan makna
yang dimaksudkan partisipan tersampaikan dalam struktur dasar dari fenomena
tersebut. Integrasi dari informasi tambahan oleh partisipan untuk dimasukkan
ke dalam deskripsi final dari fenomena yang terjadi saat ini.
Analisis data kuantitatif dilakukan pada tahap reconnaissance, observasi,
dan refleksi. Data pada tahap reconnaissance dan tahap refleksi dikumpulkan
dengan menggunakan lembar kuisioner, sedangkan data pada tahap observasi
didapatkan dengan menggunakan lembar observasi. Analisis data menggunakan
statistik diskriptif kuantitatif untuk melihat rata-rata tingkat pengetahuan perawat
baru dan kepuasan perawat baru sebelum dan sesudah pelaksanaan program
orientasi kerja.
3.8. Keabsahan Data
Keabsahan data bertujuan untuk memperoleh tingkat kepercayaan yang
berkaitan dengan seberapa jauh kebenaran hasil penelitian, mengungkapkan dan
memperjelas data dengan fakta-fakta aktual dilapangan. Lincoln dan Guba (1985,
dalam Polit dan Beck, 2012) menentukan beberapa kriteria dalam keabsahan data
penelitian kualitatif yaitu credibility, transferability, dependability, confirmability,
dan authenticity.
Universitas Sumatera Utara
Credibility dipertahankan melalui teknik prolonged engagement, member
check dan triangulation. Prolonged engagement merupakan tehnik untuk
membangun kepercayaan antara peneliti dan partisipan. Prolonged engagement
dilakukan saat melakukan tahap reconnaissance dan hubungan dengan partisipan
sebelumnya telah terjalin dengan baik karena adanya hubungan kerjasama antara
tempat kerja peneliti dan tempat penelitian. Pendekatan-pendekatan yang
dilakukan meliputi pendekatan kepada pihak yayasan dan pimpinan atau direktur
serta kepala-kepala unit yang bertanggungjawab dalam hal membimbing perawat
baru di rumah sakit tersebut. Pendekatan juga dilakukan kepada perawat baru
yang terlibat dalam penelitian. Tujuan dari semua pendekatan yang dilakukan
adalah untuk mengenal dan memahami situasi atau setting penelitian sehingga
antara peneliti dan partisipan memiliki hubungan yang dekat sehingga semakin
akrab, semakin terbuka, dan muncul hubungan saling percaya, dengan demikian
partisipasi para partisipan dapat terwujud. Member check dilakukan dengan
memberikan dokumen temuan data pada partisipan untuk dibaca pada tahap
validasi data sebagai upaya untuk memperoleh kepastian atau objektifitas data
yang diperoleh. Triangulation dilakukan untuk mengecek kebenaran data dengan
membandingkan data yang diperoleh dengan data dari sumber lain. Tehnik
triangulation dilakukan peneliti dengan melakukan metode pengumpulan data
yang beragam terdiri dari wawancara, observasi, focus group discussion, dan
penyebaran kuisioner.
Transferability memiliki makna bahwa penelitian ini dapat digunakan pada
setting yang berbeda. Kriteria penelitian ini terpenuhi dengan menjelaskan secara
Universitas Sumatera Utara
64
rinci data yang diperoleh termasuk juga situasi organisasi dan geografis tempat
penelitian serta temuan yang diperoleh. Temuan atau hasil penelitian dianalisa
dengan menggunakan literatur yang sesuai dengan topik penelitian.
Dependability mengacu pada bukti yang konsisten dan stabil. Mengacu pada
stabilitas data dari waktu ke waktu dan kondisi. Menurut Shenton, K (2004) dalam
rangka untuk mengatasi masalah dependability lebih langsung, proses dalam
penelitian harus dilaporkan secara rinci, sehingga memungkinkan peneliti
selanjutnya untuk mengulanginya, untuk mendapatkan hasil yang sama. Untuk
memenuhi kriteria ini peneliti melaporkan secara detail setiap proses penelitian
kepada pembimbing yaitu Bapak Setiawan, S.Kp., MNS., Ph.D dan Bapak
Achmad Fathi, S.Kep., Ns., MNS untuk menilai apakah proses dan hasil yang
diperoleh sudah sesuai sehingga data yang diperoleh dari hasil penelitian dapat
lebih objektif. Selain itu dilakukan tehnik thic description atau dokumen yang
tebal dengan cara mengumpulkan semua dokumen yang terkait penelitian dalam
satu map.
Confirmability mengacu pada objektifitas atau netralitas data, dimana
tercapai persetujuan antara dua orang atau lebih tentang relevansi dan arti data.
Confirmability tercapai jika peneliti dapat meyakinkan orang lain bahwa data
yang dikumpulkan adalah data yang objektif, seperti apa adanya di lapangan.
Confirmability dilakukan dengan teknik triangulasi dan check expert. Triangulasi
data dilakukan dengan melakukan pengambilan data dengan cara focus group
discussion, indepth interview dan self report. Check expert dilakukan dengan
mengkonsultasikan hasil dari setiap kegiatan yang telah dilakukan ke Bapak
Universitas Sumatera Utara
Setiawan, S.Kp, MNS, Ph.D expert yang ahli dalam penelitian kualitatif dengan
metode action research. Salah satu yang dilakukan dalam check expert adalah
untuk validasi hasil dan tema yang ditemukan saat melakukan analisa data.
Authenticity mengacu pada sejauh mana peneliti secara adil dan dengan
tepat menunjukkan kenyataan yang terjadi. Keaslian muncul dalam laporan ketika
laporan tersebut dapat menyampaikan perasaan partisipan sebagaimana yang
mereka rasakan. Teks memiliki keaslian jika dapat mengajak pembaca merasa
perwakilan dari pengalaman yang digambarkan dari kehidupan tersebut, dan
memungkinkan pembaca untuk mengembangkan kepekaan terhadap isu-isu yang
digambarkan. Ketika teks mencapai keaslian, pembaca lebih mampu memahami
hal yang digambarkan tersebut. Authenticity dilakukan dengan cara membuat
beberapa pernyataan partisipan sebagai data yang mendukung terhadap tema-tema
yang dihasilkan pada temuan saat penelitian. Untuk memudahkan pembaca
memahami teks tersebut maka penelitian ini disusun secara sistematis dan
menggunakan penjabaran kata-kata yang mudah dipahami.
3.9. Pertimbangan Etik
Penelitian ini telah mendapatkan ethical clearance dari Komite Etik
Keperawatan di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara pada tanggal
18 April 2016. Pengumpulan data dilakukan setelah partisipan menyetujui
keikutsertaan dalam penelitian dan menandatangani informed consent yang berisi
informasi
terkait
etik
penelitian.
Semua
partisipan
penelitian
telah
menandatangani informed consent sebelum dilakukan wawancara.
Universitas Sumatera Utara
66
Peneliti menjelaskan kepada partisipan bahwa penelitian ini tidak
memberikan resiko secara fisik dan informasi yang diberikan partisipan tidak
digunakan untuk sesuatu yang merugikan bagi partisipan (beneficience).
Kerahasian partisipan dan pemberi informasi dijaga dengan tidak menyebutkan
nama mereka saat wawancara. Peneliti juga mengganti nama partisipan dengan
inisial untuk menjaga kerahasiaan informasi yang diberikan oleh partisipan
(confidentiality). Data disimpan dengan nama kode khusus sehingga tidak ada
hubungan antara kode dengan identitas partisipan dan nama partisipan hanya
diketahui oleh peneliti.
Saat partisipan sudah setuju untuk berpartisipasi dalam penelitian ini, semua
partisipan diberi tahu bahwa mereka dapat mengundurkan diri dari penelitian ini
kapanpun mereka kehendaki. Peneliti juga tidak memaksa keikutsertaan partisipan
dan partisipan berhak untuk menarik keikutsertaannya dalam penelitian kapan saja
diinginkanya (otonomi), selain itu Mereka juga diberi tahu bahwa jika isi
wawancara menyebabkan ketidaknyamanan emosional atau stress, mereka dapat
langsung menghentikan wawancara saat itu juga dan bebas menolak untuk
memberikan jawaban pada pertanyaan apapun. Semua partisipan diberi tahu
bahwa kesediaan atau penolakan mereka untuk terlibat dalam penelitian ini tidak
akan mempengaruhi statusnya.
Universitas Sumatera Utara
67
KEGIATAN PENELITIAN :
PENGEMBANGAN PROGRAM ORIENTASI KERJA BERBASIS CARING
DI RUMAH SAKIT UMUM NATAMA KOTA TEBING TINGGI
REFLECTION
- Penghambat : waktu, beban kerja besar, fasilitas
belummemadai, pemahaman kurang, ketidak pedulian
- Pendukung : kerjasama, SPO, pimpinan, waktu, tempat
- Tema : pengalaman, manfaat, faktor pendukung, faktor
penghambat, harapan pelaksanaan program orientasi
kerja berbasis caring
- Pengetahuan perawat baru meningkat, sebelum
penerapan program 57,14% baik, setelah penerapan
program 100% baik.
- Kepuasan perawat baru meningkat, sebelum penerapan
program 42,86 sangat puas, setelah penerapan program
100% sangat puas
ACTION
- Pembentukan tim pelaksana program orientasi kerja
berbasis caring
- Seminar tentang caring dan program orientasi kerja
- Pembuatan Standar Prosedur Operasional (SPO) program
orientasi kerja berbasis caring
- Seminar dan sosialisasi SPO program orientasi kerja
berbasis caring
- Penerapan SPO program orientasi kerja berbasis caring
- Merancang format penilaian hasil pelaksanaan program
orientasi kerja berbasis caring
OBSERVATION
- Mengobservasi tim pelaksana program orientasi kerja
dalam melaksanakan program orientasi kerja berbasis
caring
- Mengobservasi peserta (perawat baru) dalam pelaksanaan
program orientasi kerja berbasis caring
- Mengobservasi penggunaan dokumen ; SPO program
orientasi kerja bebasis caring
RECONNAISSANCE
Reconnaissance
- Setting tempat penelitian
- Pelaksanaan program orientasi kerja tidak terjadwal, SPO
tidak terlaksana, evaluasi program tidak maksimal dan tidak
terstruktur.
- Masalah perawat baru: tidak percaya diri, terjadi
kesenjangan, tidak peduli, tidak ramah, turnover tinggi,
hubungan dengan rekan kerja buruk
- Hambatan: waktu, kesibukan, kurang peduli, pimpinan
PLANNING
Out put;
SPO program
orientasi kerja
berbasis caring
- Merencanakan pembentukan tim pelaksana program
orientasi kerja
- Merencanakan seminar tentang caring dan program
orientasi kerja
- Merencanakan untuk pembuatan Standar Prosedur
Operasional (SPO) program orientasi kerja berbasis caring
- Merencanakan seminar dan sosialisasi SPO program
orientasi kerja berbasis caring
- Merencanakan penerapan SPO program orientasi kerja
berbasis caring
Out come;
Pengetahuan tim pelaksana tentang
program orientasi kerja berbasis caring
Pengetahuan perawat baru tentang
program orientasi kerja berbasis caring
Tingkat kepuasan perawat baru mengikuti
program orientasi kerja berbasis caring
Skema 3.1.
Kegiatan penelitian;
Pengembangan Program
Orientasi Kerja Berbasis
Caring Di RSU. Natama
Kota Tebing Tinggi
67
Universitas Sumatera Utara
67
BAB 4
HASIL PENELITIAN
Pengumpulan data telah dilaksanakan dari bulan Pebruari sampai Juni 2016
di Rumah Sakit Umum Natama Kota Tebing Tinggi. Bab ini menjelaskan tentang
hasil penelitian tentang Pengembangan Program Orientasi Kerja Bebasis Caring
Di Rumah Sakit Umum Natama Kota Tebing Tinggi yang dikelompokkan dalam
beberapa pokok bahasan sebagai berikut:
4.1. Deskripsi lokasi penelitian
4.2. Karakteristik demografi partisipan
4.3. Proses pengembangan program orientasi kerja berbasis caring
4.3.1 Tahapan reconnaissance meliputi:
1) Konteks studi yang menggambarkan setting tempat penelitian dan
partisipan
2) Perspektif tim pelaksana program orientasi kerja tentang pelaksanaan
program orientasi kerja selama di Rumah Sakit Umum Natama Kota
Tebing Tinggi
3) Perspektif perawat baru tentang pelaksanaan program orientasi kerja
selama di Rumah Sakit Umum Natama Kota Tebing Tinggi yang
meliputi pengetahuan dan kepuasan.
4.3.2 Proses action research: planning, action, observation dan reflection
4.4. Out put dari pengembangan program orientasi kerja berbasis caring
4.5. Outcome action research.
Universitas Sumatera Utara
4.1. Deskripsi Lokasi Penelitian
Rumah Sakit Umum Natama Kota Tebing Tinggi adalah institusi pelayanan
kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan/ perusahaan
yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan dan gawat darurat. Rumah
sakit ini beralamat di Jalan Kartini No. 30A, Kota Tebing Tinggi, Provinsi
Sumatera Utara. Rumah Sakit Umum Natama Kota Tebing Tinggi pada awalnya
merupakan sebuah Klinik pada tahun 2003, kemudian pada tahun 2013
berkembang
menjadi
Rumah
Sakit
Umum
dengan
izin
operasional
440/292/DKK/Tahun 2015.
Visi Rumah Sakit Umum Natama Kota Tebing Tinggi yaitu “menjadikan
Rumah Sakit Umum Natama sebagai sarana pelayanan kesehatan yang tepat guna
serta tepat sasaran yang berkualitas dan berintegritas dengan pelayanan prima bagi
masyarakat demi tercapainya cita-cita pembangunan nasional khususnya dalam
bidang kesehatan. Untuk mewujudkan visi tersebut maka Rumah Sakit Umum
Natama memiliki Misi yaitu 1). Keluarga sehat bahagia idaman Natama, 2).
Mewujudkan sarana kesehatan yang mandiri dan berdaya saing yang mempunyai
mutu pelayanan bagi masyarakat dengan memberikan pola pelayanan kesehatan
dengan sistem kecepatan dalam penindakan pasien serta ketepatan penanganan
terhadap pasien, 3). Memberikan pelayanan bagi masyarakat disetiap wilayah baik
ditingkat perkotaan maupun tingkat pedesaan serta bekerjasama dengan pihakpihak swasta dan instansi terkait lainnya serta menjalin hubungan dengan rekan
sejawat secara sinergi dan berkesinambungan dalam penanganan layanan
kesehatan dan penyediaan layanan ambulance angkutan pasien, memberikan spa
Universitas Sumatera Utara
70
baby, salon bagi pasien yang telah selesai melahirkan agar supaya kondisi kembali
fress dan sehat.
Struktur organisasi Rumah Sakit Umum Natama Kota Tebing Tinggi terdiri
atas : PT. Natama Regar Margana, kemudian Direktur Utama yang dibantu oleh
Bidang Pelayanan Medis dan Bidang Umum. Bidang Pelayanan Medis dibantu
oleh Bagian Keperawatan dan Bagian Penunjang Medis. Bidang Umum dibantu
oleh Bagian Administrasi dan Keuangan, dan Bagian Personalia dan Umum.
Fasilitas ruangan yang tersedia di Rumah Sakit Umum Natama Kota Tebing
Tinggi tersebut terdiri dari ruang super VIP ada 2 tempat tidur, ruang VIP ada 5
tempat tidur, ruang kelas I ada 8 tempat tidur, ruang kelas II ada 6 tempat tidur,
ruang kelas III ada 8 tempat tidur, ruang isolasi ada 1 tempat tidur, ruang IGD ada
4 tempat tidur, ruang ICU ada 4 tempat tidur, ruang poli obgyn ada 1 tempat tidur,
ruang poli penyakit dalam ada 1 tempat tidur, ruang poli anak ada 1 tempat tidur,
ruang bayi sehat ada 13 box, ruang poli bedah ada 1 tempat tidur, ruang poli gigi
ada 1 tempat tidur, ruang VK ada 5 tempat tidur, ruang OK ada 2 tempat tidur,
dan ruang NICU ada 2 inkubator.
Susunan kepegawaian Rumah Sakit Umum Natama Kota Tebing Tinggi
terdiri atas tenaga dokter spesialis, dokter umum, apoteker, keperawatan dan
administrasi dengan jenjang pendidikan SMU, D3, dan S1. Saat ini total jumlah
tenaga keperawatan ada 30 orang. Penerimaan pegawai tidak ditentukan waktu
dan jumlahnya, jadi kapan saja dibutuhkan dan diperlukan dapat dilakukan
penerimaan pegawai. Rata-rata tenaga keperawatan di rumah sakit tersebut masih
berusia 22 sampai dengan 30 tahun dan pendidikannya rata-rata Diploma III.
Universitas Sumatera Utara
4.2. Karakteristik Demografi Partisipan
Partisipan dalam penelitian ini terdiri dari dua kelompok partisipan yaitu
kelompok tim pelaksana program dan kelompok partisipan perawat baru. Jumlah
partisipan tim pelaksana program sebanyak 6 orang dan partisipan perawat baru
sebanyak 7 orang. Berdasarkan karakteristik demografi partisipan tim pelaksana
program diketahui bahwa mayoritas partisipan atau sebanyak 66,67% berjenis
kelamin perempuan, umur partisipan rata-rata dengan rentang 25-30 tahun
(dewasa awal) sebesar 100%. Jenjang pendidikan partisipan seluruhnya adalah
jenjang pendidikan diploma III. Berdasarkan status perkawinan didapatkan bahwa
mayoritas partisipan belum kawin sebanyak 50% dan berdasarkan masa kerja
partisipan terbanyak adalah < 5 tahun. Rincian karakteristik demografi partisipan
tim pelaksana program orientasi kerja dapat dilihat pada tabel 4.1.
Tabel 4.1. Karakteristik Demografi Partisipan Tim Pelaksana Program
Orientasi Kerja (n = 6)
No
Karakteristik
Frekuensi
Presentasi (%)
1
2
3
4
5
Jenis kelamin:
Laki-laki
Perempuan
Umur:
25- 30 tahun
Jenjang Pendidikan:
Diploma III
Status Perkawinan:
Kawin
Belum kawin
Lama Kerja
< 5 tahun
2
4
33.33
66.67
6
100.00
6
100.00
3
3
50.00
50.00
6
100.00
Partisipan perawat baru yang terlibat dalam program orientasi kerja ini
sebanyak 7 orang dimana berdasarkan data karakteristik demografi diperoleh
Universitas Sumatera Utara
72
partisipan berjenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 4 orang (57,14%) dan lakilaki sebanyak 3 orang (42,86%). Seluruh partisipan berumur 22 – 25 tahun
dimana masuk dalam kelompok umur masa remaja akhir. Rincian karakteristik
partisipan perawat baru dapat dilihat pada tabel 4.2.
Tabel 4.2. Karakteristik Demografi Partisipan Perawat Baru (n = 7)
No
1
2
Karakteristik
Frekuensi
Presentasi (%)
Laki-laki
3
42.86
Perempuan
4
57.14
7
100.00
Jenis kelamin:
Umur:
22- 25 tahun
4.3. Proses Pengembangan Program Orientasi Kerja Berbasis Caring
Proses pengembangan program orientasi kerja berbasis caring dijelaskan
menjadi 2 tahap. Tahap pertama adalah reconnaissance, tahap ini menjelaskan
mulai dari pendekatan kepada pihak-pihak yang berkepentingan di tempat
penelitian sampai dengan mendapatkan masalah untuk diteliti. Tahap kedua
menjelaskan tentang tahap siklus action research mulai dari tahap planning,
action, dan observation serta reflection.
4.3.1 Tahapan Reconnaissance
Tahap reconnaissance dilaksanakan peneliti sejak bulan Pebruari sampai
Mei 2016. Peneliti melakukan pendekatan kepada pemilik Rumah Sakit tersebut
dan pejabat struktural untuk mendapatkan izin dan mendukung dilakukannya
penelitian. Pengumpulan data awal tentang program orientasi kerja dilakukan
Universitas Sumatera Utara
dengan melakukan wawancara kepada partisipan tim perumus atau pelaksana pada
tahap reconnaissance dan self report oleh partisipan perawat baru.
Hasil pengumpulan data pada tahap reconnaissance dikelompokan ke dalam
tiga bagian yaitu (1) Konteks studi yang menggambarkan setting tempat penelitian
dan partisipan, (2) Perspektif tim pelaksana tentang program orientasi kerja
selama ini di rumah sakit tersebut, dan (3) Perspektif perawat baru tentang
pelaksanaan program orientasi kerja selama di Rumah Sakit Umum Natama Kota
Tebing Tinggi yang meliputi pengetahuan dan kepuasan. Berikut penjelasan dari
hasil reconnaissance, yaitu:
1) Setting tempat penelitian dan partisipan
Penelitian dilakukan di unit rawatan (unit rawat inap) yang terletak dilantai
2 yang terdiri dari 33 tempat tidur, 14 ruangan, 1 ruangan isolasi, 1 nurse station,
ruang khusus kepala ruangan, dan ruangan tempat penyimpanan peralatan dan
perlengkapan. Rata-rata jumlah pasien perbulannya sebanyak 150 pasien. Rumah
Sakit Umum Natama Kota Tebing Tinggi memberikan pelayanan kepada pasien
umum, tidak ada pelayanan untuk pasien yang menggunakan Badan
Penyelenggaraan Jaminan Sosial (BPJS) di rumah sakit tersebut.
Perawat di unit rawat inap terdiri dari 9 perawat pelaksana dan 1 orang
kepala ruangan. Pendidikan perawat di unit tersebut seluruhnya lulusan Diploma
III keperawatan. Di unit tersebut juga terdapat 2 orang bidan lulusan Diploma III
kebidanan. Dalam memberikan pelayanan kepada pasien, pimpinan dan yayasan
selalu menekankan agar mengutamakan pelayanan yang ramah dan teraupetik
kepada setiap pasien dan keluarganya, karena menurut pimpinan hal tersebutlah
Universitas Sumatera Utara
74
yang harus diutamakan di rumah sakit tersebut untuk menarik perhatian
masyarakat.
Metode pelayanan keperawatan yang digunakan adalah metode fungsional,
mengingat perawat di unit tersebut jumlahnya sedikit. Pembagian kerja dibagi atas
3 shift yaitu pagi, sore dan malam. Pelaksanaan program orientasi kerja di unit
tersebut belum dilaksanakan dengan baik selama ini, mengingat kepala ruangan
sibuk dalam melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya lebih ke pelayanan
terhadap pasien.
2) Perspektif tim pelaksana program orientasi kerja tentang pelaksanaan
program orientasi kerja selama di Rumah Sakit Umum Natama Kota
Tebing Tinggi.
Wawancara dengan teknik indept interview terhadap partisipan tersebut
berdasarkan pada beberapa pokok bahasan yaitu 1) Pengertian orientasi kerja, 2)
Tujuan dari pelaksanaan program orientasi kerja, 3) Manfaat dari pelaksanaan
program orientasi kerja, 4) Pelaksanaan program orientasi kerja, 5) Yang
bertanggungjawab dalam pelaksanaan program orientasi kerja, 6) Materi yang
perlu dilaksanakan dalam program orientasi kerja bagi perawat, 7) Hambatan
dalam pelaksanaan program orientasi kerja, 8) Harapan atas pelaksanaan program
orientasi kerja. Berikut diuraikan setiap pokok bahasan tersebut, yaitu:
1. Pengertian orientasi kerja
Partisipan mengungkapkan bahwa program orientasi kerja merupakan
pemberian informasi kepada karyawan baru mengenai lingkungan kerja dan hal-
Universitas Sumatera Utara
hal yang belum diketahui ditempat kerja tersebut serta dibuat suatu penilaiannya.
Pengertian ini sesuai dengan pernyataan partisipan seperti pada kutipan berikut :
“memberikan informasi kepada karyawan-karyawan lainnya tentang tehnik
atau standar kerja yang ada di rumah sakit ini” (Partisipan 1)
“orientasi kerja itu adalah... awal dari permulaan bekerja... untuk
mengenal hal-hal yang belum diketahui di tempat tersebut” (Partisipan 2)
“orientasi kerja itu... simpelnya... penempatan posisi seseorang yang baru
bekerja dan disitu nanti dibuat penilaian dimana kelebihan atau
kekurangannya disaat melakukan orientasi itu” (Partisipan 3).
“orientasi kerja itu pengenalan diri tentang masalah lingkungan kerja...”
(Partisipan 4).
2. Tujuan dari pelaksanaan program orientasi kerja
Menurut partisipan, tujuan program orientasi kerja adalah untuk
meningkatkan kerjasama antar karyawan, agar tidak ada kesenjangan satu sama
lain, supaya dapat memahami situasi tempat kerja dan program orientasi kerja
juga bertujuan untuk melihat dan menilai pegawai baru tentang kompetensinya
dalam bekerja. Tujuan ini sesuai dengan pernyataan partisipan seperti kutipan
berikut:
“tujuannya itu bisa saling kerjasama kalau yang... seandainya... disatu
sisi... apa ya... anggota itu ada masalah diruangan dengan yang lainnya.
Intinya untuk meningkatkan kerjasamalah antar karyawan” (Partisipan 1)
“untuk melihat dan menilai yang baru bergabung di rumah sakit kita, jadi
kita tahu dimana kompetensi ataupun... sampai dimana dia bisa melakukan
pekerjaan di rumah sakit” (Partisipan 3)
Universitas Sumatera Utara
76
“untuk bisa bersosialisasi dengan kita, bisa bergabunglah intinya dengan
kita disini” (Partisipan 3)
“ha... itu... biar gak ada kesenjanganlah. Tujuannya supaya dapat
memahamilah situasi dimana kita kerja...”. (Partisipan 4)
3. Manfaat dari pelaksanaan orientasi kerja
Partisipan mengungkapkan bahwa manfaat dari program orientasi kerja
adalah agar karyawan mengerti tentang keadaan, sistem kerja, jam kerja,
mengenali lingkungan barunya, mengetahui mana yang boleh dan mana yang
tidak boleh dilakukan oleh perawat, menambah ilmu pengetahuan dan tidak terjadi
kecemburuan sosial antar pegawai. Manfaat ini sesuai dengan pernyataan
partisipan seperti pada kutipan berikut :
“karyawan-karyawan rumah sakit mengerti tentang keadaan dan bentuk
rumah sakit, uda gitu sistem kerja di rumah sakit, dan agar tidak terjadi
kecemburuan sosial,....”. (Partisipan 2)
“ya otomatis dia bisa mengenali lingkungannya, dia bisa melakukan dan
mana yang tidak bisa dilakukan, dia bisa bertambah ilmunya dari dia tidak
tahu menjadi tahu, jadi intinya seperti itulah pak”. (Partisipan 3)
4. Pelaksanaan program orientasi kerja
Menurut partisipan, pelaksanaan program orientasi kerja sudah dilaksanakan
selama ini setiap ada pegawai baru. Pelaksanaanya tidak mengikuti standar yang
ada, hanya memperkenalkan pegawai terhadap hal-hal yang umum saja dan tidak
ada waktu yang dijadwalkan untuk pelaksanaan program orientasi kerja.
Pemberian materi tidak dilaksanakan dengan baik, hanya secara lisan saja tanpa
adanya proses pembelajaran atau pembimbingan yang sesuai standar. Pelaksanaan
Universitas Sumatera Utara
program orientasi kerja secara umum dilaksanakan 1 hari dan secara khusus
dilaksanakan selama 1 minggu di setiap ruangan. Proses penilaiannya dilakukan
oleh setiap kepala ruangan berdiskusi dengan kepala perawatan dan direktur
dengan cara mendengarkan pendapat dan berdiskusi dari setiap orang dalam tim
tersebut. Proses pelaksanaan program orientasi kerja ini sesuai dengan pernyataan
partisipan seperti kutipan berikut :
“orientasi itu biasanya disaat dia langsung masuk itukan dikasih tahu kalau
kepala ruangannya ini orangnya, terus direktur dan pemilik perusahaan,...
jadwal khususnya gak ada, berjalan sesuai dengan shifnya aja...
(Partisipan 1)
“evaluasinya setelah tanggal terakhir orientasi. Di evaluasi... nanti kita
kumpul lagi sama kanit-kanit masing-masing. Gimana perkembangan dia
kita kumpul jadi satu lagi, kita omongin lagi” (Partisipan 1)
“kalau selama saya bekerja di Natama bentuk orientasi di rumah sakit itu
ada. Seandainya ada pegawai baru yang baru masuk bekerja... pegawai
yang baru masuk itu dibimbing dijelaskan kepada direktur dan yayasan
Natama, setelah paham dan mengerti besoknya mereka uda bekerja....”
(Partisipan 2)
Masalah yang berkaitan dengan program orientasi kerja:
Partisipan mengungkapkan bahwa beberapa masalah masih terus terjadi
walaupun pelaksanaan program orientasi kerja telah dilaksanakan. Beberapa
masalah tersebut diantaranya adalah masih ada kesenjangan, masih ada batasan,
masih ada yang tidak perduli, perawatnya kurang ramah kepada pasien, kurang
percaya diri dalam bekerja dan pelaksanaan program orientasi kerja tidak
berdasarkan standar yang ada. Berikut kutipan wawancara terhadap partisipan :
Universitas Sumatera Utara
78
“...karena tidak adanya orientasi yang benar, jadi kecemburuan sosial,
tidak enak hati, bulan depan dia ngajukan surat berhenti dengan alasan
mencari kerja ditempat lain. Padahal dia uda gak senang terhadap sesama
kawan kerjanya”. (Partisipan 2)
“ketika pasien memanggil lama datangnya. Itu tadi mungkin pak uduruduran, uda gitu pasien mau minta tolong mukanya cemberut, uda gitu gak
ada senyumnya itu sering terjadi”. (Partisipan 2)
5. Yang bertanggungjawab dalam pelaksanaan program orientasi kerja
Partisipan mengatakan bahwa pelaksanaan program orientasi kerja di
Rumah Sakit Umum Natama Kota Tebing Tinggi khususnya program orientasi
kerja untuk staf keperawatan adalah kepala keperawatan dan kepala unit masingmasing unit kerja. Hal ini sesuai dengan pernyataan partisipan seperti pada
kutipan berikut :
“yang bertanggungjawab kepala keperawatan. Dia yang mengorientasikan
ke ruangan-ruangan, dia yang mengenalkan ke kepala ruangan... kalau
kepala ruangan ya sebatas membimbing di ruangannya”. (Partisipan 3)
“kepala keperawatan yang bertanggungjawab seluruhnya... untuk kepala
ruangan yang bertanggungjawab diruangan kami masing-masing”.
(Partisipan 4)
6. Materi yang perlu dilaksanakan dalam program orientasi kerja bagi perawat
Partisipan mengungkapkan bahwa materi yang perlu diberikan dalam
pelaksanaan program orientasi kerja bagi perawat salah satunya adalah materi
tentang cara berkomunikasi. Hal ini sesuai dengan pernyataan partisipan seperti
pada kutipan berikut :
Universitas Sumatera Utara
“perlu, kalau materi ya harus ada. materi komunikasi juga utamanya pak.
Selama ini uda sih uda bagus, Cuma perlu ditingkatkan lagi gito lo pak...
kadang-kadang masih ini sih masih masih seperti ada pelayanan yang
menyatakan perawatnya masih kurang ramah atau apa gitu”. (Partisipan 1)
“kalau materi yang diberikan... sebenarnya kalau masalah itu dari mulai
dia diteri